11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1.
Percaya Diri
2.1.1. Definisi Rasa Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sebuah hal yang berkaitan dengan dunia
Psikologi yang ada dalam diri manusia masing-masing untuk meyakini segala
sesuatu tentang kemampuan yang dimiliki dirinya. Memiliki kepercayaan diri yang
tinggi adalah hal yang dibutuhkan untuk dapat meraih sebuah kesuksesan dan citacita serta tujuan yang diinginkan dan ini merupakan aspek kepribadian yang sangat
penting. Selalu tampil percaya diri, optimis dan berusaha dengan segala
kemampuan akan mempermudah seorang individu untuk meraih kesuksesan yang
diimpikan. Seseorang akan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik,
kemampuan yang baik dan juga mental yang baik bila individu tersebut memiliki
kepercayaan diri yang bagus.
Branden dkk dalam Walgito (2000) mengatakan bahwa kepercayaan diri
adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya, individu
yang tidak memiliki kepercayaan diri dalam melakukan kegiatannya akan bertanya
kepada orang lain apakah yang dikerjakan itu perlu apa tidak, benar atau tidak ia
akan melakukan kegiatan itu. Jika seseorang mempunyai keyakinan bahwa apa
yang dikerjakan itu benar sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya, maka hal
tersebut akan di kerjakan tanpa meminta pertimbangan dari pihak lain. Orang yang
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan
yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikir
positif dan dapat menerimanya. Hasan dalam Iswidharmanjaya (2004) mengatakan,
kepercayaan diri merupakan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki serta
dapat memanfaatkannya secara tepatKonsep percaya diri pada dasarnya merupakan
satu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan
membuat keputusan sendiri pada diri sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan
sesuatu, artinya keyakinan dan percaya diri hanya timbul pada saat seseorang
mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukannya. Tidak jauh berbeda
dengan teori sebelumnya, disebutkan oleh Rini (2002) bahwa kepercayaan diri
adalah sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk penilaian positif
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Dalam hal ini rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk
pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi yakni mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung
oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri
sendiri. Menurut Jacinta dalam Rini (2002:1), pengertian kepercayaan diri adalah :
“Sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa
individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang
diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk
pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia
merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa
karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistic terhadap diri sendiri”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Thantaway dalam kamus bimbingan dan konseling (2005:87) mengatakan
percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Orang
yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif serta kurang percaya pada
kemampuannya sehingga ia sering menutup diri. Merujuk pada pemahaman ini
maka jelas seseorang yang mempunyai rasa percaya diri tentu bisa membuat dirinya
menjadi lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang percaya diri. Betapa
pentingnya rasa percaya diri ini dapat merubah kehidupan secara terus menurus dan
hal ini selalu berkaitan dengan berbagai sisi kehidupan manusia.
Surya (2007:2) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan
bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras didalam berusaha
serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilkinya tanpa harus
mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan dirinya sehingga
nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang. Apabila telah terbentuknya
rasa percaya diri dalam diri seseorang, semua kegiatan yang di lakukannya akan
selalu di persiapkan dan di pikirkan dengan baik dan terencana. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Hakim (2002:6) bahwa kepercayaan diri dapat di artikan sebagai
suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai
tujuan dalam hidupnya.
Pada dasarnya seseorang merasa puas pada dirinya sendiri hanya pada saat
melakukan satu kegiatan, pekerjaan atau menyalurkan kemampuannya. Banyak hal
yang dapat dilakukan dan banyak juga kemampuan yang dapat dikuasai seseorang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dalam hidupnya, tetapi jika hanya percaya diri pada hal-hal tersebut maka seseorang
tidak akan pernah menjadi orang yang benar-benar percaya diri. Hal ini karena
orang tersebut hanya akan mempercayai diri terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan apa yang dilakukan dan beberapa keterampilan tertentu saja yang dikuasai,
namun tidak akan merasa percaya diri dengan melakukan kemampuan lain yang
kurang dikuasainya. Meninjau lebih mendalam dari konsep dasar percaya diri ini
adalah kepercayaan diri di peroleh dari pengalaman hidup dan berhubungan dengan
kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Dengan kepercayaan diri yang baik
seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Angelis dalam Suhardika (2011) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan
percaya diri terdapat tiga aspek yaitu : Tingkah laku, Emosi dan Spiritual yang
masing-masing aspek tersebut memilki indikator seperti: melakukan maksimal,
mendapat bantuan dari orang lain, mampu menghadapi segala kendala, memahami
perasaan sendiri, mengungkapkan perasaan sendiri, memperoleh kasih sayang,
perhatian disaat mengalami kesulitan, memahami manfaat apa yang dapat
disumbangkan kepada orang lain, memahami bahwa alam semesta adalah sebuah
misteri, meyakini takdir Tuhan dan mengangungkan Tuhan. Dari penjelasan ini
dapat di makna bahwa percaya diri adalah keyakinan pada diri sendiri baik itu
tingkah laku, emosi, dan kerohanian yang bersumber dari hati nurani untuk mampu
melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi
kehidupan hidup agar hidup lebih bermakna. Pengertian percaya diri menurut
Lautser (2012:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan – tindakannya tidak terlalu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan dan
tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain,
memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri
sendiri. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lautser dalam Ghufron dan Rini
(2010:35) adalah sebagai berikut :
1. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang
dirinya bahwa dia bersungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik
dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemauan.
3. Objektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau
segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut
kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
4. Bertanggung jawab yaitu seseorang yang bersedia menanggung segala
sesuatu yang menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap satu masalah, suatu hal,
suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal
sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan beberapa pengertian dan uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin pada
kemampuan diri sendiri yang timbul karena adanya sikap positif terhadap
kemampuannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain
dan tidak membutuhkan dukungan orang lain. Kepercayaan diri adalah bagian dari
alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumen rasional. ia adalah suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
bagian dari kehidupan yang unik dan berharga yang terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diperlukan suatu
hal yang sama yaitu : emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi
yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri, namun sebaliknya emosi,
perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri. Banyak
orang yang ingin memiliki kemampuan untuk selalu tampil percaya diri dengan
baik. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan rasa diri karena dengan
memiliki kepercayaan diri yang baik, maka banyak manfaat yang didapat dan
dirasakan.
2.1.2. Ciri – Ciri Percaya Diri
Menurut Lautser dalam Ghufron dan Rini (2010) ciri – ciri orang yang
percaya diri adalah percaya akan kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan,
memiliki rasa positif terhadap diri sendiri dan berani
mengungkapkan pendapat. Selain itu disebutkan bahwa orang yang percaya diri
tidak pernah merisaukan diri untuk memberikan kesan yang menyenangkan di mata
orang lain dan tidak ragu pada diri sendiri. Di percaya bahwa seorang yang percaya
diri memiliki “kemerdekaan psikologis” yaitu kebebasan mengarahkan pilihan dan
mencurahkan tenaga, berdasarkan kemampuan dirinya untuk melakukan hal-hal
yang produktif sehingga orang yang percaya diri biasanya lebih menyukai
pengalaman baru, pekerjaan yang efektif dan bertanggung jawab sehingga tugas
yang dibebankan selesai dengan tuntas. Dalam menyesaikan diri dengan
lingkungan yang baru, biasanya orang yang percaya diri akan lebih mudah berbaur
dan beradaptasi dibandingkan yang tidak karena mereka memiliki pegangan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
kuat, mampu mengembangkan motivasi, serta penuh keyakinan terhadap peran
yang dijalaninya.
Adapun teori Lauster dalam Ghufron dan Rini (2010) mengemukakan ciri-ciri
orang yang memiliki rasa percaya diri yaitu :
a. Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri
terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan
kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang
terjadi tersebut.
b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam
mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau
tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan
yang diambil.
c.
Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik
dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang di
lakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya.
d. Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu
mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain
tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan
tersebut.
2.1.3. Pembentukan Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan melainkan
diperoleh dari pergaulan hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan
melalui pendidikan. Sehingga upaya –upaya tertentu dapat dilakukan guna
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri, dengan demikian rasa
percaya diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar dalam
interaksi seseorang dengan lingkungannya.
2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain
menurut Angelis dalam Suhardita (2011) adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan pribadi : Rasa percaya diri hanya timbul pada saat seseorang
mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan.
2. Keberhasilan seseorang : Keberhasilan seseorang ketika mendapatkan apa
yang selama ini diharapkan dan dicita-citakan akan memperkuat timbulnya
rasa percaya diri.
3. Keinginan : Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang tersebut
akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk mendapatkannya.
4. Tekat yang kuat : Rasa percaya diri yang datang ketika seseorang memiliki
tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri. Kepercayaan
diri sangat tergantung kepada konsep diri. Konsep diri berasal dan berkembang
sejalan pertumbuhannya, terutama akibat dari hubungan individu dengan orang
lain. Yang dimaksud dengan orang lain menurut Calhoun dan Acocella dalam
Ghufron (2010) adalah orang tua, kawan sebaya, dan masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
a. Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami oleh
seseorang dan yang paling kuat. Informasi yang diberikan orang tua kepada
anaknya lebih dipercaya dari pada informasi yang diberikan oleh orang lain dan
berlangsung hingga dewasa. Anak-anak tidak memiliki orang tua, disia-siakan oleh
orang tua akan memperoleh kesukaran dalaam mendapatkan informasi tentang
dirinya sehingga hal ini akan menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.
Orang tua yang menciptakan kehidupan beragama, suasana yang hangat, saling
menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih
sayang dan rasa saling percaya akan memungkinkan anak untuk tumbuh dan
berkembang secara seimbang dan membentuk konsep diri anak yang positif. Orang
tua yang selalu mengekang, over protektif dan kaku akan memberikan dampak yang
negatif terhadap perkembangan konsep diri remaja.
b. Kawan sebaya
Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam mempengaruhi
konsep diri. Peran yang diukur dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh
terhadap pandangan individu mengenai dirinya sendiri. Remaja akan berusaha
untuk dapat menyesuaikan dan menyatu dengan kelompok agar mereka dapat
diterima oleh kelompoknya. Meskipun standar yang ditetapkan oleh kelompok
kadang-kadang tidak sesuai dengan pribadi remaja itu sendiri.
Jika anggota
kelompok menunjukkan perilaku positif maka dapat diasumsikan perilaku tersebut
akan mempengaruhi anggota lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
c. Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang ada pada seorang anak, siapa
bapaknya, ras dan lain-lain sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap konsep
diri yang dimiliki oleh seorang individu. Sikap lingkungan yang membuat
seseorang takut untuk mencoba, takut untuk berbuat salah , semua harus seperti
yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut dimarahi, seseorang jadi malas untuk
melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan, tetapi jika lingkungan
memberikan kesempatan dan mendukung hal positif remaja sesuai tugas
perkembangannya maka remaja akan mempunyai pandangan yang positif terhadap
kemampuannya.
Perkembangan rasa percaya diri menurut Ghufron dan Rini (2010)
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu :
a.
Faktor internal adalah pola pikir individu.
Setiap individu mengalami berbagai masalah kejadian, seperti bertemu
orang baru dan lain sebagainya. Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah
peristiwa amat berpengaruh cara berfikirnya. Individu yang rasa percaya dirinya
lemah cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, tetapi individu yang
selalu dibekali dengan pandangan yang positif baik terhadap orang lain maupun
dirinya akan mempunyai harga diri dan kepercayan diri yang tinggi.
b.
Faktor Eksternal adalah pola asuh dan interaksi di usia dini.
Pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan faktor yang amat mendasar
bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai
dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan perhatian,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kedekatan emosional yang tulus dengan
anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa
bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya meskipun melakukan
kesalahan. Berdasarkan sikap orang tua, anak tersebut melihat bahwa dirinya
tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak tersebut dikemudian hari akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik
terhadap diri seperti orang tuanya meletakkan harapan realistis terhadap dirinya.
Menurut Lautser dalam Ghufron dan Rini (2010)
faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuhnya rasa percaya diri meliputi :
a. Faktor Internal, yang terdiri dari :
1. Konsep diri
2. Harga diri
3. Kondisi fisik
4. Pengalaman hidup
b. Faktor Eksternal, meliputi :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri ada tiga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang
mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Sedangkan dalam faktor
eksternal yaitu lingkungan tempat seseoarang tumbuh dan berkembang baik yang
diterima secara formal (sekolah, kampus) ataupun informal (pergaulan, lingkungan
sosial).
2.1.5. Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Mahasiswa
sebagai
remaja
dibutuhkan
diberikan
asuhan
untuk
meningkatkan rasa percaya diri. Mc Murray (2003) menjelaskan bahwa tujuan
pembinaan remaja adalah sehat fisik, matangnya mental/emosional, gaya hidup
yang sehat dan minimalnya perilaku beresiko. Dikatakan lebih lanjut salah satu
strategi yang penting dalam meningkatkan kesehatan remaja dalam masa
perkembangan
adalah
dengan
meningkatkan
ketrampilan
personal
melalui pendidikan psikologi tentang kepercayaan diri yaitu keyakinan diri tentang
kemampuan diri sendiri. Santrock dalam Mc Murray (2003) menyebutkan ada
empat cara meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu :
a. Mengidentifikasi penyebab kurang percaya diri dan identifikasi domain-domain
kompetensi diri yang penting. Remaja memiliki tingkat rasa percaya yang tinggi
ketika mereka berhasil di dalam domain-domain kompetensi yang penting,
maka dari itu remaja harus didukung untuk mengidentifikasi dan menghargai
kompetensi-kompetensi mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
b. Memberi dukungan emosional dan penerimaan sosial.
Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari
orang lain merupakan pengaruh bagi rasa percaya diri remaja, seperti orang tua,
guru, teman sebaya, dan keluarga.
c. Prestasi
Dengan membuat prestasi melalui tugas-tugas yang telah diberikan secara
berulang-ulang
d. Mengatasi masalah.
Menghadapi masalah dan selalu berusaha untuk mengatasinya. Perilaku ini
menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan yang dapat mendorong
terjadinya persetujuan terhadap dirinya sendiri yang bisa meningkatkan rasa
percaya diri.
2.2.
Kosmetik
2.2.1. Definisi Kosmetik
Kata kosmetik pada awalnya berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang
Mempunyai arti keterampilan menghias atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam
Peraturan Menkes RI no. 445 1998 di jelaskan sebagai berikut :
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,
dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa,
melindungi supaya tetap keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimasukkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Badan pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2011)
mengartikan kosmetik sebagai bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau menjaga dan memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetik
dewasa ini lebih di kenal sebagai suatu zat perawatan yang digunakan untuk
meningkatkan penampilan. Kosmetik
yang
dipercaya dapat mempercantik,
membersihkan dan menambah daya tarik bagi penggunanya ini memiliki beragam
jenis, meliputi krim perawatan kulit, lotion, bedak, parfum, lipstiks, kuteks, perias
muka dan mata, minyak rambut, kontak lensa berwarna dan lain sebagainya dan
penggunaan kosmetik, khususnya di bagian muka dan mata, disebut dengan
“riasan”, “dandanan” atau “makeup”. Pada umumnya perusahaan kosmetik
memimisahkan produk kosmetik menjadi dua jenis, yakni kosmetik yang
diperuntukkan untuk perawatan dan kosmetik yang fungsinya untuk riasan atau
polesan wajah (makeup).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kosmetik
merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk mempercantik diri, menambah
daya tarik, menutupi kekurangan diri yang digunakan pada luar tubuh manusia.
2.2.2. Definisi Pengunaan Kosmetik
Saat ini sudah merupakan hal yang wajar jika melihat seseorang wanita
menggunakan kosmetik agar terlihat tampil gaya dan menarik terutama kosmetik
yang digunakan diwajah baik pada pagi, siang ataupun malam hari dan secara garis
besar klasifikasi dari kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
No.220/Men Kes/Per/IX/2006.ini adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
1. Kosmetik rias, umumnya digunakan sebagai riasan untuk area wajah
misalnya bedak, lipstick, pensil alis, perona pipi, perona mata, celak
mata, dan maskara.
2. Kosmetik perawatan meliputi produk yang digunakan untuk merawat
tubuh, termasuk krim kulit, losion untuk tangan dan tubuh, deodorant
dan parfum.
Mengingat bahwa penggunaan kosmetik sudah menjadi hal yang
wajar dan bahkan untuk beberapa wanita merupakan hal yang sangat penting maka
sangat diperlukan untuk lebih memperhatikan jenis dari bahan kosmetik yang
digunakannya karena banyak wanita yang tidak menyadari atau tidak mengetahui
efek samping kosmetik yang digunakan secara terus menerus yang lama kelaman
akan berdampak buruk bagi kesehatan kulitnya.
2.2.3. Aspek Penggunaan Kosmetik
Pada sebagian orang di jaman sekarang ini sudah tidak dapat lagi dipisahkan
dengan produk-produk kosmetik, contohnya adalah produk pembersih dan
perawatan tubuh serta produk kecantikan lain. Produk- produk tersebut digunakan
oleh konsumen bayi hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena
itu, kosmetik saat ini menjadi sama seperti kebutuhan primer lainnya, sebagai
barang penting bagi para penggunanya dan digunakan di segala usia dan jenis
kelamin. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.220/Men Kes/Per/IX/2006.
Kosmetik ini sendiri dapat didapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu :
1. Menurut penggolongan sifat dan cara pembuatannya terbagi menjadi :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
1) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
2) Kosmetik Tradisional :
a) Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari
bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benarbenar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan
tradisional.
2. Penggolongan Menurut Penggunaanya pada Kulit
1) Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya:
a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) contoh; sabun,
cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya
moisturizring cream, night cream, anti wrinkle cream.
c) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen foundation, sun
block cream/lotion.
d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
2) Kosmetik riasan (dekoratif atau makeup). Jenis ini diperlukan untuk
merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang
baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan,
peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.
Sedangkan secara umum untuk jenis produk dan alat kosmetik dikelompokkan
kedalam beberapa kelompok yaitu :
a. Analisa Jenis Kulit (skin analysis)
Merupakan kategori yang menjelaskan tentang jenis kulit (kulit berminyak,
kering, dan sebagainya) yang nantinya merupakan dasar dalam
menentukaan pemilihan formula kosmetik.
b. Perawatan Kulit Dasar (skincare basic)
Membahasa tentang 5 jenis produk perawatan kulit dasar : pembersih wajah,
pelembab, tabir surya dan masker.
c. Wajah (Face)
Kategori yang menjelaskan tentang 6 jenis produk kosmetik yang
diaplikasikan pada wajah : primer, alas bedak (foundation), concealer,
perona pipi (blusher), bedak dan contouring product.
d. Mata (Eyes)
Kategori yang menjelaskan tentang 4 jenis produk kosmetik yang
diaplikasikan pada area mata : eyebrow pencil, mascara, eye shadow dan
eye liner.
e. Bibir (Lips)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Kategori yang menjelaskan tentang 4 jenis produk kosmetik yang
diaplikasikan pada bibir yaitu : lipstick, lipgloss, lipstain dan lipbalm.
f. Alat Pelengkap (Tools)
Kategori yang menjelaskan tentang alat-alat yang biasa digunakan untuk
mengaplikasikan makeup. Dibagi menjadi 4 jenis alat : brush, lash curler,
puff dan tweezer.
Sebagian wanita khususnya pada usia remaja menengah dan di usia
memasuki masa kuliah, penggunaan kosmetik sudah menjadi perhatian penting dari
berbagai perawatan kulit dan bagaimana mereka dapat merasakannya ketika mereka
dapat menutupi kekurangan atau kecacatan dari bagian tubuh dan kulit dari
kosmetik yang mereka gunakan. Kekurangan di kulit dapat mengakibatkan
timbulnya rasa malu, merasa terhina ataupun berbagai pengalaman pikiran negatif
tentang tubuhnya yang dapat mengurangi rasa percaya diri (Cash dan Pruzinsky,
2002). Penggunaan kosmetik foundation dan concealer seperti dapat membantu
wanita untuk menutupi kekurangan ataupun cacat di bagian wajah. Penggunaan
kosmetik di wajah dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dalam
berpenampilan bahkan membuat lebih yakin di seluruh tubuh. Berdasarkan jurnal
Cash dan Pruzinsky dalam Korichi et al (2008) berjudul “Why women use makeup
: Implication of psychological traits in makeup function” menyebutkan, rangsangan
positif yang timbul dari perasaan wanita pengguna kosmetik ini sering kali dapat
juga berdampak adanya perasaan senang secara psikologis dan adanya hubungan
antara kebiasaan wanita pengguna kosmetik dengan kebutuhan mereka secara
psikologis. Kosmetik yang merupakan simbol kewanitaan yang dapat mengandung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
banyak arti di setiap wanita dan juga dapat menggambarkan kepribadian
penggunanya dapat menstimulus rasa tertentu, seperti contohnya : sentuhan tertentu
(mencakup dari sensasi yang dirasakan pada bagian permukaan kulit luar), aroma
(keharuman dan bau tertentu yang di keluarkan dari bahan kosmetik yang di
aplikasikan ke kulit) dan rupa tertentu (meliputi terjadinya proses dari awal
pengaplikasian kosmetik sampai dengan hasil yang terlihat cantik). Kosmetik yang
terbuat dalam berbagai bentuk produk, ragam dan rupa ini dapat diartikan sebagai
satu simbol kewanitaan yang dapat berarti banyak makna disetiap penggunanya.
Banyak wanita yang memakai jenis kosmetik secara rutin ataupun tidak dalam
berbagai jenis kesempatan tergantung dari kegiatan apa yang akan dilakukannya
disepanjang kegiatan sehari-harinya dan tidak menutup kemungkinan kadang
wanita akan terlihat beda dalam berpenampilan dan menggunakan kosmetik pada
pagi, siang atapun malam hari jika ada satu aktivitas yang dilakukannya.
Menurut penelitian dalam thesis yang berjudul “The Beauty Industry’s On
Women In Society” by Britton (2012) , dapat di simpulkan untuk aspek penggunaan
kosmetik dibagi menjadi :
A. Frekuensi penggunaan kosmetik yang terdiri dari :
1. Waktu Penggunaannya : pagi, siang dan malam
2. Kesempatan
(Occasion)
penggunaan
kosmetik,
penggunaan untuk ke kantor, kuliah atapun acara khusus.
B. Intensitas penggunaan kosmetik, mencakup pada :
1. Tingkatan kosmetik yang di gunakan, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
meliputi
30
1) Penggunaan kosmetik lengkap ( full cosmetic).
Penggunaan kosmetik (termasuk makeup) pada umumnya akan
mencakup dan mengaplikasikan produk kosmetik ke seluruh
tubuh, dari penggunaan riasan wajah secara full, meliputi
penggunaan face lotion, foundation, face powder, concealer,
face shading, eye shadow, mascara, eye liner, eye shadow,
eyebrow pencil, under eye liner, artificial lashes, lipstick, lip
gloss, blush, contour pencil serta penggunaan krim tubuh yang
berfungsi untuk merawat dan melembabkan tubuh, seperti :
hand cream, body lotion serta parfume.
2) Penggunaan kosmetik sederhana (light cosmetic).
Light cosmetic biasanya digunakan oleh wanita yang
menekankan kesederhanaan dalam berpenampilan. Produk yang
dibutuhkan pun lebih praktis dibandingkan dengan para
pengguna full kosmetik. kosmetik yang digunakan pun biasaya
hanya terdiri dari face lotion, face powder, lipstick dan body
lotion.
2. Alasan penggunaan kosmetik:
1) Menyamarkan (camouflage)
2) Menonjolkan (seduction)
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kosmetik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Beberapa asumsi yang berpendapat bahwa daya tarik wanita bisa didapatkan
dengan menggunkan kosmetik untuk memperbaiki penampilan mereka, semakin
banyak wanita yang berlomba-lomba untuk selalu berusaha meningkatkan
penampilan mereka dengan penggunaan kosmetik. Namun adapun faktor lain
secara lebih detail yang dapat mempengaruhi penggunaan kosmetik menurut
Syarief (2013) ini adalah :
a. Para wanita mempunyai banyak masalah kulit. Dalam memasuki usia
remaja melewati fase biologis yang berpengaruh pada faktor hormonal,
diantaranya berakibat pada berubahnya karakter kulit.
Pengaruh proses pertumbuhan tubuh secara hormonal umumnya dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada kulit dan tubuh wanita.
b. Kecantikan yang dipercaya dapat meningkatkan rasa percaya diri sehingga
dapat memberikan akses kepada mereka untuk dapat lebih berani
mengekspresikan potensi mereka dalam mencapai prestasi.
Dengan adanya tingkat percaya diri yang memadai seseorang dapat selalu
merasa optimis dengan apapun yang dilakukan dan hal yang dingin di capai.
Hal ini tentu saja terkadang faktor penampilan yang menunjang tidak dapat
dilepaskan dari dapat tumbuh dan meningkatnya rasa percaya diri
seseorang.
c. Pada usia tertentu (menjelang dewasa awal) para wanita sudah mulai
mengenal kehidupan romantika atau dengan kata lain mencari solusi
bagaimana cara untuk menarik perhatian lawan jenis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Dalam tahap perkembangan memasuki masa dewasa awal, umumnya
wanita telah mulai mengenal dan ingin mengetahui bagaimana cara untuk
dapat menarik perhatian dari seorang yang dapat membuatnya lebih merasa
cantik, menghargai dirinya sendiri bahkan memiliki pemikiran untuk dapat
mendapatkan pasangan hidup demi masa depannya.
d. Untuk tampil cantik, memerlukan biaya perawatan yang mahal, sedangkan
secara financial mereka masih sangat bergantung pada orang tua. Mereka
membeli kosmetik murah namun tidak memperhatikan kualitas.
Demi keinginan untuk selalu dapat membaiki penampilan, menonjolkan
kelebihan, menutupi kekurangan dan tampil secara sempurna, tidak sedikit
wanita rela untuk bisa mendapatkan berbagai kosmetik yang dipercaya
dapat dengan cepat mengubah dan membantu apa yang diinginkannya.
e. Adanya keinginan menjadi sempurna seperti idola mereka.
Memasuki usia remaja umumnya wanita mulai memiliki seseorang yang
menjadi idola mereka. Seorang idola di pandang sebagai seorang yang
sempurna dan menjadi panutan dalam mereka bersikap ataupun
berpenampilan, maka tidak sedikit remaja berlomba-lomba memperbaiki
penampilan mereka dan berbagai usaha di lakukan seperti penggunan make
up dan perwatan tubuh.
2.2.5. Hubungan antara Penggunaan Kosmetik dengan Rasa Percaya Diri
pada Wanita
Wanita adalah mahluk hidup yang selalu ingin menjadi pusat perhatian bagi
sekelilingnya. Seorang wanita selalu ingin tampil cantik dan selalu mempercantik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
diri. Banyak sekali wanita yang rela meluangkan waktu dan biaya yang sangat besar
untuk membuat dirinya menjadi lebih cantik. Motivasi wanita memakai kosmetik,
pada umumnya di sebabkan oleh adanya alasan ingin tampil baik dan dapat diterima
di lingkungannya serta adanya keinginan untuk dihargai orang lain adanya
pemuasan kebutuhan internal dengan adanya perasaan sudah merawat diri dengan
baik. Gejala mempercantik diri dengan menggunakan kosmetik ini sebenarnya
sudah berlangsung lama dan jika di amati secara kejiwaan adalah salah satu bentuk
erosi dari kepercayaan diri.
2.3.
Penelitian yang Relevan
Pemakaian kosmetik merupakan suatu hal yang dapat dilakukan dalam
waktu yang singkat yang dapat merubah penampilan dan rasa percaya diri dalam
waktu tertentu. Waktu yang singkat ini dimaksudkan bahwa pemakaian kosmetik
dapat memperbaiki penampilan lebih cepat namun dan tidak sessulit di bandingkan
merubah penampilan dengan cara melakukan diet ataupun latihan pembentukkan
tubuh tertentu. Menurut Rich dan Cash (2002) dalam Korichi et al (2008), pada
beberapa tingkat sosial khususnya pada remaja dan wanita dewasa sering
mengalami ketidakpuasan terhadap penampilan di tubuh mereka, oleh sebab itu
wanita tersebut menutupi bagian-bagian tubuh yang mereka tidak sukai dengan cara
menonjolkan bagian tubuh yang mereka sukai dan penggunaan kosmetik dan make
up merupakan hal yang sangat memungkinkan dapat melakukan itu. Dengan
penggunaan make up wanita akan dapat merubah penampilan pribadi mereka yang
dapat menghasilkan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Thomas Cash melakukan penelitian awal
tentang pengaruh kosmetik
terhadap rasa percaya diri, dengan studi “Effects of Cosmetics Use Physical
Attractiveness and Body Image American College Women”, dalam jurnal yang
ditulis oleh Ann Marie Britton (2012) “The Beauty Industry’s On Women In
Society.” Hasil penelitian menunjukkan individu sering aktif mengontrol dan
memodifikasi penampilan fisik mereka dan estetika fisik untuk menemukan situasi
dalam jangka waktu yang relatif singkat. Menurut Cash, Dawson & Davis
(2006:249) make up digunakan secara berbeda dalam situasi yang berbeda karena
membuat wanita merasa lebih percaya diri, ide ini telah menjadi tema untuk banyak
studi lain yang dilakukan pada penggunaan kosmetik. Untuk lebih mendukung
gagasan makeup yang digunakan dalam semua jenis situasi untuk meningkatkan
citra diri, studi khusus dilakukan dengan cara mengambil foto dengan dan tanpa
make up dan kemudian peringkat daya tarik mereka dinilai berdasarkan foto-foto
ini. Hasil penelitian ini menegaskan singkatnya, penelitian ini ditemukan bahwa
perempuan dan rekan-rekan mereka memandang perempuan sebagai bagian yang
lebih menarik dengan riasan daripada tanpa riasan. Para perempuan itu sendiri
merasa bahwa mereka lebih menarik secara fisik dengan makeup, dan sering
berlebihan daya tarik mereka dengan riasan, dibandingkan daya tarik mereka tanpa
riasan. Meski tidak terbukti oleh penelitian ini, terlalu sementara memakai kosmetik
sangat mungkin dapat menyebabkan rasa percaya diri dan meningkatkan citra diri.
Selanjutnya temuan dari penelitian Cash, et al. (2006:494) adalah bahwa
"sebagian besar perempuan yakin dapat mempercantik diri dengan menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
kosmetik dan cenderung memakainya setiap hari "Ini merupakan realisasi penting,
terutama untuk industri kecantikan dan pemasaran produk dalam industri.
Penelitian lain yang variabel yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
adalah, Khabib Fakhrudin (2011), dengan judul “ Pengaruh Ekuitas Merek
Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Sabun Mandi Nuvo di Sidoarjo, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.” Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa, Ekuitas merek berpengaruh positif terhadap rasa percaya
diri pelanggan dapat diterima. Rachman (2010), dengan judul “Hubungan Tingkat
rasa percaya diri dengan hasil belajar,” Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil
penelitian koefisien korelasi antara tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil
belajar sis 0.755 signifikan, artinya hasil koefisien korelasi dapat digeneralisasikan
atau dapat berlaku untuk sampel 42.
2.4.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian kajian pustaka dan penelitian terdahulu yang relevan di
atas, dapat digambarkan hubungan penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri
pada gambar kerangka berpikir di bawah ini:
Penggunaan Kosmetik
Rasa Percaya Diri
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Pada Gambar di atas dapat dijelaskan arah panah merupakan hubungan
antara dua variabel yaitu variabel penggunaan kosmetik mempengaruhi variabel
rasa percaya diri.
Kecantikan bagi wanita adalah identitas. Kecantikan merupakan sesuatu
yang membuat wanita berbeda dengan laki-laki. Jonest (2011) mengungkapkan
bahwa kebanyakan orang terobsesi dengan kecantikan dari luar (outward beauty),
sampai-sampai mereka melupakan kecantikan dari dalam (inner beauty), akan
tetapi sangat memungkinkan bahwa kecantikan dari luar yang pada umumnya di
dapatkan dari hasil pemakaian kosmetik merupakan cerminan hasrat seseorang
untuk mengekspresikan kecantikan dari dalam dirinya dan menurutnya elemen
yang paling penting dari kecantikan yang sesungguhnya adalah kepercayaan diri.
Kepercayaan diri sendiri dapat ditimbulkan salah satunya dengan menonjolkan
penampilan dari luar atau outward beauty.
2.5.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Ada hubungan antara
penggunaan kosmetik dengan rasa percaya diri pada wanita.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download