BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemoroid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus. Bila terjadi infeksi hemoroid dapat menimbulkan perasaan gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah buang air besar yang mengeras. Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis dan strangulasi. Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan trombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya (Dardjat, 2007). Haemoroid tidak terlalu membahayakan, baik bagi ibu hamil maupun bagi janinnya. Meskipun sering keluar darah dari anusnya namun tak akan menularkan penyakit kepada janin, karena wasir sama sekali tidak berhubungan langsung dengan janin yang keluar melalui vagina. Ibu akan mengalami ketidak nyamanan sehingga aktivitasnya sehari-hari menjadi terganggu dan ia tidak menjalani kehamilannya dengan nyaman akibat perih yang ia rasakan (Simadi Brata, 2006) Bahaya haemoroid pada wanita hamil adalah timbulnya pendarahan yang bisa mengakibatkan anemia. Tetapi Haemoroid bukan penghalang bagi ibu hamil yang ingin melahirkan normal meskipun haemoroid yang ia derita berada pada grade 3. Jika memang nantinya harus digunting, maka saat pengguntingan bisa diatur arahnya. 1 2 Misalnya tidak menggunting ke arah anus tetapi ke sampingnya. Jika menggunting ke arah anus dikhawatirkan akan terjadi pendarahan (Sudoyo,2006) Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar. Interna: hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas. Eksterna: melibatkan jaringan lubang anus bagian bawah. Hemoroid adalah varises pada anus (Geri Morgan, 2009). Hemoroid adalah pelebaran vena (varises) di dalam plexus hemorodialis yang bukan merupakan keadaan patologik. Hanya bila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan jika haemoroid terjadi saat hamil, tidak boleh sembarangan minum obat, apalagi jika terjadi pada kehamilan trisemester pertama. Mengkonsumsi sembarangan obat bisa membahayakan janin. Tapi, haemoroid yang parah disertai keluarnya darah lebih mengkhawatirkan lagi, tidak bisa dibiarkan begitu saja.Konstipasi atau sembelit merupakan penyakit karena hambatan pengeluaran sisasisa makanan yang berkaitan dengan kesulitan buang air besar akibat tinja yang keras disertai dengan nyeri diperut. Pada kehamilan konstipasi atau sembelit diakibatkan karena meningkatnya hormone-hormon tertentu seperti progesteron yang kemudian membuat system saraf pembuangan bekerja lebih lambat dari kondisi normalnya Sistem saraf yang bekerja lebih lambat menyebabkan melemahnya relaksasi otot-otot saluran pencernaan. Dengan begitu makanan pun akhirnya menjadi lebih lama tinggal diperut dan mengakibatkan ibu hamil susah buang air besar. Selain itu peningkatan konsumsi zat besi maupun suplement untuk ibu hamil juga dapat 3 menyebabkan susah BAB ,padahal zat besi sangat dianjurkan untuk ibu hamil. (Syamsuhidajat, 2007). Karakteristik ibu hamil yang mengalami haemoroid diantaranya yaitu: Usia, Pendidikan, Paritas, Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Terdahulu. Dari segi usia 17-20 tahun, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Pendidikan rendah juga dapat menyebabkan haemoroid, karena ibu yang tidak berpendidikan tinggi belum mengetahui fisiologis dari masa kehamilan ini. Dapat diketahui bahwa jarang ibu hamil yang tidak berpendidikan tinggi tidak memeriksakan kehamilannya. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang haemoroid. Semakin banyak jumlah paritas ibu, maka haemoroid semakin mengeluhkan keadaan ibu. Haemoroid bisa terjadi akibat mengedan terlalu bersebihan saat persalinan berlangsung. Sehingga vena di daerah anorektal semakin melebar. Pekerjaan berat juga dapat menyebabkan haemoroid karena kegiatan tersebut dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga vena-vena ibu membesar. Dengan adanya riwayat penyakit terdahulu,dapat menyebabkan haemoroid pada ibu hamil 4 diantaranya yaitu: diare kronik, tumor rectum dan sebagainya. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Masalah buang air besar atau bisa disebut juga dengan konstipasi sering dihubungkan dengan kurangnya konsumsi serat, kurang minum dan kurangnya aktivitas fisik. Selain ketiga faktor tersebut, kehamilan juga turut mempengaruhi seseorang mengalami konstipasi. Konstipasi dapat ditinjau dari dua hal yaitu frekuensi buang air besar yang hanya kurang dari 3 kali seminggu atau adanya gangguan pada saat buang air besar seperti mengedan terlalu lama atau kerasnya feses. (Probosuseno, 2009) Selama terjadi konstipasi sebaiknya perempuan hamil tidak panik atau cemas karena akan memperburuk kondisi konstipasi. Untuk mengatasinya perempuan hamil dapat mengkonsumsi serat yang berkisar 25-30 gram per hari (sama dengan orang normal). Sumber serat dapat ditemukan pada beras merah, gandum, roti, sayur, kacang-kacangan, sereal dan buah-buahan. Namun konsumsi serat jangan dilakukan secara cepat dan bersamaan karena akan menyebabkan kembung. Aktivitas fisik pun merupakan hal yang penting dilakukan dan harus diperhatikan, seperti melakukan senam hamil atau jalan pagi. Aktivitas rutin akan merangsang peristaltik usus untuk bekerja normal sehingga proses defekasi dapat dilakukan secara rutin. (Sudoyo, 2006) Selain itu, dianjurkan pada perempuan hamil untuk mengkonsumsi air putih sebanyak 8 gelas perhari. Konsumsi air putih dilakukan rutin tiap pagi sebanyak 1 5 gelas untuk merangsang pengeluaran defekasi. Konsumsi minuman bersoda, alkohol dan kopi perlu dihindari bagi perempuan hamil. Penggunaan obat untuk mengatasi konstipasi dihindari bagi perempuan hamil karena berpengaruh pada perkembangan janin dan uterus. Suplemen serat dapat menjadi alternatif tetapi tetap perlu dipastikan bahwa suplemen tersebut tidak membawa dampak buruk bagi janin.Jika konstipasi tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain hemoroid (ambeien). Perempuan hamil dengan hemoroid dapat mengeluh karena timbulnya benjolan yang keluar dari dubur, rasa gatal pada anus, adanya darah pada feses, dan merasa buang air besar tidak tuntas. Konstipasi dan hemoroid dapat terjadi bersamaan pada perempuan hamil. Geri Morgan, 2009) Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Klinik Bersalin Elvina Jln. Seti Budi Tanjung Sari medan diperoleh bahwa jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilannya sebanyak 50 ibu hamil. Dari jumlah tersebut Ibu hamil yang yang mengalami haemoroid sebanyak 35 orang (35%) dan Karakteristik Ibu yang mengalami beraneka ragam Haemoroid ( Usia, Pendidikan, Paritas, Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Terdahulu). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Karakteristik Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari 6 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi Usia Ibu Hamil Trimester III di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 2. Untuk mengetahui distribusi Pendidikan Ibu Hamil Trimester III di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 3. Untuk mengetahui distribusi Paritas Ibu Hamil Trimester III di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 4. Untuk mengetahui distribusi Pekerjaan Ibu Hamil Trimester III di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 5. Untuk mengetahui distribusi Riwayat Penyakit Terdahulu Ibu Hamil Trimester III di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya, juga menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pwlayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nanti. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan, sebagai sumber bahan bacaan bagi perpustakaan di institusi pendidikan dan sebagai bahan tambahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan haemoroid. 1.4.3. Bagi Lahan Penelitian Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan tentang karakteristik Ibu hamil trimester III dengan haemoroid, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Haemoroid 2.1.1. Pengertian Haemoroid Haemoroid adalah varises pada anus (Geri Morgan, 2009). Piere A.Grace & Neil R. Borley (2007) mengemukakan bahwa hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar. Interna: hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas. Eksterna: melibatkan jaringan lubang anus bagian bawah. Hemoroid eksternal menyerang anus sehingga menimbulkan rasa sakit, perih dan gatal. Jika terdorong ke luar oleh tinja, hemoroid ini dapat mengakibatkan trombosis, yang menjadikannya berwarna biru-ungu (Sarwono, 2009). Probosuseno (2009) menjelaskan bahwa semua orang dapat terkena wasir. Namun yang paling sering adalah multipara (pernah melahirkan anak lebih dari sekali). Insidensinya sekitar 5-35 % dari masyarakat umum dan terutama yang berusia lebih dari 25 tahun, dan jarang terjadi di bawah usia 20 tahun kecuali wanita hamil. 2.1.2. Haemoroid dalam Kehamilan Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh 8 9 masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek social. Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto). 2.1.3. Penyebab Haemoroid Wasir sebenarnya sama dengan varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) akibat lemahnya dinding pembuluh darah. Bedanya, kalau varises biasanya terjadi di tungkai atau anggota tubuh lainnya, wasir terjadi pada pembuluh darah balik di daerah dubur. Bila terjadi penekanan pada pembuluh darah balik yang lemah di daerah dubur, misalnya akibat sembelit atau sulit buang air besar, maka pembuluh darah tadi tidak saja akan melebar tetapi juga membengkak dan menggelembung. Wasir terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama, Wasir luar (External Haemoroid) adalah pembengkakan yang terjadi di pembuluh darah bagian luar dubur. Kedua, Wasir dalam (Internal Haemoroid), bila pembengkakan terjadi dibagian dalam, tepatnya di antara dubur dan poros usus. 10 Faktor keturunan, ternyata memang peranan timbulnya wasir. Pola makan dan pola aktifitas seseorang juga bias menjadi pencetus terjadinya wasir. Mereka yang sangat jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan jarang berolahraga, serta mereka yang aktifitasnya lebih banyak duduk daripada bergerak, bias membuat otototot tubuhnya kehilangan kelenturannya dan menyebabkan terjadinya wasir juga. Kondisi hamil memicu terjadinya wasir karna tekanan janin pada perut meningkat pada trimester III, termasuk kesistem peredaran darah pada pembuluh darah balik. Wasir saat hamil juga bias terjadi akibat aktifnya hormone-hormon kehamilan. 2.1.4. Gejala Haemoroid Tanda awal terjadinya wasir adalah keluarnya darah, bisa dalam bentuk bercak bisa juga dalam jumlah yang lebih banyak. Terjadinya wasir luar, selain ditandai dengan keluarnya darah, juga adanya benjolan di dubur yang sering pula disertai rasa nyeri yang amat sangat dan rasa panas di bagian dubur. Sebaliknya pada wasir dalam sering tidak diketahui sebelumnya karna jarang menimbulkan rasa sakit atau keluhan lain. Meski wasir dalam tidak menimbulkan rasa nyeri, namun ini tidak boleh dibiarkan, karna dapat berkembang menjadi penyakit lain, seperti timbul polip pada poros usus. Polip itu sendiri, kalau tidak di atasi bias berkembang menjadi besar dan ganas. 11 2.1.5. Akibat Haemoroid Pada Kehamilan Wasir tidak berakibat apa-apa pada jalannya proses kehamilan.Tetapi, kondisi itu sering bertambah buruk bila ibu hamil tersebut akan melahirkan. Pada bulan – bulan terakhir kehamilan dan pada saat mengejan, sering terjadi perdarahan yang banyak, atau menimbulkan pembuluh darah yang membengkak dari dalam. Selain itu, bias terjadi penggumpalan darah. Keadaan ini tentu akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat mengganggu. 2.1.6. Klasifikasi Haemoroid 1. Derajat 1 Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi. 2. Derajat 2 Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya. 3. Derajat 3 Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus didorong. 4. Derajat 4 Suatu saat ada timbul keadaan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus 12 yang di ikuti infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan – akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid. Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentata ) dan hemoroid interna (didalam/diatas linea dentata). Untuk melihat risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan diatas hemoroid. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). 2.1.7. Anatomi Haemoroid Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar dari pada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari 13 usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturutturut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis mengapa memosisikan penderita ke sisi kiri saat pemberian enema. Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada bagian anus lain. Namun demikian, ada beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rectum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek dari pada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra. Apendises apiploika adalah kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan 14 usus halus. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum) (Price dan Wilson, 2006). Fisiologi anatomi usus halus. berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis mengapa memosisikan penderita ke sisi kiri saat pemberian enema. Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada bagian anus lain. Namun demikian, ada beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rectum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek dari pada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantongkantong kecil yang disebut sebagai haustra. Apendises apiploika adalah kantongkantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan usus halus. 15 Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum) (Price dan Wilson, 2006). 2.2. Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Haemoroid 2.2.1. Usia Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua tingkat perkembangan usia. Usia mempengaruhi psikologis seseorang, semakin bertambah usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan. Kehamilan dan persalinan yang aman adalah umur 20-30 tahun, yaitu pada usia reproduksi sehat. Seorang wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun mungkin sudah matang secara seksual, namun belum matang secara emosional dan sosial. Usia ikut menentukan tingkat kecemasan, yaitu kecemasan sering terjadi pada golongan usia muda. Usia ibu hamil dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun merupakan usia hamil risiko tinggi karena dapat terjadi kelainanatau gangguan pada janin, sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil tersebut. Pendapat ini sesuai dengan penelitian yang menemukan bahwa kecemasan dan depresi yang dialami oleh ibu hamil dipengaruhi oleh umur ibu hamil itu sendiri. Hal ini juga dibenarkan dalam 16 penelitian yang menyatakan bahwa ibu hamil yang berumur 16-20 tahun memiliki stres yang lebih tinggi, dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 36 tahun. 2.2.2. Pendidikan Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti yang beragam. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola tingkah laku, dan pola pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentiikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap atau menerima dan memakai pengetahuannya. Pendapat ini ditunjang oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kecemasan dan depresi yang dialami oleh ibu hamil dapat dipengaruhi oleh status pendidikan ibu hamil tersebut. 17 2.2.3. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki seorang wanita (Hartanto, 2013). Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan musculus sphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk. 2.2.4. Pekerjaan Wanita hamil dilarang mengangkat barang berat dan membungkuk terlalu lama. Jangan berdiri terlalu lama, karena otot dan sendi kaki akan mengalami keletihan dan pingganag akan semakin nyeri. Akibat dari mengangkat berat ataupun aktivitas terlalu banyak dapat menyebabkan wasir. Jika pekerjaan mengharuskan duduk selama berjam-jam maka usahakanlah untuk bangkit dari tempat duduk setiap jam dan lakukan aktifitas berjalan (bergerak) beberapa menit. Beberapa aktivitas juga harus dihindari, yaitu duduk untuk waktu yang lama di toilet, angkat berat dan hubungan seks anal, yang semuanya dapat meningkatkan risiko wasir dan 18 memperburuk gejala wasir. Wasir juga dapat disebabkan oleh pekerjaan yang menuntut duduk terlalu lama, hal ini dapat meningkatkan tekanan intra abdominal. Beberapa aktivitas yang menyebabkan tekanan pada struktur vaskular pada daerah anal dapat menyebabkan kelemahan vaskular atau melemahkan struktur yang dapat menghasilkan varises pada vena. Seperti varises, walaupun secara tidak langsung menyebabkan hemoroid, tapi keadaan yang umumnya terjadi pada jaringan hemoroid. Sering mengangkat beban terlalu berat. 2.2.5. Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, hipertensi portal, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Diare menahun, meskipun berkebalikan dengan sembelit, diare atau terlalu sering buang air besar juga dapat membuat penderitanya mengejan. Meski sering buang air besar, kotoran yang keluar biasanya cair dan hanya sedikit-sedikit sehingga penderita cenderung tidak sabar lalu mengejan untuk menuntaskannya agar tidak perlu keluar masuk kamar mandi . Kondisi ini tidak ideal untuk buang air besar, karena jika terburu-buru maka tekanan saat mengejan cenderung lebih besar dengan tujuan agar tinjanya cepat keluar dan tuntas dan ini akan memicu terjadinya diare. Penelitian yang membandingkan menunjukkan bahwa hemoroid terjadi pada keluarga yang memiliki riwayat hemoroid dibandingkan dengan yang tidak. Meskipun, hubungan antara hereditas atau genetik dan hemoroid tidak saling mendukung. Hal ini mungkin karena 19 pilihan gaya hidup yang sama antara anggota keluarga, yang lebih berperan serta dibandingkan dengan faktor genetik. 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent Karakteristik Ibu hamil Trimester III dengan Haemoroid yaitu: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Paritas 4. Pekerjaan 5. Riwayat Penyakit Terdahulu Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui karakteristik ibu hamil trimester III dengan haemoroid di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksananakan di Klinik Bersalin Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari Medan, dimana lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Karakteristik ibu hamil termester III dengan haemoroid dan lokasi ini memenuhi syarat penelitian dalam melakukan penelitian tentang haemoroid pada ibu hamil trimester III. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari- Maret 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III dengan haemoroid di klinik Elvina Jln Setai Budi tanjung Sari sebanyak 35 orang. 20 21 3.3.2. Sampel Cara pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan tehnik total sampling yaitu keseluruhan ibu hamil dengan kehamilan haemoroid (Notoadmodjo, 2010). 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Klinik Elvina Jln. Seta Budi Tanjung Sari. 3.5. 1. Definisi Operasional Haemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Hasil ukur: 1. Haemoroid 2. Tidak Haemoroid 2 Usia adalah umur seseorang sejak dia dilahirkan sampai waktu ulang tahunnya yang terakhir dengan menggunakan skala interval, pembagian umur dengan kategori 17-20 tahun, 21-35 tahun Hasil ukur : 1. 17-20 tahun 2. 21-35 tahun 22 3. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Hasil ukur : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PT 4. Paritas adalah Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Hasil ukur: 1. < 5 orang 2. ≥ 5 orang 5. Pekerjaan adalah Suatu kegiatan yang dilakukan Ibu untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil ukur: 1. Buruh 2. Petani 3. PNS 4.Dll 23 6. Riwayat penyakit terdahulu adalah Suatu penyakit yang diderita oleh ibu sejak ia sebelum mengalami penyakit yang sekarang. Hasil ukur: 1. Ya 2. Tidak 3.6. Aspek Pengukuran Tabel 3.1. Aspek Pengukuran No 1. Usia 2. Pendidikan 3. Paritas 4. Pekerjaan 5. Riwayat Penyakt Terdahulu 3.7. 1. Variabel Kategori 0. 17-20 Tahun 1. 20-35 Tahun 0. SD 1. SMP 2. SMA 3. PT 0. < 5 Orang 1. > 5 Orang 0. Buruh 1. Petani 2. PNS 3. Dll 0. Ada 1. Tidak Ada Skala Pengukuran Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Tehnik Pengolahan Data Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten. 24 2. Coding Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari pada responden kedalam katergori biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara member kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. 3. Processing Setelah data di coding, maka langkah selanjutnya melakukan entery dari data kuesioner kedalam program computer, salah satu paket program yang digunakan adalah SPPS for window. 4. Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 3.8. Analisa Data Analisis data pada penelitian ini dilakuakan secara deskriptif dengan melihat presentase yang ada telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Selanjutnya pembahasan ini sesuai dengan teori pustakaan yang ada dan diambil kesimpulan. 25 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Klinik bersalin Elvina berlokasi di jalan Setia Budi Tanjung Sari Medan, dimana terdiri dari 3 ruangan yaitu: Ruang Bersalin, Ruang Inap untuk pasien post partum, maupun berobat umum, dan Ruang Pemeriksaan. Adapun tenaga kesehatannya terdiri dari: 1. Bidan Penanggung Jawab : Bidan Anita Parangin-angin, AmKeb 2. Dokter Penanggung Jawab : dr. Risman F. Kaban Sp.OG 4.2. Analisis Univariat Gambaran umum responden dalam penelitian ini meliputi: Usia, Pendidikan , Paritas, Pekerjaan dan Riwayat penyakit terdahulu. 4.2.1. Usia Tabel 4.1. Distribusi Ibu Hamil Trimester III dengan Haemoroid Berdasarkan Usia di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari No 1. 2. Usia f 20 15 35 17-20 tahun 21-35 tahun Jumlah % 57,14 42,86 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengalami Haemoroid banyak terjadi pada usia 17-20 tahun yaitu sebanyak 20 orang (57,14%), 25 26 minoritas responden tidak mengalami haemoroid pada usia 21-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang (42,86%). 4.2.2. Pendidikan Tabel 4.2. Distribusi Ibu Hamil dengan Haemoroid Berdasarkan Konstipasi di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari No 1. 2. 3. 4. Pendidikan SD SMP SMA PT Jumlah f 15 7 8 5 35 % 42,86 20 22,85 14,29 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan SD 15 orang (42,86%) dan minoritas pendidikan Perguruan Tinggi 5 orang (14,29%). 4.2.3. Paritas Tabel 4.3. Distribusi Ibu Hamil dengan Haemoroid Berdasarkan Paritas di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari No 1. 2. Paritas < 5 orang ≥ 5 orang Jumlah F 10 25 35 % 28,58 71,42 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kehamilan dengan haemoroid berdasarkan paritas mayoritas pada paritas ≥ 5 25 orang (71,42%) dan minoritas pada paritas < 5 10 orang (28,5%). 27 4.2.4. Pekerjaan Tabel 4.4. Distribusi Ibu Hamil dengan Haemoroid Berdasarkan Pekerjaan di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari No 1. 2. 3. 4. Pendidikan Buruh Petani PNS Dll Jumlah f 15 5 3 12 35 % 42,86 14,28 8,57 34,29 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kehamilan dengan haemoroid berdasarkan pekerjaan mayoritas pada pekerjaan buruh sebanyak 15 orang (42,86%) dan minoritas pada pekerjaan PNS sebanyak 3 orang (8,57%). 4.2.5. Riwayat Penyakit Terdahulu Tabel 4.5. Distribusi Ibu Hamil dengan Haemoroid Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari No 1. 2. Riwayat Penyakit Terdahulu Ada Tidak Ada Jumlah f 25 15 15 % 71,42 28,58 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kehamilan dengan haemoroid berdasarkan riwayat penyakit terdahulu mayoritas terkena riwayat terdahulu sebanyak 25 orang (71,42%) dan minoritas pada tidak ada riwayat penyakit terdahulu sebanyak 23 orang (28,58%). 28 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari Berdasarkan Usia Berdasarkan tabel 4.2.1 maka dapat dilihat jumlah ibu hamil trimester III dengan haemoroid lebih banyak terjadi usia 17-21 tahun sebanyak 27 orang (54%), dan lebih sedikit di usia 21-35 tahun sebanyak 23 orang (46%). Menurut Manuba bahwa umur 21-35 tahun adalah dianggap sehat untuk masa reproduksi karna pada masa ini organ reproduksi wanita sudah matang, ibu yang berumur 17-20 tahun alat reproduksinya belum siap untuk dibuahi karna pada usia ini organ reproduksi wanita belum matang sehingga lebih beresiko terjadinya haemoroid. Menurut saya sendiri setelah melakukan penelitian pada ibu hamil trimester III dengan haemoroid di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari terdapat usia 17-20 tahun ibu hamil trimester III mempengaruhi terhadinya haemoroid, karna di fikirkan secara logika saja umur ibu yang muda di ketahui uterus atau organ reproduksinya pasti belum matang sehingga jaringan-jaringan didalam uterus tidak kuat menahan hasil dari konsepsi, dan dari segi psikologis ibu tersebut belum siap menghadapi kehamilan dan persalinan mengingat faktor usia yang masih muda Sedangkanibu yang umurnya 21-35, telah matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan nantinya. 28 29 5.2. Distribusi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan tabel 4.2.2 maka dapat dilihat jumlah ibu hamil trimester III dengan haemoroid lebih banyak terjadi di pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 31 orang (62%), dan lebih sedikit di usia pendidikan SD sebanyak 4 orang (8%). Menurut Notoatmodjo (2010), Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . 30 Menurut saya sendiri setelah melakukan penelitian pada ibu hamil trimester III dengan haemoroid di klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari terdapat Pendidikan SD yang paling banyak mengalami haemoroid, dikarenakan di pendidikan SD tersebut belum bisa memahami istilah reproduksi yang matang. Persiapan fisik dan mental untuk menjalani kehamilan dan persalinan. 5.3. Distribusi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia budi Tanjung Sari berdasarkan Paritas Berdasarkan tabel 4.2.3 dapat di lihat jumlah ibu bersalin dengan kejadian haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari, lebih banyak terjadi pada kelahiran ≥ 5 orang anak sebanyak 30 orang ( 60% ) dan lebih sedikit pada kelahiran < 5 orang anak sebanyak 20 orang ( 40% ). Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH tingkat paritas ibu yang melahirkan anak lebih dari 5 orang ddapat menyebabhkan haemoroid dikarenakan tekanan janin pada perut ibu, sehingga menyebabkan penekanan pembuluh darah pada anus. Sesuai dengan yang terdapat didalam buku Prawirahardjo, 1999 dikatakan bahwa paritas aman adalah 2-4. Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa ibu bersalin dengan haemoroid yang terbanyak adalah yang memiliki anak ≥ 4 orang. Sehingga terjadi haemoroid karena semakin banyak anak yang dilahirkan, semakin timbulnya pendarahan yang bisa mengakibatkan anemia. Tetapi wasir bukan penghalang bagi ibu hamil yang ingin melahirkan normal. 31 Menurut saya sendiri, setelah melakukan penelitian tentang Haemoroid pada ibu hamil Trimester III di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari diketahui bah wa, semakin tinggi tingkat paritas ibu dan semakin sering timbulnya haemoroid akibatnya dari penekanan vena-vena di anus, sehingga menyebabkan Haemoroid pada ibu tersebut. 5.4. Distribusi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia budi Tanjung Sari Berdasarkan Pekerjaan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kehamilan dengan haemoroid berdasarkan pekerjaan mayoritas pada pekerjaan buruh sebanyak 25 orang (50%), dan minoritas pada pekerjaan PNS sebanyak 2 orang (4%). Menurut Mujtahid. 2011 Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat. Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot.Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. 32 Menurut saya sendiri, setelah melakukan penelitian tentang Haemoroid pada ibu hamil Trimester III di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari diketahui bah wa, Suatu pekerjaan bagi ibu hamil sangat mempengaruhi haemoroid pada ibu tersebut. Dikarnakan pola aktivitas yang berlebihan. 5.5. Distribusi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid di Klinik Elvina Jln. Setia budi Tanjung Sari Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kehamilan dengan haemoroid berdasarkan riwayat penyakit terdahulu mayoritas terkena riwayat terdahulu sebanyak 27 orang (54%), dan minoritas pada tidak ada riwayat penyakit terdahulu sebanyak 23 orang (46%). Menurut pakar kesehatan, riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang sudah lama menimpa tubuh seseorang yang bisa menyebabkan penyakit lain dapat timbul lagi dalam tubuhnya. Riwayat penyakit terdahulu dapat menyebabkan haemoroid. Misalnya, diare akut. Perlu diwaspadai pada ibu hamil agar tetap menjaga kesehatan dan pola makanan. Menurut saya sendiri, setelah melakukan penelitian tentang Haemoroid pada ibu hamil Trimester III di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari diketahui bah wa, riwayat penyakit terdahulu merupakan penyakit yang sudah diderita sejak seseorang belum menderita penyakit yang sekarang dan dilakukan penelitian Tanya jawab oleh responden, responden memiliki riwayat penyakit terdahulu yaitu diare akut dapat menyebabkan haemoroid pada ibu hamil. 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah Dilakukan Penelitian Mengenai Ibu Hamil Dengan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Haemoroid Di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Tanjung Sari, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Haemoroid berdasarkan usia lebih banyak terjadi pada umur 17-20 tahun sebanyak 26 orang (81,25%) dan lebih sedikit pada ibu berusia 21-35 tahun sebanyak 2 orang (6,25%). 2. Haemoroid berdasarkan Pendidikan SD Mayoritas sebanyak 17-20 sebanyak 26 orang (81,25%) dan minoritas yang mengalami haemoroid adalah SMA sebanyak 2 orang (6,25%). 3. Dari jumlah ibu hamil dengan kejadian haemoroid berdasarkan Paritas Lebih bnyak terjadi pada ibu multi gravida sebanyak 15 orang (46,87%) dan lebih sedikit pada ibu skundi gravida sebanyak 4 orang ( 12,5%). 4. Dari jumlah ibu hamil dengan kejadian haemoroid berdasarkan Pekerjaan lebih banyak terjadi pada pekerjaan buruh sebanyak 25 orang (50%) dan lebih sedikit pada ibu skundi gravida sebanyak 2 orang ( 4%). 5. Dari jumlah ibu hamil dengan kejadian haemoroid berdasarkan adanya riwayat penyakit terdahulu Lebih bnyak terjadi sebanyak 27 orang (54%) dan lebih 33 34 sedikit pada ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu sebanyak 23 orang ( 46%). 6.2. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi tenaga kesehatan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan masyarakat lebih berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya haemoroid pada ibu hamil. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti dengan responden yang lebih banyak, sehingga didapat data yang lebih lengkap tentang terjadinya haemoroid pada ibu hamil, sehingga hasil penelitian ibu dapat sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan masukan kepada tenaga kesehatan. 3. Bagi Ibu Hamil Diharapkan kepada ibu hamil agar sering melakukan pemeriksaan kehamilan khususnya konseling tentang terjadinya haemoroid pada ibu hamil. 4. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan kepada Ibu Bidan Anita sebagai kepala klinik Elvina Medan ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan informasi bahwa pentingnya mencegah haemoroid pada saat hamil. 35 DAFTAR PUSTAKA Borley, 2007, praktik kebidanan kesehatan masyarakat, EGC, Jakarta Dardjat. 2007. Persiapan Menghadapi Persalinan. Mitra Pustaka. Cilebab Timur Dr. Delken Kuswanto sjamsuhidajat dan Jong, 2005, Haemoroid dan Penanganan, Genius ,Yogyakarta Geri Morgan, 2009, Buku Ilmu Penyakit dalam, Fitra Maya, Yogyakarta Hartanto,2013, konsep dan penerapan metodologi penelitian dan ilmu keperawatan pedoman skripsi,tesis dan instrument penelitian keperawatan, salemba medika, Jakarta Manuba, 2008, Usia Reproduktif Wanita, Medical Book, Yogyakarta Mujtahid,20011, Wanita Hamil dan Gangguannya, Refika Aditama, Bandung Notoadmodjo S, 2010, pendidikan dan prilaku kesehatan, Rineka cipta, Jakarta Notoadmodjo S, 2005, Metode penelitian kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta Piere.A.Grace dan Neil.R.Sarwono,2009, Panduan Perawatan Pada Ibu Hamil, FlashBook.Jakarta Probosuseno,2009, Cara Mengatasi Wasir, Mitra Pustaka,Bandung Price dan Wilson,2006, Penyebab Haemoroid ,Genius, Yogyakarta Prawirahardjo, 1999, Kehamilan dan Persalinan, Medical Book, Yogyakarta Rustam Mochtar,1998 Sinopsis Obstertri,Edisi 2,Jakarta Simadi Brata.2006. Panduan imadi Cerdas Kehamilan. Genius.Yogyakarta Sudoyo,2006,Buku Saku Bidan, ECG,Jakarta Syamsuhidajat, 2007, Haemoroid Pada Ibu Hamil, EGC, Jakarta. 36 Lampiran 1 LEMBAR CHEKLIST KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN HAEMOROIDDI KLINIK ELVINA Jln. SETIA BUDI TANJUNG SARI A. DATA UMUM Petunjuk pengisian: isilah identitas ibu pada tempat yang disediakan di bawah ini Nama : Umur : a. 17-20 tahun b. 21-35 tahun Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. PT Pekerjaan : a. Buruh b. Petani c. PNS d. Dll Alamat : 37 B. DATA KHUSUS 1. Jumlah anak yang dilahirkan a. < 5 orang b. ≥ 5 orang 2. Sebelum ibu mengalami haemoroid, apakah ibu dahulu memiliki penyakit diare kronik? a. Ada b. Tidak Ada 38 Lampiran 2. MASTER DATA PENELITIAN Riwayat No Usia Pendidikan Paritas Pekerjaan Penyakit Terdahulu 1. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 2. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 3. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 4. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 5. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 6. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 7. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 8. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 9. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 10. 17-20 Tahun SD < 5 Orang Buruh Ada 11. 21-35 Tahun SD ≥ 5 Orang Buruh Ada 12. 21-35 Tahun SD ≥ 5 Orang Buruh Ada 13. 21-35 Tahun SD ≥ 5 Orang Buruh Ada 14. 21-35 Tahun SD ≥ 5 Orang Buruh Ada 15. 21-35 Tahun SD ≥ 5 Orang Buruh Ada 16. 17-20 Tahun SMP ≥ 5 Orang Peteni Ada 17. 17-20 Tahun SMP ≥ 5 Orang Petani Ada 18. 17-20 Tahun SMP ≥ 5 Orang Petani Ada 19. 17-20 Tahun SMP ≥ 5 Orang Petani Ada 20. 17-20 Tahun SMP ≥ 5 Orang Petani Ada 21. 21-35 Tahun SMP ≥ 5 Orang PNS Ada 22. 21-35 Tahun SMP ≥ 5 Orang PNS Ada 39 23. 21-35 Tahun SMA ≥ 5 Orang PNS Ada 24. 21-35 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Ada 25. 21-35 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Ada 26. 17-20 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 27. 17-20 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 28. 17-20 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 29. 17-20 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 30. 17-20 Tahun SMA ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 31. 21-35 Tahun PT ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 32. 21-35 Tahun PT ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 33. 21-35 Tahun PT ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 34. 21-35 Tahun PT ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada 35. 21-35 Tahun PT ≥ 5 Orang DLL Tidak Ada