PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN BIAYA KEAGENAN

advertisement
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN BIAYA
KEAGENAN TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Nurlaila
Email: [email protected]
Dwi Irawati, S.E., M.Si., P.hD.cand
Email: [email protected]
Dedi Runanto, M.Si.
Email: [email protected]
Universitas Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
Hutang merupakan salah satu sumber dana eksternal perusahaan. Dalam
melakukan kebijakan hutang, ada batasan-batasan tertentu agar hutang dapat
memberikan manfaat. Kebijakan hutang yang optimal yaitu kebijakan hutang yang
meminimumkan biaya penggunaan modal dan memaksimalkan nilai perusahaan. Faktor
yang mempengaruhi kebijakan hutang, yaitu: kepemilikan manajerial dan biaya
keagenan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh: (1) kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan hutang, dan (2) biaya keagenan terhadap kebijakan hutang.
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ditentukan menggunakan metode purposive
sampling, dan diperoleh sebanyak 15 perusahaan yang masuk ke dalam kriteria. Data
penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber pada laporan tahunan dari
perusahaan sampel. Analisis data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan
manajerial signifikan negatif terhadap kebijakan hutang dengan nilai koefisien = -0,181
dengan p-value 0,001; (2) biaya keagenan signifikan negatif terhadap kebijakan hutang
dengan nilai koefisien -0,285 dengan p-value 0,010. Dengan demikian kedua hipotesis
penelitian ini terbukti.
Implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar empiris
perusahaan khususnya dalam mempertimbangkan besarnya kepemilikan manajerial
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengontrol manajer sehingga kemakmuran
pemegang saham dapat optimal dan konflik kepentingan dapat diminimalisir.
Kata kunci: kepemilikan manajerial, biaya keagenan, kebijakan hutang.
1
PENDAHULUAN
Untuk mendanai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan dana. Dampak
dari pelaksanaan kegiatan (operasional) perusahaan adalah terjadinya aliran kas (cash
flow), baik cash inflow maupun cash outflow. Dana yang masuk (cash inflow) merupakan
dana yang berasal dari sumber internal (internal financing) maupun sumber eksternal
(external financing). Sedangkan dana yang keluar (cash outflow) merupakan penggunaan
dana untuk operasi perusahaan. Sumber dana internal (internal financing resources)
dapat bersumber dari laba ditahan dan depresiasi (penyusutan). Sedangkan sumber
dana eksternal (external financing resources) diperoleh dari pihak-pihak luar. Sumber
dana eksternal ini terdiri dari hutang (hutang jangka panjang dan pendek) dan modal
sendiri.
Pendanaan harus dilakukan secara profesional agar perusahaan tetap dalam
kondisi yang stabil dan sehat. Keputusan untuk mendapatkan dana dari sumber internal
atau sumber eksternal harus diputuskan dengan sangat hati-hati. Ada banyak hal yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih sumber dana, karena hal ini
berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang
saham.
Hutang merupakan salah satu sumber dana eksternal perusahaan. Dengan
menggunakan hutang pemilik perusahaan tidak harus berbagi kekuasaan pengendalian
dengan kreditur, namun dalam penggunaan hutang ada batasan-batasan tertentu agar
kinerja perusahaan tetap optimal. Harus ada standar tertentu, dan ada perbandingan
yang ideal dengan sumber dana lainnya. Apabila rasio hutang melampui standar maka
akan menyebabkan peningkatan biaya hutang serta mempengaruhi struktur modal
perusahaan. Karena biaya hutang bersifat tetap sedangkan apabila pendapatan
perusahaan berfluktuatif maka perusahaan kemungkinan tidak dapat menutup biaya
tersebut. Untuk itu diperlukan kebijakan hutang yang optimal agar mendapat manfaat
dari dana hutang tersebut.
Manajer sebagai orang yang telah ditunjuk oleh para pemegang saham untuk
mengelola perusahaan tentunya mempunyai peranan dalam pengambilan kebijakan
hutang perusahaan. Namun terkadang, pengambilan kebijakan hutang tidak
memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan. Para manajer seringkali
menggunakan hutang untuk kepentingan opportunistic mereka. Manajer
menggunakannya untuk tujuan dan kesejahteraan mereka sendiri dan mengorbankan
kepentingan pemegang saham.
Hal ini tentunya bertentangan dengan tujuan para pemegang saham. Dimana
pemegang saham dalam menanamkan sahamnya bertujuan untuk mendapatkan
kemakmuran (Indahningrum et.al, 2009: 189). Keadaan tersebut akan menciptakan
potensi konflik kepentingan yang disebut dengan agency conflict. Adanya agency conflict
menimbulkan suatu mekanisme pengawasan agar kepentingan-kepentingan pemegang
saham dan manajer dapat disejajarkan. Akibat dari mekanisme pengawasan ini,
kemudian memunculkan suatu biaya yang disebut agency cost. Agency cost atau biaya
keagenan adalah biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan antara manajer
dengan pemegang saham (Immanuela, 2014:61). Agency cost yang tinggi dapat
menyebabkan meningkatnya biaya hutang.
Biaya keagenan dapat diminimalkan dengan cara memberikan sebagian
kepemilikan saham kepada manajer. Kepemilikan manajerial (managerial ownership)
adalah pemegang saham dari pihak manajemen secara aktif ikut dalam pengambilan
2
keputusan perusahaan. Dengan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer
termotivasi untuk memaksimalkan kekayaan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).
Kondisi yang diharapkan adalah semakin tinggi kepemilikan manajerial, maka manajer
akan lebih memanfaatkan hutang (Purwasih et.al, 2014:10). Manajer akan
mempertahankan efektivitas kontrol perusahaan manakala manajer ikut dalam
kepemilikan saham perusahaan.
Dari uraian tersebut, menarik dilakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh
Kepemilikan Manajerial dan Biaya Keagenan Terhadap Kebijakan Hutang (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
2. Apakah biaya keagenan berpengaruh terhadap kebijakan hutang?
KEBIJAKAN HUTANG
Menurut Hanafi (2013:29), hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang
mungkin timbul di masa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk
mentransfer aset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang. Kebijakan
hutang (debt policy) merupakan bagian dari perimbangan jumlah hutang jangka pendek
(permanen), hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa dan perusahaan
akan berusaha mencapai suatu tingkat struktur modal yang optimal. Kebijakan hutang
yang optimal adalah kebijakan hutang yang meminimumkan biaya penggunaan modal
dan memaksimalkan nilai perusahaan.
KEPEMILIKAN MANAJERIAL
Kepemilikan manajerial adalah manajer memiliki saham perusahaan tempatnya bekerja.
Dengan kata lain, manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaannya.
Adanya kepemilikan saham oleh manajer akan menimbulkan kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajer itu sendiri termasuk kebijakan
penggunaan hutang. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin optimal
penggunaan hutang oleh manajer. Hal ini disebabkan apabila penggunaan hutang yang
terlalu tinggi, manajer yang ikut dalam kepemilikan saham akan ikut menanggung risiko
dari hutang tersebut. Selain itu, apabila manajer mengambil proporsi hutang yang tinggi,
manajer akan berada di bawah pengawasan debtholders, sedangkan manajer cenderung
tidak menyukai pengawasan tersebut. Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki
manajer, semakin kecil konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham,
sehingga akan berpengaruh pada semakin baiknya kinerja perusahaan. Semakin besar
kepemilikan manajerial, manajer akan berusaha mengelola perusahaan dengan baik
karena mereka ikut memiliki serta menanggung risiko yang akan dihadapi perusahaan.
TEORI KEAGENAN DAN BIAYA KEAGENAN
Hubungan keagenan adalah kontrak dimana satu atau lebih orang (principal)
melibatkan orang lain (agent) untuk melaksanakan beberapa kepentingan prinsipal
dengan memberikan pendelegasian kekuasaan kepada agent (Jensen dan Meckling,
1976:4). Hubungan antara prinsipal dan agen sama halnya dengan hubungan pemegang
saham dengan manajer. Pemegang saham dan manajer berusaha untuk mamaksimalkan
utilitas mereka sendiri dan kepentingan pribadi. Sehingga menimbulkan konflik
3
kepentingan yang sering disebut dengan agency problem. Agency cost atau biaya
keagenan adalah biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan antara manajer
dengan pemegang saham (Immanuela, 2014:61). Biaya keagenan ini merupakan biaya
yang timbul karena adanya mekanisme pengawasan untuk meminimalisir adanya
persoalan antara manajer dan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling
(1976:308), agency cost didefinisikan sebagai (1) pengeluaran monitoring oleh principal
yang merupakan biaya untuk memonitor perilaku manajer, (2) pengeluaran ikatan oleh
agen merupakan biaya yang digunakan untuk membentuk mekanisme untuk menjamin
bahwa manajer berlaku sesuai dengan kepentingan manajer, dan (3) kerugian residual
yang merupakan biaya untuk mendorong manajer bertindak sesuai dengan
kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.
KERANGKA PIKIR
Kepemilikan Manajerial
H1 -
Kebijakan Hutang
H2 Biaya Keagenan
HIPOTESIS
1. Kepemilikan Manajerial dan pengaruhnya terhadap Kebijakan Hutang
Manajer sering kali mengambil keputusan yang hanya menguntungkan
mereka sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham.
Kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer tidak akan melakukan tindakan
yang menguntungkan dirinya sendiri, karena mereka juga akan menanggung biaya
atas perilaku tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikan manajerialnya di
perusahaan. Dengan adanya hutang, manajer yang ikut memiliki saham perusahaan
akan menanggung risiko hutang tersebut. Jadi semakin tinggi kepemilikan
manajerial semakin rendah kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Soesetio (2008) dan Faisal (2004)
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan argumen tersebut selanjutnya dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
2. Biaya Keagenan dan pengaruhnya terhadap Kebijakan Hutang
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham akan
menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik
ini akan menimbulkan suatu biaya yang berasal dari mekanisme pengawasan yang
dilakukan untuk mengurangi konflik tersebut. Biaya tersebut disebut dengan biaya
keagenan yang merupakan biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan
4
(konflik) antara manajer dengan pemegang saham. Dalam penelitian ini biaya
keagenan diproksikan dari kepemilikan institusional, dimana kepemilikan
institusional diharapkan dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan
manajer. Sehingga konflik antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimalkan begitu pula biaya keagenan yang terjadi. Maka kepemilikan
institusional yang tinggi akan menyebabkan biaya keagenan yang rendah. Dan biaya
keagenan yang rendah akan menyebabkan kebijakan hutang yang tinggi karena
biaya keagenan akan menurun jika penggunaan hutang meningkat untuk
mengurangi konflik manajer dan pemegang saham. Jadi, semakin tinggi kepemilikan
institusional semakin rendah biaya keagenan semakin tinggi kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulinartati (2011) menunjukkan hasil bahwa
biaya keagenan memberikan pengaruh yang signifikan negatif terhadap kebijakan
hutang. Berdasarkan argumen tersebut selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Biaya keagenan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
sekunder berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan
samapel penelitian diambil secara non probability dengan metode purposive sampling
dengan mengambil sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Merupakan perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman.
2. Tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2010-2014.
3. Mempublikasikan Laporan Keuangan Tahunannya selama kurun waktu 2010-2014
secara rutin.
DEFINISI OPERASIONAL
Kebijakan Hutang
Kepemilikan Manajerial
DR =
MOWN =
Total Hutang
𝑥 100%
Total Asset
jumlah saham manajerial
𝑥 100%
jumlah saham beredar
Biaya Keagenan
Biaya keagenan yang diproksikan dari kepemilikan institusional memiliki dua kategori,
yaitu: 1 = ada kepemilikan institusional dan 0 = tidak ada kepemilikan institusional.
Karena biaya keagenan memiliki dua kategori maka biaya keagenan hanya akan memiliki
satu variabel dummy yaitu D1.
UJI ASUMSI KLASIK
Berdasarkan uji asumsi klasik data dengan grafik normal plot, terbukti data mengikuti
dan mendekati garis diagonalnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
secara normal. Uji multikolonieritas menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas
kerena seluruh nilai TOL > 0,1 dan nilai VIF < 10. Uji heteroskedastisitas dengan grafik
plot menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas karena titik-titik tidak membentuk
5
pola dan menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji autokorelasi
menunjukkan tidak terjadi autokorelasi karena nilai DW 0,821 berada di antara 2 dan -2.
HASIL
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Menurut Sugiyono (2003:210) analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor
dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Dalam penelitian ini variabel dependen yang
digunakan adalah kebijakan hutang dan variabel independennya adalah kepemilikan
manajerial dan biaya keagenan. Di bawah ini adalah hasil uji regresi linier berganda:
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Beta Std. Eror
Constanta
4,239 0,091
Kepemilikan Manajerial (MOWN) -0,181 0,046
Dummy Biaya Keagenan (D1)
-0,285 0,098
Variabel Dependen: DR
p-value
0,000
0,001
0,010
Signifikansi
Signifikan
Signifikan
ikan
Sumber: Output SPSS, 2016 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
DR = 4,239 – 0,181MOWN – 0,285D1 + 0,091
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a.
Nilai konstanta (a) adalah 4,239. Besaran konstanta menunjukkan bahwa jika
variabel-variabel independen (kepemilikan manajerial dan biaya keagenan)
diasumsikan konstan, maka variabel dependen (kebijakan hutang) akan naik
sebesar 4,239.
b. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial bernilai negatif (-0,181). Hal
ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan kepemilikan manajerial sebesar 1%,
maka kebijakan hutang akan menurun sebesar 0,181 (dengan asumsi variabel lain
nilainya tetap).
c.
Nilai koefisien regresi variabel biaya keagenan bernilai negatif (-0,285). Hal ini
dapat diartikan bahwa setiap peningkatan biaya keagenan sebesar 1%, maka
kebijakan hutang akan menurun sebesar 0,285 (dengan asumsi variabel lain
nilainya tetap).
a.
Berikut ini hasil pengujian hipotesis dan pembahasannya:
Hipotesis 1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang
Berdasarkan hasil uji signifikan parsial pada tabel 7, nilai signifikan
kepemilikan manajerial adalah 0,001 (<0,05), sehingga disimpulkan bahwa H1
diterima. Artinya secara parsial kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang dengan arah hubungan negatif, sebab koefisien
regresinya bernilai negatif yaitu -0,181. Dengan arah hubungan yang negatif ini,
maka semakin besar kepemilikan manajerial akan memperkecil atau menurunkan
6
kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Soesetio (2008) dan Faisal (2004) yang menemukan hubungan
negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang.
Hasil ini mendukung teori yang ada bahwa semakin meningkatnya
kepemilikan manajerial akan menyebabkan manajer berhati-hati dalam
menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistic karena mereka akan
menanggung konsekuensi dari tindakannya. Manajer dimungkinkan membiayai
perusahaan tidak lagi dengan hutang melainkan dengan menerbitkan saham.
Dengan adanya kepemilikan manajerial maka peranan penting dalam manajer
mengendalikan kebijakan keuangan akan sesuai dengan tujuan para pemegang
saham.
b. Hipotesis 2: Biaya keagenan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan hasil uji signifikan parsial pada tabel 7, nilai signifikan biaya
keagenan adalah 0,010 (< 0,05), sehingga H2 diterima. Artinya, biaya keagenan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang dengan arah hubungan negatif.
Semakin besar biaya keagenan, hal itu akan memperkecil atau menurunkan
kebijakan hutang perusahaan. Biaya keagenan yang tinggi menunjukkn bahwa
mekanisme pengawasan terhadap konflik manajer dan pemegang saham dalam
suatu perusahaan tinggi. Dengan adanya pegawasan yang tinggi, maka dalam
pengambilan kebijakan hutang akan dilakukan secara optimal. Kebijakan hutang
akan diambil berdasarkan kebutuhan perusahaan dalam memaksimalkan nilai
perusahaan bukan untuk kepentingan opportunistic salah satu pihak. Hasil ini
sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yulinartati (2011) yang
menemukan hubungan negatif antara biaya keagenan dengan kebijakan hutang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dismpulkan bahwa:
1. Kepemilikan manajerial terbukti signifikan negatif terhadap kebijakan hutang.
Adanya kepemilikan manajerial terbukti menurunkan kebijakan hutang yang
dilakukan oleh manajer.
2. Biaya keagenan signifikan negatif terhadap kebijakan hutang. Artinya adanya biaya
keagenan akan menyebabkan pengambilan kebijakan hutang secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Muhamad. 2004. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi,
Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Hutang (Studi Empiris pada Perusahan-Perusahaan Sektor Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta). Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Hanafi, Mamduh M. 2013. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Immanuela, Intan. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan, dan Agency Cost sebagai Variabel Intervening terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Widya
Warta, 11(1): 59-70.
7
Indahningrum, Rizka Putri dan Handayani, Ratih. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,
Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2(3): 189-207.
Jensen, M dan Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Cost, and Ownership Structure. Jurnal of Economic. University of Rochester,
3(4): 305-360.
Purwasih, Dewi., RestuAgustin., dan Al Azhar L. 2014. Analisis Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, dan Struktur Asset terhadap Kebijakan Hutang pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012. JOM FEKOM, 1(2): 1-15.
Soesetio, Yuli. 2007. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen,
Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan
Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 12(3):384-398.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Yulinartati. 2011. Analisis Pengaruh Biaya Bunga, Biaya Keagenan, Risiko Bisnis, Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Kemampulabaan Perusahaan
Jasa di Bursa Efek Indonesia. JEAM, 10(1): 75-92.
8
Download