INHIBISI EKSTRAK PULAI (Alstonia scholaris) TERHADAP AKTIVITAS SIKLOOKSIGENASE-2 SECARA IN VITRO CINDY SWASTIRATU DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inhibisi Ekstrak Pulai (Alstonia scholaris) Terhadap Aktivitas Siklooksigenase-2 Secara In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Desentralisasi IPB tahun 2014 atas nama drh Sulistiyani MSc, PhD dkk dengan judul ‘Pengembangan Produk Antikolesterol dari Tumbuhan Hutan Berbasis Mekanisme Penghambatan Enzim HMG-COA Reduktase’. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini Bogor, Agustus 2015 Cindy Swastiratu NIM G84110052 ABSTRAK CINDY SWASTIRATU. Inhibisi Ekstrak Pulai (Alstonia scholaris) Terhadap Aktivitas Siklooksigenase-2 Secara In Vitro. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH. Pulai adalah tanaman yang memiliki beberapa aktivitas farmakologis, seperti antidiabetik, antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji potensi antiinflamasi ekstrak kasar dan ekstrak flavonoid daun pulai, serta ekstrak kasar kulit batang pulai secara in vitro melalui penghambatan enzim siklooksigenase-2. Telah dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai. Selain itu, dilakukan uji sitotoksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), serta uji antiinflamasi dianalisis menggunakan prinsip ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) dan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 412 nm. Uji fitokimia menunjukkan kedua ekstrak kasar mengandung alkaloid, tanin, fenolik, saponin, dan steroid, sedangkan flavonoid dan terpenoid hanya terdapat dalam ekstrak kasar daun pulai. Uji BSLT menunjukkan hanya ekstrak flavonoid daun pulai yang memiliki efek sitotoksik dengan LC50 456 µg/mL. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak flavonoid daun pulai pada konsentrasi terendah (1/5 LC50) memiliki daya inhibisi terhadap aktivitas siklooksigenase-2 (48.70%) yang hampir sama dengan diklofenak (52.79%). Kata kunci: inflamasi, pulai, siklooksigenase-2 ABSTRACT CINDY SWASTIRATU. In Vitro Inhibition of Cyclooxygenase-2 Activity by Pulai (Alstonia scholaris) Extracts. Under the direction of SULISTIYANI and EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH. Pulai is a plant that has some pharmacological activities, such as antidiabetic, antiinflammtory, antioxidant, and anticancer. The objective of this research is to test the potency of crude extract of bark and leaves of Pulai, and the flavonoid extract of leaves as anti-inflammatory agent through in vitro inhibition of cyclooxygenase-2 enzyme activity. Phytochemical assay has been done on crude extract of leaves and bark pulai. In addition, cytotoxicity test has been done with Brine Shrimp Lethality Test. Anti-inflammatory effect was analyzed with ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) and spectrophotometry method at wavelenghth 412 nm. Phytochemical assay showed that both crude extract from leaves and the bark contains alkaloid, tannin, phenolic, saponin, and steroid. Flavonoid and terpenoid were contained only in leaves crude extract. BSLT test showed that only flavonoid extract of pulai’s leaves has a cytotoxicity effect with LC50 of 456 µg/mL. The result showed that flavonoid extract of pulai’s leaves inhibited cyclooxygenase-2 (48.70%) at lowest concentration (1/5 LC50) which was similar to diclofenac (52.79%). Keywords: cyclooxygenase-2, inflammation, pulai INHIBISI EKSTRAK PULAI (Alstonia scholaris) TERHADAP AKTIVITAS SIKLOOKSIGENASE-2 SECARA IN VITRO CINDY SWASTIRATU Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini adalah Inhibisi Ekstrak Pulai (Alstonia scholaris) Terhadap Aktivitas Siklooksigenase-2 Secara In Vitro. Penelitian ini dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka, Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada drh Sulistiyani, MSc PhD selaku pembimbing utama dan Drs Edy Djauhari P, MSi selaku pembimbing kedua yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Nunuk, Mas Nio, Mas Endi, Mbak Wiwi yang telah banyak membantu selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, Chelsea, Ana, Yusuf, dan Kak Uti atas doa, semangat, dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Cindy Swastiratu DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE 2 Bahan dan Alat 2 Metode 3 HASIL 6 Rendemen Daun dan Kulit Batang Pulai 6 Komponen Fitokimia Ekstrak Daun dan Kulit Batang Pulai 6 Sitotoksisitas Ekstrak menggunakan Metode BSLT 7 Daya Hambat Ekstrak terhadap Aktivitas COX-2 7 PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN 9 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 18 RIWAYAT HIDUP 30 DAFTAR TABEL 1 Desain percobaan pada Micro plate inhibisi COX-2 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai 3 Hasil uji sitotoksisitas 5 6 7 DAFTAR GAMBAR 1 Tanaman pulai (Alstonia scholaris) 2 Konsentrasi prostaglandin (ng/mL) 3 Daya hambat ekstrak terhadap COX-2 2 8 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Gambaran umum penelitian 2 Ekstraksi simplisia serbuk kulit batang pulai 3 Sampel yang akan digunakan untuk uji daya hambat terhadap aktivitas COX-2 4 Rendemen hasil ekstraksi kulit batang pulai 5 Tahapan uji sitotoksisitas 6 Hasil uji sitotoksisitas 7 Hasil analisis probit LC50 selang kepercayaan 95% pada program SPSS v16 8 Perhitungan dosis ekstrak daun pulai 9 Preparasi larutan uji daya hambat terhadap aktivitas COX-2 10 Konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan 11 Kurva standar prostaglandin 12 Daya hambat ekstrak pulai 13 Analisis varian (ANOVA) pada α=0.05 18 19 20 20 20 21 22 24 25 26 27 28 28 PENDAHULUAN Inflamasi atau peradangan adalah respon yang ditimbulkan tubuh saat terjadi kerusakan jaringan dan masuknya benda asing ke dalam tubuh. Hal ini mengawali proses perbaikan struktur dan fungsi jaringan. Inflamasi ditandai dengan adanya panas, rasa nyeri atau sakit, merah, bengkak, dan kehilangan fungsi jaringan (Lumbanraja 2009). Inflamasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan berbagai patogenesis penyakit. Respon inflamasi yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan jaringan atau fungsi organ seperti penyakit emfisema, asma, bronkitis kronis, glomerulonefritis (Lawrence et al. 2002). Rasa sakit yang berlebihan dapat dikurangi dengan menekan produksi prostaglandin. Produksi prostaglandin dapat dikurangi dengan menghambat enzim siklooksigenase (Bill 1997). Enzim ini mengkatalis reaksi pembentukan prostaglandin, prostaksiklin, dan tromboksan dari metabolisme asam arakidonat. Siklooksigenase-2 (EC 1.14.99.1) merupakan enzim yang tidak ditemukan di jaringan pada kondisi normal tetapi diinduksi oleh berbagai rangsangan seperti endotoksin, mitogen, sitokin yang berhubungan dengan produksi prostaglandin saat proses inflamasi (Zhang et al. 2004). Sediaan obat antiinflamasi non-steroid (AINS) atau inhibitor COX-2 dalam menghambat produksi prostaglandin sudah lama digunakan. Saat ini diketahui bahwa hambatan isoform COX-1 berakibat timbulnya efek samping AINS dan hambatan COX-2 berkaitan dengan efek terapi yang diinginkan (Lelo et al. 2004). Beberapa efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan AINS dalam jangka panjang adalah hipersensitivitas, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan pada saluran pencernaan (Mycek et al. 2001). Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif yang tidak memiliki efek samping untuk mengatasi gejala inflamasi. Alternatif yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan zat ekstraktif berbagai bagian pohon sebagai bahan baku obat. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan ialah daun dan kulit batang pulai (Alstonia scholaris). Tumbuhan pulai secara luas digunakan sebagai obat berbagai penyakit (Gambar 1). Adapun daun pulai digunakan untuk mengatasi bengkak, bisul, dan borok (Heyne 1997; Wiart 2002). Daun pulai juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes, asma, dan rematik (Pratyush et al. 2011). Kulit batang pulai digunakan untuk mengatasi demam, malaria, dipepsia, dan batuk berdahak. Ekstrak etanol kulit batang pulai mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, polifenol, terpenoid, dan steroid (Marliana dan Ismail 2011). Senyawa alkaloid pada kulit batang pulai antara lain ditamin, ecitamin, dan ecitanin (Cai et al. 2010). Daun pulai sudah terbukti sebagai analgesik dan antiinflamasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arulmozhi et al. (2007) dosis ekstrak etanol daun pulai 200 dan 400 mg/kg BB menunjukkan daya hambat tertinggi terhadap aktivitas siklooksigenase-2 secara in vivo pada mencit, yaitu 73.90% dan 79.56%. Dosis ini berturut-turut setara dengan 45.45 dan 90.91 µg/mL. Perbandingan daya hambat antara ekstrak kasar daun pulai terhadap ekstrak kasar kulit batang dan flavonoid daun pulai dengan variasi konsentrasi belum diketahui. 2 Gambar 1 Tumbuhan pulai (Alstonia scholaris) Menurut Sirait (2007) flavonoid pada sejumlah tumbuhan obat memiliki sifat antiinflamasi, antimutagenik, antialergi, antibakteri, dan antiviral. Flavonoid berperan penting dalam menjaga permeabilitas serta meningkatkan resistensi pembuluh darah kapiler. Peradangan menyebabkan terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah akan keluar dari kapiler jaringan yang diikuti dengan terjadinya respon inflamasi (Fitriyani et al. 2011). Salah satu aktivitas antiinflamasi flavonoid yaitu menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi (Hidayati et al. 2005). Penelitian mengenai perbandingan efek antiinflamasi antara ekstrak kasar daun pulai dengan flavonoid daun pulai dan ekstrak kasar kulit batang (A scholaris) belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan menguji dan membandingkan potensi ekstrak kasar dan ekstrak flavonoid daun pulai serta ekstrak kasar kulit batang pulai sebagai antiinflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase-2 secara in vitro. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai, serta ekstrak flavonoid daun pulai sebagai antiinflamasi, sehingga dapat dijadikan pengganti obat antiinflamasi non steroid sintetik. METODE Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah simplisia serbuk kulit batang pulai (Balitro, Bogor), ekstrak kasar dan ekstrak flavonoid daun pulai berasal dari penelitian Sulistyani et al (2015), serta enzim siklooksigenase-2 (Cayman Chemical Catalog No. 560131). Bahan-bahan lain yang digunakan adalah etanol 96%, H2SO4 pekat, HCl 1%, pereaksi Dragendorf, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, FeCl3 1%, eter, akuades, akua bidestilata, air laut, kista Artemia 3 salina. Bahan yang digunakan sebagai kontrol untuk uji daya hambat enzim siklooksigenase-2 adalah natrium diklofenak (Kimia Farma). Alat-alat yang digunakan adalah plat uji BSLT, aerator, kaca pembesar, shaker, refluks, evaporator, saringan, neraca digital Sartoriuz TE214S, ELISA reader Epoch, dan alat-alat gelas. Metode Persiapan Sampel Daun pulai sebanyak 2 kg dicuci hingga bersih. Setelah itu ditiriskan dan dikeringkan selama 12 jam. Kemudian dioven pada suhu 50 oC selama tiga hari. Sementara itu kulit batang pulai yang digunakan sudah berupa simplisia yang diperoleh dari Balittro. Selanjutnya daun dan kulit batang pulai yang sudah kering tersebut digiling dan diayak dengan ukuran 100 mesh. Ekstraksi Ekstrak Kasar Daun Pulai (BPOM 2005). Ekstraksi daun pulai dengan etanol 96% dilakukan melalui metode maserasi. Maserasi sampel dilakukan dengan merendam simplisia di dalam etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (b/v) selama 24 jam pada suhu ruang dan diaduk dengan batang pengaduk plastik. Maserat yang dihasilkan kemudian disaring dan dipekatkan dengan vakum rotavapor pada suhu 50 oC. Selanjutnya ekstrak etanol yang diperoleh ditimbang untuk dihitung rendemennya. Ekstrak Flavonoid Daun Pulai (Modifikasi Markham 1988). Simplisia daun pulai dibungkus menggunakan kertas saring dan ukurannya disesuaikan dengan kapasitas ekstraktor. Simplisia yang sudah dibungkus diekstraksi dengan alat sokhlet menggunakan etanol 96% selama 5-7 jam. Residu yang dihasilkan dibiarkan terendam dalam etanol selama 12 jam, sehingga diperoleh ekstrak flavonoid daun pulai. Ekstrak Kasar Serbuk Kulit Batang Pulai (Marliana dan Ismail 2011). Sebanyak 100 g simplisia serbuk kulit batang pohon pulai ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam dua Erlenmeyer dengan ukuran 1000 mL. Masing-masing Erlenmeyer dimasukkan serbuk kulit batang pulai sebanyak 50 g. Lalu dimasukkan etanol 500 mL pada masing-masing Erlenmeyer. Simplisia dimaserasi dengan etanol 96% selama 5 hari dengan shaker 10 menit setiap hari, diulang tiga siklus, ekstrak dipekatkan dengan vakum rotavapor, lalu dimasukkan ke desikator agar kering, dan disimpan dalam kulkas 4 oC sebelum digunakan untuk pengujian lebih lanjut. Uji Senyawa Fitokimia (Harborne 2007) Flavonoid dan Fenolik. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambah 5 mL metanol lalu dipanaskan pada suhu 50 oC. Filtratnya dibagi dua, yang pertama ditambahkan NaOH 10% dan yang kedua ditambahakan H2SO4 pekat. Terbentuknya warna merah karena panambahan NaOH 10 % menunjukkan 4 adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5 mL kloroform dan 5 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan lalu ditambahkan dengan H2SO4 2M sebanyak 1.5 mL. Setelah itu fraksi H2SO4 diambil kemudian dibagi menjadi tiga. Tabung pertama ditambahkan dengan perekasi Dragendrof, tabung kedua dengan pereaksi Mayer, sedangkan tabung ketiga dengan pereaksi Wagner. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Mayer, endapan merah pada pereaksi Dragendrof, dan endapan cokelat pada pereaksi Wagner. Tanin. Sebanyak 0.05 gram ekstrak ditambah dengan air 2.5 mL kemudian dididihkan pada suhu 100 oC selama 5 menit. Setelah itu, larutan ditambahkan 1 tetes FeCl3. Terdapatnya tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru atau hijau kehintaman. Saponin. Sebanyak 0.05 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2.5 mL akuades. Setelah itu dididihkan pada 100oC selama 5 menit lalu dikocok hingga berbusa. Terdapatnya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang stabil selama 15 menit. Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 5 mL etanol 30% kemudian dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan lalu ditambahkan dengan dietileter hingga larut. Fraksi dietileter diambil kemudian ditambahkan pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat). Adanya steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru atau hijau, sedangkan terpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau ungu. Uji Sitotoksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Meyer et al 1982) Penetasan telur Artemia salina. Telur Artemia salina ditimbang sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi air laut, setelah diaerasi telur dibiarkan selama 48 jam di bawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna. Telur yang sudah menetas menjadi larva diambil untuk digunakan dalam uji sitotoksisitas. Uji Sitotoksisitas terhadap Artemia salina. Sebanyak 10 ekor larva Artemia salina dimasukkan kedalam vial yang berisi air laut lalu ditambahkan larutan ekstrak sehingga konsentrasi akhirnya menjadi 10, 50, 100, 500, 1000 µg/mL sedangkan untuk kontrol tidak ditambahkan larutan ekstrak (0 µg/mL). Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai, ekstrak flavonoid daun pulai. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan menghitung jumlah larva yang mati dari total larva yang dimasukkan ke dalam vial. Pengolahan data persen mortalitas kumulatif digunakan analisis probit LC 50 dengan selang kepercayaan 95% pada program SPSS v16. Uji Aktivitas Siklooksigenase-2 (COX-2) (Cayman Chemical Catalog No. 560131) Uji aktivitas siklooksigenase-2 dilakukan dengan menggunakan kit dari perusahaan Cayman Chemical dengan nomor katalog 560131. Penentuan aktivitas siklooksigenase-2 (COX-2) dilakukan dalam dua tahap, yaitu reaksi siklooksigenase dan reaksi Enzim-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) (Cayman Chem Comp 2011). 5 Sampel normal dibandingkan dengan sampel perlakuan. Sampel normal merupakan sampel tanpa ekstrak. Sampel ini berisi enzim dan substrat tanpa inhibitor, lalu diberikan perlakuan dengan penambahan ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai, ekstrak flavonoid daun pulai dengan masing-masing ekstrak dilakukan triplo dan dibuat 3 konsentrasi yaitu 1/5 LC50, 2 LC50, dan 4 LC50. Natrium diklofenak 2 μg/mL yang diperoleh dari Kimia Farma digunakan sebagai kontrol uji daya hambat enzim siklooksigenase-2. Preparasi larutan dapat dilihat pada Lampiran 9. Uji aktivitas COX-2 dimulai dari tahap pembuatan prostaglandin. Tahap pembuatan prostaglandin diawali dengan memasukkan sampel sebanyak 10 µL sebagai inhibitor dari enzim siklooksigenase-2, 160 µL bufer reaksi, 10 µL larutan Heme, dan 10 µL enzim siklooksigenase-2 ke dalam tabung effendorf. Tabung ini kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC, lalu ditambahkan sebanyak 10 µL asam arakidonat yang berperan sebagai substrat. Tabung kemudian divorteks dan diinkubasi kembali pada suhu 37ºC selama tepat dua menit ditambahkan 50 µL HCl 1 M dan 100 µL SnCl2. Prostaglandin yang dihasilkan dari reaksi ini dikuantifikasi menggunakan ELISA reader. Uji ini menggunakan microplate dengan jumlah sumur sebanyak 96. Desain microplate yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Sumur S1 sampai S8 disediakan untuk standar, sedangkan sumur H diisi sampel ekstrak. Sebanyak 100 µL bufer EIA ditambahkan pada sumur Non specific binding dan 50 µL bufer EIA ditambahkan pada sumur B0. Standar prostaglandin ditambahkan pada masing-masing sumur, yaitu sumur S1-S8. Sebanyak 50 µL larutan background (BC) ditambahkan ke dalam sumur BC. Sebanyak 50 µL larutan %A ditambahkan ke dalam sumur IA. Larutan sampel dimasukkan ke dalam sumur H sebanyak masing-masing 50 µL. Setelah itu ditambahkan PG Tracer sebanyak 50 µL ke dalam semua sumur, kecuali sumur total activity (TA) dan blanko (Blk). Larutan PG antiserum juga ditambahkan sebanyak 50 µL ke semua sumur, kecuali NSB, TA, dan Blk. Plat ditutup dengan plastik film dan diinkubasi pada orbital shaker selama 18 jam pada suhu 37ºC. Setelah itu plat dicuci dengan menggunakan bufer pencuci sebanyak lima kali. Kemudian reagen Ellman ditambahkan sebanyak 200 µL pada masing-masing sumur. Larutan PG Tracer sebanyak 5 µL juga ditambahkan ke dalam sumur TA. Plat kemudian ditutup dengan plastik film dan diinkubasi kembali menggunakan orbital shaker pada suhu 37ºC selama 90 menit. Setelah itu, absorbansinya diukur pada panjang gelombang 412 nm. Tabel 1 Desain percobaan pada Micro plate inhibisi COX-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A Blk B0 S1 S1 % H H H H H H H B Blk B0 S2 S2 % H H H H H H H C Blk B0 S3 S3 % H H H H H H H D Nsb H S4 S4 % H H H H H H H E Nsb H S5 S5 % H H H H H H H F Nsb H S6 S6 % H H H H H H H G TA BC S7 S7 % H H H H H H H BC S8 S8 % H H H H H H Keterangan: Blk= blanko; BC= background COX-2; NSB= non specific binding; H= COX inhibitor samples; B0= maksimum binding; TA= Aktivitas total; S1-S8= standar ; %= 100% initial activity 6 Penentuan Persentase Inhibisi Nilai % inhibisi adalah persentase enzim yang mampu dihambat oleh sampel dengan konsentrasi 100 ppm. Nilai % inhibisi diperoleh dari besarnya konsentrasi prostaglandin yang mampu dihambat oleh ekstrak. Nilai konsentrasi prostaglandin ditentukan dengan mencari nilai x pada persamaan garis fungsi logaritma dari kurva standar prostaglandin. Keterangan: Y = a + b ln (x) (fungsi ln) a dan b = konstanta X = [prostaglandin] ng/mL Y = %b/b Analisis Statistika Analisis data konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05. Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Analysis System (SAS). HASIL Rendemen Daun dan Kulit Batang Pulai Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun dan kulit batang pulai. Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Daun pulai menghasilkan rendemen sebesar 25.73%, sedangkan kulit batang pulai sebesar 4.33%. Dari 200.02 gram simplisia kulit batang pulai yang digunakan untuk ekstraksi, diperoleh 8.66 gram ekstrak. Nilai rendemen ekstrak kasar daun pulai lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kasar kulit batang pulai. Nilai rendemen ekstrak kasar kulit batang pulai belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh BPOM (2005), yaitu kurang dari 6.6%. Namun nilai rendemen ekstrak kasar daun pulai sudah memenuhi standar. Komponen Fitokimia Ekstrak Daun dan Kulit Batang Pulai Pengujian fitokimia dilakukan pada ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai. Hasil analisis uji fitokimia pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai mengandung senyawa alkaloid, tanin, fenolik, saponin, dan steroid. Senyawa flavonoid dan terpenoid tidak ditemukan pada ekstrak kasar kulit batang pulai. Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai Uji Ekstrak kasar daun pulai Ekstrak kasar kulit batang pulai Kontrol positif Flavonoid ++ +++ (sirih merah) Alkaloid +++ +++ +++ (tapak dara) Tanin +++ + +++ (serbuk teh) Fenolik +++ ++ +++ (asam galat) Saponin ++ ++ +++ (buah klerak) Steroid ++ + +++ (katuk) Terpenoid + +++ (som jawa) Keterangan: (+)= tingkat intensitas warna, (-)=senyawa metabolit sekunder tidak terdapat pada ekstrak 7 Sitotoksisitas Ekstrak menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah suatu sampel bersifat bioaktif. Hasil nilai LC50 menggunakan metode BSLT ditunjukkan pada Tabel 3. Ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai tidak memiliki efek sitotoksik. Hal ini dikarenakan kematian larva udang hampir 100% pada konsentrasi 500 µg/mL. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki potensi bioaktivitas jika LC50 lebih kecil dari 1000 µg/mL (Meyer et al. 1982). Dari ketiga ekstrak, hanya nilai LC50 ekstrak flavonoid daun pulai yang lebih kecil dari 1000 µg/mL, sehingga ekstrak ini memiliki efek sitotoksik dan bioaktivitas. Tabel 3 Hasil uji sitotoksisitas Sampel Kontrol Ekstrak kasar daun pulai Ekstrak flavonoid daun pulai Ekstrak kasar kulit batang pulai Konsentrasi perlakuan (µg/mL) 0 10 Larva udang total 10 10 Akumulasi mati Ulangan 1 0 1 Ulangan 2 1 1 Ulangan 3 0 0 1332.192 50 100 500 1000 10 10 10 10 10 10 1 1 3 4 1 1 2 3 1 1 1 2 3 4 2 456.434 50 100 500 1000 10 10 10 10 10 10 3 3 4 9 3 3 3 5 7 1 2 3 5 8 1 1761.957 50 100 500 1000 10 10 10 10 1 2 3 3 2 2 3 4 2 2 3 2 LC50 (µg/mL) Daya Hambat Ekstrak terhadap Aktivitas Siklooksigenase-2 (COX-2) Konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan dari penghambatan siklooksigenase-2 oleh setiap sampel ditunjukkan pada Gambar 2. Konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan sampel normal sebesar 100650 ng/mL. Adanya diklofenak menyebabkan konsentrasi prostaglandin menurun menjadi 47521.7 ng/mL. Hal ini menunjukkan bahwa diklofenak mampu menghambat aktivitas COX-2 dengan menurunkan konsentrasi prostaglandin. Adapun ekstrak kasar daun pulai pada semua konsentrasi yang diujikan dapat menurunkan konsentrasi prostaglandin yang lebih rendah dibanding normal, yaitu 34427, 35013, dan 40488 ng/mL. Berbeda dengan ekstrak flavonoid daun pulai hanya konsentrasi 1/5 LC50 (FA) dan 4 LC50 (FC) dapat menghambat aktivitas COX-2 dengan menurunkan prostaglandin sebesar 51632.7 dan 34427.2 ng/mL. Ekstrak kasar kulit batang pulai 2 LC50 (KB) dan 4 LC50 (KC) berpotensi sebagai inhibitor aktivitas siklooksigenase-2 karena dapat menghambat aktivitas COX-2 dengan konsentrasi prostaglandin berturut-turut 67336 dan 33084 ng/mL. 8 140000 Prostaglandin terkoreksi (ng/mL) 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Sampel Gambar 2 Konsentrasi prostaglandin (ngmL-1). NaD= Natrium diklofenak; D= Ekstrak kasar daun pulai; F= Ekstrak flavonoid daun pulai; K= Ekstrak kasar kulit batang pulai; A= 1/5 LC50; B= 2 LC50; C= 4 LC50 Gambar 3 memuat persentase daya hambat na-diklofenak, ekstrak kasar daun pulai, ekstrak flavonoid daun pulai, dan ekstrak kasar kulit batang pulai. Daya hambat yang dihasilkan na-diklofenak sebesar 52.79%. Jika dibandingkan natrium diklofenak, ekstrak kasar daun pulai 1/5 LC50 (DA) dan 2 LC50 (DB), ekstrak flavonoid daun pulai 4 LC50 (FC), serta ekstrak kasar kulit batang pulai 4 LC50 (KC) mampu menginhibisi aktivitas COX-2 lebih besar. Hal ini ditunjukkan dengan lebih rendahnya konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan dengan daya hambat berturut-turut sebesar 65.21%, 59.77%, 65.80%, dan 67.13%. Ekstrakekstrak ini memiliki potensi sebagai obat alami antiinflamasi. Namun, ekstrak flavonoid daun pulai konsentrasi 2 LC50 (FB) dan ekstrak kasar kulit batang pulai konsentrasi 1/5 LC50 (KA) tidak menunjukkan daya inhibisi dengan nilai negatif masing-masing -24% dan -3%. Analisis statistika dilakukan terhadap konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan pada masing-masing sampel. Konsentrasi beragam pada ekstrak kasar daun pulai, ekstrak flavonoid daun pulai, dan ekstrak kasar kulit batang pulai memberikan pengaruh signifikan terhadap konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan. 9 80,00 60,00 Daya hambat (%) 40,00 20,00 0,00 NaD DA DB DC FA FB FC KA KB KC -20,00 -40,00 Gambar 3 Sampel Daya hambat ekstrak terhadap COX-2. NaD= Natrium diklofenak; D= Ekstrak kasar daun pulai; F= Ekstrak flavonoid daun pulai; K= Ekstrak kasar kulit batang pulai; A= 1/5 LC50; B= 2 LC50; C= 4 LC50 PEMBAHASAN Rendemen Daun dan Kulit Batang Pulai Dalam penelitian ini, nilai rendemen ekstrak kasar daun pulai lebih besar dibandingkan dengan kulit batang pulai. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi, yaitu ukuran partikel padatan, pelarut, temperatur, pH, pengadukan, perendaman, waktu ekstraksi, dan rasio zat padat terhadap pelarut (Skoog 2002). Etanol merupakan pelarut yang memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar. Keberadaan dua gugus ini diharapkan agar senyawa polar maupun nonpolar terekstrak ke dalam etanol. Menurut Darusman et al. (2001) etanol adalah pelarut yang umum digunakan dalam pembuatan jamu dan obat-obatan fitofarmaka. Rendemen ekstrak etanol kulit batang pulai adalah 4.33%. Nilai rendemen yang didapatkan dari hasil ekstraksi pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai rendemen yang didapatkan oleh Zuraida et al. (2010), yaitu sebesar 10 12.23%. Perbedaan rendemen hasil ekstraksi ini disebabkan oleh perbedaan komposisi kandungan penyusun sampel kulit batang pulai yang diperoleh dari tempat yang berbeda. Penelitian Zuraida et al. (2010) menggunakan kulit batang pulai dari Cifor, sedangkan kulit batang pulai dalam penelitian ini diperoleh dari Balittro. Perbedaan tempat tumbuh tersebut dapat mempengaruhi kandungan senyawa yang ada dalam tumbuhan tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (Agoes 2007). Komponen Fitokimia Ekstrak Daun dan Kulit Batang Pulai Hasil analisis fitokimia penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pankti et al. (2012) yang menyatakan daun pulai mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid, terpenoid, saponin, dan tanin. Meskipun demikian, penelitian Singh et al. (2013) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun pulai tidak mengandung steroid. Hal ini dikarenakan lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Penelitian Singh et al. (2013) menggunakan pulai dari daerah Dehradun, India, sedangkan pulai yang dipakai pada penelitian ini dari daerah Bogor, Indonesia. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder dapat berasal dari faktor biotik maupun abiotik. Produksi metabolit sekunder tersebut berkaitan dengan mekanisme pertahanan tanaman sebagai respon adanya tekanan abiotik, seperti sinar UV dan salinitas, maupun tekanan biotik, seperti serangan patogen tanaman dan gulma (Crozier et al. 2008). Berbeda halnya dengan ekstrak etanol daun pulai, ekstrak etanol kulit batang pulai tidak mengandung flavonoid dan terpenoid. Hal ini sesuai hasil penelitian Masitha (2011) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit batang pulai tidak mengandung flavonoid dan terpenoid. Menurut Zuraida et al (2010) kulit batang pulai yang berasal dari Bogor mengandung flavonoid, tanin, dan terpenoid. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan perbedaan konsentrasi pelarut yang digunakan. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol 96%, sedangkan penelitian Zuraida et al. (2010) memakai pelarut etanol 70%. Flavonoid adalah senyawa fenol yang banyak terdapat pada tumbuhan yang dapat larut dalam air. Etanol 70% memiliki polaritas lebih tinggi dibandingkan etanol 96%, sehingga flavonoid lebih terekstraksi di larutan yang lebih polar, dalam hal ini etanol 70% (Harborne 2007). Kedua ekstrak menujukkan hasil positif untuk uji alkaloid terhadap ketiga pereaksi (Mayer, Dragendorf, dan Wagner). Alkaloid merupakan golongan terbesar dari senyawaan hasil metabolit sekunder pada tumbuhan. Alkaloid dapat ditemukan di seluruh bagian tanaman seperti batang, bunga, dan akar (Pratap et al. 2013). Kulit batang pulai mengandung alkaloid ditamin, ecitamin, ecitenin, dan ecitamidin. Salah satu senyawa yang diduga berperan penting dalam ekstrak sebagai antiinflamasi yaitu alkaloid. Kandungan alkaloid utama pada daun seperti pikrinin, vallesamin, dan skolarisin secara in vitro dapat menghambat beberapa mediator inflamasi (COX-1, COX-2, dan 5-LOX) (Shang et al. 2010). Beberapa mekanisme alkaloid dalam perannya sebagai antiinflamasi yakni sebagai analgesik, anti kolinesterase, anti radikal bebas, dan modulasi enzim yang berperan dalam metabolisme asam arakhidonat (Jaspreet et al. 2011). 11 Sitotoksisitas Ekstrak menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji sitotoksisitas merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Data kematian pada Tabel 3 digunakan untuk menghitung LC50. Penentuan LC50 menggunakan analisis probit dengan selang kepercayaan 95% pada program SPSS v16. Lethal concentration 50% (LC50) adalah konsentrasi dari suatu bahan yang menyebabkan 50% kematian dalam suatu populasi. Tabel 3 menunjukkan bahwa hanya ekstrak flavonoid daun pulai yang memiliki efek sitotoksik dan bioaktif. Senyawa bioaktif adalah senyawa kimia yang dapat memberikan efek atas jaringan biologis (Meyer et al. 1982). Ekstrak flavonoid daun pulai memiliki potensi bioaktivitas dengan nilai LC50 sebesar 456.434 µg/mL. Senyawa fenolik, flavonoid, dan tanin pada kadar tertentu memiliki potensi sitotoksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva (Muaja et al. 2013). Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa fenolik, flavonoid, dan tanin yang dapat menghambat daya makan larva. Menurut Cahyadi (2009) cara kerja senyawa tersebut bertindak sebagai racun perut, sehingga bila senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva akan mengganggu alat pencernaannya. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa dalam mulut larva. Hal ini mengakibatkan terganggunya stimulus rasa sehingga larva tidak mampu mengenali makanan dan akhirnya mati. Ekstrak kasar daun dan kulit batang pulai tidak memiliki efek sitotoksik karena nilai LC50 lebih besar dari 1000 ppm. Penelitian Khanum (2014) menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun dan kulit batang pulai memiliki efek sitotoksik dan bioaktif dengan nilai LC50 berturut-turut 9.12 dan 10.21 µg/mL. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan jenis pelarut yang digunakan. Ekstrak dengan bioaktivitas tertinggi belum tentu memiliki nilai daya hambat tertinggi dalam uji daya hambat siklooksigenase-2 karena belum diketahui secara pasti mengenai hubungan nilai LC50 terhadap penghambatannya. Metode BSLT sering digunakan untuk penapisan awal terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman karena sederhana, waktu pelaksanaan cepat, biaya relatif murah, praktis, jumlah sampel sedikit, dan tidak memerlukan teknik perawatan khusus (Meyer et al. 1982). Analisis statistika dilakukan terhadap konsentrasi ekstrak terhadap kematian udang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi beragam ekstrak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kematian udang. Daya Hambat Ekstrak terhadap Aktivitas Siklooksigenase-2 (COX-2) Uji daya hambat dilakukan untuk mengukur aktivitas siklooksigenase-2. Enzim siklooksigenase-2 memiliki dua sisi katalitik, yaitu siklooksigenase dan peroksidase (Suleyman et al. 2007). Penghambatan COX-2 oleh ekstrak dapat terjadi pada reaksi siklooksigenase maupun peroksidase. Uji ini dilakukan terhadap ekstrak flavonoid daun pulai, ekstrak kasar daun pulai, dan ekstrak kasar kulit batang pulai. Selain itu digunakan juga kontrol positif natrium diklofenak 2 µgmL-1. Menurut pendekatan farmakokinetik konsentrasi efektif natrium diklofenak dalam darah adalah 2 µg/mL (Katzung 2002). Enzim siklooksigenase2 memiliki dua sisi katalitik, yaitu siklooksigenase dan peroksidase (Suleyman et al. 2007). 12 Konsentrasi ekstrak yang digunakan, yaitu 1/5 LC50, 2 LC50, 4 LC50. Konsentrasi ini berdasarkan pada penelitian Arulmozhi et al. (2011) yang menunjukkan ekstrak etanol daun pulai menghasilkan daya hambat tertinggi secara in vivo pada dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB berturut-turut 73.90% dan 79.56%. Dosis ini setara dengan 45 dan 90 µg/mL. Masyarakat pada umumnya meminum air hasil rebusan 16 lembar daun pulai untuk mengobati penyakit beri-beri, disentri, sakit usus, sifilis, diabetes, dan malaria (Kinho et al 2011). Berdasarkan perhitungan 16 lembar daun pulai setara dengan 18 µg/mL (Lampiran 8). Konsentrasi ini merupakan 1/5 dari konsentrasi terkecil. Sampel tanpa ekstrak merupakan sampel normal. Konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan pada sampel ini menunjukkan konsentrasi prostaglandin yang dapat dihasilkan ketika tidak ada inhibitor. Konsentrasi prostaglandin yang lebih rendah dari sampel tanpa ekstrak menunjukkan ekstrak dapat menekan pembentukan prostaglandin. Sebaliknya, konsentrasi prostaglandin yang lebih tinggi dari normal menunjukkan ekstrak tidak dapat menekan pembentukan prostaglandin. Kontrol positif natrium diklofenak pada konsentrasi 2 µg/mL menghasilkan prostaglandin sebesar 47521.7 ng/mL. Diklofenak hanya memiliki daya hambat sebesar 52.79%. Daya hambat ini lebih kecil jika dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astiati (2014) yang melaporkan bahwa konsentrasi diklofenak 2 µg/mL dapat menghambat aktivitas siklooksigenase-2 sebesar 80.95%. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan dalam proses pembuatan konsentrasi larutan. Natrium diklofenak merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang dapat menghambat kerja COX-2 secara kompetitif dan reversibel. Menurut Craig dan Stitzel (2001), obat AINS dapat menghambat COX-2 secara kompetitif, reversibel maupun irreversibel. Efek Ekstrak Kasar Daun Pulai Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar daun pulai maka semakin rendah daya hambat yang dihasilkan. Hal ini mungkin dikarenakan adanya senyawa flavonoid. Ekstrak flavonoid daun pulai konsentrasi 2 LC50 menunjukkan tidak adanya daya hambat dengan dihasilkan konsentrasi prostaglandin yang lebih tinggi dibanding normal. Senyawa flavonoid pada konsentrasi tertentu bekerja secara antagonis terhadap aktivitas COX-2. Daya hambat ekstrak kasar daun pulai 1/5 LC50 (DA) dan 2 LC50 (DB) lebih tinggi jika dibandingkan natrium dikofenak. Hal ini mungkin dikarenakan kandungan tanin yang lebih banyak dibanding kedua ekstrak lainnya. Tanin diduga juga dapat menghambat aktivitas siklooksigenase-2. Tanin diketahui mempunyai aktivitas antiinflamasi, astringen, antidiare, diuretik, dan antiseptik (Khanbabaee dan Ree 2001). Meskipun demikian, daya hambat ini lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian Arulmozhi (2011) yang menunjukkan ekstrak etanol daun pulai 1/5 LC50 menghasilkan daya hambat sebesar 79.56%. Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan oleh berbedanya sumber tanaman daun pulai yang digunakan. Perbedaan sumber tanaman dapat menyebabkan perbedaan kandungan zat aktif yang berperan sebagai antiinflamasi. 13 Penelitian mengenai ekstrak etanol daun pulai sebagai antiinflamasi telah dilakukan oleh Shang et al. (2010) secara in vitro. Menurut Shang et al. (2010) fraksi alkaloid daun pulai, seperti pikrinin, valesamin, dan skolarisin telah terbukti dapat menghambat beberapa mediator inflamasi seperti COX-1, COX-2, dan 5LOX. Efek Ekstrak Flavonoid Daun Pulai Ekstrak flavonoid daun pulai menghasilkan prostaglandin masing-masing 51632.7 ng/mL, 125277 ng/mL, dan 34427.2 ng/mL. Konsentrasi 1/5 LC50 (FA) dapat menghambat COX-2 dengan daya hambat (48.70%) yang hampir sama dengan diklofenak (52.79%), konsentrasi 4 LC50 (FC) memiliki daya hambat sebesar 65.80%, sedangkan ekstrak flavonoid daun pulai konsentrasi 2 LC 50 (FB) menghasilkan prostaglandin yang lebih tinggi dibanding normal, yaitu 125277 ng/mL dengan daya hambat -24.47%. Nilai negatif menunjukkan ekstrak tidak memiliki daya hambat terhadap COX-2 dan bersifat sebagai aktivator. Flavonoid telah terbukti dapat menghambat beberapa enzim yang terlibat di dalam proses inflamasi seperti COX, lipoksigenase, dan fosfolipase A2 (Kim et al. 2004). Beberapa senyawa golongan seperti flavon dan apigenin merupakan inhibitor dari COX, sedangkan rutin dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas dari COX. Flavonoid dapat menstabilkan Reactive Oxygen Species (ROS) dengan bereaksi dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga radikal menjadi inaktif. Adanya radikal bebas dapat menarik beberapa mediator inflamasi (Nijveldt et al. 2001). Flavonoid bekerja menghambat fase penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan siklooksigenase. Flavonoid juga menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamin oksidase, protein kinase, DNA polimerase, dan lipooksigenase (Kurniawati 2005). Beberapa golongan flavonoid telah dibuktikan memiliki efek antiradang khususnya golongan flavonoid dalam bentuk glikosida dengan menghambat siklooksigenase-2 (Gonzalez et al. 2007). Efek Ekstrak Kasar Kulit Batang Pulai Daya hambat 67.13% konsentrasi 4 LC50 (KC) merupakan daya hambat tertinggi dari seluruh sampel yang diujikan pada penelitian ini. Namun, konsentrasi 4 LC50 sangat tinggi jika dibandingkan nilai LC50, yaitu 1762 µg/mL, sehingga konsentrasi dikatakan toksik bagi larva udang dan tidak efektif untuk digunakan sebagai obat alami antiinflamasi. Aktivitas inhibisi dikarenakan kandungan senyawa aktif alkaloid yang hanya terdapat pada kulit batang pulai, antara lain ecitamin, ditamin, dan ecitenin (Cai et al. 2010). Senyawa tersebut dapat menghambat beberapa mediator inflamasi. Saponin juga diketahui mempunyai khasiat anti radang (antiinflamasi), bahkan steroidal saponin mempunyai hubungan dengan komponen, antara lain seperti kortison (Trease dan Evans 2009). Kortison termasuk glukokortikoid yang mempunyai efek antiradang (Katzung 2002). 14 Ekstrak kasar kulit batang pulai konsentrasi 1/5 LC50 (KA) menghasilkan prostaglandin sebesar 103954 ng/mL dengan daya hambat -3.28%. Tidak adanya daya hambat dapat disebabkan oleh pelepasan zat aktif yang kurang maksimal. Ekstrak kasar kulit batang pulai 2 LC50 (KB) dapat menurunkan prostaglandin sebesar 67335.5 ng/mL dengan daya hambat 33.10%. Berdasarkan Gambar 3, diketahui pula bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak kasar kulit batang pulai dengan daya hambatnya terhadap aktivitas siklooksigenase-2 linear. Kenaikan konsentrasi ekstrak diiringi dengan kenaikan daya hambatnya. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya senyawa flavonoid sehingga tidak ada senyawa yang bekerja secara antagonis terhadap aktivitas COX-2. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak kasar dan ekstrak flavonoid daun pulai serta ekstrak kasar kulit batang pulai yang diujikan memiliki daya hambat terhadap COX-2 dalam proses inflamasi secara in vitro. Ekstrak kasar daun pulai dapat menghambat aktivitas COX-2 pada semua konsentrasi dengan daya hambat hingga 65.21%. Adapun ekstrak flavonoid daun pulai hanya pada konsentrasi 1/5 LC50 dan 4 LC50 dengan daya hambat sebesar 48.70 dan 65.80%. Ekstrak kasar kulit batang pulai konsentrasi 2 LC50 dan 4 LC50 dengan daya hambat 33.10 dan 67.13%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis ekstrak pulai yang dapat menghambat COX-2 dan hubungan antara dosis tradisional 16 lembar daun pulai yang setara dengan 1/5 dari konsentrasi terkecil ekstrak flavonoid daun pulai. DAFTAR PUSTAKA Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung (ID): ITB Pr. Arulmozhi S, Mazumder PM, Sathiyanarayanan L, Thakurdesai PA. 2012. Analgesic, anti-inflammatory and antiulcerogenic activities of fractions from Alstonia scholaris. J Pharm 3(5):132-137. Astiati UT. 2014. Penghambatan enzim siklooksigenase-2 oleh campuran nanopartikel ekstrak suruhan (Peperomia pellucida) dan jahe merah (Zingiber officinale) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bill R. 1997. Pharmacology for Veterinary Technicians. Missouri (US): Mosby. [BPOM RI] Balai Penelitian Obat dan Makanan, Republik Indonesia. 2004. Fitofarmaka dan Obat Herbal Terstandar. Jakarta: BPOM RI. 15 Cahyadi R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) terhadap larva Artemia salina L. dengan metode BSLT. J Biosci 5:18. Cai XH, Shang JH, Feng T, Luoa XD. 2010. Novel alkaloids from Alstonia scholaris Z. Naturforsch B Chem Sci 65:1164-1168. Cayman Chemical Company. 2011. COX Inhibitor Screening Assay Kit catalog No.560131. USA (US): Cayman Chemical Company. Dannhardt, S Laufer. 2000. Structural approaches to explain the selectivity of COX-2 inhibitors: is there a common pharmacophore?. Current Med Chem 7: 1101-1112. Darusman LK, Rohaeti E, Sulistyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle sebagai senyawa peluruh lemak melalui aktivitas lipase. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka, Lembaga Penelitian IPB. Fadhli H, Teruna HY, Jose C. 2012. Uji toksisitas ekstrak kulit batang pulai basung (Alstonia spatulata Bl) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. J Ind Che Acta. 3(1): 10-12. Fajriani. 2008. Pemberian obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) pada anak. Jurnal Kedokteran Gigi. 15(3): 200-204. Fitriyani A, Winarti L, M. Siti, Nuri. 2011. Uji antinflamasi ekstrak flavonoid daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada tikus putih. Majalah Obat Tradisional. 16(1): 34-32. Goodman, Gilman. 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics Eleventh Edition. USA (US): Mc Graw Hill Company. Gonzales FD, Isidoro GA, Miguel RC, Faustino M, Miguel AP, Cecilia M, Juan PP, Francisco SM. 2007. Prevention of in vitro neutrophil- endothelial attachment through shedding of L-selectin by nonsteroidal antiinflammatory drugs. J Clin Invest. 95: 1756-1765. Harborne JB. 2007. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniquesof Plant Analysis. London: Chapman and Hall. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Obat Indonesia. Jakarta (ID): Badan Litbang Departemen Kehutanan. Hidayati NA, Listyawati S, Setyawan AD. 2008. Kandungan kimia dan uji antiinflamasi ekstrak etanol Lantana camara L. pada tikus putih (Rattus novergicus L.) jantan. J Biotechnol 5:10-17. Ikawati Z. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta (ID): Kanisius. Jaspreet N, Meena AK, Nitika G, Meena RP, Rao MM. 2011. Review on ethanobotany, phytochemical and pharmacological profile of Alstonia sholaris. Journal of Pharmacy 2(1):49-54. Kam PCA, See AUL. 2000. Cyclo-oxygenase isoenzymes: physiological and pharmacological role. Anaesthesia 55:442-449. Kartasasmita RE, Rina H, Nuraini H, Tutus G. 2009. Quercetin derivates docking based on study of flavonoids interaction to cyclooxygenase-2. Indo J. Chem. 9(2): 297-302. Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Kee JL, Evelyn R. 1996. Famakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Peter Anugerah, penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Pharmacology: A Nursing Process Approach. 16 Khanbabaee K, Teunis R. 2001. Tannins: classification and definition. Nat Prod Rep. 18: 641-649. Khanum S. 2014. Pharmacological investigation of the chloroform extracts of Alstonia scholaris. J Pharm Sci 3(1):14-18. Kindt T, Richard A, Barbara A. 2007. Kuby Immunology. New York (US): WH Freeman Company. Kurniawati A. 2005. Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Metanol Graptophyllum griff pada Tikus Putih. MAKARA Kesehatan 167-170. Laurence DR, Benneth. 1995. Clinical Pharmacology. New York (US): Churchill Livingstone. Lelo A, Hidayat DS, Ichwan M. 2004. Peran sediaan COX-2 inhibitor dalam modulasi nyeri. Repository 2:1-5. Lumbanraja LB. 2009. Skrinning fitokimia dan uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap radang pada tikus [skripsi]. Medan (ID): Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Mansjoer S. 2003. Mekanisme kerja obat anti radang [internet]. [diunduh 2014 Desember 24]. Tersedia pada: http://library.usu.ac.id/download/fk/farmasisoewarni.pdf. Marliana E, Ismail S. 2011. Studi kandungan kimia dan bioaktivitas ekstrak etanol kulit batang Alstonia scholaris [seminar nasional]. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman. Markham KR. 1988. Techniques Flavonoids Identification. Masitha M. 2011. Skrining aktivitas penghambatan enzim α glukosidase dan penapisan fitokimia dari beberapa tanaman obat yang digunakan sebagai antidiabetes di Indonesia [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Meyer BN et al. 1982. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents. Plant Medica. 45:31-34. Mudrikah F. 2006. Potensi Ektrak Jahe Merah dan Campurannya dengan Herba Suruhan Sebagai Antihiperurisemia pada Tikus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mukherjee S, Ray S, Thakur RS. 2009. Solid lipid nanoparticles: a modern formulation approach in drug delivery system. Indian J. Pharm. Sci. 71(4):349358. Mycek MJ, Haevery RA, Campe PC. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi ke-2. Azwar A, penerjemah. Jakarta (ID): Widya Medika. Terjemahan dari: Pharmacology. Nijveldt RJ et al. 2001. Flavonoids: A review of probable mechanism of action and potential applications. JAMA 74:418-425. Nurcholis W. 2008. Profil senyawa penciri dan bioaktivitas tanaman temulawak pada agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pankti K, Payal G, Manodeep C, Jagadish K. 2012. A phytopharmacological of Alstonia scholaris: A panoramic herbal medicine. IJRAP 3(3):367-370. Pratap B, Chakrabrothy GS, Mogha N. 2013. Complete aspects of Alstonia scholaris. Int J of Pharm Tech 5(1):17-26. Pratyush K, Misra CS, James J, Dev LMS, Veettil AKT, Thankamani V. 2011. Ethnobotanical and pharmacological study of Alstonia (Apocynaceae). J Pharm 3(8):1394-1403. 17 Rahmania S. 2012. Daya hambat siklooksigenasie-2 oleh campuran ekstrak suruhan (Peperomia pellucida[l]) dan jahe merah (Zingiber officinale rosc.) dalam inflamasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Said A. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta (ID): Sinar Wadja Lestari. Shang JH, Cai XH, Feng T, Zhao YL, Wang JK, Zhang LY, Yan M, Luo XD. 2010. Pharmacological evaluation of Alstonia scholaris: antiiinflammatory and analgesic effects. J. Ethnopharmacol 129(2):174-181. Singh R, Maurya H, Kazmil I, Afzal M, Kandpal G, Gupta G, Kumar P, Anwar P. 2013. Pharmocological role of Alstonia scholaris leaves for its anticonvulsant and sedative action. JAMA 1(6):478-490. Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Skoog WH. 2002. Fundamental of Analytical Chemistry 8 Edition. New York (US): Thomas Brooks Cole. Suleyman H, Berna D, Yalcin K. 2007. Anti-inflammatory and side effect of cyclooxygenase inhibitors. J Pharm 59: 247-258. Sulistyani, Sari RK, Wulan TW. 2015. Pengembangan produk antikolesterol dari tumbuhan hutan berbasis mekanisme penghambatan enzim HMG-COA reduktase. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sumah LHM, Nindatu M, Kakisina P. 2012. Efek pemberian ekstrak flavonoid kulit batang pohon pulai (Alstonia scholaris) terhadap hasil diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 5(1): 39-53. Sutomo, Mukaromah L. 2006. Marga Alstonia (Apocynaceae) dan Potensinya. Bogor (ID): UPT LIPI. Teruna HY, Latip J, Kamal R, Fadhli H. 2011. A quartenery alkaloid from Alstonia spatulata Bl (Apocynaceae) [seminar nasional]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau. Tjay TH, Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek Sampingnya Edisi 6. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Wiart C. 2002. Medicinal Plants of Southeast Asia. Malaysia (ML): Prentice Hall Pearson. Zhang F, Nasser KA, Juan RM, Kotha S, Andrew JD. Curcumin inhibits cyclooxygenase-2 transcription in bile acid and phorbol ester treated human gastrointestinal ephitelial cells. Carcin. 20(3): 445-451. Zuraida, Effendi R, Lelana NE. 2010. Prospek pulai (Alstonia scholaris) sebagai bahan baku industri obat anti kolesterol. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 18 Lampiran 1 Gambaran umum penelitian Ekstraksi simplisia serbuk kulit batang pulai dari BALITRO Uji fitokimia (Ekstrak kasar dan flavonoid pulai yang berasal dari Sulistyani et al. (2015), serta ekstrak kasar kulit batang pulai Uji BSLT @3 konsentrasi (1/5 LC50, 2 LC50, dan 4 LC50) Uji antiinflamasi melalui COX inhibitor screening assay kit 19 Lampiran 2 Ekstraksi simplisia serbuk kulit batang pulai Simplisia serbuk kulit batang pulai Ekstraksi:Maserasi dengan etanol 96% Filtrat Evaporasi Ekstrak kasar kulit batang pulai 20 Lampiran 3 Sampel yang akan digunakan untuk uji daya hambat terhadap siklooksigenase-2 Perlakuan Ekstrak kasar daun pulai 1 Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ekstrak flavonoid daun pulai Ekstrak kasar kulit batang pulai /5 LC50 DA1 DA2 DA3 FA1 FA2 FA3 KA1 KA2 KA3 2 LC50 DB1 DB2 DB3 FB1 FB2 FB3 KB1 KB2 KB3 4 LC50 DC1 DC2 DC3 FC1 FC2 FC3 KC1 KC2 KC3 Keterangan : D : Ekstrak kasar daun pulai F : Ekstrak flavonoid daun pulai K : Ekstrak kasar kulit batang pulai Lampiran 4 Rendemen hasil ekstraksi kulit batang pulai Sampel Kulit batang pulai Bobot simplisia (gram) 200.02 Bobot ekstrak (gram) 8.66 Rendemen (%) 4.33 Contoh perhitungan: Bobot ekstrak (g) % rendemen = Bobot simplisia (g) 8.66 g = 200.02 g x 100% = 4.33% Lampiran 5 Tahapan uji sitotoksisitas 50 mg telur A. salina Leach 10 ekor larva A. salina yang menetas Air laut Inkubasi 48 jam Ekstrak kasar daun pulai, ekstrak flavonoid daun pulai, ekstrak kasar kulit batang pulai @1000, 500, 100, 50, 10, 0 ppm. Analisis probit dengan SPSS v.16 untuk menentukan nilai LC50 24 jam Hitung kematian udang 21 Lampiran 6 Hasil uji sitotoksisitas Sampel Kontrol Ekstrak kasar daun pulai Ekstrak flavonoid daun pulai Ekstrak kasar kulit batang pulai Konsentrasi perlakuan (µg/mL) 0 10 Larva udang total 10 10 Akumulasi mati Ulangan 1 0 1 Ulangan 2 1 1 Ulangan 3 0 0 LC50 (µg/mL) 1332.192 50 100 500 1000 10 10 10 10 10 10 1 1 3 4 1 1 2 3 1 1 1 2 3 4 2 456.434 50 100 500 1000 10 10 10 10 10 10 3 3 4 9 3 3 3 5 7 1 2 3 5 8 1 1761.957 50 100 500 1000 10 10 10 10 1 2 3 3 2 2 3 4 2 2 3 2 22 Lampiran 7 Hasil analisis probit LC50 dengan selang kepercayaan 95% pada program SPSS v16. Nilai LC ekstrak kasar daun pulai Konsentrasi LC Taksiran Batas Bawah Batas Atas 0.01 -1247.503 -5877.983 -531.503 0.02 -945.217 -4721.129 -351.227 0.03 -753.426 -3988.926 -235.064 0.04 -609.150 -3439.600 -146.197 0.05 -491.792 -2994.169 -72.507 0.06 -391.902 -2616.465 -8.357 0.07 -304.318 -2286.817 49.413 0.08 -225.897 -1993.339 102.822 0.09 -154.576 -1728.348 153.312 0.1 -88.925 -1486.655 202.019 0.15 182.888 -536.669 454.367 0.2 398.915 41.014 832.260 0.25 584.248 317.867 1375.207 0.3 750.682 475.163 1954.116 0.35 904.909 592.890 2518.593 0.4 1051.255 693.753 3065.075 0.45 1192.846 786.084 3599.058 0.5 1332.192 873.969 4127.557 0.55 1471.538 959.960 4657.950 0.6 1613.129 1046.021 5198.202 0.65 1759.475 1133.993 5757.576 0.7 1913.701 1225.923 6347.849 0.75 2080.136 1324.474 6985.504 0.8 2265.469 1433.623 7696.155 0.85 2481.496 1560.269 8525.085 0.9 2753.309 1718.980 9568.708 0.91 2818.960 1757.231 9820.857 0.92 2890.280 1798.754 10094.814 0.93 2968.701 1844.377 10396.078 0.94 3056.286 1895.293 10732.581 0.95 3156.176 1953.318 11116.409 0.96 3273.534 2021.436 11567.412 0.97 3417.810 2105.107 12121.934 0.98 3609.601 2216.228 12859.179 0.99 3911.887 2391.171 14021.367 23 Lampiran 7 (Lanjutan) Nilai LC ekstrak flavonoid daun pulai Konsentrasi LC Taksiran Batas Bawah Batas Atas 0.01 -805.860 -1445.998 -495.413 0.02 -657.946 -1217.454 -384.100 0.03 -564.099 -1072.867 -313.059 0.04 -493.502 -964.387 -259.331 0.05 -436.076 -876.377 -215.397 0.06 -387.198 -801.663 -177.805 0.07 -344.342 -736.332 -144.667 0.08 -305.969 -678.002 -114.830 0.09 -271.070 -625.110 -87.536 0.1 -238.946 -576.576 -62.260 0.15 -105.943 -377.720 44.480 0.2 -.236 -223.328 132.966 0.25 90.451 -95.197 213.202 0.3 171.890 14.624 290.501 0.35 247.356 110.227 368.293 0.4 318.966 194.271 448.784 0.45 388.249 269.127 533.117 0.5 456.434 337.207 621.702 0.55 524.618 400.829 714.746 0.6 593.902 462.063 812.701 0.65 665.511 522.754 916.544 0.7 740.977 584.697 1027.997 0.75 822.417 649.918 1149.896 0.8 913.104 721.165 1287.017 0.85 1018.810 802.952 1448.107 0.9 1151.813 904.571 1652.084 0.91 1183.937 928.957 1701.508 0.92 1218.836 955.394 1755.256 0.93 1257.209 984.402 1814.416 0.94 1300.065 1016.733 1880.555 0.95 1348.943 1053.530 1956.063 0.96 1406.369 1096.670 2044.867 0.97 1476.966 1149.590 2154.156 0.98 1570.813 1219.771 2299.603 0.99 1718.727 1330.082 2529.148 24 Lampiran 7 (Lanjutan) Nilai LC ekstrak kasar kulit batang pulai Konsentrasi LC Taksiran Batas Bawah Batas Atas 0.01 -2708.612 . . 0.02 -2184.755 . . 0.03 -1852.385 . . 0.04 -1602.356 . . 0.05 -1398.977 . . 0.06 -1225.869 . . 0.07 -1074.087 . . 0.08 -938.185 . . 0.09 -814.587 . . 0.1 -700.815 . . 0.15 -229.769 . . 0.2 144.604 . . 0.25 465.782 . . 0.3 754.211 . . 0.35 1021.482 . . 0.4 1275.097 . . 0.45 1520.472 . . 0.5 1761.957 . . 0.55 2003.442 . . 0.6 2248.817 . . 0.65 2502.432 . . 0.7 2769.703 . . 0.75 3058.131 . . 0.8 3379.310 . . 0.85 3753.682 . . 0.9 4224.729 . . 0.91 4338.501 . . 0.92 4462.099 . . 0.93 4598.001 . . 0.94 4749.783 . . 0.95 4922.890 . . 0.96 5126.270 . . 0.97 5376.299 . . 0.98 5708.669 . . 0.99 6232.526 . . Lampiran 8 Perhitungan dosis ekstrak daun pulai Dosis ekstrak daun pulai secara in vivo pada mencit adalah 200 mgkg-1 BB dan 400 mgkg-1 BB. Volume cairan tubuh mencit sebesar 44% × bobot tubuhnya. Bobot mencit 20 g (̴ mL) Dosis yang diberikan 200 mgkg-1 BB, karena bobot mencit 20 g, dosis yang diberikan sebanyak 1 /50 × 200 mgkg-1 BB = 4 mg/20 g Volume cairan tubuh mencit di dalam 20 g = 0.44 × 20 g = 8.8 mL Sehingga dosis 4 mg/8.8 mL = 4000 µg/8.8 mL = 45.454 µg/mL 25 Dosis yang diberikan 400 mgkg-1 BB, karena bobot mencit 20 g, dosis yang diberikan sebanyak 1 /50 × 400 mgkg-1 BB = 8 mg/20 g Volume cairan tubuh mencit di dalam 20 g = 0.44 × 20 g = 8.8 mL Sehingga dosis 8 mg/8.8 mL = 8000 µg/8.8 mL = 90.909 µg/mL Berdasarkan resep tradisional, daun pulai digunakan sebagai obat dengan merebus 16 lembar daun pulai dengan air kemudian diminum satu kali sehari setiap pagi. Bobot kering 16 lembar daun pulai Kadar air simplisia Rendemen kering daun pulai Dosis manusia/hari = 2.43 g = 6.62% = 30.75% = 2.43 × 1 = 2.43 g 1000 mg = 2.43 g × 30.75% × Dosis menggunakan ekstrak 1g = 747.225 mg Volume total tubuh manusia sekitar 2/3 atau 65% dari bobot tubuhnya. Asumsi bobot tubuh 60 kg, sehingga volume tubuhnya 40 L. 747.225 mg Dosis per kg BB = = 18.6806 mg/L 40 L Lampiran 9 Preparasi larutan uji daya hambat siklooksigenase-2 Prosedur untuk Reaksi Siklooksigenase Pembuatan Larutan Untuk Reaksi Siklooksigenase. Larutan bufer reaksi dibuat dengan mencampurkan 5 mL bufer reaksi dilarutkan dengan 45 mL akua bidestilata kemudian disimpan pada suhu 37oC. Larutan stok siklooksigenase-2 disimpan pada suhu 80ºC. Larutan Heme dibuat dengan mencampurkan 100 μL larutan stok dengan 400 μL larutan bufer reaksi dan disimpan pada suhu 37ºC. Larutan HCl 0.1 M dibuat dengan melarutkan 500 μL larutan stok dengan 4.5 mL akua bidestilata dan disimpan pada suhu 37ºC. Larutan SnCl 2 dibuat dengan melarutkan stok SnCl2 dengan 5 mL HCl 0.1 M lalu divorteks dan disimpan pada suhu 37ºC. Larutan asam arakhidonat dibuat dengan mencampurkan 50 SnCl 2 stok asam arakhidonat dengan 50 μL KOH 0.1 M kemudian divorteks dan ditambahkan 400 μL akua bidestilata. Reaksi Siklooksigenase. Tabung larutan background (BC), tabung larutan 100% Initial Activity (IA) siklooksigenase-2, dan tabung larutan sampel disiapkan. Tabung BC diisi dengan mencampurkan 970 μL bufer reaksi, 10 μL larutan Heme, 10 μL siklooksigenase-2 yang sudah diinaktifkan (di penangas air 100ºC selama 3 menit). Larutan IA diisi dengan mencampurkan 950 μL dapar reaksi, 10 μL heme, 10 μL siklooksigenase-2, dan 20 μL ekstrak sampel (3 konsentrasi tiap sampel). Lalu ketiga tabung diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC. Setelah itu, ketiga tabung ditambahkan 10 μL asam arakhidonat lalu divorteks dan diinkubasi selama 2 menit pada suhu 37ºC. Sebanyak 50 μL HCl ditambahkan pada ketiga tabung. Selanjutnya, ketiga tabung ditambahkan sebanyak 100 μL SnCl2 lalu divorteks dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 5 menit. Prosedur untuk Reaksi Enzyme Immunoassay (EIA) Pembuatan Larutan Bufer EIA. Larutan bufer EIA disiapkan dengan mencampurkan larutan stok dengan 90 mL akua bidestilata. Larutan bufer pencuci disiapkan dengan mencampurkan larutan stok dengan 2 L akua bidestilata dan 1 mL polisorbat 20. Pembuatan Larutan Standar Prostaglandin. Standar yang akan digunakan sebanyak 8 konsentrasi pada 8 tabung berbeda diberi nomor S1 hingga S8. Stok prostaglandin dilarutkan dengan 1 mL dapar EIA sehingga akan didapat larutan stok prostaglandin dengan konsentrasi 10 ng/mL. Larutan tersebut diambil 200 μL ke dalam S1 lalu dilarutkan dengan 800 μL dapar EIA sehingga konsentrasinya 2000 pg/mL. Sebanyak 500 μL larutan S1 dimasukkan ke S2 lalu ditambahkan 500 μL dapar EIA sehingga konsentrasinya 1000 pg/mL. Perlakuan sama halnya pada tabung S3 hingga S8 sehingga konsentrasi pada S3, S4, S5, S6, S7, dan S8 berturut-turut sebesar 500, 250, 125, 62.5, 31.3, dan 15.6 pg/mL. Reagen Ellman dibuat dengan menncampurkan stok dengan 20 mL air bebas ion kemudian simpan di tempat gelap. Pembuatan Larutan PG Tracer. PG Tracer merupakan prostaglandin yang telah terikat dengan enzim asetilkolinesterase. Stok PG Tracer ditambahkan 6 mL dapar EIA dan disimpan pada suhu 4ºC. Pembuatan Antiserum PG. Stok antiserum PG ditambahkan 6 mL dapar EIA dan disimpan pada suhu 4ºC. 26 Pengenceran Larutan dari Reaksi Siklooksigenase. Larutan BC diencerkan dengan mencampurkan 990 μL dapar EIA dengan 10 μL larutan stok BC. Larutan IA dibuat 3x pengenceran, tabung IA1, IA2, dan IA3. Tabung IA1 diisi dengan 990 μL dapar EIA dan 10 μL larutan stok IA. Tabung IA2 diisi dengan 950 μL dapar EIA dan 50 μL larutan stok IA1. Tabung IA3 diisi dengan 950 μL dapar EIA dan 50 μL larutan stok IA2. Tabung IA3 yang selanjutnya digunakan untuk EIA. Larutan sampel dibuat 3x pengenceran, tabung C1, C2, dan C3. Tabung C1 diisi dengan 990 μL dapar EIA dan 10 μL larutan stok sampel. Tabung C2 diisi dengan 950 μL dapar EIA dan 50 μL larutan stok C1. Tabung C3 diisi dengan 950 μL dapar EIA dan 50 μL larutan stok C2. Tabung C3 yang selanjutnya digunakan untuk EIA. Lampiran 10 Konsentrasi prostaglandin yang dihasilkan (pg/mL) Sumur Abs (412 nm) rata2 BLK 0.082 NSB 0.083 0.001 TA 1.520 1.438 1.355 B0 0.352 0.270 0.187 S1 0.156 0.074 S2 0.184 S3 %B/B0 rata2 [PG] (pgmL-1) rata2 [PG]×FP (pgmL-1) rata2 [PG] koreksi rata2 -0.009 -2.557 2000 0.102 0.019 5.398 1000 0.220 0.138 0.055 15.625 500 S4 0.241 0.159 0.076 21.591 250 S5 0.285 0.203 0.120 34.091 125 S6 0.380 0.298 0.215 61.080 62.5 S7 0.335 0.253 0.170 48.295 31.3 S8 0.371 0.289 0.206 58.523 15.6 BC1 0.473 0.391 0.308 2.614 261.424 745.366 BC2 0.339 0.317 0.234 12.293 1229.309 %IA 0.332 0.250 0.167 50.698 101395 100650 100649.85 NaD 0.443 0.361 0.278 24.133 48267 47522 47521.72 DA 0.403 0.321 0.238 11.976 23951 23206 35013.323 DB 0.387 0.305 0.222 16.566 33132 32386 40487.453 DC 0.366 0.284 0.201 25.969 51938 51193 74480.746 FA 0.380 0.298 0.215 18.336 36671 35926 51632.733 FB 0.333 0.251 0.168 49.348 98696 97951 125277.3 FC 0.380 0.298 0.215 18.808 37617 36872 34427.234 KA 0.340 0.258 0.175 42.306 84611 83866 103953.73 KB 0.379 0.297 0.214 19.409 38818 38073 67335.505 0.393 0.311 0.228 13.939 27878 27133 33083.726 KC Abs blanko rata2 Abs koreksi rata2 Rata2 [PG] (ngmL-1) 27 Lampiran 11 Kurva standar prostaglandin Kurva standar siklooksigenase-2 70,000 60,000 50,000 y = -13,58ln(x) + 100,55 R² = 0,9142 40,000 30,000 20,000 10,000 0,000 -10,000 0 500 1000 -20,000 Contoh perhitungan DA Absorbansi blanko DA Lampiran 8 (Lanjutan) Absorbansi terkoreksi %B/B0 DA 1500 [PG] (pg/nL) : = Absorbansi DA – Absorbansi blanko = 0.383 – 0.082 = 0.301 = Absorbansi blanko DA – Absorbansi NSB = 0.301 – 0.083 = 0.218 Abs terkoreksi = × 100% Abs terkoreksi B0 0.218 = × 100% 0.352 = 61.932 [PG] (pg/mL) Y = %B/B0 X = [PG] (pg/mL) Pers. Garis: y 61.392 X [PG] = -13.5ln(x) + 100.5 = -13.5ln(x) + 100.5 = 17.180 = 17.180 pg/mL FP = BC = 100 x %IA = 2000 x Sampel = 2000 x (%IA) [PG] terkoreksi DA [PG] DA (ng/mL) 2000 = ([PG]) DA × FP) – ([PG]BC × FP) = (17.180 × 2000) – (7.45366 × 100) = 33614.918 1 pg = [PG] terkoreksi DA (pg/mL) × 1000 ng = 33614.918 pg/mL × = 33.615 ng/mL 1 pg 1000 ng 2500 28 Lampiran 12 Daya hambat ekstrak pulai terhadap COX-2 [Prostaglandin] (ngmL-1) 47521.7 35013.3 40487.5 74480.8 51632.7 125277 34427.2 103954 67335.5 33083.7 Sampel Na-diklofenak DA DB DC FA FB FC KA KB KC Contoh perhitungan : Daya hambat (%) 52.78 65.21 59.77 26.00 48.70 -24.47 65.80 -3.28 33.10 67.12 FA %Daya hambat = [PG]terkoreksi %IA−[PG]terkoreksi FA [PG]terkoreksi %IA 100649.8545−51632.7 = 100649.8545 = 48.70% × 100% × 100% Lampiran 13 Analisis varian (ANOVA) pada α=0.05 Variabel tergantung: Konsentrasi Prostaglandin Source Model Error Corrected Total R-Square 0.753945 DF 8 18 26 Squares 13842932661 4517736341 18360669002 Mean Square 1730366583 250985352 Coeff Var 30.59765 F Value 6.89 Root MSE 15842.52 Pr > F 0.0003 [PG] Mean 51776.91 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Sampel 2 1911093414 955546707 3.81 0.0418 Konsentrasi 2 2513642759 1256821380 5.01 0.0187 Sampel*Konsentrasi 4 9418196488 2354549122 9.38 0.0003 F < 0.05 maka hasilnya berbeda nyata, konsentrasi satu dengan yang lainnya memberikan respon yang berbeda. The GLM Procedure (Uji lanjut Duncan) Duncan's Multiple Range Test for Konsentrasi_Prostaglandin Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 18 Error Mean Square 2.5099E8 Number of Means 2 3 Critical Range 15690 16462 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean A A B A B N 62964 9 2 49691 9 3 X1 29 B 42676 9 1 The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for Konsentrasi_Prostaglandin Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 18 Error Mean Square 2.5099E8 Number of Means 2 Critical Range 15690 3 16462 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A Sampel Ekstrak kasar daun pulai Ekstrak flavonoid daun pulai Ekstrak kasar kulit batang pulai B Konsentrasi 0.2 2 4 0.2 2 4 0.2 2 4 Mean N X2 60795 9 0.2 56137 9 2 38399 Ulangan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 9 4 Mean 44447.8138 32386.1801 51193.0869 54070.9643 97950.5119 36871.6182 83865.9073 38073.1297 27132.9511 St Dev 11923.2490 12045.3165 21269.0981 28854.9705 16793.2696 10271.5333 13243.3171 11107.9679 583.1770 30 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Juli 1993 di Jakarta dari ayah Ari Hadi Windarto dan ibu Retno Titisari. Penulis terlahir sebagai anak tunggal. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 67 Jakarta pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Himpunan Profesi Biokimia 2013. Penulis pernah mengikuti kepanitiaan BCL 2014. Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum Mikrobiologi Dasar di Departemen Biologi pada tahun 2013-2014 dan 2014-2015, serta asisten praktikum Biokimia Umum di Departemen Biokimia pada tahun 2013-2014. Penulis melakukan praktik lapang di Laboratorium Mikrobiologi Terapan, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong pada tahun 2014 dengan judul ‘Penapisan Antibakteri dan Antifungi dari Bakteri Asam Laktat’.