ADVERTORIAL penyakit jantung. Jumlah tersebut lebih banyak daripada jumlah kematian yang disebabkan oleh semua jenis penyakit kanker. Bahkan prevalensi penyakit jantung koroner pada wanita (8,1%) lebih tinggi dibandingkan pria (6,2%). Penyakit jantung koroner dapat diderita oleh semua rentang usia wanita dengan faktor risiko, antara lain: 1) Kadar kolesterol tinggi, 2) Gangguan metabolisme seperti diabetes dan obesitas, 3) Hipertensi, 4) Sering mengalami depresi, 5) Pola hidup tidak sehat seperti jarang olahraga dan merokok, 6) Usia menopause mengakibatkan rendahnya produksi estrogen yang berfungsi melindungi pembuluh darah, 7) Faktor keturunan. Pada umumnya gejala yang timbul pada wanita penderita penyakit jantung koroner, seperti: 1) Dada merasa ditekan dan tidak nyaman, 2) Leher, rahang, bahu, punggung dan perut merasa tidak nyaman, 3) Sesak napas, 4) Nyeri lengan kanan, 5) Cepat berkeringat, 6) Kepala sering merasa pusing, 7) Cepat merasa kelelahan. Untuk mengetahui dan memastikan kondisi jantung Anda, tidak cukup hanya dengan melakukan pemeriksaan kolesterol saja, sebab 35% penderita penyakit jantung adalah mereka yang memiliki kadar kolesterol normal. Oleh karena itu diperlukan juga pemeriksaan Apo B dan hs-CRP. Apo B S adarkah kamu bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian wanita di Indonesia? Fakta mengungkapkan bahwa satu dari empat wanita meninggal karena Asupan lemak dari makanan akan masuk ke dalam pembuluh darah setelah bergabung dengan protein dan membentuk lipoprotein. Terdapat beberapa jenis lipoprotein, diantaranya VLDL, IDL, LDL (lemak jahat), dan HDL (lemak baik). Semua jenis lipoprotein itu, kecuali HDL, termasuk dalam kategori penyebab aterosklerosis. Komponen protein yang menyusun lipoprotein disebut apolipoprotein yang jenisnya juga beragam, salah satunya Apo B. Adanya komponen Apo B dalam jumlah berlebih dapat membuat partikel LDL yang memiliki sifat mudah menempel di dinding pembuluh darah ini tertahan lebih lama di lapisan dalam dinding pembuluh darah. Semakin banyak Apo B, maka semakin banyak pula penumpukan partikel yang berpotensi mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi tidak lancar bahkan terhenti. Hal inilah yang banyak terjadi pada kejadian stroke dan serangan jantung. Pemeriksaan Apo B ini dapat digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner. hs-CRP (high sensitivity C-Reactive Protein) Selain akibat penumpukan lemak, aterosklerosis dapat dipicu oleh adanya peradangan (inflamasi) dalam dinding pembuluh darah yang berlangsung lama. Peradangan ini ditandai dengan peningkatan kadar C-Reactive Protein (CRP). CRP adalah suatu protein yang dikeluarkan oleh hati serta dihasilkan dalam jumlah besar saat terjadi infeksi. Sebaliknya, pada peradangan yang terjadi dalam proses perkembangan aterosklerosis, peningkatan kadar CRP jauh lebih kecil. Meskipun demikian, peningkatannya cukup bermakna bila dibandingkan dengan kondisi normal. Oleh karena itu, diperlukan metode lebih sensitif yang dapat mendeteksi CRP dalam jumlah kecil. Metode ini dikenal dengan high-sensitivity C-reactive protein. Dengan demikian, pemeriksaan Apo B dan hs-CRP yang dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan profil lemak dapat memperkirakan risiko Penyakit Jantung Koroner secara lebih baik. *** Edisi 4 | Jan 2015 49