BUDIDAYA YANG BAIK TANAMAN KARUMENGA (Acorus calamus ) Oleh Dr.Ir.Sandra E.Pakasi, MSi Dr.Ir.Christina.L.Salaki, MS KERJASAMA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DAN UNIVERSITAS TEXAS A & M DESEMBER 2013 DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government. KATA PENGANTAR Tanaman Karumenga sudah dikenal oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala sebagai tanaman obat. Beberapa penelitian tentang karumenga yang telah dipublikasikan antara lain dari Universitas Calcutta,India menyatakan bahwa akar dari tanaman ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit neurologis. Praktek Budidaya yang Baik (GAP) dari karumenga pada prinsipnya adalah menyiapkan lahan yang bersih, pengairan yang baik, pengolahan yang baik dan penanganan hasil panen mulai dari pemanenan sampai penyimpanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di beberapa tempat di Sulawesi Utara, ternyata sebagian besar tidak mengenal tanaman ini, karena tanaman ini sudah langka. Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis ingin memaparkan tentang tinjauan umum tanaman karumenga dan kegunaannya serta peluang bisnis dari tanaman karumenga. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut serta dalam kegiatan ini yaitu melalui wawancara kepada masyarakat dan praktek penanaman tanaman karumenga. Terima kasih secara khsus disampaikan kepada USAID and Texas A&M Universitas Amerika Serikat atas dukungan dana untuk penyusunan modul ini. Semoga tulisan ini memberikan informasi bagi kita semua untuk dapat membudidayakan tanaman karumenga yang sudah langka. Manado, Tim TPC Project Unsrat DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Tinjauan Umum Tanaman Karumenga (Acorus calamus) 1 B. Klasifikasi dan Sifat Kimia Tanaman Acorus calamus) 2 BAB II.BUDIDAYA TANAMAN Acorus calamus 4 A. Syarat Tumbuh 4 B. Panen dan Penanganan Pasca Panen 5 C. Manfaat Tanaman Acorus calamus 6 BAB III. PELUANG BISNIS BUDIDAYATANAMAN Acorus calamus 9 DAFTAR PUSTAKA 11 BAB I PENDAHULUAN A. Tinjauan Umum Tanaman Karumenga (Acorus calamus) Tanaman Karumenga (Acorus calamus, Jeringau) merupakan tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan obat-obatan. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi, menyukai tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat. Diperkirakan, tumbuhan ini asli berasal dari anak benua India dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan rempah-rempah. Di benua Amerika tanaman Karumenga (Acorus calamus, Jeringau) dipertukarkan dengan kerabatnya yang asli dari sana (Acorus americanus). Tanaman Karumenga (Acorus calamus, Jeringau) adalah tumbuhan herba tahunan, tinggi sekitar 75 cm dengan daun berbentuk pita panjang, rimpangnya berbau tajam dan terasa agaj pahit. Minyak atsiri terdapat pada daun dan rimpangnya, seperti eugenol, asarilaldehida, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon, kalamidiol, isokalamendiol, akorenin, akonin, akroagermakron, akolamonin, isokolamin, sioburin, isosiobunin, dan epi-siobunin. Selain itu juga mengandung resin, amilum dan tannin, banyak dipergunakan untuk meredakan radang. Tanaman Karumenga (Acorus calamus, Jeringau) dari famili Araceae merupakan jeringau yang tumbuh liar di hutan-hutan tropis yang secara empiris telah digunakan oleh masyarakat dalam mengobati berbagai macam penyakit, seperti tifus dan demam berdarah. Selain itu, air rebusan Acorus sp. endemik tersebut sampai saat ini banyak digunakan untuk pasien rawat inap di rumah sakit, yang khasiatnya dapat segera menaikkan kadar trombosit penderita DBD. Walaupun merupakan tumbuhan endemik Sulawesi Utara (SULUT), tetapi tumbuhan ini tidak mudah ditemukan selain di habitat aslinya, yaitu hutan lindung dan pinggiran danau. B. Klasifikasi dan Sifat Kimia Tanaman Acorus calamus Klasifikasi : Tanaman Jeringau (Acorus calamus) Devisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Arales Suku : Araceae Warga : Acorus Jenis : Acorus calamus L. Nama umum/dagang : Dlinggo Nama daerah : Sumatera : Jeurunger (Aceh), Jerango (Gayo, Jerango (Batak), Jarianggu (Minangkabau) Jawa : Daringo (Sunda), Dlinggo (Jawa Tengah), Jharango (Madura) Bali : Jangu Nusa Tenggara : Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak) Sulawesi : Kareango (Makasar), Karumenga (Minahasa), Areango (Bugis) Maluku : Ai watu (Ambon) Bila (Buru) Deskripsi : Habitus : Herba, tahunan, tinggi ± 75 cm Batang : Basah, pendek, membentuk rimpang. Daun : Tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal , membentuk batang, panjang ± 60 cm, lebar ± 5 cm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga : Majemuk, bentuk bongkol, ujung meruncing, panjang 20-25 cm, diketiak daun, tangkai sari panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5 mm, putik 1-1,5 mm, kepala putik meruncing, panjang ± 0,5 mm, mahkota bulat panjang, panjang 1-1,5 mm, putih. Akar : Serabut, coklat. Kandungan Kimia Kandungan kimia dalam minyak atsirinya adalah asoron, glikosida (akorina), akoretina, kholin, kalameona, iso kalamendioal, epi isokalamendiol, siobunona, trimetil, saponin, vitamin C. Khasiatnya sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik. Manfaatnya untuk percernaan, radang membangkitkan lambung, nafsu makan, kurap (Obat luar). mulas, nifas, penenang, Rimpang dan daunnya mengandung saponin dan flavonoida, di samping rimpangnya mengandung minyak atsiri. BAB II BUDIDAYA TANAMAN Acorus calamus A. Syarat Tumbuh Tanaman Acorus calamus merupakan tumbuhan air, banyak dijumpai tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air sepanjang tahun, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Oleh masyarakat, tanaman Acorus calamus dibudidayakan dengan cara menanamnya di comberan di halaman samping atau rumah. Sepintas tanaman ini mirip dengan pandan, tetapi daunnya lebih kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua dan permukaannya licin. Batang tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan akar serabut yang besar-besar. Hasil penelitian dari Gigir dan Pakasi (2013) dengan menggunakan media tanam yang berbeda dari aspek fisik lahan diperoleh hasil sebagai berikut: tanaman yang tergenang air tumbuh dengan baik, tanaman yang tidak tergenang (hanya perlakuan penyiraman) tumbuh tetapi kerdil dan tanaman di lahan kering tanaman mati. Penampang rimpang sekitar 1- 1,5 cm, sementara akarnya sekitar 3-4 mm. Rimpang beruas-ruas dengan tunas pada tiap tunas. Panjang rimpang tergantung umur tanaman serta tingkat kegemburan lumpur. Pada pertumbuhan optimal, rimpang jeringau bisa bercabang dan melingkar-lingkar sepanjang 60 sd. 60 cm. Jeringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni tanaman yang makin lama akan semakin melebar. Perkembangbiakannya bisa dilakukan secara generatif, tetapi hal ini hanya akan terjadi di kawasan yang mendekati subtropis. Di kawasan tropis, jeringau berkembangbiak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru. Seluruh bagian tanaman, mulai dari daun, rimpang sampai ke akarnya berbau sangat keras dan khas Acarus calamus. Selama ini masyarakat menanam karumenga di comberan rumah mereka untuk bahan obat tradisional, misalnya dengan ditumbuk bersama rimpang bengle untuk tapal bayi (dioleskan di perut), untuk pilis (dioleskan di dahi) pada ibu-ibu sehabis melahirkan dan lain-lain. Tanaman ini juga merupakan salah satu prasyarat untuk memulai menanam padi di sawah. Biasanya, ketika mulai menanam padi, lebih-lebih apabila sawah itu merupakan bukaan baru, maka petani akan menaruh sesaji di salah satu pojokan tempat asal air. Disitulah juga ditanam Acorus calamus ditanam sebagai penolak bala bersama dengan pandan dan hanjuang merah. Tetapi masyarakat tidak pernah tahu bahwa tanaman Acorus calamus adalah tanaman penghasil calamus oil yang nilai komersialnya cukup tinggi. B. Panen dan Penanganan Pasca Panen Umur panen ideal tanaman Acorus calamus minimal 1 tahun. Akan lebih ideal kalau tanaman dipanen setelah umur 2 tahun. Dengan hasil sekitar 20 ton rimpang berikut akar pada umur panen 1 tahun, dan 40 ton pada umur panen 2 tahun. Hingga kalau kita menanam 20 m2 maka setelah satu tahun hasilnya sekitar 40 kg rimpang barikut akar basah. Rimpang ini harus dikering anginkan (setengah kering) hingga bobotnya akan susut tinggal sekitar 20 kg. Meskipun tanaman ini baru bisa dipanen minimal pada umur 1 tahun, tetapi tiap 3 bulan kita bisa memanen anakannya untuk keperluan benih. Tiap individu tanaman, dalam jangka waktu 3 bulan akan tumbuh menjadi sekitar 10 individu.Hingga dari 20 m2 areal percobaan kita, dengan populasi 200 individu tanaman, setelah 1 tahun akan diperoleh 8.000 individu tanaman. Pada waktu memanen, pucuk tanaman (bagian yang berdaun) dengan sekitar 2-3 cm. Rimpang tidak ikut dikeringkan, bagian ini dibuang daunnya sekitar 2/3 lalu dijadikan benih untuk periode penanaman berikutnya. Hingga pada tahun II setelah kita mulai dengan 20 m2 lahan, kita bisa punya 320.000 benih dengan luas lahan sekitar 3 hektar. Pada saat inilah kita bisa investasi ketel untuk menyulingnya. Sebab pada tahun ke IV sudah akan terkumpul benih sebanyak 12.000.000 benih yang bisa dibudidayakan pada lahan seluas 120 hektar. Pada tahun V, hasil rimpang basah sudah mencapai 2.400 ton atau rimpang setengah kering sekitar 1.200 ton. Minyak yang dihasilkan antara 42-48 ton. Dengan nilai hanya Rp500.000,- per kg, nilai calamus oil tersebut pada tahun V akan mencapai Rp 21.000.000.000,- sampai Rp 24.000.000.000,- C. Manfaat Tanaman Acorus calamus 1. Bahan Obat-obatan Minyak calamus biasanya digunakan sebagai obat berbagai penyakit. Penyakit yang diobati dengan tanaman calamus ini adalah maag, diare, disentri, asma dan cacingan dan obat demam berdarah (DBD). Pengujian awal infus rimpang tanaman calamus ini menunjukkan potensi penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella typhosa, yang dapat menyebabkan penyakit tifus. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang potensi Acorus calamus menunjukkan bahwa daunnya mengandung beberapa senyawa aktif antara lain Sakuranin yang memiliki aktivitas antihiperlipidemia. Sakuranin terdapat hampir di semua bagian tumbuhan Acorus calamus dan ekstrak tumbuhan yang mengandung sakuranin telah digunakan sebagai herbal medicine antidiabetes. Juga dilaporkan, kandungan flavonoid retusin ditunjukkan dalam kandungan daun Acorus calamus tersebut dan menunjukkan efek psikoaktif, dan jika diformulasikan atau ditambahkan ke dalam teh dapat berkhasiat antiinflamasi, analgesik, laksatif dan furgatif. Tetapi penggunaan rimpang ini dianjurkan untuk tidak dalam waktu lama atau terus menerus, karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping tanaman obat dapat digambarkan dalam Acorus calamus yang biasa digunakan untuk mengobati stress seperti kandungan senyawa bioaktif asaron yang struktur kimianya mirip golongan amfetamin dan ekstasi, dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan efek sedatif (penenang) terhadap syaraf pusat. Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yakni meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif). Disamping itu asaron dari Acorus calamus juga merupakan senyawa alami yang potensial sebagai pemicu timbulnya kanker, apalagi jika tanaman ini digunakan dalam waktu lama. 2. Agroindustri Penggunaan calamus oil mulai dari parfum, industri farmasi sampai ke pemberi aroma pada berbagai merk minumam serta rokok. Beberapa perusahaan farmasi dan aromatika di Indonesia, sampai saat ini masih mengimport calamus oil. Perusahaan aromatik ini merupakan suplier esense untuk industri minuman dan terutama rokok keretek. Dalam industi parfum, calamus oil hanya akan dipakai untuk jenis produk-produk parfum maupun kosmetika kelas atas. Hingga sebenarnya, pasar calamus oil dalam negeri pun cukup baik untuk dijadikan peluang agroindustri Acorus calamus. Lebih-lebih kalau kita bisa berproduksi lebih hingga mampu mengekspornya. 3. Pestisida Nabati Karena kandungan dalam Acorus calamus, tumbuhan ini sangat bermanfaat sebagai pestisida nabati/ organik. Bagian yang dipakai adalah rimpangnya sebab mengandung komponen utama asaron kegunaannya untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. BAB III PELUANG BISNIS BUDIDAYA TANAMAN Acorus calamus Bagaimana caranya memulai agroindustri tanaman Acorus calamus di Indonesia? Biasanya calon investor penyulingan akan bertanya “Mana Pasarnya?” kalau mereka berniat untuk menanam tanaman Acorus calamus, pertanyaannya adalah, berapa harga per kg, rimpang kering? Seakan-akan pihak yang memberi informasi “harus” penjadi pelayan yang bisa memenuhi seluruh keperluan calon investor tersebut. Padahal yang namanya pasar itu kalau belum ada harus diciptakan, atau kalau sudah ada harus direbut. Dalam hal ini kita harus terlebih dahulu menanamnya. Caranya mudah, kita cari benih tanaman Acorus calamus berupa rimpang dengan pucuknya lalu lahan disiapkan. Budidaya tanaman ini mirip dengan budidaya padi di sawah. Untuk tahap awal, dengan 4x5 m (20 m2) lahan sudah cukup. Jarak tanamnya 30 x 30 cm, hingga lahan 20 m2 itu akan bisa ditanaman dengan 200 benih. Selama ini masyarakat menjual rimpang tanaman calamus basah tapi sudah dicuci dan di buang akarnay, dengan harga sekitar Rp350,- per Kg, kepada pengumpul. Pengumpul ini akan menjualnya lagi ke pengusaha jamu. Hingga kalau kita membeli benih calamus ini dengan harga Rp500,- sudah sangat memadai. Nilai benih yang rasional untuk agroindustri tanaman calamus ini adalah Rp50- Rp 100,- per pucuk, sebab kebutuhan benih per hektar akan mencapai 100.000 pucuk dengan nilai Rp5.000.000.,- Rp 10.000.000,-. Contoh rimpang akar yang akan disuling minimal 50 kg. Seorang pengusaha yang pernah melakukan hal ini, memperoleh hasil rendemen 3,5 – 4 %. Berarti dari 100 kg, raw material, akan didapat 3,5 – 4 kg minyak. Dari 1 hektar lahan, dalam setahun bisa dipanen 20.000 kg rimpang basah berikut akar yang setelah dikeringkan hanya tinggal sekitar 10.000 kg. Dari hasil ini, akan diperoleh minyak dengan bobot antara 350 kg – 400 kg. Kalau nilai terendah tiap kg calamus oil tersebut Rp 500.000,- maka hasil kotor yang kita peroleh Rp 175.000.000,Rp200.000.000,Kalau kita sudah memiliki sampel minyak dengan hasil analisisnya, maka langkah berikutnya adalah menghubungi pengguna calamus oil di dalam negeri. Misalnya Indo Farma serta beberapa perusahaan aromatik di Jakarta maupun Semarang dan Surabaya. Dari sini kita bisa mengetahui berapa volume kebutuhan calamus oil mereka berikut frekuensi pengiriman, harga yang biasa mereka berikan pada eksportir di luar negeri, spesifikasi produk, cara mengemas, dan cara pembayarannya. Kalau ini semua sudah jelas, dibuatlah MoU. Supaya agroindustri kita lebih aman, sebaiknya kita menghubungi dan menjalin kerjasama minimal dengan tiga pengguna calamus oil. Akan lebih baik lagi kalau kita juga menawarkan produk kita ke pembeli di Singapore atau negara-negara lain. Pembeli minyak atsiri dunia ini bisa kita lacak dengan mudah melalui internet. Dan biasanya kita juga harus mengirimkan contoh dengan spesifikasi produk kepada mereka, dan mereka akan memberikan harga serta volume kebutuhan berikut persyaratan lainnya. Kalau ini semua sudah beres barulah kita menyusun program penanaman dengan para petani. DAFTAR PUSTAKA Acorus calamus.Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Tobati.blogspot.com Gigir S. dan Pakasi S.E. 2013. Perlakuan Penanaman Karumenga dari Aspek Fisik Lahan. (Laporan Penelitian) Karakteristik Minyak Astiri Karumenga (Acorus calamus).www.research.net Mempelajari Efektifitas Rumput Karumenga (Acorus calamus).Repository.ipb.ac.id