B A DA N P OM R I InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Topik sajian utama Ketentuan Baru Pengendalian Konsumsi Rokok Artikel Keracunan Seri Swamedikasi 6 Obat Gangguan Telinga Ringan InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Tim Redaksi Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Penanggung jawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur Kepala Bidang Informasi Obat Editor Irhamahayati, Apt., MTI; Dra. Murti Hadiyani; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt Kontributor DR. Tepy Usia, M.Phil; Sofhiani Dewi, STP, Msi; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt; Dra. Tri Asti I., Apt, M.Pharm; Kustantri Wahyuni, S.Si, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini, Ph.D; Octavita Dwi Yuliani, S.Ikom; Dra. Rini Tria Suprantini, M.Sc; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Linda Octaviani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP., MKM; Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Dra. Sri Murhamdini, Apt; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; drg. Indah Ratnasari; Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt; Fitri Fatima, S.Si, Apt; Sekretariat Judhi Saraswati, SP, MKM; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt; Riani Fajar Sari, A.Md; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Netty Sirait; Surtiningsih; Syatiani Arum Syarie, S.Farm, Apt; Sofhiani Dewi, STP, M.Si; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt. Foto Ridwan Sudiro, S.IP; Topan Husni Thamrin A.Md. Desain Grafis Rahmat Kurniawan Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. 2 Editorial Pembaca yang terhormat, Sejalan dengan telah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan pada 24 Desember 2012 maka telah dikeluarkan juga peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah tersebut, yaitu Peraturan Kepala Badan POM Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan Produk Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan Dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi pada Juni 2013 sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan. Yang menarik dari regulasi baru ini adalah kewajiban mencantumkan peringatan bergambar pada kemasan rokok. Bila anda peduli tentang bahaya rokok bagi kesehatan perlu disimak artikel “Ketentuan Baru Pengendalian Konsumsi Rokok”. Gangguan pendengaran ringan yang umum terjadi adalah penumpukan serumen. Walaupun ringan tetapi hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan. Maka untuk mengatasi gangguan telinga ringan kami menurunkan Seri Swamedikasi dengan judul “Obat Gangguan Telinga Ringan”. Sedangkan jika Anda pernah mengalami keseleo maka Anda perlu membaca Forum PIONas kali ini dengan judul “Obat Untuk Meredakan Keseleo”. Sajian InfoPOM selama 2013 telah memberikan banyak pilihan obat untuk keluhan-keluhan ringan. Bagaimana jika Anda mengalami keracunan obat? Nah menutup edisi tahun ini kami muat artikel “Keracunan”. Pembaca sekalian, edisi kali ini adalah edisi terakhir dari rangkaian penerbitan InfoPOM tahun 2013. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik membangun terhadap InfoPOM. Selanjutnya kami berharap masukan terhadap penerbitan tahun 2014, kiranya dapat dikirim kepada Sekretariat InfoPOM. Terakhir, selamat membaca dan sampai bertemu pada InfoPOM tahun 2014. InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Sajian Utama Ketentuan Baru Pengendalian Konsumsi Rokok Walaupun lebih dari 90% (sembilan puluh persen) masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan di bungkus rokok, hampir separuhnya tidak percaya dan 26% (dua puluh enam persen) tidak termotivasi untuk behenti merokok. Studi di berbagai negara membuktikan peringatan tertulis yang disertai gambar lebih efektif daripada hanya berbentuk tulisan saja. Oleh karena itu pesan kesehatan pada kemasan rokok wajib dicantumkan dalam bentuk gambar dan tulisan untuk meningkatkan kesadaran perokok dan bukan perokok akan bahaya merokok bagi kesehatan. Agar efektif, peringatan kesehatan harus mudah dilihat, relevan dan mudah diingat serta menggambarkan aspek yang perlu diketahui oleh setiap orang. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan dan atau tanpa bahan tambahan. Selain rokok kretek, rokok putih, dan cerutu, kita juga mengenal istilah rokok klobot, klembak menyan, dan tembakau iris. Konsumsi produk tembakau berupa rokok menjadi masalah tersendiri, karena di dalam produk tembakau yang dibakar terdapat lebih 4.000 (empat ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik. Dampak negatif penggunaan tembakau pada kesehatan telah lama diketahui, diantaranya adalah kanker paru yang merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Rokok juga dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, penyakit darah, enfisema, stroke, dan gangguan kehamilan dan janin yang sebenarnya dapat dicegah. Menurut WHO (2008), Indonesia berada di urutan ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India. 67,4% lakilaki di Indonesia merokok (GATS 2011). Prevalensi perokok usia > 15 tahun di Indonesia diperkirakan pada tahun 2010 mencapai 34,7% (Riskesdas 2010). Tahun 2010 di Indonesia diperkirakan 190.260 orang meninggal dunia akibat penyakit terkait rokok. Prevalensi merokok terus meningkat baik pada laki-laki maupun perempuan, usia dewasa maupun remaja. Regulasi terkait Pengamanan Rokok Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan merupakan amanat peraturan tertinggi untuk pemerintah meningkatkan kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pada tanggal 24 Desember 2012, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang merupakan mandat dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut. Peraturan Pemerintah (PP 109/2012) ini merupakan salah satu kebijakan pengendalian konsumsi produk tembakau berupa rokok dalam bidang kesehatan. Untuk pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Dalam Kemasan Produk Tembakau. Pasal 60, ayat 5, PP 109/2012, mengamanatkan kepada Badan POM untuk melakukan pengawasan terhadap produk tembakau yang beredar, pencantuman peringatan kesehatan dalam iklan dan kemasan produk tembakau, dan promosi. Untuk pelaksanaan pengawasan sebagaimana diamanatkan tersebut, Badan POM juga telah menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan Produk Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan Dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi. Promosi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu produk tembakau untuk menarik minat konsumen terhadap produk tembakau yang akan dan sedang diperdagangkan. PP 109/2012 bertujuan untuk: • melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung zat adiktif dalam produk tembakau yang dapat menimbulkan penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup; • melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau; 3 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 • meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok; dan • melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain. Prinsip dari PP 109/2012 ini adalah pengendalian konsumsi produk tembakau, bukan pelarangan. Hal ini dilakukan dalam rangka perlindungan terhadap generasi muda. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Dalam Kemasan Produk Tembakau telah diatur ketentuan lebih lanjut untuk pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada kemasan produk tembakau sebagai berikut: • produsen dan importir produk tembakau wajib mencantumkan Peringatan Kesehatan pada kemasan terkecil dan kemasan lebih besar produk tembakau (bungkus dan slop); • gambar dan tulisan Peringatan Kesehatan harus mempunyai satu makna yang tercetak menjadi satu dengan kemasan Produk Tembakau dan bukan merupakan stiker yang ditempelkan pada kemasan produk tembakau; • tidak boleh tertutup apapun sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku, kecuali pembungkus plastik transparan sehingga peringatan kesehatan dan Informasi kesehatan masih dapat terbaca dengan jelas; • ketentuan ini tidak termasuk rokok klobot, klembak menyan dan cerutu kemasan batangan; • peringatan kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis yang berbeda, yang dicantumkan pada setiap 1(satu) varian produk tembakau dengan porsi masing-masing 20% (dua puluh persen) dari jumlah setiap varian produk tembakau pada waktu bersamaan; • peringatan Kesehatan dicantumkan pada bagian atas kemasan sisi lebar bagian depan dan belakang masingmasing seluas 40% (empat puluh persen); • pada bagian atas gambar terdapat tulisan “PERINGATAN” dengan menggunakan jenis huruf arial bold berwarna putih di atas dasar hitam dengan ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proposional dengan kemasan; • gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat) warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per inch (dpi); • di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar; • dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun tulisannya; dan • tidak mudah rusak, lepas dan luntur baik karena pengaruh sinar ataupun udara • jenis peringatan kesehatan dievaluasi dan dapat dilakukan perubahan paling cepat 24 (dua puluh empat) bulan sekali Hal lainnya yang diatur dalam kemasan rokok adalah dilarang mencantumkan informasi menyesatkan seperti : 4 “Waspada terhadap keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif yang merupakan keterangan atau kata yang memperdaya atau cenderung bermaksud menciptakan kesan keliru tentang dampak kesehatan dari produk tembakau atau seolah-olah produk tembakau memberi manfaat untuk kesehatan” • keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau katakata yang bersifat promotif yang merupakan keterangan atau kata yang memperdaya atau cenderung bermaksud menciptakan kesan keliru tentang dampak kesehatan dari produk tembakau atau seolah-olah produk tembakau memberi manfaat untuk kesehatan; • mencantumkan kata :”light”, “ultra light”, “mild”, “extra mild”, “low tar”, “slim”, “special”, “full flavor”, “premium”, atau kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan, kepribadian atau kata-kata dengan arti yang sama. Dalam rangka pengawasan, maka melalui Peraturan Kepala Badan Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan Produk Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan Dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi, maka importir dan produsen rokok wajib melaporkan kepada Kepala Badan POM tentang: a. hasil pengujian kandungan kadar Nikotin dan Tar; dan b.pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau. Peringatan Kesehatan Bergambar/Pictorial Health Warning Sebanyak 78 persen dari perokok Indonesia mulai merokok sebelum usia 19 tahun, hal ini antara lain akibat informasi yang tidak sempurna yang dimiliki oleh konsumen tentang risiko kesehatan dan efek adiktif dari nikotin yang mengakibatkan gagalnya usaha untuk berhenti merokok. InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Masyarakat berhak mendapat informasi dan peringatan yang jelas dan benar atas dampak yang ditimbulkan akibat merokok. Walaupun lebih dari 90% (sembilan puluh persen) masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan di bungkus rokok, hampir separuhnya tidak percaya dan 26% (dua puluh enam persen) tidak termotivasi untuk behenti merokok. Studi di berbagai negara membuktikan peringatan tertulis yang disertai gambar lebih efektif daripada hanya berbentuk tulisan saja. Oleh karena itu pesan kesehatan pada kemasan rokok di beberapa negara sudah wajib dicantumkan dalam bentuk gambar dan tulisan untuk meningkatkan kesadaran perokok dan bukan perokok akan bahaya merokok bagi kesehatan. Agar efektif, peringatan kesehatan harus mudah dilihat, relevan dan mudah diingat serta menggambarkan aspek yang perlu diketahui oleh setiap orang. Pemerintah mempunyai tanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang dampak merokok bagi kesehatan. Namun, dengan terbatasnya sumber daya pemerintah untuk menjangkau masyarakat sampai ke pelosok-pelosok termasuk yang buta huruf dan remaja yang tidak mendapatkan pengetahuan cukup tentang bahaya merokok, maka peringatan Gambar kanker mulut kesehatan bergambar akan meningkatkan pemahaman sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan bertanggung jawab. Peringatan kesehatan bergambar disebut juga Pictorial Health Warning, diperkenalkan oleh European Commission melalui Tobacco Product Directive (2001/37/EC). Pictorial Health Warning berupa pesan yang pada prinsipnya memuat pesan kepada perokok dan bukan perokok bahwa “rokok dapat membunuh anda” atau “rokok membahayakan kesehatan anda dan orang lain di sekitar anda”. Pesan ini bisa ditempatkan di bagian belakang ataupun bagian depan kemasan. Di Indonesia, penerapan penggunaan peringatan kesehatan bergambar pada kemasan produk tembakau (bungkus, rokok/slop) akan mulai diberlakukan mulai 24 Juni 2014. Saat ini masih dalam tahap sosialisasi. Berikut adalah beberapa bentuk peringatan kesehatan bergambar sebagaimana dimaksudkan di atas sesuai Permenkes No. 28 Tahun 2013. Apakah anda cukup tersentak ketika melihat gambar-gambar ini? Bagaimana kesan anda ketika melihat gambar ini pada kemasan rokok yang akan anda isap? Bila anda cukup terkesan, maka terbukti bahwa pesan seperti ini efektif. Gambar orang merokok dengan asap yang membentuk tengkorak Gambar orang merokok dengan anak di dekatnya Gambar kanker tenggorokan Gambar paru-paru yang menghitam karena kanker 5 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Bagaimana peringatan kesehatan bergambar ini dicantumkan pada kemasan rokok? Lihat contoh dibawah ini: Penutup Sebagaimana sudah disebutkan di atas, selain adanya ketentuan baru yang wajib dipenuhi oleh importir dan produsen rokok, pengawasan yang efektif dari Badan POM, serta adanya pemberlakukan kewajiban pencantuman peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok diharapkan dapat meningkatkan hasil upaya menghindarkan generasi muda dari bahaya merokok. Diharapkan juga dengan ketentuan ini, maka kita bersama-sama dapat mengendalikan konsumsi rokok, sekaligus mengurangi biaya kesehatan akibat merokok. Penulis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif 6 Pustaka 1. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau 4. Peraturan Kepala Badan POM RI No. 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan Produk Tembakau yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi 5. World Health Organization. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008; The MPOWER package. Geneva,WHO 2008 6. Riset Kesehatan Dasar 2010 7. Global Adult Tobacco Survey, 2011 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 PP No. 109 Tahun 2012 Materi Pokok yang diatur dalam PP 109/2012 adalah : 1. Pengaturan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif 2. Pembagian Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing antara lain : ◦◦ mengatur, membina, mengawasi pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif; ◦◦ mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif; ◦◦ mendorong pelaksanaan diversifikasi produk tembakau 3. Penyelenggaraan Pengamanan : ◦◦ Produksi dan impor : wajib memiliki ijin sesuai perundang-undangan ; ◦◦ Melakukan pengujian kandungan kadar nikotin dan tar (tidak berlaku untuk rokok klobot, klembak menyan, cerutu dan tembakau iris); ◦◦ Larangan menggunakan bahan tambahan, kecuali dapat dibuktikan secara ilmiah tidak berbahaya bagi kesehatan; ◦◦ Kewajiban mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang dicetak menjadi satu dengan kemasan; ◦◦ Kewajiban mencantumkan kandungan kadar Nikotin dan Tar sesuai hasil pengujian laboratorium; ◦◦ Larangan menjual menggunakan mesin layan diri atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil ◦◦ Kewajiban mencantumkan kode produksi, tanggal, bulan dan tahun produksi serta nama dan alamat produsen. 4. Pengaturan pengendalian iklan produk tembakau pada media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi atau media luar ruang 5. Pengendalian Promosi Produk Tembakau : tidak memberikan secara cuma-cuma, potongan harga, hadiah; Tidak menggunakan logo pada kegiatan lembaga/perorangan; Tidak bertujuan untuk mempromosikan. 6. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang meliputi (1) fasilitas pelayanan kesehatan (2) tempat proses belajar mengajar (3) tempat anak bermain (4) tempat ibadah (5) angkutan umum (6) tempat kerja (7) tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Pemerintah Daerah wajib menetapkan KTR di wilayahnya (dengan Perda) Pimpinan/penanggung jawab tempat (1) – (7) wajib menerapkan KTR 7. Pengaturan Peran Serta Masyarakat keikutsertaan dalam pemberian bimbingan dan penyuluhan, penyebarluasan informasi kepada masyarakat; dan melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan pengamanan. 8. Pembinaan Pengawasan dilakukan oleh Menteri, Menteri Terkait, Kepala Badan POM dan Pemerintah Daerah. 9. Ketentuan Peralihan 18 bulan sejak PP ini diundangkan (24 Desember 2012) untuk pemberlakukan peringatan kesehatan bergambar, 12 bulan untuk pemberlakuan pengendalian iklan, promosi dan sponsor produk tembakau. Perka Badan POM RI No. 41 Tahun 2013 Dalam pelaksanaan pengawasan produk tembakau yang beredar, pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Nomor 41 Tahun 2013, dapat dikenai sanksi administratif berupa : a. teguran lisan b. teguran tertulis c. penarikan produk, dilakukan oleh produsen atau importir berdasarkan surat perintah penarikan dari Kepala Badan; d. rekomendasi penghentian sementara kegiatan; dan / atau e. rekomendasi penindakan kepada instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Selain itu, pelanggar juga dapat dikenakan sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah, apabila dengan sengaja memproduksi atau memasukkan rokok ke dalam wilayah Indonesia dengan tidak mencantumkan peringatan kesehatan. Permenkes No. 28 Tahun 2013 Dalam Permenkes No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Dalam Kemasan Produk Tembakau, selain pencantuman peringatan kesehatan, dalam setiap kemasan produk tembakau wajib dicantumkan Informasi kesehatan sebagai berikut : • kandungan kadar nikotin dan tar yang ditempatkan pada salah satu sisi samping kemasan; • pernyataan “dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil” yang diletakkan pada sisi samping lainnya; • kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi serta nama dan alamat produsen yang diletakkan pada sisi bawah kemasan 7 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Keracunan Apa reaksi anda ketika mengalami keracunan? Atau ketika salah seorang anggota keluarga mengalami keracunan? Panik? Berteriak dan lari mencari pertolongan? Atau justru tidak mampu melakukan apa-apa karena tungkainya lemas? Hindari panik ketika mengalami keracunan, supaya anda bisa mencari pertolongan yang tepat. Disamping itu, gigitan binatang dapat juga menjadi sumber keracunan. Keracunan dapat menunjukkan gejala pada berbagai organ, dapat berupa gejala ringan maupun berat hingga mengancam jiwa. Pada kasus keracunan obat, gejala keracunan akibat dosis berlebih dapat sama dengan efek samping yang terjadi pada dosis lazim. Misalnya, gejala keracunan karena dosis berlebih analgesik ibuprofen menunjukkan gejala yang sama dengan efek sampingnya yaitu mual, muntah, dan nyeri perut. Namun demikian, tidak adanya gejala setelah terpapar dengan bahan racun tidak berarti tidak terjadi keracunan. Gejala keracunana bisa saja tidak muncul seketika, namun terjadi beberapa waktu setelah paparan, misalnya pada kasus tertelan obat yang berjenis lepas lambat atau salut enterik atau produk pengosongan lambung dan atau pergerakan saluran napas. Penanggulangan Keracunan tidak jarang terjadi. Keputusan untuk mengatasi sendiri atau segera mencari pertolongan medis sangat tergantung pada kondisi korban dan bahan penyebab keracunan. Bila bahan penyebab merupakan bahan berbahaya, atau bila ada kesengajaan (misalnya: upaya bunuh diri), maka korban harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan. Prinsip utama penanganan keracunan adalah membersihkan tubuh dari bahan penyebab keracunan. Sengatan serangga atau hewan laut yang menempel pada tubuh harus segera dilepaskan. Racun yang masuk ke tubuh misalnya melalui gigitan ular harus segera mendapatkan obat penawar (anti bisa ular). Racun yang tertelan, harus diupayakan untuk dimuntahkan kembali. Bila kesadaran menurun atau terjadi reaksi tubuh meluas, seringkali korban harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan. Disamping itu, obat penawar racun kadang hanya bisa didapatkan di sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit. Penyebab Keracunan Keracunan dapat terjadi akibat terpapar/ terkena berbagai bahan berbahaya, terutama paparan terjadi akibat tertelan, namun dapat juga akibat terhirup, terkena pada kulit, terkena pada mata, maupun masuk ke peredaran darah. Keracunan biasanya terjadi secara tidak sengaja namun dapat juga karena disengaja atau perilaku yang menyimpang, kontaminasi maupun efek yang tidak diinginkan dari obat, makanan, dan zat kimia lainnya. Bahan obat merupakan salah satu sumber racun yang sering menyebabkan keracunan. Bahan lain yang juga sering menyebabkan keracunan adalah bahan pembersih rumah tangga, kosmetik, dan bahan pembersih diri, tanaman, pestisida, produk makanan, alkohol, bensin, dan zat kimia lain. 8 Racun yang tertelan (misalnya keracunan obat dan bahan kimia) Tujuan utama penanggulangan keracunan karena racun yang tertelan adalah meminimalkan penyerapan racun yang tertelan dengan cara memuntahkan kembali. Tindakan pertama yang dilakukan adalah merangsang pemuntahan kembali. Teknik merangsang muntah bisa dengan cara menyentuh anak tekak (tonjolan yang menggantung di atas pangkal lidah). Namun perlu hati-hati, tindakan merangsang muntah hanya boleh dilakukan bila racun yang tertelan tidak bersifat korosif. Kalau racun bersifat korosif, maka dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, dan tindakan merangsang muntah bisa memperparah iritasi tersebut. Upaya merangsang muntah juga tidak berguna bila dilakukan lama setelah keracunan terjadi, misalnya bila diperkirakan bahan yang tertelan sudah terserap dari saluran cerna. Oleh karena itu, sebelum melakukan upaya penanggulangan keracunan, kenali dulu apa penyebabnya dan sudah berapa lama paparan terjadi. Di rumah sakit, pengeluaran racun dari dalam saluran cerna bisa juga dilakukan dengan teknis kumbah lambung, yaitu memasukkan cairan tertentu kedalam lambung menggunakan alat lalu dikeluarkan, namun ini harus dilakuan oleh petugas medis yang berpengalaman. Gigitan ular Gigitan ular dapat mengakibatkan efek lokal dan sistemik. Efek lokal antara lain nyeri, bengkak, memar, dan pembengkakan kelenjar limfa setempat, yang dapat berakibat fatal. Korban perlu dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk diberikan anti bisa ular. Keracunan sistemik ditunjukkan dengan gejala InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 hipotensi, denyut jantung yang tidak normal, muntah, dan hemolisis (kerusakan sel darah). Keracunan lokal yang meluas dalam waktu kurang dari 4 jam, misalnya terjadi pembengkakan hingga pergelangan kaki dan tumit, setelah gigitan ular di kaki, harus segera dibawa ke sarana pelayanan kesehatan. Sengatan serangga Sengatan semut dan lebah menyebabkan nyeri setempat dan bengkak, tetapi jarang menyebabkan keracunan langsung, kecuali disengat beberapa kali dalam waktu yang bersamaan. Jika sengatan terjadi di dalam mulut atau di lidah, pembengkakan dapat mengganggu pernapasan. Sengatan serangga biasanya diatasi dengan membersihkan daerah yang disengat. Sengat lebah sebaiknya diambil secepatnya. Jika terjadi reaksi alergi yang parah, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mencegah reaksi anafilaktis, biasanya dengan pemberian injeksi adrenalin (epinefrin). Sengatan hewan laut Nyeri hebat akibat sengatan hewan laut, seperti misalnya ubur-ubur, dapat dikurangi dengan mencelupkan bagian tubuh yang tersengat ke dalam air hangat (temperatur tidak lebih dari 45°C). Orang yang tersengat ubur-ubur segera menepi ke pantai. Tentakel yang menempel dilepaskan secara hatihati (menggunakan sarung tangan atau penjepit) atau dibilas dengan air laut. Larutan alkohol dan krim kulit tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan rambut penyengat semakin tertancap. Kompres es pada tempat sengatan dapat mengurangi nyeri. Terapi obat untuk menanggulangi keracunan Setelah upaya pemuntahan kembali, kemungkinan masih ada obat/bahan kimia yang tersisa di saluran cerna. Untuk menyerap obat/bahan kimia yang tidak bisa dimuntahkan, atau untuk menyerap sisa obat/bahan kimia setelah upaya pemuntahan, dapat digunakan karbon aktif. Karbon aktif disebut juga arang aktif, di apotek atau tokok obat tersedia beberapa pilihan merek. Karbon aktif ini nantinya akan dikeluarkan bersama feses. Karbon Aktif Pemberian karbon aktif secara oral dapat mengikat banyak racun di dalam saluran cerna, dengan demikian dapat mengurangi penyerapan racun dalam tubuh. Lebih awal karbon aktif diberikan, lebih efektif hasilnya. Karbon aktif masih efektif hingga 1 jam setelah racun tertelan dan bias lebih lama lagi pada keracunan obat berjenis sediaan lepas lambat. Karbon aktif relatif aman dan khususnya berguna untuk mencegah penyerapan racun yang toksik dalam dosis kecil, misalnya obat antidepresan. • Karbon aktif dapat mempengaruhi penyerapan obat lain, beritahukan ke dokter apabila baru saja mengkonsumsi karbon aktif. Efek yang tidak diinginkan Feses berwarna hitam akibat terbuangnya karbon bersama feses. Bisa terjadi diare, kadang-kadang konstipasi atau mual. Dosis dan Aturan pakai Untuk sediaan serbuk, campur dengan air sebelum diminumkan. Untuk sediaan tablet, minum dengan air putih secukupnya. Dewasa: 25-100 gram (10-40 tablet 250 mg); anak 1-12 tahun: 25-50 gram (10-20 tablet 250 mg), atau 0,5-1 gram/kg berat badan; bayi 0-1 tahun: 10-25 gram, atau 0,5-1 gram/kg berat badan. Untuk keracunan yang disebabkan oleh over dosis obat: Untuk dewasa: mula-mula adalah 50 g kemudian 50 g setiap 4 jam. Dosis dapat dikurangi namun frekuensi ditingkatkan, misalnya 25 gram tiap 2 jam atau 12,5 gram tiap jam. Sedangkan keracunan karena overdosis obat pada anak harus dibawa ke dokter. Hentikan swamedikasi dan konsultasi segera ke dokter, jika nyeri perut atau terjadi bengkak pada perut. Penulis Bidang Informasi Obat – Pusat Informasi Obat dan Makanan Pustaka 1. Kompendia Obat Bebas, Badan Pengawas Obat dan Makanan Untuk mendapatkan informasi cara mengatasi keracunan dapat menghubungi Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Badan POM (Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117 / 0214259945, ponsel SIKerNas nomor 081310826879, email ke [email protected] atau siker.nasional@ yahoo.com. SIKer dapat memberikan informasi tata cara pertolongan pertama maupun pencegahan keracunan. Bila anda tidak yakin dapat menangani sendiri kasus keracunan, sebaiknya korban yang menunjukkan tanda keracunan dibawa dan dirawat di rumah sakit. Semua catatan tentang informasi yang relevan termasuk penanganan yang telah dilakukan sebaiknya disertakan pada saat korban dibawa ke rumah sakit. Kehati-hatian sebelum menggunakan Karbon aktif • Dosis karbon aktif yang diberikan di bawah ini adalah dosis lazim. Ada kemungkinan dosis yang diberikan di pelayanan kesehatan lebih besar, tergantung kebutuhan individu. 9 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Seri Swamedikasi 6 Obat Gangguan Telinga Ringan Telinga merupakan organ penting, dunia akan terasa hambar bila kita tidak bisa mendengan bunyi-bunyian dengan baik. Disamping itu, telinga juga merupakan organ keseimbangan, sehingga bahkan dengan gangguan ringan pada telinga cukup membuat kita merasa pusing, tidak stabil dan tidak nyaman secara keseluruhan. Bagaimana mengatasi gangguan telinga ringan? Gangguan telinga tidak dapat dianggap kecil, karena dapat berakibat serius, karena dapat mempengaruhi pendengaran. Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai berkurangnya kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Menurut World Health Organization (WHO, 2010) gangguan pendengaran adalah hilangnya pendengaran disalah satu atau kedua telinga. Anatomi Telinga Telinga merupakan bagian dari panca indera yang berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan, terletak di kedua sisi kepala. Secara umum, telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar atau pinna merupakan kartilago (tulang rawan) yang dilapisi kulit. Telinga luar terdiri atas daun telinga, saluran telinga berupa corong, liang telinga luar, dan ismus. Fungsi telinga bagian luar adalah menangkap suara melalui daun telinga dan mengarahkan suara masuk ke dalam liang telinga kemudian diteruskan menuju gendang telinga (membran timpani). Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) sampai tulang pendengaran. Gendang telinga berfungsi menangkap suara atau getaran kemudian diteruskan atau disampaikan ke tulang pendengaran. Suara atau getaran yang telah sampai ke tulang pendengaran akan diteruskan ke rumah siput atau koklea di telinga bagian dalam. Telinga dalam terdiri dari tulang labirin / labirinosea, rumah siput (koklea) dan organ keseimbangan (organ vestibular). Rumah siput berfungsi menerima, memperbesar dan menyampaikan getaran atau suara ke saraf pendengaran. Di dalam organ vestibular terdapat saluran setengah lingkaran atau semisirkular yang berfungsi mengatur keseimbangan tubuh yang dilengkapi dengan sel rambut yang berhubungan dengan bagian keseimbangan dari saraf pendengaran. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran yang sering dijumpai adalah gangguan ringan seperti penumpukan serumen (kotoran) dan kemasukan benda asing. Gangguan karena penumpukan serumen (adalah suatu campuran yang dihasilkan oleh kelenjar di dalam saluran telinga), dapat terjadi karena produksi kotoran telinga yang berlebihan. Serumen sebenarnya berfungsi sebagai pelindung telinga dari debu, bakteri, kuman dan benda-benda kecil yang dapat merusak telinga. Biasanya serumen akan keluar sendiri dari dalam telinga. Akan tetapi, apabila produksinya berlebihan 10 maka serumen akan mengeras sehingga menyumbat saluran telinga, dan menyebabkan pendengaran berkurang serta timbul tekanan pada saluran telinga. Gejala yang sering muncul karena penumpukan serumen diantaranya rasa nyeri, gatal, perasaan penuh atau adanya tekanan di dalam telinga, dan pendengaran berkurang. Gangguan pendengaran juga dapat disebabkan karena kemasukkan benda asing. Hal ini biasanya terjadi pada anakanak yang tidak sengaja memasukkan benda kecil ke dalam lubang telinga atau kemasukan serangga seperti semut atau lalat. Pencegahan Gangguan pendengaran akibat penumpukan serumen dapat dihindari dengan membersihkan telinga secara rutin. Meskipun serumen dapat keluar dengan sendirinya, namun membersihkan telinga secara rutin dapat mencegah penumpukan. Hal ini merupakan tindakan preventif yang lebih baik. Cara yang aman dan direkomendasikan untuk membersihkan adalah menggunakan kain yang dibasahi air, diperas, lalu dibalutkan pada jari, kemudian digunakan untuk membersihkan telinga bagian luar. Serumen dapat dikeluarkan dengan alat khusus seperti sendok serumen atau forsep aligator. Jika ada cairan dalam liang telinga, dapat digunakan penghisap ataupun aplikator logam yang diberi kapas pada ujungnya untuk membersihkannya. Akan tetapi, hal ini menjadi tidak efektif ketika serumen telah memadat. Pengobatan Obat yang dapat digunakan secara bebas (swamedikasi) untuk menangani gangguan pendengaran ringan baik yang disebabkan oleh pemadatan serumen maupun kemasukan benda asing diantaranya adalah obat yang mengandung bahan aktif hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau natrium dokusat atau fenolgliserin. Obat-obat ini dapat dibeli di apotek dengan beberapa pilihan merek dagang. Hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau yang disebut juga cairan perhidrol, merupakan cairan hidrogen peroksida 3% yang dapat digunakan untuk melembutkan atau membantu mengeluarkan serumen telinga. Penggunaan larutan ini secara berlebihan dapat menimbulkan infeksi di telinga, karena kemungkinan ada cairan yang tertinggal di dalam InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Gambar. 1 Anatomi Telinga saluran telinga yang dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Cara penggunaan cairan perhidrol adalah dengan mencampur larutan air hangat dan hidrogen peroksida 3% dengan perbandingan 1:1. Setelah itu, masukkan cotton bud ke dalam campuran larutan tersebut kemudian gunakan untuk membersihkan serumen. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara meneteskan terlebih dahulu campuran larutan air hangat dan cairan perhidrol ke dalam lubang telinga, tunggu beberapa saat, kemudian bersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya tidak tajam, seperti cotton bud. Cairan perhidrol disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat kering, terlindung cahaya dan suhu tidak lebih dari 15°C. Natrium dokusat merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk melunakkan serumen telinga. Obat ini kadang-kadang dapat menyebabkan kemerahan pada permukaan kulit telinga. Selain natrium dokusat, fenol gliserin juga dapat digunakan. Fenol gliserin berperan sebagai pelembab dan zat yang melunakkan. Sediaan ini aman dan tidak menimbulkan iritasi ketika digunakan pada kulit yang terkelupas atau untuk melunakkan serumen di dalam telinga. Cara penggunaan fenol gliserin ataupun natrium dokusat sama seperti penggunaan cairan perhidrol yaitu dengan mencampur larutan fenolgliserin ataupun natrium dokusat dengan air hangat lalu menggunakan cotton bud yang telah dimasukkan kedalam campuran larutan tersebut untuk membersihkan serumen di dalam saluran telinga. Untuk penanggulangan kemasukan benda asing, apabila penyebabnya adalah serangga maka dapat dilakukan dengan meneteskan cairan perhidrol lalu dikeluarkan dengan hati-hati. Sedangkan untuk mengeluarkan benda asing selain serangga tidak bisa ditangani sendiri secara swamedikasi. Untuk itu, segera minta bantuan dokter atau unit pelayanan kesehatan agar dapat segera ditangani. Penulis Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan Pustaka 1.BPOM. Kompendia Obat Bebas. 2.A.D.A.M. Medical Encyclopedia. 2012. Ear Wax. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/ PMH0001974/ 3.World Health Organization. 2010. Deafness and Hearing Impairment. Available from : http://www.who.int/mediacentre/ factsheets /fs300/en/ index.html 4.Timothy C. Hain, MD. 2012. Hearing Loss. Available from: http://american-hearing.org/disorders/hearing-loss/ 11 InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013 Meredakan Keseleo dengan Deksametason Pertanyaan: Selamat malam PIONas, saya ingin bertanya mengenai obat untuk keseleo. Kaki saya terkilir / keseleo, apakah boleh minum obat deksametason untuk menghilangkan nyeri dan bengkaknya? Terima kasih. (Okta, Mahasiswa) Jawaban: Terkilir atau keseleo pada kaki merupakan kondisi dimana ligamen pada pergelangan kaki atau mata kaki terlalu meregang atau sobek secara mendadak. Tingkat keparahan cedera pada kaki akibat terkilir ini berbeda-beda mulai dari ringan hingga berat. Cedera terkilir ringan mungkin menyebabkan pergelangan kaki membengkak dan kaku, namun penderita masih bisa berjalan meskipun merasakan sedikit nyeri. Cedera terkilir yang lebih serius selain menyebabkan bengkak juga menimbulkan memar dan ketidakmampuan untuk berjalan karena rasa nyeri yang lebih parah. Semakin parah kondisi bengkak dan nyeri, berarti semakin parah kondisi cedera, dan biasanya akan lebih lama masa penyembuhan. Jika terjadi cedera yang parah, disarankan untuk berkonsultasi pada dokter dan melakukan pemeriksaan X-Ray untuk melihat kemungkinan terjadi keretakan atau patah pada tulang. Kepala Badan POM RI Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc., beserta jajarannya mengucapkan Selamat Tahun Baru 2014 Untuk meredakan nyeri dan bengkak pada cedera kaki terkilir ringan dapat dilakukan beberapa langkah terhadap kaki yang cidera sebagai berikut: 1.Istirahatkan kaki, jangan terlalu banyak digunakan untuk menahan beban tubuh atau berjalan agar tidak memperburuk kondisi cedera. 2.Kompres kaki menggunakan es setidaknya selama 24 hingga 72 jam pertama. Kompres selama 10-20 menit tiap satu atau dua jam sekali. 3.Bungkus atau balut pergelangan kaki menggunakan kain atau pembalut/pembebat elastis yang dapat menekan bagian yang bengkak. 4.Angkat posisi kaki lebih tinggi dari jantung (dalam posisi tidur), selama 2-3 jam sehari jika memungkinkan. Untuk terapi menggunakan obat, terlebih dahulu dapat digunakan obat nyeri topikal yang dioleskan pada cedera, misalnya metil salisilat, atau obat golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) seperti natrium diklofenak. Obat AINS oral juga digunakan terutama jika obat topikal kurang efektif dalam mengatasi nyeri dan bengkak. Natrium diklofenak oral hanya dapat diperoleh dengan resep dokter atau dengan pembelian terbatas di apotek karena termasuk obat keras yang memiliki efek samping terutama pada lambung (menyebabkan nyeri lambung). Selain itu, Deksametason juga diindikasikan mengatasi peradangan dan rasa nyeri. Deksametason merupakan obat golongan kortikosteroid dan termasuk obat keras. Penggunaan deksametason harus dengan pengawasan dokter atau atas anjuran dokter. Penggunaan deksametason tidak boleh melebihi/kurang atau dihentikan secara tiba-tiba. Jika konsumsi obat dihentikan secara tiba-tiba maka dapat menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan seperti hilang nafsu makan, rasa tidak enak di perut, muntah, mengantuk, pusing, demam serta nyeri pada sendi dan otot. Dapat disimpulkan, untuk penanganan kaki terkilir dapat dimulai dengan langkah-langkah terapi non-obat terlebih dahulu. Jika diperlukan terapi obat, maka lebih diutamakan penggunaan obat oles sebelum FORUM PIO Nas PIONas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-428889117 / 021 - 4259945, HP nomor 08121899530, email ke [email protected] 12 menggunakan obat oral. Jika cedera terkilir merupakan cedera yang berat, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Pustaka: 1. American Academy of Orthopaedic Surgeons. OrthoInfo: Sprained Ankle. Last Reviewed September 2012. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00150 2. WebMD. Ankle Sprain Overview. Last Updated: November 2011. http://www.webmd. com/a-to-z-guides/ankle-sprain-overview?page=2 3. MedlinePlus. Dexamethason Oral. Last Reviewed 09/01/2010. http://www.nlm.nih. gov/medlineplus/druginfo/meds/a682792.html 4. British National Formulary (BNF) 61. London, BMJ, 2011