TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : TUTUR INANG KARYAWATI NIM : B10 055 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2013 Diajukan Oleh : TUTUR INANG KARYAWATI NIM. B10.055 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 15 Juli 2013 Pembimbing (ANIS NURHIDAYATI, SST.,M.Kes) NIK. 200685025 ii HALAMAN PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2013 Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : TUTUR INANG KARYAWATI NIM. B10.055 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal 23 Juli 2013 Penguji I Penguji II (ENI RUMIYATI, SST) (ANIS NURHIDAYATI, SST.,M.Kes) NIK.200682019 NIK. 200685025 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelah Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi DIII Kebidanan (DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Proposal Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Anis Nurhidayati, SST.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal. 5. Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta yang telah bersedia memberikan informasi untuk penelitian ini. iv 6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juli 2013 Penulis v Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Tutur Inang Karyawati 10.055 TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2013 xii + 59 halaman + 19 lampiran + 6 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Jumlah kasus baru Penyakit Menular Seksual (PMS) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 adalah sebanyak 10.725 kasus. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (Handoyo, 2010). Perilaku seks bebas pra nikah akan meningkatkan kasus Penyakit Menular Seksual. Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih panjang. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 2 Surakarta pada 6 siswa didapatkan hasil 2 siswa tahu dan 4 siswa kurang tahu. Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual pada tingkat baik, cukup, kurang. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta pada tanggal 22 April 2013, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 322 siswa, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simlpe random sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 81 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup, teknik analisis data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS. Hasil Penelitian : Pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada kategori baik sebanyak 19 siswa (23,5%), kategori cukup sebanyak 47siswa (58%) dan kategori kurang sebanyak 15 siswa (18,5%). Kesimpulan : Jadi sebagian besar siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta mempunyai pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 47 siswa (58%) tentang penyakit menular seksual. Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual. Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2003 s/d 2012) vi MOTTO © Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain (HR. Bukhari). © Kunci pembuka kenikmatan adalah SABAR sedangkan kunci penutupnya adalah MALAS (Ali Bin Abi Thalib). © Ujian bagi orang sukses bukan kemampuan untuk mencegah munculnya masalah, melainkan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul (David J. Schwarth) © Bersabar, berusaha, kerja keras dan berdoa menuntun kita untuk meraih impian yang kita inginkan (Penulis) © Dimulai dari diri kita yang mampu menentukan masa depan kita (Penulis) PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada : · Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang luar biasa. · Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberi dukungan moral dan material, serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesanku, terimakasih atas cinta kasih kalian. · Alm. Kakung, Mbah Uti, Dek Anggi, Omman, Tante Tia dan keluarga besarku yang tercinta, yang selalu memberikan support, do’a dan nasehat-nasehatnya kepadaku. · Ibu Anis Nurhidayati SST, M. Kes yang telah sabar membimbing dan memberi support sampai terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. · Sahabatku “Gembel Glamour” terkasih ”Kak Yuni, Kak Susi, Siti, Putri, Natalia dan Riyanti yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya bahwa aku bisa melalui segala sesuatu dengan baik dan penuh keyakinan. · Sahabat seperjuanganku Risky Listyo Novita terimakasih buat semangat, bantuan dan dukungannya, maaf selalu merepotkanmu. · Almamater tercinta. vii CURICULUM VITAE Nama : Tutur Inang Karyawati Tempat/Tanggal Lahir : Sragen, 21 Januari 1993 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Girimulyo RT 18/ RW 06, Katelan, Tangen, Sragen. Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Dukuh II LULUS TAHUN 2004 2. SMP Negeri I Tangen LULUS TAHUN 2007 3. SMA Negeri I Tangen LULUS TAHUN 2010 4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2010/2011 viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv ABSTRAK .................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURICULUM VITAE .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5 F. Sistematika Penelitian ........................................................... 6 ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ....................................................................... 8 1. Pengetahuan .................................................................... 8 2. Remaja ............................................................................ 16 3. Penyakit Menular Seksual (PMS) .................................. 22 B. Kerangka Teori ...................................................................... 35 C. Kerangka Konsep .................................................................. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 37 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 37 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 38 D. Instrumen Penelitian .............................................................. 40 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 43 F. Variabel Penelitian ................................................................ 44 G. Definisi Operasional .............................................................. 45 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................... 45 I. Etika Penelitian ...................................................................... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 51 B. Hasil Penelitian ...................................................................... 51 C. Pembahasan ........................................................................... 53 D. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 56 x BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ 59 B. Saran ...................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR GAMBAR Gambar. 2.1. Kerangka Teori ........................................................................ 35 Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 36 xii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 41 Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................... 45 Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi .......................................................... 52 Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta ............................... xiii 53 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5. Surat Permohonan Responden Lampiran 6. Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 7. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 8. Surat Permohonan Penelitian Lampiran 9. Surat Balasan Penelitian Lampiran 10. Kuisioner Uji Coba Lampiran 11. Kuisioner Penelitian Lampiran 12. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran 13. Tabel Nilai r Product Moment Lampiran 14. Hasil Uji Validitas Lampiran 15. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 16. Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 17. Lembar Hasil Pengolahan Data Lampiran 18. Lembar Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Lampiran 19. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak masih kanak-kanak dan dilain pihak harus bertingkah laku seperti dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan kenakalan (Notoatmodjo, 2007). Kenakalan remaja pada umumnya terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan akan prestasi, kebutuhan seksual, kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga kebutuhan akan identitas diri serta kebutuhan popularitas. Dalam usahanya mencari identitas diri seorang remaja mulai membantah orang tua karena mempunyai pendapat sendiri yang berbeda dengan orang tua. Sebenarnya remaja belum cukup mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu remaja sering terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan atau yang disebut dengan kenakalan remaja, salah satu bentuk kenakalan remaja adalah perilaku seks bebas (Notoatmodjo, 2007). Data Depkes RI (2006), menunjukan jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar 1 juta remaja laki-laki (5%) dan 200 ribu remaja putri (1%) secara terbuka menyatakan bahwa remaja pernah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Taufik (2005), mengenai perilaku seksual remaja SMA di Surakarta 1 2 dengan sampel berjumlah 1.250 orang berasal dari 10 SMA di Surakarta yang terdiri 611 laki-laki dan 639 perempuan menyatakan bahwa sebagian remaja pernah melakukan ciuman bibir 10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi 4,23% dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09% (Darmasih, 2009). Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih panjang. Dampak perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi antara lain terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki (Unwanted Pregnancy), Penyakit Menular Seksual (PMS) dan psikologis. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS (Notoatmodjo, 2007). Menurut Handoyo (2010), perilaku seks bebas pra nikah akan meningkatkan kasus Penyakit Menular Seksual. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini meliputi gonorhoe, herpes simpleks, trikomoniasis, vaginosis bakterial, sifilis, klamidia dan HIV/AIDS. Penyakit ini menyerang sekitar alat kelamin tetapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ tubuh lainya. Jumlah kasus baru Penyakit Menular Seksual (PMS) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 adalah sebanyak 10.725 kasus. Jumlah tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat, meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya dipopulasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target 3 bahwa seluruh kasus PMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar (Dinkes Jateng, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 30 November 2012 didapatkan data kelas XI ada 10 kelas, dan jumlah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta adalah 322 siswa. Hasil wawancara pada 6 siswa di SMA Negeri 2 Surakarta, didapatkan 2 siswa tahu dan 4 siswa kurang tahu tentang Penyakit Menular Seksual, di SMA Negeri 2 Surakarta belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang Penyakit Menular Seksual. Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik. 4 b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik dalam kriteria cukup. c. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik dalam kriteria kurang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan masukan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual. 2. Bagi penulis Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian mengenai pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual. 3. Bagi Institusi terkait a. Bagi SMA Negeri 2 Surakarta Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual dan bekerjasama dengan institusi kesehatan terkait dalam melaksanakan penyuluhan. b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pustaka dan sumber bacaan serta sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. 5 E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa pernah dilakukan oleh : 1. Puji Lestari (2009), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Penyakit Menular Seksual di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan tahun 2009”. Jenis penelitian ini adalah survai deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial di Desa Sidomukti, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan dengan jumlah sampel 93 responden. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 93 responden pekerja seks komersial yang mempunyai pengetahuan baik 39 orang (39,78 %), pengetahuan cukup 45 orang (48,38%) dan yang mempunyai pengetahuan kurang 11 orang (11,82%). Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh faktor umum pengetahuan dan informasi. 2. Ari Lestari (2009), melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswi DIII Kebidanan Semarang.“ Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi DIII Kebidanan Semarang dengan jumlah sampel 109 responden. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 109 responden Mahasiswa DIII Kebidanan Semarang yang mempunyai pengetahuan baik 19 orang (17,40%), pengetahuan cukup 26 orang (23,80%) dan yang mempunyai pengetahuan kurang 64 orang (58,70%). 6 Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu adalah pada responden, tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil. Sedangkan persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan keaslian penelitian adalah pada variabel dan instrumen penelitian menggunakan kuesioner. F. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 5 BAB, antara lain : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pengetahuan yang meliputi pengertian, tingkatan pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor yang mempengaruhi pengetahuan, cara pengukuran pengetahuan, sumber pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan, teori tentang remaja yang meliputi pengertian, tahap-tahap perkembangan remaja, perubahan fisik pada remaja, dampak pacaran yang berlebihan, teori tentang penyakit menular seksual yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS, jenis-jenis dan pencegahan PMS, kerangka teori dan kerangka konsep. 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan tekhnik pengambilan sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengeolahan dan analisis data, serta etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). b. Tingkatan Pengetahuan Notoatmodjo (2007), menyatakan ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu sebagai berikut : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara 8 9 lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya 2) Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 10 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. c. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional (non ilmiah) tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah) melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: a) Cara coba – salah (Trial and Error) Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang 11 menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. b) Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. c) Cara kekuasaan atau otoritas Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. 12 d) Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. e) Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. 13 g) Kebenaran secara intutitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis. h) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara berfikir manusia juga ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataanpernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. i) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu 14 konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. j) Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. 2) Cara ilmiah atau modern Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatanpencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok : a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. 15 c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada 6 faktor yang mempengeruhi pengetahuan, antara lain : 1) Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat dengan demikian pengetahuan juga meningkat. Pembagian pendidikan menurut Depdiknas yaitu pendidikan dasar (SD, SMP), menengah (SMK, MA, MAK), tinggi (Akademi, PT). 2) Informasi Seorang yang mempunyai sumber informasiyang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 3) Budaya Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. 16 4) Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesesuatu yang bersifat informal. 5) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan. 6) Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. e. Cara pengukuran pengetahuan Cara pengkukuran pengetahuan dibagi dalam 3 kriteria yaitu: 1) Dalam kriteria baik, bila nilai (x) < mean + 1SD 2) Dalam kriteria cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤x≤ mean +1 SD 3) Dalam kriteria kurang, bila nilai (x) < mean ─ 1 SD (Riwidikdo, 2009) 2. Remaja a. Pengertian Menurut Widyastuti (2009), masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa 17 ini antara usia 10-19 tahun, merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2010). b. Tahap-tahap perkembangan remaja Sarwono (2003), mengatakan bahwa dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja : 1) Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis remaja sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. 2) Remaja madya (middle adolescent) Dimulai pada usia sekitar 13-15 tahun, pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, senang jika banyak teman 18 yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan. 3) Remaja akhir (late adolescent) Dalam tahap remaja akhir biasanya dimulai pada usia 16-19 tahun, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum. 19 c. Perubahan fisik pada remaja 1) Tanda seks primer Tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki gonade/testes. Organ itu terletak di dalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2 tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah, artinya bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma. Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah , lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause biasa terjadi pada usia sekitar 50an (Widyastuti, 2009). 20 2) Tanda-tanda seks sekunder Menurut Widyastuti (2009) tanda- tanda seks sekunder adalah: a) Pada laki-laki : (1) Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai membesar. (2) Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. (3) Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif, seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat. (4) Otot – otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. (5) Terjadi perubahan suara yang mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat. (6) Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun. b) Pada wanita : (1) Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. (2) Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat. (3) Payudara membesar dan puting susu menonjol. 21 (4) Kulit menjadi kasar, lebih tebal dan pori-pori membesar. (5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat, kelenjar keringat baunya menusuk sebelum dan sesudah masa haid. Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti dkk, 2009). d. Dampak dari pacaran yang berlebihan Menurut Pustalung (2009), gaya pacaran para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, memiliki banyak sekali dampak negatif antara lain: 1) Meningkatnya tingkat aborsi Seorang remaja putri pacaran dan hamil tetapi pasanganya tidak mau bertanggung jawab maka jalan yang ditempuh adalah aborsi (menggugurkan kandungan). 2) Meningkatnya tingkat kematian wanita. Hasil dari gaya pacaran yang tidak sehat salah satunya adalah kematian. Karena aborsi yang dilakukan oleh para remaja biasanya bersifat sembarang. 3) Adanya seks bebas Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak sehat adalah seks bebas (freesex). Mereka pertama melakukan hal yang terlarang dan kemudian mereka cenderung ketagihan. 4) Menyebarkan penyakit. 22 Mewabahnya berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS, sifilis dan penyakit kelamin lainnya. 5) Meningkatnya penggunaan narkoba Remaja yang sudah mempunyai pasangan dan pasanganya pemakai narkoba maka kemungkinan besar juga akan ikut menggunakan. 6) Meningkatnya kriminalitas. 3. Penyakit Menular Seksual (PMS) a. Pengertian Penyakit Menular Seksual Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularanya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genio-genital saja, tetapi dapat juga secara orogenital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital (Daili, 2009). Penyakit menular seksual tidak hanya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat seperti : handuk, thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin juga dapat menular pada bayi dalam kandungan (Daili, 2009). b. Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar dari pada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan dan 23 seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak mudah dikenali, sedangkan penyakit melanjut kearah yang lebih parah. Oleh karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian besar gejala yang timbul hampir tidak bisa di rasakan (Daili, 2009). Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), gejala umum PMS pada laki-laki adalah : 1) Bintik-bintik berisi cairan, borok, atau lecet pada daerah sekitar kelamin. 2) Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada daerah sekitar kelamin 3) Adanya kutil yang tumbuh seperti jengger ayam. 4) Rasa gatal yang sangat hebat di sekitar kelamin. 5) Sakit luar biasa saat kencing. 6) Kencing nanah atau darah dengan bau busuk. 7) Bengkak, panas, nyeri pada pangkal paha yang akhirnya menjadi borok. 8) Kehilangan berat badan secara drastis, diare berkepanjangan, dan berkeringat saat malam. 24 Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), gejala umum PMS pada perempuan meliputi : 1) Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau saat berhubungan seksual. 2) Rasa nyeri pada perut bagian bawah. 3) Keluarnya lendir pada vagina 4) Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan di sertai rasa gatal pada kelamin. 5) Keputihan berbusa dan berbau busuk. 6) Bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual. c. Faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS Menurut Abeenabilla (2009), ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS antara lain: 1) Seks tanpa pelindung, meski kondom tidak seratus persen dapat mencegah PMS, namun kondom tetap merupakan cara terbaik untuk terhindar dari infeksi. 2) Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual semakin besar kemungkinan terkena suatu PMS. 3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Selain itu, kaum muda 25 juga lebih jarang menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, terlibat perilaku seksual dan suka berganti-ganti pasangan. 4) Pengggunaan alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom. 5) Penyalahgunaan obat, prinsip nya hampir sama dengan penggunaan alkohol, orang yang berhubungan seksual dibawah pengaruh obat lebih besar beresiko/tanpa kemungkinannya pelindung. melakukan Pemakaian perilaku obat seksual terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual selain itu, penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV yang juga bisa ditransmisikan lewat seks. 6) Seks untuk uang, orang yang menjual seks sering bergantiganti pasangan sehingga rentan untuk mengalami PMS. 7) Sudah terkena suatu PMS, penderita yang sudah pernah mengalami PMS lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainya. 8) Memakai pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. 26 d. Jenis – jenis Penyakit Menular Seksual. 1) Gonore Gonore adalah Penyakit Menular Seksual yang paling sering ditemukan, nama awamnya adalah “Kencing Nanah”, ditularkan melalui hubungan kelamin, juga bisa ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Masa inkubasi 3-5 hari, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Pada pria gejala awal timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi, tanda dan gejalanya yaitu mengeluh sakit pada waktu kencing, dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau, setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita penyakit ini tidak menunjukan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan gonore, kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing (Scorviani dan Nugroho, 2011). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal seperti : penisilin, ampisilin, amoksisilin, 27 sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol,dan kuinolon (Daili, 2007). 2) Herpes Simpleks Penyakit herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau II yang ditandai oleh adanya fesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa dan cenderung bersifat rekuren penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual, masa inkubasi 3-5 hari kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas, sering disertai pembengkakan kelenjar yang nyeri, penyakit sembuh dalam 2-3minggu. Penyakit ini sering kambuh, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala yang pertama (Scorviani dan Nugroho, 2011). Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Biasanya dengan mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah, asiklovir atau obat anti virus lainya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung pada luka. 3) Trikomoniasis Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis. Penularanya biasanya melalui hubungan seksual, tetapi 28 dapat juga melalui pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi. Masa tunas rata-rata 4 hari- 3minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Tanda dan gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas pada vagina, sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomoniasis sebanyak 12%), disuria, perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (Seviks Strawberry), dispaurenia, perdarahan setelah berhubungan seksual dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria yaitu disuria nyeri uretra, nyeri testis, sering berkemih dan nyeri abdomen bagian bawah (Scorviani dan Nugroho, 2011). Pengobatanya diberikan secara topikal dapat berupa bahan cairan berupa irigasi misalnya hidrogen peroksida dan asam laktat, bahan berupa supositoria dan jel atau krim yang berisi zat trikomoniasidal. Secara sistemik (oral) obat yang sering digunakan tergolong devirat nitromidazol (Daili, 2009). 4) Vaginosis Bakterial Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), Penyakit ini disebabkan oleh Gardnerella Vaginalis gejala klinisnya wanita dengan Vaginosis Bacterial akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang 29 dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis atau C. Albicans. Pengobatanya karena penyakit ini merupakan vaginitis yang cukup banyak ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi, jenis obat yang digunakan hendaknya tidak membahayakan dan sedikit efek sampingnya. Pada saat sekarang pengobatan bervariasi dari yoghurt sampai anti mikrobial sistemik. Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis ,ternyata efektif terhadap Vaginosis Bacterial, meskipun jangka waktu optimum dan dosis yang tepat masih dicari (Daili, 2009). 5) Sifilis Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), sifilis atau yang biasa disebut “raja singa” adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidium sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh ,dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Penularanya biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung 30 dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Tanda dan gejala yang terjadi dibagi dalam empat stadium berbeda: a) Stadium I Ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut, luka ini disebut chancre. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini, setelah beberapa minggu chancre hilang dan stadium ini sangat menular. b) Stadium II Jika sifilis stadium I tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam di telapak kaki dan tangan dan adanya luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu. c) Stadium III Kalau sifilis stadium II tidak juga diobati para penderitanya akan mengalami sifilis laten, semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut masih bersarang dalam tubuh dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak diseluruh tubuh, sifilis laten berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. d) Stadium IV Pada stadium ini dikenal sebagai sifilis tersier, bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung dan tulang. 31 Cara pengobatanya dapat diobati dengan penisilin, selain itu juga bisa menggunakan tetrasiklin, eritromisin, atau dokssisiklin, namun kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki (Daili, 2009). 6) Klamidia Trachomatis Klamidia tergolong dalam Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis, ditularkan melalui hubungan seksual vaginal, anal maupun oral dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan, masa tunas penyakit ini ialah 1-4 minggu (Daili, 2009). Pada pria infeksi terdapat pada saluran kencing gejalanya keluar putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (disuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah penyimpanan dan kantung sperma. Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada panggul. Cara pengobatan yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin. Disamping itu juga dengan gabungan sulfa-trimetropim, spiramisin, dan kuinolon. Kadang-kadang tanpa pengobatan penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri (Scorviani dan Nugroho, 2011). 7) Ulkus Mole Ulkus mole adalah Penyakit Menular Seksual yang akut, biasanya terlokalisasi di genetalia atau anus, disebabkan oleh Streptobacillus Ducrey (Haemophilus ducrey). Masa inkubasi 32 bakteri 3-10 hari, setelah melewati masa inkubasi pasien mengeluh muncul papul eritematous yang nyeri pada daerah kontak seks, kemudian menjadi pustul kemudian rupture dan mudah berdarah. Kebanyakan gejala pada wanita asimtomatik walaupun kadang muncul gejala yang kurang jelas seperti disuria, dispaurenia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal. Pada pria daerah yang paling sering terkena ulkus adalah prepusium, sulkus kronalis, frenulum, dan jarang pada anus. Cara pengobatannya dengan cara sistemik dengan obat Sulfonamida, Streptomisin, Penisilin, tetrasiklin dan oksitertrasiklin (Scorviani dan Nugroho, 2011). 8) HIV/AIDS Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), penyakit HIV dan AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), merupakan kumpulan gejala penyakit akibat dari menurunya sistem kekebalan tubuh oleh virus. Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sangat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. Cara penularanya terutama melalui darah, cairan tubuh dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan darah, sperma dan vagina sedangkan dalam jumlah kecil 33 ditemukan dalam air liur dan air mata. Gejala pada penderita AIDS dapat ringan sampai berat. a) Tingkat klinis 1 : Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal. b) Tingkat klinis 2 : Penurunan berat badan kurang dari 10%, kelainan mulut dan kulit yang ringan misalnya dermatitis seborok, prurigo, onikomiosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis. c) Tingkat klinis 3 : Penurunan berat badan kurang dari 10%. Diare kronik lebih dari 1 bulan tanpa diketahui sebabnya. Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1bulan, hilang timbul maupun terus menerus, kandidosis mulut, bercak putih berambut dimulut (hairy leukoplakia). Tuberkulosis paru setahun terakhir. Infeksi bakteri berat misalnya pneumoni. Menurut Daili (2009), beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa obat-obat antivirus yaitu indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan sebagai kombinasi dapat meningkatkan CD4 dan menghilangkan HIV pada 24/26 sampai ditingkat unmeasureable geneses of HIV. Namun setelah pengobatan beberapa waktu, mungkin HIV akan bermutasi menjadi 34 resisten dan toksisitas obat akan muncul sehingga perlu obat baru. Obat-obat yang sedang diteliti adalah antisense therapy ,gene therapy, dengan penghambat HIV yang ditujukan ke CD4 dan sel induk (Stem Cell). e. Pencegahan Penyakit Menular Seksual Menurut Widyastuti dkk (2009), pencegahan Penyakit Menular Seksual adalah : 1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 2) Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah. 3) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin. 4) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS. 5) Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko. 35 B. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan 1. Tahu (Know) 2. Memahami (comprehensive) 3. Aplikasi (Application) 4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Syntesis) 6. Evaluasi (Evaluasi) Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan 1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial ekonomi 6. Umur Remaja Teori remaja 1. Pengertian 2. Tahap-tahap perkembangan remaja 3. Perubahan fisik pada remaja 4. Dampak pacaran yang berlebihan PMS Teori PMS 1. Pengertian 2. Tanda dan gejala PMS 3. Faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS 4. Jenis-jenis PMS 5. Pencegahan PMS Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Daili (2007) 36 C. Kerangka Konsep Baik Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Kelas XI di SMA N 2 SURAKARTA Cukup Kurng Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi 6. Umur Gambar 2.2. Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2007). Penelitian yang dilakukan menggambarkan tingkat pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular Seksual. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan dilakukan. Lokasi ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta. 37 38 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April 2013. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta yang berjumlah 322 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Jika populasi kurang dari 100, maka diambil seluruhnya sebagai sampel, tetapi jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 81 responden (25% dari jumlah populasi). 39 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (simple random sampling). Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar secara acak (Sugiyono, 2010). Cara pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara menulis nama-nama siswa setiap kelas pada secarik kertas kemudian digulung dan dimasukkan kedalam kotak, masing-masing kelas diundi 8-9 gulungan, sehingga jumlah gulungan 81 buah. Namanama gulungan kertas yang keluar dari undian tersebut digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil sebanyak 81 Siswa. 40 D. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui pengetahuan remaja, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah terdapat jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban benar atau salah. Jenis pernyataan dalam kuesioner tersebut ialah favourable (+) yaitu pernyataan yang jawabannya benar, jika dijawab benar mendapatkan skor 1, jika dijawab salah mendapatkan skor 0 dan pernyataan un-favourable (-) yaitu pernyataan yang jawabannya salah, jika dijawab salah maka mendapatkan skor 1, jika dijawab benar mendapatkan skor 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√ ) pada jawaban yang dianggap benar. Untuk memudahkan dalam menyusun instrument, maka diperlukan kisikisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini. 41 Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner uji coba instrumen Variabel Aspek No.Kuesioner Jumlah Favorable Unfavorable Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual Pengertian PMS Tanda dan gejala PMS Faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS Jenis-jenis PMS Cara pencegahan PMS 1, 2 3, 4, 5*, 7, 8, 9, 10 6*, 2 8 12, 13, 14*, 15 11, 16 6 18, 19, 21, 22*, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 17, 20, 25 14 32, 34*, 35 5 35 Jumlah Total ⃰ soal yang tidak valid Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner penelitian Variabel Aspek Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual Pengertian PMS Tanda dan gejala PMS Faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS Jenis-jenis PMS Cara pencegahan PMS No.Kuesioner Jumlah Favorable Unfavorable 1, 2 3, 4, 5, 6,7,8 - 2 6 10,11,12 9, 13 5 15,16, 18,19,20, 22,23,24,25,26 27,29 14, 17,21 13 28,30 4 Jumlah Total 30 42 Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka dilakukan uji coba instumen terlebih dahulu. Uji coba tersebut diujikan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 30 siswa pada tanggal 30 November 2012. Uji coba instrumen dilakukan kepada responden sebanyak 30 orang karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal (Mahfoed, 2007). 1. Uji validitas Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment. Dengan bantuan komputer SPSS for windows. Rumus pearson product moment adalah: r= N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2 Keterangan: N : Jumlah responden r : Koefisien skorelasi product moment x : Skor pertanyaan y : Skor total xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total 2 43 Untuk mengetahui suatu pernyataan valid, maka harus ada korelasi antara skor pernyataan dengan jumlah skor total. Hasil nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel pada taraf signifikan 0,05. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel untuk n=30 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,361 (Riwidikdo, 2012). Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta terhadap 30 responden didapatkan 30 pernyataan yang valid dan 5 pernyataan yang tidak valid antara lain nomor 5, 6, 14, 22 dan 34 karena nilai rhitung > rtabel untuk n=30 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,361. Untuk selanjutnya pernyataan tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Sehingga soal yang digunakan penelitian sejumlah 30 soal. 2. Uji Reliabilitas Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan komputer SPSS for windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 44 2 k é Ssi ù r1 = ê1 - 2 ú k - 1 ë st û Keterangan: r1 = Reliabilitas Instrument k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Si2 = Jumlah varian butir St2 = Varians total Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha (α) minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009). Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta didapatkan nilai alpha 0,762 > 0,7 sehingga instrumen dapat dikatakan reliabel untuk dijadikan instrumen penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Data adalah pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2006). Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2009). 1. Data Primer Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara 45 langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari pertanyaan yang disediakan melalui kuesioner. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Cara mendapat data sekunder ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan surat kabar (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini data sekunder berupa jumlah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta yang diperoleh dari bagian TU yang berjumlah 322 siswa Kelas XI. F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang PMS (Penyakit Menular Seksual). 46 G. Definisi Operasional Menurut Notoatmodjo (2010), Definisi Operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Table 3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit menular seksual Segala sesuatu yang di ketahui remaja tentang pengertian PMS, tanda dan gejala PMS, jenisjenis PMS, cara pencegahan PMS. Skala Ukur Ordinal Hasil a. Baik, bila nilai yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai mean ─ 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2010), setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu : 47 a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Coding Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahaptahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. c. Entry data Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan analisis lanjut. c. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap 48 variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Dari data tentang hasil pengukuran tingkat pengetahuan tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa kategori, seperti baik, cukup dan kurang. Ketentuan tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation). Menurut Riwidikdo (2009), untuk membuat 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang maka menggunakan parameter : a. Baik, bila nilai yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai mean ─ 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD Untuk mencari nilai rata-rata (mean) diperoleh dengan rumus : n åx i x = i:1 n Keterangan : x1 : Nilai dari data n : Jumlah Data 49 Sedangkan untuk mencari SD (standar deviasi) yaitu dengan rumus : n n SD = åx - 2 i ( å x1 )2 i =1 n i =1 n -1 Keterangan : SD : simpangan baku (Standart deviation) xi : nilai responden n : jumlah responden Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase untuk jumlah remaja kelas XI berdasarkan tingkat pengetahuanya (Riwidikdo, 2010) adalah : ݁ݏܽݐ݊݁ݏݎݎ݇ݏൌ ݆݊ܽݑ݄ܽݐ݁݃݊݁ݐܽ݇݃݊݅ݐݐݑݎݑ݆݊݁݉ܽܽ݉݁ݎ݄݈ܽ݉ݑ ൈ ͳͲͲΨ ݆݊݁݀݊ݏ݁ݎ݄݈ܽ݉ݑ I. Etika Penelitian Melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2007). Setiap penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian kuesioner dikirim ke subjek 50 yang diteliti dengan menekanakan pada masalah etika penelitian. Untuk penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi : 1. Informed Consent Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian Informed Consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampakanya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka penneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan. 2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas) Anonymity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2007). 3. Confidentiality (kerahasiaan hasil) Menurut Hidayat (2007), sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahsiakan dalam penelitian ini. Kerahasiaan 51 informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subjek akan dijamin oleh peneliti. J. Jadwal Penelitian Terlampir BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta yang terletak di Jalan Monginsidi No.40 Surakarta. Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta berada diantara SMA Negeri 1 Surakata dan SD Negeri Margoyudan Surakarta. SMA Negeri 2 Surakarta dipimpinoleh kepala sekolah yang bernama Bapak Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si. Jumlah seluruh siswa sebanyak 984 siswa,kelas X sebanyak 320 siswa yang terdiri dari 10 kelas, kelas XI sebanyak 322 siswa yang terbagi menjadi 10 kelas, 4 kelas IPA dan 6 kelas IPS serta kelas XII sebanyak 342 siswa yang terbagi menjadi 10 kelas, 4 kelas IPA dan 6 kelas IPS. Untuk mendukung proses pembelajaran sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini antara lain ruang perpustakaan, ruang laboratorium komputer, ruang bahasa, ruang biologi, ruang kimia, ruang fisika, ruang studio band, ruang koperasi, ruang UKS dan masjid. Tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 2 Surakarta sebanyak 99 orang guru PNS dan 5 orang guru honorer. Jumlah karyawan tetap 9 orang dan karyawan tidak tetap 18 orang. B. Hasil Penelitan Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta sebanyak 81 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai mean dan standar deviasi seperti pada tabel 4.1 di bawah ini : 52 53 Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta Mean Standar Deviasi 19,23 4,45 Dari nilai mean dan standar deviasi tersebut kemudian dihitung kategori pengetahuan responden, yaitu : 1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh x > mean + 1 SD x>19,23 + 4,45 x>23,68 Jadi pengetahuan baik jika nilai responden >23,68 2. Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD 19,23 - 4,45 ≤ x ≤ 19,23 + 4,45 14,78≤ x ≤ 23,68 Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 14,78 ≤ x ≤ 23,68 3. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD x <19,23 - 4,45 x<14,78 Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden <14,78 54 Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1. Baik 19 23,5 2. Cukup 47 58 3. Kurang 15 18,5 81 100 Total Sumber: Data Primer Berdasarkan penelitian, Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat dikategorikan menjadi siswa yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 responden (23,5%), siswa yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47 responden (58%) dan siswa yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (18,5%). Jadi tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta rata-rata mempunyai pengetahuan cukup , yaitu sebanyak 47 responden (58%). C. Pembahasan Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). 55 Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki remaja adalah pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa ini antara usia 10-19 tahun, merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009). Dalam usahanya mencari identitas diri seorang remaja mulai membantah orang tua karena mempunyai pendapat sendiri yang berbeda dengan orang tua. Sebenarnya remaja belum cukup mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu remaja sering terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan atau yang disebut dengan kenakalan remaja, salah satu bentuk kenakalan remaja adalah perilaku seks bebas yang merupakan salah satu penyebab dari Penyakit Menular Seksual (PMS) (Notoatmodjo, 2007). Menurut Daili (2009), Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularanya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genio-genital saja, tetapi dapat juga secara orogenital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual tidak hanya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat seperti : handuk, thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin juga dapat menular pada bayi dalam kandungan. Jenis-jenis dari penyakit menular seksual adalah gonore, herpes simpleks, trikomoniasis, vaginosis bakterial, sifilis, klamidia 56 trachomatis, ulkus mole, HIV/AIDS. Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS diantaranya adalah seks tanpa pelindung, berganti-ganti pasangan, mulai aktif secara seksual sejak dini, penggunaan obat dan alkohol, seks untuk uang, orang yang sudah pernah terkena PMS dan pemakaian pil KB. Berdasarkan hasil Penelitian tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat dikategorikan menjadi siswa yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 responden (23,5%), siswa yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47 responden (58%) dan siswa yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (18,5%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Lestari (2009), yang melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswi DIII Kebidanan Semarang dengan hasil sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang (58,70%). Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengeruhi pengetahuan, yaitu : tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, social ekonomi dan usia.Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat dengan demikian pengetahuan juga meningkat. Seorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan bertambah pengetahuan seseorang walaupun 57 tidak melakukan. Pengalaman yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesesuatu yang bersifat informal. Sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan.Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual paling banyak pada kategori cukup sebanyak 47 siswa (58%). Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual penting diketahui oleh remaja karena gaya pacaran para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak sehat dan adanya seks bebas yang tidak aman, adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS. D. Keterbatasan Penelitian a. Kendala Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar sehingga harus mencari waktu diluar kegiatan pembelajaran. b. Keterbatasan 1. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian ini terbatas hanya pada tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual. 58 2. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Responden hanya bisa menjawab “benar” dan “salah”, sehingga tidak bisa digunakan untuk menggali pengetahuan responden tentang penyakit menular seksual secara mendalam. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 responden (23,5%). 2. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47responden (58%). 3. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (18,5%). B. Saran 1. Bagi Responden (Siswa SMA) Bagi siswa SMA (remaja) diharapkan untuk lebih memperluas pengetahuan tentang penyakit menular seksual dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dengan cara mencari informasi yang lebih banyak melalui media elektronik, media cetak maupun internet. 59 60 2. Bagi Institusi Pendidikan a. Bagi SMA Negeri 2 Surakarta Bagi SMA Negeri 2 Surakarta diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan siswa dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan khususnya tentang penyakit menular seksual. b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta Bagi institusi pendidikan diharapkan menambah sumber bacaan dan referensi terbaru terutama tentang penyakit menular seksual yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dan lebih mengembangkan variabel penelitian didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. dan kuisioner sehingga DAFTAR PUSTAKA Abeenabilla. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Meningkatnya Kejadian PMS Di Era Globalisasi. http://id.scribd.com/doc/75775950/Faktor-FaktorYg-Mempengaruhi-Meningkatnya-Kejadian-Pms-Di-Era-Globalisasi 29 Oktober 2012. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Daili, S F. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 5 : Jakarta. Fakultas Kedokteran UI. Darmasih, R. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja.http://id.pdfsb.com/readonline/5a31564c6651312b575846364 36e6c6a56413d3d-534729 . 22 Oktober 2012. Dinkes Jateng. 2011. Angka Kejadian Penyakit Menular Seksual. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2011/BAB% 20I-VI%202011.pdf 28 Oktober 2012. Handoyo, A. 2012. Remaja dan Kesehatan. Jakarta : PT. Perca. Hidayat, A. A A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Mahfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Pustalung. 2009. Dampak Pacaran Yang Berlebihan. http://id.scribd.com/doc/16577941/Pacaran-Di-Kalangan-RemajaSekarang . 2 Oktober 2012. Riwidikdo, H. 2009. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi Program R dan SSPS. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta ____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sarwono, S. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers. Scorvian, V. Nugroho, T. 2011. Mengupas Tuntas 9 PMS (Penyakit Menular Seksual). Yogyakarta. Nuha medika. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahanya. Jakarta : Sagung Seto. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.