DRAFT BUKU AJAR SISTEM CATU DAYA 2015

advertisement
DRAFT BUKU AJAR
SISTEM CATU DAYA
2015
Mata Kuliah
Prodi / Fakultas
Tim Dosen
Ketua (PJ)
Anggota 1
Anggota 2
: Sistem Catu Daya ELG2A3
: Teknik Elektro/ Fakultas Teknik Elektro
:
Efri Suhartono
Ekki Kurniawan
Kharisma Bani Adam
Hibah Dikelola Oleh
Bagian Pengembangan Pembelajaran
Gedung Bangkit (LC), Lantai 5
Telp. +6222 – 7564108 Ext. 2271
[email protected]
lsd.telkomuniversity.ac.id
DIKTAT KULIAH SISTEM CATU DAYA
KATA PENGANTAR
Mata kuliah SISTEM CATU DAYA (SCD) merupakan mata kuliah wajib
pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom yang
diberikan pada mahasiswa tingkat kedua. Mata kuliah ini sangat penting untuk
bekal nantinya jika berkecimpung di dunia industry/manufaktur. Buku referensi
yang berbahasa Indonesia masih sangat kurang. Pada saat ini di Prodi Teknik
Elektro belum tersedia diktat untuk mata kuliah SCD dengan demikian
pembuatannya menjadi sangat penting dan mendesak.
Pelaksanaan kuliah hanya dilakukan melalui tatap muka di kelas, padahal
seharusnya ada praktikum tersendiri yang dapat menunjang perkuliahan. Di akhir
perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan Tugas Besar (TuBes).
Tubes yang terdiri dari pembuatan alat-konverter elektronika daya beserta jurnal
atau paper yang harus dipresentasikan di hadapan mahasiswa lainnya. Karena halhal tersebut maka DIKTAT KULIAH Sistem Catu Daya akan sangat membantu
meningkatkan pemahaman mahasiswa pada materi yang diajarkan sekaligus
membantu dosen pengampu untuk melakukan evaluasi keberhasilan perkuliahan.
Dalam rangka menyongsong persiapan Universitas Telkom menuju World
class university, diktat SCD akan dilengkapi dengan pengayaan dwibahasa
(bilingual enrichment English-Indonesia). Pengayaan bilinguan ini sangat
bermanfaat buat mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa Inggris, baik aktif maupun pasif
ii
DIKTAT KULIAH SISTEM CATU DAYA
Syllabus dan SAP Sistem Catu Daya :
Pengenalan silabus, SAP Pengenalan silabus, SAP dan aturan
dan aturan perkuliahan; perkuliahan;
Pengenalan
Sistem Sistem
Kelistrikan
(Pembangkit,
Kelistrikan secara umum
Transmisi, Distribusi, Beban)
Dasar listrik
Sumber Tegangan dan Arus DC ,
Sumber Tegangan dan Arus AC
Fasor, Sistem tiga fasa
Generator Listrik
Prinsip kerja generator
AC/DC
pengaturan tegangan dan frekuensi
generator
Pembangkit Listrik
PLTA
Struktur, prinsip kerja, pertimbangan
teknis
Pembangkit Listrik
PLTG,
PLTU,
PLTGU,PLTD
Struktur, prinsip kerja, pertimbangan
teknis
Pembangkit listrik baru & PLTS,
terbarukan
PLTAngin,
PLTPb,PLTN
Struktur, prinsip kerja, pertimbangan
teknis
Transmisi dan Distribusi
Transmisi, Distribusi, Gardu dan
Konsumen
Gambar & Instalasi listrik
Simbol/lambang
pada
gambar
instalasi dengan single line diagram
dan wired diagram.Pengelompokan
Beban
PLN,
instalasi
tegangan
rendah
Catu Daya tidak Teputus
Sistem catu daya unbreakable/ tidak
terputus,
Genset,
kerja
pararel
Genset dan PLN,Automatic tranfer
iii
DIKTAT KULIAH SISTEM CATU DAYA
switch/Over
Change
Switch
(
ATS/OCS )
Catu Daya tidak Teputus
UPS
(Uninterruptable
Power
Supply)
Batere
Batere; jenis, kapasitas, pengujian
dan perawatan
Sistem Proteksi beban lebih
Circuit
Breaker
(MCB,MCCB,ACB,NFB)
Proteksi
petir,Grounding
Bounding
terhadap Karakteristik
Petir,
Sistem
dan Proteksi eksternal dan internal,
Grounding dan Bounding
iv
DIKTAT KULIAH SISTEM CATU DAYA
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
SILABUS ............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I BAB I DASAR DASAR LISTRIK ............................................................. 1
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM ................ 8
BAB III GENERATOR DC dan AC .................................................................... 13
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU . 23
BAB V PEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN,
PLTPB ................................................................................................................... 41
BAB VI SALURAN TRANSMISI, DISTRIBUSI, GARDU INDUK, DAN
KONSUMEN ........................................................................................................ 49
BAB VII SISTEM INSTALASI DENGAN SINGLE LINE DIAGRAM, WIRED
DIAGRAM DAN PENGELOMPOKAN BEBAN LISTRIK............................... 58
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS ...................................................... 68
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN
............................................................................................................................... 74
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL ............................... 91
v
DIKTAT KULIAH SISTEM CATU DAYA
vi
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
BAB I DASAR DASAR LISTRIK,
TEGANGAN DAN ARUS DC dan AC, KONSEP FASOR,
SISTEM SATU DAN TIGA FASA
Tujuan Pembelajaran :
- Memahami Dasar dasar listrik, sumber sumber listrik AC, DC.
- Memahami konsep fasor, sistem satu dan tiga fasa
1.1 Sumber tegangan dan sumber arus DC
Pada system tenaga listrik sumber catu daya dibagi menjadi beberapa jenis. Ditinjau dari
polaritas potensialnya, sumber dibagi menjadi menjadi dua :direct current (DC), dan
alternate current (AC) [1]. Tegangan DC mempunyai polaritas tegangan yang tidak
berubah.Contoh sumber-sumber tegangan DC seperti tampak pada gambar 1.1 antara lain
1. Baterai
2. Generator DC
3. Photovoltaic (PV)
Gambar 1.1.Berbagai macam sumber DC
1.1.1 Bentuk Sumber DC
Sumber DC dapat digambarkan dengan sumber yang polaritasnya sama, sehingga
dalam kartesius kita dapat mengetahui bahwa tegangan tersebut merupakan tegangan
DC dengan melihat, apakah ada tegangan yang berubah polaritas (melintasi sumbu x).
Tampak pada Gambar 1.2. bererapa jenis tegangan yang berbeda bentuk tegangannya.
Kesemua tegangan pada grafik tersebut merupakan tegangan DC karena tidak ada
beda polaritas pada ketiga tegangan [1].
V (Volt)
V (Volt)
Vdc
Vdc
t (detik)
t (detik)
1
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
V (Volt)
Vdc
t (detik)
Gambar 1.2.Bentuk tegangan DC
1.2 Sumber tegangan dan sumber arus AC
Tegangan AC mempunyai polaritas tegangan yang tidak berubah. Contoh sumbersumber tegangan AC seperti tampak pada Gambar 1.3.antara lain :
1. Generator AC
2. Inverter
Gambar 1.3. Inverter sebagai penghasil tegangan AC
1.2.1 BentukTegangan/ArusSumber AC
Sumber AC dapat digambarkan dengan sumber yang polaritasnya yang berubah secara
periodik, sehingga dalam kartesius kita dapat mengetahui bahwa tegangan tersebut
merupakan tegangan DC dengan melihat, apakah ada tegangan yang berubah polaritas
(melintasi sumbu x).Tampak pada Gambar 1.4.grafik tegangan AC[1].
Gambar 1.4.Bentuktegangan AC
2
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
1.3 Fasor sumber tegangan dan sumber arus
Phasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau magnitude dan
phasa gelombang sinusoidal. Sebuah rangkaian yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan fasor disebut berada dalam wawasan frekuensi (frequency domain). Fasor
dapat digunakan untuk mempermudah pembacaan pada sistem AC. Fasor merupakan
vector yang mempunyai besaran dan arah (sudut). Besaran pada fasor tegangan/arus
merupakan besaran RMS (Root Mean Square). Aturan aturan penulisan fasor pada sistem
AC antara lain [2].
1. Tegangan sebagai acuan utama, sumber tegangan memiliki sudut 0 pada sitem AC.
2. Arus mengacu terhadap tegangan. Arus dituliskan sebagai vector dan arah yang
mengacu pada tegangan
Sebagai contoh,
V(t) = Vm cos(ωt+θ) dalam domain waktu
Notasi phasornya :
* Polar :
V = Vm< θ
* Rektangular : V = Vm cos θ + j Vm sin θ
* Eksponensial : V = Vm ejθ
Gambar 1.5 Bentuk fasor dari tegangan AC
1.4 Sistem tiga fasa
Sistem tiga fasa merupakan sitem kelistrikan AC yang digunakan saatini.Listrik AC
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antaralain.
•
Listrik AC mudah untuk diubah nilai tegangannya dengan bantuan transformator.
Transmisi listrik harus menggunakan tegangan yang sangat tinggi agar rugirugirendah. Untuk distribusi dan pemakaian tegangan diturunkan kembali
menggunakan trafo. Trafo bekerja untuk tegangan AC tidakbisa DC
•
Mesin listrik memerlukan catudaya AC
3
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
•
Kemungkinan terjadinya kegagalan tegangan tinggi pada tegangan AC lebih rendah
disbanding tegangan DC. Hal inidikarenakan proses electron avalance yang berhenti,
karena polaritas berubah[2].
Gambar 1.5 SistemTigaFasa
Daya listrik yang dibangkitkan pada pembangkit adalah fasa banyak dengan frekuensi 50 Hz
atau 60 Hz. Penggunaan tiga fasa memiliki beberapa keuntungan:
1. Daya sesaat yang dikirimkan kebebanakan “melonjak tinggi”pada sistem 1 fasa. Pada
Sistem tiga fasa daya yang dikirimkan lebih “stabil/ steady” (ingat mesin mobil
dengan multi silinder).
2. Pada system tiga fasa, untuk mengirimkan daya yang sama, ukuran konduktor/ kabel
dan komponen lainnya lebih kecil disbanding dengan menggunakan 1 fasa. Selain itu,
tiga fasa juga menghasilkan medan putar untuk menggerakkan mesin listrik.
Gambar 1.6 SistemTigaFasa Y dan bentuk fasornya
Masing masing fasa mempunyai magnitude rms yang sama dan mempunyai perbedaan fasa
120o. Van dipilih secara sembarang sebagai fasor referensi.Urutan fasor tegangan pada gambar
di atas adalah positif (abc). Jika urutan dibalik menjadi acb, maka urutannya adalah negatif.
4
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
Urutan ini hanya masalah pelabelan/ konvensi. Pada gambar 1.5 diatas urutan fasa tampak
berkebalikan, tetapi sebenarnya urutan fasa pada gambar adalah sama. Kedua urutan tampak
berbeda karena tinjauan tegangan yang dipakai berbeda, pada gambar kiri menggunakan Van,
sedangkan gambar kanan, menggunakanVna.[2].
1.5 Sistem satu fasa tiga kawat
Gambar 1.7 Sistem satu fasa tiga kawat.
Sistem satu fasa tiga kawat terdiri dari tiga konduktor, yang salah satu konduktornya
merupakan kawat netral. Padabeban yang seimbang, tidak ada arus pada kawat netral, maka
netral dapat dihilangkan dari rangkaian karena tidak mempengaruhi KVL maupun KCL.
Apabila garis A maupun B bukan konduktor sempurna tetapi mempunyai impedansi yang
sama Z2, arus netral InN tetap 0. Bila beban tidak sama/ tidak seimbang, maka arus netral 0.
1.4.1 Sistem tiga fasa empat kawat
Gambar 1.8 Sistem 3 fasa Y - Y
Wye-wye :Sumber dan beban terhubung dengan struktur wye (Y). Seimbang/ balanced =
Sumber mempunyai tegangan fasa yang sama dan beban tiap fasa sama ZP. Arus netral = 0.
Arus salurana A, bB dan cC adalah arus fasa Ip = IL [2].
5
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
Soal latihan :
1. Jika arus 1 A mengalir searah jarum jam maka berapa banyakkah elektron yang
mengalir berlawanan arah jarum jam ? Anggap muatan elektron adalah -1,6 X 10-19
Coulomb.
2. Sebuah sumber tegangan searah dibebani dengan resistor R ternyata mengalir arus
50 mA. Kemudian beban diganti dengan resistor 50 ohm dan arus yang mengalir 0,1
A. Berapakah nilai dari R dan besar sumber tegangan?
3. Berapa Watt kah daya listrik yang diserap oleh R pada soal no 2?
4. Berapa Joule kah energi yang diserap oleh resistor 50 Ohm selama 5 menit pada soal
no 2?
5. Suatu sumber tegangan bolak-balik :
220√2 Cos 100 πt (Volt), diberi beban Z dan ternyata arus yang mengalir adalah 2√2
Cos (100 πt - π/6) (Amp). Berapakah nilai yang terukur oleh voltmeter AC (itu
adalah nilai RMS atau nilai efektif) dan nilai yang terukur oleh Amperemeter AC
(nilai RMS/efektif) jika dipasangkan pada rangkaian tersebut?
6. Berapakah beda fasa antara arus dan tegangan pada rangkaian tersebut dan berapakah
faktor dayanya?
7. Dari beda fasa tersebut apakah beban Z bersifat resistif murni atau resistif dan
induktif atau resistif dan kapasitif?
8. Berapa daya semu, daya nyata, daya reaktif pada beban tersebut?
9. Gambarkan segitiga dayanya!
10. Jelaskan apa bedanya listrik 3 fasa dengan 1 fasa?
6
BAB I DASAR DASAR LISTRIK
Daftar Pustaka
[1]
[2]
R. Prasad, Fundamentals of Electrical Engineering: Prentice-Hall of India (Private), Limited,
2005.
Power System Analysis: McGraw-Hill Education Pvt Limited, 2003.
7
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)
TujuanPembelajaran :
-
Memahami sitem kelistrikan secara umum
Memahami fungsi dan bagian bagian transmisi
Mengenal jenis-jenis pembangkit
Energi listrik, merupakan elektron yang bergerak karena adanya beda potensial. Energi
listrik memiliki keunggulan yang unik, karena dapat di transmisikan dengan mudah dengan
efisiensi yang tinggi.Keunikan lainnya, listrik sangat mudah konversikan kedalam bentuk
energi lain antara lain.
a. Kalor (panas, dingin)
b. Mekanik (gerak, putar, lempar)
c. Cahaya
d. Bunyi
e. Elektromagnet
f. Gabunganenergi-energitersebut.
Dengan keunggulan lain berupa mudah untuk didistribusikan dan disimpan. Listrik menjadi
pilihan utama dalam konversi dan distribusi energi.
Parameter kondisi kelistrikan suatu daerah, dapat dilihat dari rasio elektrifikasi. Rasio
elektrifikasi adalah persentase banyaknya Kepala Keluarga (KK) yang telah menikmati listik,
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan KK pada daerah tersebut.
(2.1)
Kondisi kelistrikan Indonesia saat ini, belum mencakup kesemua daerah. PadaGambar 2.1
terlihat bahwa rasio elektrifikasi Indonesia pada tiap daerah masih memiliki beda nilai yang
relative besar seperti data padaGambar 2.1.
8
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)
Gambar 2.1.Kondisi Kelistrikan di Indonesia
2.1 Penyaluran (Transmisi) TenagaListrik
Proses dan cara menyalurkan energi listrik pada jarak yang berjauhan dari satu tempat
ke tempat lainnya (dari pembangkit listrik ke gardu induk dan dari satu gardu induk ke gardu
induk lainnya), yang terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower),
melalui isolator-isolator, dengan system tegangan tinggi/ ekstra tinggi. Ruang lingkupnya
dimulai dari GarduInduk di Pembangkitan sampai dengan Gardu Induk (sisi primer) yang ada
pusat-pusat beban.
Gambar 2.2. Sistem penyaluran tegangan tinggi
9
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)

Besaran tegangan : 66 KV, 70 KV, 132 KV, 150 KV, 245 KV, 275 KV, 350 KV, 500
KV, 1.100 KV, 1300 KV, 1.500 KV, dan lain-lain

Jenis arus :arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC).

Jenis dan ruang lingkup penyaluran :
o Saluran udara (Overhead Line).
o Saluran bawah tanah (Underground Cable).
o Saluran kabel bawah laut (Sub Marine Cable).
o Gardu IndukTegangan Ultra Tinggi.
o Gardu IndukTeganganEkstraTinggi.
o Gardu Induk.
o Gardu Hubung.
o Pusat Pengatur Beban.
o Unit Pengatur Beban.
Sedangkan di Indonesia sendiri system transmisi yang biasa dipakai sebagai berikut.

o Besaran tegangan : 70 KV, 150 KV, 275 KV dan 500 KV.
o Jenis arus :arusbolak-balik (AC).
Jenis dan ruang lingkup penyaluran :

o Saluran UdaraTeganganTinggi (SUTT).
o Saluran Kabel Tanah TeganganTinggi (SKTT).
o Saluran Kabel Bawah LautTeganganTinggi (Sub Marine Cable).
o SaluranUdaraTegangan EkstraTinggi (SUTET).
o GarduInduk (GI).
o Gardu Induk Tegangan EkstraTinggi (GITET).
o PusatPengatur Beban (UPB).
o Unit Pengatur Beban.
Sistem interkoneksi (Interconnection System) :
o Telah terpasang di PulauJawa-Madura-Bali (Jamali) danPulau Sumatera.
o Sebagian daerah di Sumatera masih terjadi bottle neck.
10
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)
2.2 Distribusi Tenaga Listrik
Distribusi tenaga listrik merupakan proses pembagian, pengiriman, pendistribusian ,atau
pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan
(pelanggan). Merupakan sub system tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan distribusi. Ruang lingkup distribusi tenaga listrik dimulai dari sisi sekunder trafo
tenaga di Gardu Induk sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP) antara lain.
Jaringan distribusi tegangan rendah, untuk melayani :
1.
2.
Pelanggan rumah tangga (instalasi domestik).
Pelanggan bisnis, social dan publik (instalasi bangunan/non domestik) dengan daya
sampai dengan 197 KVA.
Jaring distribusi tegangan menengah (20 KV), untuk melayani :
1.
Pelanggan bisnis, social dan publik (instalasi bangunan/non domestik) dengan daya di
atas 197 KVA sampai dengan 30 MVA.
2. Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di atas 197 KVA sampai dengan 30
MVA.
Jaringan distribusi tegangan tegangan tinggi (70 KV, 150 KV), untuk melayani :
1. Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di atas 30 MVA.
Sistem jaringan :
1.
2.
3.
4.
Radial.
Loop.
Spindle.
Mesh/Grid
Gardu distribusi :
1.
2.
3.
4.
Gardu trafo tiang type portal.
Gardu trafo tiang type cantol.
Gardu beton
Gardu kiosk (Metal Clad).
Ruang lingkup :
1.
2.
3.
4.
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20 KV.
Saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) 20 KV.
Saluran kabel bawah air sungai/laut 20 KV.
Saluran udara tegangan rendah (SUTR) 220 Volt.
11
BAB II PENGENALAN SISTEM KELISTRIKAN SECARA UMUM
SISTEM KELISTRIKAN (PEMBANGKIT, TRANSMISI, DISTRIBUSI, BEBAN)
1. Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR) 220 Volt.
2. Gardu Distribusi.
3. Saluran luar pelayanan/Saluran masuk pelayanan Sambungan rumah (SLP/SMP/SR).
4. Alat pembatas dan pengukur (APP).
Soal-soal latihan :
1. Gambarkan Sistem kelistrikan di Indonesia mulai dari pembangkit listrik sampai ke
pelanggan (beban).
2. Jelaskan kenapa rugi-rugi energi listrik akan lebih kecil jika listrik ditransmisikan
dengan saluran tegangan tinggi ?
3. Jelaskan kenapa diameter penampang kabel transmisi akan lebih kecil jika arus
transmisi semakin kecil!
4. Apakah yang dimaksud dengan SUTT, SUTET, SUTUT dan Tegangan Menengah
serta Tegangan Rendah?
5. Di sisi mana saja penggolongan pada no 4 berada di sistem kelistrikan?
6. Mengapa transmisi tenaga listrik menggunakan AC, tidak DC?
7. Apakah gunanya Trafo Step Up dan trafo Step Down dalam sistem kelistrikan?
8. Di sisi mana saja masing-masing trafo itu digunakan?
9. Apakah yang dimaksud dengan sistem interkoneksi ?
10. Apa saja manfaat sistem interkoneksi? Berikan contoh kasus sitem Jawa-Bali
12
BAB II Generator DC dan AC
BAB III Generator DC dan AC
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui jenis-jenis generator,
Mengetahui bagian-bagian generator,
Memahami metode pengaturan frekuensi dan tegangan pada generator.
3.1 Generator DC
Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi
mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus searah (Direct Current).
Gambar 3.1. Mesin DC sederhana
Generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent atau non permanen berupa
gulungan sebagai stator, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter
eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Generator DC
terdiri dua bagian, yaitu stator (bagian mesin DC yang diam) dan rotor (bagian mesin DC
yang berputar).
Bagian stator terdiri dari:
a. rangka motor
b. belitan stator
c. sikat arang
d. bearing dan terminal box.
Rotor terdiri dari:
a. Komutator
b. belitan rotor
c. kipas rotor dan poros rotor
13
BAB II Generator DC dan AC
Belitan rotor (jangkar) dengan luas A berada ditengah-tengah medan magnet B.
Rotor akan menerima fluks sebesar
Dimana θ = Sudut antara vektor B dengan vektor p
Permukaan A.
Ketika rotor diputar dengan kec putar ω maka
rotor akan menerima fluks sebesar
Yang nilainya berubah ubah. Menurut hukum Lenz dan Faraday, akan timbul ggl induksi
diujung rotor (komutator) sebesar
eind   N
d
 NBA sin t
dt
Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:
14
BAB II Generator DC dan AC
3.1.1. Prinsip Kerja Generator DC
Pada penggunaan cicin seret, jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slipring berupa
dua cincin (ini disebut cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.2. (1), maka dihasilkan
listrik AC berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu
cincin Gambar 3.2. (2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua
gelombang positip. Pada Gambar 3.3. digambarkan sebuah generator DC pada setiap langkah
dalam satu putaran.
Gambar 3.2. Tegangan Generator (1) tanpa komutator, (2) Dengan komutator
Gambar 3.3. Grafik Tegangan generator DC terhadap putaran
15
BAB II Generator DC dan AC
3.1.2. Penguatan Generator DC
Gambar 3.4. Jenis Generator DC menurut sumber penguatan (eksitasi)
Ditinjau dari jenis sumber penguatan,, generator DC dibagi menjadi beberapa bagian seperti
tampak pada Gambar 3.4. antara lain :
1. Generator DC Penguat terpisah
2. Penguatan Sendiri, terdiri dari :
1. Penguatan Seri
2. Penguatan Shunt
3. Penguatan Kompon
3.1.2.1. Generator DC Penguatan Terpisah
Generator DC penguat terpisah mempunyai sistem penguatan atau eksitasi yang diperoleh
dari catu daya luar seperti pada Gambar 3.5. :
Gambar 3.5. Generator dengan penguat terpisah
16
BAB II Generator DC dan AC
Persamaan arus dan tegangan pada generator menjadi :
Ia=i
Persamaan tegangan :
V = Ea + Ia.Ra + 2Vsik
dengan :
V
: Tegangan jepit (volt)
Ea : GGL lawan (volt)
Ia : Arus jangkar (Ampere)
Ra : Tahanan lilitan jangkar (Ohm)
Im : Arus penguat terpisah(Ampere)
Rm: Tahanan penguat terpisah (Ohm)
Vsik : drop tegangan pada sikat
3.1.2.2. Generator DC Penguatan Seri
Generator DC penguat seri mempunyai sistem penguatan atau eksitasi yang dihubungkan seri
dengan belitan generator DC. Generaotr jenis ini, harus bekerja dalam keadaan berbeban,
karena, ketika generator bekerja tanpa beban, maka arus penguatan menjadi nol. Skema
generator DC penguat seri tampak pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Generator DC penguat seri
Persamaan Rangkaian :
Ia=IL
Eg = Ia(Ra+Rs)+2Vsik +VL
Pin =Eg x Ia sedngkan Pout = VL x IL
17
BAB II Generator DC dan AC
3.1.2.3. Generator DC Shunt
Generator DC penguat seri mempunyai sistem penguatan atau eksitasi yang dihubungkan
paralel dengan belitan generator DC. Generaotr jenis ini, tidak boleh bekerja dalam keadaan
overload, karena, ketika generator mengalami penurunan tegangan, maka arus penguatan
menjadi menurun, sehingga penurunan tegangan akan tinggi. Skema generator DC penguat
shunt tampak pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Generator DC shunt
Persamaan arus :
I = Ia + Ish
Rsh = V / Ish
Persamaan tegangan :
V = Ea + Ia.Ra + 2Vsik
V = Ish . Rsh
dengan :
Rsh = Tahanan penguat shunt
Ish = Arus penguat shunt
Vsik = Tegangan pada kedua sikat
3.1.2.3. Generator DC Shunt
Generator DC penguat kompon mempunyai sistem penguatan atau eksitasi yang dihubungkan
parallel dan seri dengan belitan generator DC. Generaotr jenis ini, menggabungkan sistem
penguatan generator shunt dan seri untuk untuk mengatasi kekurangan generator penguatan
seri dan penguatan parallel.. Skema generator DC penguat kompon tampak pada Gambar 3.7.
18
BAB II Generator DC dan AC
Gambar 3.8. Generator DC Kompon
Sifatnya diantara penguat seri dan Shunt Nilai kompon tergantung pada jumlah lilitan seri
yang dililitkan pada inti kutub.
Kompon pendek :
Persamaan Arus :
I
= Is = Ia + Ish
Rsh
= Vsh/Ish
Persamaan tegangan :
V
= Ea + Ia.Ra + Is.Rs + 2Vsik
Vsh
= V – Is.Rs Dimana :
Vsh
= Tegangan pada lilitan penguat shunt
Kompon Panjang :
Vf
= If . Rf atau Vf = Eg – 2Vsik – Ia (Ra + Rse) atau Vt = VL
Ia
= Ir + IL
Eg
= VL + 2Vsik +Ia (Ra +Rse)
3.1.3. Precent of regulation
Percen of regulation (regulasi tegangan) merupakan parameter yang sering dipakai untuk
menengetahui kualitas dari generator. Semakin kecil nilai presentase regulasi tegangan, maka
semakin baik kualitas generator.
19
BAB II Generator DC dan AC
PercentOf Re gulation 
( E L  EfL)
x100
EfL
(462V  440V )
x100
440
(22V )

x100
440

3.2. Generator AC
Generator AC adalah generator listrik yang menghasilkan tegangan bolak balik (alternating
current= AC). Berdasarkan prinsip kerjanya maka, generator AC yang banyak di jumpai
adalah antara lain :
1. Mesin Serempak
2. Mesin tak serempak
3. Mesin komulator
Pada mesin listrik dua kutub (satu pasang kutub) seperti gambar (a dengan besarnya tegangan
terinduksi terlihat pada gambar (b) di bawah ini.
(a)
(b)
Gambar 3.9.
20
BAB II Generator DC dan AC
3.2.1. medan putar
Medan magnet berputar dihasilkan oleh sebuah belitan tiga fasa sebagaimana terdapat
pada kumparan jangkar (pada stator) mesin serempak ataupun mesin tak serempak.
Gambar 3.10 Illustrasi medan putar dalam mesin AC
3.2.2. Prinsip dasar Operasi
Generator sinkron bekerja berdasarkan hokum faraday. Perubahan fuks yang disebabkan
perputaran mekanis generator menyebabkan terjadinya potensial listrik. Potensial listrik yang
terhubung dengan beban menyebabkan adanya arus yang mengalir pada beban. Generator
sinkron ditinjau dari letak kumparan jangkar dan medan terbagi menjadi dua tipe. Tipe
pertama memiliki kumparan medan yang tidak bergerak yang terletak pada stator. Tipe ke
dua mempunyai kumparan medan bergerak yang terletak pada rotor.
Gambar 3.11. Generator AC rotor jangkar (kiri) dan stator jangkar (kanan)
21
BAB II Generator DC dan AC
3.2.2. Frekuensi
Frekuensi yang digunakan sistem kelistrikan di berbagai Negara berbeda satu dengan
yang lain. Terdapat negara yang menggunakan frekuensi listrik 50 Hz(seperti indonesia)
dan 60 Hz (seperti amerika, inggris). Apabila jumlah kutub magnet dinyatakan P dan
kecepatan putar rotor n (rpm) maka frekuensi listrik yang timbul
 f = (n x P) / 120
Gambar 3. Generator sinkron 2 kutub (a) dan 4 kutub (b)
22
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
BAB IV PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN- RENEWABLE
(PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU)
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui mengerti prinsip kerja dari suatu PLTA dan pembangkit listrik tenaga
air lainnya seperti PLTM), PLTD, PLTU, PLTG
Mengerti bagian-bagian blok system dari suatu PLTA, PLTM, PLTU, PLTD,
Memahami penggunaan dari jenis pembangkit listrik. (PLTA, PLTM, PLTU, PLTD)
4.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTA adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air
untuk menghasilkan energi listrik.Aliran air dimanfaatkan dan diubah menjadi energi listrik
melalui putaran turbin dan generator. Dari jenis air yang dimanfaatkan sebagai penggerak
turbin, PLTA dibagi beberapa jenis. PLTA yang memanfaatkan ketinggian air terjun
digolongkan sebagai berikut:
1. PLTA jenis terusan air (water way)
2. PLTA jenis DAM/bendungan
3. PLTA jenis terusan dan DAM (campuran)
PLTA yang memanfaatkan Aliran Sungai digolongkan sbb:
1. PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river)
2. PLTA dengan kolam pengatur
3. PLTA jenis waduk (reservoir)
4. PLTA jenis pompa (pumped storage)
5. PLTA Hydroseries
Gambar 3.1.Pembangkit Listrik Tenaga Air
23
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
PLTA bekerja dengan mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.Air dialirkan melalui
pintu air yang sudah diatur untuk mendapatkan debit air yang diinginkan.Aliran air ini akan
melewati pipa pesat dan mengakibatkan tekanan air meningkat.Air dari pipa pesat kemudian
akan menabrak baling-baling turbin sehingga turbin dapat berputar.Putaran turbin yang
terhubung dengan poros akan membuat rotor generator juga ikut berputar.Generator yang
berputar menyebabkan terjadinya perubahan medan magnet
diantara stator dan rotor
sehingga akan terjadi ggl (aliran elektron).Listrik yang dihasilkan generator akan dialirkan ke
transformator step up.
4.1.2. Perhitungan daya pada PLTA
Daya yang dihasilkan oleh Generator pada PLTA, akan tergantung juga keluaran
daya yang dihasilkan oleh kapasitas turbin airnya. Seperti pada gambar berikut,
Gambar 4.1. Hubungan turbin dengan generator pada PLTA
Pada PLTA turbin biasanya terhubung dengan generator. Besar listrik yang dihasilkan
dinyatakan sbb:
PT  9,81 G T QH .............................kw
…………………………………..(4.1)
Dengan :
ηT
= efisiensi turbin
ηG
= efisiensi generator
Q
= debit aliran air (m3/detik)
H
= tinggi jatuh air (m)
Semakin tinggi suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar daya
listrik yang dihasilkan (hubungannya linier).
Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga yang
lebih banyak. Tenaga juga berbanding lurus dengan aliran sungai. Dua kali sungai lebih
24
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
besar dalam mengalirkan air akan menghasilkan dua kali lebih banyak energi. g langsung
dengan generator seperti terlihat dalam Gambar 4.1.
4.1.3. Keuntungan dan kerugian PLTA
Pembangunan PLTA memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.PLTA relatif tidak
menimbulkan
kerusakan
lingkungan.Tidak
memerlukan
bahan
bakar.Operasi
dan
perawatannya relatif lebih mudah.Pengembangan suatu PLTA dengan memanfaatkan aliran
sungai akan memberikan manfaat atau keuntungan dari segi lainnya, seperti pariwisata,
perikanan, persediaan air bersih/minum, irigasi, dan pengendalian banjir.
Disisi lain, PLTA membutuhkan inventasi awal yang besar karena butuh lahan yang
luas dan biaya besar untuk pembangunan waduk. Persiapan memerlukan waktu yang relatif
lama PLTA sangat bergantung pada ketersediaan air sungai, sehingga harus tetap menjaga
tangkapan air
25
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
4.2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Diesel (PLTD)
ialah
pembangkit
listrik
yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover), yang berfungsi
menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator.
Gambar 4.3. Bagian-bagian PLTD
Keterangan Gambar 4.3. :
1. Tangki penyimpanan bahan bakar
2. Penyaring bahan bakar
3. Tangki penyimpanan bahan bakar sementara (bahan bakar yang disaring)
4. Pengabut.
5. Mesin diesel.
6. Turbo charger
7. Penyaring gas pembuangan
8. Tempat pembuangan gas (bahan bakar yang disaring)
9. Generator.
10. Trafo.
11. Saluran transmisi.
4.2.1. Prinsip kerja PLTD
Bahan bakar di dalam tangki penyimpanan bahan bakar dipompakan ke dalam tangki
penyimpanan sementara (daily tank) namun sebelumnya disaring terlebih dahulu.Bahan bakar
dari daily tank dipompakan ke Pengabut (nozzel), dan di sini bahan bakar dinaikan
temperaturnya hingga manjadi kabut.Udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
26
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
dimasukan ke dalam ruang bakar (combustion chamber). Bahan bakar dari convertion kit
(untuk BBG) atau nozzel (untuk BBM) kemudian diinjeksikan ke dalam ruang bakar
(combustion chamber).Di dalam mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses
kerjanya berdasarkan udara murni yang dimanfaatkan di dalam silinder pada tekanan yang
tinggi (35 – 50 atm), sehingga temperatur di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan
bakar disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan bertekanan tinggi melebihi titik
nyala bahan bakar sehingga akan menyala secara otomatis yang menimbulkan ledakan
bahan bakar.
Gambar 4.4. Mesin Diesel
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak
yang dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat
bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah jadi gerak rotasi
oleh poros engkol (crank shaft). Dan gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak
bolak-balik torak pada langkah kompresi.Poros engkol mesin diesel digunakan untuk
menggerakan poros rotor generator. Oleh generator energi mekanis ini dirubah menjadi energi listrik
sehingga terjadi gaya gerak listrik (ggl).
4.2.2. Pemeliharaan PLTD
Pemeliharaan terencana yang terdiri dari :
4.2.2.1. Preventif Maintenance
Preventif Maintenance adalah perawatan yang dilakukan secara berkala dalam rangka
mencegah terjadinya kerusakan dengan melakukan pengecekan, penggantian, overhaul
pada sistem interval waktu yang ditentukan.
27
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
2. Pemeliharaan Periodik
a.Pemeliharaan Periodik, terdiri atas :Top Overhaul (TO 6000 jam)
Pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan pada TOP Overhaul meliputi pemeriksaan pada
seluruh bagian-bagian unit yang antara lain :
1. Pemeriksaan semua kepala silinder dan komponen yang lainnya.
2. Pemeriksaan dan pengukuran satu bantalan dan bantalan luncuran (metal) atau sesuai
buku manual pabrikan.
3. Pembersihan generator
4. Pemeriksaan peralatan listrik
5. Pemeriksaan perawat pendingin cooler dan inter cooler
6. Pemeriksaan cairan peredam getaran (vibration damper)
7. Pemeriksaan Turbocharger (overhaul jika diperlukan pada saatnya)
8. Pengetasan kemampuan mesin
4.2.2.2. Pemeliharaan Periodik Rutin
Pemeliharaan periodik rutin yaitu pemeliharaan kecil yang dilakukan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
 Service
Pemeliharaan rutin jangka pendek meliputi pekerjaan melumasi, membersihkan,
mengganti, dan menambah minyak pelumas atau bahan bakar kimia.Hal ini biasanya sudah
di beritahukan oleh pabrik pembuat mesin. Misalnya sebagai berikut :
•
PO (8-20) jam
•
P1 ( 100-150 ) jam
•
P2 ( 200-300 ) jam
•
Inspeksi
Pemeliharaan rutin dengan jangka waktu yang lebih panjang.Kegiatan
biasanya diberitahukan oleh pabrik pembuat misalnya :
 P3 (400-600) jam
 Memeriksa peralatan-peralatan, bekerja dengan baik
 Memperbaiki komponen-komponen yang terjadi kerusakan
 Memeriksa tekanan, temperatur, dan gas asap
 Memeriksa sistem pelumasan bekerja dengan baik
 P4 (1200-1800) jam
 P5 ( 2400-3600 ) jam
28
ini juga
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
4.3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi panas dari uap (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan
untuk membangkitkan energi listrik melalui generator.
Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air yang berada pada boiler akibat
mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Secara garis besar sistem
pembangkit listrik tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan utama di antaranya: boiler,
turbin, generator, dan kondensor.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa system utama, yaitu :
1. Turbine & Generator
2. Boiler (Steam Generator)
3. Coal Handling System
4. Ash Handling System
5. Flue Gas System
6. Balance of Plant
Gambar 4.5. Sistem Utama PLTU
29
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
Pada PLTU uap digunakan dalam siklus uap tertutup.Uap yang telah memutar turbin
dengan energinya dikondensasikan kembali menjadi air dan dipompa ke boiler, selanjutnya
dipanaskan lagi di dalam boiler tersebut. Demikian seterusnya siklus ini terjadi terus
menerus.
Turbine & Generator merupakan jantung pembangkit listrik ini, karena dari bagian
inilah energi listrik dihasilkan.Generator yang berputar dengan kecepatan tetap,
menghasilkan energi listrik yang disalurkan ke jaringan interkoneksi dan selanjutnya
didistribusikan ke konsumen. Apabila turbin bertingkat maka akan terdiri dari HP ( highpressure ) turbine, IP ( intermediate-pressre ) turbine dan LP ( low-pressure ) turbine. Turbine
& Generator memiliki beberapa alat pendukung , yaitu lubricating oil system dan generator
cooling system.
Boiler (steam generator) berfungsi untuk mengubah air menjadi uap.Uap bertekanan
sangat tinggi yang dihasilkan boiler dipergunakan untuk memutar turbine. Boiler terbagi
menjadi beberapa sub system, yaitu :

Boiler house steel structure

Pressure parts

Coal system

Air system

Boiler cleaning system
Air yang disuplai ke boiler, pertama kali masuk ke economizer inlet header, terus
didistribusikan ke economizer elements, berkumpul kembali di eco outlet header lalu
disalurkan ke steam drum. Economizer terletak di dalam backpass area (di bagian belakang
boiler house), sementara steam drum ada di bagian depan roof area.
Hal pertama yang harus diketahui adalah bahan baku dari PLTU itu sendiri yakni air,
serta bahan bakar .Air yang digunakan dalam siklus PLTU ini disebut air demin, yakni air
yang mempunyai kadar conductivity (Kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar
0.2 μs (mikro siemen). Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari
mempunyai kadar conductivity Sekitar 100 – 200 us.
Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi dengan
Desalination Plant dan Demineralization Plant yang berfungsi untuk memproduksi air demin
ini.Tapi disini tidak dibahas tentang Desalination Plant maupun Demineralization Plant.
30
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
Keunggulan kekurangan

Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi

Kapasitas bisa sampai ratusan MW

Effisiensi tinggi jika beban mendekati full load
Kekurangan kekurangan PLTU antara lain.

Respon beban lambat sehingga hanya buat beban dasar

Start up lama dan harus ada cadangan berputar spining reserve utuk mempercepat
startup

Tidak ramah lingkungan

Investasi mahal

Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar
Berikut ini beberapa pembangkit yang ada di Jawa Barat :
31
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
Berikut ini beberapa pembangkit yang ada di Indonesia.
Table 4.1 beberapa pembangkit di Indonesia
4.4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik
yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas
dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan
selanjutnya diubah menjadi energi listrik atau energi lainnya sesuai dengan kebutuhannya.
4.4.1. Prinsip kerja PLTG
Sistem kerja PLTG dimulai dari pengkompresian udara dan pemanasan udara dengan
penambahan bahan bakar. Gas panas bertekanan tinggi ini lah yang tersebut digunakan untuk
memutar turbin, sebagai pengerak pemutar generator pembangkit.Gas panas yang dihasilkan
dalam ruang bakar dapat meningkatkan temperatur hingga 1100 derajat celcius.Sehubungan
dengan temperatur yang sedemikian tinggi tersebut perlu dilakukan pemilihan material hot
gas patch, sehingga material tersebut dapat dipergunakan pada kondisi tersebut secara aman .
Prinsip kerja dari sebuah PLTG didasarkan pada siklus Brayton seperti pada diagram (p, v
dan t, s)
32
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
Gambar 4.6. Silkus Brayton
4.4.2. Bagian-bagian PLTG
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) mempunyai beberapa peralatan utama, seperti:

Turbin Gas(Gas Turbine),

Kompresor (Compressor),

Ruang Bakar (Combustor),

Generator.
 Turbin Gas(Gas Turbine): suatu pembangkit energi mekanik dari suatu proses
konversi energi dari energi panas menjadi energi kinetik selanjutnya menjadi energy
mekanik yang mampu menggerakkan turbin dengan massa gas pembakaran bahan
bakar.
 Dalam proses operasinya Gas Turbin ditunjang dengan alat bantu khusus yang
meliputi: Lubricating Oil System, Control Oil System, Turning Motor, Pony Motor,
Starting Motor, Cooling Water System, Exhaust Duck System, Turbine Supervisory
Instrumen.
 Kompresor (Compressor) :adalah suatu pembangkit tenaga mekanik yang berfungsi
untuk membangkitkan energy
panas yang berasal dari udara atmosfer guna
memenuhi kebutuhan proses pembakaran dalam ruang bakar gas turbin. Dalam proses
operasinya, Compresor ditunjang dengan alat bantu khusus yang meliputi: Intake Air
Filter dan Inlet Gate Fane
 Udara dengan tekanan atmosfir ditarik masuk ke dalam compressor melalui pintu,
udara ditekan masuk ke dalam COMPRESSOR.
33
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
 Udara ditekan masuk ke dalam ruang bakar dengan tekanan 250 Psi dicampur dengan
bahan bakar dan di bakar dalam Ruang Bakar (COMBUSTOR) dengan temperatur
2000 – 3000⁰F. Gas hasil pembakaran yang merupakan energi termal dengan
temperature dan tekanan yang tinggi yang suhunya kira-kira 900⁰C
 Ruang Bakar (Combustor) : suatu ruang bakar yang merupakan pembangkit energi
panas dari suatu proses pembakaran bahan bakar. Dalam proses operasinya,
Combuster ditunjang dengan alat bantu khusus yang meliputi: Tangki bahan bakar
dan Pompa bahan bakar (untuk bahan bakar minyak), Gas Station (untuk bahan bakar
gas), Control System, Fuel Nozzle, Ignitor System
 Generator, adalah suatu pembangkit energy listrik dari suatu proses konversi energy
dari energy mekanik pada poros turbin dikonversikan menjadi energy listrik. Dalam
proses operasinya ditunjang dengan alat bantu khusus yang meliputi: Jacking Oil
Pump, Exciter, Generator Circuit Breaker, Main Transformer, Generator Protection
System, Auxiliary Power System.
 Udara dengan tekanan atmosfir ditarik masuk ke dalam compressor melalui pintu,
udara ditekan masuk ke dalam COMPRESSOR.
 Udara ditekan masuk ke dalam ruang bakar dengan tekanan 250 Psi dicampur
dengan bahan bakar dan di bakar dalam Ruang Bakar (COMBUSTOR) dengan
temperatur 2000 – 3000⁰F. Gas hasil pembakaran yang merupakan energi termal
dengan temperature dan tekanan yang tinggi yang suhunya kira-kira 900⁰C
Gambar 4.7 Sistem kerja PLTP
 Dari energi panas yang dihasilkan inilah kemudian akan dimanfaatkan untuk memutar
turbin dimana didalam sudu-sudu gerak dan sudu-sudu diam turbin, gas panas tersebut
34
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
temperature dan tekanan mengalami penurunan dan proses ini biasa disebut dengan
proses ekspansi. Selanjutnya energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin digunakan
untuk memutar generator hingga menghasilkan energi listrik.
 Kendala utama perkembangan PLTG ini di Indonesia adalah pada proses penyediaan
bahan bakar gas itu sendiri.
 jumlah kebutuhan gas bumi untuk sejumlah pembangkit PLN di Jawa dan Sumatera
sebanyak 1.459 juta kaki kubik per hari, sedangkan pasokan gas yang disediakan oleh
para pemasok sebanyak 590 juta kaki kubik per hari. Dengan demikian terjadi
kekurangan pasokan gas sebanyak 869 juta kaki kubik
 Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa start-nya pendek, yaitu antara
15-30 menit, dan kebanyakan dapat di-start tanpa pasokan daya dari luar (black start),
yaitu menggunakan mesin diesel sebagai motor start.
 Dari segi pemeliharaan, unit PLTG mempunyai selang waktu pemeliharaan (time
between overhaul) yang pendek, yaitu sekitar 4.000-5.000 jam operasi. Makin sering
unit mengalami start-stop, makin pendek selang waktu pemeliharaannya. Walaupun
jam operasi unit belum mencapai 4.000 jam, tetapi jika jumlah startnya telah
mencapai 300 kali, maka unit PLTG tersebut harus mengalami pemeriksaan (inspeksi)
dan pemeliharaan.
 Saat dilakukan pemeriksaan, hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah
bagian-bagian yang terkena aliran gas hasil pembakaran yang suhunya mencapai
1.300 0C, seperti: ruang bakar, saluran gas panas (hot gas path),dan sudu-sudu turbin.
Bagian-bagian ini umumnya mengalami kerusakan (retak) sehingga perlu diperbaiki
(dilas) atau diganti.
 Proses start-stop akan mempercepat proses kerusakan (keretakan) ini, karena proses
start-stop menyebabkan proses pemuaian dan pengerutan yang tidak kecil. Hal ini
disebabkan sewaktu unit dingin, suhunya samadengan suhu ruangan (sekitar 30C
sedangkan sewaktu operasi, akibat terkena gas hasil pernbakaran dengan suhu sekitar
1.3000C.
 Dari segi efisiensi pemakaian bahan bakar, unit PLTG tergolong unit termal yang
efisiensinya paling rendah, yaitu berkisar antara 15-25%. Dalam perkembangan
penggunaan unit PLTG di PLN, akhir-akhir ini digunakan unit turbin gas aero
35
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
derivative, yaitu turbin gas pesawat terbang yang dimodifikasi menjadi turbin gas
penggerak generator.
Berikut ini beberapa PLTG di Indonesia.
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas PUG Alurcanang Terdapat di Provinsi JawaBarat
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas PUG Dieng Terdapat di Provinsi Jawa Tengah
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas PUG Grati Terdapat di Provinsi Jawa Timur
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas PUG Karnojang Terdapat di Provinsi Jawa Barat
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas TrisaktiKota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
36
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
4.5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
 PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi
disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan dengan turbin gas
dan pembangkitan dengan turbin uap. turbin gas lebih dikenal dengan istilah GTG
(Gas Turbin Generator) sedangkan turbin uap dikenal dengan STG(Steam Turbin
Generator). Tidak hanya itu saja, terdapat juga bagian yang namanya HRSG (Heat
Recovery Steam Generator).
 Untuk GTG, Gas yang digunakan bukanlah gas alam , melainkan gas hasil
pembakaran bahan bakar High Speed Diesel (HSD) dan Marine Fuel Oil (MFO)
sehingga menghasilkan emisi sisa pembakaran. Emisi ini diolah sedemikian rupa
sehingga kadar zat berbahayanya tidak melebihi standar yang ditetapkan pemerintah.
Bahan bakar ini disuplai ke tangki-tangki penampungan bahan bakar melalui pipa
bawah laut.
 Turbin gas ini dapat dioperasikan dalam dua mode, yaitu konfigurasi simple cyle dan
konfigurasi combined cycle. Dalam keadaan simple cycle turbin gas atau biasa
dikenal Gas Turbin Generator (GTG) bekerja sendiri sehingga tidak ada pemanfaatan
kembali sisa energi dari gas panas yang terbuang. Gas buang langsung di alirkan ke
atmosfir. Pada keadaan combined cycle pada umumnya terdiri dari beberapa turbin
gas dimana energi sisa pada gas buangnya akan dimanfaatkan kembali untuk
pemanasan air di Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk menghasilkan uap
yang akan digunakan untuk pembangkitan turbin uap atau Steam Turbin Generator
(STG).
Adapun prinsip kerja dari PLTGU bisa dijelaskan pada gambar berikut ini,
 Pertama, Turbin gas berfungsi menghasilkan energi mekanik untuk memutar
kompresor dan rotor generator yang terpasang satu poros, tetapi pada saat start up
fungsi ini terlebih dahulu dijalankan oleh penggerak mula (prime mover).
 Kedua, Proses selanjutnya pada ruang bakar, jika start up menggunakan bahan bakar
cair (fuel oil) maka terjadi proses pengabutan (atomizing) setelah itu terjadi proses
pembakaran dengan penyala awal dari busi, yang kemudian dihasilkan api dan gas
panas yang bertekanan. Gas panas tersebut dialirkan ke turbin sehingga turbin dapat
menghasilkan tenaga mekanik berupa putaran. Selanjutnya gas panas dibuang ke
atmosfir dengan temperatur yang masih tinggi.
37
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
 Proses seperti tersebut diatas merupakan siklus turbin gas, yang merupakan penerapan
Siklus Brayton.
Siklus PLTGU terdiri dari gabungan siklus PLTG dan siklus PLTU. Siklus PLTG
menerapkan siklus Brayton, sedangkan siklus PLTU menerapkan siklus ideal Rankine
sseperti gambar di bawah :
Gambar 4.8. Sistem kerja PLTGU
 Steam Generator” (HRSG). Siklus kombinasi ini selain meningkatkan efisiensi termal
juga akan mengurangi pencemaran udara.
 Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG menjadi unit pembangkit siklus
kombinasi (PLTGU) maka dapat diperoleh beberapa keuntungan, diantaranya adalah :
1. Efisiensi termalnya tinggi, sehingga biaya operasi (Rp/kWh) lebih rendah
dibandingkan dengan pembangkit thermal lainnya.
2. Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) lebih rendah
3. Pembangunannya relatif cepat
4. Kapasitas dayanya bervariasi dari kecil hingga besar
5. Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan
6. Fleksibilitasnya tinggi
7. Tempat yang diperlukan tidak terlalu luas, sehingga biaya investasi lahan lebih
sedikit.
38
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
8. Pengoperasian
PLTGU
yang
menggunakan
komputerisasi
memudahkan
pengoperasian.
9. Waktu yang dibutuhkan: untuk membangkitkan beban maksimum 1 blok PLTGU
relatif singkat yaitu 150 menit.
10. Prosedur pemeiliharaan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya fasilitas sistem
diagnosa.
Gambar 4.9. Sistem proses kerja PLTGU
39
BAB IV ENERGI TERBARUKAN PLTA dan PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
Beberapa daftar PLTGU di Indonesia :
1. UBP Priok, mengoperasikan PLTU Priok Unit 3&4 (2x45 MW), PLTGU
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) Priok Blok I dan II masing-masing (3x120
MW dan 1x171 MW), PLTG Priok Unit 1&3 (2x17 MW)
2. UBP Semarang, mengoperasikan PLTU Tambak Lorok, Semarang Unit 1-2 (2x42
MW), Unit 3 (105 MW), PLTGU Tambak Lorok Blok I dan II masing2 (3x100 MW
dan 1x152 MW), PLTG Cilacap (2x20 MW)
3. UBP Perak-Grati], mengoperasikan PLTU Perak, Surabaya Unit 3-4 (2x28 MW),
PLTGU Grati, Lekok, Pasuruan Blok I (3x99 MW dan 1x153 MW), PLTG Grati Blok
II (3x100 MW)
40
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
BAB V PEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN
(PLTS, PLTN, PLTPB)
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui mengerti prinsip kerja dari jenis pembangkit renewable ( PLTS, PLTN),
PLTPb )
Mengerti bagian-bagian blok system dari suatu PLTS, PLTN), PLTPb
Memahami penggunaan dari jenis pembangkit listrik. (PLTS, PLTN), PLTPb)
5.1. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
PLTS adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik.
Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan
Photovoltalic dan secara tidak langsung dengan Pemusatan energi.
5.1.1. Prinsip Kerja Photovoltalic
Pembangkitan energi listrik pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik, atau
disebut juga efek fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan panjang gelombang
tertentu yang jika energinya lebih besar daripada energi ambang semikonduktor, maka akan
diserap oleh elektron sehingga elektron berpindah dari pita valensi (N) menuju pita konduksi
(P) dan meninggalkan hole pada pita valensi, selanjutnya dua buah muatan, yaitu pasangan
elektron-hole, dibangkitkan. Aliran elektron-hole yang terjadi apabila dihubungkan ke beban
listrik melalui penghantar akan menghasilkan arus listrik.
Sel surya atau sel photovoltaic adalah alat yang mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun 1880 oleh
Charles Fritts.
41
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
Gambar 5.1. Photovoltaic
Photovoltaic terdiri dari beberapa jenis, antaralain.
1. Panel Surya Monocristalline silicon (mono-silicon atau single silicon)
Panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling
tinggi.Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini tidak
akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang , efisiensinya akan
turun drastis dalam cuaca berawan.
2. Panel Surya Polycristalline silicon (multicrystalline, multi-silicon, ribbon)
Memiliki level silikon yang lebih rendah dari panel monocrystalline. Panel ini sedikit
lebih murah dan sedikit lebih rendah efisiensinya dari panel monocrystalline.Panel
Plycristalline Merupakan solar cell yang memiliki susunan kristal acak. Type
Polikristal memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan jenis
monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat
menghasilkan listrik pada saat mendung.
3. Panel Surya Amorphous/ Thin Film (amorphous silicon, cadmiumtelluride, copper
indium gallium (di)selenide)
Disebut Thin Film karena panel ini sangat murah untuk dibuat. TeknologiAmorphous
ini sering terdapat pada solar panel yang kecil, seperti padakalkulator atau lampu
taman.
4. Panel Surya Thin Film Photovoltaic
Merupakan panel surya ( dua lapisan) dengan struktur lapisan tipismikrokristal-silicon
dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8.5%sehingga untuk luas permukaan
yang diperlukan per watt
daya yangdihasilkan lebih besar daripada monokristal &
42
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
polykristal. Inovasi terbaruadalah Thin Film Triple Junction PV (dengan tiga lapisan)
dapat berfungsisangat efisien dalam udara yang sangat berawan dan dapat
menghasilkandaya listrik sampai 45% lebih tinggi dari panel jenis lain dengan daya
yangditera setara.
5.1.2.Tingkat Efektifitas PLTS Di Dunia
Gambar 5.2.Intensitas rata-rata sinar matahari.
dari gambar 5.2. dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup baik untuk
mengembangkan PLTS karena rata-rata sinar radiasi matahari yang cukup baik di
indonesia.Proyeksi
efisiensi solar sel berbagai jenis.
43
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
Tabel 5.1. Proyeksi efisiensi photovoltaic
5.2. PLTN
Adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu
atau lebih reactor nuklir pembangkit listrik .PLTN termasuk dalam pembangkit daya base
load , yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling
water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari) . Energi nuklir
sebagai energi alternatif masa kini karena menjadi salah satu energi alternatif yang relatif
besar potensinya untuk menggantikan energi fosil selain itu energi nuklir merupakan energi
yang sangat murah dan efisien dengan satu gram nuklir saja dapat membangkitkan energi
yang besar hanya perlu pemeliharan dan keamanaan yang sangat intensif .
PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe di bangun di Semenanjung
Muria Jawa-tengah dan dioperasikan sekitar tahun 2004 sebagai solusi optimal untuk
mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali. Selain di semenanjung Muria Jawa-Tengah masih
dalam rencana untuk dibangun seperti di Pulau Bangka tahun 2016 rencana akan dibangun .
Daya yang dibangkitkan berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe . Unit baru yang sedang
dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 Mwe .
5.2.1. Prinsip kerja PLTN
Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan
energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.
PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk
menghasilkan panas dengan cara dibakar, kemudia panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air, uap air yang didapat
44
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
digunakan untuk memutar turbin uap, dari sini generator dapat menghasilkan listrik karena
ikut berputar seporos dengan turbin uap.
PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi reaksi fisi bahan
bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor
dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin sehingga
menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi,.
Gambar 5.3. Prinsip kerja PLTN
Gambar 5.4. Potensi uranium di Indonesia
5.2.2. Keuntungan PLTN
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:

Tidak menghasilkan emisi gas rumahkaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit
menghasilkan gas)
45
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB

Tidak
mencemari
udara -
sepert karbonmonoksida, sulfur
tidak
menghasilkan
gas-gas
berbahaya
dioksida, aerosol, mercury, nitrogen
oksida,
partikulate atau asap fotokimia

Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)

Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan

Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan
bakar yang diperlukan.
5.2.3. Kekurangan PLTN
•
Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan
Chernobyl(yang tidak mempunyai containment building).
•
Limbah nuklir - limbahradioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan
hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset.
Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk
limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan
Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.
•
Risiko
kecelakaan
nuklir -
kecelakaan
nuklir
terbesar
adalah
kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building).
•
Limbah nuklir - limbah radio aktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan
hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset.
Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk
limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan
Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.
Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang
menerapkan unit-unit independen, dengan menggunakan jenis reaktor yang berbeda.
1. Reaktor Fisi
Membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fossil uranium dan
plutonium .
Selanjutnya reaktor daya fisi dikelompokkan lagi menjadi:
a. Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau memoderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya. Neutron
46
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat,
dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga
dapat menjamin kelangsungan reaksiberantai. Hal ini berkaitan dengan jenis bahan bakar
yang digunakan reactor thermal yang lebih memilih neutron lambat ketimbang neutron
cepat untuk melakukan reaksi fissi
b. Reaktor cepat
menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. Karena
reactor cepat menggunakan
jenis bahan bakar yang berbeda dengan reaktor thermal,
neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi
fissi tetap berlangsung
2. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi
berantai untuk menghasilkan reaksi fissi.

Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya
sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih
baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik
dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal
ini masih menjadi bidang penelitian aktif dengan skala besar seperti dapat dilihat
di JET, ITER, dan Z machine. Merupakan
suatu
proses yang
digunakan untuk
menentukan apa yang harus dikerjakan untuk menjamin setiap aset fisik tetap bekerja
sesuai yang diinginkan atau sesuatu proses untuk menentukan jenis perawatan, inspeksi,
monitoring, atau testing mana yang lebih efektif diterapkan pada suatu mesin saat kondisi
tertentu. Intinya RCM bertujuan utuk meningkatkan reliabilitas dan kemudian dapat
mengoptimalkan biaya dari aktivias maintenance.
Beberapa prinsip RCM :
1. RCM fokus terhadap sistem dan standar fungsionalnya
2. RCM fokus terhadap reliabilitas sistem atau komponen
3. RCM fokus terhadap pencegahan kerusakan (preventive maintenance).
4. RCM bertujuan untuk keselamatan (safety), keamanan (security), dan ekonomi.
5. RCM menggunakan logic tree untuk menentukan jenis perawatan. Logic tree
digunakan untuk menetukan jenis perawatan yang sesuai.
47
BAB VPEMBANGKIT LISTRIK BARU TERBARUKAN :PLTS, PLTN, PLTPB
6. RCM meruakan planning jangka panjang.
7. Task
Selection setelah hasil analisi diketahui, kemudian baru diambil langkah
kegiatan pemeliharaan.
Kegiatan
pemeliharaan
dapat berupa preventive
maintenance, conditioning monitoring, inspeksi, dan lain sebagainya.
8. Task Comparison setelah kegiatan pemeliharaan ditentukan dan dilakukan, kemudian
hasilnya dibandingkan dengan kegiatan pemeliharaan sebelumnya. Pembandingan
ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan yang diperlukan pada program
pemeliharaan.
9. Records Data dan hasil yang yang diperoleh pada langkah 1 sampai 4 kemudian
diarsipkan untuk berbagai keperluan di masa mendatang.
48
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
BAB VI
SALURAN TRANSMISI, DISTRIBUSI, GARDU INDUK DAN BEBAN
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui sistem tenaga listrik secara umum,
Mengetahui bagian-bagian transmisi, dan distribusi tenaga listrik,
Memahami fungsi Transmisi dan distribusi tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari beberapa bagian utama. Bagian pertama adalah
pembangkit tenaga listrik, kemudian saluran transmisi, saluran ditribusi, dan beban. Secara sederhana,
sistem tenaga listrik dapat diillustrasikan dengan Gambar 6.1 berikut.
Gambar 6.1.Sistem Tenaga Listrik
6.1. KlasifikasiTegangan
Klasifikasi tegangan transmisi listrik ditinjau dari besar tegangan dibagi menjadi beberapa kelas antara
lain :
 Saluran UdaraTegangan EkstraTinggi (SUTET)
 Tegangan: 345 kV, 500 kV, 765 Kv
 SaluranUdaraTeganganTinggi (SUTT)
49
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
 Tegangan:115 kV, 150 kV 230 kV
 Digunakan pada saluran interkoneksi antara Gardu induk dan pembangkit.
 Saluran UdaraTegangan Menengah (SUTM)
 Tegangan : 2.4 kV sampai 46 kV, PLN pakai yang 20 kV.
 Digunakan untuk suplai saluran penduduk dan bangunan komersial.
 Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
 40V-1000V
6.2. Transmisi tenaga listrik
Konfigurasi Jaringan Transmisi tampak pada Gambar 6.2. Pada gambar terlihat bahwa bagian
awal terdapat sebuah pembangkit yang tegangannya dinaikkan kemudian tersalur pada sebuah saluran
transmisi.Pada ujung saluran , system transmisi dihubungkan pada sebuah gardu yang berfungsi
menurunkan tegangan. Gardu penurun tegangan kemudian disalurkan pada sebuah system distribusi,
sehingga daya dapat diterima oleh beban.
Gambar 6.2.Sistem TransmisiTenagaListrik
Pada perencanaan saluran transmisi, terdapat beberapa faktor yang diperhatikan dalam penyaluran
tenaga listrik antara lain.
1. Pemilihan tegangan
2. Pemilihan jenis kawat
50
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
3. Pemilihan sistem Proteksi
4. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik
5. Pembebasan tanah yang dilalui
Keuntungan transmisi tegangan tinggi dapat dilihat pada table 6.1.
Tabel 6.1.KeuntunganTransmisiTeganganTinggi
6.2.1. Bagian-bagian Saluran Transmisi
Bagian-bagian saluran transmisi secara umum terdiri dari beberapa bagian seperti pada Gambar
6.3.antara lain.
1. Isolator.
2. Bundle 2 conductor (ada yang 4)
3. Spacer untuk menahan 2 konduktor.
4. Saluran kawat tanah.
5. 3 saluran tegangan fasa.
6. Identitas tower.
7. Perangkat Anti-climbing
51
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
i
Gambar 6.2.Saluran Transmisi Tenaga Listrik
Dalam isolasi pada tegangan tinggi, kemampuan isolasi sangat dipengaruhi oleh jarak isolasi. Berikut ini
standart pada isolasi udara menurut standart PUIL Peraturan Umum Instalasi Listrik, dan ESA ( Electrical
Safety Advices ).
Tabel 6.2.Jarak Aman menurut PUIL 2000 ( Peraturan Umum Instalasi Listrik )
No TeganganSistem phasa – tanah ( kV )
Jarak Minimum ( cm )
1
1
50
2
12
60
3
20
75
4
36
100
5
20
70
6
30
85
7
70
100
8
150
150
9
500
500
52
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
Tabel 6.3.JarakAmanmenurutESA ( Electrical Safety Advices )
No TeganganSistem ( kV ) JarakAman ( cm )
1
20
70
2
30
85
3
70
100
4
150
150
5
500
500
6.2.2. Jenis-jeniskabeltransmisi
Jenis-jenis kabel transmisi yang digunakan antara lain.
1. Aluminum Conductor Steel Reinforced (ACSR)
2. All Aluminum Conductor (AAC)
3. All Aluminum Alloy Conductor(AAAC)
Aluminum outer strands
2 layers, 30 conductors
Steel core strands,
7 conductors
r
r
d
r
d
d
d
Gambar 6.3.Aluminum Conductor Steel Reinforced (ACSR)
Kabel transmisi yang lebih dari satu kabel dalam transmission line disebut dengan konduktor berkas.
Konduktor berkas /Bundle Conductor digunakan untuk membagi kuat medan listrik / mengurang
iterjadinya Korona.
53
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
6.2.3. Perlengkapan Gardu Transmisi
1. Busbar atau Rel, Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga,Saluran Udara
TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik.
2. Ligthning Arrester, biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi
(peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir (ligthning Surge).
3. Transformator instrument atau Transformator ukur, Untuk proses pengukuran.
4. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS),Berfungsi untuk mengisolasikan
peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan.
5. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB), Berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban normal atau pada saat
terjadi arus gangguan).
6. Sakelar Pentanahan, Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi
yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat
akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.
7. Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator. SVC (Static Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara
kestabilan
8. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi, (Supervisory Control And Data Acquisition) berfungsi
sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarny
9. Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
saat terjadi gangguan,menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan
10. Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator. SVC (Static Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara
kestabilan
11. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi, (Supervisory Control And Data Acquisition) berfungsi
sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarnya
12. Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan
54
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
6.3. SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Sistem Jaringan Distribusi terdiri dai beberapa bagian antaralain.
-
Jaringan tegangan menengah JTM )
-
Konfigurasi jaringan
-
Trafo distribusi
-
Jaringan tegangan rendah ( JTR )
-
Saluran rumah ( down wire )
-
Konsumen ( sektor beban )
Jenis jaringan distribusi listrik dari bentuk jarring diklasifikasikan sebagai berikut.
 Sistem distribusi Radial
 Sistem distribusi loop
 Sistem distribusi Spindle
 Sistem distribusi Radial
Sub-transmission Line
Re-closing
Circuit Breaker
Feeder 4
Feeder 3
Feeder 2
Single-phase
Radial Feeder
Neutral
Feeder 1
Single-phase
Radial Feeder
Fuse
Distribution
(Step-down)
Transfomer
}
To Consumer
Service Drop
Three-phase Four-wire
Main Feeder
Gambar 6.4.Sistem distribusi
55
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
6.3.1. Struktur Jaringan Radial
Gambar 6.5.Jaringan radial
Struktur jaringan radial adalah paling sederhana dan paling murah biaya pembangunannya. cabang dari
penyulang utama disebut penyulang Lateral sedangkan cabang dari penyulang Lateral disebut panyulang
sub-Lateral. Arus yang paling besar mengalir adalah yang paling dekat dengan gardu induk. dan akan
berkurang dengan semakin jauh dari gardu induk. Sehingga memungkinkan ukuran konduktor diperkecil
dengan mengecilnya arus tersebut.
Struktur jaringan ini dalam menyalurkan energi listrikmemiliki keandalan yang kurang. Suatu gangguan
pada hulu penyulang dapat mengakibatkan gangguan pada penyaluran energi listrik ke konsumen yang
berada dibelakang titik gangguan
6.3.2. StrukturJaringan Loop
Gambar 6.6. Jaringan loop
Struktur jaringan loop merupakan gabungan dari dua struktur jaringan radial. dimana pada ujung dari
kedua jaringan dipasang sebuah pemutus ( PMT ) atau pemisah ( PMS ). Ketika kondisi gangguan setelah
gangguan diisolir. maka PMT/PMS ditutup sehingga aliran daya listrik ke bagian yang tidak terkena
gangguan tidak terhenti.
Kondisi normal. struktur jaringan loop ini merupakan dua struktur jaringan radial. Pada umumnya
konduktor dari struktur ini mempunyai penampang yang sama. Ukuran konduktor tersebut dipilih
sehingga dapat menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur loop yang merupakan jumlah dari kedua
struktur jaringan radial. Struktur jaringan ini. mempunyai keandalan yang cukup. sedangkan biaya
pembangunannya lebih mahal dibandingkan dengan pembangunan struktur jaringan radial.
56
Bab VI Saluran Transmisi, Distribusi, Gardu Induk, dan Konsumen
6.3.3. StrukturJaringanSpindel
Gambar 6.7.JaringanSpindel
Struktur jaringan spindel merupakan perluasan dari struktur jaringan radial. dimana jumlah saluran
keluaran dari rel tegangan menengah diperbanyak dan kesemuanya bertemu pada suatu tempat yang
disebut Gardu Refleksi yang hanya berfungsi sebagai gardu hubung. Selain itu disediakan satu atau dua
saluran langsung tanpa pembebanan menuju gardu refleksi yang disebut Penyulang Ekspres. Pada
kondisi normal saluran ini tidak dibebani tetapi selalu dalam kodisi bertegangan
57
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
BAB VII SISTEM INSTALASI DENGAN SINGLE LINE DIAGRAM, WIRED DIAGRAM
DAN PENGELOMPOKAN BEBAN LISTRIK
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui system system instalasi listrik secara umum,
Mengetahui bagian-bagian instalasi
Memahami fungsi instalasi tenaga listrik.
Sistem instalasi listrik merupakan system pembagian beban pada suatu beban listrik. Instalasi
listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung , yang
berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya. Di indonesia dalam dunia teknik tenaga
listrik terdapat aturan PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik).
Ada beberapa jenis gambar yang harus dikerjakan dalam tahap perancangan suatu proyek
pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga yang baku menurut puil 2000. Rancangan
instalasi listrik terdiri dari:
1. Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar yang menunjukkan dengan jelas letak bangunan instalasi tersebut
akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan jaringan listrik PLN.
2. Gambar instalasi meliputi :
a) Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak perlengkapan listrik
beserta sarana pelayanannya (kendalinya), seperti titik lampu, saklar, kotak kontak,
motor listrik, panel hubung bagi dan lain-lain.
b) Rancangan hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan pengendalinya .
c) Gambar hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir, serta pemberian tanda yang
jelas mengenai setiap peralatan atau pesawat listrik.
d) Gambar diagram garis tunggal yang tercantum dalam diagram garis tunggal ini meliputi:
e) Diagram phb lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran nominal
komponennya.
f) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembaginya.
g) ukuran dan besar penghantar yang dipakai.
h) Sistem pembumiannya.
7.1. Tujuan instalasi listrik
Tujuan adanya instalasi listrik antaralain.
a) Instalasi listrik yang baik. Peraturan dalam instalasi lebih diutamakan pada
keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan
instalasi listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya
terhadap kebakaran akibat listrik.
b) Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaanpengawasannya.
58
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.2. Syarat-Syarat Instalasi Listrik
Syarat-Syarat Instalasi Listrik antaralain.
1. Syarat ekonomis
Mulai dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya
listrik harus sekecil mungkin.
2. Syarat keamanan
Tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan bendabenda disekitarnya
dari kerusakan akibat dari adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih dan sebagainya.
3. Syarat keandalan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin secara baik.
Persyaratan Utama untuk Catu Daya Perangkat elektronik antara lain.
 Dipercaya kehandalan dan kelestariannya
 Mampu menyediakan arus dan tegangan yang normal untuk mencatu perangkat
telekomunikasi
 Tegangan output harus dapat diatur dalam batas-batas yang ditetapkan untuk perangkat
telekomunikasi
 Dapat mengamankan secara otomatis terhadap setiap kondisi gangguan
 Derau (Noise) yang ditimbulkan harus dibawah harga tertinggi yang ditetapkan
 Biaya instalasi, pemeliharaan dan operasinya harus dalam batas-batas yang wajar dengan
kondisi yang ditetapkan
Berdasarkan besar tegangan, instalasi listrik terbagi menjadi beberapa jenis saluran, salah
satunya adalah saluran tegangan rendah, seperti tampak pada gambar 7.1. Selain tegangan
rendah, terdapat pula sambungan tegangan menengah atau tinggi yang tampak pada Gambar 7.2.
3 ~ 50 Hz 380/220 V
Main Supply
Main Fuse
Meter
Distribusi Tegangan
Rendah
Gambar 7.1. Saluran tegangan rendah
59
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
Saluran Sambungan Tegangan Rendah memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
 Panel berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik dimana PLN sebagai catuan inputnya
 Panel dapat disambungkan pada sistem tegangan rendah atau tegangan tinggi
 Pada sitem jala-jala yang sampai ke beban adalah :
 Tegangan Fasa (Vf) biasanya 220 V
 Tegangan Saluran (VL-L) biasanya 380 V
 Frekwensi 50 Hz
 Sambungan AC satu phasa 220 Volt digunakan untuk pelanggan kebutuhan daya
mulai dari 450 VA – 5500 VA
 Untuk pelanggan mulai 6600 VA – 50 KVA digunakan tegangan sambungan AC tiga
phasa 220/380 Volt
Main Supply
3 ~ 50 Hz 20 KV
Saklar Tegangan
Tinggi
Sekring (Fuse)
Meter
Tranformer
20 KV
380/220V
Distribusi Tegangan
Rendah
Gambar 7.2. Saluran tegangan menengah atau tinggi
Saluran Sambungan Tegangan Medium atau Tinggi (untuk industri ) memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut.
•
•
Sambungan AC tegangan tinggi diatas 20 KV digunakan untuk kebutuhan daya diatas 50
KVA
Sistem sambungan tegangan ini harus dihubungkan dengan trafo distribusi penurunan
tegangan 20 KV ke tegangan 220/380 V yang disatukan dengan pelanggan umum lainnya
60
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.3. Pembagian Beban listrik
Pembagian beban dalam instalasi dilakukan dalam panel. Terdapat beberapa jenis panel
antaralain MDP (Main Distribution Panel), panel yang dibawahnya: SDP (Sub Distribution
Panel), dan yang terakhir adalah load panel, yang langsung terhubung dengan beban.
Gambar 7.3. Pembagian beban
Jenis perangkat instalasi m.e seperti terdapat pada Gambar 7.4. antaralain.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SOURCE/Sumber PLN
PANEL HUBUNG BAGI
PENGANTAR
PEMUTUS/PENGHUBUNG
SISTEM PROTEKSI
INDIKATOR
LOAD
61
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
Gambar 7.4. Perangkat pada system instalasi dan backup genset
7.4.
Penghantar 3 fasa
Berikut ini identifikasi warna kebel 3 fasa :
 Fasa R/U/X : warna merah
 Fasa S/V/Y : warna kuning
 Fasa T/W/Z : warna hitam
 Penghantar Netral : warna biru
Penghantar Ground : warna loreng hijau kuning
Gambar 7.5. identifikasi warna kabel
Dalam pemasangan instalasi listrik ada beberapa jenis kabel yang sering digunakan diantaranya :
NGA, NYA, NYM, NYY, NYGbY, NYRGbY. Untuk kabel yang dipasang ditempat yang aman
dan ditanam didalam dinding (inbow) : NGA, NYA, NAYA. Untuk kabel yang ditanam dalam
tanah : NYY,NYGbY, NYRGbY
62
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.4.1. NYA
Konstruksi :
1. Copper Conductor
2. PVC Insulated
Tegangan : 450/750 V
Ukuran : 1.5mm2s/d 4.00mm
Applikasi : instalasi pemanent, untuk lokasi yang tidak basah.
Gambar 7.6. kabel NYA
7.4.2. NYM
 Aplikasi pada :
kondisi kering, lembab, tempat basah, di tempat workshop,pabrik, area bisnis, dept store.
 Jangan digunakan pada bawah tanah.
Gambar 7.6. kabel NYM
63
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.4.3. NYY
 Konstruksi :
1. Annealed Copper Conductor
2. Extruded PVC Insulated
3. Extruded PVC Inner Sheathed
 Tegangan : 0.6/1 kV
 Aplikasi :
untuk Indoor and Outdoor
Installasi didalam tanah.
Gambar 7.7. Kabel NYY
7.4.4. NYAF
Konstruksi :
1. konduktor tembaga yang Flexible
2. isolasi PVC
Tegangan nominal : 450/750 Volt Size
 Diameter : 1.5mm2–2.40 mm2
 Aplikasi:
Installasi Permanent
pada lokasi kering
Gambar 7.8. Kabel NYAF
64
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.4.5. Kabel jenis NYFGbY
 Konstruksi :
1. Annealed Copper Conductor
2. Extruded PVC Insulated
3. Extruded PVC Inner Sheathed
4. Flat Steel Wire and Tape Armoured
5. Extruded PVC Outer Sheathed
 Aplikasi:
instalasi Indoor and Outdoor
kondisi ada tekanan mekanis.
Gambar 7.8. Kabel NYFGbY
65
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban
7.5.
Standar daya PLN
Berikut ini standart sambungan listrik dari PLN. Tampak pada Tabel 7.1. daya terendah
sebesar 450 VA, dan batasan penyaluran daya tiga fasa adalah 6.6 kVA. Untuk permintaan daya
sebesar 6.6 kVA atau lebih, maka digunakan saluran tiga fasa.
Komponen Pokok Instalasi Listrik
 Bahan penghantar listrik






Bahan Isolasi (Isolator Rol)
Pipa Instalasi
Kotak Sambung
Sakelar
Fitting
Perlengkapan Bantu
Macam-macam saklar manual
Yang digunakan untuk instalasi penerangan antara lain:
 Saklar tunggal
 Saklar seri
 Saklar silang
 Saklar Tukar
66
Bab VII Sistem instalasi listrik dengan single line diagram dan wired diagram dan
pengelompokan beban





Saklar kelompok
Saklar kutub dua
Saklar kutub tiga
Saklar tarik
Saklar tombol tekan
67
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui system catu daya perangkat elektronika
Mengetahui prinsip kerja dan blok diagram catu daya perangkat elektronika
Mengetahui cara kerja UPS.
8.1. Sistem Catu Daya Perangkat
AC LOAD
AC LOAD
PLN
DC LOAD
AVR
DC LOAD
DC LOAD
D
G
MAIN SOURCE
DISTRI
BUTION
CONVER
SION
REGULATION
ACCUMULA
TOR
Gambar 7.1. Blok sistem catu daya Beban listrik
Dalam catu daya perangkat terdapat beberapa bagian yang mempunyai fungsi berbeda.
Bagian tersebut antara lain.
 Pengaturan tegangan / Regulasi (AVR)
Maksudnya adalah untuk mengurangi ketergantungan dari perubahan yang mungkin
terjadi. Sebelum disambungkan dengan peralatan harus dilakukan usaha penstabilan dengan
alat pengatur tegangan (Voltage Regulator)
 Pengubahan (Convertion)
Setiap perangkat telekomunikasi membutuhkan daya berupa tegangan dan arus yang
berbeda sesuai dengan sistem yang digunakan. Oleh karena itu tegangan dari sumber utama
68
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
harus dirubah terlebih dahulu dari AC ke DC (Rectifier) atau sebaliknya dari DC kembali ke
AC (Inverter)
 Penyimpanan Tenaga –Batere (Akumulator)
Fungsinya untuk menjaga jika terjadi pemutusan dari sumber daya utama ke sumber
cadangan dengan menyimpan daya yang dapat digunakan selama masa transisi
8.2. Jenis beban
kategori pembagian beban daya pada suatu perangkat/gedung berdasarkan urgensi beban
ataralain.
•
Non Esential (Beban tidak penting)
Beban seperti lampu-lampu penerangan dirumah, ataun air-conditioning untuk
keperluan umum dan beban lain dimana catu daya utama (PLN) terputus dalam waktu yang
lama.
•
Esential (Beban penting)
yaitu beban yang dapat mengalami catu daya utama (PLN) terputus untuk sementara
waktu sambil menunggu catu daya cadangan bekerja. Seperti beberapa lampu penerangan,
atau beban lainnya (freezer,dll) di pertokoan,perhotelan, tempat hiburan, dll agar pelayanan
tidak terlalu lama terganggu.
•
No Break System (Beban yang tidak boleh terputus)
beban yang tidak boleh terputus sama sekali catuan dayanya. Seperti pada beban
Server, Ruang ICU Rumah sakit, Sistem sentral telekomunikasi, dll.
8.2. Sistem Catu daya pada perangkat elektronik
Gambar 8.2. system catudaya elektronik
Sistem power supply mempunyai input AC atau DC dan mempunyai output DC, untuk
suplai rangkaian elektronik seperti pada gambar 8.2. Pada sistem power suply terdapat
beberapa bagian utama sehingga dapat menghasilkan keluaran supply yang terregulasi.
Bagian pertama adalah rectifier yang bertugas menyearahkan suplai, pada rangkaian ini
69
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
dihasilkan keluaran daya DC yang belum terregulasi. Untuk itu, diperlukan regulation circuit
yang berfungsi meregulasi keluaran akhir.
Gambar 8.3. Blok system catu daya
Rectifier
 Mengubah bentuk sinus AC menjadi DC pulsa.
 Ada banyak macam bentuk rcetifier, tetapi yang umum dengan dioda.
 Macam dan type rectifier dibahas kemudian.
Filter
 Hasil dari rectifier yang sudah DC namun masih berupa pulsa pulsa dalam nilai yang
tetap, tidak seperti batere.
 Sebuah filter digunakan untuuk menghilangkan pulsa tersebut dan membuat output
konstan.
 Filter yang dipakai biasanya sebuah capacitor.
Regulator
 regulator adalah rangkaian yang membantu memelihara nilai output tegangan yang
constant.
 Perubahan beban atau input AC menyebabkan output yang bervariasi.
 Banyak perangkat elektronk tidak tahan terhadap variasi tegangan. Jadi harus pada
tegangan yang konstan.
70
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
 Walaupun input tegangan bervariasi, maka regulator tetap akan memberikan nilai
tegangan output yang fix.
Proses penyearahan (rectifier)
Gambar 8.4. Rectifier
Direkomendasikan menggunakan penyearahan gelombang penuh (sedikit
ripple), jika penyearah ½ gelombang tidak efisien dan menyebabkan magnetisasi DC pada
trafo.
8.4. UPS (Uninteruptible Power Supply)
UPS merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara power suplay dengan
peralatan elektronik yang kita gunakan seperti komputer, printer, modem, dsb.
Pada UPS tegangan AC dari PLN disearahkan menjadi tegangan DC untuk kemudian
dikonversikan lagi menjadi tegangan AC melalui DC to AC inverter jika secara tiba tiba
listrik PLN padam.
Gambar 8.5. Uninteruptable power suply
8.4.1. Fungsi Utama dari UPS
 Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada listrik
utama.
71
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
 Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera menghidupkan genset
sebagai pengganti listrik utama.
 Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera melakukan back up data dan
mengamankan [[sistem operasi] (OS) dengan melakukan shutdown sesuai prosedur
ketika listrik utama padam.
 Mengamankan sistem komputer dari gangguan-gangguan listrik yang dapat
mengganggu sistem komputer baik berupa kerusakan software, data maupun
kerusakan hardware.
8.4.2. Komponen Utama UPS
Rectifier (penyearah)
 Berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC dari suplai daya untuk mengisi
baterai.
Inverter
 Berfungsi untuk mengubah arus DC dari baterai menjadi arus AC ke peralatan yang
dilindungi oleh UPS .
Baterai
 Jenis baterai yang digunakan UPS umumnya berjenis lead-acid atau jenis nikelcadmium. Baterai ini umumnya mampu menjadi sumber tegangan cadangan maksimal
selama 30 menit.
Macam ups berdasarkan cara kerja antara lain.
1. Line Interactif UPS
Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator )yang
berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan .
Pada saat kondisi normal listrik dari power akan langsung menuju ke beban dengan
terlebih dahulu melalui AVR tanpa melewati batery. Sama seperti pada offline UPS, UPS
ini mempunyai waktu transfer pemindahan dari power listrik jala-jala ke power batery
pada saat terjadi gangguan.
Gambar 8.6. Line Interactive UPS
72
BAB VIII CATU DAYA TIDAK TEPUTUS
2. On-line UPS
Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal ini
lebih mahal apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya.Dalam keadaan
gangguan, suplai daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC dari baterai
ke inverter yang kemudian diubah menjadi AC.
Online UPS bekerja dengan mengubah arus AC menjadi DC untuk mengisi
batery dan pada saat yang bersamaan diubah kembali oleh inverter menjadi arus AC.
Pada UPS jenis ini supply tegangan langsung dihubungkan ke beban melallui tahapan
penyearah dan inverting secara online.
Gambar 8.7. On line UPS
3. Off-line UPS
UPS jenis ini merupakan UPS paling murah diantara jenis UPS yang lain.
Karena rectifier dan inverter berada dalam satu unit.
Dalam keadaan gangguan, switch akan berpindah sehingga suplai daya dari
suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir arus DC dari baterai menuju inverter
Gambar 8.8. Off line UPS
73
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN
PERAWATAN.
Tujuan Pembelajaran :
-
Mengetahui definisi,jenis-jenis batere
Mengetahui konstruksi sel batere, reaksi kimia dan bagian utama sebuah batere
Mengetahui karakteristik, pengoperasian dan pemmeliharaan batere.
9.1. Definisi BATERAI
Baterai adalah elemen (sel) sumber arus listrik searah. Baterai merupakan alat untuk
mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Baterai biasanya terdiri atas beberapa buah sel listrik. Jika dalam sel listrik itu terjadi reaksi
kimia, maka pada kedua elektrodanya akan timbul beda potensial. Baterai adalah perangkat
catu daya yang berfungsi sebagai catu daya back-up (cadangan) dalam sistem catu daya di
perkantoran, industri, hotel, Rumah Sakit, dll apabila catu utama PLN atau Genset mengalami
gangguan. Untuk beberapa hal baterai juga menjadi sumber catu daya utama, seperti untuk
starter mobil/motor, hp, kamera digital, camdig, dll.
9.2. Peran Baterai pada Sistem Catu Daya
Adapun fungsi batere pada suatu system catu daya :

Menjaga agar catuan tetap kontinu meskipun terjadi gangguan-gangguan pada sumber
daya utama

Mengatasi perubahan-perubahan beban jika sumber daya utama tidak dapat mengontrol
perubahan-perubahan beban atau output sumber daya utama tidak dapat mencukupi
apabila terjadi beban puncak (peak-load)

Menjadi filter arus searah yang paling halus
9.3. Gambaran Umum
Secara umum baterai dibagi atas :
a. Primer
b. Sekunder
74
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

Baterai primer adalah baterai yang hanya dapat dipakai sekali atau satu siklus saja
karena reaksi kimianya hanya satu arah (‘discharge’). Jadi reaksi kimianya
irreversible.

Baterai sekunder adalah baterai yang dapat diisi ulang ketika muatan listriknya
sudah habis dipakai (bisa di ‘charge’ kembali). Jadi reaksi kimianya reversible.
I.
Baterai Primer
Ada 6 jenis baterai primer yang saat ini beredar di pasaran :
1. Baterai Leclenche (Zn MnO2), Baterai kering / Dry Cell
2. Baterai sel kering Magnesium (MgMnO2)
3. Baterai MnO2 Alkaline
4. Baterai Mercury
5. Baterai Oksida Perak
6. Baterai Lithium
I.1. Baterai Leclanche (Zn – MnO2)

Sel kering lechlanche telah dikenal lebih dari 100 tahun yang lewat dan sampai saat ini
masih merupakan sel kering yang sering digunakan untuk membuat baterai

Satu sel baterai berkapasitas 1,5 V.

Kutub (+) (Anoda)
: Zn

Kutub (-) (Katoda)
: MnO2

Rekasi Kimia
:
Zn + 2MnO2 + 2NH4Cl → Zn(NH3)2Cl2 + 2MnOOH

Fitur
o Murah, banyak tersedia
o Tidak efisien pada pada aliran arus besar
o Kurva pengosongan kurang baik (miring)
o Poor performance at low temperatures
o Kinerja pada suhu rendah kurang baik
75
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
Gambar 9.1. Baterai Leclanche
I.2. Sel kering Magnesium (MgMnO2)

Konstruksinya hampir sama dengan sel kering seng, hanya bedanya kontainernya
bukan seng tapi magnesium.

Kapasitas 1 sel = 1,5 V

Anoda (+) : Mg

Katoda (-) : MnO2
Gambar 9.2. Sel kering Magnesium
I.3. Sel MnO2– Alkaline
Sama seperti Sel Leclanche Zn dan Dioksida Magnesium.
Perbedaannya dari

:
Konstruksi, Elektrolitnya dan Tekanan dalam (lebih kecil) , sebab kerapatan bahan
katodanya dan permukaan Anoda yang lebih luas kontak dengan elektrolitnya.

Elektroda :
o Zinc (-), manganese dioxide (+)

Elektrolit:
o Potassium hydroxide aqueous electrolyte
76
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
77
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

Fitur :
o 50-100% more energy than carbon zinc
o Low self-discharge (10 year shelf life)
o Good for low current (< 400mA), long-life use
o Poor discharge curve
Gambar 9.3. Baterai alkaline
Karekteristik discharge baterai Alkaline tampak pada gambar 9.4. Dari gambar
tersebut tampak bahwa kurva discharge dari baterai alkaline sangat curam.
Gambar 9.4. Kurva discharge baterai alkaline
Kelebihannya:

Pada proses pemakaian akan tetap pada rating yang dimiliki, meskipun
pemakaian tak menentu.

Pada pembebanan tinggi dan terus menerus, mampu memberikan umur
pelayanan 2-10 kali dari sel Leclanche.

Sangat baik dioperasikan pada temperature rendah samapai -20° C.
78
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

Kapasitas tiap selnya = 1,5 V.

Fitur :
o Memiliki kapasitas energi 50-100% lebih banyak dibandingkan
carbon zinc
o Self Discharge rendah (bisa tahan 10 tahun)
o Bagus untuk arus kecil (< 400mA),
o Kurva discharge curam (jelek)
1. Sel Mercury
Sel ini mempunyai katoda yang terbuat dari oksida merkuri dan anodanya
seng dengan elektrolit alkaline. Anoda dan katodanya dibuat dalam bentuk
serbuk kecil yang dipadatkan dalam suatu cairan elektrolit,tetapi keduanya
dibentuk dalam suatu wadah kaleng ganda.

Kutub (+) Anoda : Seng (Zn)

Kutub (-) Katoda : Oksida Mercury

Elektrolit : Alkaline

Kapasitas max stabil = 1,35 V ( Biasa digunakan sebagai tegangan
referensi)

Kapasitas selnya bisa sampai 1,4 V bila katodanya Oxida Mercury (HgO) /
Oxida Mangan (MnO2).

Dengan oksida merkuri murni untuk katoda,tegangannya sangat stabil
sebesar 1,35 Volt.
Gambar 9.5. Baterai mercury
2.
Sel Oksida Perak (AgO2)Primer

Kutub (+) Anoda
: Serbuk elektrolit Alkaline

Kutub (-) Katoda
: Oksida perak

Tegangan open circuit
= 1,6 V
79
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

Tegangan minimal (dengan beban) = 1,5 V

Pemakaian : Kamera, alat bantu pendengaran, jam elektronik.

Ukuran
: 0,3 – 0,5 inchi.
Gambar 9.6. Baterai oksida perak
3. Sel Lithium

Kutub (+) Anoda : Manganese dioxide

Kutub (-) Katoda : Lithium


Elektrolit : Alkali metal salt in organic solvent electrolyte

High energy density

Long shelf life (20 years at 70°C)

Capable of high rate discharge

Expensive

Tegangan output yang tinggi, 3V

umurnya yang panjang,

ringan dan kecil bentuknya
Fitur :

Pemakaian :

II.
Kamera, Calculator, CMOS Battery backup
Baterai Sekunder (Rechargeable)
Ada 2 jenis baterai sekunder:
1. Baterai sekunder Basah
2. Baterai sekunder kering
Baterai Sekunder (Basah) :
1.Baterai Lead Acid (Accumulator)
2. Baterai Alkali (Nikel-Cadmium). (Ni-Cd, Ni-Mh)
80
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
Baterai Sekunder (Kering) :
1.Baterai Kering (jenis aki)
2. Baterai jenis (Lithium ion)
1. Baterai Lead Acid (Accumulator)
Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan
energi (energi listrik) dalam bentuk energi kimia.
Aki termasuk elemen sekunder basah, yaitu elemen elektrokimia yang
dapat diperbaharui bahan-bahan pereaksinya sehingga harus diberi
muatan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Sel aki terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
o sel aki basah
o sel aki kering
Gambar 9.7. Baterai lead acid
Konstruksi Baterai Basah Timbel-sulfat (Lead-acid)
Pada baterai basah timbel sulfat (lead-acid) menggunakan logam PbO2 untuk
pelat positif dan Pb pelat negatifnya sedangkan elektrolitnya adalah larutan
asam sulfat (H2SO4)
Gambar 9.8. Reaksi kimia pada baterai lead acid
81
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
Reaksi Kimia Baterai Timbel Sulfat (Lead-acid)
o Berdasarkan reaksi tersebut dapat dilihat bahwa pada waktu baterai
dikosongkan, jumlah asam sulfat dalam elektrolit semakin lama semakin
berkurang dan berat jenis elektrolitnya juga semakin berkurang
o Hal tersebut menunjukkan kondisi baterai sangat tergantung dari berat
jenis elektrolitnya
(Pelat Pos)
(Pelat Neg)
PbO 2  2 H 2SO 4  Pb
(Pelat Pos)

PbSO 4  2 H 2 O 4 
(Pelat Neg)
PbSO 4

Kondisi Batere Penuh
Kondisi Batere Kosong
Akibat Pengosongan Baterai Timbel Sulfat (Lead-acid)
o Kondisi baterai kosong karena jumlah asam sulfat dalam elektrolit
berkurang dan berat jenis elektrolitnya juga semakin berkurang tidak boleh
terjadi karena akan menyebabkan baterai menjadi rusak
o Fabrikasi biasanya telah menetapkan batas minimum berat jenis elektrolit
baterai yang ditolerir pada saat pengosongan (misalnya baterai merk Yuasa
memiliki berat jenis elektrolit minimum berkisar antara 1,120 Kg/l sampai
dengan 1,140 Kg/l)
Reaksi Kimia pada Baterai Lead Acid
o Kutub (+) Anoda : PbO2 (oksida timah hitam)
o Kutub (-) Katoda : Pb (timah hitam)
o Elektrolit

: Asam sulfat (H2SO4)
Proses pengosongan :
o H2SO4 terionisasi menjadi ion 2H+ dan SO42-.
o Pada plat (+) ion 2H+ akan menuju ke PbO2, sehingga terbentuk H2O dan
ion SO4- menuju Pb sehingga terbentuk PbSO4, reaksi kimianya :
o Pb + PbO2 + 2H2SO4 2PbSO4 + 2H2O

Proses pengisian :
o Ion H+ dari SO4- ditarik kembali dan berekombinasi dengan PbSO4
sehingga terbentuk PbO2 pada plat (+) dan Pb pada plat (-) serta H2SO4.
Reaksi kimianya
o 2PbSO4 + 2H2O  Pb + PbO2 + 2H2SO4 + gas O2 + gas H2
82
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
2. Reaksi Kimia Baterai Alkali (Nikel-Cadmium)

Baterai ini menggunakan Nikel Tri-Hidroksida

NiOH3 sebagai pelat positif, Cadmium (Cd) untuk pelat negatif dan
elektrolitnya adalah Potasium Hidroksida (KOH)
(Positif)
(Negatif) (Positif)
(Negatif)
2 NiOH 3  KOH  Cd  2 NiOH 2  KOH  CdOH2

Kondisi batere penuh
Kondisi batere kosong
Gambar 9.9. Baterai ni-cad
o Kutub (+) Anoda
: Oksida Nikel (NiOH)
o Kutub (-) Katoda
: Cadmium (Cd)
o Elektrolitnya : Cairan potassium Hidroksida (KOH)

Reaksi kimianya :
o 2 Ni(OH)3 + Cd  2 Ni(OH)2 + Cd(OH)2
o Nominal output tiap selnya = 1,25 V.

Kelebihannya :
o Kemampuan dayanya yang tinggi
o Umur siklusnya yang panjang
o Kemampuan kerja pada temperature yang rendah cukup baik
o Mempunyai tahanan dalam (Rd) yang rendah.
o Kebocoran 3 % per bulan.
o Loss kapasitasnya < 50 % bila disimpan selama 1 tahun.
o Bisa diisi dengan cepat dan pengisian yang berlebihan tidak akan rusak
NiCd Recharging
83
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

Over 1000 cycles (if properly maintained)

Fast, simple charge (even after long storage)
C/3 to 4C with temperature monitoring

Self discharge
10% in first day, then 10%/mo
Trickle charge (C/16) will maintain charge

Memory effect
Overcome by 60% discharges to 1.1V
Gambar 9.10. NiCd Memory Effect
Gambar 9.11. NiMH Battery Discharge
3. Baterai Ni-MH (Nickel Metal Hydride)

Sebuah nikel-metal hidrida baterai, disingkat NiMH, adalah jenis baterai isi
ulang mirip dengan baterai nikel-kadmium (NiCd), tetapi memiliki hidrogen
yang menyerap paduan untuk elektroda negatif bukan kadmium. Seperti dalam
84
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
baterai NiCd, elektroda positif adalah nikel oxyhydroxide (NiOOH). Sebuah
baterai NiMH bisa memiliki dua sampai tiga kali kapasitas dari NiCd ukuran
setara dan efek memori tidak begitu signifikan. Namun, dibandingkan dengan
baterai lithium-ion, kepadatan energi volumetrik lebih rendah dan selfdischarge yang lebih tinggi.

Reaksi elektroda negatif yang terjadi dalam baterai NiMH adalah sebagai
berikut:
H2O + M + e-↔ OH-+ MH.

Elektroda dibebankan dalam arah yang benar dari persamaan ini dan dibuang
ke arah kiri.Nikel oxyhydroxide (NiOOH) membentuk elektroda positif dan
reaksi yang sesuai adalah: Ni (OH) 2 + OH-↔ NiOOH + H2O + e-.
Perbandingan antara baterai Ni-Cd dan Ni-MH

Baterai NiCD
o Generasi pertama dari baterai sekunder
o ukuran dan beratnya yang besar
o Digunakan untuk ponsel – ponsel lama
o Memiliki permanent memory effect (di charge hanya saat baterai
benar2 habis)

Baterai NiMH
o Generasi ke dua dari baterai sekunder.
o Ukuran dan beratnya lebih ringan
o Digunakan untuk ponsel menengah ke bawah
o Memiliki temporary memory effect
85
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
4. Baterai Lithium Ion (Kering)
 Kimiawi :

Graphite (-), cobalt or manganese (+)

Nonaqueous electrolyte
 Fitur

Kapasitas 40% lebih besar dari NiCd

Flat discharge (like NiCd)

Self-discharge 50% lebih kecil dari NiCd

Mahal
Recharge Lithium Ion :

300 kali

50% capacity saat 500 kali charge
Lithium-ion Battere dalam Notebooks

Lithium: greatest electrochemical potential, lightest weight of all metals
o But, Lithium metal is explosive
o So, use Lithium-{cobalt, manganese, nickel} dioxide

Overcharging would convert lithium-x dioxide to metallic lithium, with
risk of explosion
5.
Baterai Lithium Polymer

Unsur kimia
o Graphite (-), cobalt or manganese (+)
o Nonaqueous electrolyte

Ciri ciri:
o Ringan, bentuk yang fleksibel, tipis.
o Harga lebih rendah , tapi saat ini mahal.
o Lebih rendah usia teknis dari Li-on.
Aki kering
Sel aki kering memiliki karakteristik tidak
adanya lubang – lubang untuk mengisi air aki
karena cairannya berbentuk gel. Gel ini
86
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
sangat minimpenguapannya dan pada saat menguap pun, uap tersebut tidak dibuang
keluarwadah tetapi masuk lagi ke dalam wadah.
Secara teknis, ternyata aki kering sebenarnya tidak sepenuhnya kering. Penggunaan
bahan timbal kalsium pada setiap pelat menjadi pembeda dengan akin konvensional
atau hybrid. Penggunaan cairan elektrolit aki tetap diperlukan pada aki maintenance
free ini. Bahkan jumlah cairan elektrolitnya lebih banyak dari kedua jenis aki lainnya.
Sistem sirkulasi serta cover yang memungkinkan elektrolisasi aki kering menjadi
sempurna.
Tahanan dalam baterai

Baterai tanpa beban

Baterai terukur 12 V

Baterai dibebani
o Setelah ditambahkan R teg terukur < 12 V.
o (karena ada tahanan dalam baterai, rd)
o Sehingga rangkaian pengganti adalah sbb:
i
87
12
R  rd
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
vterukur  ixR
vterukur 
12
xR
R  rd
o Jika rd ada ,maka nilai v terukur < 12 v
Kapasitas baterai
Contoh :Baterai dengan 12 V, 40 Ah.
Artinya energi yang bisa dsimpan baterai adalah 1

2V x 40 Ah x 1h = 480 W.h (VAh)

Dalam SI : 480 W x 3600 s =
Joule
Kapasitas Battery
Type
Capacity (mAh)
Density (Wh/kg)
Alkaline AA
2850
124
NiCd AA
750
41
NiMH AA
1100
51
Lithium ion
1200
100
Lead acid
2000
30
Pengosongan dan Pengisian Baterai Alkali (Nikel-Cadmium)

KOH tidak memiliki andil langsung pada reaksi elektro kimia diatas sehingga
KOH tidak mengalami perubahan (BJ elektrolitnya tidak berubah selama proses
pengosongan dan pengisian)

Kondisi penuh atau kosong baterai alkali tidak dapat ditentukan oleh besarnya BJ
elektrolit
88
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.

KOH hanya berfungsi sebagai konduktor listrik dan sifatnya menyerap CO 2 dari
udara disekelilingnya
Cara Menghitung Kapasitas Baterai System Floating

Sentral kapasitas 1000 sst dengan tegangan catuan 48 V ± 10% (toleransi
tegangan dan hal ini tergantung type sentralnya) sedangkan kebutuhan arusnya
adalah 0,07 A/sst

Besar arus discharge (pelepasan) Idis baterai adalah

Idis = 1000 sst x 0,07 A/sst = 70 Amp

Karena baterai yang digunakan 2 bank maka arus discharge perbank adalah 35
amper

Besar tegangan akhir minimum baterai adalah

Eakh = (48 V – 4,8 V) / 24 = 1,8 V/sel

Seperti biasa pada perencanaannya dipasang 2 bank, alasannya adalah jika
dilakukan perawatan maka dapat dilaksanakan setiap bank secara bergantian
tanpa mengganggu operasi normal telekomunikasi
Cara Menghitung Kapasitas Baterai System Charge-Discharge

Suatu transmisi dengan beban 18 A, sistem charge-discharge adalah 7-24 jam
dimana Depth of Discharge-nya (DoD) adalah 25 % dan baterai disusun menjadi 2
bank sehingga arus discharge setiap bank sebesar 9 amp maka besar kapasitas per
bank Cb = (9x24x1) / 25% = 864 AH

Mengingat dipasaran tidak terdapat baterai dengan kapasitas seperti diatas maka
dipilih kapasitas yang lebih besar yaitu 1000 AH

Oleh karena itu baterai yang harus dipasangkan 2 bank baterai dengan kapasitas
sebesar 2x1000 AH
Pemilihan Baterai untuk Telekomunikasi

High discharge (UPS, Starter Genset) dimana harus mampu memberikan arus
besar dalam waktu singkat

Medium discharge (STO, Transmisi)

Low discharge (Solar panel)

Waktu Autonomy :
o Hitungan menit sampai beberapa jam
89
BAB IX BATERAI : JENIS, KAPASITAS, PENGUJIAN DAN PERAWATAN.
o Dari beberapa jam sampai 10 jam
o 10 jam keatas

Type baterai :
o Sealed baterai (Pasta elektrolit) dimana umur type ini pendek
o Lead acid biasa yang umurnya 10 sampai dengan 20 tahun
o NiCad , umurnya panjang tetapi harus selalu mengganti elektrolit KOH
Penggunaan Baterai untuk telekomunikasi
Seperti yang di rekomendasikan oleh CCIR untuk penggunaan pada sistem catu daya
telekomunikasi ,terdapat dua jenis baterai :

Baterai Basah
o Baterai Timbal-sulfat (Lead-acid)
o Baterai Alkali (Alkaline Baterai)

Baterai Kering
Baterai jenis ini tidak memerlukan pemeliharaan rutin
90
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Tujuan Pembelajaran :
- Mahasiswa mengetahui gangguan-gangguan yang mungkin dalam sistem kelistrikan
-
Mahasiswa memahami prinsip kerja sistem proteksi
-
Mahasiswa mampu mendesain sistem proteksi tenaga listrik
9.1.
Definisi
Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik
antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan
mengumpulnya uap air di dalam awan .
 Ada tiga syarat untuk timbulnya petir.
a. Ada udara naik,
b. kelembapan, dan
c. partikel bebas atau aerosol. Ketiga elemen ini akan menyebabkan
timbullah muatan dalam awan cumulonimbus.
9.2.
Kondisi Indonesia
Umumnya muatan negatif terkumpul dibagian bawah dan ini
menyebabkan terinduksinya muatan positif diatas permukaan tanah, sehingga
membentuk medan listrik antara awan dan tanah. Jika muatan listrik cukup
besar dan kuat medan listrik di udara dilampaui, maka terjadi pelepasan
muatan berupa petir atau terjadi sambaran yang bergerak dengan kecepatan
cahaya.”
Kerusakan terhadap Perangkat Electronik, penyumbang terbesarnya adalah
petir. Dari grafik pada Gambar 10.1. terlihat bahwa kerusakan terbesar
perangkat elektronik disebabkan karena surge (petir) Sebesar 30 %
Gambar 10.1. Penyebab kerusakan alat elektronik
91
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Salah satu daerah di Indonesia, yakni wilayah Bogor, Jawa Barat pernah
tercatat sebagai wilayah yang memiliki sambaran petir per tahun tertinggi di
dunia per harinya, yakni sekitar 322 hari atau 88 persen per tahun.
Gambar 10.2. Proses terjadi petir
9.3.
Anatomi Petir (Lightning Stroke)
Proses terjadinya petir dimulai dari sebuah step leader yang tibul
karena adanya perbedaan tegangan antar awam, atau awan dengan tanah.
Step leader kemudian berkembang enjadi sebuah streamer. Streamer
berkembang, sehingga terjadi electron avalance. Electron avalance yang terus
berkembang i inilah yang kemudian menjadi sebuah sambaran petir seperti
tampak pada Gambar 10.2.
Gambar 10.3. Petir
9.4.
Parameter Dasar Petir
Terdapat beberapa parameter dasar dalam sebuah petir. Parameter tersebut
antara lain impuls current, Total Charge, Impulse Charge, dan Average step.
Gambaran gelombang petir dapat dilihat pada Gambar 10.4.
92
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Tabel 10.1. Parameter petir
Gambar 10.4. Gelombang Surja Petir
9.5.
Sistem Proteksi Petir terdiri dari 3 macam :
Mengacu pada IEC (International Electrotechnical Commission) TC
81/1989 tentang konsep Lightning Protection Zone (LPZ),
a. Proteksi Eksternal, yaitu instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur
untuk menangkap dan menghantar arus petir ke sistem pentanahan.
Proteksi Eksternal yang baik terdiri atas air terminal/interceptor, down
conductor, dan ekuipotensialisasi.
b. Proteksi Internal, merupakan proteksi peralatan elektronik terhadap efek
dari arus petir. Terutama efek medan magnet dan medan listrik pada
instalasi metal atau sistem listrik. Sesuai dengan standar DIV VDE 0185, IEC
1024-1. Proteksi Internal terdiri atas pencegahan terhadap dampak
sambaran langsung, pencegahan terhadap dampak sambaran tidak
langsung, dan ekuipotensialisasi.
c. Proteksi Pentanahan, merupakan bagian terpenting dalam instalasi sistem
proteksi petir. Kesulitan pada sistem pentanahan biasanya karena berbagai
macam jenis tanah. Hal ini dapat diatasi dengan perencanaan dan teknik
penerapan yang tepat, serta menghubungkan semua metal
93
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
(ekuipotensialisasi) dengan sistem pentanahan, sesuai dengan IEC TC 81
Bab 2.3.
9.6.
Standar Sistem Grounding
a. IEEE Standard 142™ -2007, “IEEE Recommended Practice for Grounding of
Industrial and Commercial Power Systems”,
b. IEEE Standard 80™ - 2000 “IEEE Guide for Safety in AC Substation
Grounding”
c. IEEE Standard 81™ -1983 “IEEE Guide for Measuring Earth Resistivity,
Ground Impedance, and Earth Surface Potentials of a Ground System”,
d. IEEE Standard 1100™-2005 – “IEEE Recommended Practice for Powering
and Grounding Electronic Equipment”,
e. IEEE Standard 446™ -1995 “IEEE Recommended Practice for Emergency
and Standby Power Systems for Industrial and Commercial Applications”
(Chapter7).
Gambar 10.5. Sistem proteksi eksternal petir dengan grounding
9.7.
SISTEM PROTEKSI INSTALASI Mekanikal-Elektrikal (ME)
 PROTEKSI EKSTERNAL
PROTEKSI EKSTERNAL GROUNDING MELIPUTI :
 AIR TERMINAL/FINAL
Berfungsi menerima sambaran petir langsung
 DOWN CONDUCTOR
Berfungsi menyalurkan /menghantarkan arus petir dari final ke
sistem pertahanan
94
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
 SISTEM PERTAHANAN /Pembumian
Berfungsi membuang, menetralkan arus petir dengan aman ke
tanah
 Bonding - untuk mengindari "side flashing” >korosi terjadi pada semua
komponen, sistim penangkal petir tidak lagi menghantar dengan
sempurna
Gambar 10.6. Perangkat Grounding
9.8.
Metode Perlindungan Petir
a. Metode Sudut (Protective Angle Metodh)
Proteksi berada di dalam permukaan yang dibentuk dari proyeksi titik
puncak terminasi udara ke tanah dengan sudut (2) dan garis vertical ke segala
arah. Metode sudut proteksi mempunyai batasan geometri.
Gambar 10.7. Metode Sudut
b. Metode Jaring (Mesh Metodh)
metode ini finial batang tegak, konduktor atap, harus membentuk
polygon tertutup. Poligon finial ini harus dilengkapi dengan penghantar
melintang yang menghubungkan finial sehingga membentuk jarring dengan
ukuran sesuai dengan tingkat proteksi, bagian logam dan instalasi harus
terletak di bawah jaring.
95
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Gambar 10.8. Metode jaring
9.9.
Jenis-jenis Sambaran Petir
a. Sambaran langsung (direct striking )
b. Sambaran tidak langsung
 Galvanic coupling (sambungan oleh tanah)
Arus petir akan masuk ke bumi dan akan menyebabkan GPR (
Ground potential Rising ) atau dikenal sebagai kenaikan tegangan
tanah.
 Inductive coupling
Pada saat sambaran petir mengenai tower maka akan timbul
medan elektromagnetik dengan kerapatan yang cukup tinggi. Dan akan
menginduksi semua material dalam radius 1 km2, perangkat tidak
mengalami kerusakan karena sudah ada arrester pemotong tegangan.
 Capasitif coupling
Ketika suatu perangkat/saluran terkena sambaran petir maka
perangkat/saluran yang lain menjadi netral sehingga ada efek kapasitf
virtual yang timbul diantara perangkat tersebut.
Tabel 10.2. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Penggunaan Bangunan
96
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
97
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Tabel 10.3. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Konstruksi Bangunan
9.10.
Sistim Penangkal Petir
a. Franklin
Sistem Pengaman atau penangkal Petir telah dimulai sejak BENJAMIN
FRANKLIN pada tahun 1752,menemukan teknik penangkal petir
menggunakan interseptor yang dihubungkan ke tanah melalui konduktor
berkembang sampai sistem yang pasif (konvensional) maupun aktif.
Gambar 10.9. Sistim Penangkal Petir Franklin
b. Sangkar Burung Faraday
Terdiri dari komponen – komponen :
 Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang runcing ) / spit
 Kawat penyalur tembaga Pentanahan / ground sampai dengan bagian
tanah basah
c. Radioaktif
 Electrode
Udara disekeliling electrode akan diionisasi akibat pancaran
partikel alpa dari isotop . Electrode akan
terus menerus menciptakan arus ion (Min 108 ion/det)
 Coaxial cabel
98
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Untuk menghindari kerusakan akibat muatan listrik yang besar
akibat petir, maka Coaxial cabel diberi isolasi sehingga benda-benda
disekitarnya aman.
 Pentanahan
Perlu test geografis dari pentanahan. Tahanan bumi max yang
terbaik = 5ohm.
9.11.
PROTEKSI INTERNAL
a. EQUIPOTENSIAL BONDING (EB)
Fungsi : mengurangi dan menghilangkan beda potensial akibat sambaran
petir.
b. PERISAI/SHIELDING
Fungsi : mencegah induksi dan radiasi melalui medium udara ke
peralatan/kabel
c. ARESTER
Fungsi : sebagai pemotong pulsa untuk mencegah masuknya pulsa
transient petir secara konduksi melalui kabel/penghantar
9.12.
LIGHTNING ARESTER
Fungsi arester sebagai pemotong pulsa arus transient petir
Keadaan normal lightning arester sebagai isolator, pada saat arus transient
masuk arester segera menjadi konduktor yang baik dengan mem bypass arus
petir ke ground
Setelah membebaskan arus transient segera berubah menjadi isolator
tanpa menyebabkan arus daya membuka/menjatuhkan fuse/circuit breaker
Perbedaan jenis arester terletak dalam cara mengubah dirinya menjadi
isolator, harga besaran arus kilat yang dapat dipotong dan tegangan surge
yang diijinkan pada terminalnya
9.13.
Beberapa Factor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merencanakan
dan Memasang Penangkal Petir
a. Keamanan secara teknis
99
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penampang hantaran-hantaran
Pembumian
Ketahanan mekanis
Ketahanan terhadap korosi
Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
Factor ekonomis
9.14.
Sistem Penangkal Petir yang Banyak Dipakai Sekarang
 EF (Electrostatic Field)
Ada 3 prinsip penting yang dimiliki penangkal petir moderen
elektrostatik:
a. Penyaluran arus yang sangat kedap atau tertutup dari sekitar dengan
menggunakan terminal penerima dan kabel pengantar khusus yang
bersifat isolasi tinggi.
b. menciptakan electron bebas awal yang besar sebagai streamer
emission pada bagian puncak.
c. Sistem penangkal petir ini terbagi dalam 2 yaitun EF Terminal yang
diletakkan dipuncak bangunan sebagai penangkal petir dan EF Carier
(kabel Penghantar ) yang masuk kedalam tanah. Penggabungan
electrostatic terminal dan electrostatic carrier yang memiliki isolasi
tenggangan tinggi penangkal petir.
9.15.
a.
b.
c.
d.
e.
Keuntungan dari System Elektrostatik
Non radioaktif
Mampu menerima sambaran petir hingga 150 kA
Tidak menggunakan radio elemen ,baterey atau solar sel
Mengantisipasi secara dini sambaran petir dengan aktif
Memberikan efek radius proteksi yang cukup luas.
9.16.
ESE (Early Streamer Emission).
Perlu diketahui bahwa dalam pemasangan penangkal petir ini tidak
teralu rumit dan kabel penghantar yang turun ke ground cukup 1 titik saja,
sehingga induksi yang terjadi di struktur bangunan semakin kecil
kemungkinannya.
100
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
Sistem kerja penangkal petir dengan model ini adalah berusaha untuk
menarik lidah petir dari awan, dimana penangkal petir akan menciptakan
kondisi yang lebih positif dibanding sekelilingnya ( bangunan, pohon, dll )
sehingga luncuran dari awan akan menuju ke penangkal petir tersebut bukan
ke bangunan atau pohon disekitarnya.
 Keunggulan ESE system
a. Operasi optimal dalam proses discharge ion positif dan negatif.
b. Mudah dalam pemasangan dan tidak membutuhkan perawatan
khusus.
c. Tahan terhadap arus petir yang tinggi.
d. Terbuat dari bahan 100% stainless stell sehingga tahan terhadap
korosi. Cocok diterapkan pada iklim dengan tingkat kelembapan
yang cukup tinggi seperti di Indonesia.
e. Dapat dipasang pada pabrik, area terbuka seperti lapangan golf,
gedung-gedung perkantoran dan apartement serta sektor-sektor
properti lainnya.
9.17.
Grounding BTS
Gambar 10.10. BTS Grounding
Rentang aman (safety range) dapat diperoleh dengan menghitung
radius sambaran petir terhadap tower BTS dengan bangunan lain, yang
ditentukan dengan rumus pada persaman berikut :
101
BAB X SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL – INTERNAL
D = Jarak tower
terhadap bangunan (feet)
h1 = Tinggi tower
BTS (feet)
h2 = Tinggi
bangunan sekitar tower
BTS (feet)
102
Download