”Determinan Underpricing dan Pengaruhnya terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010” OLEH: Mohammad Fauzan Muzaki 109081000151 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 Determinan Underpricing Dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Mohammad Fauzan Muzaki NIM: 109081000151 Di BawahBimbingan JURUSANMANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa, 11 Februari 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : : : : Mohammad Fauzan Muzaki 109081000151 Manajemen Determinan Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 2010. Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 11 Februari 2014 iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini, 27 Juni 2014 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : : : : Mohammad Fauzan Muzaki 109081000151 Manajemen Determinan Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010. Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 27 Juni 2014 iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertandatangan di bawahini: Nama : Mohammad Fauzan Muzaki No. IndukMahasiswa : 109081000151 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. 2. 3. 4. 5. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 30 April 2014 Yang Menyatakan (Mohammad Fauzan Muzaki) v DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI Nama : Mohammad Fauzan Muzaki Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 19 November 1991 Agama : Islam Alamat : Jl. D Rawa Bambu I No. 34 RT 013/006, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. II. III. Telp / HP : 021-7892189 / 087881125521 Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL 2009 – 2014 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 – 2009 : SMAN 109 JAKARTA 2003 – 2006 : SMPN 41 JAKARTA 1997 – 2003 : SDN Pasar Minggu 02 Pagi LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah : H Asmad E Ibu : Hj Sya’diah Alamat : Jln. D Rawa Bambu I No. 34 RT 013/006, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. vi DETERMINANTS OF UNDERPRICING AND ITS EFFECT TO LONG-TERM PERFORMANCE OF IPO IN INDONESIA PERIOD 2007 - 2010 Mohammad Fauzan Muzaki ABSTRACT The purpose of this research was to analyze the effect of underwriter reputation, auditor reputation, and return on equity toward the underpricing and its effect on long-term stock performance IPO shares that listed on the Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2010. This research used path analysis method with using software AMOS 21.0. The test results showed at the first substructure that underwriter reputation variable and variable return on equity have significantly effect underpricing, while the auditor reputation variables had no significant effect. Test results on substructure II show that only underwriter reputation variables that significantly effect the long-term stock performance while the variable return on equity and variables underprice had no significant effect. Keywords : Underwriter Reputation, Auditor Reputation, Return on Equity, Underpricing, Long-Term Performance Shares, IPO, Path Analysis. vii DETERMINAN UNDERPRICING DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERFORMA JANGKA PANJANG IPO DI INDONESIA PERIODE 2007 - 2010 Mohammad Fauzan Muzaki ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, dan return on equity terhadap underpricing serta pengaruhnya terhadap kinerja saham jangka panjang yang telah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan menggunakan software AMOS 21.0. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham jangka panjang sedangkan variabel return on equity dan variabel underprice tidak berpengaruh signifikan. Kata kunci : Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Return on Equity, Underpricing, Kinerja Saham Jangka Panjang, IPO, Analisis Jalur. viii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat, karunia, serta ridhonya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DETERMINAN UNDERPRICING DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERFORMA JANGKA PANJANG IPO DI INDONESIA”. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua Orang Tuaku, H Asmad dan Ibu Hj Sya’diah yang selalu memberikan dukungan, doa, dan pengorbanan baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu di dunia maupun akhirat, Amin. . . 2. Kakak - kakak ku yaitu Teh Nining, A Enjay, Teh Yayah, Mas Jono, A Iwan, Mbak Dian, A Irfan, Teh Hikmah, A Imam, Mbak Trixi, A Husni, A Isan, Teh Nuni yang selalu membantu, memberi semangat, dan tidak henti – hentinya selalu bertanya kapan lulusnya. ix 3. Iin Fitria yang selalu membantu dan selalu memberi semangat kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya sayang… 4. Teman-teman seperjuangan Moker, Jek, Oji, Nita, Citra, Lina, Yuda, Dedi, Dika, Ari, Corry, Lela yang selalu memberikan masukan-masukan atau ide-ide dalam menyusun skripsi ini. 5. Teman-teman manajemen D Budi, Ichbal, Resa, Iqbal, Ipul, Udin, Ivans, Dhimas, Henry, Endah, Neni, Ipeh, Yasmin, Dewi, Sonya, Fitri, Fajri. Terima kasih atas semangat yang diberikan. 6. Semua crew NOTR, Pras, Ryan, Kadaf, Richo yang selalu siap buat diajak nyasar kemana dan kapanpun ketika penulis sedang suntuk dan butuh liburan. 7. Terima kasih kepada teman-teman yang selalu saya ganggu untuk konsultasi yaitu Ibnu, Dicky, Kebot, Fuad, dan buat Gita yg sering dimintain tolong print. 8. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB,, selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama penulis menyusun penelitian ini. 12. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, MM selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis. 13. Seluruh dosen manajemen yang telah mengajarkan ilmu manajemen selama penulis kuliah, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Amin. x 14. Keluarga besar penulis yang berada di Jakarta dan dimanapun berada yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis, semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada keluarga besar kami, Amin. 15. Kawan-Kawan seperjuangan di Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 yang selalu semangat dalam berjuang menempuh gelar strata satu. 16. Kawan-kawan Manajemen D 2009 dan Manajemen Keuangan B dan A 2012, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini. 17. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan, maupun kritikan yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri. Jakarta, 30 April 2014 Penulis (Mohammad Fauzan Muzaki) xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................. viii ABSTRAK .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12 D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian .......................................... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15 A. LandasanTeori ......................................................................... 15 1. Manajemen Keuangan ....................................................... 15 a. Putusan Pendanaan dan Pembelanjaan ........................ 16 b. Putusan Investasi ......................................................... 17 c. Putusan Kebijakan Deviden ......................................... 17 2. Investasi ............................................................................ 17 a. Definisi Investasi ........................................................ 17 xii b. Tujuan Investasi ........................................................... 18 c. Proses Investasi ............................................................ 20 3. Pasar Modal ...................................................................... 20 a. Definisi Pasar Modal ................................................... 20 b. Tujuan dan Manfaat Pasar Modal ................................ 23 c. Jenis Pasar Modal ....................................................... 25 d. Instrumen Pasar Modal ................................................ 26 4. Penawaran Umum Perdana (IPO) ..................................... 29 a. Manfaat dan Konsekuensi Go Public .......................... 31 b. Persyaratan IPO Saham ............................................... 32 c. Tahap – Tahap Go Public ............................................ 37 5. Underpricing ..................................................................... 51 a. Pendekatan Adverse Selection ..................................... 52 b. Pendekatan Principal – Agent .................................... 53 c. Pendekatan Signaling................................................... 53 d. Pendekatan Heterodox Explanations ........................... 53 e. Pendekatan IPO Model Lainnya .................................. 54 6. Reputasi Underwriter ........................................................ 55 7. Reputasi Auditor ............................................................... 60 8. Return on Equity ............................................................... 62 9. Performa Jangka Panjang .................................................. 63 B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 64 C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 67 D. Hipotesis Penelitian……………............................................. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 71 A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 71 B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 71 1. Populasi ............................................................................ 71 xiii 2. Sampel .............................................................................. 72 C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 74 D. Metode Analisis Data ............................................................. 75 1. Uji Normalitas ................................................................... 75 2. Analisis Jalur (Path Analysis) ........................................... 76 E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 86 BAB IV 1. Identifikasi Variabel ......................................................... 86 2. Definisi Operasional Variabel .......................................... 87 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 91 A. Gambaran Umum Objek Penelitan ......................................... 91 1. Struktur Pasar Modal Indonesia ....................................... 91 B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 92 1. Analisis Deskriptif ............................................................ 92 a. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing ................... 93 b. Analisis Deskriptif Variabel Yang Digunakan ............ 94 2. Uji Normalitas .................................................................. 98 3. Uji Keseuaian Model ........................................................ 99 4. Analisis Jalur .................................................................... 101 a. Analisis Korelasi .......................................................... 102 b. Analisis Jalur Pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) terhadap underprice ..................................................... 104 c. Analisis Jalur Pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) .......................... 110 d. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ................... 117 5. Interpretasi Hasil .............................................................. 120 a. Persamaan Substruktur I .............................................. 120 xiv b. Persamaan Substruktur II............................................. 121 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................... 125 A. Kesimpulan ............................................................................. 125 B. Implikasi.. ................................................................................ 126 C. Saran ........................................................................................ 127 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 129 LAMPIRAN ................................................................................................... 135 xv DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 64 3.1 Proses Penentuan Sampel ..................................................................... 73 3.2 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) ....................................................... 85 4.1 Sampel Perusahaan yang Mengalami Underpricing ............................ 93 4.2 Variabel yang Digunakan ..................................................................... 94 4.3 Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan .................................... 96 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ................................................................. 99 4.5 Hasil Uji Goodness of Fit ..................................................................... 100 4.6 Hasil Korelasi Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE) ................................................................ 102 4.7 Pengaruh antara Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, ROE , terhadap Underprice ............................................................................. 105 4.8 Pengaruh antara Underprice, Reputasi Underwriter, ROE , terhadap Return Saham Jangka Panjang ............................................... 112 4.9 Pengujian Pengaruh antara Variabel Eksogen dengan Endogen .......... 116 4.10 Rangkuman Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ........................ 119 xvi DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 68 2.2 Model Hubungan Penelitian ................................................................. 69 3.1 Hubungan Kausal X1,X2,X3 dan Y1 ..................................................... 77 3.2 Hubungan Kausal X1,X3, dan Y1 terhadap Y2...................................... 78 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ........................................................... 92 4.2 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ............................................. 101 4.3 Diagram Jalur Substruktur I ................................................................. 104 4.4 Grafik Persentase Penggunaan KAP Big 4 dan Non Big 4 .................. 109 4.5 Diagram Jalur Substruktur II................................................................ 111 4.6 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ............................................. 117 xvii DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman Lampiran 1 : Data Variabel............................................................................ 135 Lampiran 2 : Hasil output AMOS 21.0 .......................................................... 137 xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pasar modal adalah sarana pembiayaan usaha. Pasar modal menyediakan berbagai sarana pembiayaan usaha jangka panjang dimana perusahaan dapat menerbitkan surat utang, penawaran umum saham, right issue, dan lain-lain. Fungsi pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha semakin signifikan mengingat keterbatasan pendanaan yang disediakan jalur perbankan. Salah satu masalah yang mengakibatkan krisis ekonomi di Indonesia adalah terjadinya mismatch, di mana investasi jangka panjang dibiayai oleh sumber pembiayaan jangka pendek. Belajar dari kesalahan tersebut, sudah saatnya perusahaan di Indonesia memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan jangka panjang (Fakhruddin, 2008:VII). Sebagai sebuah sistem dan proses ekonomi financial, kegiatan pasar modal, dari pasar perdana hingga pasar sekunder mencakup proses dan kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan banyak pihak (Fakhruddin, 2008:X). Seperti yang diberitakan oleh BEI bahwa indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan 47,47% dan kapitalisasi pasar meningkat 58,05%. Itulah gambaran perkembangan kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal tahun hingga 9 November 2010. Performa pasar saham Indonesia yang luar biasa 1 ini tidak lepas dari peningkatan kepercayaan investor baik lokal maupun global akan kekuatan fundamental perekonomian Indonesia. Imbas dari catatan positif Indonesia pada tahun 2009 itu langsung terasa di pasar modal sejak awal tahun 2010. Aliran modal pemodal global langsung jadi perbincangan di pasar saham, Seiring kenaikan IHSG 47,47% sejak akhir tahun 2009 sampai dengan tanggal 9 November 2010 ke posisi 3.737,48 kapitalisasi pasar BEI pun melonjak tajam. Pada Januari 2010 kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp2.102,7 triliun terus meningkat hingga menembus angka Rp2.400 triliun di akhir Juni 2010 dan pada 9 November 2010 kapitalisasi pasar BEI telah menembus angka Rp3.191 triliun atau meningkat sebesar 58,05% sejak awal tahun (IDX Newsletter, Desember 2010). Dilihat dari peningkatan aliran dana investor yang ada di Indonesia seharusnya memungkinkan perusahaan dapat menambahkan modalnya, hanya saja permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana, misalnya dengan masuknya investor baru, tentu tidak secara langsung berarti peningkatan likuiditas kepemilikan. Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan kebutuhan dana dengan menempuh beberapa alternatif (Jogiyanto, 2000:93). Pertama, menjual saham langsung kepada pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual saham kepada karyawan melalui Employee Stock Ownership Plan (ESOP). 2 Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung saham kepada pembeli tunggal (misalnya, investor institusional). Kelima, menjual saham kepada publik lewat pasar saham. Menjual saham kepada publik melalui pasar modal ini disebut juga dengan go public (Fitriani, 2012:1). Secara mudah, istilah go public adalah penawaran saham atau obligasi oleh pihak penerbit kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Kegiatan perusahaan dalam rangka penjualan saham perdananya kepada masyarakat inilah yang disebut dengan istilah IPO (Initial Public Offering). Kegiatan penjualan saham untuk pertama kali ini dilakukan di pasar perdana (primary market). Selanjutnya pemegang saham dari pasar perdana tersebut di pasar sekunder (secondary market) yaitu pasar yang terjadi setelah pasar perdana berakhir (Asmalidar, 2011:166). Selama rentang waktu tujuh tahun terakhir, yakni mulai 2007, jumlah perusahaan yang go public tercatat sebanyak 156 perusahaan. Rinciannya, pada 2007 sebanyak 22 perusahaan, tahun 2008 sebanyak 19 perusahaan, tahun 2009 sebanyak 13 perusahaan, tahun 2010 sebanyak 23 perusahaan, tahun 2011 sebanyak 25 perusahaan, tahun 2012 sebanyak 23 perusahaan, dan tahun 2013 sebanyak 31 perusahaan. Sementara itu sejak BEI berdiri hingga akhir Desember 2013, jumlah perusahaan yang telah go public tercatat sebanyak 487 perusahaan. Dari data yang diperoleh dari BEI, didapati bahwa jumlah Emiten yang 3 sahamnya diperdagangkan di BEI semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal menjadi sumber pendanaan yang semakin banyak dituju oleh perusahaan - perusahaan di Indonesia. (Surabaya.tribunnews.com : Kamis, 16 Januari 2014 20:18 WIB). Masalah lain bagi perusahaan yang akan go public yaitu penetapan harga saham perdana pada IPO atau saat go public sangatlah sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran, selain itu kebanyakan dari perusahaan yang akan go public mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Walaupun demikian, langkah awal bagi perusahaan pemilik saham (emiten) yang berencana melakukan IPO saham yaitu dengan cara mengadakan pertemuan dengan perusahaan sekuritas (underwriter) yang telah ditetapkan (Due diligence meeting). Underwriter merupakan perusahaan sekuritas sebagai perantara antara perusahaan yang membutuhkan dana dengan investor sebagai penyedia dana. Hal ini dikarenakan underwriter memiliki informasi lebih baik mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten, dibanding emiten itu sendiri (Ronni, 2003 :182). Pada dasarnya, penjamin emisi inilah yang menjual efek. Sedangkan emiten hanya menerbitkannya. Mekanismenya underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan yang optimal dengan emiten, selanjutnya penjamin emisi akan melayani pembelian oleh para 4 perusahaan pialang, yang mewakili investor atau untuk portofolionya sendiri (Widioatmojo, 2004:62). Penjamin emisi menjamin terjualnya efek yang diterbitkan emiten. Dengan demikian, posisi penjamin emisi lebih banyak mewakili kepentingan emiten. Beberapa peneliti telah menganalisis sebab-sebab fenomena underpricing ini (Ritter [1984], Ritter [1991], Husnan [1993]), menyatakan bahwa harga saham IPO yang underpriced adalah hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar sekunder (Widioatmojo, 2004:63). Pada saat penawaran perdana harga saham ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Kesepakatan pada penentuan harga perdana antara emiten dan underwriter bukanlah sebuah kesepakatan yang mudah, karena sebenarnya masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana, menginginkan harga perdana yang tinggi, karena dengan harga perdana yang tinggi emiten berharap akan secepatnya mendapatkan dana untuk merealisasikan rencana proyek perusahaan. Underwriter sendiri mempunyai keinginan yang berbeda dengan emiten, yaitu dengan menginginkan harga yang rendah untuk penawaran saham perdana, hal ini disebabkan oleh sistem penjaminan saham full commitment yang berlaku di Indonesia, yaitu keadaan dimana underwriter harus membeli semua saham yang tidak laku terjual. Underwriter juga dimungkinkan 5 untuk memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak emiten. Kondisi asimetri inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki kelebihan informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko (Hanafi dan Husnan 1991; Cheung et al,1994). Sebagai contoh fenomena underpricing yang menjadi pembincangan berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat umum yaitu IPO PT. Krakatau Steel, dimana PT. Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang industri baja, yang memiliki performa cukup baik di Indonesia sehingga diharapkan pada saat Initial Public Offering, saham yang diperdagangkan dapat memberikan profit yang besar bagi kemajuan perusahaan, apalagi PT. Krakatau Steel dijamin oleh tiga underwriter yang cukup prestige yaitu PT. Bahana Securities, PT. Danareksa Sekuritas dan PT. Mandiri Sekuritas. Akan tetapi, faktanya pada saat IPO tanggal 10 November 2010, PT. Krakatau Steel mengalami underpricing dimana harga IPO Rp.850,00 sementara harga closing-nya Rp.1.270,00. Hal ini menunjukkan PT. Krakatau Steel tetap mengalami underpricing. Ada beberapa pengamat ekonom yang mengatakan bahwa underpricing pada PT. Krakatau Steel disebabkan human error dari menteri BUMN dalam menetapkan harga IPO saham PT. Krakatau Steel namun ada sebagian berpendapat hal tersebut disebabkan asymmetry information (Safitri, 2013:2). 6 Fenomena lain menunjukkan adanya asimetri informasi (asymmetric information) yang menyertai kebijakan IPO. Walaupun investor mempunyai informasi yang cukup mengenai perusahaan yang melakukan IPO tersebut, asimetri informasi tetap terjadi dalam penawaran ini (Ritter, 1986; Beatty, 1989; Leland dan Pyle, 1997; Guo dan Mech, 2000). Kondisi inilah yang memotivasi manajemen untuk bersikap oportunistik untuk melakukan manipulasi terhadap kinerjanya baik sebelum dan pada saat penawaran (Jones, 1991; Friedlan, 1994; Gumanti, 2001; Setiawati, 2002; Ihalauw dan Afni, 2002). Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management (manajemen laba) ini akan mengakibatkan penurunan kinerja (underperformance) setelah penawaran (Ritter, 1991; Carter et al., 1998). Namun praktek earnings management di sisi lain dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Mayangsari dan Wilopo, 2001). Kondisi ini terjadi karena earnings yang diumumkan pada saat IPO tampak relatif baik sehingga respon pasar menjadi positif. Paek dan Press (1997) dalam Wilopo dan Mayangsari (2002) menyatakan bahwa nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh motivasi manajer yang mendasari adanya discretionary accruals dalam kebijakan earnings management (Sucipto, 2011:2). Auditor memegang peranan yang penting dalam proses go public, yaitu sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Auditor yang berkualitas akan dihargai dipasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa audit dan 7 auditor yang memiliki reputasi yang tinggi maka akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Atas kualitas pengauditannya yang tinggi, auditor akan dihargai dalam bentuk premium harga oleh klien. Penggunaan adviser yang profesional (auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten, Holland dan Harton (1993) dalam Daljono (2000). Dengan memakai adviser yang profesional dan berkualitas, akan mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke pasar (Puspita, 2011:3). Penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten (Holland dan Horton, 1993). Oleh karena itu, perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih KAP yang memiliki reputasi yang baik. Auditor yang mempunyai reputasi tinggi, akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas pengauditan yang tinggi pula. Beatty (1989) menunjukkan bahwa auditor yang memiliki reputasi tinggi berhubungan negatif dengan initial return. Sedangkan menurut Sulistio (2005) bahwa reputasi auditor tidak menunjukkan pengaruh terhadap initial return (Puspita, 2011:4). Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan 8 memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Abdullah (2000) dalam penelitiannya memasukkan variabel profitabilitas perusahaan (ROE) dan besaran perusahaan (total aktiva) untuk tahun terakhir sebelum go publik, jenis industri (variabel dummy industri manufaktur dan non manufaktur), persentase saham yang ditawarkan pada publik. Hasilnya jenis industri signifikan 5% dengan arah positf terhadap underpricing. Sedangkan ROE signifikan 10% dengan arah negatif terhadap underpricing. Arah ROE yang berhubungan negatif dengan tingkat underpricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah underpricing. Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat (Raudhatul Hidayah, et.al ,2009). Bagi perusahaan emiten, underpricing dapat dijadikan strategi pemasaran untuk meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada saham IPO, yaitu dengan memberikan initial return yang tinggi. Kim dan Shin ( 2001) juga 9 menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya underpricing disebabkan karena kesengajaan dari underwriter untuk menetapkan harga penawaran jauh dibawah harga pasar untuk meminimalisir kerugian yang harus ditanggung atas saham yang tidak teralokasi. Namun pada kenyataannya, dari sisi emiten kondisi underpriced yang tinggi adalah merugikan. Underpriced terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya. Emiten dilain pihak tidak mengetahui keadaan pasar modal yang sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten (Nurhidayati dan Nur Indriantoro, 1998). Initial Public Offering (IPO) merupakan topik penelitian yang menarik, pertama, karena segera sesudah IPO harga saham secara rata-rata melonjak dengan signifikan. Pada peristiwa ini dapat terobservasi rata-rata Initial Return (IR) yang besar (The Underpricing Anomaly) tetapi selanjutnya, kedua, dalam jangka panjang, saham-saham IPO secara rata-rata punya kinerja yang jelek dibandingkan pasar (the long term underperformance anomaly ) (Ronni, 2004:148). Dawson (1987) melaporkan adanya negative long-run performance pada Hongkong IPO dan Singapore tetapi menemukan sebaliknya pada Malaysia. Cai dan Wei (1997) melaporkan adanya underperformance yang sangat 10 signifikan pada sampel mereka, yaitu 180 Jepang IPO periode 1971 – 1992. Underperformance yang terburuk ditemukan pada IPO dengan tingkat underpricing yang paling tinggi. Wu (1993) menguji baik short maupun long-run performance pada 70 Malaysia IPO di periode 1974 – 1989. Dengan memperhitungkan adjusted buy-and-hold pada tahun ke-1, ke-2, ke-3 didapat returns yang positive, namun hanya signifikan di tahun ke-1 pada tingkat 10% (Rahmania, 2008:1). Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis kembali tentang faktor-faktor penyebab terjadinya underpricing dan pengaruhnya terhadap performa/kinerja saham jangka panjang IPO, yang akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul : “Determinan Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh variabel Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), Return on Equity (ROE) terhadap Underpricing. 2. Bagaimana pengaruh variabel Reputasi Underwriter (UND), Return on Equity (ROE) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP), dan 11 variabel intervening Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP). 3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), Return on Equity (ROE), terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP) melalui variabel Underpricing. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE) yang diinformasikan kepada public pada saat IPO terhadap Underpricing. 2. Untuk menganalisis pengaruh reputasi underwriter (UND), Return on Equity (ROE) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP) dan variabel intervening Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP). 3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), Return on Equity dan melalui variabel Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP). 12 D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Praktis - Bagi Emiten Bagi perusahaan selaku emiten, Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi bila akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dalam menentukan harga yang tepat saat penawaran saham perdana untuk memperoleh harga yang optimal. - Bagi Investor Dinamika perubahan yang terjadi pada harga saham baik pada saat Initial Public Offering (IPO) maupun jangka panjang dapat membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal. Dengan mengamati dampak perubahan harga saham perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI maka investor dapat membuat suatu keputusan investasi. 2. Kegunaan Akademis - Bagi Perguruan Tinggi/Akademisi 13 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana dan referensi serta literatur di bidang keuangan, sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis. - Bagi Penulis Seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat Underpriced saham dan pengaruhnya terhadap kinerja saham jangka panjang, serta dapat mengaplikasikan teori yang pernah didapatkan selama kuliah. 14 Bab II Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori 1. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat diterangkan berdasarkan fungsi dan tanggungjawab dari manajer keuangan. Walaupun berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain, tetapi beberapa tugas – tugas keuangan mempunyai dasar yang sama. Modal harus dicari dari sumber – sumber luar dan dialokasikan untuk berbagai keperluan. Arus uang dalam operasi perusahaan harus dicatat. Imbalan terhadap sumber – sumber keuangan diberikan dalam bentuk laba/dividen, pembayaran kembali, hasil produksi dan fasilitas. Menurut Brigham dan Weston (1986:3) fungsi utama dari manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi dari operasi – operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang dari mana modal diperoleh dan bagaimana keputusan – keputusan yang tepat di bidang keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan dapat digalakkan. Menurut Sjahrial (2006:1) dalam perusahaan yang melakukan pengelolaan dana adalah seorang Manajer Keuangan. Untuk itu perlulah kita mengetahui tugas dan fungsi Manajer Keuangan diantaranya : 15 a. Putusan pendanaan atau pembelanjaan. Sumbernya : 1) Sumber dana dari luar perusahaan/asing : a) Pinjaman Jangka Pendek, antara lain : i. Hutang Bank : yang dikenal dengan “Kredit Modal Kerja” ii. Hutang Dagang yaitu pemberian kelonggaran pembayaran pembelian barang atau bahan baku oleh supplier/pabrikan bahan baku. iii. Kewajiban/Pinjaman lainnya yang berjangka waktu pendek. b) Pinjaman berjangka waktu panjang, antara lain seperti : i. Obligasi ii. Hipotek 2) Sumber dari dalam perusahaan atau modal sendiri, antara lain : a) Menerbitkan atau menjual saham sebagai setoran modal perusahaan. b) Setelah perusahaan berjalan : i. Laba yang ditahan ii. Penyusutan, karena menurut pengertian manajemen keuangan merupakan dana yang dicadangkan/disisihkan setiap tahun dari aktiva tetap untuk pada waktunya nanti dapat membeli aktiva tetap penggantinya. Jadi selama dana tersebut belum terpakai dapat digunakan sebagai modal kerja perusahaan. 16 b. Putusan investasi artinya keputusan penggunaan dana tersebut untuk pos/proyek yang menguntungkan perusahaan : apakah dalam bentuk aktiva lancer : kas, efek yang dapat dicairkan/diperjualbelikan, piutang, persediaan (inventory) ataukah dalam bentuk aktiva tetap : bangunan kantor maupun pabrik, mesin – mesin dan lain – lain. c. Putusan kebijakan deviden yaitu putusan pembayaran deviden atau pembayaran kembali obligasi : ini semuanya dapat dikembangkan melalui pasar modal. 2. Investasi a. Definisi Investasi Menurut Tandelilin (2010:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tesebut. Menurut Malkiel, Burton G (1991) dalam Pratomo dan Nugraha (2009:6) investasi adalah: “Method of Purchasing asset in order to gain profit in the form of reasonably predictable income (dividend, interest or rentals) and/or appreciation over the long term. (Metode pembelian aset dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk pendapatan yang cukup diprediksi (dividen, bunga atau sewa) dan / atau penghargaan dalam jangka 17 panjang ) Sejumlah hasil penanaman dana dalam jumlah tertentu yang sangat ditentukan oleh kemampuan dalam memprediksi masa depan. Memprediksi masa depan inilah yang kemudian membedakan istilah “investasi” dan “spekulasi”. Pengertian tersebut selanjutnya dipertajam oleh Frank Reilly (1992:6) dengan memasukkan unsur risiko sebagai sebuah kompensasi dalam Pratomo dan Nugraha (2009:6) “current commitment of dolars for period of time in order to derive future payment that will compensate the investor for (1) the time the fund are committed (2) the expected rate of inflation and (3) the uncertainty of the future payments. ( Penyerahan dolar pada saat ini untuk periode waktu tertentu dalam rangka untuk memperoleh pembayaran di masa depan sebagai imbalan bagi investor akan (1) waktu dari uang yang diserahkan (2) tingkat inflasi yang diharapkan (3) ketidakpastian pembayaran/resiko di masa depan). Berdasarkan definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah komitmen atau keputusan penyerahan sejumlah uang untuk pembelian aset pada saat ini dalam rangka mendapatkan keuntungan yang telah di prediksi di masa yang akan datang sebagai imbalan dari pengorbanan waktu, inflasi dan ketidakpastian pengembalian uang tersebut. b. Tujuan Investasi Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk “menghasilkan sejumlah uang” (Tandelilin, 2010:7). Semua orang setuju dengan pernyataan tujuan investasi tersebut. Tetapi pernyataan tersebut 18 nampaknya terlalu sederhana, sehingga kita perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan orang berinvestasi. Menurut Pratomo dan Nugraha (2009:127) dalam menentukan tujuan investasi, kita perlu terlebih dahulu mengetahui jangka waktu investasi yang akan dilakukan yang tergantung dengan kapan dana dibutuhkan untuk masing – masing tujuan. Umumnya kategori jangka waktu investasi dapat dibagi dalam 3 kategori : jangka pendek (hingga 3 tahun), menengah (3 hingga 6 tahun), dan panjang (lebih dari 6 tahun). Penentuan jangka waktu investasi ini akan berkaitan secara langsung dengan jenis investasi apa yang dapat dimiliki, potensi hasil investasi yang dapat diperoleh serta kemungkinan risiko yang harus dihadapi. Tandelilin (2010:8) menambahkan secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan 19 diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu. c. Proses Investasi Proses investasi meliputi pemahaman dasar – dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas – aktivitas dalam proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi dimana hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan searah dan linear yang artinya, semakin besar return harapan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan (Tandelilin, 2010:9). 3. Pasar Modal a. Definisi Pasar Modal Menurut Alwi (2003:14), secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat terorganisasi di mana efek – efek diperdagangkan. Selanjutnya, 20 definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan pihak yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Abstrak dalam pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC). Menurut David L. Scott dalam Alwi (2003:14), pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang tempat saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan. Menurut Sjahrial (2006:15), pasar modal dalam arti sempit merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. Sedangkan dalam arti luas : 1) Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank – bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat – surat berharga jangka panjang dan pendek. 2) Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga – lembaga yang memperdagangkan warkat – warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham – saham, obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. Menurut Samsul (2006:43) Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, pasal 1 yaitu, hukum mendefinisikan pasar modal sebagai” Kegiatan yang bersangkutan dengan 21 penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Wai dan Patrick dalam sebuah makalah IMF berjudul “Stock and Bonds Issue and Capital Market in the Less Developed Countries” dalam Anoraga dan Pakarti (2001:7) menyebutkan tiga pengertian Pasar Modal sebagai berikut : 1) Pertama, definisi dalam arti luas adalah sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan, serta surat berharga. 2) Kedua, definisi dalam arti menengah adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkatwarkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta depotisto berjangka. 3) Definisi dalam arti sempit adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter (penjamin). Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen 22 derivatif dan instrumen lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. b. Tujuan dan Manfaat Pasar Modal Menurut Samsul (2006:43), tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu : 1) Sudut Pandang Negara Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak membuang – buang biya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban membuat perundang – undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. 2) Sudut Pandang Emiten Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dalam bentuk obligasi daripada kredit jangka panjang perbankan. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar 23 modal. Jadi pasar modal merupakan sarana untuk memperbaikin struktur permodalan perusahaan. Selain itu perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal akan lebih dikenal karena bursa namanya akan selalu muncul setiap hari dalam berita televisi, radio, atau surat kabar. 3) Sudut Pandang Masyarakat Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jika investasi dalam bentuk rumah atau tanah butuh uang ratusan juta rupiah, maka investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana di bawah Rp 5 juta. Jadi pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Menurut Alwi (2003:18) mengatakan bahwa pasar modal menawarkan beberapa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor yang diantaranya adalah : 1) Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan yang go public membayar pajak kepada negara. 2) Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana, selain dari sistem perbankan dari masyarakat/pemodal, untuk membiayai kehidupan perusahaan. 3) Pasar modal adalah leading indicator bagi trend ekonomi negara. 24 4) Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversivikasi investasi, membentuk portofolio (gabungan dari berbagai investasi) sesuai dengan risiko yang ia bersedia tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkannya. 5) Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme. 6) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah. 7) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. c. Jenis Pasar Modal Jenis-jenis pasar modal yaitu : 1) Pasar perdana Samsul (2006:46) mengungkapkan pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Menurut Brigham dan Daves (2004:156) dalam Tambunan (2008:92), pasar primer atau pasar perdana adalah pasar penjualan efek (saham atau obligasi) yang baru ditawarkan pada publik. 2) Pasar sekunder Menurut Brigham dan Daves (2004:156), mengungkapkan pasar sekunder (secondary market) atau pasar perdagangan efek setelah selesainya masa penawaran umum perdana. Samsul (2006:47) 25 mengungkapkan pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. 3) Pasar ketiga Samsul (2006:49) mengungkapkan pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker (anggota bursa) serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. 4) Pasar keempat Samsul (2006:50) megungkapkan pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. d. Instrumen Pasar Modal Instrumen di pasar modal pada dasarnya adalah instrumen keuangan jangka panjang atau surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Babepam sebagai efek, Alwi (2003:33). Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) right issue, (4) bukti waran, dan (5) produk turunan atau biasa disebut derivative, Samsul (2006:45). 26 1) Saham Menurut Samsul (2006:45), Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Menurut Alwi (2003:33), saham atau stock adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan suatu perseroan terbatas. Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas saham adalah surat tanda bukti atau kepemilikan sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang dapat diperjualbelikan antar shareholder atau stockholder. Saham sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memberikan hak untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap, Alwi (2003:34). Sedangkan menurut Samsul (2006:45), saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapat laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan. b) Saham biasa (common stock), yaitu jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan, Samsul (2006:45). Sedangkan menurut Alwi (2003:34), saham biasa adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan 27 pemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut serta saham yang tidak memperoleh hak istimewa. 2) Obligasi Menurut Alwi (2003:36), Obligasi atau bond adalah tanda bukti utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya, serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Menurut Samsul (2006:45), obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu di atas 3 tahun. 3) Right Issue Menurut Samsul (2006:45), bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Menurut Tandelilin (2010:37), bukti right atau disebut right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu dan dikenal juga dengan sebutan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). 4) Waran Menurut Samsul (2006:45), waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja 28 dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Menurut Tandelilin (2010:37), waran (warrrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya yang biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham. 5) Produk turunan (derivative) Menurut Samsul (2006:45), adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. 4. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Menurut Gumati dalam Junaeni dan Agustian (2013:54), penawaran umum perdana IPO merupakan suatu peristiwa untuk pertama kalinya perusahaan menawarkan sahamnya kepada khayalak umum (Public) di pasar modal, selain adanya biaya penawaran (footing fees) yang harus ditanggung. Menurut Abid dan Muharam (2013:2) Penawaran umum perdana (IPO) merupakan suatu kegiatan perusahaan penawaran saham pertama kali kepada masyarakat umum berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang – undang dan Peraturan pelaksanaannya. Sebagian orang masih menganggap bahwa 29 IPO masih merupakan cara termudah dan termurah bagi perusahaan untuk memenuhi keubutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin berkembangnya perusahaan dan meningkatkan kebutuhan dana investasi (Junaeni dan Agustian, 2013:54). Menurut Jain dan Kini dalam Junaeni dan Agustian (2013:54), secara sederhana dapat dikatakan bahwa go public adalah suatu tahapan dalam pertumbuhan suatu perusahaan dan merupakan langkah penting pertama dalam evolusi sebuah perusahaan publik. Menurut Junaeni dan Agustian (2013:54) dalam kenyataan tidak semua perusahaan besar melakukan go public yang berarti bahwa go public merupakan pilihan, bukan suatu keharusan. Dengan demikian, suatu perusahaan memutuskan melakukan go public dengan alasan yang telah dipertimbangkan dengan matang. Menurut Salim (1986 : 1524) mendefinisikan istilah go-public sebagai berikut: “Go-public adalah menawarkan saham atau obligasi untuk di jual kepada umum untuk pertama kalinya”. Asmalidar (2011:166) menambahkan istilah Go Public adalah penawaran saham atau obligasi oleh pihak penerbit kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Kegiatan perusahaan dalam rangka penjualan saham perdananya kepada masyarakat inilah yang disebut dengan istilah IPO (Initial Public Offering). Menurut UU Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal I angka 15 dan keputusan Bapepam No. Kep. 43/PM/1996, penawaran umum ( emisi/go public/initial public offering ) adalah suatu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan 30 tata cara yang diatur dalam undang – undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya saham-saham pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan tersebut akan merekrut seorang bankir investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus (id.wikipedia.org). a. Manfaat dan Konsekuensi Go Public Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:43) manfaat Initial Public Offering adalah : 1) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus 2) Biaya go public relatif murah 3) Proses relatif mudah 4) Pembagian deviden berdasarkan keuntungan 5) Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen 6) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme 7) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan social 8) Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi) secara gratis 31 9) Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham Menurut Ang (1997) dalam Puspita (2011:15) beberapa konsekuensi yang harus dihadapi perusahaan go public adalah : 1) Proses go public membutuhkan tenaga, pengorbanan, waktu dan biaya. Berbagai persiapan harus dilakukan sebelum go public, antara lain penyiapan prospektus penawaran umum, pengumuman penawaran umum di media cetak, public expose dan sebagainya. Sekali menjadi perusahaan publik, maka setiap langkah perubahan pemilikan saham atau penambahan dan harus dilakukan dengan proses serupa. 2) Masuknya peserta baru yang akan ikut mengambil bagian dalam kebijakan perusahaan, ikut memiliki klaim atas hasil usaha dan harta perusahaan. 3) Kewajiban untuk memenuhi keterbukaan informasi yang terusmenerus, yang juga membutuhkan biaya, waktu dan tenaga. Informasi dalam keterbukaan tersebut juga sampai kepada para pesaing. 4) Transformasi sikap dan tindak-tanduk manajemen maupun pemegang saham pendiri terutama yang menyangkut pembinaan hubungan baik jangka panjang dengan pemegang saham publik yang minoritas. b. Persyaratan IPO Saham 32 Penawaran Umum Saham atau IPO merupakan proses awal bagi perusahaan untuk menjadi perusahaan publik dan sahamnya tercatat di Bursa Efek dan di perjualbelikan di pasar sekunder sepanjang perusahaan tersebut masih beroperasi (going concern). Pelaksaan Penawaran Umum hingga listing di Bursa Efek merupakan proses yang telah diatur secara lengkap dan detail sedemikan rupa, sehingga proses penawaran umum dapat terlaksana tepat pada waktunya sesuai jadwal (Fakhruddin, 2008:91). Adapun berbagai aturan dan ketentuan yang perlu diperhatikan dalam proses penawaran umum diatur melalui Peraturan Bapepam LK dan Peraturan Bursa Efek sebagai berikut: 1) Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.1. tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. (Keputusan Ketua Bapepam Kep111/PM/1996). 2) Sesuai dengan judulnya peraturan ini mengatur ketentuan umum dalam mengajukan Pernyataan Pendaftaran. 3) Peraturan Bapepam No. IX.A.2. tentang Tata Cara Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua Bapepam Kep25/PM/2003). 4) Peraturan ini secara detail mengatur tata cara Pengajuan Pendaftaran hingga Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif. Beberapa poin penting dalam peraturan ini antara lain : 33 a) Penawaran Umm hanya dapat dilakukan jika Pernyataan Pendaftaran telah dinyatakan Efektif. b) Emiten bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran informasi yang diungkapkan dalam dokumen pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya. c) Setelah menyampaikan pernyataan pendaftaran, paling lambat 2 hari kemudian emiten wajib mengumumkan Prospektus Ringkas sekurangnya di satu koran yang beredar secara nasional. d) Pernyataan Pendaftaran dapat menjadi Efektif atas dasar 2 hal yaitu (1) atas dasar lewatnya waktu selama 45 hari, atau (2) atas dasar Pernyataan Efektif dari Bapepam-LK. e) Penawaran Umum berlangsung sekurang – kurangnya 3 (tiga) hari kerja. 5) Peraturan Bapepam No. IX.C.1. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua Bapepam Kep-42/PM/2000). 6) Peraturan Bapepam No. IX.C.2. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua Bapepam Kep-51/PM/1996). 7) Peraturan Bapepam No. IX.C.3. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas dalam rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua Bapepam Kep-543/PM/2000). 34 8) Peraturan BEJ No. I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. (Keputusan Direksi BEJ No. Kep-305/BEJ/07-2004). 9) Peraturan ini secara menyeluruh mengatur persyaratan untuk tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan, prosedur pencatatan, pencatatan saham tambahan, perpindahan papan, dan biaya pencatatan saham. Selain itu sebagaimana tercantum dalam situs idx.co.id persyaratan pencatatan saham adalah sebagai berikut : 1) Badan hukum Calon Perusahaan Tercatat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). 2) Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam dan LK telah menjadi efektif. 3) Memiliki Komisaris Independen sekurang – kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris, memiliki Direktur tidak terafiliasi, memiliki Komite Audit atau menyampaikan pernyataan untuk membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah tercatat, memiliki Sekretaris Perusahaan. 4) Nilai nominal saham sekurang – kurangnya Rp100. 5) Calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan. 35 6) Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh Undang – Undang yang berlaku di Indonesia. 7) Khusus calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri pabrikan, memiliki sertifikat AMDAL dan tidak dalam masalah pencemaran lingkungan dan calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah lingkungan). 8) Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan. Calon Perusahaan Tercatat akan dicatatkan untuk pertama kalinya di Papan Utama atau di Papan Pengembangan, dimana Papan Utama ditujukan untuk Perusahaan Tercatat yang berskala besar, khususnya dalam hal nilai Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Assets) yang sekurang-kurangnya Rp100 miliar. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum membukukan keuntungan. Hal – hal yang harus dipersiapkan calon emiten dalam rangka penawaran umum menurut buku Panduan Go Public yang diterbitkan oleh IDX diantaranya : 36 1) Persetujuan pemegang saham pendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2) Menunjuk Penjamin Emisi untuk membantu penyiapan semua dokumen yangg diperlukan, termasuk upaya pemasaran agar penawaran umum tersebut sukses. Dengan koordinasi dengan penjamin emisi, perusahaan menyiapkan berbagai dokumen yang diperlukan seperti : a) Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik yang terdapat di Bapepam-LK; b) Anggaran dasar berikut amandemennya yang disiapkan notaris dan disahkan oleh instansi yang berwenang; c) Legal Audit dari komsultan hukun yang terdaftar di Bapepan-LK; d) Laporan penilai independen, jika ada; e) Prespektus penawaran umum; dan f) Berapa dokumen lain sebagaimana yang diatur dalam kerentuan yang berlaku. c. Tahap – Tahap atau Proses Penawaran Umum (Go Public) Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai denga persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan 37 BAPEPAM-LK. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses Penawaran Umum adalah mencakup tahapan sebagai berikut (idx.co.id) : 1) Periode Pasar Perdana yaitu ketika saham atau Efek ditawarkan kepada pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk; 2) Penjatahan Saham yaitu pengalokasian saham atau Efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia; 3) Pencatatan Efek di Bursa yaitu pada saat saham atau Efek tersebut mulai dicatatkan dan diperdagangan di Bursa. Menurut situs Lots.co.id (PT Lautandhana Securindo), proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut : 1) Tahap Persiapan Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap paling awal perusahaan yang akan menebitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin pelaksana emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu : a) Penjamin Pelaksana Emisi ( Lead Underwriter ). Merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu 38 emiten dalam rangka penertiban saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin pelaksana emisi antara lain : menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penertiban. b) Akuntan Publik ( Auditor Independen ). Bertugan melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. c) Penilai Independen yang merupakan pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut. d) Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). e) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen – notulen rapat. f) Biro Administrasi Efek, bertugas untuk mengadministrasikan pemesanan saham dan mengadministrasikan kepemilikan saham. 2) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. 3) Tahap Penawaran Saham 39 Tahapan ini merupakan tahapan umum, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran paling kurang satu hari kerja, dan paling lama 5 (lima) hari kerja. Perlu dingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahap ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 10 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa Efek. 4) Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Menurut Samsul di dalam bukunya yang berjudul “Pasar Modal & Manajemen Portofolio” halaman 70 tahun 2006 menjabarkan lebih rinci bahwa suatu perusahaan yang untuk pertama kalinya akan menjual saham atau obligasi kepada masyarakat umum atau disebut initial public offering (IPO), membutuhkan tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu : rencana go public, persiapan go public, pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public. 40 1) Rencana Go Public Rencana go pulic membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi internal perusahaan, seperti : a) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris, rapat gabungan ini akan membahas : i. Alasan go public ii. Jumlah dana yang dibutuhkan iii. Penerbitan saham atau obligasi Perusahaan berniat untuk go public karena beberapa alasan, yaitu : i. Meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah mesin baru sebagai perluasan ii. Inovasi produk baru dalam upaya diversifikasi iii. Membayar utang untuk memperbaiki struktur modal iv. Memperluas jaringan pemasaran b) Kesiapan Mental Personel Personel dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana. 41 c) Perbaikan Organisasi Personel dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana. d) Perbaikan Sistem Informasi Mengingat banyak kewajiban pelaporan yang harus dilaksanakan oleh emiten, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, yang diminta oleh BAPEPAM ataupun Bursa Efek, maka emiten harus memiliki sistem informasi yang dapat diterbitkan setiap kali dibutuhkan. Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukkan standar tambahan dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit, dan sistem akuntansi manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai dasar menentukan jumlah deviden tunai yang harus dibagikan. e) Perbaikan Aspek Hukum 42 Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan hukum perseroan terbatas. Go public berarti perseroan terbatas tertutup harus berubah menjadi perseroan terbatas terbuka (PT Tbk.), status kepemilikan aset tetap dan aset bergerak harus jelas, semua jenis aset yang ada dalam laporan keuangan yang telah diaudit harus sudah atas nama perseroan, termasuk rekening yang ada di bank. Semua perjanjian dengan pihak ketiga harus dilakukan secara tertulis notariil, tidak boleh secara lisan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan harus dipenuhi, dan yang belum ada izin harus segera diupayakan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan harus dipenuhi, dan yang belum ada izin harus diupayakan. Semua kewajiban pajak harus dipenuhi dan dibuktikan keabsahannya. Konsultan hukum akan membantu perusahaan yang akan go public dari segi hukum sehingga sesuai dengan hukum yang berlaku. f) Perbaikan Struktur Permodalan Perbaikan struktur modal dengan cara pemegang saham menambah modal sendiri, atau mengubah struktur modal pinjaman dengan beban bunga yang lebih rendah. g) Persiapan Dokumen Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat 43 dalam proses go public adalah underwriter, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai (appraisal company). Dokumen yang dibutuhkan antara lain : laporan keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktiva tetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil ataupun yang dibawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajakpajak, perkara pengadilan, dan lain-lain. 2) Persiapan Menuju Go public Setelah rincian rencana go public diselesaikan seperti uraian sebelumnya, calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam. Persiapan menuju go public meliputi : a) Penunjukkan Lembaga Penunjang dan Lembaga Profesi Penjamin emisi akan bertindak sebagai koordinator dalam kegiatankegiatan berikut : i. Menentukan komitmen sesuai kondisi pasar ii. Rapat-rapat teknis iii. Pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM iv. Public expose dan road show v. Persiapan prospectus vi. Penawaran resmi 44 Tanggung jawab untuk mendapat persetujuan dari emiten mencakup : 1. Full commitment Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar penuh dana pada saat penawaran umum usai dilaksanakan, sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian penjaminan. Jumlah penuh yang dimaksudkan disini adalah jumlah saham yang ditawarkan dikali harga perdana. 2. Best effort commitment Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar kepada emiten sebesar yang didapat dalam penawaran umum atau dengan kata lain tidak penuh. Komitmen ini muncul karena kondisi pasar sedang lesu (bearish) sehingga penjamin emisi tidak berani memberi komitmen pembayaran penuh. 3. Standby commitment Penjamin emisi memberi komitmen siap untuk membeli sendiri atau ada pihak lain yang bersedia membeli apabila kondisi pasar sangat lemah sehingga sasaran yang ditargetkan dalam penawaran umum tidak tercapai. Penjamin emisi atau pihak lain akan membeli dengan harga lebih rendah daripada harga perdana seperti yang telah disepakati sejak awal. b) Due Diligence Meeting 45 Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar, emiten memerlukan due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi denagn para pialang dan para analis keuangan perusahaan serta investor kelembagaan di sisi lainnya. c) Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada BAPEPAM oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik. d) Public Expose dan Road Show Public expose dan road show merupakan upaya sendiri oleh emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu mengundang calon investor. 3) Pelaksanaan Go Public Kegiatan pelaksanaan go public meliputi : a) Penyerahan dokumen ke BAPEPAM b) Tanggapan dari BAPEPAM c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran d) Mini expose di BAPEPAM e) Penentuan harga perdana 46 f) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi 4) Penawaran Umum Kegiatan penawaran umum meliputi : a) Distribusi prospectus b) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan c) Penawaran d) Penjatahan e) Pengembalian dana f) Penyerahan saham g) Pencatatan saham/perdagangan saham Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek. Pada umumnya, prospectus dibagikan oleh emiten melalui underwriter dan agen penjual efek yang ditunjuk oleh underwriter menjelang penawaran umum dilaksanakan. Calon investor harus berupaya untuk mendapatkan prospektus itu dan mempelajarinya sebelum melakukan pesanan saham. Prospektus berisikan antara lain : a) Penawaran umum b) Tujuan penawaran umum c) Penggunaan dana hasil emisi d) Informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan personalia 47 e) Kegiatan usaha dan prospeknya f) Ikhtisar keuangan perusahaan g) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum h) Kebijakan deviden i) Pendapat dari segi hokum j) Laporan akuntan public k) Laporan penilaian harta perusahaan l) Para penjamin emisi m) Lembaga penunjang emisi lainnya n) Perpajakan o) Anggaran dasar perseroan p) Persyaratan pemesanan saham q) Penyebarluasan prospektus dan formulir pesanan saham Prospektus harus didistribusikan kepada para agen penjual yang ditunjuk oleh underwriter sebelum penawaran resmi dilaksanakan. Calon investor dapat memesan saham secara langsung dari penjamin emisi atau para agen penjual sekaligus dengan pembayarannya dan menyerahkan fotocopy identitas, misalnya, Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. Penawaran resmi efek melibatkan 5 tahapan, yaitu : a) Periode penawaran (offering period) adalah periode (minimal 3 hari kerja) dimulainya penawaran sekuritas. 48 b) Periode penjatahan (allotment period) adalah periode (maksimal 6 hari kerja) akan dilakukannya pembagian perolehan saham. c) Periode pengembalian dana (refund period) adalah periode tertentu (maksimal 4 hari kerja) yang telah ditetapkan dan tertera dalam prospektus untuk mengembalikan dana kepada calon investor akibat kelebihan pembayaran oleh calon investor berkaitan dengan penjatahan saham. d) Periode penyerahan saham (delivery period) adalah 3 hari sebelum saham itu dicatatkan atau diperdagangkan di Bursa Efek, saham tersebut sudah diterima oleh investor. e) Periode pencatatan di bursa efek (listing date) adalah suatu tanggal yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan tertera pada halaman depan prospektus yang menunjukkan hari pertama saham itu diperdagangkan di bursa efek. Setelah selesai melakukan penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia sampai perdagangan di pasar sekunder dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran umum, atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut tergantung mana yang lebih dahulu. Di BEI, proses pencatatan efek dimulai dari pengajuan permohonan pencatatan ke bursa oleh emiten tentunya berdasarkan persyaratan pencatatan efek yang berlaku di BEI. 49 Persyaratan untuk tiap efek berbeda, tetapi persyaratan pertama yang harus dipenuhi terlebih dahulu antara lain mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM atas pernyataan pendaftaran emisi emiten. 5) Kewajiban Emiten setelah Go Public Pemegang saham mayoritas atau pemilik lama sebagai pemegang saham pendiri (founding stakeholder) harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas atau masyarakat dengan cara : a) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar b) Selalu memberi informasi secepat mungkin kepada investor c) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang mengandung conflic of interest, misalnya transfer pricing, dan pinjaman tanpa bunga d) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report) langsung ke alamat pemegang saham e) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh Bapepam/Bursa f) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi dan dapat mempengaruhi harga saham di pasar 50 5. Underpricing Underpricing adalah keadaan dimana saham pada saat IPO lebih rendah dibanding ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Pada dasarnya penentuan harga saham pada saat penawaran perdana ke publik dilakukan berdasar kesepakatan antara emiten dengan underwriter, sedangkan harga saham di pasar sekunder merupakan mekanisme pasar, yaitu berdasar pada permintaan dan penawaran (trihastutie.wordpress.com). Berkaitan dengan going public, ada suatu anggapan umum bahwa sebagian besar penjualan saham perdana atau initial public offering (IPO) mengalami underpricing. Hal ini juga diperkuat oleh banyak penelitian. Underpricing menyebabkan perusahaan yang akan menjual saham perdana (initial public offering) menjadi tidak bergairah, karena hasil dari penjualan saham perdana tidak mencerminkan nilai intrinsic saham yang bersangkutan. Selanjutnya pula, fenomena underpricing ini merupakan suatu tantangan terhadap teori efisiensi pasar yang menyebutkan bahwa pasar bersifat efisien terhadap informasi yang berkenaan dengan saham yang bersangkutan (Sjahruddin dan Yusralaini, 2009:1). Underpricing bisa dilihat dari dua pendekatan yaitu, pertama, pendekatan non-permintaan dan penawaran. Pada pendekatan ini, harga saham dijual lebih murah dari harga intrinsiknya atau harga wajarnya. Biasanya, penjamin emisi melakukan ini agar saham tersebut bisa dijual oleh penjamin emisi. Adanya harga saham dibawah harga wajar maka harga saham 51 tersebut nantinya diperdagangkan akan menuju harga wajar tersebut ketika di pasar sekunder. Kejadian ini bisa terjadi bila kesepakatan antara perusahaan penerbit saham setuju dengan penjamin emisi. Tindakan penjualan dibawah harga wajar dikarenakan penjamin emisi tidak menginginkan investornya rugi bila berinvestasi pada saham yang ditawarkan penjamin emisi. Tindakan penjamin emisi pasti menekan perusahaan penerbit agar harga saham yang ditawarkan ke publik dibawah harga wajar. Pendekatan kedua yaitu pendekatan initial return atau bisa juga disebut permintaan dan penawaran. Underpricing harga saham tergantung dari permintaan dan penawaran pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan di Bursa. Harga yang dipergunakan bisa menggunakan opening price atau closing price pada transaksi hari pertama. Pendekatan kedua ini yang sering menjadi bahan penelitian para akademisi dan peneliti dan dipublikasikan di berbagai jurnal. Pendekatan pertama jarang dipergunakan dikarenakan kesulitan mendapatkan harga wajar perusahaan. Pembahasan mengenai IPO ini dapat dikelompokkan menjadi lima pendekatan oleh Anderson dkk (1995) dalam Buku Teori Investasi: Konsep dan Empiris (Manurung; 2012) yaitu Pendekatan Adverse Selection, Principal-Agent; Signaling; Heterodox Explanations dan IPO Model lainnya : a. Pendekatan Adverse Selection Pendekatan Adverse Selection menyatakan bahwa underpricing merupakan konsekuensi dari tingkah laku rasional oleh penerbit saham pada 52 karakteristik lingkungan oleh adanya asimetris informasi diantara investor yang potensial. Investor memiliki perbedaan informasi mengenai perusahaan sehingga biasanya kompetisi investor sangat ketat pada saham yang sangat bagus dikarenakan investor yang memiliki informasi akan memesan saham lebih besar (menggandakan pemesanan) sementara pada saham bisa memperkecil pemesanan. Adapun penelitian kelompok pendekatan ini seperti Rock (1986); Beatty and Ritter (1986), Carter and Manaster (1990), Koh and Walter (1989), Ritter (1984) dan McStay (1982) dan yang lainnya. b. Principal – Agent Pendekatan Principal-Agent ini dimulai dengan berkembangnya teori principal-agent untuk menganalisa pembuat keputusan finansial. Baron (1982) menggunakan metoda analisis principal-agent dalam menganalisis underpricingnya harga saham IPO dimana model ini yang pertama didiskusikan para akademisi dan peneliti. Perusahaan sekuritas sebagai partner (disebut agent) untuk menjual saham ke publik yang dimiliki perusahaan (principal), maka informasi yang paling lengkap dimiliki oleh perusahaan sekuritas. Akibatnya, perusahaan sekuritas akan meminta harga saham yang dijual menjadi underpricing agar bisa laku dijual sebagai salah satu alasan agent. c. Signaling 53 Pendekatan Signaling merupakan pendekatan yang berbeda dengan dua pendekatan sebelumnya dimana adanya asismetris informasi merupakan pokok utama pembahasan. Pada pendekatan ini menyatakan bahwa orangorang di dalam perusahaan lebih banyak mengetahui informasi perusahaan sehingga tindakan perusahaan merupakan signal kepada pihak diluar perusahaan. Analisis ini dilakukan dikarenakan mengikuti analisis Spence(1973) dalam kerangka perekonomian dan hubungannya kepada ketenagakerjaan. Signal yang diberikan yaitu saham yang dijual mempunyai kualitas yang bagus dan harga yang bagus dimana investor mendapat untung membelinya. Oleh karenanya, tugas perusahaan menyampaikan signal tersebut agar diingat oleh investor. Adapun penelitian yang mengemukakan model signal ini yaitu Allen and Faulhaber (1989); Gribalt and Hwang (1989), Welch (1989), Nanda (1988) dan yang lainnya. d. Heterodox Explanations Pendekatan Heterodox merupakan sebuah pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang diuraikan sebelumnya. Pendekatan ini banyak menyampaikan persoalan teori penghindaran gugatan hukum (Lawsuit Avoidance Theory) yang diperkenalkan Tinic (1988), pengumpulan informasi sebelum penjualan; argumen kekuatan monopoli dan divergennya opini yang terjadi. Berbagai variasi dari pendekatan yang dipergunakan menjadi adanya uraian heterodox untuk underpricing. 54 Adapun penelitian yang menggunakan pendekaan ini yatu Tinic (1988), Mauer and Senbet (1992); Benveniste and Spindt (1989), Welch (1992) dan Miller (1977) serta yang lainnya. e. Pendekatan IPO Model lainnya Pendekatan kelima yang dikenal pendekatan model IPO lainnya dimana pendekatan ini sedikit berdeda dalam membahas underpricing IPO tersebut. Pendekatan ini membahas tentang pilihan jenis penawaran (best effort vs firm commitment); penentuan provisi penawaran seperti pembagain alokasi saham dan minimum penjualan, level spread bid-ask untuk saham IPO; ventur capital dan pola intemporal tingkat pengembalian IPO. Pilihan jenis penawaran merupakan penelitian yang paling banyak dibahas terutama melihat kinerja IPO saham yang ditawarkan. Biasanya, penawaran dengan best effort cenderung menawarkan jumlah yang besar, lebih berisiko dan secara rata-rata harganya pasti underpricing. Teori Permainan yang sering dipergunakan dalam menganalisis undepricing harga saham yang ditawarkan (Bower, 1989). 6. Reputasi Underwriter Menurut Tandelilin (2010:69) penjamin emisi efek (Underwriter) adalah satu aktivitas pada perusahaan yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual (full commitment and non full commitment). Menurut Hariyani dan Purnomo (2010:77) penjamin emisi efek 55 adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum (go public) bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Penjamin emisi efek mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab terhadap aktivitas penawaran umum sesuai jadwal yang tercantum dalam prospektus, meliputi pemasaran efek, penjatahan efek, dan pengembalian uang pembayaran pesanan efek yang tidak memperoleh penjatahan. b. Bertanggung jawab terhadap pembayaran hasil penawaran umum kepada emiten sesuai kontrak yang disepakati. c. Menyampaikan laporan yang disyaratkan kepada Bapepam – LK (Bapepam – LK, 2009). Secara garis besar, berikut ini peran dan fungsi penjamin emisi efek dalam proses penawaran umum (go public) : a. Memberikan jasa konsultasi kepada emiten dalam rangka go public. Penjamin efek merupakan mitra dalam membuat perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian proses emisi, mulai dari mempersiapkan dokumen emisi sampai menjualkan efek di pasar perdana. b. Menjamin Efek yang diterbitkan oleh Emiten. Dalam hal ini, penjamin emisi efek bertanggungjawab atas keberhasilan penjualan seluruh efek milk emiten kepada masyarakat luas. Dalam suatu penjaminan akan terkandung 56 suatu risiko, untuk itu, penjamin emisi efek bisa melakukan bersama – sama dengan penjamin lain dalam bentuk sindikasi agar tingkat keberhasilan penjualan efek lebih tinggi. c. Melakukan kegiatan pemasaran efek yang diterbitkan oleh emiten agar masyarakat investor dapat memperoleh informasi secara baik, dengan cara melakukan pendesainan dan pendistribusian efek secara akurat dan tepat waktu. Pentingnya fungsi underwriter tersebut disebabkan alasan-alasan sebagai berikut: a. Membantu emiten mempersiapkan pernyataan pendaftaran berikut dokumen pendukungnya. b. Memberikan konsultasi di bidang keuangan seperti jumlah dan jenis efek yang akan diterbitkan, bursa yang akan dipilih untuk mencatatkan saham, jadwal emisi penunjukan lembaga penunjang lain, metode pendistribusian efek, dan sebagainya. c. Melakukan penjaminan terhadap efek yang diemisikan. d. Melakukan evaluasi terhadap kondisi perusahaan antara lain: keuangan, manajemen, pemasaran, produksi berikut prospeknya. e. Menentukan harga saham bersama-sama dengan emiten. f. Sebagai pembentuk pasar (Market Maker) di Bursa Paralel. Menurut Loughran dan Jay R (2002:5), mengatakan bahwa “Underwriters, as intermediaries, advise the issuer on pricing the issue, both 57 at the time of issuing a preliminary prospectus that includes a file price range, and at the pricing meeting where the final offer price is set. If underwriters receive compensation from both the issuer (the gross spread) and investors, the underwriter has an incentive to recommend a lower offer price than if the compensation was merely the gross spread.”. (Underwriter, sebagai perantara menyarankan emiten dalam menentukan kisaran harga, baik pada saat prospektus awal hingga penentuan harga penawaran akhir ditetapkan. Jika penjamin emisi menerima kompensasi dari emiten dan investor, penjamin emisi memiliki insentif untuk merekomendasikan harga penawaran yang lebih rendah). Seperti telah dijelaskan bahwa dalam melakukan emisi efek, selalu melibatkan lembaga-lembaga penunjang pasar modal yang menjalankan perannya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam pelaksanaan emisi efek penjamin emisi (underwriter) memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan emisi terutama dalam melakukan pemasaran dan penjualan suatu efek. Seperti yang dikemukakan oleh Sapto Rahardjo (2007:225) menyatakan salah satu cara praktis menilai prospek saham pada saat IPO adalah bonafiditas dan reputasi perusahaan yang menjadi penjamin emisi (Lead Underwriter). Asumsi bahwa semakin bonafide lead underwriter, akan semakin prospektif saham yang di – IPO – kan, memang tidak selamanya bisa dijamin. Akan tetapi perusahaan sekuritas (Lead Underwriter) yang bonafide biasanya cenderung selektif dan ketat dalam 58 memilih emiten yang akan di – go public – kan. Nama atau popularitas lead underwriter yang sudah “ngetop” akan menjadi taruhan saat menentukan harga saham yang akan di – IPO – kan, karena bisa jadi emiten lain yang memakai jasanya memilih untuk pindah lead underwriter yang menurut mereka lebih mampu menjaga stabilitas dan kenaikan harga saham di pasar perdana atau setelahnya. Oleh karena itu tidak salah juga Anda melihat – lihat siapa yang menjadi lead underwriter IPO saham tersebut. Bonafide atau tidakkah perusahaannya. Reputasi underwriter dapat digunakan sebagai sinyal (Beatty, 1989; Carter dan Manaster, 1990). Underwriter dengan reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun rendah. Reputasi underwriter diyakini menjadi pertimbangan penting bagi investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Semakin tinggi reputasi underwriter, initial return akan semakin rendah atau reputasi underwriter mempunyai pengaruh negatif pada underpricing. Beatty (1989), Carter dan Manaster (1990), Kim et al. (1993), How et al. (1995), Kooli dan Suret (2002), Gerianta (2008) telah membuktikan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif pada underpricing (Kristiantari, 2013:792) . 59 7. Reputasi Auditor Berdasarkan ISO 9000:2005 (3.9.1), pengertian audit adalah proses sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi. Dengan kata lain, seorang auditor memeriksa bahwa auditee melakukan pekerjaannya bedasarkan standar yang digunakan berupa ISO 9001 maupun standar lain yang digunakan oleh perusahan termasuk dokumen Sistem Manajemen Mutu yang dimiliki, metode terencana yang meliputi prosedur dan instruksi kerja, serta menguji keefektifan sistem dengan meninjau keluhan pelanggan, audit, pencapaian sasaran mutu, dan lain – lain. Bahkan dalam kondisi tertentu, verifikasi produk juga dimungkinkan (Zuhrawaty, 2009:5). Perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan sebelum melempar sahamnya di pasar modal, karena hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pemodal terhadap perusahaan. Bagi perusahaan yang akan IPO, penilaian atas kewajaran laporan keuangan sangat penting. Oleh karenanya perlunya pengaudit sebagai penilai laporan perusahaan tersebut (Zirman dan Edfan Darlis,2011:4). Auditor yang berkualitas akan dihargai dipasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa audit dan auditor yang memiliki reputasi yang tinggi maka akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Atas kualitas pengauditannya yang tinggi, auditor akan dihargai dalam 60 bentuk premium harga oleh klien. Penggunaan adviser yang profesional (auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten, Holland dan Harton (1993) dalam Puspita (2011:29). Penggunaan adviser yang profesional (KAP Big Four) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten. Dengan memakai jasa KAP Big Four akan mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke pasar. Dengan demikian, investor akan lebih mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four dan percaya untuk menginvestasikan dananya pada emiten tersebut. Dengan signal positif yang diberikan emiten, tingkat underpricing dapat di minimalisir (Ratnasari dan Hudwinarsih, 2013:89). Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten (Holland dan Horton, 1993). Emiten yang memilih untuk menggunakan auditor yang berkualitas akan dinilai positif oleh investor yaitu emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang. Hal ini berarti penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian pada masa mendatang. Ketidakpastian yang rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah (Kristiantari, 2013:792). 61 8. Return on Equity Return on Equity atau sering disebut juga dengan Return on Common Equity, Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal Saham). ROE merupakan teknik lain untuk menganalisis profitabilitas perusahaan. Apabila ROA memperhitungkan profitabilitas perusahaan independen terhadap dana yang dipakai, ROE secara eksplisit menganalisis profitabilitas perusahaan bagi pemilik saham biasa (Hanafi dan Halim, 2007 : 195). Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberkan informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakili dengan ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat (Yolana dan Martani, 2005 : 543). 62 9. Kinerja Saham Jangka Panjang Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi menjadi salah satu dari tiga kondisi dasar pasca-IPO, yaitu tetap hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara keseluruhan (fail outright), atau diakuisisi dan kehilangan identitasnya. Beberapa studi tentang kinerja perusahaan pasca-IPO menemukan bahwa kinerja perusahaan dan kinerja operasi emiten mengalami penurunan beberapa waktu setelah IPO (Yuniarti, 2009:4). Penelitian yang dilakukan oleh Aggrawal, et al. (1993) dalam Amin (2007:2) menyimpulkan bahwa IPO dalam jangka pendek menunjukkan terjadinya underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang negatif. Penurunan kinerja yang terjadi dalam jangka panjang akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang negatif. Menurut Ritter (1991) faktor yang bisa menjelaskan terjadinya penurunan kinerja (underperformance) tersebut adalah kesalahan dalam pengukuran risiko, bad luck, dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan. Hasil dari underpricing (menyebabkan Initial Return (IR) yang positif dalam jangka pendek) dan kinerja jangka panjang yang jelek, menyebabkan Cummulative Abnormal Return (CAR) dari saham IPO membentuk pola naik-turun. Hal ini menunjukkan bahwa harga yang terjadi pada saat di awal pasar sekunder bukanlah harga yang wajar. Dalam jangka panjang, IR positif yang diperoleh pada underpricing, ditiadakan karena kerugian yang dialami dalam jangka 63 panjang (Roy Sembel,1996) dalam Ronni (2003:185). Bessler dan Thies (2007) menyatakan bahwa asimetri informasi saham dicerminkan pada besarnya penetapan harga. Hal ini cukup masuk akal bahwa kinerja IPO dipengaruhi oleh besarnya keuntungan awal. Initial return adalah selisih dari harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana dibagi dengan harga saham perdana. perusahaan dengan hasil hari pertama yang lebih tinggi maka untuk selanjutnya akan memiliki kinerja yang lebih rendah jika hari pertama perdagangan telalu tinggi. Hal ini sesuai dengan teori impresario yang diterangkan oleh Shiller (1990) berpendapat bahwa IPO merupakan subyek yang bisa diatur sehingga harga penawaran dibuat lebih rendah oleh penjamin emisi (impresario) untuk menciptakan excess demand hanya sebagai bentuk promosi suatu kejadian. dengan kesimpulan bahwa saham IPO yang memperoleh initial return (keuntungan awal) tinggi akan menghasilkan imbal hasil jangka panjang rendah atau negatif (Abid, 2013:4). B. Penelitian terdahulu No 1 Peneliti Tabel.2.1 Penelitian Terdahulu Judul Metode Kristiantari Analisis Faktor-Faktor ( 2013 ) yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Regresi Linier Berganda Hasil Variabel reputasi underwriter, ukuran perusahaan dan tujuan penggunaan dana untuk investasi secara signifikan berpengaruh pada underpricing dengan arah koefisien negatif. Sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROA), 64 Lanjutan tabel 2.1 No Peneliti Judul Metode Hasil financial leverage, dan jenis industri terbukti tidak memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya underpricing. 2 Ratnasari dan Analisis Pengaruh Hudiwinarsih Informasi Keuangan, (2013) Non Keuangan Serta Regresi Berganda Secara simultan variabel Return on Equity (ROE), Financial Leverage (DER), Tingkat Inflasi, Reputasi KAP dan Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap Underpricing saham. Sedangkan secara parsial variabel reputasi KAP dan Reputasi Underwriter (penjamin emisi) berpengaruh signifikan terhadap Underpricing saham. Sedangkan Financial Leverage (DER) dan Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Underpricing saham. Regresi Linear Berganda Variabel umur perusahaan dan reputasi penjamin emisi berpengaruh terhadap kinerja saham, sedangkan. Ekonomi Makro Terhadap Underpricing Pada Perusahaan Ketika IPO 3 Sanora (2013) Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Saham Setelah Penawaran Umum Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan utang tidak berpengaruh terhadap kinerja saham. Perdana 4 Perdana, Darminto, Pengaruh Return On dan Sudjana (2013) Equity (Roe), Earning Per Share (Eps), Dan Debt Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham Regresi Linear Berganda Variabel Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap harga saham. Variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap harga saham Variabel Return On Equity (ROE) dan Debt Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh tidak 65 Lanjutan tabel 2.1 No Peneliti Judul Metode Hasil signifikan terhadap harga saham. Variabel yang dominan mempengaruhi peningkatan harga saham adalah Earning Per Share (EPS), karena EPS mempunyai nilai koefisien beta yang paling tinggi daripada variabel bebas yang lain. 5 Asmalidar (2011) Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek dan Jangka Structural Equation Model (SEM) Panjang Saham Initial Public Offering di Pasar Sekunder Bursa Efek Indonesia Faktor Fundamental yang terdiri dari total aset, rasio hutang terhadap jumlah kepemilikan, jumlah saham yang ditawarkan, pendapatan kotor IPO, umur perusahaan dan rasio harga penawaran terhadap laba per lembar saham, memiliki pengaruh negatif terhadap return jangka pendek saham IPO. Faktor fundamental baik secara langsung maupun tidak memiliki pengaruh positif terhadap return jangka panjang saham IPO. Dan indikator yang dominan mempengaruhi adalah total aset. Return jangka pendek dengan indikator initial return dan opening price return memiliki pengaruh positif terhadap return jangka panjang saham IPO dengan indikator market adjusted abnormal return 12 bulan dan market adjusted abnormal return 24 bulan. 6 Kusumawardani (2010) Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan LQ45 yang Path Analysis Hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, ROA yang memiliki pengaruh pada harga saham. Harga saham memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja. Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga 66 Lanjutan tabel 2.1 No Peneliti Judul Metode terdaftar di BEI periode saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan bernilai negatif. 2005-2009 7 Amin (2007) Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia Hasil Uji Beda Paired Sample Test, Wilcoxon Test. Adanya praktek manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pada keseluruhan periode pengamatan. Adanya fenomena underpricing pada hari pertama saham diperdagangkan di pasar sekunder dengan tujuan sebagai suatu mekanisme untuk menandai kualitas perusahaan tersebut. Adanya penurunan kinerja keuangan yang dialami oleh perusahaan setelah melakukan IPO. Dengan menunjukkan kinerja jangka pendek (tiga bulan) adalah positif dan kinerja jangka panjang (tiga tahun) adalah negatif. 67 C. Kerangka Pemikiran Teoritis Skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Reputasi Underwriter Reputasi Auditor Return on Equity Underprice Kinerja Saham Jangka Panjang Uji Normalitas dan Uji Goodness of Fit Analisis Jalur Uji Hipotesis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Interpretasi 68 Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar variabel Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, dan Return on Equity dalam mempengaruhi tingkat Underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO periode tahun 2007 – 2010 dan pengaruhnya terhadap Kinerja Jangka Panjang Saham itu sendiri, sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : Gambar 2.2 Model Hubungan penelitian Reputasi Underwriter (X1) Reputasi Auditor (X2) Underpricing (Y1) Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) (Z) Return on Equity (X3) D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 69 1. Pengaruh Reputasi Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan Return on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1). Ho: ρyxi = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan Return on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1). Ha: ρyxi ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan Return on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1). 2. Pengaruh Reputasi Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel intervening Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2). Ho: ρyxi = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel intervening Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2). Ha: ρyxi ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel intervening Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2). 70 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan Underpricing dan melihat pengaruhnya terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang yang telah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel determinan Underpricing tersebut diantaranya Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, dan Return on Equity yang akan diuji menggunakan metode Path Analysis. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2007 hingga 2010. Dengan data – data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data peringkat perusahaan Underwriter dan Auditor, laporan keuangan perusahaan, dan return saham dari perusahaan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO antara tahun 2007 hingga tahun 2010. B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang – orang, benda – benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Menurut Supranto (1986:24) populasi ialah kumpulan yang lengkap dari pada seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain, 71 perbedaan – perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang berlainan. Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Populasi berarti kumpulan seluruh objek yang digunakan untuk suatu penelitian yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristiknya masing – masing. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) dengan periode tahun amatan yaitu tahun 2007 – 2010 sebanyak 77 perusahaan. 2. Sampel Menurut Supranto (1986:25) sampel ialah sebagian dari populasi, atau sering juga disebut contoh. Menurut Istijanto (2005:109) sampel dapat didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Akibatnya, sampel selalu merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah suatu bagian kecil yang diambil atau ditarik sebagai contoh dari populasi yang akan menjadi perhatian dalam sebuah penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:17) penarikan sampel dengan metode purposive adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan dan 72 tujuan penelitian. Kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perusahaan yang go public di BEI pada periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2010 yang sahamnya mengalami underpricing. b. Tersedia nama auditor yang mengaudit dan nama underwriter. c. Tersedia data laporan keuangan satu tahun sebelum IPO. d. Perusahaan yang sahamnya mengalami undepricing pada saat IPO yang memiliki data harga saham lengkap dan masih aktif dalam perdagangan selama periode penelitian yaitu antara tahun 2007 sampai tahun 2013. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh sampel sebesar 59, dengan perincian dalam tabel berikut ; Tabel.3.1 Proses Penentuan Sampel Keterangan Jumlah Perusahaan Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2007 22 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2008 19 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2009 13 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010 23 Sampel dikeluarkan karena overpricing (11) Sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap (7) Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian 59 73 C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data – data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber yaitu : situs idx.co.id, sahamok.com, Yahoo Finance, e-bursa.com, duniainvestasi.com, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan jurnal – jurnal serta literatur lainnya. Data yang digunakan meliputi : 1. Daftar nama dan tanggal perusahaan yang listing di BEI tahun 2007 – 2010, harga IPO saham perusahaan dan harga penutupan saham di hari pertama pasar sekunder diperoleh dari situs sahamok.com dan e- bursa.com tanggal akses 25 Februari 2014. 2. Data nama Underwriter yang menjadi penjamin perusahaan saat IPO diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010 dan situs idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014. 3. Data nama Auditor yang mengaudit laporan keuangan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010 dan situs idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014. 4. Data Return on Equity perusahaan yang listing di BEI tahun 2007 – 2010, diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010 dan situs idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014. 74 5. Data return saham yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 – 2013, Seluruh data return saham tersebut diperoleh dari Historical Price perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia melalui aplikasi HOTS, situs duniainvestasi.com, dan Yahoo Finance tanggal akses 25 28 Februari 2014. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari berbagai teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti dan hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Yang dapat menjadi sumber dari studi kepustakaan ini yaitu jurnal-jurnal, buku-buku literatur, internet ataupun media lainnya yang dapat menunjang penelitian ini. D. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah asumsi multivariate normality. Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi penelitian masing-masing variabel (Ghozali, 2011:160). Jika asumsi normalitas dipenuhi, maka nilai residual dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. Normalitas dapat dilihat dari nilai critical ratio (CR) sebesar ±2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 (p-value 1%) dan + 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.05 (p-value 5%) (Hair, edisi 5, hal 71). Apabila nilai CR yang dihasilkan dalam tabel masing-masing dimensi variabel memiliki nilai yang 75 lebih kecil dari ±2,58 maka disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal dan jika sebuah variabel adalah normal secara multivariat, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya. 2. Analisis Jalur (path analysis) Dalam penelitian ini penggunaan analisis jalur karena analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (Retherford 1993). Sedangkan definisi lain mengatakan analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of-fit. (Ghozali, 2008:21) Dalam penelitian ini penggunaan analisis jalur karena analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. 76 Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat dirperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung. (Ghozali, 2008:93). Dengan demikian dalam model hubungan antar varibel tersebut, terdapat variabel bebas (independent variable) atau dalam hal ini disebut variabel eksogen, dan variabel terikat (dependent variable) atau yang disebut variabel endogen melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir (Sugiyono,2010:297). Dilihat dari kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut : Sub struktur I : X1 Є1 X2 Y1 X3 Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y1 77 Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut : Y1 = ρX1Y1 +ρX2Y1 +ρX3Y1 + Є1 Keterangan : Y1 = Underprice X3 = Return On Equity (ROE) X1 = Reputasi Underwiter (UND) Є1 = Residual Error X2 = Reputasi Auditor (AUD) Sub Struktur II : X1 Є2 Y2 Y1 X3 Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X3, dan Y1 terhadap Y1 Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut : Y2 = ρX1Y2 +ρX3Y2 +ρY1Y2 + Є2 Keterangan : Y2 = Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP) Y1 = Underprice X3 = Return On Equity (ROE) X1 = Reputasi Underwiter (UND) Є2 = Residual Error 78 Hair et. al ( 1998 ) dalam Imam Ghozali ( 2008:61 ) mengajukan tahapan permodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu : Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justufikasi ( pembenaran ) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam model merupakan dedukasi dari teori. Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktrural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indicator atau manifest. 79 Langkah 4 : Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah obsrvasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS akan berubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukan dengan ordinary least square ( OLS ) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation ( ML ) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitive terhadapnon-normalitas data sehungga diciptakan teknik estimasi lain seperti Weight Least Square ( WLS ), Generalized Least Square ( GLS ) dan Asymptotivally Distribution Free ( ADF ). Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural model structural. Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi : ( 1 ) adanya nilai standar eror yang besar satu atau 80 lebih koefisien, ( 2 ) ketidakmampuan program untuk invert information matric, ( 3 ) nilai estimasi yang tidak mungkin misalnya error variance yang negative, ( 4 ) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90 ) antar koefisien estimasi. Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible ( masuk akal ) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari : 1. Absolut Fit Measure Absolut fit measure mengukur model fit secara keseluruhan ( baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan) a. Likelihood-Ratio Chi-Square Statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chisquare(χ2). Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau diobservasi dengan yang diprediksi berbeda korelasi yang secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas ( ρ) akan menghasilkan nilai probabilitas ( ρ) yang lebih besar dari tingkat signifikasi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak 81 signifikan ( ρ≥ 0.05 ) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b. CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan mmenggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Whaeton et. Al (1977 ) dalam Imam Ghozali (2008 ) nilai ratio 5 ( lima ) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrene ( 1988 ) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. c. Goodness of Fit Indexs ( GFI ) Goodnes of Fit Indexs ( GFI ) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon ( 1984 ) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 ( poor fit ) sampai 1 ( perfect fit ). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai diatas 90 % sebagai ukuran good fit. d. Root Mean Square Erorrs of Appriximination ( RSMEA ) Root Mean Square Erorrs of Appriximination ( RSMEA ) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendurungan statistic chi-aquare menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RSMEA antara 0,05 sampai 0,08 merupkan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RSMEA cocok untuk menguji model 82 konfitmatori atau competing model strategi dengan jumlah sampel besar. 2. Incremental Fit Measures Incremental Fit Measures membandingkan proposed model dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model- modelyang lain harus diatasnya. a. Adjusted Goodness of Indexs ( AGFI ) Adjusted Goodness of Indexs ( AGFI ) merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. b. Tucker-Lewis Indexs ( TLI ) Tucker-Lewis Indexs atau dikenal dengan nonnnormed fit indexs ( NNFI ). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis factor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. c. Normed Fit Index ( NFI ) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposal model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 ( no fit at all ) sampai 1.0 ( perfect fit ). Seperti halnya TLI tidak ada nilai 83 absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90. 3. Parsimony Fit Measures Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai dengan “ overfitting “ data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “ adjustment “ terhadap nilai 𝑅 2 didalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model. a. Parsimony Goodness of Fit Index ( PGFI ) Parsiminous Goodness-Of-Fit Index (PNFI ) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 dengan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony. b. Parsimony Normed Fit Index ( PNFI ) Parsimonious Normal Fit Index ( PNFI ) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlah jumlah degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. semakin baik. Semakin tinggi nilai PNFI Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model alternatif sehingga tidak ada nilai yang 84 direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan. Tabel 3.2 Standar Penilaian Kesesuaian ( Fit ) Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008) Laporan Statistik Cut of value Keterangan Absolut Fit Probabilitas χ 2 Tidak signifikan ( p > 0.05) χ2/df Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi ≤ 5 <2 -Ukuran yang reasonable -Ukuran Fit <0.1 -good fit < 0.05 -verry good fit < 0.01 -outstanding fit 0.05 ≤ × ≤ 0.08 -reasonable fit RMSEA GFI > 0.9 Good fit AGFI ≥ 0.9 Good fit TLI ≥ 0.9 Good fit NFI ≥ 0.9 Good fit Incremental Fit Parsimonious Fit PNFI PGFI ( Sumber : Imam Ghozali, 2008 ) 0-1.0 Lebih besar lebih baik 0-1-0 Lebih besar lebih baik 85 Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teotitis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-validated ( diestimasi dengan data terpisah ) sebelum model modifikasi diterima. E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan digunakan berdasarkan teori – teori dan hipotesis penelitian mengenai reputasi underwriter, reputasi auditor, Return on Equity, underpricing, dan kinerja saham jangka panjang, dimana variabel – variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Variabel terikat (dependen/endogen), yaitu : 1) Y1 adalah Underpricing yang diproksikan dengan initial return 2) Y2 adalah Kinerja saham jangka panjang yang diproksikan dengan abnormal return (AR). 86 b. Variabel bebas (independen/eksogen), yaitu : 1) X1 adalah reputasi underwriter 2) X2 adalah reputasi auditor 3) X3 adalah Return on Equity 2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel terikat (dependen/endogen) 1) Underpricing Variabel Underpricing dalam penelitian didefinisikan sebagai penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah daripada harga di pasar sekunder untuk saham yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2009) dan Amin (2007) Underpricing diukur dengan initial return, yang merupakan return awal yang diterima oleh investor yaitu selisih antara harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama perdagangan di bursa dengan harga di pasar perdana dibagi dengan harga perdana. Secara formal dinyatakan : Initial Return = (Harga Penutupan di hari pertama bursa – Harga perdana) Harga Perdana Untuk menghindari bias karena pengaruh magnitude pembaginya, maka digunakan rumus sebagai berikut : 87 Ri,t = ln(Pi,t-1 / Pi,t ) Keterangan : Ri,t = return saham i pada hari ke t, Pi,t = harga saham i pada hari ke t, Pi,t-1 = harga saham i pada hari ke t-1 (harga perdana) 2) Variabel Kinerja Saham Jangka Panjang Pengukuran kinerja jangka panjang ini menggunakan metode yang dilakukan oleh Yuniarti (2009) dan Amin (2007) diukur menggunakan abnormal return (AR) dengan mean adjusted model. Kinerja tahun pertama, tahun kedua, dan tahun ketiga setelah IPO, secara formal model pengukurannya adalah : Keterangan : ARi,t = abnbormal return saham i pada tahun ke t Ri,t = return saham i pada bulan ke t Ri,t1,t2 = rata-rata return saham i pada tahun ke t Untuk mendapatlkan agregate return, maka return dikalkulasi dengan model cumulative abnormal return (CAR) sebagai berikut : 88 Keterangan : b. CARi,t1,t2 = Cumulative abnormal return IPO i. ARi,t = Abnormal return IPO i, dalam bulan t. Variabel bebas (independen/eksogen) 1) Reputasi Underwriter Pengukuran reputasi underwriter menggunakan metode yang dilakukan oleh Kristiantari (2013) mengukur dengan memberi nilai 1 untuk underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan 0 untuk underwriter yang tidak memiliki reputasi tinggi. Penentuan ranking didasarkan perangkingan yang dibuat oleh Majalah Uang dan Efek, Koran Investor dan situs www.Bloomberg.com. Underwriter yang memiliki reputasi tinggi adalah underwriter yang masuk dalam top 5 underwriter, sedangkan underwriter yang tidak masuk dalam top 5 underwriter dikategorikan sebagai underwriter yang tidak memiliki reputasi tinggi. 2) Reputasi Auditor Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan menggunakan skala 1 untuk KAP yang masuk kategori big 4 dan 0 untuk KAP yang masuk dalam kategori non big 4. Data yang digunakan 89 adalah nama KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four yaitu KAP Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte Touche Tohmatsu), KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PwC), KAP Purwantono, Suherman & Surja (Ernst & Young), KAP Sidharta dan Widjaja (KPMG). Dengan data yang berasal dari laporan keuangan satu tahun sebelum IPO sama seperti yang dilakukan oleh Kristiantari (2013). 3) Return on Equity Variabel ROE merupakan variabel rasio profitabilitas yang ditentukan dengan pengukuran sebagai berikut Samsul (2006:145) : ROE = Laba Bersih Ekuitas 90 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Struktur Pasar Modal Indonesia Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam kesehariannya BEI dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh sekertaris perusahaan dan beberapa orang peneliti senior (idx.co.id). Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang – Undang No. 8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM). Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Bapepam selaku Badan Pengawas Pasar Modal (The Capital Market Supervisory Board) melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari – hari pasar modal (Rodoni, 2005:119). Badan serupa Bapepam di luar negeri biasanya disebut Securities and Exchange Commision. Bapepam yang dulu merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal (lahir tahun 1976), yang kemudian fungsinya diganti menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sejak 1992. Bapepam merupakan salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan (Rodoni, 2005:119). 91 Menteri Keuangan Bapepam Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) Bursa Efek Perusahaan Efek - Penjamin Emisi - Pedagang Perantara Efek - Manajer Investasi Lembaga Penunjang - Biro Administrasi Efek - Bank Kustodian - Wali Amanat - Penasehat Investasi - Pemeringkat efek Lembaga Penyimpangan dan Penyelesaian (LPP) Profesi Penunjang - Akuntan - Konsultasi Hukum - Penilai - Notaris Emiten - Perusahaan Publik - Reksadana Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia Sumber : Rodoni (2005 : 120) B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS AMOS 21.0 yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti yakni variabel independen (variabel bebas), pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, dan Return on Equity serta variabel dependen (variabel terikat) underpricing dan kinerja saham jangka panjang. 92 a. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing Tabel.4.1 Sampel Perusahaan yang Mengalami Underpricing No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Harga IPO Closing BISI 200 340 WEHA 245 415 BKDP 120 204 SGRO 2340 2525 MNCN 900 940 PKPK 400 680 LCGP 125 212 DEWA 335 565 GPRA 310 345 WIKA 420 560 ACES 820 980 PTSN 580 640 JSMR 1700 2050 JKON 615 980 CSAP 200 220 ITMG 14000 19600 ASRI 105 178 COWL 130 221 BAPA 150 255 TRIL 400 680 ELSA 400 515 YPAS 545 640 KOIN 170 226 GZCO 225 275 TPIA 2200 2850 BSDE 550 560 INDY 2950 3425 PDES 200 340 KBRI 260 355 ADRO 1100 1730 Sumber : data diolah,2014 Kode IR No. Kode 70.00 69.39 70.00 7.91 4.44 70.00 69.60 68.66 11.29 33.33 19.51 10.34 20.59 59.35 10.00 40.00 69.52 70.00 70.00 70.00 28.75 17.43 32.94 22.22 29.55 1.82 16.10 70.00 36.54 57.27 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 HOME TRAM SIAP TRIO INVS MKPI BWPT DSSA BCIP EMTK PTPP BIPI TOWR ROTI GOLD SKYB GREN IPOL BUVA BRAU HRUM ICBP TBIG KRAS APLN BORN MIDI BRMS MFMI Harga IPO Closing 110 183 125 159 150 159 225 230 125 145 2100 2750 550 570 1500 2250 110 173 720 730 560 580 140 191 1050 1570 1275 1490 350 520 375 560 105 178 210 235 260 310 400 445 5200 5450 5395 5950 2025 2400 850 1270 365 410 1170 1280 275 410 635 700 200 340 IR 66.36 27.20 6.00 2.22 16.00 30.95 3.64 50.00 57.27 1.39 3.57 36.43 49.52 16.86 48.57 49.33 69.52 11.90 19.23 11.25 4.81 10.29 18.52 49.41 12.33 9.40 49.09 10.24 70.00 93 Perusahaan yang tidak mengalami underpricing ada 11 perusahaan diantaranya PT Ciputra Property Tbk, PT Duta Graha Indah Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, PT Bayan Resources Tbk, PT Verena Multi Finances Tbk, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, PT Garda Tujuh Buana Tbk, PT Katarina Utama Tbk, PT Pelat Timah Nusantara Tbk, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, PT Wintermar Offshore Marine Tbk. Sedangkan perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan ada 7 perusahaan yaitu PT Bank Windu Kentjana International Tbk, PT Bank Capital Indonesia Tbk, PT Bank Ekonomi Raharja Tbk, PT Batavia Prosperindo Finance Tbk, PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk, PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk, PT Bank Sinarmas Tbk. Sehingga dari 77 perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 2007 – 2010, hanya 59 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. b. Analisis Deskriptif Variabel yang Digunakan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 perusahaan, yaitu perusahaan yang mengalami underpricing (initial return > 0) dan mempunyai kelengkapan data yang diteliti. Tabel.4.2 Variabel Yang Digunakan No. Kode IR (%) Reputasi Underwriter 1 2 3 4 5 BISI WEHA BKDP SGRO MNCN 70.00 69.39 70.00 7.91 4.44 0 0 0 1 1 Reputasi Auditor ROE 0 0 1 1 0 0.28 0.02 0.01 0.28 0.26 Return Jangka Panjang -0.434 0.031 -0.080 -0.056 -0.004 94 Lanjutan tabel 2 No. Kode IR (%) Reputasi Underwriter 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 PKPK LCGP DEWA GPRA WIKA ACES PTSN JSMR JKON CSAP ASRI ITMG COWL BAPA TRIL ELSA YPAS KOIN GZCO TPIA BSDE INDY PDES KBRI ADRO HOME TRAM SIAP TRIO INVS MKPI BWPT DSSA 70.00 69.60 68.66 11.29 33.33 19.51 10.34 20.59 59.35 10.00 69.52 40.00 70.00 70.00 70.00 28.75 17.43 32.94 22.22 29.55 1.82 16.10 70.00 36.54 57.27 66.36 27.20 6.00 2.22 16.00 30.95 3.64 50.00 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 Reputasi Auditor ROE 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0.19 0.02 0.07 0.07 0.23 0.33 0.11 0.19 0.21 0.08 0.18 0.10 -0.10 0.03 0.16 0.11 0.21 0.08 0.05 0.60 0.08 0.16 0.12 -0.14 0.04 0.02 0.21 0.01 0.24 0.04 0.28 0.44 0.09 Return Jangka Panjang -0.033 0.194 0.130 -0.020 -0.088 -0.320 0.259 -0.127 -0.058 0.110 -0.272 -0.185 0.018 -0.062 0.233 -0.024 -0.118 -0.272 -0.138 -0.121 -0.349 -0.126 -0.126 0.246 0.117 -0.128 -0.602 -0.203 -0.361 -0.854 0.192 -0.223 -0.725 95 Lanjutan tabel 3 No. Kode IR (%) Reputasi Underwriter Reputasi Auditor ROE 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0.03 0.07 0.29 0.00 0.22 0.34 0.22 0.22 0.01 0.46 0.04 0.68 0.53 0.28 0.17 0.15 0.09 0.08 0.02 0.08 0.13 39 BCIP 57.27 40 EMTK 1.39 41 PTPP 3.57 42 BIPI 36.43 43 TOWR 49.52 44 ROTI 16.86 45 GOLD 48.57 46 SKYB 49.33 47 GREN 69.52 48 IPOL 11.90 49 BUVA 19.23 50 BRAU 11.25 51 HRUM 4.81 52 ICBP 10.29 53 TBIG 18.52 54 KRAS 49.41 55 APLN 12.33 56 BORN 9.40 57 MIDI 49.09 58 BRMS 10.24 59 MFMI 70.00 Sumber : data diolah,2014 Return Jangka Panjang -0.356 -0.354 -0.154 -0.265 -0.704 -0.374 -0.082 -0.109 -0.012 0.056 -0.140 0.089 0.189 -0.104 -0.192 0.252 0.054 0.226 -0.109 0.066 0.026 Tabel 4.3 Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UND 59 .00 1.00 .2881 .45678 AUD 59 .00 1.00 .3051 .46440 ROE 59 -.14 .68 .1605 .15770 Underprice 59 .01 .70 .3454 .24965 RJKP 59 -.854 .259 -.11146 .241686 Valid N (listwise) 59 Sumber : data diolah SPSS 18, 2014 96 Pada tabel 4.3 pada variabel UND menunjukkan bahwa rata – rata variabel underwriter dari seluruh sampel adalah 0,2881 yang berarti 28,81% dari seluruh perusahaan sampel telah menggunakan jasa underwriter yang memiliki reputasi tinggi menurut rangking top 5 underwriter didasarkan perangkingan yang dibuat oleh Majalah Uang dan Efek, Koran Investor dan situs Bloomberg.com. Statistik deskriptif pada variabel AUD menunjukkan bahwa rata – rata variabel auditor dari seluruh perusahaan sampel adalah 0,3051 yang berarti 30,51% dari seluruh perusahaan sampel telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four yaitu KAP Osman Bing Satrio & Eny, KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, KAP Purwantono, Suherman & Surja, KAP Sidharta dan Widjaja. Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir sebelum melakukan IPO. Informasi ROE ini diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan hasil statistik deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh rata – rata ROE sebesar 0,1605 yang berarti rata – rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar 16,05% dibanding dengan total ekuitasnya pada laporan terakhir sebelum IPO. Variabel Underprice menggambarkan bahwa rata rata – rata nilai underpricing dari 59 perusahaan yang IPO di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 34,54% dengan standar deviasi 24,96%. Tingkat underpricing yang tertinggi terjadi pada saham IPO PT BISI International Tbk, PT Bukit Darmo 97 Property Tbk, PT Perdana Karya Perkasa Tbk, PT Cowell Development Tbk, PT Bekasi Asri Pemula Tbk, PT Triwira Insanlestari Tbk, PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk, PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk yaitu sebesar 70% sedangkan tingkat underpricing terendah terjadi pada saham IPO PT Elang Mahkota Teknologi Tbk sebesar 1,39%. Variabel RJKP menunjukkan bahwa rata – rata return saham jangka panjang semua perusahaan sampel sebesar – 0,11146 yang berarti rata – rata return saham jangka panjang seluruh perusahaan sampel mengalami penurunan 11,15% pada tahun ke tiga setelah IPO. Penurunan return saham jangka panjang terendah terjadi pada PT Inovisi Infracom Tbk sebesar 85,4%, sedangkan tingkat return saham jangka panjang tertinggi terjadi pada PT Sat Nusapersada Tbk sebesar 25,9%. 2. Uji Normalitas Uji normalitas data betujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang mempunyai distribusi normal. Terdapat dua cara pegujian normalitas yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu distribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih kecil dari nilai kritik tabel + 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.05 (p-value 5%). (Hair, edisi 5, hal 71), jika sebuah variabel adalah normal secara multivariat, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya. Berikut ini hasil uji normalitas data : 98 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Variable min max skew ROE -.140 .680 1.150 AUD .000 1.000 .847 UND .000 1.000 .936 Underprice .014 .700 .265 RJKP -.854 .259 -.888 Multivariate Sumber : data diolah AMOS, 2014. c.r. 3.605 2.655 2.934 .832 -2.784 kurtosis 1.664 -1.283 -1.125 -1.473 1.008 -.504 c.r. 2.609 -2.012 -1.763 -2.309 1.581 -.231 Pada tabel diatas, dengan analisis secara univariate, diketahui bahwa variabel AUD, UND, Underprice, dan RJKP berdistribusi normal karena nilai C.R. skewnes atau C.R. kurtosis kurang dari nilai kritik tabel + 1,96 maupun + 2,58 pada tingkat signifikansi 0.01 (p-value 1%). Namun untuk variabel ROE nilai C.R. skewnes atau C.R. kurtosis lebih besar dari nilai kritik tabel + 1,96 maupun + 2,58 sehingga distribusi data dinyatakan tidak normal. Jika pengujian dianalisis secara multivariate, diketahui bahwa C.R. kurtosis sebesar -0,231 kurang dari nilai kritik tabel + 1,96. Maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data adalah normal secara multivariate. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal untuk sebagian variabel secara univariate dan terdistribusi normal secara multivariate. Oleh karena itu asumsi normalitas dapat terpenuhi. Hair (edisi 5, hal 71) menyebutkan jika sebuah variabel adalah normal secara multivariate, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya. 3. Uji Kesesuaian Model 99 Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji keseuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor dan ROE Terhadap Underpricing serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali ( 2008 ) Hasil Keterangan Tidak signifikan ( p > 0.05) 0.000(0.983) Model cocok Absolut Fit Probabilitas χ2 Df χ2/df 1 ≤ 5 <2 <0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 ≤ × ≤ 0.08 > 0.9 0.000 Good fit 0.000 Good fit - - ≥ 0.9 - - TLI ≥ 0.9 1.284 Good fit NFI Parsimonious Fit ≥ 0.9 1.000 Good fit PNFI 0-1.0 0.1 RMSEA GFI Incremental Fit AGFI PGFI 0-1.0 Sumber : Data diolah AMOS, 2014 - Lebih besar lebih baik - Dilihat dari nilai chi-square sebesar 0.000 dengan probabilitas 0.983 yang jauh diatas 0.05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0.000 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada di bawah 2. 100 Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti GFI, TLI, NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Imam Ghozali (2008:71) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit yang lainnya. 4. Analisis Jalur Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh reputasi Underwriter, reputasi Auditor, dan Return on Equity sebagai variabel eksogen terhadap Underprice sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh reputasi Underwriter, Underprice dan Return on Equity sebagai variabel eksogen terhadap kinerja saham jangka panjang perusahaan yang IPO. Sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 21, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut. Gambar 4.2 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan Sumber : data diolah AMOS, 2014 101 a. Analisis Korelasi Korelasi antara reputasi Underwriter (UND), reputasi Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Korelasi reputasi Underwriter (UND), reputasi Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE) Korelasi Antar Variabel Estimasi P AUD <--> ROE .064 .628 UND <--> AUD .391 .006 UND <--> ROE .244 Sumber : data diolah AMOS, 2014 .071 1) Korelasi antara reputasi Auditor (AUD) terhadap Return on Equity (ROE) Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel reputasi Auditor terhadap Return on Equity (ROE). Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut : 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) > 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat > 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat > 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipootesis : Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan : Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak 102 Korelasi sebesar 0,064 mempunyai maksud hubungan antara variabel reputasi Auditor (AUD) terhadap Return on Equity (ROE) sangat lemah dan searah. Searah artinya jika perusahaan menggunakan Auditor yang memiliki reputasi mengalami kenaikan maka Return on Equity (ROE) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,628 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 2) Korelasi antara reputasi Underwriter ( UND) terhadap reputasi Auditor (AUD) Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel reputasi Underwriter (UND) terhadap reputasi Auditor (AUD) sebesar 0,391. Korelasi sebesar 0,391 mempunyai maksud hubungan antara reputasi Underwriter (UND) terhadap reputasi Auditor (AUD) cukup kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan perusahaan yang menggunakan Underwriter yang memiliki reputasi yang tinggi maka perusahaan yang menggunakan Auditor yang berreputasi tinggi juga mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,006 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. 3) Korelasi antara reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on Equity (ROE) 103 Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on Equity (ROE) sebesar 0,244. Korelasi sebesar 0,244 mempunyai maksud hubungan antara reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on Equity (ROE) sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan perusahaan yang menggunakan jasa Underwriter yang memiliki reputasi yang tinggi maka Return on Equity (ROE) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,071 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak siginifikan, akan tetapi jika mengacu pada probabilitas 0,1 maka korelasi dua variabel tersebut dapat dikatakan signifikan. b. Pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) terhadap underprice. Gambar hasil diagram jalur substruktur pertama dari hasil perhitungan menggunakan AMOS 21 adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 Diagram Jalur Substruktur I Sumber : data diolah AMOS, 2014 104 Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) terhadap underprice baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya perngaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (lihat lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 21 adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Pengaruh Antara Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, ROE, Terhadap Underprice Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas UND Underprice -.437 .000 AUD Underprice -.102 .375 ROE Underprice -.248 .023 R Square 0.353 Sumber : data diolah AMOS, 2014 Untuk melihat pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) secara gabungan terhadap underprice, kita dapat melihat hasil pada tabel 4.7 khususnya angka R square. Besarnya angka R square (r2) adalah 0,353. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) secara gabungan 105 terhadap underprice dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut : KD = r2 x 100% KD = 0,353 x 100% KD = 35,3% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) terhadap underprice secara simultan adalah 35,3% sedangkan sisanya sebesar 64,7% (100% - 35,3%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) adalah sebesar 35,3%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel – variabel lain di luar model ini adalah sebesar 64,7%. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.7, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel reputasi underwriter (UND) dengan underprice, dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0.000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel reputasi underwriter (UND) dengan underprice. Besarnya pengaruh reputasi underwriter (UND) dengan underprice sebesar -0.437 atau -43,7%. 106 Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, bahwa semakin tinggi reputasi underwriter yang digunakan oleh perusahaan maka tingkat underpricing akan semakin rendah, dan sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa underwriter memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Hal ini disebabkan karena underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing rendah. Dalam menghadapi IPO, calon investor cenderung melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter karena menurut investor, underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Begitu pula jika dibandingkan dengan emiten, underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang pasar. Temuan ini tidak konsisten dengan Trisnawati (1998), Daljono (2000), Yolana dan Martani (2005). Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan proksi yang digunakan, seperti dalam penelitian Yolana dan Martani (2005), reputasi underwriter (variabel dummy) diukur dengan memberi nilai 1 untuk underwriter yang masuk top 10 dalam 20 most active brokerage monthly JSX berdasarkan total frekuensi perdagangan dan nilai 0 untuk underwriter yang tidak masuk top 10. Dengan ukuran ini, hasil dapat menjadi bisa karena underwriter yang merupakan anggota JSX, dapat saja memiliki fungsi lain yaitu sebagai joint venture, invesment manager, maupun 107 securities broker (JSX dan IDX Factbook). Dengan demikian, peringkat yang diberikan IDX berdasarkan total frekuensi perdagangan, tidak secara khusus dapat mewakili keaktifan underwriter tersebut dalam melakukan penjaminan emisi saham (IPO). Pengaruh antara variabel reputasi auditor (AUD) terhadap underprice dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0.375 > 0.05. Maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linear antara variabel reputasi auditor (AUD) terhadap underprice. Besarnya pengaruh reputasi auditor (AUD) terhadap underprice sebesar -0.102 atau -10,2%. Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, tidak ada hubungan antara reputasi auditor (AUD) terhadap underprice. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice hal ini disebabkan karena mulai tahun 2002, banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non big 4. Hal ini dapat disebabkan oleh runtuhnya citra KAP big 4 setelah terjadi kasus KAP Arthur Andersen. Bahkan mulai tahun 2007 sampai dengan 2010 lebih banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4. Persentase penggunaan KAP big 4 dan non big 4 oleh perusahaanperusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2010 dapat dilihat dalam Grafik berikut : 108 Gambar 4.4 Grafik Persentase Penggunaan KAP Big 4 dan Non Big 4 Sumber : Kristiantari (2013) Temuan ini semakin memberikan bukti bahwa investor tidak mempertimbangkan reputasi auditor dalam menilai emiten yang melakukan IPO. Runtuhnya citra akuntan publik akibat kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen tampaknya membuat kepercayaan publik (dalam hal ini adalah investor) atas objektivitas dan independensi akuntan publik, bahkan yang memiliki reputasi tinggi (KAP big 4) berkurang. Pengaruh antara variabel return on equity (ROE) terhadap underprice dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0.023 < 0.05. Maka telah cukupdata untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel return on equity (ROE) dengan underprice. Besarnya pengaruh return on equity (ROE) terhadap underprice sebesar -0.248 atau -24,8%. 109 Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, apabila nilai return on equity (ROE) mengalami kenaikan, maka tingkat underprice akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice yang berarti penelitian ini membuktikan teori signalling yang dikemukakan oleh Kim.et.al dalam Chastina dan Martani (2005). IPO dari emiten dengan rasio ROE yang tinggi akan menciptakan sentimen positif bagi investor dalam membeli saham perusahaan tersebut, sehingga pelaksanaan IPO diharapkan berhasil oleh underwriter dan emiten kemudian cenderung untuk tidak menentukan harga penawaran perdana yang jauh lebih rendah dibawah harga sewajarnya atau dengan kata lain menurunkan besarnya underpricing. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa ROE menjadi informasi yang penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahan IPO satu tahun sebelum penawaran saham perdana. c. Pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) 110 Adapun gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur Kedua adalah sebagai berikut : Gambar 4.5 Diagram Jalur Substruktur II Sumber : Data diolah AMOS, 2014 Analisis jalur substruktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikan pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (lihat pada lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 21 adalah sebagai berikut : 111 Tabel 4.8 Pengaruh antara underprice, reputasi underwriter, ROE, terhadap return saham jangka panjang Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas UND RJKP .378 .010 ROE RJKP -.009 .949 Underprice RJKP .279 .069 R Square 0.108 Sumber : Data diolah AMOS, 2014 Untuk melihat pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.8 kolom R Square. Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,108. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) secara simultan adalah 10,8% (0,108 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 89,2% (100% - 10,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 10,8%, sementara pengaruh 89,2% disebabkan oleh variabel – variabel lain di luar model ini. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 112 Pengaruh variabel reputasi underwriter (UND) terhadap return saham jangka panjang (RJKP), dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0,010 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya ada hubungan linier antara variabel reputasi underwriter (UND) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Besarnya pengaruh reputasi underwriter (UND) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378 atau 37,8%. Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya semakin tinggi reputasi underwriter yang digunakan maka akan semakin baik kinerja saham perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham jangka panjang (RJKP), Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan emisi serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya penawaran saham. Apabila emiten menggunakan underwriter yang berkualitas tinggi, maka para investor akan merespon positif informasi tersebut. Dengan memilih underwriter yang berkualitas, emiten juga berharap mampu mendapatkan return maksimal dari saham yang dilepas. Sebaliknya, para investor akan memberikan sinyal negatif apabila emiten menggunakan underwriter yang kurang professional. Dengan demikian keberadaan underwriter dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna bagi investor dalam menentukan 113 pembuatan keputusan berinvestasi baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Maka dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka semakin baik pula kinerja saham suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai IPO yang ditanggung oleh underwriter dalam melakukan penjaminan emisi terhadap saham yang diterbitkan oleh emiten, maka semakin baik reputasi underwriter tersebut dan tingkat kepercayaan emiten terhadap underwriter tersebut semakin tinggi. Pengaruh variabel return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0,949 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya tidak ada hubungan linier antara variabel return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Besarnya pengaruh return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,009 atau -0,9%. Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada hubungan antara return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana, dkk (2013:7) dan Kusumawardani (2010) bahwa ROE tidak signifikan dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Penelitian ini menunjukkan hasil Kinerja yang negatif, hal ini berarti manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan 114 memaksimumkan nilai perusahaan. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penana man modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, ROE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE negatif, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Pengaruh variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0,069 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha walaupun pada tingkat signifikansi 10% angka tersebut masih dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan hasil tersebut artinya tidak ada hubungan linier antara variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Besarnya pengaruh undeprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,279 atau 27,9%. Underprice memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada hubungan antara underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Dilihat dari arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan dengan hipotesis fads berargumen bahwa IPO kemungkinan dihargai secara benar akan tetapi para investor menilai terlalu berlebihan terhadap penerbitan saham baru pada 115 awal perdagangan di pasar sekunder. Hipotesa lain yang mendukung adalah hipotesa impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985), yang menyatakan bahwa saham IPO sengaja di-underprice oleh underwriter untuk menampilkan kesan adanya kelebihan permintaan saham, sehingga diduga investor yang tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar perdana akan mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal perdagangan di pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175). Amin (2007:16) menambahkan hasil pengujian yang menunjukkan adanya fenomena underpricing pada perusahaan sampel menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan underpricing sebagai suatu mekanisme untuk menandai kualitas perusahaan. Dengan melakukan underpricing terhadap saham-saham perdananya, perusahaan akan mampu memberikan kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang, dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak melakukan underpricing. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.9 Pengujian Pengaruh antara Variabel Eksogen dengan Endogen Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan UND Underprice -.437 .000 Signifikan AUD Underprice -.102 .375 Tidak Signifikan ROE Underprice -.248 .023 Signifikan Underprice RJKP .279 .069 Tidak Signifikan UND RJKP .378 .010 Signifikan -.009 .949 Tidak Signifikan ROE RJKP Sumber : Data diolah AMOS, 2014 116 d. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa pengaruh langsung return saham jangka panjang (RJKP) dan pengaruh tidak langsung return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice, dan pengaruh total dari reputasi underwriter, reputasi auditor, return on equity dan underprice terhadap return saham jangka panjang dapat dilihat pada gambar dan uraian sebagai berikut : Gambar 4.6 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan Sumber : data diolah AMOS, 2014 1) Pengaruh antara variabel reputasi underwriter (UND) terhadap underprice Reputasi underwriter memilki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap underprice sebesar -0,437. 2) Pengaruh antara variabel reputasi underwriter (UND) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Reputasi underwriter memiliki pengaruh langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378. Pengaruh tidak langsung reputasi underwriter terhadap return saham jangka panjang 117 (RJKP) melalui underprice sebesar -0,122(-0,437 x 0,279). Pengaruh langsung Reputasi underwriter (UND) lebih besar dari pada pengaruh tidak langsung sebesar 0,378 sehingga variabel Reputasi underwriter (UND) lebih berpengaruh secara langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) daripada melalui variabel underprice. Pengaruh total reputasi underwriter terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,257 (0,378 + (-0,122)). 3) Pengaruh variabel reputasi auditor (AUD) terhadap underprice Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap underprice sebesar -0,102. 4) Pengaruh variabel reputasi auditor (AUD) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh tidak langsung/pengaruh total terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,028 (-0,102 x 0,279). 5) Pengaruh variabel return on equity (ROE) terhadap underprice Return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap underprice sebesar -0,248. 6) Pengaruh variabel return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) Return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,009. Pengaruh tidak langsung Return on equity (ROE) terhadap return saham jangka 118 panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,069 (-0,248 x 0,279). Pengaruh tidak langsung Return on equity (ROE) lebih besar dari pada pengaruh langsung sebesar -0,069 sehingga variabel Return on equity (ROE) lebih berpengaruh secara tidak langsung melalui variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Adapun pengaruh total return on equity terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,078 (-0,009 + (-0,069)). 7) Pengaruh variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP) Underprice memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap Return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,279. Berdasarkan uraian pengaruh langsung return saham jangka panjang (RJKP) dan pengaruh tidak langsung return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice, dan pengaruh total dari reputasi underwriter, reputasi auditor, return on equity dan underprice terhadap return saham jangka panjang dapat dirangkum kedalam tabel sebagai berikut ; Tabel 4.10 Rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung, dan pengaruh total tentang reputasi underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), Return on Equity (X3), dan Underprice (Y1) terhadap Return saham jangka panjang (Y2) Pengaruh kausal Pengaruh variabel Tidak langsung Langsung Total Melalui Y1 X1 Y1 -0,437 - -0,437 X1 Y2 0,378 -0,122 0,257 119 X2 Y1 -0,102 - -0,102 X2 Y2 - - 0,028 -0,028 X3 Y1 -0,248 - -0,248 X3 Y2 -0,009 - 0,069 -0,078 Y1 Y2 0,279 - 0,279 Sumber : Data diolah AMOS, 2014 5. Interpretasi Hasil Berdasarkan uraian dan perhitungan tersebut diatas maka dapat disusun persamaan path analysis sebagai berikut : a. Persamaan Sub Struktur I Underprice = -0,437 UND – 0,102 AUD – 0,248 ROE + 0,647 Є1 ; R square = 0,353 Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap underprice pada setiap IPO saham. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan negative terhadap underprice. underwriter yang Artinya, digunakan bahwa oleh semakin tinggi reputasi perusahaan maka tingkat underpricing akan semakin rendah, dan sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa underwriter memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Menurutnya, underwriter yang bereputasi tinggi lebih 120 berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing rendah. Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, tidak ada hubungan antara reputasi auditor (AUD) terhadap underprice. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi auditor tidak signifikan dan negatif terhadap underprice, hal ini disebabkan karena terdapat pola dominasi yang bertolak belakang atas penggunaan jasa KAP, bahkan mulai tahun 2007 sampai dengan 2010, lebih banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4. Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, apabila nilai return on equity (ROE) mengalami kenaikan, maka tingkat underprice akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underpricing yang berarti penelitian ini membuktikan teori signalling yang dikemukakan oleh Kim.et.al dalam Chastina dan Martani (2005) yang dapat dikatakan bahwa ROE menjadi informasi yang penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahan IPO satu tahun sebelum penawaran saham perdana b. Persamaan Sub Struktur II RJKP = 0,378 UND – 0,009 ROE + 0,279 Underprice + 0,892 Є2; 121 R square = 0,108 Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel reputasi underwriter, return on equity dan underprice berpengaruh signifikan terhadap underprice pada setiap IPO saham. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya semakin tinggi reputasi underwriter yang digunakan maka akan semakin baik kinerja saham perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham jangka panjang (RJKP), Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan emisi serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya penawaran saham, apabila emiten menggunakan underwriter yang berkualitas tinggi, maka para investor akan merespon positif informasi tersebut. Dengan demikian keberadaan underwriter dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna bagi investor dalam menentukan pembuatan keputusan berinvestasi baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Maka dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka semakin baik pula kinerja saham suatu perusahaan. Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya 122 tidak ada hubungan antara return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana, dkk (2013:7) dan Kusumawardani (2010) bahwa ROE tidak signifikan dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Penelitian ini menunjukkan hasil Kinerja yang negatif, hal ini berarti manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Underprice memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada hubungan antara underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Dilihat dari arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan dengan hipotesis fads berargumen bahwa IPO kemungkinan dihargai secara benar akan tetapi para investor menilai terlalu berlebihan terhadap penerbitan saham baru pada awal perdagangan di pasar sekunder. Hipotesa lain yang mendukung adalah hipotesa impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985), yang menyatakan bahwa saham IPO sengaja di-underprice oleh underwriter untuk menampilkan kesan adanya kelebihan permintaan saham, sehingga diduga investor yang tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar perdana akan mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal perdagangan di pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175). 123 Amin (2007:16) menambahkan hasil pengujian yang menunjukkan adanya fenomena underpricing pada perusahaan sampel menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan underpricing sebagai suatu mekanisme untuk menandai kualitas perusahaan. Dengan melakukan underpricing terhadap saham-saham perdananya, perusahaan akan mampu memberikan kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang, dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak melakukan underpricing. 124 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil pengujian path analysis pada Substruktur I ditemukan bahwa variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) memiliki pengaruh secara simultan terhadap underprice sebesar 0,353 atau 35,3%. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Reputasi underwriter (UND) dan Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice, sedangkan variabel Reputasi auditor (AUD) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. 2. Hasil pengujian path analysis pada Substruktur II ditemukan bahwa variabel reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice memiliki pengaruh secara simultan terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,108 atau 10,8%. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP), sedangkan 122 Return on equity (ROE) dan undeprice tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham jangka panjang (RJKP). 3. Dari hasil pengujian substruktur I dan II, diketahui bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu variabel underwriter memilki pengaruh langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378. Sedangkan pengaruh tidak langsung reputasi underwriter terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,122. Variabel reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh tidak langsung/pengaruh total terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar 0,028. Variabel return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,009. Sedangkan Pengaruh tidak langsung Return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,069. Variabel underprice memiliki pengaruh langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,279. B. Implikasi 1. Bagi Emiten Bagi perusahaan selaku emiten yang akan melakukan IPO, hendaknya lebih memperhatikan kondisi keuangan maupun lembaga yang akan menangani penawaran perdana saham perusahaan karena menurut penelitian ini kondisi keuangan maupun lembaga yang menangani IPO secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap tingkat underprice pada saat 123 Initial Public Offering (IPO) dan kinerja saham kedepannya sehingga perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang optimal. 2. Bagi Investor Dinamika perubahan yang terjadi pada harga saham baik pada saat Initial Public Offering (IPO) maupun jangka panjang dapat membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal. Dengan mengamati dampak perubahan harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI maka investor dapat membuat suatu keputusan investasi. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya. C. Saran Berikut ini adalah beberapa saran dari penulis bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian berikutnya berkaitan dengan penelitian ini : 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data seperti data ROE yang lebih akurat dan dengan rentang waktu yang lebih panjang mengikuti data Return Saham Jangka Panjang memungkinkan hasil penelitian yang lebih baik. 124 2. Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak, baik dari variabel internal maupun variabel eksternal perusahaan seperti umur perusahaan, financial leverage, ukuran perusahaan, proporsi saham yang ditawarkan, price earning ratio, inflasi, dan tingkat suku bunga untuk memperkaya perspektif analisis. 3. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid. 125 Daftar Pustaka Abid, Muhammad Talkhisul dan Harjum Muharam.”Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana (IPO) : Studi Kasus Pada Perusahaan Non Finansial yang GO Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2009”. Diponegoro Journal Of Management : Volume 2, Nomor 3 : Tahun 2013. Alwi, Iskandar Z.. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: yayasan Pancur Siwah, 2003 Amin, Amirul. “Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia.”. Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hassanuddin : Makassar 26-28 Juli 2007. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001 Asmalidar.”Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek dan Jangka Panjang Sahap Initial Public Offering di Pasar Sekunder Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi, Vol. 14, No 4, September 2011. Brigham, Eugene F, Daves R.Philip, ”Intermediate Financial Management”, Thomson South Western : 231-232, 486-515,2004. Darmadji Tjipto dan Hendry M Fakhruddin. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat , 2001. Fakhruddin, Hendry M. ”Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan”. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008. 126 Fakhruddin, Hendy M. Go Public: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008. Fitriani, Dini.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Setelah IPO (Studi Kasus IPO Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia periode 20052010)”. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. Ghazali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Edisi 5, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011. Ghazali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0”, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008. Hair, Anderson and Tatham, Black (1995). Multivariate Data Analysis. 5th ed. Pearson Education Hamid, Abdul. 2012. Buku Paduan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : STIM YKPN, 2007. Hariyani, Iswi dan Serfianto Dibyo Purnomo. “Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Reksadana, & Produk Pasar Modal Syariah”. Jakarta : Visimedia, 2010. Istijanto. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005. Jogiyanto,S.H. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2000. Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian.”Analisis Falktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Initial 127 Public Offering di BEI”. Jurnal Ilmiah WIDYA : Volume 1 Nomor 1, Mei – Juni 2013. Kristiantari, I Dewa Ayu. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Volume 2 Nomor 2, Juni 2013. Loughran, Tim and Jay R Ritter.“Why Has IPO Undepricing Changed Over Time?”. Mendoza College of Business University of Notre Dame and University of Florida : 3 December 2002. Manurung, Adler H.”Teori IPO – Buku Teori Investasi: Konsep dan Empiris”. 2012 Nurhidayati, Siti, and Nur Indriantoro. "Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta." Journal of Indonesian Economy and Business, Vol 13. No 1. 1998. Perdana, Rizky Agustine Putri. dkk. "Pengaruh Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011)." Jurnal Administrasi Bisnis Volume 2, No.1, 2013. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. Reksa Dana : Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009. Puspita, Tifani. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Initial Public Offering (Ipo) di Bursa Efek Indonesia Peride 2005 – 2009”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011. Rahardjo, Sapto.”Kiat Membangun Aset Kekayaan : Paduan Investasi Saham dari A sampai Z”. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2007. 128 Rahmania, Ashri. “Underpricing dan Performa Jangka Panjang Ipo di Indonesia Periode 2000 – 2004”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Depok, 2008. Ratnasari, Anggita dan Gunasti Hudiwinarsih.”Analisis Pengaruh Informasi Keuangan, Non Keuangan Serta Ekonomi Makro terhadap Underpricing Pada Perusahaan Ketika IPO”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, STIE Perbanas Surabaya Vol. 18, No. 2 Agustus 2013. Raudhatul Hidayah, dkk. Perbandingan Underpricing Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah Penelitian Dosen Muda : Universitas Andalas, 2009. Riduwan dan Kuncoro Engkos Achmad, “Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis)”. Alfabeta, Bandung, 2008 Rodoni, Ahmad.”Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertai Hasil Penelitian”.Center for Social Economic Studies (CSES) Press : Jakarta, 2005 Ronni B, Sautama.”Problema Anomali Dalam Initial Public Offering (IPO)."Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan : Universitas Kristen Petra Vol 5 Nomor 2, 2004. Ronni B, Sautma.”Aplikasi WIPO(Withdrawn Initial Public Offering) Model Terhadap Anomali Pasar Perdana”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan : Universitas Kristen Petra Vol 6 Nomor 2, 2005. Rosyati dan Arifin Sabeni.“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, 2002. Salim, Peter. The Contemporary English – Indonesian Dictionary, Edisi Kedua. Modern English Press, 1985. 129 Samsul, Mohammad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga, 2006. Sanora, Cynthia. "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Saham Setelah Penawaran Umum Perdana." Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) Volume 1, No.4, 2013. Sarwono, Jonathan, “Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS”. CV Andi Offset Yogyakarta, 2007. Sjahrial, Dermawan. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2006. Sjahruddin dan Yusralaini.”Underpricing dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi”. Jurnal Ekonomi Jurusan Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Vol 12, No.1, 2009. Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”. Alfabeta : Bandung, 2010 Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Edisi 2 Buku 1 Dan 2. Jakarta : Salemba Empat 2009. Sunyoto, Danang. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”. Yogyakarta: CAPS.2011 Supranto, J. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi 4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 1986 Tambunan, Andy Porman. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008. Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama.Yogyakarta : Kanisius, 2010. trihastutie.wordpress.com Weston, J Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan (Managerial Finance), Edisi ke 2 Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 1986. 130 Widoatmodjo, Swawidji. Jurus jitu Go Public :Bagaimana Meningkatkan kekayaan Pemegang Saham dan Perusahaan Tanpa Kehilangan Kontrol. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004. Yolana, Chastina, and Dwi Martani. "Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001." Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi. 2005. Yuniarti, Ratih. ”Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia”. Universitas Brawijaya Malang, 2009. Zirman dan Edfan Darlis. “Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecenderungan Underpricing : Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UR : Kampus Bina Widya, 2011. Zuhrawaty. “Paduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001 : Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Persyaratan ISO 19011:2002”. Yogyakarta : Medpress, 2009. www.surabaya.tribunnews.com www.finansialbisnis.com www.idx.co.id www.lots.co.id www.sylabus.web44.net 131 LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Variabel a. Data Underpricing No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 BISI International Tbk. Panorama Transportasi Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sampoerna Agro Tbk. Media Nusantara Citra Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk PT. Eureka Prima Jakarta Tbk Darma Henwa Tbk Perdana Gapura Prima Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk. Ace Hardware Indonesia Tbk Sat Nusapersada Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Catur Sentosa Adiprana Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. Alam Sutera Realty Tbk. Cowell Development Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk. Triwira Insanlestari Tbk. Elnusa Tbk. Yanaprima Hastapersada Tbk Kokoh Inti Arebama Tbk Gozco Plantations Tbk. Chandra Asri Petrochemical Tbk. Bumi Serpong Damai Tbk. Kode BISI WEHA BKDP SGRO MNCN PKPK LCGP DEWA GPRA WIKA ACES PTSN JSMR JKON CSAP ITMG ASRI COWL BAPA TRIL ELSA YPAS KOIN GZCO TPIA BSDE Harga IPO Closing Price Price 200 340 245 415 120 204 2340 2525 900 940 400 680 125 212 335 565 310 345 420 560 820 980 580 640 1700 2050 615 980 200 220 14000 19600 105 178 130 221 150 255 400 680 400 515 545 640 170 226 225 275 2200 2850 550 560 IR (%) 70.00 69.39 70.00 7.91 4.44 70.00 69.60 68.66 11.29 33.33 19.51 10.34 20.59 59.35 10.00 40.00 69.52 70.00 70.00 70.00 28.75 17.43 32.94 22.22 29.55 1.82 132 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 Indika Energy Tbk. Destinasi Tirta Nusantara Tbk Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. Adaro Energy Tbk Hotel Mandarine Regency Tbk. Trada Maritime Tbk. Sekawan Intipratama Tbk Trikomsel Oke Tbk Inovisi Infracom Tbk Metropolitan Kentjana Tbk BW Plantation Tbk Dian Swastika Sentosa Tbk Bumi Citra Permai Tbk Elang Mahkota Teknologi Tbk PP (Persero) Tbk Benakat Integra Tbk Sarana Menara Nusantara Tbk Nippon Indosari Corpindo Tbk Golden Retailindo Tbk Skybee Tbk Evergreen Invesco Tbk Indopoly Swakarsa Industry Tbk Bukit Uluwatu Villa Tbk Berau Coal Energy Tbk Harum Energy Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Tower Bersama Infrastructure Tbk Krakatau Steel (Persero) Tbk Agung Podomoro Land Tbk Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk Midi Utama Indonesia Tbk Bumi Resources Minerals Tbk Multifiling Mitra Indonesia Tbk. INDY PDES KBRI ADRO HOME TRAM SIAP TRIO INVS MKPI BWPT DSSA BCIP EMTK PTPP BIPI TOWR ROTI GOLD SKYB GREN IPOL BUVA BRAU HRUM ICBP TBIG KRAS APLN BORN MIDI BRMS MFMI 2950 200 260 1100 110 125 150 225 125 2100 550 1500 110 720 560 140 1050 1275 350 375 105 210 260 400 5200 5395 2025 850 365 1170 275 635 200 3425 340 355 1730 183 159 159 230 145 2750 570 2250 173 730 580 191 1570 1490 520 560 178 235 310 445 5450 5950 2400 1270 410 1280 410 700 340 16.10 70.00 36.54 57.27 66.36 27.20 6.00 2.22 16.00 30.95 3.64 50.00 57.27 1.39 3.57 36.43 49.52 16.86 48.57 49.33 69.52 11.90 19.23 11.25 4.81 10.29 18.52 49.41 12.33 9.40 49.09 10.24 70.00 133 b. Data Variabel yang Digunakan No. Kode IR (%) Reputasi Underwriter Reputasi Auditor ROE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 BISI WEHA BKDP SGRO MNCN PKPK LCGP DEWA GPRA WIKA ACES PTSN JSMR JKON CSAP ASRI ITMG COWL BAPA TRIL ELSA YPAS KOIN GZCO TPIA BSDE INDY PDES KBRI ADRO HOME 70.00 69.39 70.00 7.91 4.44 70.00 69.60 68.66 11.29 33.33 19.51 10.34 20.59 59.35 10.00 69.52 40.00 70.00 70.00 70.00 28.75 17.43 32.94 22.22 29.55 1.82 16.10 70.00 36.54 57.27 66.36 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0.28 0.02 0.01 0.28 0.26 0.19 0.02 0.07 0.07 0.23 0.33 0.11 0.19 0.21 0.08 0.18 0.10 -0.10 0.03 0.16 0.11 0.21 0.08 0.05 0.60 0.08 0.16 0.12 -0.14 0.04 0.02 Return Jangka Panjang -0.434 0.031 -0.080 -0.056 -0.004 -0.033 0.194 0.130 -0.020 -0.088 -0.320 0.259 -0.127 -0.058 0.110 -0.272 -0.185 0.018 -0.062 0.233 -0.024 -0.118 -0.272 -0.138 -0.121 -0.349 -0.126 -0.126 0.246 0.117 -0.128 134 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 TRAM SIAP TRIO INVS MKPI BWPT DSSA BCIP EMTK PTPP BIPI TOWR ROTI GOLD SKYB GREN IPOL BUVA BRAU HRUM ICBP TBIG KRAS APLN BORN MIDI BRMS MFMI 27.20 6.00 2.22 16.00 30.95 3.64 50.00 57.27 1.39 3.57 36.43 49.52 16.86 48.57 49.33 69.52 11.90 19.23 11.25 4.81 10.29 18.52 49.41 12.33 9.40 49.09 10.24 70.00 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0.21 0.01 0.24 0.04 0.28 0.44 0.09 0.03 0.07 0.29 0.00 0.22 0.34 0.22 0.22 0.01 0.46 0.04 0.68 0.53 0.28 0.17 0.15 0.09 0.08 0.02 0.08 0.13 -0.602 -0.203 -0.361 -0.854 0.192 -0.223 -0.725 -0.356 -0.354 -0.154 -0.265 -0.704 -0.374 -0.082 -0.109 -0.012 0.056 -0.140 0.089 0.189 -0.104 -0.192 0.252 0.054 0.226 -0.109 0.066 0.026 135 Lampiran 2 : Hasil Analisis AMOS 21.0 Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (20 - 19): 20 19 1 Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = .000 Degrees of freedom = 1 Probability level = .983 Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Underprice Underprice Underprice RJKP RJKP RJKP <--<--<--<--<--<--- UND AUD ROE Underprice UND ROE Estimate S.E. C.R. P Label -.239 .065 -3.695 *** par_1 -.055 .062 -.887 .375 par_2 -.393 .172 -2.278 .023 par_3 .270 .148 1.821 .069 par_4 .200 .078 2.568 .010 par_5 -.013 .204 -.064 .949 par_6 136 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Underprice Underprice Underprice RJKP RJKP RJKP <--<--<--<--<--<--- UND AUD ROE Underprice UND ROE Estimate -.437 -.102 -.248 .279 .378 -.009 Covariances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label .005 .009 .485 .628 par_7 .082 .029 2.775 .006 par_8 .017 .010 1.808 .071 par_9 AUD <--> ROE UND <--> AUD UND <--> ROE Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate .064 .391 .244 AUD <--> ROE UND <--> AUD UND <--> ROE Variances: (Group number 1 - Default model) UND AUD ROE e1 e2 Estimate S.E. .205 .038 .212 .039 .024 .005 .040 .007 .051 .010 C.R. 5.385 5.385 5.385 5.385 5.385 P *** *** *** *** *** Label par_15 par_16 par_17 par_18 par_19 Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP Estimate .353 .108 Total Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE -.393 -.119 AUD -.055 -.015 UND -.239 .136 Underprice .000 .270 137 Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE -.248 -.078 AUD -.102 -.028 UND -.437 .257 Underprice .000 .279 Direct Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE -.393 -.013 AUD -.055 .000 UND -.239 .200 Underprice .000 .270 Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE -.248 -.009 AUD -.102 .000 UND -.437 .378 Underprice .000 .279 Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE .000 -.106 AUD .000 -.015 UND .000 -.064 Underprice .000 .000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Underprice RJKP ROE .000 -.069 AUD .000 -.028 UND .000 -.122 Underprice .000 .000 Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model NPAR 19 20 10 CMIN .000 .000 45.199 DF 1 0 10 NFI Delta1 1.000 1.000 .000 RFI rho1 1.000 IFI Delta2 1.023 1.000 .000 P .983 CMIN/DF .000 .000 4.520 Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model .000 TLI rho2 1.284 .000 CFI 1.000 1.000 .000 138 Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model PRATIO .100 .000 1.000 PNFI .100 .000 .000 PCFI .100 .000 .000 NCP Model Default model Saturated model Independence model NCP .000 .000 35.199 LO 90 .000 .000 17.989 FMIN .000 .000 .779 F0 .000 .000 .607 HI 90 .000 .000 59.946 FMIN Model Default model Saturated model Independence model LO 90 .000 .000 .310 HI 90 .000 .000 1.034 RMSEA Model Default model Independence model RMSEA .000 .246 LO 90 .000 .176 HI 90 .000 .321 PCLOSE .984 .000 AIC Model Default model Saturated model Independence model AIC 38.000 40.000 65.199 BCC 42.385 44.615 67.506 BIC CAIC ECVI Model Default model Saturated model Independence model ECVI .655 .690 1.124 LO 90 .672 .690 .827 HI 90 .672 .690 1.551 MECVI .731 .769 1.164 HOELTER Model Default model Independence model HOELTER .05 473618 24 HOELTER .01 818023 30 139