KAPASITAS ASIMILASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI MUARA SUNGAI NERBIT BESAR KELURAHAN LUBUK GAUNG KECAMATAN SUNGAI SEMBILAN KOTA DUMAI PROVINSI RIAU Oleh: Romel Kefriansa Putra 1), Rifardi 2) dan Elizal 2) [email protected] Abstract This study aimed to determine the ability of estuary to accommodate the total suspended solids that was derived from household activities, or other events and factors at Nerbit Besar River of Lubuk Gaung Village of Sungai Sembilan Sub-District of Dumai City Riau Province. The results showed that the volume of the estuary during spring tide (Vh) was bigger than the volume of the estuary at low ebb tide (VI). The pollution load into the estuary of Nerbit River at ebb tide was bigger than when spring tide. Estuary volume in high at tide (Vh) was bigger than the volume of the estuary at during neap tide (VI). The pollution load into the estuary of Nerbit River during ebb tide was bigger than neap tide. Conditions assimilation capacity at the spring tide and during neap condition has not been exceeded (under capacity) because the value of the load capacity (KB) (KBS, KBP, and KBBM) bigger (BP) pollutant load. Kata Kunci: Assimilation Capacity, Total Suspended Solid (TSS), Nerbit Besar River 1. Student of Fisheries and Marine Sciences Faculty, University of Riau 2. Lecturer at the Fisheries and Marine Sciences Faculty, University of Riau PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN Sungai Nerbit Besar salah satu sungai yang berada di Kota Dumai dan terletak di Kelurahan Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan. Disekitar sungai dulunya dikelilingi oleh ekosistem mangrove akan tetapi aktivitas manusia disekitar sungai mengakibatkan sebagian ekosistem mangrove rusak. Padatan tersuspensi total merupakan bahan tersuspensi dan tidak terlarut dalam air. Potensi pencemaran TSS diduga bersumber dari pabrik dekat dengan Muara Sungai Nerbit Besar yang sedang dalam masa pembangunan. Selain itu dapat juga bersumber dari terjadinya abrasi akibat semakin berkurangnya vegetasi mangrove di daerah sungai Nerbit Besar. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian tentang kapasitas asimilasi total suspended solid (TSS) di Muara Sungai Nerbit Besar Kelurahan Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada 06-19 Agustus 2016. Sampel air diperoleh dari Muara Sungai Nerbit Besar Kelurahan Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau (Gambar 1). Sampel air dianalisis di Laboratorium Kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Metode penelitian ini yang digunakan dalam adalah metode survey. Penyamplingan air dilakukan pada 5 titik sampling (Gambar 2). Pengukuran debit muara, beban pencemar, dan kapasitas beban dilakukan di titik sampling 1. Gambar 2. Peta Titik Sampling Debit aliran muara adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu (Asdak, 2002). Adapun debit aliran muara dapat dihitung dengan rumus adalah sebagai berikut: Q = A ×V Dimana: Q : Debit air muara yang mengalir (m3/detik) A : Luas penampang basah aliran muara (m2) V : Kecepatan arus (m/detik) Untuk menghitung luas penampang basah dapat digunakan dengan menggunakan rumus (Asdak), 2002: A = L ×dm Dimana : A : Luas penampang basah (m2) L : Lebar saluran muara (m) dm : Kedalaman air rata-rata (m) Perhitungan nilai waktu pembilasan dilakukan berdasarkan tidel exchange method (Barg dalam Rachmansyah, 2004) dengan rumus sebagai berikut : T : 1/D D : (Vh-VI)/(t×Vh) Dimana : T : Waktu pembilasan (hari) D : Laju pengenceran (m3/hari) Vh-VI : Prisma pasang surut (m3) t : periode pasang surut harian (hari) Untuk menghitung nilai volume muara pada saat pasang tertinggi (Vh) dan surut terendah (VI) dengan menggunakan rumus (Barg dalam Rachmansyah, 2004) : Vh VI : A × hp : A × hs Dimana : Vh : Volume muara pada saat pasang tertinggi (m3) VI : Volume muara pada saat surut terendah (m3) A : Luas penampang muara (m2) hp : Kedalaman muara saat pasang tertinggi (m) hs : Kedalaman muara saat surut terendah (m) Beban pencemaran dihitung berdasarkan debit muara dan konsentrasi parameter-parameter yang diamati didalam sungai dengan persamaan sebagai berikut menurut Rafni (2004) : BP = Q x Ci Dimana: BP : Beban pencemaran (ton/hari) Q : Debit sungai (m3/s) Ci : Konsentrasi TSS (mg/L) Kapasitas beban muara merupakan suatu ukuran untuk melihat seberapa besar beban pencemar yang dapat diterima oleh suatu perairan. Kapasitas beban muara dihitung berdasarkan nilai pada kondisi surut (KBsurut) dan kondisi pasang (KBpasang) serta kapasitas beban berdasarkan standar baku mutu air laut untuk biota (KBbaku mutu) perhitungan nilai KB pada saat pasang dan surut berdasarkan rumus berikut (Rafni, 2004) : KBp = Vp x (Cip max) KBs = Vs x (Cis max) KBBM = V x CiBM Dimana: KBp : Kapasitas beban saat pasang (ton/hari) KBs : Kapasitas beban saat surut (ton/hari KBBM : Kapasitas beban berdasarkan standar baku mutu (KEPMEN No.51/MENLH/2004) (mg/L) Vp : Volume muara saat pasang (m3) Vs : Volume muara saat surut (m3) Cip max : Konsentrasi maksimum TSS saat pasang (mg/L) Cis max : Konsentrasi maksimum TSS saat surut (mg/L) V : Volume muara. CiBM : Konsentrasi maksimum TSS berdasarkan standar baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN No.51/MENLH/2004) (mg/L). Kriteria yang digunakan untuk melihat kondisi kapasitas asimilasi perairan apakah sudah terlampaui atau belum adalah dengan membandingkan nilai beban pencemaran (BP) dari parameter tertentu dengan nilai kapasitas beban pencemar (KB) tersebut yaitu : Jika nilai KB (KBp, KBs, dan KBBM) > BP diduga kapasitas asimilasi belum terlampaui (Under capacity). Jika nilai KB (KBp, KBs, dan KBBM) < BP diduga kapasitas asimilasi telah terlampaui (Over capacity). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pasang Surut Berdasarkan data dari Dinas Hidrooseanografi TNI-AL (DISHIDROS) menunjukkan tipe pasang surut di Perairan Muara Sungai Nerbit Besar adalah pasang surut campuran condong keharian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) (Gambar 4) dimana terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi dan periodenya berbeda dalam satu hari. terjadinya arus konvergen yakni sisi bergerak kearah salah satu sisi front. Debit Muara Nilai pengukuran debit muara Sungai Nerbit Besar di titik sampling 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Debit Muara L (m) Purnama Perbani A (m2) V (m/dtk) Q m3/dtk 52,808 43, 624 0,098 0,057 5,175 2,486 Keterangan : L : Lebar Muara Q : Debit Muara dm : Kedalaman rata-rata V : Kecepatan Arus A : Luas Penampang Basah Hasil Volume Muara Nilai perhitungan volume pada saat pasang tertinggi dan volume pada saat surut terendah di muara Sungai Nerbit Besar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Volume Muara Sungai Purnama Perbani Gambar 4. Kondisi pasang surut saat pengambilan sampel Pada perairan Muara Sungai Nerbit Besar, arus pasang masuk dari perairan Selat Rupat kemudian masuk kearah hulu sungai Nerbit Besar. Massa air dari arus pasang ini akan bertemu dengan massa air tawar dari hulu sungai. pertemuan dua massa air yang berbeda ini akan menyebabkan terbentuknya front. Menurut Bearman (1989) front adalah pertemuan dua massa air yang berbeda dan sering ditandai dengan adanya buih dan sampah yang mengapung di permukaan front, yang disebabkan pada daerah tersebut 28,7 28,7 dm (m) 2,42 1,67 A (m2) Hp (m) Hs (m) Vh (m3) VI (m3) 52,808 43, 624 3,1 0,5 163,705 26,404 2,2 1,2 95,972 52,348 Keterangan : A : Luas Penampang Basah (m2) Hp : Kedalaman Muara Saat Pasang Tertinggi (m) Hs : Kedalaman Muara Saat Surut Terendah (m) Vh : Volume Muara Pada Saat Pasang Tertinggi (m3) VI : Volume Muara Pada Saat Surut Terendah (m3) Volume pasang purnama sebesar 163,705 m3 dan saat surut purnama sebesar 26,404 m3. Perbedaan ini disebabkan oleh tinggi muka air muara saat surut dan saat pasang yang sangat jauh berbeda, Volume pasang perbani sebesar 95, 972 m3 dan saat surut perbani sebesar 52,348 m3. Perbedaan ini disebabkan oleh tinggi muka air muara saat surut dan saat pasang yang tidak jauh berbeda. Waktu Pembilasan Hasil Perhitungan waktu pembilasan dan laju pengenceran pada saat pasang purnama dan pasang perbani dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan Waktu Pembilasan dan Laju Pengenceran. Purnama Perbani Vh m3 VI m3 Vh-VI m3 D m3/ hari T hari t hari 163,705 95,972 26,404 52,348 137,301 43,624 1,622 0,439 0,616 1,137 0,517 0,517 Keterangan : Vh : Volume Muara Pada Saat Pasang Tertinggi (m3) VI : Volume Muara Pada Saat Surut Terendah (m3) T : Waktu pembilasan (hari) D : Laju pengenceran (m3/hari) Vh-VI : Prisma pasang surut (m3) t : periode pasang surut harian (hari) Waktu pembilasan yang didapat di Muara Sungai Nerbit Besar pada saat pasang purnama adalah 0,616 hari, dimana apabila dihubungkan dengan kondisi pasang surut yang bersifat semidiurnal dengan periode 1 hari, maka proses pembilasan terjadi 0,616 kali siklus pasut atau dibutuhkan 0,616 hari untuk memindahkan bahan pencemar sampai kelaut. Sedangkan waktu pembilasan yang didapat di Muara Sungai Nerbit Besar pada saat pasang perbani adalah 1,137 hari, dimana apabila dihubungkan dengan kondisi pasang surut yang bersifat semidiurnal dengan periode 1 hari, maka proses pembilasan terjadi 1,137 kali siklus pasut atau dibutuhkan 1,137 hari untuk memindahkan bahan pencemar sampai kelaut. Berdasarkan waktu pembilasan dapat dilihat bahwa waktu pembilasaan saat perbani lebih lambat dibandingkan dengan waktu pembilasan pada saat pasang purnama. Hal ini disebabkan oleh kecepatan arus pada saat purnama lebih cepat dibandingkan kecepatan arus pada saat perbani. Pada saat pasang purnama, ketika kondisi air mulai surut kecepatan arus meningkat secara signifikan melebihi kecepatan arus pada saat pasang perbani. Angka ini lebih cepat jika dibandingkan dengan penelitian Rafni (2004) di Teluk Jobokuto Jepara selama 8,80 hari, Putri (2007) di Muara Sungai Batang Arau, Sumatra Barat dan demikian juga dengan Ali (2003) di Teluk Pundah selama 6,54 hari dan di Teluk Pedada (Perairan Padang Cermin Lampung Selatan). Hal ini dikarenakan volume muara di Teluk Jobokuto Jepara, di Muara Sungai Batang Arau Sumatra Barat, di Teluk Pundah dan di Teluk Pedada (Perairan Padang Cermin Lampung Selatan) lebih besar dibandingkan dengan volume muara di Sungai Nerbit Besar Lubuk Gaung. Beban Pencemar Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan-kegiatan terhadap penurunan kualitas air, perlu dilakukan analisa perkiraan beban pencemar yang masuk. Beban pencemar merupakan fungsi dari debit sungai (Q) dan konsentrasi parameter pencemar (C) sedangkan kapasitas beban (KB) muara merupakan kemampuan muara dalam menampung beban pencemar yang masuk kedalamnya. Faktor-faktor yang terkait dengan kapasitas beban sebuah muara adalah volume muara pada saat pasang (Vh) dan surut (VI), debit sungai (Q), konsentrasi maksimum parameter pada saat pasang dan surut (C), laju pengenceran (D), waktu pembilasan (T), dan konsentrasi baku mutu parameter padatan tersuspensi berdasarkan Kepmen No.51/MENLH/2004. Adapun nilai dari beban pencemar TSS yang masuk ke Muara Sungai Nebit Besar pada kondisi pasut purnama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai TSS di Muara Sungai Nerbit Besar Saat Pasut Purnama Titik Sampling 1.1 1.2 1.3 Nilai TSS (mg/L) Pasang Purnama 22 348 524 Nilai TSS (mg/L) Surut Purnama 444 509 731 X 298 561 2.1 2.2 2.3 187 148 146 160 145 143 168 130 186 71 129 94 104 105 X 3.1 3.2 3.3 X 4.1 4.2 4.3 X 5.1 5.2 5.3 X 152 150 241 152 182 140 252 316 236 101 107 188 188 161 95 106 113 104 Hasil pengukuran dari nilai TSS pada saat pasang purnama, nilai tertinggi terdapat di titik sampling 1,3 yaitu 524 mg/L, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampling 1,1 yaitu 22 mg/L. Kemudian pada kondisi surut purnama nilai tertinggi terdapat di titk sampling 1,3 yaitu 731 mg/L, sedangkan yang terendah pada titik sampling 2,3 yaitu 71 mg/L. Nilai dari beban pencemar TSS yang masuk ke Muara Sungai Nebit Besar pada kondisi pasut perbani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai TSS Di Muara Sungai Nerbit Besar Saat Pasut Perbani Titik Samplin g 1.1 1.2 1.3 X 2.1 2.2 2.3 X 3.1 3.2 3.3 X 4.1 4.2 4.3 X 5.1 5.2 5.3 X Nilai TSS (mg/L) Pasang Perbani 40 55 104 66 56 70 74 67 75 78 83 79 73 82 68 74 85 65 84 78 Nilai TSS (mg/L) Surut Perbani 116 88 264 156 102 103 103 103 93 93 70 85 85 92 161 113 97 90 102 96 Hasil pengukuran dari nilai TSS pada saat pasang perbani, nilai tertinggi terdapat di titik sampling 1.3 yaitu 104 mg/L, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampling 1.1 yaitu 40 mg/L. Kemudian pada kondisi surut perbani nilai tertinggi terdapat di titik sampling 1.3 yaitu 264 mg/L, sedangkan yang terendah pada titik sampling 3.3 yaitu 70 mg/L. Dari hasil perhitungan nilai TSS disetiap titik sampling dapat diketahui nilai maksimum terdapat pada titik sampling 1 pada saat pasang dan surut purnama maupun perbani. Nilai dari beban pencemar yang masuk ke muara sungai Nerbit Besar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Beban Pencemar TSS yang Masuk ke Muara Sungai Nerbit Besar Nilai Rata-rata TSS (mg/L) Purnama Perbani Pasang 298 66 Surut 561 156 Beban Pencemar (ton/hari) Pasang 1.542,15 164,07 Surut 2.903,17 387,81 Selisih 1.361,02 223,74 Nilai TSS pada saat pasang purnama merupakan nilai tertinggi (titik sampling 1) dari semua titik sampling. Pada saat pasang surut purnama dan perbani, beban pencemar yang masuk ketika surut lebih besar dibandingkan pada saat pasang. Nilai beban pencemar yang terbesar terdapat ketika surut purnama yaitu sebesar 2.903,17 ton/hari. Sumber-sumber beban pencemar yang masuk kedalam muara Sungai Nerbit Besar berasal dari kegiatan seperti pemukiman, rumah industri pembuatan arang, dan industri. kegiatan-kegiatan tersebut diduga memberikan kontribusi beban pencemar yaitu TSS. untuk melihat seberapa besar potensi kegiatan-kegiatan tersebut memberikan kontribusi terhadap beban pencemar di muara Sungai Nerbit Besar, maka perlu dihitung perkiraan beban pencemar yang masuk. Beban pencemar yang masuk ke dalam Muara Sungai Nerbit pada saat surut purnama yaitu 2.903,17 ton/hari dan saat pasang purnama yaitu 1.542,15 ton/hari. Sedangkan beban pencemar yang masuk ke dalam muara Sungai Nerbit Besar pada saat surut pebani yaitu 387,81 ton/hari dan saat pasang perbani yaitu 164,07 ton/hari. Beban pencemar TSS terbesar yang masuk kedalam muara Sungai Nerbit Besar adalah pada saat surut, tetapi pada saat pasang beban pencemar TSS relatif menurun. Hal ini disebabkan oleh waktu pembilasan selama 0,616 hari dan laju pengenceran 1,622 m3/hari saat pasut purnama dan waktu pembilasan 1,137 hari dan laju pengenceran 0,439 m3/hari saat pasut perbani. Waktu pembilasan saat purnama lebih cepat jika dibandingkan dengan pada saat perbani. Hal ini dikarenakan kecepatan arus pada saat purnama lebih cepat jika dibandingkan pada saat perbani, akan tetapi jika dilihat dari laju pengenceran maka laju pengenceran saat perbani lebih cepat dibandingkan dengan laju pengenceran saat purnama. Hal ini disebabkan oleh saat perbani perbedaan volume saat pasang dan surut tidak begitu signifikan, dengan begitu pengenceran akan cepat dilakukan. Sedangkan ketika purnama perbedaan volume saat pasang dan surut sangat signifikan sehingga laju pengenceran menjadi lambat. Hal ini sama dengan hasil penelitian Rafni (2004) di Teluk Jobokuto Jepara yang menyatakan pada saat pasang beban pencemar akan relatif menurun, dimana penurunan nilai beban pencemar tersebut disebabkan oleh adanya proses pengenceran dan pembilasan yang terjadi akibat adanya pasang surut, serta degradasi. Kecepatan arus di Teluk Jobokuto Jepara yaitu 7,65-16,92 cm/dtk pada saat pasang dan 7,85-20,13 cm/detik pada saat surut. Salinitas pada saat pasang lebih tinggi dibanding saat pada surut dan tipe pasang surut diperairan ini adalah pasang surut campuran dominan tunggal. Kapasitas Beban Hasil dari kapasitas beban dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kapasitas Beban Muara Sungai Nerbit Besar dalam Menampung TSS Nilai Maksimum TSS (mg/L) Pasang Surut Kapasitas Beban (ton/hari) Pasang Surut Kapasitas Beban Baku Mutu (ton/hari)* Pasang kapasitas beban. Perbedaan kapasitas beban disebabkan oleh tinggi muka air saat pasang purnama sangat tinggi sedangkan pada saat pasang perbani tinggi muka air tidak terlalu tinggi. Kapasitas beban muara saat pasut purnama dalam menampung TSS adalah sebesar 85.781,42 ton/hari saat pasang dan 19.301,32 ton/hari saat surut. Kapasitas beban muara saat pasut perbani dalam menampung TSS adalah sebesar 13.820,08 ton/hari saat pasang dan 9.981,08 ton/hari saat surut. Kapasitas beban TSS pada saat surut lebih kecil dibandingkan dengan pada saat pasang. Hal ini disebabkan karena volume muara saat surut lebih kecil jika dibandingkan dengan volume saat pasang. Air laut mendominasi pada saat masuk kedalam muara ketika air sedang pasang. hal ini yang menyebabkan volume muara menjadi besar pada saat pasang. Sedangkan pada saat surut air yang masuk ke muara didominasi oleh air sungai sehingga volume muara akan menurun. Kapasitas Asimilasi Untuk melihat kapasitas asimilasi dapat membandingkan antara beban pencemar (BP) yang masuk dengan kapasitas beban muara (KBp, KBs, dan KBBM) dalam menampung TSS yang masuk maka dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kondisi Kapasitas Asimilasi di Muara Sungai Nerbit Besar Surut Purnama 524 731 85.781,42 19.301,32 3.274,10 528,08 Perbani 104 264 13.820,08 9.981,08 1.919,44 1.046,96 *Kapasitas beban baku mutu didapatkan dari hasil perkalian antara volume muara (V) dengan konsentrasi maksimum padatan tersuspensi berdasarkan standar baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen No.51/MENLH/2004) (mg/L) (CiBM) Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa kapasitas beban saat pasang purnamasangat berbeda dengan pasang perbani dan kapasitas beban baku mutu menurut Kepmen No.51/MENLH/2004. kapasitas beban baku mutu didapatkan dari nilai konsentrasi padatan tersuspensi berdasarkan Kepmen No.51/MENLH/2004 yang dikonversikan kesatuan ton/hari menggunakan rumus Kapasitas Beban (ton/hari) Kapasitas Beban Baku Mutu (ton/hari) BebanPencemar (ton/hari) Kesimpulan Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Purnama 85.781,42 19.301,32 3.274 ,10 528,080 1.542,15 2.903,17 UC* Perbani 9.981 ,088 13.820,08 1.919 ,44 1.046,96 164,07 387,81 UC* Keterangan : UC : belum terlampaui (under capacity) Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa kondisi kapasitas asimilasi Sungai Nerbit Besar pada saat pasang surut purnama dan pasang surut perbani dalam kondisi belum terlampaui (under capacity) karena nilai kapasitas beban (KB) (KBs, KBp, dan KBBM) > (BP) beban pencemar. Sedangkan jika nilai kapasitas beban (KB) (KBs, KBp, dan KBBM) < (BP) beban pencemar maka kondisi kapasitas asimilasi sudah terlampaui (over capacity). Dari hasil perhitungan didapatkan kondisi kapasitas asimilasi muara saat pasut purnama dalam kondisi under capacity (UC) (KB dan KBBM > BP) dan kondisi kapasitas asimilasi muara saat pasut perbani juga dalam kondisi under capacity (UC) (KB dan KBBM > BP). Hal ini disebabkan beban pencemar TSS yang masuk tidak melewati kapasitas beban TSS dan tidak melewati kapasitas beban TSS baku mutu Kepmen No. 51/MENLH/2004. Kondisi yang melewati kapasitas beban TSS baku mutu dimana konsentrasi TSS berdasarkan Kepmen No. 51/MENLH/2004 hanya pada saat surut purnama, akan tetapi nilai tersebut tidak mutlak. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang dinamis didalam suatu perairan estuari maupun pantai seperti proses hidrodinamika perairan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut perairan muara Sungai Nerbit Besar adalah pasang surut campuran condong keharian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) dimana terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi dan periodenya berbeda dalam satu hari.. Hasil perhitungan volume muara sungai menunjukkan bahwa volume muara saat pasang purnama (Vh) lebih besar dibandingkan dengan volume muara saat surut purnama (VI). Beban pencemar yang masuk kedalam muara Sungai Nerbit pada saat surut purnama lebih besar dibandingkan saat pasang purnama. Kondisi tersebut menyebabkan muara Sungai Nerbit Besar pada saat pasang mampu menampung TSS dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pada saat surut. Volume muara saat pasang perbani (Vh) lebih besar dibandingkan dengan volume muara saat surut perbani (VI). Beban pencemar yang masuk ke dalam muara Sungai Nerbit pada saat surut perbani lebih besar dibandingkan saat pasang perbani. Kondisi tersebut menyebabkan muara Sungai Nerbit Besar pada saat pasang mampu menampung TSS dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pada saat surut. Kondisi kapasitas asimilasi Sungai Nerbit Besar pada saat purnama dan pada saat perbani dalam kondisi belum terlampaui (under capacity) karena nilai kapasitas beban (KB) (KBs, KBp, dan KBBM) > (BP) beban pencemar. Selain itu beban pencemar yang masuk tidak melewati kapasitas beban TSS baku mutu Kepmen No. 51/MENLH/2004. Kondisi yang melewati kapasitas beban TSS baku mutu dimana konsentrasi TSS berdasarkan Kepmen No. 51/MENLH/2004 hanya pada saat surut purnama, akan tetapi nilai tersebut tidak mutlak. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang dinamis didalam suatu perairan estuari maupun pantai seperti proses hidrodinamika perairan. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan di Muara Sungai Nerbit Besar pada titik sampling 2, 3, dan 4 untuk mengetahui volume muara secara keseluruhan sehingga dapat menggambarkan kondisi kapasitas asimilasi perairan agar lebih akurat. Selain itu perlu dilakukan penelitian dengan parameter lainnya seperti NH3, NO3, dan PO4 untuk mengetahui parameter apa yang sudah melewati kapasitas asimilasi agar pengelolaan lingkungan dapat berjalan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, A. 2003. Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan Untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem Keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan. Thesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Bearman, G. 1989. Sea waters: Its Composition, Properties and Behavior. Pergamon Press. Oxford, New York, Sydney, Sao Paolo, Beijing, Toronto. 165p. KEPMEN LH NO. 51. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu MENLH. Jakarta. Air Laut. Putri, W.A.E. 2007. Kapasitas Asimilasi Bahan Pencemar di Muara Sungai Batang Arau (Muara Padang) Sumatera Barat. Jurnal Sumberdaya Perairan. Volume 1 April 2007 Edisi 1. Rafni, R. 2004. Kapasitas Asimilasi Beban Pencemar di Perairan Teluk Jobokuto Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.