Kode/Nama Rumpun Ilmu: 771/Pendidikan Biologi LAPORAN KEMAJUAN 70 % DOSEN MADYA PERBEDAAN JUMLAH KONSUMSI OKSIGEN (O2) PADA RESPIRASI BERBAGAI HEWAN INVERTEBRATA KELAS INSEKTA TIM PENGUSUL: Suharsono, M.Pd (Ketua) Liah Badriah, M.Pd (Anggota 1) Dani Ramdani, M.Pd (Anggota 2) (0422055902) (0013088802) (0028048902) UNIVERSITAS SILIWANGI JULI 2017 RINGKASAN Respirasi merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel yang aktif dengan lingkungannya. Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa perombakan molekul-molekul makanan dan transferenergi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses respirasi erat kaitannya dengan laju metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan sebagai unit energi yang dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi oksigen. Proses respirasi pada insekta, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, Pada penelitian yang akan dilakukan peneliti mencoba mengidentifikasi perbedaan konsumsi oksigen yang digunakan oleh berbagai sampel hewan yang termasuk pada kelas insekta serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan konsumsi oksigen tersebut. Penelitian ini diharapkan menjadi prototipe untuk penelitian berikutnya pada pada organisme yang lebih besar sehingga dapat digeneralisasikan dan memperoleh kesimpulan untuk untuk diapalikasikan pada kehidupan serta erat kaitannya dengan komparasi tumbuhan pada kajian ekologi dengan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh hewan, manusia atau tumbuhan itu sendiri. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI......................................................................................................... vii RINGKASAN BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3 LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 2.1.1 Respirasi ........................................................................... 2.1.2 Kelass Insekta ................................................................... 2.1.2 .1 Ciri-ciri Insekta BAB IV 4 6 ....................................................... 6 ................................................... 7 2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ............................................... 15 2.2.1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 15 2.2.2 Hipotesis ................................................................................ 15 2.1.2 .2 Klasifikasi Insekta BAB III 4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 16 3.2 Manfaat penelitian ...................................................................... 16 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian ..................................................................... 17 4.1.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 19 vii viii 4.2 Objek Penelitian ....................................................................... 20 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Hasil Penelitian BAB VI .................................................................. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA 6.1 Perencanaan Tahap Berikutnya BAB VII 21 .................................................. 22 .................................................................................... 24 ........................................................................................... 24 SIMPULan dan saran 7.1 Simpulan 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oksigen merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini. Dalam kajian fisiologi oksigen ini digunakan dalam proses metabolisme yaitu bahan bakar untuk mengoksidasi zat makanan. Hanya sedikit hewan yang dapat memenuhi energinya tanpa oksigen, yaitu dengan memanfaatkan energi kimia senyawa organik secara anaerob tetapi hanya menghasilkan energi dalm jumlah yang sangat(Soewolo, 2000 :185). Kajian metabolisme ini menjadi sangat luas namun secara garis besar metabolisme diartikan sebagai reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh organisme, yang terdiri atas anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan suatuproses sintesis senyawa sederhana menjadi besar menjadi molekul yang lebihkomplek dan dalam prosesnya ini membutuhkan energi, sedangkan katabolisme adalahproses penguraian molekul komplek menjadi molekul kecil, dan dalam prosesnya melepaskan energi. Meskipunkedua proses ini tidak sinergis, namun keduanya tidak dapatdipisahkan karena seringkali produk dari anabolisme merupakan senyawa pemulauntuk proses katabolisme. Metabolisme terjadi setiap saat dan berbeda antar spesies, sehingga untuk mengetahuinya dapat dihitung laju metabolisme pada jenis tertentu. Laju metabolisme merupakan jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley 2002). Laju metabolisme berkaitan eratdengan pernafasan (respirasi) karena respirasi merupakan proses pembentukani energi dari molekulmakanan komplek yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin 2005). Jadi, laju metabolisme biasanya dapat dihitung dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsiorganisme per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi daribahan makanan memerlukan oksigen untukmenghasilkan 1 2 energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, lajumetabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknyaoksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal inimemungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalamjumlah yang diketahui untuk menghasilkan energi yang dapat diketahuijumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikandalam bentuk laju konsumsi oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lajumetabolisme pada hewan kelas insekta dengan pengukuran tingkat konsumsi oksigen per menit. Bertolak pada latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. apakah jumlah konsumsi oksigen (O2) pada respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta sama? 2. apakah jumlah konsumsi oksigen (O2) pada respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta kelas invertebrata berbeda? Agar penelitian yang dilaksanakan lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. jumlah konsumsi oksigen (O2) dibatasi pada jumlah oksigen yang digunakan dalam respirasi setiap menit per gram berat badan hewan 2. respirometer yang digunakan adalah respirometer dengan skala milimeter kubik 3. hewan invertebrata kelas insekta yang akan digunakan dalam penelitian ini dari ordo orthoptera, coeloptera, odonata, dan diptera dengan pertimbangan sebagai berikut: 3.1 hewan pada ordo ini sama-sama aktif terbang dalam mencari makan 3.2 mempunyai pergiliran keturunan atau daur hidup yang hampir sama 4. Penelitian ini direncanakan di lakukan di laboratorium zoologi Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi 3 1.2.Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan jumlah konsumsi oksigen (O2) pada respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta? BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Respirasi Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah respirasi, sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi. Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak. Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui 4 5 permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit). Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur. Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. 6 Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem transportasi pada vertebrata. Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gasgas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara. 2.1.2 Kelas Insekta Insekta berasal dari bahasa Latin, Insectum yang berarti terpotong menjadi bagian-bagian yang dikenal dengan serangga. Ukuran tubuh serangga yang beragam, yaitu dengan panjang 2-40 mm. Serangga ada yang berukuran mikroskopis dan ada juga yang memiliki ukuran panjang sekitar 260 mm, seperti Phobaeticus serratipes. Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (kaput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Toraks terdiri atas tiga segmen (ruas) dan pada setiap ruas terdapat sepasang kaki jalan sehingga kaki serangga berjumlah tiga pasang atau enam buah. Abdomen terdiri dari 11 ruas, dari beberapa ruas bersatu sehingga menjadi kurang 11 ruas. 2.1.2.1 Ciri-Ciri Insekta Insekta (serangga) memiliki beberapa ciri-ciri berdasarkan anatomi dan morfologi insekta. Ciri-ciri insekta (serangga) adalah sebagai berikut.. 7 Tubuh dibedakan menjadi 3 yaitu kepala, dada, dan perut Pada kepala terdapat satu pasang mata facet, mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba Alat mulut difungsikan untuk mengunyah, mengigit, menjilat dan mengisap Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium) Dada (thorax) terdiri dari tiga ruas yaitu prothorax, mesothorax, dan metathorax. Pada segmen terdapat sepasang kaki. Setiap mesotoraks dan metatoraks terdapat dua pasang sayap, tetapi ada juga yang tidak memiliki sayap Alat pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, usus, rektum, dan anus Sistem pernapasan dengan sistem trakhea Sistem saraf tangga tali Pada umumnya serangga mengalami perubahan bentuk (metamorfosis) dari telur sampai dewasa Tempat hidup di air tawar dan darat Sistem peredaran darah terbuka Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan internal Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membram Tympanum. 2.1.2.2 Klasifikasi Insekta (Serangga) Terdapat sekitar 900.000 spesies anggota Insekta yang teridentifikasi. Berdasarkan ada atau tidaknya sayap, Insekta 8 dibagi dalam beberapa subkelas, antara lain Apterygota dan Ptergota. a. Apterygota, berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata a dan pteron. a berarti tidak, dan pteron berarti sayap. Apterygota adalah kelompok serangga yang tidak memiliki sayap, sedikit atau tidak mengalami metamorfosis, memiliki appendage di bagian ventral abdomen, dan umumnya memiliki ukuran yang kurang dari 5 mm. Appendage adalah bagian tubuh yang menonjol, dapat digerakkan, dan berfungsi sebagai alat gerak, alat indra, untuk makan, atau keperluan lainnya. Apterygota hidup di tempat lembab yang mengandung humus atau sampah organik, dan ada pula yang memakan buku atau pakaian. Serangga termasuk Apterygota, antara lain ordo Thysanura (Lepisma saccharina -kutu buku) dan Archaeognatha (Petrobius martimus) Ciri-Ciri Apterygota Tidak bersayap Tipe mulutnya mengigit Tidak mengalami metamorfosis (ametabola) Anetanya panjang tidak beruas-beruas Batas antara kepala, dada, dan perut tidak jelas Contoh spesiesnya yaitu kutu buku (Lepisma sachariana) Kutu buku dapat dapat merusak buku karna dapat mengeluarkan selulase b. Pterygota Merupakan kelompok serangga yang memiliki sayap atau tidak bersayap, dan mengalami metamorfosis. Serangga yang tidak bersayap contohnya semut dan anai-anai. Sub Kelas Pterygota : Eksopyterygota 9 1. Ordo Isoptera Isoptera berasal dari bahasa Latin iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap sama. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah : Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit. Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atau tentara. Gambar. 2.1 Helanithermis sp 2. Ordo Orthoptera Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop = lurus, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah : Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian depan lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit. 10 Kaki paling belakang (kaki ketiga membesar). Gambar. 2.2 Kecoa (Periplaneta americana), jangkrik (Grillus sp.), belalang sembah (Tenodora sp.) 3. Ordo Hemiptera Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah : Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan. Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menusuk dan menghisap. Gambar. 2.3 Walang sangit (Leptocorisa acuta) 4. Ordo Odonata. Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo homoptera adalah : Memiliki dua pasang sayap tipis seperti selaput. 11 Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit. Contoh : Capung (Aesha sp.) Gambar.2. 4 Capung (Aesha sp) Sub Kelas Pterygota : Endopterygota 1. Ordo Coleoptera Coleoptera berasala dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta bersayap perisai. Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah : Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput. Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut menggigit. Gambar. 2.5 Kumbang kelapa (Oycies rhinoceros),. 12 2. Ordo Hymenoptera Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah : Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut menggigit dan ada yang kombinasi untuk menggigit dan menjilat. Gambar.2.6 Lebah madu (Apis indica), 3. Ordo Diptera Ciri-ciri ordo diptera adalah : Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan). Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat. Dan memiliki tubuh ramping. Contoh : Nyamuk rumah (Culex pipiens), nyamuk malaria (Anopheles sp.), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat buah (Drosophila melanogaster), lalat tsetse (Glossina palpalis). 13 Gambar. 2.7 nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat buah (Drosophila melanogaster) 4. Ordo Lepidoptera Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah : Memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus. Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut pada tahap larva menggigit, sedangkan pada tahap dewasa menghisap. Mata fasetnya besar. Gambar. 2.8 kupu-kupu elang (Acherontia atropos). 5. Ordo Shiponaptera Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah : 14 Tidak memiliki sayap. Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut menusuk dan menghisap. Kakinya pipih panjang dan digunakan untuk meloncat. Contaoh : Kutu manusia (Pulex irritans), kutu kucing (Stenossphalus felic). Gambar. 2.9 Kutu manusia (Pulex irritans) 6. Ordo Dermaptera Ciri-ciri ordo dermaptera adalah : Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang bermembran), atau tidak bersayap. Mengalami metamorfosis sempurna. Tipe mulut menggigit. Contoh : Earwig Gambar. 2.10 Earwig 15 2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran Respirasi merupakan ciri dari makhluk hidup dikarenakan dalam proses tersebut akan diperoleh energi untuk memenuhi kebutuhannya untuk melakukan aktivitas .Dalam proses respirasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi seperti oksigen, konsentras, suhu, jenis hewan dan aktivitas. Faktor untuk perolehan energi maksimala maka diperlukan oksigen dalam jumlah banyak. Oksigen adalah gas unsur kimia yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa yang muncul dalam kelimpahan yang besar di bumi, terperangkap oleh atmosfer. Oksigen merupakan komponen vital dari proses respirasi; tanpa itu, sebagian besar organisme akan mati dalam beberapa menit. Sejumlah bentuk oksigen dan senyawa yang dapat ditemukan di alam. Gas ini juga dapat diisolasi dan dijual dalam bentuk murni untuk berbagai macam kegunaan Oksigen dialam berada dalam jumlah terbatas, setiap organisme berrebut umtuk memperoleh senyawa ini. Dalam penelitian ini peneliti menguji coba dengan variasi hewan terhadap jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan per menit. Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat perbedaan perbedaan jumlah konsumsi oksegen (O2) respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta 2.2.2 Hipotesis Agar penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan jumlah konsumsi oksegen (O2) respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta Ha : Terdapat perbedaan jumlah konsumsi oksegen (O2) respirasi berbagai hewan invertebrata kelas insekta BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah konsumsi O2 yang digunakan oleh berbagai hewan invertebrata kelas insekta dalam metabolisme tubuh yang dilakukannya. 3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan baik secara teoretis maupun secara praktis diantaranya sebagai berikut : 1. dapat digunakan dalam praktikum fisiologi hewan yang berhubungan dengan materi respirasi hewan; 2. dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian respirasi selanjutnya. 16 BAB IV METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimennyata (True-experimental) dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan masing-masing sampel yaitu dengan menggunakan beberapa spesies hewan yang berasal dari ordo yang berbeda diantaranya jngkrik (Gryllus asimilis), belalang (Dissosteira carolina), kecoa (Blattella asahinai), kepik (Leptocorisa acuta) dan capung (Pantala flavescens) Hewan-hewan tersebut diletakan di dalam spirometer sederhana masing-masing dilakukan ulangan sebanyak empat kali ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari enam perlakuan yaitu: 1. Perlakuan A tanpa menggunakan hewan 2. Perlakuan B dengan menggunakan hewan jangkrik (Gryllus asimilis) 3. Perlakuan C dengan menggunakan hewan belalang (Dissosteira carolina) 4. Perlakuan D menggunakan hewan kecoa (Blattella asahinai) 5. Perlakuan E menggunakan hewan kepik(Leptocorisa acuta), dan 6. Perlakuan F menggunakan hewan capung (Pantala flavescens) Untuk menentukan jumlah pengulangan tiap perlakuan maka digunakan rumus Achyar dan Warsa (1982) dengan rumus : (t-1)(r-1) ≥ 15 Dengan : t : perlakuan r : ulangan 15 : ragam gallat Dengan enam perlakuan tersebut maka banyak pengulangan untuk setiap perlakuan adalah sebagai berikut : (6-1)(r-1) ≥ 15 5(r-1) ≥ 15 5r - 5 ≥ 15 17 18 5r ≥ 15 + 5 5r ≥ 20 r≥ 20 /5 r=4 Jadi, pada penelitian dengan 6 perlakuan ini diulang sebanyak empat kali sehingga plot percobaan yang harus disediakan 6 x 4 = 24 plot Perlakuan diberi tanda A sampai F 1. Perlakuan 1 disebut A : A1, A2, A3, A4 2. Perlakuan 2 disebut B : B1, B2, B3, B4 3. Perlakuan 3 disebut C : C1, C2, C3, C4 4. Perlakuan 4 disebut D : D1, D2, D3, D4 5. Perlakuan 5 disebut E : E1, E2, E3, E4 6. Perlakuan 6 disebut F : F1, F2, F3, F4 Tata letak percobaannya : Tanpa hewan jangkrik belalang kecoa kepik capung A1 E1 B4 E4 D1 B3 D3 C3 E3 B2 F1 C2 B1 A3 C4 E2 A2 D2 D4 F2 A4 F4 F3 C1 Keenam perlakuan tersebut dilakukan pengulangan empat kali sehingga terdiri dari 24 sampel. Masing-masing perlakuan diamati selama 20 menit dan diamati perubahan volume gas oksigen (variabel terikat). Kontrol variabel bebas menghasilkan konsumsi volume gas oksigen (variabel terikat) dari skala tabung respirometer tersebut. Perubahan volume gas oksigen pada skala tabung respirometer ditandai serta diamati dengan ketelitian dan ketepatan. Proses keseluruhan perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada gambar 1. 19 Gambar 3.1. Alur Rancangan Penelitian 4.1.1 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran volume terhadap gas oksigen yang dihasilkan pada tabung reaksi pada setiap sampel. Data yang didapat dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan analisis kuantitatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam kali perlakuan penggunakan panjang intensitas cahaya matahari yang berbeda dengan menggunakan mika berwarna yang diulang sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan persamaan sebagai berikut (Gaspersz, 1991) : Yij = µ + τi+εij Keterangan : Yij =Respon pengamantan yang diukur pada satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuakn ke-i µ = Rata-rata umum 20 τi= Pengaruh perlakuan ke-i εij= Galat percobaan dari perlakuan untuk perlakuan mika ke-iulangan ke-j i = banyaknya perlakuan intensitas cahaya yang berbeda dengan menggunakan mika ( 1,2,3,4,5,6 ) j = Banyaknya ulangan (1,2,3,4,5) Asumsi : 1. Nilai εijmenyebar normal dan bebas satu sama lainnya 2. Nilai harapan εij= 0 atau ε(εij2) ~ 0 3. Ragam dari εij= ε2atau ε(εij2) = ε2 Hipotesis : Ho : S1 = S2 = S3 = S4 = S5 H1 : S1 ≠ S2 ≠ S3 ≠ S4 ≠ S5 Apabila dalam analisis ada perbedaan yang nyata, maka untuk mengetahui kelompok mana yang memberikan perbedaan tersebut dilkukan uji jarak Duncan. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahuludilakukan uji prasyarat normalitas dan mogogenitas data penelitian. Kemudian dilanjut uji Anova apabila asumsi-asumsi yang diajukan diterima. Data yang diperoleh ini dianalisis dengan bantuan program spss 21.0 for windows. 4.2.Objek Penelitian Hewan invertebrata kelas insekta yang akan digunakan dalam penelitian ini dari ordo orthoptera, coeloptera, odonata, dan diptera sebagai objek penelitian. Hewan-hewan ini diambil di sekitar Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Universitas Siliwangi selama hari pada tanggal April 2017. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Hasil Penelitian Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut : Data Klimatik : a. Kelembapan : 74 % b. Suhu : 27 oC c. Intensitas Cahaya : Terang Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Oksigen No 1. 2 3 4 5 Nama Hewan Massa Jangkrik 1 Jangkrik 2 Jangkrik3 Jangkrik 4 Kecoa 1 Kecoa 2 Kecoa 3 Kecoa 4 Belalang 1 Belalang 2 Belalang 3 Belalang 4 Kepik 1 Kepik 2 Kepik 3 Kepik 4 Capung 1 Capung 2 Capung 3 Capung 4 1,35 1,3 1,30 1.2 1,3 1,3 1,4 2,0 0,9 0,75 0,9 0,6 0,4 0,4 0,4 0,35 0,3 0,6 0,5 0,55 21 Rata-rata Konsumsi oksigen 26 0 16 31 27 9 9 16 2 3 5 6 1 1 0,25 3,5 5 3 3 7 22 Data diatas masih dalam keadaan mentah dan belum dilakukan tahap berikutnya yaitu pengolahan data berupa uji perbandingan (uji-t), sehingga diakhir pengolahan ini akan diperoleh kesimpulan hewan yang memiliki rata-rata konsumsi oksigen (O2) paling tinggi dan yang paling rendah. BAB VI RENCANA TAHAP BERIKUTNYA 6.1 Perencanaan Tahap Berikutnya Adapun untuk perencanaan tahap berikutnya adalah sebagai berikut : 6.1.1 Pengolah Data Penelitian Tahapan berikutnya setelah diperoleh data hasil pengamatan mengenai rata-rata konsumsi oksigen (O2) pada hewan invertebrata pada kelas insekta ini adalah pengolahan data dengan membandingkan data hewan tersebut dengan menggunakan uji perbandingan (uji-t) hal ini dilakukan untuk memperoleh kesimpualan hewan kelas insekta mana yang memiliki laju konsumsi oksigen (O2) paling tinggi. 6.1.2 Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan laporan akhir dibuat untuk menyajikan kesimpulan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Sehingga diketahui sejauh mana penelitian ini berhasil dilaksanakan. 6.1.3 Membuat Poster Data yang diperoleh mengenai perbedaan konsumsi oksigen (O2) pada kelas insekta ini dirangkum sedemikian rupa untuk dibuat poster untuk mempermudah publik membaca hasil yang diperoleh sehingga diharapkan dapat menjadi informasi baru 22 23 sebagai kontribusi dalam peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan denga respirasi hewan pada mata kuliah fisiologi hewan. 6.1.4 Publikasi/Seminar Hasil Penelitian Tahap akhir untuk mempermudah akses informasi mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis bermaksud akan melakukan publikasi / seminar hasil penelitian. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 SIMPULAN Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari penelitian yang belum diolah diperoleh data rata-rata konsumsi oksigen yang hampir merata pada setiap hewan, namun perbedaan yang sangat signifikan jauh lebih besar yaitu pada konsumsi oksigen pada belalang sebesar 18 ml/g dan yang nampak dengan jumlah paling kecil adalah kepik dengan rata-rata konsumsi oksigen 1,4 ml/g. 7.2. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti merekomendasikan beberapa hal untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran antara lain ; 1. Jenis hewan dapat diganti dengan jenis hewan yanga lain yang refresentatif namun harus sesui dengan alat respirometer. 2. Praktikum ini akan maksimal hasilnya jika kondisi lingkungan berupa intensitas cahaya matahari dan aktivitas hewan maksimal, maka lingkungan dan aktivitas hewan ini menjadi faktor yang berpengaruh terhadap besar rata-rata konsumsi oksigen yang dibutuhkan oleh setiap hewan. 24 DAFTAR PUSTAKA Campbell Reece-Mitchell. 2000. Biologi. Edisi kelima, Jilid 1-3. Jakarta: Erlangga Djamhur Wiranatasasmita. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Modul UT 19. Jakarta: PT. Karunika Evelyn C. Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Hernawan, Edi. (2008). Penghantar Statistika. Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Tidak diterbitkan. Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius. Sumiyati Sa’adah, 2010. Materi Pokok Zoologi Invertebrata. Bandung: UIN SGD 22 PERBEDAAN JUMLAH KONSUMSI OKSIGEN (O2) PADA RESPIRASI BERBAGAI HEWAN INVERTEBRATA KELAS INSEKTA Suharsono1), Liah badriah2) , Dani Ramdani3) [email protected] , [email protected] , [email protected] JurusanPedidikan Biologi, FKIP, UniversitasSiliwangi Jl. SiliwangiTasikmalaya. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah konsumsi rata-rata oksigen yang diperlukan untuk bermetabolisme pada hewan invertenrata kelas insekta. Metode eksperimen nyata (True-experimental) dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan masing-masing sampel yaitu dengan menggunakan beberapa spesies hewan yang berasal dari ordo yang berbeda diantaranya jngkrik (Gryllus asimilis), belalang (Dissosteira carolina), kecoa (Blattella asahinai), kepik (Leptocorisa acuta) dan capung (Pantala flavescens). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran volume terhadap gas oksigen yang dihasilkan pada tabung reaksi pada setiap sampel. Data yang didapat dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan analisis kuantitatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam kali perlakuan penggunakan panjang intensitas cahaya matahari yang berbeda dengan menggunakan mika berwarna yang diulang sebanyak 4 kali. Data hasil penelitian belum dapat disimpulkan dikarenakan masih dalam tahap pengolahan data. Kata kunci : konsumsi oksigen, respirasi, insekta keduanya tidak dapat dipisahkan PENDAHULUAN Oksigen merupakan senyawa karena seringkali produk yang dibutuhkan oleh hampir seluruh anabolisme makhluk hidup di bumi ini. Dalam pemulauntuk proses katabolisme. kajian fisiologi senyawa ini Metabolisme terjadi setiap digunakan dalam proses metabolisme saat dan berbeda antar spesies, yaitu untuk sehingga untuk mengetahuinya dapat mengoksidasi zat makanan. Hanya dihitung laju metabolisme pada jenis sedikit hewan yang dapat memenuhi tertentu. energinya yaitu merupakan jumlah total energi yang dengan memanfaatkan energi kimia diproduksi dan dipakai oleh tubuh senyawa organik secara anaerob per satuan waktu (Seeley 2002). Laju tetapi hanya menghasilkan energi metabolisme berkaitan eratdengan dalm jumlah yang sangat(Soewolo, pernafasan 2000 :185). respirasi bahan bakar tanpa Kajian oksigen merupakan dari oksigen, (respirasi) karena merupakan proses energi menjadi sangat luas namun secara molekulmakanan komplek garis besar metabolisme diartikan bergantung pada adanya oksigen sebagai reaksi kimia yang terjadi di (Tobin 2005). Jadi, laju metabolisme dalam tubuh organisme, yang terdiri biasanya atas anabolisme dan katabolisme. mengukur banyaknya oksigen yang Anabolisme merupakan suatuproses dikonsumsiorganisme sintesis senyawa sederhana menjadi waktu. besar karena oksidasi daribahan makanan molekul ini metabolisme pembentukani menjadi metabolisme Laju yang dapat Hal dihitung ini dari yang dengan per satuan memungkinkan lebihkomplek dan dalam prosesnya memerlukan ini membutuhkan energi, sedangkan untukmenghasilkan katabolisme adalahproses penguraian dapat diketahui jumlahnya juga. molekul komplek menjadi molekul Akan kecil, biasanya cukup diekspresikan dalam dan dalam prosesnya melepaskan energi. Meskipunkedua proses ini tidak sinergis, namun tetapi, oksigen energi yang lajumetabolisme bentuk laju konsumsi oksigen. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan kepik (Leptocorisa acuta) dan mengukur capung (Pantala flavescens) banyaknyaoksigen yang dikonsumsi Teknik Pengumpulan Data makhluk hidup per satuan waktu. Hal Pengumpulan data yang dilakukan inimemungkinkan karena oksidasi dalam dari bahan makanan memerlukan dengan cara melakukan pengukuran oksigen yang volume terhadap gas oksigen yang diketahui untuk menghasilkan energi dihasilkan pada tabung reaksi pada yang dapat diketahuijumlahnya juga. setiap sampel. Data yang didapat dari Akan hasil (dalamjumlah tetapi, laju metabolisme penelitian penelitian ini akan dilakukan dianalisis biasanya cukup diekspresikandalam menggunakan analisis bentuk menggunakan Rancangan laju Penelitian konsumsi ini oksigen. bertujuan untuk perlakuan hewan intensitas pengukuran insekta tingkat dengan konsumsi oksigen per menit. Acak Lengkap (RAL) dengan enam kali mengetahui lajumetabolisme pada kelas kuantitatif penggunakan cahaya panjang matahari yang berbeda dengan menggunakan mika berwarna yang diulang sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis METODE PENELITIAN Metode digunakan adalah secara statistika dengan persamaan penelitian dalam metode penelitian yang sebagai berikut (Gaspersz, 1991) ini HASIL DAN PEMBAHASAN eksperimennyata (True-experimental) menggunakan dengan rancangan acak Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh adalah berikut : lengkap (RAL). Perlakuan masing- Data Klimatik : masing sampel menggunakan yaitu dengan a. Kelembapan : 74 % beberapa spesies b. Suhu : 27 oC hewan yang berasal dari ordo yang berbeda diantaranya jngkrik (Gryllus asimilis), belalang (Dissosteira carolina), kecoa (Blattella asahinai), sebagai c. Intensitas Cahaya : Terang Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Oksigen Rata-rata Nama No Massa Konsumsi Hewan oksigen Jangkrik 1 1,35 26 Jangkrik 2 1,3 0 1. Jangkrik3 1,30 16 Jangkrik 4 1.2 31 Kecoa 1 1,3 27 Kecoa 2 1,3 9 2 Kecoa 3 1,4 9 Kecoa 4 2,0 16 Belalang 1 0,9 2 Belalang 2 0,75 3 3 Belalang 3 0,9 5 Belalang 4 0,6 6 Kepik 1 0,4 1 Kepik 2 0,4 1 4 Kepik 3 0,4 0,25 Kepik 4 0,35 3,5 Capung 1 0,3 5 Capung 2 0,6 3 5 Capung 3 0,5 3 Capung 4 0,55 7 Data diatas masih dalam keadaan mentah dan belum dilakukan tahap berikutnya yaitu pengolahan perbandingan data konsumsi oksigen yang hampir merata pada setiap hewan, namun perbedaan yang sangat signifikan jauh lebih besar yaitu pada konsumsi oksigen pada belalang sebesar 18 ml/g dan yang nampak dengan jumlah paling kecil adalah kepik dengan rata-rata konsumsi oksigen 1,4 ml/g. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, merekomendasikan peneliti beberapa hal untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran antara lain ; 1. Jenis hewan dapat diganti dengan jenis hewan yanga lain yang refresentatif namun harus sesui dengan alat respirometer. uji 2. Praktikum ini akan maksimal sehingga hasilnya jika kondisi lingkungan berupa (uji-t), belum diolah diperoleh data rata-rata akan berupa intensitas cahaya matahari diperoleh kesimpulan hewan yang dan aktivitas hewan maksimal, memiliki rata-rata konsumsi oksigen maka lingkungan dan aktivitas (O2) paling tinggi dan yang paling hewan ini menjadi faktor yang rendah. berpengaruh terhadap besar rata- PENUTUP rata Simpulan dibutuhkan oleh setiap hewan. diakhir pengolahan ini Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari penelitian yang konsumsi oksigen yang DAFTAR PUSTAKA Campbell Reece-Mitchell. 2000. Biologi. Edisi kelima, Jilid 13. Jakarta: Erlangga Djamhur Wiranatasasmita. Fisiologi Hewan 1986. dan Tumbuhan. Modul UT 1-9. Jakarta: PT. Karunika Evelyn C. Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. untuk Jakarta: PT Gramedia Hernawan, Edi. (2008). Penghantar Statistika. Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Tidak diterbitkan. Isnaeni, Wiwi. 2006. Hewan.Yogyakarta Fisiologi : Kanisius. Sumiyati Sa’adah, 2010. Materi Pokok Zoologi Invertebrata. Bandung: UIN SGD DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Alat dan Bahan Gambar 2. Proses Penimbangan Massa Hewan Gambar 3. Praktikum Berlangsung Gambar 4. Proses Pengukuran Gambar 5. Tim Peneliti