Transformasi Rumah Tradisional Kota Bengkulu Di

advertisement
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Transformasi Rumah Tradisional Kota
Bengkulu Di Daerah Rawan Banjir
Rahadi Budi Purnomo1)
Happy Ratna Santosa 2)
Josef Prijotomo3)
1) Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected]
Abstrak
Sejak dahulu Indonesia dikenal dengan keanekaragaman sosial budaya termasuk
arsitektur nusantara berupa rumah tradisional yang memiliki identitas tersendiri atau
arsitektur lokal. Perubahan perubahan mengenai bentuk rumah tradisional ke rumah masa
kini merupakan hal menarik dan menjadi pembahasan dalam penelitian.
Dalam arsitektur teori mengenai perubahan bentuk rumah antara lain adalah
transformasi. Pembahasan transformasi rumah tradisional meliputi bentuk, struktur dan
bahan bangunan . Dalam penelitian ini juga akan membahas tentang faktor faktor apakah
yang akan mempengaruhi terjadinya transformasi rumah tradisional dengan lingkup
pembahasan lokasi berada di daerah rawan bencana alam yaitu banjir.
Persoalan banjir merupakan masalah bagi permukiman di daerah ini, meskipun
demikian mereka tetap tinggal dan masih bertahan sampai sekarang. Karakteristik
transformasi rumah tradisional kota Bengkulu di Kelurahan Tanjung Agung terlihat berbeda
dengan yang daerah lain meskipun memiliki kesamaan kondisi alam yaitu sering dilanda
bencana banjir.
Dalam penelitian ini dipakai Metode Penelitian Diskritif serta Penelitian Kasus dan
Penelitan Lapangan (Case Study and Field Research) dengan analisa melalui cara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi transformasi rumah tradisional
kota Bengkulu dengan cara penambahan elemen, perubahan material bangunan dan
peninggian bangunan.
.
Kata kunci : transformasi, tradisional, banjir
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Transformation Of Bengkulu Traditional
House In The Flooding Area
Rahadi Budi Purnomo1)
Happy Ratna Santosa 2)
Josef Prijotomo3)
1) Department Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected]
Indonesia is known by the diversity of social and cultural life, including traditional
house architecture which has its unique and particular identity, and usually called by
vernacular architecture. Changing of traditional house form to modern one is interesting
subject to comprehend in this study.
In architecture theories, the theory of changing form is transformation. Discussion
about transformation of traditional house architecture involve of form, structure, and building
materials. In this research will be discussed about the factors that influence the transform of
traditional house architecture. Scope of discussion is the location of traditional house in
flooding area.
Flooding is a common problem for human settlements in the location of study. Yet, the
dwellers in this area still insist to live and survive until right now. The transformation of
Bengkulu traditional architecture in county Tanjung Agung seems has different characteristic
than another area, even have similarity in natural condition, which is have high intensity of
flooding.This research use descriptive method and also case study and field research, with
qualitatively analysis. By taking case study on county of Tanjung Agung, the objective of the
research is to prove that the transformation of Bengkulu traditional house has been held.
Results of the research shows that Bengkulu traditional house is transform by taking
form in addition of building elements, changing of building materials and rising up the
buildings. All of these transformations mostly are caused by high frequency of flooding in
Bengkulu.
Keywords: transformation, traditional architecture, flooding
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya
yang berupa fisik dapat dirasakan oleh panca indra kita, dapat dilihat, dirasakan secara
langsung. Salah satunya adalah arsitektur yang memiliki ciri daerah terseber di seluruh
nusantara yang saat ini mulai banyak mengalami perubahan.
Permasalahannya adalah bagaimana transformasi bentuk rumah tradisional yang terjadi
di daerah rawan banjir serta elemen apa saja yang berubah dalam transformasi tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tranformasi rumah tradisional
dan elemen apa saja yang berubah dalam transformasi rumah tradisional di daerah rawan
banjir.
Dalam penelitian ini cakupan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Aspek lokasi
b. Aspek fisik bangunan : Bentuk bangunan meliputi kondisi fisik bangunan yang meliputi
bentuk bangunan, struktur dan konstruksi serta bahan atau material bangunan yang
digunakan.
c. Aspek bencana alam yaitu banjir.
Kondisi umum wilayah studi adalah Kota Bengkulu yang merupakan ibukota Propinsi
Bengkulu, secara geografis terletak pada 10° 20' 14'' – 10° 20' 22'' Bujur Timur dan 3° 45' - 3°
59' Lintang Selatan. Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 539,3 km2 terdiri dari daratan
seluas 151,70 km2 dan lautan seluas 387,6 km2. Secara administrasi kota Bengkulu berbatasan
sebelah Utara Kabupaten Bengkulu Utara dan Timur dengan Kabupaten Bengkulu Tengah,
sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Barat dengan Samudra Indonesia (sumber
Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan Kota Bengkulu, 2008 ).
II. KAJIAN TEORI
Prinsip transformasi memungkinkan seseorang perancang memilih prototype model
arsitektur di mana struktur bentuk dan penataan unsur-unsurnya cocok dan sesuai, untuk
mengubahnya melalui sederetan manipulasi-manipulasi yang berbeda dalam rangka
menanggapi kondisi – kondisi tertentu dan lingkup dari tugas perancangan yang ada.
(DK.Ching 1979)
Adapun saluran tranformasi untuk mewujudkan karya arsitektur salah satunya
melalui material atau bahan bangunan. Menurut Rapoport (1964) tentang perubahan
pada bentuk bangunan dipengaruhi oleh proses dari konstruksi, material, portability
sebuah rumah, dan kemampuan dari struktur untuk berdiri dalam gaya lateral,
antisipasi cuaca, dan gravitasi.
Material digunakan didasarkan bahwa material tersebut dapat mempengaruhi system
struktur, penataan fungsi, tampilan arsitektur (tektur, interior, detail finishing). Material ini
dipilih karena dapat juga mempengaruhi kemudahan mendapatkanya sehingga mempermudah
proses pembangunan serta ketersediaan.
A.Syani (1995) menyatakan bahwa perubahan berarti suatu proses yang mengakibatkan
keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, dimana perubahan yang terjadi bisa
berupa kemunduran dan bisa pula berupa kemajuan.
Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan pejal utama, melalui variasivariasi
yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan maupun
pengurangan elemen-elemennya. D.K. Ching (1979)
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Adaptasi waktu yaitu perubahan- perubahan arsitektur tradisional di kota Bengkulu
searah dengan proses perkembangannya, maka pendapat Wondoamiseno (1991) tentang
arsitektur masa lalu dengan arsitektur masa kini dapat dikombinasikan sebagai berikut :
• Tempelan elemen arsitektur masa lalu pada asitektur masa kini
• Elemen fisik arsitektur masa lalu menyatu di dalam arsitektur masa kini
• Elemen fisik arsitektur masa lalu tidak terlihat jelas di dalam arsitektur masa kini
• Ujud arsitektur masa lalu mendominasi arsitektur masa kini
• Ekspresi wujud arsitektur masa lalu menyatu di dalam arsitektur masa kini
Ciri fisik bangunan tradisional Indonesia menurut Jim Supangkat yang dihimpun oleh
Wondoamiseno (1991) menyatakan :
• Hampir semua seni bangunan tradisional merupakan arsitektur kayu
• Hampir semua bangunan tradisional mempunyai tekanan pada atap
• Hampir semuanya memperlihatkan struktur rangka dengan empat tiang penunjang
utama yang dihubungkan dengan blandar
• Dinding senantiasa berfungsi sebagai penyekat dan mempunyai sifat ringan.
• Menggunakan sistim knock down pada konstruksi kayunya
Achmad, Ramli, dkk. 1992 menjelaskan bahwa dalam bahasa Melayu-Bengkulu,
rumah tempat tinggal dinamakan juga rumah. Rumah tradisional Bengkulu termasuk tipe
rumah panggung. Rumah panggung ini dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir.
Di samping itu, kolong rumah panggung juga dapat dipergunakan untuk menyimpan gerobak,
hasil panen, alat-alat pertanian, kayu api, dan juga berfungsi sebagai kandang hewan ternak.
Rumah tradisional di kota Bengkulu dapat di bagi atas tiga kriteria yaitu rumah adat, rumah
gadang dan rumah rakyat biasa.
a. Rumah Adat :
Rumah Adat Bengkulu merupakan rumah dengan fungsi khsusus bagi masyarakat
Bengkulu yaitu digunakan pada saat ada acara adat atau acara khusus seperti
penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan dan kematian dan juga salah satunya upacara
Tabot. Bentuk rumah adat ini adalah rumah panggung dengan tinggi sekitar dua meter
dari permukaan tanah dan terbuat dari kayu medang kemuning atau surian balam yang
lembut namun tahan lama, lantai terbuat dari papan, atap terbuat dari ijuk enau atau sirap.
Pada bagian bawah yaitu tangga beratap untuk naik-turun terletak di depan rumah dengan
anak tangga selalu berjumlah ganjil, berkait dengan nilai adat. Rumah adat Bengkulu ini
dapat dilihat di daerah tertentu saja dan sudah tidak begitu banyak.
b. Rumah Gedang :
Rumah gedang adalah rumah adat Bengkulu yang diperuntukan bagi kalangan
bangsawan, tokoh masyarakat dan mayarakat yang memiliki kekayaan lebih. Rumah
dibagi tiga ruang, yakni serambi (penigo), bagian tengah (penduhuak), dan ruang dalam
(pemenyep). Selain itu ada dapur dan gang atau garang. Selain itu Rumah adat seperti
halnya yang ada di Anjungan Bengkulu diberi hiasan berupa ukiran bermotif tumbuhan
atau binatang yang digayakan. Pola ukiran cerbong kewet atau tanjak berkek, misalnya,
berbentuk pilin, bermakna rangkaian tidak terputus; sidingin, berbentuk hati, bermakna
agar panas hidup dihadapi dengan hati dingin; lengkenai naik, berbentuk tumbuhan
merambat pada tangga rumah atau dinding, bermakna dalam kehidupan perlu ada hiasan:
hiasan utama adalah anak-anak dan harta kekayaan yang senantiasa naik ke rumah; dan
bunga matahari di atas pintu dan jendela, lambang matahari yang menyinari seisi alam
bagi kehidupan.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
c. Rumah Rakyat Biasa :
Rumah ini di Kota Bengkulu masih cukup banyak kita jumpai meskipun ada
perubahan di berbagai elemen rumah tetapi ciri tradisionalnya masih melekat pada
rumah tersebut. Rumah ini terdiri dari tiga bagian yaitu atas, tengah dan bawah. Lebih
lanjut dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 1. Rumah Tradisional di Kota Bengkulu untuk Rakyat Biasa
(Sumber: Survei Lapangan dan olah data 2009)
1. Bagian atas terdiri dari atap (bahan ijuk, bambu atau seng), bubungan (ada beberapa
bentuk), pacu, peran, tiang, kap (kerangka untuk menempel kasau) kasau, reng,
listplang
2. Bagian tengah terdiri dari Kusen, jendela, pintu,bidai dan pelupuh, tiang penjuru,
piabung, tiang tengah, bendu
Gambar 2. Rumah Tradisional di Kota Bengkulu pada bagian tengah
(Sumber: Survei Lapangan ,2009)
3. Bagian bawah terdiri dari lantai, geladak, kijing, balok kayu,blandar, bedu, bidai,
pelupuh kamar tidur, lapik tiang dan tangga depan dan belakang
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Gambar 3. Bentuk bagian bawah rumah tradisional kota Bengkulu
4. Denah
1. Berendo
2. Hal
3. Bilik gedang
4. Bilik gadis
5. Ruang tengah
6. Ruang makan
7. Dapur.
8. Berendo belakang
Gambar 3. Bentuk bagian bawah rumah tradisional kota Bengkulu
Garis besar kajian pustaka dan teori penelitian ini adalah mengambil acuan yang
berhubungan dengan perubahan- perubahan bentuk rumah terutama rumah tradisional, mulai
dari rumah sebagai proses yang diarahkan ke proses perubahan tradisional ke perubahan
modern. Di dalamnya juga dikaji perubahan bentuk itu sendiri, perubahan bahan serta
mengenai teori tentang adaptasi pada rumah tradisional terhadap lingkungannya sampai
akhirnya teori-teori transformasi.
Jadi teori yang dipakai adalah teori transformasi dan perubahan bentuk (DK.Ching)
serta bahan dan teknologi pada rumah tradisional mengenai ciri fisik dan kombinasi rumah
masa lalu dan masa kini (Wondoamiseno, 1991), akibat adanya proses adaptasi (Irwin
Altman, 1980).
Balok kayu
lapik
Lantai papan alas bidai
Dinding papan atau bidai
Kolom kayu bisa segi empat
atau bulat
Tiang tengah
Tiang penjuru
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
III. METODE
Dalam penelitian ini metode penelitian adalah metode penelitian kualitatif dan
menurut penggolongannya menurut Sumadi Suryabrata (1997) metode penelitian dapat
digolongkan antara lain : penelitian diskriptif, kasus dan lapangan.
Dalam penelitian ini kategori yang dipakai adalah penelitian
• Diskriptif (descriptive research)
• Penelitian kasus dan penelitian lapangan (case study and field study) dipakai disini
dengan tujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang, keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan. Ciri-cirinya diantaranya adalah obyek nyata, muncul hal-hal spesifik
dan disarankan tidak melakukan prediksi. Mas Santosa (2002)
Lokasi penelitian sebagai studi kasusnya adalah ditetapkan berdasarkan kriteria yang
masuk dengan pembahasan diatas antara lain :
- Lokais studi kasus merupakan daerah rawan banjir. Daerah rawan banjir dapat
ditetapkan berdasarkan zona bencana alam baik oleh Pemerintah maupun instansi yang
terkait seperti tertuang dalam RTRW.
- Kecamatan Sungai Serut terletak di bagian utara Kota Bengkulu, ibu kota Bengkulu.
Kecamatan ini memiliki luas wilayah 13,53 km2 Kecamatan Sungai Serut terdiri dari 7
Kelurahan dengan pusat pemerintahan di Kelurahan Tanjung Agung. Dari data mengenai
permukiman dari 7 kelurahan tersebut rumah yang memiliki rumah tradisional yang
dominan nantinya yang akan menjadi pemilihan lokasi penelitian. Menurut BPS Bengkulu
telah mendata permukiman di kecamatan Sungai Serut sebagai beriku tabel 3.1
Tabel 3.1. Kualitas Bangunan di Kelurahan Tanjung Agung Kecamatan Sungai Serut ,
Sumber BPS
No Kelurahan
Kualitas Bangunan Rumah
Permanen
Semi
Permanen
(tradisional)
Non Permanen
(tradisional)
1 Surabaya 1453 62 15
2 Semarang 200 100 70
3 Tanjung Jaya 198 34 32
4 Tanjung Agung 35 117 58
5 Suka Merindu 1400 7 25
6 Kampung Kelawi 280 160 75
7 Pasar Bengkulu 221 84 66
Jumlah 3787 564 341
Tabel diatas menunjukan angka bangunan semi permanen dan tidak permanen
(tradisional) di daerah kelurahan Tanjung Agung cukup banyak di bandingkan dengan
kelurahan yang lain yang berada di kecamatan Sungai Serut.
Dari kriteria lokasi yang rawan banjir, data jumlah permukiman yang masih terdapat
banyak rumah tradisionalnya maka ditetapkan bahwa lokasi study kasus di kelurahan Tanjung
Agung, kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Didefinisikan sebagai objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data. Dalam hal ini populasi yang dijadikan objek penelitian adalah
kelurahan Tanjung Agung Kecamatan Sungai Serut, sedangkan sampel (populasi) adalah
rumah tradisional yang masih di tempati. Hal ini nantinya dikaitkan dengan proses yang
dilakukan penghuni dalam menanggapi banjir bagi rumah mereka.
Pengumpulan data melalui teknik observasi , mengadakan pengamatan dengan
proses aktif, pemilihan pengamatan dan hasil dari observasi adalah foto, gambar rumah
(denah,tampak), deskripsi.
Data yang terkumpul dilakukan uji validas dan reliabilitasnya, untuk mengukur
apakah memenuhi kevalidan atau tidak.
Survei dan observasi ke Kota Bengkulu terutama di Kelurahan Tanjung Agung agar
mendapatkan gambaran dari tempat asal yaitu berupa data tentang rumah tradisional,
permukiman, data lingkungan alam dan lain sebagainya supaya proses penelitian
transformasi rumah tradisional di kota Bengkulu dapat berjalan dengan baik
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari tiga kriteria rumah adat Bengkulu yaitu rumah Adat, rumah Gedang dan rumah
rakyat biasa yang ada di kelurahan Tanjung Agung adalah rumah bagi rakyat biasa. Lebih
lanjut rumah tipe ini akan di analisa lebih lanjut sebagai objek penelitian.
- Rumah Tradisional Kota Bengkulu di Daeah Rawan Banjir
Rumah tradisional bagi rakyat biasa yang berada di kelurahan Tanjung Agung yang
berada di daerah rawan banjir, sedikit berbeda dengan rumah tradisional yang berada di
daerah yang tidak mengalami banjir. Rumah yang berada di daerah rawan banjir ada
penambahan konstruksi pada bagian bawah yaitu adanya balok yang mengikat kolom kolom
seperti terlihat pada gambar 5.12 dan 5.13 yang menujukan perbedaan tersebut.
Gambar 4. Tampak Rumah Tradisional Bengkulu yang berada di daerah yang tidak
mengalami banjir (sumber olah data)
Gambar 5. Tampak Rumah Tradisional Bengkulu yang berada di daerah yang mengalami
banjir seperti di kelurahan Tanjung Agung (sumber olah data)
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 9
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Perbedaan tersebut terdapat pada bagian kolom yang ada penambahan balok ikat yang
mengikat kolom dengan balok lantai. Jika dilihat dari konstruksinya penambahan balok ikat
ini bertujuan sebagai salah satu upaya tanggap terhadap banjir. Gaya horizontal yang
mendorong rumah tersebut dari derasnya air yang mengalir akibat banjir, dapat di stabilkan
oleh balok ikat yang ada di kolom tersebut. Sehingga rumah tersebut dapat stabil dan tetap
pada tempatnya. Dapat dikatakan bahwa rumah tradisional tersebut mampu bertahan di daerah
rawan banjir.
Dari ciri rumah tradisional yang sudah dikemukakan tadi, maka penilaian dilakukan melalui
penetapan tiap elemen rumah tradisional diberi angka 1. Ciri yang ditetapkan adalah sebagai
berikut : rumah panggung, tangga,tiang penyangga,lantai,kusen dan jendela,dinding,tiang
penjuru,bentuk atap,bahan atap, balok ikat atas. Jika salah satu rumah memenuhi semua
kriteria maka dapat dikatan rumah tersebut bercirikan rumah tradisional.
Hasil identifikasi dapat dilihat pada tabel berikut
No.
rumah
Bentuk
rumah Bagian bawah Bagian tengah Bagian atas Nilai
panggung Tangga Tiang
penyangga
kayu
Lantai
kayu
papan
bidai
Kusen,
jendela,
pintu kayu
bentuk ram
Dinding
papan,
bidai
Tiang
penjuru
kayu
Bentuk
limas
Haji
Jembatan
Bahan atap
ijuk
Bambu
seng
Balok ikat
atas bahan
kayu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
411001111118
138 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
190 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
140 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 5
Dan seterusnya lihat lampiran
Tabel 1. Identifikasi rumah di kelurahan Tanjung Agung,
Keterangan
Rumah tradisional (83 bh)
Rumah tidak tradisional
(91 bh)
Gambar 6. Peta Hasil identifikasi rumah di kel Tanjung Agung
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 10
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Dari jumlah rumah tradisional yang ada di kel Tanjung Agung dapat dibuat diagram
untuk menunjukan bagian bagian yang mengalami perubahan bentuk. Berikut gambar yang
menunjukan perubahan bentuk yang terjadi pada rumah tradisional kota Bengkulu.
Gambar 7. Diagram yang menunjukan perubahan bentuk rumah tradisional kota
Bengkulu di Kel. Tanjung Agung
Diagram diatas menunjukan dimana letak perubahan perubahan yang terjadi pada
rumah tradisional. Semakin sedikit nilai ciri-cirinya maka semakin banyak yang terjadi
perubahan. Seperti nomor 2 dan 3 yaitu ciri tangga dan tiang penyangga memiliki nilai yang
paling rendah menunjukan perubahan yang paling banyak dilakukan rumah tradisional pada
daerah tersebut.
Setelah mengetahui berapa jumlah rumah yang memiliki kriteria rumah tradisional
maka dilanjutkan dengan menganalisa rumah tradisional yang mengalami perubahan bentuk
sebagai adaptasi atau tanggap terhadap bencana banjir.
Rumah tradisional yang tanggap terhadap banjir di daerah Tanjung Agung dapat di
identifikasikan sebagai berikut,
- Adanya jembatan,
Jembatan merupakan penghubung rumah dengan jalan lingkungan terutama jalan Irian
sebagai salah satu akses sirkulasi ketika keadaan banjir melanda daerah ini seperti
terlihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8. Jembatan penghubung antara rumah dengan jalan didepanya yang berada di
permukiman kelurahan Tanjung Agung.
0
50
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Diagram yang menujukan perubahan bentuk rumah tradisional
kota Bengkulu di Kel. Tanjung Agung
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 11
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
- Perubahan bahan/material
Penggantian bahan / material elemen rumah tradisional yang telah rusak akibat
genangan air atau banjir dengan bahan material bangunan yang lebih modern sebab
kemudahan dalam mendapatkanya, lebih mudah perawatannya serta ketahanan terhadap
genagan air. Seperti penggunaan beton bertulang pada tiang penyangga, penggunaan
lantai dari bahan campuran semen pasir atau penggunaan keramik, dinding batu bata
atau anyaman bambu (bidai) yang lapisi dengan campuran semen pasir seperti terilhat
pada gambar 9.
Gambar 9. Penggantian material atau bahan bangunan dari yang tradisional (kayu,
bambu) menjadi bahan atau material yang tahan terhadap air dan mudah
perawatanya jika terkena banjir.
- Skala
Akibat intensitas banjir yang semakin sering terjadi dan volume yang meningkat maka
rumah rumah di daerah ini berupaya meninggikan rumah mereka agar terhindar dari
genangan air di waktu hujan. Seperti terlihat pada gambar 10 yaitu penambahan tinggi
lantai dari rumah sebelumnya.
Gambar 10. Peninggian lantai akibat sering dilanda banjir untuk menghindari
tergenangnya lantai rumah sehingga disaat banjir mereka masih bisa tetap
tinggal di rumah tanpa harus mengungsi.
Pembahasan tentang kaitan dengan teori transformasi yang di kemukakan DK.Ching
(1979) yaitu memungkinkan perancang memilih prototype model arsitektur di mana struktur
bentuk dan penataan unsure-unsurnya cocok dan sesuai, untuk mengubahnya melalui
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 12
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
sederetan manipulasi-manipulasi yang berbeda dalam rangka menaggapi kondisi – kondisi
tertentu dan lingkup dari perancangan yang ada. Tranformasi di salurkan melalui :
a. Perubahan bentuk seperti yang dikemukakan oleh A.Syani bahwa perubahan
berarti proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan
sebelumnya, dimana perubahan yang terjadi bisa berupa kemunduran dan bisa pula
berarti kemajuan dan juga perubahan masa lalu dengan masa kini yang dikemukakan
Wondoamiseno
b. Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan pejal utama, melalui
variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan
maupun pengurangan elemen-elemennya.D.K. Ching (1979).
c. Menurut Rapoport (1964) tentang perubahan bentuk bangunan di pengaruhi oleh
proses dari konstruksi, material, propbality sebuah rumah dan kemampuan dari
struktur untuk berdiri dalam gaya litera, antisipasi cuaca dan gravitasi. Menurut
Made Ali (1979) bahan bangunan dengan arsitektur sangat erat kebutuhanya,
karena arsitektur tanpa bahan bangunan kiranya tidak mungkin ada
Temuan di lapangan
1. Rumah no 110 terdapat point a,b dan c:
Gambar 11. Rumah no. 110
a) adanya perubahan bentuk dari keadaan sekarang berbeda dengan sebelumnya
karena terjadi penambahan bentuk.
b) adanya penambahan pada elemen elemenya yaitu jembatan
Gambar 11: Ilustrasi (2009)
Sekarang sebelumnya
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 13
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
c) adanya penggantian bahan bangunan/material pada struktur atau elemena lainya
yaitu .
Gambar 11: Ilustrasi (2009)
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat tentang rumah tradisional dengan studi kasus di daerah
rawan banjir kelurahan Tanjung Agung , kecamatan Sungai Serut , kota Bengkulu yang di
kaitkan dengan teori transformasi adalah sebagai berikut :
Dalam kondisi banjir di daerah ini masyarakat berupaya melakukan perubahan bentuk
rumah yang terutama rumah tradisional berupa menambahkan elemen rumah berupa
jembatan penghubung antara rumah dengan jalan lingkungan yaitu jalan Irian. Ini berkaitan
dengan keinginan aktifitas masyarakat tidak terganggu oleh genangan air atau banjir.
Transformasi yang terjadi adalah adanya penambahan elemen rumah tradisional berupa
jembatan.
Adanya adaptasi rumah tradisional dalam menyesuaikan kondisi banjir dalam hal ini
istilah banjir adalah meluapnya sungai ke permukaan yang kering sehingga mengalami
manipulasi manipulasi bentuk sebagai akibat penyesuaian. Hal ini merupakan prinsip
transformasi di mana struktur bentuk (kolom) dan penataan unsur- unsurnya (lantai, dinding,
atap) cocok dan sesuai dan untuk mengubahnya mengalami sederetan manipulasi guna
menanggapi kondisi tertentu seperti banjir.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 14
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Terjadi transformasi bahan dan teknologi dalam kurun waktu antara saat rumah
tradisional tersebut mulai didirikan sampai sekarang. Yaitu transformasi dari bahan
tradisional yaitu kayu menjadi bahan beton (kolom), bata (dinding) dan keramik atau
plesteran (lantai)
Arah tranformasi mulai dari bawah yaitu kolom penyangga, balok, dinding. Hal ini
merupakan sejalan dengan volume air yang semakin tinggi.
Dalam perkembangan permukiman di daerah rawan banjir kelurahan Tanjung Agung
perlu diperhatikan oleh pihak terkait baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri bahwa
dalam mendirikan sebuah rumah memperhatikan standar yang ada. Standar rumah yang di
maskud seperti Garis Sepadan Jalan, rumah yang sehat, rumah yang tahan terhadap bencana
alam dll. Sehingga permukiman tumbuh dengan aturan aturan yang sesuai dan memiliki arah
yang jelas untuk waktu yang akan datang.
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 15
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
VI. DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi buku
Achmad, Ramli, dkk. 1992. Koleksi Miniatur Rumah Tradisional Suku Bangsa Rejang dan
Melayu, Bengkulu ,Museum Negeri Provinsi Bengkulu
Ali, Made (1979), Arsitektur, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah-Badan Penelitian dan Pengembangan
Kimpraswil. (2001). Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan
Lingkungan Penanggulangan Banjir. Jakarta
D.K. Ching (1979 ),Arsitektur ; Bentuk Ruang dan Tatanan, Erlangga, Ciracas,
Jakarta
Rapoport, Amos (1969) , House, Form and Culture, Englewood Cliffs Hall,N.Y
Poerwodarminto, WJS (1989), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dekdibud-Jakarta
Sarwono, Sarlito Wirawan (1997), Psikologi Lingkungan, Grasindo, Gramedia Jakarta.
Sumintarja, Djauhari (1978), Kompudium Sejarah Arsitektur (jilid I), Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung
Surakhmad, Winarno (1994), Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar Metode Teknik,
Transito, Bandung
Suryabrata, Sumadi (1997), Metode Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Syani, Abdul (1995), Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Suatu Interpretasi Kearah
Realita Sosial. PT. Pustaka Jaya, Jakarta
Wondoamiseno, RA, (1991), Regionalisme Dalam Arsitektur Indonesia Sebuah Harapan,
Penerbit Yayasan Rupadatu-Yogyakarta
Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this
line, buy it now.
Download