HIGH SEAS Batas

advertisement
1. Status Hukum High Seas;
HIGH SEAS
Iman Prihandono,
Prihandono, SH., MH., LL.M
Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Airlangga
E-Mail: [email protected]
Blog:
Blog: imanprihandono.wordpress.com
2. Kebebasan di High Seas;
3. Yurisdiksi di High Seas;
Batas:
“all parts of the sea not included in the
territorial sea or in the internal waters of a
state”
state”. (Art 1. High Seas Convention 1958)
“all parts of the sea that are not included
in the exclusive economic zone, in the
territorial sea or in the internal waters of a
State, or in the archipelagic waters of an
archipelagic State”
State”. (Art. 86 LOSC)
1
1. Status Hukum High Seas:
Prinsip Kebebasan:
 Ulpian (abad pertengahan):
pertengahan): ”the sea is
open to everybody by nature”
nature”
 High Seas terbuka bagi seluruh negara.
negara.
Tidak satupun negara dapat mengklaim
bagian dari High Seas sebagai
kedaulatannya (HSC Art. 2, LOSC Art. 87,
89).
 Abad XVI dan XVII  trend – penemuan
daerahdaerah-daerah baru sehingga kebebasan
berlayar diakui oleh negaranegara-negara.
negara.
 Penggunaan laut dan udara adalah bebas
bagi semua orang dan oleh karena
jenisnya yang khusus,
khusus, laut tidak akan
dapat dimiliki oleh siapapun dan oleh
negara manapun (Ratu ElizabethElizabeth-Inggris).
Inggris).
 Inggris merupakan negara besar yang
mengakui prinsip kebebasan berlayar,
berlayar,
karena sesuai dengan kepentingannya
ingin mendapatkan daerah baru.
baru.
Abad XVII, Inggris menentang karya Grotius
↓
John Selden
Mare Clausum (1635)
↓
1. Laut yang berbatasan dengan pantai.
pantai.
2. Laut lepas.
lepas.
3. Laut Inggris (narrow seas).
 Celcus (abad pertengahan):
pertengahan): “the sea like
the air is common to all mankind”
mankind”.
 Setelah abad pertengahan II (Paus
(Paus
Alexander VI, 1494): tuntutan kedaulatan
di laut untuk kepentingan negara pantai,
pantai,
menghindari bajak laut,
laut, mengawasi lalu
lintas laut.
laut.
Tuntutan Belanda terhadap Spanyol dan Portugis
tentang kedaulatan di laut
“Doktrin Grotius”
Grotius”: De Yure Praedae (1868)
(1868)
“Mare Liberum”
Liberum”
(prinsip kebebasan berlayar di laut)
laut)
1. Laut tidak dapat dimiliki (res extra
commercium).
commercium).
2. Falsafah hukum alam:
alam: laut itu bebas dan dapat
digunakan oleh siapapun.
siapapun.
Abad XVIII
 Inggris kembali mengakui kebebasan di
laut,
laut, tetapi untuk laut diluar batas
kedaulatan Inggris.
Inggris.
 Hal ini dipertegas oleh para ahli hukum
lainnya,
lainnya, yaitu Bynkershoek dan Pufendorf.
Pufendorf.
2
Natur Yuridis Laut Lepas
 Res Nullius,
Nullius, laut adalah bebas karena
tidak ada yang memilikinya.
memilikinya.
Art. 87 LOSC:
LOSC: semua negara mempunyai
kebebasan di laut lepas,
lepas, tetapi dilakukan
dengan syaratsyarat-syarat tertentu.
tertentu.
2. Kebebasan di High Seas
 “…freedoms
“…freedoms of navigation, fishing, laying
and maintenance of submarine cables and
pipelines and overflight”
overflight”. (Art. 2 HSC);
 “…d)
“…d) freedom to construct artificial islands
and other installations permitted under
international law…
law… (f) freedom of scientific
research…”
research…”.. (Art. 87 LOSC).
Due Regard
 Res Communis,
Communis, laut adalah milik
bersama,
bersama, sehingga negaranegara-negara
bebas untuk menggunakannya.
menggunakannya.
↓
Dibawah kedaulatan bersama.
bersama.
↓
Diatur melalui pengelolaan bersama.
bersama.
↓
Domain publik internasional.
internasional.
↓
Kepentingan bersama masyarakat internasional.
internasional.
Batasan Kebebasan:
 Sepanjang tidak mengklaim sebagian dari
High Seas maka bebas untuk digunakan,
digunakan,
kecuali bila diatur secara khusus.
khusus.
 shall be exercised by all States with due
regard for the interests of other States in
their exercise of the freedom of the high
seas, and also with due regard for the
rights under this Convention with respect
to activities in the Area (Art. 87(2) LOSC).
French Nuclear Test 1974
 Reasonableness Test.
 Prakteknya Negara dengan kekuatan
politik yang besar dapat memaksakan
penggunaan High Seas, meskipun
penggunaan tersebut unreasonable bagi
negaranegara-negara lain.
3
Batasan lain:
 Peringatan dini sudah diberikan kepada
pelayaran asing di Pacific bahwa akan
diadakan Nuclear Test;
 Diprotes oleh Australia dan New Zealand;
 Lying Pipelines across continental shelf
(Art. 79 LOSC).
 Artificial Island, Structure and Installation
(LOSC Art. 80 dan 60).
 Tanpa penyelesaian hukum;
hukum;
3. Yurisdiksi di High Seas
 Freedom of fishing dibatasi dengan
kewajiban konservasi (Art. 63 dan 64
LOSC).
 “… be preserved for peaceful purposes…”
purposes…”
(Art. 88 LOSC).
 Prinsip “YURISDIKSI NEGARA BENDERA
KAPAL”
KAPAL” (The Exclusiveness of Flag State
Jurisdiction).
 “Every State shall effectively exercise its
jurisdiction and control in administrative,
technical and social matters over ships
flying its flag”
flag”. (Art. 94 LOSC)
Lotus Case (PICJ 1927)
 The Lotus case concerns a criminal trial
which was the result of the August 02,
1926 collision between S.S. Lotus, a
French steamship (or steamer), and the
S.S. BozBoz-Kourt, a Turkish steamer, in a
region just north of Mytilene.
Mytilene. As a result
of the accident, eight Turkish nationals
aboard the BozBoz-Kourt drowned when the
vessel was torn apart by the Lotus.
 The Lotus principle or Lotus approach,
approach,
usually considered a foundation of international
law,
law, says that sovereign states may act in any
way they wish so long as they do not
contravene an explicit prohibition. This principle
– an outgrowth of the Lotus case – was later
overruled by article 11 of the 1958 High Seas
Convention.
Convention. The convention, held in Geneva,
Geneva,
laid emphasis on the fact that only the flag state
or the state of which the alleged offender was
a national had jurisdiction over sailors regarding
incidents occurring in high seas.
4
Kewajiban terhadap bendera:
 Ships shall sail under the flag of one State
only;
 A ship may not change its flag during a
voyage or while in a port of call, save in
the case of a real transfer of ownership or
change of registry;
 A ship which sails under the flags of two
or more States may be assimilated to a
ship without nationality;
nationality; (Art. 92
LOSC).
Kewajiban Negara Bendera:
 shall fix the conditions for the grant of
its nationality to ships, for the registration
of ships in its territory, and for the right to
fly its flag.
 There must exist a genuine link between
the State and the ship.
 Issue to ships to which it has granted the
right to fly its flag documents.
documents. (Art. 91
LOSC)
 Maintain a register of ships containing the
names and particulars of ships flying its
flag;
 to ensure safety at sea: the construction,
equipment and seaworthiness of ships;
 to conform to generally accepted
international regulation; (Art. 94 LOSC).
 Mengatur dan menghukum kesalahan
yang mengakibatkan kerusakan pada
submarine cables dan pipelines di High
Seas (Art. 114 LOSC);
 Memastikan pelaksanaan “Safety at Sea”
Sea”
THE END
melalui regulasi (Art. 94, 98 LOSC);
5
Download