PENDAHULUAN Perkembangan arus informasi di era globalisasi saat ini menyebabkan banyak perusahaan di Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata sosial masyarakat agar perusahaan dapat menarik para investor dan mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa perusahaan dimasa mendatang dan mempertahankan keberlangsungan hidup bisnisnya. Namun disisi lain, demi untuk mendapatkan keuntungan yang besar tidak jarang perusahaan memberikan dampak buruk bagi lingkungannya, seperti pencemaran limbah pabrik yang mengotori aliran air masyarakat, keracunan makanan, polusi dan produksi makanan yang mengandung zat berbahaya bagi tubuh manusia. Akibat dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan, menyebabkan masyarakat menuntut perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah perusahaan manufaktur yang merupakan perusahaan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar yang ada di Bursa Efek Indonesia (Fajarini, 2012) dan merupakan sektor industri yang dianggap paling sensitif terhadap isu sosial dan lingkungan sehingga mempunyai pengaruh atau dampak terhadap lingkungan sekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan (Tamba, 2011). Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya, salah satunya melalui laporan keberlanjutan. Laporan keberlanjutan (Sustainability Report) kian menjadi tren dan kebutuhan bagi perusahaan progresif untuk menginformasikan perihal 1 kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan (Chariri dan Firman, 2009). Sustainability Reporting memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang lebih menekankan pada prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh sehingga memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance). Sustainability (keberlanjutan) adalah keseimbangan antara people-planetprofit, yang dikenal dengan konsep Triple Bottom Line (TBL). Sustainability terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan profit-economic (Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011). Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, sudah pernah dilakukan oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) yang menggunakan tiga variabel kinerja keuangan, yaitu : profitabilitas, likuiditas, dan dividend payout ratio. Adhima (2012) juga pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang hanya menggunakan variabel rasio keuangan profitabilitas. Selain itu juga Widianto (2011) pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap praktik pengungkapan sustainability report pada perusahaan-perusahaan yang listed (go public) di Bursa Efek Indonesia, namun dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas, ukuran perusahaan, dan corporate governance. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh Sustainability Report terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar 2 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Variabel - variabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas, dan dividend payout ratio. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu sama sama menggunakan alat ukur rasio sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitianpenelitian di atas terletak pada tahun, objek yang digunakan dalam penelitian dan penambahan variabel penelitian dari rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian. Objek yang digunakan oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) adalah perusahaan yang mengungkapkan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian tahun 2006-2008, sementara dalam penelitian ini adalah lebih fokus pada spesifik untuk ukuran perusahaan - perusahaan yang memiliki karakteristrik industri yang sejenis yaitu menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang mengungkapkan Sustainability Report dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010, seperti penelitian yang dilakukan oleh Adhima (2012). Pemilihan sampel perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena merupakan perusahaan yang relatif lebih banyak memiliki dampak pada lingkungan dibandingkan dengan perusahaan jasa atau dagang dan merupakan jumlah perusahaan dalam satu populasi yang besar sehingga peran industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan (Wijaya, 2012). Penelitian ini tidak hanya menggunakan rasio keuangan diantaranya adalah profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), dividend payout ratio (DPR) sebagaimana yang digunakan oleh penelitian Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) tetapi juga ada penambahan variabel rasio keuangan diantaranya adalah leverage (DER) dan aktivitas (IT) sebagaimana dengan variabel rasio keuangan yang digunakan juga untuk mengukur kinerja keuangan seperti yang digunakan oleh Widianto (2011). Manfaat dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis pengaruh sustainability report terhadap kinerja keuangan dapat dijadikan solusi memberikan pemahaman tentang 3 pentingnya pertanggungjawaban ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan yang diungkapkan dalam laporan yang disebut SR. Sehingga dapat menjadi strategi bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan di masa yang akan datang didalam membangun reputasi atau image perusahaan. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi pemerintah maupun pihak lain sebagai bahan atau masukan yang bermanfaat dalam memberikan informasi atau wacana mengingat belum adanya standar untuk menentukan kebijakan yang jelas dan pasti dalam mengatur pelaksanaan pengungkapan SR bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. LANDASAN TEORI 2.1 Sustainability Report Menurut GRI (dalam Judges, 2009) seperti yang dikutip oleh Widianto (2011), mendefinisikan sustainability report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line, pelaporan CSR). 2.2 Pengungkapan Sustainability Report Pengungkapan sustainability report didefinisikan sebagai data yang diungkapkan perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan yang meliputi tema sebagai berikut : Economic, Environmental, Human Rights, Labor Practices & Decent Work, Society, dan Product Responsibility (GRI-G3 Guideliness) seperti yang dikutip oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011). Variabel ini diukur melalui Sustainability Report Disclosure Index (SRDI). SRDI menilai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kriteria 4 menurut GRI, yaitu: Economic, Environmental Performance, Human Rights, Labor Practices & Decent Work, Society, dan Product Responsibility. Dari 6 aspek pengungkapan sustainability reporting terdapat 79 item yang kemudian disesuaikan kembali dengan masingmasing perusahaan. Perhitungan SRDI dilakukan dengan memberikan skor 1 jika satu item diungkapkan, dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah dilakukan pemberian skor pada seluruh item, skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Prinsip Pengungkapan Sustainability Report Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu: 1. Keseimbangan Sustainability Report sebaiknya mengungkapkan aspek positif dan negatif dari kinerja suatu perusahaan. 2. Dapat dibandingkan Sustainability Report disajikan dengan seksama sehingga memungkinkan para stakeholder untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu. 3. Akurat Informasi yang dilaporkan dalam Sustainability Report harus cukup akurat dan rinci. 4. Urut waktu Pelaporan Sustainability Report tersebut harus terjadwal dan informasi yang ada harus selalu tersedia bagi para stakeholder. 5. Kesesuaian Informasi yang diberikan dalam Sustainability Report harus sesuai dengan pedoman dan dapat dimengerti serta dapat diakses oleh stakeholder. 5 6. Dapat dipertanggungjawabkan Informasi dan proses yang digunakan dalam penyusunan laporan harus tepat sehingga dapat menetapkan kualitas dan materialitas informasi. Pengungkapan dalam Sustainability Report Pengungkapan standar dalam SR menurut GRI-G3 Guidelines terdiri dari: 1. Ekonomi Menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global. 2. Lingkungan Menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan terhadap makhluk dibumi, dan lingkungan sekitar termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. 3. Hak Asasi Manusia Adanya transparansi dalam mempertimbangkan pemilihan investor dan pemasok/kontraktor. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 4. Masyarakat Memusatkan perhatian pada dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan mengungkapkan bagaimana resiko yang mungkin timbul dari interaksi dengan lembaga sosial lainnya. 5. Tanggung jawab produk Berisi pelaporan produk yang dihasilkan perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi dan pelabelan, pemasaran, dan privasi. 6 6. Sosial Berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan. 2.3 Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian terhadap kemampuan perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan yang akan diukur dengan menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan (Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011). 2.4 Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan Perusahaan yang mengeluarkan biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan menghasilkan dampak yang netral terhadap profitabilitas, hal ini karena tambahan biaya yang dikeluarkan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran tersebut. Sehingga profitabilitas akan meningkat karena peluang perusahaan untuk mendapatkan laba tidak akan hilang (Adhima, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif, hasil ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008), dikatakan bahwa tujuan perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengelola hubungan dengan stakeholder, mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka 7 panjang perusahaan kepada stakeholders, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan jangka panjang. Dengan pengungkapan sustainability report yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat memberikan bukti nyata bahwa proses produksi yang dilakukan perusahaan tidak hanya berorientasi keuntungan, tetapi juga memperhatikan isu sosial, dan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder yang akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan investasi yang berdampak pada peningkatan laba perusahaan. Penelitian Adhima (2012) menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report yang diukur dengan menggunakan SRDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini sejalan dengan Tsoutsoura dan Tresnawati (2004) seperti yang dikutip oleh Adhima (2012), yang menyatakan adanya pengaruh positif pengungkapan CSR terhadap profitabilitas perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report dapat meningkatkan reputasi perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik, dan juga kehandalan perusahaan dalam memelihara konsumen, SDM yang bertalenta, dan pengelolaan kekayaan perusahaan yang berakibat meningkatkan profit perusahaan. H1 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap ROA perusahaan. 2.4.2 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Likuiditas Perusahaan Pengungkapan sustainability report diharapkan mampu meningkatkan dukungan stakeholder yang dapat mendorong investasi yang masuk. Investasi yang diperoleh dari para stakeholder, dapat digunakan untuk membiayai kewajiban perusahaan, sehingga likuiditas perusahaan meningkat (Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi, (2007) menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh signifikan terhadap CR dengan arah positif, hal ini dikarenakan tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan dengan 8 tingkat likuiditas yang tinggi akan mampu untuk menciptakan image yang kuat dan positif dimata para stakeholder-nya serta memiliki kemampuan yang besar juga untuk membayar kewajiban keuangannya secara tepat waktu karena perusahaan dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada utang lancar. Upaya-upaya yang dapat ditempuh perusahaan untuk membentuk dan memperkuat image-nya adalah melalui pembuatan laporan-laporan tambahan. Salah satu upaya pengungkapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melalui pembuatan sustainability report secara sukarela, sebagai aksi perusahaan untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder-nya. Penelitian Rahajeng (2010), juga menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela. Karena kondisi perusahaan didasarkan pada alasan bahwa bagi perusahaan yang memiliki likuiditas baik, menunjukkan memiliki struktur finansial yang baik pula. Jika kondisi ini diketahui oleh publik, maka perusahaan tidak terancam kinerjanya, bahkan jika likuiditas perusahaan itu tinggi dan diketahui oleh publik, secara langsung atau tidak langsung perusahaan menunjukan validitas kinerjanya yang baik. H2 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap CR perusahaan. 2.4.3 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Leverage Perusahaan Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas cenderung memiliki tingkat leverage yang tinggi karena dengan mengungkapkan informasi sosial perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosialnya dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat serta kepercayaan kreditur sebagai salah satu sumber dana perusahaan. Semakin tinggi tingkat hutang maka perusahaan tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari kreditur karena hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur (Setiawan, 2006). 9 Penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011), menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh signifikan terhadap DER dengan arah positif. Penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat rasio leverage menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage, maka akan ada kecenderungan perusahaan berusaha untuk melaporkan profitabilitasnya agar tetap tinggi. Hal ini dikarenakan, tingkat profitabilitas yang tinggi akan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat sehingga dapat meyakinkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari para stakeholder-nya. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi, menganggap perlu memberikan laporan pengungkapan tanggung jawab sosial, sehingga ada “good news” tentang kinerja perusahaan, sehingga dapat menarik para stakeholder untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat dan baik. Pengungkapan informasi sosial dan lingkungan dapat dilakukan perusahaan salah satunya melalui pembuatan sustainability report. H3 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap DER perusahaan. 2.4.4 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas cenderung memiliki tingkat aktivitas yang tinggi karena dengan tingginya tingkat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan mencerminkan semakin baik kemampuan manajemen perusahaan didalam mengelola aktivitas pendanaan untuk dapat mencapai kondisi keuangan yang stabil dan kuat. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat merupakan cerminan upaya yang dilakukan perusahaan untuk mendapat dukungan stakeholder dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Setiawan, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011) mengatakan bahwa sekitar tujuh puluh persen penelitian menyebutkan adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan pengungkapan CSR. Pembuatan sustainability report oleh perusahaan, juga sebagai sarana pelaporan sosial bagi perusahaan, kepada para stakeholder-nya mengenai aktivitas-aktivitas CSR yang telah dilakukan. 10 Berdasar argumen-argumen tersebut, dapat diasumsikan bahwa tingkat aktivitas perusahaan memiliki hubungan positif dengan pengungkapan sustainability report. Penelitian Luthfia (2012), menunjukkan bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas perusahaan. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi rasio aktivitas mancerminkan semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam pengeloaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. Kondisi keuangan yang stabil dan kuat yang dihasilkan perusahaan, merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mendapat dukungan stakeholders. Dukungan stakeholders digunakan perusahaan untuk mencapai keberlanjutan perusahaan. Dukungan stakeholders dapat dihimpun perusahaan dengan mempublikasikan SR (Sustainability Report). H4 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap IT perusahaan. 2.4.5 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Dividend Payout Ratio Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividen atau capital gain. Pemegang saham berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun, sehingga investasi yang masuk diharapkan dapat meningkatkan DPR (Hadiwidjaja, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Wijayanto (2007), dalam Dahlia dan Siregar (2008), menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio dengan arah positif. Penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang bagus akan mendapatkan respon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode. Pengungkapan SR merupakan cara pertanggungjawaban perusahaan terhadap isu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pengungkapan tersebut diharapkan dapat menarik minat para stakeholder untuk melakukan investasi. Karena pada umumnya, tujuan investor melakukan 11 investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividen atau capital gain. H5 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap DPR perusahaan. 2.5 Model Penelitian Profitabilitas (Return On Assets) Likuiditas (Current Ratio) Pengungkapan Laporan berkelanjutan (Sustainability Reporting) Leverage (Debt Equity Ratio) Aktivitas (Inventory Turnover) (Sustainability Report) Dividend Payout Ratio METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pengungkapan sustainability report pada tahun 2010. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur barang konsumsi sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek industri (industrial effect) (Muhammady, 2012). Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan pengungkapan sustinability report dengan pengambilan sampel secara purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah : 1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan Laporan Tahunan 2010 dan mengandung informasi laporan keberlanjutan, dan dapat diakses melalui website perusahaan dan website BEI (http://www.idx.co.id). Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa informasi yang terdapat dalam sustainability report (SR) perusahaan dapat diakses oleh publik. 12 2. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan tahunan (Annual Report) tahun 2011 serta memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 3.2 Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang mengandung informasi laporan keberlanjutan dan data laporan keuangan tahun 2011 untuk mengukur variabel-variabel kinerja keuangan. Pemilihan data pada rentang waktu tersebut karena data tersebut merupakan data paling baru. Data sekunder yang digunakan adalah sustainability report dan laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang didapat dari website perusahaan atau website BEI (http://www.idx.co.id). Data untuk variabel SRDI diperoleh dari sustainability report perusahaan, data untuk variabel profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas dan rasio pembayaran dividend didapat dari laporan keuangan perusahaan dan ICMD 2011 (Indonesian Capital Market Directory). 3.3 Pengukuran Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Independen Sustainability Report. V SRDI = M × 100% Dimana: SRDI = Sustainability Report Disclosure Index perusahaan V = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan M = Jumlah item yang diharapkan 3.3.2 Variabel Dependen Profitabilitas Laba setelah pajak ROA = × 100% Total Aset SRDI = V M × 100% 13 Likuiditas CR = Aset Lancar Kewajiban lancar × 100% Total Kewajiban Total Ekuitas × 100% Leverage DER = Aktivitas IT = Penjualan (Sales) Pesediaan (Inventory) Devidend Payout Ratio Dividend per lembar DPR = Earning per lembar 3.4 × 100% × 100% Langkah analisis Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Analisis ini akan menghasilkan rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau tidak. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. 14 c. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intersep dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel penjelas. Analisis Regresi Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan regresi sederhana untuk menguji adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model analisis pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: ROA(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (1) CR(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (2) DER(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (3) IT(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (4) DPR(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (5) Dimana: ROA : Return On Asset CR : Current Ratio DER : Debt Equity Ratio IT : Inventory Turnover DPR : Dividend Payout Ratio SRDI : Sustainability Report Disclosure Index berdasarkan indikator GRIG3 Guidelines β : Koefisien yang diestimasi e : error term 15 Pengujian Hipotesis (Simple Regression) Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien determinasi berarti semakin kecil kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau sangat terbatas. Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengujian untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen dengan uji statistik t. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 (alpha = 5%). ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Data yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 146 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dari data yang terkumpul kemudian dipilih data yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan terdapat 33 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Tabel 1. Hasil Pemlihan Sampel Kriteria-kriteria Sampel Data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 Data perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan Sustainability Reporting Data perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahun 2011 Jumlah sampel Sampel yang dihilangkan Jumlah sampel yang digunakan Jumlah Data 146 (24) (4) 118 85 33 Sumber : Data sekunder laporan keuangan yang diolah 16 Dalam penelitian ini objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang mengungkapkan Sustainability Report yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2010 dan perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual report) tahun 2011 serta memiliki data yang lengkap terkait dengan variabelvariabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian dengan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Dari 118 perusahaan, melalui prosedur penentuan sampel sebagaimana dipaparkan di atas, terdapat 33 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. 4.2 Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriprtif menggambarkan karakteristik sampel dan digunakan untuk mengetahui kemungkinan pola distribusi data. Pada analisis ini didapatkan karakteristik berupa nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi. Tabel 2. Statistik Deskriptif ROA CR DER IT DPR SRDI Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 33 33 33 33 33 33 33 .01 .48 .07 1.49 .00 .20 .42 11.74 5.96 25.91 9.29 .75 .1073 2.4047 1.2728 7.6560 .6026 .4626 .09310 2.35440 1.19290 5.12798 1.58167 .15620 Sumber : Data sekunder SPPS yang diolah Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang secara keseluruhan terdiri dari 79 item pada 6 aspek yang diungkapkan dalam Sustainability Report. Indeks pengungkapan Sustainability Report diperoleh sebesar 0,4626 atau 46,26%. Hal ini berarti bahwa dalam satu periode 2010-2011 dalam Sustainability Report, perusahaan sampel mengungkapkan sebanyak 46,26% pengungkapan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Indeks pengungkapan Sustainability Report terkecil adalah sebesar 0,20 dimiliki oleh PT. Jembo Cable Company Tbk dan indeks pengungkapan terbesar adalah sebesar 0,75 dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 17 Variabel dependen profitabilitas (ROA) dari perusahaan sampel pada tahun 20102011 diperoleh rata-rata sebesar 0,1073. Nilai ROA terendah adalah sebesar 0,01 dimiliki oleh PT. Langgeng Makmur Industri Tbk dan nilai ROA yang terbesar adalah sebesar 0,42 dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 0,09310. Variabel dependen likuiditas (CR) dari perusahaan sampel pada tahun 2010-2011 diperoleh rata-rata sebesar 2,4047. Nilai CR terendah adalah sebesar 0,48 dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk dan nilai CR yang terbesar adalah sebesar 11,74 dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 2,35440 Variabel dependen leverage (DER) dari perusahaan sampel pada tahun 2010– 2011 diperoleh rata-rata sebesar 1,2728. Nilai DER terendah adalah sebesar 0,07 dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna Tbk dan nilai DER yang terbesar adalah sebesar 5,96 dimiliki oleh PT. Intraco Penta Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 1,19290. Variabel dependen aktivitas (IT) dari perusahaan sampel pada tahun 2010– 2011 diperoleh rata-rata sebesar 7,6560. Nilai IT terendah adalah sebesar 1,49 dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk dan nilai IT yang terbesar adalah sebesar 25,91 dimiliki oleh PT. Arwana Citramulia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 1,19290. Variabel dependen dividend payout ratio (DPR) dari perusahaan sampel pada tahun 2010-2011 diperoleh rata-rata sebesar 0,6026. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel ratarata memiliki kemampuan untuk membagikan dividen sebesar 60,26% dari laba yang diperoleh perusahaan. Nilai DPR terendah adalah sebesar 0,00% yang dimiliki oleh PT. Merck Tbk dan nilai DPR yang terbesar adalah sebesar 9,29% persen yang dimiliki oleh PT. 18 Goodyear Indonesia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 1,58167. 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Hasil analisis regresi yang dilakukan untuk menguji pengaruh tingkat pengungkapan Sustainability Report terhadap kinerja keuangan Return Of Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (IT), Dividen Payout Ratio (DER). Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Dependen Konstant t Variabel a B t Ln ROA -1.675 1.097 2.620 Ln CR 0.606 0.006 0.017 Ln DER -0.543 -0.455 -0.922 Ln IT 2.311 0.545 1.935 Ln DPR -1.869 -0.530 -0.746 Sumber : Data sekunder SPSS yang diolah Sig 0.014 0.987 0.364 0.062 0.461 R Adj R Square Square 0.181 0.000 0.027 0.108 0.018 0.155 -0.032 -0.005 0.079 -0.014 4.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis Model I Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap ROA Dari hasil regresi yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR terhadap profitabilitas, maka dapat dirumuskan persamaan : Ln ROA = - 1.675 +1.097 Ln SRDI + e Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan sebesar 100×1.097 perubahan dalam ROA. Pada tabel 3 dapat dilihat nilai R2 = 0,181 dan adj R2 = 0,155 atau sebesar 15,5% variasi dari tingkat pengungkapan SR berpengaruh terhadap laba setelah pajak terhadap total asset. Menurut Ghozali (2005), nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sisanya sebesar 84,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya diluar model yang 19 digunakan dalam penelitian ini yang lebih dapat menjelaskan perubahan variabel rasio laba setelah pajak terhadap total aset. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai t sebesar 2,620 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 berada lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam Sustainability Report berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam profitabilitas. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah tingkat pengungkapan SR menunjukkan hasil adanya indikasi arah positif tingkat pengungkapan SR, yang berarti semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi nilai profitabilitas. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. 4.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Model II Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap CR Dari hasil regresi yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR terhadap likuiditas, maka dapat dirumuskan persamaan : Ln CR = 0.606 + 0.006 Ln SRDI + e Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan sebesar 100×0.006 perubahan dalam CR. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar 0,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,987 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam likuiditas Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah positif tingkat pengungkapan SR yang berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi nilai likuiditas. Hal itu berarti semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi 20 kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan investasi yang diperoleh dari para stakeholders. 4.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis Model III Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap DER Dari hasil regresi yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR terhadap leverage, maka dapat dirumuskan persamaan : Ln DER = -0.543 - 0.455 Ln SRDI + e Setiap 100% penurunan perubahan dalam SRDI mengakibatkan penurunan sebesar 100×0.455 perubahan dalam DER. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar -0,922 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,364 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam leverage. Dari hasil analisis tersebut juga ditemukan adanya indikasi arah tingkat pengungkapan SR negatif yang dapat diartikan semakin banyak pengungkapan SR yang dilakukan maka semakin rendah nilai leverage. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin rendah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan aset. 4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis Model IV Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap IT Dari hasil regresi yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR terhadap aktivitas, maka dapat dirumuskan persamaan : Ln IT = 2.311 + 0.545 Ln SRDI + e Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan sebesar 100×0.545 perubahan dalam CR. 21 Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar 1,935 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,062 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis keempat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam aktivitas. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah positif tingkat pengungkapan SR, yang berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi nilai aktivitas. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi kemampuan pendanaan perusahaan untuk dapat mencapai kondisi keuangan yang stabil dan kuat. 4.3.5 Hasil Pengujian Hipotesis Model V Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR Dari hasil regresi yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR terhadap dividend payout ratio, maka dapat dirumuskan persamaan : Ln DPR = -1.869 - 0.530 Ln SRDI + e Setiap 100% penurunan perubahan dalam SRDI mengakibatkan penurunan sebesar 100×0.530 perubahan dalam DPR. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar -0,746 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,461 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kelima. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam dividend payout ratio. Dari hasil analisis tersebut juga ditemukan adanya indikasi arah negatif tingkat pengungkapan SR, yang berarti semakin banyak pengungkapan SR yang dilakukan maka semakin rendah nilai dividend payout ratio. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin rendah kemampuan perusahaan didalam memperoleh dividen yang masuk dari investasi saham. 22 4.4 Interpretasi Hasil 4.4.1 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap ROA Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif, hasil ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008), dikatakan bahwa tujuan perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada stakeholders, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan jangka panjang. Pengungkapan Sustainability Report oleh perusahaan akan memberikan informasi positif tentang hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, produk, dan masalah sosial lainnya. Bagaimanapun informasi dalam Sustainability Report dapat menjadi salah satu media promosional bagi publik sehingga sikap positif masyarakat terhadap perusahaan akan semakin besar. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. 4.4.2 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap CR Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CR. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan CR. Sehingga dalam hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh menurut penelitian Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) yang menemukan bukti bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap CR nampaknya dikenakan sifat dari nilai biaya pengungkapan SR yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan keterbatasan dana anggaran untuk mengungkapkan informasi sosial. Karena keterbatasan 23 dana biaya-biaya untuk mengungkapkan informasi sosial inilah menyebabkan perusahaan tidak mendapat dukungan dari para stakeholder untuk melakukan investasi sehingga likuiditas perusahaan menurun menyebabkan perusahaan menjadi tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya sehingga image perusahaan menjadi rendah dan negatif dimata para stakeholder (Widianto, 2011). Selain itu juga tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap CR dapat dilihat dari data pada perusahaan PT. Tunas Baru Lampung Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 74,68% dengan CR tinggi sebesar 137,83% dan data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 62,03% dengan CR rendah sebesar 83,97%. 4.4.3 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DER Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DER, hasil ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Waryanto (2010) yang menemukan bahwa leverage berpengaruh secara negatif terhadap luas pengungkapan informasi sosial perusahaan, karena berdasarkan teori agensi, manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya. Hal ini dilakukan agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders mengenai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam membiayai kegiatan operasinya. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Prastiwi (2010) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report, Karena semakin tinggi tingkat leverage semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha melaporkan laba yang lebih tinggi, salah satunya yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DER juga dapat dilihat dari data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk yang memiliki SR tinggi 24 sebesar 62,03% dengan DER tinggi sebesar 596,38% dan data pada perusahaan PT. Selamat Sempurna Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 49,37% dengan DER rendah sebesar 6,95%. 4.4.4 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IT. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan IT. Sehingga dalam hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh menurut penelitian Luthfia (2012), yang menemukan bukti bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas perusahaan. Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT nampaknya dikenakan sifat aktivitas perusahaan yang lebih mengutamakan pada tindakan-tindakan pengelolaan dana dalam mengelola aset yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan lebih mengutamakan pada aspek financial (economy) saja tanpa memperhatikan aktivitas-aktivitas untuk aspek sosial (society) dan lingkungan (environment). Hal inilah menyebabkan perusahaan tidak akan mendapat respons positif dari para stakeholder sehingga menyebabkan menurunnya image atau citra perusahaan dimata para stakeholder, Widianto (2011). Selain itu juga tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT dapat dilihat dari data pada perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 72,15% dengan IT tinggi sebesar 1741,51% dan data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 74,68% dengan IT rendah sebesar 763,14%. 4.4.5 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan DPR. Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh Amalia dan Wijayanto (2007), dalam Dahlia dan Siregar 25 (2008), menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang bagus akan mendapatkan respon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode. Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR nampaknya dikenakan sifat dari DPR yang mencerminkan besarnya dividen yang dibagikan kepada investor dari laba yang diperoleh. Hal ini dimungkinkan investor mengutamakan profit yang didapatkan, sehingga aktivitas sosial perusahaan jarang sekali berkaitan langsung dengan nilai yang dapat diperoleh investor, Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011). Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR dapat dilihat dari data pada perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 62,03% dengan DPR tinggi sebesar 928,57% dan data pada perusahaan PT. Mandom Indonesia Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 56,96% dengan DPR rendah sebesar 0,00%. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap kinerja keuangan perusahaan yang meliputi ROA, CR, DER, IT dan DPR. Dengan menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dan mengukuti Pedoman Laporan Berkelanjutan (GRI G3) 2000-2006. Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pengujian hipotesis model I, pengungkapan Sustainability Report memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif. Perusahaan dengan pengungkapan Sustainability Report yang luas cenderung mendapatkan ROA yang besar pada 1 tahun berikutnya. Sedangkan untuk pengujian hipotesis model II diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap CR. Pengujian hipotesis model III diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak 26 memiliki pengaruh signifikan terhadap DER. Pengujian hipotesis model IV diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IT dan pengujian hipotesis model V diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR. 5.2 Implikasi Adanya biaya yang cukup besar untuk melakukan pengungkapan SR sementara manfaat dari SR ini tidak dapat dirasakan dalam jangka pendek bagi kinerja perusahaan, sehingga perusahaan harus mempertimbangkan lebih cermat dengan adanya biaya (cost) dan manfaat (benefit) untuk melakukan pengungkapan SR secara bertahap dari tahun ke tahun. Jika perusahaan mampu menerapkan SR secara konsisten dan berkesinambungan hal tersebut dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dan mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh perusahaan, selain itu pengungkapan SR yang baik juga dapat berguna dalam pengambilan keputusan oleh investor, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya. 5.3 Keterbatasan Dalam keterbatasan melakukan penelitian ini, maka beberapa hal yang disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Jumlah sampel yang digunakan terlalu kecil, yaitu hanya 33 perusahaan yang terdaftar di BEI, dikarenakan masih sedikit perusahaan yang mengungkapkan SR baik berdiri sendiri maupun terintegrasi dengan laporan tahunan. Pengujian dengan sampel yang lebih banyak akan menjauhkan dari distribusi data yang tidak normal. 2. Terdapat unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini dikarenakan tidak adanya penentuan baku yang dapat dijadikan standar atau acuan, sehingga diharapkan pada penelitian yang akan datang subjektivitas dapat 27 dikonsultasikan dengan pihak yang lebih pakar karena penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama akan berbeda untuk setiap peneliti. 3. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report hanya dalam jangka pendek dan tidak memperhitungkan variabel-variabel kontrol. 5.4 Saran Demi kesempurnaan penelitian selanjutnya perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat meningkatkan validitas hasil penelitian, yaitu: 1. Melakukan penelitian ulang di masa mendatang dengan menggunakan sampel yang lebih luas dan representative serta memperpanjang periode tahun pengamatan menjadi beberapa tahun sehingga jumlah sampel penelitian juga lebih banyak. Hal ini dapat meningkatkan distribusi data yang lebih baik. 2. Bagi peneliti yang akan mereplikasi penelitian asing disarankan untuk memperhatikan perbedaan budaya dan kondisi perekonomian di berbagai negara. Di beberapa negara maju dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil, perusahaan mempunyai kemampuan pendanaan yang lebih untuk dialokasikan pada kegiatan yang terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan dibandingkan dengan perusahaan di negara yang sedang berkembang dengan kondisi perekonomian yang relatif stabil dan kemampuan pendanaan yang terbatas. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan adanya perbaikan model penelitian maupun dapat menggunakan pengukuran lain dalam mengukur variabel yang ada, atau menambahkan variabel baru dalam penelitian selanjutnya, seperti ukuran perusahaan, karena ukuran perusahaan yang diukur melalui jumlah aset yang dimiliki memiliki hubungan positif dengan praktik pengungkapan sustainability report. 4. Bagi peneliti selanjutnya, lebih baik jika unsur pada subjektivitas yang muncul saat menentukan indeks pengungkapan dapat dikonsultasikan dengan pihak yang lebih 28 pakar karena penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama akan berbeda untuk setiap peneliti. 29 DAFTAR PUSTAKA Adhima, Mochammad Fauzan. (2012). “Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Profitabilitas Perusahaan”, (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Semarang, 2012. Almilia, Luciana Spica dan Vieka Devi. 2007.“ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta“. Proceeding Seminar Nasional manajemen SMART. Universitas Kristen Maranatha Bandung. 3 November 2007. Chariri, A dan Firman A. J. 2009. “Retorika Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik Atas Sustainability Reporting Pt Aneka Tambang Tbk”. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang 4-6 November 2009. Dahlia, Lely dan Silvia Veronica Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005 Dan 2006.” SNA XI, Pontianak. Fajarini, Indah (2012). Pengaruh Biaya Politis, Leverage, dan ROE, Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Page 89. Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Global Reporting Initiative (GRI). 2010. Pedoman Laporan Berkelanjutan (GRI - G3) 20002006. Versi Bahasa Indonesia. (http://www.globalreporting.org), diakses 20 Juni 2012. Hadiningsih, Murni. 2007. “Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di BEJ”. Skripsi SI Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Hadiwidjaja, Rini D. 2007. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Universitas Sumatera Utara, Medan. Laraswita dan Indrayani. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI.” dalam Jurnal Akuntansi. Http//www.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 3 Maret 2011. 30 Luthfia, Khaula (2012). “Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010). Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang 2012. Muhammady, Faddly Akbar El. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI, Jurnal Management, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma. Rahajeng, Rahmi Galuh. (2010). Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengungkapan social (Social Disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang 2010. Ratnasari, Yunita & Prastiwi, Andri. (2010). Pengaruh Corporate Governance terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan didalam Sustainability Report. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Semarang, 2010. Setiawan, Maman. (2006). “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan”. Dalam Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. Soelistyoningrum, Jenia Nur & Prastiwi, Andri. (2011). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Semarang, 2011. Retrieved: Agustus 8, 2011. Tamba, Erida Gabriella Handayani. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufacturing Secondary Sectors yang Listing di BEI tahun 2009), Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang 2011. Waryanto. (2010). “Pengaruh Karakteristik Good Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia”. Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika Universitas Diponegoro , Semarang 2010. Widianto, Hari Suryono. (2011). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2009). Jurnal Akuntansi dan Keangan, Semarang, 2011. Retrieved : Mei 9, 2011. 31 Wijaya, Maria. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi - Vol 1, No 1, Januari 2012. 32