MORALITAS DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI Marisa Desi*) e-mail: [email protected] Roekhan*) Dwi Sulistyorini*) Universitas Negeri Malang ABSTRAK: This research is intended to for the describes of figure moralitas steming from custom moral value, individual moral value, social moral value, and moral value of religi. This research represent research of text study with approach of text analysis. Data collected from text units at novel expressing figure moral value. Result of research is as follows. First there are two custom moral value namely moralitas in respecting and ancestor of moralitas old fellow byword. Second there are three individual moral value namely discipline, responsibility, hard work. Third there are two social moral value namely help each other and is candid. Fourth there are two moral value of religi namely delivery of x'self at God and grateful to the enjoying from God. Keywords: moral, custom moral, individual moral, social moral, moral of religi. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan moralitas tokoh yang bersumber dari nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi. Penelitian ini merupakan penelitian kajian teks dengan pendekatan analisis teks. Data dikumpulkan dari unit-unit teks pada novel yang mencerminkan nilai moral tokoh. Hasil penelitian ini sebagai berikut. Pertama terdapat dua nilai moral adat yakni moralitas dalam menghormati leluhur dan moralitas keteladanan orang tua. Kedua terdapat tiga nilai moral individu yakni disiplin, tanggung jawab, kerja keras. Ketiga terdapat dua nilai moral sosial yakni tolong menolong dan ikhlas. Keempat terdapat dua nilai moral religi yakni penyerahan diri pada Tuhan dan bersyukur atas nikmat dari Tuhan. Kata kunci: moral, moral adat, moral individu, moral sosial, moral religi Fiksi merupakan hasil kreasi berdasarkan penghayatan yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, impian, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiantoro, 2005:2), dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, tetapi biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Semua yang diungkapkan oleh pengarang dalam karya fiksinya adalah hasil pengalaman dan pengetahuannya juga, yang diolah dengaan imajinasinya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, fiksi merupakan sebuah cerita yang di dalamnya bertujuan memberikan hiburan kepada pembaca dan sekaligus mengajarkan sesuatu. Fungsi karya fiksi ada dua, yang oleh masyarakat dikenal sebagai utile dan dulce. Fungsi fiksi itu memberikan manfaat dan nikmat kepada pembaca. Membaca karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Sebuah karya fiksi haruslah merupakan 1 cerita yang menarik. Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Fiksi pertama-tama merujuk pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel, Abrams (dalam Nurgiantoro, 2005: 61). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel yang memotret dunia kehidupan sangat berkaitan dengan fungsi sastra yang menghibur dan bermanfaat. Manfaat pada novel bisa terletak pada ajaran-ajaran moral, karena sikap hidup orang menjadi acuan dalam bertindak (bertingkah laku) dalam kehidupan. Moral dalam karya fiksi biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan dan pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Kenny (dalam Nurgiantoro, 2005: 321), moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Secara etimologis, moral mempelajari kebiasaan manusia yang sebagian terdiri dari konvensi-konvensi saja, seperti cara berpakaian, tata cara, tata krama, etiquette, dan sebagainya. Menurut Poespoprodjo (1986: 103) moral merupakan perbuatan-perbuatan manusiawi, yakni perbuatan-perbuatan yang dikerjakan orang dengan sadar dan dengan sukarela, dan atas perbuatan-perbuatan tadi seseorang dianggap bertanggung jawab. Sedangkan Solomon (1987: 2) berkata bahwa moral adalah bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Moral memang tidak melihat pandang apapun, karena moral adalah ruangan aturan yang secara langsung atau tidak langsung terbangun oleh dimensi ruangan sosial yang bertujuan untuk mengatur hubungan antara individu dalam sebuah kelompok sosial tertentu dalam mencapai nilai. Seorang penulis yang telah menerima 8 beasiswa dari luar negeri adalah A. Fuadi. Ia sangat menyukai fotografi. Kesukaannya pada fotografi, ia salurkan menjadi wartawan Tempo setelah lulus kuliah pada jurusan Hubungan Internasional di UNPAD. Tahun 1998, ia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Publik Affairs, George Washington University. Sambil kuliah, ia menjadi koresponden Tempo dan wartawan VOA. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika ia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Terakhir, ia menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy. Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) pertama kali diterbitkan pada tahun 2009 oleh PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, tepatnya pada bulan Juli. Novel ini sudah diterbitkan sampai ketujuh kalinya. Terbitan pertama pada bulan Juli 2009, kedua pada bulan Oktober 2009, ketiga bulan Oktober 2009, keempat bulan Januari 2010, kelima bulan Februari 2010, keenam pada bulan April 2010, dan ketujuh pada bulan Juni 2010. Novel ini belum dialih bahasakan kedalam bahasa lain. Meskipun belum dialih bahasakan, novel Negeri 5 Menara karya a. Fuadi (2010) akan difilmkan. Filmnya akan diputar diseluruh bioskop pada tanggal 4 Maret 2010. Filmnya tetap memakai judul sesuai dari novelnya, yaitu Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) menceritakan tentang perbedaan keinginan antara orang tua dan anak. Orang tua sangat mengharapkan anaknya dapat mempelajari agama lebih dalam dan dapat melanjutkan sekolahnya ke sebuah pesantren yang ada di Jawa Timur. Namun sang anak sangat berbeda keinginannya dengan orang tuanya. Ia ingin melanjutkan sekolahnya di sekolah menengah atas yang cukup terkenal, karena ia ngin mewujudkan semua cita-citanya. Namun karena ia ingin berbakti kepada orang tuanya, ia mengikuti semua keinginan orang tuanya, walaupun pada awalnya ia lakukan dengan keterpaksaan. Ia melanjutkan sekolahnya di sebuah pesantren yang berada di Jawa Timur. Cerita dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) bertemakan tentang sebuah perjuangan seorang anak yang ingin meraih cita-cita. Tokoh anak yang diceritakan novel ini adalah Alif. Ia sangat mematuhi kedua orang tuanya, meskipun ia tidak menginginkannya. Itulah wujud dari berbaktinya anak kepada orang tua. Selain itu, di dalam pesanren masih banyak masalah yang ia hadapi. Namun ia begitu dengan sabarnya mengahadapi semua masalah itu. Fuadi menulis novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) terinspirasi dari kisah nyata. Novel ini banyak mendapatkan komentar positif dari pembaca. Salah satu komentar disampaikan oleh Clara dalam Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010), “Buku ini sangat inspiratif dan membangkitkan semangat juang kepada siapapun yang membacanya. Man Jadda Wajada!! Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses”. Komentar yang lain juga diberikan oleh Wardah Mardiah “Bukumu hidupkan lagi gairah belajarku yang terancam turun karena rutinitas dan stagnansi. Satu lagi, menguatkan keyakinanku pada arti kesungguhan”. Komentar-komentar di atas menunjukkan bahwa novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) dapat menumbuhkan kesadaran pembaca, tentang pentingnya semangat juang. Pembaca memperoleh motivasi agar tidak mudah menyerah dalam menjalani kehidupan. Selain itu, novel tersebut juga memberikan energi positif yang dapat diambil pembaca untuk selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan segala sesuatu. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) dari sisi moralnya. Moral yang diambil peneliti meliputi moral yang bersumber dari nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial dan nilai moral religi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tokoh yang ditinjau dari nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi yang terdapat pada novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). METODE Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis kajian teks dengan menggunakan pendekatan analisis data. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Bertens 2002: 5), moral dijelaskan dengan membedakan tiga arti: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban akhlak; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenan dan akhlak; (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Pendekatan moral digunakan untuk menganalisis tokoh yang ditinjau dari hubungan individu pada individu, individu dalam konteks sosial dan individu dalam konteks religi. Data penelitian ini adalah berupa data verbal, yaitu unit-unit teks yang berbentuk kalimat atau rangkaian kalimat yang mengandung nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi. Sumber data penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi cetakan ketujuh yang diterbitkan oleh Gramedia pada Juni 2010. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah yang pertama membaca novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) untuk memperoleh gambaran umum mengenai isi cerita. Kedua mengidentifikasi data dimulai dengan menjaring data yang berkaitan konsep penelitian yang ada dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Kegiatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan menelusuri data yang diperlukan dalam pembahasan. Ketiga mengambil unit-unit kalimat, paragraf, atau dialog yang menunjukkan nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Keempat memasukkan kutipan-kutipan tersebut ke dalam bagian-bagian dari nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Kelima yaitu pengkodean dilakukan dengan memberi kode pada data nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, dan nilai moral religi dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Analisis data yang dilakukan peneliti terdiri dari empat langkah kegiatan analisis, yaitu reduksi, pengelompokan, interpretasi dan penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN Moralitas Tokoh yang Bersumber pada Nilai Moral Adat Adat kebiasaan adalah kebiasaan sehari hari yang tercipta secara tidak langsung dari suatu kebiasaan masyarakat pada diri seseorang (individu) yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan sekelompok orang tertentu. Dalam moral, pengertian yang paling penting tentang diri adalah diri sebagai pelaku, pelaku tindakan adat kebiasaan yang dilakukan manusia. Para pelaku harus bertanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukan. Diri sebagai pelaku adalah orang yang berinisiatif melakukan tindakan. Adat itu muncul karena perbuatan yang sama yang diulang dengan cara yang sama, karena pada mulanya menjalankan perbuatan tersebut, mereka menemukan bahwa perbuatan tersebut menyenangkan atau berguna, dan mereka menghendaki hal tersebut kembali. Pada mulanya manusia mengulang perbuatan-perbuatan tertentu tidaklah karena mereka telah mengerjakannya untuk sekali atau dua kali, tetapi untuk keuntungan tertentu sampai adat tersebut terbentuk. Adat sendiri bukanlah sumber dari perbuatan. Nilai adat atau tradisi adalah sebagai sesuatu yang diwariskan turun-temurun kepada generasi mendatang dalam bentuk yang sudah ready-made, yakni suatu kumpulan pengalaman yang berguna dan profitable dari orang-orang tua. Sebagai hubungan sejarah dengan masa lalu, sebagai semen kelangsungan budaya, adat adalah tiang penyokong setiap bentuk peradaban. Tekanan kebiasaan yang kuat, manusia terus menjalankan perbuatan tersebut tanpa memikirkan mengapa berbuat demikian. Umpamanya, manusia terus-menerus mengikuti dan menaati upacara-upacara tertentu meskipun telah lupa (tidak tahu) akan artinya, akan pesan budayanya. Tradisi dapat demikian hebat pengaruhnya sehingga orang terus saja berkeras kepala menjalankan sesuatu dengan cara yang tidak menghemat dan menentang akal sehat. Meskipun ia tahu bahwa tidak masuk akal, ia tidak bisa lagi meninggalkan pola tingkah laku yang telah demikian biasa. Seseorang pernah mengadakan perbedaan antara tata cara, tata tertib, yang merupakan adat-istiadat semata, dan adat-istiadat yang bukan tata krama, yang bukan etiqutte semata-mata, tetapi yang mempunyai arti moral. Adat yaitu perbuatanperbuatan yang diulang semata karena pernah dijalankan, menurut pengalaman dan dapat diubah meskipun sukar. Moralitas yang bersumber pada adat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi adalah: (1) moralitas tokoh dalam menghormati leluhur; (2) moralitas tokoh dalam meneladani orang tua dan keluarga. Moralitas Tokoh yang Bersumber pada Nilai Moral Individu Nilai moral individu adalah nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan diri pribadi sendiri atau cara manusia memperlakukan diri pribadi. Nilai moral tersebut mendasari dan menjadi panduan hidup manusia yang merupakan arah dan aturan yang perlu dilakukan dalam kehidupan pribadinya. Nilai moral individual diperlukan oleh setiap manusia. Nilai moral individual mendorong manusia mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup sebagai pribadi melalui pemanfaatan seluruh potensi, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya tanpa orang lain. Nilai moral individu penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupan, karena dalam kehidupan, manusia sering menghadapi dorongan nafsu yang datang dari dalam diri sendiri maupun dorongan lingkungan sekitar. Oleh karena itulah nilai moral individual sangat penting kedudukannya, agar manusia dapat menjalani kehidupannya ke depan dengan cara dan tujuan yang benar agar tidak merugikan orang lain. Moralitas yang bersumber pada nilai moral individu dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) ditemukan tiga nilai moral individu. Moral individu yang pertama yaitu disiplin diri, tanggung jawab, dan bekerja keras. Moralitas yang Bersumber pada Nilai Moral Sosial Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia pasti akan melakukan hubungan dengan manusia lain dalam kehidupannya, baik dengan keluarga maupun masyarakat luar. Dalam hubungannya dengan orang lain, seseorang harus memahami norma-norma yang berlaku agar hubungannya dengan orang lain berjalan dengan baik dan tidak terjadi salah paham. Seseorang harus dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal semacam inilah yang dinamakan dengan nilai moral sosial. Pengertian nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Fungsi dan nilai sosial dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya untuk menggugah kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia dalam kehidupan bersama dalam segala dimensinya. Moralitas yang bersumber pada nilai moral sosial dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) ditemukan dua nilai moral sosial. Moral sosial yang pertama yaitu tolong menolong dan ikhlas. Moralitas yang Bersumber pada Nilai Moral Religi Nilai yang berhubungan dengan Tuhan disebut juga dengan nilai moral ketuhanan. Nilai moral ketuhanan adalah nilai-nilai moral yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan yang perlu dilakukan yaitu (1) beriman meyakini bahwa sesungguhnya Tuhan ada, (2) taat menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, (3) ikhlas kewajiban manusia beribadah kepada-Nya dengan ikhlas dan pasrah, (4) tadlarru’ dan khusyuk dalam beribadah dengan sungguh-sungguh, (5) Ar-arja’ mempunyai pengharapan atau atau optimis bahwa Allah akan memberikan rahmad kepada-Nya, (6) husnud-dhan berbaik sangka kepada Allah, (7) tawakal mempercayakan sepenuhnya kepada Allah, (8) bersyukur kepada allah, dan (9) taubat dan istigfar. Berdasarkan penjelsan di atas dapat dikatakan bahwa jenis nilai moral dalam karya sastra, dapat mencakup persoalan hidup dan kehidupan. Etika manusia terhadap Tuhan dapat berupa pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan. Bentuk lainnya bisa juga dengan memohon pada Tuhan dan penyerahan diri kepada Tuhan, serta bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan. Hal yang tidak boleh ketinggalan dalam etika ketuhanan ini adalah menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Moralitas yang bersumber pada nilai moral religi dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) ditemukan dua nilai moral religi. Moral religi yang pertama yaitu memohon dan penyerahan diri kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan. PEMBAHASAN Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) banyak mempertunjukkan adat orang Minangkabau. Suku Minangkabau di Sumatra Barat mempertahankan bagian-bagian dari sistem yang lebih kompleks dari pemerintahan sendiri di mana aturan adat dari raja didukung oleh hirarki otoritas adat. Adat moralitas yang bersumber dari menghormati leluhur oleh penulis ditunjukkan dengan seseorang melakukan tindakan yang terus menerus diperoleh seseorang karena adanya ulangan perbuatan-perbuatan yang sama. Tindakan di dalam diri manusia sudah ada dari para leluhur. Menghormati leluhur dengan menjalankan adat yang telah dilakukan atau dibuat oleh leluhur sejak dulu. Seperti ungkapan Sastroamidjojo (1972: 103) yang mengatakan bahwa hakekat hidup merupakan suatu perilaku atau perbuatan yang diperoleh hendaknya dimanfaatkan, diamalkan,dipraktekkan, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat Sastroamidjojo menunjukkan agar setiap individu yang telah memperoleh adat kebiasaan dari para leluhur harus mempergunakannya dengan baik dan diterapkan dalam kehidupannya setiap hari. Sikap moralitas dalam meneladani orang tua dan keluarga ditunjukkan penulis dengan perilaku teladan yang dilakukan orang tua dan dilakukan kepada anak dan orang lain. Setiap orang harus menciptakan hubungan yang baik diantara sesama manusia. Seseorang dapat menunjukkan atau membedakan antara sikap yang baik dan buruk maupun salah atau dan benar. Moralitas yang bersumber pada nilai moral individu ditunjukkan penulis dengan disiplin, tanggung jawab, dan bekerja keras. Sikap disiplin harus dilakukan dalam kehidupan setiap hari, karena disiplin menunjukkan sikap moral pada seseorang. Disiplin dalam melakukan segala hal. Sedangkan sikap tanggung jawab juga sangat penting dimiliki. Tanggung jawab dalam melakukan segala hal juga. Menurut Poedjawiyatna (1996: 145), sikap tanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita merasa terikat untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. Sikap itu tidak memberikan ruang pada pamrih kita. Karena kita terlibat pada pelaksanaannya, perasaan-perasaan seperti malas, wegah, takut, atau malu tidak mempunyai tempat berpijak. Bekerja keras ditunjukkan penulis dengan tokoh di dalam novel Negeri 5 Menara tidak mudah menyerah dalam melakukan segala sesuatu. Tokoh akan terus berusaha sampai keinginannya tersampai. Sebuah ungkapan jawa yang berbunyi kalah cacak, menang cacak. Ungkapan itu terdiri dari kata kalah, yang bisa diartikan gagal; menang yang dapat diartikan berhasil; dan cacak yang artinya mencoba. Secara harfiah, ungkapan kalah cacak, menang cacak dapat dimaknai apapun hasilnya nanti suatu pekerjaan atau suatu usaha perlu dicoba terlebih dahulu, Widyawati (2010: 76). Ungkapan ini menganjurkan agar tidak takut untuk melangkah. Kalau kita memiliki suatu keinginan yang baik, hendaknya segera dilaksanakan. Kita tidak boleh takut atau ragu-ragu untuk mewujudkannya. Moralitas yang bersumber pada nilai moral sosial ditunjukkan penulis dengan sikap tolong-menolong. Sikap tolong-menolong di dalam kehidupan sosial sangat baik, karena hal itu menunjukkan hubungan yang baik pada kelompok masyarakat. Seperti Aristoteles (dalam Solomon, 1987: 33) yang mengatakan dan menegaskan bahwa hidup yang paling baik dan paling bahagia adalah hidup dengan penalaran dan perbuatan penuh kebajikan. Maksud ungkapan itu adalah bahwa untuk menjadi seseorang yang senang dan bahagia, maka harus selalu melakukan kebaikan dengan orang lain, seperi menolong orang lain yang sedang kesulitan dalam menghadapi masalah. Selain sikap tolong-menolong, terdapat sikap ikhlas. Sikap ikhlas ditunjukkan penulis dengan bersikap ikhlas kepada setiap orang, baik individumaupun kelompok. Salam (1997: 8) menerangkan bahwa etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia, baik secara perorangan dan langsung maupun secara bersama dan dalam bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat dan negara) sikap kritis terhadap pandangan dunia dan ideologi, sikap dan pola perilaku dalam bidang kegiatan mereka masing-masing, maupun tentang tanggung jawab manusia terhadap makhluk hidup lainnya, serta alam semesta pada umumnya. Moralitas yang bersumber pada nilai moral religi diungkapkan peneliti bahwa agama memang tetap menjadi benteng spiritual oleh manusia. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia. Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Moralitas yang bersumber pada nilai moral agama ditunjukkan oleh peneliti dengan selalu memohon dan penyerahan diri kepada Tuhan. Manusia yang telah melakukan kesalahan kepada Tuhan, harus lebih banyak memohon ampun dan menyerahkan diri kepada-Nya. Segala hal yang terjadi dalam hidup, baik senang ataupun susah, sesungguhnya merupakan ujian hidup yang diberikan oleh Tuhan pada kita. Tuhan memberikan semua itu agar manusia dapat mengambil hikmah dan dapat menghadapi kehidupan dengan sikap yang lebih bijaksana. Hal itu senada dengan pernyataan Peale (1993:18) bahwa tujuan Sang Pencipta adalah untuk membentuk manusia, manusia yang kuat, manusia yang mempunyai yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan keberadaan manusia, menghadapi kenyataan hidup di atas bumi, dan tidak mundur serta tergeletak tanpa daya, tetapi sebagai gantinya, menghadapi semua itu secara kreatif dan gigih. Peale juga menyatakan, kembangkan iman yang besar pada Tuhan dan hal itu akan memberi iman yang rendah hati namun realistis kepada diri Anda sendiri (1993: 13). Pernyataan Peale itu menunjukkan bahwa percaya kepada Tuhan, menerima pemberian Tuhan, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan (rila) akan membuat kita berani menghadapi kenyataan. Selain memohon dan penyerahan diri, manusia juga harus selalu bersyukur kepada Tuhan. Manusia yang memiliki kenikmatan dan kemudahan dalam segalahal, tidak boleh melupakan Tuhan. Manusia harus selalu bersyukur kepada Tuhan. Berterimakasih atas semua kenikmatan dan kemudahan yang diberikan Tuhan kepada kita. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang moralitas tokoh yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010), peneliti menemukan dua nilai moral adat, yaitu menghormati leluhur dan keteladanan orang tua. Menghormati leluhur ditunjukkan dengan adanya proses penurunan yang dilakukan oleh leluhur kepada penerusnya. Keteladanan orang tua ditunjukkan dengan sifat baik yang diberikan untuk setiap orang tanpa membeda-bedakannya. Peneliti menemukan tiga nilai moral individu yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) yaitu (1) disiplin diri; (2) tanggung jawab; dan (3) bekerja keras. Sikap disiplin diti ditunjukkan dengan mematuhi semua peraturan yang ada. Sikap tanggung jawab ditunjukkan dengan tidak lari dari permasalahan yang dibuat. Sikap bekerja keras ditunjukkan dengan tidak mudah menyerah dalam melakukan sesuatu. Terdapat juga dua nilai moral sosial yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) adalah: (1) tolong-menolong; dan (2) ikhlas. Sikap tolong menolong ditunjukkan oleh tokoh dengan saling membantu diantara teman-temannya yang sedang kesulitan. Sikap ikhlas ditunjukkan dengan tokoh tidak menerima imbalan apa pun untuk menolong atau membantu orang lain. Selain nilai moral adat, nilai moral individu, dan nilai moral sosial. Peneliti juga menemukan dua nilai moral religi yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) adalah (1) memohon dan penyerahan diri kepada Tuhan; dan (2) bersyukur kepada Tuhan. Memohon dan penyerahan diri kepada Tuhan ditunjukkan selalu mendekatkan diri dan memohon ampunan kepada Tuhan. Bersyukur kepada Tuhan ditunjukkan dengan selalu berterima kasih atas apa yang telah diperoleh. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran agar penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang moralitas dalam karya sastra dengan menggunakan teori dan sudut pandang moralitas yang lain. Dengan demikian, hasil penelitian tentang moralitas dalam karya sastra akan menjadi lebih beragam. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. Bagi pembaca, disarankan agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang moralitas dengan membaca karya sastra. Selain itu, hendaknya pembaca dapat memilih karya sastra yang kaya akan muatan moral, sehingga pembaca dapat menjadikan karya sastra tersebut sebagai rujukan untuk menjalani kehidupan dengan lebih arif. DAFTAR RUJUKAN Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Fuadi, A. 2010. Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Nurgiantoro, B. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Peale, N. 1993. Anda Pasti Bisa Bila Anda Pikir Bisa. Jakarta: Binarupa Aksara. Poedjawiyatna. 1996. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta. Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya CV Salam, B. 1997. Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Rineka Cipta Sastroamidjojo, A. 1972. Gagasan Tentang Hakekat Hidup dan Kehidupan Manusia. Jakarta: Bhratara. Solomon, R. 1987. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Widyawati, W. 2010. Etika Jawa: Menggali Kebijaksanaan dan Keutamaan demi Ketenteraman Hidup Lahir dan Batin. Yogyakarta: Pura Pustaka.