SRG Kebijakan Pangan

advertisement
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
K NTRAK
M E N G A B D I D E N G A N
I N T E G R I T A S
SRG Kebijakan Pangan
Berorientasi Ekspor
Perdagangan Sebagai Sektor
Penggerak Pertumbuhan dan
Daya Saing Ekonomi, serta
Penciptaan
Kemakmuran
Rakyat
Harga BTI
Signifikan
Eksportir Panen
....8
Bali
Menuju
PLKA Online
....12
SRG Perkuat
Ketahanan
Pangan Nasional
....24
DARI REDAKSI
K
NTRAK
M E N G A B D I D E N G A N
Foto : Mendag, Gita Wirjawan memberi izin Pengelola Gudang SRG dan penghargaan kepada Pemda yang telah
mengimplementasikan SRG.
K
apasitas gudang Sistem Resi
Gudang (SRG) yang berjumlah
82 unit dan tersebar di sejumlah
daerah baru bisa menampung
sekitar 5 % dari komoditi pangan nasional.
Itu artinya, implementasi SRG perlu
mendapat dukungan dari berbagai pihak
terutama Pemerintah Daerah baik dalam
bentuk pembangunan gudang baru
maupun dukungan anggaran yang berasal
dari APBD.
Seperti
diutarakan
Menteri
Perdagangan, Gita Wirjawan, disela-sela
Seminar Nasional SRG, di Semarang,
Jateng, 19 September 2013, lalu, “jika
gudang SRG mampu menampung sekitar
30 % komoditi pangan nasional, maka SRG
ini akan dahsyat.”
Apa yang dimaksudkan Mendag
dengan kata dahsyat tersebut? Tentu saja
pembiayaan SRG akan meningkat tajam
dan terkendalinya komoditi pangan di
tingkat nasional serta berdampak positif
menekan laju inflasi.
Di sisi lain dari itu, komoditi pangan
Indonesia akan memiliki daya saing tinggi di
pasar ekspor. Hal ini pun akan memperkuat
posisi Indonesia sebagai negara besar di
Kawasan Asia Tenggara.
Di akhir seminar nasional yang dihadiri
sekitar 1.000 petani itu, terdapat enam
poin rumusan sebagai berikut: Pertama,
Ketahanan Pangan menjadi salah satu fokus
utama pemerintah dalam menciptakan
fundamen
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia. SRG memiliki peran dalam
memperkuat cadangan pangan sekaligus
sebagai sarana stabilisasi harga pangan yang
diharapkan nantinya dapat meningkatkan
perekonomian daerah dan nasional.
Kedua, SRG merupakan instrumen
penting yang pro-petani, karena dengan
adanya UU No. 9 Tahun 2006 sebagaimana
diubah dengan UU No. 9 tahun 2011
merupakan payung hukum yang kuat
2 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
dalam pemberian akses kredit yang
lebih luas dari lembaga keuangan baik
bank maupun non-bank kepada pelaku
usaha terutama petani dan UKM dengan
jaminan hanya Resi Gudang tanpa
dipersyaratkan agunan lainnya seperti
tanah, rumah, kendaraan, dan lain-lain
yang tidak dimiliki oleh petani dan UKM.
Ketiga, pemerintah berkepentingan
mengembangkan SRG di daerah, salah
satunya karena fluktuasi harga komoditi
pangan berkontribusi signifikan terhadap
tingkat inflasi daerah dan tingkat inflasi
yang terjadi di daerah akan menentukan
seberapa besar tingkat inflasi secara
nasional. Implementasi SRG secara
nasional dapat membantu pemerintah
dalam mengendalikan ketersediaan dan
kelancaran distribusi komoditi pangan,
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
Keempat,
guna
suksesnya
implementasi SRG, maka diperlukan
koordinasi, sinergi kebijakan dan upaya
bersama di antara pemangku kepentingan
terkait, mulai dari tingkat parlemen (DPR
maupun DPRD), Pemerintah Pusat dan
Daerah, dan lembaga/instansi terkait
lainnya.
Kelima, dukungan DPRD dan
pemerintah daerah memegang peranan
penting dalam pengembangan SRG
yang dapat diwujudkan dalam bentuk
peraturan daerah maupun anggaran yang
mendukung SRG.
Keenam, dalam upaya pengembangan
dan perluasan pelaksanaan SRG,
diperlukan terobosan-terobosan inovatif
dalam hal sosialisasi, maupun kebijakan
untuk mengatasi kendala dan hambatan
yang masih ada.
Lebih dalam terakit aktivitas seminar
nasional tersebut, pembaca pun dapat
mengikutinya dengan sajian informasi
lain yang tidak kalah penting pada
penerbitan edisi ini. Salam!
I N T E G R I T A S
Penerbit
Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi
Penasihat/Penanggung
Jawab
Sutriono Edi
Pemimpin Redaksi
Robert J. Bintaryo
Wakil Pemimpin Redaksi
Subagiyo
Dewan Redaksi
Sri Haryati, Pantas Lumban
Batu, Agus Muharni S.,
Harry Prihatmoko, Poppy
Juliyanti, Diah Sandita
Arisanti, Erni Artati.
Sirkulasi
Apriliyanto, Katimin.
Alamat Redaksi
Gedung Bappebti Jl. Kramat
Raya No. 172, Jakarta Pusat.
www.bappebti.go.id
Redaksi menerima artikel
ataupun opini dikirim lengkap
dengan identitas serta foto ke
E-mail:
[email protected]
rjangka
Bule
ti
ontrak
Be
nK
DAFTAR ISI
Berita Utama.............................4-7
- SRG Kebijakan Pangan Beriorientasi Ekspor
- SRG Pasok Stok Komoditas Nasional
Berjangka.................................8-9
Wawasan...22-23
Rencana & Potensi
Shanghai Futures Exchange
- Harga BTI Signifikan Eksportir Panen
Resi Gudang...........................10-11
- SRG Warungkondang Makin Kondang
Pasar Lelang...........................12-13
- Bali Menuju Pasar Lelang Online
Agenda Foto ..........................14-15
Aktualita................................16-17
- Indonesia Hanya Perlu Satu Bursa Timah
- Cocoa Day Expo Ajang Promo Cokelat Indonesia
Kolom...24-25
SRG Perkuat
Ketahanan Pangan Nasional
- Gudang SRG Berkontribusi Tingkatkan PAD
- Perusahaan Investasi Bodong Harus Bertanggung Jawab
Analisa.......................................19
Breaknews..................................20
Info SRG................................20-21
Tips
7P
Kiprah...26-27
‘Juru Kunci’ Gudang
SRG Warungkondang
1). Pelajari latar belakang perusahaan yang
menawarkan anda bertransaksi;
2). Pelajari tata cara bertransaksi dan penyelesaian
perselisihan;
3). Pelajari kontrak berjangka komoditi yang akan
diperdagangkan;
4). Pelajari wakil pialang yang telah mendapatkan
izin dari Bappebti;
5). Pelajari isi dokumen perjanjiannya;
6). Pelajari risiko-resiko yang dihadapi.
7). Pantang percaya dengan janji-janji keuntungan
tinggi.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
3
Berita Utama
Mendag, Gita Wirjawan, menyampaikan sambutan saat Seminar Nasional SRG.
SRG Kebijakan Pangan
Berorientasi Ekspor
Pengembangan SRG di seluruh Indonesia akan meningkatkan daya saing komoditi pangan dan dapat
berorientasi ekspor. Sebab itu kapasitas gudang SRG yang baru mencapai 5 % perlu ditingkatkan
dengan dukungan anggaran pemerintah daerah.
K
ebijakan pangan Indonesia selama ini sudah ‘salah
parkir.’ Karena selama ini
terlalu ditekankan berorientasi swasembada. Seharusnya, kebijakan pangan Indonesia
adalah berorientasi ekspor. Dengan kebijakan seperti itu, sudah otomatis dan
pasti Indonesia bisa swasembada pangan.
Demikian antara lain dikatakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam
sambutannya membuka seminar nasional Sistem Resi Gudang di Semarang,
19 September 2013. Seminar Sistem Resi
Gudang (SRG) itu diselenggarakan Bappebti bekerjasama dengan Disperindag,
4 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Jateng. Hadir di seminar nasional itu antara lain Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Anggota Komisi VI DPR RI, Yusyus
Kuswandana, Kepala Bappebti Sutriono
Edi, Guru Besar Unila, Bustanul Arifin
dan sejumlah pejabat pemerintah daerah yang memiliki gudang SRG. Selain
itu, hadir juga sekitar 1.000 petani yang
berasal dari Gapoktan Se- Jateng.
“Kalau selama ini kebijakan pangan
kita berorientasi ekspor, sudah tentu
kita swasembada pangan. Tetapi karena
hanya berorientasi swasembada, maka
secara psikologis kita berpikir tidak perlu ekspor komoditi pangan,” kata Gita
Wirjawan.
Namun, kata Gita, untuk berorienta-
si ekspor perlu ada kolektifitas kebijakan
dari hulu ke hilir. Dengan demikian
semua orang pasti akan mau menjadi
petani. “Saat ini jika anak usia sekitar
depalan tahun ditanya jika dewasa mau
menjadi apa? Maka jawabnya menjadi
orang kaya. Hampir tidak ada yang menjawab menjadi seorang petani.”
“Pada hal, profesi petani itu merupakan profesi yang mulia. Dan apabila
kita bisa menghasilkan komoditi pangan berdaya saing tinggi, maka kita bisa
ekspor dan pemerintah pun bisa tentukan harga ekspor. Dengan demikian kita
memperoleh devisa yang lebih besar,”
kata Gita Wirjawan.
Berita Utama
“
Kalau daya tampung
gudang SRG hanya 5 %,
para petani tidak bisa
mendapatkan kredit lebih
banyak dari yang ada
sekarang. Tetapi kalau
ini nanti terus digulirkan
lebih dari 5 % atau
hingga 30 %, maka SRG
ini akan dashyat.
“
Dahsyat
I
mplementasi SRG diberbagai daerah, kata Gita Wirjawan, pemerintah
daerah harus lebih proaktif memasyarakatkannya. Selain itu, menjalankan
politik anggaran sehingga bisa mengalokasikan pengembangan SRG dari dana
APBD.
Di samping itu menurut Gita Wirjawan, Kementerian Pertanian pun berperan mendorong kesiapan kelompok
tani untuk memanfaatkan SRG dengan
memperkuat kelembagaan kelompok
tani dan gabungan kelompok tani. Serta,
peningkatan mutu hasil produksi agar
memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan
pun menyediakan anggaran pembangunan untuk sarana dan prasarana berupa
pembangunan gudang SRG serta penyediaan subsidi bunga bank bagi para petani dan koperasi.
Sedangkan Kementerian Koperasi
dan UKM, mendorong dan memperkuat
kelembagaan koperasi untuk berperan
sebagai pengelola gudang ataupun melibatkan anggotanya sebagai penyimpan
komoditi.
Kementerian Dalam Negeri pun perlu turut mendorong Pemerintah Daerah
untuk mendukung pelaksanaan SRG,
dengan mengoptimalkan pemanfaatan
gudang-gudang SRG yang telah dibangun diberbagai daerah sentra produksi
sehingga dapat meningkatkan produksi
pertanian dan pendapatan petani.
Mendag, Gita Wirjawan memukul gong didampingi Kepala Beppebti, Sutriono Edi dan Gubernur Jateng,
Ganjar Pranowo, menandai diselenggarakannya Seminar Nasional SRG.
“Dilihat dari potensi komoditi yang
dimiliki Indonesia, sebanyak 82 unit gudang SRG yang dibangun pemerintah
tentunya tidak cukup. Kapasitas gudang
SRG itu hanya mampu menampung sekitar 5 % dari total pangan Indonesia. Oleh
sebab itu Bappebti sudah memetakan
gudang-gudang swasta atau BUMN yang
ada di daerah untuk digunakan sebagai
gudang SRG,” jelas Gita.
Lebih jauh dikatakan, “kalau daya
tampung gudang SRG hanya 5 %, para
petani tidak bisa mendapatkan kredit
lebih banyak dari yang ada sekarang.
Tetapi kalau ini nanti terus digulirkan
lebih dari 5 % atau hingga 30 %, maka
SRG ini akan dashyat.”
Pemprov Jateng saat ini memiliki
sebanyak 11 unit gudang, tambah Gita.
“Tetapi jika dibandingkan dengan potensi komoditi yang dimasukan ke
gudang, jumlah gudang SRG di Jateng
juga tidak cukup.”
“Pemprov Jateng ke depan harus
bisa meningkatkan jumlah gudang
SRG. Untuk itu bisa dilakukan dengan kerjasama baik dengan PT Pos,
PT Pegadaian, Perpadi, BRI dan bank
daerah. Sejauh ini SRG Jateng sudah
cukup bagus, tapi gudang di Jateng
masih kurang. Kalau bisa dibangun
lebih banyak lagi saya yakin perbankan akan mendukung,” imbuh Gita
Wirjawan.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
5
Berita Utama
SRG Sarana Manajemen Risiko
& Pengendali Stok Pangan
K
emudahan memperoleh
pembiayaan sebagai modal kerja bagi para pelaku
usaha, baik itu petani, usaha kecil menengah, koperasi maupun pedagang, pabrikan dan
eksportir akan menggerakkan dunia
usaha yang pada akhirnya dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi
kerakyatan yang berbasis pada sektor riil
sebagai fundamen perekonomian Indonesia.
Demikian antara lain dikatakan Guru
Besar Universitas Lampung, Bustanul
Arifin, pada paparannya di Seminar
Nasional Sistem Resi Gudang (SRG) di
Semarang, Jateng, 19 September 2013.
“Sebagai instrumen pembiayaan murah, SRG juga merupakan tools manajemen risiko serta sarana pengendalian
stok pangan nasional dan komoditas
strategis lainnya,” ujar Bustanul Arifin.
Senada dengan itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, kepada wartawan
mengatakan, dengan adanya dokumen
resi gudang dalam transaksi Letter of
Credit akan menambah keyakinan issuing bank dan nominated bank, sehingga
bisa mencegah terjadinya fraud dalam
6 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
transaksi ekspor.
“Sedangkan bagi petani, SRG dapat
menjadi strategi pemasaran untuk
memperoleh harga terbaik dengan cara
menunda penjualan komoditas pada
saat musim panen raya di mana harga
komoditas cenderung rendah melalui
penyimpanan komoditinya di gudang,”
kata Gita.
Lebih juah diutarakan Gita Wirjawan, Indonesia sebagai pusat ekonomi
baru baik di kawasan regional maupun
global, mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk memainkan peranan yang penting dalam
perekonomian dunia. “Di kawasan Asia
Tenggara, Indonesia adalah negara dengan kawasan terluas, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya.
Hal tersebut menempatkan Indonesia
sebagai kekuatan utama negara-negara
di Asia Tenggara.”
Sebab itu, tambah Gita, upaya meningkatkan kualitas produk dan komoditi di dalam negeri menjadi suatu
tantangan yang harus dihadapi. “Untuk itu, kita perlu melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan daya saing
produk dalam kompetisi perdagangan
dunia. Caranya antara lain, dengan
meningkatkan kelancaran pendistribusian barang, peningkatan kualitas
dan kuantitas produk serta kemudahan
memperoleh sumber pembiayaan bagi
para pelaku usaha baik petani, koperasi, UKM maupun pedagang, pabrikan
dan eksportir.”
“Karena itu penerapan SRG di Indonesia akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan serta memperkuat
Sistem Logistik Nasional,” tegas Gita
Wirjawan.
Koordinasi
S
ementara itu, keberhasilan peningkatan efisiensi distribusi pangan sangat ditentukan oleh keberadaan gudang stok komoditi yang
tersebar di wilayah nusantara. Dalam
skema Sistem Logistik Nasional, SRG
merupakan jaringan gudang yang saling terkoneksi sehingga memiliki potensi yang besar untuk melibatkan seluruh komponen dalam perdagangan
komoditi. Gudang-gudang SRG memiliki peranan yang penting dalam ke-
Berita Utama
giatan pendistribusian komoditi. “Selain
sebagai tempat penyimpanan, gudang
SRG juga sebagai alat kontrol terhadap
ketersediaan komoditi pangan.”
“Namun upaya peningkatan dan
penguatan ekonomi nasional tidak dapat
berlangsung efektif tanpa keterkendalian inflasi nasional. Hal ini pula yang
menjadi salah satu alasan lain mengapa
pemerintah berkepentingan mengembangkan SRG di daerah, karena fluktuasi harga komoditi pangan berkontribusi sekitar 60 % terhadap tingkat inflasi
daerah dan tingkat inflasi yang terjadi di
daerah akan menentukan seberapa besar
tingkat inflasi secara nasional,” papar
Gita Wirjawan.
Terkait itu, Gita Wirjawan juga berharap perlu adanya koordinasi antara
pemerintah daerah dan pusat untuk
dapat secara bersama-sama menyusun
kebijakan dan anggaran yang diperlukan
untuk mendukung pengembangan SRG
di masa mendatang.
Kepala Bappebti Sutriono Edi, juga
mengatakan, penyelenggaraan Seminar
Nasional SRG itu juga dimaksudkan
maksud untuk meningkatkan pemahaman yang lebih luas kepada pelaku usaha dan masyarakat mengenai kebijakan,
pelaksanaan, potensi, peluang dan tantangan dari implementasi SRG.
“Karena itu kami pun sangat berharap setelah penyelenggaraan seminar
ini akan datang masukan dan saran dari
pemerintah daerah terkait pengembangan SRG. Dengan demikian program
SRG ini tidak semata-mata program
pusat tetapi merupakan program nasional,” ujar Sutriono.
Seperti halnya hari ini, tambah,
Sutriono Edi, akan dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MOU) antara Bappebti dengan
PT Pos Indonesia (Persero) sebagai perpanjangan dari Nota Kesepahaman yang
telah ditandatangani tahun 2012 lalu. Di
dalam MoU itu, PT Pos Indonesia memiliki ketertarikan untuk melakukan
pengembangan SRG dan Pasar Lelang di
berbagai daerah.
Selain itu, juga dilakukan penandatanganan MOU antara Bappebti dengan Perhimpunan Penggilingan Padi
dan Pengusaha Beras (PERPADI) dalam
rangka mendorong pelaksanaan dan pemanfaatan SRG di Indonesia.
Kepala Bappebti, Sutriono Edi berjabat tangan dengan Ketua Perpadi.
Ganjar Pranowo:
SRG Cara Dagang Baru
S
istem Resi Gudang (SRG)
merupakan cara berdagang yang terbaru bagi
petani. Sebab itu, sosialisasi
SRG harus dilakukan secara
berkelanjutan. Jateng saat ini
memiliki sebanyak 11 unit
gudang SRG yang dibangun
pemerintah pusat melalui
APBN. Namun hingga saat ini
baru ada sebanyak 7 unit yang
dioperasionalkan.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dalam sambutannya di Seminar Nasional Sistem Resi Gudang yang diselenggarakan Bappebti dan Disperindag Jateng, di Semarang, Jateng, 19 Septembr 2013, mengatakan, “secara
historis, saya termasuk salah satu yang ikut menggodok UU No. 9 Tahun
2006 yang kini menjadi UU No. 11 Tahun 2011, tentang Sistem Resi Gudang. Jadi, saya saat ini sebagai Pemimpin Daerah Jawa Tengah akan lebih
maksimal mengimplementasikan SRG.”
“Dari sebanyak 7 gudang yang dioperasionalkan selama ini, ada sebanyak 25 resi gudang yang sudah diterbitkan. Sedangkan volume komoditinya ada sebesar 1,2 juta ton gabah,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar Pranowo, sebanyak 11 unit gudang SRG yang ada di
Jateng masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi komoditi yang ada.
Selain itu sosialisasi SRG di kalangan petani masih kurang, sehingga belum
banyak petani yang memanfaatkannya.
“Di tahun depan, saya akan menjalankan politik anggaran bersama
legislatif Jateng, sehingga anggaran untuk SRG bisa dialokasikan lebih
besar. Dan kita bisa menjalankan program-program yang mendukung
pengembangan SRG. Syukur-syukur bisa dapat anggaran untuk
membangun gudang SRG,” tambah Ganjar Pranowo.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
7
Berjangka
Harga BTI Signifikan
Eksportir Panen
Eksportir Terdaftar (ET) Timah mulai melakukan ekspor perdana dari hasil transaksi di
Bursa Timah Indonesia (BTI) yang diselenggarakan oleh Bursa Komoditi dan Derivatif
Exchange (BKDI). Industri timah pun mulai menunjukkan geliat positif.
P
dua kali dalam sebulan dan selanjutnya
ekspor akan dilakukan tiga kali dalam
sebulan,” katanya.
Berdasarkan data tahun 2012, kata
Agung, ekspor PT Timah mencapai
30.000 ton dari total ekspor timah Indonesia yang mencapai 98.800 ton.
“Ekspor PT Timah mencapai sekitar 30
% dari total keseluruhan ekspor timah
Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur PT ISI,
Nursalam, menambahkan, setelah
ekspor perdana yang dilakukan oleh
PT Timah, akan menyusul lagi ekspor
timah dari Muntok. “Karena saat ini,
transaksi di BTI sudah mencapai 540
ton,” ujarnya.
Kepala Biro Analisis Pasar Bappebti, Mardjoko menyegel kontainer ekspor timah.
asca peluncuran BTI pada
30 Agustus 2013 lalu, kini
beberapa Eksportir Terdaftar (ET) Timah sekaligus
member BTI melakukan
ekspor perdana timah. Timah yang
diekspor merupakan hasil perdagangan yang telah ditransaksikan di BTI.
Pasalnya, jika merujuk Permendag
No. 32 Tahun 2013, tentang Ketentuan
Ekspor Timah, pelaku eksportir timah
yang ingin mengekspor tìmah batangan, wajib terlebih dahulu memperdagangkannya di bursa timah.
Rabu, 25 September 2013 lalu, PT Timah Tbk merealisasikan ekspor perdana
timah hasil produksinya sebesar 250
ton. Untuk nilai transaksi timah tersebut
mencapai US$ 5.52 juta. Adapun negara
tujuan ekspornya, yakni Yokohama-Jepang sebanyak 140 ton, Shanghai-China
sebanyak 100 ton dan Singapura sebanyak 10 ton.
Pengapalan ekspor timah bata8 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
ngan itu dilakukan melalui pelabuhan
Muntok, Bangka Belitung. Pengapalan
itu disaksikan oleh Kepala Biro Analisis Pasar Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti), Mardjoko yang mewakili Kepala Bappebti,
didampingi Komisaris Utama PT BKDI,
Fenny Widjaja dan Direktur Utama
PT Identrust Security International,
Nursalam, serta Sekretaris Perusahaan
PT Timah Tbk, Agung Nugroho.
“Ekspor ini merupakan ekspor perdana PT Timah setelah pemerintah
melakukan pembatasan ekspor timah
melalui Permendag No. 32 Tahun 2013,”
kata Agung Nugroho, saat menyaksikan
pengapalan Ekspor Timah di Muntok,
Bangka Belitung.
Menurut Agung, untuk sementara
waktu, PT Timah Tbk, hanya melakukan ekspor sekali dalam dalam sebulan.
Sebab, kata Agung, produksi PT Timah
mengalami penurunan. “Kalau sudah
berjalan lancar, ekspor akan dilakukan
Ekspor Perdana
S
abtu, 21 September 2013 lalu,
ekspor perdana timah batangan
telah dilakukan pasca diberlakukannya Permendag No. 32 Tahun
201332/ 2013 tentang tentang Ketentuan Ekspor Timah yang diwajibkan
melalui Bursa Timah. Berdasarkan data
BKDI, volume ekspor timah perdana
mencapai 149.999 ton senilai US$ 3,416
juta. Ekspor tersebut dilakukan melalui
pelabuhan Pangkal Balam, Bangka Belitung. Ekspor ini merupakan penyelesaian penyerahan fisik timah batangan
hasil transaksi di BTI.
Adapun pihak penjual pemegang
ET Timah untuk ekspor tersebut
adalah, PT. Mitra Stania Prima (MSP),
PT. Refined Bangka Tin (RBT), PT.Inti
Stania Prima (ISP). Sedangkan pihak
pembeli adalah Toyota Tsusho Corp,
Westin Trade Global Ltd dan Uni Bros
Metal Pte Ltd.
Dengan demikian, pasca peluncuran BTI pada 30 Agustus 2013 lalu,
Berjangka
ekspor timah telah dilakukan sebanyak
dua kali. Ekspor perdana yang digelar
pada 21 September 2013 dengan volume
149,99 ton senilai US$ 3,416 juta. Timah
tersebut diekspor ke Belanda, Jepang,
dan Amerika Serikat (AS). Selanjutnya
pada 25 September 2013, sebanyak 250
ton timah diekspor ke Singapura, Jepang
dan China. Nilai transaksi ekspor tersebut mencapai US$ 5,523 juta.
Referensi Dunia
P
ergerakan harga timah kian
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Hal itu sejalan dengan
tujuan dibentuknya BTI. “Perdagangan
timah di Bursa Timah telah mengambil
peran sebagai price maker dan diharapkan dengan terbentuknya harga di BTI
tersebut, kedepannya akan menjadi harga referensi Timah dunia,” kata Kepala
Biro Analisis Pasar Bappebti, Mardjoko
disela-sela kunjungannya ke PT Timah
untuk menyaksikan pengapalan ekspor
timah, Rabu, 25 September 2013 di
Muntok, Bangka Belitung.
Menurut Mardjoko, berdasarkan
perkembangan harga rata-rata mingguan timah batangan selama September
ini, kecenderungannya terus meningkat
secara berturut-turut. Yakni, pada minggu ke-1 (2-6 September) harga USD
21.896/ton; minggu ke-2 (9-13 September) USD 22.840/ton; dan minggu ke-3
(16-20 September) USD 22.969/ton.
Bahkan, jika merujuk data BKDI,
bila harga timah sebelum pembukaan
BTI tanggal 30 Agustus 2013 adalah
US$ 21.100/ton, maka Jumat, 20 September ditutup pada US$ 23.100/ton. Ini
menunjukkan telah terjadi reli sepanjang
dua pekan terakhir dengan peningkatan
sebesar 9,4 %.
Selain itu, Mardjoko juga antusias
dan yakin ekspor timah akan terus meningkat. Keyakinannya itu berdasarkan
pengamatannya setelah melihat langsung proses pembuatan, pencetakan,
packing hingga pengiriman timah.
“Sejek dari awal kita ikut melihat
proses pembuatan, pencetakan, packing
hingga proses pengiriman yang begitu
teliti. Saya rasa dengan mekanisme yang
bagus ini yakin bahwa ekspor timah
akan terus meningkat dan tentunya pula
dengan harga yang paling tinggi,” kata
Mardjoko.
Senada dengan itu, Agung Nugroho,
juga mengamini peningkatan harga timah yang signifikan. Menurutnya, permintaan timah dunia diperkirakan akan
terus mengalami kenaikan hingga awal
bulan Desember.
“Permintaan yang tinggi tersebut
akan membuat harga timah bakal mengalami kenaikan. Selain itu, keluarnya
Permendag No. 32 Tahun 2013 terkait
ekspor timah akan membuat BTI kedepannya menjadi harga referensi timah
dunia,” katanya.
“Kita sangat mendukung BTI, disatu
sisi menertibkan penambangannya atau
hilirisasinya, selain itu juga menertibkan
penjualannya. Kalau sudah bagus penjualannya dan terkontrol dengan baik,
maka harga akan meningkat, karena
Indonesia merupakan negara eksportir
terbesar di dunia,” papar Agung.
Dengan ini, kata Agung, PT Timah
bertekad untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Melalui bursa,
harga timah ini akan terus meningkat
hingga menjadi acuan dunia, karena itu
kita bertekad untuk terus meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat nasional,” pungkasnya.
Esensi BTI
P
rinsip perdagangan melalui bursa
adalah perdagangan bebas dan
adil. Pasalnya kata Mardjoko,
semua pihak, baik penjual maupun pembeli, bebas bertransaksi tanpa ada pembatasan. “Transaksi juga dapat dilakukan
secara multilateral dimana banyak penjual dan pembeli, sehingga tidak ada pihak yang melakukan praktek monopoli,”
tegas Mardjoko.
Penyelenggaraan Bursa Timah oleh
Bursa Berjangka, menurut Mardjoko,
lebih aman dan terpercaya karena
didukung oleh Lembaga Kliring Timah
sebagai lembaga penjaminan dan penyelesaian transaksi timah. Selain itu,
Lembaga Kliring Timah, Kelembagaan
Pergudangan (PT. BGR) dan Lembaga
Surveyor (PT. Sucofindo dan Surveyor
Indonesia) juga membantu memastikan
bahwa barang timah yang disimpan dan
diperdagangkan telah sesuai dengan
spesifikasi mutu yang telah ditetapkan
dalam kontrak fisik timah.
Sementara itu, Komisaris Utama Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI)
Fenny Widjaja menjelaskan bahwa saat
ini jumlah anggota bursa yang terdaftar
untuk perdagangan timah sebanyak 21
Perusahaan.
Diantaranya terdapat 9 perusahaan
penjual, yaitu PT. Timah Tbk, PT. Tambang Timah, PT. Refined Bangka Tin,
PT. Mitra Stania Prima, PT. Inti Stania
Prima, PT. Prima Timah Utama, PT.
Eunindo Usaha Mandiri, PT. Comexindo International, dan PT. Pelat Timah
Nusantara.
Serta 12 perusahaan pembeli, yaitu
H. Monde, Daewoo International Corporation, Gold Matrix Resources, Great
Force Trading, Noble Resources International Pte. Ltd., Purple Products
Pvt. Ltd., Toyota Tsusho Corporation,
Uni Bros Metal Pte. Ltd., Westin Trade
Global Limited, Indometal (London)
Ltd), Gain Global Market, INC., Danpac
Capital PTE. LTD.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
9
Resi Gudang
SRG Warungkondang
Makin Kondang
“Hayu urang maen ka Gudang Resi,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Cianjur Jawa Barat, Judi Adi Nugroho.
A
rti kata-kata di atas kira-kira, “ayo kita main
ke Gudang Resi.” Itulah
sepenggal
ungkapan
yang menurut Judi Adi
Nugroho menggambarkan antusias
para petani di Kab. Cianjur untuk
menyimpan hasil gabahnya di Gudang Sistem Resi Gudang (SRG) Warungkondang.
Keberadaan Gudang SRG yang terletak di Kec. Warungkondang, Kab.
Cianjur, Jawa Barat ini, lebih populer
oleh masyarakat setempat dengan sebutan ‘Gudang Resi.’ Sebab, kata Judi, di
Kab. Cianjur hanya gudang SRG Warungkondang-lah yang mampu menerbitkan Resi yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh
kredit di bank.
Gudang SRG Warungkondang di
bangun pada tahun 2009 dengan kapasitas simpan hingga 1.100 ton gabah
kering giling. Kemudian, penerapan
10 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
skema SRG mulai dilakukan pada tahun 2011. Semula pengelolaan gudang
dipegang oleh PT Pertani (Persero), namun sejak 18 Juni 2013 lalu, Pengelola
Gudang diserahkan kepada Koperasi
Niaga Mukti.
Untuk diingat, Kab. Cianjur telah
menyabet SRG Award pada September
2012 lalu. Penghargaan yang diberikan
oleh Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan ini, menunjukkan sistem pengelolaan SRG di Kab.
Cianjur dapat berjalan baik dan kinerjanya patut diberikan apresiasi. Yang
terbaru, Bappebti, juga kembali memberikan penghargaan SRG Award kepada Kab. Cianjur bertepatan saat penyelenggaraan Seminar Nasional SRG
di Semarang, 19 September 2013 lalu.
Memang, secara geografis, letak
gudang SRG Warungkondang sangat
strategis. Karena berada di pusat pertanian kabupaten yang menjadi sentra
penghasil beras. Jadi tak heran, gudang
ini menurut Judi Adi Nugroho, selalu
penuh dengan tumpukan karung gabah
milik petani yang menyimpan hasil
panennya.
Secara akumulatif hingga bulan
September 2013, gabah yang tersimpan telah mencapai 762 ton dan jumlah
Resi Gudang yang diterbitkan mencapai 25 resi. “Hingga akhir tahun 2013,
kami perkirakan sekitar 5 hingga 10
resi yang dapat kami terbitkan lagi,”
kata Judi.
Menilik ke belakang, gudang ini
telah menampung gabah hingga 261
ton dan menerbitkan 11 resi pada tahun 2011, Lalu, di tahun 2012, komoditi gabah yang di simpan naik secara
signifikan yakni mencapai 1.556 ton
gabah dan menerbitkan 59 resi.
“Memang jika mengacu data di tahun 2012, gabah yang disimpan pada
tahun 2013 mengalami penurunan.
Tapi yang terpenting itu adalah kontinuitasnya. Jadi, jangan seperti mercusuar, hanya sekali saja komoditas yang
disimpan melonjak, selanjutnya tidak
jalan,“ ujarnya.
Menurut Judi, ada beberapa faktor turunnya gabah simpan di Gudang
Warungkondang. “Bisa saja harga dipasaran lagi bagus sehingga petani
langsung menjual tanpa menyimpan di
gudang SRG. Atau, produksi gabah petani mengalami penurunan,” paparnya.
Resep Sukses
K
ab. Cianjur agaknya menjadi
salah satu raw model suksesnya
implementasi Sistem Resi Gudang di Indonesia. Setelah Pengelola
Gudang SRG dipegang Koperasi Niaga
Mukti, gudang nyaris tidak pernah kosong. Kunci kerberhasilan SRG Kab.
Cianjur ditunjukan lewat sinergitas
Resi Gudang
“
SRG itu jualan
jasa pengelolaan,
jadi petani harus
terpuaskan dengan
pelayanan kami
“
antara Pemda, instansi terkait, perbankan, pelaku SRG hingga petani.
Kepala Dinas Perindagkop, Kab.
Cianjur, Himan Haris, mengatakan,
inti implementasi SRG ini adanya
singeritas antara instansi terkait. Dan
yang terpenting lagi adanya keberpihakan pemimpin daerah.
“Sejak gudang SRG direncanakan
dibangun di Kab. Cianjur, kami sudah
perkirakan 1 unit gudang tidak cukup.
Sebab, setiap musim panen ada sekitar
320.000 ton gabah kering giling. Karena itulah gudang kami tidak pernah
kosong,” jelas Haris.
Adapun menurut Judi Adi Nugroho, keseriusan dari Disperindag
Kab. Cianjur menjadi kunci gudang
SRG Warungkondang dapat beroperasional sesuai yang diharapkan. Judi
menekankan, untuk mempelajari SRG
bukanlah hal yang instan. Maka, Jajaran Disperindag selaku aparat pengelola SRG tidak cepat dimutasi, karena
pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai SRG.
“Setelah gudang SRG ini dinilai
sukses kami juga tidak ego sektoral
yang mengganggap kami lah dibalik itu
semua. Ini keberhasilan bersama dari
Pemda dan dinas-dinas terkait seperti
Dinas Pertanian dan Koperasi atau instansi lainnya di Cianjur,” katanya.
Sementara untuk teknisnya, Manajer Koperasi Niaga Mukti, Nanang Sukatna menjabarkan resep keberhasilan
SRG Cianjur. Menurutnya terletak pada
sosialisasi SRG yang dilakukan secara
periodik dan persuasif kepada petani,
kelompok tani ataupun gapoktan.
“Kami menggunakan cara persuasif untuk menarik minat petani. Kami
sosialisasikan door to door dan meyakinkan petani bahwa dengan tunda jual
akan ada keuntungan,” ungkapnya.
Bahkan, kata Nanang, di gudang
SRG Warungkondang kerap menjadi
tempat interaktif antara Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dengan petani, Poktan, dan
Gapoktan. ”Dengan itu, maka Pengelola Gudang dapat ikut memanfaatkan
kesempatan ini untuk melakukan sosialisasi langsung dengan petani di gudang,” katanya.
Tak kalah penting, menurut
Nanang, Pengelola Gudang harus dapat
memberikan pelayanan yang baik. Sehingga, para petani merasa puas dan
Judi Adi Nugroho
tidak kecewa. “SRG itu jualan jasa pengelolaan, jadi petani harus terpuaskan
dengan pelayanan kami,” imbuhnya.
Nanang juga mengatakan, Pengelola Gudang SRG Cianjur memiliki motto serba 1 jam. Maksudnya? “Misalnya
uji mutu kelar dalam 1 jam, penerbitan
resi juga 1 jam, dan seterusnya. Jadi,
dalam sehari, semua urusan sudah
rampung,” jawabnya.
Hal itu, memang menjadi pertimbangan yang serius. Karena menurut
Nanang, Pengelola Gudang harus bisa
bersaing dengan para tengkulak. “Transaksi tengkulak dengan petani bisa dilakukan dengan cepat. Tentu kami juga
tidak mau kalah dong,” tegasnya.
CSR- Bank Indonesia
P
eluang berkembangnya SRG
di Kabupaten Cianjur masih
sangat besar. Bahkan, dengan
gencarnya sosialisasi membuat masyarakat justru berlomba untuk menyimpan hasil pertaniannya. Hal
tersebut, membuat gudang ini tidak
dapat lagi menyimpan gabah petani
lainnya. Sehingga, banyak petani
yang harus masuk daftar tunggu untuk menyimpan komoditinya.
Hal tersebut menjadi salah satu kendala yang tentunya dibutuhkan gudang
lainnya untuk menampung gabah petani. Dengan kondisi itu, Himan Haris
berharap, gudang-gudang milik swasta
atau pribadi di Kab. Cianjur dapat juga
dikelola menjadi gudang SRG.
Kabar baiknya, menurut Haris, di
tahun 2014 mendatang Kab. Cianjur
akan mendapat bantuan pembangunan
gudang SRG dari program Corporate
Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia Cabang Bandung.
“Kami saja kaget dengan adanya
rencana BI itu. Karena, kami tidak
pernah mengajukan pembangunan gudang kepada BI,” katanya.
Di sisi lain, Haris juga mengatakan,
pada tahun 2014 Pemda Kab. Cianjur
akan mengalokasikan dana sebesar Rp
1,6 miliar untuk mendukung pengembangan SRG. “Rencananya dana tersebut akan kami gulirkan untuk pengembangan SRG dan sosialisasi kepada
petani,” jelas Himan Haris.
Keterbatasan kapasitas gudang juga
dikeluhkan Judi Adi Nugroho. Karena
itu, menurut Judi, pihaknya akan berupaya mengajukan permohonan agar
Bappebti dapat menambah unit gudang
SRG di Kab. Cianjur pada tahun 2014.
“Petani juga mengusulkan agar
tembakau dan kacang tanah masuk
dalam komoditi SRG,” imbuhnya.
Selain itu, kata Judi, Pengelola Gudang Warungkondang memiliki wacana untuk mengolah gabah petani
menjadi beras yang kemudian dikemas. “Idealnya gudang SRG memiliki
fasilitas penggilingan gabah. Nantinya,
gabah yang disimpan petani sudah digiling menjadi beras. Jadi, ada nilai
tambahnya,” kata Judi.
Harapan lainnya, ungkap Judi,
SRG Kab. Cianjur dapat memiliki unit
transportasi untuk mengangkut gabah
petani ke Gudang. “Dengan angkutan
itu, petani akan dapat lebih mudah
untuk mengangkut hasil panennya ke
gudang SRG,” tutup Judi.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
11
Pasar Lelang
Bali Menuju PLKA Online
Pemprov Bali resmi meluncurkan website PLKA.
P
Wamendag, Bayu Krisnamurthi menyampaikan sambutan saat peluncuran website PLKA Bali.
emprov Bali mewujudkan
pasar lelang komoditi agro
(PLKA) berbasis online,
mulai menunjukkan sinyal
positif. Jum’at, 6 September 2013 lalu, di Bali, Pemerintah
Provinsi Bali secara resmi meluncurkan website PLKA Bali dengan alamat
www.pasarlelangbali.com.
Acara peresmian ini ditandai pemukulan gong oleh Gubernur Provinsi
Bali, Made Mangku Pastika yang didampingi Wakil Menteri Perdagangan
Bayu Krisnamurthi, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekrasnada)
Ayu Pastika, Dirjen Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan Bambang
Hendroyo serta Dirjen Industri Kecil
Menengah Kementerian Perindustrian
Euis Saedah.
Selain deretan pejabat itu, hadir
12 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
juga dalam acara tersebut Kepala Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Sutriono Edi, dan
Jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Bali.
Apresiasi pun diberikan oleh Kementerian Perdagangan untuk inovasi
yang dilakukan oleh Pemda Bali. “Hal
ini menunjukkan bahwa Pemda Bali
mempunyai perhatian yang tinggi untuk meningkatkan peran pasar lelang
dalam perekonomian daerah Bali melalui penggunaan Teknologi Informasi,”
kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu
Krishnamurthi dalam sambutannya
saat peluncuran website PLKA Bali.
Saat ini, kata Bayu, peran teknologi
informasi memegang peranan yang
sangat penting dalam setiap aspek
kegiatan bisnis. Melalui dukungan
teknologi maka kegiatan pasar lelang
dapat dilakukan dengan lebih efisien
dan efektif.
“Pasar lelang sebagai suatu kegiatan
bisnis sudah selayaknya didukung oleh
penggunaan teknologi dimana hal
ini sudah dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Bali dengan mengembangkan
website pasar lelang,” kata Bayu.
Menurut Wamendag Bayu, melalui penggunaan website, maka penyelengggaraan pasar lelang sudah
tidak mengenal batas wilayah karena
dapat menjangkau seluruh Indonesia
bahkan internasional. Dengan website pasar lelang ini, maka para petani
dan pelaku usaha di luar Bali dapat
melakukan transaksi lelang tanpa harus datang ke pasar lelang.
Bayu juga berharap, Bali dapat
mewujudkan model pasar lelang yang
modern, yang terus memperdagangkan komoditas unggulan dari daerah
setempat secara selektif dan menjadi tempat bertemunya penjual dan
pembeli. ”Kedepannya penyelenggaraan pasar lelang di Indonesia dapat
melakukan sinergi dengan pasar lelang di daerah lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Bali
Made Mangku Pastika dalam sambutannya mengatakan, dengan adanya
website pasar lelang diharapkan cakupan pemasaran komoditi pertanian
Bali semakin luas. Sehingga para petani di Bali nantinya akan mendapatkan harga yang lebih tinggi atas komoditi pertanian yang dihasilkan.
“Pemasaran produk-produk hasil
pertanian saat ini masih mengalami
beberapa kendala, antara lain rantai
pemasaran yang dirasakan masih panjang. Kondisi ini menyebabkan nilai
tambah yang diperoleh petani tidak
sesuai dengan harga yang sampai pada
Pasar Lelang
konsumen, untuk itu keberadaan PLKA
akan turut mengatasi berbagai permasalahan tersebut” jelas Pastika.
Pastika juga melihat, dengan adanya website pasar lelang komoditi agro
maka akan tercipta distribusi pendapatan yang berkeadilan dari produsen
hingga tingkat konsumen. Selain itu
dapat mempercepat akses pasar dan
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani di Bali.
Tiga Pilar
P
rogram pengembangan PLKA
merupakan salah satu dari tiga
pilar utama selain Sistem Resi
Gudang (SRG) dan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK). Ketiga pilar
tersebut bersama-sama saling mendukung untuk peningkatan efisiensi
perdagangan.
Untuk program PLKA, Menurut
Wamendag Bayu, memiliki beberapa
tujuan. Diantaranya, untuk memperpendek mata rantai pemasaran, memberikan kepastian pembentukan harga
yang transparan serta menyediakan
sarana tempat pertemuan penjual dan
pembeli pemasaran komoditas khususnya komoditas agro yang efektif dan
efisien.
”Kehadiran pasar lelang juga diharapkan dapat, membangun dan memperluas jaringan usaha dan menjamin
penyerahan komoditi sesuai dengan
transaksi yang dilakukan,” jelasnya.
Adapun kebijakan pengembangan
PLKA ke depan diarahkan pada revitalisasi. Tujuannya, yaitu terbentuknya
lembaga penyelenggara PLKA yang
dikelola oleh swasta yang mampu melihat peluang bisnis dalam mengembangkan pasar lelang sebagai suatu unit
bisnis yang mendukung pemasaran komoditas di Indonesia.
“Saat ini terdapat 5 daerah dari 13
PLKA yang sedang mempersiapkan revitalisasi pasar lelang pada tahun 2014,
yaitu Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan,”
ungkap Bayu.
Secara akumulatif, kata Bayu,
transaksi yang berhasil dibukukan
dari penyelenggaraan pasar lelang secara nasional sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 cenderung
meningkat. Namun dari tahun 2007
hingga 2012 cenderung mengalami
penurunan mencapai Rp. 807 miliar.
Mengapa? “Hal itu disebabkan oleh
beberapa daerah penyelenggara Pasar
Lelang yang tidak beroperasi akibat
tidak adanya dukungan sumber daya
manusia sebagai penyelenggara pasar
lelang,” kata Bayu.
“Sementara untuk tahun 2013
sampai dengan bulan Agustus, sudah tercatat nilai transaksi sebesar Rp
577,9 miliar,” tambahnya.
Bagaimana dengan PLKA Bali?
Pasar Lelang di Bali, kata Bayu, mulai
dilaksanakan sejak tahun 2005 hingga
saat ini. Sejak awal pelaksanaan Pasar
Lelang Bali dari tahun ke tahun meningkat hingga tahun 2007 mencapai
Rp 291,7 miliar. Namun sejak tahun
tahun 2008 mengalami penurunan
hingga tahun 2012 mencapai Rp 28,2
miliar.
“Tapi transaksi pada tahun 2013
ini mempunyai trend meningkat dimana sampai dengan bulan Agustus
2013 nilai transaksi PLKA Bali sudah
mencapai Rp 49 miliar atau hampir
dua kali lipat dari tahun 2012,” pungkas Bayu Krisnamurthi.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
13
Agenda Foto
Mendag Gita Wirjawan memberikan sambutan dalam acara Seminar Nasional SRG. Dalam sambutannya
Mendag berharap akan semakin terbuka wawasan dan pemahaman akan potensi dan pentingnya SRG
di Indonesia dalam meningkatkan perekonomian daerah dan nasional. Dalam kesempatan itu, Mendag
juga melakukan Konferensi Pers didampingi Gubernur Jawa Tengah dan Kepala Bappebti. Semarang,
19 September 2013.
Kepala Biro Pasar Fisik dan Jasa Bappebti, Ismadjaja Toengkagie mewakili Kepala Bappebti menghadiri
sekaligus membuka Konsinyering RKA-K/L. Acara dihadiri oleh Biro Perencanaan Kementerian
Perdagangan, wakil dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi penerima dana Dekonsentasi
Peningkatan fasilitas Pasar Lelang dari 13 Provinsi. Yogyakarta, 6 September 2013.
Kepala Bappebti, Sutriono Edi menghadiri sekaligus memberikan arahan Sosialisasi SRG yang
diselenggarakan atas kerjasama dengan Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia
(PERPADI). Hadir dalam sosialisasi ini, Ketua Umum PERPADI, Pimpinan PT. Pertani, Pimpinan Bank BRI,
Pimpinan Bank Jatim, serta perwakilan dari instansi terkait lainnya. Surabaya, 10 September 2013.
14 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Agenda Foto
Kepala Bappebti, Sutriono Edi melakukan dialog interaktif dengan Tema Peran SRG Dalam
Mengembangkan Perekonomian Daerah di Surabaya TV. Narasumber lainnya dalam dialog itu yakni
Ketua Umum Perpadi, Dwi Antono, PT Pertani, Gatot Triyono, Bank Jatim, M. Salosin. Surabaya, 10
September 2013.
Sekretaris Bappebti, Robert J Bintaryo menghadiri sekaligus memberikan sambutan pada peresmian dan
launching operasional Gudang SRG di Kabupaten Bojonegoro. Dalam kesempatan tersebut hadir Bupati
Bojonegoro, Suyoto dan segenap jajaran SKPD di Kabupaten Bojonegoro, serta Kepala Biro Pasar Fisik
dan Jasa. Bojonegoro, 26 September 2013.
Kepala Biro Analisis Pasar Bappebti, Mardjoko, didampingi Komisaris Utama PT BKDI, Fenny Widjaja dan
Dirut PT ISI Nursalam, melakukan kunjungan ke PT. Timah Tbk. Kunjungan kerja itu dimaksudkan untuk
menyaksikan pengapalan 250 ton timah hasil produksi PT. Timah. Kunjungan dilanjutkan ke Perusahaan
Timah PT. Inti Stania Prima dan PT Refined Bangka Tin. Bangka Belitung, 25 September 2013.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
15
Aktualita
Indonesia Hanya Perlu Satu Bursa Timah
emerintah belum memberi
peluang kepada pihak lain untuk menyelenggarakan bursa
timah seperti yang diatur Permendag No. 32 Tahun 2013, tentang
ekspor timah. Menurut Kepala Biro
Analisis Bappebti, Mardjoko, saat ini
Indonesia hanya perlu satu bursa penyelenggara perdagangan timah.
“Manfaatnya dengan satu bursa,
kita sebagai eksportir timah terbesar di
dunia dapat mengontrol harga internasional. Selama ini, harga timah ditentukan oleh pasar luar negeri, sehingga
kita tidak mendapaat manfaat apa-apa.
Jadi harga cenderung dikontrol oleh
buyers. Ini ‘kan tidak adil,” jelas Mardjoko.
Lebih jauh dikatakan Mardjoko,
pengajuan izin pasar fisik timah oleh
Serumpun Tin hingga saat ini belum
diproses. “Kami sudah melakukan komunikasi dengan pihak Serumpun Tin,
dan mengatakan pemerintah hanya
memerlukan satu bursa timah dan satu
harga. Sebab kalau ada dua harga dari
bursa yang berbeda, buyers atau pasar
akan binggung,” katanya.
“Sebagai bangsa yang berdaulat,
kita harus menunjukan ke dunia bahwa Indonesia hanya memiliki satu
bursa dan satu harga. Sebab itu, bagi
smelter kecil-menengah yang belum
tergabung di bursa timah yang ada saat
ini, diharapkan bergabung dan menggunakan laboratorium dari perusahaan
besar. Sehingga mereka pun bisa menjual hasil produksinya di bursa timah,”
jelas Mardjoko.
Ditambahkan Mardjoko, tadi kita
sama-sama melihat betapa rumitnya
uji mutu timah seperti dipersyaratkan
Permendag No. 32. Untuk mencapai
99,99 % prosesnya panjang dan kredibilitas lembaga uji mutu pun dipertaruhkan.
“Sekali pasar kecewa dengan
kualitas timah yang ditransaksikan
bursa, maka kepercayaan pasar terhadap bursa akan turun. Dampaknya
volume ekspor timah Indonesia akan
turun dan kehilangan pasar,” ujar
Mardjoko.
Perusahaan Investasi Bodong Harus
Bertanggung Jawab
akil Ketua Komisi XI
DPR RI, Harry Azhar
Azis, menegaskan, perusahaan investasi emas
bodong harus bertanggungjawab kepada
nasabahnya. Hal itu mewanti-wanti agar
jajaran direksi dari perusaraan tersebut
tidak sampai kabur ke luar negeri.
Demikian antara lain dikatakan
Harry Azhar Aziz, ketika rapat Komisi
XI dengan nasabah korban penipuan
investasi emas, pemerintah dan perusahaan investasi pada 12 September 2013
lalu. Sebelumnya, Komisi XI juga sudah
menerima pengaduan dari perwakilan
nasabah korban perusahaan investasi
emas untuk membantu pengembalian
investasi mereka yang mencapai sebesar
Rp 1,2 triliun.
Hadir dalam rapat itu diantaranya
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI)
Halim Alamsyah, Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Rahmat
Waluyanto, Pejabat Eselon II Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Hardiyatmo. Selain itu Kabareskrim
Sutarman, Ketua Dewan Syariah Nasional MUI, KH Maaruf Amin, Direktur
16 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Utama PT GBI (Gold Bullion Indonesia) Fadli Bin Muhammad, Dewan Pengawas Syariah PT GTIS (Gold Trader
Indonesia Syariah), Aziddin.
“Kepada perusahaan investasi masih punya tanggung jawab, jangan sampai mereka kabur ke luar negeri. Supaya
hak nasabah tetap terjaga. Bagi kasus
individu atau nasabah yang merasa tertipu, pihak kepolisian harus memfasilitasi. Yang kasus perdata, tampaknya
harus melalui pengadilan,” jelas Harry.
Harry menambahkan, pihaknya
meminta pihak berwajib untuk mempertimbangkan terkait direksi perusahaan yang melarikan diri. Bahkan, bila
perlu pelakunya ditangkap. “Beberapa
orang sudah lari, dan saya tidak tahu
apakah bisa menjadi Daftar Pencarian
Orang (DPO) atau menjadi buronan
internasional? Saya minta itu dipertimbangkan. Khususnya yang sudah kabur
ke luar negeri itu perlu ditangkap,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI
Nusron Wahid meminta BKPM untuk
melakukan moratorium pada perizinan
bisnis semacam investasi, perdagangan
dan sejenisnya. Ia menegaskan BKPM
harus memastikan keabsahan perusahaan, agar tidak timbul korban-korban
baru.
“Kalau memang masih ada, mau
Penanaman Modal Asing (PMA) atau
Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang melakukan bisnis ini,
dan menjalankan bisnis investasi, tapi
menggunakan aktifitas yang ‘nyerempet-nyerempet’ investasi, itu harus dilakukan suspend. Jadi, ini semacam
peringatan dan minta dihentikan untuk
sementara waktu, sebelum mendapatkan izin dari otoritas yang berwenang,”
jelas Nusron.
Aktualita
Cocoa Day Expo Ajang Promo Cokelat Indonesia
omioditi kakao mempunyai
peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Salah
satunya sebagai penyumbang
devisa negara diperingkat ketiga dari
sektor perkebunan. Tahun 2012 lalu devisa negara dari ekspor komoditi biji kakao dan produk kakao olahan mencapai
lebih dari US$ 1,053 miliar.
“Walaupun saat ini Indonesia berada di urutan ketiga sebagai produsen
biji kakao dunia setelah Pantai Gading
dan Ghana, bukan tidak mungkin dalam
beberapa tahun ke depan Indonesia bisa
menjadi produsen biji kakao terbesar di
dunia,” kata Direktur Industri Makanan,
Hasil Laut dan Perikanan Ditjen Industri
Agro Kemenperin, Faiz Achmad, diselasela penyelenggaraan Cocoa Day Expo
2013 di Jakarta 18-22 September 2013.
Cocoa Day Expo 2013 diselenggarakan atas kerjasama antara pelaku industri hilir dan instansi pemerintah terkait
di bawah koordinasi Kantor Kemenkoperekonomian. Tujuan acara itu untuk
meningkatkan konsumsi kakao olahan
hasil produski industri dalam negeri.
Menurut Faiz, beberapa kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah dalam
rangka hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri
terbukti sangat efektif dalam pengembangan industri kakao di Indonesia.
Permenkeu No. 67/PMK.011/2010, yang
terbit pada 1 April 2010 lalu dan mengatur Bea Keluar atas ekspor biji kakao, terbukti industri kakao di tanah air
semakin berkembang. “Jumlah industri
kakao yang pada tahun 2010 hanya 7 perusahaan, saat ini bertambah menjadi 17
perusahaan,” jelas Faiz.
Di sisi lain dikatakan Faiz, guna mendukung hilirisasi industri pemerintah
juga memberikan fasilitas tax allowance
seperti tertuang di PP No.52 Tahun 2011,
tentang fasilitas pajak penghasilan untuk
penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan di daerah-daerah tertentu, serta pemberian tax holiday bagi
industri pengolahan kakao di daerah tertentu melalui PMK No.130 Tahun 2011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.
“Berbagai kebijakan tersebut tidak
hanya mampu membangkitkan industri
kakao, tetapi juga mampu menggerakkan industri hilir makanan dan minuman berbasis cokelat. Dan saat ini pun
Indonesia telah memiliki bursa berjangka komoditi kakao yang diselenggarakan
Jakarta Futures Exchange (JFX). Dengan
adanya bursa tersebut, para pelaku kokao
di tanah air bisa mendapatkan harga kakao dari JFX,” ujar Faiz Achmad.
Gudang SRG Berkontribusi Tingkatkan PAD
istem Resi Gudang (SRG) diharapkan akan mampu menstabilkan harga jual hasil panen petani, sekaligus menjadi salah satu
solusi untuk meningkatkan kesejahteraan
bagi para petani. Demikian seperti yang
disampaikan oleh Sekretaris Bappebti,
Robert J. Bintario, saat menghadiri acara
peresmian dan launching operasional gudang komoditi SRG Kab. Bojonegoro, 26
September 2013.
“Dari 98 gudang SRG yang dibangun
di seluruh wilayah Indonesia, SRG Bojonegoro adalah yang paling lengkap, mulai gudang yang luas dilengkapi fasilitas
pengeringan. Dan ke depan akan ditingkatkan juga dengan mesin penggilingan
padi,” kata Robert.
Lebih jauh dikatakan, SRG telah
diterapkan dibeberapa negara maju
dan ternyata mampu meningkatkan
kesejahteraan bagi para petani. SRG
ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan bagi petani diwilayah Bojonegoro.
“Namun dibalik semua itu ada hal
penting yang ingin dicapai yakni peningkatan produktifitas sektor pertanian sehingga ke depan akan mendorong
tumbuhnya industri-industri di daerah
dan memberikan kontribusi juga pada
peningkatan pendapatan asli daerahPAD,” tegas Robert J. Bintaryo.
Sementara itu Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Hartono, mengatakan apresiasi kepada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Bojonegoro karena
telah menyediakan SRG ini.
“Tetapi dibalik itu ada hal penting
yang harus dilakukan yakni meningkatkan kerjasama dengan beberapa
pihak baik instansi pemerintah dan
pihak-pihak lainnya untuk mengefektifkan gudang SRG ini,” kata Setyo.
Di samping itu katanya, para petani perlu dengan benar-benar menjaga kualitas hasil panen milik mereka
sehingga kualitasnya terjamin. “Banyak petani kita, yang mengeluh hasil
pa-nen mereka tidak terjual dengan
harga yang bagus. Bagaimana tidak,
mutu hasil panen mereka tidak diupayakan dalam kondisi yang baik pula.”
“Gudang ini harus dimanfaatkan
secara maksimal dan masyarakat harus diberikan edukasi tentang pengelolaan hasil panen dan produksi yang
tepat sehingga mereka tidak dirugikan
dikemudian hari. Edukasi ini sangat
dibutuhkan sehingga ada pemahaman
yang tepat dari para petani kita. Bahwa
memperhatikan musim sangat mutlak
dibutuhkan, demikian juga dengan
keragaman pola tanam untuk memutus
mata rantai serangan hama dan penyakit,” papar Setyo Hartono.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
17
Analisa
Pemerintah Dorong
Pemanfaatan
Biodiesel
enteri Keuangan M Chatib
Basri, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan
Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan menginginkan agar programprogram ekonomi yang dicanangkan
pemerintah bisa terlaksana dengan
segera dan pemanfaatan biodiesel menjadi salah satu fokus utama. “Dari pertemuan ini pada intinya kita ingin agar
program-program yang dicanangkan
bisa terlaksana dengan segera, terutama
pemanfaatan biodiesel,” kata Menperin
MS Hidayat saat membuka jumpa pers
seusai acara forum ekspor di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis
(12/9).
Menurut Hidayat, petunjuk pelaksanaan (juklak) sudah ditetapkan dan Pertamina telah ditunjuk untuk melakukan
blending (pencampuran). Sementara,
tata caranya sedang disiapkan secara detail,” katanya.
Lebih jauh dikatakan Hidayat,
pemerintah juga akan membuat forum
pertemuan dengan para produsen biodiesel. Hal ini agar nanti sebelum diumumkan, bisa dicocokkan satu sama
lain, termasuk soal kontrak dan harga.
“Itu akan bisa menghemat 3 miliar dolar
(AS). Sedang dicari kemungkinan bisa
menambah dari itu. Sehingga, dalam
satu tahun ini kita bisa melakukan penghematan,” katanya.
Sementara itu, Menkeu Chatib Basri,
mengatakan, hal yang penting dari pertemuan forum ekspor tersebut adalah
apa yang dibutuhkan eksportir untuk
bisa meningkatkan ekspor. Sebagai
langkah cepat, menurut Chatib, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan
mengeluarkan PP, Inpres, atau Perpres.
“Kita akan fokus pada isu-isu ini. Karena, kalau menunggu Undang-undangnya ada akan butuh waktu lama.”
Salah satu konsen pemerintah dalam
jangka pendek ini adalah mengenai
‘treatment’ adanya kecenderungan
mengimpor yang disebabkan itu kemungkinan lebih mudah untuk dilakukan ketimbang produk domestik karena
struktur dari PPN. “Nah, ini nanti saya
akan lihat produk hukumnya apa yang
bisa kita lakukan untuk itu,” kata Chatib
Basri.
18 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Ekspor Kopi 2013 Diprediksi Stagnan
sosiasi Eksportir dan Industri
Kopi Indonesia (AEKI) memperkirakan nilai ekspor kopi
tahun ini sama dengan tahun
lalu sebesar US$ 1,24 miliar. Itu karena
harga kopi di pasar internasional pada
tahun ini rata-rata turun 50 % menjadi
US$ 3 - 4 per kg. Meski demikian secara
volume ekspor mengalami peningkatan
hingga 5 % dari realisasi tahun lalu sebesar 530 ribu ton.
Ketua Umum AEKI, Irfan Anwar,
mengungkapkan, volume ekspor kopi Indonesia hingga akhir tahun ini kemungkinan naik 5 % dari tahun lalu. “Namun,
pertumbuhan volume ekspor itu tidak
diikuti dengan peningkatan nilai ekspor
akibat anjloknya harga di pasar global.
Harga kopi yang tadinya US$ 8 per kg
turun drastis menjadi US$ 3 - 4 per kg.”
Menguatnya nilai tukar dolar Ameri-
ka Serikat terhadap rupiah hingga 20 %
dari 2012 juga tidak banyak berpengaruh
dalam mengangkat harga kopi, kata Irfan.
“Pada 2012, nilai ekspor kopi US$
1,24 miliar dan menyumbang devisa sekitar Rp 16 triliun. Ekspor kopi tahun ini
secara volume meningkat tetapi nilainya
diperkirakan sama dengan tahun lalu
karena harga kopi yang lebih rendah dari
2012,” jelas Irfan di Jakarta, Kamis (12/9).
Lebih jauh Irfan mengungkapkan,
penurunan harga kopi sudah terjadi sejak 2011. Sedangkan pada 2010 harga
kopi mencapai level tertingginya selama
24 tahun terakhir.
“Anjloknya harga kopi sangat berdampak terhadap kesejahteraan petani.
Meski demikian, penurunan harga juga
terjadi pada komoditas perkebunan lainnya akibat imbas kondisi ekonomi global,” ujar Irfan Anwar.
Siklus Biologi Turunkan Produksi CPO
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (GAPKI) mencatat terjadi
penurunan produksi kelapa sawit pada
tahun ini. Sekretaris Jenderal Gapki Joko
Supriyono, mengatakan, hingga Agustus 2013, sejumlah perusahaan anggota
Gapki melaporkan penurunan produksi
sekitar 5 % hingga 10 %.
“Katanya ada siklus biologi, tapi belum tahu apa karena faktor cuaca, air atau
ada faktor lain. Malaysia juga mengalami
hal yang sama,” kata Joko Supriyono di Jakarta, 24 September 2013.
Meskipun demikian, target produksi
sawit tahun ini 25 juta ton belum dipastikan meleset. Joko mengatakan produksi
sawit tahunan masih bisa membaik pada
triwulan terakhir tahun ini. “Kelihatannya bulan (September) mulai naik. Ting-
gal dilihat apakah produksi September
sampai Desember bisa mengompensasi
penurunan pada Januari sampai Agustus,” kata Joko.
Joko mengatakan akibat berkurangnya produksi, ekspor kelapa sawit terutama dalam 3 bulan terakhir mengalami
penurunan. Meski pasokan berkurang,
Joko mengatakan pelemahan permintaan
membuat harga CPO masih stagnan.
Gapki melaporkan harga CPO sempat naik pada pertengahan sampai akhir
Agustus ke kisaran US$ 850 - US$ 870 per
metrik ton. Namun, harga Harga kembali
akhir Agustus sampai pada pertengahan
September di kisaran US$ 815 - US$ 840
per metrik ton.
Permintaan CPO turun akibat ekonomi global belum pulih. Permintaan
dari Cina dan India pun menurun. Pada
Juni 2013, volume ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia turun 11 persen
dibandingkan bulan sebelumnya. Pada
Juli 2013, ekspor CPO dan turunannya
mencapai 1,59 juta ton atau turun 1,64 %
dari Juni.
Pada Agustus volume ekspor tergerus
kembali sebesar 6,9 % dibandingkan dengan Juli atau merosot menjadi 1,48 juta
ton. Meskipun demikian, secara tahunan,
pada periode Januari hingga Agustus
2013, ekspor CPO dan turunannya masih
naik 18,6 % dari 11,54 juta ton di 2012
menjadi 13,69 juta ton di 2013.
Breaknews
To save the foreign exchange, Pertamina joined the
trading forward
o save country foreign exchange
on fuel oil import purchase, President Susilo Bambang Yudhoyono approved the trading forward
policy that will be done by Pertamina.
That government policy was established
after discussion between the Coordinator
Ministry of Law politic and safety Djoko
Suyanto with chief of KPK, BPK, and Indonesian Bank.
In relation with this, President’s special staff of Economic and Development,
Firmanzah, said that the policy was established to save foreign exchange reserve and
rupiah will not be pressed. “ The point is no
avoid Pertamina spend daily money to hunt
US$ 50 Million on market spot.”
The country auditor bureau (BPK) and
Law enforcement bureau (KPK) has agreed
to protect Pertamina so that in the future
when market price is lower than the edging
price it will not be considered as country
lost.
“Pertamina needs protection. When its
spot is lower than edging price, the deviation will not be considered as country lost.
There will be special adjustment. All auditors were agreed that the deviation will not
be considered as country lost,” Firmanzah
said.
The aim of the Coordinator Ministry
of Law politic and safety Djoko Suyanto to
gather all chiefs of KPK, BPK, Indonesian
Bank and other government department is
to make all parties understand the fluctuation of world crude oil price.
With the oil price standard through
that trading forward mechanism, when the
price of world crude oil is decreased, the
deviation between market price and hedging will not be considered as country lost.
“What we have formulated on this technique procedure controls it. The most important requirement is that corruption is
not allowed,” Djoko Suyanto said.
ITRC Reviewed Rubber Price in Indonesia
ndonesia as per 1st of August 2013 has
done daily monitoring on rubber price.
The price monitoring was reported to
International Tripartite Rubber Council (ITRC) in Bangkok, Thailand. For the
next, the price will be compare with the
rubber price at Singapore Commodity Exchange (Sicom).
The aim of the monitoring is to find ideal
price formula from those 3 producer country. However, those 3 producer countries
price has not been published yet as it is still
under ITRC review.
“If the rubber price formula finally
match with the condition of each country
and can influence the rubber price at future
exchange, then it will become the reference
price either for farmer or world market,” as
it is said by Section Head of Market development, of Coftra market analysis bureau,
Dharmayugo Hermansyah.
Moreover as it was said by Dharmayugo,
Coftra has quote rubber price from some
sources daily such as FOB rubber export
price at Belawan, North Sumatra and Tanjung Jabung, Jambi port. Other than that,
they also quote the price that has been collected by Indonesian Rubber Businessman
Association (Gapkindo).
“Some parties were really impatience
with a long and drawn negotiation for discussing the implementation of regional
rubber bureau. From the budget side, government spent a very huge budget to attend
and held the meeting. However, we need to
understand this because this is a diplomacy
action from some producer country,” he said.
“Therefore, on the next meeting, we do
really hope there was clear point on the implementation of that regional rubber bureau.
So when ASEAN Economy Community
(AEC) that will be held in 2015, we already
have reference price for rubber commodity,”
Dharmayugo Hermansyah added.
12 members of Indonesian Tin Exchange (BTI)
are guaranteed by clearing Institution
he trading transaction of physical market at Indonesian Tin Exhange (BTI), according to Coftra
Chief, Sutriono Edi will be done
multilaterally. It is because the multilateral trading principal through exchange
is a free and fair trading, said Sutriono.
“All parties either seller or buyer are
free to transact and there is no limitation.
With various seller and buyer, there will
be no party that can do monopoly.” Sutriono explained amongst the BTI launch.
Moreover, Sutriono also emphasized
that the enforcement of tin exchange by
future exchange will be safer and trusted
because it is supported by clearing institution as warrantor institution and executor of tin transaction.
Beside the existence of clearing institution, Sutriono said that BTI will be
strengthen by warehouse institution such
as PT Banda Ghara Reksa (BGR) and
surveyor institution which are PT Sucofindo and Indonesian Surveyor.
“They will help to make sure that the
tin product stored and traded has meet
the quality specification that has been established in tin physical contract,” Sutriono Edi explained.
Meanwhile, according to Main Director of BKDI , Megain Widjaja who mentioned that tin trading was implemented
by using auction system to determine the
selling price and best buyer.
“In that auction there are 5 contract
types that was traded in BTI. One of them
is TINPB300 which means that the maximum limit of impurities timbale (PB)
is 300 part per million (PPM). Then for
the other contract which are TINPB200,
TINPB100, TINPB50 and TIN4NINE
means that tin ingot content is 99.99%.”
“The unit for each lot in this tin market is 5 metric ton with dedicate handover
port at Muntok, Pangkal Balam, Belitung
and Kundur,” Megain added.
Moreover Megain said that the total
exchange members who are ready to do
transaction on physical contract of tin ingot in futures exchange are 12 businesses.
They are PT. Timah Tbk, PT Tambang
TImah, PT Refined Bangka Tin, PT Mitra Stania Prima, PT Inti Stania Prima
H Com,LTD. (Korea), Daewoo International Corporation (Korea), Gold Matrix
Resources (Singapore), Great Force Trading (Hong Kong), Noble Resources International Put Ltd. (Singapore), Purple
Products Pvt.Ltd (India), and Toyota Tsusho Corporation (Japan). “We hope that
the total will be increased in the future,”
Megain Widjaja wished.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
19
Info SRG
PEMBIAYAAN RESI GUDANG
BULAN JULI 2013
NO.
1.
2.
Komoditi
Resi
Gudang
Terbit
Nilai
Barang
(Rp)
Bank/LKNB
- Probolinggo (Krasan)*
Gabah
-
-
-
- Indramayu (Haurgeulis)
Gabah
1
75.000.000
Bank BJB
- Probolinggo (Banyuanyar)*
Jagung
-
-
-
Beras
-
-
-
- Banyuwangi
Gabah
-
-
-
- Bogor*
Gabah
-
-
-
Jagung
-
-
-
PENGELOLA GUDANG / GUDANG
PT. PERTANI
KOPERASI SELARAS
- Lombok Timur
Gabah
1
75.000.000
Jagung
-
-
Rumput Laut
-
-
1
75.000.000
Komoditi
Jumlah Resi
Gudang
Jumlah
Komoditi
(Ton)
Harga RataRata
(Rp/kg)
Nilai
Barang
(Rp)
- Probolinggo (Krasan)*
Gabah
3
495
4.400
2.178.000.000
- Indramayu (Haurgeulis)
Gabah
5
140
5.000
700.000.000
- Probolinggo (Banyuanyar)*
Jagung
1
200
3.400
680.000.000
Beras
1
20
7.000
140.000.000
- Banyuwangi
Gabah
1
170
5.500
935.000.000
- Bogor*
Gabah
2
65
5.169
336.000.000
Gabah
1
20,66
5.000
103.290.000
Gabah
12
890,66
5.014
4.252.290.000
Beras
1
20
7.000
140.000.000
Jagung
1
200
3.400
680.000.000
14
1.110,66
JUMLAH
TOTAL
*) Gudang milik Pemerintah Kabupaten/Kota
*Sumber : BIRO PASAR FISIK DAN JASA, BAPPEBTI
PENERBITAN RESI GUDANG
BULAN JULI 2013
NO.
1.
2.
PENGELOLA GUDANG / GUDANG
PT. PERTANI
PT BHANDA GHARA REKSA
- Barito Kuala (Mandastana)*
JUMLAH
TOTAL
*) Gudang milik Pemerintah Kabupaten/Kota
*Sumber : BIRO PASAR FISIK DAN JASA, BAPPEBTI
20 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
5.072.290.000
Info PLKA
INDIKATOR HARGA PLKA
BULAN AGUSTUS 2013
NO.
DERAH
KOMODITI
JENIS
HARGA
TERENDAH
HARGA
TERTINGGI
GUDANG
SERAH
1.
Bandung / 22 Agustus 2013
GULA PASIR
Kristal
Rp. 10.350,-/Kg
Rp. 10.350,-/Kg
Gudang Pembeli
CENGKEH
Zanzibar
Rp. 135.000,-/Kg
Rp. 135.000,-/Kg
Bandung
BERAS
IR 64
Rp. 8.300,-/Kg
Rp. 8.300,-/Kg
Jakarta
Pandanwangi
Rp. 10.200,-/Kg
Rp. 10.200,-/Kg
Jakarta
JAGUNG
Lokal
Rp. 3.000,-/Kg
Rp. 3.550,-/Kg
Semarang
TOMAT
Idola
Rp. 6.500,-/Kg
Rp. 6.500,-/Kg
Semarang
BERAS
IR 64 Super Slyp
Rp. 7.500,-/Kg
Rp. 7.500,-/Kg
Jakarta - Semarang
IR 64 Medium
Rp. 6.550,-/Kg
Rp. 6.550,-/Kg
Jakarta-Semarang
IR 64
Rp. 7.750,-/Kg
Rp. 7.750,-/Kg
Jakarta
Gajah Basah
Rp. 5.250,-/Kg
Rp. 5.250,-/Kg
Negosiasi
Gajah Kering
Rp. 38.000,-/Kg
Rp. 38.000,-/Kg
Negosiasi
2.
Semarang / 29 Agustus 2013
3.
Surabaya / 27 Agustus 2013
JAHE
4.
Yogyakarta / 28 Agustus 2013
COKLAT
Biji
Rp. 17.000,-/Kg
Rp. 17.000,-/Kg
Jakarta
5.
Manado / 26 Agustus 2013
IKAN
Nila
Rp. 20.000,-/Kg
Rp. 20.000,-/Kg
Tondano
KEONG
Keong
Rp. 75.000,-/Kg
Rp. 75.000,-/Kg
Sulawesi Utara
PALA
Bunga Pala
Rp. 80.000,-/Kg
Rp. 80.000,-/Kg
Padang
Padang / 20 Agustus 2013
6.
*Sumber : BIRO PASAR FISIK DAN JASA, BAPPEBTI
TRANSAKSI PASAR LELANG
NO.
DAERAH
10 BESAR KOMODITI PASAR LELANG PERIODE AGUSTUS 2013
NILAI TRANSAKSI 2013 (Rp.)
VOLUME/TON
TOTAL
Beras
28.611
51.980.800.000
2.
Jagung
5.698
17.200.000.000
NO.
JULI
AGUSTUS
1.297.640.000
1.154.450.000
1.
-
-
KOMODITAS
1.
Sumatera Barat
2.
Jambi
3.
Lampung
881.382.600
3.603.805.600
3.
Kentang
750
5.742.000.000
4.
Jawa Barat
18.129.500.000
20.401.500.000
4.
Gula Pasir
340
3.517.000.000
5.
Jawa Tengah
11.226.500.000
25.624.000.000
5.
Jahe
157
3.129.000.000
6.
Yogyakarta
-
22.265.800.000
6.
Rumput Laut
176
2.640.000.000
7.
JawaTimur
11.226.500.000
10.744.500.000
7.
Kopi
124
2.370.250.000
8.
Bali
24.612.500.000
-
8.
Tomat
360
2.340.000.000
9.
NTB
-
-
9.
Cengkeh
16
2.246.800.000
10.
Sulawesi Utara
11.381.700.000
18.826.600.000
10.
Ikan Nila
100
2.000.000.000
11.
Sulawesi Selatan
12.
1.100.000.000
-
Sulawesi Tenggara
-
-
13.
Gorontalo
-
-
14.
DKI Jakarta
-
26.335.500.000
98.422.410.000
102.620.655.000
TOTAL
GRAND TOTAL JANUARI – AGUSTUS
*Sumber : BIRO PASAR FISIK DAN JASA, BAPPEBTI
607.358.389.600
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
21
Wawasan
Rencana & Potensi
Shanghai Futures Exchange
Pengatar Redaksi: Majalah Swiss Derivatives Review, Edisi 51, 2013, menyuguhkan sebuah artikel
tentang perkembangan dan potensi sejumlah kontrak berjangka yang ditawarkan Shanghai Futures
Exchange- SHFE. Artikel tersebut ditulis sendiri oleh Wakil Presiden Eksekutif (SHFE), Ruirong
Huo. Berikut ini intisarinya.
S
HEF sebagai bursa berjangka
memiliki pesaing besar di
daratan China yakni Dalian
Commodity Exchange
(DCE), Zhengzhou
Commodity Exchange (ZCE), dan
China Futures Financial Exchange
(CFFEX). Dalam aktivitasnya,
bursa berjangka Cina tersebut
meperdagangkan kontrak berjangka
berbasis komoditi pertanian, bahan
kimia, logam, energi dan produkproduk keuangan.
DCE- yang berada di bagian
timur laut pantai China, menawarkan
kontrak berjangka komoditi kacang
kedelai, minyak kedelai, bungkil
kedelai, jagung, plastik dan coke.
Sedangkan ZCE menawarkan
komoditi gandum, kapas, gula dan
PTA. Serta CFFEX- menawarkan
kontrak indeks saham berjangka.
Sementara itu, SHFE menawarkan
kontrak berjangka komoditi logam
dasar, logam mulia, karet, bahan
bakar minyak dan baja. Pada tahun
2011 lalu, menurut Statistik Asosiasi
Industri Futures, SHFE berada pada
peringkat ke 14 di dunia dengan
volume transaksi lebih 308 juta lot.
Pada tahun 2012 SHEF juga tercatat
sebagai bursa berjangka No 1 di dunia
perdagangkan kontrak berjangka
komoditi tembaga dan No 2 untuk
karet alam. Komoditi tembaga juga
merupakan salah satu subjek kontrak
berjangka yang diminati masyarakat
China. Hal itu tampak dari portofolio
investasi masyarakat China.
SHFE melakukan fungsinya
sebagai self-regulatory dan berada di
bawah pengawasan China Securities
Regulatory Commission (CSRC).
SHFE memiliki sebanyak 208 anggota,
termasuk 161 FCMs, dan memiliki
lembaga kliring dengan elektronik
sistem. Para anggota dapat mengakses
SHFE melalui 795 terminal di
22 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
seluruh daratan Cina. Semua kontrak
pada bursa ini diselesaikan dengan
penyerahan fisik. Dan, perdagangan
SHEF dimulai pada pukul 09:00-11:30
dan 13:30-15:00 waktu setempat.
Dari sisi harga yang ditawarkan
SHFE lebih signifikan dibandingkan
dengan pasar lainnya. Sebagai contoh,
kontrak berjangka tembaga pada
tahun 2011 dampaknya dari LME ke
Shanghai adalah 52 %, dan dampak
Shanghai ke LME mencapai 43 %.
Pada tahun 2012, lalu total
perdagangan berjangka di
China daratan mencapai RMB
171.000.000.000.000. SHFE yang
mencapai sekitar 365 juta lot,
berkontribusi mencatatkan nilai
sebesar RMB 44.600.000.000.000
atau sekitar 26 % dari seluruh total
perdagangan berjangka China.
Melihat perkembangan SHEF yang
sejak tahun 1999 meroket hampir
117 kali lipat, maka penulis dapat
berasumsi tentang masa depan SHEF,
sebagai berikut;
. Pertumbuhan pasar dan volume.
Pertama, peraturan baru tentang
bursa berjangka telah diperkenalkan
untuk melindungi perdagangan dan
menjamin transparansi, kesetaraan
dan keadilan. Agar melindungi
integritas keuangan investor, pada
akhir setiap hari trading, nilai pasar
dari posisi terbuka, Dana klien yang
dipegang oleh bursa dan Dana klien
yang dipegang oleh broker tidak
kurang dari dana semua investor di
pasar telah disimpan dengan broker.
Produsen lainnya memiliki mulai
menggunakan pasar berjangka untuk
mengelola risiko mereka. Selain
itu, China semakin kaya sehingga
membutuhkan saluran untuk
mengelola kekayaan mereka.
. Akan lebih banyak produk. Pasar
berjangka di China untuk masa
mendatang masih memiliki potensi
1
2
besar karena akan banyak produk
baru yang diluncurkan. Saat ini
jumlah kontrak berjangka di China
baru mencapai 31 kontrak.
. Integrasi global. Volume
perdagangan ekspor - impor
antara China dan negara lainnya
dalam kurun waktu 30 tahun terakhir
demikian tinggi, sehingga diperlukan
perdagangan berjangka komoditi
yang menggunakan teknologi dan
dapat terhubung ke seluruh dunia. Itu
artinya, China akan terbuka dengan
industri perdagangan berjangka
komoditi. Namun saat ini pasar
berjangka China masih diisolasi dari
investor internasional. Tetapi secara
bertahap akan dibuka seiring dengan
direvisnya sejumlah peraturan.
3
Green Exchange
S
HEF akan tumbuh dan
berkembang dengan
berkomitmen untuk kepentingan
umum. Sebagai contoh, pada tahun
2012 lalu di China ada sekitar 46
% produksi timah global yang
diperdagangkan. Produksi timah
China di tahun 2012 mencapai 4,6
juta ton dan konsumsinya 4,65
juta ton. Dan sekitar 70 % timah
digunakan untuk memproduksi
baterai timbal-asam.
Merger dan pertukaran
internasional atau akuisisi telah
menjadi pusat perhatian publik China.
Sebab itu China secara konsisten
dan akan memberikan peluang bagi
investor asing untuk mengakses pasar
yang sedang booming.
Langkah-langkah tambahan
sudah diambil dalam beberapa tahun
terakhir, sebagai berikut:
. QFII dan RQFII. Investor Asing
(QFIIs) telah diizinkan untuk
perdagangan saham Indeks berjangka.
Untuk mempercepat pasar QFII,
CSRC telah menyetujui total 207
1
Wawasan
QFIIs pada akhir Desember 2012.
Total kuota dana yang 169 QFII dapat
berinvestasi telah meningkat menjadi
US$ 37,4 miliar.
Offshore Renminbi QFIIs (RQFIIs)
juga dalam proses, dan kuota 24
RQFII akan mencapai RMB 67 miliar.
Namun, QFII belum diizinkan untuk
melakukan perdagangan berjangka di
bursa karena aturannya masih dalam
tahap pembahasan. Tetapi, investor
yang diwakilkan oleh institusi atau
perusahaan sangat diharapkan untuk
melakukan perdagangan berjangka di
bursa China.
. Pelabuhan berikat. Pada bulan
Desember 2010, CSRC menyetujui
SHFE untuk meluncurkan program
percontohan untuk pengiriman
komoditi tembaga dan alumunium
dari pelabuhan berikat. Shanghai
Yangshan, merupakan pelabuhan
berikat yang ditetapkan pihak
berwewenang sebagai tunjuk port-ofentry untuk jenis pengiriman.
SHFE telah menyelesaikan seluruh
berikat proses pengadilan pengiriman
untuk tembaga berjangka oleh 24
Agustus 2011. Diharapkan lingkup
persediaan diperdagangkan untuk
pengiriman berikat akan diperpanjang
dan jumlah titik pengiriman yang
ditunjuk secara bertahap meningkat.
. Pialang berjangka China
berkembang di luar negeri. Sejauh
ini, ada sebanyak enam perusahaan
pialang berjangka China yang
beroperasi di luar negeri masingmasing GREEN, Yongan, GF, CIFCO,
Jinrui dan Nanhua. Mereka dapat
broker asing untuk klien, tetapi tidak
untuk Cina dari daratan. Broker
Cina, seperti CIFCO, Yongan dan
COFCO, yang saat ini diperbolehkan
untuk mengeksplorasi kemungkinan
melakukan bisnis broker untuk klien
dari daratan China ke pasar luar
negeri, yang Bentara integrasi tersebut
berjangka perusahaan China dengan
pertukaran global di masa depan.
. JV futures. Saat ini hanya ada
3 dari total 162 perusahaan
pialang di China yang pendiriannya
merupakan usaha patungan, yaitu
CITIC Newedge, Galaxy Scotland
Royal Bank dan JP Morgan
(Zhongshan Futures & JP Morgan).
Persiapan pasar berjangka
komoditi minyak mentah. Penciptaan
bursa berjangka minyak mentah di
China membutuhkan kreativitas
pada aturan dan peraturan yang
ada untuk mengintegrasikan China
dengan internasional. Terkait itu
beberapa peraturan harus direvisi dan
2
3
4
memasukan unsur partisipasi pelaku
global di perdagangan berjangka
China.
Masuknya China ke dalam
perdagangan berjangka minyak
mentah akan memerlukan pemikiran
dan pendekatan kreatifitas. Karena
itu penelitian pun telah dilakukan,
termasuk konsultasi dengan instansi
lain dan analisis untuk menjamin
akurasi dalam semua rincian.
Sebab itu, sebuah tim khusus sudah
ditugaskan untuk melakukan revisi
kebijakan yang diperlukan dan
menyusun road map.
Di dalam penyusunan road
map itu, setidaknya ada sebanyak 7
langkah yang harus dikembangkan.
Dan setelah road map itu semua siap,
akan memuluskan tujuan dan harapan
kami bahwa semua dukungan yang
diperlukan dan dijanjikan pemerintah
dan instansi terkait, dan kami yakin
bahwa ini merupakan proyek yang
akan berhasil.
Outlook
D
alam rencana lima tahun
kedua yang dirilis pada
Desember 2012, SHFE
berkomitmen untuk tiga tujuan pada
tahun 2017. Yakni, transformasi
produk SHFE akan melalui inisiatif
yang inovatif pada produk dan
layanan, mengubah dirinya dari bursa
komoditi berjangka menjadi bursa
derivatif yang komprehensif.
Lini produk pada bursa akan
meliputi komoditas yang tidak hanya
berbasis industri bahan baku, tetapi
juga melibatkan banyak kepentingan
umum dan pengembangan
ekonomi. Pelayanan bursa akan
lebih terintegrasi dengan investor
‘kebutuhan untuk berfungsi sebagai
penemuan harga, alokasi sumber
daya dan manajemen risiko, yang
akan meningkatkan bursa sebagai
benchmarking pasar.
Selain itu, SHFE berkewajiban
sebagai penyedia jasa akan
mengintegrasikan dirinya dengan
sejumlah bursa dunia sehingga
memudahkan promosi dan
memperluas jasanya perekonomian
secara lebih luas dan mendalam.
Transformasi SHFE akan
mengintegrasikan dirinya dengan
pasar internasional dan akan
memperluas basis investor global.
Dalam tren globalisasi ekonomi, aset
sekuritisasi, finansialisasi komoditas
dan virtualisasi perdagangan, dunia
ekonomi yang semakin terjalin akan
menyambut pasar berjangka yang
memungkinkan investor untuk
mengalokasikan sumber daya dan
mengelola risiko pada skala global.
Sebab itu roadmap untuk bursa
berjangka valuta saat ini sedang
dirancang.
Transformasi Tata Kelola
S
HFE akan melakukan upaya
restrukturisasi dari keanggotaan
pemilik saham untuk sebuah
perusahaan yang didirikan secara
modern. Demutualisasi telah menjadi
tren utama yang sebagian besar bursa
di dunia, sehingga memungkinkan
diri untuk menjadi lebih fleksibel
dalam membuat keputusan dan
insentif. Di samping itu, SHEF
akan berorientasi menginovasi jasa
pelayanan sehingga mendapatkan
lebih banyak sumber dana untuk
pembangunan.
Berdasarkan program tersebut,
diharapkan SHFE dalam lima tahun
ke depan menjadi bursa berjangka
komoditi, opsi dan derivatif yang
terkemuka Asia-Pasifik. Esensinya
adalah untuk menyediakan layanan
berkualitas kepada ekonomi riil dan
mempertahankan hubungan dekat
dengan pasar fisik. Sebab itu, saat
ini kami sedang mempertimbangkan
memperpanjang jam perdagangan
sampai tengah malam, hal ini dalam
rangka membuka pasar yang lebih
luas.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
23
Kolom
SRG Perkuat
Ketahanan Pangan Nasional
Pengatar Redaksi; artikel ini merupakan intisari dari sambutan Menteri Perdagangan, Gita
Wirjawan, saat pelaksanaan seminar nasional sistem resi gudang 19 September 2103, di Semarang,
yang diselenggarakan Bappebti dan bekerjasama dengan Pemprov Jawa Tengah.
24 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
“
Terwujudnya Ketahanan
Pangan menjadi salah
satu fokus utama
pemerintah dalam
menciptakan fundamen
pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang
kuat, karena selama
kebutuhan pangan
belum tercukupi dalam
tingkatan aman.
“
K
omoditi pangan adalah
isu yang sangat menarik
untuk dibahas, karena
seringkali isu ini memiliki
banyak keterkaitan
dan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang baik dari sisi politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Masalah pangan
menjadi semakin strategis karena dalam
satu dekade terakhir terjadi kenaikan
harga secara global untuk komoditi
biji-bijian yang memaksa banyak negara
harus mereformulasikan kebijakan
pangan yang sudah mereka terapkan
guna mencukupi kebutuhan pangan
penduduknya.
Pemanasan global membuat
permasalahan pangan ini menjadi
lebih kritis. Di Indonesia, pengaruh
pemanasan global telah menyebabkan
perubahan iklim yang mempengaruhi
perubahan pola tanaman dan waktu
panen dari komoditi pangan. Kondisi
ini membawa konsekuensi logis
bagi semua pihak untuk menjadikan
Ketahanan Pangan sebagai sebuah
agenda utama untuk jangka menengah
dan panjang.
Terwujudnya Ketahanan Pangan
menjadi salah satu fokus utama
pemerintah dalam menciptakan
fundamen pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang kuat, karena selama
kebutuhan pangan belum tercukupi
dalam tingkatan aman. Maka,
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
terhambat dan cenderung rapuh.
Mewujudkan ketahanan pangan
tentulah menjadi tugas kita bersama
baik pemerintah maupun swasta,
melibatkan berbagai sektor mulai
dari hulu dimana budidaya pertanian
dilakukan hingga ke hilir dimana
komoditi pangan hasil pertanian
disimpan untuk kemudian dipasarkan
ke berbagai wilayah. Di sinilah,
diperlukan adanya suatu skema yang
dapat menjadi instrumen logistik
dan distribusi sekaligus memberikan
pemberdayaan kepada para petani
selaku produsen yang selama ini sering
kali termarginalkan.
Petani sebagai produsen utama
komoditi pangan harus terus memiliki
motivasi dan sumber daya untuk terus
menghasilkan komoditi pertanian
khususnya tanaman pangan yang
memenuhi skala kuantitas dan kualitas
guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri sehingga tercipta kemandirian
pangan. Lebih jauh lagi, produk pangan
yang dihasilkan juga harus memiliki
nilai tambah sehingga dapat bersaing di
pasar regional maupun global.
Tantangan dalam percepatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
hanya ada pada pemenuhan kebutuhan
pangan dalam negeri, tetapi juga perlu
melihat adanya ancaman atau lebih baik
kita sebut sebagai peluang pasar dalam
skala regional dan global.
Seperti kita ketahui, pada tahun
2015 negara-negara Asia TenggaraASEAN akan mulai memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pada
masa ini, pertumbuhan ekonomi
negara-negara di Asia Tenggara mulai
memasuki babak baru. Dalam konsep
satu ekonomi, pintu perdagangan
antar negara ASEAN menjadi semakin
terbuka lebar, lalu lintas transaksi
barang dan jasa di kawasan Asia
Tenggara akan semakin ramai dan
meningkat. Kondisi ini tentunya
memberikan harapan dan peluang
untuk mempercepat laju pertumbuhan
perekonomian Indonesia, namun
tentunya dengan satu syarat yaitu
kemampuan daya saing. Produk
dengan nilai tambahlah yang akan
memiliki daya saing sehingga bertahan
dan mendapatkan keuntungan dari
kondisi tersebut. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan kualitas produk dan
komoditi dalam negeri terus dilakukan,
antara lain dengan penciptaan
suatu instrumen pembiayaan
perdagangan yang dapat dengan
mudah dimanfaatkan oleh para pelaku
usaha baik UKM maupun pabrikan
untuk menambah cash-flow dengan
jaminan cukup komoditi yang mereka
Kolom
miliki sehingga mereka tetap mampu
meningkatkan nilai tambah terhadap
produk yang dihasilkan walaupun
modal yang dimiliki terbatas.
Selain itu, dengan instrumen
yang sama, lalu lintas pendistribusian
barang- komoditi juga dapat meningkat
karena adanya jejaring data dan
informasi terhadap ketersediaan
komoditi dan tingkat utilitas
pemanfaatan gudang yang ada.
Skema SRG
S
istem Resi Gudang (SRG)
berdasarkan UU No. 9 Tahun
2006 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 9 Tahun 2011, hadir
sebagai salah satu instrumen dalam
sistem pembiayaan dan perdagangan.
SRG memungkinkan pemberian kredit
oleh lembaga keuangan baik bank
maupun non-bank kepada para pelaku
usaha hanya dengan agunan Resi
Gudang, tanpa dipersyaratkan agunan
lainnya. Skema ini dapat membantu
para pelaku usaha kecil menengah yang
umumnya menghadapi masalah dalam
pembiayaan karena keterbatasan akses
dan jaminan kredit dengan fixed asset.
Tidak hanya itu, SRG juga dapat
digunakan oleh para pedagang dan
prosesor/pabrikan sebagai instrumen
pembiayaan dan perdagangan yang
menjamin kuantitas dan kualitas
komoditi. Dengan adanya kemudahan
memperoleh kredit sebagai modal kerja
bagi para pelaku usaha, baik itu usaha
kecil menengah, maupun pedagang,
prosesor/pabrikan akan menggerakkan
dunia usaha yang pada akhirnya
dapat mendorong tumbuhnya sektor
riil sebagai fundamen perekonomian
Indonesia.
Lebih jauh lagi, SRG dapat menjadi
instrumen pembiayaan bagi ekspor.
Dokumen Resi Gudang dalam transaksi
Letter of Credit akan menambah
keyakinan issuing bank dan nominated
bank, serta dapat mencegah fraud
dalam transaksi ekspor. Sedangkan
bagi petani, SRG dapat menjadi strategi
pemasaran untuk memperoleh harga
terbaik dengan cara menunda penjualan
komoditas pada saat musim panen raya
di mana harga komoditas cenderung
rendah melalui penyimpanan
komoditinya di gudang. Sementara
waktu menunggu harga membaik,
petani dapat mengagunkan Resi
Gudang-nya untuk memperoleh kredit
dari perbankan atau lembaga keuangan
non-bank.
Penerapan Teknologi Informasi
dalam SRG, atau dikenal sebagai ISWARE, memungkinkan terbentuknya
jaringan di seluruh Gudang SRG,
sehingga SRG juga dapat menjadi
instrumen ketersediaan stok pangan
nasional, khususnya beras, gabah
dan jagung disamping juga hasil
perkebunan.
Melalui SRG, pemerintah juga bisa
mengetahui ketersediaan komoditi
di setiap wilayah lokasi gudang SRG
sehingga dapat menjadi alat bantu
bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan terkait dengan distribusi dan
penyediaan bahan pangan di daerahdaerah dalam menciptakan ketahanan
pangan nasional. Namun tentunya,
fungsi ini hanya dapat terwujud apabila
pelaksanaan SRG telah tersebar dan
merata secara nasional.
Terkait dengan distribusi dan
pemasaran, pelaksanaan SRG tidak
bisa dilepaskan dari Pasar Lelang
sebagai sarana pemasaran komoditas
unggulan antar wilayah melalui
mekanisme pembentukan harga yang
transparan. Integrasi SRG dan Pasar
Lelang juga memperpendek mata rantai
perdagangan karena mempertemukan
langsung antara penjual dengan
pembeli sehingga dapat menghindari
ekonomi biaya tinggi.
Dukungan Optimal
U
ntuk semakin memperkuat
integritas SRG, perlu kami
sampaikan pula bahwa ke
depan akan dibentuk suatu Lembaga
Jaminan Resi Gudang yang berfungsi
sebagaimana LPS dalam dunia
perbankan. Lembaga ini akan semakin
memperkuat lapisan pengaman SRG,
semakin melindungi pemilik barang
maupun pemberi pembiayaan dari
adanya kemungkinan wanprestasi
oleh Pengelola Gudang. Langkah
awal pembentukan lembaga ini telah
dilakukan, yaitu dengan melakukan
Amandemen terhadap Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2006 dimana terdapat
beberapa perubahan dan penambahan
ketentuan yang dapat menjadi payung
hukum pembentukan Lembaga Jaminan
ini.
Perlu digarisbawahi, walaupun
lembaga ini belum terbentuk, integritas
SRG tetap menjadi prioritas utama.
Berbagai lapis pengaman telah
diciptakan dan berjalan, mulai dari
persyaratan keuangan bagi Pengelola
Gudang, ketentuan kelayakan Komoditi
yang dapat disimpan di gudang, hingga
pengawasan Bappebti Kementerian
Perdagangan secara Online maupun
langsung turun ke lapangan secara
periodik maupun sewaktu-waktu.
Sebagaimana diketahui bahwa SRG
di Indonesia merupakan suatu hal yang
masih baru dan tidak dapat dipungkiri
bahwa kendala dan tantangan di
lapangan masih kita hadapi bersama.
Oleh karena itu Kementerian
Perdagangan terus mengupayakan
agar implementasi SRG dapat berjalan
sebaik-baiknya. Kesamaan persepsi
dan pemahaman mengenai kebijakan
dan pelaksanaan SRG perlu senantiasa
diwujudkan
Keberhasilan implementasi SRG
tidak akan mungkin terealisir tanpa
adanya upaya bersama lintas sektoral,
mulai dari hulu ke hilir, mulai dari
masa pra-panen hingga pasca panen
yang melibatkan berbagai kementerian
maupun lembaga terkait. Keikutsertaan
dan peran aktif dari berbagai lembaga
terkait memiliki potensi dan peran
yang besar dalam pengembangan SRG,
karena berbagai program yang dimiliki
masing-masing dapat dioptimalkan
untuk mendukung pelaksanaan SRG
seperti peningkatan kemampuan
produksi petani mulai pada masa
pra-panen melalui pengadaan saproni
(benih, pupuk, maupun peralatan)
hingga pada saat pasca panen misalnya
melalui jasa-jasa pengeringan,
penyimpanan, transportasi, pemasaran
dan pembiayaan.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
25
Kiprah
Nanang Sukatna
‘Juru Kunci’ Gudang
SRG Warungkondang
Gudang SRG Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur, sering disebut menjadi salah satu raw model
suksesnya implementasi SRG di Indonesia. Tapi dibalik kesuksesan itu ada satu nama yakni Nanang
Sukatna, yang menjad ‘juru kunci’ berjalannya SRG Cianjur.
N
anang Sukatna, adalah
Manajer Koperasi Niaga
Mukti yang berperan
sebagai Pengeloa Gudang
Sistem Resi Gudang
(SRG) di Warungkondang, Cianjur.
Nanang, demikian pria kelahiran Cianjur,
03 September 1973 itu disapa, dia
bertanggungjawab mengelola gudang
SRG Warungkondang sejak 18 Juni 2013
lalu.
“Gudang SRG ini di bangun pada
tahun 2009. Kemudian, penerapan skema
SRG mulai dilakukan pada tahun 2011
dan saat itu masih dikelola oleh PT
Pertani (Persero). Dan di tahun 2011
itu juga Koperasi Niaga Mukti resmi
ditetapkan sebagai calon Pengelola
Gudang dan saya sudah menjabat
manajernya,” cerita Nanang kepada
26 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Buletin Berjangka, di Gudang SRG
Warungkondang, akhir September lalu.
Selanjutnya, tambah Nanang, PT
Pertani resmi menyerahkan pengelolaan
gudang kepada Koperasi Niaga Mukti
pada 18 Juni 2013, setelah Bappebti
mengeluarkan izin sebagai Pengelola
Gudang.
Jika bicara Pengelola Gudang SRG,
maka diperlukan sumber daya manusia
(SDM) yang handal. Pasalnya, pengelola
gudang memiliki tanggungjawab untuk
menjaga mutu dan volume komoditi yang
dititipkan oleh pemilik barang di dalam
gudang. Selain itu, pengelola gudang
juga harus memiliki jiwa kewirausahaan,
sehingga pemasaran komoditas akan
dilakukan berdasarkan analisis dan
pengembangan bisnis dapat memberikan
keuntungan yang maksimal.
Tidak hanya itu, peran strategis
pengelola gudang yaitu menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap
integritas SRG. Hal tersebut tentu
saja disadari oleh Nanang. Seberapa
kompetenkah dirinya mengenal
pengelolaan gudang?
Ayah dari tiga orang anak ini,
mengawali kiprahnya di salah satu
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
yang ada di Kabupaten Cianjur, tepatnya
yakni Gapoktan Cinta Tani sejak tahun
2003 hingga sekarang, dan Nanang
dipercaya sebagai Ketua Gapoktan
tersebut.
“Awalnya Gapoktan ini hanya
memiliki 3 poktan (kelompok Tani)
dan sekarang sudah menjadi 14 Poktan
dengan 200 anggota,” ujarnya.
Posisinya sebagai Ketua Gapoktan,
Kiprah
ternyata juga memberikan keuntungan
yang positif untuk Nanang saat Koperasi
Niaga Mukti ditetapkan sebagai Pengelola
Gudang. “Saya berusaha menggiring
mereka, agar mereka bisa menggunakan
SRG. Alhasil, Gapoktan Cinta Tani-lah
yang paling banyak menyimpan gabahnya
di Gudang Warungkondang ini,” kata
Nanang.
Yang membanggakan, Gapoktan
Cinta Tani telah mendapatkan sederet
prestasi selama Nanang memimpinnya.
Apa saja? “Ada 2 penghargaan yang diraih
Gapoktan Cinta Tani,” jawab suami dari
Wati Masyitoh ini.
Pertama, Gapoktan Cinta Tani
mendapatkan juara II penghargaan
sebagai Gapoktan dengan penataan
“
Saya menjadi salah
satu yang mewakili
Kab. Cianjur dan
mendapatkan
apresiasi langsung
dari Presiden RI
Susilo Bambang
Yudhoyono,
menggairahkan,” ungkap Nanang.
Menurutnya, Gudang SRG itu ibarat
perahu besar yang dilengkapi berbagai
macam peralatan untuk mencari ikan.
Saat berada di tengah laut, rasanya
mustahil jika tidak mampu menangkap
ikan-ikan yang banyak tersebar.
“Produksi gabah Kab. Cianjur setiap
musim panen bisa mencapai 320.000
ton gabah kering. Sedangkan kapasitas
simpan Gudang SRG Warungkondang
hanya 1.100 ton gabah. Jika dikalkulasi,
kami hanya baru mengelola sekian
persennya saja dari total produksi gabah
di Kab. Cianjur,” paparnya.
Jadi, kata Nanang, masih sangat besar
peluang berkembangnya SRG di Kab.
Cianjur. “Dan pencapaian saat ini, masih
harus ditingkatkan. Di samping itu,
gudang-gudang milik swasta atau pribadi
di Kab. Cianjur dapat juga dikelola
menjadi gudang SRG.”
“
Petani Sukses
“S
organisasi terbaik di Kab. Cianjur pada
tahun 2004. Kedua, Peringkat I dalam
penghargaan pendukung peningkatan
hasil beras nasional pada tahun 2005.
“Kami dinobatkan sebagai pembudidaya
paling produktif,” jelasnya.
Hebatnya lagi, Nanang juga pernah
menyabet penghargaan sebagai Petani
Terbaik Tingkat Nasional pada tahun
2008. “Saya menjadi salah satu yang
mewakili Kab. Cianjur dan mendapatkan
apresiasi langsung dari Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono,” ujarnya bangga.
Tentu saja, dengan sejumlah
pengalamannya tersebut, Nanang
mengaku sudah terbiasa dengan
pengelolaan gudang komoditi terutama
gabah atau beras. Apalagi Nanang juga
telah mengikuti pelatihan yang diberikan
Bappebti. “Semua calon-calon Pengelola
Gudang pasti mendapatkan pelatihan
dari Bappebti, saat itu saya mengikutinya
di Surabaya.”
Dengan bekal pengalaman dan
pengetahuannya itu, Nanang mencoba
mengimplementasikannya untuk
mengembangkan Gudang SRG
Warungkondang. Hasilnya pun tak
sia-sia. Banyak petani yang menjadi
pelanggan setia untuk menyimpan
gabahnya di Gudang Warungkondang
terutama saat musim panen.
Peluang Bisnis
S
RG merupakan salah satu sektor
bisnis yang menjanjikan. Selain
instrumen ini bermanfaat bagi
petani sebagai upaya mendapatkan harga
terbaik, sisi lainnya, pengelola gudang
juga mendapatkan keuntungan dari jasa
pelayanan yang diberikan. “Peluang
bisnis sebagai Pengelola Gudang sangat
aya lahir dan dibesarkan
dari keluarga petani padi,”
ungkap Nanang. Faktor itu
pulalah yang rupanya membuat ia terus
mengembangkan usaha pertaniannya
hingga sekarang. Nanang kini memiliki
lahan pertanian padi seluas 1 hektar. Dan,
Ia juga memiliki jasa usaha pengolahan
sawah dengan aset puluhan unit traktor.
Tentu saja, untuk meraih semua itu
memerlukan proses yang panjang. Dan,
perjuangan masa lalu Nanang memang
tidak mudah. “Selepas lulus SLTA, saya
pernah merantau ke Jakarta selama 5
tahun,” kenang Nanang.
Tapi, perantauannya ternyata tak
berbuah manis. “Di Jakarta hanya
jadi buruh dan tinggal di kontrakan,”
tambahnya. Dan jika bercermin dengan
teman-teman sekampungnya, batin
Nanang mulai terkoyak. “Bagaimana
tidak? Di kampung, teman-teman saya
yang tidak sekolah ekonominya justru
sangat baik. Hal itulah yang membawa
saya akhirnya kembali ke kampung,”
ungkapnya.
Dengan bermodal semangat dan
kegigihan dalam menekuni usaha
taninya, alhasil, usaha Nanang terus
berkembang pesat. Jerih payah dan
tekadnya kembali ke kampung ternyata
membawa berkah. ”Di kampung lebih
menjanjikan,” katanya.
Dan sekarang, pria yang memiliki
motto “sebaik-baik manusia adalah
orang yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya”, telah mampu membuka
lapangan pekerjaan untuk banyak
masyarakat sekitar.
Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
27
“Manfaatkan SRG
dan
Tingkatkan Kesejahteraan”
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi - BAPPEBTI
www.bappebti.go.id
28 Bappebti/Mjl/150/XII/2013/Edisi September
Download