Keracunan Obat Gangguan Telinga Ringan

advertisement
B A DA N P OM R I
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Topik
sajian utama
Ketentuan Baru
Pengendalian
Konsumsi Rokok
Artikel
Keracunan
Seri Swamedikasi 6
Obat Gangguan Telinga
Ringan
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Tim
Redaksi
Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Pengarah
Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Penanggung jawab
Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan
Redaktur
Kepala Bidang Informasi Obat
Editor
Irhamahayati, Apt., MTI; Dra. Murti Hadiyani;
Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Arlinda
Wibiayu, S.Si, Apt
Kontributor
DR. Tepy Usia, M.Phil; Sofhiani Dewi, STP,
Msi; Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt;
Dra. Tri Asti I., Apt, M.Pharm; Kustantri
Wahyuni, S.Si, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini,
Ph.D; Octavita Dwi Yuliani, S.Ikom; Dra.
Rini Tria Suprantini, M.Sc; Yustina Muliani,
S.Si, Apt; Linda Octaviani, S.Si, Apt; Judhi
Saraswati, SP., MKM; Indah Widyaningrum,
S.Si, Apt; Dra. Sri Murhamdini, Apt; Arlinda
Wibiayu, S.Si, Apt; drg. Indah Ratnasari; Dwi
Resmiyarti, S.Farm, Apt; Fitri Fatima, S.Si,
Apt;
Sekretariat
Judhi Saraswati, SP, MKM; Arlinda Wibiayu,
S.Si, Apt; Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt; Riani
Fajar Sari, A.Md; Tanti Kuspriyanto, S.Si,
M.Si; Netty Sirait; Surtiningsih; Syatiani Arum
Syarie, S.Farm, Apt; Sofhiani Dewi, STP, M.Si;
Dina Puspita Mayasari, S.Farm, Apt.
Foto
Ridwan Sudiro, S.IP; Topan Husni Thamrin
A.Md.
Desain Grafis
Rahmat Kurniawan
Redaksi menerima sumbangan
artikel yang berisi informasi terkait
dengan obat, makanan, kosmetika,
obat tradisional, komplemen
makanan, zat adiktif dan bahan
berbahaya. Kirimkan tulisan melalui
alamat redaksi dengan melampirkan
identitas diri penulis.
2
Editorial
Pembaca yang terhormat,
Sejalan dengan telah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan pada 24 Desember 2012 maka telah
dikeluarkan juga peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah tersebut,
yaitu Peraturan Kepala Badan POM Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan
Produk Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan Dalam
Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi pada Juni 2013 sebagai
acuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan. Yang menarik
dari regulasi baru ini adalah kewajiban mencantumkan peringatan bergambar
pada kemasan rokok. Bila anda peduli tentang bahaya rokok bagi kesehatan
perlu disimak artikel “Ketentuan Baru Pengendalian Konsumsi Rokok”.
Gangguan pendengaran ringan yang umum terjadi adalah penumpukan
serumen. Walaupun ringan tetapi hal tersebut dapat mengganggu
kenyamanan. Maka untuk mengatasi gangguan telinga ringan kami
menurunkan Seri Swamedikasi dengan judul “Obat Gangguan Telinga Ringan”.
Sedangkan jika Anda pernah mengalami keseleo maka Anda perlu membaca
Forum PIONas kali ini dengan judul “Obat Untuk Meredakan Keseleo”.
Sajian InfoPOM selama 2013 telah memberikan banyak pilihan obat untuk
keluhan-keluhan ringan. Bagaimana jika Anda mengalami keracunan obat? Nah
menutup edisi tahun ini kami muat artikel “Keracunan”.
Pembaca sekalian, edisi kali ini adalah edisi terakhir dari rangkaian penerbitan
InfoPOM tahun 2013. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kritik membangun terhadap InfoPOM. Selanjutnya kami
berharap masukan terhadap penerbitan tahun 2014, kiranya dapat dikirim
kepada Sekretariat InfoPOM.
Terakhir, selamat membaca dan sampai bertemu pada InfoPOM tahun 2014.
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Sajian Utama
Ketentuan Baru Pengendalian Konsumsi Rokok
Walaupun lebih dari 90% (sembilan puluh persen) masyarakat pernah membaca peringatan
kesehatan berbentuk tulisan di bungkus rokok, hampir separuhnya tidak percaya dan
26% (dua puluh enam persen) tidak termotivasi untuk behenti merokok. Studi di berbagai
negara membuktikan peringatan tertulis yang disertai gambar lebih efektif daripada
hanya berbentuk tulisan saja. Oleh karena itu pesan kesehatan pada kemasan rokok
wajib dicantumkan dalam bentuk gambar dan tulisan untuk meningkatkan kesadaran
perokok dan bukan perokok akan bahaya merokok bagi kesehatan. Agar efektif, peringatan
kesehatan harus mudah dilihat, relevan dan mudah diingat serta menggambarkan aspek
yang perlu diketahui oleh setiap orang.
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk
rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana
rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan dan atau tanpa bahan
tambahan. Selain rokok kretek, rokok putih, dan cerutu, kita
juga mengenal istilah rokok klobot, klembak menyan, dan
tembakau iris.
Konsumsi produk tembakau berupa rokok menjadi masalah
tersendiri, karena di dalam produk tembakau yang dibakar
terdapat lebih 4.000 (empat ribu) zat kimia antara lain Nikotin
yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik.
Dampak negatif penggunaan tembakau pada kesehatan
telah lama diketahui, diantaranya adalah kanker paru yang
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Rokok
juga dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi,
penyakit darah, enfisema, stroke, dan gangguan kehamilan dan
janin yang sebenarnya dapat dicegah.
Menurut WHO (2008), Indonesia berada di urutan ke-3 jumlah
perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India. 67,4% lakilaki di Indonesia merokok (GATS 2011). Prevalensi perokok
usia > 15 tahun di Indonesia diperkirakan pada tahun 2010
mencapai 34,7% (Riskesdas 2010). Tahun 2010 di Indonesia
diperkirakan 190.260 orang meninggal dunia akibat penyakit
terkait rokok. Prevalensi merokok terus meningkat baik pada
laki-laki maupun perempuan, usia dewasa maupun remaja.
Regulasi terkait Pengamanan Rokok
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
merupakan amanat peraturan tertinggi untuk pemerintah
meningkatkan kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pada tanggal 24 Desember 2012, Pemerintah
telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang
merupakan mandat dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan tersebut. Peraturan Pemerintah (PP
109/2012) ini merupakan salah satu kebijakan pengendalian
konsumsi produk tembakau berupa rokok dalam bidang
kesehatan. Untuk pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang
Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan
Dalam Kemasan Produk Tembakau.
Pasal 60, ayat 5, PP 109/2012, mengamanatkan kepada
Badan POM untuk melakukan pengawasan terhadap produk
tembakau yang beredar, pencantuman peringatan kesehatan
dalam iklan dan kemasan produk tembakau, dan promosi.
Untuk pelaksanaan pengawasan sebagaimana diamanatkan
tersebut, Badan POM juga telah menerbitkan Peraturan Kepala
Badan POM RI Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan
Produk Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan
Kesehatan Dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan
Promosi. Promosi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan
pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu produk
tembakau untuk menarik minat konsumen terhadap produk
tembakau yang akan dan sedang diperdagangkan.
PP 109/2012 bertujuan untuk:
• melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat,
dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung zat
adiktif dalam produk tembakau yang dapat menimbulkan
penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup;
• melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja,
dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan
pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan
ketergantungan terhadap bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau;
3
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
• meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat
terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa
merokok; dan
• melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang
lain.
Prinsip dari PP 109/2012 ini adalah pengendalian konsumsi
produk tembakau, bukan pelarangan. Hal ini dilakukan dalam
rangka perlindungan terhadap generasi muda.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013
tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi
Kesehatan Dalam Kemasan Produk Tembakau telah diatur
ketentuan lebih lanjut untuk pencantuman Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada kemasan produk
tembakau sebagai berikut:
• produsen dan importir produk tembakau wajib
mencantumkan Peringatan Kesehatan pada kemasan
terkecil dan kemasan lebih besar produk tembakau (bungkus
dan slop);
• gambar dan tulisan Peringatan Kesehatan harus mempunyai
satu makna yang tercetak menjadi satu dengan kemasan
Produk Tembakau dan bukan merupakan stiker yang
ditempelkan pada kemasan produk tembakau;
• tidak boleh tertutup apapun sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku, kecuali pembungkus plastik
transparan sehingga peringatan kesehatan dan Informasi
kesehatan masih dapat terbaca dengan jelas;
• ketentuan ini tidak termasuk rokok klobot, klembak menyan
dan cerutu kemasan batangan;
• peringatan kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis yang
berbeda, yang dicantumkan pada setiap 1(satu) varian
produk tembakau dengan porsi masing-masing 20% (dua
puluh persen) dari jumlah setiap varian produk tembakau
pada waktu bersamaan;
• peringatan Kesehatan dicantumkan pada bagian atas
kemasan sisi lebar bagian depan dan belakang masingmasing seluas 40% (empat puluh persen);
• pada bagian atas gambar terdapat tulisan “PERINGATAN”
dengan menggunakan jenis huruf arial bold berwarna putih
di atas dasar hitam dengan ukuran huruf 10 (sepuluh) atau
proposional dengan kemasan;
• gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat)
warna (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit 300 dot per inch
(dpi);
• di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna
putih dengan dasar hitam sesuai dengan makna gambar;
• dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun
tulisannya; dan
• tidak mudah rusak, lepas dan luntur baik karena pengaruh
sinar ataupun udara
• jenis peringatan kesehatan dievaluasi dan dapat dilakukan
perubahan paling cepat 24 (dua puluh empat) bulan sekali
Hal lainnya yang diatur dalam kemasan rokok adalah dilarang
mencantumkan informasi menyesatkan seperti :
4
“Waspada terhadap
keterangan atau tanda
apapun yang menyesatkan
atau kata-kata yang bersifat
promotif yang merupakan
keterangan atau kata
yang memperdaya atau
cenderung bermaksud
menciptakan kesan keliru
tentang dampak kesehatan
dari produk tembakau
atau seolah-olah produk
tembakau memberi manfaat
untuk kesehatan”
• keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau katakata yang bersifat promotif yang merupakan keterangan
atau kata yang memperdaya atau cenderung bermaksud
menciptakan kesan keliru tentang dampak kesehatan dari
produk tembakau atau seolah-olah produk tembakau
memberi manfaat untuk kesehatan;
• mencantumkan kata :”light”, “ultra light”, “mild”, “extra
mild”, “low tar”, “slim”, “special”, “full flavor”, “premium”,
atau kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas,
rasa aman, pencitraan, kepribadian atau kata-kata dengan
arti yang sama.
Dalam rangka pengawasan, maka melalui Peraturan Kepala
Badan Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan Produk
Tembakau Yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan
Dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi,
maka importir dan produsen rokok wajib melaporkan kepada
Kepala Badan POM tentang:
a. hasil pengujian kandungan kadar Nikotin dan Tar; dan
b.pencantuman peringatan kesehatan dan informasi
kesehatan pada kemasan produk tembakau.
Peringatan Kesehatan Bergambar/Pictorial
Health Warning
Sebanyak 78 persen dari perokok Indonesia mulai merokok
sebelum usia 19 tahun, hal ini antara lain akibat informasi yang
tidak sempurna yang dimiliki oleh konsumen tentang risiko
kesehatan dan efek adiktif dari nikotin yang mengakibatkan
gagalnya usaha untuk berhenti merokok.
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Masyarakat berhak mendapat informasi dan peringatan yang
jelas dan benar atas dampak yang ditimbulkan akibat merokok.
Walaupun lebih dari 90% (sembilan puluh persen) masyarakat
pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan di
bungkus rokok, hampir separuhnya tidak percaya dan 26% (dua
puluh enam persen) tidak termotivasi untuk behenti merokok.
Studi di berbagai negara membuktikan peringatan tertulis yang
disertai gambar lebih efektif daripada hanya berbentuk tulisan
saja. Oleh karena itu pesan kesehatan pada kemasan rokok
di beberapa negara sudah wajib dicantumkan dalam bentuk
gambar dan tulisan untuk meningkatkan kesadaran perokok
dan bukan perokok akan bahaya merokok bagi kesehatan. Agar
efektif, peringatan kesehatan harus mudah dilihat, relevan
dan mudah diingat serta menggambarkan aspek yang perlu
diketahui oleh setiap orang.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab mengedukasi
masyarakat tentang dampak merokok bagi kesehatan.
Namun, dengan terbatasnya sumber daya pemerintah
untuk menjangkau masyarakat sampai ke pelosok-pelosok
termasuk yang buta huruf dan remaja yang tidak mendapatkan
pengetahuan cukup tentang bahaya merokok, maka peringatan
Gambar kanker mulut
kesehatan bergambar akan meningkatkan pemahaman
sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih
baik dan bertanggung jawab. Peringatan kesehatan bergambar
disebut juga Pictorial Health Warning, diperkenalkan oleh
European Commission melalui Tobacco Product Directive
(2001/37/EC). Pictorial Health Warning berupa pesan yang
pada prinsipnya memuat pesan kepada perokok dan bukan
perokok bahwa “rokok dapat membunuh anda” atau “rokok
membahayakan kesehatan anda dan orang lain di sekitar
anda”. Pesan ini bisa ditempatkan di bagian belakang ataupun
bagian depan kemasan. Di Indonesia, penerapan penggunaan
peringatan kesehatan bergambar pada kemasan produk
tembakau (bungkus, rokok/slop) akan mulai diberlakukan
mulai 24 Juni 2014. Saat ini masih dalam tahap sosialisasi.
Berikut adalah beberapa bentuk peringatan kesehatan
bergambar sebagaimana dimaksudkan di atas sesuai
Permenkes No. 28 Tahun 2013. Apakah anda cukup tersentak
ketika melihat gambar-gambar ini? Bagaimana kesan anda
ketika melihat gambar ini pada kemasan rokok yang akan anda
isap? Bila anda cukup terkesan, maka terbukti bahwa pesan
seperti ini efektif.
Gambar orang merokok dengan asap yang
membentuk tengkorak
Gambar orang merokok dengan anak di
dekatnya
Gambar kanker tenggorokan
Gambar paru-paru yang menghitam karena
kanker
5
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Bagaimana peringatan kesehatan bergambar ini dicantumkan
pada kemasan rokok? Lihat contoh dibawah ini:
Penutup
Sebagaimana sudah disebutkan di atas, selain adanya
ketentuan baru yang wajib dipenuhi oleh importir dan
produsen rokok, pengawasan yang efektif dari Badan POM,
serta adanya pemberlakukan kewajiban pencantuman
peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok
diharapkan dapat meningkatkan hasil upaya menghindarkan
generasi muda dari bahaya merokok. Diharapkan juga dengan
ketentuan ini, maka kita bersama-sama dapat mengendalikan
konsumsi rokok, sekaligus mengurangi biaya kesehatan akibat
merokok.
Penulis
Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
6
Pustaka
1. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau
4. Peraturan Kepala Badan POM RI No. 41 Tahun 2013 tentang Pengawasan
Produk Tembakau yang Beredar, Pencantuman Peringatan Kesehatan
dalam Iklan dan Kemasan Produk Tembakau, dan Promosi
5. World Health Organization. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic,
2008; The MPOWER package. Geneva,WHO 2008
6. Riset Kesehatan Dasar 2010
7. Global Adult Tobacco Survey, 2011
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
PP No. 109 Tahun 2012
Materi Pokok yang diatur dalam PP 109/2012 adalah :
1. Pengaturan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif
2. Pembagian Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing antara
lain :
◦◦ mengatur, membina, mengawasi pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif;
◦◦ mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif;
◦◦ mendorong pelaksanaan diversifikasi produk tembakau
3. Penyelenggaraan Pengamanan :
◦◦ Produksi dan impor : wajib memiliki ijin sesuai perundang-undangan ;
◦◦ Melakukan pengujian kandungan kadar nikotin dan tar (tidak berlaku untuk rokok klobot, klembak menyan, cerutu dan
tembakau iris);
◦◦ Larangan menggunakan bahan tambahan, kecuali dapat dibuktikan secara ilmiah tidak berbahaya bagi kesehatan;
◦◦ Kewajiban mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang dicetak menjadi satu dengan kemasan;
◦◦ Kewajiban mencantumkan kandungan kadar Nikotin dan Tar sesuai hasil pengujian laboratorium;
◦◦ Larangan menjual menggunakan mesin layan diri atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil
◦◦ Kewajiban mencantumkan kode produksi, tanggal, bulan dan tahun produksi serta nama dan alamat produsen.
4. Pengaturan pengendalian iklan produk tembakau pada media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi atau media luar
ruang
5. Pengendalian Promosi Produk Tembakau : tidak memberikan secara cuma-cuma, potongan harga, hadiah; Tidak menggunakan
logo pada kegiatan lembaga/perorangan; Tidak bertujuan untuk mempromosikan.
6. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang meliputi (1) fasilitas pelayanan kesehatan (2) tempat proses belajar mengajar (3)
tempat anak bermain (4) tempat ibadah (5) angkutan umum (6) tempat kerja (7) tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
Pemerintah Daerah wajib menetapkan KTR di wilayahnya (dengan Perda)
Pimpinan/penanggung jawab tempat (1) – (7) wajib menerapkan KTR
7. Pengaturan Peran Serta Masyarakat keikutsertaan dalam pemberian bimbingan dan penyuluhan, penyebarluasan informasi
kepada masyarakat; dan melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan
pengamanan.
8. Pembinaan Pengawasan dilakukan oleh Menteri, Menteri Terkait, Kepala Badan POM dan Pemerintah Daerah.
9. Ketentuan Peralihan 18 bulan sejak PP ini diundangkan (24 Desember 2012) untuk pemberlakukan peringatan kesehatan
bergambar, 12 bulan untuk pemberlakuan pengendalian iklan, promosi dan sponsor produk tembakau.
Perka Badan POM RI No. 41 Tahun 2013
Dalam pelaksanaan pengawasan produk tembakau yang beredar, pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan
Nomor 41 Tahun 2013, dapat dikenai sanksi administratif berupa :
a. teguran lisan
b. teguran tertulis
c. penarikan produk, dilakukan oleh produsen atau importir berdasarkan surat perintah penarikan dari Kepala Badan;
d. rekomendasi penghentian sementara kegiatan; dan / atau
e. rekomendasi penindakan kepada instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Selain itu, pelanggar juga dapat dikenakan sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
lima ratus juta rupiah, apabila dengan sengaja memproduksi atau memasukkan rokok ke dalam wilayah Indonesia dengan tidak
mencantumkan peringatan kesehatan.
Permenkes No. 28 Tahun 2013
Dalam Permenkes No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Dalam Kemasan Produk
Tembakau, selain pencantuman peringatan kesehatan, dalam setiap kemasan produk tembakau wajib dicantumkan Informasi
kesehatan sebagai berikut :
• kandungan kadar nikotin dan tar yang ditempatkan pada salah satu sisi samping kemasan;
• pernyataan “dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil” yang diletakkan pada
sisi samping lainnya;
• kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi serta nama dan alamat produsen yang diletakkan pada sisi bawah kemasan
7
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Keracunan
Apa reaksi anda ketika mengalami keracunan? Atau ketika salah seorang anggota keluarga mengalami keracunan?
Panik? Berteriak dan lari mencari pertolongan? Atau justru tidak mampu melakukan apa-apa karena tungkainya
lemas? Hindari panik ketika mengalami keracunan, supaya anda bisa mencari pertolongan yang tepat.
Disamping itu, gigitan binatang dapat juga menjadi sumber
keracunan.
Keracunan dapat menunjukkan gejala pada berbagai organ,
dapat berupa gejala ringan maupun berat hingga mengancam
jiwa. Pada kasus keracunan obat, gejala keracunan akibat dosis
berlebih dapat sama dengan efek samping yang terjadi pada
dosis lazim. Misalnya, gejala keracunan karena dosis berlebih
analgesik ibuprofen menunjukkan gejala yang sama dengan
efek sampingnya yaitu mual, muntah, dan nyeri perut. Namun
demikian, tidak adanya gejala setelah terpapar dengan bahan
racun tidak berarti tidak terjadi keracunan. Gejala keracunana
bisa saja tidak muncul seketika, namun terjadi beberapa
waktu setelah paparan, misalnya pada kasus tertelan obat
yang berjenis lepas lambat atau salut enterik atau produk
pengosongan lambung dan atau pergerakan saluran napas.
Penanggulangan
Keracunan tidak jarang terjadi. Keputusan untuk mengatasi
sendiri atau segera mencari pertolongan medis sangat
tergantung pada kondisi korban dan bahan penyebab
keracunan. Bila bahan penyebab merupakan bahan berbahaya,
atau bila ada kesengajaan (misalnya: upaya bunuh diri), maka
korban harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
Prinsip utama penanganan keracunan adalah membersihkan
tubuh dari bahan penyebab keracunan. Sengatan serangga
atau hewan laut yang menempel pada tubuh harus segera
dilepaskan. Racun yang masuk ke tubuh misalnya melalui
gigitan ular harus segera mendapatkan obat penawar (anti
bisa ular). Racun yang tertelan, harus diupayakan untuk
dimuntahkan kembali. Bila kesadaran menurun atau terjadi
reaksi tubuh meluas, seringkali korban harus segera dibawa
ke pelayanan kesehatan. Disamping itu, obat penawar racun
kadang hanya bisa didapatkan di sarana pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas atau Rumah Sakit.
Penyebab Keracunan
Keracunan dapat terjadi akibat terpapar/ terkena berbagai
bahan berbahaya, terutama paparan terjadi akibat tertelan,
namun dapat juga akibat terhirup, terkena pada kulit, terkena
pada mata, maupun masuk ke peredaran darah. Keracunan
biasanya terjadi secara tidak sengaja namun dapat juga karena
disengaja atau perilaku yang menyimpang, kontaminasi
maupun efek yang tidak diinginkan dari obat, makanan, dan
zat kimia lainnya. Bahan obat merupakan salah satu sumber
racun yang sering menyebabkan keracunan. Bahan lain yang
juga sering menyebabkan keracunan adalah bahan pembersih
rumah tangga, kosmetik, dan bahan pembersih diri, tanaman,
pestisida, produk makanan, alkohol, bensin, dan zat kimia lain.
8
Racun yang tertelan (misalnya keracunan obat dan
bahan kimia)
Tujuan utama penanggulangan keracunan karena racun yang
tertelan adalah meminimalkan penyerapan racun yang tertelan
dengan cara memuntahkan kembali. Tindakan pertama yang
dilakukan adalah merangsang pemuntahan kembali. Teknik
merangsang muntah bisa dengan cara menyentuh anak tekak
(tonjolan yang menggantung di atas pangkal lidah). Namun
perlu hati-hati, tindakan merangsang muntah hanya boleh
dilakukan bila racun yang tertelan tidak bersifat korosif. Kalau
racun bersifat korosif, maka dapat menyebabkan iritasi saluran
cerna, dan tindakan merangsang muntah bisa memperparah
iritasi tersebut. Upaya merangsang muntah juga tidak berguna
bila dilakukan lama setelah keracunan terjadi, misalnya
bila diperkirakan bahan yang tertelan sudah terserap dari
saluran cerna. Oleh karena itu, sebelum melakukan upaya
penanggulangan keracunan, kenali dulu apa penyebabnya dan
sudah berapa lama paparan terjadi.
Di rumah sakit, pengeluaran racun dari dalam saluran cerna
bisa juga dilakukan dengan teknis kumbah lambung, yaitu
memasukkan cairan tertentu kedalam lambung menggunakan
alat lalu dikeluarkan, namun ini harus dilakuan oleh petugas
medis yang berpengalaman.
Gigitan ular
Gigitan ular dapat mengakibatkan efek lokal dan sistemik. Efek
lokal antara lain nyeri, bengkak, memar, dan pembengkakan
kelenjar limfa setempat, yang dapat berakibat fatal. Korban
perlu dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk diberikan
anti bisa ular. Keracunan sistemik ditunjukkan dengan gejala
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
hipotensi, denyut jantung yang tidak normal, muntah,
dan hemolisis (kerusakan sel darah). Keracunan lokal yang
meluas dalam waktu kurang dari 4 jam, misalnya terjadi
pembengkakan hingga pergelangan kaki dan tumit, setelah
gigitan ular di kaki, harus segera dibawa ke sarana pelayanan
kesehatan.
Sengatan serangga
Sengatan semut dan lebah menyebabkan nyeri setempat
dan bengkak, tetapi jarang menyebabkan keracunan
langsung, kecuali disengat beberapa kali dalam waktu yang
bersamaan. Jika sengatan terjadi di dalam mulut atau di lidah,
pembengkakan dapat mengganggu pernapasan. Sengatan
serangga biasanya diatasi dengan membersihkan daerah yang
disengat. Sengat lebah sebaiknya diambil secepatnya. Jika
terjadi reaksi alergi yang parah, harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk mencegah reaksi anafilaktis, biasanya dengan
pemberian injeksi adrenalin (epinefrin).
Sengatan hewan laut
Nyeri hebat akibat sengatan hewan laut, seperti misalnya
ubur-ubur, dapat dikurangi dengan mencelupkan bagian tubuh
yang tersengat ke dalam air hangat (temperatur tidak lebih
dari 45°C). Orang yang tersengat ubur-ubur segera menepi
ke pantai. Tentakel yang menempel dilepaskan secara hatihati (menggunakan sarung tangan atau penjepit) atau dibilas
dengan air laut. Larutan alkohol dan krim kulit tidak boleh
digunakan karena dapat menyebabkan rambut penyengat
semakin tertancap. Kompres es pada tempat sengatan dapat
mengurangi nyeri.
Terapi obat untuk menanggulangi keracunan
Setelah upaya pemuntahan kembali, kemungkinan masih
ada obat/bahan kimia yang tersisa di saluran cerna. Untuk
menyerap obat/bahan kimia yang tidak bisa dimuntahkan,
atau untuk menyerap sisa obat/bahan kimia setelah upaya
pemuntahan, dapat digunakan karbon aktif. Karbon aktif
disebut juga arang aktif, di apotek atau tokok obat tersedia
beberapa pilihan merek. Karbon aktif ini nantinya akan
dikeluarkan bersama feses.
Karbon Aktif
Pemberian karbon aktif secara oral dapat mengikat banyak
racun di dalam saluran cerna, dengan demikian dapat
mengurangi penyerapan racun dalam tubuh. Lebih awal
karbon aktif diberikan, lebih efektif hasilnya. Karbon aktif
masih efektif hingga 1 jam setelah racun tertelan dan bias
lebih lama lagi pada keracunan obat berjenis sediaan lepas
lambat. Karbon aktif relatif aman dan khususnya berguna
untuk mencegah penyerapan racun yang toksik dalam dosis
kecil, misalnya obat antidepresan.
• Karbon aktif dapat mempengaruhi penyerapan obat lain,
beritahukan ke dokter apabila baru saja mengkonsumsi
karbon aktif.
Efek yang tidak diinginkan
Feses berwarna hitam akibat terbuangnya karbon bersama
feses. Bisa terjadi diare, kadang-kadang konstipasi atau mual.
Dosis dan Aturan pakai
Untuk sediaan serbuk, campur dengan air sebelum
diminumkan. Untuk sediaan tablet, minum dengan air putih
secukupnya.
Dewasa: 25-100 gram (10-40 tablet 250 mg); anak 1-12 tahun:
25-50 gram (10-20 tablet 250 mg), atau 0,5-1 gram/kg berat
badan; bayi 0-1 tahun: 10-25 gram, atau 0,5-1 gram/kg berat
badan.
Untuk keracunan yang disebabkan oleh over dosis obat:
Untuk dewasa: mula-mula adalah 50 g kemudian 50 g setiap
4 jam. Dosis dapat dikurangi namun frekuensi ditingkatkan,
misalnya 25 gram tiap 2 jam atau 12,5 gram tiap jam.
Sedangkan keracunan karena overdosis obat pada anak harus
dibawa ke dokter.
Hentikan swamedikasi dan konsultasi segera ke dokter, jika
nyeri perut atau terjadi bengkak pada perut.
Penulis
Bidang Informasi Obat – Pusat Informasi Obat dan Makanan
Pustaka
1. Kompendia Obat Bebas, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Untuk mendapatkan informasi cara mengatasi
keracunan dapat menghubungi Sentra Informasi
Keracunan Nasional (SIKerNas) Badan POM (Jl.
Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau
melalui telepon di nomor 021-42889117 / 0214259945, ponsel SIKerNas nomor 081310826879,
email ke [email protected] atau siker.nasional@
yahoo.com. SIKer dapat memberikan informasi tata
cara pertolongan pertama maupun pencegahan
keracunan.
Bila anda tidak yakin dapat menangani sendiri kasus
keracunan, sebaiknya korban yang menunjukkan
tanda keracunan dibawa dan dirawat di rumah
sakit. Semua catatan tentang informasi yang relevan
termasuk penanganan yang telah dilakukan sebaiknya
disertakan pada saat korban dibawa ke rumah sakit.
Kehati-hatian sebelum menggunakan Karbon aktif
• Dosis karbon aktif yang diberikan di bawah ini adalah dosis
lazim. Ada kemungkinan dosis yang diberikan di pelayanan
kesehatan lebih besar, tergantung kebutuhan individu.
9
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Seri Swamedikasi 6
Obat Gangguan Telinga Ringan
Telinga merupakan organ penting, dunia akan terasa hambar bila kita tidak bisa mendengan bunyi-bunyian dengan
baik. Disamping itu, telinga juga merupakan organ keseimbangan, sehingga bahkan dengan gangguan ringan pada
telinga cukup membuat kita merasa pusing, tidak stabil dan tidak nyaman secara keseluruhan. Bagaimana mengatasi
gangguan telinga ringan?
Gangguan telinga tidak dapat dianggap kecil, karena dapat
berakibat serius, karena dapat mempengaruhi pendengaran.
Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai berkurangnya
kemampuan seseorang untuk membedakan suara. Menurut
World Health Organization (WHO, 2010) gangguan
pendengaran adalah hilangnya pendengaran disalah satu atau
kedua telinga.
Anatomi Telinga
Telinga merupakan bagian dari panca indera yang berfungsi
untuk pendengaran dan keseimbangan, terletak di kedua sisi
kepala. Secara umum, telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga
luar, tengah dan dalam. Telinga luar atau pinna merupakan
kartilago (tulang rawan) yang dilapisi kulit. Telinga luar
terdiri atas daun telinga, saluran telinga berupa corong, liang
telinga luar, dan ismus. Fungsi telinga bagian luar adalah
menangkap suara melalui daun telinga dan mengarahkan
suara masuk ke dalam liang telinga kemudian diteruskan
menuju gendang telinga (membran timpani). Telinga tengah
terdiri dari gendang telinga (membran timpani) sampai tulang
pendengaran. Gendang telinga berfungsi menangkap suara
atau getaran kemudian diteruskan atau disampaikan ke tulang
pendengaran. Suara atau getaran yang telah sampai ke tulang
pendengaran akan diteruskan ke rumah siput atau koklea di
telinga bagian dalam. Telinga dalam terdiri dari tulang labirin
/ labirinosea, rumah siput (koklea) dan organ keseimbangan
(organ vestibular). Rumah siput berfungsi menerima,
memperbesar dan menyampaikan getaran atau suara ke saraf
pendengaran. Di dalam organ vestibular terdapat saluran
setengah lingkaran atau semisirkular yang berfungsi mengatur
keseimbangan tubuh yang dilengkapi dengan sel rambut
yang berhubungan dengan bagian keseimbangan dari saraf
pendengaran.
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran yang sering dijumpai adalah gangguan
ringan seperti penumpukan serumen (kotoran) dan kemasukan
benda asing. Gangguan karena penumpukan serumen (adalah
suatu campuran yang dihasilkan oleh kelenjar di dalam saluran
telinga), dapat terjadi karena produksi kotoran telinga yang
berlebihan. Serumen sebenarnya berfungsi sebagai pelindung
telinga dari debu, bakteri, kuman dan benda-benda kecil yang
dapat merusak telinga. Biasanya serumen akan keluar sendiri
dari dalam telinga. Akan tetapi, apabila produksinya berlebihan
10
maka serumen akan mengeras sehingga menyumbat saluran
telinga, dan menyebabkan pendengaran berkurang serta
timbul tekanan pada saluran telinga. Gejala yang sering
muncul karena penumpukan serumen diantaranya rasa nyeri,
gatal, perasaan penuh atau adanya tekanan di dalam telinga,
dan pendengaran berkurang.
Gangguan pendengaran juga dapat disebabkan karena
kemasukkan benda asing. Hal ini biasanya terjadi pada anakanak yang tidak sengaja memasukkan benda kecil ke dalam
lubang telinga atau kemasukan serangga seperti semut atau
lalat.
Pencegahan
Gangguan pendengaran akibat penumpukan serumen
dapat dihindari dengan membersihkan telinga secara
rutin. Meskipun serumen dapat keluar dengan sendirinya,
namun membersihkan telinga secara rutin dapat mencegah
penumpukan. Hal ini merupakan tindakan preventif yang
lebih baik. Cara yang aman dan direkomendasikan untuk
membersihkan adalah menggunakan kain yang dibasahi air,
diperas, lalu dibalutkan pada jari, kemudian digunakan untuk
membersihkan telinga bagian luar. Serumen dapat dikeluarkan
dengan alat khusus seperti sendok serumen atau forsep
aligator. Jika ada cairan dalam liang telinga, dapat digunakan
penghisap ataupun aplikator logam yang diberi kapas pada
ujungnya untuk membersihkannya. Akan tetapi, hal ini menjadi
tidak efektif ketika serumen telah memadat.
Pengobatan
Obat yang dapat digunakan secara bebas (swamedikasi)
untuk menangani gangguan pendengaran ringan baik yang
disebabkan oleh pemadatan serumen maupun kemasukan
benda asing diantaranya adalah obat yang mengandung bahan
aktif hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau natrium dokusat atau
fenolgliserin. Obat-obat ini dapat dibeli di apotek dengan
beberapa pilihan merek dagang.
Hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau yang disebut juga cairan
perhidrol, merupakan cairan hidrogen peroksida 3% yang
dapat digunakan untuk melembutkan atau membantu
mengeluarkan serumen telinga. Penggunaan larutan ini
secara berlebihan dapat menimbulkan infeksi di telinga,
karena kemungkinan ada cairan yang tertinggal di dalam
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Gambar. 1 Anatomi Telinga
saluran telinga yang dapat menjadi media pertumbuhan
bakteri. Cara penggunaan cairan perhidrol adalah dengan
mencampur larutan air hangat dan hidrogen peroksida 3%
dengan perbandingan 1:1. Setelah itu, masukkan cotton bud
ke dalam campuran larutan tersebut kemudian gunakan untuk
membersihkan serumen. Selain itu dapat pula dilakukan
dengan cara meneteskan terlebih dahulu campuran larutan air
hangat dan cairan perhidrol ke dalam lubang telinga, tunggu
beberapa saat, kemudian bersihkan dengan alat pembersih
telinga yang ujungnya tidak tajam, seperti cotton bud. Cairan
perhidrol disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat
kering, terlindung cahaya dan suhu tidak lebih dari 15°C.
Natrium dokusat merupakan salah satu bahan yang digunakan
untuk melunakkan serumen telinga. Obat ini kadang-kadang
dapat menyebabkan kemerahan pada permukaan kulit telinga.
Selain natrium dokusat, fenol gliserin juga dapat digunakan.
Fenol gliserin berperan sebagai pelembab dan zat yang
melunakkan. Sediaan ini aman dan tidak menimbulkan iritasi
ketika digunakan pada kulit yang terkelupas atau untuk
melunakkan serumen di dalam telinga.
Cara penggunaan fenol gliserin ataupun natrium dokusat sama
seperti penggunaan cairan perhidrol yaitu dengan mencampur
larutan fenolgliserin ataupun natrium dokusat dengan air
hangat lalu menggunakan cotton bud yang telah dimasukkan
kedalam campuran larutan tersebut untuk membersihkan
serumen di dalam saluran telinga.
Untuk penanggulangan kemasukan benda asing, apabila
penyebabnya adalah serangga maka dapat dilakukan dengan
meneteskan cairan perhidrol lalu dikeluarkan dengan hati-hati.
Sedangkan untuk mengeluarkan benda asing selain serangga
tidak bisa ditangani sendiri secara swamedikasi. Untuk itu,
segera minta bantuan dokter atau unit pelayanan kesehatan
agar dapat segera ditangani.
Penulis
Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
Pustaka
1.BPOM. Kompendia Obat Bebas.
2.A.D.A.M. Medical Encyclopedia. 2012. Ear Wax. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/
PMH0001974/
3.World Health Organization. 2010. Deafness and Hearing
Impairment.
Available from : http://www.who.int/mediacentre/
factsheets /fs300/en/ index.html
4.Timothy C. Hain, MD. 2012. Hearing Loss. Available from:
http://american-hearing.org/disorders/hearing-loss/
11
InfoPOM - Vol.14 No. 6 November-Desember 2013
Meredakan Keseleo dengan
Deksametason
Pertanyaan:
Selamat malam PIONas, saya ingin bertanya mengenai obat
untuk keseleo. Kaki saya terkilir / keseleo, apakah boleh
minum obat deksametason untuk menghilangkan nyeri dan
bengkaknya? Terima kasih.
(Okta, Mahasiswa)
Jawaban:
Terkilir atau keseleo pada kaki merupakan kondisi dimana ligamen
pada pergelangan kaki atau mata kaki terlalu meregang atau sobek
secara mendadak. Tingkat keparahan cedera pada kaki akibat terkilir
ini berbeda-beda mulai dari ringan hingga berat. Cedera terkilir ringan
mungkin menyebabkan pergelangan kaki membengkak dan kaku, namun
penderita masih bisa berjalan meskipun merasakan sedikit nyeri. Cedera
terkilir yang lebih serius selain menyebabkan bengkak juga menimbulkan
memar dan ketidakmampuan untuk berjalan karena rasa nyeri yang lebih
parah. Semakin parah kondisi bengkak dan nyeri, berarti semakin parah
kondisi cedera, dan biasanya akan lebih lama masa penyembuhan. Jika
terjadi cedera yang parah, disarankan untuk berkonsultasi pada dokter
dan melakukan pemeriksaan X-Ray untuk melihat kemungkinan terjadi
keretakan atau patah pada tulang.
Kepala Badan POM RI
Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc.,
beserta jajarannya
mengucapkan
Selamat Tahun Baru 2014
Untuk meredakan nyeri dan bengkak pada cedera kaki terkilir ringan dapat
dilakukan beberapa langkah terhadap kaki yang cidera sebagai berikut:
1.Istirahatkan kaki, jangan terlalu banyak digunakan untuk menahan
beban tubuh atau berjalan agar tidak memperburuk kondisi cedera.
2.Kompres kaki menggunakan es setidaknya selama 24 hingga 72 jam
pertama. Kompres selama 10-20 menit tiap satu atau dua jam sekali.
3.Bungkus atau balut pergelangan kaki menggunakan kain atau
pembalut/pembebat elastis yang dapat menekan bagian yang bengkak.
4.Angkat posisi kaki lebih tinggi dari jantung (dalam posisi tidur), selama
2-3 jam sehari jika memungkinkan.
Untuk terapi menggunakan obat, terlebih dahulu dapat digunakan
obat nyeri topikal yang dioleskan pada cedera, misalnya metil salisilat,
atau obat golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) seperti natrium
diklofenak. Obat AINS oral juga digunakan terutama jika obat topikal
kurang efektif dalam mengatasi nyeri dan bengkak. Natrium diklofenak
oral hanya dapat diperoleh dengan resep dokter atau dengan pembelian
terbatas di apotek karena termasuk obat keras yang memiliki efek
samping terutama pada lambung (menyebabkan nyeri lambung).
Selain itu, Deksametason juga diindikasikan mengatasi peradangan
dan rasa nyeri. Deksametason merupakan obat golongan kortikosteroid
dan termasuk obat keras. Penggunaan deksametason harus dengan
pengawasan dokter atau atas anjuran dokter. Penggunaan deksametason
tidak boleh melebihi/kurang atau dihentikan secara tiba-tiba. Jika
konsumsi obat dihentikan secara tiba-tiba maka dapat menyebabkan
beberapa efek yang tidak diinginkan seperti hilang nafsu makan, rasa tidak
enak di perut, muntah, mengantuk, pusing, demam serta nyeri pada sendi
dan otot.
Dapat disimpulkan, untuk penanganan kaki terkilir dapat dimulai
dengan langkah-langkah terapi non-obat terlebih dahulu. Jika diperlukan
terapi obat, maka lebih diutamakan penggunaan obat oles sebelum
FORUM PIO Nas
PIONas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan
akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat
yang beredar di Indonesia yang telah disetujui oleh Badan POM
sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani
permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan
obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara
langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A lt. 1 BPOM, Jl.
Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di
nomor 021-428889117 / 021 - 4259945, HP nomor 08121899530,
email ke [email protected]
12
menggunakan obat oral. Jika cedera terkilir merupakan cedera yang berat,
dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Pustaka:
1. American Academy of Orthopaedic Surgeons. OrthoInfo: Sprained Ankle. Last
Reviewed September 2012. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00150
2. WebMD. Ankle Sprain Overview. Last Updated: November 2011. http://www.webmd.
com/a-to-z-guides/ankle-sprain-overview?page=2
3. MedlinePlus. Dexamethason Oral. Last Reviewed 09/01/2010. http://www.nlm.nih.
gov/medlineplus/druginfo/meds/a682792.html
4. British National Formulary (BNF) 61. London, BMJ, 2011
Download