Tugas dan Wewenang

advertisement
Laporan Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia
Triwulan II
2014
Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu
wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2014.
Inflasi terkendali
dan dalam tren menurun. Pada
triwulan II-2014
Nilai tukar Rupiah melemah
inflasi tercatat
4,18% (qtq),
6,70% (yoy),
dari triwulan sebelumnya,
dengan volatilitas yang terjaga
turun dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 7,32% (yoy).
Neraca Pembayaran Indonesia mencatat
Stabilitas Sistem Keuangan
(SSK) Indonesia terjaga
surplus 4,3 miliar
dolar AS,
dan membaik dibanding
triwulan sebelumnya.
naik dari triwulan sebelumnya
yang surplus 2,1 miliar dolar AS.
Penyelenggaraan sistem pembayaran
Cadangan devisa
akhir triwulan II-2014 sebesar
107,7 miliar
dolar AS
naik dari akhir triwulan I-2014
yang sebesar 102,6 miliar dolar AS.
berjalan aman dan lancar,
ditunjang kehandalan dan
ketersediaan sistem
pendukung yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia.
Ketersediaan uang
kartal
mencukupi kebutuhan
masyarakat,
termasuk dalam rangka
menghadapi bulan Ramadhan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan
II-2014. Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sesuai
pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia
telah menyusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan II-2014.
Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan
dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk periode yang akan datang
dengan memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun
domestik. Laporan triwulan ini selanjutnya diharapkan akan menjadi bahan bagi Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan
Gubernur Bank Indonesia dan Bank Indonesia secara keseluruhan.
Memasuki triwulan laporan, perekonomian Indonesia masih dihadapkan dengan
tantangan baik dari global maupun domestik. Meskipun pertumbuhan ekonomi global
cenderung membaik, kinerjanya tidak berlangsung merata (unsynchronized). Pemulihan
perekonomian Amerika Serikat terus berlangsung sehingga memperkuat keyakinan pasar
bahwa suku bunga di Amerika Serikat akan meningkat pada pertengahan 2015. Di pihak
lain, perekonomian Negara emerging market secara struktural dalam proses melambat,
sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya dampak balik (spillback) keperekonomian
negara maju. Kondisi ini pada gilirannya dapat menghambat pemulihan ekonomi global.
Tantangan domestik terutama masih terkait dengan upaya untuk mengendalikan defisit
neraca transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Defisit pada triwulan laporanterutama
disebabkan oleh semakin membesarnya defisit necara migas sebagai dampak dari terus
meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak, di tengah produksi minyak domestik yang
terus menurun. Meskipun demikian, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan laporan
dapat tertutupi oleh besarnya arus masuk modal asing sehingga secara keseluruhan
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat peningkatan surplus dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan surplus tersebut, cadangan devisa juga
mengalami peningkatan sehingga mencapai 107,7 miliar dollar AS pada akhir triwulan
laporan. Kondisi NPI yang terjaga berimbang sejalan dengan tingkat fluktuasi nilai tukar
rupiah yang terpelihara stabil meksipun cenderung melemah dibandingkan triwulan
sebelumnya.
iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Meningkatnya arus masuk modal asing pada triwulan laporan menggambarkan tingginya
kepercayaan investor global terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Hal ini ditopang
oleh kredibilitas bauran kebijakan moneter dan fiskal yang di tempuh Bank Indonesia dan
Pemerintah untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dan menurunkan tingkat inflasi.
Melalui koordinasi kebijakan yang semakin baik, pada triwulan laporan tingkat inflasi juga
dapat dikendalikan dan dalam tren menurun.
Pada triwulan laporan juga ditandai dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi
sejalan dengan neraca transaksi berjalan yang mengalami tekanan. Meskipun demikian,
proses perlambatan pertumbuhan ekonomi tetap terkendali ditopang oleh terjaganya
ketahanan sistem keuangan. Selain didukung oleh sistem keuangan yang terjaga, Bank
Indonesia juga menjaga kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang
kartal dalam jumlah yang cukup sehingga kegiatan ekonomi secara keseluruhan berjalan
lancar.
Kedepan, tantangan kebijakan semakin meningkat. Merespons kondisi ini, di satusisi Bank
Indonesia harus tetap konsisten mengendalikan defisit transaksi berjalan dan tingkat
inflasi. Di sisi yang lain, Bank Indonesia juga harus menjaga agar pertumbuhan ekonomi
tidak mengalami kemerosotan yang tajam (hard landing).
Di tengah tantangan global dan domestik kedepan yang semakin berat, jalinan koordinasi
antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, serta Otoritas Jasa Keuangan akan terus
diperkuat. Jalinan koordinasi ditempuh dalam rangka mencapai laju pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan dan berimbang. Hal ini menuntut adanya langkahlangkah mendasar untuk menjaga ketahanan makro dan sistem keuangan, serta pada saat
yang bersamaan mendorong implementasi berbagai kebijakan struktural.
Dari sisi Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan nilai tukar akan
tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju sasaran yang ditetapkan, menjaga
stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan ke tingkat yang lebih
sehat. Dalam menempuh berbagai kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan senantiasa
mengedepankan nilai-nilai strategis lembaga dan tata kelola organisasi yang baik, agar
tugas yang diamanatkan dapat dilaksanakan secara efektif untuk mencapai tujuan Bank
Indonesia yaitu terpeliharanya stabilitas nilai rupiah.
Jakarta, 1 September 2014
GUBERNUR BANK INDONESIA
Agus D.W. Martowardojo
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
v
Daftar Isi
BAB I
Ringkasan
Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan II-2014
02
04
BAB II
2.1. Inflasi
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Neraca Pembayaran
2.4. Utang Luar Negeri
2.5. Nilai Tukar Rupiah
2.6. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Pasar Valas
2.6.1. Pasar Uang Rupiah
2.6.2. Pasar Valuta Asing
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan
2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan Industri
Perbankan
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non Bank
2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.7.4.1. Kinerja Sektor Korporasi
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
2.9. Perkembangan Sistem Pembayaran
2.10. Perkembangan Pengedaran Uang
vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
08
10
12
14
15
16
16
18
18
18
21
21
21
22
23
24
27
27
28
31
32
35
Perkembangan kondisi
Makroekonomi, Moneter,
Sistem Keuangan, dan
Sistem Pembayaran
BAB III
Pelaksanaan
Tugas Pokok dan
Wewenang
Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
3.1.1.Kebijakan Moneter
3.1.2.Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
3.1.3.Koordinasi dengan Pemerintah
Boks : Strategi 4K dalam Pengendalian Harga
3.1.4.Pengelolaan Utang Luar Negeri
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung
Perumusan Kebijakan
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
3.2.1.Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
3.2.2.Pendalaman Pasar Keuangan
3.2.3.Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
3.2.4.Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan
3.2.6.Koordinasi dan Kerja sama dalam rangka Pelaksanaan Tugas
Bank Indonesia-OJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
Boks : Kesiapan Bank Indonesia dalam Menghadapi
Ramadhan dan Idul Fitri 2014
3.4. Kerjasama Internasional
3.4.1.Kerja sama G-20
3.4.2. Kerja sama IMF
3.4.3. Kerja sama ASEAN
3.4.4. Kerja sama EMEAP
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
3.5.1.Komunikasi Kebijakan
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan
3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan Lembaga Internasional
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
40
40
41
43
46
47
48
49
50
50
50
51
51
52
57
63
64
65
65
68
73
75
75
76
76
77
77
77
79
80
vii
BAB IV
4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja
4.2. Manajemen Risiko
4.3. Audit Intern
4.4. Keuangan Intern
4.5. Sistem Informasi
4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
4.6.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM
4.6.3. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
4.7. Aspek Hukum
4.8. Program Sosial Bank Indonesia
84
87
88
89
90
91
91
91
92
93
94
Manajemen Intern
Bank Indonesia
LAMPIRAN
Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II-2014
1. Peraturan Bank Indonesia
2. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia
Daftar Istilah
Daftar Singkatan
viii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
97
98
98
99
104
Manajemen Intern
Bank Indonesia
Daftar Tabel
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan
Tabel 2.2. Perkembangan Indeks Saham Regional
Tabel 2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%)
Tabel 2.4. Kinerja Aset IKNB
Tabel 2.5. Data Pergerakan Penyaluran Pembiayaan
Tabel 2.6. Kinerja Korporasi Publik Tw I-2013 dan Tw I - 2014
Tabel 2.7. Kredit Kepada Perorangan Per Jenis Penggunaan
Tabel 2.8. Perbandingan Pola Konsumsi, Cicilan dan Tabungan per Kelompok Pendapatan
Tabel 2.9. Perkembangan Total Transaksi Jual/Beli UKA-TC PVA BB Periode Triwulan I – II-2014
Tabel 2.10. Nilai Transaksi Pembayaran
Tabel 2.11. Volume Transaksi Pembayaran
Tabel 2.12. Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank
Tabel 2.13. Indikator Pengedaran Uang
33
34
34
35
36
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
BAB III
Tabel 3.1. Jumlah Debitur-Fasilitas dalam 1 (satu) tahun sejak
TW III-2013 s.d TW-2014
BAB IV
11
20
24
25
26
28
29
30
63
Manajemen Intern Bank Indonesia
Tabel 4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia Posisi Juni 2014
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
84
ix
Daftar Grafik
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan
Grafik 2.3. Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Konsumen
Grafik 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia
Grafik 2.6. Perkembangan Cadangan Devisa
Grafik 2.7. Neraca Transaksi Berjalan
Grafik 2.8. Neraca Perdagangan
Grafik 2.9. Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Grafik 2.10.Debt Burden Indicator ULN Indonesia
Grafik 2.11.Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.12.Volatilitas Nilai Tukar
Grafik 2.13.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional
Triwulan II-2014
Grafik 2.14.VIX & CDS
Grafik 2.15.Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate
Grafik 2.16.RRH Volume Transaksi PUAB
Grafik 2.17.Jumlah Bank Pelaku PUAB
Grafik 2.18.Volume Transaksi Repo
Grafik 2.19.Suku Bunga Repo & PUAB 1 bulan
Grafik 2.20.Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.21.Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.22.Yield Obligasi Negara
Grafik 2.23.Volatilitas Yield 20 hari
Grafik 2.24.Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG
Grafik 2.25.Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG
Grafik 2.26.Perkembangan & Volatilitas IHSG
Grafik 2.27.Perkembangan Industri Reksadana
Grafik 2.28.Rasio Non-Performing Loans Industri Perbankan
Grafik 2.29.Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan
Grafik 2.30.Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi
Grafik 2.31.Pertumbuhan DPK (yoy)
Grafik 2.32.Komposisi Alat Likuid Perbankan
Grafik 2.33.Alat Likuid dan Non-Core Deposit
x
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
08
08
09
09
12
12
13
13
14
15
15
15
16
16
16
17
17
17
17
18
18
19
19
19
19
20
21
21
22
22
23
23
23
Grafik 2.34. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
Grafik 2.35. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Deposito Rupiah 1 bulan, Spread Suku Bunga dan BI Rate
Grafik 2.36. Aset dan Investasi Industri Asuransi
Grafik 2.37. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
Grafik 2.38. Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP)
Grafik 2.39. Pembiayaan IKNB
Grafik 2.40. Sumber Pendanaan Industri Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.41. Laporan Bulanan Bank Umum
Grafik 2.42. Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Indonesia (yoy)
Grafik 2.43. Pergerakan Leverage Ratio (DSR) Nasional (30 Kota)
Grafik 2.44. Rasio Solvabilitas Rumah Tangga Indonesia
Grafik 2.45. NPL Kredit UMKM
Grafik 2.46. Perkembangan Rata-rata UYD (qtq)
Grafik 2.47. Pertumbuhan PDB dan UYD
Grafik 2.48. Jumlah Temuan Uang Rupiah Palsu
BAB III
24
24
25
25
26
26
27
28
29
30
30
31
35
35
37
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Grafik 3.1.Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.2.Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.3.Komposisi Instrumen Operasi Moneter (OM)
Grafik 3.4.Pertumbuhan Debitur-Fasilitas SID
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
42
42
42
63
xi
Daftar Gambar
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan II-2014
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2014
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
BAB III
Gambar 3.1. Sebaran Program Pengembangan Klaster Bank Indonesia Untuk Komoditi Ketahanan Pangan Tingkat Kantor
Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Tahun 2014
Gambar 3.2. Peta Lokasi Kas Keliling – Bhakesra 2014
Gambar 3.3. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia
xii
09
11
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
59
71
72
BAB I
Ringkasan Eksekutif
BAB I Ringkasan Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
Proses penyesuaian ekonomi Indonesia masih berlanjut pada triwulan II-2014, didukung
oleh kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Hingga triwulan laporan, beberapa
tantangan masih membayangi perekonomian Indonesia. Berlanjutnya defisit transaksi
berjalan masih menjadi fokus perhatian di sisi kinerja sektor eksternal Indonesia. Permintaan
global yang masih lemah, tekanan harga pada komoditas nonmigas, dan ekspor mineral
yang masih terkendala menyebabkan kinerja ekspor terkontraksi. Kondisi ini diperberat
dengan impor migas yang masih meningkat sejalan dengan kenaikan volume konsumsi
Bahan Bakar Minyak di dalam negeri. Kinerja eksternal yang belum optimal tersebut pada
gilirannya berdampak terhadap melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) triwulan II-2014 terkendali dan
cenderung menurun seiring dengan meredanya tekanan inflasi volatile food, administered
prices dan terjaganya ekspektasi inflasi. Sasaran inflasi 2014 dan 2015 diperkirakan akan
berada dalam kisaran targetnya 4,5%±1% dan 4%±1%. Namun, perlu dicermati risiko yang
mungkin muncul khususnya terkait kemungkinan penyesuaian harga barang yang bersifat
strategis dan peningkatan harga pangan.
Di pasar keuangan, arus masuk modal asing yang cenderung meningkat ke negara
berkembang termasuk Indonesia, di satu sisi menunjukkan adanya kepercayaan investor
terhadap kondisi perekonomian, namun di sisi lain memerlukan mitigasi risiko yang
lebih baik. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan potensi ketidakseimbangan di pasar
keuangan akibat risiko global, antara lain, normalisasi kebijakan the Fed dan Bank of
England serta munculnya spillover dan spillback dari melemahnya perekonomian emerging
market. Di tengah berbagai tantangan tersebut, perekonomian Indonesia juga masih
menyisakan kebutuhan reformasi struktural untuk memperbaiki pasokan dan daya saing.
Dinamika yang terjadi di perekonomian mendorong berbagai pihak termasuk Bank
Indonesia untuk menerapkan kebijakan secara terukur. Hal ini dimaksudkan agar proses
penyesuaian ekonomi yang lebih seimbang dapat berjalan dengan lancar dan mendukung
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,12% (yoy), lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,22% (yoy). Melambatnya perekonomian
dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan ekspor dan belanja Pemerintah. Namun,
pertumbuhan ekonomi masih mendapat dukungan dari kinerja konsumsi rumah tangga
dan investasi bangunan. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia
2014 diperkirakan berada pada kisaran 5,1%-5,5%, dan meningkat di 2015 dengan kisaran
5,4%-5,8%, seiring dengan kondisi ekonomi global yang membaik.
Dari sisi perkembangan harga, laju inflasi pada triwulan II-2014 terkendali dengan tren
menurun. Pada triwulan tersebut, inflasi tercatat sebesar 0,57% (qtq) atau 6,70% (yoy),
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy). Melimpahnya
pasokan beras dan cabai berkontribusi positif terhadap penurunan harga, bahkan
menyebabkan terjadinya deflasi pada kelompok volatile food. Sementara itu, inflasi inti
tetap terjaga seiring melambatnya permintaan domestik, minimalnya tekanan harga
global, dan terjaganya ekspektasi inflasi.
Tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia memberikan
dampak positif bagi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). NPI pada triwulan laporan
mencatatkan surplus 4,3 miliar dolar AS, ditopang oleh kinerja transaksi modal dan
2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB I Ringkasan Eksekutif
finansial yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Persepsi positif investor terhadap
prospek perekonomian Indonesia mendorong tingginya arus masuk investasi portofolio
dan Penanaman Modal Asing, sehingga transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2014
mencatatkan surplus yang signifikan.
Didukung kenaikan surplus NPI, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir triwulan II2014 meningkat menjadi 107,7 miliar dolar AS dari posisi akhir triwulan I-2014 yang sebesar
102,6 miliar dolar AS. Jumlah cadangan devisa tersebut setara 6,1 bulan pembayaran impor
dan utang luar negeri Pemerintah. Untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja NPI diperkirakan
akan semakin baik sejalan dengan membaiknya transaksi berjalan serta kenaikan surplus
pada transaksi modal dan finansial.
Meskipun kinerja NPI mengalami perbaikan pada triwulan II-2014, nilai tukar Rupiah
mengalami tekanan depresiasi dengan volatilitas yang terjaga. Melemahnya nilai tukar
Rupiah lebih dipengaruhi oleh permintaan korporasi yang cenderung meningkat sesuai
dengan pola musimannya. Selain itu, perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan
Umum Presiden dan kondisi eksternal seperti krisis geopolitik di Ukraina dan Irak juga turut
memengaruhi. Secara point-to-point, Rupiah melemah 4,18% (qtq) ke level Rp11.855 per
dolar AS, dengan tingkat volatilitas 10,68%.
Di tengah tren melambatnya perekonomian domestik, kondisi sistem keuangan Indonesia
terjaga stabil. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan triwulan II-2014 berada pada level normal
dan bahkan membaik dibanding triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut ditopang oleh
kinerja perbankan dan lnstitusi Keuangan Non Bank (IKNB) yang positif, meski kinerja pasar
keuangan cenderung melambat.
Fungsi intermediasi perbankan dan IKNB tetap berjalan lancar dengan perlambatan
penyaluran kredit seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Penyaluran kredit
perbankan pada triwulan II-2014 tumbuh 17,20% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 18,20% (yoy). Sementara pembiayaan yang disalurkan oleh
Perusahaan Pembiayaan tumbuh 12,50% (yoy), turun dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 12,66% (yoy). Meski demikian, risiko kredit/pembiayaan dan
risiko likuiditas tetap terjaga.
Di pasar keuangan, perlambatan kinerja tercermin dari peningkatan yield Surat Berharga
Negara (SBN), penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana, dan meningkatnya risiko
di pasar keuangan yang tercermin dari volatilitas SBN dan Indeks Harga Saham. Kondisi
ini antara lain dipengaruhi perilaku investor yang cenderung dalam posisi wait and see
menyikapi kondisi politik Indonesia.
Melambatnya perekonomian juga berpengaruh terhadap kinerja sektor korporasi. Hal ini
tercemin dari tingkat profitabilitas dan tingkat perputaran persediaan yang lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya. Namun, kondisi di triwulan II-2014 masih lebih baik
dibanding kinerja di akhir 2013. Di sektor rumah tangga, kinerjanya masih terpantau baik.
Penyaluran kredit perseorangan masih menunjukkan pertumbuhan dengan tingkat Debt
Service Ratio yang berada dalam tingkat aman.
Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari dukungan
penyelenggaraan sistem pembayaran yang berlangsung dengan baik dan lancar. Pada
triwulan II-2014, nilai transaksi di sistem pembayaran non tunai mencapai Rp1.442,87
triliun dengan volume transaksi sebesar 85,2 juta. Dengan nilai dan volume transaksi yang
besar maka dukungan sistem pembayaran yang handal menjadi penting.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I I 2014
3
BAB I Ringkasan Eksekutif
Penggunaan transaksi non-tunai di masyarakat juga menunjukkan perkembangan yang
semakin positif. Hal ini tercemin dari kenaikan penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) dan uang elektronik baik dari sisi nilai maupun volume transaksi.
Sementara itu, penggunaan uang kartal pada periode laporan juga menunjukkan
peningkatan. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan uang
masyarakat menghadapi masa liburan dan persiapan memasuki bulan Ramadhan.
Kenaikan permintaan tersebut dapat diimbangi dengan layanan penyediaan uang oleh
Bank Indonesia, sehingga ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup dapat
terpenuhi.
1.2. Kebijakan Yang Ditempuh Triwulan II-2014
Proses penyesuaian perekonomian ke arah yang lebih seimbang serta terjaganya stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari konsistensi kebijakan yang
ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.
Bank Indonesia secara konsisten mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada
2014 dan 4±1% pada 2015, dan berupaya menjaga agar proses penyesuaian ekonomi
dapat terkendali guna mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, dengan
mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan,
sepanjang triwulan II-2014, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 7,50%,
dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap
pada level 7,50% dan 5,75%. Dalam operasionalisasi kebijakan moneter tersebut, Bank
Indonesia mengelola likuiditas di pasar uang rupiah dan pasar valuta asing (valas) sehingga
perbankan dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya pada tingkat yang wajar dan stabil.
Upaya menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan juga dilakukan melalui
penguatan koordinasi dengan Pemerintah. Melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI)
dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bank Indonesia memperkuat sinkronisasi
program pengendalian harga di level pusat dan daerah. Koordinasi juga dilakukan dalam
kerangka pendalaman pasar keuangan. Terkait hal ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan
instansi terkait tengah mempersiapkan pengaturan lindung nilai bagi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sebagai upaya untuk memitigasi risiko nilai tukar dari transaksi valas yang
dilakukan oleh BUMN. Di bidang stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia bersama
dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
(FKSSK) secara reguler berkoordinasi untuk memantau kondisi sistem keuangan Indonesia
dan mengindentifikasi risiko yang mungkin timbul.
Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia secara konsisten mengupayakan agar
nilai tukar Rupiah berkontribusi positif terhadap perekonomian. Untuk itu, pada triwulan
II-2014 Bank Indonesia menyempurnakan pengaturan yang mendukung terwujudnya
pendalaman pasar valuta asing domestik melalui penggunaan instrumen lindung nilai
(hedging) atas penghasilan investasi di Indonesia. Bank Indonesia juga menyesuaikan
pengaturan mengenai pinjaman luar negeri bank dengan perkembangan pasar keuangan
domestik terkini. Hal ini dimaksudkan agar aliran modal asing dapat lebih berkontribusi
terhadap kestabilan moneter dan sekaligus mendukung upaya pendalaman pasar valas.
Kebijakan pengelolaan nilai tukar juga diperkuat dengan penyesuaian pengaturan
mengenai penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan penarikan utang luar negeri. Melalui
penyesuaian tersebut, diharapkan dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan devisa
yang berasal dari hasil ekspor dan utang luar negeri.
4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB I Ringkasan Eksekutif
Untuk memantapkan perannya di bidang makroprudensial, Bank Indonesia juga
tengah memperkuat landasan hukum pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan
makroprudensial. Ketentuan tersebut antara lain mengatur mengenai instrumen
makroprudensial yang akan digunakan oleh Bank Indonesia, serta mekanisme kegiatan
surveilans dan pemeriksaan terhadap lembaga keuangan dalam rangka penilaian terhadap
risiko sistemik. Pengaturan tersebut dinilai penting antara lain untuk memberikan kejelasan
hubungan kelembagaan dengan otoritas pengawas mikroprudensial.
Selain ditujukan untuk mencegah dan memitigasi risiko sistemik serta mendorong
fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, peran Bank Indonesia di bidang
makroprudensial ditujukan pula untuk meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses
keuangan. Terkait hal ini, sepanjang triwulan II-2014, Bank Indonesia melakukan berbagai
program keuangan yang inklusif, antara lain dengan mengembangkan Layanan Keuangan
Digital dan penyediaan Sistem Informasi harga Bagi Petani dan Nelayan (SIPN). Selain itu,
Bank Indonesia bersinergi dengan instansi Pemerintah maupun masyarakat, memperkuat
sektor riil dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Diantaranya dengan
mengembangkan klaster komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan
berkontribusi terhadap inflasi di berbagai wilayah.
Di bidang sistem pembayaran, fokus kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada
upaya untuk menjaga agar sistem pembayaran terselenggara dengan aman, lancar, dan
efisien. Pada triwulan II-2014, kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tercemin
dari level ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen
surat berharga Pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI, yang mencapai 99,97% dan
kemampuan setelmennya mencapai 99,95%.
Melanjutkan program kerja yang telah dilaksanakan pada periode-periode sebelumnya,
pada periode laporan Bank Indonesia masih melanjutkan pengembangan sistem BI-RTGS,
BI-SSSS, dan SKNBI Generasi II, serta National Payment Gateway. Bank Indonesia juga
menyempurnakan pengaturan uang elektronik guna menyelaraskan dengan ketentuan
transfer dana, meningkatkan keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan uang
elektronik, serta mendorong penggunaan uang elektronik sebagai salah satu instrumen
dalam layanan keuangan digital.
Dalam rangka meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia terus mempersiapkan
implementasi kawasan Less Cash Society. Selaras dengan upaya tersebut, Bank Indonesia
juga melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya perluasan penggunaan
uang elektronik untuk mendukung program Pemerintah dalam penyaluran bantuan
sosial. Selain akses dan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia juga mendorong
perlindungan konsumen sistem pembayaran yang lebih baik. Untuk itu, Bank Indonesia
melakukan berbagai kegiatan edukasi perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran di
beberapa wilayah.
Untuk mendukung kelancaran transaksi perekonomian, di bidang pengelolaan uang
Rupiah, Bank Indonesia terus meningkatkan ketersediaan uang yang berkualitas,
distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima.
Meningkatnya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat menghadapi masa liburan dan
persiapan memasuki bulan Ramadhan pada triwulan II-2014 dapat dipenuhi dengan baik.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan meningkatkan realisasi distribusi uang
ke berbagai wilayah. Upaya yang lain adalah dengan memperlancar akses distribusi uang
bekerjasama dengan BUMN yang bergerak di bidang jasa angkutan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I I 2014
5
BAB I Ringkasan Eksekutif
Penyediaan uang yang berkualitas juga terus dilaksanakan termasuk ke wilayah-wilayah
terpencil. Sampai dengan akhir triwulan II-2014, Bank Indonesia telah mengunjungi 30
wilayah terpencil, perbatasan dan pulau terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) untuk memberikan layanan penukaran uang. Terkait penyediaan uang Rupiah,
Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan tengah mempersiapkan
rencana pengeluaran uang rupiah edisi baru sesuai dengan amanat Undang-Undang UU
No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Penerbitan uang tersebut bertujuan untuk lebih
memperkuat kedaulatan Indonesia dan mempertegas Rupiah sebagai alat pembayaran
yang sah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia
efektif dalam menjaga proses penyesuaian ekonomi domestik dan menjaga kestabilan
makro ekonomi serta sistem keuangan. Efektivitas kebijakan tersebut tidak terlepas dari
dukungan manajemen internal Bank Indonesia, yang dalam pelaksanaannya senantiasa
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik.
6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II
Perkembangan Kondisi
Makroekonomi, Moneter,
Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Penyesuaian ekonomi masih berlangsung hingga triwulan II-2014, dengan tetap ditunjang
kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Beberapa indikator perekonomian meski
membaik, tetap memerlukan perhatian yang cermat khususnya terhadap risiko yang mungkin
muncul baik karena faktor domestik maupun global. Hal ini dimaksudkan agar kondisi
fundamental ekonomi tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang seimbang
dan berkelanjutan. yang membaik tersebut berdampak pada nilai tukar rupiah yang cenderung
bergerak stabil. Namun, pertumbuhan ekonomi melambat dipengaruhi ekspor riil yang
mencatat kontraksi.
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.1. Inflasi
Inflasi pada
triwulan II2014 tetap
terjaga dan
berada dalam
tren yang
menurun
sehingga
mendukung
prospek
pencapaian
sasaran inflasi
2014 yakni
4,5±1%.
Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,57% (qtq) atau 6,70% (yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy) (Grafik 2.1 dan
2.2). Tren penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain ditopang oleh menurunnya
tekanan inflasi volatile food, administered prices, dan terjaganya inflasi inti sejalan dengan
kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Namun, sejumlah risiko
terhadap pencapaian target inflasi 2014 tetap perlu diwaspadai.
14
12
IHK
Inti
Administered Prices
Volatile Food
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan
Pada triwulan II-2014, kelompok volatile food mengalami deflasi. Deflasi tersebut
menyebabkan penurunan inflasi volatile food menjadi -0,43% (qtq) atau 6,74% (yoy),
lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I-2014 sebesar 2,66% (qtq) atau 7,25% (yoy).
Terjadinya deflasi terutama didukung oleh melimpahnya pasokan seiring dengan
datangnya musim panen beberapa komoditas, seperti beras dan cabai. Namun demikian,
kenaikan harga beberapa komoditas lainnya seperti daging ayam dan telur ayam menahan
deflasi kelompok volatile food lebih dalam.
Penurunan inflasi pada triwulan II-2014 juga ditopang oleh terjaganya inflasi inti. Inflasi
inti pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 0,73% (qtq) atau 4,81% (yoy), relatif stabil
bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,14% (qtq) atau 4,61% (yoy).
Terjaganya inflasi inti tersebut ditopang oleh moderasi permintaan domestik sejalan
dengan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, tekanan harga
global yang minimal, serta ekspektasi inflasi yang tetap terjaga. Hasil survei pedagang
eceran maupun konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi tekanan harga pada waktu
mendatang cenderung membaik, dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya
(Grafik 2.3 dan Grafik 2.4).
8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran



                  
Grafik 2.3
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Grafik 2.4
Ekspektasi Harga Konsumen
Inflasi administered prices pada triwulan II-2014 juga mengalami penurunan. Inflasi
administered prices tercatat melambat dari sebelumnya 1,33% (qtq) atau 17.47% (yoy) pada
triwulan I-2014 menjadi 1,03% (qtq) atau 13,47% (yoy) pada triwulan II-2014. Hal tersebut
akibat hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 dan tidak
adanya kebijakan strategis pemerintah terkait harga selama triwulan laporan.
Inflasi di beberapa kawasan, seperti wilayah Sumatera, sebagian besar Jawa dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI) masih cukup terkendali. Inflasi Jawa berada pada level yang relatif
lebih rendah didorong oleh terkendalinya pasokan pangan. Demikian pula inflasi di wilayah
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dapat terkendali seiring dengan terjadinya koreksi beberapa
harga pangan strategis di beberapa wilayah seperti daging ayam (Kalimantan kecuali
Kaltim), beras (Kalteng), cabe rawit dan bawang merah (Bali), dan ikan segar (Maluku).
Gambar 2.1
Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan II-2014 (%, yoy)
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
9
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Prospek inflasi pada tahun 2014 dan 2015 diperkirakan akan berada dalam kisaran targetnya
4,5%±1% dan 4%±1%. Prospek inflasi tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi
makroekonomi yang ditempuh selama ini, termasuk koordinasi dengan Pemerintah.
Selain itu, penurunan inflasi juga didukung termoderasinya permintaan domestik dan
harga komoditas global yang cenderung masih lemah. Namun, beberapa risiko pada masa
mendatang tetap perlu diwaspadai yang bersumber dari peningkatan harga pangan dan
potensi penyesuaian administered prices seperti tarif listrik, dan harga bahan bakar minyak
bersubsidi.
Inflasi pada triwulan II-2014 tetap terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga
mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Penurunan tersebut
ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi volatile food dan terjaganya inflasi inti sejalan
dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Namun, sejumlah risiko
terhadap pencapaian target inflasi 2014 tetap perlu diwaspadai.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
Indonesia pada
triwulan II-2014
melambat
dipengaruhi
oleh kontraksi
pertumbuhan
ekspor dan
terkontraksinya
belanja
pemerintah.
Namun,
pertumbuhan
ekonomi
triwulan II2014 masih
mendapat
dukungan
dari kinerja
konsumsi
rumah tangga
yang cukup
kuat dan
investasi
bangunan.
10
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,12% (yoy), melambat
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,22% (yoy) (Tabel 2.1). Perlambatan tersebut disebabkan oleh masih lemahnya
kinerja ekspor komoditas sumber daya alam, seperti batu bara, CPO, dan mineral mentah.
Ekspor kembali mengalami kontraksi sebesar -1,04% (yoy), lebih besar dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,44% (yoy). Hal tersebut disebabkan
oleh melambatnya permintaan dari negara berkembang dan penerapan Undang-Undang
minerba. Namun demikian, ekspor riil manufaktur seperti TPT, alas kaki, dan alat listrik,
meningkat pada akhir triwulan seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara maju yang
membaik. Ekspor manufaktur lainnya, seperti logam dasar khusus untuk tembaga dan
nikel, serta ekspor pertanian, khususnya komoditas utama seperti ikan dan rempah, juga
mencatat kenaikan.
Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 juga
bersumber dari kontraksi konsumsi pemerintah dan investasi nonbangunan. Pertumbuhan
konsumsi pemerintah pada triwulan II-2014 tercatat sebesar -0,71 (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,58% (yoy). Kontraksi konsumsi pemerintah
tersebut disebabkan oleh penangguhan penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) dalam
rangka pemberdayaan masyarakat sehingga komponen belanja barang dalam PDB menjadi
lebih rendah. Sementara itu, investasi nonbangunan tumbuh negatif, khususnya investasi
alat angkutan luar negeri yang masih terkontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang
yang belum membaik. Kondisi ini terindikasi dari data impor barang modal dalam bentuk
kendaraan dan peralatan terkait alat angkut yang menurun.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 masih mendapat dukungan dari kinerja
konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan yang cukup kuat. Pertumbuhan konsumsi
rumah tangga pada triwulan II-2014 masih cukup tinggi sebesar 5,59% (yoy) meski sedikit
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,61% (yoy). Hal ini antara
lain ditopang oleh belanja terkait aktivitas Pemilu. Selain itu, daya beli konsumen yang
terjaga seiring tren penurunan inflasi selama triwulan berjalan juga menopang stabilitas
konsumsi rumah tangga. Di samping itu, investasi bangunan pada triwulan II- 2014 tumbuh
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi bangunan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
ini terindikasi dari peningkatan penjualan semen dan impor barang konstruksi. Kondisi
tersebut turut didukung oleh optimisme sektor konstruksi yang lebih baik dibandingkan
kondisi di awal tahun.
Di tengah kontraksi ekspor, kontraksi impor yang lebih besar akibat perlambatan permintaan
domestik dapat mengurangi tekanan eksternal dalam menopang pertumbuhan ekonomi.
Impor kembali mengalami kontraksi yang lebih besar pada triwulan II-2014 dibanding
triwulan sebelumnya menjadi -5,02% (yoy) dari -0,73% (yoy). Khususnya terjadi pada
kelompok bahan baku dan barang konsumsi. Sementara itu, kontraksi impor barang modal,
meskipun mengecil, masih berlangsung akibat kontraksi pada impor alat angkut.
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan
Komponen
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
PDB
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2013
I
II
III
IV
2013
2014
I
II
5,24 5,15 5,485,25 5,285,61 5,59
0,44 2,17 8,916,45 4,873,58-0,71
5,54
4,47
4,54
4,37
4,71
5,14
4,53
3,58
4,82
5,25
7,40
5,30
-0,44
-1,04
-0,03
0,69
5,09
-0,60
1,21
-0,73
-5,02
6,03 5,76 5,635,72 5,785,22 5,12
Sumber : BPS
Secara regional, perlambatan ekonomi pada triwulan II-2014 berasal dari melambatnya
ekonomi di Jawa dan beberapa daerah basis produksi komoditas tambang dan perkebunan,
seperti Sumatera dan Kalimantan (Gambar 2.2). Perlambatan ekonomi Jawa dan Sumatera
sejalan dengan melemahnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, kinerja di sektor
tambang masih lemah terutama dipengaruhi oleh menurunnya permintaan batubara
sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi di beberapa sentra pertambangan di
Sumatera dan Kalimantan.
Ket: Jawa di luar Jakarta
Gambar 2.2
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2014
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
11
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan kondisi domestik yang relatif stabil,
Bank Indonesia tetap mempertahankan kisaran proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk
tahun 2014 dan 2015. Pertumbuhan ekonomi 2014 tetap diperkirakan berada pada kisaran
5,1%-5,5%, dengan kecenderungan menuju batas bawah menyusul pertumbuhan ekonomi
triwulan I dan II-2014 yang lebih rendah dari prakiraan. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015,
diperkirakan kembali membaik pada kisaran 5,4%-5,8% seiring dengan perbaikan ekonomi
global.
2.3. Neraca Pembayaran
Kinerja Neraca
Pembayaran
Indonesia (NPI)
triwulan II-2014
membaik.
Membaiknya
kinerja NPI
tersebut
ditopang oleh
transaksi modal
dan finansial
yang mencatat
peningkatan
surplus
dibandingkan
dengan
triwulan I-2014
sehingga dapat
membiayai
sepenuhnya
defisit transaksi
berjalan yang
melebar
sesuai pola
musimannya.
Kinerja NPI pada triwulan II-2014 berhasil mencatat peningkatan surplus dari 2,1 miliar
dolar AS pada triwulan sebelumnya menjadi 4,3 miliar dolar AS pada triwulan laporan.
Peningkatan terjadi karena ditopang oleh kinerja Transaksi Modal dan Finansial (TMF)
(Grafik 2.5). Kinerja TMF mencatat peningkatan surplus yang signifikan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi
berjalan yang melebar sesuai pola musimannya.
Peningkatan surplus NPI triwulan II-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan
posisi cadangan devisa dari 102,6 miliar dolar AS pada akhir triwulan I-2014 menjadi 107,7
miliar dolar AS pada akhir triwulan II-2014. Level cadangan devisa tersebut setara dengan
6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta
berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor (Grafik 2.6). Kenaikan
cadangan devisa tersebut berdampak positif terhadap upaya memperkuat ketahanan
sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.





Grafik 2.5
Neraca Pembayaran Indonesia
Grafik 2.6
Perkembangan Cadangan Devisa
Kinerja transaksi berjalan triwulan II-2014, meskipun mengalami peningkatan defisit
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tercatat lebih baik dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2014
mencapai 9,1 miliar dolar AS (4,27% PDB) (Grafik 2.7), lebih rendah dibandingkan dengan
defisit pada periode yang sama tahun 2013 sebesar 10,1 miliar dolar AS (4,47% PDB).
12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sesuai pola musiman, defisit transaksi berjalan
triwulan II-2014 lebih tinggi yang tercatat sebesar 4,2 miliar dolar AS (2,05% PDB) (Grafik
2.7). Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas menyempit (Grafik 2.8). Hal
ini disebabkan impor nonmigas meningkat 12,4% (qtq) antara lain terkait dengan naiknya
kebutuhan menjelang puasa dan Idul Fitri. Sementara itu, ekspor nonmigas hanya tumbuh
1,0% (qtq) terutama dipengaruhi turunnya permintaan ekspor berbasis sumber daya alam,
seperti batubara dan minyak nabati. Penurunan tersebut seiring dengan melambatnya
pertumbuhan di negara emerging serta dampak kebijakan pembatasan ekspor mineral
mentah.
Selain karena surplus nonmigas yang menyempit, defisit transaksi berjalan juga dikontribusi
oleh defisit neraca perdagangan migas yang melebar karena impor migas meningkat (Grafik
2.8). Hal ini terutama karena bertambahnya volume impor minyak mentah. Sementara itu,
ekspor migas mengalami penurunan terutama akibat ekspor LNG yang lebih rendah.
Tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca jasa dan
neraca pendapatan primer. Pada triwulan II-2014, sesuai dengan pola musimannya, defisit
neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring
dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama
musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan primer juga
meningkat mengikuti jadwal pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri kepada
investor asing.

…
…
…
…
…
…
…
 ­€‚ƒ‚„ƒ
…
…
…
…
… …†† …††
12,00
7,00
2,00
-3,00
Neraca Nonmigas
Neraca Migas
Transaksi Perdagangan
-8,00
-13,00
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4 Q1** Q2**
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
†
††
Grafik 2.7
Neraca Transaksi Berjalan
Grafik 2.8
Neraca Perdagangan
Transaksi modal dan finansial mencatat surplus karena masih tingginya aliran masuk modal
asing. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2014 mencapai 14,5 miliar
dolar AS, meningkat signifikan dari 7,6 miliar dolar AS pada triwulan I-2014 (Grafik 2.9).
Surplus tersebut ditopang oleh tingginya arus masuk investasi portofolio dan PMA sejalan
dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik. Selama
triwulan II-2014, aliran masuk modal asing masih tercatat tinggi mencapai 5,75 miliar dolar
AS, meskipun sedikit turun dari triwulan sebelumnya sebesar 5,79 miliar dolar AS.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
13
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran





 
Grafik 2.9
Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Utang Luar
Negeri
Indonesia
meningkat
pada triwulan
II-2014.
Peningkatan
tersebut
terutama
dipengaruhi
oleh
meningkatnya
kepemilikan
nonresiden
atas surat
utang yang
diterbitkan baik
oleh sektor
swasta dan
sektor publik,
serta pinjaman
luar negeri
sektor swasta.
Perkembangan
ULN tersebut
dipandang
masih cukup
sehat dalam
menopang
ketahanan
sektor eksternal
meskipun
perlu terus
diwaspadai.
14
Untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja
NPI diperkirakan akan mencatat surplus
yang lebih besar dibandingkan surplus
pada tahun sebelumnya. Surplus tersebut
diperkirakan berasal dari meningkatnya
surplus neraca perdagangan dan TMF.
Pemulihan pertumbuhan negara maju
terutama AS, Jepang, dan Eropa sebagai
negara partner dagang utama diperkirakan
dapat meningkatkan ekspor. Di sisi lain, kinerja
TMF pada 2014 juga diperkirakan meningkat.
Peningkatan tersebut sejalan dengan aliran
modal asing yang diperkirakan masih akan
meningkat, dipengaruhi oleh optimisme
terhadap prospek perekonomian Indonesia
yang terus terjaga.
2.4. Utang Luar Negeri
Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II-2014 meningkat dari triwulan
sebelumnya. Posisi ULN pada Juni 2014 tercatat sebesar 284,9 miliar dolar AS, atau tumbuh
3,1% dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan I-2014 sebesar 276,3 miliar dolar AS.
Peningkatan posisi ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan
nonresiden atas surat utang yang diterbitkan baik oleh sektor swasta sebesar dan sektor
publik, serta pinjaman luar negeri sektor swasta yang melampaui turunnya pinjaman luar
negeri sektor publik.
Posisi ULN pada akhir Juni 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 131,7 miliar dolar
AS (46,2% dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 153,2 miliar dolar AS (53,8% dari
total ULN). Posisi ULN kedua sektor tersebut masing-masing meningkat 0,9% dan 5,1%
dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2014 sebesar USD130,5 miliar dan USD145,7
miliar.
Berdasarkan jangka waktu, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang
yang memiliki pangsa 82,4% dari total ULN. ULN berjangka panjang pada akhir Juni 2014
mencapai USD234,8 miliar, meningkat 2,2% dibandingkan dengan posisi akhir triwulan
I-2014 sebesar USD229,8 miliar. Pada akhir Juni 2014, ULN berjangka panjang sektor publik
mencapai USD124,3 miliar atau 94,4% dari total ULN sektor publik dan ULN berjangka
panjang sektor swasta tercatat sebesar USD110,5 miliar atau 72,1% dari total ULN swasta.
Sejalan dengan peningkatan posisi ULN, indikator beban hutang dan kerentanan Indonesia
pada triwulan II-2014 yang tercermin pada beberapa rasio ULN juga menunjukkan rasio
yang cenderung meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2014. Rasio Debt to GDP pada
triwulan II-2014 juga tercatat sedikit meningkat sebesar 33,9%, sedikit naik dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 32,3%. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR) pada triwulan
II-2014 naik menjadi sebesar 48,3% dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 46,4%.
Kenaikan rasio ini dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu meningkatnya total pembayaran
pokok dan bunga ULN pada triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan I-2014 di
tengah penerimaan ekspor Indonesia mengalami penurunan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Indikator lainnya seperti Debt to Export turut
meningkat akibat penurunan penerimaan
ekspor Indonesia. Rasio Debt to Export
Indonesia pada triwulan II-2014 menjadi
133,0% meningkar dari 128,7% pada triwulan
I-2014. Sementara itu, rasio Short Term Debt to
Reserve pada triwulan II-2014 juga mengalami
peningkatan menjadi 46,5% dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 45,3%.


 ­€‚
2.5. Nilai Tukar Rupiah
Pada triwulan II-2014, rupiah secara point-toGrafik 2.10.
point melemah 4,18% (qtq) ke level Rp11.855
Debt Burden Indicator ULN Indonesia
per dolar AS dibanding dengan triwulan
I-2014 (Grafik 2.11). Meskipun secara umum
mengalami tekanan depresiasi, volatilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga. Volatilitas nilai
tukar pada triwulan II-2014 tercatat menurun menjadi 10,68% dibandingkan dengan
volatilitas pada triwulan sebelumnya sebesar 11,5% (Grafik 2.12).

11855
11.629
11448
Januari
Februari 2014 Maret
April
Mei
Juni
Grafik 2.11
Nilai Tukar Rupiah

­€
­‚ƒ„


­€
­‚ƒ„
11.833
IDR/USD
Rupiah
mengalami
depresiasi
dengan
volatilitas yang
terjaga selama
triwulan
II-2014. Hal
ini sejalan
dengan kondisi
fundamental
perekonomian
Indonesia.
 Grafik 2.12
Volatilitas Nilai Tukar
Tekanan terhadap rupiah di triwulan II-2014 dipengaruhi oleh permintaan korporasi yang
cenderung meningkat sesuai dengan pola musimannya untuk pembayaran ULN dan
repatriasi dividen/kupon. Selain itu, faktor sentimen terkait dengan perilaku investor yang
menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden serta kondisi eksternal, seperti krisis geopolitik
di Ukraina dan Irak, berdampak pada pergerakan rupiah. Perilaku menunggu (wait and see)
investor atas hasil Pemilihan Umum Presiden di dalam negeri menjadi faktor yang dominan
menyebabkan pelemahan rupiah, sehingga berbeda dengan pergerakan mata uang lain
di kawasan (Grafik 2.13). Tekanan rupiah pada triwulan II-2014 tercermin pada indikatorindikator eksternal, seperti CDS (Credit Default Swap) & VIX Index1 yang tampak meningkat.
(Grafik 2.14).
1
VIX Index atau Volatility Index menggambarkan ekspektasi pasar akan volatilitas sebuah mata uang untuk periode 30 hari mendatang. VIX
Index biasa digunakan untuk menggambarkan risiko pasar.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
15
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
 ­€‚ 

Grafik 2.13
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional
Triwulan II-2014
Kondisi
pasar uang
rupiah dan
pasar valuta
asing terjaga
stabil selama
triwulan
laporan sejalan
dengan
terjaganya
kondisi
likuiditas.



Grafik 2.14
VIX & CDS
2.6. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Pasar Valas
2.6.1. Pasar Uang Rupiah
Risiko likuiditas pada triwulan II-2014 terkendali, tercermin pada struktur suku bunga PUAB
(term structure) yang cenderung melandai dengan penurunan terbesar pada suku bunga
PUAB tenor 1 bulan. Rata-rata harian suku bunga PUAB tenor overnight (O/N) turun 2 bps
dari triwulan sebelumnya sebesar 5,88% (Grafik 2.15). Sementara itu, suku bunga PUAB
tenor 1 minggu naik tipis 3 bps dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
6,51%. Sedangkan suku bunga PUAB tenor 1 bulan mengalami penurunan cukup besar
(15 bps) dibanding triwulan sebelumnya menjadi 7,91%. Kecenderungan yang sama juga
terjadi pada kuotasi suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) oleh perbankan
yang merupakan indikasi penawaran tingkat bunga antar bank.
Pergerakan suku bunga PUAB tersebut menggambarkan kondisi likuiditas (giro bank di
Bank Indonesia/bank reserves) di sistem perbankan yang relatif stabil. Kontraksi likuiditas
yang berasal dari aliran keluar uang kartal mampu diimbangi oleh ekspansi likuiditas yang
berasal dari mutasi keuangan pemerintah.
Aliran keluar uang kartal terutama terkait
periode libur sekolah dan menjelang bulan
Ramadhan. Sementara itu, ekspansi keuangan

 pemerintah antara lain terkait pembayaran

­
gaji PNS dan DAU, termin proyek, dan subsidi.
Grafik 2.15
Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate
16
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Dari sisi volume, rata-rata harian volume
transaksi PUAB pada triwulan II-2014 naik
19% dari Rp10,23 triliun menjadi Rp12,12
triliun (Grafik 2.16). Kenaikan volume tersebut
disertai dengan kenaikan frekuensi transaksi
PUAB pada triwulan II-2014, sejalan dengan
kebutuhan likuiditas jangka pendek. Frekuensi
transaksi PUAB pada triwulan II-2014
meningkat dari 147 menjadi 158 transaksi/hari
(Grafik 2.17).
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Grafik 2.16
RRH Volume Transaksi PUAB

Grafik 2.17
Jumlah Bank Pelaku PUAB
Transaksi di pasar uang juga mencakup transaksi berdasarkan agunan yang dikenal dengan
repurchase agreement (repo), yaitu transaksi jual surat berharga dengan janji dibeli kembali.
Rata-rata harian volume transaksi repo pada triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp579,29
miliar (turun 44% dari triwulan sebelumnya) sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
likuiditas perbankan di tengah pola musiman aliran keluar uang kartal. Penurunan volume
transaksi terjadi pada tenor di bawah 1 bulan, sedangkan volume transaksi repurchase
agreement (repo) untuk tenor 1, 3, dan 6 bulan mengalami kenaikan. Transaksi repo antar
pelaku pasar didominasi oleh tenor 1 bulan dan 2 minggu dengan proporsi masing-masing
sebesar 35% dan 28% (Grafik 2.18). Pergerakan suku bunga repo dan PUAB pada tenor
1 bulan relatif sejalan, dengan suku bunga repo yang lebih rendah dibandingkan suku
bunga PUAB (Grafik 2.19).
Grafik 2.18
Volume Transaksi Repo
   Grafik 2.19
Suku Bunga Repo & PUAB 1 bulan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
17
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.6.2. Pasar Valuta Asing
Kondisi pasar valuta asing (valas) relatif stabil selama triwulan laporan seiring dengan
terjaganya likuiditas valas. Pada triwulan II-2014, volume transaksi valas domestik
menunjukkan peningkatan. Total volume transaksi valas tercatat sebesar USD198,63 miliar
atau meningkat 15% dibandingkan total volume pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar
USD173,30 miliar (Grafik 2.20).
Berdasarkan komposisi transaksinya, spot masih mendominasi transaksi di pasar valas
dengan pangsa sebesar 69%, diikuti oleh transaksi swap (27%) dan forward (4%) (Grafik 2.21).
Pada triwulan laporan, total volume spot naik 9% menjadi USD136,76 miliar. Sementara
itu, volume swap meningkat 38% menjadi USD54,02 miliar yang merupakan volume swap
tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sebaliknya, volume forward pada triwulan II-2014
turun sebesar 10% menjadi USD 7,85 miliar.
Grafik 2.20
Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.21
Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan
Kinerja pasar
keuangan
melambat
dipengaruhi
perilaku
investor yang
dalam posisi
wait and see
terhadap
kondisi politik
Indonesia.
18
Di tengah tren melambatnya perekonomian domestik, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Indonesia masih terjaga pada level aman. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan pada triwulan
II-2014 (0,76) berada pada kondisi normal dan membaik dibanding triwulan sebelumnya
(1,1). Perbaikan tersebut ditopang oleh kinerja perbankan dan lnstitusi Keuangan Non
Bank (IKNB) yang positif, meskipun kinerja pasar keuangan cenderung melambat.
2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan
Kinerja pasar keuangan Indonesia pada triwulan II-2014 sedikit melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, tercermin dari peningkatan yield Surat Berharga Negara
(SBN), dan penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana, dan meningkatnya risiko di
pasar keuangan yang tercermin dari volatilitas SBN dan Indeks Harga Saham.
Yield SBN jangka pendek (1-5 tahun) naik 11,60 bps, tenor menengah (6-10 tahun) naik
42,70 bps, dan tenor jangka panjang (11-30 tahun) naik sebesar 133,50 bps (Grafik 2.22).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan peningkatan tersebut, tingkat risiko SBN juga mengalami peningkatan
sebagaimana tercermin dari kenaikan volatilitas yield SBN. Menjelang akhir triwulan
II-2014, tingkat volatilitas yield SBN jangka pendek menjadi 7,86%, jangka menengah
sebesar 4,39% dan jangka panjang menjadi 5,67% (Grafik 2.23).
9,0
0,3
8,5
0,2
8,0
0,1
7,5
0,0
7,0
-0,1
6,5
-0,2
Yield Curve (rhs)
6,0
31-Mar-14
30-Jun-14
-0,3
  2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 15Y 16Y 18Y 20Y 30Y
Grafik 2.22
Yield Obligasi Negara
Grafik 2.23
Volatilitas Yield 20 hari
Meningkatnya yield dan volatilitas SBN antara lain dipengaruhi oleh perilaku wait and see
investor terkait kondisi politik Indonesia menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden.
Meskipun demikian, pada triwulan laporan masih terjadi arus masuk dana investasi asing
(inflow) di pasar SBN sebesar Rp42,87 triliun, dengan porsi kepemilikan asing di SBN sebesar
36%.
Perilaku investor di pasar SBN juga terjadi di pasar saham sehingga berimbas pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) triwulan II-2014 yang meningkat sebesar 2,31% dari
triwulan sebelumnya, pada level 4.878,58 (Grafik 2.25). Rata-rata transaksi harian tercatat
sebesar Rp6,07 triliun, atau meningkat Rp0,12 miliar dibandingkan triwulan I-2014.
6.000
40
30
5.000
20
4.000
10
3.000
0
2.000
-10
1.000
-20
Net Asing
-30
Q1
Q2
Q3
IHSG (rhs)
Q4
Q1
Q2
Q3
0
Q4
Q1
Q2
Grafik 2.24
Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG

Grafik 2.25
Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
19
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran


Kondisi politik menjelang Pemilu Legislatif
sempat mendorong meningkatnya risiko di
pasar saham. Hal ini tercermin dari volatilitas
IHSG yang meningkat pada awal triwulan
II-2014. Namun, risiko di pasar saham mulai
menurun seiring sentimen positif terhadap
hasil Pemilu Legislatif dan menjelang
pelaksanaan Pemilu Presiden pada awal Juli
2014. Secara keseluruhan, rata-rata volatilitas
IHSG pada triwulan II-2014 tercatat mengalami
penurunan menjadi 16,95% dibandingkan
dengan triwulan I-2014 yang mencapai
18,69% (Grafik 2.26).
Secara regional, kinerja pasar saham Indonesia
pada triwulan II-2014 masih berada dibawah
kinerja pasar saham Asia pada umumnya,
dengan kinerja tertinggi dicapai oleh bursa saham India dan Thailand sebagaimana
tercermin dari persentase kenaikan Indeks Harga Saham di bursa (Tabel 2.2). Nilai kapitalisasi
pasar saham Indonesia selama triwulan II-2014 tercatat sebesar USD408,8 miliar, menurun
sebesar USD5,5 miliar (-1,3%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai kapitalisasi
tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan bursa saham pada negara-negara lain
di kawasan.
Grafik 2.26
Perkembangan & Volatilitas IHSG
Tabel 2.2
Perkembangan Indeks Saham Regional
Regional Market Indiccs
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Indonesia (IHSG)
Jepang (Nikkei)
Hongkong (HSI)
China (Shanghai)
Korea Selatan (Kospi)
Singapura (STI)
Malaysia (KLCI)
Thailand (SET)
Australia (AS30)
Filipina (PSEi)
India (Sensex)
China (Shenzhen)
Juni-2013
Des-2013
Mar-2014
Juni-2014
7.818,90
13.677,32
20.803,29
1.979,21
1.863,32
3.150,44
1.773,54
1.451,90
4.77,41
6.465,28
19.395,81
887,68
4.274,18
16.291,31
23.306,39
2.115,98
2.011,34
3.167,43
1.866,96
1.298,71
5.353,08
5.889,83
21.170,68
1.057,67
4.768,28
14.827,83
22.151,06
2.033,31
1.985,61
3.188,62
1.849,21
1.376,26
5.402,99
6.428,71
22.386,27
1.039,88
4.878,58
15.162,10
23.190,72
2.048,33
2.002,21
3.255,67
1.882,71
1.485,75
5.382,03
6.844,31
25.413,78
1.096,79
Perubahan
QtQ (%)
Perubahan
YoY (%)
2,31
(1,05)
2,25
8,41
4,69
6,48
0,74
2,73
0,84
6,56
2,10
1,21
1,81
4,27
7,96
(5,21)
(0,39)13,14
6,46
(0,57)
13,52
15,42
5,47
17,15
Menurunnya kinerja pasar keuangan turut memengaruhi kinerja reksadana, dimana Net
Aktiva Bersih (NAB) reksadana untuk triwulan II-2014 mengalami penurunan sebesar 1,79%
dari triwulan sebelumnya. Penurunan NAB diiringi dengan berkurangnya produk reksadana
dan unit penyertaan yang beredar dipasar. Pada triwulan II-2014, jumlah produk reksadana
dan unit penyertaan menurun sebesar 4,15% dan 2,11% dibanding triwulan sebelumnya
(Grafik 2.27).
20
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan Industri
Perbankan

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio/CAR) industri perbankan pada akhir
triwulan II-2014 tercatat sebesar 19,40%,
sedikit menurun dari triwulan sebelumnya
sebesar 19,83%. Penurunan CAR pada
triwulan II-2014 disebabkan oleh peningkatan
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
yang lebih tinggi dibandingkan Modal. Pada
triwulan II-2014, modal industri perbankan
tercatat sebesar Rp733,9 triliun, meningkat
Grafik 2.27
2,40% (qtq) dibandingkan pada akhir triwulan
Perkembangan Industri Reksadana
I-2014 sebesar Rp716,9 triliun. Sedangkan
ATMR industri perbankan pada akhir triwulan II-2014, tercatat sebesar Rp3.783,03 triliun,
mengalami peningkatan 4,60% (qtq) dibandingkan ATMR pada akhir triwulan I-2014
sebesar Rp3.616,20 triliun.
Kinerja industri
perbankan
tetap solid
ditengah
perlambatan
perekonomian.
Fungsi
intermediasi
berjalan lancar
dengan risiko
kredit, risiko
likuiditas, dan
risiko pasar
yang terjaga.
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
Pertumbuhan kredit industri perbankan cenderung menurun sejalan dengan masih
melambatnya perekonomian domestik. Pada triwulan II-2014 pertumbuhan kredit tercatat
sebesar 17,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan I-2014 yang
mencapai 18,20% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut sebagian besar
dipengaruhi perlambatan penyaluran pada Kredit Investasi (KI) yang turun dari 29,9% (yoy)
di triwulan I-2014 menjadi 22,5% (yoy) di triwulan laporan. Sedangkan penyaluran Kredit
Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK) mencatatkan kenaikan masing-masing dari
15,90% (yoy) dan 12,38% (yoy) menjadi 17,3% (yoy) dan 12,7% (yoy).
Sejalan dengan perlambatan perekonomian domestik, risiko kredit industri perbankan
yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross mulai menunjukkan peningkatan,
meskipun dalam tingkat yang masih rendah (Grafik 2.28). Pada triwulan II-2014, rasio
NPL gross industri perbankan tercatat
sebesar 2,16%, naik dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,00% dan periode
yang sama pada tahun sebelumnya sebesar
1,88%. Selain dipengaruhi oleh perlambatan
perekonomian, peningkatan NPL juga terkait
dengan peningkatan suku bunga kredit
perbankan. Namun demikian, upaya yang
dilakukan perbankan dalam meningkatkan
kualitas manajemen risiko dan menyesuaikan
pertumbuhan kredit telah mampu memitigasi
potensi risiko kredit yang lebih besar.
Grafik 2.28
Rasio Non-Performing Loans Industri Perbankan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
21
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko terjadi baik di KMK, KI maupun KK. Rasio
NPL gross KMK naik dari 2,36% pada triwulan I-2014 menjadi sebesar 2,44% di triwulan II2014, dan rasio NPL gross KI meningkat dari 1,86% menjadi sebesar 2,27%. Sementara NPL
gross KK naik dari 1,49% menjadi 1,57% (Grafik 2.29).
Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan risiko kredit juga terjadi pada hampir seluruh
sektor ekonomi (Grafik 2.30). Peningkatan rasio NPL gross triwulan II-2014 terutama berasal
dari peningkatan risiko kredit pada sektor pertambangan dan konstruksi, serta sektor
pertanian dan perdagangan. Meningkatnya risiko pada sektor pertambangan dipengaruhi
penurunan permintaan batubara karena perlambatan ekonomi dunia serta leverage ratio
(rasio hutang terhadap modal) korporasi pada sektor tersebut yang cenderung meningkat.
Sementara peningkatan risiko kredit perbankan pada sektor pertanian dan perdagangan
antara lain dipengaruhi oleh penurunan kinerja korporasi, terutama pada sub-sektor Crude
Palm Oil yang tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
   Grafik 2.29
Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan




Grafik 2.30
Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan
Di tengah melambatnya ekonomi nasional, pertumbuhan DPK industri perbankan mulai
menunjukkan peningkatan (Grafik 2.31). Pada triwulan II-2014, DPK industri perbankan
tumbuh sebesar 13,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang sebesar dari 11,56% (yoy). Komponen DPK perbankan yang meningkat
pada triwulan laporan adalah Giro dan Deposito, sementara Tabungan sedikit melambat.
Penyesuaian suku bunga deposito 1 bulan yang cukup tinggi pada akhir triwulan II-2014
(2,70%, yoy) diperkirakan telah menarik minat deposan bank untuk melakukan pemindahan
sebagian simpanan jenis Giro dan Tabungan ke dalam bentuk Deposito. Seiring dengan
perpindahan tersebut, pangsa Deposito terhadap keseluruhan DPK perbankan meningkat
dari 45,69% pada triwulan I-2014 menjadi 45,78% pada akhir triwulan II-2014.
22
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Di tengah ketidakseimbangan eksternal dan
tren kenaikan suku bunga, likuiditas industri
perbankan mulai mengalami peningkatan
 pada triwulan II-2014 dengan risiko likuiditas
yang terjaga. Pada triwulan laporan, ekspansi

kredit perbankan yang masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
  ­
baik secara nominal maupun persentase,
 ­ €‚ ƒ
mendorong
perbankan
menggunakan
„… † ‡ˆ
alternatif sumber pendanaan di luar DPK.
   Untuk memitigasi risiko likuiditas, alat likuid
perbankan pada triwulan II-2014 mengalami
peningkatan sebesar Rp78,9 triliun (7,69%)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 2.31
Hal ini ditunjukkan dari kenaikan rasio Alat
Pertumbuhan DPK (yoy)
Likuid (AL)2 terhadap Non-Core Deposit (NCD)3
menjadi sebesar 86,91% dibandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya yang sebesar
84,60%. Tingkat rasio AL/NCD yang jauh di atas threshold (50%) tersebut menunjukkan
tingkat risiko likuiditas perbankan yang terjaga.

 ­
€‚ ƒ„
€‚…†‡
‚„ƒ„
Grafik 2.32
Komposisi Alat Likuid Perbankan
Grafik 2.33
Alat Likuid dan Non-Core Deposit
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
Suku bunga perbankan pada triwulan II-2014 masih dalam tren kenaikan, baik suku bunga
simpanan maupun pinjaman. Kondisi ini merupakan respons terhadap perkembangan
kondisi perekonomian terkini dan pengetatan pada kebijakan moneter (Grafik 2.34). Ratarata suku bunga deposito 1 bulan pada triwulan laporan meningkat 33 bps dari triwulan
sebelumnya menjadi 8,32%. Meningkatnya suku bunga simpanan selanjutnya diikuti
dengan kenaikan pada suku bunga kredit. Rata-rata suku bunga kredit selama triwulan
II-2014 naik 11 bps menjadi 12,62% dari rata-rata triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis
2
3
Alat Likuid terdiiri dari Kas, Penempatan pada BI, Giro Wajib Minimum, dan excess reserve.
Non Core Deposit mencakup 30% Giro + 30% Tabungan + 10% Deposito.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
23
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
penggunaannya, suku bunga kredit KMK, KI, dan KK pada triwulan II-2014 masing-masing
naik sebesar 14 bps, 10 bps, dan 5 bps (Grafik 2.34).
Dengan peningkatan suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga
kredit pada triwulan II-2014, maka spread suku bunga bank menurun tipis sebesar 11 bps,
dari 4,57% menjadi 4,46% (Grafik 2.35).


Grafik 2.34
Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
Grafik 2.35
Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Deposito Rupiah 1
bulan, Spread Suku Bunga dan BI Rate
Sejalan dengan kenaikan suku bunga kredit, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) pada semua
segmen juga menunjukkan peningkatan. Segmen kredit Retail mengalami peningkatan
tertinggi dibandingkan segmen kredit lainnya, yaitu sebesar 15 bps. SBDK segmen
Korporasi meningkat 10 bps, sementara segmen kredit konsumsi KPR dan non KPR masingmasing mengalami peningkatan sebesar 1 bps dan 6 bps (Tabel 2.3).
Tabel 2.3
Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%)
Seluruh Sample
Segmen
Kredit
Korporasi
Retail
KPR
Non KPR
Industri
Keuangan
Non-Bank
menunjukkan
kinerja
yang positif,
ditopang oleh
peningkatan
volume usaha
dan terjaganya
risiko kredit.
24
2011
2012
2013
2014
MarJun SepDesMarJunSep DesMarJunSepDesMarJun
qtq
Jun 13 - Jun 11 Jun 14 Jun14
10,51
10,7210,5110,189,86 9,819,759,699,539,6510,0810,64
10,5910,680,101,04-0,03
11,8011,91 12,04 11,6111,23 11,08 11,0311,1410,91 11,0311,28 11,7211,89 12,05 0,15 1,02 0,14
11,1611,38 11,04 10,7110,61 10,50 10,4510,4110,33 10,3710,63 10,8311,13 11,14 0,01 0,77 -0,24
11,5611,86 11,88 11,5111,05 10,99 10,6710,6510,62 10,5911,06 11,5511,92 11,98 0,06 1,39 0,12
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non Bank
Aset IKNB pada triwulan laporan mencapai Rp1.382,67 triliun, naik 5,07% dibandingkan
posisi akhir 2013. Aset industri perasuransian masih mendominasi aset IKNB dengan porsi
50,68%, disusul perusahaan pembiayaan dan dana pensiun (Tabel 2.4).
Dominasi industri perasuransian dalam IKNB ditopang oleh kinerja yang positif di industri
tersebut. Total aset industri asuransi pada triwulan IV-20134 meningkat sebesar Rp83,58
4
Posisi data terakhir yang diperoleh dari otoritas terkait adalah triwulan IV-2013 non audited.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.4
Kinerja Aset IKNB
Dalam Triliun Rp
No
Industri 2011
1Perasuransian
2 Perusahaan Pembiayaan
3 Dana Pensiun
4 Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
5 Industri Jasa Penunjang IKNB
Jumlah
2012
2013
Tw II-2014
481,75
569,32
652,9
700,8*
291,38
341,77
400,63
412,75
142,03
158,37
162,06
166,29**
62,44
75,79
96,06
98,54**
2,43
3,49
4,29
4,29***
980,03 1148,741315,94 1382,67
Sumber : OJK
Ket :
* Data per 31 Maret 2014
** Data per 28 Februari 2014
*** Data per 31 Desember 2013
triliun atau tumbuh 14,68% dari posisi akhir 2012 (Tabel 2.4). Investasi juga mengalami
peningkatan sebesar 10,90% atau Rp54,17 triliun (Grafik 2.36). Sementara itu, rasio Klaim
Bruto terhadap Premi Bruto pada triwulan IV-2013 menurun dari akhir tahun sebelumnya,
yaitu dari 61,56% menjadi 61,29% (Grafik 2.37). Penurunan tersebut mengindikasikan
adanya perbaikan efisiensi dalam industri asuransi.
700
600
500
87,30%
87,12%
569,32
551,2
497,03
481,75
684,17
80,56%
419,7
400
300
200
90%
200
85%
180
80%
160
120
70%
100
65%
80
20
0
50%
0
Aset
Investasi
Rasio (RHS)
Grafik 2.36
Aset dan Investasi Industri Asuransi
55%
109,62
121,67
50%
45%
87,79
40%
35%
40
55%
65%
60%
61,29%
57,33%
60
100
153,13
140
75%
60%
198,53
61,56% 178,07
30%
25%
Klaim Bruto
Premi Bruto
Rasio
Grafik 2.37
Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
Aset pada industri Perusahaan Pembiayaan (PP), juga mengalami kenaikan. Pada triwulan
II-2014, volume usaha PP mencapai Rp412 triliun, meningkat 2,64% (qtq) atau 14,97%
(yoy). Porsi pembiayaan terbesar berupa pembiayaan konsumen (65,68%) dengan fokus
pembiayaan otomotif (Kredit Kendaraan Bermotor). Peningkatan total aset terutama berasal
dari peningkatan aset produktif berupa piutang pembiayaan, dengan porsi pembiayaan
yang mencapai 87,64%. Pembiayaan yang disalurkan PP meliputi pembiayaan konsumen,
sewa guna usaha, kartu kredit, dan anjak piutang.
Searah dengan melambatnya pembiayaan melalui pasar modal, penyaluran pembiayaan
oleh PP juga mengalami perlambatan. Pada triwulan II-2014, penyaluran pembiayaan
tumbuh 12,50% (yoy) turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
12,66% (yoy).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
25
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.5
Data Pergerakan Penyaluran Pembiayaan
Keterangan
(Dalam Rp Triliun)
20092010201120122013
2014
A. Kredit Perbankan
131,24
434,25
434,25
507,77
585,01
B. Pembiayaan Non Bank
45,56
147,07
159,05
154,33
206,93
B1. Pasar Modal
40,26
103,26
100,11
9,76
160,95
- IPO dan Right Issue Pasar Saham 13,04
67,86
54,37
30,10
81,11
- Obligasi Korporasi & Sukuk
27,22
35,40
45,74
67,66
79,84
B2. Perusahaan Pembiayaan
5,30
43,81
58,95
56,57
45,98
TOTAL
175,80 581,32 593,30662,10791,94
Tw 1
Tw 2
14,02
16,45
12,04
4,36
7,68
4,41
30,48
161,26
36,69
28,20
12,39
15,81
8,48
197,95
Berdasarkan jenis pembiayaan, pembiayaan konsumen masih tumbuh pada triwulan
II-2014, walaupun menunjukkan tren melambat sejak pertengahan 2011. Sementara itu,
pembiayaan pada jenis sewa guna usaha dan anjak piutang tumbuh positif. Di tengah
melambatnya pertumbuhan pembiayaan PP, rasio Non Performing Fund (NPF) selama
triwulan II-2014 masih tetap terjaga yaitu sebesar 0,67%. Rasio NPF tersebut menurun
dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang sebesar 0,74% (Grafik 2.38).
Pada triwulan II-2014 jumlah pembiayaan mencapai Rp360,93 triliun, meningkat 2,41% (qtq)
(Grafik 2.39). Peningkatan pembiayaan selama triwulan II-2014 didorong oleh pembiayaan
konsumen yang tumbuh 3,18% (qtq) sejalan dengan peningkatan penjualan otomotif,
baik berupa mobil maupun sepeda motor. Sektor otomotif masih menjadi primadona
bisnis PP karena pertumbuhan penjualannya yang masih tergolong tinggi. Sementara
itu, pembiayaan sewa guna usaha tumbuh 0,67% (qtq), setelah triwulan sebelumnya
mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,21% (qtq). Pertumbuhan negatif tersebut
terutama dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas dunia dan ketentuan pembatasan
ekspor mineral dan batubara.


 



 
Grafik 2.38
Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP)

Grafik 2.39
Pembiayaan IKNB
Secara umum, sumber pendanaan PP berasal dari empat jenis yaitu pinjaman bank dalam
negeri, pinjaman bank luar negeri, obligasi, dan ekuitas. Per akhir triwulan II-2014, jumlah
pendanaan PP mencapai Rp385,79 triliun, tumbuh 2,83% (qtq). Sumber pendanaan terbesar
berasal dari pinjaman bank dalam negeri yang mencapai Rp136,98 triliun (35,51%), disusul
pinjaman bank luar negeri (25,41%), ekuitas (21,56%), dan obligasi (13,30%) (Grafik 2.40).
26
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran



Grafik 2.40
Sumber Pendanaan Industri Perusahaan Pembiayaan
Terdapat keterkaitan antara PP dengan Bank yang memiliki aset besar. Keterkaitan tersebut
terjadi karena adanya hubungan kepemilikan dan hubungan transaksi keuangan. Hubungan
kepemilikan umumnya terjadi karena Bank yang memiliki aset besar memiliki anak usaha
dalam bentuk PP dengan porsi kepemilikan di atas 20%. Dengan porsi kepemilikan tersebut
kinerja keuangan anak perusahaan secara langsung akan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Bank sebagai induk (consolidated). Saat ini terdapat 14 PP yang dimiliki oleh
10 Bank yang memiliki aset besar. Jumlah aset 14 PP tersebut mencapai 17,65% dari total
industri PP. Secara umum, 14 PP tersebut memberikan kontribusi positif terhadap kinerja
keuangan induk.
Hubungan transaksi keuangan antara PP dengan Bank terjadi karena sebagian besar
sumber pendanaan PP berasal dari Bank. Di samping itu, terdapat pembiayaan Bank
kepada konsumen yang dilakukan melalui perusahaan pembiayaan dengan skema joint
financing dan channeling. Pada triwulan II-2014, jumlah pembiayaan Bank melalui skema
joint financing dan channeling masing-masing mencapai Rp111,82 triliun dan Rp12,74
triliun. Di samping itu, terdapat 126 PP yang memperoleh pinjaman dari Bank yang memiliki
aset besar dengan outstanding pinjaman sebesar Rp72,23 triliun. Dilihat dari sisi penerima
pinjaman, umumnya PP yang memiliki aset besar yang memperoleh pinjaman dari D-SIB.
2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.7.4.1 Kinerja Sektor Korporasi
Ditengah melambatnya perekonomian domestik, kredit kepada sektor korporasi masih
tumbuh dengan risiko yang terjaga. Pada triwulan II-2014, kredit kepada korporasi tumbuh
24,2% (yoy) sehingga posisinya mencapai Rp1.766,2 triliun, dengan rasio NPL 1,9%.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, secara umum kinerja
korporasi publik pada triwulan I-20145 mengalami perlambatan. Hal ini tercermin dari
indikator utama kinerja korporasi seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),
Inventory Turn Over yang lebih rendah, tingkat utang (Debt to Equity Ratio) yang sedikit
5
Data terakhir kinerja koorporasi sampai dengan triwulan I - 2014.
Melambatnya
perekonomian
bedampak
terhadap
kinerja sektor
korporasi.
Namun
sektor rumah
tangga masih
menunjukkan
kinerja yang
positif.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
27
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
lebih meningkat di beberapa sektor serta solvabilitas dan likuiditas yang sedikit menurun.
Namun demikian, kondisi ini membaik dibandingkan kinerja keuangan di akhir Desember
2013 (Tabel 2.6).
Tabel 2.6
Kinerja Korporasi Publik Tw I-2013 dan Tw I - 2014
No
Return On
Asset
Sektor
Return On
Equity
Debt to Equity
Ratio
Solvabilitas
(TA/TL)
Current Ratio
(AL/UL)
Inventory
Turn Over
201320142013201420132014201320142013201420132014
1
Pertanian
2
Industri Dasar & Kimia
3
Industri Barang Konsumsi
4 Infrast, utilitas & transpts
5
Aneka Industri
6
Pertambangan
7 Properti & Real Estate
8
Perdag, jasa & investasi
Agregat
5,4%3,4%9,7%6,7% 0,8 1,00 2,2 2,0 1,2 0,9 8,2 8,3
6,5%
5,3%
13,4%
11,2%1,11,11,91,91,71,66,1 6,1
9,7%
9,4%
16,2%
16,8%0,70,92,52,12,01,84,7 4,9
5,9%
4,5%
12,8%
10,4%
1,3
1,4
1,7
1,7
1,2
0,9
76,9
76,4
8,7%
7,1%
19,3%
15,5%1,21,21,81,91,21,29,7 8,9
0,6%2,4%1,6%6,3% 1,6 1,7 1,6 1,6 1,3 1,0 14,5 13,9
6,8%
7,2%
13,0%
14,3%
1,00
1,00
2,0
2,0
1,7
1,8
1,9
1,9
7,3%
1,6%
13,1%
3,0%0,80,92,22,11,71,58,6 7,9
6,0%
4,8%
12,3%
10,2%1,11,11,91,91,51,37,4 7,0
Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah
Meskipun pada 2013 secara umum terjadi penurunan kinerja, sektor Pertambangan serta
Properti dan Real Estate masih menunjukkan kinerja yang membaik. Hal ini tercermin dari
meningkatnya ROA dan ROE pada triwulan I-2014 dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya.
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
Kredit perbankan kepada perseorangan (individu) pada triwulan II-2014 meningkat
menjadi sebesar Rp1.558,7 (yoy) atau tumbuh 13,7% (yoy). Jumlah tersebut merupakan
45,0% dari total kredit perbankan dan merupakan pangsa kedua terbesar setelah kredit
kepada korporasi (50,9%).


Grafik 2.41
Laporan Bulanan Bank Umum
28
Dari sisi penggunaannya, sebesar Rp937,7
triliun atau 60,2% kredit kepada individu
tersebut merupakan kredit konsumsi ke sektor
rumah tangga, dan sisanya terbagi antara
Kredit Investasi oleh perorangan (11,0%) dan
Kredit Modal Kerja oleh perorangan (28,2%).
Dengan demikian, penyaluran kredit kepada
individu cukup signifikan dalam memengaruhi
stabilitas keuangan (Tabel 2.7).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014

BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.7
Kredit Kepada Perorangan Per Jenis Penggunaan
Tw IV-2013
Jenis Pengunaan
Kr. Investasi
Kr. Konsumsi
Kr. Modal Kerja
Total
Kredit
(Rp T)
Pangsa
Tw I-2014
NPL
Kredit
(Rp T)
Tw II-2014
Pangsa
Kredit
(Rp T)
NPL
Pangsa
NPL
164,811,1%2,8%165,1%
11,0%3,2%171,911,0%3,7%
891,959,9% 1,5% 902,660,0% 1,5% 938,6 60,2%1,6%
431,5
29,0%
2,8%
437,8
29,1%
3,3%
449,1
28,8%
3,5%
1,488100% 2,0%1,505100% 2,2%1,560 100%2,4%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Penyaluran kredit kepada perseorangan pada triwulan II-2014 diiringi dengan bertambahnya
risiko. Rasio NPL kredit perseorangan pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 2,4%, lebih
tinggi dibandingkan dengan posisi triwulan I-2014 sebesar 2,2%. Kenaikan rasio NPL kredit
kepada perseorangan terutama disebabkan oleh naiknya NPL kredit kepada perseorangan
untuk Investasi menjadi 3,7% dan Kredit Modal Kerja naik menjadi 3,5% posisi Juni 2014.
Meskipun demikian, NPL kredit perorangan tersebut di atas masih lebih rendah dari norma
batas atas NPL sebesar 5%.
Dari sisi penggunaannya, pangsa kredit rumah
tangga masih didominasi oleh kredit yang
bertujuan untuk kredit perumahan (45,1%)
dan kredit Multiguna (34,8%), diikuti oleh
Kredit Kendaraan Bermotor (15,2%) dan Kredit
Rumah Tangga Lainnya (4,7%) (Grafik 2.42).
Kredit ke sektor rumah tangga ini per Juni 2014
tumbuh 12,7% (yoy), lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan kredit produktif, yaitu Kredit
Investasi (22,5%-yoy) dan Kredit Modal Kerja
(17,3%-yoy) untuk periode yang sama.
Secara umum, kondisi sektor rumah tangga
Indonesia cukup baik. Dari hasil survei, pada
Grafik 2.42
semester I-2014, sektor rumah tangga memiliki
6
Pangsa
Kredit
Sektor
Rumah Tangga Indonesia (yoy)
rata-rata Debt Service Ratio (DSR) yang masih
berada dalam tingkat aman. Sejak Januari
2012 hingga Juni 2014, nilai DSR berkisar antara 13,5%-16,0% (Grafik 2.43). Angka ini jauh
lebih rendah dari level DSR yang umumnya dipersyaratkan perbankan di Indonesia untuk
memperoleh kredit, yaitu sebesar maksimal 30%. Dibandingkan dengan aset yang dimiliki,
tingkat solvabilitas7 rumah tangga di Indonesia juga menunjukkan angka yang kecil (2,6%).
Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki aset yang cukup besar
dibandingkan utang yang dimiliki. Kondisi DSR dan solvabilitas ini menunjukkan bahwa
secara umum kemampuan membayar kewajiban keuangan rumah tangga Indonesia masih
relatif baik bahkan masih mampu menyerap kredit lebih besar dari yang ada saat ini. Pada
triwulan II-2014 DSR Rumah Tangga di Indonesia adalah sebesar 13,9%.
6
7
Debt Service Ratio (DSR) = cicilan pinjaman (pokok + bunga) / pendapatan.
Solvabilitas = perbandingan antara utang dengan aset yang dimiliki.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
29
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Dari sisi pengeluaran, rata-rata masyarakat di
Indonesia menggunakan 69% pendapatannya
untuk keperluan konsumsi, 13% pendapatan
untuk pembayaran kewajiban keuangannya
dan masih tersisa 18 % dari pendapatan untuk
keperluan tabungan (Tabel 2.8). Semakin
besar pendapatan masyarakat, semakin besar
pula porsi pendapatan yang digunakan untuk
membayar pinjaman. Hal ini terjadi karena
umumnya masyarakat berpenghasilan lebih
besar lebih memiliki akses ke fasilitas keuangan
sehingga akhirnya memiliki kewajiban yang
lebih besar pula.
Grafik 2.43
Pergerakan Leverage Ratio (DSR) Nasional (30 Kota)
Tabel 2.8
Perbandingan Pola Konsumsi, Cicilan dan Tabungan per Kelompok Pendapatan
Pendapatan
eq
Pengeluaran
Rp1,22-2,45 Juta Rp2,56-3,65 Juta Rp3,76-4,85 Juta Rp5,03- 6,26 Juta
eq
eq
eq
eq
Rp1-2 Juta
Rp2,1-3 Juta
Rp3,1-4 Juta
Rp4,1-5 Juta
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Total
> Rp 6,26 Juta
eq
> Rp 5 Juta
Rata-rata
70,3%69,3%68,5%66,9%64,3%68,0%
11,6%12,9%14,0%14,6%15,6%13,9%
18,1%17,8%17,5%18,5%20,1%18,2%
100,0%100,0%100,0%100,0%100,0%100,0%
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia di 30 kota di Indonesia terhadap 6.242 responden.


­€‚ƒ
„
Grafik 2.44
Rasio Solvabilitas Rumah Tangga Indonesia
30
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Angka DSR yang rendah sejalan dengan
rata-rata tingkat utang rumah tangga di
Indonesia yang relatif rendah dan memiliki
tren menurun. Aset rumah tangga Indonesia
masih mencukupi untuk menjamin kewajiban
keuangan yang dimiliki rumah tangga. Pada
2013, total utang rumah tangga dibanding
aset yang dimiliki menunjukkan angka 2,6%
(Grafik 2.44).
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
Perlambatan ekonomi yang terjadi sejak 2013, memberikan dampak perlambatan pada
perkembangan kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Meski masih tumbuh
positif, penyaluran kredit UMKM melambat pada triwulan II-2014 yakni dari 17,0% (yoy)
pada triwulan I-2014 menjadi 11,6% (yoy) dengan posisi mencapai Rp651,3 triliun.
Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM terjadi di beberapa sektor ekonomi terutama
sektor Perdagangan besar dan eceran, Industri pengolahan, Konstruksi, Real Estate, Jasa
kemasyarakatan. Selain diakibatkan oleh penurunan daya beli masyarakat, perlambatan
pada beberapa sektor tersebut juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Hal
ini terjadi pada sektor yang masih mengandalkan bahan baku impor dalam produksi dan
proses pembangunannya seperti sektor Industri pengolahan dan Konstruksi.
Kredit Usaha
Mikro, Kecil
dan Menengah
(UMKM)
tumbuh
positif selama
triwulan II2014 namun
mengalami
perlambatan.
Dari sisi pangsa, rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan relatif stabil pada
kisaran 19%-20% yaitu sebesar 19,7% pada triwulan II-2014. Sementara itu, pangsa kredit
kepada Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro masing-masing sebesar 50,0%, 29,9%, dan
20,1%, terjadi sedikit peningkatan kredit kepada Usaha Mikro sebesar 0,3% dan penurunan
pada kredit Usaha Kecil sebesar 0,2%, sedangkan kredit usaha menengah relatif tetap.
Pada triwulan II-2014, risiko kredit UMKM meningkat, tercermin dari rasio NPL yang naik
dari 3,66% di triwulan I-2014 menjadi 3,88%. Adapun rasio NPL usaha Mikro, Kecil dan
Menengah masing-masing tercatat 3,03%, 5,17%, dan 3,45%. Peningkatan rasio NPL UMKM
secara keseluruhan disebabkan oleh beberapa faktor baik dari sisi internal bank maupun
eksternal.
Dari sisi internal, kurangnya kompetensi SDM (kualitas dan kuantitas) dalam penyaluran
kredit UMKM memicu potensi peningkatan rasio NPL gross akibat lemahnya analisis dan
monitoring kredit. Sedangkan di sisi eksternal, terjadinya penurunan daya beli masyarakat,
kenaikan inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah, serta meningkatnya suku bunga kredit
memicu penurunan kemampuan bayar UMKM.
Di samping itu, kredit UMKM juga dipengaruhi
oleh faktor musiman, dimana peningkatan
NPL akan terjadi pada periode awal tahun dan
akan membaik pada pertengahan dan akhir
tahun. Tidak seperti aktivitas ekonomi yang
meningkat selama periode menjelang hari
raya Idul Fitri, kredit UMKM justru mengalami
penurunan kinerja dengan adanya peralihan
prioritas penggunaan dana pada pemenuhan
kebutuhan konsumtif.

   ­ 
   ­ 
   ­ 
Terkait penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR),


realisasi penyaluran KUR pada triwulan II-2014
tercatat Rp19,7 triliun atau 53,3% dari target
penyaluran KUR 2014 sebesar Rp37,0 triliun,
Grafik 2.45
NPL Kredit UMKM
dengan akumulasi realisasi KUR sejak 2007 s.d.
2014 mencapai Rp158,3 triliun. Berdasarkan
sebaran demografisnya, penyaluran KUR masih terpusat di Jawa (50,2%). Adapun penyaluran
di daerah lain masing-masing Sumatera sebesar 21,9%, Kalimantan 10,8%, Sulawesi 9,3%,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
31
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Bali 4,8%, dan Papua Maluku sebesar 3,0%. Dari sisi sektor ekonomi, sektor perdagangan
mendominasi penyaluran KUR yakni mencapai 62,4% dari realisasi KUR. Dari sisi kualitas,
NPL KUR pada triwulan II-2014 tercatat 4,41%, memburuk dibandingkan triwulan I-2014
(3,75%).
2.9. Perkembangan Sistem Pembayaran
Penyelenggaraan
sistem
pembayaran
selama periode
laporan berjalan
aman, lancar, dan
efisien dalam
mendukung
kegiatan
ekonomi
nasional.
Transaksi nontunai juga
menunjukkan
peningkatan.
Nilai transaksi sistem pembayaran non tunai pada triwulan II-2014 turun sebesar
Rp1.442,87 triliun (0,04%), sementara volume transaksi meningkat sebesar 85,2 juta
(8,04%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan nilai transaksi sistem
pembayaran tersebut sebagian besar berasal dari penurunan transaksi operasi moneter,
sedangkan peningkatan volume transaksi lebih disebabkan dari transaksi masyarakat
melalui instrumen non tunai dalam menghadapi periode libur sekolah dan menjelang
bulan Ramadhan.
Nilai transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS pada triwulan II-2014
mengalami penurunan sebesar Rp435,35 triliun (1,77%) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya menjadi sebesar Rp24.150,39 triliun. Sementara volume transaksi turun
sebesar 54,66 ribu (1,21%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar
4.471,34 ribu transaksi. Penurunan nilai transaksi sebagian besar disebabkan oleh transaksi
dalam rangka pengelolaan moneter, terutama transaksi FASBI.
Penurunan operasi moneter juga mengakibatkan penurunan nilai transaksi Bank
Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) pada triwulan II-2014 turun
sebesar Rp1.093,46 triliun (14,60%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari
Rp7.490,39 triliun menjadi Rp6.396,94 triliun. Sementara volume transaksi meningkat
sebesar 5,78 ribu transaksi (17,55%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari
32,92 ribu transaksi menjadi 38,69 ribu transaksi.
Terkait dengan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), nilai transaksi SKNBI selama
perode laporan tercatat sebesar Rp710,71 triliun atau naik sebesar Rp9,52 triliun (1,36%)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain kenaikan pada nilai transaksi, volume transaksi
SKNBI juga mengalami kenaikan sebesar 1.606,85 ribu transaksi atau naik sebesar 6,38%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai dan volume transaksi
melalui SKNBI sebagian besar berasal dari kliring kredit melalui transaksi transfer kredit
antar peserta kliring.
Selain transaksi pembayaran melalui Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI, Bank Indonesia
melakukan kegiatan setelmen Surat Berharga Negara (SBN). SBN diterbitkan oleh
Pemerintah dan tercatat pada triwulan II-2014, setelmen dilakukan sebanyak 13 kali untuk
setelmen SBN Rupiah dengan nominal setelmen sebesar Rp69,3 triliun, sedangkan untuk
SBN Valas tidak terdapat setelemen SBN USD.
Selama periode laporan, secara umum penyelenggaraan sistem pembayaran berlangsung
dengan baik dan lancar. Kehandalan sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia tetap terjaga. Hal ini tercermin dari ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen
dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI
yang mencapai 99,97%. Sedangkan kemampuan setelmen dari sistem pembayaran yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia mencapai 99,95%.
32
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Selain dilakukan oleh Bank Indonesia, penyelenggaraan sistem pembayaran juga dilakukan
oleh pihak lain di luar Bank Indonesia (bank, lembaga selain bank, dan perusahaan
telekomunikasi). Kinerja penyelenggaraan sistem pembayaran oleh pihak lain di luar
Bank Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif selama triwulan II-2014. Hal ini
terutama ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada transaksi APMK, baik dari sisi nilai
maupun volume. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai dan volume transaksi
APMK pada triwulan II-2014 meningkat masing-masing sebesar Rp76,31 triliun (7,05%)
dan 76,23 juta transaksi (7,68%). Demikian pula bila dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumya (yoy), nilai dan volume transaksi juga meningkat sebesar
17,07% dan 16,51% atau sebesar Rp168,90 triliun dan 151,44 juta transaksi. Peningkatan
didominasi oleh penggunaan transaksi kartu ATM dan ATM/Debet, yang didukung oleh
transaksi yang dilakukan masyarakat dalam rangka persiapan menghadapi hari raya Idul
Fitri. Nilai transaksi kartu ATM dan ATM/Debet mayoritas berasal dari transaksi tunai dan
transfer intrabank, sedangkan peningkatan volume transaksi sebagian besar berasal dari
transaksi tunai.
Sementara dari instrumen uang elektronik, transaksi juga menunjukkan peningkatan pada
triwulan II-2014, baik apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (qtq) maupun
dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Baik nilai maupun volume transaksi
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 13,84% dan 20,14% atau sebesar Rp0,10
triliun dan 7,42 juta transaksi apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), terjadi peningkatan
baik nilai maupun volume transaksi masing-masing sebesar 21,86% dan 29,15% atau
sebesar Rp0,15 triliun dan 9,99 juta transaksi. Peningkatan nilai dan volume transaksi uang
elektronik tersebut merupakan respon positif masyarakat atas kebijakan Bank Indonesia
dalam memperluas penggunaan uang elektronik.
Selain APMK dan uang elektronik, Bank Indonesia juga merupakan regulator bagi
penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB).
Berdasarkan data total transaksi jual/beli Uang Kertas Asing (UKA) dan pembelian Travellers
Cheque (TC) triwulan II-2014 yang disampaikan oleh penyelenggara KUPVA BB, tercatat
peningkatan sebesar Rp299 miliar (0,70%) jika dibandingkan total transaksi jual/beli UKATC pada triwulan I-2014.
Tabel 2.9
Perkembangan Total Transaksi Jual/Beli UKA-TC PVA BB Periode Triwulan I – II-2014
PERIODE 2014
TRANSAKSIUKA-TC
TRIWULAN I
Rp 42.823.028.104.995
TRIWULAN II
Rp 43.122.478.998.973
PERBANDINGAN
(TW I-TW II)
Rp 299.450.893.978
%
0,70%
Dari perkembangan data dan informasi di atas, sistem pembayaran selama triwulan
II-2014 menunjukkan kinerja positif. Hal tersebut tercermin dari penyelenggaraan sistem
pembayaran dalam kegiatan ekonomi baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
dunia usaha. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran juga terus
diarahkan untuk memastikan terselenggaranya sistem pembayaran yang aman dan efisien,
serta mengedepankan aspek perlindungan konsumen.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
33
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Tabel 2.10
Nilai Transaksi Pembayaran
Nominal (Triliun Rp)
Transaksi Sistem
Pembayaran Non Tunai
BI-RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
BI-SSSS
SKNBI
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
Uang Elektronik
Total
2013
Q-I
Q-II
Q-III
Q-IV
2014
Naik/(Turun)
% Naik/(Turun)
Total 2013 Q-I Q-IIQtQYoYQtQYoY
18.778,3121.410,43 26.369,46 24.403,8290.962,02 24.585,7324.150,39 (435,35) 2.739,96 -1,77% 12,80%
8.970,98 9.420,28 15.014,08 12.800,37 46.205,71 13.168,35 10.889,85 (2.278,50) 1.469,58 -17,30%
15,60%
696,86835,03 813,80 934,21
3.279,89 895,89939,18 43,29104,15 4,83%12,47%
3.970,434.685,31 4.422,80 4.508,6317.587,16 4.402,434.834,34 431,91 149,04 9,81% 3,18%
469,34665,06 502,68 522,06
2.159,14 506,50824,85318,35159,7962,85%24,03%
812,881.077,56 807,92 896,273.594,63 851,451.532,31 680,86 454,75 79,96% 42,20%
1.189,971.648,90 1.357,82 1.403,525.600,21 1.349,931.548,09 198,16(100,82) 14,68% -6,11%
2.667,863.078,30 3.450,36 3.338,7512.535,28 3.411,183.581,76 170,58 503,47 5,00% 16,36%
4.939,055.299,69 8.259,94 8.233,35
26.732,03 7.490,396.396,94(1.093,46)1.097,25 -14,60% 20,70%
547,87605,66 680,80 707,99
2.542,31 701,20710,71 9,52105,06 1,36%17,35%
394,76414,81 421,16 425,56
1.656,29 420,88417,95 (2,93) 3,13-0,70% 0,76%
52,4055,89 55,35 58,17221,80 52,8753,07 0,19(2,82)0,37%-5,05%
342,22
358,78
365,69
367,27 1.433,98
346,13
364,76
18,63
5,98
5,38%
1,67%
0,14
0,14
0,11
0,12
0,51
21,87
0,12
(21,75)
(0,02) -99,45% -15,56%
153,11190,84 259,64 282,43886,02 280,32292,77 12,45101,92 4,44%53,41%
901,67 989,611.039,451.073,904.004,63 1.082,201.158,52 76,31 168,90 7,05% 17,07%
51,09
55,23
57,08
59,62
223,02
59,78
63,65
3,87
8,42
6,47%
15,24%
850,58
934,38
982,36 1.014,28 3.781,61
1.022,42 1.094,87
72,45
160,49
7,09%
17,18%
0,590,68 0,90 0,742,91 0,730,830,100,15
13,84%
21,86%
25.167,4828.306,07 36.350,55 34.419,79
124.243,90 33.860,2632.417,39(1.442,87) 4.111,32 -4,26% 14,52%
Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 4 Agustus 2014
Tabel 2.11
Volume Transaksi Pembayaran
Volume (Ribu Transaksi)
Transaksi Sistem Pembayaran
Non Tunai
Q-I
BI-RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
BI-SSSS
SKNBI
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
Uang Elektronik
Total
2013
Q-II
Q-IV
4.250,034.498,99 4.263,52 4.621,0317.633,57 4.526,014.471,34 (54,66) (27,64) -1,21% -0,61%
24,2021,33 18,37 18,4282,32 18,2316,47(1,76)(4,86)-9,63%
-22,78%
135,79140,71 136,78 140,95554,23 137,38134,65 (2,73) (6,06)-1,99%-4,31%
3.752,933.948,05 3.728,71 4.036,1715.465,85 3.967,103.940,49 (26,61) (7,56) -0,67% -0,19%
16,3018,03 14,96 17,4666,74 15,7319,96 4,23 1,9426,90%10,75%
17,4319,46 12,76 17,0766,72 16,3426,7510,40 7,2863,64%37,41%
19,3925,54 20,31 19,3784,60 19,1220,50 1,38(5,04)7,20%
-19,72%
284,00325,88 331,64 371,601.313,11 352,10312,5339,57)(13,35)-11,24%-4,10%
34,16 34,16 28,52 35,13 131,97 32,92 38,69 5,78 4,5417,55%13,28%
24.341,2725.946,38 26.270,70 27.751,07104.309,42 25.179,2126.786,05 1.606,85 839,67 6,38% 3,24%
10.615,2310.902,14 10.596,93 10.504,3242.618,62 10.012,0610.544,29 532,23 (357,85) 5,32% -3,28%
926,41939,16 918,60 929,373.713,54 877,50903,27 25,77(35,89)2,94%-3,82%
9.469,70
9.740,77
9.463,82
9.368,88 38.043,16
8.928,40
9.436,60
508,19
(304,18)
5,69%
-3,12%
219,12222,21 214,51 206,08861,92 206,16204,43 (1,74)(17,78)-0,84%-8,00%
13.726,0415.044,24 15.673,77 17.246,7561.690,80 15.167,1516.241,76 1.074,62 1.197,53 7,09% 7,96%
840.748,93 917.524,30 945.361,63 987.952,483.691.587,34 992.728,891.068.963,66 76.234,77 151.439,35
7,68% 16,51%
56.730,85 59.557,75
61.329,42
61.543,89 239.161,90
61.867,08 64.241,35
2.374,27
4.683,60
3,84%
7,86%
784.018,08 857.966,56 884.032,21 926.408,60 3.452.425,44 930.861,82 1.004.722,31 73.860,49 146.755,75
7,93%
17,11%
30.728,0434.259,61 35.850,06 37.063,07137.900,78 36.827,8644.245,79 7.417,92 9.986,18 20,14% 29,15%
900.102,43 982.263,43 1.011.774,42 1.057.422,793.951.563,08 1.059.294,881.144.505,53 85.210,65 162.242,10
8,04% 16,52%
Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU per 4 Agustus 2014
34
Q-III
2014
Naik/(Turun)
% Naik/(Turun)
Total 2013 Q-I Q-IIQtQYoYQtQYoY
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
2.10. Perkembangan Pengedaran Uang
Pada triwulan laporan, rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) tercatat sebesar
Rp452,1 triliun, meningkat Rp2,0 triliun atau naik 0,5% (qtq) dibanding triwulan I-2014
yang tercatat sebesar Rp450,0 triliun. Peningkatan UYD tersebut terutama dipengaruhi
meningkatnya permintaan uang oleh masyarakat dalam menghadapi masa liburan
sekolah, tahun ajaran baru dan persiapan memasuki bulan Ramadhan (Grafik 2.46). Apabila
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, terjadi tambahan uang yang
diedarkan sebesar Rp51,4 triliun atau naik 12,4% (yoy). Peningkatan UYD tersebut sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Grafik 2.47).



Grafik 2.46
Perkembangan Rata-rata UYD (qtq)
Rata-rata Uang
Kartal yang
Diedarkan
(UYD)
mengalami
peningkatan
yang sejalan
dengan
naiknya
permintaan
uang oleh
masyarakat,
khususnya
terkait masa
Ramadhan.
Grafik 2.47
Pertumbuhan PDB dan UYD
Berdasarkan komponennya, kenaikan rata-rata harian UYD sebesar 0,5% (qtq) terutama
tercermin dengan naiknya rata-rata harian uang kartal di luar sistem perbankan (currency
outside banks) sebesar 1,1% dari Rp377,3 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp381,6
triliun pada triwulan laporan. Sebaliknya, rata-rata harian persediaan kas perbankan (cash
in vault) turun sebesar 3,1% yakni dari Rp72,8 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp70,5
triliun pada triwulan laporan. Dengan perkembangan tersebut, pangsa uang kartal di luar
sistem perbankan mencapai 84,4% (Tabel 2.12).
Tabel 2.12
Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank
Periode
Nominal (Triliun Rp)
Masyarakat
Bank
2012Q-III 327,6 65,1
Q-IV
334,8
60,2
2013Q-I 332,2 65,3
Q-II
335,5
61,4
Q-III 371,2 65,0
Q-IV
378,2
69,8
2014Q-I 377,3 72,8
Q-II
81,6
70,5
Pangsa
Jumlah
Masyarakat
Pertumbuhan (qtq)
Bank
Masyarakat
Bank
392,8 83,4% 16,6% 9,1% 25,5%
395,1
84,8%
15,2%
2,2%
-7,5%
397,5 83,6% 16,4% -0,8% 8,5%
396,9
84,5%
15,5%
1,0%
-6,0%
436,3 85,1%14,9%10,6% 5,9%
448,0
84,4%
15,6%
1,9%
7,3%
450,0 83,8% 16,2% -0,3% 4,3%
452,1
84,4%
15,6%
1,1%
-3,1%
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
35
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Berdasarkan pecahan, pangsa UYD untuk uang pecahan besar (UPB, Rp20.000 keatas)
sedikit mengalami penurunan dari 92,8% pada triwulan I-2014 menjadi 92,7% pada triwulan
II-2014. Berbeda dengan UPB, pangsa uang pecahan kecil (UPK, Rp10.000 kebawah)
meningkat dari 7,2% pada triwulan I-2014 menjadi 7,3% pada triwulan II-2014, terutama
terjadi pada pecahan Rp10.000 dan uang logam Rp1000. Tingginya pangsa UPK pada dua
triwulan terakhir disebabkan meningkatnya kebutuhan pengembalian uang pecahan kecil
pada sektor ekonomi ritel dan sektor transportasi.
Dari sisi aliran uang rupiah melalui Bank Indonesia, selama triwulan II-2014 terjadi aliran
bersih uang rupiah yang keluar dari Bank Indonesia (net outflow) sebesar Rp16,4 triliun.
Aliran bersih tersebut terjadi karena jumlah setoran uang rupiah oleh perbankan ke Bank
Indonesia (inflow) sebesar Rp95,9 triliun, lebih kecil dibanding jumlah penarikan uang
rupiah oleh perbankan dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp112,4 triliun. Terjadinya net
outflow mulai triwulan II sampai akhir tahun merupakan siklus normal (perayaan hari raya
keagamaan), setelah pada triwulan I-2014 terjadi net inflow sebesar Rp52,1 triliun karena
adanya arus balik uang rupiah ke Bank Indonesia pasca perayaan Natal dan liburan akhir
tahun 2013.
Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang tidak layak
edar (UTLE) sebesar Rp22,6 triliun, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp28,6 triliun (Tabel 2.13) Menurunnya pemusnahan UTLE tersebut disebabkan
kondisi uang yang disetorkan perbankan ke Bank Indonesia mayoritas masih dalam kondisi
layak edar.
Persediaan uang rupiah di Bank Indonesia selama triwulan II-2014 tetap terjaga dengan
baik. Hal ini dicerminkan dengan kemampuan posisi kas Bank Indonesia untuk menjaga
kebutuhan penarikan perbankan dan masyarakat selama rata-rata 3,35 bulan, yang
meningkat dibandingkan pada akhir triwulan I-2014 sebesar rata-rata 3,18 bulan.
Tabel 2.13
Indikator Pengedaran Uang
Indikator Utama
Rata-rata harian UYD (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Posisi UYD akhir periode (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Outflow (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Inflow (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Nominal (triliun Rp)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
Rasio Pemusnahan thd Inflow
Lembar (miliar)
Pertumbuhan (qtq)
Pertumbuhan (yoy)
36
2012
Q-IV
2013
Q-I
Q-II
2014
Q-III
Q-IV
395,1
397,5
396,9
436,3
448,0
0,6%
0,6%
-0,1%
9,9%
2,7%
16,4%15,6% 12,7%11,1%13,4%
439,7
394,8
413,5
434,7
500,0
14,3%
-10,2%
4,7%
5,1%
15,0%
17,9%15,9% 10,4%13,0%13,7%
133,6
74,3
101,2
163,6
150,9
6,8%
-44,4%
36,2%
61,7%
-7,8%
24,6%
19,3%
-6,8%
30,8%
12,9%
78,6
119,5
86,5
144,3
86,6
-32,0%52,0% -27,6%66,9%-40,0%
12,2%25,3% 12,7%24,8%10,2%
Q-I
Q-II
450,0
452,1
0,4%
0,5%
13,2%13,9%
448,4
464,9
-10,3%
3,7%
13,6%12,4%
80,3
112,4
-46,7%
39,9%
8,1%
11,0%
132,5
95,9
52,9%-27,6%
10,8%10,9%
7,4
14,8
19,3
30,0
41,3
28,6
22,6
191,4%
99,7%
30,8%
55,2%
37,8%
-30,8%
-20,8%
-82,3%
-55,3%
320,6%
1080,8%
458,6%
93,7%
17,3%
9,40%
12,35%
22,32%
20,76%
47,66%
21,58%
23,60%
1,01,2 1,01,21,7 1,31,1
92,3%
15,9%
-18,1%
24,3%
40,5%
-24,1%
-19,0%
-42,7%
-21,2%
36,7%
126,9%
65,8%
8,6%
7,5%
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
Perkembangan temuan uang palsu selama
triwulan II-2014 yang dilaporkan oleh
perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia,
serta hasil penyidikan Kepolisian tercatat
sebesar 27.681 lembar. Jumlah temuan
tersebut lebih rendah dibandingkan pada
triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 32.956
lembar. Dengan demikian, jumlah temuan
uang rupiah palsu selama tahun 2014 tercatat
sebesar 60.637 lembar, yang didominasi
oleh pecahan Rp100.000 dam Rp50.000
(Grafik 2.48). Wilayah temuan uang rupiah
palsu tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta
dan wilayah Jawa. Dengan perkembangan
tersebut, rasio jumlah temuan uang palsu
tercatat sebesar 5 lembar per satu juta lembar
uang yang beredar.
Grafik 2.48
Jumlah Temuan Uang Rupiah Palsu
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
37
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran
38
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia menilai proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah
yang lebih seimbang masih terus berlangsung dengan ditopang oleh stabilitas makroekonomi
yang tetap terjaga. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter
dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik
dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Bank Indonesia juga
akan meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan
defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap
menjaga pertumbuhan ekonomi yang sustainable ke depan. Selain itu, Bank Indonesia juga terus
memperkuat ketahanan sistem keuangan secara menyeluruh dengan menjaga kelancaran sistem
pembayaran dan pemenuhan uang beredar.
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
Kebijakan moneter Bank Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan antara lain
risiko tekanan inflasi ke depan dan masih lebarnya defisit transaksi berjalan. Di sisi lain,
pertumbuhan ekonomi Indonesia terindikasi mulai melambat. Untuk itu, kebijakan
moneter Bank Indonesia pada triwulan II-2014 tetap diarahkan untuk mengendalikan
inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat
bauran kebijakan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat
sehingga dapat mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan
tersebut terdiri dari kebijakan moneter melalui penetapan suku bunga kebijakan,
kebijakan makroprudensial, pengelolaan lalu lintas modal, penguatan koordinasi dengan
Pemerintah, dan komunikasi kebijakan.
3.1.1. Kebijakan Moneter
Respons
kebijakan
moneter yang
ditempuh
Bank Indonesia
pada triwulan
II-2014 tetap
diarahkan untuk
mengendalikan
inflasi menuju
ke sasarannya
yakni 4,5±1%
dan menjaga
agar proses
penyesuaian
ekonomi dapat
terkendali,
sehingga
mendukung
perbaikan
kinerja transaksi
berjalan.
Stance kebijakan Bank Indonesia masih tetap sejalan dengan kebijakan yang ditempuh
pada triwulan-triwulan sebelumnya, yang bertujuan agar kesinambungan pertumbuhan
ekonomi dapat senantiasa terjaga.
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan II-2014 masih konsisten dalam
menjawab tantangan perekonomian, baik dari eksternal maupun domestik. Dari sisi
eksternal, tantangan terutama bersumber dari ketidakpastian normalisasi kebijakan the
Fed serta melemahnya perekonomian emerging market, khususnya Tiongkok.
Di dalam negeri, tantangan yang memengaruhi pencapaian target inflasi, antara lain
berasal dari potensi peningkatan harga pangan dan penyesuaian harga komoditas strategis
(administered price). Selain itu, berbagai tantangan juga mengemuka yang bersumber dari
kinerja sektor eksternal perekonomian Indonesia, yakni kinerja transaksi berjalan yang
masih mencatat defisit serta utang luar negeri yang meningkat, khususnya utang luar
negeri swasta.
Untuk merespons berbagai tantangan tersebut, sepanjang triwulan II-2014, Bank
Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,50%, dengan suku
bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level
7,50% dan 5,75%. Kebijakan ini masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap
berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5±1% pada 2014 dan 4,0%±1 pada 2015, sekaligus
menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Kebijakan tersebut juga
diperkuat melalui koordinasi yang erat dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang bersifat jangka pendek
(siklikal) dan jangka panjang (struktural).
Di sisi nilai tukar, pada triwulan II-2014 Bank Indonesia juga terus mengarahkan nilai
tukar agar dapat bergerak sesuai dengan fundamentalnya. Kebijakan nilai tukar tersebut
ditempuh secara konsisten dan didukung upaya pendalaman pasar keuangan domestik.
Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia cukup
efektif dalam mengendalikan proses penyesuaian ekonomi domestik yang masih terus
berlangsung. Hal itu tercermin pada inflasi yang masih berada dalam tren menurun dan
defisit transaksi berjalan yang mengecil. Permintaan domestik juga tetap terkelola dengan
baik, meskipun pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 menurun dan tercatat sedikit
lebih rendah dari perkiraan akibat terkontraksinya ekspor dan belanja Pemerintah, serta
melambatnya investasi nonbangunan.
40
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Selama triwulan laporan, Bank Indonesia juga melaksanakan program inisiatif yang terkait
dengan “Memperkuat kerangka kebijakan moneter dan bauran kebijakan moneter yang
terintegrasi untuk mendukung tercapainya sasaran target inflasi nasional”. Dalam program
inisiatif tersebut, Bank Indonesia terus melakukan penguatan kerangka kerja dan bauran
kebijakan moneter untuk memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan
penawaran.
Sepanjang triwulan II-2014, penyusunan draf ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
tentang kerangka kebijakan moneter telah selesai disusun dan akan segera difinalisasikan
pada triwulan mendatang. Penyusunan ketentuan Bank Indonesia tersebut dimaksudkan
untuk semakin memperkuat governance dalam pengambilan kebijakan moneter Bank
Indonesia ke depan.
Lebih lanjut, dalam rangka penguatan kebijakan moneter, Bank Indonesia juga terus
melakukan evaluasi dan penyempurnaan kerangka kerja kebijakan moneter, antara lain
terkait dengan transmisi kebijakan moneter. Pada triwulan II-2014, penyusunan kajian
mengenai term structure telah berhasil diselesaikan pada akhir Juni 2014, sementara
untuk finalisasi masih menunggu koordinasi lebih lanjut antar satuan kerja internal Bank
Indonesia. Sementara itu, penyusunan kajian mengenai transmisi bauran kebijakan
moneter masih on track sesuai yang direncanakan. Penyusunan kedua kajian dimaksud
akan semakin memperkuat pelaksanaan kerangka kerja kebijakan moneter Bank Indonesia
ke depan.
Penguatan kerangka kebijakan moneter didukung oleh berbagai upaya untuk merespons
permasalahan dari sisi penawaran. Upaya tersebut antara lain: (1) penguatan kebijakan
Bank Indonesia di daerah melalui penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas kajian
ekonomi daerah serta penguatan perangkat analisis; (2) penguatan TPI/TPID; dan (3)
penyusunan kajian komprehensif mengenai ketahanan pangan.
Selain itu, untuk mendukung penyusunan asumsi dan perumusan kebijakan ekonomi
daerah, Bank Indonesia melalui kantor perwakilan Bank Indonesia sedang menyusun
model ekonomi regional. Penyusunan model tersebut, disesuaikan dengan karakteristik
di masing-masing daerah. Untuk memperkuat efektivitas perumusan kebijakan ekonomi
daerah, Bank Indonesia melaksanakan penguatan SDM melalui berbagai pelatihan internal
sebagai upaya capacity building SDM di kantor perwakilan Bank Indonesia.
3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
Kebijakan moneter Bank Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan operasi
moneter dan nilai tukar. Pengelolaan moneter dan nilai tukar dilakukan melalui pengelolaan
likuiditas di pasar uang rupiah dan pasar valas.
Pengelolaan moneter ditujukan untuk menjaga pergerakan suku bunga PUAB overnight,
yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter, di tingkat yang wajar dan stabil,
sekaligus memenuhi likuiditas perbankan secara seimbang. Selama triwulan II-2014, ratarata harian surplus likuiditas (giro bank di Bank Indonesia/bank reserves) pada sistem
perbankan tercatat mengalami penurunan menjadi sebesar Rp89,17 triliun dari Rp101,84
triliun pada triwulan sebelumnya.
Pengelolaan
moneter dan
nilai tukar
dilakukan
secara terukur
agar sejalan
dengan stance
kebijakan
moneter Bank
Indonesia.
Penurunan tersebut akibat pola musiman, yaitu aliran keluar uang kartal dari sistem
perbankan seiring dengan berlangsungnya pola musiman libur sekolah dan persiapan
Ramadhan. Sejalan dengan kondisi tersebut, posisi instrumen operasi moneter (Operasi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
41
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pasar Terbuka dan Standing Facilities) turun 4% dibandingkan triwulan sebelumnya, dan
tercatat sebesar Rp266,62 triliun pada akhir triwulan II-2014. Kondisi tersebut diikuti
dengan tingkat suku bunga instrumen operasi moneter yang cenderung bergerak stabil.
400
8
300
Tw II-2014
Tw I-2014
Tw II-2013
7
200
6
100
5
0
4
(100)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
DF/S
LF/S
SDBI
TD
RR SBN
Repo
FX Swap
Outs. OM
Tw I
Tw II
SBI/S
3
O/N
(DF)
Grafik 3.1
Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter
1 mgg
2 mgg
3 mgg
1 bln
2 bln
3 bln
6 bln
9 bln
Grafik 3.2
Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Berdasarkan komposisinya, proporsi Deposit Facility (DF) dan Fasilitas Simpanan Bank
Indonesia Syariah (FASBIS) menjadi 48% dari total posisi instrumen operasi moneter pada
akhir triwulan II-2014 atau meningkat 33% dibandingkan dengan posisi akhir triwulan
I-2014. Peningkatan tersebut dipicu oleh kecenderungan bank untuk memperpendek tenor
pengelolaan likuiditasnya dalam rangka mengantisipasi peningkatan kebutuhan likuiditas
pada periode libur sekolah dan menjelang Ramadhan. Sementara itu, proporsi Sertifikat
Bank Indonesia – Sertifikat Bank Indonesia Syariah / SBI-SBIS dan Reverse Repo SBN (Surat
Berharga Negara) masing-masing tercatat sebesar 44% dan 28%. SBI-SBIS dan Reverse Repo
SBN merupakan instrumen OPT yang secara dominan digunakan Bank Indonesia untuk
menyerap kelebihan likuiditas selama triwulan laporan.


Grafik 3.3
Komposisi Instrumen Operasi Moneter (OM)
42
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Di sisi pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia menempuh langkah-langkah penyempurnaan
pengaturan pasar valas dalam rangka penguatan inisiatif pendalaman pasar valas di dalam
negeri. Bank Indonesia menerbitkan pengaturan mengenai pembatasan transaksi rupiah
dan pemberian kredit valuta asing oleh bank8, dan aturan pelaksanaannya9.
Penyempurnaan ketentuan tersebut merupakan bagian dari upaya Bank Indonesia
mendorong pendalaman pasar valas domestik untuk mendukung kegiatan ekonomi
di Indonesia dengan tetap memperhatikan stabilitas nilai tukar rupiah. Melalui
penyempurnaan tersebut, pelaku pasar lebih fleksibel dalam melakukan lindung nilai
atas kegiatan ekonomi di Indonesia, khususnya lindung nilai atas penghasilan investasi di
Indonesia. Penyempurnaan peraturan meliputi beberapa hal terkait kriteria dan pengaturan
terhadap penghasilan investasi/future income yang dapat di-hedge. Bagi future income
berupa dividen, terhadap dividen yang akan diterima dapat dilakukan hedging meskipun
belum terdapat kepastian atas jumlah dan waktu penerimaannya.
3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah
Dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi
dengan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi tersebut dilakukan
melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selama
triwulan II-2014, koordinasi pengendalian inflasi ditandai oleh penetapan sasaran inflasi
2016-2018, pelaksanaan rapat koordinasi TPID tingkat nasional, dan antisipasi terhadap
lonjakan harga menjelang dan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2014.
Terkait penetapan sasaran inflasi 2016-2018, Pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) menetapkan sasaran inflasi untuk Tahun 2016, 2017 dan 2018. Untuk
masing-masing tahun, sasaran inflasi adalah sebesar 4,0%; 4,0%; dan 3,5% dengan
deviasi ±1%. Sesuai dengan Undang-undang, sasaran inflasi ditetapkan oleh pemerintah
setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Proses awal pembahasan yang melibatkan
Pemerintah dan Bank Indonesia telah dimulai pada akhir tahun 2013, dan usulan secara
resmi disampaikan oleh Bank Indonesia10 kepada Pemerintah. Untuk mencapai sasaran
inflasi tersebut, Bank Indonesia akan menempuh berbagai langkah yang diperlukan
termasuk langkah-langkah penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui
TPI dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID di tingkat pusat dan TPID di tingkat
daerah.
Dalam upaya
menjaga
kestabilan
makroekonomi
dan sistem
keuangan,
Bank Indonesia
terus
memperkuat
koordinasi
dengan
Pemerintah
dan otoritas
terkait.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka penguatan koordinasi pengendalian inflasi,
Gubernur Bank Indonesia, Menko Perekonomian, dan Mendagri, memperbaharui nota
kesepahaman pembentukan Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(Pokjanas TPID) pada tanggal 21 April 2014. Melalui nota kesepahaman tersebut, peran dan
fungsi Pokjanas TPID semakin diperkuat, yang mencakup: (i) sinkronisasi program kerja TPID
dengan Nasional; (ii) penguatan kerja sama antar daerah untuk mendukung ketahanan
pangan; (iii) peningkatan kompetensi aparatur pusat dan daerah tentang analisis dan
koordinasi pengendalian inflasi; dan (iv) percepatan pengembangan Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis (PIHPS). Hal ini menjadi sangat strategis dengan mempertimbangkan
perkembangan TPID yang sangat pesat dimana sampai dengan akhir Juni 2014, telah
terdapat 33 TPID provinsi dan 261 TPID kab/kota yang melaporkan pembentukannya
secara resmi kepada Kantor Perwakilan di daerah.
8
9
10
PBI Nomor 16/9/PBI/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005.
SE Bank Indonesia Nomor 16/5/DPM perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD tanggal 8 Juli 2005.
Surat Gubernur Bank Indonesia No 16/3/GBI tanggal 30 Januari 2014 tentang Rekomendasi Sasaran Inflasi 2016-2018 kepada Pemerintah
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
43
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sementara itu, dalam rangka memperkuat koordinasi pengendalian inflasi di seluruh
daerah, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) TPID V pada 21 Mei
2014 di Jakarta. Rakornas V TPID tersebut diikuti oleh Gubernur dan Walikota/Bupati yang
mewakili 233 TPID (33 provinsi dan 200 kabupaten/kota), jauh lebih banyak dibanding
Rakornas tahun sebelumnya yang diikuti oleh 95 TPID. Hal itu sejalan dengan pesatnya
pertambahan TPID dalam setahun terakhir, yang menunjukkan besarnya komitmen Kepala
Daerah dalam menjaga stabilitas harga dan meningkatkan perekonomian di daerah.
Pada Rakornas V TPID yang dibuka secara resmi oleh Presiden RI tersebut, dihasilkan
tiga kesepakatan penting. Tiga kesepakatan tersebut yaitu, (i) meningkatkan kerja sama
antardaerah di bidang ketahanan pangan melalui dukungan perencanaan program kerja
dan penyediaan anggaran di daerah; (ii) meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan
informasi surplus defisit pangan di setiap daerah oleh TPID untuk menjadi acuan dalam
melakukan kerja sama antardaerah; dan (iii) meningkatkan kapasitas pengelolaan kerja
sama antardaerah, antara lain melalui bimbingan dan konsultasi bagi TPID yang difasilitasi
oleh Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID. Pada kegiatan tersebut, Gubernur Bank
Indonesia menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan komitmen
yang kuat dari Kepala Daerah serta tersedianya data dan informasi yang akurat sebagai
dasar untuk menjajaki kerja sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Untuk itu,
diperlukan 4 langkah strategi dalam pengendalian inflasi daerah yang diarahkan untuk
tercapainya “4K” yaitu Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi,
dan Komunikasi ekspektasi.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Rakornas V TPID, sebelumnya juga diselenggarakan
Sarasehan Nasional yang diikuti oleh seluruh peserta Rakornas. Kegiatan dimaksudkan
untuk menggali pemikiran dari peserta Rakornas, khususnya dari Kepala Daerah, mengenai
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan ekonomi daerah. Upaya yang
akan dilakukan yaitu (i) mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif,
(ii) menjaga inflasi yang rendah dan stabil, dan (iii) mempercepat reformasi struktural yang
konkrit di daerah. Dalam kegiatan tersebut berkembang pemikiran mengenai pentingnya
kepemimpinan dengan komitmen yang tinggi, perencanaan yang berperspektif jangka
panjang, dan dukungan infrastruktur serta kelembagaan yang kuat.
Selain itu, dalam rangka antisipasi tekanan inflasi pada bulan Ramadhan dan risiko inflasi
pada semester II-2014, telah dilaksanakan rapat koordinasi TPI dan Pokjanas TPID tanggal
19 Juni 2014 di Jakarta. Rapat dilanjutkan dengan rakor bersama TPID di kota-kota yang
dalam 3 tahun terakhir mencatat inflasi cukup tinggi saat Lebaran. Kota-kota tersebut yakni
Pangkal Pinang dan Bengkulu untuk wilayah Sumatra; Tangerang, Bekasi dan Depok untuk
wilayah Jawa dan Ternate dan Samarinda untuk wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Rekomendasi yang dihasilkan antara lain terkait kecukupan pasokan beras, daging sapi,
dan bawang merah. Hasil rekomendasi tersebut telah disampaikan dalam Rakortas Pangan
di Kantor Menko Ekonomi pada tanggal 24 Juni 2014. Rapat juga membahas mengenai
kepastian menjaga kelancaran transportasi dan distribusi barang selama bulan Ramadhan.
44
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Di tingkat daerah, berbagai program dan upaya pengendalian inflasi dalam mengantisipasi
lonjakan harga selama Ramadhan dan Idul Fitri telah dilakukan oleh berbagai TPID, antara
lain:
a) Penguatan pasokan pangan melalui kegiatan pasar murah yang dilakukan secara
merata di berbagai wilayah, terutama untuk bahan pokok seperti beras, minyak goreng,
tepung terigu, gula dan telur. Selain itu, terdapat beberapa komoditas spesifik yang
disesuaikan dengan kebutuhan daerahnya, antara lain ikan segar untuk Maluku. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan bekerja sama dengan BUMD dan BULOG (Bulogmart).
b) Mendukung kelancaran distribusi pangan dengan memprioritaskan transportasi untuk
keperluan angkutan kebutuhan pokok, mempercepat rehabilitasi jalan dan jembatan
serta beberapa program spesifik seperti percepatan bongkar muat kapal di pelabuhan,
dan penambahan jam operasional pelabuhan.
c) Monitoring dan pengawasan langsung di lapangan melalui sidak ke perusahaan/
distributor dan pasar di berbagai daerah, untuk melihat kesiapan pasokan khususnya
bahan pangan pokok.
d)Pengelolaan ekspektasi masyarakat dengan melakukan komunikasi publik secara
intens melalui berbagai media, antara lain jumpa pers serta talkshow di radio dan TV.
Selain memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mencapai target inflasi,
Bank Indonesia juga terus menjalin koordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat
Protokol Manajemen Krisis (PMK). Pertemuan koordinasi dilakukan secara rutin dengan
pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam rangka PMK Nasional. Sepanjang triwulan
II-2014, telah dilakukan rapat koordinasi rutin bulanan di tingkat Deputi Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dan rapat koordinasi rutin tiga bulanan di tingkat
anggota FKSSK.
Bank Indonesia juga terus berupaya memperkuat PMK internal. Dalam rangka mendukung
implementasi PMK Nasional, Bank Indonesia melakukan asesmen secara reguler terhadap
perkembangan dan risiko nilai tukar, termasuk di dalamnya memperkuat metode dan
indikator surveillance. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan serangkaian bahasan guna
memantapkan relevansi, governance, dan pijakan prosedur PMK Internal; khususnya terkait
peran Bank Indonesia dalam stabilitas sistem keuangan pasca beralihnya pengaturan dan
pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan sejak 31 Desember 2013.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
45
BOKS
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
BOKS
Strategi 4K dalam Pengendalian Harga
Dalam rangka pengendalian harga secara umumdan antisipasi meningkatnya
tekanan inflasi karena faktor musiman pada khususnya, Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) dan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID telah merumuskan
empat langkah strategis atau disebut sebagai strategi “4K”. Strategi 4K merupakan
strategi pengendalian harga yang berfokus pada: (i) Ketersediaan pasokan, (ii)
Keterjangkauan harga, (iii) Kelancaran distribusi, dan (iv) Komunikasi untuk
mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Strategi tersebut sejalan dengan
amanat Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 027 Tahun 2013 tentang
Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah yang ditujukan kepada seluruh
Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota). Inmendagri tersebut merupakan dasar
hukum pembentukan TPID.
Pertama, strategi menjaga ketersediaan pasokan barang khususnya untuk
memenuhi kebutuhan pokok. TPID memperkuat komitmen dan meningkatkan
realisasi kerjasama perdagangan dengan daerah pemasok barang kebutuhan pokok
serta membangun sistem cadangan pangan untuk komoditas strategis. Dalam hal
ini, Bank Indonesia mendukung strategi tersebut dengan melaksanakan program
pengembangan sentra bahan pangan melalui pembinaan klaster yang dilakukan
oleh Kantor-Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, seperti pengembangan
klaster komoditas cabai di Kediri.
Kedua, strategi menjaga keterjangkauan harga. TPID mendorong adanya
transparansi dalam proses pembentukan harga, misalnya melalui penerapan
proses lelang di sentra distribusi/pasar induk. Selain itu, TPID juga melaksanakan
program stabilisasi harga antara lain melalui pasar penyeimbang dan pasar murah
khususnya ketika permintaan meningkat.
Ketiga, strategi menjamin kelancaran distribusi barang. TPID mendorong
peningkatan dan perbaikan infrastruktur, antara lain jalan akses ke pelabuhan dan
sentra industri/logistik. Kerjasama dengan aparat terus diperkuat guna menjamin
kelancaran dan keamanan distribusi barang, termasuk memberantas penimbunan
stok.
Keempat, strategi komunikasi untuk mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat.
TPID melaksanakan berbagai program komunikasi yang mengusung tema terkait
upaya-upaya pengendalian harga melalui beragam channelkomunikasi, antara lain
jumpa pers dan talkshow di radio dan TV. Selain itu, TPID juga mengembangkan
program prioritas Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) sejak 2013.
Dengan meningkatkan akses data dan informasi kepada pelaku ekonomi, PIHPS
merupakanr eferensi harga komoditas pangan yang terpadu dan dapat diperoleh
melalui papan informasi harga, sms gateway, dan website informasi harga.
Selama triwulan II 2014, strategi 4K diimplementasikan melalui pelaksaan program
kerja TPID untuk mendukung ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi
menjelang hari raya Idul Fitri di sejumlah wilayah. Program-program kerja tersebut
46
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
diantaranya yaitu (i) menyelenggarakan operasi pasar murah di berbagai wilayah
di Sumatera, Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa, (ii) menjaga kelancaran
distribusi, antara lain dengan memprioritaskan transportasi kebutuhan pokok,
mempercepat rehabilitasi jalan dan jembatan serta beberapa program spesifik
seperti percepatan bongkar muat kapal di Pelabuhan Bitung dan penambahan
jam operasional pelabuhan di Sulawesi Utara, serta penyiapan jalur transportasi/
distribusi alternatif di Jawa Tengah dan Sumatera Barat. Selain itu, khusus di wilayah
KTI juga mengupayakan kelancaran distribusi BBM dan minyak tanah, (iii) melakukan
inspeksi ke perusahaan, distributor dan pasar di berbagai daerah (Maluku, Tual,
Sulawesi Utara, Balikpapan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah) untuk
memasikan kesiapan pasokan barang, (iv) melakukan komunikasi ke publik untuk
mengelola ekspektasi inflasi masyarakat melalui berbagai media, antara lain jumpa
pers dan wawancara di radio dan TV di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan
Jawa Tengah, (v) memberikan rekomendasi penambahan jadwal penerbangan
untuk kelancaran transportasi di Maluku, serta (vi) melakukan pencegahan aksi
penimbunan LPG 3 kg di Sumatera Barat.
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri
Dalam rangka mengetahui perkembangan ULN Indonesia yang meliputi ULN sektor publik
(ULN Pemerintah dan Bank Sentral) serta ULN swasta, Bank Indonesia secara berkala
melakukan pemantauan perkembangan ULN. Selain monitoring, Bank Indonesia juga
menyikapi perkembangan ULN yang mengalami peningkatan secara berhati-hati dan
tengah mengkaji langkah-langkah untuk mendorong kehati-hatian dalam pengelolaan
ULN, khususnya ULN korporasi.
Salah satu upaya untuk menjaga ketahanan terhadap risiko keuangan global adalah
dengan menyempurnakan pengaturan Pinjaman Luar Negeri Bank11. Ketentuan tersebut
diterbitkan sebagai salah satu respons terhadap dinamika perekonomian global yang telah
memengaruhi aliran modal asing dan nilai tukar Rupiah. Dalam ketentuan tersebut terdapat
perubahan terkait penambahan pengecualian atas Pinjaman Luar Negeri Jangka Pendek
dari kewajiban menjaga posisi PLN Bank sebesar 30 persen terhadap modal. Penambahan
pengecualian tersebut mencakup: (i) giro milik Bukan Penduduk yang menampung dana
untuk pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan hasil penjualan kembali Sertifikat Bank
Indonesia (SBI); (ii) kewajiban Bank kepada Bukan Penduduk yang timbul dari transaksi
derivatif lindung nilai; (iii) giro milik Bukan Penduduk yang digunakan dalam rangka
penyaluran kredit ke sektor riil dan proyek-proyek infrastruktur; dan/atau (iv) giro milik
Bukan Penduduk yang menampung dana hasil penerbitan obligasi berdenominasi Rupiah
oleh lembaga supranasional dalam rangka pembiayaan sektor riil dan proyek-proyek
infrastruktur.
Bank Indonesia
memantau
perkembangan
Utang Luar
Negeri
(ULN) dan
mendorong
kehati-hatian
pengelolaan
ULN khususnya
sektor
korporasi.
11 PBI No. 16/7/PBI/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/1/PBI/2005 tentang
Pinjaman Luar Negeri Bank.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
47
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Disamping itu, untuk mendukung proses formulasi kebijakan moneter, Bank Indonesia
secara rutin menyelenggarakan survei manajemen risiko ULN sektor swasta secara
semesteran. Survei semesteran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh informasi
terkait: (i) upaya manajemen risiko yang dilakukan oleh sektor swasta dalam mengelola
ULN, khususnya terkait pemetaan upaya hedging terhadap risiko ULN swasta, antara lain,
currency risk (currency mismatch dan/atau exchange rate risk), dan interest rate risk, dan
(ii) persepsi pelapor ULN swasta terhadap kondisi usaha dan profitabilitas, dan rencana
pembiayaan yang akan dilakukan dalam jangka waktu 6-12 bulan ke depan.
Terkait statistik ULN Indonesia, Bank Indonesia bersama-sama dengan Kementerian
Keuangan telah menerbitkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI).
Penerbitan SULNI yang dilakukan setiap bulan sebagai perwujudan dari pelaksanaan
transparansi informasi mengenai perkembangan utang luar negeri. Publikasi ini menyajikan
data utang luar negeri pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor swasta. Penyusunan SULNI
dilatarbelakangi oleh kebutuhan informasi utang luar negeri Indonesia yang komprehensif,
dapat dan mudah dibandingkan (comparable) serta terpercaya (realiable). Kebutuhan
dimaksud juga didorong oleh kepentingan monitoring bagi otoritas dan pelaku pasar
dalam mengukur potensi risiko utang luar negeri yang dapat menjadi salah satu pemicu
kerentanan (vulnerability) perekonomian Indonesia.
Dengan diterbitkannya publikasi SULNI ini, diharapkan dapat memberikan dorongan
kepada Pemerintah dan Bank Indonesia untuk selalu menerapkan good governance dalam
pengelolaan utang luar negeri. Melalui publikasi Statistik ULN Indonesia, diharapkan dapat
menjadi referensi utama bagi stakeholder domestik dan internasional, sehingga dapat
memberikan penilaian secara obyektif mengenai kondisi ULN Indonesia. Sampai dengan
triwulan II-2014, Bank Indonesia dan KemenKeu telah menerbitkan publikasi SULNI edisi
Januari - Mei 2014, yang dapat diakses melalui website BI.
Selain menerbitkan SULNI, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga telah
menerbitkan publikasi Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI), yang terdiri dari data
utang Pemerintah, BI dan BUMN, baik utang domestik maupun utang luar negeri. SUSPI
(Public Sector Debt Statistics) diterbitkan sesuai dengan standar publikasi internasional
yang digagas oleh World Bank dan IMF. Tujuan dari Publikasi Data Utang Sektor Publik ialah
dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan utang sektor publik. Sampai
dengan triwulan II-2014, SUSPI yang terdiri dari utang pemerintah, utang bank sentral dan
utang BUMN untuk periode triwulan I-2014 telah disampaikan kepada World Bank/IMF dan
sudah dipublikasikan dalam website World Bank.
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
Bank Indonesia
terus
mendorong
upaya untuk
mengop
timalisasikan
penarikan
Devisa Hasil
Ekspor melalui
perbankan
dalam negeri.
48
Perkembangan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) pada triwulan II-2014 menunjukkan
perkembangan yang relatif stabil dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini terlihat dari aliran DHE ke bank devisa dalam negeri pada triwulan
II-2014 secara nominal mencapai USD32,88 juta atau sedikit meningkat dibandingkan
triwulan II-2013 yang tercatat sebesar USD32,73 juta. Nilai tersebut mencapai 84,4%
terhadap total nilai DHE. Kondisi serupa juga terjadi terhadap aliran DHE yang diterima
melalui bank di luar negeri yang stabil di nilai USD6,09 juta atau 15,6% dari total DHE.
Berdasarkan pemantauan penerimaan DHE melalui laporan Rincian Transaksi Ekspor (RTE)
yang disampaikan eksportir dan bank devisa, diperoleh informasi bahwa lima komoditas
penyumbang DHE terbesar adalah batubara (coal), minyak sawit (palm oil), produk kimia
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
(chemical products), produk tekstil (textile product) dan alat-alat listrik (electrical appliances).
Dari sisi kepatuhan eksportir, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengawasan terhadap
eksportir yang tidak mematuhi ketentuan DHE. Selama triwulan II-2014, jumlah eksportir
yang dikenakan denda administratif berupa denda tercatat sebanyak 468 eksportir atau
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 211
eksportir. Sementara itu, jumlah eksportir yang dikenakan sanksi penangguhan atas
pelayanan ekspor tercatat sebanyak 171 eksportir atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebanyak 54 eksportir.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan DHE, Bank
Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan dengan mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia12 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar
Negeri serta Surat Edaran Bank Indonesia13 perihal Penerimaan Devisa Hasil Ekspor. Kedua
ketentuan tersebut menggantikan ketentuan yang lama dan berlaku mulai Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB) bulan Juni 2014. Sosialisasi ketentuan ini dilakukan secara serentak
kepada eksportir di 15 kota di seluruh Indonesia pada triwulan II-2014 yang dalam
pelaksanaannya bekerja sama dengan Ditjen Bea dan Cukai.
Bank Indonesia senantiasa menjalin koordinasi dengan instansi terkait agar pelaksanaan
kebijakan DHE dapat berjalan lebih efektif. Instansi tersebut antara lain SKK Migas, Ditjen
Bea dan Cukai, BPS, Kementerian BUMN, Ditjen Anggaran, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Ditjen Pajak dan Asosiasi. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas
pelaporan RTE, Bank Indonesia senantiasa melakukan berbagai upaya antara lain berupa
sosialisasi maupun coaching clinic kepada eksportir dan bank.
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan
Kebijakan
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank
Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi ekonomi,
keuangan dan moneter, menyusun laporan/analisis, serta menyelenggarakan berbagai
jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan sektor riil.
Untuk mendukung proses formulasi kebijakan, Bank Indonesia secara rutin
menyelenggarakan berbagai survei untuk mengetahui kondisi terkini sektor riil dan
sektor finansial. Beberapa survei yang secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia antara
lain adalah Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE), Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP), Survei
Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME), dan Survei Investasi Asing Langsung. Selain
itu, Bank Indonesia juga menyelenggarakan in-depth interview kepada pelaku bisnis utama
(key business persons) untuk memperoleh informasi dan pandangan pelaku bisnis utama
terhadap kondisi perekonomian terkini.
Efektivitas
kebijakan Bank
Indonesia
ditopang
dengan data
dan informasi
yang akurat,
yang dalam
pelaksanaannya
dilakukan
melalui survei
dan database
statistik.
Selain melakukan survei-survei yang bersifat rutin, Bank Indonesia juga melakukan
beberapa survei ad-hoc melalui Survei Khusus Sektor Riil (SKSR). Selama triwulan II-2014,
beberapa isu terkini di sektor riil yang digali melalui SKSR antara lain (1) Survei Dampak
Perubahan Suku Bunga Terhadap Perilaku Simpanan dan (2) Survei Perilaku Penggunaan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
12
13
PBI No. 16/10/PBI/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 16/9/DSta tanggal 26 Mei 2014 perihal Penerimaan Devisa Hasil Ekspor.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
49
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan survei, Bank Indonesia telah melakukan
evaluasi beberapa kuesioner survei dan juga mengembangkan cakupan penyelenggaraan
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) pasar sekunder di wilayah Surabaya dan pada
triwulan berikutnya di wilayah Makassar. Sementara itu, pada triwulan II-2014, telah
dilakukan juga perluasan cakupan Analisis Perkembangan Properti Komersial yakni di
Makassar.
Pada Triwulan II-2014, Bank Indonesia telah menyusun beberapa analisis antara lain, (i)
analisis sektor moneter dan finansial berupa analisis Perkembangan Uang Beredar dan
Uang Primer yang mencakup juga perkembangan dana, kredit dan suku bunga, (ii) analisis
Financial Accounts, Pasar Modal, Locational Banking dan Perusahaan Pembiayaan (PP), (iii)
analisis sektor eksternal berupa perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), (iv)
analisis Financial Account menggantikan Neraca Arus Dana (NAD), (v) analisis sektor fiskal
dan analisis sektor sistem pembayaran berupa perkembangan rincian banknotes dan coins
yang diedarkan Bank Indonesia dan penggunaan kartu eletronik sebagai alat pembayaran.
Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan kualitas data statistik dengan melakukan
pengembangan dan penyempurnaan metodologi kompilasi statistik mengacu pada
standar yang berlaku dan mendukung pemenuhan inisiatif data gaps G-20. Salah satu upaya
penyempurnaan yang terkait dengan data sektor eksternal adalah implementasi Balance of
Payments and International Investment Position Manual 6th Edition (BPM6) mulai publikasi
statistik NPI triwulan II-2014 pada Agustus 2014. Untuk itu telah dilakukan serangkaian
kegiatan edukasi/sosialisasi kepada stakeholders antara lain melalui website Bank Indonesia
untuk menjelaskan dampak penerapan BPM6 tersebut pada statistik sektor eksternal.
Upaya lain untuk meningkatkan kualitas pelaporan Bank, telah dilakukan penyempurnaan
dalam pelaporan Bank Umum Syariah dengan menggunakan pelaporan berbasis LSMK
(Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan), sejak pelaporan Mei 2014.
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
Pasca beralihnya fungsi pengaturan dan pengawasan bank dari Bank Indonesia ke OJK,
Bank Indonesia melakukan fungsi pengaturan dan pengawasan makroprudensial industri
keuangan guna mendorong terwujudnya stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh.
Dalam implementasinya, Bank Indonesia melakukan pengaturan dan pengawasan
makroprudensial, mengembangkan pasar dan akses keuangan, serta melakukan koordinasi
dengan otoritas terkait dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis sektor keuangan.
Bank Indonesia
terus
memperkuat
fungsi
pengaturan dan
pengawasan
makroprudensial
melalui
penyiapan
ketentuan
dan surveilans
terhadap sistem
keuangan.
50
3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
Bank Indonesia menetapkan kebijakan dan pengaturan makroprudensial
untuk memengaruhi perilaku para pelaku/institusi keuangan sehingga mampu
memitigasi risiko dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan
makroprudensial ditujukan untuk mencegah dan memitigasi risiko sistemik, mendorong
fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem
keuangan dan akses keuangan.
Untuk memperkuat landasan hukum pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan
makroprudensial, pada triwulan II-2014 Bank Indonesia menyiapkan ketentuan
pelaksanaannya. Ketentuan tersebut antara lain mengatur mengenai instrumen pengaturan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
yang akan digunakan oleh Bank Indonesia serta mekanisme kegiatan surveilans dan
pemeriksaan terhadap lembaga keuangan dalam rangka penilaian terhadap risiko sistemik.
Penggunaan instrumen pengaturan makroprudensial utamanya ditujukan untuk
memperkuat ketahanan permodalan dan mencegah leverage yang berlebihan, mengelola
fungsi intermediasi dan mengendalikan risiko inheren dari operasional bank, membatasi
konsentrasi eksposur, memperkuat ketahanan infrastruktur keuangan, dan meningkatkan
efisiensi sistem keuangan serta akses keuangan.
Selain mempersiapkan ketentuan pengaturan dan pengawasan makroprudensial, Bank
Indonesia juga melakukan evaluasi terhadap ketentuan makroprudensial yang telah
diterbitkan sebelumnya. Sampai dengan triwulan II-2014, evaluasi terhadap ketentuan
antara lain Loan to Value (LTV)/Financing to Value (FTV), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP) dan Giro Wajib Minimum (GWM) Loan to Deposit Ratio (LDR) masih terus berlangsung.
Evaluasi dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan terkini yang terjadi di
industri keuangan dan dalam rangka penyesuaian cakupan tugas Bank Indonesia pascapengalihan tugas pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK.
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
Dalam rangka memperkuat ketahanan sistem keuangan, selain melakukan asesmen
terhadap risiko utama di sistem keuangan, Bank Indonesia juga melakukan pengawasan
makroprudensial. Melalui pengawasan makroprudensial, Bank Indonesia dapat memonitor
kerentanan dan volatilitas dalam sektor keuangan, sehingga mampu mendeteksi potensi
tekanan yang berdampak pada sistem keuangan.
Pengawasan makroprudensial oleh Bank Indonesia dilakukan melalui kegiatan surveilans
dan pemeriksaan. Surveilans diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi sistem
keuangan, identifikasi dan analisis risiko sistem keuangan, serta penilaian risiko sistem
keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi,
menganalisis dan memantau risiko sistemik di sistem keuangan termasuk yang bersumber
dari individual lembaga keuangan.
Saat ini, Bank Indonesia telah melakukan surveilans terhadap perbankan antara lain
untuk mengetahui kondisi likuiditas dan fungsi intermediasi yang dilakukan perbankan.
Selain itu, surveillance juga dilakukan terhadap Industri Keuangan Non Bank antara lain
Perusahaan Pembiayaan guna memonitor struktur pembiayaan dan sumber dana serta
terhadap institusi yang merupakan konglomerasi dari bank dan memiliki dampak yang
signifikan terhadap sistem keuangan.
Guna mendukung pelaksanaan tugas surveilans tersebut, Bank Indonesia juga terus
memperkuat kerangka kerja surveilans makroprudensial. Kerangka kerja tersebut
digunakan sebagai standar pelaksanaan tugas dan koordinasi baik di internal Bank
Indonesia maupun dengan otoritas terkait.
3.2.2. Pendalaman Pasar Keuangan
Dalam rangka mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi dan memiliki
ketahanan yang semakin baik, diperlukan dukungan pasar keuangan yang dalam, likuid,
dan efisien. Pasar keuangan yang dalam dan likuid merupakan prasyarat terbentuknya
harga yang efisien, sehingga berkontribusi dalam pembiayaan ekonomi domestik yang
lebih berkesinambungan.
Bank Indonesia
terus mendorong
percepatan
pendalaman
pasar keuangan
termasuk melalui
koordinasi
dengan pelaku
pasar dan
instansi terkait.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
51
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Untuk mewujudkan pasar keuangan yang dalam dan efisien, Task Force Pendalaman Pasar
Keuangan Bank Indonesia menginisiasi pembentukan Komite Pasar Valas Indonesia atau
Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC). Secara kelembagaan, keanggotaan
komite terdiri dari BI, OJK, perwakilan bank, asosiasi dealer (Association Cambiste
International (ACI) Indonesia) dan asosiasi bankir (Ikatan Bankir Indonesia). Komite ini
merupakan forum bagi pelaku pasar serta merupakan mitra strategis bagi regulator dalam
mempercepat upaya pendalaman pasar keuangan. Komite ini juga menyediakan forum
diskusi dan pertukaran informasi baik dipasar keuangan domestik maupun internasional,
serta melakukan mediasi atas perselisihan yang ada di pasar keuangan domestik.
Sebagai langkah awal dalam meningkatkan kredibilitas pasar keuangan Indonesia, komite
telah menyusun dan menetapkan Financial Market Code of Conduct (CoC) sebagai pedoman
bertransaksi di pasar keuangan. Dengan adanya market conduct diharapkan bahwa pelaku
pasar dapat lebih memahami ketentuan terkait pasar keuangan dan memiliki standar
integritas dan profesionalisme yang tinggi sesuai best market practice.
Upaya untuk mewujudkan pendalaman pasar keuangan membutuhkan dukungan dan
peran serta otoritas terkait lainnya. Terkait hal ini, Bank Indonesia memperkuat jalinan
koordinasi dalam pengaturan lindung nilai (hedging) BUMN bersama dengan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kementerian Keuangan.
Bank Indonesia
secara kontinu
mendorong
terwujudnya
keuangan yang
inklusif untuk
mendukung
intermediasi
dan akses
masyarakat
yang lebih
luas terhadap
sistem
keuangan. Bank
Indonesia juga
mendorong
integrasi
program
keuangan
inklusif dengan
program
Pemerintah.
52
Pengaturan mengenai transaksi lindung nilai ini merupakan salah satu upaya dalam
mengelola risiko nilai tukar. Namun demikian, pelaksanaan transaksi lindung nilai
masih mengalami tantangan tersendiri antara lain terkait dengan adanya pandangan
kerugian negara atas biaya yang timbul dari transaksi lindung nilai, serta kesiapan SDM
dan infrastruktur dalam pelaksanaan transaksi lindung nilai tersebut. Guna memperjelas
aturan pelaksanaannya, telah di bentuk tim teknis lintas otoritas dalam rangka mendorong
pelaksanaan transaksi lindung nilai. Selain itu, dalam rangka meningkatkan akselerasi
proses pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Tim Task
Force Pengembangan Pasar Surat Utang OJK.
Upaya pendalaman pasar oleh Bank Indonesia juga dilakukan untuk pasar keuangan syariah
mencakup pengembangan instrumen dan pengembangan pasar. Sebagai contoh, dalam
rangka manajemen likuiditas perbankan syariah, Bank Indonesia tengah mempersiapkan
fasilitas transaksi repo syariah dengan instrumen surat berharga syariah negara (SBSN)
untuk melengkapi repo syariah dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang telah
berlaku sebelumnya. Setelah berkoordinasi dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), fatwa
yang mendukung transaksi repo antar bank syariah telah diterbitkan dan fasilitas repo
antar bank syariah ini diharapkan mampu mendorong pengelolaan likuiditas perbankan
syariah dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
3.2.3. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
Dalam rangka peningkatan akses keuangan, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan
keuangan inklusif yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi melalui
pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan di
Indonesia. Dalam pelaksanaannya Bank Indonesia bersinergi dengan kementerian serta
lembaga domestik dan internasional.
Pada triwulan II-2014, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan program
keuangan inklusif, dengan perkembangan sebagai berikut:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
1. TabunganKu dan Basic Saving Account lainnya
Untuk mempermudah akses masyarakat dalam menyimpan dananya di perbankan,
Bank Indonesia menjaga kesinambungan program TabunganKu dan Basic Saving
Account (BSA) lainnya. Sampai dengan Juni 2014, jumlah rekening TabunganKu dan BSA
lainnya tercatat sebanyak 12,32 juta rekening, meningkat sebesar 1,70 juta rekening
dibandingkan akhir tahun 2013 (10,62 juta rekening). Jumlah tersebut setara dengan
85,12% dari target tahun 2014 sebesar 2 juta rekening. Dari sisi nominal, jumlah
TabunganKu dan BSA lainnya tercatat sebesar Rp10,37 triliun, meningkat Rp1,11 triliun
dari Desember 2013 (Rp9,26 triliun). Adapun rata-rata saldo rekening TabunganKu dan
BSA mencapai sebesar Rp841.689,00.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka mendorong
peningkatan jumlah rekening dan nominal Tabunganku serta BSA antara lain:
a. Mengirimkan surat kepada perbankan untuk menyampaikan rencana dan progress
Hari Rajin Menabung, TabunganKu, rekening Pelajar, dan pencapaian BSA lainnya
secara rutin kepada Bank Indonesia .
b. Penyesuaian fitur TabunganKu bersama perbankan anggota pokja TabunganKu.
c. Pengembangan sistem pelaporan dan monitoring secara online melalui Laporan
Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU).
d. Koordinasi dengan kementerian dan perbankan dalam rangka penggunaan
rekening TabunganKu dan BSA untuk penyaluran program bantuan pemerintah
kepada masyarakat.
e. Koordinasi dengan OJK untuk memanfaatkan TabunganKu dalam implementasi
branchless banking.
2. Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan kepada Masyarakat
Kegiatan edukasi keuangan bertujuan menumbuhkan kesadaran pentingnya
pengelolaan dan perencanaan keuangan, membangun minat masyarakat
menggunakan produk dan layanan lembaga keuangan formal, meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai produk dan jasa lembaga keuangan formal,
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai nasabah, serta kesadaran mengenai aspek
kehati-hatian dalam melakukan transaksi keuangan. Target dari pelaksanaan edukasi ini
adalah pelajar (tingkat SD, SMP, SMA, mahasiswa), dan kelompok masyarakat tertentu,
seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI), petani, nelayan, pedagang, perempuan pekerja
rumahan (homeworkers), dan masyarakat di wilayah perbatasan dan kepulauan.
Melanjutkan kegiatan edukasi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan Bank
Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan diantaranya:
a.Menyiapkan tools dan materi untuk membantu pelatih atau pembicara dalam
melakukan edukasi keuangan.
b. Pembuatan video animasi pengelolaan keuangan sebagai pelengkap materi bagi
pelatih mengenai pengelolaan keuangan.
c. Pelaksanaan edukasi keuangan sebagai berikut:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
53
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
i.
Training of Trainer (ToT) kepada pegawai Kantor Perwakilan Bank Indonesia di
Semarang, Makasar, Palembang dan Yogyakarta;
ii. ToT kepada Guru SD dan SMP sekolah pilot project edukasi keuangan di
Semarang dan Medan;
iii. ToT kepada penyuluh perikanan dalam rangka edukasi keuangan kepada
nelayan di Serang, Banten; serta
iv. Edukasi Keuangan kepada masyarakat di kepulauan terluar, yakni Pulau Buton,
Pulau Obi dan Pulau Raja Ampat.
3. Kampanye Gerakan Indonesia Menabung
Kampanye Gerakan Indonesia Menabung merupakan upaya bersama yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, perbankan, dan stakeholder terkait untuk melakukan edukasi
keuangan kepada masyarakat. Kegiatan ini juga disinergikan dengan program
pengembangan UMKM melalui penyediaan Bazar UMKM yang menjadi binaan Bank
Indonesia dan perbankan. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada triwulan II-2014
berupa kampanye Gerakan Indonesia Menabung oleh beberapa Kantor Perwakilan
Bank Indonesia lain di Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
4. Pengembangan Layanan Keuangan Digital
Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan
keuangan yang dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan
sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka
keuangan inklusif. Dengan penyediaan akses ini diharapkan dapat membantu
masyarakat mengenal produk dan jasa keuangan formal yang cocok dengan mereka
sehingga dapat membantu efisiensi transaksi keuangan sehari-hari sekaligus membantu
mengelola keuangan lebih baik sehingga secara perlahan dapat meningkatkan
kapabilitas kehidupan mereka. Dalam jangka panjang, diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan ekonomi rumah tangga dan perekonomian lokal sehingga
berdampak positif bagi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan.
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai uang elektronik
yang didalamnya mencakup pula pengaturan mengenai Layanan Keuangan Digital14.
Penerbitan pengaturan mengenai LKD menjadi salah satu upaya Bank Indonesia
dalam rangka meningkatkan inklusivitas keuangan di Indonesia. Media utama yang
digunakan untuk melakukan transaksi keuangan LKD adalah uang elektronik registered
berbasis telepon genggam atau kartu dan dapat bertransaksi di agen individu. Adapun
penerbit yang dapat menyelenggarakan LKD melalui agen LKD individu adalah penerbit
berupa bank dengan kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 yang memenuhi
persyaratan tertentu.
Selanjutnya untuk memberikan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan LKD yang jelas
kepada semua pihak yang terlibat, Bank Indonesia akan menerbitkan Surat Edaran (SE)
tentang LKD melalui Agen LKD individu. Sebagai bagian dari upaya memperkenalkan
LKD kepada khalayak luas, Bank Indonesia juga akan menyelenggarakan sosialisasi
dan kampanye serta edukasi LKD. Untuk itu akan dilakukan penjajakan sosialisasi LKD
bekerja sama dengan DKSP, Dkom, KPwDN, dan perbankan yang lulus untuk mengikuti
program LKD dengan menggunakan agen individu untuk menyusun strateginya.
14 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 1/8/PBI/2014 tanggal 8 April 2014 Tentang Perubahan Atas PBI No. 11/12/PBI/2009 mengenai Uang
Elektronik (Electronic Money).
54
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
5.Memfasilitasi Penyaluran Program Bantuan Pemerintah kepada Masyarakat
Melalui LKD Individu Serta Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Keuangan
Inklusif
Program ini bertujuan untuk mempermudah penyaluran bantuan pemerintah
dan mendorong peningkatan akses masyarakat terhadap layanan keuangan dan
pembayaran. Uji coba implementasi penyaluran program bantuan pemerintah kepada
masyarakat akan dilakukan dalam bentuk pilot project. Sampai dengan triwulan II-2014,
Bank Indonesia telah melakukan pertemuan dengan Kementerian Sosial, Bappenas,
TNP2K, dan beberapa perbankan (Bank Mandiri, CIMB Niaga, BRI) mengenai rencana
pilot project penyaluran bantuan pemerintah. Pilot proejct ini akan dilakukan oleh tiga
bank yaitu melalui agen LKD individu (Bank Mandiri dan BRI) serta melalui agen LKD
berbadan hukum (CIMB Niaga).
Terkait dengan pelaksanaan pilot project dimaksud, Bank Indonesia akan terlibat dalam
kegiatan antara lain:
a. Edukasi kepada pendamping PKH dan penerima PKH dengan fokus pengelolaan
keuangan dan value added bagi keluarga PKH.
b. Pemantauan pelaksanaan pilot project PKH. Hasil monitoring akan digunakan untuk
penyempurnaan business model penyaluran PKH menggunakan agen LKD.
6. Penyediaan Informasi Harga Komoditas di Tingkat Produsen (selanjutnya disebut
dengan Sistem Informasi Harga Bagi Petani dan Nelayan – SIPN)
Program ini bertujuan untuk membantu petani khususnya mengurangi asimetris
informasi sehingga membantu peningkatan bargaining position dari petani dan nelayan
dimaksud. Program ini juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
informasi terkini yang dibutuhkan, seperti harga input (bibit, pestisida), harga output
(harga jual), dan informasi pendukung (membasmi hama, tempat penjual) dalam satu
siklus bertani melalui telepon genggam. Saat ini, Bank Indonesia tengah menyusun
business model bersama perusahaan telco, Kementan dan Kemenkominfo. Kegiatan
yang telah dilaksanakan sampai dengan triwulan II- 2014 adalah:
a. Penyusunan laporan identifikasi awal issues terkait penyediaan informasi harga bagi
petani dan nelayan berbasis telepon genggam (Sistem Penyediaan Informasi Bagi
Petani & Nelayan/SPIN).
b. Mapping sistem informasi yang dimiliki dan penyediaan layanan SMS informasi
pertanian/perikanan oleh beberapa institusi antara lain BPS, Kementerian Pertanian,
PT. XL. Axiata, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
c. Penyusunan laporan hasil identifikasi permasalahan penyediaan sistem informasi
harga bagi petani dan nelayan.
d.Pertemuan koordinasi dengan Kementerian Pertanian, KKP, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, penyedia jasa telekomunikasi (Telkomsel, Indosat dan
XL) mengenai rencana penyelenggaraan SIPN.
e.Pembentukan task force SIPN yang terdiri atas Bank Indonesia, kementerian Pertanian,
Kementerian Komunikasi dan Informatika dan penyedia jasa telekomunikasi.
f. Melakukan revisi model bisnis SIPN terutama penyesuaian fitur, harga dan biaya.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
55
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
7.Pengembangan Database dan Infrastruktur
Implementasi Financial Identity Number (FIN)
Dalam
Rangka
Persiapan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan informasi secara komprehensif mengenai
data keuangan individu, sehingga dapat meminimalkan terjadinya asymetric
information dari lembaga keuangan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan
survei FIN yang telah dilaksanakan Bank Indonesia sejak tahun 2012. Hingga triwulan
II-2014, beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia adalah :
a. Koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam rangka penyusunan konsep
Perjanjian Kerja sama pemanfaatan data Nomor Induk Kepegawaian (NIK).
b. Pengembangan aplikasi terkait Financial Identity Number.
c. Penyusunan usulan model bisnis pengumpulan data FIN melalui program LKD,
Penyaluran Bantuan Pemerintah dan UMKM.
d. Koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka menyusun usulan model bisnis
pengumpulan data FIN melalui program LKD, penyaluran Bantuan Pemerintah dan
UMKM.
8. Penyusunan Dasar Hukum Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI)
Tujuan dari program kerja ini adalah untuk mempermudah koordinasi dalam rangka
pengembangan dan pelaksanaan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Kegiatan
yang telah dilaksanakan sampai dengan triwulan laporan meliputi:
a. Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden terkait SNKI termasuk penyusunan
Forum Koordinasi Keuangan Inklusif;
b. Pengajuan izin prakarsa kepada Sekretaris Kabinet;
c. Koordinasi dengan BKF, OJK, TNP2K secara intensif mengenai SNKI dan pelaksanaan
program keuangan inklusif; dan
d. Koordinasi dengan OJK untuk pembentukan task force keuangan inklusif.
9. Koordinasi Terkait Keuangan Inklusif
Menyadari pentingnya dukungan dari instansi dan otoritas terkait, Bank Indonesia
secara aktif berkoordinasi dan melakukan kegiatan yang melibatkan para pemangku
kepentingan terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Selain itu, Bank Indonesia
juga berpartisipasi aktif dalam fora internasional yang memiliki kesamaan tujuan untuk
memperluas akses keuangan bagi masyarakat.
a. Kegiatan dalam rangka Program Ketahanan Pangan yang dilaksanakan melalui
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwDN)
1) Program Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan kepada masyarakat yang di
28 KPwDN. Secara spesifik, sasaran pelaksanaan edukasi terdiri dari pelajar, TKI,
dan kelompok masyarakat tertentu (antara lain petani, nelayan, masyarakat di
wilayah perbatasan/di kepulauan).
2) Program Sosialisasi dan Kampanye mengenai Layanan Keuangan Digital (LKD)
dan Gerakan Indonesia Menabung yang dilaksanakan oleh 20 KPwDN. Dalam
pelaksanaannya beberapa KPwDN menyelenggarakan program ini bersamaan
56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dengan pemberian edukasi keuangan agar materi yang disampaikan kepada
masyarakat lebih komprehensif dan mencapai hasil yang optimal.
3) Program Identifikasi Potensi Daerah dalam rangka Implementasi Layanan
Keuangan Digital (LKD) yang dilaksanakan oleh 11 KPwDN. Sampai dengan
triwulan II-2014, beberapa KPwDN telah melakukan penjajakan dengan pihak
ketiga untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, diskusi dengan perbankan,
kegiatan sosialisasi dan pengumpulan data pendukung, serta identifikasi pihak
yang layak menjadi agen LKD di daerah klaster.
4) Program Penyediaan Informasi Harga Komoditas di Tingkat Produsen (disebut
juga dengan Sistem Informasi Harga bagi Petani dan Nelayan/SIPN) yang
dilaksanakan oleh 3 KPwDN. Program ini bertujuan untuk mengurangi asimetris
informasi untuk produsen sehingga dapat meningkatkan bargaining position.
b. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait, meliputi:
1) Koordinasi dengan Kanwil Kemenag Jawa Barat dalam rangka finalisasi materi/
modul/buku panduan untuk guru IPS MI dan MTs.
2) Koordinasi dengan Kemenakertrans, BNP2TKI, World Bank, ILO dan TIFA dalam
rangka penyusunan modul TKI.
3) Koordinasi dengan Bappenas, Kemensos, TNP2K, dan Perbankan dalam rangka
pembahasan usulan skema penyaluran program bantuan pemerintah kepada
masyarakat melalui LKD Individu serta dalam rangka mendukung pelaksanaan
keuangan inklusif.
4) Koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan &
Perikanan dalam rangka penyediaan informasi harga komoditas di tingkat
produsen.
3.2.4. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
Pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap perekonomian dan stabilitas
sistem keuangan, mendorong Bank Indonesia untuk turut aktif memperkuat sektor riil
dan memberdayakan UMKM. Upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan penelitian
dan pengembangan, pengembangan klaster komoditas pangan, dan kegiatan lain yang
ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas pelaku usaha.
Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan dalam rangka peningkatan akses
kredit atau pembiayaan UMKM antara lain:
1. Melakukan penelitian skema pembiayaan pertanian yang difokuskan pada 3 (tiga)
komoditas pangan yaitu beras, cabai, dan bawang merah. Penelitian ini dilatarbelakangi
masih rendahnya penyaluran kredit perbankan pada sektor pertanian, sementara di
sisi lain sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan
perekonomian nasional. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui sejauh mana
konsep value chain financing dapat diterapkan guna menghasilkan suatu model/skema
pembiayaan di sektor pertanian khususnya komoditas pangan, serta mengidentifikasi
potensi risiko yang timbul dari model pembiayaan dimaksud. Selain itu, hasil penelitian
juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi Pemerintah mengenai kebijakan
pengembangan kredit program di sektor pertanian.
Bank Indonesia
mendukung
penguatan
sektor riil dan
pengembangan
UMKM melalui
penciptaan
klaster
ketahanan
pangan dan
program
pemberdayaan
masyarakat
bekerjasama
dengan instansi
terkait baik di
pusat maupun
daerah.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
57
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
2. Melakukan evaluasi terhadap penelitian lending model yang sebelumnya telah dilakukan
oleh Bank Indonesia, dalam rangka mengidentifikasi pola pembiayaan usaha kecil.
3. Memfasilitasi pembentukan Asuransi Ternak Sapi, sebagai upaya mitigasi risiko
bagi perbankan dalam membiayai usaha ternak sapi. Keberadaan asuransi tersebut
diharapkan mendorong peningkatan pembiayaan pada usaha peternakan sapi.
Asuransi ini telah diresmikan pada tahun 2013 dengan pilot project di daerah Sleman,
DI Yogyakarta dan beberapa daerah lain seperti Boyolali dan Padang. Sampai
dengan triwulan laporan, Bank Indonesia terus melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pilot project tersebut. Selain itu, dilakukan pula risk profiling guna memberi
masukan dalam perhitungan tingkat premi asuransi ternak sapi.
4.Memfasilitasi pilot project pemeringkatan kredit untuk UKM di Jawa Tengah yang
merupakan kerja sama antara Bank Jateng dan PT. PEFINDO. Perjanjian Kerja sama
antara kedua belah pihak telah ditandatangani pada 28 Februari 2014 di Semarang.
Melalui kerja sama implementasi pemeringkatan kredit tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM di Jawa Tengah. Selain itu, Bank Indonesia
akan melakukan kajian credit rating di tingkat ASEAN mengenai “Developing an ASEAN
Benchmark for SME Credit Rating Metodology Project”, sebagai bagian dari program Japan
ASEAN Integration Fund (JAIF).
5. Melakukan kajian tentang pemetaan geografis terhadap lima sektor industri kreatif
yang berdaya saing di Indonesia. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk memberikan
gambaran secara umum mengenai industri kreatif yang dianggap memiliki daya saing
di setiap daerah atau propinsi di seluruh Indonesia. Hasil pemetaan tersebut telah
disosialisasikan kepada pemangku kepentingan pada Februari 2014. Selain itu, Bank
Indonesia juga bekerja sama dengan World Bank melakukan survei terhadap pelaku
industri kreatif dan perbankan. Survei tersebut untuk memperkuat kajian peningkatan
akses pembiayaan bagi industri kreatif di Indonesia yang difokuskan pada industri
kerajinan.
6. Dalam mendorong akses keuangan kepada UMKM, Bank Indonesia akan meningkatkan
kapabilitas UMKM dalam melakukan pencatatan keuangan usahanya. Diharapkan
dengan adanya pencatatan keuangan yang lebih memadai dan terstruktur dapat
diperoleh gambaran keuangan UMKM (financial disclosure) bagi kreditur/perbankan.
Sebagai langkah awal, telah dilakukan pilot project berupa pelatihan dan edukasi
pencatatan keuangan kepada penerima PNPM Mandiri di wilayah Semarang dengan
melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jawa Tengah dan Yogyakarta).
7. Memfasilitasi peningkatan legalisasi hak atas tanah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) untuk
dapat digunakan sebagai agunan dalam mengajukan kredit. Dalam pelaksanaannya
Bank Indonesia bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Saat ini telah
disusun Petunjuk Teknis kerja sama Sertifikasi Hak Atas Tanah UMK sebagai pedoman
bagi Kantor Perwakilan BI di daerah dalam melakukan kegiatan pemanfaatan sertifikat
tanah untuk akses kredit kepada perbankan.
Upaya pengembangan sektor riil dan UMKM juga dilakukan dengan menerapkan program
klaster. Sejalan dengan tugas menjaga kestabilan harga, Bank Indonesia mengembangkan
klaster komoditas pangan yang menjadi sumber tekanan inflasi antara lain padi, daging
sapi, daging ayam, bawang merah, dan cabai merah. Adanya klaster komoditas pangan
tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap kestabilan harga dari sisi penawaran.
58
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Program klaster komoditas yang kontributif terhadap inflasi khususnya cabai dan bawang
merah telah dikembangkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2012. Di 2014, Bank Indonesia
kembali melanjutkan program inisiatif serupa dengan target penambahan komoditas
ketahanan pangan dan perluasan wilayah klaster ketahanan pangan. Selain cabai dan
bawang merah, dilakukan penambahan komoditas klaster ketahanan pangan yaitu padi
dan sapi. Di beberapa daerah, dikembangkan komoditas klaster yang disesuaikan dengan
karakteristik kontributor inflasi di daerah tersebut diataranya ikan, kedelai, sayuran, dan
ungggas. Klaster ketahanan pangan saat ini telah dikembangkan di hampir seluruh
kantor KPwDN yaitu sebanyak 40 kantor, dengan peta sebaran klaster ketahanan pangan
sebagaimana Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Sebaran Program Pengembangan Klaster Bank Indonesia Untuk Komoditi Ketahanan Pangan Tingkat
Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Tahun 2014
Terkait dengan pelaksanaan program klaster ketahanan pangan, pada triwulan II-2014 telah
dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain identifikasi komoditas, wilayah dan stakeholders
yang akan terlibat, identifikasi kebutuhan bantuan teknis bagi klaster, penandatanganan
perjanjian kerja sama dengan stakeholders, dan pelaksanaan program bantuan teknis bagi
pelaku di dalam klaster.
Berdasarkan sebaran wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah (KPwBI), kegiatan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulawesi, Maluku & Papua)
KPwBI di wilayah I melakukan pengembangan klaster hortikultura (sayuran, cabai,
tomat dan bawang). Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan
Pemerintah Daerah, dan perjanjian kemitraan distributor sayuran dengan petani
klaster pada tanggal 14 Mei 2014 menandai dilaksanakannya pengembangan klaster
tersebut. Dalam implementasinya, telah diberikan bantuan teknis berupa pelatihan,
pendampingan, dan edukasi keuangan kepada tiga Kelompok Tani pelaku klaster.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
59
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sementara untuk fasilitasi akses penbiayaan, beberapa anggota kelompok tani telah
berhasil memperoleh pendanaan dari BPD Maluku. Selain di Ambon, klaster lain juga
dikembangkan di beberapa daerah yaitu klaster padi di Provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Konawe-Sulawesi Tenggara; klaster cabai merah di
Kabupaten Minahasa-Provinsi Sulawesi Utara; klaster sapi potong di Gorontalo; dan
klaster bawang merah di Provinsi Maluku Utara.
2. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan)
KPwBI di wilayah II mengembangkan klaster bawang merah, cabai, padi dan sapi. Terkait
hal ini, Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemangku kepentingan setempat telah
melakukan identifikasi awal klaster, pelaksanaan Focus Group Discussion, sosialisasi
program klaster, penyusunan program kerja, penandatanganan MoU, dan pelaksanaan
bantuan teknis. Selain di Banjarmasin, klaster bawang merah juga dikembangkan oleh
KPwBI Balikpapan dan KPwBI Provinsi Kalimantan Tengah. Klaster yang lain adalah
klaster sapi dikembangkan oleh KPwBI Wilayah II (Banjarmasin); klaster cabai oleh
KPwBI Wilayah II (Banjarmasin), KPwBI Provinsi Kalimantan Timur, KPwBI Balikpapan,
dan KPwBI Provinsi Kalimantan tengah; serta klaster padi yang dikembangkan oleh
KPwBI wilayah II (padi unggul) dan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat.
3. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali & Nusa Tenggara)
KpwBI di wilayah III mengembangkan klaster sapi potong di Kabupaten Karangasem,
Provinsi Bali bersinergi dengan beberapa pemangku kepentingan yaitu Pemerintah
Kabupaten Karangasem, Universitas Udayana, BPTP Provinsi Bali, dan Politeknik Negeri
Bali. Implementasi yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah studi banding
keberhasilan klaster sapi yang telah dilakukan di KPwBI Wilayah V (Semarang). Dalam
kegiatan pengembangan klaster sapi ini, Universitas Udayana dan BPTP Provinsi
Bali akan berperan dalam pendampingan penguatan untuk pengolahan pakan dan
limbah, dan dukungan teknologi tepat guna akan diberikan oleh Politeknik Negeri Bali
khususnya terkait dengan pola pencacahan pakan hijau. Selain di Bali, klaster sapi juga
dikembangkan di Provinsi NTT. Selain mengembangkan klaster sapi potong, klaster lain
yang dikembangkan adalah klaster kedelai di Provinsi NTB.
4. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)
60
Di KPwBI wilayah IV, dilakukan pengembangan klaster sapi potong yang berlokasi
di Kabupaten Tuban. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia melibatkan berbagai
pemangku kepentingan yakni Pemerintah Kabupaten Tuban, Koperasi Wahyu Mitra
Utama, dan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Diawali dengan perancangan
pola klaster sapi potong, telah dilakukan pula diseminasi kepada pemangku kepentingan
untuk menyamakan persepsi dan penggalangan komitmen.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan bantuan teknis, akan dilakukan pendampingan
manajemen pemeliharaan sapi potong dan penguatan kelembagaan koperasi
melalui perbaikan tata kelola keuangan. Pelaksanaan bantuan teknis akan bermitra
dengan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya sebagai pendamping manajemen
pemeliharaan sapi potong. Sementara penguatan kelembagaan melalui perbaikan tata
kelola keuangan koperasi akan dilakasanakan oleh konsultan dari salah satu kantor
akuntan publik. Selain klaster sapi, di wilayah lain dikembangkan klaster padi organik
yakni di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, dan
Kabupaten Ngawi; klaster padi di Kabupaten Malang dan klaster cabai di Kabupaten
Jember.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
5. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jawa Tengah & Yogyakarta)
Pengembangan klaster padi organik yang terintegrasi dengan peternakan dan
perikanan, dilaksanakan oleh KPwBI Wilayah V di Kabupaten Semarang. Kegiatan ini juga
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan yang berasal dari dinas/instansi
di tingkat provinsi yaitu Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi & UMKM, Kanwil BPN, dan BPTP. Selain
di tingkat provinsi, di tingkat kabupaten juga digalang komitmen dengan Pemerintah
Kabupaten Semarang, Perbankan (BRI Ungaran dan Bank Jateng), dan melibatkan pula
pihak swasta yaitu PT Kubota Indonesia.
Di sisi pemasaran, KPw Wilayah V telah memfasilitasi petani klaster dalam pameran
Gelar Promosi Agribisnis VI Soropadan 2014 tanggal 19-23 Juni 2014 bertempat di Agro
Wisata Soropadan, Temanggung yang dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian.
Selain itu, fasilitasi intermediasi perbankan menjadi salah satu target program ini yang
telah dibuktikan dengan terealisasinya kredit melalui skim Kredit Usaha Rakyat (KUR)
sebesar Rp200 juta kepada petani klaster dari PT BRI Ungaran, Jateng. Diharapkan akses
tersebut menjadi awal terbukanya kran pembiayaan bagi pelaku klaster yang lain.
Di wilayah V, pengembangan klaster sapi juga dilakukan di 5 (lima) kabupaten yaitu
Sleman, Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga. Selain itu, di Boyolali
dikembangkan klaster pembibitan sapi, pengembangan klaster padi di Solo, dan klaster
bawang merah di Tegal.
6. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten)
KPwBI Wilayah VI melakukan pengembangan klaster sapi potong di Kecamatan
Purabaya, Kabupaten Sukabumi bersama kelompok peternak sapi, pemda setempat,
dan akademisi. Penguatan yang telah diidentifikasi adalah berupa kebutuhan edukasi
keuangan berupa pengenalan perencanaan keuangan dan pencatatan transaksi
keuangan. Selain klaster sapi, KPwBI wilayah VI juga mengembangkan klaster bawang
merah di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Lebak-Banten, serta klaster cabai di
Kabupaten Tasikmalaya.
7. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII (Sumsel, Kepulauan Babel, Bengkulu, dan
Lampung)
Pengembangan klaster cabai oleh KPwBI Wilayah VII diawali dengan survei dan
identifikasi lokasi klaster dan Focus Group Discussion dengan Dinas Pertanian Belitung.
Komitmen tersebut ditandai dengan pelaksanaan launching dan penandatanganan
Perjanjian Kerja sama Pengembangan Klaster Cabai di Kabupaten Belitung dengan
Bupati Kabupaten Belitung serta melibatkan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura,
BPTP, dan Pemkab. Belitung. Penguatan awal dilakukan melalui pelatihan pembuatan
biopestisida dan pemanfaatan kotoran ternak dalam pembuatan pupuk organik cair,
fasilitasi studi banding produksi cabai secara organik di Lembang, pengenalan produk
perbankan (simpanan dan kredit), dan pelatihan produksi. Komoditas klaster lain yang
juga di kembangkan di wilayah ini adalah pembibitan sapi di Provinsi Lampung dan itik
talang benih di Provinsi Bengkulu.
8. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumbar, Riau, Kep. Riau & Jambi)
KPwBI Wilayah VIII mengembangkan klaster sapi dan cabai bersama pemangku
kepentingan setempat sebagai upaya meningkatkan supply kedua komoditas volatile
food di wilayah ini. Implementasi klaster sapi dilaksanakan bersinergi dengan Dinas
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
61
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Tahapan awal telah dilaksanakan Focus Group
Discussion, identifikasi lapangan peternak pembibit sapi, dan survei lanjutan untuk
melihat permasalahan dan kebutuhan kelompok pembibitan sapi. Selain di Sumatera
Barat, klaster sapi juga dikembangkan di Provinsi Jambi. Sementara untuk klater
cabai, KPwBI Wilayah VIII berkoordinasi dengan Balai Induk Benih Provinsi Sumatera
Barat dan Dinas Pertanian Provinsi dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat untuk
menetapkan pola pengembangan klaster tersebut. Klaster lain yang dikembangkan di
wilayah ini adalah klaster bawang merah di Provinsi Pekanbaru dan klaster cabai yang
dikembangkan dengan pola integrated farming dengan perikanan air tawar dan sapi di
Provinsi Kepulauan Riau.
9. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara & Aceh)
KPwBI Wilayah IX mengembangkan klaster bawang merah di Kota Medan dengan
melibatkan berbagai stakeholder yaitu Pemerintah Kota Medan dan sembilan
kelompok tani sebagai sasaran program. Kerja sama tersebut diresmikan melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Kerja sama Pengembangan Sektor
Pertanian di Wilayah Kota Medan. Selanjutnya untuk membekali ilmu petani telah
difasilitasi pelaksanaan studi banding kelompok tani ke sentra bawang di Brebes dan
Cirebon. Klaster serupa juga dikembangkan oleh KPwBI Pematang Siantar, sedangkan
di daerah lain yaitu Kabupaten Aceh Utara dikembangkan klaster padi oleh KPwBI
Lhokseumawe dan klaster sapi oleh KPwBI Provinsi Aceh.
Program pemberdayaan sektor riil dan UMKM lain yang dilaksanakan adalah program
pengembangan wirausaha Bank Indonesia tahun 2014. Aktivitas program ini difokuskan
pada peningkatan jumlah wirausaha di sektor agribisnis dan berorientasi ekspor dalam
rangka mendukung ketahanan pangan dan perbaikan struktur neraca perdagangan. Pada
triwulan II-2014, melalui ke 24 kantor pelaksananya, Bank Indonesia telah menjalin kerja
sama dengan lembaga pendamping UMKM antara lain business coach, inkubator bisnis,
dan universitas.
Penjaringan peserta program dilakukan melalui sosialisasi dan publikasi di media cetak dan
elektronik, komunitas bisnis, kementerian/dinas/pemda melalui UMKM binaannya, asosiasi
usaha terkait, universitas dan jejaring lain yang mendukung. Animo masyarakat terhadap
program wirausaha Bank Indonesia tersebut sangat besar, ditandai dengan banyaknya
peserta yang mendaftar kegiatan tersebut. Diawali dengan seleksi administrasi, peserta
yang lolos tahapan tersebut akan diundang dalam seminar untuk memberikan motivasi
kewirausahaan dan entrepreneur mindset. Proses selanjutnya adalah seleksi lanjutan antara
lain berupa wawancara, presentasi, boot camp, dan diakhiri dengan verifikasi on the spot
untuk melihat usaha mereka secara langsung, sehingga diperoleh sejumlah peserta yang
berhak untuk mendapatkan pendampingan bisnis intensif selama 6 (enam) bulan.
Upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memberdayakan UMKM mendapatkan
apresiasi yang positif dari pemangku kepentingan. Pada triwulan II-2014, indeks kepuasan
pemangku kepentingan terhadap peran Bank Indonesia dalam program pengembangan
UMKM rata-rata mencapai 5,28 (skala 6).
62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan
Guna mendukung infrastruktur sistem keuangan, Bank Indonesia mengelola Sistem
Informasi Debitur (SID). Melalui SID, lembaga keuangan dapat melakukan pengecekan data
debitur sehingga proses pemberian kredit dapat dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatian dan tercapai efisiensi penyediaan dana di industri perbankan.
Bagi Bank Indonesia, pengelolaan data perkreditan juga memiliki peranan yang penting
guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Bank Indonesia. Tugas dan fungsi tersebut
mencakup pada pelaksanaan penentuan kebijakan dan kontrol terhadap pelaksanaan
kebijakan di bidang moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran. Beberapa kebijakan
yang telah ditetapkan diantaranya adalah penentuan Probability of Default (PD), kebijakan
Loan to Value (LTV) pada kredit perumahan dan kendaraan bermotor, pembatasan jumlah
kepemilikan kartu kredit.
Pemanfaatan SID oleh lembaga keuangan
semakin meningkat dari waktu ke waktu,
baik dari sisi jumlah lembaga keuangan yang
menjadi pelapor SID dan data debitur serta
fasilitas yang dilaporkan (Grafik 3.4).
Sampai dengan triwulan II-2014, jumlah
lembaga keuangan yang tercatat sebagai
pelapor dalam SID sebanyak 119 Bank Umum,
1.307 Bank Perkreditan Rakyat, dan 25 Lembaga




Keuangan Non Bank (LKNB). Data perkreditan
yang dilaporkan secara rutin setiap bulan
oleh pelapor dari lembaga keuangan tersebut
mencapai sejumlah 79,77 juta data debitur dan
Grafik 3.4
167,17 juta rekening fasilitas. Jumlah tersebut
Pertumbuhan Debitur-Fasilitas SID
mengalami peningkatan sebesar 2,56% (qtq)
dan 11,12% (yoy) untuk data debitur dan
meningkat sebesar 3,5% (qtq) dan 14,27% (yoy) untuk jumlah rekening fasilitas (Tabel 3.1).
Tabel 3.1
Jumlah Debitur-Fasilitas dalam 1 (satu) tahun sejak TW III-2013 s.d TW-2014
Tahun
Triwulan
2013
III
Jumlah Debitur
Jumlah Rekening Fasilitas
Pengelolaan
informasi
perkreditan
terus
dioptimalkan
untuk
mendukung
fungsi
intermediasi
industri
keuangan yang
sehat.
(dalam juta)
2014
IV
I
II
73,6775,93 77,7879,77
151,49
156,54
161,51
167,16
Sejalan dengan pertumbuhan data jumlah debitur dan rekening fasilitas yang dikelola dalam
SID, terdapat pula peningkatan jumlah pemanfaatan informasi perkreditan oleh lembaga
keuangan. Peningkatan jumlah permintaan informasi perkreditan tersebut mencerminkan
tingkat pentingnya informasi perkreditan yang dikelola dalam SID bagi lembaga keuangan.
Jumlah informasi perkreditan yang dimanfaatkan oleh lembaga keuangan tercermin dari
statistik permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) yang merupakan produk utama
dari SID. Jumlah permintaan IDI pada triwulan II-2014 mencapai 10,4 juta permintaan
yang meningkat sebesar 12% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan tersebut, jumlah permintaan IDI dari lembaga keuangan meningkat sebesar 1,13
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
63
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
juta permintaan dari triwulan sebelumnya yang berkorelasi dengan adanya penambahan
jumlah debitur pada periode tersebut sebesar 1,99 juta debitur. Sedangkan untuk rekening
fasilitas mengalami peningkatan sebesar 5,65 juta rekening.
Disamping pemanfaatan informasi pekreditan oleh lembaga keuangan, terdapat beberapa
lembaga lain selain Bank Indonesia yang juga turut memanfaatkannya. Beberapa lembaga
tersebut diantaranya adalah Kementerian Keuangan, World Bank, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Menyadari pentingnya informasi perkreditan baik bagi lembaga keuangan maupun lembaga
publik, Bank Indonesia telah menyusun rencana pengembangan informasi perkreditan
dalam kerangka blueprint pengembangan Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS).
Dalam pengembangannya, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan OJK. Koordinasi
dengan Otoritas Jasa Keuangan dilakukan mengingat adanya kebutuhan terkait dengan
data perkreditan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal ini, Bank
Indonesia memerlukan data perkreditan untuk mendukung tugas dan fungsinya di bidang
Moneter, Makroprudensial, dan Sistem Pembayaran; sedangkan Otoritas Jasa Keuangan
memerlukan data tersebut untuk mendukung fungsinya di bidang Mikroprudensial.
Dalam rangka pengembangan sistem informasi, pada triwulan II-2014 Bank Indonesia
telah melaksanakan tahap awal pengembangan melalui proses Request For Information
(RFI). Dalam hal ini, koordinasi juga dilakukan dengan OJK sebagai otoritas pengawas
perbankan, antara lain dalam penyusunan spesifikasi kebutuhan pengembangan sistem
informasi perkreditan, pengadaan, pengembangan, dan implementasi sistem baru.
3.2.6. Koordinasi dan Kerja sama dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank IndonesiaOJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK
Bank Indonesia
secara reguler
berkoordinasi
dengan OJK,
baik di level
pimpinan
maupun
teknis untuk
mewujudkan
fungsi
mikroprudensial
dan
makroprudensial
yang harmonis.
Eratnya keterkaitan tugas makroprudensial yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan
tugas mikroprudensial yang menjadi kewenangan OJK, membutuhkan koordinasi dan kerja
sama diantara kedua instansi. Efektifitas kebijakan makroprudensial dalam mencegah dan
mengurangi risiko sistemik dalam sistem keuangan perlu didukung oleh kondisi perbankan
yang sehat. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia melakukan upaya-upaya
terpadu dan komprehensif dalam bentuk inisiatif yang dilaksanakan oleh Tim Task Force
dengan melibatkan berbagai satuan kerja terkait di Bank Indonesia. Hal ini sekaligus
sebagai bagian dari implementasi Naskah Keputusan Bersama antara Bank Indonesia dan
OJK yang ditandatangani pada tanggal 18 Oktober 2013.
Sampai dengan triwulan II-2014, pertemuan koordinasi Bank Indonesia-OJK dilakukan
secara rutin di level teknis dan level Pimpinan Satuan Kerja untuk tukar menukar informasi
hasil asesmen mikro-makroprudensial dan membahas isu koordinasi lainnya.
Bank Indonesia dan OJK secara bersama-sama telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan
(mekanisme Kerja) Makroprudensial-Mikroprudensial yang akan digunakan sebagai acuan
koordinasi dalam aspek antara lain pertukaran informasi hasil pengawasan layanan jasa
keuangan dan macro-surveillance, pertukaran informasi dalam rangka stance indonesia
atas isu-isu fora internasional dan pelaksanaan pemeriksaan. Selain itu, koordinasi juga
dilakukan terkait masalah Sumber Daya Manusia yang ditugaskan ke OJK serta penggunaan
kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia oleh OJK.
Terkait pertukaran data dan/atau informasi dan pengelolaan laporan, Bank Indonesia
dan OJK telah membentuk Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan.
64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sampai dengan triwulan II-2014, forum ini telah berkoordinasi untuk menyusun petunjuk
pelaksanaan bersama pertukaran informasi BI-OJK. Selain itu BI dan OJK bekerja sama
dalam proses pengembangan dan sosialisasi sistem informasi.
Bank Indonesia dan OJK juga berkoordinasi dalam bidang Sistem Pembayaran, antara lain
dalam melakukan edukasi/sosialisasi mengenai sistem pembayaran terkait perlindungan
konsumen, perizinan penyelenggara sistem pembayaran, pelaporan produk baru, dan
kerja sama serta perkembangan dan arah kebijakan ke depan.
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan serta melakukan penyempurnaan
ketentuan dalam rangka meningkatkan kelancaran, keamanan, dan efisiensi sistem
pembayaran. Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan agar penyelenggaraan sistem
pembayaran di Indonesia memperhatikan aspek perlindungan terhadap pengguna jasa
sistem pembayaran.
Selama triwulan II-2014, terkait dengan sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Perluasan wilayah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Kebijakan sistem
pembayaran
tetap diarahkan
dalam upaya
menjaga sistem
pembayaran
nasional yang
lancar, aman,
dan efisien.
Untuk menjawab kebutuhan perbankan di daerah, Bank Indonesia melakukan perluasan
SKNBI di Prabumulih-Sumatera Selatan dan Pangkalan Bun-Kalimantan Tengah. Di
Prabumulih, SKNBI diimplementasikan pada 4 April 2014 dengan peserta kliring
sebanyak 12 bank. Untuk Pangkalan Bun, implementasi SKNBI dilakukan pada 8 Mei
2014 dengan peserta kliring sebanyak 10 bank. Mengingat ketiadaan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia di kedua wilayah tersebut, penyelenggaraan SKNBI dilakukan dengan
menunjuk penyelenggara kliring lokal (PKL) non BI.
Dengan adanya perluasan wilayah dan peningkatan keikutsertaan PKL non BI,
diharapkan dapat mendukung kelancaran sistem pembayaran di wilayah yang tidak
terdapat Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Adapun jumlah PKL non BI di seluruh
wilayah Indonesia sampai akhir triwulan II-2014 tercatat sebanyak 75 PKL, sedangkan
SKNBI yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebanyak 40 PKL.
2. Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II
Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II yang merupakan infrastruktur
setelmen dana dan surat berharga, dilakukan Bank Indonesia sebagai upaya untuk
meningkatkan keandalan, keamanan dan efisiensi operasional sistem pembayaran.
Sampai dengan triwulan II-2014, pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi
II yang telah dilakukan adalah penyelesaian internal integrative test untuk menguji
proses bisnis secara keseluruhan.
Pengujian secara keseluruhan dilakukan terhadap aplikasi Sistem BI-RTGS, BI-SSSS,
BI-Electronic Trading Paltform (BI-ETP) dan sistem internal Bank Indonesia yang terkait.
Paralel dengan penyiapan infrastruktur tersebut, Bank Indonesia tengah menyiapkan
pengaturan sebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, BI-SSSS dan
BI-ETP.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
65
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3. Pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II
Pengembangan SKNBI Generasi II dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk penyelesaian transaksi keuangan melalui perluasan layanan
maupun perluasan kepesertaan. Perluasan layanan dilakukan melalui penyediaan
sarana penyelesaian untuk transaksi yang bersifat rutin dan banyak (bulk payment).
Sedangkan perluasan kepesertaan di luar bank umum dilakukan dalam rangka untuk
menjangkau masyarakat yang saat ini belum terlayani oleh perbankan. Selain itu, untuk
peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan SKNBI maka setelmen atas hasil kliring
akan dilakukan secara lebih cepat dan format data akan mengikuti standar internasional
guna mempermudah interoperability antar sistem.
Pada periode laporan, tahapan pengembangan SKNBI Generasi II dalam proses
penyelesaian aplikasi, baik di sisi penyelenggara maupun peserta. Sejalan dengan itu,
Bank Indonesia juga sedang menyiapkan ketentuan penyelenggaraan SKNBI Generasi
II dalam mendukung implementasi SKNBI Generasi II.
Implementasi SKNBI Generasi II direncanakan akan dilakukan dalam dua tahapan yaitu:
(i) tahap pertama: implementasi single transfer baik debet maupun kredit, dan (ii) tahap
kedua: implementasi multiple transfer baik kredit maupun debet. Secara keseluruhan,
SKNBI Generasi II direncanakan dapat diimplementasikan pada triwulan I tahun 2015.
4.Pengembangan National Payment Gateway (NPG)
Sampai dengan triwulan II-2014, dalam rangka penyiapan implementasi pengembangan
NPG, Bank Indonesia telah melakukan diskusi dengan industri terkait pembentukan
domestic switch kartu kredit nasional. Selain itu, telah dimulai persiapan pembentukan
domestic switch dengan pengadaan tenaga konsultan pengembangan NPG.
5. Pengembangan Kawasan Less Cash Society (LCS)
Dalam rangka pengembangan kawasan LCS, Bank Indonesia melakukan pertemuan
dengan pihak-pihak terkait. Pada periode laporan, telah dilakukan pertemuan dengan
tujuh Bank penerbit uang elektronik untuk koordinasi persiapan kegiatan LCS dan
memberikan gambaran mengenai produk uang elektronik dari masing-masing penerbit
uang elektronik.
Selain itu, juga dilakukan pertemuan dengan tiga Perusahaan Telekomunikasi (Telco)
dalam rangka implementasi kegiatan LCS di IPB Bogor. Untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan LCS tersebut, Bank Indonesia mendorong peran serta Telco
untuk memperkuat jaringan GPRS di lokasi kegiatan LCS di Jabodetabek dan sembilan
lokasi lainnya (Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makasar, Medan, Palembang,
Padang, dan Banjarmasin).
6. Perluasan Penggunaan Uang Elektronik
66
Penggunaan uang elektronik diperluas untuk mendukung program Pemerintah dalam
penyaluran bantuan sosial. Untuk itu, pada periode laporan Bank Indonesia telah
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Kementerian Sosial, Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa
Keuangan). Dalam pertemuan dibahas persiapan pelaksanaan uji coba penyaluran
bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) melalui G2P (Government to People)
dengan menggunakan uang elektronik. Adapun pelaksanaan ujicoba tersebut
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
ditargetkan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara
Timur pada September 2014.
Untuk kesiapan pelaksanaan dimaksud, Bank Indonesia saat ini telah menerbitkan PBI
terkait Uang Elektronik15. PBI tersebut merupakan perubahan atas PBI sebelumnya yang
diterbitkan dalam rangka penyelarasan dengan ketentuan transfer dana, peningkatan
keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan uang elektronik, serta peningkatan
penggunaan uang elektronik sebagai salah satu instrumen dalam layanan keuangan
digital. Selanjutnya, Bank Indonesia juga tengah menyiapkan aturan pelaksanaan PBI
Uang elektronik yaitu SE Uang Elektronik dan SE Layanan Keuangan Digital (LKD).
7. Pada periode laporan, Bank Indonesia telah membuat standardisasi chip pada kartu
ATM dan kartu ATM/Debet
Dalam rangka meningkatkan keamanan transaksi melalui kartu ATM dan kartu ATM/
Debet, Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk mewajibkan penerbit kartu ATM
untuk menggunakan standar teknologi chip. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia telah
membahas: (i) perkembangan implementasi NSICCS, (ii) kemungkinan percepatannya,
serta (iii) kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi, dengan prinsipal kartu
ATM dan kartu ATM/Debet serta lembaga sertifikasi (PT. Citra Bakti Indonesia). Dalam
pertemuan tersebut, PT. CBI menjelaskan perkembangan sertifikasi dimana terdapat
tiga vendor kartu yang telah tersertifikasi. Hal yang menjadi kendala adalah sampai
dengan saat ini belum ada vendor mesin ATM yang telah tersertifikasi sehingga penerbit
kartu ATM dan kartu ATM/Debet belum dapat melakukan uji coba secara menyeluruh.
8. Upaya Peningkatan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
Dalam upaya peningkatan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran, Bank
Indonesia telah menerbitkan Peraturan tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem
Pembayaran16. Pada periode laporan, sejalan dengan peringatan Hari Konsumen
Nasional (HKN) telah dilaksanakan kegiatan edukasi dan sosialisasi perlindungan
konsumen jasa sistem pembayaran kepada pegawai Bank Indonesia dan OJK, serta
nasabah bank di beberapa wilayah. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bekerja
sama dengan Kementerian Perdagangan dan OJK. Pelaksanaan sosialisasi oleh Bank
Indonesia ini dinilai baik dan dapat memberikan pemahaman yang memadai. Hal ini
tercermin dari penilaian survei peserta sosialisasi yang mencapai indeks 4,8 dari skala 1
s.d 6 atau melebihi target sebesar 4,5.
9. Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Dalam rangka meningkatkan keamanan, kelancaran dan efisiensi dalam
penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem
pembayaran juga melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem
pembayaran. Obyek pengawasan dalam sistem pembayaran meliputi sistem
pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun yang diselenggarakan
oleh pihak lain di luar Bank Indonesia, seperti penyelenggara APMK, uang elektronik,
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan transfer dana.
15
16
PBI No. 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas PBI No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money).
PBI No. 16/1/PBI/2014 tanggal 16 Januari 2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
67
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
Kebijakan
pengelolaan
uang diarahkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
uang rupiah
dalam jumlah
nominal yang
cukup, jenis
pecahan yang
sesuai, kondisi
yang layak
edar, dan
penyediaan
yang tepat
waktu.
Kebijakan pengelolaan uang diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i) ketersediaan
uang yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan pengolahan uang yang aman dan
optimal, serta (iii) layanan kas yang prima. Selama triwulan II-2014, implementasi kebijakan
dalam rangka mencapai pilar pertama adalah :
a. Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) tahun 2015
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan uang rupiah, setiap tahun Bank Indonesia
melakukan penyusunan EKU dengan memperhatikan berbagai variabel makro ekonomi
antara lain pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku
bunga. Dalam penyusunan tersebut, Bank Indonesia melibatkan Pemerintah sebagai
bentuk koordinasi sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang dan Nota Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan.
Penyusunan EKU akan menjadi dasar penyusunan rencana pencetakan uang dan
pengadaan bahan uang tahun 2015. Dalam rangka menyusun EKU tahun 2015, Bank
Indonesia menyelenggarakan workshop EKU tahun 2015 dengan melibatkan seluruh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang mempunyai fungsi perkasan, serta Kementerian
Keuangan.
b. Pencetakan Uang Rupiah Tahun 2014
Pada triwulan II-2014, telah direalisasikan pencetakan uang sebesar Rp48,1 triliun,
dengan komposisi uang rupiah kertas Rp47,9 triliun dan uang rupiah logam Rp215,9
miliar dalam berbagai pecahan. Jumlah realisasi pencetakan tersebut didasarkan atas
pola historis kebutuhan uang kartal masyarakat, serta kebutuhan uang menjelang
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pencetakan tersebut didasarkan perjanjian
pelaksanaan pekerjaan pencetakan uang rupiah tahun 2014 oleh Bank Indonesia dan
Perum Peruri, yang ditandatangani pada 30 Desember 2013.
c. Penyiapan Penerbitan Uang Rupiah Memenuhi Amanat Undang-undang Mata Uang
Memenuhi amanat Pasal 42 UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia
tengah menyiapkan rencana penerbitan uang rupiah pada tanggal 17 Agustus 2014.
Penyiapan tersebut dilakukan berkoordinasi dengan instansi pemerintah yaitu: (i)
Kementerian Keuangan terkait dengan jenis pecahan, desain, ukuran, gambar pahlawan
nasional dan tema uang yang akan diterbitkan, serta (ii) Kementerian Sosial maupun
Sekretariat Kabinet dalam rangka penyusunan Keputusan Presiden (Keppres) terkait
penggunaan gambar pahlawan nasional dalam desain uang rupiah kertas.
Keputusan Presiden RI terkait penggunaan gambar pahlawan nasional pada desain
uang rupiah telah ditandatangani tanggal 2 Juni 2014 yaitu dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 tentang Penetapan Gambar Pahlawan
Nasional DR. (H.C) Ir. Soekarno dan DR. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta dalam Rupiah
Kertas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya, Bank Indonesia dan Perum
Peruri telah mempersiapkan pencetakan dalam rangka pengeluaran uang rupiah emisi
baru tersebut pada tanggal 17 Agustus 2014.
d. Upaya Penanggulangan Pemalsuan Uang
68
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7Tahun 2011 tentang Mata Uang, pemberantasan
rupiah palsu dilakukan oleh pemerintah melalui suatu badan yang mengoordinasikan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
pemberantasan rupiah palsu. Badan ini terdiri dari lima unsur, yaitu Bank Indonesia,
Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, dan
Kementerian Keuangan. Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun
2012, badan tersebut resmi terbentuk dengan nama Badan Koordinasi Pemberantasan
Rupiah Palsu yang selanjutnya disebut Botasupal.
Sebagai bagian dari kelompok kerja (Pokja) koordinasi Botasupal, Bank Indonesia turut
serta dalam koordinasi teknis (Rakornis) Botasupal dalam menyusun dan melakukan
sinkronisasi kebijakan nasional pemberantasan uang palsu tahun 2014. Selain itu,
Bank Indonesia juga memberikan dukungan terhadap upaya penegakan hukum yang
dilakukan oleh Kepolisian RI.
Dukungan tersebut berupa pemberian keterangan ahli pada kasus tindak pidana
pemalsuan uang rupiah dan pemeriksaan uang palsu pada laboratorium BI-CAC (Bank
Indonesia-Counterfeit Analysis Center). Selama triwulan II-2014, Bank Indonesia telah
memberikan 10 kali keterangan ahli dalam penanganan dan persidangan tindak pidana
kasus pemalsuan uang rupiah oleh Kepolisian.
e. Edukasi publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan cara memperlakukan
uang Rupiah dengan baik.
Selama triwulan II-2014, Bank Indonesia telah melakukan 16 kegiatan sosialisasi CIKUR
dan cara memperlakukan uang rupiah dengan baik di beberapa wilayah di Indonesia,
antara lain Medan, Sibolga, Batam, Palangkaraya, dan beberapa kota di Pulau Jawa
serta di wilayah Jakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh peserta dari berbagai kelompok
masyarakat/instansi, antara lain anggota Sekjen DPR, aparat penegak hukum, guru dan
pelajar, perbankan serta masyarakat umum.
Selain itu, sebagai tindak lanjut kegiatan sosialisasi dan edukasi melalui jalur
pendidikan yang telah dirintis tahun 2013, pada triwulan laporan, Bank Indonesia telah
melakukan pencetakan Buku Panduan Guru Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah (MA)
mengenai Materi Kebanksentralan sebagai bagian dari materi pendidikan Ekonomi,
yang di dalamnya memuat materi Pengelolaan Uang Rupiah dan Ciri Keaslian Uang
Rupiah (CIKUR). Buku pedoman tersebut akan didistribusikan ke 11.683 SMA dan 3.800
MA di Indonesia pada triwulan mendatang. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia
berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selanjutnya, Bank Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan
sosialisasi bersama kepada nasabah bank, masyarakat dan pelaku usaha di berbagai
daerah. Dalam sosialisasi bersama ini, salah satu materi yang diberikan adalah CIKUR.
Kegiatan sosialisasi bersama tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014 di
Yogyakarta, dan akan terus dilanjutkan pada triwulan mendatang di beberapa daerah
lainnya, antara lain Jambi dan Semarang.
Implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar kedua adalah distribusi dan
pengolahan uang yang aman dan optimal. Pada triwulan II-2014, dilakukan kegiatan
distribusi uang ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah.
Selama triwulan II-2014, Bank Indonesia telah merealisasikan pengiriman uang rupiah
sebesar Rp57,0 triliun dalam berbagai pecahan, untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah
di wilayah Indonesia. Tingginya realisasi pengiriman uang rupiah tersebut sebagai langkah
antisipasi terhadap tingginya penarikan uang rupiah oleh perbankan dan masyarakat
menjelang Ramadhan. Dari keseluruhan pengiriman uang rupiah, sebanyak Rp46,5 triliun
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
69
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
(81,5%) didistribusikan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah. Sisanya sebesar
Rp10,5 triliun, untuk memenuhi tambahan kecukupan persediaan kas Kantor Pusat Bank
Indonesia. Angka realisasi triwulan I-2014 sebesar Rp18,7 triliun.
Guna mendukung kencaran kegiatan distribusi uang rupiah ke seluruh Indonesia, dilakukan
kerja sama dengan armada transportasi. Kerja sama dilakukan dengan PT. Kereta Api
Indonesia dan PT. PELNI untuk menyediakan armada transportasi secara reguler, berupa
kereta api dan kapal penumpang.
Implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar ketiga layanan kas prima, dilakukan
melalui kebijakan:
a. Pelaksanaan Kebijakan Operasional Perkasan
Dalam rangka memenuhi amanat UU tentang Mata Uang, Bank Indonesia terus
mendorong komitmen perbankan untuk menyediakan uang rupiah layak edar bagi
masyarakat. Upaya tersebut dilakukan melalui (i) implementasi bye laws Transaksi Uang
Kartal Antar Bank (TUKAB), dan (ii) implementasi Bank Indonesia-Sistem Informasi
Layanan Kas (BISILK).
Sebagai tindak lanjut dari implementasi bye laws TUKAB pada tahun sebelumnya, 99 bank
umum di wilayah Jabodetabek telah melakukan pertukaran uang kartal sebesar Rp18,3
triliun pada triwulan II-2014. Jumlah tersebut lebih tinggi 5,6% dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp17,3 triliun. Dengan semakin aktifnya pertukaran uang
kartal antar bank tersebut, diharapkan akan semakin mempercepat ketersediaan uang
di perbankan. Melalui mekanisme TUKAB, perbankan dapat melakukan pertukaran
uang kartal antar bank sendiri, ataupun dengan perantaraan Bank Indonesia secara
lebih cepat melalui mekanisme dropshot17.
Sejalan dengan implementasi bye laws nasional TUKAB, pada bulan April 2014 Bank
Indonesia telah mengimplementasikan sistem informasi yang mengotomasikan
kegiatan penyetoran dan penarikan uang rupiah oleh perbankan yang difasilitasi oleh
Bank Indonesia (BISILK). Melalui BISILK diharapkan: (i) kegiatan setoran dan penarikan
uang rupiah oleh perbankan akan lebih optimal, (ii) proses pengiriman/penerimaan
serta penyimpanan data kegiatan setoran/penarikan bank akan lebih aman (security),
(iii) kecepatan proses data meningkat (speed), (iv) tingkat kesalahan akan lebih
diminimalisir, serta (v) akurasi data akan lebih baik.
Implementasi BISILK dilakukan secara bertahap, yang dimulai dari otomasi penyetoran
dan penarikan uang rupiah oleh perbankan di wilayah Jabodetabek yang difasilitasi
oleh Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, implementasi BISILK dilakukan secara
paralel pada seluruh perbankan yang berada dalam 18 wilayah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia.
b. Layanan Kas Keliling
70
Kegiatan layanan kas keliling berupa penukaran uang pecahan kecil dan uang rusak/
cacat/lusuh dengan uang layak edar. Selama triwulan laporan, jumlah penukaran
masyarakat dalam kegiatan Kas Keliling oleh Bank Indonesia tercatat sebesar Rp312,3
miliar.
17
Dropshot adalah kebijakan pembayaran uang rupiah layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau
kepada bank berbeda, dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan penghitungan rinci dan
penyortiran. Pembayaran oleh Bank Indonesia kepada bank dilakukan dalam 1 kemasan plastik transparan (10 brood) yang masih utuh,
tersegel dan terdapat label bank penyetor.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dalam rangka pelayanan kas keliling di wilayah di terpencil, perbatasan dan
pulau terdepan NKRI, pada Juni 2014 Bank Indonesia mengikuti ekspedisi Bhakti
Kesejahteraan Rakyat Nusantara (Bhakesra) IV. Kegiatan ini diselenggarakan oleh
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat bekerja sama dengan TNI-AL, dengan
salah satu kegiatan pokok berupa penukaran mata uang rupiah yang sudah tidak layak
edar. Wilayah yang dikunjungi adalah Pulau Buton, Pulau Obi, Sorong dan Pulau Waisei,
Kepulauan Raja Ampat. Sejak adanya kerja sama Bank Indonesia dengan instansi
pemerintah sampai dengan bulan Juni tahun 2014, Bank Indonesia telah mengunjungi
30 wilayah terpencil, perbatasan dan pulau terdepan NKRI.
Gambar 3.2
Peta Lokasi Kas Keliling – Bhakesra 2014
c. Layanan Kas Titipan
Kegiatan layanan kas titipan dilakukan Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan
di daerah yang sulit atau belum terjangkau oleh Bank Indonesia namun memiliki
aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia membuka
dua Kas Titipan. Satu unit Kas Titipan di Pangkalan Bun - Provinsi Kalimantan Tengah,
dengan 12 bank peserta dan bank pengelola BPD Kalimantan Tengah. Satu unit lainnya
terdapat di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau dengan 13 bank peserta dan PT.
Bank Mandiri (Persero), Tbk. sebagai bank pengelola.
Sampai dengan akhir triwulan II-2014, jumlah Kas Titipan secara keseluruhan tercatat
sejumlah 27 unit, yang dikelola oleh 12 (dua belas) bank umum. Lokasi Kas Titipan
tersebar di seluruh wilayah NKRI, kecuali Pulau Jawa.
Kebijakan pengelolaan uang Bank Indonesia selain diarahkan pada pencapaian tiga pilar,
juga dilakukan melalui peran aktif Bank Indonesia dalam rangka mewajibkan penggunaan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
71
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Gambar 3.3
Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia
uang rupiah dalam setiap transaksi, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi
dengan uang, dan/atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Selama triwulan laporan, bentuk kegiatan yang telah dilakukan antara lain melalui:
a.Pelaksanaan Focus Group Discussion dan Seminar Nasional mengenai “Implementasi
UU No. 7 Tahun 2011 : Rupiah Sebagai Lambang Kedaulatan Negara dan Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Meminta instansi pemerintah, BUMN, pelaku usaha, asosiasi-asosiasi yang terlibat
dalam transaksi di pelabuhan untuk menggunakan Rupiah dalam transaksi jasa-jasa
kepelabuhan.
c. Meminta Kementerian Perhubungan sebagai regulator kepelabuhan untuk mengubah
dan menerbitkan peraturan terkait tarif jasa kepelabuhan dalam mata uang Rupiah dan
tidak diterapkan pencantuman tarif dalam mata uang asing (kuotasi).
Disamping itu, kegiatan lainnya yang mulai dilakukan pada triwulan laporan adalah :
a. Penelitian pemetaan penggunaan Rupiah pada pasar domestik;
b.Pembuatan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan Kepolisian Republik
Indonesia untuk penegakan hukum;
c. Pembuatan Nota Kesepahaman dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), (Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO), Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan
Indonesia (ASTINDO), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk
penggunaan uang rupiah dalam setiap transaksi.
Kegiatan ini masih berlangsung dengan target waktu penyelesaian pada beberapa triwulan
mendatang.
72
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BOKS
BOKS
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Kesiapan Bank Indonesia dalam Menghadapi Ramadhan
dan Idul Fitri 2014
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, tradisi untuk mudik,
menyiapkan jamuan baik itu makanan besar atau kecil, memakai baju baru dan
berbagi angpau pada hari Raya Idul Fitri, merupakan hal yang lazim di Indonesia.
Sedangkan pada masa ramadhan, pada umumnya terjadi perubahan menu
makanan untuk berbuka dan sahur, serta kebiasaan untuk melakukan buka
bersama, menjadikan kebutuhan bahan pokok semakin meningkat. Hal tersebut
menunjukkan terjadinya peningkatan transaksi di masyarakat, yang diikuti pula
dengan peningkatan kebutuhan uang tunai masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya transaksi ekonomi masyarakat pada periode
Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H (2014), kebutuhan uang (outflow) diproyeksikan
sebesar Rp118,5 triliun atau meningkat 14,9% dibandingkan dengan kebutuhan
uang periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2013 yang mencapai Rp103,2 triliun.
Selain disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan perbankan pada periode
ramadhan dan Idul Fitri 2014, peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi pula
oleh realisasi pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri pada bulan Juli 2014, masa
liburan dan kenaikan anak sekolah, serta masa libur Idul Fitri 2014 (enam hari) yang
lebih panjang dibandingkan dengan tahun sebelumnya (lima hari).
Posisi uang kartal yang diedarkan (UYD) per tanggal 27 Juni 2014 tercatat sebesar
Rp457,6 triliun. Dari posisi UYD tersebut, sebagian besar uang kartal dipegang oleh
masyarakat (Currency Outside Bank/COB) yang mencapai Rp383,5 triliun (pangsa
83,8%), selebihnya sebesar Rp74,1 triliun (pangsa 16,2%) berada di khazanah
perbankan (Cash In Vault/CIV). Dengan memperhatikan realisasi UYD Idul Fitri
beberapa tahun sebelumnya, UYD Idul Fitri 2014 diperkirakan sebesar Rp580,3
triliun atau meningkat 14,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013
yang mencapai Rp506,6 triliun.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan uang masyarakat, Bank Indonesia meningkatkan
persediaan uang di seluruh unit kerja kas di KP dan seluruh KPw DN, antara lain
dengan meningkatkan frekuensi dan kuantitas pengiriman uang. Distribusi uang,
selain menggunakan armada truk yang dimiliki oleh Bank Indonesia, dilakukan pula
melalui kerja sama dengan penyedia jasa transportasi darat (kereta api), laut (kapal
penumpang dan kapal barang), serta udara (pesawat terbang).
Selanjutnya, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan perbankan dalam
pemenuhan kebutuhan uang sebelum dan selama periode Ramadhan/Idul Fitri.
Bentuk kerja sama tersebut, antara lain dengan meminta perbankan menyampaikan
estimasi kebutuhan uang periode Ramadhan/Idul Fitri baik untuk kebutuhan
operasional (ATM, nasabah) maupun untuk modal kerja loket penukaran di
perbankan. Selain kepada perbankan, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan
pihak terkait lainnya antara lain operator jalan tol, transjakarta, kereta api, serta
Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) untuk menghimpun informasi terkait
dengan kebutuhan uang masyarakat pada periode Ramadhan/Idul Fitri tahun 2014.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
73
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pengaturan dan penjadwalan pengiriman uang dari KP ke seluruh KPw DN untuk
periode Ramadhan, telah dimulai pada awal bulan Mei 2014 s.d. menjelang Idul Fitri.
Pengiriman menjelang Idul Fitri, terutama untuk KPw DN yang berdekatan dengan
KP dan/atau mengalami lonjakan permintaan. Sedangkan pemenuhan kebutuhan
perbankan dimulai 1 (satu) minggu sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dengan
strategi tersebut, diharapkan pada awal Ramadhan perbankan telah siap untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat selama periode Ramadhan/Idul Fitri baik di
kantor pusat bank maupun di seluruh kantor cabangnya.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai yang
semakin meningkat menjelang ramadhan, kebijakan penukaran uang kepada
masyarakat akan ditingkatkan terutama dengan mengikutsertakan perbankan, baik
di KPBI maupun di KPw DN. Layanan penukaran diberikan dengan sistem paket
yang merupakan kombinasi beberapa pecahan, terdiri dari pecahan Rp20.000,
Rp10.000, Rp5.000, dan Rp2.000 masing-masing satu pak, dengan jumlah total Rp3,7
juta. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu layanan serta meminimalisir
kemungkinan dilakukannya penukaran uang secara berlebihan untuk satu pecahan.
Khusus untuk wilayah Jabodetabek, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,
layanan penukaran akan dilaksanakan antara lain sbb:
1. Sentralisasi layanan penukaran di area lapangan IRTI Monas bekerjasama dengan
13 bank yaitu: Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank DKI, BTN, BJB, BCA, CIMB Niaga, Bank
Permata, BII, Bank Mega, BNI Syariah dan Bank Muamalat. Layanan penukaran
kas di IRTI Monas oleh Bank Indonesia dimulai pada tanggal 1 Juli s.d. tanggal
25 Juli 2014, yang berlangsung dari pukul 09.00 WIB – 13.00 WIB. Sedangkan
layanan kas oleh seluruh bank peserta dan Bank Indonesia secara bersamaan,
dilakukan mulai tanggal 14 Juli 2014.
2. Kerja sama dengan Perum Pegadaian untuk menyediakan outlet layanan
penukaran uang di lokasi kantor Pengadaian. Layanan ini akan dimulai
pada tanggal 14 Juli 2014, pada 15 lokasi kantor pegadaian yaitu di Ciputat,
Tangerang, Kalideres, Kebayoran Baru, Tanjung Priok, Bekasi, Karawang, Depok,
Bogor, Jatiwaringin, Pondok Ungu - Bekasi, Kramat Jati, Kebon Nanas, Senen, dan
Pegadaian Syariah Kramat Raya.
3. Layanan penukaran kolektif baik bagi instansi Pemerintah maupun Lembaga
Negara serta instansi - instansi yang memberikan layanan publik.
Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan perluasan layanan penukaran, baik
melalui peningkatan frekuensi kas keliling di pusat-pusat kegiatan masyarakat antara
lain pasar/ITC, terminal, rest area jalan tol, stasiun kereta api, pos pemberangkatan
mudik serta landmark di daerah (Bandung: Cicadas, Leuwipanjang, dan Alun-alun
Bandung; Medan: Lapangan Merdeka).
74
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.4. Kerja sama Internasional
3.4.1. Kerja sama G-20
Sepanjang triwulan II-2014, Bank Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait
keanggotaan Indonesia dalam forum G-20. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah
menghadiri rangkaian pertemuan G-20 (tingkat Deputi, Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral). Rangkaian pertemuan G-20 tersebut merupakan kelanjutan dari rangkaian
pertemuan serupa di triwulan I-2014.
Pertemuan G-20 yang dihadiri Bank Indonesia tersebut membahas berbagai isu utama
perekonomian global terkini, khususnya upaya bersama untuk mewujudkan pertumbuhan
global yang kuat, berkesinambungan, dan seimbang. Pertemuan Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral G-20 tersebut menghasilkan suatu komunike yang mencakup
beberapa kesepakatan penting, antara lain:
a. Terkait upaya percepatan pemulihan ekonomi global: (i) menegaskan kembali komitmen
dalam menyusun strategi pertumbuhan yang komprehensif (comprehensive growth
strategies) guna mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang; (ii)
menyepakati langkah-langkah mengatasi policy gaps, mengurangi global imbalances,
dan mencapai fleksibilitas nilai tukar yang sejalan dengan peningkatan growth potential
serta mengedepankan kebijakan yang memiliki positive spillover terhadap setiap negara
dan perekonomian global secara umum.
b. Terkait upaya reformasi struktural, kebijakan difokuskan pada upaya mendorong
reformasi struktural, khususnya yang dapat meningkatkan kompetisi pasar barang dan
jasa (product and services market competition). Peningkatan kompetisi pasar bersamasama dengan liberalisasi perdagangan disertai penegakan hukum yang kuat akan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian.
c. Terkait upaya penguatan investasi dan pembangunan infrastruktur: (i) menyusun
leading practices principles dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan investasi yang
berkualitas, khususnya infrastruktur, (ii) mengkaji mekanisme yang dapat mendukung
implementasi leading practices principles tersebut, (iii) meningkatkan keterbukaan
informasi yang terkait dengan investasi, dan (iv) meningkatkan kapasitas pasar
keuangan sebagai sumber pembiayaan investasi jangka panjang untuk infrastruktur
dan UMKM.
Bank Indonesia
berpartisipasi
aktif dalam
berbagai fora
kerjasama
internasional
baik pada
tataran regional
maupun
multilateral.
Berbagai
isu strategis
dibahas
dalam fora
internasional
menyikapi
perkembangan
kondisi
perekonomian
terkini dan
upaya bersama
untuk menjaga
stabilitas
ekonomi
dan sistem
keuangan.
d. Terkait upaya pembangunan infrastruktur: (i) meningkatkan iklim investasi yang kondusif
dan keterlibatan sektor swasta dalam investasi infrastruktur PPP, (ii) melanjutkan kerja
sama dengan World Bank dan menyambut baik upaya World Bank Group meningkatkan
kapasitas pembiayaannya untuk investasi infrastruktur, serta (iii) regional development
banks dan OECD.
e. Terkait upaya mendorong stabilitas sistem keuangan global, reformasi sektor keuangan
dilakukan melalui (i) pencegahan dampak sistemik lembaga keuangan besar (too-bigto-fail problem), (ii) mengurangi ketidakpastian dalam pengaturan dan penyelesaian
masalah lembaga keuangan lintas batas, (iii) review struktur keanggotaan Financial
Stability Board (FSB) dan memastikan FSB tetap siap untuk menanggapi berbagai
tantangan yang dihadapi pada masa transisi.
f. Terkait upaya reformasi governance IMF: (i) menegaskan kembali pentingnya IMF
sebagai institusi berbasis kuota dan (ii) mendorong negara-negara anggota untuk
segera meratifikasi reformasi kuota IMF 2010. Pembahasan mengenai permasalahan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
75
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
tersebut akan dilanjutkan di 2015 apabila sampai dengan akhir 2014, ratifikasi secara
keseluruhan oleh negara anggota IMF tersebut belum tercapai.
Partisipasi aktif Bank Indonesia juga dilakukan pada pembahasan level teknis di working
group maupun berbagai rapat koordinasi antar instansi. Bank Indonesia saat ini aktif dalam
2 sub group Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI) sebagai co-chair sub group
regulation and SSB, anggota sub group SME Finance, dan Development Working Group (DWG)
khususnya mengenai financial inclusion dan remitansi. Terkait financial inclusion, Bank
Indonesia telah memberikan masukan khususnya terkait 4 area utama penyempurnaan
Financial Inclusion Action Plan (updated FIAP). Terkait strategi penguatan investasi dan
pembangunan infrastruktur, Bank Indonesia menekankan pentingnya penyusunan strategi
memperhatikan permasalahan dan kondisi domestik negara anggota serta tidak hanya
tidak hanya menitikberatkan fokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melainkan
juga kesinambungannya.
3.4.2. Kerja sama IMF
Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan Monetary and Capital Markets Department
IMF dalam bentuk pemberian bantuan Technical Assitance (TA) terkait pendalaman pasar
keuangan. Cakupan TA terdiri atas: i) diversifikasi dan pendalaman sektor keuangan,
yaitu pasar uang (rupiah dan valas) dan pasar modal (obligasi dan pasar ekuitas); ii)
pengembangan lembaga keuangan non-bank dalam rangka diversifikasi dan perluasan
basis investor dalam negeri; iii) meningkatkan kerangka peraturan untuk pengawasan
sektor keuangan dan peraturan sekuritas. Pelaksanaan TA direncanakan akan berlangung
selama periode 2013-2016.
Sebelum triwulan laporan, telah dilaksanakan TA tahap I yang menghasilkan beberapa
rekomendasi IMF dengan fokus pada Interbank Swap Market dan Interbank Repo Market.
Rekomendasi terkait Interbank Swap Market bertujuan untuk (i) pengembangan pasar
uang Rupiah, (ii) pengembangan Forex spot market, (ii) pengenalan dokumentasi standar
Interbank International Securities Dealers Association Contract (ISDA) dan Credit Support Annex
(CSA), (iii) peningkatan financial literacy, (iv) penghapusan ketentuan yang menghambat
FX hedging, dan (v) Peningkatan insentif untuk corporate hedging. Sedangkan rekomendasi
terkait Interbank Repo Market bertujuan untuk (i) review lebih lanjut aspek hukum dari
master repo arrangements and repos, (ii) pendekatan untuk mengatasi kompleksitas dari
operasional transaksi repo, (iii) perbaikan penentuan harga repo, dan (iv) peningkatan
insentif guna mendorong pelaku pasar masuk ke pasar repo.
Pelaksanaan TA pada triwulan II-2014 dilanjutkan dengan tahap II, yaitu pendalaman analisa
dan rekomendasi yang telah disampaikan sebelumnya pada tahap I, antara lain mengkaji
ketentuan, menyusun beberapa peraturan hukum dan perubahan operasional pada pasar
swap dan repo, serta melaksanakan peningkatan financial literacy.
3.4.3. Kerja sama ASEAN
Kerja sama di ASEAN terus dikembangkan dengan fokus utama Bank Indonesia meliputi
integrasi sektor perbankan, sektor keuangan, dan pengembangan sistem pembayaran di
wilayah ASEAN. Pada triwulan II-2014, proses integrasi sektor keuangan ASEAN khususnya
perbankan tengah dibahas dalam Task Force on ASEAN Banking Integration Framework
(ABIF) dengan Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia sebagai co-chairs. Dalam
76
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
pembahasan integrasi sektor perbankan ASEAN, telah disepakati asas resiprokal sebagai
salah satu prinsip dasar. Negara-negara yang telah memiliki akses pasar perbankan di
Indonesia diharapkan dapat membuka akses pasar yang setara dan timbal balik (resiprokal)
kepada perbankan Indonesia. Adapun persyaratan bank-bank yang dapat beroperasi
di ASEAN harus memenuhi kriteria Qualified ASEAN Bank (QAB) yang ditetapkan dalam
Pedoman ABIF.
Selain agenda integrasi sektor perbankan, ASEAN juga memiliki agenda integrasi sektor
jasa keuangan. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia bersama-sama dengan Kementerian
Keuangan dan OJK secara intensif membahas Protokol ASEAN Framework Agreement on
Services (AFAS) Paket ke-6 dalam forum teknis Working Committee on Financial Services
Liberalisation (WC-FSL).
3.4.4. Kerja sama EMEAP
EMEAP merupakan forum kerja sama antar bank sentral dan otoritas moneter di wilayah
Asia Timur dan Pasifik, yang bertujuan untuk memperkuat hubungan kerja sama dan
koordinasi antar negara anggota. Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia berpartisipasi aktif
dalam pertemuan level Gubernur dan Deputi Gubernur EMEAP bersama dengan sepuluh
bank sentral dan otoritas moneter lainnya. Dalam pertemuan tersebut membahas: (i)
perkembangan dan outlook perekonomian global ditengah ketidakpastian normalisasi
kebijakan bank-bank sentral utama negara maju, (ii) risiko yang masih menjadi tantangan
berat bagi kebijakan moneter di negara-negara anggota EMEAP, dan (iii) perlunya reformasi
struktural untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Dalam upaya pencegahan dan penanganan krisis, EMEAP telah mempersiapkan Crisis
Management and Resolution Framework (CMRF). Dengan CMRF, bank-bank sentral anggota
EMEAP memiliki mekanisme koordinasi dan kerangka kebijakan yang harmonis sehingga
pencegahan krisis melalui kerja sama regional dapat dilakukan secara lebih efektif. Pada
triwulan laporan, EMEAP telah melakukan simulasi eskalasi informasi krisis diantara negaranegara anggota.
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
3.5.1. Komunikasi Kebijakan
Bank Indonesia melakukan berbagai program komunikasi khususnya transparansi kebijakan
dan pelaksanaan tugasnya kepada publik. Pelaksanaan komunikasi di Bank Indonesia
berpedoman pada prinsip komunikasi RACE (Research, Action Plan, Communication, dan
Evaluation). Setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan selalu mengedepankan riset dan
perencanaan. Evaluasi juga selalu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
komunikasi kedepan. Komunikasi kebijakan dilakukan secara bertahap dan terencana,
mulai dari pre-launching, launching, sampai dengan post launching kebijakan.
Pada triwulan II-2014, komunikasi kebijakan sektor moneter umumnya dilakukan dalam
rangka pendalaman pasar keuangan dan kebijakan suku bunga (BI Rate). Dari sisi kebijakan
suku bunga, Bank Indonesia selama triwulan II-2014 tetap mempertahankan suku bunga
pada level 7,5%. Kebijakan ini masih sesuai dengan arah kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia yaitu dalam rangka mengarahkan inflasi ke kisaran 4,5±1% di tahun 2014 dan
3,5±1% di tahun 2015. Kebijakan ini juga masih sejalan dalam rangka mengendalikan
defisit transaksi berjalan.
Komunikasi
kepada
stakeholders
merupakan
salah satu
instrumen
kebijakan yang
ditujukan untuk
mendukung
efektivitas
pelaksanaan
kebijakan Bank
Indonesia.
Berbagai
program
komunikasi
kebijakan
dilakukan untuk
meningkatkan
pemahaman
publik dan
mengelola
ekspektasi
stakeholders.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
77
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sebagai bentuk publikasi rutin tahunan, Bank Indonesia meluncurkan Buku Laporan
Perekonomian Indonesia (LPI) 2013 dengan tema “Menjaga Stabilitas, Mendorong Reformasi
Struktural untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Selain memaparkan berbagai
dinamika ekonomi dan respons kebijakan yang ditempuh, LPI juga menyampaikan
rekomendasi penguatan kebijakan dalam meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia
ke depan, yaitu (i) menjaga disiplin dan komitmen kebijakan makroekonomi, baik fiskal
maupun moneter, dalam mengarahkan ekonomi ke arah pertumbuhan yang lebih
berkelanjutan, (ii) memperkuat integrasi dan interaksi berbagai kebijakan dalam merespon
tantangan yang semakin kompleks, (iii) meningkatkan ketahanan sistem keuangan untuk
menopang tetap terkendalinya penyesuaian ekonomi (economic adjustment), dan (iv)
mendorong reformasi struktural yang dapat meningkatkan kapabilitas industri sehingga
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi lebih kuat tanpa dibarengi kenaikan defisit
transaksi berjalan dan peningkatan tekanan inflasi.
Dari sisi pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia melakukan peresmian Indonesia
Foreign Exchange Market Committee (FEMC) atau Komite Pasar Valuta Asing oleh Gubernur
Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, Ketua Perbanas, dan Ketua Komite Pasar
Valuta Asing. Komite Indonesia FEMC akan bertanggung jawab memberikan masukan yang
konstruktif dalam penyusunan atau penyesuaian berbagai peraturan yang diterbitkan Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Untuk menegaskan peranannya, Indonesia FEMC
juga menyerahkan secara simbolis Market Code of Conduct (CoC) kepada Gubernur Bank
Indonesia dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan. CoC ini merupakan wujud kesepakatan para
pelaku pasar kepada otoritas untuk turut serta membangun pasar keuangan Indonesia yang
kredibel, resilien, terjaga stabilitasnya, terus berkembang dan kondusif untuk mendukung
pembangunan ekonomi nasional, serta mampu bersaing di pasar internasional.
Dalam rangka pelaksanaan komunikasi kebijakan di bidang stabilitas sistem keuangan,
Bank Indonesia meluncurkan Buku Laporan Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) semester
I-2014. KSK merupakan salah satu publikasi Bank Indonesia yang disusun sebagai bagian
dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan
makroprudensial. Tujuan pelaporan tersebut adalah untuk (i) meningkatkan wawasan
masyarakat dalam memahami stabilitas sistem keuangan, (ii) mengkaji risiko-risiko
finansial terhadap stabilitas sistem keuangan, (iii) menganalisa perkembangan dan
permasalahan dalam sistem keuangan, dan, (iv) merekomendasikan kebijakan untuk
mendorong dan memelihara sistem keuangan yang stabil. Dalam buku tersebut, Bank
Indonesia menggarisbawahi arah kebijakan makroprudensial 2014 yang difokuskan pada
langkah-langkah untuk memitigasi risiko sistemik termasuk transmisinya dari risiko kredit,
risiko likuiditas, dan risiko pasar melalui penguatan asesmen dan surveillance, penguatan
koordinasi BI-OJK, penguatan akses keuangan kelompok usaha dan masyarakat kecilmenengah, serta peningkatan likuiditas pasar melalui pendalaman pasar. Kegiatan
asesmen dan surveillance menjadi salah satu early warning tools dalam memitigasi potensi
terjadinya risiko sistemik di sistem keuangan.
Sementara itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para Hakim mengenai
isu-isu spesifik di bidang kebanksentralan dan sektor jasa keuangan, Bank Indonesia
menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai Kerja sama Pelatihan Hakim di
Bidang Kebanksentralan dan Sektor Jasa Keuangan dengan Mahkamah Agung dan Otoritas
Jasa Keuangan, sekaligus memulai pelaksanaan pelatihan hakim tahun 2014. Pelatihan ini
dimaksudkan agar dapat membantu para Hakim dalam menangani berbagai tindak pidana
di sektor keuangan yang masih kerap terjadi. Kegiatan pelatihan ini akan dilakukan secara
reguler dengan target para Hakim yang bertugas di seluruh Indonesia.
78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Di sisi sistem pembayaran, pada triwulan laporan Bank Indonesia menyelenggarakan
Seminar Nasional dengan tema “Rupiah Sebagai Lambang Kedaulatan Bangsa dan
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Seminar Nasional
ini merupakan upaya bersama otoritas, pelaku usaha maupun penegak hukum untuk
mendorong penggunaan Rupiah di pasar domestik demi menegakkan Rupiah sebagai
lambang kedaulatan bangsa.
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan
Dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang ilmu
kebanksentralan, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan pengajaran kebanksentralan.
Untuk memperluas area yang dijangkau, Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan
kalangan akademisi di seluruh Indonesia, khususnya perguruan tinggi. Selain itu, Bank
Indonesia juga mengembangkan matakuliah kebanksentralan dan memberikan bantuan
dana penelitian terkait topik kebanksentralan.
Selama triwulan II-2014, Bank Indonesia telah mengirimkan tenaga pengajar
kebanksentralan sebagai dosen tamu ke 29 perguruan tinggi di berbagai wilayah Indonesia
yang sudah memiliki Nota Kesepahaman (MoU). Guna mempererat hubungan dengan
akademisi, Bank Indonesia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi yang memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia untuk melaksanakan
kegiatan magang. Peserta magang diharapkan dapat memperoleh pengalaman khususnya
dalam melakukan penelitian di bidang kebanksentralan. Sampai dengan triwulan II-2014,
terdapat 6 mahasiswa yang melakukan magang sebagai asisten peneliti di Bank Indonesia.
Lebih lanjut, Bank Indonesia secara rutin menyelenggarakan Lokakarya Kebanksentralan
kepada guru SMA/SMK di berbagai wilayah Indonesia. Pada triwulan II-2014, lokakarya
kebanksentralan telah diselenggarakan sebanyak 4 kali, yaitu di Singaraja, Banda Aceh,
Labuan Bajo dan Pangkalpinang. Melalui penyelenggaraan lokakakarya ini, diharapkan
para guru SMA/SMK dapat meneruskan pemahaman mengenai kebanksentralan kepada
lingkungannya sehingga masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang
kebanksentralan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan edukasi kepada masyarakat diluar lingkungan perguruan tinggi antara lain (i)
Training of Trainers (TOT) kepada kalangan pemandu museum di wilayah Jakarta, (ii) Edukasi
Keuangan Inklusif, (3) Edukasi kebanksentralan kepada kalangan SMA/SMK Jabodetabek
dalam program Museum Goes to School, dan (iv) pengajaran kepada publik yang melakukan
kunjungan ke Bank Indonesia.
Selain kalangan akademisi dan masyarakat umum, Bank Indonesia juga melaksanakan
program edukasi kepada kalangan profesional dalam bentuk seminar, forum diskusi, dan
kursus. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut menghadirkan pembicara/narasumber dan
pengajar dari kalangan akademisi, praktisi, dan tokoh/pengamat politik dan ekonomi yang
mumpuni di bidangnya. Para profesional yang mengikuti kegiatan ini juga berasal dari
berbagai institusi di Indonesia dan manca negara.
Pada triwulan II tahun 2014, Bank Indonesia telah melakukan kegiatan Round Table
Discussion (RTD) sebanyak 3 kali di Jakarta dengan topik (i) Indonesia 2014, Ekonomi dan
Politik, (ii) Islamic Private Equity: The Emerging Product With Tremendous Potential, bekerja
sama dengan Bank Negara Malaysia (BNM), serta (iii) Ekonomi dan Politik: Peran Leadership
Terhadap Pembangunan Ekonomi Nasional, bekerja sama dengan Lemhanas. Selain
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
79
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
itu, Bank Indonesia juga menyelenggarakan kegiatan seminar nasional di Jakarta yang
mengusung tema “Arah Baru Indonesia: Leadership Menuju Kemapanan Ekonomi Nasional
dan Regional.”
Lebih lanjut, Bank Indonesia bekerja sama dengan Center for Central Banking Studies,
Bank of England, juga telah menyelenggarakan kegiatan Bank Indonesia Central Banking
Courses (BI-CBC) sebagai program edukasi kepada profesional di Indonesia dan manca
negara. Topik-topik yang dibawakan yaitu (i) Financial Programming and Policies (FPP) dan
(ii) Forecasting in Central Banks. FPP adalah program yang dirancang oleh IMF’s Institute for
Capacity Development yang bertujuan untuk meningkatkan capacity building pelaksana
di bidang analisis ekonomi makro dalam rangka pengambilan kebijakan perekonomian
dengan penguatan hubungan antara empat sektor ekonomi utama yakni sektor riil dan
harga, sektor fiskal, sektor moneter, dan sektor eksternal.
3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan Lembaga Internasional
Investor Relations Unit (IRU) Bank Indonesia berfungsi sebagai single point of contact
di Bank Indonesia bagi stakeholders internasional. IRU telah melaksanakan berbagai
program komunikasi kepada stakeholders utama, yakni investor dan opinion leaders yang
berpengaruh dalam menentukan persepsi mengenai Indonesia, antara lain lembaga
pemeringkat, lembaga multilateral, think tank dan akademisi internasional.
Sebagai koordinator upaya peningkatan sovereign credit rating Indonesia, IRU melakukan
strategi komunikasi yang aktif kepada lembaga pemeringkat (rating agencies). Komunikasi
yang aktif dan fasilitasi pelaksanaan annual visit Standard&Poor’s (S&P) oleh IRU pada
tanggal 17-20 Maret 2014 telah menghasilkan afirmasi atas long-term foreign currency
rating Indonesia pada level BB+ dan outlook stable pada tanggal 28 April 2014. Dengan
afirmasi rating ini, Indonesia masih berada pada posisi 1 notch di bawah investment grade
berdasarkan S&P.
Sebagai salah satu sarana diseminasi kepada investor atas berbagai kebijakan dan
perkembangan terkini perekonomian Indonesia, pada triwulan II-2014 IRU telah
menyelenggarakan investor conference call dengan tema Indonesia Recent Economic
Development and Monetary Policy Update, May 2014. Pembicara dalam conference call
tersebut adalah Anggota Dewan Gubernur, Kepala Pusat Kebijakan APBN – Badan Kebijakan
Fiskal Kementerian Keuangan, dan Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jendral
Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan. Keberadaan otoritas perekonomian Indonesia
untuk memberikan klarifikasi dan penegasan atas kondisi perekonomian terkini sangat
efektif untuk meningkatkan market confidence terhadap upaya stabilisasi perekonomian
Indonesia ditengah berbagai risiko baik domestik maupun eksternal.
IRU juga melakukan kegiatan investor briefing untuk menyampaikan update kondisi
perekonomian Indonesia sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan
investasi investor. Selama triwulan II-2014, kegiatan tersebut memperoleh animo yang
tinggi, tercermin dari permintaan briefing dari investor sebanyak 8 kali, diantaranya dari 2
investor utama, 1 investor baru atau yang belum pernah melakukan kunjungan sebelumnya,
dan 1 opinion maker. Selain menjadi sarana untuk mendiseminasikan informasi mengenai
80
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
perkembangan perekonomian Indonesia terkini, kegiatan ini juga digunakan sebagai
sarana tukar menukar informasi sehingga diharapkan Bank Indonesia mendapat masukan
yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan.
Koordinasi dengan Investor Relations (IR) perbankan dan korporasi juga dilakukan melalui
pelaksanaan Forum Koordinasi Investor Relations Bank Dan Korporasi 2014. Forum
Koordinasi ini bertujuan untuk memberikan update perkembangan kondisi makroekonomi
dari sisi fiskal dan moneter, sekaligus meningkatkan rating awareness. Dalam forum tersebut
diperoleh pula feedback dari bank dan korporasi sebagai masukan bagi penyelarasan
strategi komunikasi IRU secara umum.
Dengan memperhatikan kondisi pasar yang kondusif, Pemerintah melakukan penerbitan
surat utang pertama Pemerintah Republik Indonesia dalam denominasi Euro. Dalam
rangka penerbitan Euro Bond tahun 2014 dimaksud, pada triwulan laporan IRU bersamasama dengan Kementerian Keuangan melaksanakan Non Deal Roadshow di sejumlah kota
di Eropa. Kegiatan tersebut menarik minat investor yang tinggi sebagaimana tercermin
dari jumlah investor yang ditemui baik secara one-on-one maupun group meeting, yaitu
lebih dari 35 investor. Penawaran yang masuk mengalami oversubscribed sebesar 6.7 kali.
Dengan tingkat kupon 2.875% dan yield 2.976%, Pemerintah berhasil menghimpun dana
sebesar EUR1 miliar dengan tenor 7 tahun. Berdasarkan jenis investor, alokasi surat utang
sbb: Fund Manager (65%), Banks (15%), Central Banks (12%), Dana Pensiun/Asuransi (8%).
Sementara itu, berdasarkan wilayah, alokasi adalah sbb: Asia (24%), UK (24%), Jerman/
Austria (19%), US (18%), Switzerland (4%), Lainnya (11%).
Upaya peningkatan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia didukung pula
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Luar Negeri (KPwLN) melalui pelaksanaan
kegiatan hubungan investor, khususnya dengan lembaga rating dan investor utama. Pada
triwulan II-2014, KPwLN New York telah memfasilitasi pertemuan high level dengan S&P dan
Moody’s di sela pertemuan IMF/World Bank Spring Meeting 2014. KPwLN New York menjadi
narasumber pada Indonesia Investment and Trade Day dalam rangka mempromosikan
potensi Indonesia sebagai tujuan investasi dan mitra perdagangan bagi kalangan dunia
usaha di Kanada. Disamping itu, KPwLN London juga telah melakukan pertemuan
dengan investor Eropa dalam Joint Conference yang diselenggarakan oleh Bursa Efek
Indonesia bekerja sama dengan Macquaire Bank. Sementara itu, KPwLN Singapura telah
melakukan pertemuan dengan salah satu investor utama obligasi RI. Pertemuan dengan
lembaga rating dan investor utama tersebut dilakukan untuk membangun hubungan
baik dan menjaga persepsi positif terhadap ekonomi Indonesia, serta menjawab concerns
terkait perekonomian Indonesia dan memperoleh feedback. Adapun key messages yang
disampaikan oleh KPwLN pada umumnya ditekankan pada beberapa topik yang menjadi
isu strategis selama triwulan II-2014, antara lain:
- Kebijakan ekonomi Indonesia yang difokuskan pada pencapaian stabilitas (stabilization
over growth) di tengah tantangan eksternal dan domestik. Bauran kebijakan yang
ditempuh baik oleh Bank Indonesia maupun Pemerintah terutama dilakukan untuk
mengendalikan inflasi dan defisit current account serta memitigasi dampak lebih lanjut
dari gejolak perekonomian global.
- Upaya pendalaman pasar keuangan khususnya pasar uang yang ditempuh oleh BI
sebagai bagian dari reformasi struktural dan ditujukan antara lain agar pasar keuangan
Indonesia lebih resilient.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
81
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
- Pelaksanaan Pemilu tidak akan mengubah kebijakan ekonomi Indonesia secara drastis.
Konsistensi kebijakan ekonomi tersebut telah terbukti dalam pelaksanaan beberapa
pemilu sebelumnya yang berjalan dengan lancar dan tidak diikuti dengan perubahan
kebijakan ekonomi secara radikal.
Dalam rangka melakukan diseminasi informasi kepada stakeholders eksternal, IRU
senantiasa melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala
melalui website IRU Bank Indonesia.
82
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV
Manajemen Intern Bank Indonesia
Dalam rangka mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia
yang berlandaskan tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan II-2014, Bank Indonesia
melaksanakan berbagai kegiatan strategic support yang berpegang pada prinsip-prinsip
akuntabilitas dan transparansi kepada publik.
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja
Pencapaian
Bank Indonesia
di bidang
stabilitas
moneter masih
diwarnai
dengan kondisi
pemulihan
ekonomi global
sehingga
menghadapi
tantangan
dalam
pencapaiannya.
Menindaklanjuti arah dan kebijakan Bank Indonesia 2014 yang telah ditetapkan oleh Dewan
Gubernur, seluruh satuan kerja di Bank Indonesia melaksanakan strategi sesuai kewenangan
dan target kinerja yang telah disepakati. Sesuai siklus Perencanaan, Anggaran, dan
Manajemen Kinerja Bank Indonesia, pada triwulan II-2014 dilakukan proses pengendalian
strategis melalui evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian strategi dalam pertemuan
progress review kinerja secara berkala, baik untuk pencapaian keseluruhan strategi BI
maupun masing-masing satuan kerja. Selain itu, proses pengendalian dalam manajemen
strategis juga didukung evaluasi berkala lainnya antara lain dalam bentuk pertemuan
antara Dewan Gubernur dengan seluruh pemimpin satuan kerja (management meeting).
Evaluasi terhadap pelaksanaan strategi dan pencapaian kinerja Bank Indonesia dilakukan
melalui pengukuran pencapaian IKU. Evaluasi dilakukan untuk monitoring dan masukan
untuk memastikan pencapaian target-target yang diharapkan sampai akhir tahun nanti.
Pencapaian IKU Bank Indonesia untuk periode triwulan II-2014 sebagaimana pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia Posisi Juni 2014
No.
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Target
1 Stabilitas nilai Rupiah
IKU 1 Tingkat inflasi (IHK) yoy
4,5% ± 1%
2 Kondisi moneter stabil
IKU 2 Efektivitas transmisi kebijakan moneter*
Efektif
IKU 3 Rata-rata volatilitas nilai tukar Rp/USD
Angka tertentu
IKU 4 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan moneter**
≥4,5 (skala1-6) 3 Sistem keuangan stabil
IKU 5 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK)
≤ 2,00
IKU 6 Tingkat keyakinan terhadap kredibilitas kebijakan makroprudensial**
≥4,5
4 Sistem Pembayaran lancar, aman,
dan efisien
IKU 7 Tingkat kehandalan sistem pembayaran BI (RTGS, SSSS, SKN): 100%
• Tingkat kehandalan sistem pembayaran BI (RTGS, SSSS, SKN)
≥ 99,95%
• % Downtime layanan aplikasi kritikal SP dan infrastruktur pendukung**
100%
IKU 8 Peningkatan transaksi SP retail (APMK dan uang elektronik)
Q2: 1xPDB
IKU 9 Tingkat ketersediaan dan kualitas uang layak edar**
Q-2: 50%
• Tingkat soil level
Minimal 6
• Terpenuhinya permintaan jumlah dan pecahan ULE oleh perbankan
100%
• Pembukaan kas titipan baru
2
Pencapaian s.d
Juni 2014
6,70%
Efektif
11%
4,83
0,78
(skala1-6)
4,84
72,03%
100%
44%
1,48
49%
4,5
100%
2
* Pengukuran melalui 4 jalur transmisi kebijakan moneter yaitu suku bunga, nilai tukar, likuiditas dan ekspektasi inflasi
** Pengukuran dilakukan oleh lembaga surveyi independen yang ditunjuk oleh Bank Indonesia
Sampai dengan posisi akhir Juni 2014, pencapaian di bidang stabilitas moneter dan sistem
keuangan, pelaksanaan tugas Bank Indonesia masih diwarnai dengan kondisi pemulihan
ekonomi global sehingga menghadapi tantangan dalam pencapaiannya. Penguatan
framework bauran kebijakan, koordinasi dengan lembaga terkait, dan komunikasi kebijakan
tetap menjadi fokus penguatan untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia ke
depan.
Untuk mengakselarasi pencapaian sasaran strategis dan IKU BI 2014, Dewan Gubernur
Bank Indonesia juga telah menetapkan 12 Program Kerja Inisiatif (PK Inisiatif ) yang
menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Pelaksanaan PK Inisiatif dengan koordinasi intensif
antar satuan kerja mengacu pada Initiative Charter yang memuat kegiatan utama dan
target deliverable yang harus dicapai. Perkembangan pelaksanaan inisiatif sampai dengan
triwulan II-2014 secara umum sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dijadwalkan.
84
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Bidang Moneter:
Di bidang moneter dilaksanakan dua inisiatif, yakni:
1. Inisiatif No. 1. Memperkuat kerangka kerja bauran kebijakan Bank Indonesia yang
mengintegrasikan kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran untuk
mendukung tercapainya sasaran inflasi nasional.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan
penawaran. Hingga triwulan II-2014, telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain
penyusunan draf ketentuan mengenai kerangka kebijakan utama Bank Indonesia yang
akan menjadi acuan implementasi kerangka kerja bauran kebijakan, penyusunan kajian
term structure suku bunga sebagai sasaran operasi moneter, pedoman pembentukan
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan kajian rekomendasi program ketahanan
pangan dalam rangka pengendalian inflasi.
2. Inisiatif No. 2. Mengoptimalkan strategi pengelolaan nilai tukar yang mencerminkan
kondisi fundamental untuk mendukung ketahanan eksternal.
Tujuan utama inisiatif ini adalah untuk mewujudkan stabilitas nilai tukar yang
sesuai dengan keseimbangan internal dan eksternal. Hingga triwulan II-2014, telah
dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain kajian penyempurnaan penentuan nilai
tukar, kajian mekanisme pembantukan nilai tukar yang konvergen, dan monitoring
rata-rata transaksi harian, rasio volume transaksi spot foreign exchange terhadap PDB
dan volume perdagangan.
Bidang Stabilitas Sistem Keuangan:
Di bidang stabilitas sistem keuangan dilaksanakan tiga inisiatif, yaitu:
3. Inisiatif No. 3. Memperkuat strategi mewujudkan pasar keuangan yang dalam dan
efisien untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan dan pembiayaan sektor
produktif.
Inisiatif ini bertujuan mendorong terwujudnya pasar keuangan yang dalam dan
efisien melalui kebijakan yang dapat menciptakan instrumen pasar keuangan baru
dalam mendukung pembiayaan sektor produktif. Sampai dengan triwulan II-2014,
telah dilakukan beberapa kegiatan antara lain penerbitan code of market conduct serta
sosialisasinya, dan penyelesaian beberapa draf ketentuan dan rencana pengaturan.
4. Inisiatif No. 4. Memperkuat dan mendorong Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) termasuk
mewujudkan makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi,
dan efisiensi sistem keuangan nasional.
Inisiatif ini bertujuan memperkuat dan mendorong SSK termasuk mewujudkan
makroprudensial yang efektif dalam menjaga ketahanan, intermediasi, dan efisiensi
sistem keuangan nasional. Sampai dengan triwulan II-2014, telah dilaksanakan
penyusunan draft handbook pengawasan makroprudensial, penyusunan PBI pengaturan
dan pengawasan makroprudensial, serta pengembangan database makroprudensial
dan Network Attached Storage (NAS).
5. Inisiatif No. 5. Memperkuat sinergi dan kolaborasi BI dengan pihak terkait dalam rangka
mengembangkan sektor riil, UMKM, dan akses keuangan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
85
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Inisiatif ini bertujuan mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis.
Sampai dengan triwulan II-2014, telah disusun rancangan database sistem informasi
perkembangan klaster ketahanan pangan, penetapan wilayah/komoditas klaster
ketahanan pangan, profiling lembaga pendamping program wirausaha, rencana
pelaksanaan sosialisasi dan edukasi mengenai keuangan, TabunganKU dan Basic Saving
Account, penjajakan potensi daerah untuk implementasi Layanan Keuangan Digital
(LKD), serta penyiapan penyusunan sistem informasi keuangan inklusif (Modul Financial
Identification Number dan LKD).
Bidang sistem pembayaran:
Di bidang sistem pembayaran dilaksanakan dua inisiatif, sebagai berikut:
6 Inisiatif No. 6 Meningkatkan efisiensi transaksi perekonomian melalui implementasi
Gerbang Pembayaranan Nasional (GPN) dan perluasan penggunaan instrumen non
tunai.
Inisiatif ini bertujuan mendorong inovasi pembayaran ritel melalui fasilitasi penggunaan
uang elektronik dan meningkatkan efisiensi industri pembayaran ritel di Indonesia.
Sampai dengan triwulan II-2014, telah dilakukan beberapa kegiatan yaitu penetapan
wilayah uji coba di 38 desa oleh bank penerbit uang elektronik, penyusunan logo
dan materi edukasi uang elektronik, penetapan kawasan UI Depok, IPB Bogor, dan
Universitas Sumatera Utara sebagai lokasi implementasi LCS.
7. Inisiatif No. 7. Meningkatkan ketersedian uang layak edar (ULE).
Inisiatif ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan uang rupiah yang berkualitas baik
dalam jumlah yang cukup dan denominasi yang sesuai kebutuhan. Kegiatan utama
inisiatif dilakukan dalam bentuk pembangunan Sentra Pengelolaan Uang (SPU).
Sampai dengan triwulan II-2014, telah dilakukan profiling konsultan cash centre dan
penyampaian usulan pemilihan lokasi SPU dan DKU.
Bidang manajemen intern :
Di bidang manajemen intern dilaksanakan lima inisiatif, yakni:
8. Inisiatif No. 8. Strategi penguatan manajemen keuangan dan pengendalian anggaran
yang mendukung kinerja BI melalui pengembangan Sistem Keuangan Bank Indonesia
(SKBI).
Tujuan inisiatif ini adalah menyempurnakan SKBI melalui pengembangan aplikasi yang
terintegrasi. Kegiatan sampai dengan triwulan II-2014 antara lain penyusunan jadwal
penyelesaian SKBI.
9. Inisiatif No. 9. Mengembangkan organisasi dan menerapkan sistem Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) yang efektif dan efisien, serta kultur baru BI.
86
Tujuan inisiatif ini adalah penyempurnaan sistem MSDM, pemenuhan kebutuhan SDM
secara kuantitas dan kualitas, serta perilaku pegawai yang selaras dengan nilai-nilai
strategis. Sampai dengan triwulan II-2014, telah disusun desain awal penyempurnaan
organisasi dan manajemen sumber daya manusia yang akan disesuaikan dengan
Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
10.Inisiatif No. 10. Membangun persepsi positif BI di dalam dan luar negeri.
Tujuan inisiatif ini adalah memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi
positif terhadap Bank Indonesia. Sampai dengan triwulan II-2014, telah dilakukan
penyempurnaan program komunikasi isu kritikal BI, laporan kajian strategi komunikasi
hubungan investor 2014, draf awal kerangka kebijakan internasional BI, aliansi strategis
dengan mitra dialog melalui side meeting dengan bank sentral negara lain dalam
pertemuan G-20, penyusunan possible intervention point pada fora internasional, dan
perancangan ruang visitor center di Kantor Pusat.
11.Inisiatif No. 11. Memantapkan koordinasi dan kerja sama dalam rangka pelaksanaan
tugas Bank Indonesia-Otoritas Jasa keuangan (OJK) pasca pengalihan fungsi
pengawasan bank ke OJK.
Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan terlaksananya pengalihan fungsi perbankan,
perijinan, pengaturan, dan pengawasan perbankan ke OJK tepat waktu dan
kualitas. Sampai dengan triwulan II-2014, telah diselesaikan juklak mekanisme
kerja makroprudensial-mikroprudensial, sosialisasi perlindungan konsumen sistem
pembayaran, edukasi dan sosialisasi arah kebijakan sistem pembayaran ke depan,
pemetaan dalam keterwakilan Bank Indonesia dan OJK dalam fora internasional, serta
pembahasan cross cutting issues dalam fora kerja sama internasional.
12.Inisiatif No. 12. Menyusun Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (AFSBI).
Inisiatif ini secara khusus dilakukan untuk mendorong maksimalisasi potensi organisasi
untuk mewujudkan Visi Bank Indonesia tahun 2024. Upaya ini juga sejalan dengan
peran Bank Indonesia pasca UU No.21 Tahun 2011 mengenai Otoritas Jasa Keuangan,
yang mengharuskan Bank Indonesia untuk menyesuaikan arah, struktur maupun tata
kerja organisasinya. Hingga triwulan II-2014, telah diselesaikan rumusan opsi positioning
dan institutional strategy BI, gambaran AFSBI dan strategic DMP (Board Level), strategi
setiap fungsi, strategi - model bisnis BI, serta opsi quick-wins tahun 2014.
4.2. Manajemen Risiko
Tantangan dan dinamika perubahan yang cepat menuntut Bank Indonesia untuk
senantiasa meningkatkan pengelolaan risiko secara terintegrasi dalam rangka mendukung
pengambilan keputusan yang lebih kredibel. Sesuai review Manajemen Risiko Bank Indonesia
(MRBI) pada 2013-2014, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan framework MRBI,
pengembangan early warning system/risk alert manajemen risiko, serta pengintegrasian
financial risk management dan procurement risk management kedalam enterprise-wide risk
management. Ketiga area penyempurnaan tersebut didukung pula dengan penguatan tata
kelola dan organisasi manajemen risiko, strategi manajemen risiko, aktivitas manajemen
risiko, pelaporan dan komunikasi risiko, alat pendukung manajemen risiko dan budaya
serta kapabilitas manajemen risiko. Selain itu, dilakukan pula penyempurnaan framework,
pengaturan dan koordinasi Manajemen Keberlangsungan Tugas Bank Indonesia (MKT-BI)
mengacu kepada ISO 22301 Business Continuity Management System (BCM System) yang
merupakan leading practice standard BCM System saat ini.
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia memperkuat manajemen risiko strategis (MRS)
melalui implementasi early warning system/risk alert berdasarkan pendekatan risk based
strategic planning. Risk alert dimaksudkan sebagai sarana peringatan dini bagi Pimpinan
Bank Indonesia dalam mengelola risiko utama Bank Indonesia, yaitu risiko-risiko yang
Pada triwulan
II-2014, Bank
Indonesia
memperkuat
Manajemen
Risiko Bank
Indonesia
melalui
implementasi
risk alert
sebagai sarana
peringatan
dini dan
pelaksanaan
asesmen
risiko yang
menunjang
decisionmaking process
Rapat Dewan
Gubernur.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
87
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
paling signifikan memengaruhi Bank Indonesia. Risiko dimaksud meliputi risiko-risiko
yang berdampak pada penurunan kredibilitas/reputasi Bank Indonesia, tuntutan hukum
terhadap Bank Indonesia, kerugian finansial bagi Bank Indonesia dan risiko operasional
Bank Indonesia yang bersifat persisten. Penyampaian risk alert dimaksud kepada Pimpinan
Bank Indonesia diselaraskan dengan siklus perencanaan strategis Bank Indonesia.
Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan asesmen risiko pada bahan Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) Mingguan agar proses pengambilan keputusan
prinsipil dan strategis oleh Dewan Gubernur semakin kredibel. Untuk meningkatkan
integrasi pengelolaan risiko, Bank Indonesia berupaya untuk menyelaraskan antara fungsi
manajemen risiko dengan fungsi audit intern sehingga dapat memberikan sinergi yang
optimal bagi pencapaian tujuan Bank Indonesia.
Ke depan, penyempurnaan dan penguatan MRBI diharapkan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kredibilitas Bank Indonesia sejalan dengan dinamika perubahan dan
menguatnya tantangan yang harus dihadapi Bank Indonesia.
4.3. Audit Intern
Penyelesaian
tindak lanjut
temuan BPKRI terhadap
Laporan
Keuangan
Tahunan Bank
Indonesia sejak
1999 sampai
dengan 2013
telah mencapai
86,59% atau
sebanyak 1.562
butir dari total
1.804 butir
temuan.
Proses pencapaian sasaran strategis Bank Indonesia dikawal melalui pelaksanaan fungsi
audit intern yang meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultansi (consulting) terhadap
aspek tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan
pengendalian intern (internal control) dalam operasional kegiatan Bank Indonesia.
Kegiatan audit selama triwulan II-2014 dilakukan dengan mengidentifikasi dan memetakan
kembali proses bisnis di Bank Indonesia sehubungan adanya penyesuaian organisasi
akibat beralihnya fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemetaan
kembali proses bisnis tersebut bertujuan untuk meyakini kesesuaian proses aktual dengan
ketentuan, yang secara bertahap telah dilakukan terhadap 6 area yaitu Logistik, Keuangan
Inklusif, Pengelolaan Uang, Keuangan Intern, Sistem Informasi dan Statistik. Sampai
dengan triwulan II-2014, pelaksanaan audit tahunan telah mencapai 51,7% dari rencana
yang ditetapkan.
Kegiatan konsultansi diberikan untuk internal Bank Indonesia dalam rangka perbaikan
implementasi dan desain ketentuan. Untuk mendukung kelancaran dan kualitas kegiatan
audit dan konsultansi, kompetensi auditor internal senantiasa ditingkatkan melalui
sertifikasi auditor internal nasional dan internasional.
Fungsi Audit Intern berperan pula sebagai fasilitator dalam kegiatan audit Badan Pemeriksa
Keuangan – Republik Indonesia (BPK-RI) termasuk monitoring penyelesaian hasil audit.
Sampai dengan triwulan II-2014, penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI terhadap
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) sejak 1999 sampai dengan 2013 telah
mencapai 86,59% atau sebanyak 1.562 butir dari total 1.804 butir temuan.
Fungsi Audit Intern ini secara terus menerus disempurnakan dan dikemas dalam suatu
Roadmap Pengembangan DAI 2014 – 2018 yang mencakup aspek Sumber Daya Manusia,
aspek Kebijakan dan Prosedur, aspek Struktur Organisasi, serta aspek Database dan Sistem
Informasi Audit Intern (SIAI) yang diharapkan semakin memperkuat keberadaan dan peran
fungsi Audit Intern di Bank Indonesia.
88
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.4. Keuangan Intern
Pelaksanaan kebijakan manajemen keuangan intern diarahkan dalam upaya meningkatkan
pelaksanaan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia
guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, sistem
pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.
Pelaksanaan good governance pengelolaan keuangan internal Bank Indonesia antara lain
tercermin dari opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahunan Bank
Indonesia (LKTBI) Tahun 2013 dari BPK-RI. Berdasarkan LKTBI periode 2013 (audited), Bank
Indonesia mencatat surplus sebelum pajak sebesar Rp42.198 miliar, terutama karena
adanya penerimaan dari selisih kurs transaksi valuta asing sebesar Rp33.568 miliar. Total
aset Bank Indonesia pada akhir tahun 2013 tercatat sebesar Rp1.648.675 miliar atau
meningkat 8,50% dibandingkan total aset pada akhir tahun 2012. Kenaikan total aset
tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan aset valas dalam bentuk giro dan deposito
serta kenaikan jumlah Surat Berharga Negara RI yang dimiliki Bank Indonesia.
Pada triwulan
II-2014, Bank
Indonesia
memperoleh
opini Wajar
Tanpa
Pengecualian
atas Laporan
Keuangan
Tahunan Bank
Indonesia Tahun
2013 dari BPK-RI.
Bank Indonesia melaksanakan realisasi Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2014
dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan tetap berlandaskan pada prinsip
transparansi, efektivitas, dan kepatutan. Sampai dengan triwulan II-2014, realisasi ATBI
2014 untuk Pos Penerimaan sebesar Rp48.289 miliar (120,36% dari ATBI 2014) yang terdiri
dari penerimaan operasional sebesar Rp13.483 miliar dan penerimaan kebijakan sebesar
Rp34.806 miliar. Sedangkan Pos Pengeluaran sebesar Rp16.191 miliar (51,34% dari ATBI
2014) yang terdiri dari pengeluaran operasional sebesar Rp2.801 miliar dan pengeluaran
kebijakan sebesar Rp13.390 miliar. Dengan demikian, posisi keuangan Bank Indonesia
mencatat surplus sebesar Rp32.098 miliar. Surplus tersebut dipengaruhi penerimaan yang
berasal dari selisih kurs karena transaksi valas dan pendapatan bunga dari pengelolaan
devisa serta pelaksanaan operasi moneter. Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan
penyusunan Rencana ATBI 2015 untuk diajukan kepada Dewan Gubernur. Selanjutnya, ATBI
Operasional akan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) guna memperoleh
persetujuan.
Terkait pelaksanaan implementasi Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (KAKBI)
sampai dengan triwulan II-2014, telah dilakukan evaluasi dan monitoring implementasi
KAKBI, termasuk tindak lanjut yang diperlukan antara lain berupa:
a. Penyelesaian permasalahan perlakuan akuntansi swap operasi moneter, baik dari aspek
legal (ketentuan), aplikasi, maupun pelaporan akuntansi.
b. Penyusunan laporan keuangan per 30 Juni 2014 yang telah menggunakan format
laporan keuangan sesuai KAKBI.
c. Selain itu, Bank Indonesia juga memfasilitasi penyediaan narasumber dari Komite
Penyusun KAKBI untuk keperluan IMF Technical Assistance on Financial Market Deepening
dan merencanakan sosialisasi KAKBI kepada stakeholders pada triwulan III-2014.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
89
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.5. Sistem Informasi
Pada triwulan
II-2014,
dukungan
sistem
informasi Bank
Indonesia tetap
diarahkan untuk
meningkatkan
kualitas
data yang
dibutuhkan
dalam
perumusan
kebijakan
moneter dan
stabilitas sistem
keuangan, serta
kelancaran
sistem
pembayaran
nasional.
Guna meningkatkan layanan Sistem Informasi (SI), Bank Indonesia melakukan penguatan
kualitas pengelolaan SI melalui penerapan teknologi terkini maupun perbaikan tata
kelola (governance) SI. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan SI melalui penerapan
teknologi terkini, saat ini tengah dibangun Data Center (DC) baru yang menerapkan standar
internasional. DC baru didisain untuk dapat memenuhi standar yang dikeluarkan oleh TIA942 (Telecommunication Industry Association) yang merupakan acuan bagi pengembangan
dan operasional DC di seluruh dunia. Selain mengacu kepada TIA-942, DC baru juga didisain
dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi DC terkini seperti konsolidasi,
virtualisasi, dan green DC. Melalui DC baru ini, diharapkan aspek keamanan (confidentiality),
integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) dari layanan SI dapat meningkat
sehingga kualitas layanan Bank Indonesia kepada masyarakat dapat meningkat. Saat ini
pengembangan DC baru sedang dalam tahap instalasi perangkat dan diperkirakan dapat
beroperasi pada triwulan IV-2014.
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia mengimplementasikan sistem baru dalam
pengelolaan helpdesk dan aset Teknologi Informasi (TI). Pengembangan sistem baru ini
selain untuk memperbaharui teknologi juga untuk meningkatkan tata kelola (governance) di
area service desk dan asset management. Dalam service desk, sistem baru akan meningkatkan
layanan helpdesk TI Bank Indonesia yang saat ini melayani seluruh permasalahan TI Bank
Indonesia. Sementara modul asset management akan melengkapi sistem pengelolaan aset
yang telah ada, yaitu pengelolaan spesifikasi teknis aset TI. Dengan sistem baru ini, aset TI
yang dimiliki oleh Bank Indonesia akan lebih dapat dioptimalkan.
Sejak tahun 2010, Bank Indonesia memiliki inisiatif melakukan integrasi informasi dengan
fokus pada integrasi sistem pelaporan bank. Pilot project atas inisiatif ini adalah membangun
sistem pelaporan bank umum syariah yang berbasis kamus data dengan menggunakan
teknologi XBRL. Teknologi XBRL merupakan teknologi yang umum digunakan pada
pelaporan industri keuangan di kawasan Eropa dan Amerika. Pada bulan Mei 2014
pelaporan bank umum syariah telah menggunakan sistem baru, setelah menjalankan
masa paralel run dengan sistem lama guna memastikan kualitas informasi yang dihasilkan.
Selain mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi terkini, Bank Indonesia juga
melakukan perbaikan pada tata kelola (governance) sistem informasi melalui penerbitan
penyempurnaan Surat Edaran Intern yang mengatur prosedur pengembangan aplikasi.
Disamping itu saat ini juga tengah disusun peraturan berupa Peraturan Dewan Gubernur
(PDG) dan Surat Edaran Intern yang mengatur mengenai tata kelola sistem informasi Bank
Indonesia. Dalam rangka memperbaiki perencanaan pengembangan sistem informasi
Bank Indonesia saat ini tengah disusun Rencana Strategis Sistem Informasi Bank Indonesia
(Renstra SIBI) periode 2014 – 2018. Renstra SIBI ini disusun guna merencanakan dukungan
SI (khususnya dalam pengembangan aplikasi dan teknologi) pada sektor stabilitas moneter,
stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan manajemen intern.
Pada triwulan II–2014, selain melakukan pengembangan dalam rangka peningkatan
kualitas dan kapasitas SI, pengelolaan SI juga melakukan dukungan pada seluruh sektor di
BI. Dukungan pada sektor stabilitas moneter diwujudkan melalui pengembangan beberapa
aplikasi yang informasinya digunakan dalam rangka pengambilan kebijakan di bidang
moneter seperti pengembangan aplikasi survei, statistik, maupun sistem pelaporan. Selain
itu dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi moneter, saat ini tengah dikembangkan
sistem informasi pengelolaan moneter yang berisikan informasi terkait data pasar uang,
pasar modal, SBN, dan lainnya.
90
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Dukungan pada sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) diwujudkan melalui penyediaan
informasi yang dibutuhkan untuk melakukan analisis dan pengambilan kebijakan SSK.
Pengembangan aplikasi yang dilakukan untuk sektor ini antara lain adalah pengembangan
database makroprudensial. Guna mendukung ketersediaan informasi Lembaga Jasa
Keuangan, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sejak awal tahun 2014 Bank Indonesia dan OJK telah membentuk Forum Koordinasi
Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan (FKPISP) yang
bertujuan untuk merumuskan sistem pertukaran informasi antar kedua lembaga sehingga
kedua lembaga dapat menjalankan fungsinya masing-masing.
Sementara dukungan pada sektor Sistem Pembayaran dilakukan melalui pengembangan
dan operasional aplikasi yang mendukung kelancaran sistem pembayaran nasional. Dalam
sistem pembayaran non tunai, saat ini tengah dikembangkan Sistem Kliring Nasional dan
RTGS yang diharapkan dapat diselesaikan pada triwulan IV-2014 ini. Sementara dukungan
terhadap sistem pembayaran tunai lebih difokuskan pada kualitas layanan SI yang
mendukung pengedaran uang.
Adapun dukungan pada sektor manajemen intern bertujuan untuk meningkatkan tata
kelola (governance) seperti pengembangan aplikasi manajemen SDM, e-procurement,
manajemen aset, dan audit intern. Sementara itu guna mendukung komunikasi dengan
pihak internal maupun eksternal, saat ini tengah dikembangkan sistem kehumasan, sarana
komunikasi internal, dan contact center.
4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
4.6.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
Terkait dengan penyempurnaan organisasi Bank Indonesia, pada triwulan II–2014 telah
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Koordinasi lintas satker dalam rangka pemetaan proses bisnis satker yang dilanjutkan
dengan workshop penyusunan proses bisnis sebagai pembekalan bagi tim teknis lintas
satuan kerja,
2. Melakukan evaluasi kebijakan MSDM dan SOLA yang akan menjadi masukan bagi
penyusunan Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (AFSBI) dan Organisasi dan SDM
BI (OSBI), dan
3.Penyusunan Term of Reference (TOR) untuk pelaksanaan OSBI.
4.6.2. Pemenuhan dan Pengembangan SDM
Kebijakan
Bank Indonesia
di bidang
organisasi
dan SDM
diarahkan pada
penyempurnaan
organisasi,
pemenuhan dan
pengembangan
SDM, dan
internalisasi
nilai-nilai
strategis Bank
Indonesia yang
baru.
Mempertimbangkan kebutuhan SDM berdasarkan perencanaan kebutuhan SDM tahun
2014 s.d. 2018, Bank Indonesia melakukan pemenuhan dari eksternal melalui rekrutmen
calon pegawai dan dari internal melalui mutasi dan promosi pegawai di berbagai level/
jabatan.
Program pengembangan SDM yang dilaksanakan pada triwulan II-2014 adalah:
a. On Boarding, ditujukan bagi calon pegawai baru sebagai pembekalan pengetahuan
dan praktikal melalui klasikal dan On the Job Training (OJT).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
91
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
b. Leadership Development Program (LDP): yakni pembekalan aspek–aspek kepemimpinan
baik teknis maupun perilaku yang ditujukan untuk pegawai yang memperoleh kenaikan
jabatan/kepangkatan.
c. Competency Development Program (CDP), ditujukan untuk pengembangan kompetensi
yang dilakukan melalui kegiatan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) dalam bentuk
short course, seminar, benchmarking, dll.
d. Program Tugas Belajar (PTB), pengembangan pegawai yang bersifat jangka panjang
dengan melaksanakan program tugas belajar S2 maupun S3 baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
e. Penugasan dan Attachment/Technical Assistance: Program pengembangan pegawai
Bank Indonesia yang bersifat penugasan (lebih dari 1 tahun), attachment dan technical
assistance (kurang dari 1 tahun) baik di lembaga negara, pemerintah atau perusahaan
swasta di dalam negeri atau diluar negeri. Program penugasan dilakukan antara lain
di International Monetary Fund (IMF), Asean Macro Economics Research Office (AMRO),
Islamic Research and Training Institute (IRTI), dan lembaga dalam negeri seperti Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),
Sekretariat Wakil Presiden, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara itu, program
attachment dilakukan di lembaga internasional seperti Deutsche Bundesbank, Reserve
Bank of Australia, De Nederlandsche Bank, Australian Prudential Regulation Authority,
dan The South East Asian Central Banks (SEACEN) Center.
f. International Conference, Workshop, Course: Program kegiatan internasional dalam
bentuk seminar, workshop, maupun pelatihan. Pelaksanaannya bekerja sama dengan
lembaga-lembaga internasional seperti The SEACEN Center, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), Toronto Centre dan Deutsche Bundesbank.
4.6.3. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
Sebagai bentuk Program Transformasi Budaya Kerja, Bank Indonesia telah mencanangkan
program internalisasi Nilai-nilai Strategis (NNS) yang baru dan Change Program yang terdiri
dari program generik dan program spesifik satuan kerja. Program generik dilaksanakan
di seluruh satuan kerja untuk meningkatkan budaya berbagi informasi, efisiensi dan
efektivitas pekerjaan, serta tepat waktu. Sedangkan program spesifik dilakukan di satuan
kerja yang mengalami perubahan organisasi dan didesain untuk menyelaraskan budaya
kerja di satuan kerja.
Pada triwulan II–2014, telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sosialisasi NNS melalui pelaksanaan berbagai kegiatan yang melibatkan lebih dari 2000
pegawai organik dan non organik,
b. Sosialisasi NNS melalui berbagai media cetak dan online internal Bank Indonesia,
c. Sosialisasi NNS oleh Change Agent di masing-masing satuan kerja, dan
d. Survei tingkat awareness pegawai atas NNS yang baru.
92
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
4.7. Aspek Hukum
Bank Indonesia mengawal proses perumusan, penetapan, dan pelaksanaan suatu kebijakan
serta kegiatan operasional Bank Indonesia agar senantiasa memenuhi aspek governance
serta sejalan dengan prinsip hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bank Indonesia juga mendukung proses perumusan perundang-undangan yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dalam
hal terdapat perkara hukum, Bank Indonesia memberikan pendampingan dan bantuan
hukum kepada pelaksana tugas kedinasan.
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia menghasilkan 22 peraturan baik yang diberlakukan
kepada eksternal maupun internal Bank Indonesia di bidang moneter, sistem pembayaran,
dan manajemen intern. Ketentuan eksternal yang dikeluarkan terdiri dari 4 Peraturan
Bank Indonesia (PBI) dan 7 Surat Edaran Ekstern (SE Ekstern) (daftar PBI dan SE Ekstern
sebagaimana lampiran). Sementara itu, ketentuan internal yang diterbitkan terdiri dari 3
Peraturan Dewan Gubernur dan 8 Surat Edaran Intern.
Pada triwulan II-2014, Bank Indonesia melakukan legal drafting/review peraturan
perundang-undangan Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
sistem pembayaran untuk memastikan sinkronisasi terhadap peraturan perundanganundangan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Substansi peraturan di bidang moneter antara lain terkait operasi moneter dan operasi
moneter syariah, penerimaan devisa hasil ekspor, dan penarikan utang luar negeri.
Peraturan di bidang sistem pembayaran antara lain mengenai penerbitan uang rupiah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 2014. Adapun di
bidang stabilitas sistem keuangan, peraturan yang dibahas antara lain terkait pengawasan
makroprudensial.
Pada triwulan
II-2014, Bank
Indonesia
menghasilkan
22 peraturan
yang terdiri
dari 4 Peraturan
Bank Indonesia,
7 Surat Edaran
Ekstern, 3
Peraturan
Dewan
Gubernur, dan
8 Surat Edaran
Intern di bidang
moneter, sistem
pembayaran,
dan manajemen
intern.
Bank Indonesia juga melakukan kajian hukum dengan fokus penguatan kewenangan
Bank Indonesia, antara lain terkait kewenangan Bank Indonesia dalam pengaturan utang
luar negeri swasta, kewenangan Bank Indonesia paska berlakunya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dan kewenangan Otoritas Jasa
Keuangan di bidang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dan kaitannya dengan
penyelenggaraan layanan sistem pembayaran serta layanan keuangan oleh Bank Indonesia
kepada perbankan dan lembaga lain.
Untuk meningkatkan harmonisasi dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Bank Indonesia menyempurnakan
produk hukum yang meliputi Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Dewan Gubernur, Surat
Edaran Bank Indonesia, serta keputusan pejabat Bank Indonesia. Sehubungan dengan
hal tersebut, Bank Indonesia telah melakukan diskusi dengan pakar hukum di bidang
peraturan perundang-undangan dan menyusun kajian hasil perbandingan produk hukum
dengan beberapa instansi/kementerian lain, termasuk Kementerian Hukum dan HAM.
Kajian tersebut digunakan sebagai masukan dalam penyempurnaan Peraturan Dewan
Gubernur tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Bank Indonesia dan
Keputusan Bank Indonesia.
Dalam penyusunan rancangan undang-undang yang materinya terkait langsung dengan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, Bank Indonesia aktif berkontribusi dalam pembahasan
dan penyusunan naskah akademik, antara lain untuk Rancangan Undang-Undang
Perbankan, Rancangan Undang-Undang Bank Indonesia, Rancangan Undang-Undang
Perubahan Harga Rupiah, Rancangan Undang-Undang Pembatasan Transaksi Tunai,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
93
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Rancangan Undang-Undang tentang Keuangan Negara, dan Rancangan Undang-Undang
tentang Usaha Perasuransian.
Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan kontribusi dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Pemerintah antara lain dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan Perseroan,
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perkoperasian, dan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Khusus untuk pendalaman materi
yang akan diatur dalam Rancangan Undang-Undang Bank Indonesia dan dalam rangka
mendukung upaya pengembangan serta pembangunan hukum nasional, Bank Indonesia
melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi seperti Fakultas Hukum Universitas Gajah
Mada untuk melakukan penelitian hukum mengenai peran Bank Indonesia sebagai Lender
of The Last Resort (LoLR).
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia telah menangani sejumlah perkara hukum baik
perdata maupun tata usaha negara, serta memberikan bantuan hukum kepada pelaksana
tugas kedinasan baik pegawai maupun mantan pegawai Bank Indonesia yang sedang
menjalani proses pemeriksaan oleh penegak hukum. Permasalahan hukum Bank Indonesia
merupakan isu yang senantiasa dikelola secara tepat agar tidak menimbulkan dampak
pada reputasi Bank Indonesia sebagai lembaga negara dan bank sentral negara Republik
Indonesia.
4.8. Program Sosial Bank Indonesia
Pelaksanaan
PSBI pada
triwulan II-2014
didominasi
pemberian
bantuan
kepada
masyarakat
dalam rangka
pemberdayaan
ekonomi,
peningkatan
sarana
prasarana
pendidikan dan
keagamaan,
serta
peningkatan
pemahaman
masyarakat.
94
Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam rangka
mewujudkan kepedulian sosial kepada lingkungannya. Pada 2014, tema yang diangkat
adalah “Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan Inklusif”,
yang diimplementasikan dalam beberapa aspek, yaitu aspek ekonomi, edukasi publik,
pendidikan, sosial, keagamaan, lingkungan hidup, kesehatan, kebudayaan dan bencana
alam.
Pelaksanaan PSBI pada triwulan II-2014 didominasi pemberian bantuan kepada masyarakat
dalam rangka pemberdayaan ekonomi, peningkatan sarana prasarana pendidikan dan
keagamaan, serta peningkatan pemahaman masyarakat khususnya terkait pelaksanaan
tugas Bank Indonesia. Dalam pelaksanaannya, PSBI dilakukan di berbagai wilayah melalui
jaringan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia.
Hingga triwulan II-2014, Bank Indonesia telah melaksanakan berbagai PSBI. Dari aspek
ekonomi UMKM, salah satu program PSBI adalah berupa bantuan sarana dan prasarana
produksi pertanian budidaya jahe kepada Urban Poor Consortium di Jakarta Timur dan
alat produksi peternakan kepada kelompok tani di Labuhan Ratu. Bank Indonesia juga
memberikan bantuan pengadaan infrastruktur umum berupa perbaikan jembatan di
Padang.
Dari aspek pendidikan dan keagamaan, PSBI dilaksanakan melalui 99 kegiatan renovasi/
pembangunan sarana prasarana pendidikan dan keagamaan di beberapa wilayah
diantaranya Menado, Maluku Tenggara, Sorong Papua, Sumenep, Padang, Garut, Cianjur,
Bojonegoro, Sukoharjo dan Banyuwangi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
Dari aspek edukasi publik, pemberian bantuan PSBI berupa dukungan penyelenggaraan
seminar, talkshow dan kegiatan akademis lainnya yang bermanfaat dalam meningkatkan
wawasan dan pengetahuan masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan diantaranya
berpartisipasi dalam Perbanas Economy Days melalui seminar “Pengembangan Financial
Inclusion Melalui Branchless Banking dan Product Innovation” di Surabaya dan Economics
Sholarship And Career Expo (ESCO) 2014 di Bandung. Selain itu, diselenggarakan pula
seminar “Interkoneksi Sistem Pembayaran Di Indonesia Dalam Mendukung National
Payment Gateway (NPG) Yang Aman Dan Efisien”, serta talkshow Introducing E-money
Implementation and Protection di Jakarta. Hingga triwulan II-2014, penyerapan anggaran
PSBI sebesar 19,3% atau senilai Rp19,1 miliar.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
95
BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia
96
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Lampiran
Produk Hukum Bank Indonesia
Triwulan II - 2014
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
97
1. PERATURAN BANK INDONESIA
No
Nomor PBI
Tanggal
1
16/7/PBI/2014
7 April 2014
2
16/9/PBI/2014
8 April 2014
3
16/8/PBI/2014
8 April 2014
Perihal
Perubahan keernpat atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/1/PBI/2005 tentang Pinjaman Luar Negeri Bank
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money)
4
Penerimaan Devisa Hasil Expor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri
16/10/PBI/2014
14 Mei 2014
2. SURAT EDARAN EKSTERN
No
Nomor PBI
Tanggal
Perihal
1
16/4/DKEM 7 April 2014
Perubahan keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/1/DInt tanggal 15 Februari 2007 perihal Pinjaman Luar Negeri Bank
2
Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD tanggal 8 8 April 2014
Juli 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
3
16/6/DPU
17 April 2014
Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas
4
16/7/DSta
22 April 2014
Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/37/DSta tanggal 5 September 2013 perihal Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
5
98
16/5/DPM 16/8/DPSP
20 Mei 2014
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/46/DPSP tanggal 20 November 2013 perihal Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara
6
16/9/DSta
26 Mei 2014
Penerimaan Devisa Hasil Ekspor
7
16/10/DSta
26 Mei 2014
Penarikan Devisa Utang Luar Negeri
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Daftar Istilah
Administered prices:
Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur
Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
BI Rate:
Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik.
Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement (BI-RTGS)
:
Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer
dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
secara individual.
Bank Indonesia – Scripless Securities :
Settlement System (BI-SSSS)
Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System, merupakan
sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
Basic Saving Account:
Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan
yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna
menumbuhkan budaya menabung, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Branchless Banking:
Strategi pemberian layanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung
pada keberadaan kantor cabang.
Cadangan Devisa
:
Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat
pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka,
wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada
pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar
negeri.
Capital Adequacy Ratio:
Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian
yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Clean Money Policy:
Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar.
Credit Default Swap:
Kontrak swap, dimana pembeli melakukan pembayaran ke penjual dan
sebagai imbalannya menerima hak untuk memperoleh pembayaran bila
kredit mengalami default atau kejadian lain yang tercantum dalam credit
event, misalnya kebangkrutan atau restrukturisasi.
Debt Service Ratio:
Rasio yang mencerminkan pembayaran utang suatu negara terhadap
ekspor barang dan jasa.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
99
100
Debt to GDP Ratio:
Rasio yang mencerminkan kemampuan perekonomian suatu negara
dalam memproduksi barang dan jasa untuk membayar utang luar negeri.
Dana Pihak Ketiga
Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
:
Deflasi:
Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum.
Deposit Facility:
Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka
operasi moneter.
Devisa Hasil Ekspor
Devisa yang diterima eksportir dari hasil kegiatan ekspor.
:
Emerging market:
Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat
yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan
industrialisasi.
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek :
Fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi
kesulitan likuiditas yang dialami oleh bank.
Financial Inclusion/:
(Keuangan Inklusif)
Pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian
segmen masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem :
Keuangan
Forum yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar lembaga
dalam memelihara stabilitas sistem keuangan guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta memperkuat
ketahanan dalam menghadapi gejolak ekonomi. Lembaga yang menjadi
anggota forum dimaksud yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia,
Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa Keuangan.
Giro Wajib Minimum
:
Jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.
Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto)
:
Indikator ekonomi yang mencerminkan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara
dalam jangka waktu tertentu.
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan :
Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan
membantu mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.
Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK)
:
Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen,
yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan
masyarakat luas.
Inflasi inti
:
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari
angka inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan
administered prices.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Inflation Targeting Framework:
Kerangka kebijakan moneter forward-looking yang secara transparan dan
konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke
depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan kepada publik.
Investment grade:
Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.
Jakarta Interbank Offered Rate
(JIBOR)
:
Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang
berasal dari kontributor JIBOR.
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate :
(JISDOR)
Kurs referensi harga USD/IDR berdasarkan kurs transaksi valuta asing
terhadap rupiah antarbank di pasar domestik secara real time.
Kliring:
Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan
(clearing).
Lender of The Last Resort:
Salah satu fungsi utama bank sentral dalam menjaga stabilitas sistem
perekonomian yakni dengan pemberian kredit atau pembiayaan
kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang
disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.
Lending facility:
Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam
rangka operasi moneter.
Less Cash Society:
Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai.
Loan to Deposit Ratio (LDR) :
Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank
umum.
Likuiditas:
Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi
segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid
apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih
besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
Makroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem
keuangan secara keseluruhan.
Mikroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga
keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya.
National Payment Gateway (NPG)
:
Kebijakan yang menitikberatkan pada upaya mengarahkan industri
pembayaran untuk bekerjasama menciptakan platform standar sistem
atau infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) :
Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembeliandan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing,
dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan
item-item finansial.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
101
102
Neraca Transaksi Berjalan
:
Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan
jasa suatu negara.
Non Performing Loan (NPL)
:
Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet.
Non Performing Financing (NPF)
:
Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank
syariah.
Operasi Moneter
:
Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku
Bunga (Standing Facilities).
Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) :
Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar
Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).
Protokol Manajemen Krisis (PMK)
:
Pedoman dan tata cara dalam melaksanakan langkah-langkah
pencegahan dan penanganan krisis.
Prinsipal:
Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung
jawab atas pengelolaan sistem dan atau jaringan antar anggotanya
baik berperan sebagai penerbit dan acquirer dalam transaksi Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang kerjasama
dengan anggotanya didasarkan pada satu perjanjian tertulis. Sedangkan
yang dimaksud dengan acquirer adalah bank atau lembaga selain bank
yang (i) melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi APMK yang diterbitkan oleh pihak selain
acquirer yang bersangkutan, (ii) bertanggung jawab atas penyelesaian
pembayaran kepada pedagang.
Repo:
Perjanjian untuk membeli kembali.
Repurchase Agreement:
Transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti
dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di
kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang
sama dengan harga tertentu yang disepakati.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
:
Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Surat Berharga Negara
:
Surat berharga yang terdiri dari Surat Utang Negara dalam mata uang
Rupiah dan Surat Berharga Syariah Negara dalam mata uang Rupiah
yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia
:
Sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring
kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
:
Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam
penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
:
Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
berlaku.
Sovereign Credit Rating:
Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu
pemerintah. Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat risiko dari
sebuah lingkungan investasi dari suatu negara dan digunakan oleh
investor asing yang ingin berinvestasi di negara tersebut.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah
:
Tim lintas instansi yang melakukan pemantauan perkembangan
inflasi daerah dan mengidentifikasi berbagai permasalahan terkait
pengendalian inflasi.
Transaksi Reverse Repo
:
Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka
(OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh
peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
Uang Kartal
:
Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia.
Uang Kartal Yang Diedarkan
:
Uang yang berada di masyarakat dan di khasanah perbankan.
Wajar Tanpa Pengecualian
:
Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu
organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Volatile food:
Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau
faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
internasional.
Yield:
Imbal hasil.
Surat Utang Negara (SUN)
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
103
Daftar Singkatan
ABIF
: ASEAN Banking Integration Framework
AFSBI
: Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia
APMK
: Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
ASEAN
: The Association of Southeast Asian Nations
ATM
: Anjungan Tunai Mandiri
BI-CAC
: Bank Indonesia-Counterfeit Analysis Center
BI
: Bank Indonesia
BI-CBC
: Bank Indonesia-Central Banking Courses
BI-RTGS
: Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SILK
: Bank Indonesia-Sistem Informasi Layanan Kas
BI-SSSS
: Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
BPS
: Badan Pusat Statistik
bps:
Basis Point
BUMD
: Badan Usaha Milik Daerah
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
CIKUR
: Ciri Keaslian Uang Rupiah
COC:
Code of Conduct
DAU
: Dana Alokasi Umum
DF:
Deposit Facilities
DHE
: Devisa Hasil Ekspor
DPK
: Dana Pihak Ketiga
DPR RI
: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
DSR:
Debt Service Ratio
EKU
: Estimasi Kebutuhan Uang
EMEAP
: Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks
ETP:
Electronic Trading Platform
FASBI
: Fasilitas Simpanan Bank Indonesia
FASBIS
: Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
FIN:
Financial Identity Number
FKSSK
: Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
FPJP
: Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
GDP:
Gross Domestic Product
GWM
: Giro Wajib Minimum
IDI
: Informasi Debitur Individual
IFEMC
: Indonesia Foreign Exchange Market Committee
IHK
: Indeks Harga Konsumen
IHSG
: Indeks Harga Saham Gabungan
104
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
IKNB
: Industri Keuangan Non Bank
IKU
: Indikator Kinerja Utama
IMF
: International Monetary Fund
IRU:
Investor Relations Unit
ITF:
Inflation Targeting Framework
JIBOR:
Jakarta Interbank Offered Rate
KI
: Kredit Investasi
KK
: Kredit Konsumsi
KMK
: Kredit Modal Kerja
KPR
: Kredit Perumahan Rakyat
KPwDN BI
: Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia
KPwLN BI
: Kantor Perwakilan Luar Negeri Bank Indonesia
KUPVA BB
: Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
KUR
: Kredit Usaha Rakyat
LCS:
Less Cash Society
LKD
: Layanan Keuangan Diigital
LKPBU
: Laporan Kantor Pusat Bank Umum
LKTBI
: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
LOLR:
Lender of The Last Resort
LPI
: Laporan Perekonomian Indonesia
LSMK
: Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan
LTV:
Loan to Value
MKT-BI
: Manajemen Keberlangsungan Tugas Bank Indonesia
MRBI
: Manajemen Risiko Bank Indonesia
NAB
: Nilai Aktiva Bersih
NKRI
: Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPG:
National Payment Gateway
NPI
: Neraca Pembayaran Indonesia
NPL:
Non Performing Loan
OJK
: Otoritas Jasa Keuangan
OM
: Operasi Moneter
OPT
: Operasi Pasar Terbuka
PBI
: Peraturan Bank Indonesia
PDB
: Produk Domestik Bruto
PDG
: Peraturan Dewan Gubernur
Pemilu
: Pemilihan Umum
Perum Peruri
: Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PIHPS
: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
PK Inisiatif
: Program Kerja Inisiatif
PKL
: Penyelenggara Kliring Lokal
PLN
: Pinjaman Luar Negeri
PMA
: Penanaman Modal Asing
PMK
: Protokol Manajemen Krisis
PSBI
: Program Sosial Bank Indonesia
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
105
PUAB O/N
: Pasar Uang Antar Bank Overnight
qtq:
quarter to quarter
RDG
: Rapat Dewan Gubernur
Repo:
Repurchase Agreement
ROA:
Return on Asset
ROE:
Return on Equity
RR-SBN:
Reverse Repo-Surat Berharga Negara
RTE
: Rincian Transaksi Ekspor
SBI
: Sertifikat Bank Indonesia
SBIS
: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBN
: Surat Berharga Negara
SE
: Surat Edaran
SF
: Standing Facilities
SHPR
: Survei Harga Properti Residensial
SID
: Sistem Informasi Debitur
SIPN
: Sistem Informasi harga bagi Petani dan Nelayan
SIPNAS
: Sistem Informasi Perkreditan Nasional
SK
: Survei Konsumen
SKBI
: Sistem Keuangan Bank Indonesia
SKDU
: Survei Kegiatan Dunia Usaha
SKNBI
: Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SKSR
: Survei Khusus Sektor Riil
SP
: Survei Perbankan
SPE
: Survei Penjualan Eceran
SPIME
: Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi
SPU
: Sentra Pengelolaan Uang
SSK
: Stabilitas Sistem Keuangan
SULNI
: Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
SUSPI
: Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
TMF
: Transaksi Modal dan Finansial
TPI
: Tim Pengendali Inflasi
TPID
: Tim Pengendali Inflasi Daerah
TUKAB
: Transaksi Uang Kartal Antar bank
UKM
: Usaha Kecil dan Menengah
ULE
: Uang Layak Edar
ULN
: Utang Luar Negeri
UMKM
: Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UPB
: Uang Pecahan Besar
UPK
: Uang Pecahan Kecil
UTLE
: Uang Tidak Layak Edar
UU
:Undang-Undang
UYD
: Uang Kartal yang Diedarkan
Valas
: Valuta Asing
yoy:
year on year
106
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014
Download