Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN 2442-9775 PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI MELALUI METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR Erlin Fitria Program BK Universitas Teknologi Yogyakarta, DIY Abstrak Tujuan penelitian ini menghasilkan layanan informasi melalui metode quantum learning yang efektif meningkatkan motivasi belajar siswa SMK. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Educational Research and Development). Layanan informasi yang dikembangkan merupakan proses pemberian informasi oleh konselor kepada individu melalui proses yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi belajar. Hasil akhir dalam penelitian berupa model layanan informasi melalui metode quantum learning yang meliputi rasional, tujuan, komponen model layanan, pelaksanaan layanan informasi melalui quantum learning. Penelitian menunjukkan bahwa layanan informasi melalui metode quantum learning terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tingkat motivasi belajar sebelum diberikan layanan informasi adalah 62% dan setelah diberikan layanan informasi meningkat menjadi 67%. Terjadi peningkatan sebesar 5%. Peningkatan tersebut terjadi pada semua indikator motivasi belajar. Hasil uji statistik menunjukkan jumlah jenjang terkecil = 0 < dari t tabel = 89, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. © 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling Kata Kunci: Layanan Informasi; Metode Quantum Learning; Motivasi Belajar PENDAHULUAN Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar yakni mempengaruhi intensitas kegiatan belajar. Motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai dengan belajar. Makin tinggi dan berarti tujuan belajar, akan semakin besar pula motivasinya dan semakin besar motivasi belajar akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Motivasi diperlukan agar siswa mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita belajar dan bagaimana cara kita belajar. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya cenderung melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang diyakininya akan membantu dirinya dalam belajar, seperti memperhatikan pelajaran dengan seksama, secara mental mengorganisasikan dan menghafal materi yang harus dipelajari, mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya, memeriksa level pemahamannya dan meminta bantuan ketika dirinya tidak memahami materi tersebut. Motivasi pada dasarnya berpangkal pada suatu kebutuhan. Hal ini sejalan dengan hierarki kebutuhan Maslow (Uno, 2012) yakni “Suatu keadaan ketegangan dalam diri individu yang disebabkan adanya kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga membangkitkan, memelihara dan 1 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015 mengarahkan tingkah laku individu menuju suatu tujuan atau sasaran”. Sehingga respon siswa terhadap bahan belajar atau kondisi pada saat belajar dapat terjaga serta dikembangkan sesuai dengan harapan pendidik. Namun tidak semua siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Seringkali siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, mereka memuja sebuah hasil tanpa mengenal proses. Menginginkan nilai yang bagus namun tidak peduli pada proses yang seharusnya dijalani, bahwa untuk dapat memperoleh nilai yang bagus, harus belajar terlebih dahulu. Hasil wawancara yang dilakukan dengan koordinator BK, diperoleh data DCM yang berkaitan dengan motivasi belajar, yakni aspek penyesuaian terhadap sekolah. Hal ini berkaitan dengan sikap siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas, antusias siswa mengikuti pengayaan di sekolah, ketekunan dan keuletan siswa dalam belajar di kelas yaitu sebesar 22,18% dengan tingkat derajat permasalahannya adalah “cukup”. Dalam hal ini masih perlu adanya upaya peningkatan dalam aspek tersebut. Aspek lainnya adalah siswa mengalami masalah dalam menentukan masa depan dan cita-cita pendidikan atau jabatan sebesar 45,62% dengan tingkat derajat permasalahannya adalah “kurang”. Siswa mengalami masalah dalam menentukan masa depan salah satu penyebabnya karena kurang pemahaman siswa terhadap informasi yang diberikan yaitu berkaitan dengan pemantapan karir. Dari hasil wawancara dengan koordinator guru BK diketahui bahwa dalam 1 minggu ratarata ada 2-3 guru mata pelajaran yang berkonsultasi mengenai masalah yang terkait dengan motivasi belajar siswa saat proses pembelajaran di kelas contohnya adalah terjadi penyakit praktek (siswa memilih tidak masuk sekolah saat belum menyelesaikan tugas praktek), terlambat masuk kelas setelah istirahat karena dengan sengaja berlama-lama di kantin, membolos karena diajak teman, ke sekolah tidak membawa buku pelajaran. Selama ini, upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk penanganan motivasi belajar adalah dengan bimbingan klasikal, konseling individu, dan melalui layanan informasi, akan tetapi permasalahan tersebut masih nampak dan membutuhkan penanganan yang lebih baik. Wibowo (2004) menjelaskan bahwa “Layanan informasi merupakan kegiatan dalam rangka program bimbingan dan konseling di sekolah untuk peserta didik dalam mengenal diri dan lingkungannya yang dapat dimanfaatkan baik pada masa kini maupun masa yang akan datang”. Dengan adanya layanan informasi, individu mendapatkan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang maupun untuk perencanaan kehidupannya ke depan. Melalui layanan informasi, siswa dibantu memperoleh atau mengakses informasi yang berguna untuk memaparkan bermacam-macam hal, salah satunya adalah pentingnya belajar sehingga memacu semangat dalam belajar. Tujuan umum layanan informasi menurut Prayitno (2011) adalah “dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan”. Jadi dalam pemberian layanan informasi, menjadi penting yaitu tersampaikannya maksud dari isi materi yang disajikan oleh konselor kepada siswa. Untuk itu guru BK diharapkan dapat melaksanakan layanan informasi dengan menggunakan metode yang dapat membuat siswa tertarik dan dengan mudah dapat memahami isi dari materi yang dipaparkan. Namun kenyataan di lapangan, bukanlah hal yang mudah untuk membuat siswa dapat memahami informasi yang disampaikan oleh guru BK saat pelaksaanaan layanan informasi. Hasil observasi, pemberian layanan informasi menggunakan metode ceramah memang mudah dilakukan oleh konselor tetapi sulit dipahami oleh siswa karena informasi yang diberikan pada siswa bersifat abstrak. Kemudian pemberian layanan informasi dalam satu semester hanya dilakukan 3 kali dan dilakukan hanya dengan menerangkan isi materi di depan para siswa di kelas atau dengan mengajak siswa untuk berdiskusi dengan durasi waktu 1 jam pelajaran, komponen isi materi terbatas pada informasi karir. Layanan informasi yang dilakukan dengan metode ceramah atau diskusi dinilai kurang dapat memenuhi tujuan umum dari pelaksanaan layanan informasi yaitu dikuasainya informasi tertentu oleh siswa. 2 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015 Oleh karena itu diperlukan metode dengan perlakuan khusus yang memungkinkan siswa harus aktif dan kreatif serta inovatif sehingga proses pelaksanaan layanan informasi dapat lebih hidup kemudian dapat membantu dalam menciptakan lingkungan yang efektif serta siswa merasa lebih nyaman dalam mempelajari suatu materi. Metode quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar efektif untuk semua umur dan menjadikan belajar menjadi lebih menyenangkan. Dengan belajar yang menyenangkan dapat lebih memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian manfaat dari quantum learning itu sendiri menurut Porter Bobbi De dan Hernacki Mike (2011) “adalah membantu untuk meningkatkan sifat positif, motivasi, keterampilan belajar seumur hidup, kepercayaan diri dan sukses”. Salah satu manfaatnya adalah dapat meningkatkan motivasi. Dengan pengembangan layanan informasi melalui metode quantum learning diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah. Kemudian dalam metode quantum learning upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif. Dalam layanan informasi dengan metode quantum learning menggunakan bahasa yang positif, diharapkan siswa lebih tertarik untuk memahami isi materi, yang selanjutnya digunakan untuk pengembangan dirinya yaitu yang berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar. Lalu upaya lainnya dalam pelaksanaan layanan informasi dengan quantum learning yaitu dengan memberikan isi materi yang di dalamnya disisipkan kegiatan mencontohkan seorang model yang dianggap berhasil dalam hidupnya, sehingga diharapkan siswa dapat meniru keberhasilan model tersebut dengan mengatur pola berfikir seperti orang dalam model tersebut. Keberhasilan di sini adalah mengenai peningkatan motivasi belajar. Layanan informasi dengan metode quantum learning diharapkan dapat memberikan solusi bagi keterbatasan pelaksanaan layanan informasi yang sudah ada. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) Borg and Gall (2007) dengan tujuan yang ingin dicapai adalah tersusunnya model layanan informasi melalui metode quantum learning. Pada penelitian ini bobot metode kuantitatif dan kualitatif berimbang. Metode kuantitatif digunakan untuk mengkaji tingkat motivasi belajar siswa dan keefektifan model layanan informasi melalui metode quantum learning. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk memaparkan pelaksanaan layanan informasi yang selama ini dilaksanakan dan telah dikembangkan, serta validasi (ahli dan praktisi) rancangan model layanan informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar. Subyek dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas X TKJ yang berjumlah 32 siswa. Tempat dalam penelitian ini adalah SMK Negeri 2 Tegal yang beralamat di Jl. Wisanggeni No. 1 Tegal. Teknik analisis data dalam penelitian ini kategori statistik deskriptif. Analisis data penelitian pada tahap awal (research) dilakukan secara kualitatif. Prosedur kualitatif dilakukan untuk memaknai wawancara, mendeskripsi gambaran objektif tentang Pelaksanaan layanan informasi sebelumnya; Mengidentifikasi motivasi belajar; Kebutuhan dilakukan pengembangan model layanan informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar. Selanjutnya analisis efektivitas layanan informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK dilakukan dengan menganalisis tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan informasi melalui metode quantum learning. Untuk membuktikan hipotesis penelitian berupa pengujian efektifitas digunakan teknik statistik non parametric yaitu menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Uji Wilcoxon dua sisi dicari dengan cara mencari perbedaan antara skor kelompok pretest dengan skor kelompok posttest. Selanjutnya beda antara skor pretest dan posttest diberi rangking (jenjang). 3 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh peneliti di lapangan dikelompokkan menjadi dua yaitu gambaran pelaksanaan layanan informasi dan gambaran tingkat motivasi belajar siswa. Gambaran tentang pelaksanaan layanan informasi dari hasil wawancara dengan guru BK, dapat disimpulkan yaitu layanan informasi telah terencana dalam program bimbingan dan konseling namun dalam pelaksanaannya seringkali tidak sesuai dengan rencana. Pelaksanaan layanan informasi hanya dilakukan oleh satu guru BK sehingga tidak seluruh kelas mendapatkan layanan informasi. Kemudian masih menggunakan metode yang konvensional yaitu dengan ceramah dan diselingi dengan tanya jawab tanpa adanya variasi teknik lainnya sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan kurang optimal dan terkesan membosankan. Untuk mengungkapkan gambaran motivasi belajar siswa pada subjek penelitian. Peneliti menggunakan skala motivasi belajar yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Skala motivasi belajar yang terdiri dari 64 item pernyataan diberikan kepada sampel penelitian yang berjumlah 128 siswa yang terbagi dalam empat kelas. Untuk mengetahui profil masing-masing variabel dan sub variabel motivasi belajar, dapat diketahui melalui prosentase perolehan skor gambaran motivasi belajar, sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 1. Gambaran Motivasi Belajar Secara Umum Interval skor Frekuensi Prosentase Kategori 64 – 115 116 – 166 167 – 217 218 – 268 269 – 320 Jumlah 0 7 95 25 1 128 0% 5,5 % 74,2 % 19,5 % 0,8 % 100 % SangatRendah Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi Berdasarkan hasil tersebut, diperlukan suatu model layanan informasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka disusunlah model layanan informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Aspek dalam motivasi belajar yang akan dikembangkan meliputi tiga hal yaitu memilih untuk belajar dibandingkan aktivitas lainnya, berusaha sungguh-sungguh untuk belajar, dan gigih dalam belajar. Sedangkan topik yang diambil dalam quantum learning yaitu menumbuhkan sikap yakin pada kemampuan diri sendiri, gaya belajar, keberhasilan, menulis dengan peta pikiran. Penilaian validator ahli menunjukkan perlu adanya pengecekan model layanan sebelum diujicobakan serta diperjelas kalimat yang dipakai dalam penulisan rasional, agar mendapatkan model layanan yang diharapkan. Pasca uji coba terbatas menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dilakukan dengan membandingkan skor rata-rata yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah mendapatkan model layanan informasi melalui metode quantum learning. Secara lebih rinci peningkatan tiap indikator motivasi belajar, dapat dilihat pada gambar berikut ini : 4 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Memilih untuk belajar dibandingkan aktivitas lainnya Berusaha sungguhsungguh untuk belajar Gigih Dalam Belajar Pretest Posttest Gambar 1. Peningkatan tiap indikator motivasi belajar Layanan Informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diimplementasikan secara langsung oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa yang menyusun model adalah peneliti sendiri. Dalam pengimplementasian model ini, peneliti melaksanakan sebanyak empat kali. Pada Pelaksanaan pertama, materi yang diberikan dalam pertemuan ini mengenai sikap yakin pada kemampuan diri sendiri. Materi diberikan dengan menggunakan kalimat yang positif sehingga dapat membantu siswa memiliki emosi yang positif. Emosi positif dapat meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan dan kehormatan diri. Kemudian menggunakan model (salah satu siswa) yang akan memberikan materi mengenai pola belajar sehari hari. Model adalah siswa yang memiliki kemampuan yang setara dengan siswa lainnya. Dengan kemampuan yang setara namun mencapai prestasi akademik yang baik, diharapkan siswa dapat meniru pola fikir dan gaya belajar dari model (siswa) tersebut. Materi yang diberikan dalam pertemuan kedua mengenai gaya belajar. Dipaparkan dengan “ambak” (apa manfaatnya bagiku), siswa diberikan informasi awal mengenai manfaat dari materi yang akan disampaikan oleh konselor. Sehingga diharapkan siswa betul-betul menyimak materi yang akan disampaikan, kemudian perayaan adalah aktivitas yang dilakukan setelah peserta (siswa) dapat mengikuti kegiatan layanan dengan baik. Aktivitas perayaan ini disampaikan kepada siswa pada awal pelaksanaan layanan informasi. Aktivitas ini bisa berupa permainan ringan atau relaksasi. Dengan melakukan perayaan, akan menimbulkan perasaan keberhasilan, penyelesaian dan kepercayaan dan ini akan membangun motivasi siswa untuk tujuan berikutnya. Untuk pertemuan ketiga, materi yang diberikan bertema keberhasilanku. Peneliti berusaaha untuk menata pentas yaitu menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk belajar sehingga dapat menunjang pemahaman siswa terhadap informasi yang sedang disampaikan. Menata pentas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan musik (musik barok) saat konselor menyampaikan materi kepada peserta layanan. Musik berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis. 5 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015 Dengan menggunakan musik yang khusus (musik barok), siswa dapat mengerjakan tugas yang melelahkan sambil tetap relaks dan berkonsentrasi. Kemudian sikap tubuh mempengaruhi emosi penerimaan materi sehingga siswa selalu diingatkan untuk duduk dengan posisi yang baik sehingga siap menerima materi yang diberikan.Aspek memupuk sikap juara diintegrasikan dalam materi dengan bentuk powerpoint. Isi materi tersebut adalah menumbuhkan sikap positif dalam diri dan mengingatkan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga mendorong siswa untuk berprestasi lebih baik. Pada pertemuan keempat, atau pertemuan terakhir, materi yang disajikan mengenai sukses dalam belajar. Deskripsi layanan pada pertemuan keempat ini adalah peneliti memaparkan materi dengan menggunakan mind mapping (peta pikiran). Teknik pencatatan ini dikembangkanoleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak manusia sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Hal ini memungkinkan siswa mengembangkan pemahaman, menyimpan informasi lebih lama dan memperoleh pandangan baru.Memaparkan materi menggunakan peta pikiran dapat memicu ingatan yang lebih mudah sehingga materi yang disampaikan diharapkan lebih mudah untuk difahami. Menginternalisasikan aspek kewajaiban memori ke dalam layanan informasi adalah dengan mengadakan jeda sejenak saat berlangsungnya layanan. Hal ini didasarkan pada riset bahwa siswa akan lebih mengingat dengan sangat baik informasi yang diterima pada awal di akhir suatu sesi. SIMPULAN Model layanan informasi melalui metode quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar terdiri dari (1) rasional (2) tujuan (3) komponen model layanan (komponen layanan, format layanan, media, asas layanan, topik/materi layanan, target intervensi), (4) pelaksanaan layanan. Kelayakan model tersebut telah divalidasi oleh 2 pakar bimbingan dan konseling serta 3 praktisi/guru bimbingan dan konseling. Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa model yang dirancang layak untuk diimplementasikan di lapangan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Prof. Dr. DYP Sugiharto, M. Pd. Kons., Dr. Imam Tadjri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing tesis Pascasarjana Unnes. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SMK Negeri 2 Tegal. DAFTAR PUSTAKA Borg, W.R., Gall, M. D., dan Gall, J. P. 2007. Educational Research: An Introduction. New York: Longman. Porter, B. De.dan Hernacki, M. 2011. Quantum Learning. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa. Prayitno. 2011. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang:UNP. Uno, H.B.2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wibowo, E.M. 2004. Modul Pelayanan BK Di Sekolah. Semarang: LPMP. 6