Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR SELATAN KOTA SALATIGA ARI FITRIANTO1, ANAK AGUNG GDE KARTIKA2 DAN PUTU GDE ARIASTITA3 1 Mahasiswa Magister Manajemen Aset Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya, email : [email protected], 2 Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS Surabaya Abstrak—Pembangunan jalan lingkar bertujuan untuk mengurai dan memecah arus lalulintas pusat kota, dalam perkembangannya keberadaan jalan lingkar memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan dikawasan sepanjang jalan lingkar yaitu terjadinya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian. Tujuan kajian ini merupakan rekomendasi pengendalian perubahan lahan akibat pengaruh pembangunan jalan lingkar Kota Salatiga. Tahapan dalam mencapai tujuan kajian ini yaitu : 1) mengidentifikasi seberapa besar perubahan lahan pertanian; 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian; 3) merumuskan tipologi perubahan lahan pertanian; 4) merumuskan rekomendasi penanganan perubahan penggunaan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar. Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan panjang jalan lingkar mempengaruhi perubahan lahan pertanian sebesar 0,077 Ha. Faktor yang paling kuat mempengaruhi perubahan lahan yaitu tingkat urbanisasi. Tipologi perubahan lahan pertanian dikelompokan menjadi cluster1 dan cluster2. Rekomendasi pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian dikawasan jalan lingkar pada cluster 1 yaitu dengan melakukan pengawasan, penertiban dan sosialisasi terhadap penduduk tentang Rencana Tata Ruang terkait dengan pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian; cluster 2 yaitu zonasi kawasan dengan membatasi pembangunan yang tidak sesuai RTRW, tidak memberikan fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan RTRW. Kata kunci— Jalan, Lahan, Perubahan lahan I. PENDAHULUAN Pembangunan jalan yang semakin kompleks baik di dalam maupun di luar kota akan menimbulkan pusat-pusat kegiatan dan fungsi-fungsi perkotaan baru yang menempati tempat sepanjang jalur jalan yang ada sehingga perluasan permukiman paling banyak terjadi kiri kanan jalur transportasi. Hal ini mengakibatkan kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman, perdagangan maupun indus tri di sekitar jalur transportasi. Kepadatan lalulintas di jalan-jalan nasional Kota Salatiga menyebabkan kemacetan di pusat kota. Untuk mengantisipasi masalah Teknologi dan Rekayasa Lingkungan tersebut Pemerintah Kota Salatiga membangun jalan lingkar selatan sepanjang ± 11,350 km, pembangunan dilaksanakan dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Dampak langsung yang di akibatkan pembangunan jalan lingkar dapat terlihat dan merupakan permasalahan yang kompleks adalah terjadinya konversi lahan pertanian menjadi kegiatan non pertanian. Masyarakat pemilik lahan pertanian di sepanjang jalan lingkar selatan melakukan alih fungsi lahan pertanian mereka menjadi bangunan berupa pemukiman maupun perdagangan dan jasa. Perubahan lahan pertanian dapat dilihat dari berkurangnya lahan pertanian dan meningkatnya lahan terbangun. Luas lahan H-9 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 pertanian sebesar 2.545 hektar pada tahun 2005, pada tahun 2010 luas lahan pertanian berkurang menjadi 1.950 hektar (Bappeda Kota Salatiga, 2010). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Salatiga bahwa bentang alam wilayah yang dilewati jalan lingkar selatan sebagai kawasan tanaman pangan lahan basah dan lahan kering dengan fungsi utama pertanian pangan - holtikultura serta kawasan budidaya tanaman tahunan dan musiman. Dengan fenomena diatas kiranya sangat menarik untuk dilakukan kajian tentang pengaruh dari pembangunan jalan lingkar selatan terhadap : 1. Seberapa besar perubahan lahan pertanian ke non pertanian; 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian; 3. Tipologi perubahan lahan pertanian ke non pertanian; 4. Penanganan perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian. lahan merupakan sumber daya alam yang terpenting dalam pembangunan wilayah, akan tetapi perlu dipahami bahwa lahan mempunyai karakteristik tertentu sifat khusus permanen (tidak dapat dihancurkan atau dibuat baru), lokasi yang pasti (tidak dapat dipindahkan), tidak ada satupun bidang tapak lahan yang mempunyai nilai lahan persis sama, lahan terbatas/langka dan merupakan tumpuan harapan dari berbagai kepentingan dan keinginan (baik yang dikuasai secara sah/legal, maupun tidak sah/ilegal menurut peraturan perundangan yang berlaku)[6]. Konversi lahan merupakan peralihan penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan lainnya atau berubahnya fungsi lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain. Perubahan lahan yang diakibatkan pembangunan jaringan infrastruktur merupakan salah satu faktor penyebab, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya penggunaan lahan, yaitu: perluasan batas kota; peremajaan di pusat kota; perluasan jaringan infrastruktur tertutama jaringan transportasi; serta tumbuh dan hilangnya pemusatan aktifitas tertentu [1]. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian seperti faktor kepadatan penduduk, Teknologi dan Rekayasa Lingkungan faktor kebutuhan lahan (perumahan, industri, perdagangan dan jasa), faktor ekonomi, faktor sosial, faktor otonomi daerah dan lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum dari peraturan-peraturan yang ada [4]. Pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian merupakan upaya pengendalian terhadap konversi lahan. tiga pendekatan secara bersamaan dalam kasus pengendalian alih fungsi lahan pertanian melalui regulation (pengambil kebijakan perlu menetapkan aturan pemanfaatan lahan berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial, pengambil kebijakan melalui (zoning) terhadap lahan yang memungkinkan alih fungsi), Acquisition and Management (menyempurnakan sistem dan aturan jual beli lahan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan guna mendukung upaya mempertahankan lahan pertanian) dan Incentive and Charges (pemberian subsidi kepada pemilik lahan yang mempertahankan lahan pertanian serta menerapkan sistem pajak yang tinggi terhadap pemilik lahan yang merubah lahan pertanian menjadi lahan non pertanian). Usaha pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian digunakan perangkat pengendalian pemanfaatan lahan melalui pendekatan pengambil kebijakan pewilayahan (zoning) atau kebijakan otoritas sentral, kebijakan insentif dan disinsentif serta mekanisme perizinan yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada dalam proses alih fungsi lahan.[2;3;4] II. METODOLOGI Penelitian ini berlokasi di Kota Salatiga dengan objek penelitian Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang berada di wilayah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Pulutan dan Kelurahan Blotongan. Metoda penelitian ini menggunakan metode survei, penelitian dengan cara survei merupakan penelitian yang dilakukan secara instansional, dalam penelitian ini survei H-10 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 instansional adalah alat pengumpul data yang pokok. Metoda penelitian dengan penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan serta menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang. Variabel - variabel yang digunakan untuk mencapai sasaran penelitian yaitu : a. Identifikasi kawasan yang mengalami perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Variabel jenis perubahan lahan pertanian dan variabel laju perubahan lahan pertanian dengan definisi operasional jenis/macam peruntukan lahan non pertanian, rata-rata perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian setiap tahunnya, menggunakan analisis deskriptif. b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian. Variabel kepadatan penduduk,variabel tingkat urbanisasi dan variabel tingkat pelayanan utilitas dengan definisi operasional angka kepadatan penduduk kelurahan-kelurahan dikawasan jalan lingkar selatan tahun 2005 hingga tahun 2010, perbandingan antara luas daerah terbangun dengan luas wilayah per kelurahan yang dilewati jalan lingkar selatan, perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah pemenuhan pelayanan jaringan air bersih dan jaringan listrik, menggunakan analisis regresi. c. Merumuskan tipologi perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Variabel jenis dan laju perubahan lahan pertanian serta variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian dengan definisi operasional pengelompokan wilayah kelurahan berdasarkan tingkat perubahan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian menggunakan analisis cluster. d. Rumusan rekomendasi penanganan perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian sesuai tipologi perubahannya. Variabel tipologi perubahan lahan, variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan dan variabel fungsi dan kelas jalan lingkar selatan dengan definisi operasional pengendalian perubahan lahan berdasar tipologi perubahan lahan dikawasan jalan Teknologi dan Rekayasa Lingkungan lingkar selatan, pengendalian dari kelompokan (cluster) wilayah kelurahankelurahan dikawasan jalan lingkar selatan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta pengendalian berdasarkan fungsi dan kelas jalan lingkar selatan dengan menggunakan analisis kualitatif (triangulasi). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil survey instansional yang dilakukan diperoleh data dari tahun 2005 hingga tahun 2010 yaitu data pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan tahun 20052010, data luas lahan pertanian tahun 20052010, data jenis lahan non pertanian, data luas wilayah kelurahan di kawasan jalan lingkar selatan, data jumlah penduduk dan data jumlah pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik). a. Perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan. Proses perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang diakibatkan adanya pembangunan jalan lingkar selatan Kota Salatiga dalam penelitian ini hanya mengacu pada periode tahun 2005 hingga tahun 2010. Karateristik perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan dilihat dari jenis-jenis perubahan lahan pertanian. Dalam melakukan identifikasi jenis perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan diperlukan data pertumbuhan panjang jalan lingkar dan luasan lahan pertanian di wilayah pada masing-masing Kelurahan. Gambar 1 menunjukan pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan dan gambar 2 merupakan data luas lahan pertanian tahun 2005 hingga tahun 2010, dari kedua gambar tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pertambahan panjang jalan mempengaruhi penggunaan lahan pertanian sehingga menyebabkan perubahan lahan pertanian. - Jenis perubahan lahan pertanian Perubahan lahan yang terjadi di wilayah sepanjang jalan lingkar selatan terbagi menjadi perubahan lahan perdagangan - jasa H-11 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 dan perubahan lahan perumahan. Berdasarkan data sekunder kemudian dilakukan perhitungan diperoleh rata-rata perubahan lahan perdagangan – jasa sebesar 0,118 Ha per tahun sedangkan rata-rata perubahan lahan perumahan sebesar 19,105 Ha per tahun. - Tingkat perubahan lahan Tingkat perubahan lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan ditunjukan pada tabel 1 Tingkat perubahan lahan pertanian ke non pertanian tahun 2005-2010. Tabel 1 menunjukan terjadi perubahan lahan tertinggi di wilayah Kelurahan Blotongan yang tingkat perubahan luasnya sebesar 0,195 Ha, kemudian diikuti wilayah Kelurahan Kecandran 0,113 Ha, Kelurahan Cebongan 0,089 Ha dan Kelurahan Dukuh 0,076 Ha, adapun wilayah Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Randuacir dan Kelurahan Pulutan memiliki tingkat perubahan lahan yaitu 0,015 Ha, 0,011 Ha dan 0,006 Ha. Secara keseluruhan tingkat perubahan lahan sebesar 0,077 Ha. b. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi akibat pembangunan jalan lingkar selatan dengan menggunakan analisis regresi. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi karena ada variabel bebas [6]. Variabel dependen yaitu perubahan lahan pertanian ke non pertanian sedangkan variabel independen diantaranya kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi, dan tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan listrik). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan : - Faktor kepadatan penduduk Pertumbuhan penduduk yang meningkat menyebabkan kepadatan penduduk di suatu Teknologi dan Rekayasa Lingkungan wilayah, kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan perumahan dan perdagangan. Kepadatan penduduk yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan mencapai 18,69 jiwa/Ha seperti pada tabel 2 Kepadatan penduduk di kawasan jalan lingkar selatan. - Faktor tingkat urbanisasi Urbanisasi merupakan pertambahan penduduk suatu wilayah sebagai akibat migrasi penduduk dari daerah sekitarnya atau perpindahan penduduk dari wilayah lain (kamus istilah bidang PU, 2009). Tingkat urbanisasi diidentifikasikan dengan perbandingan antara luas lahan terbangun dengan luas wilayah. Tingkat urbanisasi yang terjadi di kawasan jalan lingkar selatan dapat dilihat pada tabel 3 Tingkat urbanisasi wilayah di kawasan jalan lingkar selatan. - Faktor tingkat pelayanan jaringan utilitas Jaringan utilitas yang tersedia di kawasan jalan lingkar selatan terdiri dari jaringan perpipaan air bersih dan jaringan listrik. Tingkat pelayanan jaringan air bersih dan listrik seperi tabel 4 Tingkat pelayanan utilitas (jaringan air dan listrik). Berdasakan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan di kawasan jalan lingkar selatan, kemudian dilakukan analisis dengan alat analisis regresi terhadap variabel dependen Y (tingkat perubahan lahan), dengan variabel independen X 1 (tingkat urbanisasi), X 2 (tingkat pelayanan) dan X 3 (kepadatan penduduk) diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,998, hal ini berarti 99,8% variabel dependen perubahan lahan dijelaskan oleh variabel independen dan faktor lain sebesar 0,2%. Persamaan yang di peroleh dari hasil regresi yaitu Y = -0,022 + 1,607X 1 + 0,022X 2 + 0,001X 3 , berdasarkan persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa variabel X 1 (tingkat urbanisasi) merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi perubahan lahan pertanian. c. Tipologi perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan. Analisis perumusan tipologi perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan H-12 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 jalan lingkar selatan menggunakan analisis cluster dengan software IBM SPSS 19. Dengan menggunakan analisis cluster dapat diketahui tipologi perubahan lahan pertanian yang terjadi dimasing – masing kelurahan berdasarkan ciri yang homogen dan faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan lahan. Input data dalam analisis cluter pada penelitian ini yaitu data kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi dan data tingkat pelayanan utilitas. Analisis cluster ini menggunakan metode non-hirarkis, dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster yang diinginkan (dua, tiga, atau yang lain). Setelah jumlah cluster ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa mengikuti proses hirarki, yaitu metode “KMeans Cluster”. Tabel 5 merupakan hasil clustering : Pada tabel 5 ditunjukan bahwa cluster 1 dipengaruhi oleh faktor tingkat urbanisasi dan pada cluster 2 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan tingkat pelayanan. berdasarkan nilai zscore kemudian dilakukan pengelompokan terhadap wilayah kelurahan, maka diperoleh hasil pada tabel 6 pengelompokan wilayah kelurahan. Berdasarkan hasil analisis cluster dengan alat bantu software SPSS 19 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tipologi perubahan lahan di kawasan jalan lingkar selatan terbagi menjadi 2 kelompok yaitu : Cluster 1 wilayah yang dipengaruhi oleh faktor tingkat urbanisasi yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Blotongan. Cluster 2 wilayah yang dipengaruhi oleh tingkat pelayanan (jaringan air bersih dan jaringan listrik) yaitu Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan. d. Analisis rumusan penanganan pengendalian perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Penelitian kualitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filasafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana penelitian sebagai instrumen kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Triangulasi dapat Teknologi dan Rekayasa Lingkungan dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu penggabungan hasil observasi/analisis, kebijakan/teori dan dokumen [6]. Penanganan perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan dilakukan penanganan pada masingmasing cluster perubahan lahan adalah sebagai berikut : a. Penanganan terhadap cluster 1 Cluster 1 merupakan kelompok dengan cluster yang dipengaruhi oleh faktor tingkat urbanisasi. Wilayah yang termasuk dalam kelompok ini adalah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Blotongan. Pertumbuhan penduduk meyebabkan peningkatan kebutuhan perumahan, keterbatasan lahan di kota mengakibatkan perubahan lahan pertanian. Mengacu pendapat dari Efendi (2006) dan Iqbal (2007) terhadap pengendalian perubahan lahan, maka penanganan faktor urbanisasi ini dilakukan dengan: - pengawasan dan penertiban terhadap penduduk pendatang yang memanfaatkan lahan di kawasan jalan lingkar untuk kegiatan ekonomi dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar. - melarang warga yang datang di kawasan jalan lingkar untuk bertempat tinggal di kawasan lahan pertanian Berdasarkan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang pengendalian ruang, pengendalian lahan dilakukan dengan penerapan pajak dan retribusi yang tinggi. Pengendalian terhadap nilai lahan dengan memberikan insentif kepada masyarakat yang masih mempertahankan lahan pertanian dan memberikan disinsentif kepada masyarakat yang melakukan perubahan lahan ke non pertanian. b. Penanganan terhadap cluster 2 Cluster 2 merupakan kelompok dengan cluster perubahan lahan yang dipengaruhi oleh tingkat pelayanan utilitas, yang H-13 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 termasuk dalam kelompok ini adalah IV. KESIMPULAN Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan. Berdasarkan hasil analisis dan Sesuai teori yang dikemukakan oleh pembahasan di atas, maka kesimpulan dari Efendi (2006) dan Iqbal (2007) kajian ini yaitu : penanganan perubahan lahan dilakukan - Pertumbuhan panjang jalan lingkar selatan dengan pendekatan pengambil kebijakan mempengaruhi perubahan lahan pertanian pewilayahan (zoning) atau kebijakan dan mengakibatkan terjadinya perubahan otoritas sentral, kebijakan insentif dan lahan pertanian ke non pertanian pada disinsentif serta mekanisme perizinan yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada dalam proses alih fungsi lahan. Tingkat pelayanan jaringan air bersih dan jaringan listrik perlu adanya upaya disinsentif terhadap penyediaan pelayanan utilitas (air bersih dan listrik) pada kawasan jalan lingkar selatan. Upaya pengendalian yang diterapkan di wilayah lain yaitu dengan tidak melakukan penambahan fasilitas penunjang pengembangan kegiatan yang dapat meningkatkan perubahan lahan pertanian ke non pertanian. Dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Undangundang nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan mekanisme disinsentif dengan melakukan pembatasan serta pencabutan peyediaan jaringan infrastruktur pada kawasan yang peruntukan lahannya tidak sesuai dengan peraturan/kebijakan pemerintah (RTRW). c. penanganan pengedalian lahan berdasar fungsi jalan lingkar Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 5 Tahun 1996 tentang RUTRK dan Peraturan Daerah nomor 8 Tahun 1997 tentang RDTRK, jalan lingar selatan direncanakan dan difungsikan sebagai arteri primer. Upaya penanganannya yaitu dengan menjaga tujuan dan syarat-syarat fungsi lahan yang berada disepanjang jalan arteri primer dengan pengaturan zonasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkembang di jalan lingkar selatan. Teknologi dan Rekayasa Lingkungan wilayah Kelurahan Cebongan sebesar 0,089 Ha, Kelurahan Randuacir 0,011 Ha, Kelurahan Kumpulrejo 0,015 Ha, Kelurahan Dukuh 0,076 Ha, Kelurahan Kecandran 0,113 Ha, Kelurahan Pulutan 0,006 Ha dan Kelurahan Blotongan sebesar 0,195 Ha dengan total keseluruhan perubahan lahan sebesar 0,077 Ha. - Faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pertanian ke non pertanian di kawasan jalan lingkar selatan berdasarkan analisis regresi yaitu faktor tingkat urbanisasi. - Tipologi perubahan lahan pertanian dikawasan jalan lingkar selatan beradasarkan analisis cluster terbagi menjadi 2 kelompok, pada cluster 1 yaitu wilayah Kelurahan Cebongan, Kelurahan Randiuacir, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kecandran dan Kelurahan Blotongan yang dipengaruhi faktor tingkat urbanisasi. Cluster 2 terdiri dari wilayah Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Pulutan dengan dipengaruhi faktor tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik). - Penanganan pengendalian perubahan lahan pertanian di kawasan jalan lingkar selatan dirumuskan berdasarkan tipologi perubahan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan pada tiap cluster. Penanganan Cluter 1, pengendalian perubahan lahan pertanian berdasarkan faktor tigkat urbanisasi yaitu dengan melakukan pengawasan dan penertiban terhadap penduduk pendatang yang memanfaatkan lahan pertanian dikawasan jalan lingkar untuk kegiatan ekonomi; dan Insentif berupa keringanan pajak bumi terhadap masyarakat pendatang maupun H-14 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 sekitar yang penggunaan lahannya sesuai dengan peruntukan tata ruang wilayah dalam hal ini lahan pertanian. Penanganan Cluter 2, pengendalian perubahan lahan pertanian berdasar pada faktor tingkat pelayanan utilitas (jaringan air bersih dan jaringan listrik) yaitu dengan tidak memberikan fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan RTRW; Pencabutan instalasi air bersih dan instalasi jaringan listrik terhadap masyarakat pemilik lahan yang melakukan kegiatan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian; dan Membatasi fasilitas jaringan air bersih dan jaringan listrik terhadap peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah Kota Salatiga dikawasan jalan lingkar selatan. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Bourne, Larry S. 1982. Internal Structure of the City, Readings on Urban form, Growth and Polic. New York: Oxford University Press. [2] Effendi. 2006. Alternatif kebijakan pengendalian konversi lahan sawah beririgasi di indonesia jurnal Litbang pertanian, Bogor. [3] Iqbal, M dan Sumaryanto. 2007. strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian bertumpu pada partisipasi masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. [4] Iwan, Isa.--. Startegi pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Badan Pertanahan Nasional, Jakarta. [5] Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. [6] Tamin O. Z. dan Russ Bona Frazilla. 1997. Arah Penerapan Konsep Interaksi Tata Guna Lahan–Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi “ Jurusan Teknik Sipil, ITB. Bandung. Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-15 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 Tabel 2 Kepadatan penduduk di kawasan jalan lingkar selatan No 1 2 3 Gambar 1 pertumbuhan panjang jalan lingkar tahun 2005-2010 4 5 6 7 Wilayah Kel. Cebongan Kel. Randuacir Kel. Kumpulrejo Kel. Dukuh Kel. Kecandran Kel. Pulutan Kel. Blotongan Jumlah Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (Ha) Kepadatan (jiwa/Ha) 4.417 138,10 31,98 5.178 377,60 13,71 7.322 629,03 11,64 11.084 377,15 29,39 5.323 399,20 13,33 3.249 237,10 13,70 11.683 423,80 27,57 48.256 2.582 18,69 Tabel 3 Tingkat urbanisasi wilayah di kawasan jalan lingkar selatan Gambar 2 luas perubahan lahan pertanian tahun 2005-2010 N o 1 Tabel 1 Tingkat perubahan lahan pertanian ke non pertanian tahun 2005-2010 Luas lahan pertanian (Ha) Wilayah Tahun 3 Luas perub lahan (Ha) Tingk. Perb. lahan (Ha) 4 6 2005 2010 (05-10) (05-10)/05 54,54 49,66 4,88 0,089 222,99 220,43 2,55 0,011 209,94 206,71 3,22 0,015 Kel. Dukuh 161,88 149,56 12,31 0,076 Kel. Kecandran 215,77 191,45 24,31 0,113 Kel. Pulutan 136,41 135,56 0,84 0,006 Kel. Blotongan 244,80 197,17 47,62 0,195 jumlah 1246,36 1150,59 95,76 0,077 Kel. Cebongan Kel. Randuacir Kel. Kumpulrejo 2 Teknologi dan Rekayasa Lingkungan 5 7 Wilayah Kel. Cebongan Kel. Randuacir Kel. Kumpulrejo Kel. Dukuh Kel. Kecandran Kel. Pulutan Kel. Blotongan Jumlah luas terbang un (Ha) luas wilayah (Ha) Tingkat urbanisasi 4,88 138,10 0,04 2,557 377,60 0,01 3,224 629,03 0,01 12,318 377,15 0,03 24,483 399,20 0,06 0,931 237,10 0,004 47,723 423,80 0,11 96,116 2.581,98 0,04 H-16 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 Tabel 4 Tingkat pelayanan utilitas (jaringan air dan listrik) jumlah penduduk (jiwa) Wilayah Kel. Cebongan Kel. Randuacir Kel. Kumpulrejo Kel. Dukuh Kel. Kecandran Kel. Pulutan Kel. Blotongan air tingkat pelayan an listrik 4.417 248 165 0,094 5.178 - 1.475 0,285 7.322 - 924 0,126 Wilayah Z kep. penddk Z tingkat urbanis asi Z tingkat pelaya nan No cluster Kel. Cebongan 1,31506 0,0608 7 1,2078 3 1 Kel. Randuacir 0,72254 0,2137 1 1 -0,9534 0,9696 7 1 1,3970 9 2 0,7380 9 0,7380 9 0,2054 5 11.084 2.253 2.665 0,444 Kel. Kumpulrej o 5.323 492 500 0,186 Kel. Dukuh 1,02621 3.249 131 1.205 0,411 Kel. Kecandran 0,76492 0,5935 1 0,5231 1 1 Kel. Pulutan 0,72365 0,8978 8 1,1514 8 2 Kel. Blotongan 0,82323 1,9251 2 0,0616 7 1 11.683 48.256 jumlah jumlah pelayanan Tabel 6 Pengelompokan wilayah kelurahan 1.431 1.465 4.555 0,248 8.399 0,268 Tabel 5 hasil clistering Final Cluster Centers Cluster 1 Zscore(Kepadatan.pendud 2 -,06051 ,15128 Zscore(Tingkat.urbanisasi) ,22067 -,55166 Zscore(Tingkat.pelayanan) -,50971 1,27428 uk) Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-17 Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752 Teknologi dan Rekayasa Lingkungan H-18