1 pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA
Rendra Yuli Aditya
[email protected]
Suwitho
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of financial performance which is proxy through Return
on Assets, Earnings per Share, Price Earnings ratio to the cigarette companies’ share prices which are listed in
the Indonesia Stock Exchange. The samples are 3 cigarette companies and multiple regression analysis is the
analysis technique is used in this research. The result of research shows that the influence of Return on Assets,
Earnings per Share and Price Earnings ratio variables to the cigarette companies’ share prices in the Indonesia
Stock Exchange is significant. This by the correlation coefficient that is 97.3% is significant correlation or the
relationship among independent variables Return on Assets, Earnings per Share and Price Earnings ratio that
share price has a strong relationship. The result of partial test that from these 3 variables: Return on Assets,
Earnings per Share and Price Earnings ratio, two variables which have significant influence to the share price
are Earnings per Share and Price Earnings ratio. This is significant values which are generated by each variable
is smaller than α = 5%. The result partial determination coefficient that the earnings per share this variable has
dominant influence to the share price.
Keywords: financial performance ratio, share price, simultaneous influence, partial influence, determination
coefficient
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diproksi melalui
return on assets, earnings per shares, price earnings ratio terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang
terdaftar di BEI. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan rokok yang berjumlah 3
perusahaan serta Teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian
menunjukkan pengaruh variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio secara
bersama-sama terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia adalah signifikan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 97,3% yang berarti hubungan antara variabel bebas return on
asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki
hubungan yang erat. Hasil parsial uji secara partial menunjukkan dari 3 variabel yang digunakan
model penelitian yaitu return on asset, earning per share dan price earning ratio yang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel earning per share dan price earning
ratio dengan nilai signifikansi yang dihasilkan masing-masing tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%.
Hasil pengujian koefisien determinasi parsial variabel earning per share memiliki pengaruh yang
dominan terhadap harga saham.
Kata Kunci: rasio kinerja keuangan, harga saham, pengaruh simultan, pengaruh parsial, koefisien
determinasi.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan
pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran
penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu
pertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal.
Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrument
derivative seperti option, futures, dan lain-lain.Salah satu instrument keuangan yang diperjual
1
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
2
belikan pada pasar modal adalah saham. Menurut Hermawati (2007:1), membeli saham
adalah membeli prospek perusahaan dan salah satu ukuran nilai perusahaan adalah harga
saham dan jumlah saham yang diperdagangkan di Bursa Efek. Sehingga bagi perusahaan
yang sedang melakukan proses ekspansif dapat menerbitkan sahamnya di pasar modal
untuk mendapatkan dana dari calon investor yang akan menanamkan uangnya pada
perusahaan tersebut.
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Dengan menjual
sahamnya maka perusahaan harus berbagi kepemilikan dengan para pemegang saham atau
biasa disebut dengan stockholder. Dengan berbagi kepemilikan perusahaan, maka laba yang
didapat juga harus dibagi dengan para stockholder yang secara umum dikenal dengan
dividen. Pengertian saham yang lainnya adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6). Sedangkan
menurut Simamora (2000:408), saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan
sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh
deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham juga turut
menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut.
Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti kepemilikan
atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya.
Lebih lanjut, salah satu cara dalam menilai sebuah perusahaan yang akan berpengaruh
pada harga saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat
diketahui dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan
merupakan informasi yang penting bagi calon investor karena dari laporan keuangan inilah
dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Menurut Munawir (2001 : 2) “Laporan
Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivita suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Kemudian menurut
Brigham dan Houston (2001 : 38) Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban
manager atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan
kepadanya kepada pihak-pihak yang punya kepentingan (stakeholders) diluar perusahaan;
pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya.
Gitosudarmo dan Basri (2002:275) menjelaskan konsep kinerja keuangan sebagai
rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan
keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Kemudian menurut Irhan (2011:2)
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Pendapat lainnya menyatakan kinerja
keuangan sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan,
jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon
investor menilai bahwa peruasahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
3
investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang
yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin
kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan
harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan
investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat
menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus
berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor.
Investor memliki keyakinan awal mengenai return dan resiko ekspektasi saham suatu
perusahaan. Keyakinan awal ini akan didasarkan pada informasi yang tersedia untuk umum
, termasuk harga pasar , sampai dengan informasi pendapatan bersih perusahaan. Meskipun
didasarkan pada informasi yang tersedia untuk umum , keyakinan awal ini tidak sama
untuk semua investor, karena para investor akan berbeda dalam jumlah informasi yang
diperoleh dan kemampuan mereka untuk menginterpretasi informasi-informasi tersebut.
keyakinan awal ini termasuk ekspetasi mengenai kekuatan laba perusahaan saat ini dan
masa yang akan datang, karena tingkat kembalian sekuritas masa yang akan datang
bergantung pada profitabilitas.Pada saat pengumuman pendapatan bersih tahun ini, para
investor akan termotivasi untuk memiliki informasi lebih dengan menganalisa angka-angka
pendapatan. Sebagai contoh, jika pendapatan bersih tingggi ,atau lebih tinggi dari yang
diharapakan, hal itu disebut berita baik (good news). Beberapa investor, sesuai dengan
teorema Bayes, akan mengubah keyakinannya menjadi lebih tinggi mengenai kekuatan
pendapatan dan tingkat kembalian dimasa akan datang. Investor lainnya, mungkin memiliki
ekspetasi lebih tinggi untuk pendapatan bersih yang sama, akan menginterpretasikannya
sebagai berita buruk (bad news).
Industri rokok di Indonesia tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja
tetapi juga di luar negeri. Hal ini didukung dengan banyaknya produksi rokok yang
dihasilkan baik oleh industry besar, menengah, dan kecil sehingga memungkinkan bagi
Indonesia untuk memasuki pasar ekspor rokok di dunia. Berikut ini adalah tabel ekpor
rokok kretek Indonesia tahun 2011.
Tabel 1
Ekspor Rokok Kretek Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Negara tujuan
Malaysia
Singapura
Philipina
Amerika Serikat
Timor Timur
Hongkong
Jerman
Arab Saudi
Brunai D
Protugis
Lainnya
Total
Sumber: BPS, 2011
Kuantitas
kg
%
560.002
43,8
535.735
41,9
54.976
4,3
46.272
3,6
28.527
2,2
16.998
1,3
10.711
0,8
8.420
0,7
7.227
0,6
5.270
0,4
3.724
0,4
1.277.950
100
US $
5.468.371
6.894.613
772.800
585.749
294.800
57.861
82.272
100.600
54.121
34.00
44.938
14.390.225
nilai
%
38
47,9
5,4
4,1
2
0,4
0,6
0,7
0,4
0,2
0,2
100
Melihat tabel diatas nilai ekspor rokok terlihat begitu besar, hal ini tentunya akan
menarik investor karena memenuhi ekspektasi mereka untuk mendapat keuntungan baik
berupa gain ataupun dividen. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
4
dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan
rokok. Informasi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam keputusan investasi.
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan
Laporan arus kas yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomi, karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut.
Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat
menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Tuasikal, 2007). Rasio keuangan
berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi
keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi
investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Informasi yang ada pada laporan
keuangan tersebut sangat dibutuhkan oleh banyak pihak, diantaranya pemegang saham,
investor dan analisis sekuritas, manajer, pemberi pinjaman dan pemasok, karyawan dan
pemerintah. Ada dua alasan mengapa pihak-pihak ini membutuhkan informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan yaitu; pertama informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidak pastian, ketidak pastian disini adalah
resiko tidak sistematis yaitu resiko yang terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dan alasan yang kedua adalah informasi laporan keuangan perusahaan
merupakan sumber informasi yang berkompetisi dengan informasi lainnya (IAI, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah: (1) Apakah kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset,
earning per share, price earning ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI?, (2) Apakah kinerja keuangan yang
diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI?.
Tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diproksi
melalui return on asset, earning per share, price earning ratio secara bersama-sama terhadap
harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, (2) Untuk mengetahui pengaruh
kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio
masing-masing terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI.
TINJAUAN TEORETIS
Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu
dilibatkan analisis dampak keuangan komulatif dan ekonomi dari keputusan, dan
mempertimbangkan dengan menggunakan ukuran komulatif.Menurut Irhan (2011:2) kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber
daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Djarwanto (2004 : 19): “Kinerja adalah tingkat prestasi (kerja) hasil nyata yang kadang–
kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif
dan efisien.” Berdirinya suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu, berhasil tidaknya
tujuan tersebut tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut aspek manajemen dan
lingkungan perusahaan secara makro. Salah satu cara penilaian tersebut adalah dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
5
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis kinerja perusahaan berdasarkan data
keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim. Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan tingkat prestasi atau
hasil riil yang telah dicapai oleh perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan tolak ukur kinerja perusahaan dengan analisa rasio yang
membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada waktu tertentu dengan rata-rata
industri yang sejenis.
Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam
analisa laporan keuangan dengan ketentuan lain diantaranya adalah alat-alat analisis yang
selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan,
sehingga dapat diketahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan tersebut.
Analisis rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau
petimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain (Munawir, 2001:64). Sedangkan menurut Harahap (2007:297) rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dan pos
lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan.
Pasar Modal
Pada hakekatnya Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang mempertemukan
antara penjual dan pembeli dana, adapun yang diperjualbelikan itu dipergunakan untuk
jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Definisi Pasar Modal menurut Husnan (2006:1),
menjelaskan sebagai berikut: “Pasar Modal sebagai pasar untuk membagi instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang atau modal
sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Martono &
Harjito (2010:359) pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka
panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang
diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang
di perjual belikan dipasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang
tidak memiliki jatuh tempo.
Pasar modal adalah suatu pengartian abstrak yang mempertemukan dua kelompok
yang saling berhadapan tetapi yang berkepentingan saling mengisi, yaitu calon pemodal
(investor) dari satu pihak emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau dana
jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam arti abstrak)
bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang.
Saham
Saham merupakan bagian dari salah satu efek yang diperjual belikan atau
diperdagangkan di pasar modal. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya
dalam bentuk saham (stock). Pengertian saham mempunyai definisi yang beragam terdapat
berbagai sumber yang menyatakan definisi tentang saham diantaranya menurut Sartono
(2005:85) saham adalah suatu jenis surat berharga jangka panjang untuk memenuhi
kebutuhan jangka panjang. Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
suatu perseroan terbatas (Siamat,2006:268). Dalam transaksi jual beli dibursa efek, saham
merupakan instrument yang dominan diperdagangkan. Setiap perusahaan yang akan
menjual saham kepada para investor mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Pada
umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperbaiki struktur modal, meningkatkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
6
kapasitas produksi, memperluas pemasaran, memperluas hubungan bisnis,dan
meningkatkan kualitas menejemen.
Saham dapat dibagi ke dalam dua kelompok menurut Riyanto (2005:241): 1) Saham
Biasa (common stock), adalah saham yang mewakili jumlah kepemilikan dalam suatu
perusahaan. Jika perusahaan misalnya memiliki 100 lembar saham dan seseorang memiliki
satu perseratus dari perusahaan tersebut, dan 2) Saham Preferen (preferred stock) adalah
saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dahulu dari saham biasa,
disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau
komisaris.
Penilaian Saham
Menurut Tandelilin (2005:183) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai,
yaitu: nilai buku, nilai pasar, nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang
dihitung berdasarkan pembukuaan peruasahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah
nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut dipasar. Sedangkan nilai
intrinsic atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau
seharusnya terjadi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai
informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau
menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsic dengan nilai pasar saham
bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham
tersebut tergolong mahal (overvalue). Dalam situasi seperti ini investor tersebut bisa
mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham
dibawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalue), sehingga
dalam situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut.
Harga Pasar Saham
Harga pasar saham merupakan harga yang ada dipasar sekunder dimana pada pasar
tersebut terjadi tawar menawar harga atas suatu efek yang diperjual belikan di bursa efek.
Sedangkan berdasarkan kamus pasar modal memberikan definisi khusus untuk harga pasar
saham yaitu nilai pasar sekuritas yang ditentukan berdasarkan kurs resmi terakhir
(IAI,2005:21). Dapat dikatakan bahwa harga pasar saham tergantung pada kekuatan
permintaan dan penawaran saham di pasar modal sesuai dengan motif perilaku yang
dimiliki investor. Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada
harga pasar. Harga pasar saham akan selalu berfluktuasi dari hari ke hari dan hal ini akan
berlangsung selama saham tersebut masih listing atau terdaftar di pasar sekunder.
Jika perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) telah go public , maka pemilik
perusahaan adalah masyarakat luas yang memiliki saham perusahaan tersebut. Tujuan
memiliki saham suatu perusahaan antara lain adalah ingin memperoleh dividen, deviden
akan diberikan oleh emiten apabila perusahaan tersebut akan memperoleh laba ( laba dalam
hal ini adalah laba setelah pajak) dan sebagian dibagikan sebagai deviden kepada para
pemegang saham dan sebagaian lagi ditahan oleh perusahaan (disebut laba ditahan).
Apabila laba yang diperoleh kecil, maka deviden yang akan dibagikan juga kecil. Oleh
karena itu agar para pemegang saham dapat menikmati deviden yang besar, maka
manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya
guna meningkatkan kemampuan membayar deviden. Tinggi rendahnya harga saham
banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah kemampuan perusahaan membayar deviden, besarnya deviden ini akan
mempengaruhi harga sahamnya. Apabila deviden yang dibayar tinggi, maka harga saham
cenderung tinggi, sehingga nilai perusahaan juga tinggi sebaliknya bila deviden yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
7
dibayarkan kecil, maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah, sehingga nilai
perusahaan rendah (Martono dan Harjito, 2010:3).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Sunariyah (2006:13), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:
1) Faktor internal perusahaan, merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan
internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai. Hal ini berkaitan dengan
hal-hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen, 2) Faktor eksternal yaitu halhal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen, misalnya: psikologi
pasar, dan laju inflasi yang tingi.
Hubungan Kinerja Keuangan Harga Saham
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan,
jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon
investor menilai bahwa peruasahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan
investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang
yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin
kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan
harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan
investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat
menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus
berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor (Zuliarni, 2012,
36-48). Investor sebelum berinvestasi terlebih dahulu akan melihat laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dalam rasio-rasio
keuangan diantaranya rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas serta rasio pasar
modal. Apabila kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang tercermin dalam
rasio-rasio keuangan itu baik, maka investor akan mendapatkan return yang tinggi karena
perusahaan memperoleh laba.
Kondisi perusahaan dalam hal ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kinerja perusahaan
berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan
mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama
dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan
perusahaan. kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui rasio return on asset,
earning per share dan price earning ratio. Rasio-rasio tersebut merupakan indikator yang amat
penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik manajemen
menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian mengarah pada seberapa
menguntungkannya investor dalam memperoleh return saham atas investasi yang mereka
lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada perusahaan
tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan prospek
jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin menurun
apabila permintaan saham tersebut menurun.
Penelitian Terdahulu
Zuliarni (2012; 36-48) yang melakukan penelitian berkenaan dengan Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian tersebut kinerja keuangan yang diukur dengan
menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout
Ratio (DPR), sedangkan variabel dependen adalah harga saham. Sampel dalam penelitian ini
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
8
terdiri dari 10 perusahaan mining and mining service di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode penelitian 2008-2010 yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dengan
menggunakan metode purposive sampling. Teknik snalisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara parsial (uji t)
menunjukkan bahwa hanya dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan
positif terhadap harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa ROA, PER dan DPR secara
bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
Artatik (2007) tentang Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER),
Financial Laverage (FL) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Perusahaan
Otomotif di Bursa Efek Surabaya”. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan variabel EPS
dan PER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan FL
berpengaruh positif namun tidak signifikan dan ROE berpengaruh negatif namun
signifikan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan variabel EPS, PER, FL, dan ROE
bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Model Penelitian
Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga
saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian suatu kekayaan atau
keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga
saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri
dibandingkan faktor-faktor lainnya.
Investor memerlukan informasi tentang perusahaan yang diperlihatkan oleh laporan
keuangan berupa rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik
manajemen menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian mengarah pada
seberapa menguntungkannya investor dalam memperoleh return saham atas investasi yang
mereka lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada
perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan
prospek jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin
menurun apabila permintaan saham tersebut menurun.
Return On Asset
Earning Per Share
Harga Saham
Price Earning Ratio
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini serta
tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
9
penelitian ini adalah: H1: return on asset berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, H2: earning per share berpengaruh signifikan
terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, H3: price earning secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di
BEI.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian
Jenis penelitian ini di adalah penelitian Kausal Komparatif yaitu merupakan tipe
penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel
atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian expost faktor, yaitu penelitian
terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta. Penelitian termasuk penelitian
Kausal Komparatif karena penelitian ini menguji pengaruh antara variabel X yaitu rasio
fundamental dan variabel Y yaitu harga saham. Penelitian dilakukan pada suatu obyek
didalam periode tertentu dimana data yang diambil adalah laporan keuangan perusahaan
rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 3 perusahaan yaitu : PT Bentoel
International Investama Tbk, PT Gudang Garam, Tbk dan PT Hanjaya mandala Sampoerna
Tbk yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif selama tahun 2008 sampai tahun 2012.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi (Indriantoro, 2002:115). Sedangkan pengambilan
sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga
terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan dapat membuat
kita menggeneralisasikan sifat atau karakteristik pada elemen populasi. Metode
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu tehnik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007:68). Sampel
penelitian ini diambil dari semua perusahaan rokok yang terdaftar di BEI serta memiliki
saham aktif yaitu : PT Bentoel International Investama Tbk, PT Gudang Garam, Tbk dan PT
Hanjaya mandala Sampoerna Tbk selama tahun 2008 sampai tahun 2012.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Earning Per Share
(EPS) dan Price Earning Ratio (PER),sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
harga saham (HS)
Definisi operasional variabel
1. Return On Asset (ROA), adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahan untuk
menghasikan laba dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bersih.
2. Earning Per Share (EPS), adalah rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang
dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar.
3. Price Earning Ratio (PER), adalah perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar
saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning per Share).
4. Harga saham adalah harga saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan, dimana harga
saham tersebut adalah harga pasar. Dalam penelitian ini harga pasar yang digunakan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
10
dalam pengujian statistik adalah harga pasar pada akhir tahun pada saat closing price (per
31 Desember periode 2008-2012). Teknik pengukuran variabel menggunakan satuan
rupiah.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan
keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat data di dapat dalam Annual Report
dan laporan keuangan didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sedangkan
data yang digunakan di dalam rasio profitabilitas, rasio saham, dan harga saham yang di
dapat dari data laporan keuangan tahun 2008-2012.
Analisis Data
1. Menghitung variabel-variabel yang di regresikan
Menghitung besarnya variabel dependen (harga saham) dari masing-masing dari 3
perusahaan rokok selama 5 tahun mulai dari tahun 2008-2012. Menghitung besarnya
variabel independen yang terdiri return on asset, earning per share, dan price earning ratio.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak
kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF =
1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah Tolerance.
b. Uji Heteroskedastisitas
Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual dari
(Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui korelasi antar anggota serangkaian data
observasi baik data time series maupun cross section. Menurut Santoso (2009:219), secara
umum untuk menentukan autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut:
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan pendekatan grafik Uji
normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, baik variabel dependen maupun
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
3. Analisis Regresi Berganda
Model ini digunakan karena penelitian ini mengemukakan variabel bebas lebih dari
satu, maka analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Persamaan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :
HS = a + b1ROA+ b2EPS + b3PER+ ei
Keterangan: HS = Harga Saham, a = Konstanta, b1–b3 = Koefisien Regresi masing-masing
variabel bebas, ROA = Return On Asset, EPS = Earning Per Share, PER = Price Earning Ratio,
ei`= Standar Error
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
11
4. Koefisien Determinasi (R Square)
Semakin besar R2 berarti semakin tepat persamaan perkiraan regresi linear tersebut
dipakai sebagai alat prediksi, karena variasi perubahan variabel terikat dapat dijelaskan oleh
perubahan variabel bebas. Apabila nilai R2 semakin dekat dengan satu, maka perhitungan
yang dilakukan sudah dianggap cukup kuat dalam menjelaskan variabel bebas dengan
variabel terikat.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji Untuk menguji kelayakan model yang dihasilkan dengan
menggunakan α sebesar 5% . Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: 1) Jika tingkat
signifikan > 0.05, maka model yang digunakan dalam penelitian tidak layak dan tidak
dapat dipergunakan analisis berikutnya; 2) Jika tingkat signifikan < 0.05, maka model
yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya.
b. Uji t
Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat return on asset, earning per share
dan price earning ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan
harga saham. Prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut : 1) Jika nilai
signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas
yang terdiri dari return on asset, earning per share dan price earning ratio secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, 2) Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka
H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari return on asset,
earning per share dan price earning ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
harga saham
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Return On Asset
Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih.
Kemampuan dalam mendapatkan laba atas investasi merupakan suatu ukuran yang
menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas sumber dana
yang diinvestasikan sehingga dituntut penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan
secara efisien. tingkat return on investment perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 2.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
12
Tabel 2
Tingkat Return On Asset Perusahaan Rokok
Tahun 2008-2012
Perusahaan
Tahun
EAT
(Jutaan Rupiah)
(a)
RMBA
GGRM
HMSP
Sumber: Diolah
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
239.138
25.165
218.621
305.997
(152.548)
1.880.492
3.455.702
4.146.282
4.958.102
3.042.704
3.895.280
5.087.339
6.421.429
8.051.057
7.471.223
Total Asset
(Jutaan Rupiah)
ROA
(%)
(b)
(c) = (a)/(b)
4.455.532
4.302.659
4.902.597
6.333.957
7.044.347
24.072.959
27.220.965
30.741.679
39.088.706
40.728.153
16.133.819
17.716.447
20.525.123
19.376.343
22.944.009
5,37%
0,58%
4,46%
4,83%
-2,17%
7,81%
12,70%
13,49%
12,68%
7,47%
24,14%
28,72%
31,29%
41,55%
32,56%
Earning Per Share
Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang
dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. Dalam pengertian yang
tidak jauh berbeda. Tingkat earning per share perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
efek Indonesia selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3
Tingkat Earning Per Share Perusahaan Rokok
Tahun 2008-2012
Perusahaan
RMBA
GGRM
HMSP
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
EAT
(Rp)
Jml Saham
(Lbr)
EPS
(Rp)
(a)
(b)
(c) = (a)/(b)
239.138
25.165
218.621
305.997
(152.548)
1.880.492
3.455.702
4.146.282
4.958.102
3.042.704
3.895.280
5.087.339
6.421.429
8.051.057
7.471.223
6.732
6.729
7.239
7.241
7.240
1.924
1.924
1.924
1.924
1.924
4.383
4.383
4.383
4.383
4.383
35,52
3,74
30,20
42,26
(21,07)
977,34
1.796,02
2.154,93
2.576,86
1.581,37
888,72
1.160,70
1.465,08
1.836,88
1.704,59
Sumber: Diolah
Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio akan
memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
dana pada tingkat harga saham dan keuntungan pada periode tertentu. Tingkat price
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
13
earning ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun
2008-2012 tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4
Tingkat Price Earning Ratio Perusahaan Rokok
Tahun 2008-2012
Perusahaan
RMBA
GGRM
HMSP
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Diolah Diolah
Harga Saham
(Rp)
EPS
(Rp)
PER
(%)
(a)
(b)
(c) = (a)/(b)
520
650
800
790
580
4.250
21.550
40.000
62.050
56.300
8.100
10.400
28.150
39.000
59.900
35,52
3,74
30,20
42,26
(21,07)
977,34
1.796,02
2.154,93
2.576,86
1.581,37
888,72
1.160,70
1.465,08
1.836,88
1.704,59
14,64
173,80
26,49
18,69
(27,53)
4,35
12,00
18,56
24,08
35,60
9,11
8,96
19,21
21,23
35,14
Harga Saham
Merupakan harga perlembar saham dari saham-saham perusahaan rokok dan
komponennya dalam periode 2008-2012. Variabel ini diukur dengan menggunakan harga
saham penutupan (closing price) di akhir tahun pada saat tutup buku, dengan periode waku
penelitian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Harga saham dari perusahaan rokok
yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 5
Tabel 5
Tingkat Harga Saham Perusahaan Rokok
Tahun 2008-2012
Perusahaan
Tahun
RMBA
GGRM
HMSP
(Rp)
(Rp)
(Rp)
2008
520
4.250
8.100
2009
650
21.550
10.400
2010
800
40.000
28.150
2011
790
62.050
39.000
2012
580
56.300
59.900
Sumber: Diolah
Rekapitulasi hasil perhitungan Return On Asset, Earning Per Share, Price Erning Ratio,
Harga Saham untuk 3 perusahaan rokok selama tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 6
sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
14
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Perhitungan
ROA, EPS, PER dan Harga Saham
Perusahaan
RMBA
GGRM
HMSP
Rasio
ROA
EPS
PER
Harga Saham
ROA
EPS
PER
Harga Saham
ROA
EPS
PER
Harga Saham
Sumber: Diolah
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
5,37%
0,58%
4,46%
4,83%
-2,17%
35,52
3,74
30,20
42,26
(21,07)
14,64
173,80
26,49
18,69
(27,53)
520
650
800
790
580
7,81%
12,69%
13,49%
12,68%
7,47%
977,34
1.796,02
2.154,93
2.576,86
1.581,37
4,35
12,00
18,56
24,08
35,60
4.250,00 21.550,00 40.000,00 62.050,00 56.300,00
24,14%
28,72%
31,29%
41,55%
32,56%
888,72
1.160,70
1.465,08
1.836,88
1.704,59
9,11
8,96
19,21
21,23
35,14
8.100
10.400
28.150
39.000
59.900
Mean
2,62%
18,13
41,22
668,00
10,83%
1.817,30
18,92
36.830,00
31,65%
1.411,19
18,73
29.110,00
Uji Asumsi Klasik
Pengujian Normalitas Data
Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari
variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau
tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan
metode Kolmogorov Smirnov. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data
tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan Program SPSS 20
tersaji pada tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Unstandardized
Residual
15
0,0000000
11593,841437
0,166
0,166
-0,099
0,643
0,803
Sumber: data diolah SPSS
Berdasarkan pada tabel 7 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed)
sebesar 0,803 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk
digunakan dalam penelitian.
Pengujian Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
15
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika Variance Inflation Factor (VIF) melebihi angka 10
maka dimungkinkan terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006:96). Berdasarkan hasil Uji
Multikolinieritas dengan Program SPSS 20 tersaji pada tabel 8.
Tabel 8
Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Return On Asset
Earning Per Share
Price Earning Ratio
0,677
0,676
0,962
1,477
1,480
1,039
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Sumber: data diolah SPSS
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang terdiri dari
Return On Asset, Earning Per Share dan Price Earning Ratio, semuanya memiliki nilai VIF
yang kurang dari 10 adalah. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga variabel bebas tersebut
tidak memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan
model penelitian tidak terjadi gangguan multikolinieritas.
Autokorelasi
Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut:
Tabel 9
Batas-batas Daerah Test Durbin Watson
Distribusi
Interpretasi
DW < 0,814
Autokorelasi positif
0,814 ≤ DW < 1,750
Daerah keragu-raguan/15nconclusive
1,750 ≤ DW < 2,250
Tidak ada autokorelasi
2,250 ≤ DW < 3,186
Daerah keragu-raguan/15nconclusive
DW ≥ 3,186
Autokorelasi negatif
Sumber data: Lampiran 4
Daerah
inconclusif
Autokorelasi
positif
0
Daerah
inconclusif
NonAutokorelasi
‘dL
DW
0,814 1,414
‘d
U
1,750
4–‘d
2,250U
Autokorelasi
negatif
4–‘d
L
3,186
4
Gambar 2
Kurva Distribusi Nilai Durbin Watson
Dari tabel batas-batas distribusi nilai test durbin-Watson dan kurva Pengujian auto
korelasi Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa nilai test durbin-Watson berada
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
16
pada daerah inconclusive, yaitu pada daerah yang tidak diketahui terjadi otokorelasi atau
tidak.
Pengujian Heteroskedaktisitas
Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika
sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk
pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas
disajikan berikut:
Scatterplot
Dependent Variable: Harga Saham
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: data diolah SPSS
Gambar 3
Heterokedaktisitas
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan
tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa model analisis tidak
terjadi gangguan heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel return on
asset, earning per share dan price earning ratio terhadap harga saham pada perusahaan rokok
di Bursa Efek Indonesia secara linier. Setelah model analisis dalam bentuk log natural
diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
17
Tabel 10
Hasil Uji Regresi Berganda
Koefisien
Regresi
0,005
1,008
0,018
2,304
0,000
0,973
0,947
Variabel Bebas
Return On Asset
Earning Per Share
Price Earning Ratio
Konstanta
Sig. F
R
R2
Sig.
r
0,717
0,000
0,001
0,117
0,955
0,811
Sumber: data diolah SPSS
Bedasarkan tabel 10 persamaan regresi yang didapat adalah: Y = 2,304 + 0,005 X1 + 1,008X2
+ 0,018X3
Pengujian Secara Simultan
Koefisien Korelasi dan Determinasi
Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 12.0 diperoleh output untuk koefisien
determinasi berganda sebagai berikut :
Tabel 11
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
DurbinWatson
1
0,973
0,947
0,931
0,4874
1,884
a Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Return On Asset, Earning Per
Share
b Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: data diolah SPSS
Melihat hasil output SPSS 12.0 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,947
atau 94,7% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas return on asset,
earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham adalah
besar. Sedangkan sisanya (100 % - 94,7 % = 5,3 %) dikontribusi oleh faktor lainnya.
Pengujian Hipotesis Uji F / Model F
Uji F digunakan untuk menguji Untuk menguji kelayakan model yang dihasilkan
dengan menggunakan α sebesar 5% .
Tabel 12
Anova
Model
1 Regression
Sum of
Squares
42,140
Residual
Total
a
b
df
Mean Square
3
14,047
2,376
10
44,516
13
F
59,125
Sig.
0,000
0,238
Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Return On Asset, Earning Per
Share
Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: data diolah SPSS
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
18
Dari hasil output tingkat signifikan 0,000 kurang dari α = 5% menunjukkan pengaruh
variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap
harga saham perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia adalah signifikan. Dengan demikian
model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya
Pengujian Secara Parsial
Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial
untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat return on asset, earning per
share dan price earning ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu
perubahan harga saham.
Tabel 13
Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan
Variabel
t hitung
Sig
Keterangan
Return On Asset
0,373
0,717
Tidak Signifikan
Earning Per Share
10,180
0,000
Signifikan
Price Earning Ratio
4,379
0,001
Signifikan
Sumber: data diolah SPSS
Uji Parsial Pengaruh Variabel Return On Asset Terhadap Harga Saham
Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel return on asset = 0,717 >  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh return on asset terhadap harga saham pada perusahaan rokok di Bursa Efek
Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan.
Uji Parsial Pengaruh Variabel Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel earning per share = 0,000 <  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
pengaruh earning per share terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan.
Uji Parsial Pengaruh Variabel Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham
Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel price earning ratio = 0,001 <  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
pengaruh price earning ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan.
Koefisien Determinasi Partial
Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang
paling berpengaruh dari variabel bebas yang terdiri atas dari return on asset, earning per share
dan price earning ratio terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia.
Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 14
Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial
Variabel
r
r2
Return On Asset
0,117
0,0137
Earning Per Share
0,955
0,9120
Price Earning Ratio
Sumber: data diolah SPSS
0,811
0,6572
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
19
Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap harga saham adalah earning per share karena mempunyai
koefisien determinasi partialnya paling besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pengujian simultan menunjukkan pengaruh variabel return on asset, earning per
share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan rokok di
Bursa efek Indonesia adalah signifikan.
Hasil pengujian parsial menunjukkan dari variabel return on asset, earning per share dan
price earning ratio hanya variabel retrun on asset return on asset yang tidak menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap harga saham Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi
yang dihasilkan variabel tersebut diatas 5%. Sedangkan variabel earning per share dan price
earning ratio masing-masing berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel
yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah earning per share yang memiliki nilai
koefisien determinasi parsial paling tinggi sebesar 91,20%.
Saran
Dari hasil analisis tersebut di atas dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran
yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
Bagi investor atau calon investor hendaknya mempertimbangkan informasi keuangan
yang lain seperti fundamental makro ekonomi, seperti misalnya tingkat suku bunga (interest
rate), tingkat inflasi (inflation rate), kurs valuta asing (foreign exchange rate), situasi sosial &
politik (social & political situations) dan sebagainya.
Bagi perusahaan hendaknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah
segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan
pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan
investasinya ke dalam perusahaan, serta perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage
perusahaan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari
hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga
beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat.
Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta
pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro,
internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Artatik, S. 2007. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap
Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Brigham, Eugene F. dan J. F. Houston, 2001.Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan,
Erlangga. Jakarta.
Darmadji. T. dan H. M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab.
Edisi Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisis Keuangan. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta.
Eugene, F. dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 1 dan 2. Terjemahan Dodo
Suharto dan Herman Wibowo. Penerbit: Erlangga. Jakarta
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
20
Fakhruddin, M. dan M. S., Hadianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar
Modal. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Ghozali. I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Penerbit
Universitas Diponegoro. Yogyakarta.
Gitosudarmo, I dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama.
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Gujarati, D. 2005. Ekonometrika Dasar. Edisi Pertama. Terjemahan: Sumarno Zain. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Hadafi. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu. Cetakan Keempat. Rajagrafindo. Jakarta.
Hanafi. M. M., dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan
Pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis Atas laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hermawati, 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham yang
Diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Gunadarma. Depok.
Husnan, S. 2006. Dasar-Dasar Teori Portofilo dan Analisis Investasi. Edisi
Ketiga.
Yogyakarta. UPP-AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2005. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Indriantoro, N. 2002. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntan & Manajemen. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
Irhan, F. 2011. Manajemen Pengambilan Keputusan. Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.
Martono dan A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Penerbit Ekonosia.
Yogyakarta.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
________.2005. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Nazwirman. 2008. Penilaian harga saham dengan Price Earning Ratio (PER): Studi Kasus
pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Makara.
Sosial Humaniora. Volume 12. No 2. Desember 2008: 98-106.
Riyanto. B. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh.
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Santoso. S. 2001. SPSS Statistik Parametrik.Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
________. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media
Komputindo: Jakarta.
Sartono. A. 2005. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Siamat. D 2006. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kedua. LPEE-UI. Jakarta.
Simamora. H. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid II. Cetakan Pertama.
Salemba Empat. Jakarta.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi. Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Revisi. Cetakan kesebelas. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Sunariyah.2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Tendelilin. E. 2005. Analisis Investasi Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014)
21
Tuasikal, A. 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik. Vol. 08. No. 01. Februari 2007.
Warsono. 2006. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Bayumedia Publishing.
Malang.
Zuliarni, S. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Mining Dan Minig Service di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. 3(1): 36-48.
Download