BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Tujuan utama

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Tujuan utama penelitian ini telah terjawab dan perlu dijelaskan kembali
secara ringkas dan jelas. Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian
tersebut dalam bentuk kesimpulan yang dijabarkan pada seksi 5.2. Kemudian pada
seksi 5.3 dijelaskan mengenai implikasi dari temuan penelitian yang terdiri atas
implikasi teoritik, implikasi metodologi, dan implikasi praktik. Selanjutnya, pada
bagian terakhir bab ini (seksi 5.4) menjelaskan tentang keterbatasan-keterbatasan
dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini merupakan salah satu penelitian empiris untuk memberikan
bukti tentang dampak penggunaan sistem pengukuran kinerja, faktor-faktor
organisasional, akuntabilitas, dan kinerja organisasi sektor publik di Indonesia.
Peneliti mengembangkan sebuah model dengan menggunakan pendekatan SEMPLS dalam menguji hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian menemukan adanya bukti yang kuat mengenai pengaruh
komitmen manajemen sebagai salah satu faktor organisasional yang memiliki
dampak terhadap kinerja organisasi sektor publik. Temuan ini menyimpulkan
bahwa komitmen manajemen merupakan faktor pendorong suksesnya penerapan
sistem pengukuran kinerja. Organisasi memerlukan komitmen yang kuat dari
seluruh unsur yang ada mulai dari level puncak, menengah, sampai level bawah
85
dalam mencapai visi, misi, nilai-nilai maupun tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Penelitian ini juga menemukan dukungan yang cukup kuat pada variabel
akuntabilitas yang dipengaruhi oleh komitmen manajemen dan mandat legislatif.
Komitmen manajemen yang berpengaruh terhadap akuntabilitas merupakan
bentuk isomorfisma normatif yang memang sangat diperlukan oleh organisasi.
Manajer sektor publik dalam hal ini disyaratkan untuk memberikan alasan dan
tanggungjawab kepada masyarakat atas pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya
publik. Sedangkan mandat legislatif merupakan bentuk isomorfisma koersif yang
dianggap menjadi salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan reformasi pada
organisasi sektor publik di Indonesia. Selain itu, isomorfisma mimetik juga terjadi
dalam dunia praktik. Hal ini terbukti dari adanya instansi pemerintah terutama
SKPD yang melihat atau mengacu pada instansi lain dalam pembuatan laporan
kinerja sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan regulasi. Temuan ini
memberikan kesimpulan bahwa isomorfisma institusional benar-benar terjadi
dalam dunia praktik dan berperan kuat dalam proses implementasi sistem
pengukuran kinerja dan akuntabilitas pada organisasi sektor publik terutama pada
SKPD.
Terakhir, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan dari tiga peran
penggunaan sistem pengukuran kinerja yang diprediksi bisa berdampak pada
kinerja organisasi. Begitu juga hubungan antara kontraktibilitas dan akuntabilitas
terhadap kinerja organisasi. Ketidakterdukungan ini menyimpulkan bahwa peran
NPM dalam penggunaan sistem pengukuran kinerja tidak bisa menjaga tuntutan
86
atau keinginan universal, dan harus memperbolehkan sebuah pendekatan yang
lebih bergantung pada situasi tertentu dalam praktik manajemen kinerja (Spekle
dan Verbeeten, 2014). Selain itu, adanya ambiguitas terhadap tujuan organisasi
dan ketidakmampuan pegawai atau pelaku pemerintahan dalam menentukan
atribut dan ukuran kinerja, menyebabkan metrik kinerja tidak bisa memberikan
banyak panduan dan hanya menyajikan sebuah representasi parsial dari tujuan
utama organisasi. Begitu juga ketika manajer tidak mampu memrediksi
kemungkinan hasil (outcome) dari berbagai alternatif tindakan, maka akan terjadi
distorsi dalam pencapaian tujuan organisasi.
5.2 Implikasi
Banyak peneliti maupun mahasiswa dalam beberapa dekade terakhir
tertarik melakukan penelitian pada area akuntansi sektor publik. Hal ini patut
diberikan apresiasi yang tinggi karena penelitian tersebut dapat menambah
khasanah pengetahuan dan memberikan kontribusi kepada pihak yang
berkepentingan. Namun demikian, penelitian yang menghubungkan pengukuran
kinerja, akuntabilitas, dan kinerja organisasi di sektor publik belum banyak
dilakukan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu,
adanya penelitian ini bisa memberikan beberapa kontribusi dan implikasi menarik
dalam dunia akademik maupun praktik.
5.2.1 Implikasi Teoritik
Implikasi secara teoritik dari penelitian ini adalah temuan tentang faktorfaktor yang diidentifikasi berpengaruh terhadap akuntabilitas dan kinerja
organisasi sektor publik. Tiga komponen isomorfisma institusional juga menjadi
87
bukti yang telah dikonfirmasi oleh pelaku organisasi sebagai faktor yang
berpengaruh dalam praktik pelaporan kinerja dan akuntabilitas. Isomorfisma
institusional sebagai salah satu bagian dari teori institusional diakui sebagai
sebuah kerangka dasar yang mampu menjelaskan praktik penerapan sistem
pengukuran kinerja dan akuntabilitas di sektor publik. Temuan ini memperluas
hasil penelitian sebelumnya dan menambah literatur dalam bidang akuntansi
manajemen sektor publik. Temuan ini juga memberikan keyakinan kuat terhadap
teori institusional yang cocok digunakan dalam konteks organisasi sektor publik
di Indonesia.
5.2.2 Implikasi Metodologi
Penggunaan dua pendekatan penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif
dengan menggunakan survei dan wawancara merupakan sebuah manfaat yang
besar dan bisa memberikan hasil penelitian yang kuat (robust). Pendekatan ini
mampu menjawab permasalahan penelitian yang kompleks dan bisa menjelaskan
berbagai hal dan situasi secara lebih detil dibandingkan hanya satu pendekatan
penelitian. Implikasi penting lainnya secara metodologi adalah sebagai berikut:
1. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan dua metode dari
generasi yang berbeda, yaitu analisis multivariat generasi pertama (Model
regresi berganda), dan analisis multivariat generasi kedua (SEM-PLS).
Penggunaan dua analisis multivariat ini memberikan keyakinan terhadap
validitas dan robustness dari hasil analisis kuantitatif.
2. Penggunaan SEM-PLS menjadi sebuah alat yang cocok untuk menguji
model yang kompleks dan menganalisis hubungan beberapa variabel
88
secara simultan serta mampu mengestimasi model dengan baik walaupun
terdapat distribusi data yang tidak normal.
5.2.3 Implikasi Praktik
Dampak yang sangat penting dari adanya penelitian ini adalah bisa
memberikan implikasi praktik kepada pelaku organisasi sektor publik maupun
para pembuat kebijakan. Implikasi praktik dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sistem pengukuran kinerja merupakan sebuah komponen penting dalam
struktur pengendalian manajemen. Sehingga dalam membuat sistem
tersebut, manajer sektor publik perlu mempertimbangkan berbagai aspek
agar tercapai efisiensi dan efektifitas organisasi, misalnya terkait dengan
apa yang diukur, bagaimana mengukurnya, dan juga bagaimana mereka
seharusnya menggunakan informasi kinerja terkait dengan kondisi yang
dihadapi di lapangan.
2. Organisasi sektor publik perlu memberikan perhatian yang besar terhadap
komitmen pegawai terutama komitmen manajemen puncak. Hal ini karena
komitmen manajemen memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan
kinerja dan akuntabilitas. Begitu juga dengan mandat legislatif yang
dianggap menjadi salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan reformasi
pada organisasi sektor publik.
3. Para pembuat kebijakan perlu memperbesar upaya mereka dalam
mendorong lembaga pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas dan
89
kinerja pelayanan publik sehingga terwujud efektifitas dan kesejahteraan
sosial yang lebih cepat di Indonesia.
5.3 Keterbatasan dan Saran
Seperti halnya penelitian-penelitian empiris lainnya, penelitian ini
memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan. Pertama, penelitian ini dilakukan
hanya pada organisasi sektor publik di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
membatasi ruang lingkup pada SKPD. Sehingga hasil penelitian ini mungkin
hanya bisa digeneralisasikan pada area tersebut. Penelitian selanjutnya disarankan
memperbesar area populasi dan memperluas ruang lingkup organisasi sektor
publik, tidak hanya SKPD, tetapi juga organisasi sektor publik lain yang
memberikan pelayanan kepada publik seperti rumah sakit dan lembaga
pendidikan.
Kedua, operasionalisasi variabel akuntabilitas dalam penelitian ini terbatas
pada akuntabilitas internal dan eksternal. Sementara akuntabilitas sendiri bisa
didefinisikan dalam banyak dimensi, seperti: akuntabilitas politik, akuntabilitas
publik, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas profesional, dan akuntabilitas
personal (Sinclair, 1995). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan bisa
mengidentifikasi kelima dimensi akuntabilitas tersebut dalam hubungannya
dengan kinerja organisasi.
Ketiga, analisis data dalam model regresi tidak menguji beberapa asumsi
yang harus dipenuhi terlebih dahulu, sehingga hal ini bisa menyebabkan
terjadinya perbedaan hasil ketika di analisis dengan menggunakan model SEMPLS yang pada dasarnya memakai pendekatan nonparametrik. Terakhir, penelitian
90
ini belum menggali secara lebih mendalam penyebab ketidakterdukungan
beberapa hipotesis yang diajukan, hal ini karena metode yang digunakan hanya
memakai pendekatan skuensial eksplanatori yang ditujukan untuk menangkap
fenomena isomorfisma. Sehingga penelitian selanjutnya bisa menggali informasi
lebih detil lagi dari responden dengan menggunakan pendekatan lain, seperti
skuensial eksploratori, transformatif, maupun triangulasi.
91
Download