Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja

advertisement
PENDAHULUAN
Perkembangan arus informasi di era globalisasi saat ini menyebabkan banyak
perusahaan di Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata
sosial masyarakat agar perusahaan dapat menarik para investor dan mendapatkan banyak
dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa perusahaan
dimasa mendatang dan mempertahankan keberlangsungan hidup bisnisnya. Namun disisi
lain, demi untuk mendapatkan keuntungan yang besar tidak jarang perusahaan memberikan
dampak buruk bagi lingkungannya, seperti pencemaran limbah pabrik yang mengotori aliran
air masyarakat, keracunan makanan, polusi dan produksi makanan yang mengandung zat
berbahaya bagi tubuh manusia. Akibat dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh aktivitas
perusahaan, menyebabkan masyarakat menuntut perusahaan untuk peduli terhadap
lingkungan sekitarnya.
Salah satunya adalah perusahaan manufaktur yang merupakan
perusahaan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar yang ada di Bursa Efek
Indonesia (Fajarini, 2012) dan merupakan sektor industri yang dianggap paling sensitif
terhadap isu sosial dan lingkungan sehingga mempunyai pengaruh atau dampak terhadap
lingkungan sekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan (Tamba,
2011).
Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan
pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang
akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance)
semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya,
salah satunya melalui laporan keberlanjutan. Laporan keberlanjutan (Sustainability Report)
kian menjadi tren dan kebutuhan bagi perusahaan progresif untuk menginformasikan perihal
1
kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) perusahaan (Chariri dan Firman, 2009). Sustainability Reporting memuat tidak
saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari
informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang lebih menekankan pada prinsip dan standar
pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh
sehingga memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable
performance). Sustainability (keberlanjutan) adalah keseimbangan antara people-planetprofit, yang dikenal dengan konsep Triple Bottom Line (TBL). Sustainability terletak pada
pertemuan antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan profit-economic
(Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011).
Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, sudah pernah dilakukan
oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) yang menggunakan tiga variabel kinerja
keuangan, yaitu : profitabilitas, likuiditas, dan dividend payout ratio. Adhima (2012) juga
pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang hanya menggunakan variabel rasio keuangan profitabilitas. Selain itu juga
Widianto (2011) pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas,
leverage, aktivitas, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap praktik
pengungkapan sustainability report pada perusahaan-perusahaan yang listed (go public) di
Bursa Efek Indonesia, namun dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan pengaruh
pengungkapan sustainability report terhadap profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas,
ukuran perusahaan, dan corporate governance.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh
Sustainability Report terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
2
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Variabel - variabel kinerja keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi : profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas, dan
dividend payout ratio. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu sama sama menggunakan alat ukur rasio sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitianpenelitian di atas terletak pada tahun, objek yang digunakan dalam penelitian dan
penambahan variabel penelitian dari rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian. Objek
yang digunakan oleh Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) adalah perusahaan yang
mengungkapkan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
periode penelitian tahun 2006-2008, sementara dalam penelitian ini adalah lebih fokus pada
spesifik untuk ukuran perusahaan - perusahaan yang memiliki karakteristrik industri yang
sejenis yaitu menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang mengungkapkan
Sustainability Report dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Adhima (2012). Pemilihan sampel perusahaan manufaktur
dalam penelitian ini karena merupakan perusahaan yang relatif lebih banyak memiliki
dampak pada lingkungan dibandingkan dengan perusahaan jasa atau dagang dan merupakan
jumlah perusahaan dalam satu populasi yang besar sehingga peran industri manufaktur dalam
perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan (Wijaya, 2012). Penelitian ini
tidak hanya menggunakan rasio keuangan diantaranya adalah profitabilitas (ROA), likuiditas
(CR), dividend payout ratio (DPR) sebagaimana yang digunakan oleh penelitian
Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) tetapi juga ada penambahan variabel rasio keuangan
diantaranya adalah leverage (DER) dan aktivitas (IT) sebagaimana dengan variabel rasio
keuangan yang digunakan juga untuk mengukur kinerja keuangan seperti yang digunakan
oleh Widianto (2011).
Manfaat dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis pengaruh sustainability report
terhadap kinerja keuangan dapat dijadikan solusi memberikan pemahaman tentang
3
pentingnya pertanggungjawaban ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan yang
diungkapkan dalam laporan yang disebut SR.
Sehingga dapat menjadi strategi bagi
perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan di masa yang akan datang didalam
membangun reputasi atau image perusahaan. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi
pemerintah maupun pihak lain sebagai bahan atau masukan yang bermanfaat dalam
memberikan informasi atau wacana mengingat belum adanya standar untuk menentukan
kebijakan yang jelas dan pasti dalam mengatur pelaksanaan pengungkapan SR bagi
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.
LANDASAN TEORI
2.1 Sustainability Report
Menurut GRI (dalam Judges, 2009) seperti yang dikutip oleh Widianto (2011),
mendefinisikan sustainability report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan
aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun eksternal
mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan
ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line, pelaporan
CSR).
2.2 Pengungkapan Sustainability Report
Pengungkapan sustainability report didefinisikan sebagai data yang diungkapkan
perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan yang meliputi tema
sebagai berikut : Economic, Environmental, Human Rights, Labor Practices & Decent Work,
Society, dan Product Responsibility (GRI-G3 Guideliness) seperti yang dikutip oleh
Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011). Variabel ini diukur melalui Sustainability Report
Disclosure Index (SRDI). SRDI menilai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kriteria
4
menurut GRI, yaitu: Economic, Environmental Performance, Human Rights, Labor Practices
& Decent Work, Society, dan Product Responsibility. Dari 6 aspek pengungkapan
sustainability reporting terdapat 79 item yang kemudian disesuaikan kembali dengan masingmasing perusahaan. Perhitungan SRDI dilakukan dengan memberikan skor 1 jika satu item
diungkapkan, dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah dilakukan pemberian skor pada seluruh
item, skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap
perusahaan.
 Prinsip Pengungkapan Sustainability Report
Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus
memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu:
1.
Keseimbangan
Sustainability Report sebaiknya mengungkapkan aspek positif dan negatif dari kinerja
suatu perusahaan.
2.
Dapat dibandingkan
Sustainability Report disajikan dengan seksama sehingga memungkinkan para
stakeholder untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu.
3.
Akurat
Informasi yang dilaporkan dalam Sustainability Report harus cukup akurat dan rinci.
4.
Urut waktu
Pelaporan Sustainability Report tersebut harus terjadwal dan informasi yang ada harus
selalu tersedia bagi para stakeholder.
5.
Kesesuaian
Informasi yang diberikan dalam Sustainability Report harus sesuai dengan pedoman dan
dapat dimengerti serta dapat diakses oleh stakeholder.
5
6.
Dapat dipertanggungjawabkan
Informasi dan proses yang digunakan dalam penyusunan laporan harus tepat sehingga
dapat menetapkan kualitas dan materialitas informasi.
 Pengungkapan dalam Sustainability Report
Pengungkapan standar dalam SR menurut GRI-G3 Guidelines terdiri dari:
1.
Ekonomi
Menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada kondisi ekonomi dari stakeholder
dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global.
2.
Lingkungan
Menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan terhadap makhluk dibumi, dan
lingkungan sekitar termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air.
3.
Hak Asasi Manusia
Adanya
transparansi
dalam
mempertimbangkan
pemilihan
investor
dan
pemasok/kontraktor. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
4.
Masyarakat
Memusatkan perhatian pada dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka
beroperasi, dan mengungkapkan bagaimana resiko yang mungkin timbul dari interaksi
dengan lembaga sosial lainnya.
5.
Tanggung jawab produk
Berisi pelaporan produk yang dihasilkan perusahaan dan layanan yang secara langsung
mempengaruhi pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi dan pelabelan,
pemasaran, dan privasi.
6
6.
Sosial
Berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan
dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat
oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Kinerja keuangan merefleksikan
kinerja fundamental perusahaan yang akan diukur dengan menggunakan data yang berasal
dari laporan keuangan. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang
akan datang. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi
operasi perusahaan atau kinerja perusahaan (Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011).
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas
Perusahaan
Perusahaan yang mengeluarkan biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial akan menghasilkan dampak yang netral terhadap profitabilitas, hal ini karena
tambahan biaya yang dikeluarkan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh
pengeluaran tersebut. Sehingga profitabilitas akan meningkat karena peluang perusahaan
untuk mendapatkan laba tidak akan hilang (Adhima, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh
Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability
Report berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif, hasil ini sesuai dengan
studi yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008), dikatakan bahwa tujuan perusahaan
menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengelola hubungan dengan
stakeholder, mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka
7
panjang perusahaan kepada stakeholders, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam
competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan jangka panjang.
Dengan pengungkapan sustainability report yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat
memberikan bukti nyata bahwa proses produksi yang dilakukan perusahaan tidak hanya
berorientasi keuntungan, tetapi juga memperhatikan isu sosial, dan lingkungan, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder yang akan berdampak pada peningkatan nilai
perusahaan melalui peningkatan investasi yang berdampak pada peningkatan laba
perusahaan.
Penelitian Adhima (2012) menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report
yang diukur dengan menggunakan SRDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Tsoutsoura dan Tresnawati (2004) seperti yang dikutip oleh Adhima (2012), yang
menyatakan adanya pengaruh positif pengungkapan CSR terhadap profitabilitas perusahaan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report dapat meningkatkan
reputasi perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik, dan juga kehandalan perusahaan
dalam memelihara konsumen, SDM yang bertalenta, dan pengelolaan kekayaan perusahaan
yang berakibat meningkatkan profit perusahaan.
H1 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap ROA perusahaan.
2.4.2 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Likuiditas Perusahaan
Pengungkapan sustainability report diharapkan mampu meningkatkan dukungan
stakeholder yang dapat mendorong investasi yang masuk. Investasi yang diperoleh dari para
stakeholder, dapat digunakan untuk membiayai kewajiban perusahaan, sehingga likuiditas
perusahaan meningkat (Soelistyoningrum dan Prastiwi, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
Almilia dan Devi, (2007) menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report
berpengaruh signifikan terhadap CR dengan arah positif, hal ini dikarenakan tingkat likuiditas
yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan dengan
8
tingkat likuiditas yang tinggi akan mampu untuk menciptakan image yang kuat dan positif
dimata para stakeholder-nya serta memiliki kemampuan yang besar juga untuk membayar
kewajiban keuangannya secara tepat waktu karena perusahaan dalam keadaan likuid dan
mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada utang lancar.
Upaya-upaya yang dapat
ditempuh perusahaan untuk membentuk dan memperkuat image-nya adalah melalui
pembuatan laporan-laporan tambahan. Salah satu upaya pengungkapan yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah melalui pembuatan sustainability report secara sukarela, sebagai aksi
perusahaan untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder-nya.
Penelitian Rahajeng (2010), juga menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela
berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh pada luas
pengungkapan sukarela. Karena kondisi perusahaan didasarkan pada alasan bahwa bagi
perusahaan yang memiliki likuiditas baik, menunjukkan memiliki struktur finansial yang baik
pula. Jika kondisi ini diketahui oleh publik, maka perusahaan tidak terancam kinerjanya,
bahkan jika likuiditas perusahaan itu tinggi dan diketahui oleh publik, secara langsung atau
tidak langsung perusahaan menunjukan validitas kinerjanya yang baik.
H2 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap CR perusahaan.
2.4.3 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Leverage Perusahaan
Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas cenderung memiliki tingkat
leverage yang tinggi karena dengan mengungkapkan
informasi sosial perusahaan telah
melakukan tanggung jawab sosialnya dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat serta
kepercayaan kreditur sebagai salah satu sumber dana perusahaan. Semakin tinggi tingkat
hutang maka perusahaan tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari kreditur
karena hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mampu untuk memenuhi
kewajibannya kepada kreditur (Setiawan, 2006).
9
Penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2011), menunjukkan bahwa pengungkapan
sustainability report berpengaruh signifikan terhadap DER dengan arah positif. Penelitian ini
menjelaskan bahwa tingkat rasio leverage menggambarkan resiko keuangan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat leverage, maka akan ada kecenderungan perusahaan berusaha untuk
melaporkan profitabilitasnya agar tetap tinggi. Hal ini dikarenakan, tingkat profitabilitas yang
tinggi akan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat sehingga dapat
meyakinkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari para stakeholder-nya. Perusahaan
yang memiliki tingkat leverage yang tinggi, menganggap perlu memberikan laporan
pengungkapan tanggung jawab sosial, sehingga ada “good news” tentang kinerja perusahaan,
sehingga dapat menarik para stakeholder untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan
yang memiliki kondisi keuangan yang sehat dan baik. Pengungkapan informasi sosial dan
lingkungan dapat dilakukan perusahaan salah satunya melalui pembuatan sustainability
report.
H3 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap DER perusahaan.
2.4.4 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Aktivitas Perusahaan
Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas cenderung memiliki tingkat
aktivitas yang tinggi karena dengan tingginya tingkat aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan mencerminkan semakin baik kemampuan manajemen perusahaan didalam
mengelola aktivitas pendanaan untuk dapat mencapai kondisi keuangan yang stabil dan kuat.
Hal ini dikarenakan kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat merupakan cerminan
upaya yang dilakukan perusahaan untuk mendapat dukungan stakeholder dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya (Setiawan, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
Widianto (2011) mengatakan bahwa sekitar tujuh puluh persen penelitian menyebutkan
adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan pengungkapan CSR. Pembuatan
sustainability report oleh perusahaan, juga sebagai sarana pelaporan sosial bagi perusahaan,
kepada para stakeholder-nya mengenai aktivitas-aktivitas CSR yang telah dilakukan.
10
Berdasar argumen-argumen tersebut, dapat diasumsikan bahwa tingkat aktivitas perusahaan
memiliki hubungan positif dengan pengungkapan sustainability report.
Penelitian Luthfia (2012), menunjukkan bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
semakin tinggi rasio aktivitas mancerminkan semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan
dalam pengeloaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai
kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. Kondisi keuangan yang stabil dan kuat yang
dihasilkan perusahaan, merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mendapat dukungan
stakeholders. Dukungan stakeholders digunakan perusahaan untuk mencapai keberlanjutan
perusahaan. Dukungan stakeholders dapat dihimpun perusahaan dengan mempublikasikan
SR (Sustainability Report).
H4 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap IT perusahaan.
2.4.5 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Dividend Payout Ratio
Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang berupa dividen atau capital gain. Pemegang saham berharap
untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun,
sehingga investasi yang masuk diharapkan dapat meningkatkan DPR (Hadiwidjaja, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Wijayanto (2007), dalam Dahlia dan Siregar
(2008), menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio dengan arah positif. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
perusahaan dengan kinerja lingkungan yang bagus akan mendapatkan respon positif oleh para
investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode.
Pengungkapan SR merupakan cara pertanggungjawaban perusahaan terhadap isu ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Pengungkapan tersebut diharapkan dapat menarik minat para
stakeholder untuk melakukan investasi. Karena pada umumnya, tujuan investor melakukan
11
investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividen atau capital
gain.
H5 : Pengungkapan SR berpengaruh positif terhadap DPR perusahaan.
2.5 Model Penelitian
Profitabilitas (Return On Assets)
Likuiditas (Current Ratio)
Pengungkapan Laporan berkelanjutan
(Sustainability Reporting)
Leverage (Debt Equity Ratio)
Aktivitas (Inventory Turnover)
(Sustainability Report)
Dividend Payout Ratio
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pengungkapan sustainability report pada tahun
2010. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur barang konsumsi sebagai
populasi dimaksudkan untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek industri (industrial
effect) (Muhammady, 2012). Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengambil sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan
pengungkapan sustinability report dengan pengambilan sampel secara purposive sampling,
artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang
memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan Laporan Tahunan
2010 dan
mengandung informasi laporan keberlanjutan, dan dapat diakses melalui website
perusahaan dan website BEI (http://www.idx.co.id). Hal tersebut untuk menunjukkan
bahwa informasi yang terdapat dalam sustainability report (SR) perusahaan dapat
diakses oleh publik.
12
2. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan tahunan (Annual Report)
tahun 2011 serta memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
data laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2010 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang mengandung informasi laporan keberlanjutan dan data laporan keuangan
tahun 2011 untuk mengukur variabel-variabel kinerja keuangan. Pemilihan data pada rentang
waktu tersebut karena data tersebut merupakan data paling baru. Data sekunder yang
digunakan adalah sustainability report dan laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang
didapat dari website perusahaan atau website BEI (http://www.idx.co.id). Data untuk variabel
SRDI diperoleh dari sustainability report perusahaan, data untuk variabel profitabilitas,
likuiditas, leverage, aktivitas dan rasio pembayaran dividend didapat dari laporan keuangan
perusahaan dan ICMD 2011 (Indonesian Capital Market Directory).
3.3 Pengukuran Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Independen
Sustainability Report.
V
SRDI =
M
× 100%
Dimana:
SRDI = Sustainability Report Disclosure Index perusahaan
V = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan
M = Jumlah item yang diharapkan
3.3.2 Variabel Dependen
Profitabilitas
Laba setelah pajak
ROA =
× 100%
Total Aset
SRDI
=
V
M
× 100%
13
Likuiditas
CR =
Aset Lancar
Kewajiban lancar
× 100%
Total Kewajiban
Total Ekuitas
× 100%
Leverage
DER =
Aktivitas
IT =
Penjualan (Sales)
Pesediaan (Inventory)
Devidend Payout Ratio
Dividend per lembar
DPR =
Earning per lembar
3.4

× 100%
× 100%
Langkah analisis
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian
ini. Analisis ini akan menghasilkan rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal, dan
standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian.

Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau tidak.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga
akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain.
14
c. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin
Watson. Uji Durbin Watson ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intersep dalam model regresi dan tidak ada
variabel lagi diantara variabel penjelas.

Analisis Regresi
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan
regresi sederhana untuk menguji adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Model analisis pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja
keuangan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
ROA(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (1)
CR(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (2)
DER(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (3)
IT(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (4)
DPR(t+1) = β0 + β1 SRDI + e (5)
Dimana:
ROA : Return On Asset
CR : Current Ratio
DER : Debt Equity Ratio
IT : Inventory Turnover
DPR : Dividend Payout Ratio
SRDI : Sustainability Report Disclosure Index berdasarkan indikator GRIG3 Guidelines
β : Koefisien yang diestimasi
e : error term
15

Pengujian Hipotesis (Simple Regression)
Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien
determinasi berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien determinasi berarti semakin
kecil kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau sangat
terbatas.
Uji Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
perilaku variabel dependen dengan uji statistik t. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
signifikansi level 0,05 (alpha = 5%).
ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 146 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Dari data yang terkumpul kemudian dipilih data yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan terdapat 33 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
Tabel 1. Hasil Pemlihan Sampel
Kriteria-kriteria Sampel
Data perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2010
Data perusahaan manufaktur yang tidak
mengungkapkan Sustainability Reporting
Data perusahaan manufaktur yang tidak
menerbitkan laporan keuangan tahun 2011
Jumlah sampel
Sampel yang dihilangkan
Jumlah sampel yang digunakan
Jumlah
Data
146
(24)
(4)
118
85
33
Sumber : Data sekunder laporan keuangan yang diolah
16
Dalam penelitian ini objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
yang mengungkapkan Sustainability Report yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk tahun 2010 dan perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan (annual report) tahun 2011 serta memiliki data yang lengkap terkait dengan variabelvariabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian dengan memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Dari 118 perusahaan, melalui prosedur penentuan sampel sebagaimana dipaparkan
di atas, terdapat 33 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
4.2
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriprtif menggambarkan karakteristik sampel dan digunakan
untuk mengetahui kemungkinan pola distribusi data. Pada analisis ini didapatkan
karakteristik berupa nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi.
Tabel 2. Statistik Deskriptif
ROA
CR
DER
IT
DPR
SRDI
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
33
33
33
33
33
33
33
.01
.48
.07
1.49
.00
.20
.42
11.74
5.96
25.91
9.29
.75
.1073
2.4047
1.2728
7.6560
.6026
.4626
.09310
2.35440
1.19290
5.12798
1.58167
.15620
Sumber : Data sekunder SPPS yang diolah
Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial, ekonomi, dan lingkungan
yang secara keseluruhan terdiri dari 79 item pada 6 aspek yang diungkapkan dalam
Sustainability Report. Indeks pengungkapan Sustainability Report diperoleh sebesar 0,4626
atau 46,26%. Hal ini berarti bahwa dalam satu periode 2010-2011 dalam Sustainability
Report, perusahaan sampel mengungkapkan sebanyak 46,26% pengungkapan sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Indeks pengungkapan Sustainability
Report terkecil adalah sebesar 0,20 dimiliki oleh PT. Jembo Cable Company Tbk dan indeks
pengungkapan terbesar adalah sebesar 0,75 dimiliki oleh PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
17
Variabel dependen profitabilitas (ROA) dari perusahaan sampel pada tahun 20102011 diperoleh rata-rata sebesar 0,1073. Nilai ROA terendah adalah sebesar 0,01 dimiliki
oleh PT. Langgeng Makmur Industri Tbk dan nilai ROA yang terbesar adalah sebesar 0,42
dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh
sampel adalah sebesar 0,09310.
Variabel dependen likuiditas (CR) dari perusahaan sampel pada tahun 2010-2011
diperoleh rata-rata sebesar 2,4047. Nilai CR terendah adalah sebesar 0,48 dimiliki oleh PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk dan nilai CR yang terbesar adalah sebesar 11,74 dimiliki oleh
PT. Mandom Indonesia, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar
2,35440
Variabel dependen leverage (DER) dari perusahaan sampel pada tahun 2010– 2011
diperoleh rata-rata sebesar 1,2728. Nilai DER terendah adalah sebesar 0,07 dimiliki oleh PT.
Selamat Sempurna Tbk dan nilai DER yang terbesar adalah sebesar 5,96 dimiliki oleh PT.
Intraco Penta Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar
1,19290.
Variabel dependen aktivitas (IT) dari perusahaan sampel pada tahun 2010– 2011
diperoleh rata-rata sebesar 7,6560. Nilai IT terendah adalah sebesar 1,49 dimiliki oleh PT.
Gudang Garam Tbk dan nilai IT yang terbesar adalah sebesar 25,91 dimiliki oleh PT. Arwana
Citramulia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar 1,19290.
Variabel dependen dividend payout ratio (DPR) dari perusahaan sampel pada tahun
2010-2011 diperoleh rata-rata sebesar 0,6026. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel ratarata memiliki kemampuan untuk membagikan dividen sebesar 60,26% dari laba yang
diperoleh perusahaan. Nilai DPR terendah adalah sebesar 0,00% yang dimiliki oleh PT.
Merck Tbk dan nilai DPR yang terbesar adalah sebesar 9,29% persen yang dimiliki oleh PT.
18
Goodyear Indonesia Tbk, sedangkan nilai standar deviasi dari seluruh sampel adalah sebesar
1,58167.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil analisis regresi yang dilakukan untuk menguji pengaruh tingkat pengungkapan
Sustainability Report terhadap kinerja keuangan Return Of Asset (ROA), Current Ratio (CR),
Debt Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (IT), Dividen Payout Ratio (DER). Hasil uji
hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis
Dependen
Konstant
t Variabel
a
B
t
Ln ROA
-1.675
1.097 2.620
Ln CR
0.606
0.006 0.017
Ln DER
-0.543
-0.455 -0.922
Ln IT
2.311
0.545 1.935
Ln DPR
-1.869
-0.530 -0.746
Sumber : Data sekunder SPSS yang diolah
Sig
0.014
0.987
0.364
0.062
0.461
R
Adj R
Square
Square
0.181
0.000
0.027
0.108
0.018
0.155
-0.032
-0.005
0.079
-0.014
4.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis Model I
Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap ROA
Dari hasil regresi
yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR
terhadap profitabilitas, maka dapat dirumuskan persamaan :
Ln ROA = - 1.675 +1.097 Ln SRDI + e
Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan sebesar 100×1.097
perubahan dalam ROA.
Pada tabel 3 dapat dilihat nilai R2 = 0,181 dan adj R2 = 0,155 atau sebesar 15,5% variasi dari
tingkat pengungkapan SR berpengaruh terhadap laba setelah pajak terhadap total asset.
Menurut Ghozali (2005), nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Sisanya sebesar 84,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya diluar model yang
19
digunakan dalam penelitian ini yang lebih dapat menjelaskan perubahan variabel rasio laba
setelah pajak terhadap total aset.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai t sebesar 2,620 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,014 berada lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian
ini mendukung hipotesis pertama. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
Sustainability Report berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam profitabilitas.
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah tingkat pengungkapan
SR menunjukkan hasil adanya indikasi arah positif tingkat pengungkapan SR, yang berarti
semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi nilai profitabilitas. Hal ini berarti
semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba.
4.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Model II
Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap CR
Dari hasil regresi
yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR
terhadap likuiditas, maka dapat dirumuskan persamaan :
Ln CR = 0.606 + 0.006 Ln SRDI + e
Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan
sebesar
100×0.006 perubahan dalam CR.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar 0,017 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,987 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian
ini tidak mendukung hipotesis kedua. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam likuiditas
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah positif
tingkat
pengungkapan SR yang berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi nilai
likuiditas. Hal itu berarti semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi
20
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan investasi yang
diperoleh dari para stakeholders.
4.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis Model III
Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap DER
Dari hasil regresi
yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR
terhadap leverage, maka dapat dirumuskan persamaan :
Ln DER = -0.543 - 0.455 Ln SRDI + e
Setiap 100% penurunan perubahan dalam SRDI mengakibatkan penurunan sebesar
100×0.455 perubahan dalam DER.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar -0,922 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,364 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian
ini tidak mendukung hipotesis ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam leverage.
Dari hasil analisis tersebut juga ditemukan adanya indikasi arah tingkat pengungkapan
SR negatif yang dapat diartikan semakin banyak pengungkapan SR yang dilakukan maka
semakin rendah nilai leverage. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin
rendah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan aset.
4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis Model IV
Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap IT
Dari hasil regresi
yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR
terhadap aktivitas, maka dapat dirumuskan persamaan :
Ln IT = 2.311 + 0.545 Ln SRDI + e
Setiap 100% kenaikkan perubahan dalam SRDI mengakibatkan kenaikkan
sebesar
100×0.545 perubahan dalam CR.
21
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar 1,935 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,062 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian
ini tidak mendukung hipotesis keempat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam aktivitas.
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya indikasi arah positif
tingkat
pengungkapan SR, yang berarti semakin banyak pengungkapan SR semakin tinggi nilai
aktivitas. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR maka semakin tinggi kemampuan
pendanaan perusahaan untuk dapat mencapai kondisi keuangan yang stabil dan kuat.
4.3.5 Hasil Pengujian Hipotesis Model V
Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR
Dari hasil regresi
yang dilakukan terhadap variabel tingkat pengungkapan SR
terhadap dividend payout ratio, maka dapat dirumuskan persamaan :
Ln DPR = -1.869 - 0.530 Ln SRDI + e
Setiap 100% penurunan perubahan dalam SRDI mengakibatkan penurunan sebesar
100×0.530 perubahan dalam DPR.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai t sebesar -0,746 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,461 berada lebih besar dari α = 0,05. Sehingga hasil penelitian
ini tidak mendukung hipotesis kelima. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
Sustainability Report tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan dalam dividend
payout ratio.
Dari hasil analisis tersebut juga ditemukan adanya indikasi arah negatif tingkat
pengungkapan SR, yang berarti semakin banyak pengungkapan SR yang dilakukan maka
semakin rendah nilai dividend payout ratio. Hal ini berarti semakin banyak pengungkapan SR
semakin rendah kemampuan perusahaan didalam memperoleh dividen yang masuk dari
investasi saham.
22
4.4 Interpretasi Hasil
4.4.1 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap ROA
Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa
pengungkapan
Sustainability
Report
berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif, hasil ini sesuai dengan studi yang
dilakukan oleh Dahlia dan Siregar (2008), dikatakan bahwa tujuan perusahaan menggunakan
sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen
dalam mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada stakeholders, seperti
perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit, serta
kesuksesan perusahaan jangka panjang. Pengungkapan Sustainability Report oleh perusahaan
akan memberikan informasi positif tentang hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan
dengan masalah-masalah ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, produk, dan masalah sosial
lainnya. Bagaimanapun informasi dalam Sustainability Report dapat menjadi salah satu
media promosional bagi publik sehingga sikap positif masyarakat terhadap perusahaan akan
semakin besar. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba.
4.4.2 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap CR
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CR. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan
yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan CR. Sehingga dalam hal ini berbeda
dengan hasil yang diperoleh menurut penelitian Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011) yang
menemukan bukti bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap CR nampaknya
dikenakan sifat dari nilai biaya pengungkapan SR yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan
keterbatasan dana anggaran untuk mengungkapkan informasi sosial. Karena keterbatasan
23
dana biaya-biaya untuk mengungkapkan informasi sosial inilah menyebabkan perusahaan
tidak mendapat dukungan dari para stakeholder untuk melakukan investasi sehingga
likuiditas perusahaan menurun menyebabkan perusahaan menjadi tidak mampu membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya sehingga image perusahaan menjadi rendah dan
negatif dimata para stakeholder (Widianto, 2011). Selain itu juga tidak adanya pengaruh
pengungkapan Sustainability Report terhadap CR dapat dilihat dari data pada perusahaan PT.
Tunas Baru Lampung Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 74,68% dengan CR tinggi
sebesar 137,83% dan data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk yang memiliki SR tinggi
sebesar 62,03% dengan CR rendah sebesar 83,97%.
4.4.3 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DER
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DER, hasil ini sesuai dengan studi yang
dilakukan oleh Waryanto (2010) yang menemukan bahwa leverage berpengaruh secara
negatif terhadap luas pengungkapan informasi sosial perusahaan, karena berdasarkan teori
agensi, manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya. Hal ini dilakukan agar tidak menjadi
sorotan dari para debtholders mengenai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang
dalam membiayai kegiatan operasinya. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh
Ratnasari dan Prastiwi (2010) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report, Karena semakin tinggi tingkat
leverage semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga
perusahaan akan berusaha melaporkan laba yang lebih tinggi, salah satunya yang dapat
dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan
informasi sosial. Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DER
juga dapat dilihat dari data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk yang memiliki SR tinggi
24
sebesar 62,03% dengan DER tinggi sebesar 596,38% dan data pada perusahaan PT. Selamat
Sempurna Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 49,37% dengan DER rendah sebesar 6,95%.
4.4.4 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IT. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan
yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan IT. Sehingga dalam hal ini berbeda
dengan hasil yang diperoleh menurut penelitian Luthfia (2012), yang menemukan bukti
bahwa pengungkapan laporan berkelanjutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
aktivitas perusahaan.
Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT nampaknya
dikenakan sifat aktivitas perusahaan yang lebih mengutamakan pada tindakan-tindakan
pengelolaan dana dalam mengelola aset yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan lebih
mengutamakan pada aspek financial (economy) saja tanpa memperhatikan aktivitas-aktivitas
untuk aspek sosial (society) dan lingkungan (environment). Hal inilah menyebabkan
perusahaan tidak akan mendapat respons positif dari para stakeholder sehingga menyebabkan
menurunnya image atau citra perusahaan dimata para stakeholder, Widianto (2011). Selain
itu juga tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap IT dapat dilihat
dari data pada perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar
72,15% dengan IT tinggi sebesar 1741,51% dan data pada perusahaan PT. Intraco Penta Tbk
yang memiliki SR tinggi sebesar 74,68% dengan IT rendah sebesar 763,14%.
4.4.5 Pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Hal ini menunjukkan bahwa
pengungkapan yang lebih luas nampaknya belum mampu meningkatkan DPR. Hal ini
berbeda dengan hasil yang diperoleh Amalia dan Wijayanto (2007), dalam Dahlia dan Siregar
25
(2008), menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang bagus akan
mendapatkan respon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin
naik dari periode ke periode.
Tidak adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR
nampaknya dikenakan sifat dari DPR yang mencerminkan besarnya dividen yang dibagikan
kepada investor dari laba yang diperoleh. Hal ini dimungkinkan investor mengutamakan
profit yang didapatkan, sehingga aktivitas sosial perusahaan jarang sekali berkaitan langsung
dengan nilai yang dapat diperoleh investor, Soelistyoningrum dan Prastiwi (2011). Tidak
adanya pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap DPR dapat dilihat dari data
pada perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk yang memiliki SR tinggi sebesar 62,03%
dengan DPR tinggi sebesar 928,57% dan data pada perusahaan PT. Mandom Indonesia Tbk
yang memiliki SR tinggi sebesar 56,96% dengan DPR rendah sebesar 0,00%.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
meliputi ROA, CR, DER, IT dan DPR. Dengan menggunakan sampel perusahaan industri
manufaktur yang terdaftar di BEI dan mengukuti Pedoman Laporan Berkelanjutan (GRI G3) 2000-2006. Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk pengujian hipotesis model I, pengungkapan Sustainability
Report memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif. Perusahaan dengan
pengungkapan Sustainability Report yang luas cenderung mendapatkan ROA yang besar
pada 1 tahun berikutnya. Sedangkan untuk pengujian hipotesis model II diperoleh bahwa
pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap CR.
Pengujian hipotesis model III diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
26
memiliki pengaruh signifikan terhadap DER. Pengujian hipotesis model IV diperoleh bahwa
pengungkapan Sustainability Report tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IT dan
pengujian hipotesis model V diperoleh bahwa pengungkapan Sustainability Report tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR.
5.2 Implikasi
Adanya biaya yang cukup besar untuk melakukan pengungkapan SR sementara
manfaat dari SR ini tidak dapat dirasakan dalam jangka pendek bagi kinerja perusahaan,
sehingga perusahaan harus mempertimbangkan lebih cermat dengan adanya biaya (cost) dan
manfaat (benefit) untuk melakukan pengungkapan SR secara bertahap dari tahun ke tahun.
Jika perusahaan mampu menerapkan SR secara konsisten dan berkesinambungan hal tersebut
dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dan mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh
perusahaan, selain itu pengungkapan SR yang baik juga dapat berguna dalam pengambilan
keputusan oleh investor, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat serta pihak-pihak
terkait lainnya.
5.3 Keterbatasan
Dalam keterbatasan melakukan penelitian ini, maka beberapa hal yang disarankan
untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sampel yang digunakan terlalu kecil, yaitu hanya 33 perusahaan yang terdaftar
di BEI, dikarenakan masih sedikit perusahaan yang mengungkapkan SR baik berdiri
sendiri maupun terintegrasi dengan laporan tahunan. Pengujian dengan sampel yang
lebih banyak akan menjauhkan dari distribusi data yang tidak normal.
2. Terdapat unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal ini
dikarenakan tidak adanya penentuan baku yang dapat dijadikan standar atau acuan,
sehingga diharapkan pada penelitian yang akan datang subjektivitas dapat
27
dikonsultasikan dengan pihak yang lebih pakar karena penentuan indeks untuk
indikator dalam kategori yang sama akan berbeda untuk setiap peneliti.
3. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh pengungkapan sustainability report hanya
dalam jangka pendek dan tidak memperhitungkan variabel-variabel kontrol.
5.4 Saran
Demi kesempurnaan penelitian selanjutnya perlu diperhatikan beberapa faktor yang
dapat meningkatkan validitas hasil penelitian, yaitu:
1. Melakukan penelitian ulang di masa mendatang dengan menggunakan sampel yang
lebih luas dan representative serta memperpanjang periode tahun pengamatan menjadi
beberapa tahun sehingga jumlah sampel penelitian juga lebih banyak. Hal ini dapat
meningkatkan distribusi data yang lebih baik.
2. Bagi peneliti yang akan mereplikasi penelitian asing disarankan untuk memperhatikan
perbedaan budaya dan kondisi perekonomian di berbagai negara. Di beberapa negara
maju dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil, perusahaan mempunyai
kemampuan pendanaan yang lebih untuk dialokasikan pada kegiatan yang terkait
dengan kepedulian terhadap lingkungan dibandingkan dengan perusahaan di negara
yang sedang berkembang dengan kondisi perekonomian yang relatif stabil dan
kemampuan pendanaan yang terbatas.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan adanya perbaikan model penelitian maupun dapat
menggunakan pengukuran lain dalam mengukur variabel
yang ada, atau
menambahkan variabel baru dalam penelitian selanjutnya, seperti ukuran perusahaan,
karena ukuran perusahaan yang diukur melalui jumlah aset yang dimiliki memiliki
hubungan positif dengan praktik pengungkapan sustainability report.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, lebih baik jika unsur pada subjektivitas yang muncul saat
menentukan indeks pengungkapan dapat dikonsultasikan dengan pihak yang lebih
28
pakar karena penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama akan
berbeda untuk setiap peneliti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adhima, Mochammad Fauzan. (2012). “Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
Terhadap Profitabilitas Perusahaan”, (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Semarang,
2012.
Almilia, Luciana Spica dan Vieka Devi. 2007.“ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi
Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta“.
Proceeding Seminar Nasional manajemen SMART. Universitas Kristen Maranatha
Bandung. 3 November 2007.
Chariri, A dan Firman A. J. 2009. “Retorika Dalam Pelaporan Corporate Social
Responsibility: Analisis Semiotik Atas Sustainability Reporting Pt Aneka Tambang
Tbk”. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang 4-6 November 2009.
Dahlia, Lely dan Silvia Veronica Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Perusahaan. Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa
Efek Indonesia Pada Tahun 2005 Dan 2006.” SNA XI, Pontianak.
Fajarini, Indah (2012). Pengaruh Biaya Politis, Leverage, dan ROE, Terhadap Pengungkapan
Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by
Improving Environment" 2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Page
89.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Reporting Initiative (GRI). 2010. Pedoman Laporan Berkelanjutan (GRI - G3) 20002006. Versi Bahasa Indonesia. (http://www.globalreporting.org), diakses 20 Juni 2012.
Hadiningsih, Murni. 2007. “Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di BEJ”. Skripsi
SI Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Hadiwidjaja, Rini D. 2007. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Laraswita dan Indrayani. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan
Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar
di BEI.” dalam Jurnal Akuntansi. Http//www.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 3 Maret
2011.
30
Luthfia, Khaula (2012). “Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal
dan Corporate Governance terhadap Publikasi Sustainability Report (Studi Empiris
Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2007-2010). Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang 2012.
Muhammady, Faddly Akbar El. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Corporate Social
Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI, Jurnal Management, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen
Universitas Gunadarma.
Rahajeng, Rahmi Galuh. (2010). Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengungkapan social
(Social Disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Skripsi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Semarang 2010.
Ratnasari, Yunita & Prastiwi, Andri. (2010). Pengaruh Corporate Governance terhadap luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan didalam Sustainability Report. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Semarang, 2010.
Setiawan, Maman. (2006). “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan
Karakteristik Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan”. Dalam Laporan
Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.
Soelistyoningrum, Jenia Nur & Prastiwi, Andri. (2011). Pengaruh Pengungkapan
Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Semarang, 2011. Retrieved: Agustus 8, 2011.
Tamba, Erida Gabriella Handayani. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufacturing Secondary Sectors yang Listing di BEI tahun 2009), Skripsi S1 Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang 2011.
Waryanto. (2010). “Pengaruh Karakteristik Good Governance (GCG) Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia”. Skripsi S1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika Universitas Diponegoro , Semarang 2010.
Widianto, Hari Suryono. (2011). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan
Sustainability Report (Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2009). Jurnal Akuntansi dan Keangan,
Semarang, 2011. Retrieved : Mei 9, 2011.
31
Wijaya, Maria. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi - Vol 1, No 1, Januari 2012.
32
Download