Renungan April (Lengkap) - Pelayanan Dalam Persaudaraan

advertisement
Rabu, 1 April 2015
Yes. 50:4-9a
Matius 26:14-25
---------------------Kemudian pergilah salah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot,
kepada Imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku
menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan
mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.Pada hari pertama
dari hari raya roti tak beragi, datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di
manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus:
”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakanlah kepadanya: Pesan Guru, waktu-Ku hampir
tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-muridKu.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan
mempersiapkan paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua
belas belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sedih
berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab:
”Dia yang bersama-sama Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan
menyerahkan Aku. Anak manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang
Dia, akan tetapi celakalah orang yang oleh karenanya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas yang hendak menyerahkan Dia
itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah
mengatakannya.”
Renungan :
Kita sering melihat diri Yudas sebagai satu-satunya pengkhianat yang pernah menjual diri
Kristus. Padahal dia bukanlah satu-satunya. Yudas hanyalah salah satu dari para pengkhianat
dalam kehidupan umat Kristen. Sebab kitapun juga sering berlaku dan bersikap seperti Yudas.
Betapa banyak orang Kristen yang dikuasai oleh nafsu serakah dalam berbagai hal, yaitu
serakah akan uang, serakah untuk menguasai milik orang lain, rakus makan, rakus seks, dan
tidak mampu menguasai diri. Karena kita dikuasai oleh nafsu serakah (greedy), maka tak jarang
pula kita mau menghalalkan cara untuk mencapai tujuan yang kita ingini. Sehingga akhirnya
kita rela mengkhianati teman atau saudara agar kita dapat memperoleh keuntungan duniawi.
Pernah diberitakan di salah satu surat kabar, seorang anak yang tega mengadukan dan berhasil
memenjarakan ayah dan ibunya karena soal pembagian harta warisan. Kita tidak dapat
membayangkan kesedihan dan perasaan yang sangat terluka dari orang-tua yang dipenjarakan
karena anaknya tersebut ingin memperoleh harta warisan yang lebih banyak dari pada saudarasaudaranya yang lain.
Cap ‘pengkhianat’ melekat pada diri Yudas Iskariot. Tiga tahun bersama Yesus, hanya diharga
30 keping perak. ‘Yudas modern’ masa kini juga banyak bergentayangan. Menjual diri utk
kepentingan pribadi, karena ‘rasa tidak puas, kecewa pribadi, ketidakcocokkan dan keinginan
yg tidak tercapai. Lalu . . . menjatuhkan orang lain, mendiskreditkan orang lain. Kata-kata,
“Saya sungguh mencintai Yesus’ itu tidak cukup! Yang dibutuhkan dan perlu dibuktikan
ialah ‘kesetiaan dan tindakkan kasih’ dalam tingkah laku sehari-hari. Jangan jadi ‘Yudas
modern’ bagi Yesus dan Gereja-Nya.
Kel. 12:1-6;11-14
Kamis, 2 April 2015
Yoh.13.1-15
-------------------Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba
untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang
makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon,
untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu
kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus
dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada
pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki
murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka
sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak
membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu
sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan
membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh
engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan,
jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Kata Yesus kepadanya:
"Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena
ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." Sebab Ia tahu, siapa
yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." Sesudah Ia
membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia
berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu
menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun
wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu,
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Renungan :
Sikap yang sering dijumpai oleh sebagian pemimpin yang bisa kita amati adalah ia ingin
diperlakukan dengan istimewa. Dibukakan pintu mobil oleh sopir, semua keperluan disiapkan,
orang yang lewat di depannya mambungkuk memberi hormat, makanan diantar ke ruang
kerjanya, semua tinggal perintah saja. Ya, itulah sifat dasar manusia yang mudah mencapai
kesombongan ketika kenyamanan hidup sudah didapatkan. Sungguh jauh berbeda dengan
teladan kepemimpinan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dengan segala kemuliaanNya,
Tuhan Yesus rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia. Tidak hanya sebatas itu,
Tuhan Yesus pun mau melayani para muridNya. Pembasuhan kaki yang dilakukan Tuhan
Yesus kepada para muridNya adalah bentuk pelayanan sejati yang penuh dengan kerendahan
hati. Jika pemimpin dunia ini berlomba mengejar hormat dari semua orang, Tuhan Yesus
memberikan teladan sebagai pemimpin yang mau memberi hormat bagi orang yang
dipimpinNya. Besok, kita akan masuk dalam perjamuan kudus Jumat Agung. Melalui
peringatan akan kematian Tuhan Yesus di kayu salib ini, patutlah kita semakin diperlengkapi
untuk mampu menjadi pribadi yang rendah hati seperti Tuhan Yesus. Penebusan dosa manusia
bukan hanya untuk menyelamatkan kehidupan manusia, tetapi juga untuk mengubah hati
manusia supaya memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus. Orang yang rendah hati selalu
rela berkorban untuk orang lain, termasuk mengorbankan gengsinya.
Yes. 52:13-53;12
Jumat, 3 April 2015
Yoh. 18:1-19;42
------------------Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan muridmurid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk
ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu
juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka
datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang
disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan
senjata. Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan
berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret."
Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ
bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan
jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari
Nazaret.” Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari,
biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah
dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang
Kubiarkan binasa." Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba
itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus
minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan
penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu
mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang
pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang
Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa." Simon Petrus dan
seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersamasama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu.
Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan
perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. Maka kata hamba perempuan penjaga
pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!"
Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab
hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang
bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang muridmurid-Nya dan tentang ajaran-Nya.
Renungan :
‘Tibo kebrukan ondho" (= Jatuh tertimpa tangga), demikian kata pepatah Jawa, yang hemat
saya kena pada apa yang sedang dialami Yesus. Di dalam puncak penderitaan Ia diejek dan
dihina oleh musuh-musuh-Nya, yang menyalibkan Dia atau membuat Dia menderita. Jika kita
mengalami yang demikian itu pada umumnya kita akan marah besar, namun tidaklah demikian
yang terjadi dalam diri Yesus. Yesus berdoa mohon kasih pengampunan bagi mereka yang
mengejek dan melecehkan-Nya.
Hati yang sungguh mulia dan doa sejati yang tidak ada bandingnya, doa `pahlawan
keselamatan'. Yesus tahu bahwa mereka tidak bersalah, melainkan mereka tidak tahu atas apa
yang mereka perbuat. Dalam hidup sehari-hari ada kemungkinan kita mengalami sebagaimana
dialami Yesus, `jatuh tertimpa tangga', atau mudah marah terhadap mereka yang mengganggu
diri kita atau harta kekayaan kita. Sebagai contoh konkret: anak kecil yang lincah berlari-lari
kesana-kemari pada suatu saat menabrak meja dan gelas-gelas yang berada di atas meja jatuh,
pecah, berantakan. Pada umumnya para ibu segera memarahi anak-anak tersebut, yang berarti
yang jatuh tertimpa tangga adalah anak-anak. Tentu saja anak-anak dimarahi ibunya tak akan
membalas kemarahannya. Baiklah kami mengingatkan para ibu jika menghadapi kasus macam
itu hendaknya bersikap seperti Yesus dan berdoa "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat". Kami juga mengajak dan mengingatkan kita semua yang
beriman kepada Yesus juga meneladan sikap-Nya.
Rm. 6:3-11
Sabtu, 4 April 2015
Mrk. 16:1-8
--------------Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria Ibu Yakobus, serta Salome membeli
rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari
pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang
kepada yang lain: ”Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi
ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah
terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang
memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu
berkata kepada mereka: ”Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan
itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi
sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului
kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada
kamu.” Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat
menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut.
Renungan
Injil menghubungkan kesaksian paling awal tentang kebangkitan dengan penampakan Yesus
kepada murid-muridnya di Galilea. Kita tahu, di wilayah utara itulah Yesus dari Nazaret mulai
dikenal orang. Murid-murid diminta ke sana untuk “melacak kembali” perkenalan mereka
dengan dia yang dahulu memanggil mereka di pinggir danau. Dia itu sama dengan yang kini
telah bangkit. Begitulah mereka akan menyadari bagaimana mereka dapat menimba kembali
kekayaan dari pengalaman dari hari ke hari bersama dengannya dulu. Juga bagi kita, menemui
dia yang bangkit itu sama dengan membaca kembali dan mendalami pengalaman mengenal dia
yang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Inilah warta utama iman
kebangkitan: pergilah ke tempat kalian mulai berjumpa dengan dia dan di sana kalian akan
melihat siapa dia sesungguhnya. Banyak orang dunia yang merasa dirinya sudah baik sehingga
tidak perlu kembali kepada Tuhan dan mengaku dosa. Hal ini disebabkan karena standard dan
konsep kejahatannya terlalu dangkal. Namun Alkitab mengatakan bahwa inti dosa adalah
manusia yang berani melawan Sang Pencipta dan kebenaranNya. Inilah yang dinamakan ‘fasik’
dan ‘lalim’. Fasik adalah sikap mengabaikan Allah walaupun telah mengetahui keberadaanNya.
Sedangkan lalim adalah sikap mengabaikan kebenaran sejati. Orang yang fasik sudah pasti ia
juga lalim. Demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, orang yang lebih suka berbuat
sekehendak hatinya karena merasa diri sudah hebat, pasti tidak akan menghormati Tuhan
karena di dalam dirinya tidak ada lagi rasa takut akan Dia. Sedangkan akses dosa adalah
perbuatan membunuh, mencuri, berbohong, iri hati, sombong, terutama ketidaksediaan orang
Kristen untuk memberitakan Injil, berbuat baik pada orang lain, setia beribadah kepada Tuhan
dan sebagainya.
Kol.3:1-4/1 Kor.5:6b-9
Minggu, 5 April 2015
Yoh.20:1-9
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria
Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari
mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada
mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama,
tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di
kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak
masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur
itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus
tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah
tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia
melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang
mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Renungan
Yohanes mengisahkan Maria Magdalena yang mengunjungi makam dan melihat batu penutup
telah diambil dari kubur. Maka ia segera berlari mendapatkan Petrus dan murid lain yakni
“murid yang dikasihi” Yesus dan menyampaikan berita bahwa Yesus diambil orang dan tak
diketahui di mana sekarang. Maka Petrus dan murid yang lain itu berlari ke makam. Murid
yang lain tadi sampai terlebih dahulu dan menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan
terletak di tanah. Petrus datang ke situ dan masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah.
Keduanya mendapati makam kosong, kafan pembalut mayat terletak di tanah. Dalam Injil Luk
24:35 ketika dua murid melaporkan kepada kesebelas murid di Yerusalem mengenai
penampakan Yesus di Emaus, mereka yang di Yerusalem itu juga menegaskan bahwa “Tuhan
telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”. Akan tetapi, Lukas tidak menceritakan
Petrus secara khusus mendapat penampakan Tuhan. Memang dalam 1Kor 15:5, Paulus
menyebut bahwa Yesus menampakkan diri kepada Kefas, yaitu Petrus, dan menyebutkan
murid-murid lain. Namun demikian, apa yang dialami Petrus sesungguhnya? Rasa-rasanya
memang dengan sengaja Lukas hanya menyebut Petrus “heran memikir-mikirkan apa yang
telah terjadi” . Pendengar Injil diajak ikut serta dalam pengalaman Petrus mengenai ”apa yang
telah terjadi itu”, yakni Yesus tidak lagi berada di tempat orang mati dan hanya kain kafannya
yang ada di situ. Petrus akan sampai pada kesadaran bahwa Yesus sudah bangkit. Peristiwa
“kebangkitan” Yesus merupakan berita heboh. Meski Kitab Suci telah menjelaskan peristiwa
kebangkitan Kristus Yesus, akal budi “manusia modern” kerap masih menyangkalnya, karena
manusia lebih mengandalkan pengetahuan, teknologi dan pemikirannya sendiri. Tak ada ilmu
yg bisa menjawab ‘misteri kematian”. Hanya iman akan kebangkitan Yesus Kristus,
misteri kematian, terpecahkan. Yaitu “ada hidup kekal setelah kematian”. Rasakan
kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan yg telah mengalahkan maut bagi kita. Met Paskah !
Kis. 2:14;22-32
Senin, 6 April 2015
Mat.28:8-15
-----------------Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari
cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa
dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya
serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah
kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan
melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota
dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah
berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang
kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya
datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini
kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh
kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada
mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Renungan
Sogok-menyogok adalah prakarsa iblis, adalah suatu tindakan kejahatan yang berwajah
manusiawi karena memang sering kita jatuh dalam kejahatan ini. Kadang kala, hanya karena
gengsi, hanya karena takut kehilangan kekuasaan/untuk mendapatkan kedudukan, orang lalu
melakukan praktek suap-menyuap. Inilah problem yang terus menggoda kita manusia sampai
zaman sekarang. Kebangkitan Kristus, ingin meneguhkan setiap hati yang prihatin akan
kenyataan-kenyataan yang jahat ini, bahwa kebangkitan Kristus mengalahkan segalanya.
Walaupun ada praktek itu, tetapi berita tentang kebangkitan Yesus tidak dapat dibendung. Ia
tersebar luas sampai zaman ini dan akan tetap actual sepanjang masa. Karena itu, kejahatan
selalu tidak memiliki masa depan.
Dalam Injil diceritakan, kebenaran dan fakta bahwa Yesus bangkit dari mati hendak dikaburkan
dgn uang. Jaman sekarang pun, uang dpt memutarbalikkan fakta, dengan uang bisa membeli
kebenaran. Maka, orang berjuang mengumpulkan uang se-banyak2 nya, karena disangka uang
itu bisa mengatasi se-gala2nya. Karena uang, orang bisa mengabaikan hati nurani, seperti yg
dilakukan penatua orang Yahudi. Namun . . . ‘kebenaran sejati’ tidak tergoyahkan. Kita umat
Katolik harus menjadi ‘saksi Kristus’ yang sungguh telah bangkit.
Kis. 2:36-41
Selasa, 7 April 2015
Yoh.20:11-18
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam
kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di
sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikatmalaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka:
"Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata
demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa
itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang
engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya:
"Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan
berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya:
"Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah
kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan
berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang
mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Reungan
Kalau kita renungkan bacaa Injil ini dengan saksama, tentang kisah Maria Magdalena yang
begitu terpesona dengan sosok kehadiran Yesus, maka kita akan mendapatkan makna kata-kata
bijak di atas. Kerinduan yang sekarang telah terpenuhi karena Yesus hadir di hadapan Maria,
sungguh mendatangkan suka cita jiwa yang luar biasa. Tapi apa yang terjadi, cinta tak
selamanya harus dimiliki dalam kenyataan, cinta tak selamanya harus menyatuhkan yang
mencintai dan dicintai dalam satu tempat. Cinta sejati harus dilandasi oleh kerelaan untuk
membiarkan yang dicintai bertumbuh dan berkembang, bahkan pergi dari kita. “Janganlah
engkau memegang Aku...Tapi pergilah...! Maria dan Yesus harus saling melepaskan agar
cinta itu bukan hanya dinikmati oleh mereka berdua, tapi menjadi milik banyak orang. Itulah
makna keselamatan. Inilah yang terjadi dari pihak Allah sebagai Bapa, Yang rela melepaskan
Putra kesayangan-Nya menderita di salib dan mati hanya demi keselamatan mereka yang
dicintai; Yesus harus merelakan dan mengutus para murid-Nya untuk pergi dalam peristiwa
kenaikan-Nya ke surga; Pergilah! Dan Jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Demikian pun apa
yang terjadi dalam Injil hari ini, Yesus melepaskan Maria untuk pergi mewartakan kepada
murid-murid tentang kebangkitan-Nya. Karena itu, aku hanya mau mengatakan kepadamu
sebagai saudaraku; “Mungkin saat ini Anda mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang
Anda cintai?” Timbalah kekuatan dari Allah yang kehilangan Putra kesayangan-Nya; Tariklah
pelajaran dari perpisahan Yesus dan para murid-Nya; Dan, belajarlah dari Maria Magdalena
yang kehilangan Yesus yang dicintainya. Dibalik semuanya itu, aku membisikan kepadamu;
Sedalam cinta yang Anda miliki, sedalam juga hidup yang Anda nikmati, dan betapa indahnya
jika kita mampu membiarkan yang dicintai bertumbuh dan bahkan harus pergi dari kita untuk
mendapatkan kebahagiaan yang mereka rindukan.
Sumbangan dari Sr. M. Claudia, OSF, S.Pd. AUD
TK Marsudirini Bekasi
RABU, 8 APRIL 2015
Luk.24 : 13 – 35
================
Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus
13
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang
terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala
sesuatu yang telah terjadi. 15Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah
Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. 16Tetapi ada sesuatu yang
menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia 17Yesus berkata kepada
mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan
muka muram.18Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya
orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan
ini?" 19Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang
Nazaret. Dia adalah seorang nabi , yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan
di depan seluruh bangsa kami. 20Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah
menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 21Padahal kami dahulu
mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu
telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. 22Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah
mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, 23dan tidak menemukan mayat-Nya.
Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang
mengatakan, bahwa Ia hidup. 24Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati,
bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat. " 25Lalu
Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak
percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26Bukankah Mesias harus menderita semuanya
itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? " 27Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci , mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabinabi. 28Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan
perjalanan-Nya. 29Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan
kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk
tinggal bersama-sama dengan mereka. 30Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti,
mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya v dan memberikannya kepada mereka. 31Ketika itu
terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia,w tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah
mereka. 32Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci y kepada kita?" 33Lalu
bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid
itu.Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.34 Kata mereka itu:
"Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon. 35 Lalu kedua orang
itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu
Ia memecah-mecahkan roti.
Renungan
Penderitaan yang dialami saat ini dapat membawa kemenangan untuk selama-lamanya.
Pada O2SN tahun ini, Ayla dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti pertandingan bulutangkis.
Ayla sudah beberapa kali menjadi pemenang baik tingkat sekolah, tingkat kelurahan, maupun tingkat
kecamatan. Namun saat pertandingan O2SN Ayla kurang konsentrasi. Ia kalah dan tidak memperoleh
kejuaraan . Ayla langsung lemas , tak berdaya dan galau. Ia merasa bersalah karena tidak dapat meraih
piala untuk dibawanya ke sekolah. Bapak guru olahraga dan teman-temannya memberikan semangat
serta hiburan supaya Ayla tidak patah semangat dengan kekalahan ini. Bapak guru menyampaikan
pesannya; ”Ayla, semoga kekalahan ini membawa kita semangat untuk berlatih lebih sungguh-sungguh .
Dan jangan lupa, dalam menghadapi apapun kita tetap bersandar pada Tuhan yang memberi talenta
kepada kita.” Jawab Ayla: ” Ya pak, terima kasih bapak sudah memberi semangat kepada saya.” Ayla
tidak sedih lagi. Ia dapat menerima kekalahan dan berjanji dalam hatinya, “Tuhan, aku mau belajar dan
berlatih dengan sungguh-sungguh supaya pada kesempatan lain dapat mengikuti lomba dengan baik dan
dapat membawa nama baik sekolahku. Semoga kemenangan yang lalu tidak membuat aku sombong dan
meremehkan. Semoga kekalahan ini tidak melumpuhkan semangatku untuk terus dan terus berlatih.”
Ketika impian kita runtuh dan hati kita hancur, kita mungkin merasa bahwa semuanya telah lenyap
dan tak ada yang tersisa. Karenanya, diperlukan jamahan Allah agar mata kita terbuka dan melihat
keagungan rencana-Nya. Ketika Kristus yang disalib dan bangkit berjalan bersama dua murid menuju
Emaus, keduanya sedang menyesali kematian-Nya. “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah
yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Demikian kata mereka kepada Yesus yang tidak
mereka kenali. Tetapi Yesus berkata, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke
dalam kemuliaan-Nya” Akhirnya mereka sadar bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan Yesus.
Baik kalau kita yakini bahwa saat kita mengalami kegagalan, Tuhan yang bangkit akan datang untuk
menghibur dan memberikan kedamaian kepada kita. Dia menyatakan kemuliaan-Nya serta kemenangan
abadi yang menjadi milik kita berkat salib-Nya. Amin.
Kamis, 9 April 2015
Lukas 24:35-48
-----------------------35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana
mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. 36Dan sementara mereka
bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata
kepada mereka:"Damai sejahtera bagi kamu!" 37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka
bahwa mereka melihat hantu. 38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihatlah tangan-Ku dan
kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan
tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 40 Sambil berkata demikian, Ia
memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.41 Dan ketika mereka belum percaya
karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di
sini?"42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 43Ia mengambilnya dan
memakannya di depan mata mereka.44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang
telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabinabi dan kitab Mazmur. 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab
Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati pada hari yang ketiga,47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa 3 harus disampaikan kepada segala bangsa , mulai dari
Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
Renungan :
Kubur Kristus yang kosong memenuhi hati kita dengan pengharapan
Suster, ibu, bapak dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, injil hari ini
mengisahkan hari kebangkitan yang pertama diawali dengan kemuraman dan keputusasaan
para murid Tuhan. Tiga hari sebelumnya, Guru mereka telah disalib dan dikuburkan.
Bayangkan, mereka berkumpul bersama di dalam rumah yang tertutup sambil "berkabung dan
menangis." Rasanya kesedihan mereka dapat kita mengerti. Kita pun akan bersedih manakala
orang yang kita sayangi meninggakan kita untuk selama-lamanya. Namun yang dialami para
murid masih ditambah dengan perasaan takut dan was-was kalau mereka akan mengalami nasib
yang sama.
Beruntung hal itu tidak perlu berlangsung berkepanjangan. Melalui bacaan yang kita
dengar bersama, Yohanes menyatakan kepada kita bahwa sebelum hari itu berakhir para murid
sudah bersukacita. Pagi hari mereka berkabung, tetapi di malam hari mereka telah bersukacita.
Apa gerangan yang terjadi? Di saat mereka sedang mendengarkan dan memperbincangan
pertemuan dua orang murid yang hendak pulang ke Emaus dengan Yesus, Yesus datang
mengunjungi mereka. Pada mulanya mereka terkejut dan takut, menyangka bahwa mereka
melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa
sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku
sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti
yang kamu lihat ada pada-Ku." Luar biasa. Pertemuan dengan Tuhan mereka yang bangkit
ternyata membuat segala sesuatu berbeda. Dukacita berubah menjadi sukacita, tangisan
berubah menjadi kegembiraan.
Namun sebenarnya masih ada hal yang lebih dalam dan lebih besar lagi dalam peristiwa
ini yang perlu kita renungkan. Sesungguhnya para murid sama sekali tidak perlu berdukacita
dan menangis. Itu sebabnya Yesus tidak bersimpati dengan kepedihan hati mereka yang hancur.
Yesus justru mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka. Sebenarnya Yesus telah
memberitahu mereka berulang kali bahwa Dia akan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga. Bahkan para musuh-Nya mengingat perkataan itu, tetapi justru murid-murid-Nya
lupa akan janji tersebut. Mereka dipenuhi dengan kepedihan karena tidak mempercayai janjiNya.
Suster, ibu, bapak dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, poin penting yang
perlu kita yakini adalah bahwa kita pun dapat memiliki alasan yang kuat untuk memiliki
pengharapan yang penuh sukacita sementara menantikan kedatangan Tuhan kita yang telah
bangkit. Tidak perlu ada kesedihan dan duka cita yang berkepanjangan. Selalu ada harapan.
Jumat, 10 April 2015
Yohanes 21:1-14
------------------------Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias
1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau
Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2Di pantai itu berkumpul Simon Petrus,
Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan
dua orang murid-Nya yang lain. 3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap
ikan ." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik
ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus
berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 5 Kata Yesus
kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak
ada." 6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu , maka
akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi
karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu
Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya,
sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan
perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka
menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan
di atasnya ikan dan roti. 10Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru
kamu tangkap itu." 11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikanikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak
koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara muridmurid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia
adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka,
demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
RENUNGAN
Mata iman dapat melihat Allah yang sedang bekerja.
Masih ingatkah Anda permainan anak-anak yang disebut Petak Umpet? Setiap anak bias
dipastikan pernah bermain petak umpet. Permainan murah meriah yang dapat dimainkan oleh
beberapa anak. Semakin banyak yang ikut akan semakin seru. Seorang anak sebagai penjaga
akan menutup matanya sambil menghitung sementara yang lain sembunyi. Setelah sampai
hitungan ke sepuluh, yang berjaga mulai mencari persembunyian temannya satu persatu. Jika
ditemukannya, ia berteriak kemudian menyebut namanya. Misal saat melihat Okky di balik
pohon mangga ddia akan berterik, ”Dor, aku melihat Oky di balik pohon mangga.” Oky harus
keluar dan menunggu bersama teman lain yang sudah ditemukan lebih dulu. Si penjaga akan
mencari terus sampai semua teman yang ersembunyi diketemukan. Yang berjaga merasa
senang dan bangga kalau semua berhasil ditemukan .
Permainan itu mengingatkan kita akan murid-murid Yesus dan usaha mereka yang sia-sia
saat menjala ikan di dalam Yohanes 21:1-7. Pagi-pagi sekali, di dalam kabut mereka melihat
seorang lelaki berdiri di pinggir pantai, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah
Yesus." Anak-anak-Ku, apakah kalian mempunyai lauk-pauk?" tanya Yesus. "Tidak," jawab
mereka."Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu," kata-Nya, "Maka kalian akan mendapat
ikan."Mereka mematuhi-Nya dan jaring mereka pun penuh dengan ikan sehingga tidak dapat
mereka tarik."Itu Tuhan!" teriak Yohanes.Itulah salah satu peristiwa "aku melihat", dan
Yohanes, "murid yang dikasihi Yesus", adalah yang pertama kali mengenali Yesus.
Mintalah kepada Allah agar kita diberi mata yang dapat "melihat" Yesus, baik dalam
situasi yang luar biasa atau dalam kegiatan sehari-hari. Jika kita menaruh perhatian, maka
kitaakan melihat tangan-Nya bekerja sementara orang lain tidak melihat apa-apa. Dalam
kesempatan duduk-duduk bersama dengan teman , atau keluarga , cobalah bermain "Aku
melihat" bersama-sama . Jika seorang anggota keluarga atau teman melihat suatu pekerjaan
Allah di sekitarnya, ciptaan-Nya maka ia akan berseru, "Aku melihat!" Pekerjaan Allah
tersebut dapat berupa indahnya matahari tenggelam atau , indahnya bentuk rumput atau bunga,
daun, keunikan binatang dan berkat-berkat yang istimewa lainnya. Semua pengalaman itu
mengingatkan kitaakan kehadiran Allah di dunia ini dan dalam hidup kita.
Cobalah nanti untuk bermain "aku melihat" dan izinkan hadirat Tuhan meyakinkan kita akan
kasih dan pemeliharaan-Nya
.
Sabtu, 11 April 2015
Markus 16:9-15
----------------------Yesus beberapa kali menampakkan diri dan mengutus murid-murid-Nya Yesus terangkat ke
sorga
9 Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan
diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. 10 Lalu
perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan
yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. 11 Tetapi ketika mereka mendengar,
bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. 12 Sesudah itu Ia
menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam
perjalanan ke luar kota. 13 Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada temanteman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya. 14 Akhirnya Ia
menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela
ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orangorang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. 15 Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
RENUNGAN
Injil hari ini mengisahkan tentang peristiwa kebangkitan Yesus. Secara singkat Markus
menceritakan bagaimana Yesus dibangkitkan dari kematian. Namun para murid tidak percaya.
Yesus mencela ketidakpercayaan mereka. Namun demikian, kepada merekalah kemudian
Yesus memberikan tugas pewartaan untuk memberitakan Injil, kabar sukacita keselamatan
Allah kepada segala bangsa dan kepada setiap makhluk. Warta keselamatan harus diwartakan
kepada segenap alam ciptaan.
Setiap murid Kristus, pada hakekatnya adalah misionaris. Kepada setiap kita dibebankan
tugas dan panggilan ini; mewartakan Injil dan memberi kesaksian atas karya keselamatan
Allah.Tugas mewartakan Injil ini adalah tugas setiap dari kita. Mungkin kita bertanya:
bagaimana tugas ini harus dilaksanakan?
Menjalankan hidup harian sebagai orang katolik yang baik, adalah kesaksian itu
sendiri.Bermisi tidak harus pergi ke tanah misi.Hidup secara baik dan benar sebagai anak
Tuhan, dalam hidup sehari-hari, adalah juga bentuk dari kesaksian kita.Sebagai anak
sekolah,kita dapat membantu orang tua dengan belajar yang sungguh-sungguh, dengan
membantu pekerjaan rumah yang mampu kukerjakan.
Sebagai anak, kita dapat mewartakan lewat sikap, kata, dan tindakan kita yang
bertanggung jawab. Rela menolong, mau berbagi, ramah, tidak marah-marah, selalu gembira
menerima tugas dari guru. Sebagai pendidik, kita diberi anugerah untuk mewartakan,
memotivasi murid supaya dapat berhasil dalam belajarnya.Kita dipanggil untuk menjadi saksi
cinta Tuhan, dalam kehidupan nyata sehari-hari. Maukah aku menjalankan tugas yang dari
Yesus seperti itu ?
Semoga kita sanggup menjadi misionaris Tuhan Yesus dengan menunjukkan sikap, kata, dan
perbuatan yang berkenan kepada Tuhan Yesus. Amin.
Minggu, 12 April 2015
Yohanes 20:19-31
---------------------------Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya
19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di
suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang
Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! " 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan
tangan-Nya dan lambung-Nya j kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka
melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikianjuga sekarang Aku mengutus kamu " 22 Dan sesudah berkata
demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus . 23 Jikalau kamu
mengampuni dosa orang , dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap
ada, dosanya tetap ada." 24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut
Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.25 Maka kata muridmurid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada
mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan
jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali
aku tidak akan percaya. " 26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam
rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus
datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi
kamu! " 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak
percaya lagi, melainkan percayalah. " 28Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan
Allahku!" 29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." 30 Memang masih banyak
tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab
ini, 31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah
Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
RENUNGAN :
Ketika kita menemukan Kristus kita mendapati bahwa kitalah orang yang hilang itu
Dalam bukunya Jesus Among Other Gods, Ravi Zacharias bercerita tentang seorang gadis
yang tersesat tanpa harapan di dalam sebuah hutan yang gelap dan lebat. Gadis tersebut
memanggil-manggil dan berteriak, tetapi percuma saja. Tidak ada seorangpun yang mendengar
teriakannya. Orangtuanya yang kalut dan sekelompok sukarelawan mencarinya dengan cemas.
Ketika malam tiba, mereka harus menghentikan pencarian dan kembali ke rumah masigmasing.
Keesokan harinya ketika hari masih pagi, ayah gadis itu masuk lagi ke dalam hutan untuk
mencarinya dan melihatnya sedang tidur nyenyak di atas sebuah batu. Sang ayah kemudian
memanggil namanya dan berlari mendekatinya. Setelah terbangun karena terkejut, gadis itu lalu
mengulurkan tangan kepada ayahnya. Ketika sang ayah menyambut dan memeluknya, gadis itu
berulang kali berkata, "Ayah, aku menemukanmu!" Padahal sebetulnya ayahnyalah yang
menemukan dia
Dengan menerapkan cerita ini pada pencarian Maria Magdalena akan Yesus dalam Yohanes
20, Ravi Zacharias mengatakan, "Maria menemukan kebenaran yang paling mengejutkan
melebihi semua hal ketika ia datang mencari tubuh Yesus. Ia tidak sadar bahwa orang yang ia
temui ternyata adalah Dia yang telah bangkit, dan Dia datang untuk mencarinya."
Kita, orang yang memercayai Yesus, terkadang mengatakan "menemukan" Dia. Namun,
sebenarnya justru sebaliknya yang terjadi. Allah yang setia selalu berusaha merengkuh hidup
kita. Mengapa Allah mencari terlebih dahulu? Karena, seperti gembala yang pergi ke dalam
kegelapan untuk menemukan satu domba yang terhilang, Allah pun mencari kita. Dia
menunggu kita untuk menyadari keadaan kita yang terhilang dan mengulurkan tangan kita
kepada-Nya. Dia akan menjemput, memeluk, dan memberi kita kedamaian-Nya.
Senin, 13 April 2015
Yohanes 3:1-8
------------------------Percakapan dengan Nikodemus
1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2 Ia
datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi , kami tahu, bahwa Engkau datang
sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tandatanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya, " 3 Yesus menjawab, kataNya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali , ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah." 4Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin
seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan
dilahirkan lagi?" 5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6 Apa yang
dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah
roh. 7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali. 8Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak
tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh "
RENUNGAN
Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan yang dihasilkan oleh rasio, yang berupa
konsep-konsep disebut juga conceptual knowledge dan pengetahuan yang muncul karena kasih
disebut jua intuitive knowledge. Pada dasarnya conceptual knowledge tidak banyak mengubah
perilaku seseorang. Tidak heran bila ada orang yang pandai menerangkan tentang hidup
beriman, namun perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Tidak aneh kalau masih banyak
koruptor dinegara kita sekalipun gereja penuh disetiap hari minggu, mesjid-mesjid penuh saat
hari Jumat, juga di tempat-tempat ibadah lainnya. Tidak aneh kalau ada Ada anak yang pandai
dalam ilmu, cerdas, selalu mendapat nilai sangat bagus, tetapi dalam sikap hidupnya sangat
disayangkan, karena suka mengganggu di kelas, sering iseng, dan malas berdoa. Sebaliknya,
pengetahuan yang didapat dari pengalaman akan kasih pasti akan mengubah perilaku
seseorang. Orang yang kasar akan menjadi lunak kalau diperlakukan dengan lemah lembut.
Orang yang marah akan reda emosinya manakala kita menghadapi dengan sabar dan mengalah.
Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Nikodemus, seorang guru Yahudi, tahu bahwa Yesus adalah Mesias, datang dari Allah,
tetapi pengetahuan itu tidak mengubah perilakunya. Dia tak mampu mencerna sabda Yesus:
”Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah!”
Secara konseptual, dia tahu Yesus dari Allah, tetapi hatinya tidak mengamininya. Hatinya tidak
setuju. “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” Pertanyaan
Yesus ini kiranya layak kirenungkan. Mungkin dalam hidup sehari-hari, kita juga masih sering
banyak berbicara dan tidak memahami atau tidak mengetahui apa yang kita bicarakan. Hal ini
mengandaikan bahwa orang yang tahu apa yang ia katakana harus disertai dengan bukti nyata
dalam tindakan. Orang mengistilahkan tidak hanya omong doang (OD). Dan oleh Santo
Yakobus diistilahkan iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, sia-sia. Menjadi
murid Yesus tidak cukup hanya dibaptis, setiap minggu ke gereja, berdoa dan memiliki
pengetahuan tentang Yesus dan Gereja. Murid Yesus harus lahir dan hidup dalam Roh serta
menjadi bagian dari dinamika Kerajaan Allah. Roh Yesus harus menjadi api hidupnya.
Bersaksi sebagai murid Kristus tidak cukup hanya dalam kata-kata atau berteori saja,
namun harus disertai dengan perbuatan nyata. Maka dalam bahasa Jawa bisa diistilahkan perlu
“manunggaling karsa, sabda, lan karya”. Perlu keterpaduan atau keselarasan antara kehendak,
perkataan, dan karya nyata. Menjadi murid Yesus tidak cukup hanya dibaptis, setiap minggu ke
gereja, berdoa ala kadarnya dan memiliki pengetahuan tentang Yesus dan Gereja. Murid Yesus
harus lahir dan hidup dalam Roh serta menjadi bagian dari dinamika Kerajaan Allah. Roh
Yesus harus menjadi api hidupnya.
Untuk itu marilah mulai sekarang kita berusaha untuk mewartakan apa yang pernah kita
dengar dari Yesus dan tentang Yesus, sekaligus kita melaksanakan dalam tindakan nyata apa
yang telah kita lihat dan diteladankan oleh Yesus dengan karya dan sikap hidupNya. Murid
Yesus adalah orang yang setia melakukan perintah dan teladanNya Bagaimana caranya? Kita
dapat mengambil bagian dalam aktivitas dinamika Gereja di mana kita berada. Bisa menjadi
putra-putri altar, putri sakristi, menjadi lektor, menjadi pemazmur, terlibat dalam doa
lingkungan atau wilayah dll.
Marilah berdoa :Tuhan Yesus, lahirkanlah aku dalam Roh Kudus-Mu agar aku mampu ambil
bagian dalam mewujudkan Kerajaan Allah. Amin.
Selasa, 14 April 2015
Yohanes 3:7-15
------------------------7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak
tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh . " 9 Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu
terjadi? " 10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal
itu? 11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami
ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima
kesaksian kami. 12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal
duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal
sorgawi? 13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah
turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang
gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,15supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
RENUNGAN ;
Kita berharga di mata Tuhan
Seberapakah harga nyawa seorang manusia? Pertanyaan ini sering diperdebatkan dalam
berbagai kasus, dari aborsi hingga eutanasia. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa setiap
orang memiliki nilai yang istimewa? Apa yang membuktikan bahwa setiap orang baik laki-laki
atau perempuan, orang tua ataupun anak-anak benar-benar berharga? Sesungguhnya kita dapat
mengetahui nilai satu jiwa karena Yesus.
Alkisah, Muretus, seorang cendekiawan Kristen pada abad ke-16, jatuh sakit ketika
sedang dalam sebuah perjalanan. Para dokter yang dipanggil untuk merawatnya tidak
mengenalnya, ditambah lagi penampilannya tidak jauh berbeda dengan orang kebanyakan.
Karena itu mereka berkata: 'Mari kita lakukan sebuah eksperimen terhadapnya karena
tampaknya ia bukan orang penting.' Muretus mendengarnya dan berkata kepada para dokter itu:
"Jangan pernah menganggap siapa pun rendah, karena Kristus telah mati bagi setiap manusia.
Rasul Paulus berkata bahwa Kristus telah "mati untuk semua orang" (2Korintus 5:15).
Yesus berkata bahwa karena kasih Allah akan dunia ini, maka Allah Bapa mengutus Anak-Nya
untuk mati di kayu salib (Yohanes 3:16). Jadi, bila Kristus telah memberikan nyawa-Nya agar
setiap orang dapat diampuni melalui iman kepada-Nya, maka dapat dikatakan bahwa nilai
setiap orang memang jauh lebih tinggi dari yang dapat kita bayangkan. Dia telah mati bagi
semua orang, yang berarti Dia telah mati bagi setiap individu. Hal itu menunjukkan kepada
kita, betapa berharganya nilai jiwa manusia bagi Tuhan.
Apakah yang membuat hidup ini berharga? Apakah ketenaran, kekuasaan, kepandaian,
jabatan, atau pengaruh? Tidak, jawab Harold Hughes, yang terpilih menjadi salah seorang
senator Amerika Serikat, yang ditanya setelah selesai menjabat sebagai gubernur Iowa.
Menurut orang Amerika yang sukses dan disegani ini, yang membuat hidup menjadi berharga
adalah hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Dalam otobiografinya, Hughes dengan sedih
mengakui bahwa pada masa-masa awal hidupnya, ia adalah seorang "pemabuk, pembohong,
dan penipu." Setelah mengalami kejatuhan yang dalam, dengan rasa malu dan putus asa ia
memutuskan untuk bunuh diri. Namun sebelum itu, ia merasa perlu memberitahu Allah
mengapa ia melakukannya. Sementara ia menangis dalam keadaan yang tertekan, keajaiban
terjadi. "Seperti seorang anak kecil yang tersesat di tengah badai, tiba-tiba saya jatuh ke dalam
tangan Bapa yang penuh kehangatan." Dan manakala ia merasakan anugerah pengampunan
Allah, ia pun berjanji, "Apa pun yang Engkau minta ... saya akan melakukannya." Itulah awal
kehidupan yang baru bagi Harold Hughes, suatu kehidupan yang benar-benar berharga.
Kita baru saja merayakan hari raya Paskah dengan gembira dan meriah. Kita bersyukur
bahwa setelah 40 hari berpuasa dan bertobat akhirnya kita boleh menyambut kebangkitan
Yesus dengan hati yang bersih. Hari ini masih dalam oktav paskah. Selama oktav paskah dalam
perayaan ekaristi ada madah kemuliaan. Ini merupakan ungkapan syukur dan bakti kita kepada
Tuhan. Kita muliakan kebangkitan-Nya mengalahkan maut. Kita muliakan cinta Allah yang
agung kepada kita. Ia merelakan diri demi kasihNya kepada kita. Kita sungguh
berhargabagiNya. Maka betapa pun besarnya kehancuran dan kekalahan yang menimpa kita,
kita dapat mengalami pembaruan yang sama, yakni dengan membuka hati kita kepada Yesus
Kristus di dalam iman. Itulah janji yang pernah diberikan oleh sang Juru Selamat kepada
Nikodemus di suatu malam (Yohanes 3:16)--janji akan kehidupan yang baru, kehidupan yang
berkelimpahan dan kekal, kehidupan yang berharga. Marilah kita berusaha terbuka akan kasih
Allah, akan pengampunanNya, niscaya kita akan merasakan bahwa kita sungguh berharga di
mata Tuhan.
Rabu, 15 April 2015
Yohanes 3:16-21
-----------------------16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18Barangsiapa percaya
kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah
hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu:
Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada
terang , sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat jahat,
membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang
jahat itu tidak nampak; 21tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang,
supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Renungan
“Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang pada terang itu supaya
perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak”
"Sluman-slumun slamet" diam-diam agar selamat, demikian salah satu semboyan orang
Jawa. Motto ini sebenarnya baik, karena mendorong orang untuk memiliki keyakinan, tidak
perlu takut, tidak perlu kuatir untuk melakukan kebaikan. Namun bagi orang yang berniat jahat
"Sluman-slumun slamet" ini akan difahami dan dihayati lain, yaitu jika melakukan kejahatan
maka akan dilakukannya dengan diam-diam, bersembunyi dalam kegelapan, agar tidak
ketahuan alias selamat. Korupsi, mencuri, menyontek dan tindakan-tindakan jahat lainnya
adalah tindakan yang sembunyi-sembunyi dan dalam kegelapan.
Sebaliknya, kita semua sebagai orang beriman yang memperoleh anugerah terang sejati
yaitu Kristus, Sang Terang Sejati diharapkan menjadi saksi iman dengan senantiasa melakukan
hal-hal yang benar dengan terang-terangan alias tanpa takut dan gentar. "Tetapi barang siapa
melakukan yang benar, ia datang kepada terang supaya menjadi nyata bahwa perbuatanperbuatannya dilakukan dalam Allah” demikian sabda Yesus, Sang Terang Sejati, yang telah
wafat di kayu salib dan bangkit dari mati, untuk menerangi siapa pun yang beriman kepadaNya.
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati, marilah kita senantiasa
melakukan hal-hal yang baik dan benar dalam terang cahaya Kristus dengan menghayati
keutamaan-keutaman hidup sebagai buah Roh, seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23).
Dan jangan takut kepada terang, jangan takut menjadi terang, jadilah terang seperti kisah lilin
berikut ini.
Suatu sore seorang pria mengambil sebatang lilin kecil dari sebuah kotak dan mulai
mendaki tangga yang panjang dan melingkar-lingkar. “ Kita mau kemana?” tanya sang lilin itu.
Kita mau naik ketempat yang lebih tinggi untuk memberi petunjuk jalan ke pelabuhan kapalkapal. “ tapi tak ada satupun kapal yang melihat cahaya saya” jawab Si Lilin “ cahayaku sangat
kecil”. Lalu kata Pria itu, “ Jika cahayamu kecil, tetaplah menyala dengan terang, lalu biarlah
Aku yang akan mengurus bagaimana selanjutnya.” Ketika mereka mencapai puncak tangga itu,
mereka tiba pada sebuah lampu yang sangat besar. Kemudian pria itu menyalakan lampu itu
dengan nyala dari lilin kecil yang dibawanya tadi. Dengan serta merta kaca-kaca pemantul yang
ada dibelakang lampu itu mengirimkan cahaya yang besar, terang dan bersinar jauh ke tengah
laut.
Kita yang beriman kepada Kristus adalah lilin-lilin Allah. Tugas kita adalah bersinar terus, dan
kita serahkan hidup dan kegunaan kita ke dalam tangan-Nya.
Emanuel Sri Joko, Mpd
SMP Marsudirini Bekasi
Kamis, 16 April 2015 (Pekan Paskah II)
Bacaan 1
: Kis 5 : 27 – 33
Mazmur
: Mzm 34:2.9 17-18 19-20
Injil
: Yoh 3 : 31 - 36
---------------------------------------------------Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk
pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas
semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi
tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia
mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang
menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.
Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya
kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak
akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."
Renungan
“Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah
mengaruniakan roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak, dan tetalh menyerahkan
segala sesuatunya kepadaNya. Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup kekal”
Ada pepatah mengatakan: Hidup ini menyediakan banyak pilihan. Dan sepertinya pepatah
ini banyak benarnya. Ketika kita mengujungi pasar yang besar, disana dijual berbagai macam
barang. Ibaratnya dari kebutuhan dapur hingga kebutuhan kamar tidur tersedia di sana. Dari
harga gedongan hingga kaki lima semua tersedia. Tidak mampu beli yang baru, yang bekas
pun juga ada. Ada begitu banyak pilihan. Begitu juga dalam kehidupan ini begitu banyak
pilihan yang tersaji. Namun hidup kita ternyata tidak sesimpel memilih barang di pasar.
Ditengah kehidupan yang kita jalani pilihan-pilihan hidup tidaklah selalu mudah dan tidak
selalu berjalan dengan mulus. Sebaliknya, kita justru dihadapkan dengan berbagai macam
persoalan, kesulitan, pergumulan, penderitaan bahkan petaka.
Dalam situasi seperti ini, di hadapan kita tersedia dua pilihan. Pilihan pertama adalah larut
dalam penderitaan dan membiarkan diri kedalam rasa duka tanpa harapan, dan mungkin
berakhir dalam muara keterasingan. Ini biasanya dialami oleh mereka yang sudah putus asa dan
merasa tidak ada kawan atau kerabat yang bisa membantu. Sedangkan pilihan kedua adalah
menerima penderitaan dengan ikhlas, pasrah dan berserah diri kepada Tuhan. Dan, kita justru
tidak kehilangan pengharapan dan rasa percaya kepada Tuhan. Dengan iman yang tetap
bertahan, dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak selamanya membiarkan kita berkubang dalam
penderitaan hidup.
O... ya, sebenarnya ada pilihan ketiga yaitu kita melawan penderitaan dengan melupakan
penderitaan itu. Tapi ini adalah pilihan terburuk, sebab penderitaan itu bukan untuk dilupakan
namun untuk dihadapi. Dihadapi dengan iman bahwa di lembah kekelaman pun Tuhan hadir
bersama kita. Percayalah bahwa Tuhan justru menggendong kita saat kita menderita. Mari kita
ikuti kisah ini :
Pada suatu hari seorang lelaki bermimpi bahwa dia sedang berjalan menyusuri pantai
dengan Tuhan. Di langit tergambar peristiwa masa lalu hidupnya. Setiap kali dia melihat, selalu
ada 2 pasang jejak telapak kaki di pasir. Satu pasang adalah jejak kakinya dan sepasang lainnya
adalah jejak kaki Tuhan. Namun dia heran dan bingung karena kadang hanya terlihat ada satu
pasang telapak kaki, dimanakah sepasang lainnya. Ketika dia mengingat-ingat, justru saat itulah
saat-saat yang paling menyedihkan dan paling sulit dalam hidupnya. Hal ini tentu sangat
menjengkelkan dan dia mengeluh kepada Tuhan sambil berkata’ “ Tuhan, Engkau pernah
berkata kepadaku bahwa bila aku memutuskan mengikutiMu, Engkau akan selalu berjalan
mengikutiku. Tetapi justru sekarang, saat hidupku dalam keadaan sulit dan menderita, aku
hanya melihat sepasang jejak kaki. Aku tidak mengerti mengapa Engkau meninggalkanku,
justru saat-saat aku sangat membutuhkan pertolongan dan pendampinganMu”
Lalu Tuhan menjawab “ AnakKu, justru pada saat saat itu Aku tidak pernah
meninggalkanmu. Kamu hanya melihat satu pasang kaki kah? Ya, benar karena justru pada
saat-saat itu aku memang tidak berjalan bersamamu, tapi aku justru sedang menggendongmu”
“Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup kekal.”
Emanuel Sri Joko, Mpd
SMP Marsudirini Bekasi
Jumat, 17 April 2015 (Pekan Paskah II)
Bacaan 1
: Kis : 5:34-42
Injil
: Yoh 6 : 1 – 15
-------------------------------------------------Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang
diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan
murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang
sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah
Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu
dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab
Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun
masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara
Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua
ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu
duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu lakilaki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada
mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka
kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah
potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya,
dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah
orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini
adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak
datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke
gunung, seorang diri.
Renungan
Kisah seorang serdadu
Alkisah dalam perang dunia kedua ada seorang serdadu yang istirahat dan berhenti sejenak di
dekat reruntuhan sebuah bangunan gereja di Piliphina. Ia sejenak lalu berkeliling di tempat itu dan
mencoba mengamat-amati situasi dan tempat yang sudah hancur dan porak poranda akibat perang. Tibatiba ia melihat sebuah patung yang berdiri tak terlalu tegak dan hanya bersandar pada reruntuhan
bangunan. Dan yang paling menyedihkan patung tersebut adalah patung Tuhan Yesus yang sudah rusak
dan tanpa kedua tanganNya. Tergerak oleh hatinya sang serdadu ini lalu menempatkan patung Yesus
yang sudah tak bertangan ini di tempat yang lebih baik dan bersih di suatu tempat dekat pohon, Ia
membangun tempat kecil dan sederhana bak sebuah gubuk dengan bekas-bekas kayu reruntuhan.
Setelah selesai, sejenak ia melepaskan penat, dan ia pun berisitrahat.
Ketika rasa lelah telah pergi darinya ia segera akan melanjutkan perjalanannya. Namun sebelum
pergi lagi-lagi ia tergerak hatinya untuk berdoa sejenak dihadapan patung itu. Dalam doanya yang
khusuk ternyata ia hanya bisa terdiam seolah-olah semua telah tertutup dan terkunci akibat hatinya yang
hancur dan pupusnya harapan akibat perang. Tiba tiba ia seperti merasakan dan melihat bahwa patung
tersebut hidup, hidup dan mendekatinya. Sang serdadu ini rasanya ingin sekali untuk memeluknya dan
memohon berkat dari patung Yesus tersebut, namun apadaya ia tahu bahwa patung itu tak bertangan.
Tiba-tiba sebuah mukjijat terjadi pada dirinya. Ia mendengar suara lembut dan penuh kasih dari patung
itu “Aku mengasihimu. BerkatKu bersamamu, jadilah tanganku agar Aku bisa membagikan berkatKu
bagi saudara-saudaramu”
Yesus membuat mukjizat penggandaan "lima roti dan dua ikan" dalam Injil ini, salah satu maksud
penting yang ingin dicapai Yesus adalah "panggilan khusus"dalam menjadi murid Kristus. Yesus
mengundang saya, Anda dan semua murid Kristus, untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya sesuai
dengan levelnya masing-masing. Inilah yang disebut "panggilan khusus," tidak hanya pada batasan
biarawan / biarawati, rohaniwan / rohaniwati, pekerjaan Tubuh Mistik Kristus (Gereja) membutuhkan
banyak pelayan, ujung tombaknya adalah saya serta Anda semua, umat di level paling bawah, umat
yang bersentuhan langsung dengan segenap dinamika masyarakat luas.
Untuk perkerjaan itu melalui Injil-Nya hari ini, Yesus menyentuh hati memanggil jiwa saya dan
Anda, dengan menguji Filipus. Di sini kita jumpai adanya "komunikasi yang tidak nyambung.
Pertanyaan Yesus kepada Filipus: "Di mana kita dapat membeli roti ....?" Tetapi jawaban Filipus : “Roti
seharga dua ratus dinar." Jawaban Filipus benar, tetapi tidak menjawab pertanyaan Yesus, ia lebih dulu
melihat "kesulitan" dan lupa kekuasaan Yesus. Demikian pula Andreas yang melihat hal itu, ia raguragu melihat kebutuhan yang besar tetapi kemampuan yang ada sangat kecil, yaitu hanya 5 roti dan 2
ikan. Inilah sifat buruk kita yang membuat tidak berani menanggapi "panggilan khusus" sebagai murid
Kristus, karena berpusat pada diri kita sendiri, dan kita selalu lupa bahwa "tidak ada yang mustahil bagi
Yesus!"
Ketika dipanggil untuk tugas gereja bahkan hanya diminta untuk ikut kelompok koor, jawaban
yang selalu muncul "Maaf, saya tidak bisa nyanyi, suara saya jelek dan saya tidak bisa apa-apa ... dsb."
Melalui mukjizat penggandaan "lima roti dan dua ikan," Yesus mengundang Anda untuk ikut ambil
bagian dalam karya-Nya, inilah "panggilan kedua" kemuridan Kristus. Sekecil apa pun di tangan Yesus
dapat menjadi besar melampaui kemampuan pikiran kita. Tuhan aku ingin menjadi tangan-tanganMu
agar aku bisa berbagi berkat bagi sesamaku.
Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi
Sabtu, 18 April 2015 (Pekan Paskah II)
Bacaan 1
: Kis 6: 1-7
Mazmur
: Mzm 33:1-2.4-5. 18-19
Injil
: Yoh 6 : 16 – 21
------------------------------------------------Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu
dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang
mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka
mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati
perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan
takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke
pantai yang mereka tuju.
Renungan
“Ini Aku Jangan takut”
Seorang pria buta sedang berjalan dan terjerumus ke dalam sebuah lubang yang dalam
sehingga dia tidak bisa keluar. Maka dia mulai berteriak-teriak keras untuk minta pertolongan.
Kebetulan seorang Guru Besar lewat dekat lobang itu. Mendengar teriakan minta tolong, iapun
mendatangi lubang itu. Dia memandang ke dasar lubang dan memberi ceramah dan nasehat
kepada pria malang itu. Dan di akhir ceramah dan nasehatnya Guru Besar itu mengatakan
“Mengapa engkau begitu bodoh sehingga terperosok ke lubang itu?” Lalu ia pun pergi.
Kemudian datang seorang biarawan saleh. Dia memandang ke bawah dan berkata kepada pria
itu, “saya akan mencoba mengulurkan tanganku sebisa saya, dan Anda harus mengulurkan
tangan ke atas semampu Anda.” Namun karena begitu dalamnya lubang tangan itupun tak
mampu bersentuhan dan akhirnya si biarawan saleh itu mengatakan “Sayang lubang itu terlalu
dalam, dan tangan ku pun tak bisa menggaetmu untuk menolongmu, maaf, sekali lagi maaf.”
Setelah itu orang saleh itupun pergi meninggalkan si orang malang di lubang tersebut.
Kemudian datang orang ketiga. Dialah Yesus. Dia melihat pria itu dan tanpa berkata-kata
Yesus pun masuk dan turun kedalam lubang, setelah itu Yesus berkata, “Aku akan berjongkok
dan naiklah ke atas pundak-Ku agar kamu bisa naik dari lubang ini.” Dan si pria malang itu
bergegas naik di pundak Yesus untuk kemudian keluar dari lubang tanpa berpikir lagi siapa Dia
dan apakah kemudian Dia bisa naik sendiri dari dalam lubang itu atau tidak.
Dari cerita di atas memberi gambaran tentang pengharapan kepada kita akan pertolongan
Tuhan. Jangan Takut! Itulah perkataan Yesus kepada para murid yang ketakutan karena perahu
terombang-ambing oleh gelombang dan angin kencang dan mereka nyaris tidak mengenali
Yesus. Kita pun diombang-ambingkan oleh badai kehidupan itu yang bak lubang dalam yang
membuat kita jatuh dan terjebak dalam lubang dosa yang menganga sehingga kita tidak bisa
keluar dari kubangan dosa yang dalam itu.
Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang tidak dapat melihat segala sesuatunya
dengan jelas, dan bahkan dapat mengaburkan iman. Sehingga mutlak melakukan pandangan
yang terus-menerus kepada Yesus untuk menguatkan iman, serta dapat memberikan
pengharapan dan kekuatan yang pasti kepada kita. Iman yang teguh membuat kita dapat
melangkah dengan pasti dan pengharapan di dalam Yesus membuat kita terus mampu bertahan
meski dosa selalu menggoda, menjerat dan membelenggu akibat kelemahan kita. Sementara
Yesus yang dengan “diam” namun pasti selalu berkarya demi penyelenggaran ilahi atas
keselamatan dan hidup kita. Oleh karena itu, mari kita menghadapi tantangan hidup dalam
panggilan hidup dan karya kerasulan dengan memusatkan pandangan kita kepada Yesus sebab
pepatah dalam bahasa jawa dikatakan “ Gusti mboten sare” (Tuhan tidak tidur) dan Dia terus
berkarya demi keselamatan kita. Dan Ia terus menerus selalu berkata “Tenanglah! Aku ini,
jangan takut!” Deus Providebit.
Emanuel Sri Joko, Mpd
SMP Marsudirini Bekasi
Minggu, 19 April 2015 (Minggu Paskah III)
Bacaan 1
: Kis 3:13-15. 17-19
Bacaan 2
: 1 Yoh 2:1-5a
Injil
: Luk 24:35 - 48
----------------------------------------------------Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana
mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka
bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata
kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka
bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut
dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku:
Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya,
seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan
kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan
kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku
masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia
membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka:
"Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya
ini.
Renungan
Damai sejahtera bagi kamu
Tiap orang mendambakan damai khususnya mereka yang hidup dalam peperangan,
kekacauan dan kekerasan keluarga, pertikaian masyarakat, perselisihan antarteman dan
sebagainya. Mereka yang hidup demikian selalu diselimuti perasaan kecemasan, ketakutan,
ketidaktenangan, kegelisahan, kemarahan, dan berbagai macam perasaan negatif, seakan tidak
ada kedamaian di bumi ini. Demikian juga kegelisahan, kecemasan dan ketakutan yang dialami
para rasul setelah mereka merasa ditinggalkan oleh Yesus.
Mari kita renungkan ilustrasi berikut : Bayangkan anda dikirimi sekantong plastik yang
berisi kotoran sapi oleh tetangga. Bagaimanakah reaksi anda? Saya sudah menanyakan kepada
banyak orang tapi sebagian besar reaksinya akan marah. Tapi ada segelintir orang yang
memberi respon dengan kejernihan hati. Jangan-jangan tetangga sedang melihat tanaman saya
kurang subur. Anda lihat sendiri. Pikiran negatif melihat kotoran sapi sebagai tindakan yang
sangat menghina, dan sekaligus akan menempatkan tetangga sebagai musuh. Sedangkan
pikiran positif melihatnya kotoran sapi sebagai pupuk sekaligus menempatkan tetangga sebagai
sahabat dan menciptakan suasana damai sejahtera.
Damai itu seharga ikhlas. Bila mau menerima segala sesuatu tanpa menyalahkan diri
sendiri atau orang lain, maka kedamaian akan hadir. Perdamaian tersedia bagi setiap orang di
sepanjang waktu. Boleh-boleh saja memiliki harapan yang terlalu tinggi dalam hidup, tetapi
kalau mau hidup damai, biasakan untuk menerima realitas dengan ikhlas. Damai itu bukan
tujuan, tetapi sesuatu yang bisa didapatkan setiap saat dengan murah dan mudah, asal terbiasa
dengan energi ikhlas dan kejernihan hati.
Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa damai itu bukan hanya cukup
kita mohon melainkan mesti diwujudkan secara konkret dalam kehidupan. Maka Yesus datang
dengan salam damai kepada para murid-Nya, tetapi mereka malah ketakutan dan ragu-ragu
bahkan berprasangka negatif. Sikap ini sungguh berlawanan dengan kehendak Yesus dengan
salam damai itu. Maka Yesus meminta para murid untuk mengarahkan pandangan mereka
pada-Nya. Setelah itu, barulah mata mereka terbuka dan percaya pada Yesus.
Dalam hidup sehari-hari damai sejati sungguh sulit kita wujudkan sebab hati manusia
cenderung berprasangka negatif. Namun, bukan berarti bahwa kita tidak bisa mewujudkannya
dalam hidup kita sehari-hari. Mewujudkan damai merupakan tugas dan perutusan kita sebagai
umat katolik dan anak-anak terang. Pesan paskah ialah damai, percaya, cinta kasih, pertobatan,
rendah hati, lemah lembut, ketulusan dsbnya. Dan damai dengan diri sendiri dan dengan
sesama adalah gerbang kejernihan hati untuk berbagi berkat cinta, kepercayaan, pengampunan,
kelemahlembutan, persaudaraan, kerendahan hati, ketulusan dan buah-buah Roh lainnya
kepada sesama. Dan mengarahkan hati yang damai hanya kepada Kristus, Sang Sumber damai
sejati akan menjadi kekuatan bagi kita untuk berbagi berkat damai sejahtera.
Emanuel Sri Joko, Mpd,
SMP Marsudirini Bekasi
Senin 20 April 2015 (Pekan Paskah III)
Bacaan 1
: Kis 6:8-15
Injil
: Yoh 6:22-29
-----------------------------------------------------Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ
tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.
Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan
roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus
tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu
berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di
seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"Yesus
menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena
kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu
kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;
sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepadaNya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang
dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah,
yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."
Renungan
Dalam sebuah dialog singkat antara seorang yang baru saja bertobat, mengenal, percaya dan mengikuti
Kristus dengan temannya yang tidak beriman, temannya menanyakan beberapa hal berikut: “Jadi, kau
sudah bertobat dan menjadi pengikut Kristus?”
“Ya”
“Kalau begitu kau tau banyak tentang Dia. Di negara mana dan kapan persisnya Dia lahir”
“aku tidak tahu”
Lalu Usia berapa Dia meninggal?’
“Aku nggak tau”
“Berapa kali dia berkotbah?”
“ Wah, Aku nggak tau juga”
“Lho kamu ini bagaimana sih, katanya pengikut Kristus. Katanya sekarang kamu sudah bertobat karena
mengikuti dan percaya kepada Kristus, tapi kau mengetahui sedikit sekali, bahkan kelihatannya kau tak
mengetahui apa-apa tentang Kristus”
“Kau memang benar. Aku malu karena memang begitu sedikit pengetahuanku tentang Kristus. Tetapi
aku hanya tahu beberapa hal ini setelah aku mengikuti Kristus. 3 tahun lalu aku pemabuk, hutangku
banyak, aku berantem terus dengan istriku bahkan aku tega menganiaya istri dan juga anak-anakku. Istri
dan anak-anakku selalu ketakutan setiap aku pulang dan keluargaku berantakan. Tapi sekarang aku
sudah tidak mabuk-mabukan lagi. Hutangku telah lunas. Istri dan anakku gembira ketika aku pulang.
Istri dan anak-anakku sudah tidak ketakutan lagi karena kehadiranku. Istri dan anak-anakku telah
memaafkanku. Kami makan bersama, berdoa bersama dan ke gereja bersama, dan banyak hal-hal lain
yang membuat kami damai dan bahagia. Ini semua karena kami percaya dan menjadi pengikut Kristus,
dan semua ini karya Kristus. Yah hanya sebanyak itu yang aku ketahui tentang Kristus”
Cerita di atas memberikan gambaran bahwa percaya kepada Kristus bukanlah semata-mata kita
seperti murid-murid yang mengikuti kemana pun Yesus pergi, mengetahui banyak hal dan mukjijat yang
dilakukan Yesus dan lalu berharap banyak agar Yesus membuat tanda-tanda dan mukjijat-mukjijat yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan hidup kita, seperti pangkat, kedudukan, kekayaan, kekuasaan
dll.
Orang yang percaya kepada Tuhan senantiasa mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan
hidup dalam atau oleh Roh, sehingga senantiasa bergairah, ceria dan dinamis dalam kondisi atau situasi
apapun. Maka sebagai orang beriman marilah kita mawas diri: apakah kita senantiasa ceria dan
bergairah menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Orang yang percaya kepada Tuhan
senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dimanapun dan kapanpun. Kita hendaknya juga
menyatukan penderitaan hidup ini bersama dan dalam salib Kristus agar kita diteguhkan dan dikuatkan
sebagai manusia yang sudah ditebus dan diselamatkan berkat sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Mari kita ikuti dan laksanakan perintah-Nya yang utama yaitu hendaknya kita saling mengasihi
satu sama lain. Maka sebagai tanda bahwa kita percaya kepada Kristus atau saudara-saudari kita yang
percaya kepadaNya, adalah kita hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun. Tanda-tanda bahwa
kita mengenal Kristus dan hidup bersama orang lain untuk saling mengasihi antara lain: rukun dan
damai, saling memaafkan dan saling mengampuni, bersatu padu, saling berbagi berkat, berbagi rasa dan
harta milik, sehingga tidak ada seorangpun yang berkekurangan.
Dan kata kata Yesus dalam Injil hari ini sangat jelas dan tegas “Inilah pekerjaan yang dikehendaki
Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah”
Emanuel Sri Joko, Mpd
SMP Marsudirini Bekasi
Selasa 21 April 2015 (Pekan Paskah III)
Bacaan 1
: Kis 7:51-8:1a
Injil
: Yoh 6:30-35
------------------------------------------------------------Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami
melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang
kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti
dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan
Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti
yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang
memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti
itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku,
ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Renungan
Ada seorang pemuda yang mendatangi seorang pertapa dengan sebuah permintaan,
“Tunjukkanlah kepadaku bagaimana saya harus melakukan kebenaran dalam hidup saya agar
saya selamat dan boleh masuk surga?” Pertapa itu bertanya, “Seberapa besar kerinduanmu?”
Orang muda itu menjawab, “Lebih dari apapun di dunia ini.” Sang pertapa kemudian membawa
orang muda itu ke tepi danau dan mereka masuk ke dalam danau sampai air danau mencapai
leher. Kemudian sang pertapa menekan kepala orang muda itu ke dalam air agar kepalanya
terbenam di air dan tenggelam.
Pemuda itu berjuang dengan susah payah dan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari
tangan sang pertapa agar kepalanya tidak masuk ke dalam air. Tapi sang pertapa itu tidak
melepaskannya sampai si pemuda itu hampir tenggelam. Ketika ritual itu selesai maka
berjalanlah mereka berdua menuju tepi danau. Ketika mereka sudah sampai di tepi danau,
pertapa itu bertanya kepada si pemuda, “Anakku, ketika engkau berada di dalam air, apa yang
engkau inginkan lebih dari segala yang lain?” Tanpa ragu, pemuda itu menjawab, “udara agar
bisa bernafas dan hidup”. Baik, ketika engkau menginginkan kebenaran seperti engkau
menginginkan udara tadi, maka matamu akan terbuka terhadap keajaiban Allah.
Dalam bacaan injil hari ini, Yesus sangat jelas bersabda “Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” Yesus adalah roti hidup yang turun dari sorga. Kita yang
telah dibaptis dan menerima komuni kudus, menghayati sabda tersebut antara lain setiap kali
kita menerima komuni kudus, yang kita imani sebagai tubuh Kristus. Maka dengan ini kami
mengajak dan mengingatkan kita semua yang selalu menerima komuni kudus dalam Perayaan
Ekaristi untuk mawas diri: apakah kita menerima komuni kudus hanya sekedar bersifat liturgis
atau formal belaka ataukah kita hayati dengan penuh iman sehingga semangat Yesus Kristus
merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita.
Ingat dan sadari bahwa apa yang kita makan dan minum akan mempengaruhi jati diri kita
masing-masing; jika yang kita makan dan minum sungguh bergizi dan sehat, maka tubuh kita
akan sehat, segar-bugar senantiasa. Jika makanan duniawi saja dapat membuat kita sehat dan
segar bugar, apalagi makanan sorgawi. Dengan kata lain kita yang sering menerima Komuni
Kudus diharapkan menghayati kata-kata ini, yaitu: setiap kali kita menerima komuni kudus
berarti kita mengenangkan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, artinya kita hidup dan
bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, sehingga kita layak disebut sebagai
sahabat-sahabat Yesus, yang senantiasa mewartakan apa yang baik, benar, luhur dan mulia
dalam kesibukan dan pelayanan kita sehari-hari. Dengan menerima komuni kudus berarti kita
sungguh hidup bergairah dan ceria, tak pernah frustrasi atau putus asa meskipun harus
menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan.
Persoalannya adalah apakah kita sangat lapar dan berharap dikenyangkan oleh roti hidup
tersebut? Apakah kita seperti pemuda yang begitu berharap dan berjuang keras agar tidak
terbenam dan tenggelam dalam air karena ia sangat membutuhkan udara? Tuhan jadikan kami
selalu haus dan lapar akan sabdaMu dan kenyangkan hidup kami dengan roti hidup melalui
setiap perayaan ekaristi kudus yang menuntun kami kepada jalan kebenaran dan keselamatan.
Emanuel Sri Joko, Mpd
SMP Marsudirini Bekasi
Rabu, 22 April 2015
Yohanes 6:35-40
------------------------Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan
lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah
berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang
diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia
tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku,
tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang
telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada
yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Renungan
Siapa di dunia ini yang tidak membutuhkan makan dan minum? Semua makhluk hidup
tentu membutuhkan makan dan minum untuk berkembang biak, tanpa makan dan minum maka
tubuh tidak mendapatkan asupan energi untuk menjalankan proses metabolisme tubuh. Tentu
kita mengetahui konsekuensi jika makhluk hidup tidak mendapatkan makan dan minum, yaitu
kematian. Maka antara makan dan minum harus seimbang dalam proses metabolisme tersebut,
jika terlalu banyak minum tanpa makan tentu berakibat kurang baik dan sebaliknya terlalu
banyak makan tanpa minum tentu juga akibatnya sangat mengganggu tubuh. Tidak
berkekurangan namun juga tidak berkelebihan, harus seimbang.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini menganalogikan diri-Nya sebagai sebuah roti, tentu
bukan roti biasa (di Palestina zaman Yesus, roti merupakan makanan pokok sehari-hari) karena
Yesus adalah Roti Kehidupan. Bahkan di ayat 35, Yesus bersabda bahwa Akulah roti hidup,
barangsiapa datang dan percaya kepada-Ku, tidak akan lapar serta haus lagi. Cukup
revolusioner pemikiran Yesus saat itu, bahkan cenderung tidak masuk akal. Namun tentu saja
apa yang disabdakan Yesus tersebut bukanlah tanpa makna. Yesus ingin agar kita sebagai
umat-Nya, tidak hanya sekedar percaya pada Yesus sebagai Roti Kehidupan namun
melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa yang telah mengutus-Nya (bdk. ayat
40).
Maka, bagi kita sebagai guru, karyawan dan peserta didik, tentu saja sabda Yesus ini harus
dimengerti bahwa kewajiban kita sebagai umat Kristiani tidak hanya sekedar mengakui serta
percaya Yesus saja namun juga menjalankan kehendak Allah Bapa. Hidup yang kita jalani
harus seimbang, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan jasmani semata namun juga
kebutuhan rohani karena Allah Bapa yang memberikan kita hidup tersebut. Sudahkah kita
melakukan kehendak Allah Bapa?
(Antonius Gindo, S.Pd)
Kamis, 23 April 2015
Yohanes 6:44-51
-------------------------Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang
mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabinabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan
menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang
telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah
mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk
hidup dunia."
Renungan
Di sebuah stasiun televisi, ada sebuah tayangan yang cukup menarik yaitu acara
“Ripley’s: Believe It Or Not” dalam acara tersebut ditayangkan beberapa rekor, fenomena,
keanehan prilaku manusia (bahkan hewan), serta hal-hal yang mustahil dilakukan namun bisa
dilakukan. Contohnya, ada seseorang yang memiliki kuku tangan terpanjang hingga puluhan
meter. Atau ada lagi seseorang yang mampu memasukkan tiga buah bola bilyar ke dalam
mulutnya dan beberapa fenomena aneh lainnya. Acara tersebut terkadang mengundang decak
kagum dan rasa penasaran karena bagaimana mungkin bisa terjadi? Salah satu kalimat penutup
yang disampaikan pembawa acara saat mengomentari beberapa kejadian aneh tersebut adalah,
“percayalah”.
Bacaan Injil hari ini masih diambil dari Injil Yohanes dan lagi-lagi menceritakan
tentang pola pikir Yesus yang cenderung revolusioner, mengapa? Karena Yesus sekali lagi
menekankan kata “percaya” seperti dalam ayat 47, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal”. Terdengar mudah, namun bagi kita
yang hidu di zaman ini untuk mempercayai suatu peristiwa terkadang harus ada bukti fisiknya
dulu. Paling tidak kita melihat langsung peristiwa tersebut baru kita bisa mempercayainya,
seperti dalam acara “Ripley’s: Believe It Or Not”. Nah, Yesus tidak ingin kita hanya sekedar
percaya dengan melihat secara langsung saja melainkan juga percaya dengan iman. Untuk lebh
menegaskan lagi tentang percaya kepada-Nya, Yesus kembali menganalogikan diri-Nya
sebagai Roti Kehidupan yang akan memberikan hidup kekal kepada mereka yang menerima
Yesus.
Maka, bagaimana dengan kita sendiri sebagai pengikut-Nya? Hanya sekedar percaya
begitu saja kepada Yesus atau percaya sepenuh hati kepada Yesus lalu menerima Tubuh-Nya
sebagai lambang kehidupan kekal? Meski agak sulit dipahami, namun percayalah. Amin.
(Antonius Gindo, S.Pd)
Jumat, 24 April 2015
Yohanes 6:52-59
-------------------------Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat
memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum
darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan
minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar
minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan
Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa,
demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah
turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati.
Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di
Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Renungan
Saat Hari Raya Idul Adha yang dirayakan saudara-saudari umat Islam, satu peristiwa
khas adalah saat penyembelihan hewan kurban (sapi, kerbau atau kambing) lalu daging hewan
kurban tersebut dibagi-bagikan kepada fakir miskin, lansia dan yatim-piatu. Saat
penyembelihan hewan kurban menjadi saat yang menyedihkan bahkan cenderung kejam.
Hewan kurban yang biasanya sudah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya, diperlakukan
layaknya hewan peliharaan namun akhirnya mereka pun disembelih juga. Darah hewan kurban
yang sudah disembelih tentunya menjadi pemandangan miris bagi sebagian orang yang melihat,
saluran air, rumput, lapangan juga terpapar darah hewan kurban tersebut. Sungguh hal yang
(mungkin) terkesan jorok dan najis saat melihat darah tersebut.
Bacaan Injil hari ini ada kaitannya dengan darah, karena Yesus bersabda, “Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman” (ayat 54). Apa yang disabdakan Yesus ini menjadi
perdebatan diantara orang-orang Yahudi karena mereka berpikir bahwa mereka harus
mengonsumsi Tubuh dan Darah Yesus secara harafiah, padahal bukan itu yang Yesus
maksudkan. Tubuh dan Darah Yesus ini oleh bapa-bapa Gereja dimaknai sebagai roti dan
anggur yang Yesus ucapkan saat Sakramen Ekaristi. Dalam hidup kita, tentu saja darah menjadi
sesuatu yang najis, kotor dan menjijikkan. Namun dalam konteks iman Kristiani, darah (dan
tubuh) Yesus merupakan hal yang mensucikan kita sebagai umat beriman bahkan akan
mendatangkan keselamatan kekal.
Maka, sebagai umat Kristiani, hendaknya kita tidak memaknai Tubuh dan Darah Yesus
secara harafiah namun kita percayai dalam kacamata iman bahwa yang Yesus maksudkan
Tubuh dan Darah-Nya adalah roti dan anggur yang dikonsekrasikan imam saat Ekaristi.
Tentunya kita juga harus memberikan penghormatan yang layak saat hosti dan anggur
dikonsekrasikan oleh imam. Karena bentuk kepercayaan iman kita akan Tubuh dan Darah
Yesus akan membawa kita kepada kehidupan kekal, siapkah kita melakukannya?
(Antonius Gindo, S.Pd)
Sabtu, 25 April 2015
Markus 16:15-20
---------------------------Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala
makhluk.”Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya
akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan
mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicaradalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka
tidak akan mendapat celaka. Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu
aka sembuh. Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke
Sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala
penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang
menyertainya.
Renungan
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kecenderungan orang-orang untuk ber-travelling
atau bepergian ke tempat-tempat wisata baik dalam maupun luar negeri cenderung menjadi
sebuah tren. Apalagi jika tempat yang dituju tersebut merupakan tempat yang jarang dikunjungi
sebelumnya dan menjanjikan suasana serta pemandangan alam yang eksotis serta menarik.
Orang rela meluangkan waktu, bahkan biaya demi memenuhi keinginan berkunjung ke tempat
wisata tersebut. Ada yang ingin mencoba pengalaman baru, suasana yang berbeda, sekedar
untuk refreshing atau memang sudah menjadi hobi. Andakah termasuk orang-orang tersebut?
Dalam Injil hari ini Markus bercerita tentang Yesus yang “menitipkan” pesan terakhirNya kepada murid-murid sebelum naik ke surga, “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”” (ayat 15) . Pesan Yesus tersebut
sangat jelas, Ia meminta para murid untuk mau mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia,
tidak hanya kepada manusia saja namun kepada semua makhluk. Para murid yang masih takjub
akan kebangkitan Yesus diminta untuk mewartakan ajaran Yesus ke seluruh dunia, tentu saja
Yesus juga memberikan “bekal” kepada mereka yakni kekuatan untuk bisa mengusir setan,
menyembuhkan orang sakit bahkan berbicara dalam bahasa-bahasa baru. Yesus menegaskan
bahwa setiap orang yang mengaku diri dan memberikan dirinya untuk dibaptis dalam namaNya ikut serta dalam mewartakan Kerajaan Allah. Kita tidak perlu seperti nabi-nabi jaman dulu
yang harus berkeliling dari satu kampung ke kampung lain. Yesus menegaskan baiklah kita
menjadi garam, terang, dan ragi bagi dunia. Hidup kita sehari-harilah yang akan menampakkan
Kerajaan Allah sungguh nyata dalam diri kita. Dan itulah kesaksian kita. Mengapa Yesus mau
memberikan itu semua kepada para murid? Karena para murid sudah percaya kepada Yesus
dan mau menjadi pengikut serta pewarta Injil yang sejati, sehingga para murid tidak perlu
khawatir akan perutusan mereka.
Nah, bagaimana dengan kita sebagai umat-Nya? Kita pun juga dituntut oleh Yesus
untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia, tentu saja kita juga dibekali iman serta
kekuatan rohani dalam mewartakan Injil tersebut. Masalahnya adalah apa kita mau mewartakan
Injil? Apakah justru kita mau mengorbankan waktu, tenaga bahkan biaya untuk berkunjung ke
tempat-tempat wisata namun menjadi enggan bila harus diminta mewartakan Injil? Mana yang
menjadi prioritas kita dalam hidup ini?
(Antonius Gindo, S.Pd)
Minggu, 26 April 2015
Yohanes 10:11-18
----------------------------Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi dombadombanya, sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik dombadomba itu sendiri, ketika melihat serigala dating, meninggalkan domba-domba itu lalu lari,
sehingga serigala itu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia
seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan
Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa
mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan aku memberika nyawaKu bagi domba-dombaKu.
Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Ku
tuntun juga dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi
Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun
mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri.
Aku berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.”
Renungan
Yesus datang ke dunia dengan membawa keselamatan dan kehidupan dalam kelimpahan. Yesus
memberikan nyawa bagi domba-Nya, karena cinta. Karena suaranya adalah suara cinta dan
merangkul semua baik dari kawanan sendiri maupun bukan, maka domba mendengarkannya,
mengenal suaranya dan mengikutinya. Di dalam diri-Nya ada kuasa memberikan dan
mengambil. Mereka yang melihat dan mendengar dapat menangkap keselamatan datang dari
Allah.
Pencuri dan orang upahan hanya datang untuk mencuri, membunuh bahkan membinasakan,
mereka lari ketika bahaya mengancam dombanya, karena mereka orang upahan. Di dalam
dirinya tidak ada kuasa apapun, dan mereka yang melihat dan mendengar berburuk sangka.
Menjadi murid Yesus memang tidak gampang, penuh tantangan , memerlukan keberanian dan
membutuhkan sikap percaya bahkan tidak sekedar sikap percaya tetapi totalitas dalam
penyerahan diri. Ada begitu banyak tantangan seperti kesulitan ekonomi, perceraian,
miskomunikasi antar anggota keluarga, kekerasan dan persoalan sosial yang marak terjadi
dalam masyarakat yang terkadang mengaburkan suara Yesus Sang Gembala, sehingga hanya
samar-samar kita mendengarnya dan tanpa disadari terkadang kita mengabaikannya. Melihat
perbandingan kepemimpinan di atas, antara kepemimpinan Yesus dan kepemimpinan karena
upahan, semoga memperkuat keyakinan kita bahwa Yesus adalah pilihan yang tepat untuk
berbagai keadaan dan alasan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa manusia memiliki
kerapuhan, maka sungguh baik kita belajar dari St. Fransiskus Asisi yang mengalami jatuh
bangun dalam pertobatannya, namun akhirnya berhasil karena Fransiskus terbuka hatinya untuk
rahmat Allah. Semoga
(Christina Riris)
Senin, 27 April 2015
Yohanes 10:1-10
--------------------------"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan
tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang
perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga
membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil dombadombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya
telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia,
karena mereka mengenal suaranya.Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka
lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan
Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia
berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku,
adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah
pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan
menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan
membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam
segala kelimpahan.
Renungan
Idealnya ketika memasuki rumah atau keluar rumah adalah melewati pintu. Tidak melewatinya
dianggapnya sebagai pencuri atau perampok. Gereja adalah kawanan domba dan Kristuslah
Gembalanya. Sebagai Gembala Yesus mengenal domba-Nya, memanggil satu persatu menurut
namanya, menuntun keluar menuju padang rumput. Maka sebagai domba, sungguhlah
istimewa, karena kita begitu dikenalnya. Gereja juga adalah kandang domba dan Kristuslah
pintunya. Karena Kristus adalah pintu, maka dalam hidup menggereja tidak ada jalan lain
selain melewatinya.
St. Agustinus dalam kotbahnya mengatakan, “Melalui Kristus aku masuk, bukan ke rumahmu,
tetapi ke hatimu. Melalui Dia aku masuk dan kamu dengan siap sedia mendengarkan aku yang
berbicara tentang Dia. Mengapa? Karena kamu adalah domba Kristus dan kamu telah ditebus
oleh darah-Nya.” Jika dalam hidup menggereja Tuhan sudah mempercayakan kepada kita,
misalnya sebagai orang tua dalam membina iman anak, atau sebagai pelayan umat dalam
lingkungan atau paroki dan dalam kelompok-kelompok kategorial, kita perlu mengusahakan
ini, yaitu agar orang-orang yang dipercayakan kepada kita dapat mengenal dan mengasihi
Kristus. Kristuslah yang utama. Dia makin besar dan kita semakin kecil. Sudahkah kita
bersikap demikian??
(Christina Riris)
Selasa, 28 April 2015
Yohanes 10:22-30
-------------------------Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim
dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi
mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup
dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus
menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;
pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian
tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut
Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang
pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu."
Renungan
Dalam sejarah perjalanan pewartaannya, St. Fransiskus Asisi pernah mengalami bahwa apa
yang ia sampaikan sebagai kabar baik keselamatan tidak mendapatkan respon yang baik dari
pendengarnya. Fransiskus tidak didengarkan. Fransiskus diabaikan. Namun dalam pengalaman
lain yang menakjubkan Fransiskus justru mendapat perhatian, ia diperhayikan. Ia didengarkan
dengan penuh kerinduan. Mereka yang memberi perhatian dan mendengarkan adalah burungburung dan binatang lainnya. Mengapa demikian? Karena burung dan binatang itu mengenal
suaranya dan mengerti serta memahami kehendak Fransiskus Asisi.
Yesus dalam Injil Yohanes hari ini mengemukakan prinsip kemuridan yang sangat penting.
Yesus menggunakan contoh relasi Gembala dan domba. Gembala yang baik akan memberikan
perhatian penuh pada dombanya-dombanya. Ia memberikan kehangatan dan jaminan keamanan
dan keselamatan. Ia merengkuh dan merangkul ketika terjadi sesuatu yang membahayakan.
Domba gembalaannya juga mengenal suaranya dan memahami kehendaknya. Mengapa
demikian? Karena ia tahu suara itu menuntun ke “sumber air “ yang jernih menyegarkan. Ia
tahu suara itu membimbing ke “padang rumput” yang mengenyangkan. Ia tahu suara itu
menjamin keselamatan ketika ada “serigala” yang siap menerkam dan membunuh mereka.
Yesus adalah Gembala. Gembala yang baik, yang siap menyerahkan nyawanya bagi dombanya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita domba yang baik? Yang mengenal suara-Nya dan
mengikuti-Nya?
(Christina Riris)
Rabu, 29 April 2015
Yohanes 12:44-50
------------------------Mungkin kita tidak pernah menyadari kebahagiaan, keselamatan dan keberhasilan adalah
wujud kehadiran Allah dalam hidup manusia. Kta menganggap inilah prestasiku, kegagaglan,
penderitaan kita baru bertanya dimanakah Engkau selama ini Tuhan?
Yesus selalu menginginkan agar semua orang dapat kasih Allah. Namun sering kali hati kita
tumpul sehingga tidak pernah tau apa yang telah Dia lakukan dalam hidup kita. padahal Yesus
telah memberikan banyak cinta bagi manusia sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah yang
telah mengutusnya ke dunia ini. Sebagai duta cinta Allah, Yesus tidak mungkin
menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan Allah kepada-Nya. Yesus selalu
mewartakan ke Mahakuasaan Allah yang lembut, penuh kasih dan pengampunan.
Renungan
Fransiskus dan Magdalena merupakan sejoli yang sudah berpacaran selama kurang lebih 3
tahun, banyak suka dan duka sudah mereka lalui bersama seiring waktu berpacaran. Namun
suatu hari, Fransiskus mendapatkan fakta mengejutkan bahwa ternyata Magdalena berselingkuh
dengan pria lain. Hal itu tak sengaja Fransiskus ketahui saat mengecek ponsel Magdalena,
seketika itu juga runtuhlah kepercayaan Fransiskus kepada Magdalena dan seketika itu juga
Fransiskus memutuskan relasi pacarannya dengan Magdalena. Seandainya kita berada dalam
posisi Fransiskus ataupun Magdalena, apa yang akan kita lakukan?
Yesus dalam bacaan hari ini juga mengajarkan tentang kepercayaan sekaligus konsekuensinya
jika menolak kepercayaan yang Dia berikan kepada umat-Nya. Yesus berkata dalam ayat 44
bahwa siapa yang percaya kepada Yesus, tidak hanya percaya kepada Yesus namun juga
percaya kepada Dia yang telah mengutus Yesus yaitu Allah Bapa. Apa yang Yesus lakukan di
dunia ini, semua berdasarkan kepada kehendak dan tugas dari Allah Bapa untuk
menyelamatkan dunia ini. Sehingga, Yesus ingin agar kita sebagai umat-Nya, benar-benar
mempercayai Yesus sebagai Penyelamat dan agar kita tidak ragu lagi mengenai kuasa Yesus
yang menyelamatkan. Jika memang kita sudah percaya kepada Yesus, apa lagi yang membuat
kita ragu akan kuasa serta kehendak-Nya dalam hidup kita masing-masing?
Kepercayaan adalah hal yang tidak ternilai di dunia ini, kepercayaan terhadap relasi dengan
orang lain bahkan relasi dengan Tuhan. Jika kita sudah percaya kepada Yesus lewat janji baptis
serta sakramen yang sudah kita terima, maka kita tidak perlu ragu lagi akan kehendak Allah
Bapa yang terbaik untuk kita dalam menjalani hidup ini. Amin.
(Antonius Gindo, S.Pd)
Kamis, 30 April 2015
Yohanes 13:16-20
--------------------------Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya,
ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka
berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku
tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah
mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal
itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan
barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."
Renungan
Kebebasan adalah kado Allah. Semakin orang itu baik semakin orang itu bebas, karena ia tidak
berada di bawah tekanan dan tidak berada dalam keterikatan dan kendali apapun selain
daripada yang memberi kado itu sendiri, yaitu Allah pribadi yang penuh kasih.
“Memilih untuk setia atau mengingkari janji dan berkhianat, semua ada pada setiap kita
pilihannya. Alangkah baiknya kalau orang itu setia artinya mengerti dengan baik apa yang
diajarkan oleh Yesus dan menghayatinya dalam hidup. Di antara para murid Yesus yang dekat
dengan-Nya, ternyata ada yang tidak setia bahkan akhirnya berkhianat.
Yesus tahu akan ada pengkhianatan di dalamnya. Tetapi apa yang dilakukan Yesus?
Menghukumnya? Mengusirnya dari kelompok? Menjauhkan dari murid-murid yang lainnya?
Sungguh, apa yang dilakukan Yesus tidak seperti apa yang dilakukan kebanyakan orang ketika
menghadapi situasi serupa. Yesus tetap menunjukkan cinta kasih, perhatian dan pengertian
kepada setiap orang.
Yesus menghendaki keselamatan bagi setiap orang, namun Yesus juga menghargai kebebasan.
Arah dan jalan yang baik dan benar sudah ditunjukkan Tuhan, namun pilihan ada pada
kebebasan manusia. Dan setiap pilihan yang dibuat oleh manusia memiliki konsekuensi yang
jelas dan tegas, maka Yesus mengingatkan dan menekankan sekali lagi prinsip yang amat
penting dalam relasi kita dengan Yesus dan Allah Bapa. Yesus mengatakan,”barangsiapa
menerima orang yang Dia utus, menerima Yesus sendiri, dan barangsiapa menyambut Yesus,
menyambut Allah Bapa-Nya. Kesetiaan kepada Yesus menjadi bukti kesetiaan kepada Allah
Bapa. Sebaliknya penolakan dan pengkhianatan kepada Yesus berarti juga penolakan dan
pengkhianatan terhadap Allah Bapa, sebab Yesus dan Bapa adalah satu. Mengikuti Tuhan
Yesus tidak mungkin setengah-setengah. Panggilan ini menuntut pilihan yang tegas, setia atau
tidak. Pilihan dan konsekuensi ada pada kita.
(Christina Riris)
Download