BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar Sudjana (2004: 14) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dimyanti dan Mudjiono (2006) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. Menurut Purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003: 42) hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli diatas, dalam penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) yaitu hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003: 54) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan 7 8 yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi faktor yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang; faktor yang ada pada luar individu (ekstern), yang meliputi: faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar: faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Nana Sudjana (2009) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping factor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Menurut Anonim (2001) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu; faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang meliputi, kondisi fisiologi dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan sakit. Kondisi psikologis, terdapat beberapa faktor psikologis antara lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan kemampuan kognitif. 9 Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar antara lain: faktor lingkungan dan faktor instrument. Faktor lingkungannya yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor instrument adalah faktor-faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini meliputi, kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru dan tenaga pengajar. B. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Setiap pribadi atau individu adalah unik, tidak ada satu individu yang sama persis dengan individu yang lain. Karakter atau kepribadian merupakan salah satu sisi yang membedakan antara individu satu dengan yang lain. Menurut James (dalam Dewanta, 2010), diri atau self merupakan komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatan apa yang merupakan miliknya, pengertian mengenai siapa dia itu, dan berhubungan juga dengan perasaan tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan segala miliknya sehingga diri seseorang merupakan jumlah total apa yang disebut sebagai kepunyaannya. Diri (self) meliputi beberapa bagian dan secara umum, oleh Gallahue dan Ozmun (2005), diri dinyatakan sebagai sebuah konsep yang terdiri dari beberapa bagian penyusun, yaitu: konsep diri (self concept), harga diri (self esteem), citra diri (self image), dan percaya diri (self confident). Percaya diri (self confidence) seiring dengan perilaku dan sikap menunjukkan rasa percaya diri individu tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aktualisasi dari rasa percaya diri yang dimiliki oleh individu. Neill dalam Alias (2009) memberikan pernyatan bahwa ”self-esteem and selfefficacy in combination is what constitute self-confidence”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia memiliki arti bahwa kepercayaan diri (self-confidence) merupakan hasil kombinasi antar harga diri (self-esteem) dengan kemampuan diri (self-efficacy). Hal ini ini dapat diartikan bahwa kepercayaan diri berkembang karena adanya sikap atau perilaku serta penilaian yang positif pada individu tersebut. 10 Kepercayaan diri merupakan penyebab munculnya kekuatan, keterampilan, serta energi yang diperlukan untuk berhasil. Menurut Thantaway (2005: 87), kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat akan kemampuan pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (2005) menyatakan hal yang lebih spesipik tentang kepercayaan diri yaitu berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan didalam dirinya. Dengan kata lain bahwa jika individu memiliki kepercayaan diri yang positif maka dalam diri individu tersebut terdapat sebuah keyakinan yang dapat mendorong individu untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Hambly (1992) kepercayaan diri adalah kemampuan yang dimilki individu dalam menangani segala situasi. Hal tersebut diartikan bahwa dengan kepercayaan diri yang positif maka individu tersebut akan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menangani situasi yang dihadapi sehingga individu tersebut dapat dengan cepat dan tepat untuk dapat menempatkan diri serta mengambil sikap dalam situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Hambly diatas, menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk dapat mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapinya. Hal ini dapat diartikan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang positif akan dapat bersosialisasi dengan baik dan mampu menempatkan diri dalam situasi yang sedang dihadapi. Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dirinya mampu untuk mengembangkan penilaian positif diri terhadap lingkunagn serta situasi yang dihadapinya sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam dirinya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. 11 2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri Lauster (2006) mengemukakan tentang ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu: a. Percaya pada kemampuan sendiri Yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya. d. Berani mengungkapkan Pendapat Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut. Menurut Guilford (1999) Ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah: a. merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan; b. merasa dapat diterima oleh kelompoknya; c. percaya sekala pada dirinya sendiri serta memilikki ketenangan sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu salah). Sedangkan Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (2002) adalah: a. selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu; b. mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai; c. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta dapat berkomunikasi di berbagai situasi; 12 d. memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya; e. mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang cukup; f. memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan; g. selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup; Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri kepercayaan diri dapat disimpulkan bahwasanya seseorang yang memiliki kepercayaan diri diharapkan akan percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif atau optimis terhadap diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat. 3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Menurut Pearce (1991) Kepercayaan diri individu berkembang dari kegiatan mencoba dan tindakan yang dilakukan oleh individu, dari mencoba daripada menghindari situasi dan bersikap pasif. Lauster (2006) dan didukung oleh Rini (2002), Guilford (dalam Saptaningrum, 2005) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri positif dapat digambarkan dari 4 aspek antara lain: a. Cinta diri Seseorang yang memiliki percaya diri yang positif akan mencintai dirinya sendiri. Cinta diri sendiri diartikan sebagai perilaku seseorang untuk memelihara dirinya sendiri misalnya dengan memperhatikan penampilan dan kebersihan diri b. Pemahaman diri Dalam aspek pemahaman diri, individu tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan perilaku diri sendiri. Namun orang yang memiliki percaya diri positif selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri sendiri, merasa yakin terhadap apa yang individu lakukan, percaya akan kompetensi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain, berani 13 menerima dan menghadapi penolakan orang lain, yang berati bahwa berani menjadi dirinya sendiri, serta memiliki ketenangan sikap (misalnya tidak gugup dalam melakukan dan menghadapi sesuatu). c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang percaya dirinya pisitif selalu memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena individu tersebut memiliki pemikiran yang jelas serta alasan mengapa melakukan tindakan-tindakan tersebut, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain ataua kelompok, serta memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri ketika harapan itu terwujud individu tetap mampu melihat sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi. d. Berpikir Positif Berpikir positif merupakan cara berpikir yang menekankan pada segi positif dari suatu keadaan atau diri sendiri. Efek lain dari kecenderungan seseorang memusatkan perhatian pada aspek positif adalah pada penyesuaian diri individu terhadap situasi yang dihadapi, punya pengadilan diri yang baik (emosi stabil dan tidak moody), memiliki internal locus of control yaitu memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, serta tidak tergantung atau mengharap bantuan orang lain. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri pada seseorang menurut Hakim (2002: 121) sebagai berikut: a. Lingkungan keluarga Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. 14 Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang. Hakim (2002: 121) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri anak adalah sebagai berikut. 1. menerapkan pola pendidikan yang demokratis; 2. melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal; 3. menumbuhkan sikap mandiri pada anak; 4. jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak; 5. setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti; 6. berikan anak penghargaan jika berbuat baik; 7. berikan hukuman jika berbuat salah; 8. kembangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak; b. Pendidikan formal Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya. Hakim (2002: 122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangunn melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut . 1. memupuk keberanian untuk bertanya; 2. peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa; 3. melatih berdiskusi dan berdebat; 4. mengerjakan soal di depan kelas; 5. bersaing dalam mencapai prestasi belajar; 6. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler; 7. penerapan disiplin yang konsisten; 15 8. memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain. c. Pendidikan non formal Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertnetu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya : mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja (BLK), pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulanya rasa percaya diri pada diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain menurut Angelis (2006: 4) adalah sebagai berikut. 1) kemampuan pribadi: Rasa percaya diri hanya timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan; 2) keberhasilan seseorang: Keberhasilan seseorang ketika mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan akan menperkuat timbulnya rasa percaya diri; 3) keinginan: Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk mendapatkannya; 4) tekat yang kuat: Rasa percaya diri yang datang ketika seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan; Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana 16 lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap pola kepribadian seseorang. Yang kedua adalah lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah lingkungan pendidikan non formal temapat individu menimba ilmu secara tidak langsung belajar ketrampilan-keterampilan sehingga tercapailah keterampilan sebagai salah satu faktor pendukung guna mencapai rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan. C. Kemampaun Berpikir Kreatif 1. Pengertian Kemapuan Berpikir Kreatif Matematis Isaken (dalam Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses kontruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Menurut Mc Gregor (2007), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perpektif baru atau cara baru dalam memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009), kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan unutk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Menurut Livne (2008), berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifaf terbuka. Krutetski (Part, 2004) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Menurut Ruseffendi (2008) manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain, tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir kreatif matematis merupakan kemampuan siswa 17 dalam memecahkan suatu permasalahan matematis yang sifatnya terbuka dengan memunculkan ide-ide yang baru dan bersifat fleksibel. 2. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Menurut Wicoff (Rizki, 2012: 28), individu yang kreatif membawa makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan baru, menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau keindahan. Munandar (2009: 36) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam pendirian dan keyakinan. Adapun yang termasuk kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009: 14) sebagai berikut: 1. Fluency (Keterampilan berpikir lancar), Meliputi kemampuan: Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan; Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) meliputi kemampuan: Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda; Mencari banyak alternatif pemecahan yang berbeda-beda, Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. 3. Originality (keterampilan berpikir orisinal) meliputi kemampuan: Melahirkan ungkapan yang baru dan unik; Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapakan diri; Mampu membuat kombinasi tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur 4. Elaboration (Ketrampilan memperinci) meliputi kemampuan Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; Menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan siswa dalam membuat berbagai ide dan 18 menyelesaikan masalah-masalah matematis secara lancar (fluency), luwes (flexibility), orisinal (originality), dan terperinci (elaboration). D. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Nur’asyah (2005) yang berjudul Hubungan kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika di SMP Negeri Se Kota Medan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan yang berarti dan signifikan dengan hasil belajar matematika, artinya makin tinggi kepercayaan diri siswa maka maka makin tinggi pula hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien kolerasi ry1 = 0,41 pada taraf signifikan α = 0,05 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,17, hal ini menunjukkan bahwa 17% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh kepercayaan diri melalui persamaan regresi Ŷ = 9,36+0,41 X1. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa SMA bidang kognitif, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar bidang kognitif pada siswa kelas II SMA Raksana Medan. Hal ini berarti bahwa kepercayaan diri tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas II SMA Raksana Medan di bidang kognitif. Penelitian yang telah dilakulan oleh Risqi Rahman yang berjudul Hubungan Antara Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Self-Concept siswa tentang matematika dalam pembelajaran berbantuan Geogebra secara umum mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Eklas, S. E (1995) yang berjudul hubungan Kemampuan berpikir kreatif, Intelegensi dan keterikatan terhadap tugas dengan Prestasi akademik mahasiswa fakultas Ekonomi dan Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro Angkatan 1988, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Tanti Diyah Rahmawati yang berjudul Kompetensi Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pemecahan Masalah 19 Matematika Di SMP NEGERI 2 MALANG. Diperoleh hasil bahwa kemampuan peserta didik berpikir kritis dan kreatif di SMP N 2 Malang khususnya kelas VIII-E tergolong cukup baik dengan rata-rata prosentase berpikir kritis 56% dan berpikir kreatif 54%. E. Kerangka Berpikir Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh seseorang. Kepercayaan diri berkembang dari kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh individu, dari mencoba daripada menghindari situasi dan bersikap pasif terhadap kondisi yang dihadapinya. Kepercayaan diri yang positif akan menambah semangat dan kemampuan berpikir untuk merasa yakin dengan kompetensi yang telah dimiliki, hal ini akan mendorong seseorang untuk berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu meraih prestasi belajar yang baik. Akan tetapi kepercayaan diri yang negatif akan mengakibatkan seseorang tidak merasa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga kurang berhasil dalam kehidupannya khususnya dalam bidang akademik. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberi peluang besar bagi siswa mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut secara langsung akan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa, pada saat siswa gagal dalam belajar matematika akan menimbulkan perasaan cemas dalam menghadapi hasil akhir dari proses belajar yaitu hasil belajar siswa tersebut Handayani (dalam Kriswandani 2009). Kepercayaan diri memberikan kontribusi yang positif terhadap proses belajar khusunya matematika. Menurut Mc Leod (1992) kepercayaan diri terhadap matematika merupakan keyakinan tentang kompetensi diri didalam matematika dan kemampuan individu dalam matematika merupakan hasil dari proses belajar berlatih mengerjakan soal-soal matematika. Oleh karena itu dalam proses belajar matematika diperlukan proses kepercayaan diri positif, dari hal tersebut akan menumbuhkan keyakinan dan semangat dalam belajar sehingga akan memberikan dampak yang positif dalam pencapaian tujuan yaitu hasil belajar yang baik. 20 Selain kepercayaan diri kemampuan berpikir kreatif matematis juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk yang kreatif. Krutetski (Park, 2004) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Kiesswetter (Pehnoken, 1997) menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis sangat penting dalam pembelajaran matematika. Pengembangan beberapa kemampuan berpikir kreatif seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinal (originality), terperinci (elaboration). Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis diduga berhubungan sangat erat dengan hasil belajar siswa. Seseorang (siswa) yang memiliki kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis yang tinggi maka semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh. Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif merupakan faktor-faktor yang menentukan hasil belajar. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar. Hubungan antara variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam pola kerangka berpikir pada gambar 3.1 berikut: Kepercayaan diri Hasil belajar Kemampuan berpikir kreatif matematis Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 21 F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan hasil belajar matematika. b. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa. c. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa.