BAB 3 ANALIS IS S IS TEM BERJALAN 3.1 Profil perusahaan CV

advertisement
BAB 3
ANALIS IS S IS TEM BERJALAN
3.1
Profil perusahaan
CV. Dwi Sarana M andiri adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
bahan baku Herbal dan Tea Extract yang didirikan pada tahun 1999. Saat ini CV. Dwi
Sarana M andiri berlokasi di Taman Tekno BSD tahap
3, Bumi Serpong
Damai.
Pada awal pendiriannya, perusahaan ini hanya berkonsentrasi pada bidang bahan
baku Herbal dengan pangsa pasar perusahaan farmasi modern di Jabotabek dan
Bandung. Namun sejak tahun 2002, perusahaan ini mulai mengembangkan bidang usaha
Tea Extract dengan memperluas pangsa pasar pada perusahaan makanan dan minuman.
Ada pun untuk bahan baku nya, perusahaan ini mengambil dari kebun yang
dikelola sendiri dan bermitra dengan petani. Total karyawan CV. Dwi Sarana M andiri
sampai dengan saat ini berjumlah 20 orang.
3.2
S truktur organisasi perusahaan
CV. Dwi Sarana M andiri mempunyai struktur organisasi sebagai berikut ini.
Direktur
Akuntansi
& Finance
Produksi
Gudang
Gambar 3.1 : Struktur organisasi CV. Dwi Sarana M andiri
129
Berikut adalah penjabaran mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masingmasing bagian yang terdapat dalam struktur organisasi CV. Dwi Sarana M andiri.
Direktur
Direktur merupakan jabatan tertinggi di perusahaan. Jabatan ini dipegang oleh pemilik
perusahaan. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab direktur :
•
M embuat perencanaan strategis perusahaan.
•
M embuat kebijakan perusahaan.
•
M elakukan kegiatan marketing untuk memperluas pasar perusahaan.
•
Otorisasi schedule produksi.
•
M embuat rekap P.O.
Akuntansi / Finance
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab bagian akuntansi / finance :
•
M embuat laporan keuangan.
•
Otorisasi laporan produksi harian, memo pengiriman produk jadi.
•
Otorisasi memo pengambilan bahan baku.
Produksi
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab bagian produksi :
•
M emproduksi barang jadi.
•
M embuat laporan produksi harian.
•
M embuat memo pengambilan bahan baku, memo pengiriman produk jadi.
•
M embuat schedule produksi
130
Gudang
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab bagian gudang :
•
M embuat surat jalan bahan baku.
•
Otorisasi surat jalan bahan baku dan surat jalan produk jadi.
3.3
Gambaran S istem Berjalan
3.3.1
Kondisi Umum Perusahaan
•
Saat ini CV. Dwi Sarana M andiri mempunyai 20 orang karyawan yang
pembagian tugasnya sebagai berikut :
¾ 3 orang menangani proses ekstraksi.
¾ 3 orang menangani proses evaporasi.
¾ 3 orang menangani proses pengeringan dan pengemasan.
¾ 4 orang di bagian gudang.
¾ 2 orang di bagian sopir.
¾ 5 orang di bagian akuntansi & finance.
•
Hari kerja karyawan adalah senin – jumat, dalam 1 bulan ada 22 hari kerja,
•
Jam kerja karyawan untuk 1 hari kerja adalah 8 jam, berlaku untuk seluruh
karyawan.
•
Gaji yang dibayarkan kepada karyawan adalah UM R.
•
Setiap masuk kerja karyawan harus absen, dengan mengisi daftar hadir.
•
Letak pabrik dan gudang tidak pada satu lokasi.
•
Setiap pelanggan harus memasukkan P.O satu bulan sebelumnya, atau paling
lambat 2 minggu sebelumnya.
131
3.3.2
Proses Produksi
•
Proses Ekstraksi
M erupakan proses pencampuran antara bahan baku teh kering dengan air,
dengan tujuan untuk memperoleh larutan teh. Proses ini melibatkan
penggunaan tenaga kerja dan mesin. Proses ini membutuhkan waktu selama 2
jam.
•
Proses Evaporasi
M erupakan proses pemekatan larutan teh yang dihasilkan dari proses ekstraksi.
Proses ini melibatkan penggunaan tenaga kerja dan mesin. Proses ini
membutuhkan waktu selama 4 jam.
•
Proses Pengeringan
M erupakan proses dimana larutan pekat teh yang dihasilkan dari proses
evaporasi, akan diolah sehingga dihasilkan ekstrak teh dalam bentuk bubuk.
Proses ini melibatkan penggunaan tenaga kerja, mesin dan bahan pembantu
M altodextrim. Proses ini membutuhkan waktu 10 jam.
•
Proses Pengemasan
Pada proses ini ekstrak teh bubuk yang dihasilkan dari proses pengeringan
dibungkus dalam kemasan berukuran 10 kg.
132
3.3.3
Prosedur Sistem Berjalan
•
Prosedur order produksi
Prosedur ini diawali dengan membuat schedule produksi yang berlaku untuk
satu bulan. Ada pun schedule produksi dibuat berdasarkan rekap P.O. Rekap
P.O berisi pesanan pelanggan yang dalam kilogram (Kg). Kemudian pesanan
pelanggan tersebut dikonversikan ke dalam batch, karena satuan produksi
adalah batch. Dimana satu batch berisi 100 K g ekstrak teh.
•
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
Prosedur ini merupakan prosedur untuk meminta bahan baku dan bahan
pembantu dari gudang. Karena gudang dan pabrik tidak terletak di lokasi yang
sama, maka CV. Dwi Sarana M andiri memakai sopir sebagai perpanjangan
tangan antara bagian produksi dengan bagian gudang. Bagian produksi
membuat memo pengambilan bahan baku untuk meminta bahan baku dan
bahan pembantu ke bagian gudang. Bagian gudang membuat surat jalan
sebagai bukti pengeluaran barang gudang.
•
Prosedur produk selesai
Prosedur ini adalah prosedur yang digunakan untuk mencatat produksi produk
jadi yang telah selesai dilakukan. Bagian produksi melalui kepala produksi
membuat laporan produksi harian untuk merekam produksi yang telah
dilakukan. Penyerahan produk jadi dilakukan oleh bagian produksi kepada
bagian gudang dengan menggunakan memo pengiriman produk jadi.
133
3.3.4
Dokumen Sistem Berjalan
•
Schedule produksi
M erupakan dokumen yang dijadikan acuan kegiatan produksi dilakukan.
Dokumen ini dibuat secara bulanan. Dokumen ini dibuat oleh bagian produksi
yang diotorisasi oleh bagian produksi dan direktur.
•
M emo pengambilan bahan baku
M erupakan dokumen yang digunakan untuk meminta bahan baku dan bahan
pembantu ke bagian gudang. Dokumen ini dibuat oleh bagian produksi,
kemudian diotorisasi oleh bagian produksi, bagian akuntansi, sopir, dan
gudang. Dokumen ini dibuat rangkap 1.
•
Surat jalan bahan baku
Adalah dokumen yang digunakan untuk menyertai sopir untuk mengambil
bahan baku dan bahan pembantu.
•
Laporan produksi harian
Dokumen ini digunakan untuk mencatat kegiatan produksi yang telah
dilakukan. Dokumen ini dibuat oleh bagian produksi. Dokumen ini diotorisasi
oleh bagian produksi dan bagian akuntansi.
•
M emo pengiriman produk jadi
Adalah dokumen yang digunakan untuk menyertai sopir untuk mengantar
produk jadi ke gudang. Dokumen ini dibuat 3 rangkap. Rangkap ke-1 untuk
bagian akuntansi, rangkap ke-2 untuk bagian gudang, dan rangkap ke-3 untuk
bagian pabrik.
134
Gambar 3.2 : Rich picture sistem berjalan
135
3.4
Analisis Masalah
1. Fungsi bagian akuntansi dan bagian finance yang digabung.
Untuk tercapainya pengendalian intern yang baik seharusnya bagian akuntansi
dan bagian finance dipisahkan.
Pada CV. Dwi Sarana M andiri fungsi bagian akuntansi dan bagian finance
digabung, karena pemilik perusahaan tidak menginginkan terlalu banyak orang
yang terlibat dalam organisasi perusahaan.
Bahaya yang mungkin timbul dari digabungkannya bagian akuntansi dan
bagian finance adalah terjadinya penyimpangan dalam penggunaan uang
perusahaan dan pencatatannya.
2. Kode batch produksi tidak dimuat dalam memo pengambilan bahan baku.
Kode batch pada memo permintaan bahan baku ditujukan agar pengambilan
bahan baku mencerminkan kebutuhan produksi dari kode batch tersebut.
Sebab dari tidak dimuatnya kode batch pada memo pengambilan bahan baku
adalah karena menurut pimpinan perusahaan hal tersebut tidaklah diperlukan.
M emo pengambilan bahan baku yang tidak dilengkapi dengan kode batch
produksi akan mengakibatkan ketidakjelasan terhadap permintaan bahan yang
kemudian dapat berakibat pada tidak akuratnya pencatatan terhadap biaya
masing-masing batch produksi.
3. Tidak dimasukkannya biaya-biaya overhead dalam perhitungan biaya produksi.
Biaya produksi merupakan hasil penjumlahan biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Sehingga dalam biaya
produksi terdiri dari komponen biaya diatas.
136
M enurut pimpinan perusahaan alasan tidak dimasukkannya overhead dalam
biaya produksi, adalah agar biaya produksi tidak terlalu besar dan tidak
memberatkan harga jual.
Namun tanpa biaya overhead, maka biaya produksi akan terlihat lebih rendah.
Hal ini membuat bias biaya produksi. Perusahaan bisa mengalami kerugian
yang besar, karena ada biaya yang tidak diperhitungkan dalam harga jual
produk.
4. Tidak lengkapnya dokumentasi terhadap biaya produksi.
Seharusnya setiap kali produksi selesai dilakukan, maka disertai dengan
dokumen yang berisi perhitungan biaya produksi yang dilakukan. Bahkan
seharusnya laporan biaya tersebut dibuat untuk setiap departemen produksi
yang terlibat.
Namun CV. Dwi Sarana M andiri tidak mempunyai dokumentasi biaya
terhadap produksi yang telah dilakukan, baik dokumentasi biaya secara
keseluruhan maupun dokumentasi biaya untuk setiap departemen produksi nya.
M enurut pimpinan perusahaan, hal tersebut dikarenakan diinginkannya
kepraktisan dalam perhitungan biaya.
Hal ini mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam membuat analisa biaya
produksi, terutama untuk setiap departemen produksi.
5. Tidak pernah dilakukannya analisis varians biaya produksi.
Untuk melakukan analisis terhadap biaya produksi, maka haruslah dihitung
varians biaya antara biaya standar dan biaya aktual.
Karena CV. Dwi Sarana M andiri tidak mempunyai dokumentasi biaya
produksi yang lengkap, maka sulit untuk melakukan analisis varians biaya
137
produksi. Biaya produksi yang selalu berubah, sementara harga jual cenderung
tetap, mendorong pemilik perusahaan untuk melakukan analisis terhadap
varians biaya produksi.
Secara langsung tidak ada bahaya yang timbul dengan tidak dilakukannya
analisis varians biaya produksi. Namun dengan analisis varians setidaknya
dapat membantu pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan strategis
yang berkenaan dengan biaya produksi.
6. Tidak lengkapnya laporan produksi yang dihasilkan.
Dokumentasi kegiatan produksi setidaknya harus dapat mencerminkan
pemakaian faktor-faktor produksi yang digunakan secara lebih jelas dan rinci.
Laporan produksi yang saat ini digunakan tidak dapat mencerminkan
pemakaian faktor-faktor produksi secara rinci.
Kesulitan yang dihadapi jika laporan produksi tidak disajikan secara rinci
adalah ketika terjadinya masalah pada salah satu departemen produksi, maka
hal tersebut tidak akan terlihat pada laporan produksi.
138
3.5
S olusi Masalah
Untuk mengatasi permasalahan yang telah ditemukan dalam kegiatan analisis,
maka ditawarkan suatu solusi untuk memecahkan masalah sebagai berikut :
1. Pemisahan antara fungsi akuntansi dan fungsi finance, baik secara struktural
organisasi maupun secara tugas yang dikerjakan.
2. M emo pengambilan bahan baku diberi tambahan kolom untuk mengisi kode
batch produksi. Hal ini untuk menggambarkan kebutuhan bahan baku untuk
setiap batch produksi.
3. Bagian akuntansi memasukkan biaya overhead ke dalam perhitungan biaya
produksi, karena overhead merupakan komponen dari biaya produksi.
4. Biaya produksi mulai didokumentasikan dengan menggunakan program
komputer untuk menghasilkan laporan biaya produksi yang rinci yaitu untuk
setiap batch , dan untuk setiap departemen produksi. Laporan tersebut terdiri
dari: laporan biaya produksi per batch, laporan biaya produksi per departemen,
laporan varians biaya produksi per batch, dan laporan varians biaya produksi per
departemen.
5. Dibuatnya laporan varians biaya produksi per departemen dan per batch sebagai
bahan analisis untuk direktur untuk pengambilan keputusan strategis yang
berkaitan dengan biaya produksi.
6. Laporan produksi telah dibuat menjadi lebih rinci, yaitu dengan disajikan
menjadi dua buah laporan, yaitu: laporan produksi per departemen dan laporan
produksi per batch.
Download