ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny.A DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh: Rode Hulda Nimsi Lasboy NIM B13131 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny.A DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD KARANGANYAR Diajukan Oleh: Rode Hulda Nimsi Lasboy NIM B13131 Telah diperiksa dan disetujui Pada Tanggal................... Pembimbing Deny Eka Widyastuti, SST., M. Kes NIK 201188075 ii HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny.A DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Rode Hulda Nimsi Lasboy NIM B13131 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal...................... PENGUJI I PENGUJI II Siti Nurjanah, SST., M.Keb NIK. 201188093 Deny Eka Widyastuti, SST., M. Kes NIK 201188075 Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan Siti Nurjanah, SST., M.Keb NIK. 201188093 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonaturum Derajat II di RSUD Karanganyar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Deny Eka Widyastuti, S. ST, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Direktur RSUD Karanganyar yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh Dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis iv Juni 2016 Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016 Rode Hulda Nimsi Lasboy B13131 ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny.A DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2016 xii + 73 Halaman + 4 Tabel + 1 Gambar + 13 Lampiran INTISARI Latar Belakang: Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Studi pendahuluan dari rekam medik di RSUD Karanganyarjumlah bayilahir selama 1 tahun dari bulan September 2014-September 2015 sebanyak 4758 kelahiran, jumlah bayi dengan ikterus sebanyak 652 (20,9%), bayi ikterus derajat I sebanyak 285 (43,8%), bayi ikterus derajat II sebanyak 350 (53,6%), bayi ikterus derajat III sebanyak 17 (2,6%). Apabila tidak segera dilakukan penanganan akan mengakibatkan terjadinya kern ikterus Tujuan: Untuk melaksanakan ashuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum derajat II melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney. Metodologi: Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus, dilakukan di RSUD Karanganyar subjek studi kasus adalah Bayi Ny. A dengan ikterus derajat II dan dilakukan pada tanggal 23-27 April 2016 dengan menggunakan format asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan 7 langkah Varney. Teknik pengumpulan data meliputi Data Primer yang terdiri dari Pemeriksaan Fisik, Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Wawancara, Observasi dan Data Sekunder terdiri dari Studi dokumentasi dan Studi kepustakaan. Hasil: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kadar bilirubin turun, bayi dapat menyusu dengan baik. Kesimpulan: Dari asuhan kebidanan 7 langkah varney tidak terdapat kesenjangan antar teori dan praktek dilapangan. Kata Kunci : Asuhan kebidanan, bayi baru lahir, Ikterus derajat II. Kepustakaan : 30 buku ( 2007-2015). v MOTTO 1 Masa depanku sungguh ada dan harapanku tidak akan hilang (Penulis) 2 Masalah bukanlah cobaan yang harus dihindari, namun tantangan yang wajib dihadapi (Penulis) 3 Selama masih ada tekat yang terpelihara dalam semangat maka tidak ada kata terlambat dalam hidup (Penulis) PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan teruntuk: 1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikanku kesehatan, kekuatan dan kesabaran serta kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Kepada Bapakku Nikodemus Lasboy dan Ibuku Filpina Kolimon serta seluruh keluarga yang selalu mendoakanku, mendukungku dan mengkhawatirkan kesehatanku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang selalu kalian berikan. 3. Kepada kakakku dan adik-adikku tercinta. 4. Untuk saudaraku Dony Kolimon dan Murny Kolimon yang setia menemaniku, mendengarkan keluh kesahku dan selalu ada buat aku. Terimakasih ya kalian luar biasa. 5. Kepada ibu Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes. Terimakasih karena sudah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan. 6. Kepada seluruh dosen-dosenku yang sudah menjadi orang tua kedua ku yang mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran dan ketulusan, terimakasih tak terhingga atas ilmu yang telah kalian diberikan. 7. Sahabat-sahabatku seperjuangan di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 8. Untuk Almamaterku vi tercinta. CURICULUM VITAE Nama : Rode Hulda Nimsi Lasboy Tempat/ Tanggal Lahir : Oele’u, 30 Juli 1995 Agama : Kristen Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Oele’u RT 03/01, Oele’u, Kolbano, TTS, NTT Riwayat Pendidikan : 1. SD N 1 Oele’u Selatan LULUS TAHUN 2007 2. SMP Kristen 2 Banat LULUS TAHUN 2010 3. SMA N 1 Amanuban Tengah LULUS TAHUN 2013 4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv INTISARI ..................................................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... vi CURICULUM VITAE .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ........................................................................................ x DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 3 C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 3 D. Manfaat Studi kasus ............................................................... 4 E. Keaslian Stusi Kasus .............................................................. 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ............................................................................ 7 1. Bayi Baru Lahir (BBL) ...................................................... 7 2. Ikterus ................................................................................ 9 B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 17 C. Landasan Hukum .................................................................... 32 BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus .................................................................... 33 B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 33 C. Subjek Studi Kasus ................................................................. 33 viii D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 34 E. Instrumen Studi Kasus ............................................................ 34 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34 G. Alat-alat Yang Dibutuhkan..................................................... 38 H. Jadwal Penelitian .................................................................... 38 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ....................................................................... 39 B. Pembahasan ........................................................................... 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 69 B. Saran ...................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Rumus Kramer ............................................................................... 14 Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterus......................................................... 16 Tabel 4.1 Tabel Sistem Apgar Score ............................................................ 44 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan Laboratorium ................................................... 46 x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Derajat dan daerah ikterus .......................................................... xi 14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian (dalam bentuk tabel) Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Lembar Pedoman wawancara (Format ASKEB) Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 10. Leaflet Lampiran 11. Lembar Observasi Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 13. Lembar Konsultasi (Pada Lampiran Terakhir) xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian bayi sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun (Dinkes, 2012) Menurut Dinkes Jateng dalam jurnal Buku Saku Kesehatan triwulan 3 tahun 2015, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 3709/100.000 kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian bayi per Keresidenan Pekalongan 774 kasus (20,87%), Semarang 739 kasus (19,92%), Surakarta 681 kasus (18,36%), Pati 565 kasus (15,23%), Banyumas 421 kasus (11,35%), Kedu 529 kasus (14,26%), dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Karanganyar sebanyak 119 (3,20%) (Buku Saku Triwulan 3, 2015) Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan kematian. Penyebab kematian bayi baru lahir disebabkan oleh berat bayi lahir rendah (BBLR), tetanus, ikterus, asfiksia (Rahardjo dan Marmi, 2012) Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterus ini 1 2 disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin disebabkan oleh infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh serta dari tubuh itu sendiri. Apabila tidak segera dilakukan penanganan akan menyebabkan terjadinya kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak (Dewi, 2013) Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSUD Karanganyar, diketahui bahwa jumlah bayi baru lahir selama 1 tahun dari bulan september 2014-september 2015 sebanyak 4758 kelahiran, jumlah bayi lahir normal 1627 (34,20%), jumlah bayi patologi 3131 (65,8%), bayi asfiksia ringan sebanyak 952 (30,4%), bayi asfiksia sedang sebanyak 900 (28,8%), bayi asfiksia berat sebanyak 115 (3,7%), berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 512 (16,3%) dan pembagian untuk bayi dengan ikterus sebanyak 652 (20,9%), bayi ikterus derajat I sebanyak 285 (43,8%), bayi ikterus derajat II sebanyak 350 (53,6%), bayi ikterus derajat III sebanyak 17 (2,6%). Mengingat angka kejadian ikterus derajat II masih cukup tinggi dan komplikasi yang timbul apabila bayi tidak segera ditangani akan menjadi kern ikterus dan menyebabkan kematian. Maka penting untuk melakukan studi kasus pada bayi dengan ikterus neonatorum derajat II. “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.A dengan Ikterus Neonatorum Derajat II di RSUD Karanganyar dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney”. 3 B. Perumusan Masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi. Ny. A dengan Ikterus Neonatorum Derajat II di RSUD Karanganyar dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney?”. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Untuk melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi. Ny. A dengan Ikterus Neonatorum Derajat II melalui pendekatan manajemen 7 langkah varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu 1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif yang berkaitan dengan bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 2) Menginterpretasikan data dasar, yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan paada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi, kolaborasi dan merujuk pada bayi dengan Ikterus Neonatirum derajat II. 4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 4 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II. 2. Bagi Profesi Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II. 5 b. Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan referensi sehingga dapat memberikan wawasan yang luas mengenai asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II. E. Keaslian Studi Kasus Laporan Kasus Kebidanan pada bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II pernah dilakukan oleh : 1. Arddina Fitriana Rosyada (2013), STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus denga Ikterus Patologis Di Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yokyakarta” asuhan yang diberikan selama 5 hari adalah melakukan phototerapy dengan durasi 3x6 jam, mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali, menghitung respirasi dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali. Setelah diberi asuhan selama 5 hari maka kondisi bayi sudah membaik. 2. Laila Fajria (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S dengan Ikterus Neonatus Derajat II di RSU Assalam Gemolong Sragen” dengan hasil asuhan selama 3 hari dengan tindakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi secara disendokin, observasi suhu incubator 32oC, pemberian injeksi Logafox 2x20 gram, Ottogenta 2x20 gram, Neo K 2x0,5 gram tiap 12 jam, pemantauan TTV. Hasil keadaan umum bayi baik, kesadaran 6 composmentis, cairan terpenuhi, bilirubin dalam darah turun menjadi 1,75 mg%.Setelah diberi asuhan selama 4 hari keadaan umum bayi sudah sehat. Perbedaan studi kasus diatas dengan studi kasus yang dilakukan oleh penulis terletak pada tempat, subjek, waktu dan terapi sedangkan persamaan studi kasus diatas dengan studi kasus yang dilakukan oleh penulis yaitu pada tema studi kasus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Bayi Baru Lahir (BBL) a. Definisi 1) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu. Biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Marmi dan Rahardjo, 2012). 2) Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 25004000 gram, nilai Apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti dan Rukiyah, 2013). b. Ciri-ciri bayi normal Menurut Dewi (2013), ciri bayi normal adalah: 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu 2) Berat badan 2.500-4.000 gram 3) Panjang badan 48-52 cm 4) Lingkar dada 30-38 cm 5) Lingkar kepala 33-35 cm 6) Nilai APGAR > 7 7) Gerakan aktif 8) Bayi lahir langsung menangis kuat 7 8 9) Kriteria neorologis neonatus nornal. 10) Genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora. 11) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama. c. Klasifikasi bayi baru lahir Menurut Rahardjo dan Marmi (2012), klasifikasi bayi baru lahir menurut gestasi, yaitu : 1) Preterm infant : Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari) 2) Term infant : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari42 minggu lengkap (259 hari sampai 293hari) 3) Posterm infant : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hariatau lebih) d. Komplikasi pada bayi baru lahir 1) Asfiksia Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi 8 9 kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder) (Fauziah dan Sudarti, 2013). 2) BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawirohardjo, 2009). 3) Ikterus Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (Arief dan Weni, 2009). 4) Tetanus Neonatorum Penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat (Prawirohardjo,2009). 2. Ikterus a. Pengertian 1) Ikterus adalah gejala kuning pada sklera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan didalam darah dan jaringan (Kusuma dan Nuraif, 2015) 2) Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sklera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Dwi dkk,2011). 10 3) Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia (Dewi, 2013). b. Klasifikasi Ikterus Menurut Kristiyanasari dan Jitowiyono (2011), ikterik ada 2 macam yaitu: 1) Ikterus fisiologis ialah: a) Timbul pada hari kedua dan ketiga b) Peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari c) Tidak mempunyai dasar patologis d) Tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus. 2) Ikterus patologis ialah: a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama b) Peningkatan bilirubin lebih dari 5% per hari c) Mempunyai dasar patologis d) Mempunyai hubungan dengan proses hemoliti. c. Etiologi Menurut Kusuma dan Nuraif (2015), penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Produksi bilirubin yang berlebihan 2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar 3) Gangguan transportasi dalam metabolisme 4) Gangguan dalam eksresi 11 d. Patofisiologis Ikterus Menurut Yuliani dan Suriadi (2010), patofisiologis ikterus adalah : 1) Pigmen kuning yang ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hamoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloentelial. 2) Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein intraselular “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatikdan adanya ikatan protein. 3) Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphodpfoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transfase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar dan larut dalam air. 4) Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membran gastrointestinal kanalikular. dengan Kemudian diaktifkan oleh ke bakteri sistem menjadi urobilinogen dalam tinja dan urin. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik. 5) Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi inderek). 6) Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transfarase. 12 Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran darah hepatik. 7) Warna kuning yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama minggu ke 2 sampai ke 3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun 10 mingggu. Jika pemberian ASI dilanjutkan, hiperbilirubinemia akan menurun berangsur-angsur dapat menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Perhentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumnya. 8) Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dala 24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir. 13 e. Manifestasi klinis 1) Tampak ikterus : sklera, kuku, atau kulit dan membran mukosa. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau hari ketiga, dan mencapai puncak pada hari ketiga sampai hari ke empat dan menuurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis. 2) Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin inderek pada kulit yang cendurung tampak kuring atau orange, ikterus pada tipe obstuksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat. 3) Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat. f. Penilaian kadar bilirubin Menurut Prawirohardjo (2009), penilaian kadar bilirubin adalah: Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kilit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kernicterus, misalnya kadar bilirubin bebas; kadar bilirubin 1 atau secara klinis dilakukan di bawah sinar biasa (day light). 14 Sebaiknya penilaian klinis dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis. Gambar 2.1 Pembagian derajat ikterus dan daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus Kramer (Prawirohardjo, 2009) Tabel 2.1 Rumus Kramer Daerah (lihat gambar) Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg / dL) 1 2 3 4 5 Sumber Prawirohardjo, (2009) Kepala dan leher Daerah 1 (+) Badan bagian atas Daerah 1,2 (+) Badan bagian bawah dan Tungkai Daerah 1,2,3 (+) Lengan dan kaki di bawah dengkul Daerah 1,2,3,4 (+) Tangan dan kaki 5 9 11 12 16 15 g. Penanganan Ikterus derajat II Menurut Puspita dan Maryunani (2013), ada dua situasi untuk penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir, antara lain: 1. Penanganan sendiri di rumah: a) B erikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) b) S inar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan. 2. Terapi Medis a) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi medis (phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan ditempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih 16 mudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan di buat untuk melindungi mata. b) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic atau terapi sinar ganda / triple akan dilakukan (double / triple light therapuy) c) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun secara kesehatan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar. Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin Bilirubin (mg %)< 24 jam <5 24 – 48 jam 15 – 19 Pemberian makanan yang dini Terapi sinar bila Hemolisis Transfusi tukar* Bila hemolisis Trnsfusi tukar* >20 Transfusi tukar + 5–9 10 – 14 49 72 jam >72 jam Kalori cukup Terapi sinar Transfusi tukar Bila hemolisis Sumber : Prawiroharjo, (2009) *Sebelum dan sesudah transfusi tukar selanjutnya diberi terapi sinar + Bila tak berhasil selanjutnya dilakukan transfusi tukar Bil < 5mg% selalu observasi Bil > 5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki. Terapi sinar+ 17 B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampiran dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati,2009) 2. Proses Manajemen Kebidanan Proses manajmen kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis untuk keuntungan pasien dan tenaga kesehatan (Nurhayani dkk, 2012). Proses manajemen kebidanan ada 7, antara lain : Langkah I : Pengkajian Data Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Walyani, 2014) 1) Data subjektif 18 Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan (Sari, 2012) a) Biodata Pasien Menurut Sondakh (2013), indentitas pasien meliputi : (1) Nama bayi Untuk menghindari kekeliruan (2) Tanggal lahir Untuk mengetahui usia/umur bayi (3) Jenis kelamin Untuk mengetahui jenis kelamin bayi (4) Umur bayi Untuk mengetahui usia bayi (5) Alamat Untuk memudahkan kunjungan rumah (6) Nama orang tua Untuk memudahkan memanggil/minghindari kekeliruan atau sebagai penanggungjawab (7) Umur orang tua Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak (8) Pekerjaaan Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi (9) Pendidikan 19 Untuk memudahkan pemberian KIE (10) Agama Untuk mengetahui keyakinan yang dianut b) Anamnesa dengan orang tua (1) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2014). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II keluhan utama tubuh bayi terlihat kuning (Prawirohardjo, 2009) (2) Riwayat kehamilan dan persalinan (a) Riwayat Prenatal (kehamilan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini meliputi : hamil keberapa, umur kehamilan, ANC, HPHT, HPL (Sondakh, 2013) (b) Riwayat Intranatal (persalinan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal persalinan), jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi persalinan dan keadaan bayi saat lahir (Sondakh, 2013) (c) Riwayat Postnatal Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas yang meliputi : observasi TTV, keadaan tali pusat, apakah sudah diberikan injeksi Vitamin K (Sondakh, 2013) 20 (d) Riwayat Kesehatan Keluarga Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun atau menular (Sulistyawati, 2009) 2) Data objektif Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data kita dalam menegakan diagnosa, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan fisik, inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009), yang meliputi : 1. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan Umum meliputi : 1) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan bayi secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009) 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien. Kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari kesadaran composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009) 3) Suhu Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai batas normal 36,5-37oC (Sondakh, 2013) 21 4) Nadi Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai batas normal 130-160 kali/menit (Sondakh, 2013) 5) Pernapasan Pemeriksaan mencakup frekuensi pernapasan, irama atau keteraturan dan kedalaman. Nilai batas normal 40-60 kali/ menit (Sondakh, 2013) b. Pemeriksaan Khusus (apgar score) yang dikaji meliputi : 1) Denyut jantung, dengan nilai batas normal 120-160 kali/menit 2) Pernapasan, dengan nilai batas normal 20-62 kali/menit 3) Tonus otot, dengan batas normal adalah bayi dapat bergerak normal dan aktif 4) Reaksi penghisapan, dengan batas normal adalah dapat menghisap dengan baik, pada saat menetek atau pada saat pemeriksaan fisik 5) Warna kulit, dengan batas normal adalah merah muda dan tidak kebiru-biruan. 22 c. Pemeriksaan fisik secara sistematis, meliputi : 1) Kepala Ada atau tidak caput succedaneum, chepal hematoma (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 2) Muka Warna kulit kemerahan (Sondakh, 2013), Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 3) Mata Sklera putih dan conjungtiva merah muda (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 4) Hidung Lubang simetris, bersih dan tidak ada secret (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 5) Mulut Reflek menghisap baik dan tidak ada palatoskisis (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 6) Telinga Simetris dan tidak ada serumen (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 23 7) Leher Tidak ada pemesaran kelenjar tiroid, pembesaran bendungan vena jugularis (Sondakh,2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. 8) Dada Simetris, tidak ada retraksi dada (Sondakh, 2013).Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II terlihat kuning. d. Pemeriksaan Reflek, meliputi : 1) Reflek Morro/Terkejut Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut (Sondakh, 2013). Pada bayi Ikterus Neonatorum derajat II biasanya lemah. 2) Reflek Grasping/Menggenggam Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka ia akan berusaha memegang jari pemeriksa (Sondakh, 2013). Pada bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II biasanya lemah. 3) Reflek Rooting/Mencari Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu (Sondakh,2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II biasanya lemah. 24 4) Reflek Sucking/Menghisap Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha untuk menghisap (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II biasanya lemah. 5) Reflek Tonick Neck Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digedong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya (Sondakh, 2013). Pada kasus Ikterus Neonatorumderajat II biasanya lemah. e. Pemeriksaan Antropometri 1) Berat Badan Berat badan bayi normal 2500-4000 gram (Sondakh, 2013). 2) Panjang Badan Panjang badan bayi lahir normal 48-52 cm (Sondakh, 2013). 3) Lingkar Kepala Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm (Sondakh, 2013). 4) Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas bayi normal 10-11 cm (Sondakh, 2013). f. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan Hb dangolongan darah serta kadar bilirubin dalam darah (Sondakh, 2013). 25 Langkah II Interprestasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009). a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007) Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Bayi Ny. X dengan Ikterus Neonatorum derajat II DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal…dengan normal Ibu mengatakan ini anak yang ke… Ibu mengatakan bayinya berumur… hari DO : Reflek menghisap dan menelan masih lemah, sclera, conjungtiva, kulit terlihat kuning dan bayi nampak lemah (Sondakh, 2013). b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dkk, 2010). Masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan ikterus adalah kekurangan cairan dan reflek menghisap lemah (Kusuma dan Nurarif, 2015). 26 c. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009). Kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan ikterus adalah pemberian cairan/ASI yang cukup (Kusuma dan Amin, 2015). Langkah III Diagnosa Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien. Bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi (Walyani, 2015). Diagnosa potensial pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus derajat II akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat dan menyebabkan ikterus derajat III (Prawirohardjo, 2009). Langkah IV Tindakan Segera/Antisipasi Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulisyawati, 2009). 27 Antisipasi yang dilakukan yaitu penanganan ikterus derajat II agar tidak menjadi ikterus derajat III yaitu pemberian ASI yang cukup, jemur bayi dibawah matahari antara jam 7-8 pagi selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap, melakukan terapi sinar (Phototherapy) (Maryunani dan Puspita, 2013). Langkah V Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009). Penatalaksanaan pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II menurut Puspita dan Maryunani (2013), yaitu : a. Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) b. Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan. 28 c. Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi medis (phototerapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan di tempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih mudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan di buat untuk melindungi mata. d. Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan di tempatkan pada selimut fiber optic akan dilakukan (double / triple light therapy) e. Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun, secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar. Langkah VI Pelaksanaan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, pasien dan anggota keluarga yang lain. JIka bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu dan asuhan pada bayi baru lahir dengan ikterus (Sulistyawati, 2009). 29 Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus menurut Puspita dan Maryunani (2013), yaitu : b. Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) c. Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahri pagi antara jam 7-8 jam pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian (telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan. d. Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi medis (phototerapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan di tempatkan di bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin yang lebih mudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar penutup khusus akan di buat untuk melindungi mata. e. Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan di tempatkan pada selimut fiber optic akan dilakukan (double / triple light therapy) f. Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedur yang 30 sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun, secara keseluruhan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar. Langkah VII Evaluasi Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam penatalaksanaannya (Nurhayati dkk, 2012). Setelah diberikan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, cairan terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan bayi naik. 3. Data Perkembangan Dengan MenggunakanSOAP Data perkembangan menggunakan SOAP meliputi : S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian pengambilan data klien melalui anamnesa (Walyani, 2015) O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment (Walyani, 2015) 31 A : Assesment Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan klien yang terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisis adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembanganklien. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : a Diagnosa/Masalah 1) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien. 2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu. b Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukan dalam planning (Walyani, 2015) 32 C. LANDASAN HUKUM Sebagai seorang bidan dalam memberikan Asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan Asuhan Kebidanan dengan Ikterus Neonatorum derajat II, Landasan Hukum yang digunakan di antaranya : 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, kewenangan yang dimiliki Bidan meliputi : Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti : Hypoglikemia, Hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus. 2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1464/Menkes 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Seorang bidan berwenang untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus neonatus derajat II, sesuai dengan : Pasal 11 Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi bayi baru lahir, pemantauan tumbuh kembang bayi, pemberian imunisasi dan pemberian penyuluhan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Jenis laporan ini adalah studi kasus dengan latar belakang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II. Jenis studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi (Notoatmodjo,2012). Studi kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Karanganyar. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat yang digunakan untuk pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan studi kasus ini dilaksanakan di RSUD Karanganyar. C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat penelitian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013). Subjek dalam studi kasus ini adalah bayi baru lahir pada bayi Ny. A dengan Interus Neonatorum derajat II di RSUD Karanganyar. 33 34 D. Waktu Studi Kasus Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang telah dtentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan (Nursalam,2013). Pengambilan kasus bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II dilakukan pada tanggal 23 sampai 27 April 2016 di RSUD Karanganyar. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan format asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen 7 langkah Varney dan SOAP untuk data perkembangan. F. Teknik Pengumpulan Data Setelah mendapat ijin dari RSUD Karanganyar, pengumpulan data pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Neonatorum menggunakan : 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). 35 Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tandatanda fisik yang berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2007). Pada kasus ikterus derajat II inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, leher dan perut dan terlihat kuning di bagian pemukaan tubuh bayi (Dwi dkk, 2011) 2) Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan, metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaaringan atau organ (Priharjo, 2007). Pada kasus bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II dilakukan palpasi untuk memeriksa reflek dan turgor kulit. 3) Perkusi Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrassi yang di timbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2007). Pada kasus bayi baru lahir dengan 36 Ikterus Neonatorum derajat II pada bagian perut untuk memeriksa perut kembung atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi menggunakan merupakan stetoskop untuk metode pengkajian memperjelas yang pendengaran (Priharjo, 2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi detak jantung dan untuk mengetahui pernapasan bayi. b. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada orang tua, keluarga dan tenaga medis. c. Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010). Pada kasus Ikterus Neonatorum derajat II yang akan diobservasi yaitu kadar bilirubin, pertahankan intake (pemasukan) cairan, pemberian ASI yang adekuat serta terapi (Yuliani dan Suriadi, 2010) 37 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsungdiperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011). a. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013). Pengambilan kasus bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorumderajat II diambil dari catatan rekam medik yang menjadikan informasi tentang berbagai hal yang diperoleh di RSUD Karanganyar. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoretis dari permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi kepustakaan pada bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II, penulis menggunakan sumber referensi dari tahun 2007-2015. 38 G. Alat-alat yang dibutuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain: 1. Untuk wawancara a. Format asuhan kebidanan pada bayi b. Buku tulis c. Alat tulis (pena dan kertas) 2. Untuk pemeriksaan a. Termometer b. Stetoskop c. Jam tangan d. Alat ukur tinggi badan e. Timbangan berat badan 3. Untuk dokumen a. Buku referensi b. Komputer H. Jadwal Penelitian Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEBAHASAN Ruang : Dahlia Tanggal Masuk : 23 April 2016 No. Register : 367961 A. TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Tanggal 23 April 2016 Pukul 10.20 WIB A. IDENTITAS BAYI 1. Nama Bayi : Bayi Ny. A 2. Umur : 2 hari 3. Tgl/Jam Lahir : 21 April 2016 / 21.30 WIB 4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. BB/ PB : 2800 gram/ 49 cm IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH 1. Nama : Ny. A Nama : Tn. S 2. Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun 3. Agama : Islam Agama : Islam 4. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK 5. Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa 6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan 7. Alamat : Munggur 02/03 Mojogedang, Karanganyar 39 : Swasta 40 B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF) PADA IBU 1. Riwayat Kehamilan Sekarang a. HPHT : 15 Juli 2015 b. HPL : 22 April 2016 c. Keluhan-keluhan pada Trimester I : Ibu mengatakan mengeluh mual-muntah. Penanganannya makan sedikit tapi sering. Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan Trimester III : Ibu mengatakan mengeluh kram pada kaki. Penanganannya kurangi konsumsi susu karena kandungan fosfornya cukup tinggi. d. ANC : Ibu mengatakan periksa kehamilan 9x di bidan dan teratur. Trimester I : 2x pada umur kehamilan 4mg dan 8mg Trimester II : 3x pada umur kehamilan 12mg, 18mg dan 24mg. Trimester III : 4x pada umur kehamilan 30mg, 34mg, 36mg dan 38mg. e. Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan tanda bahaya pada kehamilan di bidan. 41 f. Imunisasi TT TT1 : Ibu mengatakan 1 kali : Pada waktu umur kehamilan 4 bulan. 2. Riwayat Persalinan ini a. Tempat persalinan : RSUD Karanganyar,Penolong bidan b. Jenis Persalinan : Spontan c. Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : Tidak ada komplikasi. d. Plasenta a) Ukuran : ±400 gram, panjang tali pusat ±40 cm b) Insersi Tali Pusat : insersi centralis c) Cairan Ketuban : ±1000 cc d) Jumlah Kotiledon : 20 buah e) Kelainan : tidak ada kelainan e. Lama Persalinan Kala I : 8 jam - menit Kala II : - jam 45 menit Kala III : - jam 10 menit Kala IV : 2 jam - menit 3. Riwayat Penyakit a. Riwayat penyakit saat hamil : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun seperti batuk, pilek/ flu. 42 b. Riwayat penyakit sistematik a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada dada bagian kiri, cepat lelah bila beraktifitas ringan dan keluar keringat dingin pada telapak tangan. b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri bawah perut bagian kiri-kanan dan nyeri saat BAK. c) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak napas. d) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan lebih dari 2 minggu dan tidak pernah batuk dahak bercampur darah. e) Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku, kulit dan mata tidak pernah terlihat berwarna kuning. f) Diabetes Melitus : Ibu mengatakan tidak sering haus dan tidak sering lapar pada malam hari dan tidak sering BAK lebih dari 6x pada malam hari. 43 g) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya selalu normal tidak pernah lebih dari 140/90mmHg dan tidak sering sakit kepala atau pusing. h) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang disertai keluar busa melalui mulutnya. i) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit lainnya seperti HIV/AIDS dll. c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari kedua keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun ( DM, Hipertensi dan Asma) dan penyakit menular ( Hepatitis, TBC dan HIV/AIDS). d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari kedua keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar. e. Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun. 44 C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI (DATA OBYEKTIF) Tabel 4.1 Riwayat Pemeriksaan Khusus (Apgar Score) Aspek yang Dinilai NILAI 0 Appearance (Warna Kulit) Biru / Pucat Pulse (Denyut Jantung) Grimace (Reflek) Activity (Aktivitas) Tidak teraba Tidak ada Lemas/ lumpuh Respiratory (Pernapasan) Tidak ada JUMLAH 1 2 Badan merah muda, eks termitas biru <100 Badan dan ekstermitas merah muda >100 Lambat Menangis kuat Aktif/fleksi tungkai baik /reaksi melawan Baik, menangiskuat Gerakan sedikit/fleksi tungkai Lambat, tidak teratur JUMLAH Mnt 5Mnt I I 5Mnt II 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 8 2 9 2 9 Sumber : Data Primer Tanggal 21 April 2016, Pukul 21.30 WIB 1. Pemeriksaan Umum a. Suhu : 36,60c b. Pernapasan : 42 x/menit c. Nadi : 124 x/menit d. Keaktifan : Kurang aktif 2. Pemeriksaan Fisik Sistematis a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, rambut berwarna hitam. b. Ubun-ubun : Berdenyut. c. Muka : Tidak oedema, nampak kuning. 45 d. Mata : Sclera kuning, conjungtiva pucat. e. Telinga : Simetris, warna kuning. f. Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis, kering g. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan, kelihatan kuning. h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nampak kuning. i. Dada : Simetris, nampak kuning. j. Perut : Tidak ada pembesaran hepar, nampak kuning. k. Tali pusat : Belum lepas, tidak keluar darah. l. Punggung : Bentuk tidak ada kelainan, nampak kuning. m. Ekstermitas : Normal, simetris, jari-jari lengkap. n. Genetalia : Testis sudah turun ke scrotum. o. Anus : Berlubang. 3. Reflek a. Reflek Morro : Kuat, saat dikejutkan oleh suara atau gerakan, bayi akan kaget. b. Reflek Rooting : Lemah, saat dilakukan sentuhan pada pipi, kepala bayi sedikit menoleh ke arah sentuhan. c. Reflek Sucking : Lemah, saat diberi rangsangan pada bibir bayi, bayi menghisap dengan lemah. 46 d. Reflek Grasping : Kuat, bayi menggenggam kuat saat telapak tangan disentuh. e. Reflek Babinski : Kuat, kaki bayibergerak ke atas dan ke bawah saat disentuh. 4. Antrapometri a. Lingkar Kepala : 32 cm b. Lingkar Dada : 33 cm c. LLA : 11 cm d. BB/PB : 2800 gram/ 49 cm 5. Eliminasi a. Urine : Sehari BAK 4-5 x, warna kuning jernih. b. Mekonium : Sehari BAB 1-2 x, warna tinja kehitaman, konsistensi lembek. D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tabel 4.2 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Hasil Bilirubin direk 0,70 mg/dl Bilirubin indirek 8,45 mg/dl Bilirubin total 9,15 mg/dl Golongan darah O Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23 April2016 47 II. INTERPRETASI DATA Tanggal 23 April 2016 Pukul 10.30 WIB A. DIAGNOSA KEBIDANAN Bayi Ny. A umur 2 hari dengan Ikterus Neonatorum Derajat II. Data dasar : DS 1. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 21 April 2016 pukul 21.30 WIB. 2. Ibu mengatakan ini anak yang pertama. 3. Ibu mengatakan bayinya malas minum dan terlihat kuning sejak tanggal 23 April 2016 Pukul 08.30 WIB DO 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis 3. Nadi : 124 x/menit 4. Pernafasan : 42 x/menit 5. Suhu : 36,60C 6. Keaktifan : Kurang aktif 7. Lingkar Kepala : 32 cm 8. Lingkar Dada : 33 cm 9. LLA : 11 cm 10. BB/PB : 2800 gram/ 49 cm 11. Apgar Score : 8-9-9 48 12. Dirawat dalam inkubator dengan suhu 320C 13. Kulit kering, tugor jelek dan kelihatan kuning pada daerah muka sampai perut 14. Reflek menghisap lemah. 15. Hasil pemeriksaan Laboratorium Bilirubin direk : 0,70 mg/dl Bilirubin indirek : 8,45 mg/dl Bilirubin total : 9,15 mg/dl Golongan Darah :O B. MASALAH Kekurangan cairan dan reflek menghisap lemah C. KEBUTUHAN Pemberian nutrisi yang adekuat. III. DIAGNOSA POTENSIAL Potensial terjadi ikterus derajat III IV. TINDAKAN SEGERA 1. Kolaborasi dengan dokter Sp. A. 2. Pemberian ASI yang adekuat setiap 2 jam. 49 V. RENCANA TINDAKAN Tanggal 23 April 2016 Pukul 10.40 WIB 1. Beri tahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi. 2. Kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi, yaitu : Beri fototerapi sinar sesuai program, yaitu 2x24 Jam. 3. Observasi keadaan ikterik : warna kulit, reflek menghisap 4. Jaga kehangatan suhu inkubator 320C. 5. BerikanASI sesuai kebutuhan bayi 6. Jaga lingkungan sekitar bayi tetap bersih dan hangat. 7. Ganti pakaian yang basah atau kotor. 8. Observasi BAB dan BAK setiap 2 jam. VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN Tanggal 23 April 2016 Pukul 10.40 WIB 1. Pukul 10.45 WIB Memberi tahu ibu dan keluarga bahwa bayi masih dalam keadaan lemah. 2. Pukul 10.50 WIB Melakukan advis dokter untuk pemberian terapi, yaitu melakukan foto terapi 2x24 jam. 3. Pukul 10.55 WIB Mengobservasi keadaan ikterik : warna kulit dan reflek menghisap. 4. Pukul 11.10 WIB Menjaga kehangatan suhu inkubator 320C. 5. Pukul 11.15 WIB Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi dengan menggunakan dot setiap 2 jam. 50 6. Pukul 11.20 WIB Menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih dan hangat. 7. Pukul 11.30 WIB Mengganti pakaian yang basah dan kotor. 8. Pukul 11.40 WIB Mengobservasi BAB dan BAK setiap 2 jam. VII.EVALUASI Tanggal 23 April 2016 Pukul 12.50 WIB 1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang keadaan bayinya. 2. Terapi sudah diberikan. 3. Kepala, leher sampai perut nampak kuning dan reflek menghisap lemah. 4. Bayi sudah terjaga kehangatannya dalam inkubator dengan suhu 320C. 5. Bayi sudah diberi ASI 4 cc dengan menggunakan dot. 6. Lingkungan disekitar bayi bersih dan hangat. 7. Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti dan bayi tampak nyaman. 8. Bayi sudah BAB 1 x warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan BAK 4 x warna kuning jernih. 51 DATA PERKEMBANGAN I Tanggal 24 April 2016 Pukul 09.00WIB Data Subjektif 1. Bidan mengatakan bayi malas minum. 2. Bidan mengatakan bayi sudah dimandikan pukul 06.00 WIB 3. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 x konsistensi lembek dan BAK 4 x warna kunig jernih. Data Objektif 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis 3. Suhu : 370C 4. Nadi : 128x/menit 5. Pernafasan : 48 x/menit 6. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 April 2016 Bilirubin direk : 0,26 mg/dl Bilirubin indirek : 7,4 mg/dl Bilirubin total : 7,66 mg/dl 7. Reflek menghisap lemah. 8. Kepala, leher sampai perut nampak kuning. 52 Assesment Bayi Ny.A umur 3 hari dengan Ikterus Neonatorum Derajat II. Planning Tanggal : 24 April 2016 1. Pukul 09.15 WIB Pukul 09.10 WIB : Memberi informasi kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya masih dalam keadaan lemah. Hasil : Ibu dan keluarga sudah tahu tantang keadaan bayinya. 2. Pukul 09.20 WIB : Mengobservasi keadaan ikterik : warna kulit dan mengkaji reflek menghisap. Hasil : Kepala, leher sampai perut nampak kuning dan reflek menghisap lemah. 3. Pukul 09.30 WIB : Menjaga kehangatan suhu inkubator 320C. Hasil : Kehangatan bayi tetap terjaga dalam inkubator dengan suhu 320 C dan bayi tampak nyaman dalam inkubator. 4. Pukul 10.00 WIB : Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi dengan menggunakan dot setiap 2 jam. Hasil : ASI masuk 4cc dengan menggunakan dot. 53 5. Pukul 10.20 WIB : Mengganti pakaian yang basah atau yang kotor. Hasil : Pakaian bayi yang basah dan kotor sudah diganti. 6. Pukul 10.30 WIB : Mengobservasi BAB dan BAK setiap 2 jam. Hasil : Bayi sudah BAK 3 x warna jernih dan BAB 1 x konsistensi lembek, warna hitam. 54 DATA PERKEMBANGAN II Tanggal 25 April 2016 Pukul : 10.00 WIB Data Subjektif 1. Bidan mengatakan bayi sudah dimandikan pukul 06.00 WIB 2. Bidan mengatakan bayi sudah BAB 1 x konsistensi lembek dan BAK 4 x warna kuning jernih semalam. 3. Bidan mengatakan bayi masih malas minum. Data Objektif 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis 3. Suhu : 36,4o C 4. Nadi : 128 x / menit 5. Pernapasan : 44 x / menit 6. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 25 April 2016 Bilirubin derek : 0,60 mg/dl Bilirubin indirek : 6,05 mg/dl Bilirubin total : 6,65mg/dl 7. Reflek menghisap lemah. 8. Kepala sampai perut nampak kuning. Assesment Bayi Ny. A umur 4 hari dengan Ikterus Neonatorum Derajat II. 55 Planning Tanggal 25 April 2016 1. 2. Pukul : 10.10 WIB Pukul 10.20 WIB : Mengobservasi keadaan umum. Hasil : Keadaan umum bayi sedang. Pukul 10.23 WIB : Mengobservasi keadaan ikterik. Hasil : Kepala sampai perut masih nampak kuning. 3. 4. Pukul 10.25 WIB : Mengkaji reflek menghisap. Hasil : Reflek menghisap masih lemah. Pukul 10.27 WIB : Mengobservasi BAK dan BAB. Hasil : Bayi sudah BAB 1 kali konsistensi lembek warna kuning dan BAK 3 x warna kuning jernih. 5. Pukul 10.30 WIB : Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi. Hasil : ASI masuk 5cc dengan menggunakan dot. 6. Pukul 10.35 WIB : Menjaga kehangatan suhu inkubator 32o C. Hasil : Kehangatan bayi tetap terjaga dala inkubator dengan suhu 32o C. 7. Pukul 10.40 WIB : Mengganti pakaian yang basah atau kotor. 56 Hasil : Pakaian bayi yang basah sudah diganti. 8. Pukul 10.45 WIB : Melanjutkan advis dokter yaitu foto terapi 24 jam. 9. Hasil : Advis dokter sudah dilakukan. Pukul 11.00 WIB : Kolaborasi dengan laboratorium untuk cek ulang kadar bilirubin. Hasil : Kolaborasi dengan sudah di lakukan . laboratorium 57 DATA PERKEMBANGAN III Tanggal 26 April 2016 Pukul : 10.10 WIB Data Subjektif 1. Bidan Mengatakan bayi sudah dimandikan pukul 06.00 WIB. 2. Bidan Mengatakan ibu sudah menyusui bayinya. 3. Bidan Mengatakan bayi sudah BAB 2 x warna lembek dan BAK 4 x warna kuning jernih semalam. Data Objektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis. 3. Suhu : 36.9oC. 4. Nadi : 128 x / menit 5. Pernafasan : 44 x / menit 6. Reflek menghisap kuat. 7. Kepala sampai leher nampak kuning. 8. Dirawat dalam inkubator dengan suhu 32oC. 9. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 April 2016 Bilirubin direk : 0,40mg/dl Bilirubin indirek : 2,51mg/dl Bilirubin total : 2,91 mg/d 58 Assesment Bayi Ny. A umur 5 hari dengan Ikterus Neonatorum Derajat I. Planning Tanggal 26 April 2016 Pukul : 10.20 WIB 1. Pukul 10.25 WIB : Memberi informasi kepada ibu dan keluarga bahwa bayi sudah dalam keadaan baik. Hasil : Ibu dan keluarga sudah tahu tentang keadaan bayinya. 2. Pukul 10.30 WIB : Mengobservasi keadaan ikterik : warna kulit dan reflek menghisap. Hasil : Kepala, leher masih nampak kuning, reflek menghisap kuat. 3. Pukul 10.35 WIB : Menjaga kehangatan suhu inkubator 32oC. Hasil : Kehangatan bayi tetap terjaga dalam inkubator dengan suhu 32oC 4. Pukul 11.00 WIB : Manganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam. Hasil : Ibu sudah mengyusui bayinya dengan baik dan bayi sudah mulai menyusu kuat. 59 5. Pukul 11.20 WIB : Mengganti pakaian yang basah atau kotor. Hasil : Pakaian yang basah dan kotor sudah diganti. 6. Pukul 11.30 WIB : Mengobservasi BAB dan BAK setiap 2 jam. Hasil : Bayi sudah BAK 2 x warna kuning jernih dan BAB 1 x konsistensi lembek, warna hitam. 7. Pukul 12.00 WIB : Kolaborasi dengan laboratorium untuk pengambilan cek ulang kadar bilirubin. Hasil : Kolaborasi dengan laboratorium sudah tidak dilakukan. 60 DATA PERKEMBANGAN IV Tanggal : 27 April 2016 Pukul : 10.00 WIB Data Subjektif 1. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya pukul 08.30 WIB. 2. Bidan mengatakan bayi sudah dimandikan pukul 06.00 WIB. 3. Bidan mengatakan bayi BAB 1 x konsistensi lembek dan BAK 3 x warna kuning jernih. 4. Ibu mengatakan bayi sudah baik dan mau dibawah pulang. Data Objektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Suhu : 37oC. 4. Nadi : 140 x / menit 5. Pernafasan : 44 x / menit 6. Reflek menghisap dan menelan sangat kuat. 7. Warna kuning sudah tidak nampak, kepala, leher, badan bagian atas dan bawah sampai ekstremitas berwarna kemerahan. Assesment Bayi Ny. A umur 6 hari, normal. 61 Planning Tanggal 27 April 2016 Pukul : 10.20 WIB 1. Pukul 10.23 WIB : Mengobservasi keadaan umum. Hasil : Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, S: 37,2oC, N: 128 x / menit, R: 44 x / menit. 2. Pukul 10.25 WIB : Menjaga kehangatan bayi dengan cara dibedong dan diselimuti. Hasil : Bayi telah dibedong dan diselimuti. 3. Pukul 10.30 WIB : Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand. Hasil : Ibu bersedia memberikan ASI secara on demand. 4. Pukul 10.50 WIB : Memberikan penyuluhan tentang manfaat ASI Ekslusif. Hasil : Ibu sudah mengerti tentang ASI Eksklusif. 5. Pukul 11.20 WIB : Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di rumah setiap pagi jam 7-8 selama 15-30 menit. Hasil : Ibu bersedia untuk menjemur bayinya waktu pagi hari ketika di rumah. 62 6. Pukul 11.25 WIB : Menganjurkan ibu untuk datang ke Rumah Sakit atau bidan agar bayinya mendapat imunisasi BCG 1 minggu lagi. Hasil : Ibu bersedia untuk mengimunisasikan bayinya. 7. Pukul 11.30 WIB : Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari. Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol 3 hari lagi. 8. Pukul 13.00 WIB : Bayi diijinkan pulang. Hasil : Bayi pulang pukul 13.30 WIB. 63 B. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan ikterus neonatorum derajat II di RSUD Karanganyar menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu, pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun penatalaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian pada bayi dengan ikterus neonatorum derajat II dilakukan anamnesa yaitu pengumpulan data subjektif, data objektif dan data penunjang. Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum derajat II adalah tubuh bayi terlihat kuning mulai dari muka hingga tubuh bagian atas (Prawirohardjo, 2009). Rumus Kremer bagian tubuh bayi yang tampak kuning dimulai dari kepada, leher sampai perut adalah derajat II dan kadar bilirubin 9 mg/dl (Prawiroharjo, 2009). Data penunjang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah serta kadar bilirubin dalam darah (Sondakh, 2013). Pada tahap pengkajian Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya malas minum dan pada muka, leher sampai perut tampak kuning. Pada pengkajian data objektif kasus bayi Ny. A ditemukan tanda Ikterus Neonatorum pada kepala, leher sampai perut nampak kuning dan hasil bilirubin total 9,15 mg/dl, bilirubin direk 0,70 mg/dl, bilirubin indirek 64 8,45 mg/dl. Sehingga pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan. 2. Interpretasi Data Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Bayi Ny. X umur… hari dengan Ikterus Neonatorum Derajat II. Masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan ikterus adalah kekurangan cairan dan reflek menghisap lemah (Kusuma dan Nurarif, 2015). Kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan ikterus adalah pemberian cairan/ASI yang cukup (Kusuma dan Amin, 2015). Pada interpretasi data ini setelah diperoleh data dari ibu maka didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. A umur 2 hari dengan Ikterus Neonatorum derajat II. Dalam kasus ini pada Bayi Ny. A ditemukan masalah reflek hisap lemah sehingga dikhawatirkan bayi dapat mengalami kekurangan cairan dan kebutuhan yang diberikan adalah pemenuhan nutrisi yang adekuat. Pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lapangan. 3. Diagnosa Potensial Pada langkah ini, pada bayi ikterus derajat II diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat II akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat dan menyebabkan ikterus derajat III 65 (Prawirohardjo, 2009). Namun, diagnosa potensial ini tidak terjadi karena penanganan yang tepat dan pada hasil pemeriksaan kadar bilirubin yang semakin membaik. Dalam kasus ini tidak muncul diagnosa potensial karena adanya penanganan yang tepat. 4. Antisipasi Antisipasi yang dilakukan yaitu penanganan ikterus derajat II agar tidak menjadi ikterus derajat III yaitu pemberian ASI yang cukup, jemur bayi dibawah matahari antara jam 7-8 pagi selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap, melakukan terapi sinar (phototherapy) (Maryunani dan Puspita, 2013). Langkah antisipasi merupakan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk menghindari terjadinya kegawatdaruratan, antara lain : pemberian ASI yang adekuat, pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat/ dalam inkubator, kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran selama 2x24 jam, area yang ditutupi yaitu mata dan alat kelamin. Dalam langkah antisipasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan. 66 5. Perencanaan Perencanaan untuk penatalaksanaan pada kasus ikterus derajat II menurut Puspita dan Maryunani (2013), yaitu : 1) Berikan ASI yang cukup 2) Tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi antara jam 7-8 pagi 3) Lakukan terapi medis (phototerapy). 4) jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk menurunkan kadar bilirubin maka bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic akan lakukan double/ triple light therapy 5) jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Perencanaan ini disusun berdasarkan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Rencana asuhan pada bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat II antara lain : 1) Beri informasi kepada ibu dan keluarga 2) Observasi keadaan ikterik 3) Kolaborasi dengan dokter Sp. A 4) Jaga kehangatan suhu inkubator 5) Berikan ASI yang adekuat 6) Jaga lingkungan sekitar bayi tetap bersih dan hangat 7) Ganti pakaian yang basah atau kotor 8) Observasi BAK dan BAB 67 9) Lakukan pemeriksaan kadar bilirubin. Dalam langkah perencanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan. 6. Implementasi/Pelaksanaan Pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Dalam kasus bayi dengan Ikterus Neonatorum derajat II ini, yaitu : 1) Memberi informasi kepada ibu dan kebuarga, 2) Mengobservasi keadaan ikterik, 3) Berkolaborasi dengan dokter Sp.A untuk pemberian terapi 4) Menjaga kehangatan suhu inkubator 5) Memenuhi kebutuhan cairan/ nutrisi 6) Menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap bersih dan hangat 7) Mengganti pakaian yang basah atau kotor 8) Mengobservasi BAK dan BAB 9) Melakukan pemeriksaan kadar bilirubin. Pada bagian pelaksanaan ini tindakan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. 7. Evaluasi Evaluasi merupakan keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan terpenuhi, kadar bilirubin atau derajat ikterik menurun, bayi tidak kesulitan dalam menyusu. Setelah diberikan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik dan 68 kesadaran composmentis, cairan terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan naik (Nurhayati dkk, 2012). Pada kasus bayi Ny. A dengan ikterus neonatorum derajat II didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, reflek menghisap dan menelan baik, bayi bergerak aktif, warna kuning pada kepala, leher dan badan bagian atas sudah tidak terlihat, menetek kuat, kebutuhan nutrisi tercukupi, personal hygiene terjaga, keadaan lingkungan sekitar bayi bersih, hangat dan kadar bilirubin menurun. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat II di RSUD Karanganyar, maka penulis dapat mengambil kesimpulan : Penulis mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum Derajat II dengan menerapkan 7 langkah manajeman kebidanan Varney yang meliputi : 1 Pengkajian terhadap bayi dengan ikterus dilaksanakan dengan pengumpulan data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu mengatakan bayinya berwarna kuning pada hari kedua kelahiran, data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik seperti nampak kuning pada kepala, leher dan badan bagian atas serta data penunjang yang diperoleh dari hasil laboratorium yaitu bilirubin total : 9,15 mg/dl, bilirubin direk : 0,70 mg/dl, bilirubin indirek : 8,45 mg/dl. 2 Berdasarkan data-data yang dikumpulkan maka penulis dapat menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Bayi Ny. A umur 2 hari dengan Ikterus Neonatorum Detajat II. Masalah yang ditemukan pada kasus bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat II yaitu masalah reflek hisap lemah. Kebutuhan yang harus diberikan pada 69 70 kasus bayi Ny. A dengan Ikterus Neonatorum derajat II adalah pemenuhan nutrisi yang adekut. 3 Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul karena penanganan yang cepat dan tepat. 4 Antisipasi pada bayi baru lahir dengan ikterus yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A dan pemenuhan kebutuhan cairan dengan cara pemberian ASI yang adekuat setiap 2 jam serta mempertahankan suhu tubuh tetap hangat/dalam incubator suhu 320C. 5 Rencana tindakan pada kasus bayi Ny. A meliputi observasi keadaan umum dan vital sign bayi, observai keadaan ikterik bayi dan reflek menghisap bayi, kolaborasi dengan dokter. Sp.A untuk pemberian terapi yaitu foto terapi, jaga kehangatan suhu inkubator, pemberian minum ASI adekuat, mempertahankan kebersihan lingkungan sekitar bayi, observasi BAB dan BAK dan pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin. 6 Pelaksanaan pada bayi Ny. A dengan ikterus derajat II adalah mengobservasi keadaan umum dan vital sign bayi, mengobservasi keadaan ikterik dan reflek menghisap, kolaborasi dengan dr. Sp.A untuk pemberian terapi yaitu foto terapi, menjaga kehangatan suhu inkubator, memenuhi kebutuhan nutrisi, menjaga kebersihan lingkungan sekitar bayi, menobservasi BAB dan BAK dan melakukan pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin. 7 Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari dengan hasil warna kuning pada kepala, kulit dan badan bagian atas sudah tidak tampak lagi serta kebutuhan ASI terpenuhi ditandai bayi dapat minum 71 dengan baik dan hasil laboratorium kadar bilirubin total 2,91 mg/dL, bilirubin indirek total 2,51 mg/dL, bilirubin direk total 0,40 mg/dL. 8 Dalam pembahasan teori dan praktek yang penulis lakukan terhadap bayi dengan ikterus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan pelaksanaan asuhan. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan saran yang mungkin bermanfaat, yaitu : 1. Bagi Keluarga Pasien Diharapkan ibu dapat merawat bayinya sendiri di rumah dengan baik dengan cara menjemur bayi setiap pagi sekitar jam 7-8 selama ±30 menit dan memberikan ASI secara on demand agar nutrisi bayi selalu tercukupi. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Meningkatkan mutu pelayanan dan penanganan bagi bayi dengan ikterus derajat II yang cepat, tepat dan komprehensif . 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Untuk mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan dalam asuhan kebidanan harus berpegang pada teori yang ada agar lebih berkualitas dalam pelayanan kesehatan sehingga akan didapatkan hasil yang optimal. 72 b. Pendidikan Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama. DAFTAR PUSTAKA Arif, Z. R, Kristianasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Arikunto, S. 2013. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta Dewi, V. N. L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Dinkes. 2015. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun 2015. http : // www.dinkesjatengprov.go.id Djitowoyono, S, Kristianasari, W. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data edisi 2. Jakarta: Salemba Medika ______________. 2010. Metode penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: salemba Medika KEMENKES RI. 2015. Rencan Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia. http : // www.kemenkesRI.go.id Marmi, Raharjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak pra sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Maryanti, D et al. 2011. Buku Ajar Neonatus, Byi, dan Balita. Jakarta: Trans Info Media Maryunani, A, Sari, E.P. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika Mufdlila, et al. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurarif, A.H, Kusuma, H 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOCK. Edisi Revisi 2. Yogyakarta: Mediactoin Yogyakarta Nurhayati, et al. 2012. Konsep kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Permenkes. 2010. Peraturan Menteri 1464//MENKES/PER/X/2010 Kesehatan Indonesia NO Prawiroharjo. 2009. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka. Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: In Media Rukiah, A. Y, Yulianti, L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Sari, N.R. 2011. Konsep Kebidanan. Yokyakarta: Graha Ilmu Sarwono. 2011. Metodologi Cendekiapress Penelitian Kesehatan. Yokyakarta: Mitra Sudarti, Fauziah, A. 2012. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Yokyakarta: Nuha Medika Sondakh, et al. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga Sulistiyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. _______________2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. ______________ dan Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika Suryadi, Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto. Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yokyakarta: Pustaka Barupress