Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA Rendra Yuli Aditya [email protected] Suwitho Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of financial performance which is proxy through Return on Assets, Earnings per Share, Price Earnings ratio to the cigarette companies’ share prices which are listed in the Indonesia Stock Exchange. The samples are 3 cigarette companies and multiple regression analysis is the analysis technique is used in this research. The result of research shows that the influence of Return on Assets, Earnings per Share and Price Earnings ratio variables to the cigarette companies’ share prices in the Indonesia Stock Exchange is significant. This by the correlation coefficient that is 97.3% is significant correlation or the relationship among independent variables Return on Assets, Earnings per Share and Price Earnings ratio that share price has a strong relationship. The result of partial test that from these 3 variables: Return on Assets, Earnings per Share and Price Earnings ratio, two variables which have significant influence to the share price are Earnings per Share and Price Earnings ratio. This is significant values which are generated by each variable is smaller than α = 5%. The result partial determination coefficient that the earnings per share this variable has dominant influence to the share price. Keywords: financial performance ratio, share price, simultaneous influence, partial influence, determination coefficient ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diproksi melalui return on assets, earnings per shares, price earnings ratio terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan rokok yang berjumlah 3 perusahaan serta Teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia adalah signifikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 97,3% yang berarti hubungan antara variabel bebas return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang erat. Hasil parsial uji secara partial menunjukkan dari 3 variabel yang digunakan model penelitian yaitu return on asset, earning per share dan price earning ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel earning per share dan price earning ratio dengan nilai signifikansi yang dihasilkan masing-masing tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Hasil pengujian koefisien determinasi parsial variabel earning per share memiliki pengaruh yang dominan terhadap harga saham. Kata Kunci: rasio kinerja keuangan, harga saham, pengaruh simultan, pengaruh parsial, koefisien determinasi. PENDAHULUAN Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrument derivative seperti option, futures, dan lain-lain.Salah satu instrument keuangan yang diperjual 1 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 2 belikan pada pasar modal adalah saham. Menurut Hermawati (2007:1), membeli saham adalah membeli prospek perusahaan dan salah satu ukuran nilai perusahaan adalah harga saham dan jumlah saham yang diperdagangkan di Bursa Efek. Sehingga bagi perusahaan yang sedang melakukan proses ekspansif dapat menerbitkan sahamnya di pasar modal untuk mendapatkan dana dari calon investor yang akan menanamkan uangnya pada perusahaan tersebut. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Dengan menjual sahamnya maka perusahaan harus berbagi kepemilikan dengan para pemegang saham atau biasa disebut dengan stockholder. Dengan berbagi kepemilikan perusahaan, maka laba yang didapat juga harus dibagi dengan para stockholder yang secara umum dikenal dengan dividen. Pengertian saham yang lainnya adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6). Sedangkan menurut Simamora (2000:408), saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham juga turut menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti kepemilikan atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya. Lebih lanjut, salah satu cara dalam menilai sebuah perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor karena dari laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Menurut Munawir (2001 : 2) “Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivita suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Kemudian menurut Brigham dan Houston (2001 : 38) Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban manager atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak yang punya kepentingan (stakeholders) diluar perusahaan; pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya. Gitosudarmo dan Basri (2002:275) menjelaskan konsep kinerja keuangan sebagai rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Kemudian menurut Irhan (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Pendapat lainnya menyatakan kinerja keuangan sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa peruasahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 3 investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor. Investor memliki keyakinan awal mengenai return dan resiko ekspektasi saham suatu perusahaan. Keyakinan awal ini akan didasarkan pada informasi yang tersedia untuk umum , termasuk harga pasar , sampai dengan informasi pendapatan bersih perusahaan. Meskipun didasarkan pada informasi yang tersedia untuk umum , keyakinan awal ini tidak sama untuk semua investor, karena para investor akan berbeda dalam jumlah informasi yang diperoleh dan kemampuan mereka untuk menginterpretasi informasi-informasi tersebut. keyakinan awal ini termasuk ekspetasi mengenai kekuatan laba perusahaan saat ini dan masa yang akan datang, karena tingkat kembalian sekuritas masa yang akan datang bergantung pada profitabilitas.Pada saat pengumuman pendapatan bersih tahun ini, para investor akan termotivasi untuk memiliki informasi lebih dengan menganalisa angka-angka pendapatan. Sebagai contoh, jika pendapatan bersih tingggi ,atau lebih tinggi dari yang diharapakan, hal itu disebut berita baik (good news). Beberapa investor, sesuai dengan teorema Bayes, akan mengubah keyakinannya menjadi lebih tinggi mengenai kekuatan pendapatan dan tingkat kembalian dimasa akan datang. Investor lainnya, mungkin memiliki ekspetasi lebih tinggi untuk pendapatan bersih yang sama, akan menginterpretasikannya sebagai berita buruk (bad news). Industri rokok di Indonesia tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Hal ini didukung dengan banyaknya produksi rokok yang dihasilkan baik oleh industry besar, menengah, dan kecil sehingga memungkinkan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor rokok di dunia. Berikut ini adalah tabel ekpor rokok kretek Indonesia tahun 2011. Tabel 1 Ekspor Rokok Kretek Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Negara tujuan Malaysia Singapura Philipina Amerika Serikat Timor Timur Hongkong Jerman Arab Saudi Brunai D Protugis Lainnya Total Sumber: BPS, 2011 Kuantitas kg % 560.002 43,8 535.735 41,9 54.976 4,3 46.272 3,6 28.527 2,2 16.998 1,3 10.711 0,8 8.420 0,7 7.227 0,6 5.270 0,4 3.724 0,4 1.277.950 100 US $ 5.468.371 6.894.613 772.800 585.749 294.800 57.861 82.272 100.600 54.121 34.00 44.938 14.390.225 nilai % 38 47,9 5,4 4,1 2 0,4 0,6 0,7 0,4 0,2 0,2 100 Melihat tabel diatas nilai ekspor rokok terlihat begitu besar, hal ini tentunya akan menarik investor karena memenuhi ekspektasi mereka untuk mendapat keuntungan baik berupa gain ataupun dividen. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 4 dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan rokok. Informasi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam keputusan investasi. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan Laporan arus kas yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Tuasikal, 2007). Rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Informasi yang ada pada laporan keuangan tersebut sangat dibutuhkan oleh banyak pihak, diantaranya pemegang saham, investor dan analisis sekuritas, manajer, pemberi pinjaman dan pemasok, karyawan dan pemerintah. Ada dua alasan mengapa pihak-pihak ini membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yaitu; pertama informasi yang terdapat dalam laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidak pastian, ketidak pastian disini adalah resiko tidak sistematis yaitu resiko yang terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dan alasan yang kedua adalah informasi laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang berkompetisi dengan informasi lainnya (IAI, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Apakah kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI?, (2) Apakah kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio masing-masing berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI?. Tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, (2) Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diproksi melalui return on asset, earning per share, price earning ratio masing-masing terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI. TINJAUAN TEORETIS Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan komulatif dan ekonomi dari keputusan, dan mempertimbangkan dengan menggunakan ukuran komulatif.Menurut Irhan (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Djarwanto (2004 : 19): “Kinerja adalah tingkat prestasi (kerja) hasil nyata yang kadang– kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.” Berdirinya suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu, berhasil tidaknya tujuan tersebut tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut aspek manajemen dan lingkungan perusahaan secara makro. Salah satu cara penilaian tersebut adalah dengan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 5 mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan tingkat prestasi atau hasil riil yang telah dicapai oleh perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tolak ukur kinerja perusahaan dengan analisa rasio yang membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada waktu tertentu dengan rata-rata industri yang sejenis. Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisa laporan keuangan dengan ketentuan lain diantaranya adalah alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan, sehingga dapat diketahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau petimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2001:64). Sedangkan menurut Harahap (2007:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Pasar Modal Pada hakekatnya Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang mempertemukan antara penjual dan pembeli dana, adapun yang diperjualbelikan itu dipergunakan untuk jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Definisi Pasar Modal menurut Husnan (2006:1), menjelaskan sebagai berikut: “Pasar Modal sebagai pasar untuk membagi instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Martono & Harjito (2010:359) pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang di perjual belikan dipasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Pasar modal adalah suatu pengartian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang berkepentingan saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) dari satu pihak emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau dana jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam arti abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang. Saham Saham merupakan bagian dari salah satu efek yang diperjual belikan atau diperdagangkan di pasar modal. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Pengertian saham mempunyai definisi yang beragam terdapat berbagai sumber yang menyatakan definisi tentang saham diantaranya menurut Sartono (2005:85) saham adalah suatu jenis surat berharga jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal suatu perseroan terbatas (Siamat,2006:268). Dalam transaksi jual beli dibursa efek, saham merupakan instrument yang dominan diperdagangkan. Setiap perusahaan yang akan menjual saham kepada para investor mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperbaiki struktur modal, meningkatkan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 6 kapasitas produksi, memperluas pemasaran, memperluas hubungan bisnis,dan meningkatkan kualitas menejemen. Saham dapat dibagi ke dalam dua kelompok menurut Riyanto (2005:241): 1) Saham Biasa (common stock), adalah saham yang mewakili jumlah kepemilikan dalam suatu perusahaan. Jika perusahaan misalnya memiliki 100 lembar saham dan seseorang memiliki satu perseratus dari perusahaan tersebut, dan 2) Saham Preferen (preferred stock) adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris. Penilaian Saham Menurut Tandelilin (2005:183) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuaan peruasahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut dipasar. Sedangkan nilai intrinsic atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsic dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalue). Dalam situasi seperti ini investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalue), sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut. Harga Pasar Saham Harga pasar saham merupakan harga yang ada dipasar sekunder dimana pada pasar tersebut terjadi tawar menawar harga atas suatu efek yang diperjual belikan di bursa efek. Sedangkan berdasarkan kamus pasar modal memberikan definisi khusus untuk harga pasar saham yaitu nilai pasar sekuritas yang ditentukan berdasarkan kurs resmi terakhir (IAI,2005:21). Dapat dikatakan bahwa harga pasar saham tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran saham di pasar modal sesuai dengan motif perilaku yang dimiliki investor. Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada harga pasar. Harga pasar saham akan selalu berfluktuasi dari hari ke hari dan hal ini akan berlangsung selama saham tersebut masih listing atau terdaftar di pasar sekunder. Jika perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) telah go public , maka pemilik perusahaan adalah masyarakat luas yang memiliki saham perusahaan tersebut. Tujuan memiliki saham suatu perusahaan antara lain adalah ingin memperoleh dividen, deviden akan diberikan oleh emiten apabila perusahaan tersebut akan memperoleh laba ( laba dalam hal ini adalah laba setelah pajak) dan sebagian dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham dan sebagaian lagi ditahan oleh perusahaan (disebut laba ditahan). Apabila laba yang diperoleh kecil, maka deviden yang akan dibagikan juga kecil. Oleh karena itu agar para pemegang saham dapat menikmati deviden yang besar, maka manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya guna meningkatkan kemampuan membayar deviden. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar deviden, besarnya deviden ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila deviden yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi, sehingga nilai perusahaan juga tinggi sebaliknya bila deviden yang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 7 dibayarkan kecil, maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah, sehingga nilai perusahaan rendah (Martono dan Harjito, 2010:3). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Sunariyah (2006:13), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: 1) Faktor internal perusahaan, merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen, 2) Faktor eksternal yaitu halhal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen, misalnya: psikologi pasar, dan laju inflasi yang tingi. Hubungan Kinerja Keuangan Harga Saham Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa peruasahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini dapat menaikkan nilai emiten. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten dimata investor atau calon investor (Zuliarni, 2012, 36-48). Investor sebelum berinvestasi terlebih dahulu akan melihat laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dalam rasio-rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas serta rasio pasar modal. Apabila kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan itu baik, maka investor akan mendapatkan return yang tinggi karena perusahaan memperoleh laba. Kondisi perusahaan dalam hal ini diartikan sebagai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena kinerja perusahaan berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau sebaliknya. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur melalui rasio return on asset, earning per share dan price earning ratio. Rasio-rasio tersebut merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik manajemen menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian mengarah pada seberapa menguntungkannya investor dalam memperoleh return saham atas investasi yang mereka lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin menurun apabila permintaan saham tersebut menurun. Penelitian Terdahulu Zuliarni (2012; 36-48) yang melakukan penelitian berkenaan dengan Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian tersebut kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel dependen adalah harga saham. Sampel dalam penelitian ini Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 8 terdiri dari 10 perusahaan mining and mining service di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2008-2010 yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik snalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa ROA, PER dan DPR secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Artatik (2007) tentang Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Financial Laverage (FL) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Surabaya”. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan variabel EPS dan PER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan FL berpengaruh positif namun tidak signifikan dan ROE berpengaruh negatif namun signifikan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan variabel EPS, PER, FL, dan ROE bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Model Penelitian Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian suatu kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Investor memerlukan informasi tentang perusahaan yang diperlihatkan oleh laporan keuangan berupa rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham atau investor dalam menilai seberapa baik manajemen menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian mengarah pada seberapa menguntungkannya investor dalam memperoleh return saham atas investasi yang mereka lakukan pada perusahaan tersebut. Bertambahnya permintaan akan saham pada perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Demikian sebaliknya, harga saham akan semakin menurun apabila permintaan saham tersebut menurun. Return On Asset Earning Per Share Harga Saham Price Earning Ratio Gambar 1 Rerangka Pemikiran Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 9 penelitian ini adalah: H1: return on asset berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, H2: earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI, H3: price earning secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian Jenis penelitian ini di adalah penelitian Kausal Komparatif yaitu merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian expost faktor, yaitu penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta. Penelitian termasuk penelitian Kausal Komparatif karena penelitian ini menguji pengaruh antara variabel X yaitu rasio fundamental dan variabel Y yaitu harga saham. Penelitian dilakukan pada suatu obyek didalam periode tertentu dimana data yang diambil adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 3 perusahaan yaitu : PT Bentoel International Investama Tbk, PT Gudang Garam, Tbk dan PT Hanjaya mandala Sampoerna Tbk yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif selama tahun 2008 sampai tahun 2012. Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi (Indriantoro, 2002:115). Sedangkan pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan dapat membuat kita menggeneralisasikan sifat atau karakteristik pada elemen populasi. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007:68). Sampel penelitian ini diambil dari semua perusahaan rokok yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif yaitu : PT Bentoel International Investama Tbk, PT Gudang Garam, Tbk dan PT Hanjaya mandala Sampoerna Tbk selama tahun 2008 sampai tahun 2012. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER),sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham (HS) Definisi operasional variabel 1. Return On Asset (ROA), adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahan untuk menghasikan laba dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. 2. Earning Per Share (EPS), adalah rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. 3. Price Earning Ratio (PER), adalah perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning per Share). 4. Harga saham adalah harga saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan, dimana harga saham tersebut adalah harga pasar. Dalam penelitian ini harga pasar yang digunakan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 10 dalam pengujian statistik adalah harga pasar pada akhir tahun pada saat closing price (per 31 Desember periode 2008-2012). Teknik pengukuran variabel menggunakan satuan rupiah. Teknik Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat data di dapat dalam Annual Report dan laporan keuangan didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sedangkan data yang digunakan di dalam rasio profitabilitas, rasio saham, dan harga saham yang di dapat dari data laporan keuangan tahun 2008-2012. Analisis Data 1. Menghitung variabel-variabel yang di regresikan Menghitung besarnya variabel dependen (harga saham) dari masing-masing dari 3 perusahaan rokok selama 5 tahun mulai dari tahun 2008-2012. Menghitung besarnya variabel independen yang terdiri return on asset, earning per share, dan price earning ratio. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance. b. Uji Heteroskedastisitas Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual dari (Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui korelasi antar anggota serangkaian data observasi baik data time series maupun cross section. Menurut Santoso (2009:219), secara umum untuk menentukan autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut: Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan pendekatan grafik Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. 3. Analisis Regresi Berganda Model ini digunakan karena penelitian ini mengemukakan variabel bebas lebih dari satu, maka analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut : HS = a + b1ROA+ b2EPS + b3PER+ ei Keterangan: HS = Harga Saham, a = Konstanta, b1–b3 = Koefisien Regresi masing-masing variabel bebas, ROA = Return On Asset, EPS = Earning Per Share, PER = Price Earning Ratio, ei`= Standar Error Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 11 4. Koefisien Determinasi (R Square) Semakin besar R2 berarti semakin tepat persamaan perkiraan regresi linear tersebut dipakai sebagai alat prediksi, karena variasi perubahan variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas. Apabila nilai R2 semakin dekat dengan satu, maka perhitungan yang dilakukan sudah dianggap cukup kuat dalam menjelaskan variabel bebas dengan variabel terikat. 5. Pengujian Hipotesis a. Uji F Uji F digunakan untuk menguji Untuk menguji kelayakan model yang dihasilkan dengan menggunakan α sebesar 5% . Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: 1) Jika tingkat signifikan > 0.05, maka model yang digunakan dalam penelitian tidak layak dan tidak dapat dipergunakan analisis berikutnya; 2) Jika tingkat signifikan < 0.05, maka model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya. b. Uji t Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat return on asset, earning per share dan price earning ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan harga saham. Prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut : 1) Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari return on asset, earning per share dan price earning ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, 2) Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari return on asset, earning per share dan price earning ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham ANALISIS DAN PEMBAHASAN Return On Asset Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Kemampuan dalam mendapatkan laba atas investasi merupakan suatu ukuran yang menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas sumber dana yang diinvestasikan sehingga dituntut penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan secara efisien. tingkat return on investment perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 2. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 12 Tabel 2 Tingkat Return On Asset Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012 Perusahaan Tahun EAT (Jutaan Rupiah) (a) RMBA GGRM HMSP Sumber: Diolah 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 239.138 25.165 218.621 305.997 (152.548) 1.880.492 3.455.702 4.146.282 4.958.102 3.042.704 3.895.280 5.087.339 6.421.429 8.051.057 7.471.223 Total Asset (Jutaan Rupiah) ROA (%) (b) (c) = (a)/(b) 4.455.532 4.302.659 4.902.597 6.333.957 7.044.347 24.072.959 27.220.965 30.741.679 39.088.706 40.728.153 16.133.819 17.716.447 20.525.123 19.376.343 22.944.009 5,37% 0,58% 4,46% 4,83% -2,17% 7,81% 12,70% 13,49% 12,68% 7,47% 24,14% 28,72% 31,29% 41,55% 32,56% Earning Per Share Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. Dalam pengertian yang tidak jauh berbeda. Tingkat earning per share perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Tingkat Earning Per Share Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012 Perusahaan RMBA GGRM HMSP Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 EAT (Rp) Jml Saham (Lbr) EPS (Rp) (a) (b) (c) = (a)/(b) 239.138 25.165 218.621 305.997 (152.548) 1.880.492 3.455.702 4.146.282 4.958.102 3.042.704 3.895.280 5.087.339 6.421.429 8.051.057 7.471.223 6.732 6.729 7.239 7.241 7.240 1.924 1.924 1.924 1.924 1.924 4.383 4.383 4.383 4.383 4.383 35,52 3,74 30,20 42,26 (21,07) 977,34 1.796,02 2.154,93 2.576,86 1.581,37 888,72 1.160,70 1.465,08 1.836,88 1.704,59 Sumber: Diolah Price Earning Ratio Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio akan memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan pada periode tertentu. Tingkat price Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 13 earning ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat Price Earning Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012 Perusahaan RMBA GGRM HMSP Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Diolah Diolah Harga Saham (Rp) EPS (Rp) PER (%) (a) (b) (c) = (a)/(b) 520 650 800 790 580 4.250 21.550 40.000 62.050 56.300 8.100 10.400 28.150 39.000 59.900 35,52 3,74 30,20 42,26 (21,07) 977,34 1.796,02 2.154,93 2.576,86 1.581,37 888,72 1.160,70 1.465,08 1.836,88 1.704,59 14,64 173,80 26,49 18,69 (27,53) 4,35 12,00 18,56 24,08 35,60 9,11 8,96 19,21 21,23 35,14 Harga Saham Merupakan harga perlembar saham dari saham-saham perusahaan rokok dan komponennya dalam periode 2008-2012. Variabel ini diukur dengan menggunakan harga saham penutupan (closing price) di akhir tahun pada saat tutup buku, dengan periode waku penelitian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Harga saham dari perusahaan rokok yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2008-2012 tersaji pada Tabel 5 Tabel 5 Tingkat Harga Saham Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012 Perusahaan Tahun RMBA GGRM HMSP (Rp) (Rp) (Rp) 2008 520 4.250 8.100 2009 650 21.550 10.400 2010 800 40.000 28.150 2011 790 62.050 39.000 2012 580 56.300 59.900 Sumber: Diolah Rekapitulasi hasil perhitungan Return On Asset, Earning Per Share, Price Erning Ratio, Harga Saham untuk 3 perusahaan rokok selama tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 14 Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan ROA, EPS, PER dan Harga Saham Perusahaan RMBA GGRM HMSP Rasio ROA EPS PER Harga Saham ROA EPS PER Harga Saham ROA EPS PER Harga Saham Sumber: Diolah Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 5,37% 0,58% 4,46% 4,83% -2,17% 35,52 3,74 30,20 42,26 (21,07) 14,64 173,80 26,49 18,69 (27,53) 520 650 800 790 580 7,81% 12,69% 13,49% 12,68% 7,47% 977,34 1.796,02 2.154,93 2.576,86 1.581,37 4,35 12,00 18,56 24,08 35,60 4.250,00 21.550,00 40.000,00 62.050,00 56.300,00 24,14% 28,72% 31,29% 41,55% 32,56% 888,72 1.160,70 1.465,08 1.836,88 1.704,59 9,11 8,96 19,21 21,23 35,14 8.100 10.400 28.150 39.000 59.900 Mean 2,62% 18,13 41,22 668,00 10,83% 1.817,30 18,92 36.830,00 31,65% 1.411,19 18,73 29.110,00 Uji Asumsi Klasik Pengujian Normalitas Data Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan Program SPSS 20 tersaji pada tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandardized Residual 15 0,0000000 11593,841437 0,166 0,166 -0,099 0,643 0,803 Sumber: data diolah SPSS Berdasarkan pada tabel 7 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,803 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Pengujian Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 15 terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika Variance Inflation Factor (VIF) melebihi angka 10 maka dimungkinkan terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006:96). Berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas dengan Program SPSS 20 tersaji pada tabel 8. Tabel 8 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Variabel Tolerance VIF Keterangan Return On Asset Earning Per Share Price Earning Ratio 0,677 0,676 0,962 1,477 1,480 1,039 Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Sumber: data diolah SPSS Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang terdiri dari Return On Asset, Earning Per Share dan Price Earning Ratio, semuanya memiliki nilai VIF yang kurang dari 10 adalah. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga variabel bebas tersebut tidak memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian tidak terjadi gangguan multikolinieritas. Autokorelasi Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: Tabel 9 Batas-batas Daerah Test Durbin Watson Distribusi Interpretasi DW < 0,814 Autokorelasi positif 0,814 ≤ DW < 1,750 Daerah keragu-raguan/15nconclusive 1,750 ≤ DW < 2,250 Tidak ada autokorelasi 2,250 ≤ DW < 3,186 Daerah keragu-raguan/15nconclusive DW ≥ 3,186 Autokorelasi negatif Sumber data: Lampiran 4 Daerah inconclusif Autokorelasi positif 0 Daerah inconclusif NonAutokorelasi ‘dL DW 0,814 1,414 ‘d U 1,750 4–‘d 2,250U Autokorelasi negatif 4–‘d L 3,186 4 Gambar 2 Kurva Distribusi Nilai Durbin Watson Dari tabel batas-batas distribusi nilai test durbin-Watson dan kurva Pengujian auto korelasi Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa nilai test durbin-Watson berada Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 16 pada daerah inconclusive, yaitu pada daerah yang tidak diketahui terjadi otokorelasi atau tidak. Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: Scatterplot Dependent Variable: Harga Saham Regression Studentized Residual 2 1 0 -1 -2 -1 0 1 2 Regression Standardized Predicted Value Sumber: data diolah SPSS Gambar 3 Heterokedaktisitas Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa model analisis tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio terhadap harga saham pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia secara linier. Setelah model analisis dalam bentuk log natural diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 17 Tabel 10 Hasil Uji Regresi Berganda Koefisien Regresi 0,005 1,008 0,018 2,304 0,000 0,973 0,947 Variabel Bebas Return On Asset Earning Per Share Price Earning Ratio Konstanta Sig. F R R2 Sig. r 0,717 0,000 0,001 0,117 0,955 0,811 Sumber: data diolah SPSS Bedasarkan tabel 10 persamaan regresi yang didapat adalah: Y = 2,304 + 0,005 X1 + 1,008X2 + 0,018X3 Pengujian Secara Simultan Koefisien Korelasi dan Determinasi Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 12.0 diperoleh output untuk koefisien determinasi berganda sebagai berikut : Tabel 11 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate DurbinWatson 1 0,973 0,947 0,931 0,4874 1,884 a Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Return On Asset, Earning Per Share b Dependent Variable: Harga Saham Sumber: data diolah SPSS Melihat hasil output SPSS 12.0 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,947 atau 94,7% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 94,7 % = 5,3 %) dikontribusi oleh faktor lainnya. Pengujian Hipotesis Uji F / Model F Uji F digunakan untuk menguji Untuk menguji kelayakan model yang dihasilkan dengan menggunakan α sebesar 5% . Tabel 12 Anova Model 1 Regression Sum of Squares 42,140 Residual Total a b df Mean Square 3 14,047 2,376 10 44,516 13 F 59,125 Sig. 0,000 0,238 Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Return On Asset, Earning Per Share Dependent Variable: Harga Saham Sumber: data diolah SPSS Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 18 Dari hasil output tingkat signifikan 0,000 kurang dari α = 5% menunjukkan pengaruh variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia adalah signifikan. Dengan demikian model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya Pengujian Secara Parsial Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat return on asset, earning per share dan price earning ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan harga saham. Tabel 13 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan Variabel t hitung Sig Keterangan Return On Asset 0,373 0,717 Tidak Signifikan Earning Per Share 10,180 0,000 Signifikan Price Earning Ratio 4,379 0,001 Signifikan Sumber: data diolah SPSS Uji Parsial Pengaruh Variabel Return On Asset Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel return on asset = 0,717 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh return on asset terhadap harga saham pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan. Uji Parsial Pengaruh Variabel Earning Per Share Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel earning per share = 0,000 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh earning per share terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Uji Parsial Pengaruh Variabel Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel price earning ratio = 0,001 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh price earning ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Koefisien Determinasi Partial Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dari variabel bebas yang terdiri atas dari return on asset, earning per share dan price earning ratio terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia. Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 14 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel r r2 Return On Asset 0,117 0,0137 Earning Per Share 0,955 0,9120 Price Earning Ratio Sumber: data diolah SPSS 0,811 0,6572 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 19 Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham adalah earning per share karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil pengujian simultan menunjukkan pengaruh variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap harga saham perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia adalah signifikan. Hasil pengujian parsial menunjukkan dari variabel return on asset, earning per share dan price earning ratio hanya variabel retrun on asset return on asset yang tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap harga saham Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut diatas 5%. Sedangkan variabel earning per share dan price earning ratio masing-masing berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah earning per share yang memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi sebesar 91,20%. Saran Dari hasil analisis tersebut di atas dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Bagi investor atau calon investor hendaknya mempertimbangkan informasi keuangan yang lain seperti fundamental makro ekonomi, seperti misalnya tingkat suku bunga (interest rate), tingkat inflasi (inflation rate), kurs valuta asing (foreign exchange rate), situasi sosial & politik (social & political situations) dan sebagainya. Bagi perusahaan hendaknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya ke dalam perusahaan, serta perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage perusahaan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat. Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro, internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Artatik, S. 2007. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Brigham, Eugene F. dan J. F. Houston, 2001.Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Erlangga. Jakarta. Darmadji. T. dan H. M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisis Keuangan. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta. Eugene, F. dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 1 dan 2. Terjemahan Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Penerbit: Erlangga. Jakarta Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 20 Fakhruddin, M. dan M. S., Hadianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Ghozali. I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Diponegoro. Yogyakarta. Gitosudarmo, I dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Gujarati, D. 2005. Ekonometrika Dasar. Edisi Pertama. Terjemahan: Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hadafi. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu. Cetakan Keempat. Rajagrafindo. Jakarta. Hanafi. M. M., dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis Atas laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hermawati, 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham yang Diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma. Depok. Husnan, S. 2006. Dasar-Dasar Teori Portofilo dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta. UPP-AMP YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2005. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Indriantoro, N. 2002. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntan & Manajemen. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Irhan, F. 2011. Manajemen Pengambilan Keputusan. Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung. Martono dan A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Penerbit Ekonosia. Yogyakarta. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. ________.2005. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Nazwirman. 2008. Penilaian harga saham dengan Price Earning Ratio (PER): Studi Kasus pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Makara. Sosial Humaniora. Volume 12. No 2. Desember 2008: 98-106. Riyanto. B. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Santoso. S. 2001. SPSS Statistik Parametrik.Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta. ________. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo: Jakarta. Sartono. A. 2005. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Siamat. D 2006. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kedua. LPEE-UI. Jakarta. Simamora. H. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid II. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi. Universitas Sumatra Utara. Medan. Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Revisi. Cetakan kesebelas. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunariyah.2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Tendelilin. E. 2005. Analisis Investasi Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 21 Tuasikal, A. 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 08. No. 01. Februari 2007. Warsono. 2006. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Bayumedia Publishing. Malang. Zuliarni, S. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining Dan Minig Service di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. 3(1): 36-48.