Determinan Underpricing dan Pengaruhnya

advertisement
”Determinan Underpricing dan Pengaruhnya
terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di
Indonesia Periode 2007 - 2010”
OLEH:
Mohammad Fauzan Muzaki
109081000151
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
Determinan Underpricing Dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka
Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mohammad Fauzan Muzaki
NIM: 109081000151
Di BawahBimbingan
JURUSANMANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 11 Februari 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
:
:
:
:
Mohammad Fauzan Muzaki
109081000151
Manajemen
Determinan Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap
Performa Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 2010.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Februari 2014
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 27 Juni 2014 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
:
:
:
:
Mohammad Fauzan Muzaki
109081000151
Manajemen
Determinan Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap Performa
Jangka Panjang IPO Di Indonesia Periode 2007 - 2010.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Juni 2014
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama
: Mohammad Fauzan Muzaki
No. IndukMahasiswa
: 109081000151
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan,
ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 30 April 2014
Yang Menyatakan
(Mohammad Fauzan Muzaki)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI
Nama
: Mohammad Fauzan Muzaki
Tempat / Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 November 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. D Rawa Bambu I No. 34 RT 013/006,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
II.
III.
Telp / HP
: 021-7892189 / 087881125521
Email
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2009 – 2014
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006 – 2009
: SMAN 109 JAKARTA
2003 – 2006
: SMPN 41 JAKARTA
1997 – 2003
: SDN Pasar Minggu 02 Pagi
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah
: H Asmad E
Ibu
: Hj Sya’diah
Alamat
: Jln. D Rawa Bambu I No. 34 RT 013/006,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
vi
DETERMINANTS OF UNDERPRICING AND ITS EFFECT TO LONG-TERM
PERFORMANCE OF IPO IN INDONESIA PERIOD 2007 - 2010
Mohammad Fauzan Muzaki
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze the effect of underwriter
reputation, auditor reputation, and return on equity toward the underpricing and its
effect on long-term stock performance IPO shares that listed on the Indonesia Stock
Exchange from 2007 to 2010. This research used path analysis method with using
software AMOS 21.0. The test results showed at the first substructure that
underwriter reputation variable and variable return on equity have significantly
effect underpricing, while the auditor reputation variables had no significant effect.
Test results on substructure II show that only underwriter reputation variables that
significantly effect the long-term stock performance while the variable return on
equity and variables underprice had no significant effect.
Keywords : Underwriter Reputation, Auditor Reputation, Return on Equity,
Underpricing, Long-Term Performance Shares, IPO, Path Analysis.
vii
DETERMINAN UNDERPRICING DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERFORMA JANGKA PANJANG IPO DI INDONESIA
PERIODE 2007 - 2010
Mohammad Fauzan Muzaki
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh reputasi
underwriter, reputasi auditor, dan return on equity terhadap underpricing serta
pengaruhnya terhadap kinerja saham jangka panjang yang telah go public dan tercatat
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010. Penelitian ini menggunakan
metode analisis jalur dengan menggunakan software AMOS 21.0. Hasil pengujian
pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter dan return on
equity berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel reputasi
auditor tidak berpengaruh signifikan. Hasil pengujian pada substruktur II
menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja saham jangka panjang sedangkan variabel return on
equity dan variabel underprice tidak berpengaruh signifikan.
Kata kunci : Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Return on Equity,
Underpricing, Kinerja Saham Jangka Panjang, IPO, Analisis Jalur.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat,
karunia, serta ridhonya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul
“DETERMINAN
UNDERPRICING
DAN
PENGARUHNYA
TERHADAP PERFORMA JANGKA PANJANG IPO DI INDONESIA”. Tak
lupa sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW
yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya
pembaca dapat memaklumi atas kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis
juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini
banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril dan materil.
Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tuaku, H Asmad dan Ibu Hj Sya’diah yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan pengorbanan baik moril maupun materil hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tak
terhingga kepada Bapak dan Ibu di dunia maupun akhirat, Amin. . .
2. Kakak - kakak ku yaitu Teh Nining, A Enjay, Teh Yayah, Mas Jono, A Iwan,
Mbak Dian, A Irfan, Teh Hikmah, A Imam, Mbak Trixi, A Husni, A Isan, Teh
Nuni yang selalu membantu, memberi semangat, dan tidak henti – hentinya selalu
bertanya kapan lulusnya.
ix
3. Iin Fitria yang selalu membantu dan selalu memberi semangat kepadaku dalam
menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya sayang…
4. Teman-teman seperjuangan Moker, Jek, Oji, Nita, Citra, Lina, Yuda, Dedi, Dika,
Ari, Corry, Lela yang selalu memberikan masukan-masukan atau ide-ide dalam
menyusun skripsi ini.
5. Teman-teman manajemen D Budi, Ichbal, Resa, Iqbal, Ipul, Udin, Ivans, Dhimas,
Henry, Endah, Neni, Ipeh, Yasmin, Dewi, Sonya, Fitri, Fajri. Terima kasih atas
semangat yang diberikan.
6. Semua crew NOTR, Pras, Ryan, Kadaf, Richo yang selalu siap buat diajak nyasar
kemana dan kapanpun ketika penulis sedang suntuk dan butuh liburan.
7. Terima kasih kepada teman-teman yang selalu saya ganggu untuk konsultasi yaitu
Ibnu, Dicky, Kebot, Fuad, dan buat Gita yg sering dimintain tolong print.
8. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB,, selaku dosen pembimbing I yang
telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama penulis menyusun penelitian
ini.
12. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, MM selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan
penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis.
13. Seluruh dosen manajemen yang telah mengajarkan ilmu manajemen selama
penulis kuliah, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Amin.
x
14. Keluarga besar penulis yang berada di Jakarta dan dimanapun berada yang selalu
memberi dukungan dan semangat kepada penulis, semoga Allah SWT senantiasa
melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada keluarga besar kami, Amin.
15. Kawan-Kawan seperjuangan di Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 yang selalu semangat dalam berjuang menempuh gelar strata satu.
16. Kawan-kawan Manajemen D 2009 dan Manajemen Keuangan B dan A 2012, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan
diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah
diberikan selama ini.
17. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan,
maupun kritikan yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini.
Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan
ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta, 30 April 2014
Penulis
(Mohammad Fauzan Muzaki)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian .......................................... 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15
A. LandasanTeori ......................................................................... 15
1. Manajemen Keuangan ....................................................... 15
a. Putusan Pendanaan dan Pembelanjaan ........................ 16
b. Putusan Investasi ......................................................... 17
c. Putusan Kebijakan Deviden ......................................... 17
2. Investasi ............................................................................ 17
a. Definisi Investasi ........................................................ 17
xii
b. Tujuan Investasi ........................................................... 18
c. Proses Investasi ............................................................ 20
3. Pasar Modal ...................................................................... 20
a. Definisi Pasar Modal ................................................... 20
b. Tujuan dan Manfaat Pasar Modal ................................ 23
c. Jenis Pasar Modal ....................................................... 25
d. Instrumen Pasar Modal ................................................ 26
4. Penawaran Umum Perdana (IPO) ..................................... 29
a. Manfaat dan Konsekuensi Go Public .......................... 31
b. Persyaratan IPO Saham ............................................... 32
c. Tahap – Tahap Go Public ............................................ 37
5. Underpricing ..................................................................... 51
a. Pendekatan Adverse Selection ..................................... 52
b. Pendekatan Principal – Agent .................................... 53
c. Pendekatan Signaling................................................... 53
d. Pendekatan Heterodox Explanations ........................... 53
e. Pendekatan IPO Model Lainnya .................................. 54
6. Reputasi Underwriter ........................................................ 55
7. Reputasi Auditor ............................................................... 60
8. Return on Equity ............................................................... 62
9. Performa Jangka Panjang .................................................. 63
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 64
C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 67
D. Hipotesis Penelitian……………............................................. 68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 71
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 71
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 71
1. Populasi ............................................................................ 71
xiii
2. Sampel .............................................................................. 72
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 74
D. Metode Analisis Data ............................................................. 75
1. Uji Normalitas ................................................................... 75
2. Analisis Jalur (Path Analysis) ........................................... 76
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 86
BAB IV
1.
Identifikasi Variabel ......................................................... 86
2.
Definisi Operasional Variabel .......................................... 87
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 91
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ......................................... 91
1.
Struktur Pasar Modal Indonesia ....................................... 91
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 92
1.
Analisis Deskriptif ............................................................ 92
a. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing ................... 93
b. Analisis Deskriptif Variabel Yang Digunakan ............ 94
2.
Uji Normalitas .................................................................. 98
3.
Uji Keseuaian Model ........................................................ 99
4.
Analisis Jalur .................................................................... 101
a. Analisis Korelasi .......................................................... 102
b. Analisis Jalur Pengaruh reputasi underwriter (UND),
reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE)
terhadap underprice ..................................................... 104
c. Analisis Jalur Pengaruh reputasi underwriter (UND),
return on equity (ROE), dan underprice terhadap
return saham jangka panjang (RJKP) .......................... 110
d. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ................... 117
5.
Interpretasi Hasil .............................................................. 120
a. Persamaan Substruktur I .............................................. 120
xiv
b. Persamaan Substruktur II............................................. 121
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................... 125
A. Kesimpulan ............................................................................. 125
B. Implikasi.. ................................................................................ 126
C. Saran ........................................................................................ 127
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 129
LAMPIRAN ................................................................................................... 135
xv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu ............................................................................. 64
3.1
Proses Penentuan Sampel ..................................................................... 73
3.2
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) ....................................................... 85
4.1
Sampel Perusahaan yang Mengalami Underpricing ............................ 93
4.2
Variabel yang Digunakan ..................................................................... 94
4.3
Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan .................................... 96
4.4
Hasil Pengujian Normalitas ................................................................. 99
4.5
Hasil Uji Goodness of Fit ..................................................................... 100
4.6
Hasil Korelasi Reputasi Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD),
dan Return on Equity (ROE) ................................................................ 102
4.7
Pengaruh antara Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, ROE ,
terhadap Underprice ............................................................................. 105
4.8
Pengaruh antara Underprice, Reputasi Underwriter, ROE ,
terhadap Return Saham Jangka Panjang ............................................... 112
4.9
Pengujian Pengaruh antara Variabel Eksogen dengan Endogen .......... 116
4.10 Rangkuman Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ........................ 119
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 68
2.2
Model Hubungan Penelitian ................................................................. 69
3.1
Hubungan Kausal X1,X2,X3 dan Y1 ..................................................... 77
3.2
Hubungan Kausal X1,X3, dan Y1 terhadap Y2...................................... 78
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia ........................................................... 92
4.2
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ............................................. 101
4.3
Diagram Jalur Substruktur I ................................................................. 104
4.4
Grafik Persentase Penggunaan KAP Big 4 dan Non Big 4 .................. 109
4.5
Diagram Jalur Substruktur II................................................................ 111
4.6
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ............................................. 117
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
: Data Variabel............................................................................ 135
Lampiran 2
: Hasil output AMOS 21.0 .......................................................... 137
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pasar modal adalah sarana pembiayaan usaha. Pasar modal
menyediakan berbagai sarana pembiayaan usaha jangka panjang dimana
perusahaan dapat menerbitkan surat utang, penawaran umum saham, right issue,
dan lain-lain. Fungsi pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha semakin
signifikan mengingat keterbatasan pendanaan yang disediakan jalur perbankan.
Salah satu masalah yang mengakibatkan krisis ekonomi di Indonesia adalah
terjadinya mismatch, di mana investasi jangka panjang dibiayai oleh sumber
pembiayaan jangka pendek. Belajar dari kesalahan tersebut, sudah saatnya
perusahaan di Indonesia memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan
jangka panjang (Fakhruddin, 2008:VII). Sebagai sebuah sistem dan proses
ekonomi financial, kegiatan pasar modal, dari pasar perdana hingga pasar
sekunder mencakup proses dan kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan
banyak pihak (Fakhruddin, 2008:X).
Seperti yang diberitakan oleh BEI bahwa indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mengalami kenaikan 47,47% dan kapitalisasi pasar meningkat 58,05%.
Itulah gambaran perkembangan kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal
tahun hingga 9 November 2010. Performa pasar saham Indonesia yang luar biasa
1
ini tidak lepas dari peningkatan kepercayaan investor baik lokal maupun global
akan kekuatan fundamental perekonomian Indonesia. Imbas dari catatan positif
Indonesia pada tahun 2009 itu langsung terasa di pasar modal sejak awal tahun
2010. Aliran modal pemodal global langsung jadi perbincangan di pasar saham,
Seiring kenaikan IHSG 47,47% sejak akhir tahun 2009 sampai dengan tanggal 9
November 2010 ke posisi 3.737,48 kapitalisasi pasar BEI pun melonjak tajam.
Pada Januari 2010 kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp2.102,7 triliun terus
meningkat hingga menembus angka Rp2.400 triliun di akhir Juni 2010 dan pada
9 November 2010 kapitalisasi pasar BEI telah menembus angka Rp3.191 triliun
atau meningkat sebesar 58,05% sejak awal tahun (IDX Newsletter, Desember
2010).
Dilihat dari peningkatan aliran dana investor yang ada di Indonesia
seharusnya memungkinkan perusahaan dapat menambahkan modalnya, hanya
saja permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah
bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya.
Penambahan dana, misalnya dengan masuknya investor baru, tentu tidak secara
langsung berarti peningkatan likuiditas kepemilikan. Perusahaan yang belum
menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan kebutuhan dana dengan
menempuh beberapa alternatif (Jogiyanto, 2000:93). Pertama, menjual saham
langsung kepada pemegang saham yang sudah ada sebelumnya. Kedua, menjual
saham kepada karyawan melalui Employee Stock Ownership Plan (ESOP).
2
Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend
reinvestment plan). Keempat, menjual langsung saham kepada pembeli tunggal
(misalnya, investor institusional). Kelima, menjual saham kepada publik lewat
pasar saham. Menjual saham kepada publik melalui pasar modal ini disebut juga
dengan go public (Fitriani, 2012:1).
Secara mudah, istilah go public adalah penawaran saham atau obligasi
oleh pihak penerbit kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Kegiatan
perusahaan dalam rangka penjualan saham perdananya kepada masyarakat inilah
yang disebut dengan istilah IPO (Initial Public Offering). Kegiatan penjualan
saham untuk pertama kali ini dilakukan di pasar perdana (primary market).
Selanjutnya pemegang saham dari pasar perdana tersebut di pasar sekunder
(secondary market) yaitu pasar yang terjadi setelah pasar perdana berakhir
(Asmalidar, 2011:166).
Selama rentang waktu tujuh tahun terakhir, yakni mulai 2007, jumlah
perusahaan yang go public tercatat sebanyak 156 perusahaan. Rinciannya, pada
2007 sebanyak 22 perusahaan, tahun 2008 sebanyak 19 perusahaan, tahun 2009
sebanyak 13 perusahaan, tahun 2010 sebanyak 23 perusahaan, tahun 2011
sebanyak 25 perusahaan, tahun 2012 sebanyak 23 perusahaan, dan tahun 2013
sebanyak 31 perusahaan. Sementara itu sejak BEI berdiri hingga akhir Desember
2013, jumlah perusahaan yang telah go public tercatat sebanyak 487 perusahaan.
Dari data yang diperoleh dari BEI, didapati bahwa jumlah Emiten yang
3
sahamnya diperdagangkan di BEI semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal
ini mengindikasikan bahwa pasar modal menjadi sumber pendanaan yang
semakin
banyak
dituju
oleh
perusahaan
-
perusahaan
di
Indonesia.
(Surabaya.tribunnews.com : Kamis, 16 Januari 2014 20:18 WIB).
Masalah lain bagi perusahaan yang akan go public yaitu penetapan harga
saham perdana pada IPO atau saat go public sangatlah sulit, karena tidak ada
harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan
penawaran, selain itu kebanyakan dari perusahaan yang akan go public
mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga
ini. Walaupun demikian, langkah awal bagi perusahaan pemilik saham (emiten)
yang berencana melakukan IPO saham yaitu dengan cara mengadakan pertemuan
dengan perusahaan sekuritas (underwriter) yang telah ditetapkan (Due diligence
meeting). Underwriter merupakan perusahaan sekuritas sebagai perantara antara
perusahaan yang membutuhkan dana dengan investor sebagai penyedia dana. Hal
ini dikarenakan underwriter memiliki informasi lebih baik mengenai permintaan
terhadap saham-saham emiten, dibanding emiten itu sendiri (Ronni, 2003 :182).
Pada dasarnya, penjamin emisi inilah yang menjual efek. Sedangkan
emiten hanya menerbitkannya. Mekanismenya underwriter akan memanfaatkan
informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan yang optimal dengan
emiten, selanjutnya penjamin emisi akan melayani pembelian oleh para
4
perusahaan pialang, yang mewakili investor atau untuk portofolionya sendiri
(Widioatmojo, 2004:62).
Penjamin emisi menjamin terjualnya efek yang diterbitkan emiten.
Dengan demikian, posisi penjamin emisi lebih banyak mewakili kepentingan
emiten.
Beberapa
peneliti
telah
menganalisis
sebab-sebab
fenomena
underpricing ini (Ritter [1984], Ritter [1991], Husnan [1993]), menyatakan
bahwa harga saham IPO yang underpriced adalah hasil dari ketidakpastian harga
saham pada pasar sekunder (Widioatmojo, 2004:63).
Pada saat penawaran perdana harga saham ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga
dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Kesepakatan pada
penentuan harga perdana antara emiten dan underwriter bukanlah sebuah
kesepakatan yang mudah, karena sebenarnya masing-masing mempunyai
kepentingan yang berbeda. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana,
menginginkan harga perdana yang tinggi, karena dengan harga perdana yang
tinggi emiten berharap akan secepatnya mendapatkan dana untuk merealisasikan
rencana proyek perusahaan. Underwriter sendiri mempunyai keinginan yang
berbeda dengan emiten, yaitu dengan menginginkan harga yang rendah untuk
penawaran saham perdana, hal ini disebabkan oleh sistem penjaminan saham full
commitment yang berlaku di Indonesia, yaitu keadaan dimana underwriter harus
membeli semua saham yang tidak laku terjual. Underwriter juga dimungkinkan
5
untuk memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak
emiten. Kondisi asimetri inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing,
dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki kelebihan informasi dan
menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko (Hanafi dan
Husnan 1991; Cheung et al,1994). Sebagai contoh fenomena underpricing yang
menjadi pembincangan berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat
umum yaitu IPO PT. Krakatau Steel, dimana PT. Krakatau Steel merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang industri baja, yang memiliki
performa cukup baik di Indonesia sehingga diharapkan pada saat Initial Public
Offering, saham yang diperdagangkan dapat memberikan profit yang besar bagi
kemajuan perusahaan, apalagi PT. Krakatau Steel dijamin oleh tiga underwriter
yang cukup prestige yaitu PT. Bahana Securities, PT. Danareksa Sekuritas dan
PT. Mandiri Sekuritas. Akan tetapi, faktanya pada saat IPO tanggal 10 November
2010, PT. Krakatau Steel mengalami underpricing dimana harga IPO Rp.850,00
sementara harga closing-nya Rp.1.270,00. Hal ini menunjukkan PT. Krakatau
Steel tetap mengalami underpricing. Ada beberapa pengamat ekonom yang
mengatakan bahwa underpricing pada PT. Krakatau Steel disebabkan human
error dari menteri BUMN dalam menetapkan harga IPO saham PT. Krakatau
Steel namun ada sebagian berpendapat hal tersebut disebabkan asymmetry
information (Safitri, 2013:2).
6
Fenomena lain menunjukkan adanya asimetri informasi (asymmetric
information) yang menyertai kebijakan IPO. Walaupun investor mempunyai
informasi yang cukup mengenai perusahaan yang melakukan IPO tersebut,
asimetri informasi tetap terjadi dalam penawaran ini (Ritter, 1986; Beatty, 1989;
Leland dan Pyle, 1997; Guo dan Mech, 2000). Kondisi inilah yang memotivasi
manajemen untuk bersikap oportunistik untuk melakukan manipulasi terhadap
kinerjanya baik sebelum dan pada saat penawaran (Jones, 1991; Friedlan, 1994;
Gumanti, 2001; Setiawati, 2002; Ihalauw dan Afni, 2002). Manipulasi yang
dikenal dengan istilah earnings management (manajemen laba) ini akan
mengakibatkan penurunan kinerja (underperformance) setelah penawaran (Ritter,
1991; Carter et al., 1998).
Namun praktek earnings management di sisi lain
dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Mayangsari dan Wilopo, 2001). Kondisi
ini terjadi karena earnings yang diumumkan pada saat IPO tampak relatif baik
sehingga respon pasar menjadi positif. Paek dan Press (1997) dalam Wilopo dan
Mayangsari (2002) menyatakan bahwa nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh
motivasi manajer yang mendasari adanya discretionary accruals dalam kebijakan
earnings management (Sucipto, 2011:2).
Auditor memegang peranan yang penting dalam proses go public, yaitu
sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Auditor yang berkualitas
akan dihargai dipasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa audit dan
7
auditor yang memiliki reputasi yang tinggi maka akan mempertahankan
reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Atas kualitas
pengauditannya yang tinggi, auditor akan dihargai dalam bentuk premium harga
oleh klien. Penggunaan adviser yang profesional (auditor dan underwriter yang
mempunyai reputasi tinggi) dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk
terhadap kualitas perusahaan emiten, Holland dan Harton (1993) dalam Daljono
(2000). Dengan memakai adviser yang profesional dan berkualitas, akan
mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan
informasi yang tidak akurat ke pasar (Puspita, 2011:3).
Penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda
petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten (Holland dan Horton, 1993). Oleh
karena itu, perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih KAP yang
memiliki reputasi yang baik. Auditor yang mempunyai reputasi tinggi, akan
mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas pengauditan yang
tinggi pula. Beatty (1989) menunjukkan bahwa auditor yang memiliki reputasi
tinggi berhubungan negatif dengan initial return. Sedangkan menurut Sulistio
(2005) bahwa reputasi auditor tidak menunjukkan pengaruh terhadap initial
return (Puspita, 2011:4).
Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE
mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan
8
memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberikan
informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan.
Abdullah (2000) dalam penelitiannya memasukkan variabel profitabilitas
perusahaan (ROE) dan besaran perusahaan (total aktiva) untuk tahun terakhir
sebelum go publik, jenis industri (variabel dummy industri manufaktur dan non
manufaktur), persentase saham yang ditawarkan pada publik. Hasilnya jenis
industri signifikan 5% dengan arah positf terhadap underpricing. Sedangkan
ROE signifikan 10% dengan arah negatif terhadap underpricing. Arah ROE yang
berhubungan negatif dengan tingkat underpricing, mempunyai arti bahwa
semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah underpricing. Dalam
penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan
sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang
IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli
atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari
akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini
memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar
sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat
(Raudhatul Hidayah, et.al ,2009).
Bagi perusahaan emiten, underpricing dapat dijadikan strategi pemasaran
untuk meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada saham IPO, yaitu
dengan memberikan initial return yang tinggi. Kim dan Shin ( 2001) juga
9
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya underpricing disebabkan karena
kesengajaan dari underwriter untuk menetapkan harga penawaran jauh dibawah
harga pasar untuk meminimalisir kerugian yang harus ditanggung atas saham
yang tidak teralokasi. Namun pada kenyataannya, dari sisi emiten kondisi
underpriced yang tinggi adalah merugikan. Underpriced terjadi karena
perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter
dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus ia hadapi karena
fungsi penjaminannya. Emiten dilain pihak tidak mengetahui keadaan pasar
modal yang sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih
sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi yang lebih
banyak mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten
(Nurhidayati dan Nur Indriantoro, 1998).
Initial Public Offering (IPO) merupakan topik penelitian yang menarik,
pertama, karena segera sesudah IPO harga saham secara rata-rata melonjak
dengan signifikan. Pada peristiwa ini dapat terobservasi rata-rata Initial Return
(IR) yang besar (The Underpricing Anomaly) tetapi selanjutnya, kedua, dalam
jangka panjang, saham-saham IPO secara rata-rata punya kinerja yang jelek
dibandingkan pasar (the long term underperformance anomaly ) (Ronni,
2004:148). Dawson (1987) melaporkan adanya negative long-run performance
pada Hongkong IPO dan Singapore tetapi menemukan sebaliknya pada Malaysia.
Cai dan Wei (1997) melaporkan adanya underperformance yang sangat
10
signifikan pada sampel mereka, yaitu 180 Jepang IPO periode 1971 – 1992.
Underperformance yang terburuk ditemukan pada IPO dengan tingkat
underpricing yang paling tinggi. Wu (1993) menguji baik short maupun long-run
performance pada 70 Malaysia IPO di periode 1974 – 1989. Dengan
memperhitungkan adjusted buy-and-hold pada tahun ke-1, ke-2, ke-3 didapat
returns yang positive, namun hanya signifikan di tahun ke-1 pada tingkat 10%
(Rahmania, 2008:1).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
meneliti dan menganalisis kembali tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
underpricing dan pengaruhnya terhadap performa/kinerja saham jangka panjang
IPO, yang akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul : “Determinan
Underpricing dan Pengaruhnya Terhadap Performa Jangka Panjang IPO Di
Indonesia Periode 2007 - 2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan permasalahan
yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variabel Reputasi Underwriter (UND), Reputasi
Auditor (AUD), Return on Equity (ROE) terhadap Underpricing.
2. Bagaimana pengaruh variabel Reputasi Underwriter (UND), Return on
Equity (ROE)
terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP), dan
11
variabel intervening Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka
Panjang (RJKP).
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Reputasi
Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), Return on Equity (ROE),
terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP) melalui variabel
Underpricing.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk menganalisis pengaruh Reputasi Underwriter (UND), Reputasi
Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE) yang diinformasikan kepada
public pada saat IPO terhadap Underpricing.
2.
Untuk menganalisis pengaruh reputasi underwriter (UND), Return on
Equity (ROE) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP) dan
variabel
intervening Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka
Panjang (RJKP).
3.
Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Reputasi
Underwriter (UND), Reputasi Auditor (AUD), Return on Equity dan
melalui variabel Underpricing terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang
(RJKP).
12
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Kegunaan Praktis
- Bagi Emiten
Bagi perusahaan selaku emiten, Penelitian ini dapat dijadikan referensi
dan
pertimbangan,
khususnya
yang
berkaitan
dengan
masalah
keterbukaan informasi bila akan melakukan Initial Public Offering (IPO)
dalam menentukan harga yang tepat saat penawaran saham perdana untuk
memperoleh harga yang optimal.
- Bagi Investor
Dinamika perubahan yang terjadi pada harga saham baik pada saat Initial
Public Offering (IPO) maupun jangka panjang dapat membantu investor
dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal.
Dengan mengamati dampak perubahan harga saham perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI maka investor dapat membuat suatu
keputusan investasi.
2. Kegunaan Akademis
- Bagi Perguruan Tinggi/Akademisi
13
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana dan
referensi serta literatur di bidang keuangan, sehingga dapat bermanfaat
bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis.
- Bagi Penulis
Seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan akan
menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor apa sajakah yang
mempengaruhi tingkat Underpriced saham dan pengaruhnya terhadap
kinerja saham jangka panjang, serta dapat mengaplikasikan teori yang
pernah didapatkan selama kuliah.
14
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat diterangkan berdasarkan fungsi dan
tanggungjawab dari manajer keuangan. Walaupun berbeda dari satu
perusahaan ke perusahaan lain, tetapi beberapa tugas – tugas keuangan
mempunyai dasar yang sama. Modal harus dicari dari sumber – sumber luar
dan dialokasikan untuk berbagai keperluan. Arus uang dalam operasi
perusahaan harus dicatat. Imbalan terhadap sumber – sumber keuangan
diberikan dalam bentuk laba/dividen, pembayaran kembali, hasil produksi dan
fasilitas. Menurut Brigham dan Weston (1986:3) fungsi utama dari manajer
keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan
berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi dari operasi – operasi
perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang dari mana
modal diperoleh dan bagaimana keputusan – keputusan yang tepat di bidang
keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan dapat
digalakkan.
Menurut Sjahrial (2006:1)
dalam perusahaan yang melakukan
pengelolaan dana adalah seorang Manajer Keuangan. Untuk itu perlulah kita
mengetahui tugas dan fungsi Manajer Keuangan diantaranya :
15
a. Putusan pendanaan atau pembelanjaan. Sumbernya :
1) Sumber dana dari luar perusahaan/asing :
a) Pinjaman Jangka Pendek, antara lain :
i. Hutang Bank : yang dikenal dengan “Kredit Modal Kerja”
ii. Hutang Dagang yaitu pemberian kelonggaran pembayaran
pembelian barang atau bahan baku oleh supplier/pabrikan bahan
baku.
iii. Kewajiban/Pinjaman lainnya yang berjangka waktu pendek.
b) Pinjaman berjangka waktu panjang, antara lain seperti :
i. Obligasi
ii. Hipotek
2) Sumber dari dalam perusahaan atau modal sendiri, antara lain :
a) Menerbitkan
atau
menjual
saham
sebagai
setoran
modal
perusahaan.
b) Setelah perusahaan berjalan :
i. Laba yang ditahan
ii. Penyusutan, karena menurut pengertian manajemen keuangan
merupakan dana yang dicadangkan/disisihkan setiap tahun dari
aktiva tetap untuk pada waktunya nanti dapat membeli aktiva
tetap penggantinya. Jadi selama dana tersebut belum terpakai
dapat digunakan sebagai modal kerja perusahaan.
16
b. Putusan investasi artinya keputusan penggunaan dana tersebut untuk
pos/proyek yang menguntungkan perusahaan : apakah dalam bentuk aktiva
lancer : kas, efek yang dapat dicairkan/diperjualbelikan, piutang,
persediaan (inventory) ataukah dalam bentuk aktiva tetap : bangunan
kantor maupun pabrik, mesin – mesin dan lain – lain.
c. Putusan kebijakan deviden yaitu putusan pembayaran deviden atau
pembayaran kembali obligasi : ini semuanya dapat dikembangkan melalui
pasar modal.
2. Investasi
a. Definisi Investasi
Menurut Tandelilin (2010:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli
sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari
kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang,
sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tesebut.
Menurut Malkiel, Burton G (1991) dalam Pratomo dan Nugraha
(2009:6) investasi adalah: “Method of Purchasing asset in order to gain profit
in the form of reasonably predictable income (dividend, interest or rentals)
and/or appreciation over the long term. (Metode pembelian aset dalam rangka
untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk pendapatan yang cukup
diprediksi (dividen, bunga atau sewa) dan / atau penghargaan dalam jangka
17
panjang ) Sejumlah hasil penanaman dana dalam jumlah tertentu yang sangat
ditentukan oleh kemampuan dalam memprediksi masa depan. Memprediksi
masa depan inilah yang kemudian membedakan istilah “investasi” dan
“spekulasi”. Pengertian tersebut selanjutnya dipertajam oleh Frank Reilly
(1992:6) dengan memasukkan unsur risiko sebagai sebuah kompensasi dalam
Pratomo dan Nugraha (2009:6) “current commitment of dolars for period of
time in order to derive future payment that will compensate the investor for
(1) the time the fund are committed (2) the expected rate of inflation and (3)
the uncertainty of the future payments. ( Penyerahan dolar pada saat ini untuk
periode waktu tertentu dalam rangka untuk memperoleh pembayaran di masa
depan sebagai imbalan bagi investor akan (1) waktu dari uang yang
diserahkan
(2)
tingkat
inflasi
yang
diharapkan
(3)
ketidakpastian
pembayaran/resiko di masa depan).
Berdasarkan definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
investasi adalah komitmen atau keputusan penyerahan sejumlah uang untuk
pembelian aset pada saat ini dalam rangka mendapatkan keuntungan yang
telah di prediksi di masa yang akan datang sebagai imbalan dari pengorbanan
waktu, inflasi dan ketidakpastian pengembalian uang tersebut.
b. Tujuan Investasi
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
“menghasilkan sejumlah uang” (Tandelilin, 2010:7). Semua orang setuju
dengan pernyataan tujuan investasi tersebut. Tetapi pernyataan tersebut
18
nampaknya terlalu sederhana, sehingga kita perlu mencari jawaban yang lebih
tepat tentang tujuan orang berinvestasi.
Menurut Pratomo dan Nugraha (2009:127) dalam menentukan tujuan
investasi, kita perlu terlebih dahulu mengetahui jangka waktu investasi yang
akan dilakukan yang tergantung dengan kapan dana dibutuhkan untuk masing
– masing tujuan. Umumnya kategori jangka waktu investasi dapat dibagi
dalam 3 kategori : jangka pendek (hingga 3 tahun), menengah (3 hingga 6
tahun), dan panjang (lebih dari 6 tahun). Penentuan jangka waktu investasi ini
akan berkaitan secara langsung dengan jenis investasi apa yang dapat dimiliki,
potensi hasil investasi yang dapat diperoleh serta kemungkinan risiko yang
harus dihadapi.
Tandelilin (2010:8) menambahkan secara lebih khusus lagi, ada
beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan
19
diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat
adanya pengaruh inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.
c. Proses Investasi
Proses investasi meliputi pemahaman dasar – dasar keputusan
investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas – aktivitas dalam proses
keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah
pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi dimana
hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan
searah dan linear yang artinya, semakin besar return harapan, semakin besar
pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan (Tandelilin, 2010:9).
3. Pasar Modal
a. Definisi Pasar Modal
Menurut
Alwi (2003:14), secara formal
pasar modal dapat
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu
tempat terorganisasi di mana efek – efek diperdagangkan. Selanjutnya,
20
definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar
konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan pihak
yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas.
Abstrak dalam pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui
mekanisme over the counter (OTC). Menurut David L. Scott dalam Alwi
(2003:14), pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang tempat saham
biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan.
Menurut Sjahrial (2006:15), pasar modal dalam arti sempit merupakan
kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang.
Sedangkan dalam arti luas :
1) Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi
termasuk bank – bank komersial dan semua perantara dibidang
keuangan serta surat – surat berharga jangka panjang dan pendek.
2) Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga –
lembaga yang memperdagangkan warkat – warkat kredit (biasanya
yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham – saham,
obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.
Menurut Samsul (2006:43) Secara umum, pasar modal adalah tempat
atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Menurut
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, pasal 1 yaitu, hukum
mendefinisikan pasar modal sebagai” Kegiatan yang bersangkutan dengan
21
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek”.
Wai dan Patrick dalam sebuah makalah IMF berjudul “Stock and
Bonds Issue and Capital Market in the Less Developed Countries” dalam
Anoraga dan Pakarti (2001:7) menyebutkan tiga pengertian Pasar Modal
sebagai berikut :
1) Pertama, definisi dalam arti luas adalah sistem keuangan yang
terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara
dibidang keuangan, serta surat berharga.
2) Kedua, definisi dalam arti menengah adalah semua pasar yang
terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkatwarkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun)
termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek,
dan tabungan serta depotisto berjangka.
3) Definisi dalam arti sempit adalah tempat pasar terorganisir yang
memperdagangkan
saham-saham
dan
obligasi-obligasi
dengan
memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter
(penjamin).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen
22
derivatif dan instrumen lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta.
b. Tujuan dan Manfaat Pasar Modal
Menurut Samsul (2006:43), tujuan dan manfaat pasar modal dapat
dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
1) Sudut Pandang Negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian
suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.
Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang
perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Jika
kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara
tidak perlu ikut campur agar tidak membuang – buang biya. Akan
tetapi, negara mempunyai kewajiban membuat perundang – undangan
agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi
monopoli.
2) Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.
Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya
yang lebih murah dalam bentuk obligasi daripada kredit jangka
panjang perbankan. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang
lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal
sendiri yang lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar
23
modal. Jadi pasar modal merupakan sarana untuk memperbaikin
struktur permodalan perusahaan. Selain itu perusahaan yang masuk ke
dalam pasar modal akan lebih dikenal karena bursa namanya akan
selalu muncul setiap hari dalam berita televisi, radio, atau surat kabar.
3) Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya.
Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah,
atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan
obligasi. Jika investasi dalam bentuk rumah atau tanah butuh uang
ratusan juta rupiah, maka investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan
dengan dana di bawah Rp 5 juta. Jadi pasar modal merupakan sarana
yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu
besar bagi kebanyakan masyarakat.
Menurut Alwi (2003:18) mengatakan bahwa pasar modal menawarkan
beberapa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor yang
diantaranya adalah :
1) Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan
yang go public membayar pajak kepada negara.
2) Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif
penghimpunan
dana,
selain
dari
sistem
perbankan
dari
masyarakat/pemodal, untuk membiayai kehidupan perusahaan.
3) Pasar modal adalah leading indicator bagi trend ekonomi negara.
24
4) Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversivikasi
investasi, membentuk portofolio (gabungan dari berbagai investasi)
sesuai dengan risiko yang ia bersedia tanggung dan tingkat keuntungan
yang diharapkannya.
5) Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena
menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.
6) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi
kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.
7) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
c. Jenis Pasar Modal
Jenis-jenis pasar modal yaitu :
1) Pasar perdana
Samsul (2006:46) mengungkapkan pasar perdana adalah tempat atau
sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham
atau obligasi ke masyarakat umum. Menurut Brigham dan Daves
(2004:156) dalam Tambunan (2008:92), pasar primer atau pasar
perdana adalah pasar penjualan efek (saham atau obligasi) yang baru
ditawarkan pada publik.
2) Pasar sekunder
Menurut Brigham dan Daves (2004:156), mengungkapkan pasar
sekunder (secondary market) atau pasar perdagangan efek setelah
selesainya masa penawaran umum perdana. Samsul (2006:47)
25
mengungkapkan pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi
jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui
perantara efek.
3) Pasar ketiga
Samsul (2006:49) mengungkapkan pasar ketiga adalah sarana transaksi
jual-beli efek antara market maker (anggota bursa) serta investor dan
harga dibentuk oleh market maker.
4) Pasar keempat
Samsul (2006:50) megungkapkan pasar keempat adalah sarana
transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui
perantara efek.
d. Instrumen Pasar Modal
Instrumen di pasar modal pada dasarnya adalah instrumen keuangan
jangka panjang atau surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal.
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang
dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right,
waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang
ditetapkan oleh Babepam sebagai efek, Alwi (2003:33). Bentuk instrumen di
pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa (1) saham, (2)
obligasi, (3) right issue, (4) bukti waran, dan (5) produk turunan atau biasa
disebut derivative, Samsul (2006:45).
26
1) Saham
Menurut Samsul (2006:45), Saham adalah tanda bukti memiliki
perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham
(shareholder atau stockholder). Menurut Alwi (2003:33), saham atau
stock adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu
perusahaan suatu perseroan terbatas. Jadi berdasarkan beberapa
definisi diatas saham adalah surat tanda bukti atau kepemilikan sebuah
perusahaan
yang
berbentuk
perseroan
terbatas
yang
dapat
diperjualbelikan antar shareholder atau stockholder.
Saham sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memberikan
hak untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu dari saham biasa
yang besarnya tetap, Alwi (2003:34). Sedangkan menurut Samsul
(2006:45), saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak
terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapat laba yang
tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi
akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan.
b) Saham biasa (common stock), yaitu jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan,
Samsul (2006:45). Sedangkan menurut Alwi (2003:34), saham
biasa adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan
27
pemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut serta
saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
2) Obligasi
Menurut Alwi (2003:36), Obligasi atau bond adalah tanda bukti utang
dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji
pembayaran bunga atau janji lainnya, serta pelunasan pokok pinjaman
yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Menurut Samsul (2006:45),
obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka
panjang kepada masyarakat yaitu di atas 3 tahun.
3) Right Issue
Menurut Samsul (2006:45), bukti right adalah hak untuk membeli
saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli
itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Menurut Tandelilin (2010:37),
bukti right atau disebut right saja merupakan sekuritas yang
memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham
baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode
tertentu dan dikenal juga dengan sebutan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD).
4) Waran
Menurut Samsul (2006:45), waran adalah hak untuk membeli saham
pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja
28
dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering
diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada
saat perusahaan menerbitkan obligasi. Menurut Tandelilin (2010:37),
waran (warrrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan
harga yang sudah ditentukan sebelumnya yang biasanya dijual
bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham.
5) Produk turunan (derivative)
Menurut Samsul (2006:45), adalah angka indeks yang diperdagangkan
untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang
dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik,
melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli
dan harga jual.
4. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)
Menurut Gumati dalam Junaeni dan Agustian (2013:54), penawaran
umum perdana IPO merupakan suatu peristiwa untuk pertama kalinya
perusahaan menawarkan sahamnya kepada khayalak umum (Public) di pasar
modal, selain adanya biaya penawaran (footing fees) yang harus ditanggung.
Menurut Abid dan Muharam (2013:2) Penawaran umum perdana (IPO)
merupakan suatu kegiatan perusahaan penawaran saham pertama kali kepada
masyarakat umum berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang – undang
dan Peraturan pelaksanaannya. Sebagian orang masih menganggap bahwa
29
IPO masih merupakan cara termudah dan termurah bagi perusahaan untuk
memenuhi
keubutuhan
dana
sebagai
konsekuensi
dari
semakin
berkembangnya perusahaan dan meningkatkan kebutuhan dana investasi
(Junaeni dan Agustian, 2013:54). Menurut Jain dan Kini dalam Junaeni dan
Agustian (2013:54), secara sederhana dapat dikatakan bahwa go public adalah
suatu tahapan dalam pertumbuhan suatu perusahaan dan merupakan langkah
penting pertama dalam evolusi sebuah perusahaan publik. Menurut Junaeni
dan Agustian (2013:54) dalam kenyataan tidak semua perusahaan besar
melakukan go public yang berarti bahwa go public merupakan pilihan, bukan
suatu keharusan. Dengan demikian, suatu perusahaan memutuskan melakukan
go public dengan alasan yang telah dipertimbangkan dengan matang.
Menurut Salim (1986 : 1524) mendefinisikan istilah go-public sebagai
berikut: “Go-public adalah menawarkan saham atau obligasi untuk di
jual kepada
umum
untuk
pertama
kalinya”.
Asmalidar
(2011:166)
menambahkan istilah Go Public adalah penawaran saham atau obligasi oleh
pihak penerbit kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Kegiatan
perusahaan dalam rangka penjualan saham perdananya kepada masyarakat
inilah yang disebut dengan istilah IPO (Initial Public Offering).
Menurut UU Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal I angka 15 dan
keputusan Bapepam No. Kep. 43/PM/1996, penawaran umum ( emisi/go
public/initial public offering ) adalah suatu kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan
30
tata cara yang diatur dalam undang – undang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya saham-saham
pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan
tersebut akan merekrut seorang bankir investasi untuk menjamin penawaran
tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus
(id.wikipedia.org).
a. Manfaat dan Konsekuensi Go Public
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:43) manfaat Initial Public
Offering adalah :
1) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus
2) Biaya go public relatif murah
3) Proses relatif mudah
4) Pembagian deviden berdasarkan keuntungan
5) Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen
6) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu
perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme
7) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta
memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan
social
8) Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan
media promosi) secara gratis
31
9) Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan
untuk membeli saham
Menurut Ang (1997) dalam Puspita (2011:15) beberapa konsekuensi
yang harus dihadapi perusahaan go public adalah :
1) Proses go public membutuhkan tenaga, pengorbanan, waktu dan biaya.
Berbagai persiapan harus dilakukan sebelum go public, antara lain
penyiapan prospektus penawaran umum, pengumuman penawaran
umum di media cetak, public expose dan sebagainya. Sekali menjadi
perusahaan publik, maka setiap langkah perubahan pemilikan saham
atau penambahan dan harus dilakukan dengan proses serupa.
2) Masuknya peserta baru yang akan ikut mengambil bagian dalam
kebijakan perusahaan, ikut memiliki klaim atas hasil usaha dan harta
perusahaan.
3) Kewajiban untuk memenuhi keterbukaan informasi yang terusmenerus, yang juga membutuhkan biaya, waktu dan tenaga. Informasi
dalam keterbukaan tersebut juga sampai kepada para pesaing.
4) Transformasi sikap dan tindak-tanduk manajemen maupun pemegang
saham pendiri terutama yang menyangkut pembinaan hubungan baik
jangka panjang dengan pemegang saham publik yang minoritas.
b. Persyaratan IPO Saham
32
Penawaran Umum Saham atau IPO merupakan proses awal bagi
perusahaan untuk menjadi perusahaan publik dan sahamnya tercatat di Bursa
Efek dan di perjualbelikan di pasar sekunder sepanjang perusahaan tersebut
masih beroperasi (going concern). Pelaksaan Penawaran Umum hingga listing
di Bursa Efek merupakan proses yang telah diatur secara lengkap dan detail
sedemikan rupa, sehingga proses penawaran umum dapat terlaksana tepat
pada waktunya sesuai jadwal (Fakhruddin, 2008:91).
Adapun berbagai aturan dan ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
proses penawaran umum diatur melalui Peraturan Bapepam LK dan Peraturan
Bursa Efek sebagai berikut:
1)
Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.1. tentang Ketentuan Umum
Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. (Keputusan Ketua Bapepam Kep111/PM/1996).
2) Sesuai dengan judulnya peraturan ini mengatur ketentuan umum dalam
mengajukan Pernyataan Pendaftaran.
3) Peraturan Bapepam No. IX.A.2. tentang Tata Cara Pendaftaran dalam
rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua Bapepam Kep25/PM/2003).
4) Peraturan ini secara detail mengatur tata cara Pengajuan Pendaftaran
hingga Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif.
Beberapa poin penting dalam peraturan ini antara lain :
33
a) Penawaran Umm hanya dapat dilakukan jika Pernyataan
Pendaftaran telah dinyatakan Efektif.
b) Emiten bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran
informasi
yang
diungkapkan
dalam
dokumen
pernyataan
pendaftaran dan dokumen pendukungnya.
c) Setelah menyampaikan pernyataan pendaftaran, paling lambat 2
hari kemudian emiten wajib mengumumkan Prospektus Ringkas
sekurangnya di satu koran yang beredar secara nasional.
d) Pernyataan Pendaftaran dapat menjadi Efektif atas dasar 2 hal
yaitu (1) atas dasar lewatnya waktu selama 45 hari, atau (2) atas
dasar Pernyataan Efektif dari Bapepam-LK.
e) Penawaran Umum berlangsung sekurang – kurangnya 3 (tiga) hari
kerja.
5) Peraturan Bapepam No. IX.C.1. tentang Pedoman mengenai Bentuk
dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum.
(Keputusan Ketua Bapepam Kep-42/PM/2000).
6) Peraturan Bapepam No. IX.C.2. tentang Pedoman mengenai Bentuk
dan Isi Prospektus dalam rangka Penawaran Umum. (Keputusan Ketua
Bapepam Kep-51/PM/1996).
7) Peraturan Bapepam No. IX.C.3. tentang Pedoman mengenai Bentuk
dan Isi Prospektus Ringkas dalam rangka Penawaran Umum.
(Keputusan Ketua Bapepam Kep-543/PM/2000).
34
8) Peraturan BEJ No. I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat
Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
(Keputusan Direksi BEJ No. Kep-305/BEJ/07-2004).
9) Peraturan ini secara menyeluruh mengatur persyaratan untuk tercatat di
Papan Utama dan Papan Pengembangan, prosedur pencatatan,
pencatatan saham tambahan, perpindahan papan, dan biaya pencatatan
saham.
Selain itu sebagaimana tercantum dalam situs idx.co.id persyaratan
pencatatan saham adalah sebagai berikut :
1) Badan hukum Calon Perusahaan Tercatat berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
2) Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam dan LK telah
menjadi efektif.
3) Memiliki Komisaris Independen sekurang – kurangnya 30% dari
jajaran anggota Dewan Komisaris, memiliki Direktur tidak terafiliasi,
memiliki Komite Audit atau menyampaikan pernyataan untuk
membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah tercatat,
memiliki Sekretaris Perusahaan.
4) Nilai nominal saham sekurang – kurangnya Rp100.
5) Calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum yang
diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan.
35
6) Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh
Undang – Undang yang berlaku di Indonesia.
7) Khusus calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri
pabrikan, memiliki sertifikat AMDAL dan tidak dalam masalah
pencemaran lingkungan dan calon Perusahaan Tercatat yang bergerak
dalam industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah
lingkungan).
8) Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial
didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum
mengajukan permohonan pencatatan.
Calon Perusahaan Tercatat akan dicatatkan untuk pertama kalinya di
Papan Utama atau di Papan Pengembangan, dimana Papan Utama ditujukan
untuk Perusahaan Tercatat yang berskala besar, khususnya dalam hal nilai
Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Assets) yang sekurang-kurangnya
Rp100 miliar. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk
perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan
di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum
membukukan keuntungan.
Hal – hal yang harus dipersiapkan calon emiten dalam rangka
penawaran umum menurut buku Panduan Go Public yang diterbitkan oleh
IDX diantaranya :
36
1) Persetujuan pemegang saham pendiri melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)
2) Menunjuk Penjamin Emisi untuk membantu penyiapan semua
dokumen yangg diperlukan, termasuk upaya pemasaran agar
penawaran umum tersebut sukses. Dengan koordinasi dengan
penjamin emisi, perusahaan menyiapkan berbagai dokumen yang
diperlukan seperti :
a) Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik yang terdapat
di Bapepam-LK;
b) Anggaran dasar berikut amandemennya yang disiapkan notaris
dan disahkan oleh instansi yang berwenang;
c) Legal Audit dari komsultan hukun yang terdaftar di Bapepan-LK;
d) Laporan penilai independen, jika ada;
e) Prespektus penawaran umum; dan
f)
Berapa dokumen lain sebagaimana yang diatur dalam kerentuan
yang berlaku.
c. Tahap – Tahap atau Proses Penawaran Umum (Go Public)
Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan
penyiapan dokumentasi sesuai denga persyaratan untuk go public atau
penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan
37
BAPEPAM-LK. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses Penawaran
Umum adalah mencakup tahapan sebagai berikut (idx.co.id) :
1) Periode Pasar Perdana yaitu ketika saham atau Efek ditawarkan kepada
pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang
ditunjuk;
2) Penjatahan Saham yaitu pengalokasian saham atau Efek pesanan para
pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia;
3) Pencatatan Efek di Bursa yaitu pada saat saham atau Efek tersebut
mulai dicatatkan dan diperdagangan di Bursa.
Menurut situs Lots.co.id (PT Lautandhana Securindo), proses
Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut :
1) Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada
tahap paling awal perusahaan yang akan menebitkan saham terlebih
dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran
Umum saham. Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya emiten
melakukan penunjukan penjamin pelaksana emisi serta lembaga dan
profesi penunjang pasar yaitu :
a) Penjamin Pelaksana Emisi ( Lead Underwriter ). Merupakan
pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu
38
emiten dalam rangka penertiban saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin pelaksana emisi antara lain : menyiapkan berbagai
dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan
penjaminan atas penertiban.
b) Akuntan Publik ( Auditor Independen ). Bertugan melakukan
audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.
c) Penilai Independen yang merupakan pihak yang melakukan
penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai
wajar dari aktiva tetap tersebut.
d) Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum
(legal opinion).
e) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga
notulen – notulen rapat.
f)
Biro Administrasi Efek, bertugas untuk mengadministrasikan
pemesanan saham dan mengadministrasikan kepemilikan saham.
2) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung
calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK
hingga BAPEPAM-LK menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi
Efektif.
3) Tahap Penawaran Saham
39
Tahapan ini merupakan tahapan umum, karena pada waktu inilah
emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat
membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah
ditunjuk. Masa Penawaran paling kurang satu hari kerja, dan paling
lama 5 (lima) hari kerja. Perlu dingat pula bahwa tidak seluruh
keinginan investor terpenuhi dalam tahap ini. Misal, saham yang
dilepas ke pasar perdana sebanyak 10 juta saham sementara yang ingin
dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak
mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat
membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa
Efek.
4) Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Samsul di dalam bukunya yang berjudul “Pasar Modal &
Manajemen Portofolio” halaman 70 tahun 2006 menjabarkan lebih rinci
bahwa suatu perusahaan yang untuk pertama kalinya akan menjual saham atau
obligasi kepada masyarakat umum atau disebut initial public offering (IPO),
membutuhkan tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu : rencana go public, persiapan go public,
pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM, penawaran umum, dan kewajiban
emiten setelah go public.
40
1) Rencana Go Public
Rencana go pulic membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan
kondisi internal perusahaan, seperti :
a) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan
komisaris, rapat gabungan ini akan membahas :
i. Alasan go public
ii. Jumlah dana yang dibutuhkan
iii. Penerbitan saham atau obligasi
Perusahaan berniat untuk go public karena beberapa alasan, yaitu :
i. Meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah mesin
baru sebagai perluasan
ii. Inovasi produk baru dalam upaya diversifikasi
iii. Membayar utang untuk memperbaiki struktur modal
iv. Memperluas jaringan pemasaran
b) Kesiapan Mental Personel
Personel dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham
mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau
kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public,
seperti kewajiban melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu
peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena
sanksi denda atau sanksi pidana.
41
c) Perbaikan Organisasi
Personel dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham
mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau
kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public,
seperti kewajiban melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu
peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena
sanksi denda atau sanksi pidana.
d) Perbaikan Sistem Informasi
Mengingat banyak kewajiban pelaporan yang harus dilaksanakan oleh
emiten, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, yang diminta oleh
BAPEPAM ataupun Bursa Efek, maka emiten harus memiliki sistem
informasi yang dapat diterbitkan setiap kali dibutuhkan. Perbaikan
sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang mengacu
pada Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia,
sistem laporan tahunan yang memasukkan standar tambahan dari bursa
efek seperti hasil kerja dari komite audit, dan sistem akuntansi
manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan
digunakan sebagai dasar menentukan jumlah deviden tunai yang harus
dibagikan.
e) Perbaikan Aspek Hukum
42
Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun
berbadan hukum perseroan terbatas. Go public berarti perseroan
terbatas tertutup harus berubah menjadi perseroan terbatas terbuka (PT
Tbk.), status kepemilikan aset tetap dan aset bergerak harus jelas,
semua jenis aset yang ada dalam laporan keuangan yang telah diaudit
harus sudah atas nama perseroan, termasuk rekening yang ada di bank.
Semua perjanjian dengan pihak ketiga harus dilakukan secara tertulis
notariil, tidak boleh secara lisan. Semua perizinan usaha yang
diwajibkan harus dipenuhi, dan yang belum ada izin harus segera
diupayakan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan harus dipenuhi,
dan yang belum ada izin harus diupayakan. Semua kewajiban pajak
harus dipenuhi dan dibuktikan keabsahannya. Konsultan hukum akan
membantu perusahaan yang akan go public dari segi hukum sehingga
sesuai dengan hukum yang berlaku.
f)
Perbaikan Struktur Permodalan
Perbaikan struktur modal dengan cara pemegang saham menambah
modal sendiri, atau mengubah struktur modal pinjaman dengan beban
bunga yang lebih rendah.
g) Persiapan Dokumen
Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukkan
lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang
dibutuhkan oleh lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat
43
dalam proses go public adalah underwriter, akuntan publik, notaris,
konsultan hukum, dan perusahaan penilai (appraisal company).
Dokumen yang dibutuhkan antara lain : laporan keuangan yang telah
diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktiva tetap dan
aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil ataupun
yang dibawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajakpajak, perkara pengadilan, dan lain-lain.
2) Persiapan Menuju Go public
Setelah rincian rencana go public diselesaikan seperti uraian
sebelumnya, calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek,
akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang
terdaftar di Bapepam. Persiapan menuju go public meliputi :
a) Penunjukkan Lembaga Penunjang dan Lembaga Profesi
Penjamin emisi akan bertindak sebagai koordinator dalam kegiatankegiatan berikut :
i. Menentukan komitmen sesuai kondisi pasar
ii. Rapat-rapat teknis
iii. Pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM
iv. Public expose dan road show
v. Persiapan prospectus
vi. Penawaran resmi
44
Tanggung jawab untuk mendapat persetujuan dari emiten mencakup :
1. Full commitment
Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar penuh dana pada
saat penawaran umum usai dilaksanakan, sesuai dengan yang
tertera dalam perjanjian penjaminan. Jumlah penuh yang
dimaksudkan disini adalah jumlah saham yang ditawarkan dikali
harga perdana.
2. Best effort commitment
Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar kepada emiten
sebesar yang didapat dalam penawaran umum atau dengan kata
lain tidak penuh. Komitmen ini muncul karena kondisi pasar
sedang lesu (bearish) sehingga penjamin emisi tidak berani
memberi komitmen pembayaran penuh.
3. Standby commitment
Penjamin emisi memberi komitmen siap untuk membeli sendiri
atau ada pihak lain yang bersedia membeli apabila kondisi pasar
sangat lemah sehingga sasaran yang ditargetkan dalam
penawaran umum tidak tercapai. Penjamin emisi atau pihak lain
akan membeli dengan harga lebih rendah daripada harga perdana
seperti yang telah disepakati sejak awal.
b) Due Diligence Meeting
45
Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar,
emiten memerlukan due diligence meeting yang dikoordinasikan
oleh underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan
lembaga profesi lainnya di satu sisi denagn para pialang dan para
analis keuangan perusahaan serta investor kelembagaan di sisi
lainnya.
c) Pernyataan Pendaftaran kepada BAPEPAM
Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan
kepada BAPEPAM oleh emiten dalam rangka penawaran umum
atau perusahaan publik.
d) Public Expose dan Road Show
Public expose dan road show merupakan upaya sendiri oleh
emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar
sehingga perlu mengundang calon investor.
3) Pelaksanaan Go Public
Kegiatan pelaksanaan go public meliputi :
a) Penyerahan dokumen ke BAPEPAM
b) Tanggapan dari BAPEPAM
c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran
d) Mini expose di BAPEPAM
e) Penentuan harga perdana
46
f)
Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi
4) Penawaran Umum
Kegiatan penawaran umum meliputi :
a) Distribusi prospectus
b) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan
c) Penawaran
d) Penjatahan
e) Pengembalian dana
f)
Penyerahan saham
g) Pencatatan saham/perdagangan saham
Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan
penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek. Pada
umumnya, prospectus dibagikan oleh emiten melalui underwriter dan agen
penjual efek yang ditunjuk oleh underwriter menjelang penawaran umum
dilaksanakan. Calon investor harus berupaya untuk mendapatkan prospektus
itu dan mempelajarinya sebelum melakukan pesanan saham. Prospektus
berisikan antara lain :
a) Penawaran umum
b) Tujuan penawaran umum
c) Penggunaan dana hasil emisi
d) Informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan
personalia
47
e) Kegiatan usaha dan prospeknya
f)
Ikhtisar keuangan perusahaan
g) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum
h) Kebijakan deviden
i)
Pendapat dari segi hokum
j)
Laporan akuntan public
k) Laporan penilaian harta perusahaan
l)
Para penjamin emisi
m) Lembaga penunjang emisi lainnya
n) Perpajakan
o) Anggaran dasar perseroan
p) Persyaratan pemesanan saham
q) Penyebarluasan prospektus dan formulir pesanan saham
Prospektus harus didistribusikan kepada para agen penjual yang
ditunjuk oleh underwriter sebelum penawaran resmi dilaksanakan. Calon
investor dapat memesan saham secara langsung dari penjamin emisi atau para
agen penjual sekaligus dengan pembayarannya dan menyerahkan fotocopy
identitas, misalnya, Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. Penawaran
resmi efek melibatkan 5 tahapan, yaitu :
a) Periode penawaran (offering period) adalah periode (minimal 3
hari kerja) dimulainya penawaran sekuritas.
48
b) Periode penjatahan (allotment period) adalah periode (maksimal 6
hari kerja) akan dilakukannya pembagian perolehan saham.
c) Periode pengembalian dana (refund period) adalah periode
tertentu (maksimal 4 hari kerja) yang telah ditetapkan dan tertera
dalam prospektus untuk mengembalikan dana kepada calon
investor akibat kelebihan pembayaran oleh calon investor
berkaitan dengan penjatahan saham.
d) Periode penyerahan saham (delivery period) adalah 3 hari sebelum
saham itu dicatatkan atau diperdagangkan di Bursa Efek, saham
tersebut sudah diterima oleh investor.
e) Periode pencatatan di bursa efek (listing date) adalah suatu
tanggal yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan tertera pada
halaman depan prospektus yang menunjukkan hari pertama saham
itu diperdagangkan di bursa efek. Setelah selesai melakukan
penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia sampai perdagangan di pasar
sekunder dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah
dimulainya masa penawaran umum, atau 30 hari sesudah
ditutupnya masa penawaran umum tersebut tergantung mana yang
lebih dahulu. Di BEI, proses pencatatan efek dimulai dari
pengajuan permohonan pencatatan ke bursa oleh emiten tentunya
berdasarkan persyaratan pencatatan efek yang berlaku di BEI.
49
Persyaratan untuk tiap efek berbeda, tetapi persyaratan pertama
yang harus dipenuhi terlebih dahulu antara lain mendapat
pernyataan efektif dari BAPEPAM atas pernyataan pendaftaran
emisi emiten.
5) Kewajiban Emiten setelah Go Public
Pemegang saham mayoritas atau pemilik lama sebagai pemegang
saham pendiri (founding stakeholder) harus menjaga kepercayaan yang
sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas atau masyarakat dengan
cara :
a) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di
pasar
b) Selalu memberi informasi secepat mungkin kepada investor
c) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang
mengandung conflic of interest, misalnya transfer pricing, dan
pinjaman tanpa bunga
d) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form
report) langsung ke alamat pemegang saham
e) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh
Bapepam/Bursa
f)
Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi
dan dapat mempengaruhi harga saham di pasar
50
5. Underpricing
Underpricing adalah keadaan dimana saham pada saat IPO lebih
rendah dibanding ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Pada dasarnya
penentuan harga saham pada saat penawaran perdana ke publik dilakukan
berdasar kesepakatan antara emiten dengan underwriter, sedangkan harga
saham di pasar sekunder merupakan mekanisme pasar, yaitu berdasar pada
permintaan dan penawaran (trihastutie.wordpress.com). Berkaitan dengan
going public, ada suatu anggapan umum bahwa sebagian besar penjualan
saham perdana atau initial public offering (IPO) mengalami underpricing. Hal
ini juga diperkuat oleh banyak penelitian. Underpricing menyebabkan
perusahaan yang akan menjual saham perdana (initial public offering) menjadi
tidak bergairah, karena hasil dari penjualan saham perdana tidak
mencerminkan nilai intrinsic saham yang bersangkutan. Selanjutnya pula,
fenomena underpricing ini merupakan suatu tantangan terhadap teori efisiensi
pasar yang menyebutkan bahwa pasar bersifat efisien terhadap informasi yang
berkenaan dengan saham yang bersangkutan (Sjahruddin dan Yusralaini,
2009:1).
Underpricing bisa dilihat dari dua pendekatan yaitu, pertama,
pendekatan non-permintaan dan penawaran. Pada pendekatan ini, harga
saham dijual lebih murah dari harga intrinsiknya atau harga wajarnya.
Biasanya, penjamin emisi melakukan ini agar saham tersebut bisa dijual oleh
penjamin emisi. Adanya harga saham dibawah harga wajar maka harga saham
51
tersebut nantinya diperdagangkan akan menuju harga wajar tersebut ketika di
pasar sekunder. Kejadian ini bisa terjadi bila kesepakatan antara perusahaan
penerbit saham setuju dengan penjamin emisi. Tindakan penjualan dibawah
harga wajar dikarenakan penjamin emisi tidak menginginkan investornya rugi
bila berinvestasi pada saham yang ditawarkan penjamin emisi. Tindakan
penjamin emisi pasti menekan perusahaan penerbit agar harga saham yang
ditawarkan ke publik dibawah harga wajar. Pendekatan kedua yaitu
pendekatan initial return atau bisa juga disebut permintaan dan penawaran.
Underpricing harga saham tergantung dari permintaan dan penawaran pada
hari pertama saham tersebut ditransaksikan di Bursa. Harga yang
dipergunakan bisa menggunakan opening price atau closing price pada
transaksi hari pertama. Pendekatan kedua ini yang sering menjadi bahan
penelitian para akademisi dan peneliti dan dipublikasikan di berbagai jurnal.
Pendekatan pertama jarang dipergunakan dikarenakan kesulitan mendapatkan
harga wajar perusahaan.
Pembahasan mengenai IPO ini dapat dikelompokkan menjadi lima
pendekatan oleh Anderson dkk (1995) dalam Buku Teori Investasi: Konsep
dan Empiris (Manurung; 2012) yaitu Pendekatan Adverse Selection,
Principal-Agent; Signaling; Heterodox Explanations dan IPO Model lainnya :
a. Pendekatan Adverse Selection
Pendekatan Adverse Selection menyatakan bahwa underpricing merupakan
konsekuensi dari tingkah laku rasional oleh penerbit saham pada
52
karakteristik lingkungan oleh adanya asimetris informasi diantara investor
yang potensial. Investor memiliki perbedaan informasi mengenai
perusahaan sehingga biasanya kompetisi investor sangat ketat pada saham
yang sangat bagus dikarenakan investor yang memiliki informasi akan
memesan saham lebih besar (menggandakan pemesanan) sementara pada
saham bisa memperkecil pemesanan. Adapun penelitian kelompok
pendekatan ini seperti Rock (1986); Beatty and Ritter (1986), Carter and
Manaster (1990), Koh and Walter (1989), Ritter (1984) dan McStay (1982)
dan yang lainnya.
b. Principal – Agent
Pendekatan Principal-Agent ini dimulai dengan berkembangnya teori
principal-agent untuk menganalisa pembuat keputusan finansial. Baron
(1982) menggunakan metoda analisis principal-agent dalam menganalisis
underpricingnya harga saham IPO dimana model ini yang pertama
didiskusikan para akademisi dan peneliti. Perusahaan sekuritas sebagai
partner (disebut agent) untuk menjual saham ke publik yang dimiliki
perusahaan (principal), maka informasi yang paling lengkap dimiliki oleh
perusahaan sekuritas. Akibatnya, perusahaan sekuritas akan meminta harga
saham yang dijual menjadi underpricing agar bisa laku dijual sebagai salah
satu alasan agent.
c. Signaling
53
Pendekatan Signaling merupakan pendekatan yang berbeda dengan dua
pendekatan sebelumnya dimana adanya asismetris informasi merupakan
pokok utama pembahasan. Pada pendekatan ini menyatakan bahwa orangorang di dalam perusahaan lebih banyak mengetahui informasi perusahaan
sehingga tindakan perusahaan merupakan signal kepada pihak diluar
perusahaan. Analisis ini dilakukan dikarenakan mengikuti analisis
Spence(1973) dalam kerangka perekonomian dan hubungannya kepada
ketenagakerjaan. Signal yang diberikan yaitu saham yang dijual
mempunyai kualitas yang bagus dan harga yang bagus dimana investor
mendapat untung membelinya. Oleh karenanya, tugas perusahaan
menyampaikan signal tersebut agar diingat oleh investor. Adapun
penelitian yang mengemukakan model signal ini yaitu Allen and Faulhaber
(1989); Gribalt and Hwang (1989), Welch (1989), Nanda (1988) dan yang
lainnya.
d. Heterodox Explanations
Pendekatan Heterodox merupakan sebuah pendekatan yang berbeda dari
pendekatan
yang
diuraikan
sebelumnya.
Pendekatan
ini
banyak
menyampaikan persoalan teori penghindaran gugatan hukum (Lawsuit
Avoidance Theory) yang diperkenalkan Tinic (1988), pengumpulan
informasi
sebelum
penjualan;
argumen
kekuatan
monopoli
dan
divergennya opini yang terjadi. Berbagai variasi dari pendekatan yang
dipergunakan menjadi adanya uraian heterodox untuk underpricing.
54
Adapun penelitian yang menggunakan pendekaan ini yatu Tinic (1988),
Mauer and Senbet (1992); Benveniste and Spindt (1989), Welch (1992)
dan Miller (1977) serta yang lainnya.
e. Pendekatan IPO Model lainnya
Pendekatan kelima yang dikenal pendekatan model IPO lainnya dimana
pendekatan ini sedikit berdeda dalam membahas underpricing IPO
tersebut. Pendekatan ini membahas tentang pilihan jenis penawaran (best
effort vs firm commitment); penentuan provisi penawaran seperti
pembagain alokasi saham dan minimum penjualan, level spread bid-ask
untuk saham IPO; ventur capital dan pola intemporal tingkat pengembalian
IPO. Pilihan jenis penawaran merupakan penelitian yang paling banyak
dibahas terutama melihat kinerja IPO saham yang ditawarkan. Biasanya,
penawaran dengan best effort cenderung menawarkan jumlah yang besar,
lebih berisiko dan secara rata-rata harganya pasti underpricing. Teori
Permainan yang sering dipergunakan dalam menganalisis undepricing
harga saham yang ditawarkan (Bower, 1989).
6. Reputasi Underwriter
Menurut Tandelilin (2010:69) penjamin emisi efek (Underwriter)
adalah
satu aktivitas pada perusahaan yang melakukan kontrak dengan
emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual (full commitment and non full
commitment). Menurut Hariyani dan Purnomo (2010:77) penjamin emisi efek
55
adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum (go public) bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Penjamin emisi efek mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab terhadap aktivitas penawaran
umum sesuai jadwal yang tercantum dalam prospektus, meliputi pemasaran
efek, penjatahan efek, dan pengembalian uang pembayaran pesanan efek
yang tidak memperoleh penjatahan.
b. Bertanggung jawab terhadap pembayaran hasil penawaran umum kepada
emiten sesuai kontrak yang disepakati.
c. Menyampaikan laporan yang disyaratkan kepada Bapepam – LK (Bapepam
– LK, 2009).
Secara garis besar, berikut ini peran dan fungsi penjamin emisi efek
dalam proses penawaran umum (go public) :
a. Memberikan jasa konsultasi kepada emiten dalam rangka go public.
Penjamin efek merupakan mitra dalam membuat perencanaan, pelaksanaan
serta pengendalian proses emisi, mulai dari mempersiapkan dokumen emisi
sampai menjualkan efek di pasar perdana.
b. Menjamin Efek yang diterbitkan oleh Emiten. Dalam hal ini, penjamin
emisi efek bertanggungjawab atas keberhasilan penjualan seluruh efek milk
emiten kepada masyarakat luas. Dalam suatu penjaminan akan terkandung
56
suatu risiko, untuk itu, penjamin emisi efek bisa melakukan bersama –
sama dengan penjamin lain dalam bentuk sindikasi agar tingkat
keberhasilan penjualan efek lebih tinggi.
c. Melakukan kegiatan pemasaran efek yang diterbitkan oleh emiten agar
masyarakat investor dapat memperoleh informasi secara baik, dengan cara
melakukan pendesainan dan pendistribusian efek secara akurat dan tepat
waktu.
Pentingnya fungsi underwriter tersebut
disebabkan
alasan-alasan
sebagai berikut:
a. Membantu emiten mempersiapkan pernyataan pendaftaran berikut dokumen
pendukungnya.
b. Memberikan konsultasi di bidang keuangan seperti jumlah dan jenis efek
yang akan diterbitkan, bursa yang akan dipilih untuk mencatatkan saham,
jadwal emisi penunjukan lembaga penunjang lain, metode pendistribusian
efek, dan sebagainya.
c. Melakukan penjaminan terhadap efek yang diemisikan.
d. Melakukan evaluasi terhadap kondisi perusahaan antara lain: keuangan,
manajemen, pemasaran, produksi berikut prospeknya.
e. Menentukan harga saham bersama-sama dengan emiten.
f. Sebagai pembentuk pasar (Market Maker) di Bursa Paralel.
Menurut Loughran dan Jay R (2002:5), mengatakan
bahwa
“Underwriters, as intermediaries, advise the issuer on pricing the issue, both
57
at the time of issuing a preliminary prospectus that includes a file price range,
and at the pricing meeting where the final offer price is set. If underwriters
receive compensation from both the issuer (the gross spread) and investors,
the underwriter has an incentive to recommend a lower offer price than if the
compensation was merely the gross spread.”. (Underwriter, sebagai perantara
menyarankan emiten dalam menentukan kisaran harga, baik pada saat
prospektus awal hingga penentuan harga penawaran akhir ditetapkan. Jika
penjamin emisi menerima kompensasi dari emiten dan investor, penjamin
emisi memiliki insentif untuk merekomendasikan harga penawaran yang lebih
rendah).
Seperti telah dijelaskan bahwa dalam melakukan emisi efek, selalu
melibatkan lembaga-lembaga penunjang pasar modal yang menjalankan
perannya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam pelaksanaan emisi
efek
penjamin
emisi (underwriter)
memiliki
peran
yang
sangat
menentukan keberhasilan emisi terutama dalam melakukan pemasaran dan
penjualan suatu efek. Seperti yang dikemukakan oleh Sapto Rahardjo
(2007:225) menyatakan salah satu cara praktis menilai prospek saham pada
saat IPO adalah bonafiditas dan reputasi perusahaan yang menjadi penjamin
emisi
(Lead Underwriter).
Asumsi
bahwa
semakin
bonafide
lead
underwriter, akan semakin prospektif saham yang di – IPO – kan, memang
tidak selamanya bisa dijamin. Akan tetapi perusahaan sekuritas (Lead
Underwriter) yang bonafide biasanya cenderung selektif dan ketat dalam
58
memilih emiten yang akan di – go public – kan. Nama atau popularitas lead
underwriter yang sudah “ngetop” akan menjadi taruhan saat menentukan
harga saham yang akan di – IPO – kan, karena bisa jadi emiten lain yang
memakai jasanya memilih untuk pindah lead underwriter yang menurut
mereka lebih mampu menjaga stabilitas dan kenaikan harga saham di pasar
perdana atau setelahnya. Oleh karena itu tidak salah juga Anda melihat – lihat
siapa yang menjadi lead underwriter IPO saham tersebut. Bonafide atau
tidakkah perusahaannya.
Reputasi underwriter dapat digunakan sebagai sinyal (Beatty, 1989;
Carter dan Manaster, 1990). Underwriter dengan reputasi tinggi lebih
mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang
diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan underwriter yang
bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai
konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun
rendah. Reputasi underwriter diyakini menjadi pertimbangan penting bagi
investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Semakin tinggi reputasi
underwriter, initial return akan semakin rendah atau reputasi underwriter
mempunyai pengaruh negatif pada underpricing. Beatty (1989), Carter dan
Manaster (1990), Kim et al. (1993), How et al. (1995), Kooli dan Suret
(2002), Gerianta (2008) telah membuktikan bahwa reputasi underwriter
berpengaruh negatif pada underpricing (Kristiantari, 2013:792) .
59
7. Reputasi Auditor
Berdasarkan ISO 9000:2005 (3.9.1), pengertian audit adalah proses
sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit
terpenuhi. Dengan kata lain, seorang auditor memeriksa bahwa auditee
melakukan pekerjaannya bedasarkan standar yang digunakan berupa ISO
9001 maupun standar lain yang digunakan oleh perusahan termasuk dokumen
Sistem Manajemen Mutu yang dimiliki, metode terencana yang meliputi
prosedur dan instruksi kerja, serta menguji keefektifan sistem dengan
meninjau keluhan pelanggan, audit, pencapaian sasaran mutu, dan lain – lain.
Bahkan dalam kondisi tertentu, verifikasi produk juga dimungkinkan
(Zuhrawaty, 2009:5).
Perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pemeriksaan laporan
keuangan sebelum melempar sahamnya di pasar modal, karena hal ini akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan pemodal terhadap perusahaan. Bagi
perusahaan yang akan IPO, penilaian atas kewajaran laporan keuangan sangat
penting. Oleh karenanya perlunya pengaudit sebagai penilai laporan
perusahaan tersebut (Zirman dan Edfan Darlis,2011:4). Auditor yang
berkualitas akan dihargai dipasaran dalam bentuk peningkatan permintaan jasa
audit dan auditor yang memiliki reputasi yang tinggi maka akan
mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit yang tinggi
pula. Atas kualitas pengauditannya yang tinggi, auditor akan dihargai dalam
60
bentuk premium harga oleh klien. Penggunaan adviser yang profesional
(auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi) dapat digunakan
sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten, Holland dan
Harton (1993) dalam Puspita (2011:29).
Penggunaan adviser yang profesional (KAP Big Four) dapat
digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten.
Dengan memakai jasa KAP Big Four akan mengurangi kesempatan emiten
untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke pasar.
Dengan demikian, investor akan lebih mempercayai laporan keuangan yang
diaudit oleh KAP Big Four dan percaya untuk menginvestasikan dananya
pada emiten tersebut. Dengan signal positif yang diberikan emiten, tingkat
underpricing dapat di minimalisir (Ratnasari dan Hudwinarsih, 2013:89).
Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan
ketika suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi tinggi dapat
digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten
(Holland dan Horton, 1993). Emiten yang memilih untuk menggunakan
auditor yang berkualitas akan dinilai positif oleh investor yaitu emiten
mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya di masa
mendatang. Hal ini berarti penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi
akan mengurangi ketidakpastian pada masa mendatang. Ketidakpastian yang
rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah (Kristiantari,
2013:792).
61
8. Return on Equity
Return on Equity atau sering disebut juga dengan Return on Common
Equity, Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai
Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal Saham). ROE merupakan
teknik lain untuk menganalisis profitabilitas perusahaan. Apabila ROA
memperhitungkan profitabilitas perusahaan independen terhadap dana yang
dipakai, ROE secara eksplisit menganalisis profitabilitas perusahaan bagi
pemilik saham biasa (Hanafi dan Halim, 2007 : 195). Return on Equity
merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham
untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur
besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan
memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberkan
informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan.
Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakili dengan ROE
diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada
perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan
tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena
berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas
penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat
diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham
tersebut meningkat (Yolana dan Martani, 2005 : 543).
62
9. Kinerja Saham Jangka Panjang
Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya,
dapat berevolusi menjadi salah satu dari tiga kondisi dasar pasca-IPO, yaitu
tetap hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara
keseluruhan (fail outright), atau diakuisisi dan kehilangan identitasnya.
Beberapa studi tentang kinerja perusahaan pasca-IPO menemukan bahwa
kinerja perusahaan dan kinerja operasi emiten mengalami penurunan beberapa
waktu setelah IPO (Yuniarti, 2009:4).
Penelitian yang dilakukan oleh Aggrawal, et al. (1993) dalam Amin
(2007:2) menyimpulkan bahwa IPO dalam jangka pendek menunjukkan
terjadinya underpricing, tetapi dalam jangka panjang terjadi return yang
negatif. Penurunan kinerja yang terjadi dalam jangka panjang akan merugikan
investor karena akan memperoleh return yang negatif. Menurut Ritter (1991)
faktor
yang
bisa
menjelaskan
terjadinya
penurunan
kinerja
(underperformance) tersebut adalah kesalahan dalam pengukuran risiko, bad
luck, dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan. Hasil dari
underpricing (menyebabkan Initial Return (IR) yang positif dalam jangka
pendek) dan kinerja jangka panjang yang jelek, menyebabkan Cummulative
Abnormal Return (CAR) dari saham IPO membentuk pola naik-turun. Hal ini
menunjukkan bahwa harga yang terjadi pada saat di awal pasar sekunder
bukanlah harga yang wajar. Dalam jangka panjang, IR positif yang diperoleh
pada underpricing, ditiadakan karena kerugian yang dialami dalam jangka
63
panjang (Roy Sembel,1996) dalam Ronni (2003:185). Bessler dan Thies (2007)
menyatakan bahwa asimetri informasi saham dicerminkan pada besarnya
penetapan harga. Hal ini cukup masuk akal bahwa kinerja IPO dipengaruhi
oleh besarnya keuntungan awal. Initial return adalah selisih dari harga saham
penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham
perdana dibagi dengan harga saham perdana. perusahaan dengan hasil hari
pertama yang lebih tinggi maka untuk selanjutnya akan memiliki kinerja yang
lebih rendah jika hari pertama perdagangan telalu tinggi. Hal ini sesuai dengan
teori impresario yang diterangkan oleh Shiller (1990) berpendapat bahwa IPO
merupakan subyek yang bisa diatur sehingga harga penawaran dibuat lebih
rendah oleh penjamin emisi (impresario) untuk menciptakan excess demand
hanya sebagai bentuk promosi suatu kejadian. dengan kesimpulan bahwa
saham IPO yang memperoleh initial return (keuntungan awal) tinggi akan
menghasilkan imbal hasil jangka panjang rendah atau negatif (Abid, 2013:4).
B. Penelitian terdahulu
No
1
Peneliti
Tabel.2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Metode
Kristiantari
Analisis Faktor-Faktor
( 2013 )
yang Mempengaruhi
Underpricing Saham
Pada Penawaran Saham
Perdana Di Bursa Efek
Indonesia
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
Variabel reputasi underwriter,
ukuran perusahaan dan tujuan
penggunaan dana untuk investasi
secara signifikan berpengaruh
pada underpricing dengan arah
koefisien negatif. Sedangkan
variabel reputasi auditor, umur
perusahaan,
profitabilitas
perusahaan (ROA),
64
Lanjutan tabel 2.1
No
Peneliti
Judul
Metode
Hasil
financial leverage, dan jenis
industri terbukti tidak memiliki
pengaruh
signifikan
pada
terjadinya underpricing.
2
Ratnasari dan
Analisis Pengaruh
Hudiwinarsih
Informasi Keuangan,
(2013)
Non Keuangan Serta
Regresi
Berganda
Secara simultan variabel Return
on Equity (ROE), Financial
Leverage (DER), Tingkat Inflasi,
Reputasi KAP dan Reputasi
Underwriter
berpengaruh
terhadap Underpricing saham.
Sedangkan secara parsial variabel
reputasi KAP dan Reputasi
Underwriter (penjamin emisi)
berpengaruh signifikan terhadap
Underpricing saham. Sedangkan
Financial Leverage (DER) dan
Tingkat Inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap Underpricing
saham.
Regresi
Linear
Berganda
Variabel umur perusahaan dan
reputasi
penjamin
emisi
berpengaruh terhadap kinerja
saham, sedangkan.
Ekonomi Makro
Terhadap Underpricing
Pada Perusahaan
Ketika IPO
3
Sanora (2013)
Faktor-Faktor
Yang
Memengaruhi Kinerja
Saham
Setelah
Penawaran
Umum
Variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan utang tidak
berpengaruh terhadap kinerja
saham.
Perdana
4
Perdana, Darminto,
Pengaruh Return On
dan Sudjana (2013)
Equity (Roe), Earning
Per Share (Eps), Dan
Debt
Equity
Ratio
(Der) Terhadap Harga
Saham
Regresi
Linear
Berganda
Variabel Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS),
dan Debt Equity Ratio (DER)
berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap harga
saham.
Variabel Earning Per Share
(EPS) berpengaruh secara parsial
dan signifikan terhadap harga
saham
Variabel Return On Equity (ROE)
dan Debt Equity Ratio (DER)
secara parsial berpengaruh tidak
65
Lanjutan tabel 2.1
No
Peneliti
Judul
Metode
Hasil
signifikan terhadap harga saham.
Variabel
yang
dominan
mempengaruhi peningkatan harga
saham adalah Earning Per Share
(EPS), karena EPS mempunyai
nilai koefisien beta yang paling
tinggi daripada variabel bebas
yang lain.
5
Asmalidar (2011)
Analisis
Faktor
Fundamental Terhadap
Return Jangka Pendek
dan
Jangka
Structural
Equation
Model
(SEM)
Panjang
Saham Initial Public
Offering
di
Pasar
Sekunder Bursa Efek
Indonesia
Faktor Fundamental yang terdiri
dari total aset, rasio hutang
terhadap jumlah kepemilikan,
jumlah saham yang ditawarkan,
pendapatan kotor IPO, umur
perusahaan dan rasio harga
penawaran terhadap laba per
lembar saham, memiliki pengaruh
negatif terhadap return jangka
pendek saham IPO.
Faktor fundamental baik secara
langsung maupun tidak memiliki
pengaruh positif terhadap return
jangka panjang saham IPO. Dan
indikator
yang
dominan
mempengaruhi adalah total aset.
Return jangka pendek dengan
indikator initial return dan
opening price return memiliki
pengaruh positif terhadap
return jangka panjang saham IPO
dengan indikator market adjusted
abnormal return 12 bulan dan
market adjusted abnormal return
24 bulan.
6
Kusumawardani
(2010)
Analisis Pengaruh EPS,
PER, ROE, FL, DER,
CR, ROA pada Harga
Saham dan dampaknya
terhadap
Kinerja
Perusahaan LQ45 yang
Path
Analysis
Hanya variabel EPS, PER, ROE,
DER, ROA yang memiliki
pengaruh pada harga saham.
Harga saham memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap
kinerja.
Pengaruh EPS, PER, ROE, FL,
DER, CR, ROA pada harga
66
Lanjutan tabel 2.1
No
Peneliti
Judul
Metode
terdaftar di BEI periode
saham dan dampaknya terhadap
kinerja
perusahaan
bernilai
negatif.
2005-2009
7
Amin (2007)
Pendeteksian
Earning
Management,
Underpricing
dan
Pengukuran
Kinerja
Perusahaan
Yang
Melakukan Kebijakan
Initial Public Offering
(IPO) di Indonesia
Hasil
Uji
Beda
Paired
Sample Test,
Wilcoxon
Test.
Adanya praktek manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan
pada
keseluruhan
periode
pengamatan.
Adanya fenomena underpricing
pada
hari
pertama
saham
diperdagangkan di pasar sekunder
dengan tujuan sebagai suatu
mekanisme
untuk
menandai
kualitas perusahaan tersebut.
Adanya
penurunan
kinerja
keuangan yang dialami oleh
perusahaan setelah melakukan
IPO.
Dengan
menunjukkan
kinerja jangka pendek (tiga bulan)
adalah positif dan kinerja jangka
panjang (tiga tahun) adalah
negatif.
67
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Reputasi Underwriter
Reputasi Auditor
Return on Equity
Underprice
Kinerja Saham Jangka
Panjang
Uji Normalitas dan Uji
Goodness of Fit
Analisis Jalur
Uji Hipotesis
Pengaruh Langsung
dan Tidak Langsung
Interpretasi
68
Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar variabel
Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, dan
Return on Equity dalam
mempengaruhi tingkat Underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO
periode tahun 2007 – 2010 dan pengaruhnya terhadap Kinerja Jangka Panjang
Saham itu sendiri, sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Gambar 2.2
Model Hubungan penelitian
Reputasi
Underwriter
(X1)
Reputasi
Auditor
(X2)
Underpricing
(Y1)
Kinerja Saham
Jangka Panjang
(Y2)
(Z)
Return on
Equity
(X3)
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
69
1.
Pengaruh Reputasi Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan
Return on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1).
Ho: ρyxi = 0
: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi
Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan Return
on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1).
Ha: ρyxi ≠ 0
: Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
Reputasi
Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), dan Return
on Equity (X3) terhadap Underprice (Y1).
2. Pengaruh Reputasi Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap
Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel intervening
Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2).
Ho: ρyxi = 0
:
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Reputasi
Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap
Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel
intervening Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham
Jangka Panjang (Y2).
Ha: ρyxi ≠ 0
:
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
Reputasi
Underwriter (X1), Return on Equity (X3) terhadap
Kinerja Saham Jangka Panjang (Y2) dan variabel
intervening Underprice (Y1) terhadap Kinerja Saham
Jangka Panjang (Y2).
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan Underpricing dan
melihat pengaruhnya terhadap Kinerja Saham Jangka Panjang yang telah go
public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel determinan
Underpricing tersebut diantaranya Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, dan
Return on Equity yang akan diuji menggunakan metode Path Analysis.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang melakukan IPO dari tahun 2007 hingga 2010. Dengan data – data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data peringkat perusahaan Underwriter
dan Auditor, laporan keuangan perusahaan, dan return saham dari perusahaan
tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO antara tahun 2007
hingga tahun 2010.
B. Metode Penentuan Sampel
1.
Populasi
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) populasi adalah kumpulan
dari semua kemungkinan orang – orang, benda – benda, dan ukuran lain, yang
menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian.
Menurut Supranto (1986:24) populasi ialah kumpulan yang lengkap dari pada
seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain,
71
perbedaan – perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang
berlainan. Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Populasi berarti kumpulan seluruh objek yang digunakan untuk suatu
penelitian yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristiknya masing – masing.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan penawaran saham perdana (IPO)
dengan periode tahun amatan yaitu tahun 2007 – 2010 sebanyak 77 perusahaan.
2.
Sampel
Menurut Supranto (1986:25) sampel ialah sebagian dari populasi, atau
sering juga disebut contoh. Menurut Istijanto (2005:109) sampel dapat
didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Akibatnya,
sampel selalu merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi. Menurut
Suharyadi dan Purwanto (2009:7) sampel adalah suatu bagian dari populasi
tertentu yang menjadi perhatian. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa sampel adalah suatu bagian kecil yang diambil atau ditarik
sebagai contoh dari populasi yang akan menjadi perhatian dalam sebuah
penelitian.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:17) penarikan
sampel
dengan
metode
purposive
adalah
penarikan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan dan
72
tujuan penelitian. Kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang go public di BEI pada periode Januari 2007 sampai
dengan Desember 2010 yang sahamnya mengalami underpricing.
b. Tersedia nama auditor yang mengaudit dan nama underwriter.
c. Tersedia data laporan keuangan satu tahun sebelum IPO.
d. Perusahaan yang sahamnya mengalami undepricing pada saat IPO yang
memiliki data harga saham lengkap dan masih aktif dalam perdagangan
selama periode penelitian yaitu antara tahun 2007 sampai tahun 2013.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh sampel sebesar 59,
dengan perincian dalam tabel berikut ;
Tabel.3.1
Proses Penentuan Sampel
Keterangan
Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2007
22
Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2008
19
Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2009
13
Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010
23
Sampel dikeluarkan karena overpricing
(11)
Sampel dikeluarkan karena data tidak lengkap
(7)
Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian
59
73
C.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data – data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan
digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber
yaitu
:
situs
idx.co.id,
sahamok.com,
Yahoo
Finance,
e-bursa.com,
duniainvestasi.com, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan jurnal –
jurnal serta literatur lainnya. Data yang digunakan meliputi :
1. Daftar nama dan tanggal perusahaan yang listing di BEI tahun 2007 –
2010, harga IPO saham perusahaan dan harga penutupan saham di hari
pertama pasar sekunder diperoleh dari
situs sahamok.com dan e-
bursa.com tanggal akses 25 Februari 2014.
2. Data nama Underwriter yang menjadi penjamin perusahaan saat IPO
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010
dan situs idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014.
3. Data nama Auditor yang mengaudit laporan keuangan diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010 dan situs
idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014.
4. Data Return on Equity perusahaan yang listing di BEI tahun 2007 – 2010,
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007 – 2010
dan situs idx.co.id tanggal akses 25 Februari 2014.
74
5. Data return saham yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007
– 2013, Seluruh data return saham tersebut diperoleh dari Historical
Price perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia melalui aplikasi
HOTS, situs duniainvestasi.com, dan Yahoo Finance tanggal akses 25 28 Februari 2014.
Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan,
yaitu dengan mempelajari berbagai teori-teori yang berkaitan dengan variabel
yang diteliti dan hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Yang
dapat menjadi sumber dari studi kepustakaan ini yaitu jurnal-jurnal, buku-buku
literatur, internet ataupun media lainnya yang dapat menunjang penelitian ini.
D.
Metode Analisis Data
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu
asumsi penggunaan statistik parametrik adalah asumsi multivariate normality.
Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi penelitian masing-masing variabel (Ghozali, 2011:160). Jika asumsi
normalitas dipenuhi, maka nilai residual dari analisis juga berdistribusi normal
dan independen. Normalitas dapat dilihat dari nilai critical ratio (CR) sebesar
±2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 (p-value 1%) dan + 1,96 dengan tingkat
signifikansi 0.05 (p-value 5%) (Hair, edisi 5, hal 71). Apabila nilai CR yang
dihasilkan dalam tabel masing-masing dimensi variabel memiliki nilai yang
75
lebih kecil dari ±2,58 maka disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal
dan jika sebuah variabel adalah normal secara multivariat, maka akan normal
juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku sebaliknya.
2.
Analisis Jalur (path analysis)
Dalam penelitian ini penggunaan analisis jalur karena analisis jalur ialah
suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi
berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya
secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (Retherford 1993). Sedangkan
definisi lain mengatakan analisis jalur merupakan pengembangan dari model
regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau
lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan
dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas.
Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang
diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi
variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan
nilai goodness of-fit. (Ghozali, 2008:21)
Dalam penelitian ini penggunaan analisis jalur karena analisis jalur
merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan
bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan
beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan
pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara.
76
Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar
variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam
model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat
dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar
pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel
intervening. Pengaruh total dapat dirperoleh dengan menjumlahkan hubungan
langsung dan tidak langsung. (Ghozali, 2008:93).
Dengan demikian dalam model hubungan antar varibel tersebut, terdapat
variabel bebas (independent variable) atau dalam hal ini disebut variabel
eksogen, dan variabel terikat (dependent variable) atau yang disebut variabel
endogen melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling
tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang
terakhir (Sugiyono,2010:297).
Dilihat dari kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2
(dua) substruktur linier sebagai berikut :
Sub struktur I :
X1
Є1
X2
Y1
X3
Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y1
77
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut :
Y1 = ρX1Y1 +ρX2Y1 +ρX3Y1 + Є1
Keterangan :
Y1 = Underprice
X3 = Return On Equity (ROE)
X1 = Reputasi Underwiter (UND)
Є1 = Residual Error
X2 = Reputasi Auditor (AUD)
Sub Struktur II :
X1
Є2
Y2
Y1
X3
Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X3, dan Y1 terhadap Y1
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut :
Y2 = ρX1Y2 +ρX3Y2 +ρY1Y2 + Є2
Keterangan :
Y2 = Kinerja Saham Jangka Panjang (RJKP)
Y1 = Underprice
X3 = Return On Equity (ROE)
X1 = Reputasi Underwiter (UND)
Є2 = Residual Error
78
Hair et. al ( 1998 ) dalam Imam Ghozali ( 2008:61 ) mengajukan
tahapan permodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh)
langkah yaitu :
Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori
Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas,
dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan
variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat
seperti ditemukan dalam
riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli
produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang
diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih,
tetapi terletak pada justufikasi ( pembenaran ) secara teoritis untuk
mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam model
merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang
perlu dilakukan yaitu menyusun model struktrural yaitu menghubungkan antar
model konstruk laten baik eksogen dan menyusun measurement model yaitu
menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel
indicator atau manifest.
79
Langkah 4 : Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan
Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian
atau matrik korelasi. Data mentah obsrvasi individu dapat dimasukkan dalam
program AMOS akan berubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian
atau korelasi dihitung.
Teknik estimasi model persamaan structural pada
awalnya dilakukan dengan ordinary least square ( OLS ) regression, tetapi
teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation ( ML ) yang
lebih efisien dan unbiased jika asumsi
normalitas multivariate dipenuhi.
Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun
demikian teknik ML sangat sensitive terhadapnon-normalitas data sehungga
diciptakan teknik estimasi lain seperti Weight Least Square ( WLS ),
Generalized Least Square ( GLS ) dan Asymptotivally Distribution Free (
ADF ).
Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural model structural.
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering
didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan
dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah
ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara
melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil
estimasi yang meliputi : ( 1 ) adanya nilai standar eror yang besar satu atau
80
lebih koefisien, ( 2 ) ketidakmampuan program
untuk invert information
matric, ( 3 ) nilai estimasi yang tidak mungkin misalnya
error variance yang
negative, ( 4 ) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90 ) antar koefisien
estimasi.
Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model
planusible ( masuk akal ) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,
apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam
buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari :
1. Absolut Fit Measure
Absolut fit measure mengukur model fit secara keseluruhan ( baik
model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan)
a.
Likelihood-Ratio Chi-Square Statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chisquare(χ2). Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of
freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau
diobservasi dengan yang diprediksi berbeda
korelasi yang
secara nyata dan ini
menghasilkan probabilitas ( ρ) akan menghasilkan nilai probabilitas (
ρ) yang lebih besar dari tingkat signifikasi (α) dan ini menunjukkan
bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan signifikan.
Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak
81
signifikan ( ρ≥ 0.05 ) karena mengharapkan bahwa model yang
diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.
b.
CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan mmenggunakan ratio ukuran ini
untuk mengukur fit. Menurut
Whaeton et. Al (1977 ) dalam Imam
Ghozali (2008 ) nilai ratio 5 ( lima ) atau kurang dari lima merupakan
ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrene ( 1988 )
mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.
c.
Goodness of Fit Indexs ( GFI )
Goodnes of Fit Indexs ( GFI ) dikembangkan oleh Joreskog dan
Sorbon ( 1984 ) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar
antar 0 ( poor fit ) sampai 1
( perfect fit ).
Nilai GFI tinggi
menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima
sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti
menganjurkan nilai diatas 90 % sebagai ukuran good fit.
d.
Root Mean Square Erorrs of Appriximination ( RSMEA )
Root Mean Square Erorrs of Appriximination ( RSMEA )
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendurungan
statistic chi-aquare menolak model dengan jumlah sampel yang besar.
Nilai RSMEA antara 0,05 sampai 0,08 merupkan ukuran yang dapat
diterima. Hasil uji empiris RSMEA cocok untuk menguji model
82
konfitmatori atau competing model strategi dengan jumlah sampel
besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental Fit Measures membandingkan proposed model dengan
null model.
Null model merupakan model realistic dimana model-
modelyang lain harus diatasnya.
a.
Adjusted Goodness of Indexs ( AGFI )
Adjusted Goodness of Indexs ( AGFI ) merupakan pengembangan
dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk
proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai
yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.
b.
Tucker-Lewis Indexs ( TLI )
Tucker-Lewis Indexs atau dikenal dengan nonnnormed fit indexs (
NNFI ).
Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi
analisis factor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran
ini menggabungkan ukuran
parsimony kedalam indek komparasi
antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0
sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.
c.
Normed Fit Index ( NFI )
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara
proposal model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 ( no
fit at all ) sampai 1.0 ( perfect fit ). Seperti halnya TLI tidak ada nilai
83
absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya
direkomendasikan ≥ 0,90.
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah
koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit.
Tujuan
dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai
dengan “ overfitting “ data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini
mirip dengan “ adjustment “ terhadap nilai 𝑅 2 didalam multiple
regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia
maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.
a.
Parsimony Goodness of Fit Index ( PGFI )
Parsiminous Goodness-Of-Fit Index (PNFI ) memodifikasi GFI
atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0
sampai 1.0 dengan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih
parsimony.
b.
Parsimony Normed Fit Index ( PNFI )
Parsimonious Normal Fit Index ( PNFI ) merupakan modifikasi
dari NFI. PNFI memasukkan jumlah jumlah degree of freedom yang
digunakan untuk mencapai level fit.
semakin baik.
Semakin tinggi nilai PNFI
Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk
membandingkan model alternatif
sehingga tidak ada nilai yang
84
direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian
jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai
0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.
Tabel 3.2
Standar Penilaian Kesesuaian ( Fit )
Nilai yang Direkomendasikan
Imam Ghozali (2008)
Laporan Statistik
Cut of value
Keterangan
Absolut Fit
Probabilitas χ
2
Tidak signifikan ( p > 0.05)
χ2/df
Model yang diusulkan
cocok/fit dengan data
observasi
≤ 5
<2
-Ukuran yang reasonable
-Ukuran Fit
<0.1
-good fit
< 0.05
-verry good fit
< 0.01
-outstanding fit
0.05 ≤ × ≤ 0.08
-reasonable fit
RMSEA
GFI
> 0.9
Good fit
AGFI
≥ 0.9
Good fit
TLI
≥ 0.9
Good fit
NFI
≥ 0.9
Good fit
Incremental Fit
Parsimonious Fit
PNFI
PGFI
( Sumber : Imam Ghozali, 2008 )
0-1.0
Lebih besar lebih baik
0-1-0
Lebih besar lebih baik
85
Langkah 7
: Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teotitis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka
model tersebut harus di cross-validated ( diestimasi dengan data terpisah )
sebelum model modifikasi diterima.
E.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan
digunakan berdasarkan teori – teori dan hipotesis penelitian mengenai reputasi
underwriter, reputasi auditor, Return on Equity, underpricing, dan kinerja
saham jangka panjang, dimana variabel – variabel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a.
Variabel terikat (dependen/endogen), yaitu :
1) Y1 adalah Underpricing yang diproksikan dengan initial return
2) Y2 adalah Kinerja saham jangka panjang yang diproksikan dengan
abnormal return (AR).
86
b.
Variabel bebas (independen/eksogen), yaitu :
1)
X1 adalah reputasi underwriter
2) X2 adalah reputasi auditor
3) X3 adalah Return on Equity
2. Definisi Operasional Variabel
a.
Variabel terikat (dependen/endogen)
1) Underpricing
Variabel Underpricing dalam penelitian didefinisikan sebagai
penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah daripada harga di
pasar sekunder untuk saham yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Yuniarti (2009) dan Amin (2007) Underpricing diukur dengan initial
return, yang merupakan return awal yang diterima oleh investor yaitu selisih
antara harga penutupan saham (closing price) pada hari pertama
perdagangan di bursa dengan harga di pasar perdana dibagi dengan harga
perdana. Secara formal dinyatakan :
Initial Return = (Harga Penutupan di hari pertama bursa – Harga perdana)
Harga Perdana
Untuk menghindari bias karena pengaruh magnitude pembaginya,
maka digunakan rumus sebagai berikut :
87
Ri,t = ln(Pi,t-1 / Pi,t )
Keterangan :
Ri,t
= return saham i pada hari ke t,
Pi,t
= harga saham i pada hari ke t,
Pi,t-1
= harga saham i pada hari ke t-1 (harga perdana)
2) Variabel Kinerja Saham Jangka Panjang
Pengukuran kinerja jangka panjang ini menggunakan metode yang
dilakukan oleh Yuniarti (2009)
dan Amin (2007) diukur menggunakan
abnormal return (AR) dengan mean adjusted model. Kinerja tahun pertama,
tahun kedua, dan tahun ketiga setelah IPO, secara formal model
pengukurannya adalah :
Keterangan :
ARi,t
= abnbormal return saham i pada tahun ke t
Ri,t
= return saham i pada bulan ke t
Ri,t1,t2
= rata-rata return saham i pada tahun ke t
Untuk mendapatlkan agregate return, maka return dikalkulasi
dengan model cumulative abnormal return (CAR) sebagai berikut :
88
Keterangan :
b.
CARi,t1,t2
= Cumulative abnormal return IPO i.
ARi,t
= Abnormal return IPO i, dalam bulan t.
Variabel bebas (independen/eksogen)
1) Reputasi Underwriter
Pengukuran reputasi underwriter menggunakan metode yang
dilakukan oleh Kristiantari (2013) mengukur dengan memberi nilai 1 untuk
underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan 0 untuk underwriter yang
tidak memiliki reputasi tinggi. Penentuan ranking didasarkan perangkingan
yang dibuat oleh Majalah Uang dan Efek, Koran Investor dan situs
www.Bloomberg.com. Underwriter yang memiliki reputasi tinggi adalah
underwriter yang masuk dalam top 5 underwriter, sedangkan underwriter
yang tidak masuk dalam
top 5 underwriter dikategorikan sebagai
underwriter yang tidak memiliki reputasi tinggi.
2) Reputasi Auditor
Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan
dengan menggunakan skala 1 untuk KAP yang masuk kategori big 4 dan 0
untuk KAP yang masuk dalam kategori non big 4. Data yang digunakan
89
adalah nama KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four yaitu KAP Osman
Bing Satrio & Eny (Deloitte Touche Tohmatsu), KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan (PwC), KAP Purwantono, Suherman & Surja (Ernst &
Young), KAP Sidharta dan Widjaja (KPMG). Dengan data yang berasal dari
laporan keuangan satu tahun sebelum IPO sama seperti yang dilakukan oleh
Kristiantari (2013).
3) Return on Equity
Variabel ROE merupakan variabel rasio profitabilitas yang
ditentukan dengan pengukuran sebagai berikut Samsul (2006:145) :
ROE =
Laba Bersih
Ekuitas
90
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Struktur Pasar Modal Indonesia
Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana
dalam kesehariannya BEI dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi
satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi
Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut Direktur Utama juga secara tidak
langsung dibantu oleh sekertaris perusahaan dan beberapa orang peneliti
senior (idx.co.id).
Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang – Undang
No. 8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM). Berdasarkan ketentuan
dalam UUPM, Bapepam selaku Badan Pengawas Pasar Modal (The Capital
Market Supervisory Board) melaksanakan pembinaan, pengaturan dan
pengawasan sehari – hari pasar modal (Rodoni, 2005:119).
Badan serupa Bapepam di luar negeri biasanya disebut Securities and
Exchange Commision. Bapepam yang dulu merupakan singkatan dari Badan
Pelaksana Pasar Modal (lahir tahun 1976), yang kemudian fungsinya diganti
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sejak 1992. Bapepam merupakan
salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan (Rodoni, 2005:119).
91
Menteri Keuangan
Bapepam
Lembaga Kliring dan
Penjamin (LKP)
Bursa Efek
Perusahaan Efek
- Penjamin Emisi
- Pedagang
Perantara Efek
- Manajer
Investasi
Lembaga Penunjang
- Biro Administrasi
Efek
- Bank Kustodian
- Wali Amanat
- Penasehat
Investasi
- Pemeringkat efek
Lembaga Penyimpangan
dan Penyelesaian (LPP)
Profesi Penunjang
- Akuntan
- Konsultasi
Hukum
- Penilai
- Notaris
Emiten
- Perusahaan
Publik
- Reksadana
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
Sumber : Rodoni (2005 : 120)
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
software IBM SPSS AMOS 21.0 yang dapat menjelaskan variabel-variabel
yang diteliti yakni variabel independen (variabel bebas), pengaruh reputasi
underwriter, reputasi auditor, dan Return on Equity serta variabel dependen
(variabel terikat) underpricing dan kinerja saham jangka panjang.
92
a.
Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing
Tabel.4.1
Sampel Perusahaan yang Mengalami Underpricing
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Harga
IPO Closing
BISI
200
340
WEHA 245
415
BKDP
120
204
SGRO 2340
2525
MNCN 900
940
PKPK
400
680
LCGP
125
212
DEWA 335
565
GPRA
310
345
WIKA
420
560
ACES
820
980
PTSN
580
640
JSMR 1700
2050
JKON
615
980
CSAP
200
220
ITMG 14000 19600
ASRI
105
178
COWL 130
221
BAPA
150
255
TRIL
400
680
ELSA
400
515
YPAS
545
640
KOIN
170
226
GZCO
225
275
TPIA
2200
2850
BSDE
550
560
INDY 2950
3425
PDES
200
340
KBRI
260
355
ADRO 1100
1730
Sumber : data diolah,2014
Kode
IR
No.
Kode
70.00
69.39
70.00
7.91
4.44
70.00
69.60
68.66
11.29
33.33
19.51
10.34
20.59
59.35
10.00
40.00
69.52
70.00
70.00
70.00
28.75
17.43
32.94
22.22
29.55
1.82
16.10
70.00
36.54
57.27
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
HOME
TRAM
SIAP
TRIO
INVS
MKPI
BWPT
DSSA
BCIP
EMTK
PTPP
BIPI
TOWR
ROTI
GOLD
SKYB
GREN
IPOL
BUVA
BRAU
HRUM
ICBP
TBIG
KRAS
APLN
BORN
MIDI
BRMS
MFMI
Harga
IPO Closing
110
183
125
159
150
159
225
230
125
145
2100
2750
550
570
1500
2250
110
173
720
730
560
580
140
191
1050
1570
1275
1490
350
520
375
560
105
178
210
235
260
310
400
445
5200
5450
5395
5950
2025
2400
850
1270
365
410
1170
1280
275
410
635
700
200
340
IR
66.36
27.20
6.00
2.22
16.00
30.95
3.64
50.00
57.27
1.39
3.57
36.43
49.52
16.86
48.57
49.33
69.52
11.90
19.23
11.25
4.81
10.29
18.52
49.41
12.33
9.40
49.09
10.24
70.00
93
Perusahaan yang tidak mengalami underpricing ada 11 perusahaan
diantaranya PT Ciputra Property Tbk, PT Duta Graha Indah Tbk, PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, PT Bayan Resources Tbk, PT Verena
Multi Finances Tbk, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, PT Garda Tujuh Buana
Tbk, PT Katarina Utama Tbk, PT Pelat Timah Nusantara Tbk, PT Gunawan
Dianjaya Steel Tbk, PT Wintermar Offshore Marine Tbk. Sedangkan
perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan
ada 7 perusahaan yaitu PT Bank Windu Kentjana International Tbk, PT Bank
Capital Indonesia Tbk, PT Bank Ekonomi Raharja Tbk, PT Batavia
Prosperindo Finance Tbk, PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk, PT BPD
Jawa Barat dan Banten Tbk, PT Bank Sinarmas Tbk. Sehingga dari 77
perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 2007 – 2010, hanya 59
perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.
b.
Analisis Deskriptif Variabel yang Digunakan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 perusahaan,
yaitu perusahaan yang mengalami underpricing (initial return > 0) dan
mempunyai kelengkapan data yang diteliti.
Tabel.4.2
Variabel Yang Digunakan
No.
Kode
IR (%)
Reputasi
Underwriter
1
2
3
4
5
BISI
WEHA
BKDP
SGRO
MNCN
70.00
69.39
70.00
7.91
4.44
0
0
0
1
1
Reputasi
Auditor
ROE
0
0
1
1
0
0.28
0.02
0.01
0.28
0.26
Return
Jangka
Panjang
-0.434
0.031
-0.080
-0.056
-0.004
94
Lanjutan tabel 2
No.
Kode
IR (%)
Reputasi
Underwriter
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
PKPK
LCGP
DEWA
GPRA
WIKA
ACES
PTSN
JSMR
JKON
CSAP
ASRI
ITMG
COWL
BAPA
TRIL
ELSA
YPAS
KOIN
GZCO
TPIA
BSDE
INDY
PDES
KBRI
ADRO
HOME
TRAM
SIAP
TRIO
INVS
MKPI
BWPT
DSSA
70.00
69.60
68.66
11.29
33.33
19.51
10.34
20.59
59.35
10.00
69.52
40.00
70.00
70.00
70.00
28.75
17.43
32.94
22.22
29.55
1.82
16.10
70.00
36.54
57.27
66.36
27.20
6.00
2.22
16.00
30.95
3.64
50.00
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
Reputasi
Auditor
ROE
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0.19
0.02
0.07
0.07
0.23
0.33
0.11
0.19
0.21
0.08
0.18
0.10
-0.10
0.03
0.16
0.11
0.21
0.08
0.05
0.60
0.08
0.16
0.12
-0.14
0.04
0.02
0.21
0.01
0.24
0.04
0.28
0.44
0.09
Return
Jangka
Panjang
-0.033
0.194
0.130
-0.020
-0.088
-0.320
0.259
-0.127
-0.058
0.110
-0.272
-0.185
0.018
-0.062
0.233
-0.024
-0.118
-0.272
-0.138
-0.121
-0.349
-0.126
-0.126
0.246
0.117
-0.128
-0.602
-0.203
-0.361
-0.854
0.192
-0.223
-0.725
95
Lanjutan tabel 3
No.
Kode
IR (%)
Reputasi
Underwriter
Reputasi
Auditor
ROE
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0.03
0.07
0.29
0.00
0.22
0.34
0.22
0.22
0.01
0.46
0.04
0.68
0.53
0.28
0.17
0.15
0.09
0.08
0.02
0.08
0.13
39
BCIP
57.27
40
EMTK
1.39
41
PTPP
3.57
42
BIPI
36.43
43
TOWR
49.52
44
ROTI
16.86
45
GOLD
48.57
46
SKYB
49.33
47
GREN
69.52
48
IPOL
11.90
49
BUVA
19.23
50
BRAU
11.25
51
HRUM
4.81
52
ICBP
10.29
53
TBIG
18.52
54
KRAS
49.41
55
APLN
12.33
56
BORN
9.40
57
MIDI
49.09
58
BRMS
10.24
59
MFMI
70.00
Sumber : data diolah,2014
Return
Jangka
Panjang
-0.356
-0.354
-0.154
-0.265
-0.704
-0.374
-0.082
-0.109
-0.012
0.056
-0.140
0.089
0.189
-0.104
-0.192
0.252
0.054
0.226
-0.109
0.066
0.026
Tabel 4.3
Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
UND
59
.00
1.00
.2881
.45678
AUD
59
.00
1.00
.3051
.46440
ROE
59
-.14
.68
.1605
.15770
Underprice
59
.01
.70
.3454
.24965
RJKP
59
-.854
.259
-.11146
.241686
Valid N (listwise)
59
Sumber : data diolah SPSS 18, 2014
96
Pada tabel 4.3 pada variabel UND menunjukkan bahwa rata – rata
variabel underwriter dari seluruh sampel adalah 0,2881 yang berarti 28,81%
dari seluruh perusahaan sampel telah menggunakan jasa underwriter yang
memiliki reputasi tinggi menurut rangking top 5 underwriter didasarkan
perangkingan yang dibuat oleh Majalah Uang dan Efek, Koran Investor dan
situs Bloomberg.com.
Statistik deskriptif pada variabel AUD menunjukkan bahwa rata – rata
variabel auditor dari seluruh perusahaan sampel adalah 0,3051 yang berarti
30,51% dari seluruh perusahaan sampel telah diaudit oleh KAP yang
berafiliasi dengan KAP Big Four yaitu KAP Osman Bing Satrio & Eny, KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan, KAP Purwantono, Suherman & Surja, KAP
Sidharta dan Widjaja.
Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir sebelum melakukan IPO.
Informasi ROE ini diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan keputusan
investasi oleh investor. Berdasarkan hasil statistik deskripif dari seluruh
perusahaan sampel diperoleh rata – rata ROE sebesar 0,1605 yang berarti rata
– rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar 16,05% dibanding dengan
total ekuitasnya pada laporan terakhir sebelum IPO.
Variabel Underprice menggambarkan bahwa rata rata – rata nilai
underpricing dari 59 perusahaan yang IPO di Bursa Efek Indonesia adalah
sebesar 34,54% dengan standar deviasi 24,96%. Tingkat underpricing yang
tertinggi terjadi pada saham IPO PT BISI International Tbk, PT Bukit Darmo
97
Property Tbk, PT Perdana Karya Perkasa Tbk, PT Cowell Development Tbk,
PT Bekasi Asri Pemula Tbk, PT Triwira Insanlestari Tbk, PT Destinasi Tirta
Nusantara Tbk, PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk yaitu sebesar 70%
sedangkan tingkat underpricing terendah terjadi pada saham IPO PT Elang
Mahkota Teknologi Tbk sebesar 1,39%.
Variabel RJKP menunjukkan bahwa rata – rata return saham jangka
panjang semua perusahaan sampel sebesar – 0,11146 yang berarti rata – rata
return saham jangka panjang seluruh perusahaan sampel mengalami
penurunan 11,15% pada tahun ke tiga setelah IPO. Penurunan return saham
jangka panjang terendah terjadi pada PT Inovisi Infracom Tbk sebesar 85,4%, sedangkan tingkat return saham jangka panjang tertinggi terjadi pada
PT Sat Nusapersada Tbk sebesar 25,9%.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data betujuan untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian ini mempunyai distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah
data yang mempunyai distribusi normal. Terdapat dua cara pegujian
normalitas yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu distribusi data
dapat dikatakan normal apabila nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih
kecil dari nilai kritik tabel + 1,96 dengan tingkat signifikansi 0.05 (p-value
5%). (Hair, edisi 5, hal 71), jika sebuah variabel adalah normal secara
multivariat, maka akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak berlaku
sebaliknya.
Berikut ini hasil uji normalitas data :
98
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Normalitas
Variable
min
max
skew
ROE
-.140
.680
1.150
AUD
.000
1.000
.847
UND
.000
1.000
.936
Underprice
.014
.700
.265
RJKP
-.854
.259
-.888
Multivariate
Sumber : data diolah AMOS, 2014.
c.r.
3.605
2.655
2.934
.832
-2.784
kurtosis
1.664
-1.283
-1.125
-1.473
1.008
-.504
c.r.
2.609
-2.012
-1.763
-2.309
1.581
-.231
Pada tabel diatas, dengan analisis secara univariate, diketahui bahwa
variabel AUD, UND, Underprice, dan RJKP berdistribusi normal karena nilai
C.R. skewnes atau C.R. kurtosis kurang dari nilai kritik tabel + 1,96 maupun
+ 2,58 pada tingkat signifikansi 0.01 (p-value 1%). Namun untuk variabel
ROE nilai C.R. skewnes atau C.R. kurtosis lebih besar dari nilai kritik tabel +
1,96 maupun + 2,58 sehingga distribusi data dinyatakan tidak normal.
Jika pengujian dianalisis secara multivariate, diketahui bahwa C.R.
kurtosis sebesar -0,231 kurang dari nilai kritik tabel + 1,96. Maka dapat
dinyatakan bahwa distribusi data adalah normal secara multivariate.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian
ini terdistribusi normal untuk sebagian variabel secara univariate dan
terdistribusi normal secara multivariate. Oleh karena itu asumsi normalitas
dapat terpenuhi. Hair (edisi 5, hal 71) menyebutkan jika sebuah variabel
adalah normal secara multivariate, maka akan normal juga secara univariat.
Tetapi tidak berlaku sebaliknya.
3. Uji Kesesuaian Model
99
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum,
maka dilakukan uji keseuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor
dan ROE Terhadap Underpricing serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Saham Jangka Panjang
Laporan
Statistik
Nilai yang
Direkomendasikan
Imam Ghozali ( 2008 )
Hasil
Keterangan
Tidak signifikan
( p > 0.05)
0.000(0.983)
Model cocok
Absolut Fit
Probabilitas
χ2
Df
χ2/df
1
≤ 5
<2
<0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 ≤ × ≤ 0.08
> 0.9
0.000
Good fit
0.000
Good fit
-
-
≥ 0.9
-
-
TLI
≥ 0.9
1.284
Good fit
NFI
Parsimonious Fit
≥ 0.9
1.000
Good fit
PNFI
0-1.0
0.1
RMSEA
GFI
Incremental Fit
AGFI
PGFI
0-1.0
Sumber : Data diolah AMOS, 2014
-
Lebih besar
lebih baik
-
Dilihat dari nilai chi-square sebesar 0.000 dengan probabilitas 0.983
yang jauh diatas 0.05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan
model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF
(χ2/df) sebesar 0.000 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik
karena berada di bawah 2.
100
Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti GFI, TLI,
NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model
sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Imam Ghozali
(2008:71) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit
yang lainnya.
4. Analisis Jalur
Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang
pertama menganalisis pengaruh reputasi Underwriter, reputasi Auditor, dan
Return on Equity sebagai variabel eksogen terhadap Underprice sebagai
variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh reputasi
Underwriter, Underprice dan Return on Equity sebagai variabel eksogen
terhadap kinerja saham jangka panjang perusahaan yang IPO. Sebagai
variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 21,
maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut.
Gambar 4.2
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
Sumber : data diolah AMOS, 2014
101
a.
Analisis Korelasi
Korelasi antara reputasi Underwriter (UND), reputasi Auditor (AUD),
dan Return on Equity (ROE) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Korelasi reputasi Underwriter (UND), reputasi
Auditor (AUD), dan Return on Equity (ROE)
Korelasi Antar Variabel
Estimasi
P
AUD
<-->
ROE
.064
.628
UND
<-->
AUD
.391
.006
UND <-->
ROE
.244
Sumber : data diolah AMOS, 2014
.071
1) Korelasi antara reputasi Auditor (AUD) terhadap Return on Equity
(ROE)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel
reputasi Auditor terhadap Return on Equity (ROE). Untuk menafsirkan
angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut :
0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5
: Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
> 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipootesis :
Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.
Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.
Pengujian berdasarkan signifikan :

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
102
Korelasi sebesar 0,064 mempunyai maksud hubungan antara
variabel reputasi Auditor (AUD) terhadap Return on Equity (ROE)
sangat lemah dan searah. Searah artinya jika perusahaan menggunakan
Auditor yang memiliki reputasi mengalami kenaikan maka Return on
Equity (ROE) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,628 >
0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha
sehingga korelasi tidak signifikan.
2) Korelasi antara reputasi Underwriter ( UND) terhadap reputasi
Auditor (AUD)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel
reputasi Underwriter (UND) terhadap reputasi Auditor (AUD) sebesar
0,391. Korelasi sebesar 0,391 mempunyai maksud hubungan antara
reputasi Underwriter (UND) terhadap reputasi Auditor (AUD) cukup
kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan perusahaan
yang menggunakan Underwriter yang memiliki reputasi yang tinggi
maka perusahaan yang menggunakan Auditor yang berreputasi tinggi
juga mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel
tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,006 < 0,05 maka telah cukup
bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.
3) Korelasi antara reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on
Equity (ROE)
103
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antar variabel
reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on Equity (ROE) sebesar
0,244. Korelasi sebesar 0,244 mempunyai maksud hubungan antara
reputasi Underwriter (UND) terhadap Return on Equity (ROE) sangat
lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan perusahaan
yang menggunakan jasa Underwriter yang memiliki reputasi yang
tinggi maka Return on Equity (ROE) juga akan mengalami kenaikan,
begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai
probabilitas sebesar 0,071 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk
menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak siginifikan, akan
tetapi jika mengacu pada probabilitas 0,1 maka korelasi dua variabel
tersebut dapat dikatakan signifikan.
b.
Pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan
return on equity (ROE) terhadap underprice.
Gambar hasil diagram jalur substruktur pertama dari hasil perhitungan
menggunakan AMOS 21 adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Diagram Jalur Substruktur I
Sumber : data diolah AMOS, 2014
104
Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh
reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity
(ROE) terhadap underprice baik secara simultan maupun secara parsial.
Untuk melihat besarnya perngaruh secara simultan dapat terlihat pada
kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh
antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi
pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat
signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel
Regression Weight kolom Probability (lihat lampiran). Adapun hasil
perhitungan dengan menggunakan AMOS 21 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Pengaruh Antara Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, ROE, Terhadap
Underprice
Pengaruh antar variabel
Estimasi
Probabilitas
UND

Underprice
-.437
.000
AUD

Underprice
-.102
.375
ROE

Underprice
-.248
.023
R Square
0.353
Sumber : data diolah AMOS, 2014
Untuk melihat pengaruh reputasi underwriter (UND), reputasi auditor
(AUD), dan return on equity (ROE) secara gabungan terhadap underprice,
kita dapat melihat hasil pada tabel 4.7 khususnya angka R square.
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,353. Angka tersebut digunakan
untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter (UND),
reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) secara gabungan
105
terhadap underprice dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD)
dengan menggunakan rumus berikut :
KD = r2 x 100%
KD = 0,353 x 100%
KD = 35,3%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel reputasi
underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE)
terhadap underprice secara simultan adalah 35,3% sedangkan sisanya
sebesar 64,7% (100% - 35,3%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata
lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan
variabel reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on
equity (ROE) adalah sebesar 35,3%, sementara pengaruh yang disebabkan
oleh variabel – variabel lain di luar model ini adalah sebesar 64,7%.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter (UND),
reputasi auditor (AUD), dan return on equity (ROE) secara parsial,
digunakan kolom estimasi pada tabel 4.7, sedangkan untuk melihat
signifikansi digunakan kolom probabilitas.
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel reputasi
underwriter (UND) dengan underprice, dapat dilihat dari hasil perhitungan
yang
menunjukkan angka 0.000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk
menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel
reputasi underwriter (UND) dengan
underprice. Besarnya pengaruh
reputasi underwriter (UND) dengan underprice sebesar -0.437 atau -43,7%.
106
Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan
negatif terhadap underprice. Artinya, bahwa semakin tinggi reputasi
underwriter yang digunakan oleh perusahaan maka tingkat underpricing
akan semakin rendah, dan sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa underwriter memiliki
pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice. Hal ini
disebabkan karena underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani
memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas
penjaminannya, sehingga tingkat underpricing rendah. Dalam menghadapi
IPO, calon investor cenderung melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi
underwriter karena menurut investor, underwriter dianggap memiliki
informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Begitu pula jika
dibandingkan dengan emiten, underwriter dianggap memiliki informasi
yang lebih lengkap tentang pasar.
Temuan ini tidak konsisten dengan Trisnawati (1998), Daljono (2000),
Yolana dan Martani (2005). Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan proksi
yang digunakan, seperti dalam penelitian Yolana dan Martani (2005),
reputasi underwriter (variabel dummy) diukur dengan memberi nilai 1 untuk
underwriter yang masuk top 10 dalam 20 most active brokerage monthly
JSX berdasarkan total frekuensi perdagangan dan nilai 0 untuk underwriter
yang tidak masuk top 10. Dengan ukuran ini, hasil dapat menjadi bisa
karena underwriter yang merupakan anggota JSX, dapat saja memiliki
fungsi lain yaitu sebagai joint venture, invesment manager, maupun
107
securities broker (JSX dan IDX Factbook). Dengan demikian, peringkat
yang diberikan IDX berdasarkan total frekuensi perdagangan, tidak secara
khusus dapat mewakili keaktifan underwriter tersebut dalam melakukan
penjaminan emisi saham (IPO).
Pengaruh antara variabel reputasi auditor (AUD) terhadap underprice
dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0.375 > 0.05. Maka
tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada
hubungan linear antara variabel reputasi auditor (AUD) terhadap
underprice. Besarnya pengaruh reputasi auditor (AUD) terhadap underprice
sebesar -0.102 atau -10,2%.
Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan
negatif terhadap underprice. Artinya, tidak ada hubungan antara reputasi
auditor (AUD) terhadap underprice. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi auditor tidak
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice hal ini disebabkan
karena mulai tahun 2002, banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non
big 4. Hal ini dapat disebabkan oleh runtuhnya citra KAP big 4 setelah
terjadi kasus KAP Arthur Andersen. Bahkan mulai tahun 2007 sampai
dengan 2010 lebih banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4.
Persentase penggunaan KAP big 4 dan non big 4 oleh perusahaanperusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2010 dapat dilihat dalam
Grafik berikut :
108
Gambar 4.4
Grafik Persentase Penggunaan KAP Big 4 dan Non Big 4
Sumber : Kristiantari (2013)
Temuan ini semakin memberikan bukti bahwa investor tidak
mempertimbangkan reputasi auditor dalam menilai emiten yang
melakukan IPO. Runtuhnya citra akuntan publik akibat kasus Enron
yang melibatkan KAP Arthur Andersen tampaknya membuat
kepercayaan publik (dalam hal ini adalah investor) atas objektivitas dan
independensi akuntan publik, bahkan yang memiliki reputasi tinggi
(KAP big 4) berkurang.
Pengaruh antara variabel return on equity (ROE) terhadap
underprice dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka
0.023 < 0.05. Maka telah cukupdata untuk menolak Ho dan menerima
Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel return on equity (ROE)
dengan underprice. Besarnya pengaruh return on equity (ROE)
terhadap underprice sebesar -0.248 atau -24,8%.
109
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan dan
negatif terhadap underprice. Artinya, apabila nilai return on equity
(ROE) mengalami kenaikan, maka tingkat underprice akan mengalami
penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice yang berarti
penelitian ini membuktikan teori signalling yang dikemukakan oleh
Kim.et.al dalam Chastina dan Martani (2005). IPO dari emiten dengan
rasio ROE yang tinggi akan menciptakan sentimen positif bagi investor
dalam membeli saham perusahaan tersebut, sehingga pelaksanaan IPO
diharapkan berhasil oleh underwriter dan emiten kemudian cenderung
untuk tidak menentukan harga penawaran perdana yang jauh lebih
rendah dibawah harga sewajarnya atau dengan kata lain menurunkan
besarnya underpricing. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian
Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa variabel Return On
Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
underpricing. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa ROE
menjadi informasi yang penting bagi investor sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahan
IPO satu tahun sebelum penawaran saham perdana.
c.
Pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan
underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP)
110
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur Kedua adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.5
Diagram Jalur Substruktur II
Sumber : Data diolah AMOS, 2014
Analisis jalur substruktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh
reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice
terhadap return saham jangka panjang (RJKP) baik secara simultan maupun
secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat
terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation.
Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari
besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight.
Sedangkan untuk melihat signifikan pengaruh antar variabel dapat terlihat
pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (lihat pada
lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS
21 adalah sebagai berikut :
111
Tabel 4.8
Pengaruh antara underprice, reputasi underwriter, ROE, terhadap return
saham jangka panjang
Pengaruh antar variabel
Estimasi
Probabilitas
UND

RJKP
.378
.010
ROE

RJKP
-.009
.949
Underprice

RJKP
.279
.069
R Square
0.108
Sumber : Data diolah AMOS, 2014
Untuk melihat pengaruh variabel reputasi underwriter (UND), return
on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang
(RJKP) secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.8 kolom R Square.
Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,108. Angka tersebut
menjelaskan bahwa pengaruh reputasi underwriter (UND), return on equity
(ROE), dan underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP)
secara simultan adalah 10,8% (0,108 x 100%), sedangkan sisanya sebesar
89,2% (100% - 10,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain,
variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel
reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice
terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 10,8%, sementara
pengaruh 89,2% disebabkan oleh variabel – variabel lain di luar model ini.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel reputasi underwriter
(UND), return on equity (ROE), dan underprice terhadap return saham
jangka panjang (RJKP) secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel
4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.
112
Pengaruh variabel reputasi underwriter (UND) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP), dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan
angka 0,010 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan
menerima Ha. Artinya ada hubungan linier antara variabel reputasi
underwriter (UND) terhadap return saham jangka panjang (RJKP).
Besarnya pengaruh reputasi underwriter (UND) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378 atau 37,8%.
Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya semakin
tinggi reputasi underwriter yang digunakan maka akan semakin baik kinerja
saham perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham
jangka panjang (RJKP), Hal ini dikarenakan underwriter memegang
peranan penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan emisi
serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya penawaran saham.
Apabila emiten menggunakan underwriter yang berkualitas tinggi, maka
para investor akan merespon positif informasi tersebut. Dengan memilih
underwriter yang berkualitas, emiten juga berharap mampu mendapatkan
return maksimal dari saham yang dilepas. Sebaliknya, para investor akan
memberikan sinyal negatif apabila emiten menggunakan underwriter yang
kurang professional. Dengan demikian keberadaan underwriter dapat
dikatakan sebagai informasi yang berguna bagi investor dalam menentukan
113
pembuatan keputusan berinvestasi baik di pasar perdana maupun di pasar
sekunder. Maka dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka semakin
baik pula kinerja saham suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai IPO yang
ditanggung oleh underwriter dalam melakukan penjaminan emisi terhadap
saham yang diterbitkan oleh emiten, maka semakin baik reputasi
underwriter tersebut dan tingkat kepercayaan emiten terhadap underwriter
tersebut semakin tinggi.
Pengaruh variabel
return on equity (ROE) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP) dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan
angka 0,949 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan
menerima Ha. Artinya tidak ada hubungan linier antara variabel return on
equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Besarnya
pengaruh return on equity (ROE) terhadap return saham jangka panjang
(RJKP) sebesar -0,009 atau -0,9%.
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan
negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada
hubungan antara return on equity (ROE) terhadap return saham jangka
panjang (RJKP). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Perdana, dkk (2013:7) dan Kusumawardani (2010) bahwa ROE tidak
signifikan dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP).
Penelitian ini menunjukkan hasil Kinerja yang negatif, hal ini berarti
manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi
pemilik
perusahaan
sesuai
dengan
tujuan
manajemen
keuangan
114
memaksimumkan nilai perusahaan. ROE mempunyai fungsi untuk
mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penana man
modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten, ROE yang positif
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan
dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para
pemegang saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROE
negatif, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang
saham.
Pengaruh variabel underprice terhadap return saham jangka panjang
(RJKP) dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka 0,069 >
0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha walaupun
pada tingkat signifikansi 10% angka tersebut masih dapat dikatakan
signifikan. Berdasarkan hasil tersebut artinya tidak ada hubungan linier
antara variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP).
Besarnya pengaruh undeprice terhadap return saham jangka panjang
(RJKP) sebesar 0,279 atau 27,9%.
Underprice memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif
terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada hubungan
antara underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Dilihat
dari arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan dengan hipotesis fads
berargumen bahwa IPO kemungkinan dihargai secara benar akan tetapi para
investor menilai terlalu berlebihan terhadap penerbitan saham baru pada
115
awal perdagangan di pasar sekunder. Hipotesa lain yang mendukung adalah
hipotesa impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985), yang
menyatakan bahwa saham IPO sengaja di-underprice oleh underwriter
untuk menampilkan kesan adanya kelebihan permintaan saham, sehingga
diduga investor yang tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar perdana
akan mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal perdagangan di
pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175).
Amin (2007:16) menambahkan hasil pengujian yang menunjukkan
adanya fenomena underpricing pada perusahaan sampel menunjukkan
bahwa perusahaan menggunakan underpricing sebagai suatu mekanisme
untuk menandai kualitas perusahaan. Dengan melakukan underpricing
terhadap saham-saham perdananya, perusahaan akan mampu memberikan
kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang, dibandingkan dengan
perusahaan lain yang tidak melakukan underpricing.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan
endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.9
Pengujian Pengaruh antara Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh Variabel
Estimasi
Probabilitas
Kesimpulan
UND

Underprice
-.437
.000
Signifikan
AUD

Underprice
-.102
.375
Tidak Signifikan
ROE

Underprice
-.248
.023
Signifikan
Underprice

RJKP
.279
.069
Tidak Signifikan
UND

RJKP
.378
.010
Signifikan
-.009
.949
Tidak Signifikan
ROE
RJKP

Sumber : Data diolah AMOS, 2014
116
d.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung return saham jangka panjang (RJKP) dan
pengaruh tidak langsung return saham jangka panjang (RJKP) melalui
underprice, dan pengaruh total dari reputasi underwriter, reputasi auditor,
return on equity dan underprice terhadap return saham jangka panjang
dapat dilihat pada gambar dan uraian sebagai berikut :
Gambar 4.6
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
Sumber : data diolah AMOS, 2014
1) Pengaruh antara variabel reputasi underwriter (UND) terhadap
underprice
Reputasi underwriter memilki pengaruh langsung/pengaruh total
terhadap underprice sebesar -0,437.
2) Pengaruh antara variabel reputasi underwriter (UND) terhadap
return saham jangka panjang (RJKP).
Reputasi underwriter memiliki pengaruh langsung terhadap return
saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378. Pengaruh tidak
langsung reputasi underwriter terhadap return saham jangka panjang
117
(RJKP) melalui underprice sebesar -0,122(-0,437 x 0,279). Pengaruh
langsung Reputasi underwriter (UND) lebih besar dari pada
pengaruh tidak langsung sebesar 0,378 sehingga variabel Reputasi
underwriter (UND) lebih berpengaruh secara langsung terhadap
return saham jangka panjang (RJKP) daripada melalui variabel
underprice. Pengaruh total reputasi underwriter terhadap return
saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,257 (0,378 + (-0,122)).
3) Pengaruh variabel reputasi auditor (AUD) terhadap underprice
Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh langsung/pengaruh total
terhadap underprice sebesar -0,102.
4) Pengaruh variabel reputasi auditor (AUD) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP)
Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh tidak langsung/pengaruh
total terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui
underprice sebesar -0,028 (-0,102 x 0,279).
5) Pengaruh variabel return on equity (ROE) terhadap underprice
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung/pengaruh total
terhadap underprice sebesar -0,248.
6) Pengaruh variabel return on equity (ROE) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP)
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung terhadap return
saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,009. Pengaruh tidak
langsung Return on equity (ROE) terhadap return saham jangka
118
panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,069 (-0,248 x 0,279).
Pengaruh tidak langsung Return on equity (ROE) lebih besar dari
pada pengaruh langsung sebesar -0,069 sehingga variabel Return on
equity (ROE) lebih berpengaruh secara tidak langsung melalui
variabel underprice terhadap return saham jangka panjang (RJKP).
Adapun pengaruh total return on equity terhadap return saham
jangka panjang (RJKP) sebesar -0,078 (-0,009 + (-0,069)).
7) Pengaruh variabel underprice terhadap return saham jangka panjang
(RJKP)
Underprice memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap
Return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,279.
Berdasarkan uraian pengaruh langsung return saham jangka panjang
(RJKP) dan pengaruh tidak langsung return saham jangka panjang (RJKP)
melalui underprice, dan pengaruh total dari reputasi underwriter, reputasi
auditor, return on equity dan underprice terhadap return saham jangka
panjang dapat dirangkum kedalam tabel sebagai berikut ;
Tabel 4.10
Rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung, dan pengaruh total
tentang reputasi underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), Return on Equity
(X3), dan Underprice (Y1) terhadap Return saham jangka panjang (Y2)
Pengaruh kausal
Pengaruh variabel
Tidak langsung
Langsung
Total
Melalui Y1
X1  Y1
-0,437
-
-0,437
X1  Y2
0,378
-0,122
0,257
119
X2  Y1
-0,102
-
-0,102
X2  Y2
-
- 0,028
-0,028
X3  Y1
-0,248
-
-0,248
X3  Y2
-0,009
- 0,069
-0,078
Y1  Y2
0,279
-
0,279
Sumber : Data diolah AMOS, 2014
5. Interpretasi Hasil
Berdasarkan uraian dan perhitungan tersebut diatas maka dapat disusun
persamaan path analysis sebagai berikut :
a.
Persamaan Sub Struktur I
Underprice = -0,437 UND – 0,102 AUD – 0,248 ROE + 0,647 Є1 ;
R square = 0,353
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel reputasi
underwriter, reputasi auditor, dan return on equity berpengaruh
signifikan terhadap underprice pada setiap IPO saham.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Reputasi
underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan negative
terhadap
underprice.
underwriter
yang
Artinya,
digunakan
bahwa
oleh
semakin
tinggi
reputasi
perusahaan
maka
tingkat
underpricing akan semakin rendah, dan sebaliknya. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa
underwriter memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap
underprice. Menurutnya,
underwriter yang bereputasi tinggi lebih
120
berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas
penjaminannya, sehingga tingkat underpricing rendah.
Reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh yang tidak signifikan
dan negatif terhadap underprice. Artinya, tidak ada hubungan antara
reputasi auditor (AUD) terhadap underprice. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi
auditor tidak signifikan dan
negatif terhadap underprice, hal ini
disebabkan karena terdapat pola dominasi yang bertolak belakang atas
penggunaan jasa KAP, bahkan mulai tahun 2007 sampai dengan 2010,
lebih banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4.
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan dan
negatif terhadap underprice. Artinya, apabila nilai return on equity
(ROE) mengalami kenaikan, maka tingkat underprice akan mengalami
penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underpricing yang berarti
penelitian ini membuktikan teori signalling yang dikemukakan oleh
Kim.et.al dalam Chastina dan Martani (2005) yang dapat dikatakan
bahwa ROE menjadi informasi yang penting bagi investor sebagai
bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi pada
perusahan IPO satu tahun sebelum penawaran saham perdana
b.
Persamaan Sub Struktur II
RJKP = 0,378 UND – 0,009 ROE + 0,279 Underprice + 0,892 Є2;
121
R square = 0,108
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel reputasi
underwriter, return on equity dan underprice berpengaruh signifikan
terhadap underprice pada setiap IPO saham.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel reputasi
underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya semakin tinggi
reputasi underwriter yang digunakan maka akan semakin baik kinerja
saham perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham
jangka panjang (RJKP), Hal ini dikarenakan underwriter memegang
peranan penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan
emisi serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya
penawaran saham,
apabila emiten menggunakan underwriter yang
berkualitas tinggi, maka para investor akan merespon positif informasi
tersebut. Dengan demikian keberadaan underwriter dapat dikatakan
sebagai informasi yang berguna bagi investor dalam menentukan
pembuatan keputusan berinvestasi baik di pasar perdana maupun di
pasar sekunder. Maka dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka
semakin baik pula kinerja saham suatu perusahaan.
Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang tidak signifikan
dan negatif terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya
122
tidak ada hubungan antara return on equity (ROE) terhadap return
saham jangka panjang (RJKP). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Perdana, dkk (2013:7) dan Kusumawardani (2010)
bahwa ROE tidak signifikan dan negatif terhadap return saham jangka
panjang (RJKP). Penelitian ini menunjukkan hasil Kinerja yang negatif,
hal ini berarti manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai
perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen
keuangan memaksimumkan nilai perusahaan.
Underprice memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan positif
terhadap return saham jangka panjang (RJKP). Artinya tidak ada
hubungan antara underprice terhadap return saham jangka panjang
(RJKP). Dilihat dari arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan
dengan hipotesis fads berargumen bahwa IPO kemungkinan dihargai
secara benar akan tetapi para investor menilai terlalu berlebihan
terhadap penerbitan saham baru pada awal perdagangan di pasar
sekunder. Hipotesa lain yang mendukung adalah hipotesa impresario
(Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985), yang menyatakan
bahwa saham IPO sengaja di-underprice oleh underwriter untuk
menampilkan kesan adanya kelebihan permintaan saham, sehingga
diduga investor yang tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar
perdana akan mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal
perdagangan di pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175).
123
Amin (2007:16) menambahkan hasil pengujian yang menunjukkan
adanya fenomena underpricing pada perusahaan sampel menunjukkan
bahwa
perusahaan
menggunakan
underpricing
sebagai
suatu
mekanisme untuk menandai kualitas perusahaan. Dengan melakukan
underpricing terhadap saham-saham perdananya, perusahaan akan
mampu memberikan kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang,
dibandingkan
dengan
perusahaan
lain
yang
tidak
melakukan
underpricing.
124
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Hasil pengujian path analysis pada Substruktur I ditemukan bahwa variabel
reputasi underwriter (UND), reputasi auditor (AUD), dan return on equity
(ROE) memiliki pengaruh secara simultan terhadap underprice sebesar
0,353 atau 35,3%. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel
Reputasi underwriter (UND) dan Return on equity (ROE) memiliki
pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap underprice, sedangkan
variabel Reputasi auditor (AUD) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dan negatif terhadap underprice.
2.
Hasil pengujian path analysis pada Substruktur II ditemukan bahwa variabel
reputasi underwriter (UND), return on equity (ROE), dan underprice
memiliki pengaruh secara simultan terhadap return saham jangka panjang
(RJKP) sebesar 0,108 atau 10,8%. Hasil pengujian secara parsial, diketahui
variabel Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang signifikan
dan positif terhadap return saham jangka panjang (RJKP), sedangkan
122
Return on equity (ROE) dan undeprice tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham jangka panjang (RJKP).
3.
Dari hasil pengujian substruktur I dan II, diketahui bahwa pengaruh
langsung dan tidak langsung yaitu variabel underwriter memilki pengaruh
langsung terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar 0,378.
Sedangkan pengaruh tidak langsung reputasi underwriter terhadap return
saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,122. Variabel
reputasi auditor (AUD) memiliki pengaruh tidak langsung/pengaruh total
terhadap return saham jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar 0,028. Variabel return on equity (ROE) memiliki pengaruh langsung
terhadap return saham jangka panjang (RJKP) sebesar -0,009. Sedangkan
Pengaruh tidak langsung Return on equity (ROE) terhadap return saham
jangka panjang (RJKP) melalui underprice sebesar -0,069. Variabel
underprice memiliki pengaruh langsung terhadap return saham jangka
panjang (RJKP) sebesar 0,279.
B. Implikasi
1.
Bagi Emiten
Bagi perusahaan selaku emiten yang akan melakukan IPO, hendaknya lebih
memperhatikan kondisi keuangan maupun lembaga yang akan menangani
penawaran perdana saham perusahaan karena menurut penelitian ini kondisi
keuangan maupun lembaga yang menangani IPO secara langsung maupun
tidak langsung memiliki pengaruh terhadap tingkat underprice pada saat
123
Initial Public Offering (IPO) dan kinerja saham kedepannya sehingga
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang optimal.
2.
Bagi Investor
Dinamika perubahan yang terjadi pada harga saham baik pada saat Initial
Public Offering (IPO) maupun jangka panjang dapat membantu investor
dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal.
Dengan mengamati dampak perubahan harga saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI maka investor dapat membuat suatu keputusan
investasi.
3.
Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya.
C. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran dari penulis bagi para peneliti yang
ingin melanjutkan penelitian berikutnya berkaitan dengan penelitian ini :
1.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan data yang
lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak dan dengan rentang
waktu yang lebih panjang. Penggunaan data seperti data ROE yang lebih
akurat dan dengan rentang waktu yang lebih panjang mengikuti data
Return Saham Jangka Panjang memungkinkan hasil penelitian yang lebih
baik.
124
2.
Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak, baik dari
variabel internal maupun variabel eksternal perusahaan seperti umur
perusahaan, financial leverage, ukuran perusahaan, proporsi saham yang
ditawarkan, price earning ratio, inflasi, dan tingkat suku bunga untuk
memperkaya perspektif analisis.
3.
Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga
diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
125
Daftar Pustaka
Abid, Muhammad Talkhisul dan Harjum Muharam.”Analisis Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang
Penawaran Umum Perdana (IPO) : Studi Kasus Pada Perusahaan Non
Finansial yang GO Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2009”.
Diponegoro Journal Of Management : Volume 2, Nomor 3 : Tahun 2013.
Alwi, Iskandar Z.. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: yayasan Pancur Siwah,
2003
Amin, Amirul. “Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran
Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering
(IPO) di Indonesia.”. Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas
Hassanuddin : Makassar 26-28 Juli 2007.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : PT Rineka Cipta,
2001
Asmalidar.”Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek dan
Jangka Panjang Sahap Initial Public Offering di Pasar Sekunder Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Ekonomi, Vol. 14, No 4, September 2011.
Brigham, Eugene F, Daves R.Philip, ”Intermediate Financial Management”,
Thomson South Western : 231-232, 486-515,2004.
Darmadji Tjipto dan Hendry M Fakhruddin. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat , 2001.
Fakhruddin, Hendry M. ”Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan”. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008.
126
Fakhruddin, Hendy M. Go Public: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008.
Fitriani, Dini.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing Setelah IPO
(Studi Kasus IPO Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia periode 20052010)”. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Semarang, 2012.
Ghazali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
Edisi 5, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
Ghazali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program
Amos 16.0”, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.
Hair, Anderson and Tatham, Black (1995). Multivariate Data Analysis. 5th ed.
Pearson Education
Hamid, Abdul. 2012. Buku Paduan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta :
STIM YKPN, 2007.
Hariyani, Iswi dan Serfianto Dibyo Purnomo. “Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar
Modal : Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi,
Reksadana, & Produk Pasar Modal Syariah”. Jakarta : Visimedia, 2010.
Istijanto. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Jogiyanto,S.H. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Pertama, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2000.
Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian.”Analisis Falktor – Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Initial
127
Public Offering di BEI”. Jurnal Ilmiah WIDYA : Volume 1 Nomor 1, Mei –
Juni 2013.
Kristiantari, I Dewa Ayu. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja Volume 2 Nomor 2, Juni 2013.
Loughran, Tim and Jay R Ritter.“Why Has IPO Undepricing Changed Over Time?”.
Mendoza College of Business University of Notre Dame and University of
Florida : 3 December 2002.
Manurung, Adler H.”Teori IPO – Buku Teori Investasi: Konsep dan Empiris”. 2012
Nurhidayati, Siti, and Nur Indriantoro. "Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek
Jakarta." Journal of Indonesian Economy and Business, Vol 13. No 1. 1998.
Perdana, Rizky Agustine Putri. dkk. "Pengaruh Return on Equity (ROE), Earning Per
Share (EPS), dan Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham (Studi
Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011)." Jurnal Administrasi Bisnis Volume 2, No.1,
2013.
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. Reksa Dana : Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Puspita, Tifani. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing
Saham Pada Saat Initial Public Offering (Ipo) di Bursa Efek Indonesia Peride
2005 – 2009”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,
2011.
Rahardjo, Sapto.”Kiat Membangun Aset Kekayaan : Paduan Investasi Saham dari A
sampai Z”. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2007.
128
Rahmania, Ashri. “Underpricing dan Performa Jangka Panjang Ipo di Indonesia
Periode 2000 – 2004”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Depok, 2008.
Ratnasari, Anggita dan Gunasti Hudiwinarsih.”Analisis Pengaruh Informasi
Keuangan, Non Keuangan Serta Ekonomi Makro terhadap Underpricing
Pada Perusahaan Ketika IPO”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, STIE
Perbanas Surabaya Vol. 18, No. 2 Agustus 2013.
Raudhatul Hidayah, dkk. Perbandingan Underpricing Saham Perdana Perusahaan
Keuangan dan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah
Penelitian Dosen Muda : Universitas Andalas, 2009.
Riduwan dan Kuncoro Engkos Achmad, “Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analysis)”. Alfabeta, Bandung, 2008
Rodoni, Ahmad.”Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertai Hasil
Penelitian”.Center for Social Economic Studies (CSES) Press : Jakarta, 2005
Ronni B, Sautama.”Problema Anomali Dalam Initial Public Offering (IPO)."Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan : Universitas Kristen Petra Vol 5 Nomor 2,
2004.
Ronni B, Sautma.”Aplikasi WIPO(Withdrawn Initial Public Offering) Model
Terhadap Anomali Pasar Perdana”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan :
Universitas Kristen Petra Vol 6 Nomor 2, 2005.
Rosyati
dan
Arifin
Sabeni.“Analisis
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”.
Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, 2002.
Salim, Peter. The Contemporary English – Indonesian Dictionary, Edisi Kedua.
Modern English Press, 1985.
129
Samsul, Mohammad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga,
2006.
Sanora, Cynthia. "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Saham Setelah
Penawaran Umum Perdana." Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) Volume 1, No.4,
2013.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS”. CV Andi Offset
Yogyakarta, 2007.
Sjahrial, Dermawan. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2006.
Sjahruddin dan Yusralaini.”Underpricing dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi”.
Jurnal Ekonomi Jurusan Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Riau, Vol 12, No.1, 2009.
Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”. Alfabeta : Bandung, 2010
Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern,
Edisi 2 Buku 1 Dan 2. Jakarta : Salemba Empat 2009.
Sunyoto, Danang. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”. Yogyakarta: CAPS.2011
Supranto, J. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi 4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 1986
Tambunan, Andy Porman. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Jakarta :
Elex Media Komputindo, 2008.
Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama.Yogyakarta : Kanisius, 2010.
trihastutie.wordpress.com
Weston, J Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan (Managerial
Finance), Edisi ke 2 Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 1986.
130
Widoatmodjo, Swawidji. Jurus jitu Go Public :Bagaimana Meningkatkan kekayaan
Pemegang Saham dan Perusahaan Tanpa Kehilangan Kontrol. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2004.
Yolana, Chastina, and Dwi Martani. "Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun
1994-2001." Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi. 2005.
Yuniarti, Ratih. ”Pendeteksian Earning Management, Underpricing dan Pengukuran
Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering
(IPO) di Indonesia”. Universitas Brawijaya Malang, 2009.
Zirman dan Edfan Darlis. “Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Kecenderungan Underpricing : Studi Pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia”. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi UR : Kampus Bina Widya, 2011.
Zuhrawaty. “Paduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001 : Sistem
Manajemen Mutu Berdasarkan Persyaratan ISO 19011:2002”. Yogyakarta :
Medpress, 2009.
www.surabaya.tribunnews.com
www.finansialbisnis.com
www.idx.co.id
www.lots.co.id
www.sylabus.web44.net
131
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel
a. Data Underpricing
No.
Nama Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
BISI International Tbk.
Panorama Transportasi Tbk
Bukit Darmo Property Tbk
Sampoerna Agro Tbk.
Media Nusantara Citra Tbk
Perdana Karya Perkasa Tbk
PT. Eureka Prima Jakarta Tbk
Darma Henwa Tbk
Perdana Gapura Prima Tbk
Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Ace Hardware Indonesia Tbk
Sat Nusapersada Tbk
Jasa Marga (Persero) Tbk.
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
Catur Sentosa Adiprana Tbk.
Indo Tambangraya Megah Tbk.
Alam Sutera Realty Tbk.
Cowell Development Tbk
Bekasi Asri Pemula Tbk.
Triwira Insanlestari Tbk.
Elnusa Tbk.
Yanaprima Hastapersada Tbk
Kokoh Inti Arebama Tbk
Gozco Plantations Tbk.
Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Bumi Serpong Damai Tbk.
Kode
BISI
WEHA
BKDP
SGRO
MNCN
PKPK
LCGP
DEWA
GPRA
WIKA
ACES
PTSN
JSMR
JKON
CSAP
ITMG
ASRI
COWL
BAPA
TRIL
ELSA
YPAS
KOIN
GZCO
TPIA
BSDE
Harga
IPO Closing
Price
Price
200
340
245
415
120
204
2340
2525
900
940
400
680
125
212
335
565
310
345
420
560
820
980
580
640
1700
2050
615
980
200
220
14000 19600
105
178
130
221
150
255
400
680
400
515
545
640
170
226
225
275
2200
2850
550
560
IR
(%)
70.00
69.39
70.00
7.91
4.44
70.00
69.60
68.66
11.29
33.33
19.51
10.34
20.59
59.35
10.00
40.00
69.52
70.00
70.00
70.00
28.75
17.43
32.94
22.22
29.55
1.82
132
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Indika Energy Tbk.
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
Adaro Energy Tbk
Hotel Mandarine Regency Tbk.
Trada Maritime Tbk.
Sekawan Intipratama Tbk
Trikomsel Oke Tbk
Inovisi Infracom Tbk
Metropolitan Kentjana Tbk
BW Plantation Tbk
Dian Swastika Sentosa Tbk
Bumi Citra Permai Tbk
Elang Mahkota Teknologi Tbk
PP (Persero) Tbk
Benakat Integra Tbk
Sarana Menara Nusantara Tbk
Nippon Indosari Corpindo Tbk
Golden Retailindo Tbk
Skybee Tbk
Evergreen Invesco Tbk
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
Bukit Uluwatu Villa Tbk
Berau Coal Energy Tbk
Harum Energy Tbk
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Tower Bersama Infrastructure Tbk
Krakatau Steel (Persero) Tbk
Agung Podomoro Land Tbk
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
Midi Utama Indonesia Tbk
Bumi Resources Minerals Tbk
Multifiling Mitra Indonesia Tbk.
INDY
PDES
KBRI
ADRO
HOME
TRAM
SIAP
TRIO
INVS
MKPI
BWPT
DSSA
BCIP
EMTK
PTPP
BIPI
TOWR
ROTI
GOLD
SKYB
GREN
IPOL
BUVA
BRAU
HRUM
ICBP
TBIG
KRAS
APLN
BORN
MIDI
BRMS
MFMI
2950
200
260
1100
110
125
150
225
125
2100
550
1500
110
720
560
140
1050
1275
350
375
105
210
260
400
5200
5395
2025
850
365
1170
275
635
200
3425
340
355
1730
183
159
159
230
145
2750
570
2250
173
730
580
191
1570
1490
520
560
178
235
310
445
5450
5950
2400
1270
410
1280
410
700
340
16.10
70.00
36.54
57.27
66.36
27.20
6.00
2.22
16.00
30.95
3.64
50.00
57.27
1.39
3.57
36.43
49.52
16.86
48.57
49.33
69.52
11.90
19.23
11.25
4.81
10.29
18.52
49.41
12.33
9.40
49.09
10.24
70.00
133
b. Data Variabel yang Digunakan
No.
Kode
IR (%)
Reputasi
Underwriter
Reputasi
Auditor
ROE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
BISI
WEHA
BKDP
SGRO
MNCN
PKPK
LCGP
DEWA
GPRA
WIKA
ACES
PTSN
JSMR
JKON
CSAP
ASRI
ITMG
COWL
BAPA
TRIL
ELSA
YPAS
KOIN
GZCO
TPIA
BSDE
INDY
PDES
KBRI
ADRO
HOME
70.00
69.39
70.00
7.91
4.44
70.00
69.60
68.66
11.29
33.33
19.51
10.34
20.59
59.35
10.00
69.52
40.00
70.00
70.00
70.00
28.75
17.43
32.94
22.22
29.55
1.82
16.10
70.00
36.54
57.27
66.36
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0.28
0.02
0.01
0.28
0.26
0.19
0.02
0.07
0.07
0.23
0.33
0.11
0.19
0.21
0.08
0.18
0.10
-0.10
0.03
0.16
0.11
0.21
0.08
0.05
0.60
0.08
0.16
0.12
-0.14
0.04
0.02
Return
Jangka
Panjang
-0.434
0.031
-0.080
-0.056
-0.004
-0.033
0.194
0.130
-0.020
-0.088
-0.320
0.259
-0.127
-0.058
0.110
-0.272
-0.185
0.018
-0.062
0.233
-0.024
-0.118
-0.272
-0.138
-0.121
-0.349
-0.126
-0.126
0.246
0.117
-0.128
134
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
TRAM
SIAP
TRIO
INVS
MKPI
BWPT
DSSA
BCIP
EMTK
PTPP
BIPI
TOWR
ROTI
GOLD
SKYB
GREN
IPOL
BUVA
BRAU
HRUM
ICBP
TBIG
KRAS
APLN
BORN
MIDI
BRMS
MFMI
27.20
6.00
2.22
16.00
30.95
3.64
50.00
57.27
1.39
3.57
36.43
49.52
16.86
48.57
49.33
69.52
11.90
19.23
11.25
4.81
10.29
18.52
49.41
12.33
9.40
49.09
10.24
70.00
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0.21
0.01
0.24
0.04
0.28
0.44
0.09
0.03
0.07
0.29
0.00
0.22
0.34
0.22
0.22
0.01
0.46
0.04
0.68
0.53
0.28
0.17
0.15
0.09
0.08
0.02
0.08
0.13
-0.602
-0.203
-0.361
-0.854
0.192
-0.223
-0.725
-0.356
-0.354
-0.154
-0.265
-0.704
-0.374
-0.082
-0.109
-0.012
0.056
-0.140
0.089
0.189
-0.104
-0.192
0.252
0.054
0.226
-0.109
0.066
0.026
135
Lampiran 2 : Hasil Analisis AMOS 21.0
Notes for Model (Default model)
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments:
Number of distinct parameters to be estimated:
Degrees of freedom (20 - 19):
20
19
1
Result (Default model)
Minimum was achieved
Chi-square = .000
Degrees of freedom = 1
Probability level = .983
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Underprice
Underprice
Underprice
RJKP
RJKP
RJKP
<--<--<--<--<--<---
UND
AUD
ROE
Underprice
UND
ROE
Estimate S.E. C.R.
P Label
-.239 .065 -3.695 *** par_1
-.055 .062 -.887 .375 par_2
-.393 .172 -2.278 .023 par_3
.270 .148 1.821 .069 par_4
.200 .078 2.568 .010 par_5
-.013 .204 -.064 .949 par_6
136
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Underprice
Underprice
Underprice
RJKP
RJKP
RJKP
<--<--<--<--<--<---
UND
AUD
ROE
Underprice
UND
ROE
Estimate
-.437
-.102
-.248
.279
.378
-.009
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R.
P Label
.005 .009 .485 .628 par_7
.082 .029 2.775 .006 par_8
.017 .010 1.808 .071 par_9
AUD <--> ROE
UND <--> AUD
UND <--> ROE
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
.064
.391
.244
AUD <--> ROE
UND <--> AUD
UND <--> ROE
Variances: (Group number 1 - Default model)
UND
AUD
ROE
e1
e2
Estimate S.E.
.205 .038
.212 .039
.024 .005
.040 .007
.051 .010
C.R.
5.385
5.385
5.385
5.385
5.385
P
***
***
***
***
***
Label
par_15
par_16
par_17
par_18
par_19
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
Estimate
.353
.108
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
-.393
-.119
AUD
-.055
-.015
UND
-.239
.136
Underprice
.000
.270
137
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
-.248
-.078
AUD
-.102
-.028
UND
-.437
.257
Underprice
.000
.279
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
-.393
-.013
AUD
-.055
.000
UND
-.239
.200
Underprice
.000
.270
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
-.248
-.009
AUD
-.102
.000
UND
-.437
.378
Underprice
.000
.279
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
.000
-.106
AUD
.000
-.015
UND
.000
-.064
Underprice
.000
.000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Underprice
RJKP
ROE
.000
-.069
AUD
.000
-.028
UND
.000
-.122
Underprice
.000
.000
Model Fit Summary
CMIN
Model
Default model
Saturated model
Independence model
NPAR
19
20
10
CMIN
.000
.000
45.199
DF
1
0
10
NFI
Delta1
1.000
1.000
.000
RFI
rho1
1.000
IFI
Delta2
1.023
1.000
.000
P
.983
CMIN/DF
.000
.000
4.520
Baseline Comparisons
Model
Default model
Saturated model
Independence model
.000
TLI
rho2
1.284
.000
CFI
1.000
1.000
.000
138
Parsimony-Adjusted Measures
Model
Default model
Saturated model
Independence model
PRATIO
.100
.000
1.000
PNFI
.100
.000
.000
PCFI
.100
.000
.000
NCP
Model
Default model
Saturated model
Independence model
NCP
.000
.000
35.199
LO 90
.000
.000
17.989
FMIN
.000
.000
.779
F0
.000
.000
.607
HI 90
.000
.000
59.946
FMIN
Model
Default model
Saturated model
Independence model
LO 90
.000
.000
.310
HI 90
.000
.000
1.034
RMSEA
Model
Default model
Independence model
RMSEA
.000
.246
LO 90
.000
.176
HI 90
.000
.321
PCLOSE
.984
.000
AIC
Model
Default model
Saturated model
Independence model
AIC
38.000
40.000
65.199
BCC
42.385
44.615
67.506
BIC
CAIC
ECVI
Model
Default model
Saturated model
Independence model
ECVI
.655
.690
1.124
LO 90
.672
.690
.827
HI 90
.672
.690
1.551
MECVI
.731
.769
1.164
HOELTER
Model
Default model
Independence model
HOELTER
.05
473618
24
HOELTER
.01
818023
30
139
Download