ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015 22 STUDI

advertisement
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
STUDI POPULASI SERANGGA PENYERBUK Elaidobius kamerinucus PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais guieneensis Jacq) DI KEBUN BANGUN PTPN III
KABUPATEN SIMALUNGUN
Study of Weevil Population Elaidobius kamerinucus in Oil Palm Plant in Kebun Bangun
PTPN III Simalungun District
Oleh:
Dwi Agit Rahmadani1 dan Achmad Iqbal2
1Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana
Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto 53123
2Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto 53123
Alamat Korespondensi: Dwi Agit Rahmadani ([email protected])
ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dan monoecious, yaitu bunga jantan dan bunga betina
dijumpai secara terpisah pada satu tanaman. Karena sifatnya yang monoecious, tanaman kelapa sawit memerlukan
perantara yang mampu memindahkan serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang anthesis yaitu
serangga Eleaidobius kamerunicus. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari populasi kumbang E. kamerunicus
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Populasi kumbang diamati pada tandan bunga jantan kelapa
sawit dengan metode stratified random sampling. Perbedaan populasi serangga E. kamerunicus dan faktor-faktor
lingkungan dianalisis dengan ANOVA. Hubungan antara faktor-faktor lingkungan dan populasi kumbang
dianalisis dengan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi serangga E. kamerunicus di
perkebunan Afd. IV Kebun Bangun PTPN III Kabupaten Simalungun telah memenuhi kebutuhan serangga
penyerbuk dalam proses penyerbukan untuk menaikkan jumlah produksi kelapa sawit yaitu lebih dari 20.000
ekor/ha. Jumlah spikelet mempengaruhi jumlah populasi serangga E. kamerunicus, sedangkan suhu dan
kelembaban udara tidak mempengaruhi populasi serangga E. kamerunicus.
Kata kunci : Eleaidobius kamerunicus, kelapa sawit
ABSTRACT
Oil palm is a monocotyle crop and monoecious, the male flowers and female flowers found separately on
a single plant. Because it is monoecious, oil palm plantation require agent which capable of pollen transferring
from the male flower to the female flower in anthesis stadium namely Eleaidobius kamerunicus. This research
aims to study E. kamerunicus weevil population and environmental factors that influence it. Weevil population
was observed in the male flower bunches of palm with stratified random sampling method. E. kamerunicus weevil
population difference and environmental factors were analyzed by ANOVA. The relationship between
environmental factors and weevil population was analyzed by Pearson correlation. The results showed that E.
kamerunicus weevil population in Afd. IV Kebun Bangun PTPN III Simalungun has met the needs of weevil
pollinating in the pollination process to increase the amount of oil palm production of more than 20,000 weevil/ha.
Spikelet number affect the population of E. kamerunicus, while the air temperature and humidity does not affect
E. kamerunicus weevel population.
Keywords: Eleaidobius kamerunicus, oil palm
PENDAHULUAN
terpisah pada satu tanaman. Bunga jantan
Kelapa sawit merupakan tanaman
dan bunga betina sangat jarang atau tidak
monokotil dan monoecious, yaitu bunga
pernah mekar (anthesis dan reseptif) secara
jantan dan bunga betina dijumpai secara
bersamaan. Oleh karena itu, bunga betina
22
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
diserbuki oleh polen yang berasal dari
memiliki panjang tubuh sekitar 4 mm, lebar
tanaman kelapa sawit yang lainnya (Balai
tubuh 1,5 mm, berwarna coklat kehitam-
Penelitian Tanaman Palma, 2015). Karena
hitaman.
sifatnya yang monoecious, tanaman kelapa
kamerunicus berkisar antara 20-25 hari
sawit memerlukan perantara yang mampu
(22,30±1,56
memindahkan serbuk sari dari bunga jantan
Serangga E. kamerunicus aktif pada pagi
ke bunga betina yang sedang anthesis.
dan siang hari dan tidak pernah ditemukan
Serangga Elaeidobius kamerunicus
Periode
daur
hari)
hidup
(Soenarko,
E.
2010).
pada bunga jantan yang belum mekar
merupakan agen penyerbuk kelapa sawit
namun
yang paling efektif (Tuo et al., 2011;
perbungaan apabila sudah ada bunga jantan
Sambatkhumar dan Ranjith, 2011) dan
yang mulai mekar (Kahono et al., 2012).
efisien serta mampu beradaptasi sangat baik
akan
segera
mengunjungi
Serangga E. kamerunicus berasal dari
pada bunga jantan kelapa sawit (Balai
Afrika
Penelitian Tanaman Palma, 2015). Produksi
diintroduksi dari Malaysia ke Indonesia
kelapa sawit bergantung pada proses
pada tahun 1982 (Balai Penelitian Tanaman
penyerbukan dari polen-polen kelapa sawit
Palma, 2015). Serangga penyerbuk tersebut
(Anggraeni et al., 2013). Penyerbukan
kemudian menyebar dan berperan penting
kelapa sawit menggunakan seranga E.
dalam proses penyerbukan pada tanaman
kamerunicus yang bersifat spesifik dan
kelapa sawit di seluruh Indonesia. Sebelum
beradaptasi baik pada musim basah maupun
E. kamerunicus diintroduksi, penyerbukan
kering lebih dianggap efektif (Setyamidjaja,
kelapa sawit dilakukan dengan bantuan
2006). Penyerbukan oleh serangga E.
manusia
kamerunicus pada tanaman kelapa sawit
memerlukan
dapat meningkatan hasil buah segar per
namun setelah diintroduksi ke Indonesia E.
tandan, peningkatan berat tandan, dan
kamerunicus
peningkatan
dipelihara.
penyerbukan buatan yang dilakukan oleh
Perubahan ukuran populasi serangga E.
manusia (Kahono et al., 2012; Balai
kamerunicus
terhadap
Penelitian Tanaman Palma, 2015). Kahono
pemeliharaan dan pembentukan buah (fruit
et al., (2012) menyatakan bahwa publikasi
set) kelapa sawit. populasi serangga E.
tentang serangga penyerbuk lokal di
kamerunicus tinggi akan meningkatkan
Indonesia
Fruit set yang tinggi (Rizuan et al., 2013).
kamerunicus.
tandan
yang
berpengaruh
Serangga E. kamerunicus termasuk
(Rizuan
et
al.,
(assisted
biaya
Oleh
dan
pollination)
operasional
telah
belum
2013)
ada,
yang
tinggi,
menggantikan
serangga
karena
itu,
E.
studi
populasi serangga E. kamerunicus perlu
dalam ordo Coleoptera. Serangga ini
23
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
dilakukan untuk keberhasilan produksi
tanaman kelapa sawit.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan
pada bulan
Maret-April 2015 di Kebun Bangun PT.
Gambar 1. Peta stasiun penelitian
Perkebunan Nusantara III Desa Talun
Analisis Data
Kondot
Kecamatan
Panombean
Panei
Populasi serangga E. kamerunicus
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera
Jumlah
Utara dengan luas 3 ha.
jumlah serangga per spikelet dan jumlah
Pengambilan
dengan
menghitung
penelitian
spikelet per tandan. Perbedaan populasi
dilakukan
serangga E. kamerunicus, jumlah spikelet,
pengulangan empat kali (Gambar 1).
suhu udara, dan kelembaban dilakukan
Penentuan jumlah pohon kelapa sawit yang
dengan uji F. Korelasi Pearson dilakukan
akan dijadikan sampel penelitian ditentukan
untuk menghubungkan antara populasi
menggunakan
serangga E. kamerunicus dengan suhu
sebanyak
lima
stasiun
diketahui
titik
dan
metode
line
transect.
Panjang transek adalah 75 meter. Jarak
udara, kelembaban, dan jumlah spikelet.
antar transek adalah 25 meter. Tanaman
kelapa
sawit
yang
digunakan
dalam
penelitian berumur lima tahun atau tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
kelapa sawit tahun 2010.
PT.
Pengambilan Sampel
secara
Nusantara
III
disingkat PTPN III merupakan salah satu
Pengambilan sampel serangga E.
kamerunicus
Perkebunan
stratified
random
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Perkebunan yang bergerak dalam bidang
sampling. Pengukuran populasi serangga E.
usaha
kamerunicus dilakukan dengan mengambil
pemasaran
9 spikelet per tandan, yaitu masing-masing
utamanya adalah Minyak Sawit (CPO), Inti
3 spikelet pada bagian pangkal, tengah, dan
Sawit (Kernel), dan produk hilir karet. Luas
ujung tandan bunga jantan tanaman kelapa
lahan untuk komoditi kelapa sawit adalah
sawit pada masing-masing umur tanaman
88.287 ha dan luas lahan komoditi karet
kelapa sawit yang sedang anthesis.
45.327 ha (PTPN III, 2014).
24
perkebunan,
hasil
pengolahan,
perkebunan.
dan
Produk
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
p > 0,05
250000
200000
150000
100000
50000
0
I
Series1 119691
II
203450
III
188746
IV
208067
V
89411
Gambar 2. Populasi serangga E. kamerunicus
Populasi serangga E. kamerunicus di
dan Kahono (2011), faktor-faktor yang
perkebunan kelapa sawit milik PTPN III
mempengaruhi kondisi populasi serangga
Kebun
Simbolon
E. kamerunicus, selain dari faktor internal,
ditemukan tertinggi pada stasiun IV yang
juga dari varietas tanaman, pola cocok
berjumlah 208.067 ekor, sedangkan yang
tanam, pemupukan, dan pengendalian hama
terendah terjadi pada stasiun V yaitu 89.411
terpadu serta kondisi lingkungan fisik dan
ekor (Gambar 2).
biotik.
Bangun,
Kabupaten
Populasi serangga E. kamerunicus
Jumlah spikelet terbanyak ditemukan
tiap stasiun adalah tidak berbeda nyata
pada stasiun II berjumlah 5.471 spikelet dan
(p>0,05). Menurut Hutauruk dan Syukur
jumlah spikelet terendah berada pada
(1985) dalam Kahono et al., (2012) dan
stasiun V berjumlah 1.973 spikelet (Gambar
Balai Penelitian Tanaman Palma (2015),
3). Jumlah spikelet tanaman kelapa sawit
sejumlah 20.000 ekor/ha serangga E.
berbeda tiap stasiun penelitian (p<0,05).
kamerunicus diperlukan untuk mencapai
Perbedaan tersebut ditengarai karena pada
fruit set di atas 75%. Populasi serangga E.
stasiun
kamerunicus tiap stasiun penelitian per ha
pemupukan
lebih dari 20.000 ekor sehingga target fruit
kelapa sawit dalam menyerap bahan
set 75% tercapai. Fruit set meningkat secara
organik dan unsur-unsur hara berbeda.
signifikan setelah introduksi serangga E.
Prayitno et al. (2008) menyatakan bahwa
kamerunicus (Dhileepan, 1994; Harun and
penambahan bahan organik memberikan
Noor,
(2010)
tambahan unsur hara yang dibutuhkan
menyatakan bahwa saat populasi serangga
untuk pertumbuhan tanaman dan proses
E. kamerunicus tinggi, maka produksi buah
fisiologis tanaman sehingga mempengaruhi
kelapa sawit akan tinggi. Menurut Erniwati
berat tandan dan jumlah spikelet.
2002).
Kurniawan
V
belum
dan
dilakukan
aktivitas
kemampuan
tanaman
25
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
p < 0,05
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Series1
I
3384
II
5471
III
3329
IV
3946
V
1973
Gambar 3. Jumlah spikelet
p > 0,05
40
(°C)
30
20
10
0
Series1
I
30,5
II
30,25
III
31,5
IV
31,25
V
30,75
Gambar 4. Suhu udara
Suhu udara tidak berbeda pada
stasiun II yaitu 67,6% dan 66% pada stasiun
stasiun-stasiun penelitian (p>0,05). Suhu
I, III, IV dan V (Gambar 5). Hal tersebut
udara berkisar antara 30-31°C. Suhu udara
dikarenakan faktor geografis yang sempit.
tertinggi pada stasiun III yaitu 30,5°C dan
Jumlah
spikelet
mempengaruhi
terendah pada stasiun I yaitu 30,5°C
jumlah populasi serangga E. kamerunicus
(Gambar 4).
(r=0,847). Hasil tersebut sama dengan
Suhu udara pada semua stasiun relatif
penelitian Kurniawan (2010) bahwa jumlah
sama. Hal tersebut dikarenakan faktor
spikelet mempengaruhi jumlah populasi
geografis yang sempit. Menurut Jumar
serangga E. kamerunicus.
(2000), serangga mempunyai kisaran suhu
Suhu dan kelembaban udara tidak
udara antara 15°-45°C. Jadi, kisaran suhu
berpengaruh terhadap populasi serangga E.
udara pada stasiun-stasiun penelitian masih
kamerunicus (r=0,295 dan r=0,431). Hasil
sesuai untuk kehidupan serangga.
tersebut
sesuai
dengan
penelitian
Kelembaban udara tidak berbeda
Kurniawan (2010), kelembaban udara tidak
pada stasiun-stasiun penelitian (p>0,05).
berpengaruh secara langsung terhadap
Kelembaban udara berkisar antara 66-
serangga.
67,5%. Kelembaban tertinggi terjadi pada
26
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
(%)
p > 0,05
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Series1
I
66
II
67,5
III
66
IV
66
V
66
Gambar 5. Kelembaban udara
Suhu dan kelembaban udara tidak
berpengaruh terhadap populasi serangga E.
kamerunicus (r=0,295 dan r=0,431). Hasil
tersebut
sesuai
dengan
penelitian
Kurniawan (2010). Kelembaban udara tidak
berpengaruh secara langsung terhadap
serangga (Kurniawan, 2010).
KESIMPULAN
Populasi serangga E. kamerunicus di
perkebunan Afd. IV Kebun Bangun PTPN
III Kabupaten Simalungun telah memenuhi
kebutuhan
proses
serangga
penyerbukan
penyerbuk
untuk
dalam
menaikkan
jumlah produksi kelapa sawit yaitu lebih
dari 20.000 ekor/ha. Jumlah spikelet
mempengaruhi jumlah populasi serangga E.
kamerunicus,
sedangkan
suhu
dan
kelembaban udara tidak mempengaruhi
populasi serangga E. kamerunicus.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, T., S. Rahayu, I. Achmad, R. R.
Esyanti, and R. E. Putra. 2013.
Resources Partitioning and Different
Foraging Behavior is the Basis for the
Coexistence of Thrips hawaiiensis
(Thysanoptera:
Tripidae)
and
Elaeidobius
kamerunicus
(Coleoptera: Curculionidae) on Oil
Palm (Elaeis guineensis Jacq) flower.
Journal
of
Entomology
and
Nematology, 5(5): 59-63.
Balai Penelitian Tanaman Palma. 2015.
Peran Elaeidobius Kamerunicus
Sebagai Polinator di Pertanaman
Kelapa
Sawit.
http://balitka.
litbang.pertanian.go.id/index.php?opt
ion=com_content&view=article&id=
323%3Aperan-elaeidobius-kameruni
cus-sebagai-polinator-dipertanamankelapa-sawit&catid=37%3 Aberita&
Itemid=160&lang=en,
diakses
tanggal 9 Juli 2015.
Dhileepan K. 1994. Variation in
Populations of Introduced Pollinating
Weevil (Elaeidobius kameruicus)
(Coleoptera: Curculionidae) and Its
Impact on Fruitset of Oil Palm (Elaeis
guineensis) In India. Bulletin of
Entomological Research, 84: 477485.
Erniwati, E. dan S. Kahono. 2012.
Keanekaragaman dan potensi musuh
alami dari kumbang Elaeidobius
kamerunicus Faust (Coleoptera:
Curculionidae) di perkebunan kelapa
sawit di Kabupaten Penajam Paser
Utara, Kalimantan Timur. Zoo
Indonesia, 21(2).
27
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 19, No. 1, April 2015
Harun, M.H. and M.R.M.D Noor. 2002.
Fruit Set and Oil Palm Bunch
Components. Journal of Oil Palm
Research, 14(2): 24-33.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka
Cipta, Jakarta.
Kahono, S., P. Lupiyaningdyah, Erniwati,
dan H. Nugroho. 2012. Potensi Dan
Pemanfaatan Serangga Penyerbuk
Untuk
Meningkatkan
Produksi
Kelapa Sawit Di Perkebunan Kelapa
Sawit Desa Api-Api, Kecamatan
Waru, Kabupaten Penajam Paser
Utara, Kalimantan Timur. Zoo
Indonesia, 21(2): 23-34.
Kurniawan, Y. 2010. Demografi dan
Populasi
Serangga
Elaeidobius
kamerunicus Faust (Coleoptera:
Curculionidae) Sebagai Penyerbuk
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq).
Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Prayitno, S., D. Indradewa, B. H.
Sunarminto. 2008. Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) yang Dipupuk dengan Tandan
Kosong dan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Ilmu Pertanian, 15(1):
37-48.
28
Rizuan, C. M. Z. A., N. H., Hisham, and A.
Samsudin. 2013. Role of Pollination
Weevil (Elaeidobius kamerunicus),
Seasonal Effect and Its Relation to
Fruit Set in Oil Palm Area of FELDA.
PIPOC 2013 Conference. KLCC,
Kuala Lumpur Malaysia, November
19-21, 2013.
Sambathkumar, S. and A. M. Ranjith. 2011.
Insect Pollinators of Oil Palm in
Kerala with Special Reference to
African
Weevil,
Elaeidobius
kamerunicus Faust. Pest Journal of
Management
in
Horticultural
Ecosystems, 17(1): 14-18.
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik
Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisius, Yogyakarta.
Soenarko, H. 2010. Serangga Penyerbuk
Kelapa Sawit (SPKS), Elaeidobius
kamerunicus Faust. Pusat Penelitian
Perkebunan
Marihat,
Pematangsiantar.
Tuo, Y., H. K. Kuoa, and N. Hala. 2011.
Biology of Elaeidobius Kamerunicus
and
Elaeidobius
Plagiatus
(Coleoptera: Curculionidae) Main
Pollinators of Oil Palm in West
Africa.
European Journal of
Scientific Research, 49(3): 426-432.
Download