Rabu, 1 April 2015 Yes. 50:4-9a Matius 26:14-25 ---------------------Kemudian pergilah salah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada Imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.Pada hari pertama dari hari raya roti tak beragi, datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: ”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakanlah kepadanya: Pesan Guru, waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-muridKu.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang oleh karenanya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.” Renungan : Kita sering melihat diri Yudas sebagai satu-satunya pengkhianat yang pernah menjual diri Kristus. Padahal dia bukanlah satu-satunya. Yudas hanyalah salah satu dari para pengkhianat dalam kehidupan umat Kristen. Sebab kitapun juga sering berlaku dan bersikap seperti Yudas. Betapa banyak orang Kristen yang dikuasai oleh nafsu serakah dalam berbagai hal, yaitu serakah akan uang, serakah untuk menguasai milik orang lain, rakus makan, rakus seks, dan tidak mampu menguasai diri. Karena kita dikuasai oleh nafsu serakah (greedy), maka tak jarang pula kita mau menghalalkan cara untuk mencapai tujuan yang kita ingini. Sehingga akhirnya kita rela mengkhianati teman atau saudara agar kita dapat memperoleh keuntungan duniawi. Pernah diberitakan di salah satu surat kabar, seorang anak yang tega mengadukan dan berhasil memenjarakan ayah dan ibunya karena soal pembagian harta warisan. Kita tidak dapat membayangkan kesedihan dan perasaan yang sangat terluka dari orang-tua yang dipenjarakan karena anaknya tersebut ingin memperoleh harta warisan yang lebih banyak dari pada saudarasaudaranya yang lain. Cap ‘pengkhianat’ melekat pada diri Yudas Iskariot. Tiga tahun bersama Yesus, hanya diharga 30 keping perak. ‘Yudas modern’ masa kini juga banyak bergentayangan. Menjual diri utk kepentingan pribadi, karena ‘rasa tidak puas, kecewa pribadi, ketidakcocokkan dan keinginan yg tidak tercapai. Lalu . . . menjatuhkan orang lain, mendiskreditkan orang lain. Kata-kata, “Saya sungguh mencintai Yesus’ itu tidak cukup! Yang dibutuhkan dan perlu dibuktikan ialah ‘kesetiaan dan tindakkan kasih’ dalam tingkah laku sehari-hari. Jangan jadi ‘Yudas modern’ bagi Yesus dan Gereja-Nya. Kel. 12:1-6;11-14 Kamis, 2 April 2015 Yoh.13.1-15 -------------------Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Renungan : Sikap yang sering dijumpai oleh sebagian pemimpin yang bisa kita amati adalah ia ingin diperlakukan dengan istimewa. Dibukakan pintu mobil oleh sopir, semua keperluan disiapkan, orang yang lewat di depannya mambungkuk memberi hormat, makanan diantar ke ruang kerjanya, semua tinggal perintah saja. Ya, itulah sifat dasar manusia yang mudah mencapai kesombongan ketika kenyamanan hidup sudah didapatkan. Sungguh jauh berbeda dengan teladan kepemimpinan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dengan segala kemuliaanNya, Tuhan Yesus rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia. Tidak hanya sebatas itu, Tuhan Yesus pun mau melayani para muridNya. Pembasuhan kaki yang dilakukan Tuhan Yesus kepada para muridNya adalah bentuk pelayanan sejati yang penuh dengan kerendahan hati. Jika pemimpin dunia ini berlomba mengejar hormat dari semua orang, Tuhan Yesus memberikan teladan sebagai pemimpin yang mau memberi hormat bagi orang yang dipimpinNya. Besok, kita akan masuk dalam perjamuan kudus Jumat Agung. Melalui peringatan akan kematian Tuhan Yesus di kayu salib ini, patutlah kita semakin diperlengkapi untuk mampu menjadi pribadi yang rendah hati seperti Tuhan Yesus. Penebusan dosa manusia bukan hanya untuk menyelamatkan kehidupan manusia, tetapi juga untuk mengubah hati manusia supaya memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus. Orang yang rendah hati selalu rela berkorban untuk orang lain, termasuk mengorbankan gengsinya. Yes. 52:13-53;12 Jumat, 3 April 2015 Yoh. 18:1-19;42 ------------------Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan muridmurid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret.” Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan binasa." Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa." Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersamasama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!" Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang muridmurid-Nya dan tentang ajaran-Nya. Renungan : ‘Tibo kebrukan ondho" (= Jatuh tertimpa tangga), demikian kata pepatah Jawa, yang hemat saya kena pada apa yang sedang dialami Yesus. Di dalam puncak penderitaan Ia diejek dan dihina oleh musuh-musuh-Nya, yang menyalibkan Dia atau membuat Dia menderita. Jika kita mengalami yang demikian itu pada umumnya kita akan marah besar, namun tidaklah demikian yang terjadi dalam diri Yesus. Yesus berdoa mohon kasih pengampunan bagi mereka yang mengejek dan melecehkan-Nya. Hati yang sungguh mulia dan doa sejati yang tidak ada bandingnya, doa `pahlawan keselamatan'. Yesus tahu bahwa mereka tidak bersalah, melainkan mereka tidak tahu atas apa yang mereka perbuat. Dalam hidup sehari-hari ada kemungkinan kita mengalami sebagaimana dialami Yesus, `jatuh tertimpa tangga', atau mudah marah terhadap mereka yang mengganggu diri kita atau harta kekayaan kita. Sebagai contoh konkret: anak kecil yang lincah berlari-lari kesana-kemari pada suatu saat menabrak meja dan gelas-gelas yang berada di atas meja jatuh, pecah, berantakan. Pada umumnya para ibu segera memarahi anak-anak tersebut, yang berarti yang jatuh tertimpa tangga adalah anak-anak. Tentu saja anak-anak dimarahi ibunya tak akan membalas kemarahannya. Baiklah kami mengingatkan para ibu jika menghadapi kasus macam itu hendaknya bersikap seperti Yesus dan berdoa "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Kami juga mengajak dan mengingatkan kita semua yang beriman kepada Yesus juga meneladan sikap-Nya. Rm. 6:3-11 Sabtu, 4 April 2015 Mrk. 16:1-8 --------------Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria Ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ”Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.” Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Renungan Injil menghubungkan kesaksian paling awal tentang kebangkitan dengan penampakan Yesus kepada murid-muridnya di Galilea. Kita tahu, di wilayah utara itulah Yesus dari Nazaret mulai dikenal orang. Murid-murid diminta ke sana untuk “melacak kembali” perkenalan mereka dengan dia yang dahulu memanggil mereka di pinggir danau. Dia itu sama dengan yang kini telah bangkit. Begitulah mereka akan menyadari bagaimana mereka dapat menimba kembali kekayaan dari pengalaman dari hari ke hari bersama dengannya dulu. Juga bagi kita, menemui dia yang bangkit itu sama dengan membaca kembali dan mendalami pengalaman mengenal dia yang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Inilah warta utama iman kebangkitan: pergilah ke tempat kalian mulai berjumpa dengan dia dan di sana kalian akan melihat siapa dia sesungguhnya. Banyak orang dunia yang merasa dirinya sudah baik sehingga tidak perlu kembali kepada Tuhan dan mengaku dosa. Hal ini disebabkan karena standard dan konsep kejahatannya terlalu dangkal. Namun Alkitab mengatakan bahwa inti dosa adalah manusia yang berani melawan Sang Pencipta dan kebenaranNya. Inilah yang dinamakan ‘fasik’ dan ‘lalim’. Fasik adalah sikap mengabaikan Allah walaupun telah mengetahui keberadaanNya. Sedangkan lalim adalah sikap mengabaikan kebenaran sejati. Orang yang fasik sudah pasti ia juga lalim. Demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, orang yang lebih suka berbuat sekehendak hatinya karena merasa diri sudah hebat, pasti tidak akan menghormati Tuhan karena di dalam dirinya tidak ada lagi rasa takut akan Dia. Sedangkan akses dosa adalah perbuatan membunuh, mencuri, berbohong, iri hati, sombong, terutama ketidaksediaan orang Kristen untuk memberitakan Injil, berbuat baik pada orang lain, setia beribadah kepada Tuhan dan sebagainya. Kol.3:1-4/1 Kor.5:6b-9 Minggu, 5 April 2015 Yoh.20:1-9 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. Renungan Yohanes mengisahkan Maria Magdalena yang mengunjungi makam dan melihat batu penutup telah diambil dari kubur. Maka ia segera berlari mendapatkan Petrus dan murid lain yakni “murid yang dikasihi” Yesus dan menyampaikan berita bahwa Yesus diambil orang dan tak diketahui di mana sekarang. Maka Petrus dan murid yang lain itu berlari ke makam. Murid yang lain tadi sampai terlebih dahulu dan menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah. Petrus datang ke situ dan masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah. Keduanya mendapati makam kosong, kafan pembalut mayat terletak di tanah. Dalam Injil Luk 24:35 ketika dua murid melaporkan kepada kesebelas murid di Yerusalem mengenai penampakan Yesus di Emaus, mereka yang di Yerusalem itu juga menegaskan bahwa “Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”. Akan tetapi, Lukas tidak menceritakan Petrus secara khusus mendapat penampakan Tuhan. Memang dalam 1Kor 15:5, Paulus menyebut bahwa Yesus menampakkan diri kepada Kefas, yaitu Petrus, dan menyebutkan murid-murid lain. Namun demikian, apa yang dialami Petrus sesungguhnya? Rasa-rasanya memang dengan sengaja Lukas hanya menyebut Petrus “heran memikir-mikirkan apa yang telah terjadi” . Pendengar Injil diajak ikut serta dalam pengalaman Petrus mengenai ”apa yang telah terjadi itu”, yakni Yesus tidak lagi berada di tempat orang mati dan hanya kain kafannya yang ada di situ. Petrus akan sampai pada kesadaran bahwa Yesus sudah bangkit. Peristiwa “kebangkitan” Yesus merupakan berita heboh. Meski Kitab Suci telah menjelaskan peristiwa kebangkitan Kristus Yesus, akal budi “manusia modern” kerap masih menyangkalnya, karena manusia lebih mengandalkan pengetahuan, teknologi dan pemikirannya sendiri. Tak ada ilmu yg bisa menjawab ‘misteri kematian”. Hanya iman akan kebangkitan Yesus Kristus, misteri kematian, terpecahkan. Yaitu “ada hidup kekal setelah kematian”. Rasakan kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan yg telah mengalahkan maut bagi kita. Met Paskah ! Kis. 2:14;22-32 Senin, 6 April 2015 Mat.28:8-15 -----------------Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini. Renungan Sogok-menyogok adalah prakarsa iblis, adalah suatu tindakan kejahatan yang berwajah manusiawi karena memang sering kita jatuh dalam kejahatan ini. Kadang kala, hanya karena gengsi, hanya karena takut kehilangan kekuasaan/untuk mendapatkan kedudukan, orang lalu melakukan praktek suap-menyuap. Inilah problem yang terus menggoda kita manusia sampai zaman sekarang. Kebangkitan Kristus, ingin meneguhkan setiap hati yang prihatin akan kenyataan-kenyataan yang jahat ini, bahwa kebangkitan Kristus mengalahkan segalanya. Walaupun ada praktek itu, tetapi berita tentang kebangkitan Yesus tidak dapat dibendung. Ia tersebar luas sampai zaman ini dan akan tetap actual sepanjang masa. Karena itu, kejahatan selalu tidak memiliki masa depan. Dalam Injil diceritakan, kebenaran dan fakta bahwa Yesus bangkit dari mati hendak dikaburkan dgn uang. Jaman sekarang pun, uang dpt memutarbalikkan fakta, dengan uang bisa membeli kebenaran. Maka, orang berjuang mengumpulkan uang se-banyak2 nya, karena disangka uang itu bisa mengatasi se-gala2nya. Karena uang, orang bisa mengabaikan hati nurani, seperti yg dilakukan penatua orang Yahudi. Namun . . . ‘kebenaran sejati’ tidak tergoyahkan. Kita umat Katolik harus menjadi ‘saksi Kristus’ yang sungguh telah bangkit. Kis. 2:36-41 Selasa, 7 April 2015 Yoh.20:11-18 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikatmalaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. Reungan Kalau kita renungkan bacaa Injil ini dengan saksama, tentang kisah Maria Magdalena yang begitu terpesona dengan sosok kehadiran Yesus, maka kita akan mendapatkan makna kata-kata bijak di atas. Kerinduan yang sekarang telah terpenuhi karena Yesus hadir di hadapan Maria, sungguh mendatangkan suka cita jiwa yang luar biasa. Tapi apa yang terjadi, cinta tak selamanya harus dimiliki dalam kenyataan, cinta tak selamanya harus menyatuhkan yang mencintai dan dicintai dalam satu tempat. Cinta sejati harus dilandasi oleh kerelaan untuk membiarkan yang dicintai bertumbuh dan berkembang, bahkan pergi dari kita. “Janganlah engkau memegang Aku...Tapi pergilah...! Maria dan Yesus harus saling melepaskan agar cinta itu bukan hanya dinikmati oleh mereka berdua, tapi menjadi milik banyak orang. Itulah makna keselamatan. Inilah yang terjadi dari pihak Allah sebagai Bapa, Yang rela melepaskan Putra kesayangan-Nya menderita di salib dan mati hanya demi keselamatan mereka yang dicintai; Yesus harus merelakan dan mengutus para murid-Nya untuk pergi dalam peristiwa kenaikan-Nya ke surga; Pergilah! Dan Jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Demikian pun apa yang terjadi dalam Injil hari ini, Yesus melepaskan Maria untuk pergi mewartakan kepada murid-murid tentang kebangkitan-Nya. Karena itu, aku hanya mau mengatakan kepadamu sebagai saudaraku; “Mungkin saat ini Anda mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang Anda cintai?” Timbalah kekuatan dari Allah yang kehilangan Putra kesayangan-Nya; Tariklah pelajaran dari perpisahan Yesus dan para murid-Nya; Dan, belajarlah dari Maria Magdalena yang kehilangan Yesus yang dicintainya. Dibalik semuanya itu, aku membisikan kepadamu; Sedalam cinta yang Anda miliki, sedalam juga hidup yang Anda nikmati, dan betapa indahnya jika kita mampu membiarkan yang dicintai bertumbuh dan bahkan harus pergi dari kita untuk mendapatkan kebahagiaan yang mereka rindukan. Sumbangan dari Sr. M. Claudia, OSF, S.Pd. AUD TK Marsudirini Bekasi RABU, 8 APRIL 2015 Luk.24 : 13 – 35 ================ Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus 13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 15Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. 16Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia 17Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.18Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" 19Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi , yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. 20Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 21Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. 22Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, 23dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. 24Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat. " 25Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? " 27Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci , mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabinabi. 28Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 29Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. 30Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya v dan memberikannya kepada mereka. 31Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia,w tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. 32Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci y kepada kita?" 33Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu.Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon. 35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Renungan Penderitaan yang dialami saat ini dapat membawa kemenangan untuk selama-lamanya. Pada O2SN tahun ini, Ayla dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti pertandingan bulutangkis. Ayla sudah beberapa kali menjadi pemenang baik tingkat sekolah, tingkat kelurahan, maupun tingkat kecamatan. Namun saat pertandingan O2SN Ayla kurang konsentrasi. Ia kalah dan tidak memperoleh kejuaraan . Ayla langsung lemas , tak berdaya dan galau. Ia merasa bersalah karena tidak dapat meraih piala untuk dibawanya ke sekolah. Bapak guru olahraga dan teman-temannya memberikan semangat serta hiburan supaya Ayla tidak patah semangat dengan kekalahan ini. Bapak guru menyampaikan pesannya; ”Ayla, semoga kekalahan ini membawa kita semangat untuk berlatih lebih sungguh-sungguh . Dan jangan lupa, dalam menghadapi apapun kita tetap bersandar pada Tuhan yang memberi talenta kepada kita.” Jawab Ayla: ” Ya pak, terima kasih bapak sudah memberi semangat kepada saya.” Ayla tidak sedih lagi. Ia dapat menerima kekalahan dan berjanji dalam hatinya, “Tuhan, aku mau belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh supaya pada kesempatan lain dapat mengikuti lomba dengan baik dan dapat membawa nama baik sekolahku. Semoga kemenangan yang lalu tidak membuat aku sombong dan meremehkan. Semoga kekalahan ini tidak melumpuhkan semangatku untuk terus dan terus berlatih.” Ketika impian kita runtuh dan hati kita hancur, kita mungkin merasa bahwa semuanya telah lenyap dan tak ada yang tersisa. Karenanya, diperlukan jamahan Allah agar mata kita terbuka dan melihat keagungan rencana-Nya. Ketika Kristus yang disalib dan bangkit berjalan bersama dua murid menuju Emaus, keduanya sedang menyesali kematian-Nya. “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Demikian kata mereka kepada Yesus yang tidak mereka kenali. Tetapi Yesus berkata, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya” Akhirnya mereka sadar bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan Yesus. Baik kalau kita yakini bahwa saat kita mengalami kegagalan, Tuhan yang bangkit akan datang untuk menghibur dan memberikan kedamaian kepada kita. Dia menyatakan kemuliaan-Nya serta kemenangan abadi yang menjadi milik kita berkat salib-Nya. Amin. Kamis, 9 April 2015 Lukas 24:35-48 -----------------------35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. 36Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:"Damai sejahtera bagi kamu!" 37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?"42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 43Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabinabi dan kitab Mazmur. 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa 3 harus disampaikan kepada segala bangsa , mulai dari Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Renungan : Kubur Kristus yang kosong memenuhi hati kita dengan pengharapan Suster, ibu, bapak dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, injil hari ini mengisahkan hari kebangkitan yang pertama diawali dengan kemuraman dan keputusasaan para murid Tuhan. Tiga hari sebelumnya, Guru mereka telah disalib dan dikuburkan. Bayangkan, mereka berkumpul bersama di dalam rumah yang tertutup sambil "berkabung dan menangis." Rasanya kesedihan mereka dapat kita mengerti. Kita pun akan bersedih manakala orang yang kita sayangi meninggakan kita untuk selama-lamanya. Namun yang dialami para murid masih ditambah dengan perasaan takut dan was-was kalau mereka akan mengalami nasib yang sama. Beruntung hal itu tidak perlu berlangsung berkepanjangan. Melalui bacaan yang kita dengar bersama, Yohanes menyatakan kepada kita bahwa sebelum hari itu berakhir para murid sudah bersukacita. Pagi hari mereka berkabung, tetapi di malam hari mereka telah bersukacita. Apa gerangan yang terjadi? Di saat mereka sedang mendengarkan dan memperbincangan pertemuan dua orang murid yang hendak pulang ke Emaus dengan Yesus, Yesus datang mengunjungi mereka. Pada mulanya mereka terkejut dan takut, menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Luar biasa. Pertemuan dengan Tuhan mereka yang bangkit ternyata membuat segala sesuatu berbeda. Dukacita berubah menjadi sukacita, tangisan berubah menjadi kegembiraan. Namun sebenarnya masih ada hal yang lebih dalam dan lebih besar lagi dalam peristiwa ini yang perlu kita renungkan. Sesungguhnya para murid sama sekali tidak perlu berdukacita dan menangis. Itu sebabnya Yesus tidak bersimpati dengan kepedihan hati mereka yang hancur. Yesus justru mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka. Sebenarnya Yesus telah memberitahu mereka berulang kali bahwa Dia akan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Bahkan para musuh-Nya mengingat perkataan itu, tetapi justru murid-murid-Nya lupa akan janji tersebut. Mereka dipenuhi dengan kepedihan karena tidak mempercayai janjiNya. Suster, ibu, bapak dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, poin penting yang perlu kita yakini adalah bahwa kita pun dapat memiliki alasan yang kuat untuk memiliki pengharapan yang penuh sukacita sementara menantikan kedatangan Tuhan kita yang telah bangkit. Tidak perlu ada kesedihan dan duka cita yang berkepanjangan. Selalu ada harapan. Jumat, 10 April 2015 Yohanes 21:1-14 ------------------------Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias 1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan ." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." 6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu , maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." 11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikanikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara muridmurid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. RENUNGAN Mata iman dapat melihat Allah yang sedang bekerja. Masih ingatkah Anda permainan anak-anak yang disebut Petak Umpet? Setiap anak bias dipastikan pernah bermain petak umpet. Permainan murah meriah yang dapat dimainkan oleh beberapa anak. Semakin banyak yang ikut akan semakin seru. Seorang anak sebagai penjaga akan menutup matanya sambil menghitung sementara yang lain sembunyi. Setelah sampai hitungan ke sepuluh, yang berjaga mulai mencari persembunyian temannya satu persatu. Jika ditemukannya, ia berteriak kemudian menyebut namanya. Misal saat melihat Okky di balik pohon mangga ddia akan berterik, ”Dor, aku melihat Oky di balik pohon mangga.” Oky harus keluar dan menunggu bersama teman lain yang sudah ditemukan lebih dulu. Si penjaga akan mencari terus sampai semua teman yang ersembunyi diketemukan. Yang berjaga merasa senang dan bangga kalau semua berhasil ditemukan . Permainan itu mengingatkan kita akan murid-murid Yesus dan usaha mereka yang sia-sia saat menjala ikan di dalam Yohanes 21:1-7. Pagi-pagi sekali, di dalam kabut mereka melihat seorang lelaki berdiri di pinggir pantai, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah Yesus." Anak-anak-Ku, apakah kalian mempunyai lauk-pauk?" tanya Yesus. "Tidak," jawab mereka."Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu," kata-Nya, "Maka kalian akan mendapat ikan."Mereka mematuhi-Nya dan jaring mereka pun penuh dengan ikan sehingga tidak dapat mereka tarik."Itu Tuhan!" teriak Yohanes.Itulah salah satu peristiwa "aku melihat", dan Yohanes, "murid yang dikasihi Yesus", adalah yang pertama kali mengenali Yesus. Mintalah kepada Allah agar kita diberi mata yang dapat "melihat" Yesus, baik dalam situasi yang luar biasa atau dalam kegiatan sehari-hari. Jika kita menaruh perhatian, maka kitaakan melihat tangan-Nya bekerja sementara orang lain tidak melihat apa-apa. Dalam kesempatan duduk-duduk bersama dengan teman , atau keluarga , cobalah bermain "Aku melihat" bersama-sama . Jika seorang anggota keluarga atau teman melihat suatu pekerjaan Allah di sekitarnya, ciptaan-Nya maka ia akan berseru, "Aku melihat!" Pekerjaan Allah tersebut dapat berupa indahnya matahari tenggelam atau , indahnya bentuk rumput atau bunga, daun, keunikan binatang dan berkat-berkat yang istimewa lainnya. Semua pengalaman itu mengingatkan kitaakan kehadiran Allah di dunia ini dan dalam hidup kita. Cobalah nanti untuk bermain "aku melihat" dan izinkan hadirat Tuhan meyakinkan kita akan kasih dan pemeliharaan-Nya . Sabtu, 11 April 2015 Markus 16:9-15 ----------------------Yesus beberapa kali menampakkan diri dan mengutus murid-murid-Nya Yesus terangkat ke sorga 9 Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. 10 Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. 11 Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. 12 Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. 13 Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada temanteman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya. 14 Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orangorang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. 15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. RENUNGAN Injil hari ini mengisahkan tentang peristiwa kebangkitan Yesus. Secara singkat Markus menceritakan bagaimana Yesus dibangkitkan dari kematian. Namun para murid tidak percaya. Yesus mencela ketidakpercayaan mereka. Namun demikian, kepada merekalah kemudian Yesus memberikan tugas pewartaan untuk memberitakan Injil, kabar sukacita keselamatan Allah kepada segala bangsa dan kepada setiap makhluk. Warta keselamatan harus diwartakan kepada segenap alam ciptaan. Setiap murid Kristus, pada hakekatnya adalah misionaris. Kepada setiap kita dibebankan tugas dan panggilan ini; mewartakan Injil dan memberi kesaksian atas karya keselamatan Allah.Tugas mewartakan Injil ini adalah tugas setiap dari kita. Mungkin kita bertanya: bagaimana tugas ini harus dilaksanakan? Menjalankan hidup harian sebagai orang katolik yang baik, adalah kesaksian itu sendiri.Bermisi tidak harus pergi ke tanah misi.Hidup secara baik dan benar sebagai anak Tuhan, dalam hidup sehari-hari, adalah juga bentuk dari kesaksian kita.Sebagai anak sekolah,kita dapat membantu orang tua dengan belajar yang sungguh-sungguh, dengan membantu pekerjaan rumah yang mampu kukerjakan. Sebagai anak, kita dapat mewartakan lewat sikap, kata, dan tindakan kita yang bertanggung jawab. Rela menolong, mau berbagi, ramah, tidak marah-marah, selalu gembira menerima tugas dari guru. Sebagai pendidik, kita diberi anugerah untuk mewartakan, memotivasi murid supaya dapat berhasil dalam belajarnya.Kita dipanggil untuk menjadi saksi cinta Tuhan, dalam kehidupan nyata sehari-hari. Maukah aku menjalankan tugas yang dari Yesus seperti itu ? Semoga kita sanggup menjadi misionaris Tuhan Yesus dengan menunjukkan sikap, kata, dan perbuatan yang berkenan kepada Tuhan Yesus. Amin. Minggu, 12 April 2015 Yohanes 20:19-31 ---------------------------Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya 19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! " 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya j kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikianjuga sekarang Aku mengutus kamu " 22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus . 23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang , dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." 24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.25 Maka kata muridmurid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya. " 26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! " 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. " 28Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" 29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." 30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, 31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. RENUNGAN : Ketika kita menemukan Kristus kita mendapati bahwa kitalah orang yang hilang itu Dalam bukunya Jesus Among Other Gods, Ravi Zacharias bercerita tentang seorang gadis yang tersesat tanpa harapan di dalam sebuah hutan yang gelap dan lebat. Gadis tersebut memanggil-manggil dan berteriak, tetapi percuma saja. Tidak ada seorangpun yang mendengar teriakannya. Orangtuanya yang kalut dan sekelompok sukarelawan mencarinya dengan cemas. Ketika malam tiba, mereka harus menghentikan pencarian dan kembali ke rumah masigmasing. Keesokan harinya ketika hari masih pagi, ayah gadis itu masuk lagi ke dalam hutan untuk mencarinya dan melihatnya sedang tidur nyenyak di atas sebuah batu. Sang ayah kemudian memanggil namanya dan berlari mendekatinya. Setelah terbangun karena terkejut, gadis itu lalu mengulurkan tangan kepada ayahnya. Ketika sang ayah menyambut dan memeluknya, gadis itu berulang kali berkata, "Ayah, aku menemukanmu!" Padahal sebetulnya ayahnyalah yang menemukan dia Dengan menerapkan cerita ini pada pencarian Maria Magdalena akan Yesus dalam Yohanes 20, Ravi Zacharias mengatakan, "Maria menemukan kebenaran yang paling mengejutkan melebihi semua hal ketika ia datang mencari tubuh Yesus. Ia tidak sadar bahwa orang yang ia temui ternyata adalah Dia yang telah bangkit, dan Dia datang untuk mencarinya." Kita, orang yang memercayai Yesus, terkadang mengatakan "menemukan" Dia. Namun, sebenarnya justru sebaliknya yang terjadi. Allah yang setia selalu berusaha merengkuh hidup kita. Mengapa Allah mencari terlebih dahulu? Karena, seperti gembala yang pergi ke dalam kegelapan untuk menemukan satu domba yang terhilang, Allah pun mencari kita. Dia menunggu kita untuk menyadari keadaan kita yang terhilang dan mengulurkan tangan kita kepada-Nya. Dia akan menjemput, memeluk, dan memberi kita kedamaian-Nya. Senin, 13 April 2015 Yohanes 3:1-8 ------------------------Percakapan dengan Nikodemus 1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi , kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tandatanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya, " 3 Yesus menjawab, kataNya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali , ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." 4Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" 5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. 7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh " RENUNGAN Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan yang dihasilkan oleh rasio, yang berupa konsep-konsep disebut juga conceptual knowledge dan pengetahuan yang muncul karena kasih disebut jua intuitive knowledge. Pada dasarnya conceptual knowledge tidak banyak mengubah perilaku seseorang. Tidak heran bila ada orang yang pandai menerangkan tentang hidup beriman, namun perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Tidak aneh kalau masih banyak koruptor dinegara kita sekalipun gereja penuh disetiap hari minggu, mesjid-mesjid penuh saat hari Jumat, juga di tempat-tempat ibadah lainnya. Tidak aneh kalau ada Ada anak yang pandai dalam ilmu, cerdas, selalu mendapat nilai sangat bagus, tetapi dalam sikap hidupnya sangat disayangkan, karena suka mengganggu di kelas, sering iseng, dan malas berdoa. Sebaliknya, pengetahuan yang didapat dari pengalaman akan kasih pasti akan mengubah perilaku seseorang. Orang yang kasar akan menjadi lunak kalau diperlakukan dengan lemah lembut. Orang yang marah akan reda emosinya manakala kita menghadapi dengan sabar dan mengalah. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Nikodemus, seorang guru Yahudi, tahu bahwa Yesus adalah Mesias, datang dari Allah, tetapi pengetahuan itu tidak mengubah perilakunya. Dia tak mampu mencerna sabda Yesus: ”Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah!” Secara konseptual, dia tahu Yesus dari Allah, tetapi hatinya tidak mengamininya. Hatinya tidak setuju. “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” Pertanyaan Yesus ini kiranya layak kirenungkan. Mungkin dalam hidup sehari-hari, kita juga masih sering banyak berbicara dan tidak memahami atau tidak mengetahui apa yang kita bicarakan. Hal ini mengandaikan bahwa orang yang tahu apa yang ia katakana harus disertai dengan bukti nyata dalam tindakan. Orang mengistilahkan tidak hanya omong doang (OD). Dan oleh Santo Yakobus diistilahkan iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, sia-sia. Menjadi murid Yesus tidak cukup hanya dibaptis, setiap minggu ke gereja, berdoa dan memiliki pengetahuan tentang Yesus dan Gereja. Murid Yesus harus lahir dan hidup dalam Roh serta menjadi bagian dari dinamika Kerajaan Allah. Roh Yesus harus menjadi api hidupnya. Bersaksi sebagai murid Kristus tidak cukup hanya dalam kata-kata atau berteori saja, namun harus disertai dengan perbuatan nyata. Maka dalam bahasa Jawa bisa diistilahkan perlu “manunggaling karsa, sabda, lan karya”. Perlu keterpaduan atau keselarasan antara kehendak, perkataan, dan karya nyata. Menjadi murid Yesus tidak cukup hanya dibaptis, setiap minggu ke gereja, berdoa ala kadarnya dan memiliki pengetahuan tentang Yesus dan Gereja. Murid Yesus harus lahir dan hidup dalam Roh serta menjadi bagian dari dinamika Kerajaan Allah. Roh Yesus harus menjadi api hidupnya. Untuk itu marilah mulai sekarang kita berusaha untuk mewartakan apa yang pernah kita dengar dari Yesus dan tentang Yesus, sekaligus kita melaksanakan dalam tindakan nyata apa yang telah kita lihat dan diteladankan oleh Yesus dengan karya dan sikap hidupNya. Murid Yesus adalah orang yang setia melakukan perintah dan teladanNya Bagaimana caranya? Kita dapat mengambil bagian dalam aktivitas dinamika Gereja di mana kita berada. Bisa menjadi putra-putri altar, putri sakristi, menjadi lektor, menjadi pemazmur, terlibat dalam doa lingkungan atau wilayah dll. Marilah berdoa :Tuhan Yesus, lahirkanlah aku dalam Roh Kudus-Mu agar aku mampu ambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan Allah. Amin. Selasa, 14 April 2015 Yohanes 3:7-15 ------------------------7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh . " 9 Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi? " 10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? 13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,15supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. RENUNGAN ; Kita berharga di mata Tuhan Seberapakah harga nyawa seorang manusia? Pertanyaan ini sering diperdebatkan dalam berbagai kasus, dari aborsi hingga eutanasia. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa setiap orang memiliki nilai yang istimewa? Apa yang membuktikan bahwa setiap orang baik laki-laki atau perempuan, orang tua ataupun anak-anak benar-benar berharga? Sesungguhnya kita dapat mengetahui nilai satu jiwa karena Yesus. Alkisah, Muretus, seorang cendekiawan Kristen pada abad ke-16, jatuh sakit ketika sedang dalam sebuah perjalanan. Para dokter yang dipanggil untuk merawatnya tidak mengenalnya, ditambah lagi penampilannya tidak jauh berbeda dengan orang kebanyakan. Karena itu mereka berkata: 'Mari kita lakukan sebuah eksperimen terhadapnya karena tampaknya ia bukan orang penting.' Muretus mendengarnya dan berkata kepada para dokter itu: "Jangan pernah menganggap siapa pun rendah, karena Kristus telah mati bagi setiap manusia. Rasul Paulus berkata bahwa Kristus telah "mati untuk semua orang" (2Korintus 5:15). Yesus berkata bahwa karena kasih Allah akan dunia ini, maka Allah Bapa mengutus Anak-Nya untuk mati di kayu salib (Yohanes 3:16). Jadi, bila Kristus telah memberikan nyawa-Nya agar setiap orang dapat diampuni melalui iman kepada-Nya, maka dapat dikatakan bahwa nilai setiap orang memang jauh lebih tinggi dari yang dapat kita bayangkan. Dia telah mati bagi semua orang, yang berarti Dia telah mati bagi setiap individu. Hal itu menunjukkan kepada kita, betapa berharganya nilai jiwa manusia bagi Tuhan. Apakah yang membuat hidup ini berharga? Apakah ketenaran, kekuasaan, kepandaian, jabatan, atau pengaruh? Tidak, jawab Harold Hughes, yang terpilih menjadi salah seorang senator Amerika Serikat, yang ditanya setelah selesai menjabat sebagai gubernur Iowa. Menurut orang Amerika yang sukses dan disegani ini, yang membuat hidup menjadi berharga adalah hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Dalam otobiografinya, Hughes dengan sedih mengakui bahwa pada masa-masa awal hidupnya, ia adalah seorang "pemabuk, pembohong, dan penipu." Setelah mengalami kejatuhan yang dalam, dengan rasa malu dan putus asa ia memutuskan untuk bunuh diri. Namun sebelum itu, ia merasa perlu memberitahu Allah mengapa ia melakukannya. Sementara ia menangis dalam keadaan yang tertekan, keajaiban terjadi. "Seperti seorang anak kecil yang tersesat di tengah badai, tiba-tiba saya jatuh ke dalam tangan Bapa yang penuh kehangatan." Dan manakala ia merasakan anugerah pengampunan Allah, ia pun berjanji, "Apa pun yang Engkau minta ... saya akan melakukannya." Itulah awal kehidupan yang baru bagi Harold Hughes, suatu kehidupan yang benar-benar berharga. Kita baru saja merayakan hari raya Paskah dengan gembira dan meriah. Kita bersyukur bahwa setelah 40 hari berpuasa dan bertobat akhirnya kita boleh menyambut kebangkitan Yesus dengan hati yang bersih. Hari ini masih dalam oktav paskah. Selama oktav paskah dalam perayaan ekaristi ada madah kemuliaan. Ini merupakan ungkapan syukur dan bakti kita kepada Tuhan. Kita muliakan kebangkitan-Nya mengalahkan maut. Kita muliakan cinta Allah yang agung kepada kita. Ia merelakan diri demi kasihNya kepada kita. Kita sungguh berhargabagiNya. Maka betapa pun besarnya kehancuran dan kekalahan yang menimpa kita, kita dapat mengalami pembaruan yang sama, yakni dengan membuka hati kita kepada Yesus Kristus di dalam iman. Itulah janji yang pernah diberikan oleh sang Juru Selamat kepada Nikodemus di suatu malam (Yohanes 3:16)--janji akan kehidupan yang baru, kehidupan yang berkelimpahan dan kekal, kehidupan yang berharga. Marilah kita berusaha terbuka akan kasih Allah, akan pengampunanNya, niscaya kita akan merasakan bahwa kita sungguh berharga di mata Tuhan. Rabu, 15 April 2015 Yohanes 3:16-21 -----------------------16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang , sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah." Renungan “Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang pada terang itu supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak” "Sluman-slumun slamet" diam-diam agar selamat, demikian salah satu semboyan orang Jawa. Motto ini sebenarnya baik, karena mendorong orang untuk memiliki keyakinan, tidak perlu takut, tidak perlu kuatir untuk melakukan kebaikan. Namun bagi orang yang berniat jahat "Sluman-slumun slamet" ini akan difahami dan dihayati lain, yaitu jika melakukan kejahatan maka akan dilakukannya dengan diam-diam, bersembunyi dalam kegelapan, agar tidak ketahuan alias selamat. Korupsi, mencuri, menyontek dan tindakan-tindakan jahat lainnya adalah tindakan yang sembunyi-sembunyi dan dalam kegelapan. Sebaliknya, kita semua sebagai orang beriman yang memperoleh anugerah terang sejati yaitu Kristus, Sang Terang Sejati diharapkan menjadi saksi iman dengan senantiasa melakukan hal-hal yang benar dengan terang-terangan alias tanpa takut dan gentar. "Tetapi barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang supaya menjadi nyata bahwa perbuatanperbuatannya dilakukan dalam Allah” demikian sabda Yesus, Sang Terang Sejati, yang telah wafat di kayu salib dan bangkit dari mati, untuk menerangi siapa pun yang beriman kepadaNya. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati, marilah kita senantiasa melakukan hal-hal yang baik dan benar dalam terang cahaya Kristus dengan menghayati keutamaan-keutaman hidup sebagai buah Roh, seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Dan jangan takut kepada terang, jangan takut menjadi terang, jadilah terang seperti kisah lilin berikut ini. Suatu sore seorang pria mengambil sebatang lilin kecil dari sebuah kotak dan mulai mendaki tangga yang panjang dan melingkar-lingkar. “ Kita mau kemana?” tanya sang lilin itu. Kita mau naik ketempat yang lebih tinggi untuk memberi petunjuk jalan ke pelabuhan kapalkapal. “ tapi tak ada satupun kapal yang melihat cahaya saya” jawab Si Lilin “ cahayaku sangat kecil”. Lalu kata Pria itu, “ Jika cahayamu kecil, tetaplah menyala dengan terang, lalu biarlah Aku yang akan mengurus bagaimana selanjutnya.” Ketika mereka mencapai puncak tangga itu, mereka tiba pada sebuah lampu yang sangat besar. Kemudian pria itu menyalakan lampu itu dengan nyala dari lilin kecil yang dibawanya tadi. Dengan serta merta kaca-kaca pemantul yang ada dibelakang lampu itu mengirimkan cahaya yang besar, terang dan bersinar jauh ke tengah laut. Kita yang beriman kepada Kristus adalah lilin-lilin Allah. Tugas kita adalah bersinar terus, dan kita serahkan hidup dan kegunaan kita ke dalam tangan-Nya. Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Kamis, 16 April 2015 (Pekan Paskah II) Bacaan 1 : Kis 5 : 27 – 33 Mazmur : Mzm 34:2.9 17-18 19-20 Injil : Yoh 3 : 31 - 36 ---------------------------------------------------Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Renungan “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak, dan tetalh menyerahkan segala sesuatunya kepadaNya. Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup kekal” Ada pepatah mengatakan: Hidup ini menyediakan banyak pilihan. Dan sepertinya pepatah ini banyak benarnya. Ketika kita mengujungi pasar yang besar, disana dijual berbagai macam barang. Ibaratnya dari kebutuhan dapur hingga kebutuhan kamar tidur tersedia di sana. Dari harga gedongan hingga kaki lima semua tersedia. Tidak mampu beli yang baru, yang bekas pun juga ada. Ada begitu banyak pilihan. Begitu juga dalam kehidupan ini begitu banyak pilihan yang tersaji. Namun hidup kita ternyata tidak sesimpel memilih barang di pasar. Ditengah kehidupan yang kita jalani pilihan-pilihan hidup tidaklah selalu mudah dan tidak selalu berjalan dengan mulus. Sebaliknya, kita justru dihadapkan dengan berbagai macam persoalan, kesulitan, pergumulan, penderitaan bahkan petaka. Dalam situasi seperti ini, di hadapan kita tersedia dua pilihan. Pilihan pertama adalah larut dalam penderitaan dan membiarkan diri kedalam rasa duka tanpa harapan, dan mungkin berakhir dalam muara keterasingan. Ini biasanya dialami oleh mereka yang sudah putus asa dan merasa tidak ada kawan atau kerabat yang bisa membantu. Sedangkan pilihan kedua adalah menerima penderitaan dengan ikhlas, pasrah dan berserah diri kepada Tuhan. Dan, kita justru tidak kehilangan pengharapan dan rasa percaya kepada Tuhan. Dengan iman yang tetap bertahan, dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak selamanya membiarkan kita berkubang dalam penderitaan hidup. O... ya, sebenarnya ada pilihan ketiga yaitu kita melawan penderitaan dengan melupakan penderitaan itu. Tapi ini adalah pilihan terburuk, sebab penderitaan itu bukan untuk dilupakan namun untuk dihadapi. Dihadapi dengan iman bahwa di lembah kekelaman pun Tuhan hadir bersama kita. Percayalah bahwa Tuhan justru menggendong kita saat kita menderita. Mari kita ikuti kisah ini : Pada suatu hari seorang lelaki bermimpi bahwa dia sedang berjalan menyusuri pantai dengan Tuhan. Di langit tergambar peristiwa masa lalu hidupnya. Setiap kali dia melihat, selalu ada 2 pasang jejak telapak kaki di pasir. Satu pasang adalah jejak kakinya dan sepasang lainnya adalah jejak kaki Tuhan. Namun dia heran dan bingung karena kadang hanya terlihat ada satu pasang telapak kaki, dimanakah sepasang lainnya. Ketika dia mengingat-ingat, justru saat itulah saat-saat yang paling menyedihkan dan paling sulit dalam hidupnya. Hal ini tentu sangat menjengkelkan dan dia mengeluh kepada Tuhan sambil berkata’ “ Tuhan, Engkau pernah berkata kepadaku bahwa bila aku memutuskan mengikutiMu, Engkau akan selalu berjalan mengikutiku. Tetapi justru sekarang, saat hidupku dalam keadaan sulit dan menderita, aku hanya melihat sepasang jejak kaki. Aku tidak mengerti mengapa Engkau meninggalkanku, justru saat-saat aku sangat membutuhkan pertolongan dan pendampinganMu” Lalu Tuhan menjawab “ AnakKu, justru pada saat saat itu Aku tidak pernah meninggalkanmu. Kamu hanya melihat satu pasang kaki kah? Ya, benar karena justru pada saat-saat itu aku memang tidak berjalan bersamamu, tapi aku justru sedang menggendongmu” “Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup kekal.” Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Jumat, 17 April 2015 (Pekan Paskah II) Bacaan 1 : Kis : 5:34-42 Injil : Yoh 6 : 1 – 15 -------------------------------------------------Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu lakilaki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Renungan Kisah seorang serdadu Alkisah dalam perang dunia kedua ada seorang serdadu yang istirahat dan berhenti sejenak di dekat reruntuhan sebuah bangunan gereja di Piliphina. Ia sejenak lalu berkeliling di tempat itu dan mencoba mengamat-amati situasi dan tempat yang sudah hancur dan porak poranda akibat perang. Tibatiba ia melihat sebuah patung yang berdiri tak terlalu tegak dan hanya bersandar pada reruntuhan bangunan. Dan yang paling menyedihkan patung tersebut adalah patung Tuhan Yesus yang sudah rusak dan tanpa kedua tanganNya. Tergerak oleh hatinya sang serdadu ini lalu menempatkan patung Yesus yang sudah tak bertangan ini di tempat yang lebih baik dan bersih di suatu tempat dekat pohon, Ia membangun tempat kecil dan sederhana bak sebuah gubuk dengan bekas-bekas kayu reruntuhan. Setelah selesai, sejenak ia melepaskan penat, dan ia pun berisitrahat. Ketika rasa lelah telah pergi darinya ia segera akan melanjutkan perjalanannya. Namun sebelum pergi lagi-lagi ia tergerak hatinya untuk berdoa sejenak dihadapan patung itu. Dalam doanya yang khusuk ternyata ia hanya bisa terdiam seolah-olah semua telah tertutup dan terkunci akibat hatinya yang hancur dan pupusnya harapan akibat perang. Tiba tiba ia seperti merasakan dan melihat bahwa patung tersebut hidup, hidup dan mendekatinya. Sang serdadu ini rasanya ingin sekali untuk memeluknya dan memohon berkat dari patung Yesus tersebut, namun apadaya ia tahu bahwa patung itu tak bertangan. Tiba-tiba sebuah mukjijat terjadi pada dirinya. Ia mendengar suara lembut dan penuh kasih dari patung itu “Aku mengasihimu. BerkatKu bersamamu, jadilah tanganku agar Aku bisa membagikan berkatKu bagi saudara-saudaramu” Yesus membuat mukjizat penggandaan "lima roti dan dua ikan" dalam Injil ini, salah satu maksud penting yang ingin dicapai Yesus adalah "panggilan khusus"dalam menjadi murid Kristus. Yesus mengundang saya, Anda dan semua murid Kristus, untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya sesuai dengan levelnya masing-masing. Inilah yang disebut "panggilan khusus," tidak hanya pada batasan biarawan / biarawati, rohaniwan / rohaniwati, pekerjaan Tubuh Mistik Kristus (Gereja) membutuhkan banyak pelayan, ujung tombaknya adalah saya serta Anda semua, umat di level paling bawah, umat yang bersentuhan langsung dengan segenap dinamika masyarakat luas. Untuk perkerjaan itu melalui Injil-Nya hari ini, Yesus menyentuh hati memanggil jiwa saya dan Anda, dengan menguji Filipus. Di sini kita jumpai adanya "komunikasi yang tidak nyambung. Pertanyaan Yesus kepada Filipus: "Di mana kita dapat membeli roti ....?" Tetapi jawaban Filipus : “Roti seharga dua ratus dinar." Jawaban Filipus benar, tetapi tidak menjawab pertanyaan Yesus, ia lebih dulu melihat "kesulitan" dan lupa kekuasaan Yesus. Demikian pula Andreas yang melihat hal itu, ia raguragu melihat kebutuhan yang besar tetapi kemampuan yang ada sangat kecil, yaitu hanya 5 roti dan 2 ikan. Inilah sifat buruk kita yang membuat tidak berani menanggapi "panggilan khusus" sebagai murid Kristus, karena berpusat pada diri kita sendiri, dan kita selalu lupa bahwa "tidak ada yang mustahil bagi Yesus!" Ketika dipanggil untuk tugas gereja bahkan hanya diminta untuk ikut kelompok koor, jawaban yang selalu muncul "Maaf, saya tidak bisa nyanyi, suara saya jelek dan saya tidak bisa apa-apa ... dsb." Melalui mukjizat penggandaan "lima roti dan dua ikan," Yesus mengundang Anda untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya, inilah "panggilan kedua" kemuridan Kristus. Sekecil apa pun di tangan Yesus dapat menjadi besar melampaui kemampuan pikiran kita. Tuhan aku ingin menjadi tangan-tanganMu agar aku bisa berbagi berkat bagi sesamaku. Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Sabtu, 18 April 2015 (Pekan Paskah II) Bacaan 1 : Kis 6: 1-7 Mazmur : Mzm 33:1-2.4-5. 18-19 Injil : Yoh 6 : 16 – 21 ------------------------------------------------Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tuju. Renungan “Ini Aku Jangan takut” Seorang pria buta sedang berjalan dan terjerumus ke dalam sebuah lubang yang dalam sehingga dia tidak bisa keluar. Maka dia mulai berteriak-teriak keras untuk minta pertolongan. Kebetulan seorang Guru Besar lewat dekat lobang itu. Mendengar teriakan minta tolong, iapun mendatangi lubang itu. Dia memandang ke dasar lubang dan memberi ceramah dan nasehat kepada pria malang itu. Dan di akhir ceramah dan nasehatnya Guru Besar itu mengatakan “Mengapa engkau begitu bodoh sehingga terperosok ke lubang itu?” Lalu ia pun pergi. Kemudian datang seorang biarawan saleh. Dia memandang ke bawah dan berkata kepada pria itu, “saya akan mencoba mengulurkan tanganku sebisa saya, dan Anda harus mengulurkan tangan ke atas semampu Anda.” Namun karena begitu dalamnya lubang tangan itupun tak mampu bersentuhan dan akhirnya si biarawan saleh itu mengatakan “Sayang lubang itu terlalu dalam, dan tangan ku pun tak bisa menggaetmu untuk menolongmu, maaf, sekali lagi maaf.” Setelah itu orang saleh itupun pergi meninggalkan si orang malang di lubang tersebut. Kemudian datang orang ketiga. Dialah Yesus. Dia melihat pria itu dan tanpa berkata-kata Yesus pun masuk dan turun kedalam lubang, setelah itu Yesus berkata, “Aku akan berjongkok dan naiklah ke atas pundak-Ku agar kamu bisa naik dari lubang ini.” Dan si pria malang itu bergegas naik di pundak Yesus untuk kemudian keluar dari lubang tanpa berpikir lagi siapa Dia dan apakah kemudian Dia bisa naik sendiri dari dalam lubang itu atau tidak. Dari cerita di atas memberi gambaran tentang pengharapan kepada kita akan pertolongan Tuhan. Jangan Takut! Itulah perkataan Yesus kepada para murid yang ketakutan karena perahu terombang-ambing oleh gelombang dan angin kencang dan mereka nyaris tidak mengenali Yesus. Kita pun diombang-ambingkan oleh badai kehidupan itu yang bak lubang dalam yang membuat kita jatuh dan terjebak dalam lubang dosa yang menganga sehingga kita tidak bisa keluar dari kubangan dosa yang dalam itu. Ketakutan dan kecemasan membuat seseorang tidak dapat melihat segala sesuatunya dengan jelas, dan bahkan dapat mengaburkan iman. Sehingga mutlak melakukan pandangan yang terus-menerus kepada Yesus untuk menguatkan iman, serta dapat memberikan pengharapan dan kekuatan yang pasti kepada kita. Iman yang teguh membuat kita dapat melangkah dengan pasti dan pengharapan di dalam Yesus membuat kita terus mampu bertahan meski dosa selalu menggoda, menjerat dan membelenggu akibat kelemahan kita. Sementara Yesus yang dengan “diam” namun pasti selalu berkarya demi penyelenggaran ilahi atas keselamatan dan hidup kita. Oleh karena itu, mari kita menghadapi tantangan hidup dalam panggilan hidup dan karya kerasulan dengan memusatkan pandangan kita kepada Yesus sebab pepatah dalam bahasa jawa dikatakan “ Gusti mboten sare” (Tuhan tidak tidur) dan Dia terus berkarya demi keselamatan kita. Dan Ia terus menerus selalu berkata “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Deus Providebit. Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Minggu, 19 April 2015 (Minggu Paskah III) Bacaan 1 : Kis 3:13-15. 17-19 Bacaan 2 : 1 Yoh 2:1-5a Injil : Luk 24:35 - 48 ----------------------------------------------------Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Renungan Damai sejahtera bagi kamu Tiap orang mendambakan damai khususnya mereka yang hidup dalam peperangan, kekacauan dan kekerasan keluarga, pertikaian masyarakat, perselisihan antarteman dan sebagainya. Mereka yang hidup demikian selalu diselimuti perasaan kecemasan, ketakutan, ketidaktenangan, kegelisahan, kemarahan, dan berbagai macam perasaan negatif, seakan tidak ada kedamaian di bumi ini. Demikian juga kegelisahan, kecemasan dan ketakutan yang dialami para rasul setelah mereka merasa ditinggalkan oleh Yesus. Mari kita renungkan ilustrasi berikut : Bayangkan anda dikirimi sekantong plastik yang berisi kotoran sapi oleh tetangga. Bagaimanakah reaksi anda? Saya sudah menanyakan kepada banyak orang tapi sebagian besar reaksinya akan marah. Tapi ada segelintir orang yang memberi respon dengan kejernihan hati. Jangan-jangan tetangga sedang melihat tanaman saya kurang subur. Anda lihat sendiri. Pikiran negatif melihat kotoran sapi sebagai tindakan yang sangat menghina, dan sekaligus akan menempatkan tetangga sebagai musuh. Sedangkan pikiran positif melihatnya kotoran sapi sebagai pupuk sekaligus menempatkan tetangga sebagai sahabat dan menciptakan suasana damai sejahtera. Damai itu seharga ikhlas. Bila mau menerima segala sesuatu tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lain, maka kedamaian akan hadir. Perdamaian tersedia bagi setiap orang di sepanjang waktu. Boleh-boleh saja memiliki harapan yang terlalu tinggi dalam hidup, tetapi kalau mau hidup damai, biasakan untuk menerima realitas dengan ikhlas. Damai itu bukan tujuan, tetapi sesuatu yang bisa didapatkan setiap saat dengan murah dan mudah, asal terbiasa dengan energi ikhlas dan kejernihan hati. Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa damai itu bukan hanya cukup kita mohon melainkan mesti diwujudkan secara konkret dalam kehidupan. Maka Yesus datang dengan salam damai kepada para murid-Nya, tetapi mereka malah ketakutan dan ragu-ragu bahkan berprasangka negatif. Sikap ini sungguh berlawanan dengan kehendak Yesus dengan salam damai itu. Maka Yesus meminta para murid untuk mengarahkan pandangan mereka pada-Nya. Setelah itu, barulah mata mereka terbuka dan percaya pada Yesus. Dalam hidup sehari-hari damai sejati sungguh sulit kita wujudkan sebab hati manusia cenderung berprasangka negatif. Namun, bukan berarti bahwa kita tidak bisa mewujudkannya dalam hidup kita sehari-hari. Mewujudkan damai merupakan tugas dan perutusan kita sebagai umat katolik dan anak-anak terang. Pesan paskah ialah damai, percaya, cinta kasih, pertobatan, rendah hati, lemah lembut, ketulusan dsbnya. Dan damai dengan diri sendiri dan dengan sesama adalah gerbang kejernihan hati untuk berbagi berkat cinta, kepercayaan, pengampunan, kelemahlembutan, persaudaraan, kerendahan hati, ketulusan dan buah-buah Roh lainnya kepada sesama. Dan mengarahkan hati yang damai hanya kepada Kristus, Sang Sumber damai sejati akan menjadi kekuatan bagi kita untuk berbagi berkat damai sejahtera. Emanuel Sri Joko, Mpd, SMP Marsudirini Bekasi Senin 20 April 2015 (Pekan Paskah III) Bacaan 1 : Kis 6:8-15 Injil : Yoh 6:22-29 -----------------------------------------------------Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepadaNya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Renungan Dalam sebuah dialog singkat antara seorang yang baru saja bertobat, mengenal, percaya dan mengikuti Kristus dengan temannya yang tidak beriman, temannya menanyakan beberapa hal berikut: “Jadi, kau sudah bertobat dan menjadi pengikut Kristus?” “Ya” “Kalau begitu kau tau banyak tentang Dia. Di negara mana dan kapan persisnya Dia lahir” “aku tidak tahu” Lalu Usia berapa Dia meninggal?’ “Aku nggak tau” “Berapa kali dia berkotbah?” “ Wah, Aku nggak tau juga” “Lho kamu ini bagaimana sih, katanya pengikut Kristus. Katanya sekarang kamu sudah bertobat karena mengikuti dan percaya kepada Kristus, tapi kau mengetahui sedikit sekali, bahkan kelihatannya kau tak mengetahui apa-apa tentang Kristus” “Kau memang benar. Aku malu karena memang begitu sedikit pengetahuanku tentang Kristus. Tetapi aku hanya tahu beberapa hal ini setelah aku mengikuti Kristus. 3 tahun lalu aku pemabuk, hutangku banyak, aku berantem terus dengan istriku bahkan aku tega menganiaya istri dan juga anak-anakku. Istri dan anak-anakku selalu ketakutan setiap aku pulang dan keluargaku berantakan. Tapi sekarang aku sudah tidak mabuk-mabukan lagi. Hutangku telah lunas. Istri dan anakku gembira ketika aku pulang. Istri dan anak-anakku sudah tidak ketakutan lagi karena kehadiranku. Istri dan anak-anakku telah memaafkanku. Kami makan bersama, berdoa bersama dan ke gereja bersama, dan banyak hal-hal lain yang membuat kami damai dan bahagia. Ini semua karena kami percaya dan menjadi pengikut Kristus, dan semua ini karya Kristus. Yah hanya sebanyak itu yang aku ketahui tentang Kristus” Cerita di atas memberikan gambaran bahwa percaya kepada Kristus bukanlah semata-mata kita seperti murid-murid yang mengikuti kemana pun Yesus pergi, mengetahui banyak hal dan mukjijat yang dilakukan Yesus dan lalu berharap banyak agar Yesus membuat tanda-tanda dan mukjijat-mukjijat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan hidup kita, seperti pangkat, kedudukan, kekayaan, kekuasaan dll. Orang yang percaya kepada Tuhan senantiasa mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan hidup dalam atau oleh Roh, sehingga senantiasa bergairah, ceria dan dinamis dalam kondisi atau situasi apapun. Maka sebagai orang beriman marilah kita mawas diri: apakah kita senantiasa ceria dan bergairah menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Orang yang percaya kepada Tuhan senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dimanapun dan kapanpun. Kita hendaknya juga menyatukan penderitaan hidup ini bersama dan dalam salib Kristus agar kita diteguhkan dan dikuatkan sebagai manusia yang sudah ditebus dan diselamatkan berkat sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Mari kita ikuti dan laksanakan perintah-Nya yang utama yaitu hendaknya kita saling mengasihi satu sama lain. Maka sebagai tanda bahwa kita percaya kepada Kristus atau saudara-saudari kita yang percaya kepadaNya, adalah kita hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun. Tanda-tanda bahwa kita mengenal Kristus dan hidup bersama orang lain untuk saling mengasihi antara lain: rukun dan damai, saling memaafkan dan saling mengampuni, bersatu padu, saling berbagi berkat, berbagi rasa dan harta milik, sehingga tidak ada seorangpun yang berkekurangan. Dan kata kata Yesus dalam Injil hari ini sangat jelas dan tegas “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Selasa 21 April 2015 (Pekan Paskah III) Bacaan 1 : Kis 7:51-8:1a Injil : Yoh 6:30-35 ------------------------------------------------------------Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Renungan Ada seorang pemuda yang mendatangi seorang pertapa dengan sebuah permintaan, “Tunjukkanlah kepadaku bagaimana saya harus melakukan kebenaran dalam hidup saya agar saya selamat dan boleh masuk surga?” Pertapa itu bertanya, “Seberapa besar kerinduanmu?” Orang muda itu menjawab, “Lebih dari apapun di dunia ini.” Sang pertapa kemudian membawa orang muda itu ke tepi danau dan mereka masuk ke dalam danau sampai air danau mencapai leher. Kemudian sang pertapa menekan kepala orang muda itu ke dalam air agar kepalanya terbenam di air dan tenggelam. Pemuda itu berjuang dengan susah payah dan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari tangan sang pertapa agar kepalanya tidak masuk ke dalam air. Tapi sang pertapa itu tidak melepaskannya sampai si pemuda itu hampir tenggelam. Ketika ritual itu selesai maka berjalanlah mereka berdua menuju tepi danau. Ketika mereka sudah sampai di tepi danau, pertapa itu bertanya kepada si pemuda, “Anakku, ketika engkau berada di dalam air, apa yang engkau inginkan lebih dari segala yang lain?” Tanpa ragu, pemuda itu menjawab, “udara agar bisa bernafas dan hidup”. Baik, ketika engkau menginginkan kebenaran seperti engkau menginginkan udara tadi, maka matamu akan terbuka terhadap keajaiban Allah. Dalam bacaan injil hari ini, Yesus sangat jelas bersabda “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” Yesus adalah roti hidup yang turun dari sorga. Kita yang telah dibaptis dan menerima komuni kudus, menghayati sabda tersebut antara lain setiap kali kita menerima komuni kudus, yang kita imani sebagai tubuh Kristus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang selalu menerima komuni kudus dalam Perayaan Ekaristi untuk mawas diri: apakah kita menerima komuni kudus hanya sekedar bersifat liturgis atau formal belaka ataukah kita hayati dengan penuh iman sehingga semangat Yesus Kristus merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Ingat dan sadari bahwa apa yang kita makan dan minum akan mempengaruhi jati diri kita masing-masing; jika yang kita makan dan minum sungguh bergizi dan sehat, maka tubuh kita akan sehat, segar-bugar senantiasa. Jika makanan duniawi saja dapat membuat kita sehat dan segar bugar, apalagi makanan sorgawi. Dengan kata lain kita yang sering menerima Komuni Kudus diharapkan menghayati kata-kata ini, yaitu: setiap kali kita menerima komuni kudus berarti kita mengenangkan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, artinya kita hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, sehingga kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang senantiasa mewartakan apa yang baik, benar, luhur dan mulia dalam kesibukan dan pelayanan kita sehari-hari. Dengan menerima komuni kudus berarti kita sungguh hidup bergairah dan ceria, tak pernah frustrasi atau putus asa meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan. Persoalannya adalah apakah kita sangat lapar dan berharap dikenyangkan oleh roti hidup tersebut? Apakah kita seperti pemuda yang begitu berharap dan berjuang keras agar tidak terbenam dan tenggelam dalam air karena ia sangat membutuhkan udara? Tuhan jadikan kami selalu haus dan lapar akan sabdaMu dan kenyangkan hidup kami dengan roti hidup melalui setiap perayaan ekaristi kudus yang menuntun kami kepada jalan kebenaran dan keselamatan. Emanuel Sri Joko, Mpd SMP Marsudirini Bekasi Rabu, 22 April 2015 Yohanes 6:35-40 ------------------------Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Renungan Siapa di dunia ini yang tidak membutuhkan makan dan minum? Semua makhluk hidup tentu membutuhkan makan dan minum untuk berkembang biak, tanpa makan dan minum maka tubuh tidak mendapatkan asupan energi untuk menjalankan proses metabolisme tubuh. Tentu kita mengetahui konsekuensi jika makhluk hidup tidak mendapatkan makan dan minum, yaitu kematian. Maka antara makan dan minum harus seimbang dalam proses metabolisme tersebut, jika terlalu banyak minum tanpa makan tentu berakibat kurang baik dan sebaliknya terlalu banyak makan tanpa minum tentu juga akibatnya sangat mengganggu tubuh. Tidak berkekurangan namun juga tidak berkelebihan, harus seimbang. Yesus dalam bacaan Injil hari ini menganalogikan diri-Nya sebagai sebuah roti, tentu bukan roti biasa (di Palestina zaman Yesus, roti merupakan makanan pokok sehari-hari) karena Yesus adalah Roti Kehidupan. Bahkan di ayat 35, Yesus bersabda bahwa Akulah roti hidup, barangsiapa datang dan percaya kepada-Ku, tidak akan lapar serta haus lagi. Cukup revolusioner pemikiran Yesus saat itu, bahkan cenderung tidak masuk akal. Namun tentu saja apa yang disabdakan Yesus tersebut bukanlah tanpa makna. Yesus ingin agar kita sebagai umat-Nya, tidak hanya sekedar percaya pada Yesus sebagai Roti Kehidupan namun melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa yang telah mengutus-Nya (bdk. ayat 40). Maka, bagi kita sebagai guru, karyawan dan peserta didik, tentu saja sabda Yesus ini harus dimengerti bahwa kewajiban kita sebagai umat Kristiani tidak hanya sekedar mengakui serta percaya Yesus saja namun juga menjalankan kehendak Allah Bapa. Hidup yang kita jalani harus seimbang, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan jasmani semata namun juga kebutuhan rohani karena Allah Bapa yang memberikan kita hidup tersebut. Sudahkah kita melakukan kehendak Allah Bapa? (Antonius Gindo, S.Pd) Kamis, 23 April 2015 Yohanes 6:44-51 -------------------------Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabinabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Renungan Di sebuah stasiun televisi, ada sebuah tayangan yang cukup menarik yaitu acara “Ripley’s: Believe It Or Not” dalam acara tersebut ditayangkan beberapa rekor, fenomena, keanehan prilaku manusia (bahkan hewan), serta hal-hal yang mustahil dilakukan namun bisa dilakukan. Contohnya, ada seseorang yang memiliki kuku tangan terpanjang hingga puluhan meter. Atau ada lagi seseorang yang mampu memasukkan tiga buah bola bilyar ke dalam mulutnya dan beberapa fenomena aneh lainnya. Acara tersebut terkadang mengundang decak kagum dan rasa penasaran karena bagaimana mungkin bisa terjadi? Salah satu kalimat penutup yang disampaikan pembawa acara saat mengomentari beberapa kejadian aneh tersebut adalah, “percayalah”. Bacaan Injil hari ini masih diambil dari Injil Yohanes dan lagi-lagi menceritakan tentang pola pikir Yesus yang cenderung revolusioner, mengapa? Karena Yesus sekali lagi menekankan kata “percaya” seperti dalam ayat 47, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal”. Terdengar mudah, namun bagi kita yang hidu di zaman ini untuk mempercayai suatu peristiwa terkadang harus ada bukti fisiknya dulu. Paling tidak kita melihat langsung peristiwa tersebut baru kita bisa mempercayainya, seperti dalam acara “Ripley’s: Believe It Or Not”. Nah, Yesus tidak ingin kita hanya sekedar percaya dengan melihat secara langsung saja melainkan juga percaya dengan iman. Untuk lebh menegaskan lagi tentang percaya kepada-Nya, Yesus kembali menganalogikan diri-Nya sebagai Roti Kehidupan yang akan memberikan hidup kekal kepada mereka yang menerima Yesus. Maka, bagaimana dengan kita sendiri sebagai pengikut-Nya? Hanya sekedar percaya begitu saja kepada Yesus atau percaya sepenuh hati kepada Yesus lalu menerima Tubuh-Nya sebagai lambang kehidupan kekal? Meski agak sulit dipahami, namun percayalah. Amin. (Antonius Gindo, S.Pd) Jumat, 24 April 2015 Yohanes 6:52-59 -------------------------Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Renungan Saat Hari Raya Idul Adha yang dirayakan saudara-saudari umat Islam, satu peristiwa khas adalah saat penyembelihan hewan kurban (sapi, kerbau atau kambing) lalu daging hewan kurban tersebut dibagi-bagikan kepada fakir miskin, lansia dan yatim-piatu. Saat penyembelihan hewan kurban menjadi saat yang menyedihkan bahkan cenderung kejam. Hewan kurban yang biasanya sudah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya, diperlakukan layaknya hewan peliharaan namun akhirnya mereka pun disembelih juga. Darah hewan kurban yang sudah disembelih tentunya menjadi pemandangan miris bagi sebagian orang yang melihat, saluran air, rumput, lapangan juga terpapar darah hewan kurban tersebut. Sungguh hal yang (mungkin) terkesan jorok dan najis saat melihat darah tersebut. Bacaan Injil hari ini ada kaitannya dengan darah, karena Yesus bersabda, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (ayat 54). Apa yang disabdakan Yesus ini menjadi perdebatan diantara orang-orang Yahudi karena mereka berpikir bahwa mereka harus mengonsumsi Tubuh dan Darah Yesus secara harafiah, padahal bukan itu yang Yesus maksudkan. Tubuh dan Darah Yesus ini oleh bapa-bapa Gereja dimaknai sebagai roti dan anggur yang Yesus ucapkan saat Sakramen Ekaristi. Dalam hidup kita, tentu saja darah menjadi sesuatu yang najis, kotor dan menjijikkan. Namun dalam konteks iman Kristiani, darah (dan tubuh) Yesus merupakan hal yang mensucikan kita sebagai umat beriman bahkan akan mendatangkan keselamatan kekal. Maka, sebagai umat Kristiani, hendaknya kita tidak memaknai Tubuh dan Darah Yesus secara harafiah namun kita percayai dalam kacamata iman bahwa yang Yesus maksudkan Tubuh dan Darah-Nya adalah roti dan anggur yang dikonsekrasikan imam saat Ekaristi. Tentunya kita juga harus memberikan penghormatan yang layak saat hosti dan anggur dikonsekrasikan oleh imam. Karena bentuk kepercayaan iman kita akan Tubuh dan Darah Yesus akan membawa kita kepada kehidupan kekal, siapkah kita melakukannya? (Antonius Gindo, S.Pd) Sabtu, 25 April 2015 Markus 16:15-20 ---------------------------Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicaradalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka. Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu aka sembuh. Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke Sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. Renungan Dalam beberapa tahun terakhir ini, kecenderungan orang-orang untuk ber-travelling atau bepergian ke tempat-tempat wisata baik dalam maupun luar negeri cenderung menjadi sebuah tren. Apalagi jika tempat yang dituju tersebut merupakan tempat yang jarang dikunjungi sebelumnya dan menjanjikan suasana serta pemandangan alam yang eksotis serta menarik. Orang rela meluangkan waktu, bahkan biaya demi memenuhi keinginan berkunjung ke tempat wisata tersebut. Ada yang ingin mencoba pengalaman baru, suasana yang berbeda, sekedar untuk refreshing atau memang sudah menjadi hobi. Andakah termasuk orang-orang tersebut? Dalam Injil hari ini Markus bercerita tentang Yesus yang “menitipkan” pesan terakhirNya kepada murid-murid sebelum naik ke surga, “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”” (ayat 15) . Pesan Yesus tersebut sangat jelas, Ia meminta para murid untuk mau mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia, tidak hanya kepada manusia saja namun kepada semua makhluk. Para murid yang masih takjub akan kebangkitan Yesus diminta untuk mewartakan ajaran Yesus ke seluruh dunia, tentu saja Yesus juga memberikan “bekal” kepada mereka yakni kekuatan untuk bisa mengusir setan, menyembuhkan orang sakit bahkan berbicara dalam bahasa-bahasa baru. Yesus menegaskan bahwa setiap orang yang mengaku diri dan memberikan dirinya untuk dibaptis dalam namaNya ikut serta dalam mewartakan Kerajaan Allah. Kita tidak perlu seperti nabi-nabi jaman dulu yang harus berkeliling dari satu kampung ke kampung lain. Yesus menegaskan baiklah kita menjadi garam, terang, dan ragi bagi dunia. Hidup kita sehari-harilah yang akan menampakkan Kerajaan Allah sungguh nyata dalam diri kita. Dan itulah kesaksian kita. Mengapa Yesus mau memberikan itu semua kepada para murid? Karena para murid sudah percaya kepada Yesus dan mau menjadi pengikut serta pewarta Injil yang sejati, sehingga para murid tidak perlu khawatir akan perutusan mereka. Nah, bagaimana dengan kita sebagai umat-Nya? Kita pun juga dituntut oleh Yesus untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia, tentu saja kita juga dibekali iman serta kekuatan rohani dalam mewartakan Injil tersebut. Masalahnya adalah apa kita mau mewartakan Injil? Apakah justru kita mau mengorbankan waktu, tenaga bahkan biaya untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata namun menjadi enggan bila harus diminta mewartakan Injil? Mana yang menjadi prioritas kita dalam hidup ini? (Antonius Gindo, S.Pd) Minggu, 26 April 2015 Yohanes 10:11-18 ----------------------------Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi dombadombanya, sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik dombadomba itu sendiri, ketika melihat serigala dating, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan aku memberika nyawaKu bagi domba-dombaKu. Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Ku tuntun juga dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.” Renungan Yesus datang ke dunia dengan membawa keselamatan dan kehidupan dalam kelimpahan. Yesus memberikan nyawa bagi domba-Nya, karena cinta. Karena suaranya adalah suara cinta dan merangkul semua baik dari kawanan sendiri maupun bukan, maka domba mendengarkannya, mengenal suaranya dan mengikutinya. Di dalam diri-Nya ada kuasa memberikan dan mengambil. Mereka yang melihat dan mendengar dapat menangkap keselamatan datang dari Allah. Pencuri dan orang upahan hanya datang untuk mencuri, membunuh bahkan membinasakan, mereka lari ketika bahaya mengancam dombanya, karena mereka orang upahan. Di dalam dirinya tidak ada kuasa apapun, dan mereka yang melihat dan mendengar berburuk sangka. Menjadi murid Yesus memang tidak gampang, penuh tantangan , memerlukan keberanian dan membutuhkan sikap percaya bahkan tidak sekedar sikap percaya tetapi totalitas dalam penyerahan diri. Ada begitu banyak tantangan seperti kesulitan ekonomi, perceraian, miskomunikasi antar anggota keluarga, kekerasan dan persoalan sosial yang marak terjadi dalam masyarakat yang terkadang mengaburkan suara Yesus Sang Gembala, sehingga hanya samar-samar kita mendengarnya dan tanpa disadari terkadang kita mengabaikannya. Melihat perbandingan kepemimpinan di atas, antara kepemimpinan Yesus dan kepemimpinan karena upahan, semoga memperkuat keyakinan kita bahwa Yesus adalah pilihan yang tepat untuk berbagai keadaan dan alasan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa manusia memiliki kerapuhan, maka sungguh baik kita belajar dari St. Fransiskus Asisi yang mengalami jatuh bangun dalam pertobatannya, namun akhirnya berhasil karena Fransiskus terbuka hatinya untuk rahmat Allah. Semoga (Christina Riris) Senin, 27 April 2015 Yohanes 10:1-10 --------------------------"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil dombadombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Renungan Idealnya ketika memasuki rumah atau keluar rumah adalah melewati pintu. Tidak melewatinya dianggapnya sebagai pencuri atau perampok. Gereja adalah kawanan domba dan Kristuslah Gembalanya. Sebagai Gembala Yesus mengenal domba-Nya, memanggil satu persatu menurut namanya, menuntun keluar menuju padang rumput. Maka sebagai domba, sungguhlah istimewa, karena kita begitu dikenalnya. Gereja juga adalah kandang domba dan Kristuslah pintunya. Karena Kristus adalah pintu, maka dalam hidup menggereja tidak ada jalan lain selain melewatinya. St. Agustinus dalam kotbahnya mengatakan, “Melalui Kristus aku masuk, bukan ke rumahmu, tetapi ke hatimu. Melalui Dia aku masuk dan kamu dengan siap sedia mendengarkan aku yang berbicara tentang Dia. Mengapa? Karena kamu adalah domba Kristus dan kamu telah ditebus oleh darah-Nya.” Jika dalam hidup menggereja Tuhan sudah mempercayakan kepada kita, misalnya sebagai orang tua dalam membina iman anak, atau sebagai pelayan umat dalam lingkungan atau paroki dan dalam kelompok-kelompok kategorial, kita perlu mengusahakan ini, yaitu agar orang-orang yang dipercayakan kepada kita dapat mengenal dan mengasihi Kristus. Kristuslah yang utama. Dia makin besar dan kita semakin kecil. Sudahkah kita bersikap demikian?? (Christina Riris) Selasa, 28 April 2015 Yohanes 10:22-30 -------------------------Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." Renungan Dalam sejarah perjalanan pewartaannya, St. Fransiskus Asisi pernah mengalami bahwa apa yang ia sampaikan sebagai kabar baik keselamatan tidak mendapatkan respon yang baik dari pendengarnya. Fransiskus tidak didengarkan. Fransiskus diabaikan. Namun dalam pengalaman lain yang menakjubkan Fransiskus justru mendapat perhatian, ia diperhayikan. Ia didengarkan dengan penuh kerinduan. Mereka yang memberi perhatian dan mendengarkan adalah burungburung dan binatang lainnya. Mengapa demikian? Karena burung dan binatang itu mengenal suaranya dan mengerti serta memahami kehendak Fransiskus Asisi. Yesus dalam Injil Yohanes hari ini mengemukakan prinsip kemuridan yang sangat penting. Yesus menggunakan contoh relasi Gembala dan domba. Gembala yang baik akan memberikan perhatian penuh pada dombanya-dombanya. Ia memberikan kehangatan dan jaminan keamanan dan keselamatan. Ia merengkuh dan merangkul ketika terjadi sesuatu yang membahayakan. Domba gembalaannya juga mengenal suaranya dan memahami kehendaknya. Mengapa demikian? Karena ia tahu suara itu menuntun ke “sumber air “ yang jernih menyegarkan. Ia tahu suara itu membimbing ke “padang rumput” yang mengenyangkan. Ia tahu suara itu menjamin keselamatan ketika ada “serigala” yang siap menerkam dan membunuh mereka. Yesus adalah Gembala. Gembala yang baik, yang siap menyerahkan nyawanya bagi dombanya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita domba yang baik? Yang mengenal suara-Nya dan mengikuti-Nya? (Christina Riris) Rabu, 29 April 2015 Yohanes 12:44-50 ------------------------Mungkin kita tidak pernah menyadari kebahagiaan, keselamatan dan keberhasilan adalah wujud kehadiran Allah dalam hidup manusia. Kta menganggap inilah prestasiku, kegagaglan, penderitaan kita baru bertanya dimanakah Engkau selama ini Tuhan? Yesus selalu menginginkan agar semua orang dapat kasih Allah. Namun sering kali hati kita tumpul sehingga tidak pernah tau apa yang telah Dia lakukan dalam hidup kita. padahal Yesus telah memberikan banyak cinta bagi manusia sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah yang telah mengutusnya ke dunia ini. Sebagai duta cinta Allah, Yesus tidak mungkin menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan Allah kepada-Nya. Yesus selalu mewartakan ke Mahakuasaan Allah yang lembut, penuh kasih dan pengampunan. Renungan Fransiskus dan Magdalena merupakan sejoli yang sudah berpacaran selama kurang lebih 3 tahun, banyak suka dan duka sudah mereka lalui bersama seiring waktu berpacaran. Namun suatu hari, Fransiskus mendapatkan fakta mengejutkan bahwa ternyata Magdalena berselingkuh dengan pria lain. Hal itu tak sengaja Fransiskus ketahui saat mengecek ponsel Magdalena, seketika itu juga runtuhlah kepercayaan Fransiskus kepada Magdalena dan seketika itu juga Fransiskus memutuskan relasi pacarannya dengan Magdalena. Seandainya kita berada dalam posisi Fransiskus ataupun Magdalena, apa yang akan kita lakukan? Yesus dalam bacaan hari ini juga mengajarkan tentang kepercayaan sekaligus konsekuensinya jika menolak kepercayaan yang Dia berikan kepada umat-Nya. Yesus berkata dalam ayat 44 bahwa siapa yang percaya kepada Yesus, tidak hanya percaya kepada Yesus namun juga percaya kepada Dia yang telah mengutus Yesus yaitu Allah Bapa. Apa yang Yesus lakukan di dunia ini, semua berdasarkan kepada kehendak dan tugas dari Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia ini. Sehingga, Yesus ingin agar kita sebagai umat-Nya, benar-benar mempercayai Yesus sebagai Penyelamat dan agar kita tidak ragu lagi mengenai kuasa Yesus yang menyelamatkan. Jika memang kita sudah percaya kepada Yesus, apa lagi yang membuat kita ragu akan kuasa serta kehendak-Nya dalam hidup kita masing-masing? Kepercayaan adalah hal yang tidak ternilai di dunia ini, kepercayaan terhadap relasi dengan orang lain bahkan relasi dengan Tuhan. Jika kita sudah percaya kepada Yesus lewat janji baptis serta sakramen yang sudah kita terima, maka kita tidak perlu ragu lagi akan kehendak Allah Bapa yang terbaik untuk kita dalam menjalani hidup ini. Amin. (Antonius Gindo, S.Pd) Kamis, 30 April 2015 Yohanes 13:16-20 --------------------------Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku." Renungan Kebebasan adalah kado Allah. Semakin orang itu baik semakin orang itu bebas, karena ia tidak berada di bawah tekanan dan tidak berada dalam keterikatan dan kendali apapun selain daripada yang memberi kado itu sendiri, yaitu Allah pribadi yang penuh kasih. “Memilih untuk setia atau mengingkari janji dan berkhianat, semua ada pada setiap kita pilihannya. Alangkah baiknya kalau orang itu setia artinya mengerti dengan baik apa yang diajarkan oleh Yesus dan menghayatinya dalam hidup. Di antara para murid Yesus yang dekat dengan-Nya, ternyata ada yang tidak setia bahkan akhirnya berkhianat. Yesus tahu akan ada pengkhianatan di dalamnya. Tetapi apa yang dilakukan Yesus? Menghukumnya? Mengusirnya dari kelompok? Menjauhkan dari murid-murid yang lainnya? Sungguh, apa yang dilakukan Yesus tidak seperti apa yang dilakukan kebanyakan orang ketika menghadapi situasi serupa. Yesus tetap menunjukkan cinta kasih, perhatian dan pengertian kepada setiap orang. Yesus menghendaki keselamatan bagi setiap orang, namun Yesus juga menghargai kebebasan. Arah dan jalan yang baik dan benar sudah ditunjukkan Tuhan, namun pilihan ada pada kebebasan manusia. Dan setiap pilihan yang dibuat oleh manusia memiliki konsekuensi yang jelas dan tegas, maka Yesus mengingatkan dan menekankan sekali lagi prinsip yang amat penting dalam relasi kita dengan Yesus dan Allah Bapa. Yesus mengatakan,”barangsiapa menerima orang yang Dia utus, menerima Yesus sendiri, dan barangsiapa menyambut Yesus, menyambut Allah Bapa-Nya. Kesetiaan kepada Yesus menjadi bukti kesetiaan kepada Allah Bapa. Sebaliknya penolakan dan pengkhianatan kepada Yesus berarti juga penolakan dan pengkhianatan terhadap Allah Bapa, sebab Yesus dan Bapa adalah satu. Mengikuti Tuhan Yesus tidak mungkin setengah-setengah. Panggilan ini menuntut pilihan yang tegas, setia atau tidak. Pilihan dan konsekuensi ada pada kita. (Christina Riris)