I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) PERANAN ORANG TUA DAN ANAK DALAM PENDIDIKAN HINDU GUNA MEWUJUDKAN KELUARGA SUKHINAH I Gede Jaya Satria Wibawa Dosen Tetap Jurusan Dharma Sastra Prodi Hukum Agama Hindu STAH Negeri Gde Pudja Mataram Abstract Efforts to develop human resources is determined by the characteristics of man and society in the future will, the man who has the sensitivity, responsibility, independence, willing to develop all aspects of potential through continuous learning process to find yourself and be yourself. Family happy and prosperous then become an ideal destination and hope an Indonesian family. Family prosperous family identified with sufficient clothing, food, and shelter. State quite certainly is relative, but it contains the meaning is able to meet the minimum requirements, so that such a state is able to create an atmosphere of calm in family psychotherapy. The design of this research use descriptive qualitative research data presentation as the findings of the research, and seek to find meaning and results achieved according Role of Parents and Children In Hindu Education To Achieve Family Sukhinah. So the data analysis in this study is twofold; as long as there is on-site analysis, and the analysis after leaving the location. Analysis after leaving the scene begins with a categorization problems or findings and compile the code, and then arrange the sort reviewers. Results from this study, that the family unit plays a role in the education of Hindu urgency, here embodied the main meaning of family education at the same time as one of the centers of education first and foremost. Similarly families who bear the future of mankind. Therefore every Hindu family should begin to develop the attitudes and behavior towards children from an early age. Keywords: Role of Parents and Children, Hindu Education, Family Sukhinah 429 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) A. PENDAHULUAN Tujuan pendidikan agama Upaya membangun sumber Hindu tidak terbatas pada transfer daya manusia sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan (Knowledge) saja, karakteristik manusia dan masya- sebenarnya tujuan pendidikan agama rakat masa depan yang di kehendaki, Hindu yaitu memiliki pendidikan nasional, sebagaimana kepekaan, tanggungjawab, keman- disebutkan dalam Undang-Undang dirian, berke-inginan untuk mengem- Sistem Pendidikan Nasional Nomor bangkan 20 Tahun 2003 yakni bertujuan manusia yang segenap aspek potensi sejalan dengan melalui proses belajar yang berkesi- untuk nambungan untuk menemu-kan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sendiri dan menjadi diri sendiri. kecerdasan, keterampilan, memper- Berkali-kali di media massa dibahas tinggi budi pekerti, memperkuat bahwa pelajaran budi pekerti akan kepribadian diajarkan sekolah. semangat kebangsaan agar dapat Kebijaksanaan itu bahkan sudah membangun manusia-manusia pem- berada di tangan DPR untuk digodok bangunan yang dapat membangun lebih lanjut. Mendengar hal ni para dirinya sendiri serta bersama-sama guru dan orang tua sangat gembira bertanggungjawab ter-hadap pemba- dan menunggu-nunggu pnuh harap. ngunan bangsa, sehingga jelas bahwa Degradasi moral dewasa ini terjadi arah sebagai salah satu dampak karena nasional adalah terbinanya manusia- tidak diajarkannya pendidikan budi manusia Indonesia yang bertaqwa pekerti, terkondisikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana keteraturan hidup, sopan- dengan memperhatikan aspek-aspek santun, rasa tanggungjawab, etika kecerdasan, dan budi pekerti terabaikan. Juga keahlian. kembali sehingga di keadaan siswa dewasa ini jauh dari meningkatkan tujuan dan dan strategi ketaqwaan mempertebal pen-didikan keterampilan dan Pendidikan agama memegang harapan. andil yang tidak kecil dalam rangka 430 I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) mencapai tujuan pendidikan nasio- tuhan nal, pada pasal 1 ayat 1 Undang- pangan, dan papan atau materi. Kata Undang Sistem Pendidikan Nasional bahagia dan Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan dikaitkan dalam satu bahwa ada empat komponen tujuan tunggal, yang meng-gambarkan pendidikan adanya yang pencapaiannya hidup, seperti situasi sandang, sejahtera selalu pengertian seimbang antara menjadi beban pendidikan agama, suasana batin dan suasana lahir. yaitu : 1) memi-liki kekuatan spiri- Pendek kata, sebuah keluarga tidak tual keagamaan, 2) pengendalian pernah disebut bahagia jika hanya diri, 3) kepribadian dan 4) akhlak berkecukupan harta, tetapi tidak mulia. Keempat komponen di atas menikmati suasana batin yang baik. menunjukkan betapa besar pengaruh Keluarga bahagia dan pendidikan agama dan betapa stra- sejahtera kemudian menjadi tujuan tegisnya posisi orang tua dan guru sekaligus harapan ideal sebuah ke- agama dalam upaya mewujudkan luarga Indonesia. Keluarga sejahtera tujuan pendidikan yang diharapkan diidentikkan dengan keluarga yang tersebut di atas. Dengan kata lain cukup sandang, pangan, dan papan. orang tua dan guru agama memiliki Keadaan cukup tentu bersifat relatif, peranan yang besar dalam membina tetapi moralitas bangsa. makna mampu memenuhi kebutuhan Selain itu, dalam berbagai wacana pembangunan, di dalamnya terkandung mi-nimal, sehingga keadaan seperti acapkali itu mampu menciptakan suasana wacana mengenai keluarga bahagia kebatinan tenang dalam keluarga dan sejahtera dimunculkan. Kata tersebut. bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuran-ukuran pera-saan yang paling B. METODE PENELITIAN dalam, Rancangan penelitian ini sementara kata sejahtera dikaitkan menggunakan penelitian kualitatif dengan ukuran pemenuhan kebu- deskriftif yaitu rancangan penelitian 431 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) untuk mengetahui Peranan Orang di Tua dan Anak meninggalkan Dalam Pendidikan lokasi, dan analisis sesudah lokasi. Analisis Hindu Guna Mewujudkan Keluarga sesudah meninggalkan lokasi dimu- Sukhinah. Jenis penelitian ini adalah lai dengan membuat katagorisasi diskriptif. Dilihat dari kriteria yang masalah atau temuan dan menyusun ditentukan kiranya, dalam pemilihan kodenya, kemudian menata dengan subjek penelitian ini sudah memadai, mengurutkan penelaahannya. baik dari segi waktu, tempat, peristiwa dan objek. Instrumrn yang digunakan dalam ini Dalam Manavadharmasastra berupa wawancara, dan observasi. Adhyaya VI Sloka 89 disebutkan Teknik pengumpulan data dilakukan bahwa kehidupan berkeluarga (Grs- dengan wawancara terhadap tokoh hasta Asrama) merupakan masa agama, masyarakat. yang penting dan utama. merupakan Analisis data dalam penelitian ini masa-masa di mana para anggota merupakan upaya menata secara sis- keluarga membangun diri agar satu tematis hasil ob-servasi, wawancara, sama lain saling mendukung dan dan untuk saling memberi arti, sehingga di meningkatkan pema-haman peneliti antara mereka terjalin komunikasi tentang masalah yang diteliti. dan dan penelitian C. PEMBAHASAN tokoh dokumentasi, diskusi interaksi yang harmonis. Selanjutnya adalah penyajian Dikatakan saling mendukung dan data sebagai temuan bagi peneliti, memberi arti, karena setiap individu dan mengupayakan mencari makna dalam keluarga tidak pernah sama, dan sesuai satu sama lain memiliki kelemahan Anak dan kelebihan sendiri. hasil Peranan yang Orang dicapai Tua dan Dalam Pen-didikan Hindu Guna Mewujudkan Keluarga Keluarga Sukhinah. umum dapat sukhinah diartikan secara dengan Jadi analisis data dalam penelitian keluarga bahagia dan sejahtera. Kata ini ada dua yaitu; analisis selama ada sejahtera lebih berhubungan dengan 432 I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) material, sedangkan kata bahagia Wanitapun lebih berhubungan dengan aspek mengeluh atas tugas-tugas itu, dan psikologis. Oleh karena itu, tugas ibu yang lebih penting dari itu, wanita rumah tangga bersama suami wajib dituntut ikut mewujudkan dua aspek tadi, kewanitaan yang paling dasar. Hal yaitu berkecukupan dalam aspek ini dipertegas dalam kitab Manawa material dan bahagia dalam perasaan. Dharmasastra Bab IX, Sloka 101 dan Dalam Rgveda VIII.33.19 (dalam sloka 102 sebagai berikut: Raka,2008:38) disebutkan wanita seorang sesungguhnya sarjana dan setia tidak sebagai boleh nilai “Hendaknya supaya hubungan yang setia berlangsung sampai mati, singkatnya ini dianggap hukum yang tertinggi bagi suami dan istri” bahwa ”Stri hi brahma babhuvitha” artinya : dituntut adalah seorang pengajar. “Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahakan dengan tidak jemu-jenunya supaya mereka tidak bercerai dan jangan hendaknya melanggar kesetiaan antara satu dengan yang lain.” Kutipan di atas menyiratkan pula bahwa wanita tidak boleh melupakan fungsi utamanya sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga atas dasar cinta kasih dan kesetiaan. Sebagai pendidik anak, wanita harus tetap mampu Kedua sloka di atas nampak memerankan fungsi ibu sejak mulai bahwa Hindu tidak menginginkan pengandung, melahirkan, menyusui, perceraian. Bahkan menganjurkan mengawinkan anak-anaknya yang telah dewasa hingga agar penyemai Diharapkan semua itu diupayakan juga harus tetap mampu menyiapkan dengan sekuat tenaga dan secara segala sesuatu berkaitan dengan hingga kekal tertinggi bagi pasangan suami istri. seluruh anggota keluarga. Wanita tangga yang hendaknya dijadikan sebagai tujuan benih-benih kasih sayang terhadap rumah perkawinan terus menerus. Suami istri hendaknya detail. 433 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) menempatkan ketentuan itu sebagai ping karir suami. Khusus sebagai hukum yang tertinggi. pendamping karir suami, tugas istri Keluarga sukhinah tidak juga tidak ringan. Sebagai istri hanya ditentukan hanya oleh suami memiliki dan istri. Sebuah keluarga sukhinah mengingatkan suami yang sedang juga ditentukan oleh sikap bhakti menjabat untuk tidak melakukan hal- anak-anak terhadap kedua orang hal yang tidak dibenarkan menurut tuanya. Dalam keluarga Hindu, anak agama adalah menjadi mengingatkan suami setiap saat, pelindung bagi orang yang memer- bukan berarti kita mengambil tugas lukan pertolongan serta menolong suami, apalagi kaum dengan kepentingan orang yang kerabat yang tertimpa kewajiban dan setiap hukum. saat Pengertian mendikte suami kita. Men- kesengsaraan, untuk disedekahkan dampingi suami bebarti menyadari hasil usahanya untuk ia memasak, akan menyediakan makanan untuk orang kewajibannya. tugas suami, hak dan rupaka yang miskin, orang demikian itu putra sejati namanya” (Sara-samucaya Sloka 228). 1. Peranan Orang Tua Agar anak-anak dalam ke- Gelar guru luarga memiliki nilai sebagaimana diberikan oleh agama kepada para diharapkan Sarasamucaya, orang tua bukan hanya dimaksudkan maka kita berkewajiban mendorong sebagai tugas melahirkan dan meme- agar anak-anak kita belajar, tidak lihara bimbang kembangkan dalam dalam pikiran, tidak tetapi juga sikap menumbuhdan memikirkan hal-hal lain kecuali ilmu bertanggungjawab pengetahuan. Dengan uraian di atas, anaknya, sehingga mereka memiliki dapat beratnya moral yang luhur dan keperibadian tugas sebagai ibu rumah tangga, yang baik. Akan tetapi dari kenyatan sebagai istri, dan sebagai pendam- tidak sedikit para orang tua yang dipahami betapa 434 kepada perilaku anak- I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) sibuk dengan pekerjaan di luar Pertama-tama memang diper- rumah, bahkan ada yang hampir lukan adanya pendidikan disiplin dan semata-mata untuk mencapai keung- perilaku anak-anak hendaknya me- gulan dibidang material, dengan ngikuti pola-pola yang telah diten- mengabaikan penumbuhkembangan tukan lebih dahulu sebagaimana dimaksud. tercantum Hal demikian jelas dalam pustaka-pustaka bertentangan dengan tugas kewajiban suci agama, sebagai contoh: seorang guru rupaka yang semestinya. anak Sungguh berat sebenarnya yang menginginkan suatu boneka yang dimiliki temannya, ia tugas guru rupaka, tetapi merupakan boleh yajña yang suci dan mulia bila dengan kewajiban mengembalikan dilaksanakan sebagaimana mestinya. pada waktunya. Ia hendaknya jangan Tugas untuk mengadakan penum- mencuri buhkembangan sikap dan perilaku merampas dari kekuasaan temannya tersebut sangat berat, sebab dalam begitu saja. Apabila anak-anak ingin penumbuhkembangan itu para orang tidur maka mereka harus menggosok tua dengan gigi dan mencuci kaki terlebih memberikan pendidikan atau disip- dahulu, bila anak-anak menerima lin. ganyak lagi kebutuhan-kebutu- atau memberikan sesuatu dari orang han anak yang harus diperhatikan lain hendaknya ia memakai tangan yang dapat menunjang berhasilnya kanan. proses penumbuhkembangan. Ada- benda-benda hendaknya meletakkan pun kebu-tuhan-kebutuhan tersebut, kembali pada tempatnya. tidak cukup hanya antara lain : kebutuhan akan kebebasan, kebu-tuhan akan meminjam boneka Dan dari temannya tersebut apabila atau mengambil Contoh-contoh di atas meru- kasih pakan gambaran sederhana dalam sayang, kebutuhan akan rasa aman, kehidupan konkrit sehari-hari. Sedari kebutuhan akan rasa harga diri, masa kanak-kanak seseorang harus kebutuhan akan kesuk-sesan dan didik supaya jangan bersikap irihati, kebutuhan untuk ingin tahu dengki 435 atau cemburu kepada PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) sesamanya, akan tetapi sebaliknya kebebasan, disamping memperhati- senantiasa harus mengabdi kepada kan Tuhan anak. Yang Maha Kuasa, pula kebutuhan-kebu-tuhan menjunjung tinggi kebenaran serta mencintai sesamanya dan semua 2. Pembentukan Sikap dan Perilaku makhluk. Akan tetapi menumbuh- Manusia sebagai kembangkan sikap disiplin saja tidak makhluk cukup untuk mengarahkan seseorang sebagai makhluk sosial. Sebagai anak menjadi pribadi yang baik dan makhluk social selalu mengalami berguna sebab interaksi yang timbal balik dengan dengan disiplin semata mungkin sesamanya. Dalam interaksi timbal dapat mematikan daya kreasi dan balik itu, tidak hanya terjadi pada melemahkan anak, kontak hubungan biasa, tetapi terjadi maka diperlukan adanya kebebasan hubungan yang saling mempengaruhi bagi satu dengan yang lain. Apalagi bagi anak masyarakat, I.Q .seorang yang merupakan yang selain individual, juga kebutuhan pokok bagi setiap orang. ketika hubungan itu Namun kebebasan yang dimaksud pendidikan, kekuasaan, jabatan, aga- adalah kebebasan dalam disiplin, ma, kebudayaan, ikatan emosional suatu contoh : seorang anak boleh dan kekeluargaan, kekua-tan saling saja bebas mempengaruhi akan sangat kuat. mengganggu Diantara berbagai macam faktor ketertiban umum. Dengan demikian yang dapat membentuk sikap dan dapat disimpulkan bahwa dalam perilaku. Sarifuddin Azwar (dalam rangka penumbuh-kembangan sikap Tu‟u, 2004 : 71) mengatakan bahwa dan perilaku bertanggungjawab pada faktor dominan yang mempengaruhi anak usia dini, perlu sekali diper- sikap dan perilaku, antara lain penga- hatikan adanya faktor keseimbangan laman peribadi, orang yang dianggap yang penting, lembaga pendidikan, agama bermain-main sepanjang wajar secara tidak antara pemberian pendidikan disiplin dan pemberian dan kebudayaan. 436 ada unsur I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) Keluarga atau rumah tangga 1) Sarirakrta, yaitu kewajiban adalah bentuk hidup bersama yang orang tua untuk menumbuhkan merupakan lembaga social terkecil jasmani si anak dengan baik. dan terpenting. Keluarga pada hake- 2) Pranadatta, artinya orang tua katnya adalah lembaga pendidikan, wajib membangun atau mem- tempat belajar agama Hindu, sehing- berikan pendidikan kerohanian ga kepada si anak. keluarga tersebut merupakan lembaga yang dapat menumbuhkan 3) Annadatta, yaitu kewajiban terjalinnya pengabdian dan teratur- orang tua untuk memberikan nya peningkatan hidup setia dalam pendidikan mencapai tujuan hidupnya. Karena untuk men-dapatkan makanan itulah disebut keluarga. Kata ke- (anna) salah satu kebutuhan luarga artinya pengabdian terjalin, hidupnya yang paling essensial. sedangkan rumah tangga adalah (Wiana, 1997 : 47) rumah tem-pat menata agar mampu kepada Nitisastra mendaki kea rah tujuan hidup. anaknya VIII.3 juga menjelaskan kewajiban Bapak ter- Menurut pandangan Hindu, hadap anaknya disebut dengan orang tua dalam memberikan pendi- Panca Wida, yaitu lima kewajiban dikan kepada anaknya didorong oleh ayah kepada anaknya, yaitu : suatu keyakinan bahwa pendidikan 1. Sang yang diberikannya merupakan kepada wujud leluhurnya, itu sekaligus (ayah itu sebagai penyebab lahirnya si pengabdian karena Ametwaken anak) umat 2. Matulung urip rikalaning baya Hindu percaya bahwa anaknya itu (menyelamatkan jiwa si anak tiada lain penjelmaan leluhurnya, tatkala sehingga dalam Sarasamuscaya 242 bahaya). dijelaskan tentang tiga kewajiban mendapat ancaman 3. Nitya maweh bhinojana (selalu seorang ayah sebagai berikut : memberikan makanan kepada si anak) 437 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) 4. Mangupadyaya ayah (kewajiban memberikan ungka-pan “raja”, “pelayan”, dan si “kawan”. pendidikan “Raja” adalah simbol istime- kepada si anak) 5. Anyangaskara (artinya menyu- wa yang diberikan kepada hal-hal cikan si anak atau membina yang harus diutamakan atau dila- mental spiritual si anak) (Wiana, kukan dengan sebaik-baiknya. Jadi 1997:47) menurut konsep pendidikan ini, anak Dalam Slokantara, buku yang umur 0-5 tahun harus diperlakukan memaparkan tentang untaian ajaran sebaik-baiknya, baik secara fisik etika, teks, terjemahan dan ulasan maupun mental. Perlakuan fisik (Sudharta, 1997:83), pada sloka 22 diberikan terbaik (48) dinyatakan: pemberian Sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja. Dalam sepuluh tahun berikutnya sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun ke atas harus diperlakukan sebagai kawan. sentuhan dan lain-lain. perlakuan matan dari bentuk pedidikan tesebut. adalah sebagai berikut: jika ada seorang bayi (balita) yang digendong sudah oleh orang dewasa ditanya oleh orang ketiga, maka pengasuh bayi Menurut Slokantara perlakuan orang pendidikan dalam Dalam masyarakat Bali (Hindu) memasuki jenjang rumah tangga. terhadap diwujudkan perilaku yang sopan, wujud nyata dewasa (lebih dari 15 tahun), bahkan tua yang bentuk kata-kata yang halus dan anak dari baru lahir (0 tahun) hingga anak lingkungan, kan penuh pengakuan atau penghor- memberikan isyarat cara mendidik ketika makanan, melalui mental diberikan dengan member- Pernyataan tersebut di atas termasuk yang akan anak mewakili bayi merespon penanya dengan respon kata atau dibedakan menjadi tiga thapan, yaitu gerak yang benar, yaitu meng- umur 0-5 tahun, umur 6-15 tahun gunakan kata-kata halus dan gerak dan umur anak lebih dari 15 tahun anggota badan yang sesuai dengan dengan menggunakan simbol-simbol 438 I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) tata nilai yang dianut, misalnya dengannya. Sebagaimana halnya menggunakan tangan kanan yang seorang pelayan, seorang anak pada dikenal dengan tangan manis. tahap ini diharapkan mau melakukan apa yang diperintahkan dan selalu ”Pelayan” adalah simbol ba- hormat pada orang lain, terutama gi orang yang tidak berhak mem- adalah orang yang lebih tua. bantah atau berkomentar. Anak-anak “Kawan” adalah simbol bagi pada umur 6-15 tahun, secara psi- orang yang setara. Anak setelah ber- kologis ada dalam keadaan pan- umur 16 tahun atau lebih hendaknya caroba, yaitu pikiran berubah-ubah, diperlakukan secara setara dengan belum mampu mengambil keputusan orang dewasa secara selalu dilakukan mengingat setelah ber- mau menang sendiri dan bentuk- umur 16 tahun anak sudah cukup bentuk perilaku kurang baik lainnya. dewasa untuk membedakan antara Pada umur tersebut pendidikan harus yang baik dan yang buruk, antara diberikan secara tegas dan diten- yang pantas dan yang tidak pantas, tukan secara eksternal. Orang dewa- berdasarkan pengalaman baik yang sa dia bertang-gungjawab, (orang tua, guru) harus peroleh memberikan dengan tegas apa yang sebelumnya. mesti sangat mereka lakukan. Dalam lainnya. pada Hal 15 Pen-didikan menganjurkan ini tahun modern agar anak pendidikan formal dinyatakan guru diberikan kesempatan menyetarakan harus menentukan apa yang mesti diri dengan orang dewas, misalnya dipelajari, dalam bentuk yang dikenal dengan kapan dipelajari dan dimana mereka belajar (Burn, 1995 pendidikan dalam Subagia 2007:5). Pada tahap daannya adalah dalam pendidikan ini anak dilatih menjadi pelayan tradisional yang baik, mulai dari melayani dilakukan setelah anak dipandang adiknya atau kakaknya, orang tuanya mampu memaknai kata demokrasi, dan orang lain yang berinteraksi dalam pendidikan barat hal tersebut 439 demok-ratis. demokratisasi Perbe- baru PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) dianjurkan diberikan sejak pendidi- latih agar patuh kepada pemerintah. kan usia dini. Pada tahap ini, anak hendaknya Nilai-nilai filosofis pendidi- dilatih untuk mengenali dan meng- kan terhadap anak seperti diuraikan hormati panji-panji peme-rintahan, dalam Slokantara, secara lebih rinci, misalnya mengenal pim-pinan peme- diuraikan dalam buku Nitisastra rintahan, lambang negara, bendera, IV.20 (Sudharta, 1997:85). tahapan lagu kebangsaan dan lain-lain. Pada pendidika anak dinyatakan sebagai tahapan beikutnya (umur 7-15 tahun) berikut: barulah anak diajar untuk membaca Perlakuan kita terhadap anak ialah sampai berumur lima tahun hendaknya diperlakukan sebagai putra raja. Sampai berumur tujuh tahun dilatih supaya patuh pada pemerintah, berumur sepuluh tahun diajar membaca, dari umur enam belas tahun diperlakukan sebagai kawan dan harus berhati-hati jika menunjukkan kesalahannya. Jika ia sendiri sudah berputra, tingkah lakunya hanya cukup pengamatan saja dan jika memberitahu harus dengan gerak isyarat. mulai dari mengenali huruf (simbol) Berdasarkan uraian tersebut, Satu harapan penting lainnya dalam hingga membaca isi bacaan. Setelah seorang anak berumur lebih dari 16 tahun, anak hendaknya diperlakukan sebagai kawan. Hal ini sama dengan uraian yang ada dalam Slokantara dan ditekankan bahwa dalam menunjukkan kesalahannya harus dengan hati-hati, karena dalam usia tersebut, anak mudah tersinggung. tahapan pendidikan terhadap anak pendidikan adalah tahapan dikelompokkan menjadi lima taha- seorang pan, yaitu umur 0-5 tahun, umur 5-7 (berputra), walaupun mereka belum tahun, umur 7-15 tahun, umur 16 berumur di atas 16 tahun. Perlakuan tahun keatas dan umur sesuah me- pendidikan yang dapat diberikan nikah (mempunyai putra). Perlakuan adalah terhadap anak umur 0-5 tahun sama tingkah lakunya dan jika ada yang dengan harus diberi tahu cukup dengan yang dinyatakan dalam slokantara. Anak umur 5-7 tahun di- anak dengan sudah menikah mengamati isyarat atau dengan analogi. 440 ketika saja I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) Di samping dilihat dari umur tidak diperkenankan rebut berkelahi lahir, dengan sejak nilai-nilai filosofis suami dan 8) banyak pembelajaran yang ada dalam ajaran- mendengar nasehat dan lagu-lagu ajaran Hindu yang dianut oleh yang mencerminkan tata susila dan masyarakat Bali juga memaparkan permulaan yang baik. pendidikan anak sejak kandungan (pendidikan dalam Untuk suami yang prenatal). mempunyai istri hamil, diharapkan Pendidikan anak dalam kandungan agar: 1) ikut serta melaksanakan tapa dilakukan secara tidak langsung, brata sehingga dapat melahirkan antara memberikan anak yang suputra (suami dan istri petunjuk kegiatan sehari-hari kepada yang hamil pertama, biasanya akan orang tua (ibu dan ayah) kandung memelihara rambutnya sebagai tanda mereka. kecintaan dan kesetiaannya terhadap Seorang ibu yang sedang mengan- istri), dung (hamil) diharapkan agar : 1) mencela orang cacat jasmani dan rajin melakukan tugas sehari-hari mental, serta dalam penyembelihan binatang, 4) tidak membaca melakukan penganiayaan, 5) tidak tentang hal-hal yang menyokong melakukan kata-kata yang dapat tentang tidak menyakiti dan 6) dapat memenuhi dibolehkan melihat penyem-belihan setiap keinginan istri yang hamil binatang dengan pengertian ahimsa (Manuaba, 1994 dalam Subagia, karma, 2007:6) lain dengan selalu penampilan, 2) rajin kehamilan, 4) tidak mengucapkan menyakiti karma), bersih diper-kenankan kata-kata hati 5) 3) tidak 2) tidak 3) tidak diperkenankan melakukan yang Adanya beberapa petunjuk (ahimsa pengendalian aktivitas ibu dan ayah diperkenankan dari bayi yang masih ada dalam orang mencela orang cacat jasmani atau kandungan mental, 6) memelihara kesehatan bahwa pendidikan terhadap anak dengan cara meningkatkan gizi, 7) dimulai 441 yang sejak bayi menunjukkan ada dalam PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) kandungan, semasih bayi ada dalam perempuan, kandungan, interaksi baik secara engkau menyebut dirimu Ibu, jika fisik maupun psikis yang paling engkau tidak mampu memelihara dekat terjadi adalah dengan sang ibu. kesetiaanmu pada suami dan anak- Oleh pengendalian anakmu”. Jadi, antara suami dan istri aktivitas ibu dan ayah, dimaksudkan secara sepintas diberikan penegasan agar sang ibu selalu dalam keadaan akan harmonis, baik secara fisik maupun namun psikis. Diyakini bahwa gangguan kebajiban itu diaharapkan saling fisik atau psikis yang dialami oleh bersinergi sehingga mampu meno- ibu pang terciptanya keluarga bahagia karena hamil itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan bayi yang pada yang berbeda, hakikatnya kedua Hubungan antara suami dan istri Istri kewajiban sekali-kali dan sejahtera atau keluarga sukinah. ada dalam kandungan. 3. Peran “jangan Mewujudkan seimbang telah dinyatakan secara simbolis dalam Keluarga Bahagia dan Sejahtera konsep Ardanariswari, yaitu simbol Untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera tentu secara Tuhan dalam manifestasi sebagai tidak setengah purusa dan pradana. Tiada bisa hanya dibebankan kepada istri sesuatu apapun akan tercipta, jika atau suami saja, melainkan harus kekuatan purusa dan predana tidak diupayakan bersama-sama. Seorang menyatu. Penyatuan kedua unsur itu suami diyakini telah memberikan bayu bagi dituntut sementara tanggungjawab seorang istri dituntut terciptanya berbagai mahluk dan kesetiaan. Dalam susastra Hindu disebutkan “jangan tumbuhan yang ada. sekali-kali Makna simbolis dari konsep engkau menyebut dirimu Bapak, Ardanariswari itu, kedudukan dan manakala engkau tidak pernah ber- peranan perempuan satara dan saling tanggungjawab terhadap keluargamu. melengkapi Demikian malahan pula halnya dengan 442 dengan dimuliakan. laki-laki, Tidak ada I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) alasan serta argumentasi teologis berikan „keteduhan‟ bagi keluarga- yang menyatakan bahwa kedudukan nya. Oleh karena itu, dalam Canakia perempuan berada di bawah laki- Niti Sastra, V.23 disebutkan Rāja patnī guroh patnī mitra patnītathaiva ca patnī mātā svamātā ca pañcaitā mātarah smrtāh laki. Itu sebabnya dalam berbagai sloka Hindu dapat ditemukan aspek yang menguatkan kedudukan perempuan di antara laki-laki. Dalam sloka Manawa Darma Terjemahannya : Istri raja, istri guru, Sastra istri teman, ibu mertua, dan ibu disebutkan: sendiri semuanya disebut sebagai Ibu. Mengapa istri raja dianggap Jamayo yani gehani, Capantya patri pujitah, Tani krtyahatanewa, Winacyanti samantarah (MDS, III,58) sebagai ibu, karena seorang istri raja seharusnya tidak saja melindungi anak-anaknya dan keluarganya sendiri, tetapi melindungi semua Terjemahannya : rakyat Rumah dimana perempuannya tidak dihormati sewajarnya, Mengucapkan kata-kata kutukan Keluarga itu akan hancur seluruhnya Seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib yang ada di wilayah kekuasaannya. Sikap seorang ratu menyayangi seluruh rakyat seperti menyayangi anak-anaknya sendiri, menempatkan dia harus diperlakukan Kutipan sloka di atas menunjukkan dan dihormati sebagai ibu. Istri guru bahwa perempuan dalam teologi juga harus diperlakukan sebagai ibu, Hindu bukanlah tanpa arti. Malahan karena istri guru itu identik dengan ia dianggap sangat berarti dan mulia, sang guru yang telah membuat kita sebagai dasar kebahagiaan rumah semua menjadi melek uruf, ber- tangga. Besarnya peran istri dalam pengetahuan, dan memiliki eksistensi pembentukan keluarga bahagia dan dalam kehidupan ini. Teman yang sejahtera, menyebabkan istri tidak dimaksud dalam makna ini mereka semata-mata dimaknai sebagai se- yang setia dalam suka dan duka, orang perempuan yang melahirkan, orang yang dapat dipercaya, bukan tetapi mereka yang mampu mem- 443 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) mereka yang dekat ketika kita sedang nya sebagaimana dinyatakan pula berkuasa dan menjauh ketika kita pada sloka berikut. sedang mengalami duka nestapa. Istri Pānigrāhasya sādhivīstrī jiwato vānirtasya vā patilokamabhīpsantī nālaret kiurcidapriyain (MDS,V,156) teman yang mampu me-laksanakan peran seperti itu harus dianggap sebagai ibu. Mertua adalah ibu dari istri atau suami, kedudukannya karena harus itu disamakan Terjemahan : dengan ibu yang melahirkan kita Seorang istri yang setia, yang ingin tinggal bersama terus dengan suaminya sampai nanti setelah ia meninggal, tidak melakukansesuatu yang menyakiti hati orang yang mengawininya, apakah dia masih hidup atau sudah mati. sendiri. Keduanya harus diperlakukan dan dihormati ibarat seorang Dewi yang telah memberikan kebahagiaannya bagi keluarga. Pengertian ibu seperti tersebut di atas menempatkan seorang perempuan harus Sloka di atas mempertegas mampu memerankan sejumlah tugas bahwa seorang ibu dan istri sea- bagi anak-anak, suami, mertua, dan rusnya mampu memelihara dan me- lingkungan yang lebih luas. Dalam megang teguh kesetiaannya. Hanya kaitannya dengan peranan yang lebih dengan itu ia akan mampu mewujud- khusus, yaitu sebagai ibu sekaligus kan kebahagiaan. istri maka ia harus mampu memerankan diri. Kutipan di atas begitu sarat dengan kewajiban, tetapi ada satu hal yang ditekankan betul C. SIMPULAN dalam Unit keluarga memegang kaitannya dengan peranan wanita, peranan urgensi dalam pendidikan yaitu kesetiaan. Seorang ibu dan atau Hindu, disini terkandung sekaligus istri nampaknya dituntut kesetiaan- makna utama pendidikan keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan 444 I Gede Jaya Satria Wibawa (Peran Orang Tua Dan Anak Dalam Pendidikan ...........) yang pertama dan utama. keluarga Darmayasa, 1992. Canakya Nitisastra. Jakarta : Hanuman Sakti. Dimyati Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. pula yang menanggung masa depan umat manusia. Karena itu setiap keluarga Hindu hendaknya mulai dan menumbuhkembangkan sikap dan perilaku yang baik terhadap anakanaknya sejak dini. Djiwandono, DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani, 2002. Sosiologi Skematika, Teori Dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara. _______, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rhineka Cipta Kajeng, I Nyoman, dkk, 2005. Sāramuccaya. Surabaya : Paramita Adiputra, Rudia, I Gede, 2002. Dana Punia Untuk Pendidikan (Pangkaja jurnal Agama Hindu Volume II Tanggal 02 Agustus. Denpasar : STAH Negeri Denpasar. PHDI, 1998. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I –XV. Denpasar. Pudja, I Gde dan Sudharta, Rai, Tjokorda, 2002. “Mana-wa Dharmasastra (Manu Dharmasastra)”. Jakarta : CV Felita Nursatama Lestari. _______, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Bagus, 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo. I Gusti Ngurah, 2000. Dinamika Budaya Hindu Dharma Di Indonesia. Yogyakarta : Dura Wacana University Press. Redana, Budiningsih, C, Asri, 3003. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan Negeri Yogyakarta. Made, 2006. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Riset. Denpasar : IHDN. Sadulloh, Uyoh, 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 445 PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 (419 – 446 ) Sagala, Syaiful, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Ban-dung : Alfabeta. Subagia, I Wayan, 2007. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Singaraja : Universitas Pen-didikan Ganesha. Subagyo, Joko, 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha. Widnya, Putu, 1980. Sosialisasi Nilai-Niai dan Norma Agama Pada Anak-Anak (dalam Warta Hindu Dharma No. 162). Denpasar : Dharma Bhakti. SUMBER MAKALAH : Subagia, I Wayan, 2007. Beberapa Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Bali Sudharta, T.R, 1997. Slokantara: Untaian Ajaran Etika, Teks, Terjemahan dan Ulasan. Denpasar : Upada Sastra. Tim Penyusun, 2001. Modul Keluarga Bahagia Sejahtera Menurut Pandangan Agama Hindu. Jakarta, Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Dan Budha. Tu‟u, Tulus, 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana. Wiana, I Ketut, 1997. Cara Belajar Agama Hindu Yang baik. 446