upaya meningkatkan prestasi belajar bidang studi bahasa

advertisement
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
33
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI
BAHASA INDONESIA MENERAPKAN MODEL BELAJAR
KELOMPOK PADA SISWA KELAS V SDN II SUKODONO
KARANGREJO TULUNGAGUNG
Oleh:
Warsito
SD Negeri II Sukodono Karangrejo Tulungagung
Abstrak. Dalam pembelajaran Bahasa indonesia, siswa sebagai pusat pembelajaran harus aktif. Siswa yang aktif tidak hanya sekedar duduk mendengarkan dan mencatat keterangan dari guru, tetapi
siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia
harus mampu menanamkan sifat saling menghormati, gotong royong dan saling menghargai.
Pembelajaran harus mampu memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan di SDN II Sukodono Karangrejo Tulungagung pada siswa Kelas V Semester I
tahun 2011/2012 bidang studi Bahasa Indonesia pokok bahasan menanggapi penjelasan narasumber
(petani, pedagang, nelayan, karyawan) dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Prosedur penelitian
ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan Strategi
Belajar Kelompok menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya dapat
diketahui pada sebelum siklus dengan rerata 65,47 dengan tingkat ketuntasan sebesar 20,00%,
sedangkan pada siklus I: nilai rata-rata 72,80 dengan ketuntasan mencapai 50,00 % dan pada siklus
II meningkat menjadi 86,10 dengan ketuntasan mencapai 90,00 %, dengan hasil penelitian yang
selalu meningkat setiap siklusnya. Hal ini membuktikan bahwa penerapan Strategi Belajar
Kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi menanggapi penjelasan narasumber dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SDN II Sukodono Karangrejo Tulungagung secara
meyakinkan.
Kata kunci: prestasi belajar, belajar kelompok, Bahasa Indonesia
Peran sentral dimiliki oleh bahasa dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu
pembelajaran bahasa juga membantu peserta
didik mampu mengemukakan gagasan dan
perasaan berpartisipasi dalam masyarakat,
dan bahkan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya. Sehingga diperlukan kondisi
belajar yang optimal. (Slameto, 1998).
Prestasi belajar pada dasarnya merupa-
kan perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu tindakan. Menurut Sudjana (2009: 3)
hasil belajar adalah perubahan tingkah aku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Winkel (1987: 36) berpendapat bahwa perubahan yang terjadi sebagai
akibat aktivitas disebut dengan prestasi belajar atau hasil belajar. Begitu juga pendapat
Djamarah (1984: 28) bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu sebagai hasil aktivitas dalam
belajar.
Untuk membuat kondisi belajar siswa
yang optimal, guru harus mampu mengatur
34
Warsito, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi...
siswa dan sarana pembelajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan
untuk menciptakan tujuan pembelajaran.
Pengaturan berkaitan dengan penyampaian
pesan pembelajaran atau dapat pula berkaitan
dengan penyediaan kondisi belajar. (Sadirman, 1995)
Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar berlangsung secara optimal pula dan minat belajar siswa akan meningkat. Secara sederhana,
minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu (Syah, 1995: 136).
Doyles Fryer menyatakan minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau
aktivitas yang menstimulir perasaan senang
pada individu (Nurkancana dan Sunartana,
1986: 229). Ditinjau dari definisi-definisi
tersebut, maka minat itu sebenarnya mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), afeksi
(perasaan) dan konasi (kehendak). Unsur
kognitif, dalam arti minat itu didahului oleh
pengetahuan dan informasi mengenai obyek
yang dituju oleh minat tersebut.
Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan
gangguan terhadap belajar mengajar. Gangguan dapat bersifat sementara sehingga perlu
dikembalikan lagi ke dalam iklim belajar
yang serasi, akan tetapi gangguan dapat bisa
pula bersifat cukup serius dan terus-menerus
sehingga guru dituntut untuk dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik.
Di dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia, siswa sebagai pusat pembelajaran harus aktif dan tidak pasif. Siswa
yang aktif tidak hanya sekedar duduk mendengarkan dan mencatat keterangan dari guru,
akan tetapi siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses belajar mengajar. Hal ini
diterapkan karena berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri, yang
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa
Indonesia untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Namun kenyataannya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam melaksanakan
proses pembelajaran Bahasa Indonesia sering
menggunakan metode yang membuat siswa
hanya monoton. Tidak optimalnya pendekatan ketrampilan proses dilaksanakan di suatu
sekolah karena ada kendala seperti fasilitas
pendukung ke arah keterampilan proses terbatas, pokok bahasannya banyak sedangkan
waktu yang disediakan relatif singkat, guru
kurang terampil melakukan kegiatan yang
nyata dan evaluasi yang berlaku hanya menekankan pengetahuan kognitif.
Model Belajar Kelompok menjadi pilihan penulis untuk menjawab problem ini karena Model Belajar Kelompok mengarahkan
pembelajaran dan sesuai dengan karakter
pembelajaran Bahasa Indonesia yang bukan
menekankan pada hasil belajar tetapi juga
mengaplikasikan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia materi pokok menanggapi penjelasan narasumber. Hal ini penting
karena prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh aktivitas, proses belajar, dan
hasil belajar. Bagi guru diharapkan penelitian
ini lebih jauh mendorong untuk menjadi guru
yang kreatif dan inovatif dalam hal memilih
metode dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi kondisi serta
dinamika siswa. Manfaat bagi sekolah,
diharapkan dapat memberikan andil dalam
meningkatkan hasil belajar dan lebih luas lagi
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Jika kita perhatikan latar belakang masalah ini peneliti perlu mengadakan penelitian yang berjudul: “Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Bidang Studi Bahasa Indonesia Menerapkan Model Belajar Kelompok
Pada Siswa Kelas V SDN II Sukodono
Karangrejo Tulungagung”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN II
Sukodono Karangrejo Tulungagung pada
siswa Kelas V Semester I tahun 2011/2012
bidang studi Bahasa Indonesia pokok bahasan menanggapi penjelasan narasumber
(petani, pedagang, nelayan, karyawan) dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Peneliti disini adalah sebagai kepala sekolah di
SDN II Sukodono Karangrejo. Penelitian
dilakukan siswa kelas V SDN II Sukodono
Karangrejo Tulungagung.
Rancangan Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2
siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat
apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil
observasi awal siswa dan guru, maka refleksi
awal diperlukan perubahan-perubahan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
berpatokan pada refleksi awal tersebut maka
dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur:
(1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan
(Action), (3) Observasi (Observation), dan
(4) Refleksi (Reflection).
Prosedur Penelitian
Persiapan Tindakan
Dalam penelitian ini masalah yang
akan dibahas adalah rendahnya prestasi hasil
belajar siswa Kelas V SDN II Sukodono Karangrejo Tulungagung, adapun penyebab
rendahnya prestasi hasil belajar siswa adalah:
35
(a) Siswa enggan untuk bertanya/ mengemukakan pendapat. (b) Siswa malu bertanya.
(c) Siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. (d) Pertanyaan guru tidak dimengerti
siswa. (e) Merasa takut ditertawakan oleh teman-temannya bila pertanyaan yang
diajukan salah/jelek.
Menurut Hamalik (2002), mengatakan
bahwa strategi merancang sistem pengajaran
adalah suatu rencana untuk mengerjakan
prosedur merancang sistem secara efisien.
Untuk menunjang pemecahan masalah dalam
penelitian ini diperlukan alat bantu sebagai
berikut: (1) Membuat lembar observasi untuk
mengetahui kondisi belajar mengajar di
kelas. Lembar observasi yang digunakan
adalah observasi terstruktur dan supervisi.
Lembar observasi terstruktur digunakan
untuk mengungkapkan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Sedangkan
lembar supervisi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru. Butir-butir observasi supervisi dan terstruktur terlebih dahulu didiskusikan oleh tim action research.
(2) Membuat alat bantu mengajar yang
diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembaran Kerja
Siswa (LKS) dan juga alat peraga. (3) Lembaran angket siswa, menitik beratkan bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru. (4) Membuat
alat evaluasi untuk peningkatan kualitas hasil
belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus. (5)
Dokumentasi, digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Kegiatan pemotretan
ini untuk mengetahui situasi dan kondisi guru
maupun siswa ketika melaksanakan
penelitian.
Untuk mengetahui lebih jelas tindakan
yang akan dilaksanakan, berikut disampaikan
deskripsi, skenario dan prosedur tindakan
yang digunakan dalam penelitian ini.
36
Warsito, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi...
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa
instrumen yaitu:
turan tentang kegiatan pengajaran, pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
Rencana Pokok Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru
dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi
dasar, indikator pencapaian hasil belajar.
tujuan pengajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini adalah lembar
kegiatan yang dipergunakan siswa dan digunakan peneliti untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
Lembar observasi pengelolaan Strategi
Belajar Kelompok untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pengajaran.
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru,
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran.
Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan
untuk mengukur kemampuan pemahaman
Bahasa Indonesia. Tes formatif ini diberikan
setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir
soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan
untuk memilih soal yang baik dan memenuhi
syarat digunakan untuk mengambil data.
Langkah-langkah analisis butir soal adalah
sebagai berikut.
Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan penga-
Validitas Tes
Deskripsi Tindakan
Deskripsi tindakan penelitian ini sebagai berikut: Jumlah siswa Kelas V sebanyak 20 siswa dibagi kelompok-kelompok
berpasangan 2 siswa dengan teman sebangku. Bagi kelompok yang aktif, maka guru
memberikan beberapa penghargaan.
Skenario Kerja Tindakan
Skenario dari tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Langkah-langkah yang dilakukan guru: (a)
Melaksanakan appresepsi/persepsi. (b)
Memberikan motivasi. (c) Menuliskan tujuan
pembelajaran di papan tulis. (d) Menjelaskan
langkah-langkah
pembelajaran.
(e)
Menjelaskan cara belajar kelompok. (f)
Melaksanakan diskusi kelas. (g) Membantu
melancarkan diskusi/membantu siswa dalam
kesulitan. (h) Melatih siswa membuat pertanyaan. (i) Bersama siswa membuat rangkuman materi yang didiskusikan. (j) Melaksanakan penilaian proses. (k) Memberikan
tugas pada akhir pelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan siswa: (a) Siswa diperdengarkan rekaman contoh membaca berita yang baik dari kaset. (b)
Siswa membuat teks berita. (c) Siswa melaksanakan diskusi dengan kelompoknya. (d)
Siswa meminta bantuan guru bila mengalami
kesulitan. (e) Siswa menampilkan membaca
berita yang mereka buat di depan kelas. (f)
Bersama guru mengambil kesimpulan apa
yang didiskusikan. Dan (g) Mengerjakan
penilaian proses.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir
soal. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
r
xy

N  XY   X  Y 
N  X
2

  X  N  Y 2   Y 
2
2

(Suharsimi Arikunto, 2001: 7 )
Dengan:
rxy : koefisien korelasi product moment
N : jumlah peserta tes
Y : jumlah skor total
X : jumlah skor butir soal
X2 : jumlah kuadrat skor butir soal
XY : jumlah hasil kali skor butir soal
Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian
ini menggunakan rumus belah dua sebagai
berikut:
r
11

2r
1 r
1 / 21/ 2
1 / 21 / 2

(Suharsimi Arikunto, 2001:93)
Kriteria reliabilitas tes jika harga dari
perhitungan lebih besar dari harga r pada
tabel product moment maka tes tersebut
reliable.
Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
B
P=
Js
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan
P : Indeks kesukaran
B : banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
37
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: (a) Soal
dengan P = 0.000 sampai 0.300 adalah sukar;
(b) Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700
adalah sedang; (c) Soal dengan P = 0,701
sampai 1,000 adalah mudah.
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi
adalah sebagai berikut:
D
B B
J B J
A
B

P P
A
B
A
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang
menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang
menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JH : Jumlah peserta kelompok bawah
P
A

B
J
A
= Proporsi peserta kelompok atas
A
yang menjawab benar.
P
B

B
J
B
= Proporsi peserta kelompok
B
bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut: (1) Indeks dengan D = 0.000 sampai
0,200 adalah jelek. (2) Indeks dengan D =
0,201 sampai 0,400 adalah cukup. (3) Indeks
Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah
baik. (4) Indeks Soal dengan D = 0,701
38
Warsito, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi...
sampai 1,000 adalah sangat baik.
Teknik Analisis Data
Analisa data untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pengajaran perlu diadakan. Pada penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan
untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pengajaran serta
aktivitas siswa selama proses pengajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.
Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai
yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumuskan:
X
X 
N
Dengan: X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai
65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan
65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut.
p
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
Untuk lembar observasi
Lembar observasi pengolahan Strategi
Pembelajaran Belajar Kelompok Untuk
menghitung lembar observasi pengolahan
Strategi Pembelajaran Belajar Kelompok digunakan rumus sebagai berikut:

X  P1 P2
2
Dimana:
P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi
aktivitas guru dan siswa digunakan rumus
sebagai berikut.
%=
X 
X
x100 %.dengan
X
Jumlah.hasil. pengamatan

jumlah. pengamat
P P
Dimana:
%
= Persentase pengamatan
X
X
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1
= Pengamat 1
P2
= Pengamat 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadwal Kegiatan
1
2
2
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas untuk siklus I dan siklus II.
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Pertemuan Tanggal
Ket.
1
Siklus I
Pertemuan 17 Oktober 2011
I
2
Pertemuan 19 Oktober 2011
II
3
Evaluasi
24 Oktober 2011
4
Siklus II Pertemuan 7
Nopember
I
2011
5
Pertemuan 9
Nopember
II
2011
6
Evaluasi
14
Nopember
2011
Siklus I
Refleksi Awal
Peneliti (guru bidang studi Bahasa Indonesia) bersama mitra guru sebagai pengamat sekaligus kolaborator mengidentifikasi
permasalahan yang ada di kelas V SDN II
Sukodono Karangrejo yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar siswa pada hasil ulangan sebelumnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Planning (perencanaan)
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (a)
Menentukan topik yang akan didiskusikan
yaitu menanggapi penjelasan narasumber. (b)
Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK). (c) Membagi siswa dalam kelompok
berpasangan dengan teman sebangku. (d)
Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas. (e)
Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembaran Kerja
Siswa (LKS) dan juga alat peraga. (f) Lembaran Angket. (g) Membuat alat evaluasi untuk peningkatan kualitas hasil belajar, tes
39
dilaksanakan tiap akhir siklus. (h) Dokumentasi. (i) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan lain
untuk kelancaran jalannya diskusi (kapan
memberikan pujian, teguran, meluruskan
pembicaraan yang menyimpang, dan
sebagainya).
Action (pelaksanaan)
Dalam kegiatan proses pembelajaran
ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a)
Kegiatan awal: (1) Menyanyi lagu ‘Aku mau
Tamasya’. (2) Tanya jawab tentang tempat
dan jenis hiburan.
Kegiatan Inti: Mendengar pembacaan
teks penjelasan dari narasumber. Kegiatan
Akhir: (1) Membaca ulang pekerjaan. (2) PR:
catatlah hal-hal pokok dari cerita yang kamu
dengar. (3) Memajang hasil.
Observation (pengamatan)
Hasil observasi dapat dilihat dari hasil
analisa data penilaian siswa, hasil post test
dan lembar observasi.
Tabel 2 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus I
Ketuntasan
No
Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Pamujiari
80
T
2
Gapa ganesa
64
TT
3
Ahmad zaenal ma’arif
80
T
4
Bagus ektrada
75
T
5
Firdi asari
75
T
6
Wahyu nurfita anggra
80
T
7
Ahmad yoga pria uta
67
TT
8
Anton candra kusuma
72
TT
9
Ayu dwi lestari
70
TT
10 Bagas ansori
67
TT
11 Citra widyaningrum
70
TT
12 Davit dwi susanto
75
T
13 Diana rahayu ending
70
TT
14 Dwi yuliana
80
T
15 Dwi yuliasari
72
TT
16 Elmaha afriani
80
T
17 Elsa putrid oktafiani
70
TT
40
No
18
19
20
Warsito, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi...
Nama
Fendik hermawan
Imroatus solikah
Ismi nurafufah
Jumlah
Rata-rata
Skor
67
75
75
1384
72.8
Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
TT
T
T
10
10
50.00
50.00
Reflection (refleksi)
Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru
kurang dalam memotivasi siswa. (b) Teknik
bertanya yang disampaikan oleh guru masih
kurang baik, sehingga kemampuan siswa
untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya
memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah. (c) Dalam forum diskusi masih sedikit
siswa yang terlibat aktif. (d) Dalam hasil
temuan di atas akan dipergunakan sebagai
acuan untuk melakukan perbaikan pada
siklus berikutnya.
Siklus II
Planning (perencanaan)
Secara garis besar peren-canaannya sama dengan siklus I dengan materi yang sama
pada siklus I. Berdasar pada temuan siklus I
maka ada beberapa tambahan dalam perencanaan sebagai berikut: (a) Meningkatkan
perbaikan teknik bertanya. (b) Meningkatkan
pemberian motivasi kepada siswa.
Action (pelaksanaan)
Pada siklus II pelaksanaan tindakannya
secara garis besar sama dengan siklus I
dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan
meningkatkan bimbingan terhadap siswa,
dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam
kegiatan diskusi dalam kelompoknya. Berikut ini penulis sajikan rencana pembelajaran
untuk siklus II: (a) Kegiatan Awal: (1) Menyanyi lagu ‘aku mau tamasya’. (2) Tanya jawab tentang tempat dan jenis hiburan. (b) Kegiatan inti: Mendengar pembacaan teks penjelasan dari nara sumber. (c) Kegiatan akhir,
(1) Membaca ulang pekerjaan. (2) PR: catatlah hal-hal pokok dari cerita yang kamu
dengar. (3) Memajang hasil.
Observation (pengamatan)
Hasil observasi selama proses belajar
mengajar pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 3 Daftar nilai hasil belajar siswa Pada Siklus II
Ketuntasan
No Nama
Skor
Tidak
Tuntas
Tuntas
1
Pamujiari
100
T
2
Gapa ganesa
80
T
3
Ahmad zaenal ma’arif
75
T
4
Bagus ektrada
72
TT
5
Firdi asari
72
TT
6
Wahyu nurfita anggra
100
T
7
Ahmad yoga pria uta
92
T
8
Anton candra kusuma
92
T
9
Ayu dwi lestari
92
T
10 Bagas ansori
92
T
11 Citra widyaningrum
80
T
12 Davit dwi susanto
92
T
13 Diana rahayu ending
92
T
14 Dwi yuliana
92
T
15 Dwi yuliasari
80
T
16 Elmaha afriani
80
T
17 Elsa putrid oktafiani
80
T
18 Fendik hermawan
92
T
19 Imroatus solikah
100
T
20 Ismi nurafufah
80
T
Jumlah
1635
18
2
Rata-rata
86.1
90.00
10.00
Reflection (refleksi)
Dari hasil observasi ditemukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: (a) Guru
sudah bisa menjadikan suasana kelas menjadi
hidup sehingga siswa menjadi semangat dan
termotivasi untuk belajar. (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru sudah dapat
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
diterima siswa dengan baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru sudah sangat baik.
(c) Dalam forum diskusi semua siswa sudah
terlibat dengan aktif. (d) Siswa sudah dapat
mengidentifikasi, merespon dan menggunakan tindak tutur mengungkapkan keingintahuan dan hasrat dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil data di atas prestasi belajar
siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan model Belajar Kelompok menunjukkan
prestasi belajar yang meningkat dari setiap
siklusnya dapat diketahui bahwa nilai ratarata pada siswa Kelas V SDN II Sukodono
Karangrejo Tulungagung pada sebelum siklus dengan rerata 65,47 dengan tingkat ketuntasan sebesar 20,00%, sedangkan pada
siklus I: nilai rata-rata 72,8 dengan ketuntasan mencapai 50,00 % dan pada siklus II meningkat menjadi 86,10 dengan ketuntasan
mencapai 90,00 %, dengan hasil penelitian
yang selalu meningkat setiap siklusnya.
Untuk lebih memperjelas adanya peningkatan prestasi belajar pada siswa Kelas
V SDN II Sukodono Karangrejo Tulungagung, penulis sajikan dalam Gambar 1.
nilai
nilai ketunt
nilai
ratarataasan,
ratarata, ketunt
rata,
siklus
rata,
asan,
siklus II, 90
siklus
seb.
siklus
Siklus,
I, 72.8
II, 86.1
ketunt
I, 50
65.47
ketuntasan
asan,
seb.
nilai rata-rata
Siklus,
20
41
Gambar 1 Grafik Peningkatan Prestasi Hasil
Belajar Siswa
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan di
atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Minat siswa dalam belajar Bahasa
Indonesia secara umum cukup tinggi disebabkan setelah pertemuan awal siswa mengetahui pembelajaran dengan model Belajar
Kelompok ternyata cukup menyenangkan.
(2) Penggunaan model Belajar Kelompok
dalam pengajaran bidang studi Bahasa
Indonesia dapat menambah pengalaman guru
sehingga dalam pembelajaran tidak monoton.
(3) Dari hasil data di atas maka prestasi hasil
belajar siswa meningkat, hal ini dapat dilihat
dari perolehan nilai siswa pada setiap
siklusnya selalu meningkat yaitu rata-rata
pada sebelum siklus dengan rerata 65,47
dengan tingkat ketuntasan sebesar 20,00%,
sedangkan pada siklus I: nilai rata-rata 72,80
dengan ketuntasan mencapai 50,00 % dan
pada siklus II meningkat menjadi 86,10
dengan ketuntasan mencapai 90,00 %,
dengan hasil penelitian yang selalu
meningkat setiap siklusnya. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan
prestasi belajar pada siswa Kelas V SDN II
Sukodono Karangrejo Tulungagung Tahun
2011/2012 semester I secara signifikan.
Saran
Perlu adanya beberapa metode atau
metode bervariasi dalam penyampaian materi pada setiap PBM, sebab dengan metode
yang bervariasi siswa tidak akan jenuh dan
bahkan menyenangi materi yang disampaikan. Penelitian seperti ini perlu waktu
yang cukup untuk mempersiapkan instrumen
dan perangkat untuk pengambilan data.
Hendaknya terjadi interaksi antara
42
Warsito, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi...
peserta didik dengan pendidik agar PBM
berjalan efektif.
Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Djamarah. 1984. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Nurkancana, W. dan Sunartana. 1986. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pembelajaran Sistem.
DAFTAR RUJUKAN
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sadirman. 1995. Minat dalam Pembelajaran.
Jakarta: Bina Aksara.
Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bina Aksara
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah. 1995. Pengertian Minat. Jakarta: Erlangga.
Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Download