tingkat pengetahuan siswa kelas xi tentang penyakit menular seksual

advertisement
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
TUTUR INANG KARYAWATI
NIM : B10 055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN 2013
Diajukan Oleh :
TUTUR INANG KARYAWATI
NIM. B10.055
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal 15 Juli 2013
Pembimbing
(ANIS NURHIDAYATI, SST.,M.Kes)
NIK. 200685025
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
TUTUR INANG KARYAWATI
NIM. B10.055
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal 23 Juli 2013
Penguji I
Penguji II
(ENI RUMIYATI, SST)
(ANIS NURHIDAYATI, SST.,M.Kes)
NIK.200682019
NIK. 200685025
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelah Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi DIII Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)
NIK. 200582015
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang
Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2013”.
Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Proposal Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Anis Nurhidayati, SST.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2
Surakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data
awal.
5. Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta yang telah bersedia memberikan
informasi untuk penelitian ini.
iv
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Juli 2013
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Tutur Inang Karyawati
10.055
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN 2013
xii + 59 halaman + 19 lampiran + 6 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Jumlah kasus baru Penyakit Menular Seksual (PMS) di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 adalah sebanyak 10.725 kasus. Penyakit
Menular Seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
(Handoyo, 2010). Perilaku seks bebas pra nikah akan meningkatkan kasus
Penyakit Menular Seksual. Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak
tahu dampak dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi baik
dalam waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih panjang.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 2 Surakarta pada 6 siswa
didapatkan hasil 2 siswa tahu dan 4 siswa kurang tahu.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit
menular seksual pada tingkat baik, cukup, kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif, penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta pada tanggal
22 April 2013, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan
jumlah 322 siswa, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simlpe
random sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 81 responden.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup, teknik analisis data
dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS.
Hasil Penelitian : Pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) pada kategori baik sebanyak 19 siswa (23,5%), kategori cukup
sebanyak 47siswa (58%) dan kategori kurang sebanyak 15 siswa (18,5%).
Kesimpulan : Jadi sebagian besar siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta
mempunyai pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 47 siswa (58%)
tentang penyakit menular seksual.
Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual.
Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2003 s/d 2012)
vi
MOTTO
© Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya
bagi orang lain (HR. Bukhari).
© Kunci pembuka kenikmatan adalah SABAR sedangkan kunci penutupnya
adalah MALAS (Ali Bin Abi Thalib).
© Ujian bagi orang sukses bukan kemampuan untuk mencegah munculnya
masalah, melainkan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan masalah
yang muncul (David J. Schwarth)
© Bersabar, berusaha, kerja keras dan berdoa menuntun kita untuk meraih impian
yang kita inginkan (Penulis)
© Dimulai dari diri kita yang mampu menentukan masa depan kita (Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
· Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang luar biasa.
· Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberi dukungan
moral dan material, serta do’a yang tiada henti untuk
kesuksesanku, terimakasih atas cinta kasih kalian.
· Alm. Kakung, Mbah Uti, Dek Anggi, Omman, Tante
Tia dan keluarga besarku yang tercinta, yang selalu
memberikan support, do’a dan nasehat-nasehatnya
kepadaku.
· Ibu Anis Nurhidayati SST, M. Kes yang telah sabar
membimbing
dan
memberi
support
sampai
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
· Sahabatku “Gembel Glamour” terkasih ”Kak Yuni,
Kak Susi, Siti, Putri, Natalia dan Riyanti yang selalu
memberikan dukungan dan semangatnya bahwa aku
bisa melalui segala sesuatu dengan baik dan penuh
keyakinan.
· Sahabat seperjuanganku Risky Listyo Novita
terimakasih buat semangat, bantuan dan dukungannya,
maaf selalu merepotkanmu.
· Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
: Tutur Inang Karyawati
Tempat/Tanggal Lahir
: Sragen, 21 Januari 1993
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Girimulyo RT 18/ RW 06, Katelan, Tangen,
Sragen.
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Negeri Dukuh II
LULUS TAHUN 2004
2. SMP Negeri I Tangen
LULUS TAHUN 2007
3. SMA Negeri I Tangen
LULUS TAHUN 2010
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan
2010/2011
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................
vii
CURICULUM VITAE ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .................................................................
4
E. Keaslian Penelitian .................................................................
5
F. Sistematika Penelitian ...........................................................
6
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................
8
1. Pengetahuan ....................................................................
8
2. Remaja ............................................................................
16
3. Penyakit Menular Seksual (PMS) ..................................
22
B. Kerangka Teori ......................................................................
35
C. Kerangka Konsep ..................................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................
37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
37
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............
38
D. Instrumen Penelitian ..............................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
43
F. Variabel Penelitian ................................................................
44
G. Definisi Operasional ..............................................................
45
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ...................................
45
I. Etika Penelitian ......................................................................
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................
51
B. Hasil Penelitian ......................................................................
51
C. Pembahasan ...........................................................................
53
D. Keterbatasan Penelitian .........................................................
56
x
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
59
B. Saran ......................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 2.1. Kerangka Teori ........................................................................ 35
Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 36
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner .....................................................................
41
Tabel 3.2 Definisi Operasional ...................................................................
45
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ..........................................................
52
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta ...............................
xiii
53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5.
Surat Permohonan Responden
Lampiran 6.
Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 7.
Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 8.
Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 9.
Surat Balasan Penelitian
Lampiran 10. Kuisioner Uji Coba
Lampiran 11. Kuisioner Penelitian
Lampiran 12. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen
Lampiran 13. Tabel Nilai r Product Moment
Lampiran 14. Hasil Uji Validitas
Lampiran 15. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 16. Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 17. Lembar Hasil Pengolahan Data
Lampiran 18. Lembar Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi
Lampiran 19. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan
pada situasi yang membingungkan, disatu pihak masih kanak-kanak dan dilain
pihak harus bertingkah laku seperti dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan
konflik itu sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung dan
kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan kenakalan (Notoatmodjo, 2007).
Kenakalan remaja pada umumnya terjadi karena tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan akan prestasi, kebutuhan seksual,
kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga kebutuhan akan
identitas diri serta kebutuhan popularitas. Dalam usahanya mencari identitas diri
seorang remaja mulai membantah orang tua karena mempunyai pendapat sendiri
yang berbeda dengan orang tua. Sebenarnya remaja belum cukup mampu untuk
berdiri sendiri oleh karena itu remaja sering terjerumus kedalam kegiatan yang
menyimpang dari aturan atau yang disebut dengan kenakalan remaja, salah satu
bentuk kenakalan remaja adalah perilaku seks bebas (Notoatmodjo, 2007).
Data Depkes RI (2006), menunjukan jumlah remaja umur 10-19 tahun di
Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar 1 juta remaja
laki-laki (5%) dan 200 ribu remaja putri (1%) secara terbuka menyatakan bahwa
remaja pernah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Taufik (2005), mengenai perilaku seksual remaja SMA di Surakarta
1
2
dengan sampel berjumlah 1.250 orang berasal dari 10 SMA di Surakarta yang
terdiri 611 laki-laki dan 639 perempuan menyatakan bahwa sebagian remaja
pernah melakukan ciuman bibir 10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%,
melakukan onani atau masturbasi 4,23% dan melakukan hubungan seksual
sebanyak 3,09% (Darmasih, 2009).
Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku
seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat
ataupun dalam waktu yang lebih panjang. Dampak perilaku seksual remaja
pranikah terhadap kesehatan reproduksi antara lain terjadinya kehamilan yang
tidak dikehendaki (Unwanted Pregnancy), Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
psikologis. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Handoyo (2010), perilaku seks bebas pra nikah akan meningkatkan
kasus Penyakit Menular Seksual. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini meliputi gonorhoe,
herpes simpleks, trikomoniasis, vaginosis bakterial, sifilis, klamidia dan
HIV/AIDS. Penyakit ini menyerang sekitar alat kelamin tetapi gejalanya dapat
muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan organ
tubuh lainya.
Jumlah kasus baru Penyakit Menular Seksual (PMS) di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2011 adalah sebanyak 10.725 kasus. Jumlah tersebut dari
tahun ke tahun semakin meningkat, meskipun demikian kemungkinan kasus
yang sebenarnya dipopulasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program
pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target
3
bahwa seluruh kasus PMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar
(Dinkes Jateng, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada
tanggal 30 November 2012 didapatkan data kelas XI ada 10 kelas, dan jumlah
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta adalah 322 siswa. Hasil wawancara
pada 6 siswa di SMA Negeri 2 Surakarta, didapatkan 2 siswa tahu dan 4 siswa
kurang tahu tentang Penyakit Menular Seksual, di SMA Negeri 2 Surakarta
belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang Penyakit Menular Seksual.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik.
4
b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik
dalam kriteria cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dalam kriteria baik
dalam kriteria kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan masukan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai
pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual.
2. Bagi penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan
dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian mengenai pengetahuan
siswa tentang Penyakit Menular Seksual.
3. Bagi Institusi terkait
a. Bagi SMA Negeri 2 Surakarta
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi bagi
sekolah mengenai pengetahuan siswa tentang Penyakit Menular Seksual
dan bekerjasama dengan institusi kesehatan terkait dalam melaksanakan
penyuluhan.
b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pustaka dan
sumber bacaan serta sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh :
1. Puji Lestari (2009), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Pekerja Seks
Komersial (PSK) tentang Penyakit Menular Seksual di Desa Sidomukti
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan tahun 2009”. Jenis
penelitian ini adalah survai deskriptif dengan rancangan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial di Desa
Sidomukti, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan dengan jumlah
sampel 93 responden. Teknik pengambilan sampel dengan metode total
sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 93 responden pekerja seks
komersial yang mempunyai pengetahuan baik 39 orang (39,78 %),
pengetahuan cukup 45 orang (48,38%) dan yang mempunyai pengetahuan
kurang 11 orang (11,82%). Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh faktor umum
pengetahuan dan informasi.
2. Ari Lestari (2009), melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan
tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswi DIII Kebidanan
Semarang.“ Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian
ini adalah Mahasiswi DIII Kebidanan Semarang dengan jumlah sampel 109
responden. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 109 responden Mahasiswa DIII
Kebidanan Semarang yang mempunyai pengetahuan baik 19 orang (17,40%),
pengetahuan cukup 26 orang (23,80%) dan yang mempunyai pengetahuan
kurang 64 orang (58,70%).
6
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu
adalah pada responden, tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil.
Sedangkan persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan keaslian
penelitian adalah pada variabel dan instrumen penelitian menggunakan
kuesioner.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 5 BAB, antara lain :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengetahuan yang meliputi pengertian,
tingkatan pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, cara pengukuran pengetahuan, sumber
pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan, teori tentang remaja
yang meliputi
pengertian, tahap-tahap perkembangan remaja,
perubahan fisik pada remaja, dampak pacaran yang berlebihan, teori
tentang penyakit menular seksual yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS,
jenis-jenis dan pencegahan PMS, kerangka teori dan kerangka konsep.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan tekhnik pengambilan sampel,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengeolahan dan analisis data, serta etika
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum tempat penelitian,
hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga)
dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2007), menyatakan ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu sebagai berikut :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
8
9
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya
2) Memahami (Comprehention)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
10
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya
dapat
menyusun,
dapat
menggunakan,
dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
(non ilmiah) tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah)
melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin
sebelum
adanya
peradaban
apabila
seseorang
11
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan
yang
lain
sampai
masalah
tersebut
dapat
terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti
ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, seolah
diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan
tersebut
dapat
berupa
pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
12
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab
itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan
hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang
untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan
bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
13
g) Kebenaran secara intutitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intutif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara
yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia
cara berfikir manusia juga ikut berkembang. Dari sini manusia
mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataanpernyataan
yang
dikemukan.
Apabila
proses
pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus
kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah
pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris
yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu
14
konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu
gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology). Cara ini
dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode
berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen
yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatanpencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a)
Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
15
c)
Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada 6 faktor yang mempengeruhi
pengetahuan, antara lain :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Tingkat
pendidikan
menunjukkan
korelasi
positif
dengan
terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat dengan
demikian pengetahuan juga meningkat. Pembagian pendidikan
menurut Depdiknas yaitu pendidikan dasar (SD, SMP), menengah
(SMK, MA, MAK), tinggi (Akademi, PT).
2) Informasi
Seorang yang mempunyai sumber informasiyang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan.
16
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesesuatu yang bersifat informal.
5) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat ekonomi
akan menambah pengetahuan.
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap
dan
pola
pikirnya,
sehingga
pengetahuan
yang
diperolehnya semakin membaik.
e.
Cara pengukuran pengetahuan
Cara pengkukuran pengetahuan dibagi dalam 3 kriteria yaitu:
1) Dalam kriteria baik, bila nilai (x) < mean + 1SD
2) Dalam kriteria cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤x≤ mean +1 SD
3) Dalam kriteria kurang, bila nilai (x) < mean ─ 1 SD
(Riwidikdo, 2009)
2. Remaja
a. Pengertian
Menurut Widyastuti (2009), masa remaja adalah masa transisi
yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
17
ini antara usia 10-19 tahun, merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke
masa dewasa. Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi
perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2010).
b. Tahap-tahap perkembangan remaja
Sarwono (2003), mengatakan bahwa dalam proses penyesuaian
diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja :
1) Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun. Remaja
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis remaja sudah berfantasi erotik.
Kepekaan
yang
berlebih-lebihan
ini
ditambah
dengan
berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja
awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (middle adolescent)
Dimulai pada usia sekitar 13-15 tahun, pada tahap ini remaja
sangat membutuhkan kawan-kawan, senang jika banyak teman
18
yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan
dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi kebingungan
karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau
materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri
dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.
3) Remaja akhir (late adolescent)
Dalam tahap remaja akhir biasanya dimulai pada usia 16-19
tahun, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
e) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum.
19
c. Perubahan fisik pada remaja
1) Tanda seks primer
Tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki
gonade/testes. Organ itu terletak di dalam skrotum. Pada usia 14
tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadilah
pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2 tahun, kemudian
pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20
atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ
reproduksi pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah, artinya
bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
seksual, sehingga mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.
Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainya berbeda.
Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram,
pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda
kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya
haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah ,
lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala,
yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung
terus sampai menjelang masa menopause. Menopause biasa
terjadi pada usia sekitar 50an (Widyastuti, 2009).
20
2) Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti (2009) tanda- tanda seks sekunder adalah:
a) Pada laki-laki :
(1) Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah
rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes
dan penis mulai membesar.
(2) Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.
(3) Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif,
seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak
yang meningkat.
(4) Otot – otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan
kuat.
(5) Terjadi perubahan suara yang mula-mula agak serak,
kemudian volumenya juga meningkat.
(6) Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan
kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa
minggu besar dan jumlahnya menurun.
b) Pada wanita :
(1) Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang.
(2) Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat.
(3) Payudara membesar dan puting susu menonjol.
21
(4) Kulit menjadi kasar, lebih tebal dan pori-pori membesar.
(5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif,
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat, kelenjar
keringat baunya menusuk sebelum dan sesudah masa haid.
Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang terjadi
pada wanita (Widyastuti dkk, 2009).
d. Dampak dari pacaran yang berlebihan
Menurut Pustalung (2009), gaya pacaran para remaja zaman sekarang
yang cenderung tidak sehat, memiliki banyak sekali dampak negatif
antara lain:
1) Meningkatnya tingkat aborsi
Seorang remaja putri pacaran dan hamil tetapi pasanganya tidak
mau bertanggung jawab maka jalan yang ditempuh adalah aborsi
(menggugurkan kandungan).
2) Meningkatnya tingkat kematian wanita.
Hasil dari gaya pacaran yang tidak sehat salah satunya adalah
kematian. Karena aborsi yang dilakukan oleh para remaja
biasanya bersifat sembarang.
3) Adanya seks bebas
Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak
sehat adalah seks bebas (freesex). Mereka pertama melakukan hal
yang terlarang dan kemudian mereka cenderung ketagihan.
4) Menyebarkan penyakit.
22
Mewabahnya berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS,
sifilis dan penyakit kelamin lainnya.
5) Meningkatnya penggunaan narkoba
Remaja yang sudah mempunyai pasangan dan pasanganya
pemakai narkoba maka kemungkinan besar juga akan ikut
menggunakan.
6) Meningkatnya kriminalitas.
3. Penyakit Menular Seksual (PMS)
a. Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularanya
terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak
hanya terbatas secara genio-genital saja, tetapi dapat juga secara orogenital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat
penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja,
tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital (Daili, 2009).
Penyakit menular seksual tidak hanya ditularkan melalui
hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan alat-alat seperti : handuk, thermometer dan
sebagainya. Selain itu penyakit kelamin juga dapat menular pada bayi
dalam kandungan (Daili, 2009).
b. Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual
Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar dari pada
laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan dan
23
seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak mudah
dikenali, sedangkan penyakit melanjut kearah yang lebih parah. Oleh
karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS
pada laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Sedangkan
pada perempuan sebagian besar gejala yang timbul hampir tidak bisa
di rasakan (Daili, 2009).
Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), gejala umum PMS pada
laki-laki adalah :
1) Bintik-bintik berisi cairan, borok, atau lecet pada daerah sekitar
kelamin.
2) Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada daerah sekitar
kelamin
3) Adanya kutil yang tumbuh seperti jengger ayam.
4) Rasa gatal yang sangat hebat di sekitar kelamin.
5) Sakit luar biasa saat kencing.
6) Kencing nanah atau darah dengan bau busuk.
7) Bengkak, panas, nyeri pada pangkal paha yang akhirnya menjadi
borok.
8) Kehilangan berat badan secara drastis, diare berkepanjangan, dan
berkeringat saat malam.
24
Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), gejala umum PMS pada
perempuan meliputi :
1) Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau saat berhubungan seksual.
2) Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
3) Keluarnya lendir pada vagina
4) Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan di sertai rasa gatal
pada kelamin.
5) Keputihan berbusa dan berbau busuk.
6) Bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual.
c. Faktor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian PMS
Menurut Abeenabilla (2009), ada beberapa faktor yang menyebabkan
kenaikan angka kejadian PMS antara lain:
1) Seks tanpa pelindung, meski kondom tidak seratus persen dapat
mencegah PMS, namun kondom tetap merupakan cara terbaik untuk
terhindar dari infeksi.
2) Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual
semakin besar kemungkinan terkena suatu PMS.
3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum muda lebih besar
kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua.
Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap
PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang
sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Selain itu, kaum muda
25
juga lebih jarang menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual, terlibat perilaku seksual dan suka berganti-ganti pasangan.
4) Pengggunaan alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai
kondom
dengan
benar
maupun
sulit meminta
pasangannya
menggunakan kondom.
5) Penyalahgunaan obat, prinsip nya hampir sama dengan penggunaan
alkohol, orang yang berhubungan seksual dibawah pengaruh obat
lebih
besar
beresiko/tanpa
kemungkinannya
pelindung.
melakukan
Pemakaian
perilaku
obat
seksual
terlarang
juga
memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku
seksual selain itu, penggunaan obat dengan jarum suntik
diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat
darah, seperti hepatitis dan HIV yang juga bisa ditransmisikan lewat
seks.
6) Seks untuk uang, orang yang menjual seks sering bergantiganti pasangan sehingga rentan untuk mengalami PMS.
7) Sudah terkena suatu PMS, penderita yang sudah pernah mengalami
PMS lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainya.
8) Memakai pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih
menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil
KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar
dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom.
26
d.
Jenis – jenis Penyakit Menular Seksual.
1) Gonore
Gonore adalah Penyakit Menular Seksual yang paling sering
ditemukan, nama awamnya adalah “Kencing Nanah”, ditularkan
melalui hubungan kelamin, juga bisa ditularkan melalui ciuman
atau kontak badan yang dekat. Masa inkubasi 3-5 hari,
penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae
yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum dan
tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).
Pada pria gejala awal timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi, tanda dan gejalanya yaitu mengeluh sakit pada waktu
kencing, dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna
kuning hijau, setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada
pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila
penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa
peradangan pada alat kelamin. Pada wanita penyakit ini tidak
menunjukan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan
keluhan sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan gonore,
kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing
(Scorviani dan Nugroho, 2011).
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat
dengan dosis tunggal seperti : penisilin, ampisilin, amoksisilin,
27
sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol,dan kuinolon
(Daili, 2007).
2) Herpes Simpleks
Penyakit herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau II yang ditandai oleh
adanya fesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa dan cenderung bersifat rekuren penularan hampir selalu
terjadi melalui hubungan seksual, masa inkubasi 3-5 hari kemudian
pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit
kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas,
sering disertai pembengkakan kelenjar yang nyeri, penyakit
sembuh dalam 2-3minggu. Penyakit ini sering kambuh, timbul pada
tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala yang
pertama (Scorviani dan Nugroho, 2011).
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini,
tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Biasanya
dengan mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah, asiklovir atau
obat anti virus lainya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau
krim untuk dioleskan langsung pada luka.
3) Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat
bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis. Penularanya biasanya melalui hubungan seksual, tetapi
28
dapat juga melalui pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh
karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan
aktivitas seksual tinggi. Masa tunas rata-rata 4 hari- 3minggu. Pada
kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi
yang jelas.
Tanda dan gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas
pada vagina, sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa
(sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomoniasis
sebanyak 12%), disuria, perdarahan kecil-kecil pada permukaan
serviks (Seviks Strawberry), dispaurenia, perdarahan setelah
berhubungan seksual dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria
yaitu disuria nyeri uretra, nyeri testis, sering berkemih dan nyeri
abdomen bagian bawah (Scorviani dan Nugroho, 2011).
Pengobatanya diberikan secara topikal dapat berupa bahan
cairan berupa irigasi misalnya hidrogen peroksida dan asam laktat,
bahan berupa supositoria dan jel atau krim yang berisi zat
trikomoniasidal. Secara sistemik (oral) obat yang sering digunakan
tergolong devirat nitromidazol (Daili, 2009).
4) Vaginosis Bakterial
Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), Penyakit ini
disebabkan oleh Gardnerella Vaginalis gejala klinisnya wanita
dengan Vaginosis Bacterial akan mengeluh adanya duh tubuh dari
vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang
29
dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala tidak
menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah senggama dan
mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah
vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), lebih ringan
daripada yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis atau C.
Albicans.
Pengobatanya karena penyakit ini merupakan vaginitis yang
cukup banyak ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa
komplikasi,
jenis
obat
yang
digunakan
hendaknya
tidak
membahayakan dan sedikit efek sampingnya. Pada saat sekarang
pengobatan bervariasi dari yoghurt sampai anti mikrobial sistemik.
Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis
,ternyata efektif terhadap Vaginosis Bacterial, meskipun jangka
waktu optimum dan dosis yang tepat masih dicari (Daili, 2009).
5) Sifilis
Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), sifilis atau yang biasa
disebut “raja singa” adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema Pallidium sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada
perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh ,dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat
ditularkan dari ibu ke janin. Penularanya biasanya melalui kontak
seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung
30
dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).
Tanda dan gejala yang terjadi dibagi dalam empat stadium berbeda:
a) Stadium I
Ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di
daerah vagina, poros usus atau mulut, luka ini disebut chancre.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama
stadium ini, setelah beberapa minggu chancre hilang dan
stadium ini sangat menular.
b) Stadium II
Jika sifilis stadium I tidak diobati, biasanya para penderita akan
mengalami ruam di telapak kaki dan tangan dan adanya luka di
bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Stadium ini
biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
c) Stadium III
Kalau sifilis stadium II tidak juga diobati para penderitanya
akan mengalami sifilis laten, semua gejala penyakit akan
menghilang, namun penyakit tersebut masih bersarang dalam
tubuh dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak diseluruh
tubuh, sifilis laten berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
d) Stadium IV
Pada stadium ini dikenal sebagai sifilis tersier, bakteri telah
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung
dan tulang.
31
Cara pengobatanya dapat diobati dengan penisilin, selain itu
juga bisa menggunakan tetrasiklin, eritromisin, atau dokssisiklin,
namun kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat
diperbaiki (Daili, 2009).
6) Klamidia Trachomatis
Klamidia tergolong dalam Penyakit Menular Seksual yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis, ditularkan
melalui hubungan seksual vaginal, anal maupun oral dan dapat
mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan,
masa tunas penyakit ini ialah 1-4 minggu (Daili, 2009).
Pada pria infeksi terdapat pada saluran kencing gejalanya
keluar putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing
(disuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah penyimpanan
dan kantung sperma. Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu
rasa panas terbakar pada panggul. Cara pengobatan yang paling
efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin. Disamping itu
juga dengan gabungan sulfa-trimetropim, spiramisin, dan kuinolon.
Kadang-kadang tanpa pengobatan penyakit lambat laun berkurang
dan akhirnya sembuh sendiri (Scorviani dan Nugroho, 2011).
7) Ulkus Mole
Ulkus mole adalah Penyakit Menular Seksual yang akut,
biasanya terlokalisasi di genetalia atau anus, disebabkan oleh
Streptobacillus Ducrey (Haemophilus ducrey). Masa inkubasi
32
bakteri 3-10 hari, setelah melewati masa inkubasi pasien mengeluh
muncul papul eritematous yang nyeri pada daerah kontak seks,
kemudian menjadi pustul kemudian rupture dan mudah berdarah.
Kebanyakan gejala pada wanita asimtomatik walaupun kadang
muncul gejala yang kurang jelas seperti disuria, dispaurenia, sekret
vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal. Pada pria daerah
yang paling sering terkena ulkus adalah prepusium, sulkus kronalis,
frenulum, dan jarang pada anus. Cara pengobatannya dengan cara
sistemik dengan obat Sulfonamida, Streptomisin, Penisilin,
tetrasiklin dan oksitertrasiklin (Scorviani dan Nugroho, 2011).
8) HIV/AIDS
Menurut Scorviani dan Nugroho (2011), penyakit HIV dan
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus), merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat dari menurunya sistem kekebalan tubuh oleh virus.
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sangat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan
pasien sakit parah bahkan meninggal.
Cara penularanya terutama melalui darah, cairan tubuh dan
hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam
cairan darah, sperma dan vagina sedangkan dalam jumlah kecil
33
ditemukan dalam air liur dan air mata. Gejala pada penderita AIDS
dapat ringan sampai berat.
a) Tingkat klinis 1 : Pada tingkat ini penderita belum mengalami
kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal.
b) Tingkat klinis 2 : Penurunan berat badan kurang dari 10%,
kelainan mulut dan kulit yang ringan misalnya dermatitis
seborok, prurigo, onikomiosis, ulkus pada mulut yang berulang
dan keilitis angularis. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun
terakhir. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya
sinusitis.
c) Tingkat klinis 3 : Penurunan berat badan kurang dari 10%.
Diare kronik lebih dari 1 bulan tanpa diketahui sebabnya.
Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari
1bulan, hilang timbul maupun terus menerus, kandidosis mulut,
bercak
putih
berambut
dimulut
(hairy
leukoplakia).
Tuberkulosis paru setahun terakhir. Infeksi bakteri berat
misalnya pneumoni.
Menurut
Daili
(2009),
beberapa
penelitian
terakhir
membuktikan bahwa obat-obat antivirus yaitu indinavir, retrovir,
dan
lamivudin
yang
diberikan
sebagai
kombinasi
dapat
meningkatkan CD4 dan menghilangkan HIV pada 24/26 sampai
ditingkat
unmeasureable geneses
of
HIV. Namun
setelah
pengobatan beberapa waktu, mungkin HIV akan bermutasi menjadi
34
resisten dan toksisitas obat akan muncul sehingga perlu obat baru.
Obat-obat yang sedang diteliti adalah antisense therapy ,gene
therapy, dengan penghambat HIV yang ditujukan ke CD4 dan sel
induk (Stem Cell).
e. Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Menurut Widyastuti dkk (2009), pencegahan Penyakit Menular Seksual
adalah :
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2) Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah.
3) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
4) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS.
5) Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko.
35
B. Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan
1. Tahu (Know)
2. Memahami
(comprehensive)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Syntesis)
6. Evaluasi (Evaluasi)
Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial ekonomi
6. Umur
Remaja
Teori remaja
1. Pengertian
2. Tahap-tahap
perkembangan
remaja
3. Perubahan fisik
pada remaja
4. Dampak pacaran
yang berlebihan
PMS
Teori PMS
1. Pengertian
2. Tanda dan gejala
PMS
3. Faktor yang
menyebabkan
kenaikan angka
kejadian PMS
4. Jenis-jenis PMS
5. Pencegahan PMS
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Daili (2007)
36
C. Kerangka Konsep
Baik
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Penyakit Menular Seksual Pada Siswa
Kelas XI di SMA N 2 SURAKARTA
Cukup
Kurng
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Tingkat Pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
6. Umur
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2007).
Penelitian yang dilakukan menggambarkan tingkat pengetahuan remaja
tentang Penyakit Menular Seksual.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan
dilakukan. Lokasi ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 2 Surakarta.
37
38
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April
2013.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
dan
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta
yang berjumlah 322 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2009). Jika populasi kurang dari 100, maka
diambil seluruhnya sebagai sampel, tetapi jika populasi lebih dari 100
maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto, 2006). Pada
penelitian ini sampel yang digunakan adalah 81 responden (25% dari
jumlah populasi).
39
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai
contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya
(Arikunto, 2006).
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah (simple random sampling). Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara
undian, memilih bilangan dari daftar secara acak (Sugiyono, 2010).
Cara pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan cara menulis nama-nama siswa setiap kelas pada secarik kertas
kemudian digulung dan dimasukkan kedalam kotak, masing-masing
kelas diundi 8-9 gulungan, sehingga jumlah gulungan 81 buah. Namanama gulungan kertas yang keluar dari undian tersebut digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil sebanyak 81
Siswa.
40
D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual adalah
kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang sudah
tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan
jawaban
atau
dengan
memberikan
tanda-tanda
tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
Untuk mengetahui pengetahuan remaja, kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup dimana sudah terdapat jawabannya, sehingga
responden tinggal memilih jawaban benar atau salah. Jenis pernyataan
dalam kuesioner tersebut ialah favourable (+) yaitu pernyataan yang
jawabannya benar, jika dijawab benar mendapatkan skor 1, jika dijawab
salah mendapatkan skor 0 dan pernyataan un-favourable (-) yaitu pernyataan
yang jawabannya salah, jika dijawab salah maka mendapatkan skor 1, jika
dijawab benar mendapatkan skor 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan
memberi tanda centang (√ ) pada jawaban yang dianggap benar.
Untuk memudahkan dalam menyusun instrument, maka diperlukan kisikisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini.
41
Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner uji coba instrumen
Variabel
Aspek
No.Kuesioner
Jumlah
Favorable
Unfavorable
Tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
penyakit
menular
seksual
Pengertian PMS
Tanda dan
gejala PMS
Faktor yang
menyebabkan
kenaikan angka
kejadian PMS
Jenis-jenis PMS
Cara
pencegahan
PMS
1, 2
3, 4, 5*, 7, 8, 9, 10
6*,
2
8
12, 13, 14*, 15
11, 16
6
18, 19, 21, 22*, 23,
24,
26, 27, 28, 29, 30,
31, 33,
17, 20, 25
14
32, 34*, 35
5
35
Jumlah Total
⃰ soal yang tidak valid
Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner penelitian
Variabel
Aspek
Tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
penyakit
menular
seksual
Pengertian PMS
Tanda dan
gejala PMS
Faktor yang
menyebabkan
kenaikan angka
kejadian PMS
Jenis-jenis PMS
Cara
pencegahan
PMS
No.Kuesioner
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 2
3, 4, 5, 6,7,8
-
2
6
10,11,12
9, 13
5
15,16, 18,19,20,
22,23,24,25,26
27,29
14, 17,21
13
28,30
4
Jumlah Total
30
42
Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka dilakukan uji coba
instumen terlebih dahulu. Uji coba tersebut diujikan kepada siswa kelas XI
SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah 30 siswa pada tanggal 30
November 2012. Uji coba instrumen dilakukan kepada responden sebanyak
30 orang karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil
penelitian mendekati kurva normal (Mahfoed, 2007).
1. Uji validitas
Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran
seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak
diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi
product moment. Dengan bantuan komputer SPSS for windows.
Rumus pearson product moment adalah:
r=
N . SXY - SX.SY
{N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) }
2
Keterangan:
N
: Jumlah responden
r
: Koefisien skorelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
2
43
Untuk mengetahui suatu pernyataan valid, maka harus ada
korelasi antara skor pernyataan dengan jumlah skor total. Hasil nilai
rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel pada taraf signifikan 0,05.
Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel untuk n=30 dan
taraf signifikansi 0,05 adalah 0,361 (Riwidikdo, 2012).
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan di SMA Negeri 5
Surakarta terhadap 30 responden didapatkan 30 pernyataan yang valid
dan 5 pernyataan yang tidak valid antara lain nomor 5, 6, 14, 22 dan 34
karena nilai rhitung > rtabel untuk n=30 dan taraf signifikansi 0,05 adalah
0,361. Untuk selanjutnya pernyataan tidak valid tidak digunakan dalam
penelitian. Sehingga soal yang digunakan penelitian sejumlah 30 soal.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas menunjukkan bahwa
kuesioner tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala
yang sama. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan
test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.
Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan komputer SPSS for windows. Rumus Alpha
Chronbach adalah sebagai berikut:
44
2
k é Ssi ù
r1 =
ê1 - 2 ú
k - 1 ë st û
Keterangan:
r1
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Si2
= Jumlah varian butir
St2
= Varians total
Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha (α)
minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009).
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta
didapatkan nilai alpha 0,762 > 0,7 sehingga instrumen dapat dikatakan
reliabel untuk dijadikan instrumen penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka
(Arikunto, 2006). Berdasarkan cara memperolehnya data dibagi menjadi 2
yaitu data primer dan data sekunder (Riwidikdo, 2009).
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari
subjek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara
45
langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari pertanyaan yang
disediakan melalui kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Cara mendapat data sekunder ini
adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan
surat kabar (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini data sekunder berupa
jumlah siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Surakarta yang diperoleh dari
bagian TU yang berjumlah 322 siswa Kelas XI.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan
remaja tentang PMS (Penyakit Menular Seksual).
46
G. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2010), Definisi Operasional merupakan definisi
yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti.
Table 3.2 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Tingkat
pengetahuan
siswa
tentang
penyakit
menular
seksual
Segala sesuatu yang di
ketahui remaja tentang
pengertian PMS, tanda
dan gejala PMS, jenisjenis PMS, cara
pencegahan PMS.
Skala
Ukur
Ordinal
Hasil
a. Baik, bila nilai
yang diperoleh
(x) > mean + 1
SD
b. Cukup, bila nilai
mean ─ 1 SD ≤
x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang,
bila
nilai responden
yang diperoleh
(x) < mean ─ 1
SD
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2010), setelah data terkumpul, maka langkah
yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan
data ada 4 yaitu :
47
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil
jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan
kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.
Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau
tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahaptahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan
data selanjutnya.
c.
Entry data
Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer untuk
dilakukan analisis lanjut.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan
ke dalam tabel.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap
48
variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi
frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Dari data tentang hasil pengukuran tingkat pengetahuan tersebut
dapat dikategorikan dalam beberapa kategori, seperti baik, cukup dan
kurang. Ketentuan tersebut menggunakan aturan normatif yang
menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard
deviation).
Menurut Riwidikdo (2009), untuk membuat 3 kategori yaitu baik,
cukup dan kurang maka menggunakan parameter :
a. Baik, bila nilai yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai mean ─ 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD
Untuk mencari nilai rata-rata (mean) diperoleh dengan rumus :
n
åx
i
x =
i:1
n
Keterangan :
x1
: Nilai dari data
n
: Jumlah Data
49
Sedangkan untuk mencari SD (standar deviasi) yaitu dengan rumus :
n
n
SD =
åx
-
2
i
( å x1 )2
i =1
n
i =1
n -1
Keterangan :
SD : simpangan baku (Standart deviation)
xi : nilai responden
n : jumlah responden
Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase untuk jumlah remaja
kelas XI berdasarkan tingkat pengetahuanya (Riwidikdo, 2010) adalah :
‫ ݁ݏܽݐ݊݁ݏ݋ݎ݌ݎ݋݇ݏ‬ൌ ݆‫݊ܽݑ݄ܽݐ݁݃݊݁݌ݐܽ݇݃݊݅ݐݐݑݎݑ݆݊݁݉ܽܽ݉݁ݎ݄݈ܽ݉ݑ‬
ൈ ͳͲͲΨ
݆‫݊݁݀݊݋݌ݏ݁ݎ݄݈ܽ݉ݑ‬
I. Etika Penelitian
Melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi
kebebasan
manusia
(Hidayat,
2007).
Setiap
penelitian
yang
menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar
hak responden dapat terlindungi, kemudian kuesioner dikirim ke subjek
50
yang diteliti dengan menekanakan pada masalah etika penelitian. Untuk
penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Pemberian Informed Consent ini bertujuan agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampakanya.
Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka penneliti harus
menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini
semua responden akan diberi lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas)
Anonymity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak
akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data
(Hidayat, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Menurut Hidayat (2007), sub bab ini menjelaskan masalah-masalah
responden yang harus dirahsiakan dalam penelitian ini. Kerahasiaan
51
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian. Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah
dikumpulkan dari setiap subjek akan dijamin oleh peneliti.
J. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta yang terletak di
Jalan Monginsidi No.40 Surakarta. Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta berada
diantara SMA Negeri 1 Surakata dan SD Negeri Margoyudan Surakarta. SMA
Negeri 2 Surakarta dipimpinoleh kepala sekolah yang bernama Bapak Drs. H.
Sudadi Mulyono, M.Si. Jumlah seluruh siswa sebanyak 984 siswa,kelas X
sebanyak 320 siswa yang terdiri dari 10 kelas, kelas XI sebanyak 322 siswa
yang terbagi menjadi 10 kelas, 4 kelas IPA dan 6 kelas IPS serta kelas XII
sebanyak 342 siswa yang terbagi menjadi 10 kelas, 4 kelas IPA dan 6 kelas
IPS. Untuk mendukung proses pembelajaran sarana dan prasarana yang ada di
sekolah ini antara lain ruang perpustakaan, ruang laboratorium komputer,
ruang bahasa, ruang biologi, ruang kimia, ruang fisika, ruang studio band,
ruang koperasi, ruang UKS dan masjid. Tenaga pengajar yang ada di SMA
Negeri 2 Surakarta sebanyak 99 orang guru PNS dan 5 orang guru honorer.
Jumlah karyawan tetap 9 orang dan karyawan tidak tetap 18 orang.
B. Hasil Penelitan
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2
Surakarta sebanyak 81 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai mean
dan standar deviasi seperti pada tabel 4.1 di bawah ini :
52
53
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel
Tingkat Pengetahuan
Siswa Kelas XI tentang
Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMA
Negeri 2 Surakarta
Mean
Standar Deviasi
19,23
4,45
Dari nilai mean dan standar deviasi tersebut kemudian dihitung kategori
pengetahuan responden, yaitu :
1. Baik
: Bila nilai responden yang diperoleh x > mean + 1 SD
x>19,23 + 4,45
x>23,68
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden >23,68
2. Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD
19,23 - 4,45 ≤ x ≤ 19,23 + 4,45
14,78≤ x ≤ 23,68
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 14,78 ≤ x ≤ 23,68
3. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD
x <19,23 - 4,45
x<14,78
Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden <14,78
54
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta
No.
Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Baik
19
23,5
2.
Cukup
47
58
3.
Kurang
15
18,5
81
100
Total
Sumber: Data Primer
Berdasarkan penelitian, Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang
Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat
dikategorikan menjadi siswa yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19
responden (23,5%), siswa yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47
responden (58%) dan siswa yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15
responden (18,5%). Jadi tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit
menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta rata-rata mempunyai
pengetahuan cukup , yaitu sebanyak 47 responden (58%).
C. Pembahasan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).
55
Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki remaja adalah pengetahuan
tentang Penyakit Menular Seksual. Masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa ini antara usia
10-19 tahun, merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009). Dalam
usahanya mencari identitas diri seorang remaja mulai membantah orang tua
karena mempunyai pendapat sendiri yang berbeda dengan orang tua.
Sebenarnya remaja belum cukup mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu
remaja sering terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan
atau yang disebut dengan kenakalan remaja, salah satu bentuk kenakalan
remaja adalah perilaku seks bebas yang merupakan salah satu penyebab dari
Penyakit Menular Seksual (PMS) (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Daili (2009), Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang
penularanya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin
tidak hanya terbatas secara genio-genital saja, tetapi dapat juga secara orogenital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit
kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga
pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual tidak hanya
ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat seperti : handuk,
thermometer dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin juga dapat menular
pada bayi dalam kandungan. Jenis-jenis dari penyakit menular seksual adalah
gonore, herpes simpleks, trikomoniasis, vaginosis bakterial, sifilis, klamidia
56
trachomatis, ulkus mole, HIV/AIDS. Faktor-faktor yang menyebabkan
kenaikan angka kejadian PMS diantaranya adalah seks tanpa pelindung,
berganti-ganti pasangan, mulai aktif secara seksual sejak dini, penggunaan
obat dan alkohol, seks untuk uang, orang yang sudah pernah terkena PMS dan
pemakaian pil KB.
Berdasarkan hasil Penelitian tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang
penyakit menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat
dikategorikan menjadi siswa yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19
responden (23,5%), siswa yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47
responden (58%) dan siswa yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15
responden (18,5%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari
Lestari (2009), yang melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan
tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswi DIII Kebidanan Semarang
dengan hasil sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang
(58,70%).
Menurut
Notoatmodjo
(2010),
faktor-faktor
yang
mempengeruhi
pengetahuan, yaitu : tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, social
ekonomi dan usia.Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi positif dengan
terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat dengan demikian
pengetahuan juga meningkat. Seorang yang mempunyai sumber informasi
yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.Kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk akan bertambah pengetahuan seseorang walaupun
57
tidak melakukan. Pengalaman yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesesuatu yang bersifat informal. Sosial ekonomi
merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup,
semakin
tinggi
tingkat
ekonomi
akan
menambah
pengetahuan.Usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan siswa kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual paling banyak
pada kategori cukup sebanyak 47 siswa (58%). Pengetahuan tentang Penyakit
Menular Seksual penting diketahui oleh remaja karena gaya pacaran
para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak sehat dan adanya seks bebas
yang tidak aman, adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan
anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS.
D. Keterbatasan Penelitian
a. Kendala
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar
sehingga harus mencari waktu diluar kegiatan pembelajaran.
b. Keterbatasan
1. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian ini terbatas hanya pada tingkat pengetahuan siswa kelas XI
tentang penyakit menular seksual.
58
2. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
tertutup. Responden hanya bisa menjawab “benar” dan “salah”,
sehingga tidak bisa digunakan untuk menggali pengetahuan responden
tentang penyakit menular seksual secara mendalam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit
menular seksual (PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual
(PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan baik
sebanyak 19 responden (23,5%).
2. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual
(PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan cukup
sebanyak 47responden (58%).
3. Tingkat pengetahuan siswa kelas XI tentang penyakit menular seksual
(PMS) di SMA Negeri 2 Surakarta yang mempunyai pengetahuan kurang
sebanyak 15 responden (18,5%).
B. Saran
1. Bagi Responden (Siswa SMA)
Bagi siswa SMA (remaja) diharapkan untuk lebih memperluas pengetahuan
tentang penyakit menular seksual dengan mengikuti penyuluhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dengan cara mencari informasi yang
lebih banyak melalui media elektronik, media cetak maupun internet.
59
60
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi SMA Negeri 2 Surakarta
Bagi SMA Negeri 2 Surakarta diharapkan lebih meningkatkan
pengetahuan siswa dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk
melakukan penyuluhan khususnya tentang penyakit menular seksual.
b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta
Bagi institusi pendidikan diharapkan menambah sumber bacaan dan
referensi terbaru terutama tentang penyakit menular seksual yang dapat
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dan
lebih mengembangkan
variabel
penelitian
didapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
dan kuisioner sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Abeenabilla. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Meningkatnya Kejadian PMS Di
Era Globalisasi. http://id.scribd.com/doc/75775950/Faktor-FaktorYg-Mempengaruhi-Meningkatnya-Kejadian-Pms-Di-Era-Globalisasi
29 Oktober 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Daili, S F. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 5 : Jakarta. Fakultas
Kedokteran UI.
Darmasih, R. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Remaja.http://id.pdfsb.com/readonline/5a31564c6651312b575846364
36e6c6a56413d3d-534729 . 22 Oktober 2012.
Dinkes
Jateng. 2011. Angka Kejadian Penyakit Menular Seksual.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2011/BAB%
20I-VI%202011.pdf 28 Oktober 2012.
Handoyo, A. 2012. Remaja dan Kesehatan. Jakarta : PT. Perca.
Hidayat, A. A A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Mahfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Pustalung.
2009.
Dampak
Pacaran
Yang
Berlebihan.
http://id.scribd.com/doc/16577941/Pacaran-Di-Kalangan-RemajaSekarang . 2 Oktober 2012.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi
Program R dan SSPS. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sarwono, S. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Scorvian, V. Nugroho, T. 2011. Mengupas Tuntas 9 PMS (Penyakit Menular
Seksual). Yogyakarta. Nuha medika.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahanya. Jakarta :
Sagung Seto.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Download