26 | Pendidikan SENIN, 6 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Dimensi Sosial-Ekonomi Pendidikan Oleh Amich Alhumami Penekun kajian pendidikan, bekerja di Direktorat Agama dan Pendidikan Bappenas B PARTISIPASI OPINI Kirimkan ke email: [email protected] atau [email protected] atau fax: (021) 5812105 (Maksimal 7.100 karakter tanpa spasi. Sertakan nama. alamat lengkap, nomor telepon dan foto kopi KTP). ANYAK ahli meyakini bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sosialekonomi sebuah bangsa. Berbagai studi menunjukkan bahwa pendidikan, selain dapat mendorong kemajuan sosial, juga dapat menjadi stimulasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendidikan berdimensi ganda: sosial dan ekonomi. Dimensi sosial pendidikan menegaskan bahwa pendidikan akan meningkatkan mutu kehidupan masyarakat, dengan indikator-indikator kualitatif sebagai berikut. Pertama, pendidikan akan meningkatkan status sosial individu atau kelompok masyarakat, yang kemudian menjadi instrumen dan kekuatan pendorong proses mobilitas vertikal. Pencapaian mobilitas vertikal ini akan melahirkan prestise sosial. Kedua, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan individu atau kelompok masyarakat untuk mendapatkan atau memilih jenis-jenis pekerjaan yang lebih baik. Tentu saja ini akan berimplikasi pada perbaikan dan peningkatan penghasilan sehingga berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan derajat kesejahteraan dan kesehatan. Ketiga, pendidikan akan membawa dampak langsung terhadap pengurangan kemiskinan apabila derajat kesejahteraan masyarakat kian membaik dan populasi penduduk miskin semakin berkurang. Dalam hal ini, pendidikan dapat memutus lingkaran kemiskinan dan sekaligus menghapus kebudayaan kemiskinan, yang telah melahirkan banyak patologi sosial serta menjadi sumber berbagai problem yang kompleks di masyarakat. Keempat, pendidikan akan membekali individu dengan sejumlah keterampilan sosial seperti kemampuan berkomunikasi, menjalin interaksi sosial, dan membangun relasi harmonis di dalam kehidupan bermasyarakat. Bekal keterampilan sosial akan membuka akses ke dalam pergaulan hidup di masyarakat sehingga memungkinkan bagi individu untuk mengembangkan segenap potensi diri. Daniel Goleman menyebut keterampilan sosial itu merupakan aspek paling penting dalam emotional intelligence. Hasil studi Goleman menunjukkan bahwa yang menjadi kunci utama mencapai prestasi dan meraih sukses dalam kehidupan adalah kecerdasan emosional, bukan (semata) kecerdasan intelektual. Kelima, pendidikan akan membuka berbagai peluang untuk melakukan inovasi dan menyediakan sejumlah pilihan alternatif untuk mengembangkan kreativitas sosial di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan akan membuka akses bagi setiap individu untuk berpartisipasi di dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan. Pendidikan, secara sosiologis, akan melahirkan suatu lapisan masyarakat terpelajar, mi. Semula ahli-ahli ekonomi pembangunan cenderung mengabaikan atau kurang memberikan perhatian mengenai pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kira-kira sampai akhir Perang Dunia II, mereka masih menganut keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sepenuhnya bertumpu pada tiga faktor saja: (1) tanah sebagai lahan untuk membangun industri [pabrik]; (2) buruh sebagai tenaga kerja yang menggerakkan proses produksi; dan (3) modal Pemikiran tersebut kemudian diikuti dan dielaborasi lebih lanjut oleh banyak ahli ekonomi pembangunan yang lain seperti FH Harbinson, dalam Human Resources as the Wealth of Nations (1973); Roe L Johns, Edgar L Morphet, Kern Alexander, dalam The Economics and Financing of Education (1983); dan Percy E Burrup, Vern Brimley, dan Rulon R Garfield dalam Financing Education in a Climate of Change (1999). Namun, jika dilacak lebih jauh, sesungguhnya pemikiran mereka itu yang menjadi fundamen bagi pembentukan formasi sosial baru, yaitu kelas menengah. Dengan pendidikan yang baik, kelas menengah terpelajar ini akan lebih mudah menyuarakan aspirasi publik, bersikap kritis, dan artikulatif. Tentu saja ini merupakan modal yang sangat penting bagi upaya membangun basis masyarakat madani dan memperkuat sendi-sendi demokrasi. Dimensi ekonomi pendidikan menegaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor determinan dalam mendorong pertumbuhan ekono- finansial [uang] untuk investasi. Akan tetapi, pandangan konvensional ini kemudian dikoreksi oleh ekonomekonom generasi baru, dengan mengemukakan paradigma baru bahwa pendidikan justru menjadi faktor kunci untuk mendorong proses transformasi ekonomi. Paradigma ini dikemukakan oleh dua orang ahli ekonomi pembangunan peraih hadiah nobel, Garry S Becker dan Theodore W Schultz, yang termuat dalam Human Capital (1964) dan Investment in Education (1972). merujuk atau berpangkal pada pemikiran ekonomi klasik Adam Smith, yang menempatkan faktor modal manusia sebagai bagian penting dalam mendorong kemajuan ekonomi, setara dengan modal finansial (uang) dan modal fisik (tanah, pabrik, peralatan produksi, teknologi). Semua karya kesarjanaan tersebut menegaskan bahwa pendidikan mempunyai hubungan signifikan dengan pembangunan ekonomi; pendidikan dan ekonomi merupakan dua variabel yang saling bergantung. Sangat jelas betapa pendidikan mempunyai korelasi positif dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Dalam konteks ekonomi, pendidikan dimaknai sebagai bentuk investasi modal insani. Dalam jangka panjang, investasi untuk pendidikan akan melahirkan tenaga-tenaga ahli produktif, yang sangat diperlukan dalam upaya membangun perekonomian suatu bangsa. Investasi di bidang pendidikan, secara ekonomis, akan mendatangkan keuntungan terutama berkaitan dengan pemasokan tenagatenaga kerja yang cakap, terampil, dan mahir, yang menjadi instrumen vital dalam proses produksi. Produktivitas tenaga kerja berpendidikan dapat dilihat dari enam parameter. Pertama, quantity of product, tenaga kerja terdidik akan mampu menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dalam waktu lebih cepat, sebab mereka memiliki keterampilan, kemahiran, dan pengetahuan. Kedua, quality of product, tenaga kerja terdidik akan mampu menghasilkan produk yang bermutu dengan pelayanan yang lebih baik. Ketiga, product mix, tenaga kerja terdidik akan lebih mampu menghasilkan produk dan memberikan pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction. Keempat, participation in the labor force, tenaga kerja terdidik akan dengan mudah terlibat secara aktif dalam organisasi atau perserikatan pekerja, terutama untuk menyuarakan aspirasi atau mengajukan tuntutan, misalnya, kenaikan gaji atau perbaikan kesejahteraan. Kelima, allocative ability, tenaga kerja terdidik akan lebih mampu menilai atau mengukur kapasitas diri mereka. Keenam, job satisfaction, tenaga kerja terdidik akan lebih mudah memperoleh kepuasan dalam bekerja, karena mereka lebih gampang mendapat pekerjaan atau memilih jenis pekerjaan tertentu, dengan penghasilan yang lebih tinggi (WG Bowen, Assessing the Economic Contribution of Education, 1985). Tak ada keraguan sedikit pun, pendidikan telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, investasi di bidang pendidikan seyogianya tak dimaknai semata-mata sebagai expenditure atau expense di dalam struktur neraca pembangunan. Pendidikan secara nyata telah memberikan keuntungan, baik ekonomi maupun nonekonomi, individual maupun sosial, langsung maupun tak langsung. Tabel di bawah ini merangkum secara lebih detail sejumlah keuntungan yang diperoleh melalui pendidikan. sebuah negara lalai dalam memenuhi kecukupan pembiayaan pendidikan berdasarkan jumlah penduduknya, artinya negara tersebut sedang mengoyak-ngoyak rasa keadilan masyarakat agar dapat hidup lebih baik dan sejahtera. Implikasi sosial dan ekonomi dari pendidikan juga terbukti sebagai pendekatan paling ampuh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Z Oxaal, Education and Poverty, 1997). Namun apa yang terjadi dengan Indonesia yang telah merdeka 65 tahun dan mayoritas penduduknya menyatakan beragama dalam bingkai Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila)? Jelas sekali tak ada pemaknaan secara eskatologis terhadap kebijakan pendidikan kita selama ini. Pembangunan pendidikan seperti jalan di tempat, bahkan seperti kehilangan akar dan ruhnya. Sebagai sektor yang melibatkan begitu banyak kepentingan politik dan budaya di dalamnya, kebijakan pendidikan kita selama ini selalu dipenuhi dengan kritik dan konflik antara otoritas pendidikan dan masyarakat. Karena itu, sebuah kebijakan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kesatuan kemanusiaan merupakan syarat utama yang harus dikedepankan (Hill: 2000). Meskipun dalam lima tahun terakhir ini kita banyak menghasilkan peraturan dan perundangan mengenai pendidikan, dalam praktiknya terjadi banyak overlapping dan kesalahan dalam implementasi program-program pendidikan (Gary K Clabaugh dan Edward G Rozyki: 2006). Inefektivitas akan terjadi lagi di Indonesia dalam lima tahun ke depan, jika dari sekarang baik para politikus, birokrat, dan masyarakat tidak memiliki konsensus secara teologis tentang ke mana tujuan pendidikan akan diarahkan. Pembaruan kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kesamaan pandangan dalam hal kesejahteraan rakyat harus terus diupayakan melalui konsensus antara otoritas pendidikan, politikus, dan masyarakat. Itu harus dijadikan bingkai dialog secara terbuka antarbirokrasi di tingkat pusat dan daerah dalam mencermati dan membuat rancangan program pembaruan pendidikan ke depan. Politik pendidikan kita juga perlu dibenahi, terutama dalam menetralkan isu-isu yang dapat menghambat kemajuan di bidang pendidikan. Sebagai salah satu skema dalam menangani dan mendiskusikan sekaligus menganalisis proses penetapan kebijakan pendidikan dan menempatkannya di dalam wilayah publik (public space) yang sangat terbuka untuk didebat dan dipersoalkan, politik pendidikan biasanya sangat peka terhadap isu-isu yang bersifat normatif dan teknis pendidikan, serta menangani persoalan tersebut pada semua level; sekolah, masyarakat, eksekutif dan legislatif. Semua pandangan ituharus bermuara dan dikembalikan kepada bingkai tauhid kependidikan Indonesia, yaitu Pancasila. Tanpa ada kesungguhan untuk melakukan reinterpretasi terhadap Pancasila sebagai dasar bernegara, kejatuhan Indonesia sesungguhnya seperti tinggal menunggu waktu. GRAFIS: EBET CALAK EDU Tauhid Kependidikan D DOK-PRIBADI Oleh Ahmad Baedowi Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta ALAM perspektif teologis, makna tauhid identik dengan kemanusiaan. Artinya, tauhid tak sekadar meyakini akan keesaan Tuhan, tetapi lebih dari itu, adalah pemahaman tentang pentingnya penegakan rasa keadilan dan kesejahteraan yang ditujukan untuk membangun kesatuan dan kebersamaan umat manusia. Jika Tuhan telah membuat perbedaan dalam penciptaanNya, tauhid adalah cara agar kita berpikir dengan cara apa kita dapat menyatukan kemanusiaan. Perbedaan pengetahuan, terutama yang diakibatkan berbedanya sistem dan kualitas pendidikan di dalam sebuah negara, jelas sekali membawa implikasi serius terhadap status sosial dan ekonomi seseorang. Jika dibandingkan dengan aspek lainnya, pendidikan memiliki pengaruh dan peluang yang tak terbatas untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah bangsa. Pendidikan adalah jalan dengan setiap pemimpin bangsa harus menyadari kekeliruannya selama ini karena Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm) Direktur Utama: Rahni Lowhur-Schad Direktur Pemberitaan: Saur M. Hutabarat Dewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryopratomo, Toeti Adhitama Redaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hutabarat Kepala Divisi Pemberitaan: Usman Kansong Deputi Kepala Divisi Pemberitaan: Kleden Suban Kepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius Suhardi Sekretaris Redaksi: Teguh Nirwahjudi Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul Kohar, Ade Alawi, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto salah dalam memgambil kebijakan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah masalah proses, menyangkut kesabaran dan daya tahan sebuah bangsa. Tanpa keyakinan fundamental semacam itu, jelas sebuah kekeliruan sedang berlangsung tanpa kesadaran eskatologis sama sekali. Itu artinya pandangan ketauhidan kita terhadap kemanusiaan patut dipertanyakan. Pendek kata, apa pun yang menyangkut pendidikan seharusnya tetap diperjuangkan untuk mengubah kemanusiaan yang lebih adil dan sejahtera. Banyak studi menyebutkan pengaruh pendidikan juga berimplikasi secara luas terhadap pembangunan sebuah bangsa. Bank Dunia dalam laporannya tak segan menyebutkan bahwa investasi di bidang pendidikan adalah imperative. ‘Investment in education benefits the individual, society, and the world as a whole, and broad-based education of good quality is among the most powerful instruments known to reduce poverty and inequality’ (World Bank: 2009). Karena itu jika Redaktur: Agus Mulyawan, Agus Wahyu Kristianto, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Fitriana Siregar, Gantyo Koespradono, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Lintang Rowe, Mathias S. Brahmana, Mochamad Anwar Surachman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, Soelistijono Staf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Anton Kustedja, Aries Wijaksena, Asep Toha, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Clara Rondonuwu, Cornelius Eko, David Tobing, Denny Parsaulian, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mutiah, Dwi Tupani Gunarwati, Edwin Tirani, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anugrah, Fardiansah Noor, Gino F. Hadi, Handi Andrian, Heni Rahayu, Heru Prihmantoro, Heryadi, Hillarius U. Gani, Iis Zatnika, Intan Juita, Irana Shalindra, Irvan Sihombing, Jajang Sumantri, Jerome Eugene, Jonggi Pangihutan M., K. Wisnu Broto, Kennorton Hutasoit, M. Soleh, Maya Puspitasari, Mirza Andreas, Mohamad Irfan, Muhamad Fauzi, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Ratna Nuraini, Rina Garmina, Ririn Radiawati Kusuma, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sica Harum, Sidik Pramono, Siswantini Suryandari, Sitriah Hamid, Sugeng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumaryanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Thalati Yani, Tutus Subronto, Wendy Mehari, Windy Dyah Indriantari, Zubaedah Hanum Biro Redaksi: Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Padang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya) MICOM Asisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. Nababan Redaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, Widhoroso Staf: Abadi Surono, Abdul Salam, Alfani T. Witjaksono, Charles Silaban, M. Syaifullah, Nurtjahyadi, Panji Arimurti, Prita Daneswari, Rani Nuraini, Ricky Julian, Widjokongko, Wisnu Arto Subari. PUBLISHING Asisten Kepala Divisi: Jessica Huwae Staf: Adeste Adipriyanti, Regina Panontongan, Sem Sahala Purba CONTENT ENRICHMENT Asisten Kepala Divisi: Yohanes S. Widada Periset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S, Radi Negara Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Adang Iskandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto ARTISTIK Redaktur: Diana Kusnati, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata Areadi Staf Redaksi: Ali Firdaus, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, Annette Natalia, Bayu Wicaksono, Budi Haryanto, Budi Setyo Widodo, Dharma Soleh, Donatus Ola Pereda, Endang Mawardi, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haryadi, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Nurkania Ismono, Permana, Tutik Sunarsih, Warta Santosi, Winston King Manajer Produksi: Bambang Sumarsono Deputi Manajer Produksi: Asnan Direktur Pengembangan Bisnis: Alexander Stefanus Kepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful Bachri Asisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Asisten Kepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Sujiyono Asisten Kepala Divisi Sirkulasi-Distribusi: Tweki Triardianto Perwakilan Bandung: Aji Sukaryo (022) 4210500; Medan: A Masduki Kadiro (061) 4514945; Padang: Yondri (0751) 811464; Pekanbaru: Ferry Mustanto (0761) 856647; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Bogor: Arief Ibnu (0251) 8349985, Denpasar: Pieter Sahertian (0361) 239210, Lampung: Muharis (0721) 773888; Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yudhanto (0274) 7497289; Palembang: Andi Hendriansyah (0711)317526, Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Telepon/ Fax Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirkulasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Percetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Reke-ning Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Sudirman: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Purnama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Percetakan: Media Indonesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Website: www.mediaindonesia.com, DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN