1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Belajar Belajar adalah suatu proses

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah kemampuan,
keterampilan, dan sikap. Menurut pendapat Khairani (2013: 12) mengatakan
bahwa hakekat belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terus
menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh
pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku menjadi lebih
baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mendapatkan sebuah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap perlu melalui sebuah proses pembelajaran yang dilakukan
secara sadar, sehingga dapat terlihat dari adanya perubahan perilaku.
Banyak para ahli juga yang mendefinisikan tentang belajar, seperti yang
dikemukakan oleh Rober (Syah, 2011: 66) mengatakan bahwa belajar adalah The
process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Hal itu sejajar
dengan pendapat Whittaker (Anurrahman, 2011: 35) bahwa belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah suatu rangkaian kegiatan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
sebagai
hasil
dari
pengalaman
seseorang
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya yang nantinya ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
yang menyangkut kecakapan kognitif, afektif dan psikomotor.
5
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
B. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap peserta didik datang ke sekolah pada hakikatnya untuk belajar agar
menjadi manusia yang lebih berilmu pengetahuan dikemudian hari. Hal itu sesuai
dengan pengertian belajar yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa dengan
belajar seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku dan bertambahnya
pengetahuan sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Peserta didik dalam proses belajar tidak hanya melakukan aktivitas fisik saja
melainkan kejiwaan dan mental peserta didik sangat diperlukan oleh peserta didik
sebagai bukti kesiapan peserta didik. Menurut Soemanto (Kawuryan & Raharjo,
2012: 9) mengatakan bahwa dalam proses belajar individu mempunyai kapasitas
mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi pada
sistem syaraf dan jaringan otak. Akibat dari hereditas dan lingkungan
berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa inteligensi.
Berdasarkan hal tersebut pola perilaku setiap peserta didik memiliki
perbedaan. Perbedaan peserta didiklah yang menyebabkan tingkah laku belajar
dalam kalangan pendidik. Peserta didik yang tidak bisa belajar atau memiliki
catatan kurang baik dalam hasil belajar seperti tinggal kelas itu dimungkinkan
mengalami kesulitan belajar. Kemudian Khairani (2013: 187), mengatakan
pendapat bahwa individu dalam keadaan tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya disebut dengan kesulitan belajar.
Allan (Mulyadi, 2010: 6) berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah “a
learning difficultiy represent a direpancy between a child’s estimated academis
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
potensial and his actual level of academic performance”, dari pendapat tersebut
dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar terjadi jika kemampuan peserta didik
berbeda dengan hasil belajar yang diperoleh. Kemudian
The National Joint
Committee for Learning Disabilities (Abdurahman, 2009: 7) mengatakan definisi
sebagai berikut :
“Kesulitan belajar menunjukan pada sekelompok kesulitan yang
manifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis,
menalar,
atau
kemampuan
dalam
bidang
studi
matematika.Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya
disfungsi system saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin
terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang menggangu misalnya
sensoris, tunagrahita, hambatan sosian dan emosional) atau berbagai
pengaruh lingkungan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diuraikan bahwa kesulitan belajar
adalah kondisi dimana terjadi perbedaan antara kemampuan atau perkembangan
yang dimiliki peserta didik dengan prestasi yang diperolehnya, hal itu
dimungkinkan terjadi karena lambat dalam membaca, menulis, atau berhitung.
Selain itu dimungkinkan adanya hambatan dan gangguan dalam diri peserta didik,
seperti disebabkan kurang fokus dalam belajar, inteligensi yang kurang, ketidak
sesuaian gaya belajar, motivasi dan minat yang rendah, serta lingkungan belajar
yang kurang mendukung peserta didik dalam belajar.
2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik sangat beragam dan memiliki
jenis yang berbeda-beda. Banyak para ahli berpendapat mengenai jenis kesulitan
belajar, seperti pendapat Abdurrahman (2009: 11) mengatakan bahwa kesulitan
belajar secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
Kesulitan ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh
tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasi
terlebih dahulu agar dapat menguasi bentuk keterampilan berikutnya. Selain itu
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan disebabkan oleh
gangguan motorik, persepsi, bahasa, komunikasi, dan penyesuaian perilaku sosial.
b. Kesulitan belajar akademik
Kesulitan belajar akademik menunjukan pada adanya kegagalan-kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai dengan aktivitas yang diharapkan.
Kegagalan tersebut mencangkup penguasaan ketarampilan membaca, menulis,
dan berhitung.
Selanjutnya terdapat Ahli lain yang berpendapat mengenai jenis-jenis
kesulitan belajar, seperti Mulyadi (2010: 16) mengatakan bahwa ada 3 jenis
kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar diantarnya:
a. Kesulitan dalam mencapai tingkat ketuntasan minimal dari pelajaran yang telah
disampaikan, akan tetapi kesulitan itu berupa kurangnya penguasaan pada
materi tertentu yang menyebabkan peserta didik tidak mencapai standar.
b. Peserta didik yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan
karena ada konsep dasar yang belum dikuasai atau karena proses belajar yang
sudah ditempuhnya tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik yang
bersangkutan.
c. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, karena secara
konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajarai secara menyeluruh, tingkat
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikuasai, bahkan
tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian yang
sedang dan mudah sulit untuk dipahami.
Jenis kesulitan belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar memiliki jenis yang bervariasi. Dari ketidak berhasilan peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan, pemahaman
konsep yang kurang matang, sehingga menyebabkan peserta didik mengalami
kesulitan untuk melanjutkan ketahapan kompetensi selanjutnya.
Kesulitan belajar tidak mudah untuk diklasifikasikan jenisnya karena
kesulitan belajar merupakan kesulitan yang bersifat heterogen, berbeda dengan
kesulitan belajar yang bersifat kesulitan spesifik seperti tunagrahita, tunarungu,
atau tunanetra yang bersifat homogen, setiap kesulitan belajar yang dialami
peserta didik memiliki diagnosis yang berbeda-beda. Akan tetapi berdasarkan
pendapat yang telah diuraikan di atas, kesulitan belajar dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Kesulitan Belajar yang berhubungan dengan perkembangan
Kesulitan belajar ini dimungkinkan terjadi akibat adanya perkembangan
yang belum sesuai, dalam hal ini suatu yang menjadi dasar untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih tinggi mengalami hambatan atau gangguan. Kesulitan
tersebut dapat ditunjukan dengan rendahnya penguasaan keterampilan prasyarat
yang tidak memenuhi standar yang sudah tentukan, kurangnya pemahaman
konsep belajar, baik pada konsep yang mudah maupun sulit, dan juga mencakup
kesulitan dalam berbahasa, komunikasi, dan penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
2) Kesulitan belajar akademik
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik merupakan kesulitan
yang dialami peserta didik menampilkan salah satu atau beberapa kegagalan
dalam akademik.
Kegagalan-kegagalan tersebut
mencangkup
penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Kesulitan belajar ini dapat
dipahami oleh guru dan orang tua ketika peserta didik menampilkan permasalahan
dalam hal akademiknya yang dapat dijadikan dasar awal untuk mengetahui
kesulitan belajar yang sebanarnya dialami peserta didik.
3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami peserta didik pastinya dikarenakan beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Kesulitan belajar tersebut dapat dipengaruhi baik
dari diri peserta didik sendiri maupun dipengaruhi dari luar peserta didik. Menurut
Abdurrahman (2009: 13) mengatakan bahwa kesulitan belajar dipengarhui oleh
beberapa faktor yaitu ketururnan, luka pada otak karena trauma fisik atau karena
kekurangan oksigen, biokimia yang hilang. Biokimia yang dapat merusak otak
seperti zat-zat kimia buatan, pencemaran lingkungan yang dapat menggangu kerja
otak, gizi yang tidak memadai, pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang
merugikan perkembangan peserta didik.
Faktor kesulitan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa faktor dari
kesulitan belajar peserta didik disebabkan faktor dari dalam diri peserta didik
maupun faktor lain seperti genetik atau keturunan, kondisi kesehatan peserta
didik, kondisi lingkungan dan pengaruh dari psikologi dan sosial yang dapat
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
mempengaruhi perkembangan peserta didik, seperti ekonomi keluarga, sosial dan
budaya masyarakat yang tidak mendukung kemajuan pengetahuan peserta didik.
Kemudian ahli lain yaitu Khairani (2013: 188-201) yang mengatakan bahwa
faktor kesulitan belajar dapat terbagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik meliputi
kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik peserta didik dapat berpengaruh
terhadap kesulitan belajar peserta didik. Kondisi peserta didik dalam belajar
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar karena jika kondisi peserta didik sakit
akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga syaraf sensori dan motoriknya
lemah. Hal itu disebabkan karena rangsangan melalui indranya tidak dapat
diteruskan ke otak.
Kemudian kondisi cacat tubuh juga sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar, karena hal itu dapat menghambat aktivitas peserta didik dalam belajar.
Cacat tubuh ringan seperti kurang pendengaran, penglihatan, gangguan
psikomotor, sedangkan cacat tubuh yang tetap seperti tuna netra, tuna rungu, dan
lain-lain. Selanjutnya kondisi psikologis peserta didik dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Inteligensi atau kecerdasan, bahwa anak dengan kecerdasan lemah atau terbatas
kecakapannya apabila mereka harus menyelesaikan persoalan yang melebihi
potensinya jelas dia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan.
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
2) Kesehatan Mental, dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah kecerdasan
melainkan juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Seseorang
tanpa terkecuali peserta didik memiliki kebutuhan dan dorongan seperti
penghargaan, kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional.
3) Bakat, setiap peserta didik memiliki bakat yang berbeda, potensi yang dimiliki
peserta didik sangat beragam, kesulitan belajar yang dialami peserta didik
dapat dimungkinkan karena tidak sesuai bakatnya. Hal itu dapat mempengaruhi
kesulitan belajar karena biasanya peserta didik tersebut menujukkan sikap
cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang dalam belajar.
4) Minat, tidak adanya minat sesorang terhadap sesuatu pelajaran akan
menimbulkan kesulitan belajar. Belajar yang tidak sesuai dengan minatnya
mungkin karena tidaksesuai dengan
bakatnya, tidak sesuai dengan
kecakapannya, dan tidak sesuai dengan dirinya. Sehingga akan menjadikan
anak malas memperhatikan, tidak mencatat.
5) Motivasi, merupakan faktor batin berfungsi untuk menimbulkan mendasari,
perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai
tujuan belajar sehingga semakin besar motivasi semakain besar kesuksesannya.
Hal itu dapat terlihat dari kegigihan dalam belajar, berusaha, giat untuk
menambah pengetahuan.
6) Gaya belajar peserta didik berbeda-beda. Terdapat gaya belajar peserta didik
dengan visual, motoris, dan campuran, masing-masing memiliki karakter yang
berbeda-beda. Gaya belajar dapat mempengaruhi kesulitan belajar jika gaya
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
belajar yang dimiliki peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut
tidak sesuai dengan dirinya.
Faktor psikologi yang telah dijelaskan di atas, pada dasarnya berpengaruh
terhadap kesulitan belajar, terutama kecerdasan peserta didik memiliki peran
penting dalam belajar, akan tetapi kecerdasan tidak menjadi hal mutlak sebagai
pengaruh terbesar dalam kesulitan belajar yang dialami peserta didik, kerena ada
faktor lain yang juga mempengaruhi seperti minat, motivasi, dan gaya belajar.
Ketiga hal tersebut juga dimungkinkan berpengaruh karena kenyamanan,
motivasi, dan hal yang sesuai dengan peserta didik, akan memudahkan peserta
didik dalam menangkap informasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar dapat
dipengaruhi oleh diri peserta didik sendiri yang meliputi kondisi fisik peserta
didik, dan kondisi psikologi
peserta didik.
Misalnya
inteligensi atau
kecerdasannya yang kurang dalam menyerap ilmu pengetahuan, minat dalam
belajar, kesesuaian gaya belajar peserta didik, motivasi dan bakat dari dalam diri
peserta didik.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Faktor
eksternal adalah sebagai berikut:
1) Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama. Tetapi dapat
juga mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Cara mendidik anak
merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar. Orang tua
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh
dan kurang memperhatikan kemajuan anak-anaknya dapat menjadi penyebab
kesulitan belajar peserta didik. Orang tua terlalu keras dalam mendidik atau
terlalu memanjakan anaknya, serta tidak menciptakan keharmonisan dalam
keluarga dapat menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Kemudian
orang tua yang sibuk bekerja karena ekonomi yang rendah maupuan ekonomi
yang berlimpah, terlalu banyak anak yang diawasi, sehingga bimbingan yang
diberikan kurang maksimal, dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan
belajar yang dihadapi peserta didik.
2) Sekolah
Sekolah merupakan tempat memperoleh pendidikan setelah lingkungan
keluarga. Sekolah memiliki faktor penting dalam keberhasilan belajar peserta
didik, begitu pula dengan kegagalan peserta didik. Faktor sekolah yang dapat
mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik salah satunya yaitu guru. Guru
merupakan sumber belajar utama bagi peserta didik, sehingga kualitas guru
dapat menentukan keberhasilan dari peserta didik. Guru tidak kualified dalam
pengambilan metode, dan kurang menguasi pelajaran serta pengelolaan kelas
dapat menjadi penyebab kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik.
Kemudian hubungan guru dengan murid juga dapat menghambat proses belajar
peserta didik, misalnya guru tidak disukai murid menyebabkan murid malas
dan tidak semangat dalam belajar. Selain itu terdapat faktor lain seperi ruang
sekolah, kurikulum, dan proses pembelajaran yang dilakukan kurang
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
dilaksanakan dengan baik juga dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi
peserta didik.
3) Lingkungan
Lingkungan masyarakat merupakan tempat peserta didik bergaul dan
bermain. Faktor lingkungan masyarakat dikatakan berpengaruh seperti corak
kehidupan masyarakat yang kurang mendukungan peserta didik dalam belajar
dan menuntut ilmu pasti akan berdampak pada kesulitan belajar peserta didik.
Teman bergaul juga sangat berpengaruh besar dan lebih masuk ke jiwa anak,
apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka peserta
didik akan malas belajar, sebab cara anak bersekolah berlainan dengan anak
yang tidak sekolah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal dari peserta
didik dapat mempengaruhi peserta didik. Pola asuh dan bimbingan belajar yang
dilakukan orang tua kepada peserta didik juga berpengaruh terhadap kesulitan
belajar yang dialami peserta didik, kemudian cara guru di sekolah memberikan
pelajaran dan menerangkan kepada peserta didik sangatlah penting, karena guru
merupakan salah satu sumber belajar utama yang dapat mengarahkan peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor lingkungan juga berdampak
pada kesulitan belajar karena lingkungan masyarakat juga dapat menjadi
lingkungan belajar peserta didik, dan lingkungan yang dapat mendukung peserta
didik dalam belajar.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
1) Kondisi fisik peserta didik baik kesehatan maupun kondisi organ tubuh
peserta didik.
2) Kondisi psikologi peserta didik dapat dibagi kembali menjadi beberapa
seperti inteligensi yang rendah artinya kecerdasaan yang dimiliki peserta
didik dibawah rata-rata, minat belajar yang kurang dan rendah, belajar yang
tidak sesuai dengan bakat dan gaya belajar yang dimiliki peserta didik, dapat
diartikan ketidak cocokan antar bakat dan gaya belajar, serta motivasi peserta
didik yang rendah yang dimiliki peserta didik dapat mengakibatkan
permasalahan belajar.
3) Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membantu peserta didik untuk
belajar dan memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Selain itu
keharmnisan, kenyamanan, dan kedamain di
rumah juga berpengaruh
terhadap kesulitan belajar peserta didik.
4) Kemampuan guru dalam mengajar, yang meliputi bagaimana guru dalam
membantu meningkatkan kemampuan peserta didik, memecahkan masalah
yang dihadapi peserta didik, dan membangun hubungan baik guru dengan
peserta didik.
5) Lingkungan yang tidak mendukung peserta didik dalam belajar dan
memperoleh ilmu pengetahuan. Hal itu berkaitan juga dengan teman sebaya
yang memungkinkan dapat berpengaruh seperti ketika antar peserta didik
dalam belajar tidak memperhatiakan menjadikan peserta didik bercerita
sehingga tidak fokus dalam belajar dan jika bergaul dengan anak yang tidak
sekolah.
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
C. Perkembangan Peserta Didik SD
1. Karakteristik Peserta Didik SD
Peserta didik pada jenjang SD merupakan individu yang yang sudah
memasuki usia matang untuk sekolah atau pada usia ini dapat dikatakan awal dari
peserta didik memperoleh pendidikan secara formal, selain itu pada usia tersebut
merupakan dapat juga dikatakan usia matang seorang individu untuk sekolah.
Dikatakan matang untuk sekolah, karena anak sudah menginginkan kecakapankecakapan baru yang dapat diberikan sekolah.
Pada umumnya di Indonesia anak memasuki masa SD pada usia 7 tahun dan
selesai pada usia 12 atau 13 tahun, karena pada masa tersebut dapat dikatakan
masa matang seorang anak memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan siap
memasuki pendidikan formal, kondisi tersebut didukung dengan teori Piaget
(Desmita, 2011: 101) bahwa memasuki usia yaitu 7 tahun sampai 11 tahun anak
berada pada tahap perkembangan praoprasional kongkrit yang meliputi
pembentukan konsep-konsep yang tetap, penalaran mental, penonjolan sikap
egoisentris, dan pembentukkan sitem-sistem keyakinan gaib. Ketika peserta didik
memasuki usia 11 tahun cara berpikir mulai berubah kearah yang lebih abstrak,
konkrit, logis, dan lebih idealistik. Secara lebih mendalam pada usia SD, seorang
peserta didik memiliki tugas dan fase tersendiri, hal itu sesuai dengan pendapat
Djamarah (2008: 124) Pada masa usia SD peserta didik dapat digolongkan
menjadi dua fase yaitu:
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
a. Masa Kelas Rendah SD
Masa kelas rendah memiliki karakteristik dan sifat yang khas, masa ini
berada di kelas 1 sampai kelas 3. Karakteristik kelas rendah sebagai berikut.
1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dengan prestasi sekolah.
2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan permainan
tradisional.
3) Ada kecendrungan memuji sendiri.
4) Suka membandingkan dirinya dengan temannya untuk meremehkan orang
lain.
5) Kalau tidak dapat menyelesaikan soal, soal tersebut dianggap tidak penting.
6) Pada masa ini peserta didik menghendaki nilai rapor yang baik, tetapi tidak
mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik.
b. Masa Kelas Tinggi SD
Masa kelas tinggi yaitu pada kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pada masamasa ini memiliki beberapa sifat diantaranya:
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal itu
menimbulkan adanya kencenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis.
2) Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.
3) Mulai nampak adanya minat terhadap mata pelajaran khusus, yang oleh para
ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjol faktor-faktor.
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
4) Sampai pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa
lainnya.
5) Pada masa ini anak gemar membentuk kelompok sebaya, untuk bermaian
bersama dengan peraturannya sendiri.
Berdasarkan karakteristik tersebut, kita dapat mengetahui karakterisitk
peserta didik, secara garis besar bahwa karakteristik peserta didik usia SD senang
bermaian, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang melakukan
sesuatu secara langsung. Oleh karena itu menurut Rofiah (2014: 228-229) dalam
pembelajaran
perlu
mengandung
unsur
permainan,
merancang
model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk berpindah, atau bergerak, belajar
berbasis kelompok, kemudian merancang belajar yang memungkinkan anak
terlibat secara langsung dan merasakan sendiri dalam proses pembelajaran.
2. Perkembangan Belajar Peserta Didik
Perkembangan peserta didik menurut teori perkembangan piaget (Desmita,
2011: 101) bahwa peserta didik usia SD berada pada tahap praoprasional sampai
pada tahap perkembangan kongkrit. Pada masa ini peserta didik dapat berpikir
secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkrit dan mengklasifikasikan bendabenda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Kemudian pada tahap kongkrit
peserta didik mulai dapat berpikir secara abstrak, logis, dan lebih idealistik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa pada usia SD peserta
didik diharapkan sudah mampu berpikir mengenai baik dan benar berdasarkan
urutan sebab akibat, hal itu didukung oleh periodesasi perkembangan menurut
konsep islam pada fase tamyiz (Desmita, 2011: 26) yaitu pada masa ini peserta
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
didik mulai mampu membedakan baik dengan yang buruk, yang benar dengan
yang salah. Oleh karena itu pada masa ini peserta didik juga sudah mulai
mengenali banyak cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
dengan mempertimbangkan secara logis dari sebuah kondisi dengan kembali
melihat hubungan sebab akibat. Kemudian menurut Desmita (2011: 104)
mengatakan bahwa pada periode usia SD peserta didik sudah tidak terlalu
mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena peserta didik
sudah mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh
mata dengan kenyataan yang sesungguhnya. Havigust (Desmita, 2011: 35)
membagi tugas perkembangan anak usia SD meliputi:
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas
fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai diri.
8. Mencapai kemandirian pribadi.
Dari pendapat
di atas
perkembangan belajar peserta
dapat
menjadi acuan
berkaitan
didik di SD, karena pada
dengan
kenyataanya
perkembangan belajar peserta didik di SD berbeda-beda dan banyak peserta didik
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan belajar di SD. Salah satu faktor
yang mempengaruh kondis tersebut salah satunya berkaitan dengan kesiapan
belajar peserta didik. Kesiapan belajar peserta didik berkaitan dengan kematangan
belajar baik secara usia maupuan perkembangan kemampuan pada periode
sebelumnya. Hasil penelitian Halimah (2010: 7) berkaitan dengan bahwa ada
perbedaan sangat signifikan kesiapan sekolah antara anak SD yang mengikuti
pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK, dimana anak SD
yang sebelumnya mengikuti pendidikan TK memiliki kesiapan sekolah lebih
tinggi dibandingkan yang tidak mengikuti pendidikan TK.
Berdasarkan teori dan kondisi yang sebanarnya sehingga perkembangan
belajar peserta didik di SD dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peserta didik harus memiliki kompetensi belajar seperti membaca, menulis,
dan berhitung yang baik, sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih luas.
2. Peserta didik sudah mulai memiliki penalaran logis sejauh pemikiran dapat
diterapkan kedalam contoh-contoh yang spesifik atau kongkrit.
3. Mulai tumbuh kemandirian dan tanggung jawab dalam belajar.
4. Peserta didik sudah mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan.
5. Belajar bergaul, berkelompok, dan menjalankan peran sosial.
D. Peserta Didik Tinggal Kelas
Peserta didik tinggal kelas, merupakan hal yang tidak asing dan banyak
ditemui di sekolah. Peserta didik tinggal kelas adalah peserta didik yang
mengalami kegagalan belajar dalam bidang akademik. Sistem pendidikan
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
Indonesia terdapat istilah kenaikan kelas sebagai hasil belajar yang telah ditempuh
peserta didik selama 1 tahun ajaran. Kenaikan kelas dalam sistem pendidikan di
Indonesia dilakukan pada akhir semester dua dalam level kelas tersebut. Peserta
didik dinyatakan dapat naik kelas yang lebih tinggi jika peserta didik mampu
menyelesaikan berbagai kompetensi yang harus ditempuh pada kelas sebelumnya,
hal itu sesuai dengan kriteria berdasarkan peraturan Mendikdasmen (2007: 40)
menyatakan bahwa anak naik kelas jika, peserta didik memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Jumlah mapel yang belum tuntas tidak boleh lebih dari 25 % dari jumlah mapel
yang diajarkan dikelas masing-masing.
b. Memiliki nilai minimal baik pada aspek kepribadian.
c. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dua semester pada kelas yang
diikuti.
Berdasarkan kriteria tersebut, peserta didik yang tidak dapat mencapai
standar yang telah ditentukan akan mengalami tinggal kelas. Peserta didik yang
mengalami tinggal kelas secara teori adalah peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Hal itu sejalan dengan pendapat Partowisastro & Hadisuparto
(Suwarto, 2013 : 92) mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar jika
tidak dapat memenuhi harapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah. Akan
tetapi peserta didik tinggal kelas tidak didasarkan hanya pada kompetensi belajar
yang telah dicapai peserta didik, akan tetapi juga didasarkan pada faktor lain
seperti usia, kesehatan fisik, emosi, maupun mental, karena faktor tersebut juga
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
E. Peran Guru dalam Membantu Kesulitan Belajar Peserta Didik
Pendidikan merupakan sesuatu terpenting dalam kehidupan.
Plato
menyatakan (Mu’in, 2011: 21) bahwa manfaat pendidikan yaitu membuat orang
menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Pernyataan tersebut
memberikan pandangan bahwa pendidikan merupakan suatu cara untuk membuat
manusia menjadi lebih baik, bijak, dan pendidikan menghasilkan manusia yang
mendukung berjalannya masyarakat yang ideal.
Sosok penting dalam pendidikan salah satunya guru. Guru merupakan figure
sentral dalam pendidikan. Guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam
proses belajar mengajar, memiliki ruang untuk dikondisikan yaitu kelas tempat ia
dan murid-muridnya belajar. Sesuai dengan pernyataan Rachmawati & Daryanto
(2013: 14) guru harus bertanggungjawab atas hasil belajar peserta didik,
disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing,
artinya memberikan bantuan kepada peserta didik untuk mencapai pemahaman
dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksiamal terhadap sekolah.
Depdiknas (Rachmawati & Daryanto, 2013: 13) menyatakan bahwa guru
memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam hal ini
peserta didik. Sebagai orang yang memiliki peran penting dalam peningkatan
kemampuan peserta didik guru harus mampu meningkatkan kemampuan dalam
membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan, dan pengelolaan pengajaran efektif,
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
guru juga harus bisa memotivasi dan membimbing peserta didiknya terutama
ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar.
F. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian yang peneliti anggap relevan dengan penelitian
kesulitan belajar peserta didik di sekolah dasar antara lain :
1. Penelitian tentang masalah yang dihadapi peserta didik tinggal kelas oleh
Bertha (2014) tentang “ Masalah yang dihadapi peserta didik tinggal kelas di
Sekolah Dasar Negeri 05 Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat”
menunjukan hasil, bahwa peserta didik tinggal kelas mengalami permasalahan
belajar karena dari diri peserta didik yang merasa kurang percaya diri dan pasif
dalam belajar, serta masalah lain seperti kurangnya kenyamanan belajar karena
sering diolok-olok oleh temannya, kurangnya konsentrasi dalam belajar, dan
hubungan dengan teman sebaya yang kurang baik.
2. Penelitian tentang kesulitan belajar oleh Suwarto (2013) tentang “Belajar
Tuntas, Miskonsepsi, dan Kesulitan Belajar” menunjukan hasil, Bila
miskonsepsi ini tidak terdeteksi secara dini, maka akan menyebabkan kesulitan
belajar pada diri peserta didik. Apabila kesulitan belajar disuatu konsep yang
mendasar tidak segera diatasi maka akan menimbulkan kesulitan belajar untuk
memahami konsep yang berikutnya.
Kedua penelitian tersebut saling berhubungan dalam penelitian ini,
penelitian oleh Bartha yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi peserta didik
tinggal kelas dapat memberikan gambaran berkaitan masalah peserta didik tinggal
kelas, akan tetapi pada penelitian tersebut masih kurang mendalam berkaitan
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
permasalahan tersebut, sehingga hasil tersebut dapat dijadikan acuan peneliti
untuk melihat permasalahan peserta didik tinggal kelas secara sepesifik berkaitan
dengan kesulitan belajarnya. Kemudian pada penelitian Suwarto berkaitan dengan
kesulitan belajar peserta didik, sehingga kedua penelitian tersebut saling
berhubungan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam terkait bentuk dan
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas, peran
guru serta orang tua dalam membantu dan menangani kesulitan belajar yang
dihadapi peserta didik, strategi sekolah dalam membantu meningkatkan
kemampuan peserta didik tinggal kelas, sehingga dapat ditemukan informasi yang
lebih akurat dalam membantu menangani peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar dan lebih khususnya pada peserta didik yang mengalami tinggal kelas,
karena pada saat ini peserta didik tinggal kelas yang mengalami kesulitan belajar
belum semuanya mendapat penanganan yang baik dan tepat.
G. Kerangka Pikir
Belajar merupakan proses seseorang memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya tidak diketahuinya. Saat ini belajar belajar identik dengan pendidikan
formal di sekolah. Di sekolah banyak peserta didik mendapatkan proses belajar.
Secara lebih luas proses belajar dapat menambah pengetahuan dan perubahan
perilaku peserta didik, sehingga dapat dijadikan bekal untuk berperan di
masyarakat.
Belajar yang baik dan kontinu akan menghasilkan tingkat tertinggi, yaitu
keberhasilan seseorang, dalam hal ini peserta didik. Keberhasilan belajar dari
setiap peserta didik berbeda-beda, ada peserta didik yang dapat berhasil dengan
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
baik dalam proses belajar dan adapula peserta didik yang mengalami kesulitan
atau hambatan dalam belajar yang berakibat pada tinggal kelas.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian memfokuskan pada peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar sehingga berakibat pada tinggal kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berupa bentuk dan faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas, peran guru serta
orang tua dalam membantu dan menangani kesulitan belajar yang dihadapi peserta
didik, serta strategi sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan peserta
didik tinggal kelas yang menghadapi kesulitan belajar. kesulitan belajar disuatu
konsep yang mendasar tidak diatas dengan baik maka akan menimbulkan
kesulitan belajar untuk memahami konsep berikutnya. Hal itu dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kesulitan belajar merupakan
permasalahan yang harus segera ditangani
hal itu didukung dengan hasil penelitian
Kesulitan Belajar peserta didik
tinggal kelas
Hasil penelitian
1. Mengetahui bentuk dan faktor kesulitan
belajar peserta didik tinggal kelas.
2. Peran guru dan orang tua dalam
membantu dan menangani kesulitan
belajar peserta didik tinggal kelas.
3. Mengetahui strategi sekolah dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik
tinggal kelas yang menghadapi kesulitan
belajar.
Dilakukan penelitian kualitatif
untuk mendeskripsikan
permasalahan kesulitan belajar
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
Kesulitan Belajar Peserta..., Alfany Rahman Yulianto, FKIP UMP, 2015
Download