Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Kemampuan Berpikir

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Sudjana (2004: 14) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah
suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran
yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes
lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam
yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta
sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan
bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dimyanti dan Mudjiono
(2006) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir
pembelajaran.
Menurut Purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan
perilaku individu akibat proses belajar mempengaruhi perubahan
perilaku pada domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan
yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Definisi lainnya
dikemukakan oleh Nasution (2003: 42) hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan
dalam diri pribadi individu yang belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli
diatas, dalam penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar
menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) yaitu hasil yang dicapai dalam
bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir
pembelajaran.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2003: 54) mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan
7
8
yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor
individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari
kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi
satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi
faktor yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor
psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian
ingatan berfikir. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan
rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar
dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu akan hilang; faktor yang ada pada luar individu
(ekstern), yang meliputi: faktor keluarga, keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan
dalam ukuran besar: faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan
berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan
masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Nana Sudjana (2009) hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping factor kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
Menurut
Anonim (2001) secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu; faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam yang meliputi, kondisi fisiologi dan kondisi
psikologis. Kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap
belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang
segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan
sakit. Kondisi psikologis, terdapat beberapa faktor psikologis antara
lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan kemampuan kognitif.
9
Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar antara lain:
faktor lingkungan dan faktor instrument. Faktor lingkungannya yaitu
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor instrument adalah
faktor-faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan
hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini meliputi, kurikulum,
program, sarana dan fasilitas serta guru dan tenaga pengajar.
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Setiap pribadi atau individu adalah unik, tidak ada satu individu
yang sama persis dengan individu yang lain. Karakter atau kepribadian
merupakan salah satu sisi yang membedakan antara individu satu
dengan yang lain. Menurut James (dalam Dewanta, 2010), diri atau
self merupakan komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi
kesadaran
seseorang
mengenai
eksistensi
individualitasnya,
pengamatan apa yang merupakan miliknya, pengertian mengenai siapa
dia itu, dan berhubungan juga dengan perasaan tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya dan segala miliknya sehingga diri seseorang merupakan
jumlah total apa yang disebut sebagai kepunyaannya.
Diri (self) meliputi beberapa bagian dan secara umum, oleh
Gallahue dan Ozmun (2005), diri dinyatakan sebagai sebuah konsep
yang terdiri dari beberapa bagian penyusun, yaitu: konsep diri (self
concept), harga diri (self esteem), citra diri (self image), dan percaya
diri (self confident). Percaya diri (self confidence) seiring dengan
perilaku dan sikap menunjukkan rasa percaya diri individu tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri merupakan
aktualisasi dari rasa percaya diri yang dimiliki oleh individu. Neill dalam
Alias (2009) memberikan pernyatan bahwa ”self-esteem and selfefficacy in combination is what constitute self-confidence”. Jika
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia memiliki arti bahwa
kepercayaan diri (self-confidence) merupakan hasil kombinasi antar
harga diri (self-esteem) dengan kemampuan diri (self-efficacy). Hal ini
ini dapat diartikan bahwa kepercayaan diri berkembang karena adanya
sikap atau perilaku serta penilaian yang positif pada individu tersebut.
10
Kepercayaan
diri
merupakan
penyebab
munculnya
kekuatan,
keterampilan, serta energi yang diperlukan untuk berhasil.
Menurut Thantaway (2005: 87), kepercayaan diri adalah kondisi
mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat
akan kemampuan pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu
tindakan. Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (2005) menyatakan
hal yang lebih spesipik tentang kepercayaan diri yaitu berkaitan dengan
keyakinan individu akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan
suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan didalam dirinya. Dengan
kata lain bahwa jika individu memiliki kepercayaan diri yang positif
maka dalam diri individu tersebut terdapat sebuah keyakinan yang
dapat mendorong individu untuk dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Menurut Hambly (1992) kepercayaan diri adalah kemampuan yang
dimilki individu dalam menangani segala situasi. Hal tersebut diartikan
bahwa dengan kepercayaan diri yang positif maka individu tersebut
akan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menangani situasi
yang dihadapi sehingga individu tersebut dapat dengan cepat dan tepat
untuk dapat menempatkan diri serta mengambil sikap dalam situasi
dan kondisi yang sedang dihadapi.
Sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Hambly diatas,
menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif individu yang
memampukan dirinya untuk dapat mengembangkan penilaian positif,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan serta situasi
yang dihadapinya. Hal ini dapat diartikan bahwa individu yang memiliki
kepercayaan diri yang positif akan dapat bersosialisasi dengan baik dan
mampu menempatkan diri dalam situasi yang sedang dihadapi.
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dirinya mampu
untuk mengembangkan penilaian positif diri terhadap lingkunagn serta
situasi yang dihadapinya sehingga individu menjadi merasa mampu
untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam dirinya dan tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain.
11
2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Lauster (2006) mengemukakan tentang ciri-ciri orang yang percaya
diri, yaitu:
a. Percaya pada kemampuan sendiri
Yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena
yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan
yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri
yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan
orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari
pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan
rasa positif terhadap diri dan masa depannya.
d. Berani mengungkapkan Pendapat
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam
diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya
paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan
tersebut.
Menurut Guilford (1999) Ciri-ciri orang yang mempunyai
kepercayaan diri adalah:
a. merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan;
b. merasa dapat diterima oleh kelompoknya;
c. percaya sekala pada dirinya sendiri serta memilikki ketenangan
sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara
tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu
salah).
Sedangkan Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (2002) adalah:
a. selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu;
b. mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;
c. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta
dapat berkomunikasi di berbagai situasi;
12
d. memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya;
e. mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang
cukup;
f. memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan;
g. selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan
hidup;
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri
kepercayaan diri dapat disimpulkan bahwasanya seseorang yang
memiliki kepercayaan diri diharapkan akan percaya pada kemampuan
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa
positif atau optimis terhadap diri sendiri, berani mengungkapkan
pendapat.
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Menurut Pearce (1991) Kepercayaan diri individu berkembang dari
kegiatan mencoba dan tindakan yang dilakukan oleh individu, dari
mencoba daripada menghindari situasi dan bersikap pasif. Lauster
(2006) dan didukung oleh Rini (2002), Guilford (dalam Saptaningrum,
2005) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri
positif dapat digambarkan dari 4 aspek antara lain:
a. Cinta diri
Seseorang yang memiliki percaya diri yang positif akan mencintai
dirinya sendiri. Cinta diri sendiri diartikan sebagai perilaku
seseorang untuk memelihara dirinya sendiri misalnya dengan
memperhatikan penampilan dan kebersihan diri
b. Pemahaman diri
Dalam aspek pemahaman diri, individu tidak hanya merenungi,
memikirkan perasaan dan perilaku diri sendiri. Namun orang yang
memiliki percaya diri positif selalu berusaha ingin tahu bagaimana
pendapat orang lain tentang diri sendiri, merasa yakin terhadap
apa yang individu lakukan, percaya akan kompetensi atau
kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,
penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain, berani
13
menerima dan menghadapi penolakan orang lain, yang berati
bahwa berani menjadi dirinya sendiri, serta memiliki ketenangan
sikap (misalnya tidak gugup dalam melakukan dan menghadapi
sesuatu).
c. Tujuan hidup yang jelas
Orang yang percaya dirinya pisitif selalu memiliki arah dan tujuan
yang jelas dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena individu
tersebut memiliki pemikiran yang jelas serta alasan mengapa
melakukan tindakan-tindakan tersebut, tidak terdorong untuk
menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain ataua
kelompok, serta memiliki harapan yang realistik terhadap diri
sendiri ketika harapan itu terwujud individu tetap mampu melihat
sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi.
d. Berpikir Positif
Berpikir positif merupakan cara berpikir yang menekankan pada
segi positif dari suatu keadaan atau diri sendiri. Efek lain dari
kecenderungan seseorang memusatkan perhatian pada aspek
positif adalah pada penyesuaian diri individu terhadap situasi yang
dihadapi, punya pengadilan diri yang baik (emosi stabil dan tidak
moody), memiliki internal locus of control yaitu memandang
keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri dan
tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, serta tidak
tergantung atau mengharap bantuan orang lain.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri pada
seseorang menurut Hakim (2002: 121) sebagai berikut:
a. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang
pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan
sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada
seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya
dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
14
Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa
tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di
dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika
lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk
percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses
pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan
keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat
menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.
Hakim (2002: 121) menjelaskan bahwa pola pendidikan
keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri
anak adalah sebagai berikut.
1. menerapkan pola pendidikan yang demokratis;
2. melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal;
3. menumbuhkan sikap mandiri pada anak;
4. jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak;
5. setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti;
6. berikan anak penghargaan jika berbuat baik;
7. berikan hukuman jika berbuat salah;
8. kembangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak;
b. Pendidikan formal
Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi
anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan
bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah. Sekolah
memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya
dirinya terhadap teman-teman sebayanya.
Hakim (2002: 122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri
siswa di sekolah bisa dibangunn melalui berbagai macam bentuk
kegiatan sebagai berikut .
1. memupuk keberanian untuk bertanya;
2. peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa;
3. melatih berdiskusi dan berdebat;
4. mengerjakan soal di depan kelas;
5. bersaing dalam mencapai prestasi belajar;
6. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler;
7. penerapan disiplin yang konsisten;
15
8. memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain.
c. Pendidikan non formal
Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang
dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki
kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain.
Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang
memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum.
Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertnetu bisa
didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya : mengikuti
kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal,
keterampilan memasuki dunia kerja (BLK), pendidikan keagamaan
dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulanya rasa percaya
diri pada diri individu yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang
lain menurut Angelis (2006: 4) adalah sebagai berikut.
1) kemampuan pribadi: Rasa percaya diri hanya timbul pada saat
seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu
dilakukan;
2) keberhasilan
seseorang:
Keberhasilan
seseorang
ketika
mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan
akan menperkuat timbulnya rasa percaya diri;
3) keinginan: Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang
tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat
untuk mendapatkannya;
4) tekat yang kuat: Rasa percaya diri yang datang ketika
seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan;
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang
dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu
dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu
yang mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat
yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga
terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana
16
lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal
terhadap pola kepribadian seseorang. Yang kedua adalah
lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat
kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu
atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada
teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah
lingkungan pendidikan non formal temapat individu menimba ilmu
secara tidak langsung belajar ketrampilan-keterampilan sehingga
tercapailah keterampilan sebagai salah satu faktor pendukung guna
mencapai rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan.
C. Kemampaun Berpikir Kreatif
1. Pengertian Kemapuan Berpikir Kreatif Matematis
Isaken (dalam Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif
sebagai proses kontruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran,
keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Menurut Mc Gregor (2007),
berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan
wawasan baru, pendekatan baru, perpektif baru atau cara baru dalam
memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009), kemampuan
berpikir kreatif adalah kemampuan unutk menghasilkan ide atau cara
baru dalam menghasilkan suatu produk.
Menurut Livne (2008), berpikir kreatif matematis merujuk pada
kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru
terhadap masalah matematika yang bersifaf terbuka. Krutetski (Part,
2004) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif kreatif matematis
sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara
mudah dan fleksibel.
Menurut Ruseffendi (2008) manusia yang berpikir kreatif adalah
manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas dan sensitif terhadap
reaksi dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan
penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain, tidak begitu saja
menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah.
Berdasarkan
pendapat
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
kemampuan berfikir kreatif matematis merupakan kemampuan siswa
17
dalam memecahkan suatu permasalahan matematis yang sifatnya
terbuka dengan memunculkan ide-ide yang baru dan bersifat fleksibel.
2. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Wicoff (Rizki, 2012: 28), individu yang kreatif membawa
makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan
baru, menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau
keindahan.
Munandar (2009: 36) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif
yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,
penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam
pendirian dan keyakinan.
Adapun yang termasuk kemampuan berpikir kreatif menurut
Munandar (2009: 14) sebagai berikut:
1. Fluency (Keterampilan berpikir lancar), Meliputi kemampuan:
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah
atau pertanyaan; Memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.
2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) meliputi kemampuan:
Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi;
Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda; Mencari banyak alternatif pemecahan yang berbeda-beda,
Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
3. Originality (keterampilan berpikir orisinal) meliputi kemampuan:
Melahirkan ungkapan yang baru dan unik; Memikirkan cara yang
tidak lazim untuk mengungkapakan diri; Mampu membuat
kombinasi tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur
4. Elaboration (Ketrampilan memperinci) meliputi kemampuan
Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk;
Menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis
adalah kemampuan siswa dalam membuat berbagai ide dan
18
menyelesaikan masalah-masalah matematis secara lancar (fluency),
luwes (flexibility), orisinal (originality), dan terperinci (elaboration).
D. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nur’asyah (2005) yang berjudul
Hubungan kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika
dengan hasil belajar matematika di SMP Negeri Se Kota Medan. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan
yang berarti dan signifikan dengan hasil belajar matematika, artinya makin
tinggi kepercayaan diri siswa maka maka makin tinggi pula hasil belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien kolerasi ry1 = 0,41 pada taraf
signifikan α = 0,05 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,17, hal ini
menunjukkan bahwa 17% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh
kepercayaan diri melalui persamaan regresi Ŷ = 9,36+0,41 X1.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005)
tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa
SMA bidang kognitif, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar bidang kognitif pada siswa
kelas II SMA Raksana Medan. Hal ini berarti bahwa kepercayaan diri tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas II SMA Raksana Medan di
bidang kognitif.
Penelitian yang telah dilakulan oleh Risqi Rahman yang berjudul
Hubungan Antara Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
Self-Concept siswa tentang matematika dalam pembelajaran berbantuan
Geogebra secara umum mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Eklas, S. E (1995) yang berjudul
hubungan Kemampuan berpikir kreatif, Intelegensi dan keterikatan
terhadap tugas dengan Prestasi akademik mahasiswa fakultas Ekonomi dan
Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro Angkatan 1988, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga menyimpulkan bahwa ada hubungan
signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi akademik.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanti Diyah Rahmawati yang
berjudul Kompetensi Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pemecahan Masalah
19
Matematika Di SMP NEGERI 2 MALANG. Diperoleh hasil bahwa
kemampuan peserta didik berpikir kritis dan kreatif di SMP N 2 Malang
khususnya kelas VIII-E tergolong cukup baik dengan rata-rata prosentase
berpikir kritis 56% dan berpikir kreatif 54%.
E. Kerangka Berpikir
Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya
manusia yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.
Kepercayaan diri berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki oleh seseorang. Kepercayaan diri berkembang dari kegiatan dan
tindakan yang dilakukan oleh individu, dari mencoba daripada menghindari
situasi dan bersikap pasif terhadap kondisi yang dihadapinya. Kepercayaan
diri yang positif akan menambah semangat dan kemampuan berpikir untuk
merasa yakin dengan kompetensi yang telah dimiliki, hal ini akan
mendorong seseorang untuk berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai yaitu meraih prestasi belajar yang baik. Akan
tetapi kepercayaan diri yang negatif akan mengakibatkan seseorang tidak
merasa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga kurang
berhasil dalam kehidupannya khususnya dalam bidang akademik.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberi
peluang besar bagi siswa mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut secara
langsung akan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa, pada saat siswa
gagal dalam belajar matematika akan menimbulkan perasaan cemas dalam
menghadapi hasil akhir dari proses belajar yaitu hasil belajar siswa tersebut
Handayani (dalam Kriswandani 2009). Kepercayaan diri memberikan
kontribusi yang positif terhadap proses belajar khusunya matematika.
Menurut Mc Leod (1992) kepercayaan diri terhadap matematika
merupakan keyakinan tentang kompetensi diri didalam matematika dan
kemampuan individu dalam matematika merupakan hasil dari proses
belajar berlatih mengerjakan soal-soal matematika. Oleh karena itu dalam
proses belajar matematika diperlukan proses kepercayaan diri positif, dari
hal tersebut akan menumbuhkan keyakinan dan semangat dalam belajar
sehingga akan memberikan dampak yang positif dalam pencapaian tujuan
yaitu hasil belajar yang baik.
20
Selain kepercayaan diri kemampuan berpikir kreatif matematis juga
mempengaruhi hasil belajar siswa. Berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai
pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk
menghasilkan produk yang kreatif. Krutetski (Park, 2004) mendefinisikan
kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan
solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Kiesswetter
(Pehnoken, 1997) menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang
merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif matematis
merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Mengembangkan kemampuan
berpikir
kreatif
matematis
sangat
penting
dalam
pembelajaran
matematika. Pengembangan beberapa kemampuan berpikir kreatif seperti
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinal (originality), terperinci
(elaboration).
Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis
diduga berhubungan sangat erat dengan hasil belajar siswa. Seseorang
(siswa) yang memiliki kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif
matematis yang tinggi maka semakin tinggi pula hasil belajar yang
diperoleh. Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif merupakan
faktor-faktor yang menentukan hasil belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang
hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif
matematis dengan hasil belajar. Hubungan antara variabel dalam
penelitian ini digambarkan dalam pola kerangka berpikir pada gambar 3.1
berikut:
Kepercayaan diri
Hasil belajar
Kemampuan berpikir
kreatif matematis
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
21
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan di atas maka
hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan hasil belajar
matematika.
b. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis
dengan hasil belajar matematika siswa.
c. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan
berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa.
Download