GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN KOLOSTOMI PERMANEN DI YAYASAN KANKER INDONESIA JAKARTA PUSAT Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: Yuniska Pratiwi 108104000007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H RIWAYAT HIDUP Nama : YUNISKA PRATIWI Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, Oktober 1990 Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Arafah Raya Blok E2 No.52 RT/RW 04/10 Kelurahan Panunggangan Barat kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Banten Anak ke : 9 dari 10 bersaudata Telepon : 085781190436 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Cimone 6 tahun 1996-2002 2. SMP Negeri 6 Tangerang tahun 2002-2005 3. MA Negeri 1 Tangerang tahun 2005-2008 4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013 vi FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, April 2013 Yuniska Pratiwi, NIM : 108014000007 Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran ABSTRAK Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses.Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta meningkatkan kualitas hidupnya. Klien dengan kolostomi menghadapi beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam menjaga kantung. Masalah tersebut sangat berpontensi untuk mempengaruhi konsep diri klien terhadap kondisi yang dialaminya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Sampel dalam penelitian dipilih dengan menggunakan teknik jenis Purposive Sampling dengan pendekatan sampling Homogen.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan sembilan belas tema yaitu : stresor, adaptasi transisi sehat sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh, alasan penilaian bentuk tubuh., faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri, pencapaian ideal, indikator keberhasilan, respon emosional, respon kehilangan, sumber pembentukan harga diri, peran dikeluarga, tugas perkembangan, stresor, sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis kelamin, penilaian diri terhadap tujuan hidup, penilaian koping.Peneliti menyarankan agar klien dapat berbagi pengalaman dengan sesama penderita untuk meningkatkan penerimaan dan pembentukan konsep diri yang positif. Kata kunci : dewasa muda, kolostomi, konsep diri Daftar bacaan : 32 (1998-2011) vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF NURSING Undergraduate Thesis, April 2013 Yuniska Pratiwi, ID Number : 108104000007 Picture of Self-Concept In Young Adults Client With A Permanent Colostomy at Indonesia Cancer Foundation Central Jakarta xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran ABSTRACT Colostomy is a hole made through the abdominal wall into the iliac colon , the place to secrete feces. Colostomy made so that the client may survive longer and to help them return a more healthy life and a productive and improve the quality of life. Clients with a colostomy faced some problems, both physical and psychological, such leaks caused by the failure of the adhesive attachment of the bag and the difficulty in keeping the bag. The problem is so equally harmful to influence self-concept clients against it condition. This research aims to see the picture of self-concept in young adultsclient with a permanent colostomy at Indonesia Cancer Foundation Central Jakarta. This research uses a qualitative study with phenomenological approach. The samples in this study were selected using purposive sampling technique type Homogeneous sampling approach. Data collection was done by in-depth interviews. This research resulted nineteen themes, namely: stressor, adaptations healthy and diseased transitions, changes in the body's elimination functions, activity limitations, assessment of satisfaction with body shape, body shape valuation grounds., Factors that affect ideal self, ideal achievement, success indicators, emotional response, loss of response, the source of the formation of self-esteem, role in the family, the task of development, stressor, attitudes toward acceptance, recognition of gender, selfassessment toward the purpose of life, coping appraisal. Researcher suggested that clients can share their experiences with fellow sufferers to increase acceptance and establishment a positive self-concept. Keywords: Young Adult, Colostomy, Self Concept Reference :32 (1998-2011) viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. Atas kekuasaan dan izin ALLAH SWT Skripsi dengan judul “ Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen DI Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat ” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.Namun, dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bpk Prof. Dr. (Hc.) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Djauhari, Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.kes, Selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dra. Farida Hamid, Mpd, Selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ix 5. Bpk Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM. Selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Ernawati, S.Kp. M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing pertama yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini,S.Kep.M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta Pusat yang telah memberikan waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data. 10. Orang tua tercinta (Ibu Suhartini dan Bapak(Alm) Achmad Kazuini) terima kasih atas segala pengorbanan yang telah kau berikan untukku, yang selalu menyayangiku, mengasihiku, terima kasih atas doa untukku dan dukungan kalian sampai aku selesai menyusun skripsi dengan baik. 11. Kakak-kakak dan adik tersayang ( Deni, Wawan, Nenden, Agus, Dewi, Zuli, Ardi, Desi, Budi, Puji, Dandi, Fajar, Revi, dan Ibnu) yang selalu memberikan semangat dan motivasi tiada hentinya kepada penulis. 12. Keponakanku tersayang (Nurul, Ghozi, Amanda, Puput, Ghifar, Hafizh, Bilal, Azka) yang selalu memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis. x 13. Teman sepermainan yang selalu bersama baik dalam suka maupun duka ( Ifat Qq, Opi, Wensil, Pia, Ose, Sri, Ningsih dan Mii) yang telah memberikan dukungan dan pembelajaran kepada penulis. 14. Seluruh teman-temanku di Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2008 yang telah menjadi penyemangat kuliahku terima kasih atas partisipasi kalian. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Jakarta, 9 April 2013 Yuniska Pratiwi xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ v RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................................. viii KATA PENGANTAR .................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6 C. Pertanyaan Peneliian .............................................................................................. 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 A. Tujuan .............................................................................................................. 7 1. Tujuan Umum .................................................................................................. 7 2. Tujuan Khusus ................................................................................................. 7 B. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8 xii 1. Bagi klien .......................................................................................................... 8 2. Bagi Institusi Yayasan Kanker Indonesia ....................................................... 8 3. Bagi Profesi Keperawatan ................................................................................ 8 4. Bagi Peneliti ..................................................................................................... 9 5. Bagi Penelii yang Akan Datang ....................................................................... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 10 A. Kolostomi ............................................................................................................. 10 1. Definisi Kolostomi ........................................................................................... 10 2. Lokasi dan Tipe Kolostomi ............................................................................... 10 3. Indikasi Kolostomi ........................................................................................... 12 4. Komplikasi kolostomi ...................................................................................... 15 B. Konsep Diri .......................................................................................................... 15 1. Definisi Konsep Diri ...................................................................................... 15 2. Teori Perkembangan Konsep Diri .................................................................. 16 3. Factor yang Mempengaruhi Konsep Diri ....................................................... 18 4. Komponen Konsep Diri ................................................................................. 19 a. Citra Tubuh ............................................................................................. 19 b. Ideal Diri .................................................................................................. 23 c. Harga Diri................................................................................................. 24 d. Peran ........................................................................................................ 26 e. Identitas Diri............................................................................................. 26 5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Keperibadian Sehat .................................. 28 6. Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien ................................................... 28 xiii C. Dewasa Muda ...................................................................................................... 30 1. Perkembangan Dewasa Muda ........................................................................ 30 2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda ................................................. 30 3. Perkembangan Konsep Diri Dewasa Muda ................................................... 32 D. Kerangka Teori..................................................................................................... 33 BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 35 A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 35 B. Befinisi Istilah ...................................................................................................... 36 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 39 A. Desain Penelitian .................................................................................................. 39 B. Populasi ............................................................................................................... 40 C. Sampel ................................................................................................................. 40 D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 41 E. Instrument Penelitian ........................................................................................... 42 F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 42 G. Validasi Data ....................................................................................................... 45 H. Teknik Anlisa Data ............................................................................................. 46 I. Etika Penelitan .................................................................................................... 48 BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 50 A. Gambaran wilayah penelitian................................................................................ 50 B. Hasil penelitian...................................................................................................... 51 1. Karakteristik partisipan ................................................................................... 51 2. Analisa tematik................................................................................................ 53 xiv a. Gambaran Citra Tubuh.............................................................................. 53 Tema I. Stressor ....................................................................................... 54 Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. .................................................... 54 Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ........................................... 56 Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ............................................................. 56 Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ........................... 57 Tema VI.Alasan Penilaian Benuk Tubuh.................................................. 57 b. Gambaran Ideal Diri .................................................................................. 58 Tema VII.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ......................... 58 Tema VIII.Pencapaian Ideal Diri .............................................................. 59 c. Gambaran Harga Diri ................................................................................ 59 Tema IX.Indikator Keberhasilan ............................................................... 59 Tema X.Respon Emosional ....................................................................... 60 Tema XI.Respon Kehilangan .................................................................... 60 Tema XII.Sumber Pembantukan Harga Diri ............................................. 61 d. Gambaran Peran ........................................................................................ 62 Tema XIII.Peran Dikelurga ....................................................................... 62 Tema XIV.Tugas Perkembangan .............................................................. 62 Tema XV. Stresor ..................................................................................... 63 e. Gambaran Identitas Diri ............................................................................ 63 Tema XVI.Sikap Terhadap Penerimaan ................................................... 64 Tema XVII.Pengakuan Jenis Kelamin ...................................................... 64 Tema XIIII.Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup .................................. 65 Tema XIX. Penilaian Koping ................................................................... 65 xv BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................ 67 A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi ................................................................ 67 1. Citra Tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ............... 68 Tema I. Stressor ....................................................................................... 68 Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. .................................................... 69 Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ........................................... 71 Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ............................................................. 72 Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ........................... 73 Tema VI. Alasan Penilaian Benuk Tubuh ............................................... 74 2. Ideal Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ................... 75 Tema VII. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ....................... 75 Tema VIII. Pencapaian Ideal Diri ............................................................ 76 3. Gambaran Harga Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ......................................................................................................... 77 Tema IX. Indikator Keberhasilan ............................................................. 77 Tema X. Respon Emosional ...................................................................... 78 Tema XI. Respon Kehilangan .................................................................. 79 Tema XII. Sumber Pembantukan Harga Diri ........................................... 81 4. Gambaran Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ....... 82 Tema XIII. Peran Dikelurga ..................................................................... 82 Tema XIV. Tugas Perkembangan ............................................................ 82 Tema XV. Stresor ..................................................................................... 83 5. Gambaran Identitas Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ......................................................................................................... 84 xvi Tema XVI. Sikap Terhadap Penerimaan ................................................. 84 Tema XVII. Pengakuan Jenis Kelamin .................................................... 86 Tema XIIII. Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup ................................ 86 Tema XIX. Penilaian Koping ................................................................... 87 Hasil Catatan Lapangan ........................................................................... 88 B. Keterbatasan penelitian ........................................................................................ 90 BAB VII PENUTUP........................................................................................................ 92 A. Kesimpulan ........................................................................................................... 92 B. Saran ...................................................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. xviii LAMPIRAN xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stoma usus merupakan lubang buatan pada dinding perut yang langsung berhubungan dengan usus kecil atau usus besar ( Ayaz, 2008). Stoma usus bisa dibuat dari ileum (ileostomi) atau kolon (kolostomi), stoma merupakan anus baru (neoanus), yang dibuat bila anus itu sendiri telah diangkat atau pada saat diinginkan pengalihan aliran feses dari usus sebelah distal, seperti pada keadaan bedah darurat kolon sisi kiri untuk „mengistirahatkan‟ usus bagian distal atau melindungi suatu anastomosis (Britto dan Dalrymple, 2005). Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses ( Pearce, 2009). Kolostomi dapat dibuat sementara ataupun permanen. Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, klien dengan kolostomi menghadapi beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam menjaga kantung . Kecemasan dan merasa malu memiliki kolostomi dapat menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari pekerjaan, keinginan untuk melakukan perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya. Cara klien dalam memandang perubahan dalam tubuh mereka dapat 1 2 mempengaruhi perilaku mereka terhadap keluarga dan teman-teman, dan berpengaruh terhadap masalah hubungan seks (Nugent et al, 1999). Masalah tersebut sangat berpontensi untuk mempengaruhi konsep diri klien terhadap kondisi yang dialaminya. Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya didukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal (Salbiah, 2003). Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu dilahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stresor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambar penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri terdiri dari beberapa bagian, yaitu: citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Salbiah, 2003). 3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mihalopoulos et al.(1994) dalam Potter & Perry, (2005), menyatakan bahwa klien dengan kolostomi sering mempersepsikan kolostomi sebagai suatu bentuk pemotongan/perusakan. Walaupun pakaian menutupi ostomi, klien merasa berbeda. Faktor penting dalam reaksi klien adalah karakter sekresi feses dan kemampuan untuk mengontrolnya. Bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer, dan ketidakmampuan mengatur defekasi membuat klien kehilangan harga dirinya. Sebuah kolostomi dapat menimbulkan perubahan citra tubuh yang serius, terutama jika kolostomi tersebut bersifat permanen. Sebuah penelitian yang dilaporkan oleh Walsh et al. (1995) dalam potter& perry, (2005) mengukur persepsi citra tubuh klien yang menjalani kolostomi. Klien yang memiliki riwayat penyakit usus kronik dalam jangka waktu lama, seperti penyakit Crohn atau colitis ulseratif telah meningkatkan kualitas hidupnya, tetapi memiliki citra tubuh yang lebih rendah. Sebaliknya, klien yang membutuhkan kolostomi akibat kanker memiliki citra tubuh yang lebih tinggi, tetapi kualitas hidupnya berkurang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia di dapatkan informasi bahwa jumlah klien yang menggunakan kolostomi sebanyak 413 orang dengan berbagai indikasi pembuatan kolostomi diantaranya kanker kolon, atresia ani, divertikulum, obstruksi usus, hirschsprung dan kanker rektal. Setelah dilakukan wawancara secara singkat kepada beberapa klien dengan kolostomi sebagian dari mereka menyataka bahwa mereka mengalami berbagai perubahan dalam menjalani hidupnya sejak adanya kolostomi pada dirinya, 4 mereka menyatakan bahwa saat awal adanya kolostomi pada tubuh mereka, mereka merasa tidak percaya dan tidak menerima adanya lubang kolostomi pada dirinya, mereka merasa malu dan tidak terbiasa dengan adanya kolostomi pada dirinya. Pernyataan diatas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ayaz, 2008) yang menyatakan bahwa, adanya stoma dapat menyebabkan banyak perubahan dalam emosi dan gaya hidup. Di antara perubahannya yaitu, perubahan psikologis seperti perubahan dalam tubuh, kecemasan (takut diketahui), penurunan harga diri, dan tidak menyukai diri sendiri terhadap yang terjadi padanya. Klien dengan kolostomi sering mengalami perubahan citra tubuh dan konsep diri. Dukungan psikologis dan penyuluhan adalah aspek penting dalam mengatasi masalah ini ( Jhonson et al, 2005). Citra tubuh menunjukan gambaran diri sendiri yang dimiliki setiap orang. Penyakit dan cedera serius dapat merusak konsep diri tersebut. Mengadaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit dapat mempengaruhi perasaan seseorang mengenai identitasnya. Kecacatan mayor bisa dianggap sebagai keterbatasan yang harus dihadapi. Namun sebaliknya bisa juga menyebabkan perasaan “tidak berdaya” (Salbiah, 2003) Ancaman terhadap citra tubuh dan juga harga diri, sering desertai perasaan malu, ketidakadekuatan dan rasa bersalah. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, orang kadang harus menyesuaikan dengan berbagai situasi yang mengancam harga diri mereka. Pelanggaran kesopanan dan invasi terhadap privasi menyebabkan ansietas dan rasa malu. Ancaman yang hebat terhadap citra 5 tubuh dapat diakibatkan mulai dari perubahan drastis seperti kolostomi atau ileostomi, amputasi, masektomi atau prosedur bedah semacamnya (Brunner dan Suddarth, 2002) Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri. Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu atau keluarga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran di dalam keluarga. Perubahan ini dapat menggangggu konsep diri. Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain dan lingkungannya. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya dan lingkungannya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan 6 konflik. Akibatnya anggota keluarga dan lingkungannya akan merubah interaksi mereka dengan klien. Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan adanya kolostomi pada seseorang dapat mempengaruhi persepsi tentang konsep dirinya, dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan menunjukan bahwa klien dengan kolostomi mengalami beberapa perubahan konsep diri diantaranya yaitu perubahan citra tubuh dan harga diri, dalam hal ini peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang gambaran konsep diri yang terdiri dari lima komponen. Dalam penelitian ini peneliti ingei mengetahui mengenai gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi di yayasan kanker indonesia. B. Rumusan masalah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya didapatkan gambaran tentang citra diri dan harga diri dari klien dengan kolostomi, sedangkan komponen konsep diri mencakup dari lima komponen yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan yang terdiri dari dari citra diri, harga diri, peran diri , ideal diri dan identitas diri. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara menyeluruh tentang lima komponen dari konsep diri. 7 C. Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitianya adalah bagaimana gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. D. Tujuan dan manfaat penelitian A. Tujuan 1. Tujuan Umum: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. 2. Tujuan Khusus: a) Mengidentifikasi gambaran karakteristik citra diri (Body Image) klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. b) Mengidentifikasi gambaran karakteristik ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. c) Mengidentifikasi gambaran karakteristik harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. 8 d) Mengidentifikasi gambaran karakteristik peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. e) Mengidentifikasi gambaran karakteristik identitas personal pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat. B. Manfaat Penelitian 1. Bagi klien : Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai konsep diri yang dimiliki oleh klien dengan kolostomi di Yayasan Kanker Indonesia untuk membentuk konsep diri individu yang baik. 2. Bagi institusi Yayasan Kanker Indonesia : Hasil penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi dimana institusi berada, sehingga dapat menjadi fasilitator untuk membantu klien membentuk konsep diri yang baik. 3. Bagi Profesi Keperawatan : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pengetahuan tentang gambaran konsep diri, dimana ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat yang berhubungan dengan konsep diri 9 4. Bagi peneliti : Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana gambaran konsep diri yang ada pada klien dengan kolostomi, dan sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya. 5. Bagi penelitian akan datang : Hasil penilitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, dan dapat memperluas wawasan peneliti selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri pada klien dengan kolostomi di Yayasan Kanker Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui pengalaman seseoarang yang menjadi informan melalui wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah klien dengan kolostomi di yayasan kanker Indonesia. BAB II LANDASAN TEORI A. Kolostomi 1. Definisi Kolostomi Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses. Kolostomi dapat sementara jika kemudian ditutup lagi, atau permanen dan bekerja sebagai anus tiruan sesudah eksisi rectum ( Pearce, 2009) 2. Lokasi dan Tipe Kolostomi a. Lokasi pembuatan kolostomi Kolostomi asendens mengosongkan usus dari kolon asendens. Kolostomi transversal mengosongkan usus dari kolon transversal. Kolostomi desendens mengosongkan usus dari kolon desendens. Lokasi ostomi mempengaruhi karakter dan penatalaksanaan drainase feses. 1. Ileostomi menghasilkan drainase feses yang cair dan tidak dapat diatur. Klien ileostomi harus melaksanakan beberapa tindakan kewaspadaan khusus guna mencegah kerusakan kulit karena drainase ileostomi mengandung enzim-enzim pencernaan, yang dapat merusak kulit. Bau minimal karena feses hanya mengandung sedikit bakteri. 2. Kolostomi asendens serupa dengan ileostomi yauitu drainase feses cair dan tidak dapat diatur, dan terdapat enzim-enzim pencernaan. 10 11 Akan tetapi, bau merupakan masalah yang memerlukan pengontrolan (misal., deodoran di dalam kantung ostomi). 3. Kolostomi transversal menghasilkan bau yang tajam, dengan drainase agak kental karena beberapa cairan telah diapsorbsi kembali. Biasanya tidak terdapat kontrol. 4. Kolostomi desendens menghasilkan drainase feses yang lebih padat. Feses memiliki konsistensi normal atau konsistensinya telah terbentuk, dan frekuensi rabas dapat diatur. Bau biasanya dapat dikontrol. ( Kozier & Erb, 2009) b. Tipe stoma Terdapat 4 tipe utama konstruksi stoma: tunggal (single), lengkung (loop), tabung ganda (double-barreled) dan kolostomi pemisah (devided colostomy). 1. Kolostomi (ujung) tunggal hanya memiliki sebuah stoma yang muncul dari ujung bagian proksimal usus. 2. Kolostomi lengkung, sebuah lengkung usus dibawa keluar dari abdomen, disangga dengan batang plastic apabila dibuat dua lubang, lubang proksimal (atau ujung yang berfungsi) mengeluarkan materi feses dan lubang distal atau ujung yang tidak berfungsi hanya mengeluarkan mucus. 3. Kolostomi tabung ganda, dibentuk dua stoma yang terpisah, satu stoma berada di proksimal dan berfungsi sedangkan stoma yang lain berada di distal dan tidak berfungsi. 12 4. Kolostomi pemisahan memiliki dua stoma, dipisahkan diatas dinding abdomen. ( Kozier & Erb, 2009) 3. Indikasi Kolostomi a. Divertikulum Penyakit divertikulum adalah suatu kondisi penonjolan dan pelebran dari dinding saluran gastrointestinal. Divertikulosis adalah terbentuknya kantung atau pelebaran keluar dari dinding usus besar terutama pada bagian kolon sigmoid. Penyakit divertikulum dapat terjadi pada sepanjang saluran gastrointestinal, bisa didapat atau bisa bersifat congenital, seperti Meckel’s Divertikulum. Penyakit divertikulum merupakan herniasi dari mukosa dan submukosa atau seluruh dinding (Rabinowitz, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011) Menurut Sjamsuhidayat (2005) reseksi bagian kolon yang mengalami divertikulum dapat dikerjakan secara selektif. Reseksi kolon sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartmann dengan kolostomi sementara untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang dibua primer pada lingkungan radang. b. Hirschsprung Penyakit hirschsprung adalah suatu gangguan perkembangan dari system saraf enteric dengan karakteristik tidak adanya sel-sel ganglion (tidak adanya pleksus mienterik) pada bagian distal kolon dan kolon tidak dapat mengembang dengan memberikan manifestasi perubahan 13 struktur dari kolon (Lee, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011) pada kondisi klinik penyakit hirschsprung lebih dikenal dengan megakolon congenital. Penatalaksanaan medis pembedahan operasi bervariasi tergantung pada usia pasien, status mental, kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, panjang segmen aganglionik, derajat dilatasi kolon dan kehadiran enterokolitis. Pilihan bedah kolostomi termasuk pada tingkat usus normal, irigasi rectal diikuti oleh reseksi usus dan prosedur kolostomi (Dasgupta, 2004 dalam Muttaqin dan Sari 2011) c. Obstruksi usus besar Obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akbat adanya kelainan mekanik atau non mekanik pada usus besar. Ostruksi usus besar mekanik dapat disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomi, seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obtipasi. Kelainan non mekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi pseudo-obstruksi (McCowan, 2009 dalam Muttaqin dan Sari, 2011). Intervesi bedah dengan reseksi kolon dan kolostomi untuk kecepatan pemulihan, serta mengurangi morbiditas. d. Kanker kolon Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar. Secara genetic, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetic sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi premalignant(adenoma) untuk adenokarsinoma invasive. Rangkaian 14 peristiwa molekuler dan genetic yang menyebabkan transformasi dari keganasan polip adenomatosa. Pembedahan adalah satu-satunya modalitas kuratif untuk kanker kolon (tahap I-III) dan berpotensi memberikan satu-satunya pilihan bagi pasien dengan metastasis di hati dan atau paru-paru (penyakit stadium IV). Untuk lesi di sekum dan kolon kanan, diindikasikan untuk hemikolektomi kanan; untuk lesi di proksimal kolon transverses atau tengah, dilakukan hemikolektomi kanan; untuk lesi di lienalis fleksura dan kolon sebelah kiri, dilakukan hemikolektomi kiri. Pada setiap lesi pada kolon sigmoid, maka akan dilakukan intervensi sigmoid kolektomi yang sesuai dengan kondisi klinis. e. Atresia ani Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Wong,2003 dalam Maryunani dan Nurhayati, 2009) sedangkan menurut (Purwanto,2001) Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang memisahkan bagian endoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. Jadi dapat disimpulkan bahwa atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi pada waktu kehamilan. Penatalaksanaan pembedahan pada bayi 15 lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan kelainan.tindakan kolostomi neonatus dimana tindakan ini harus dilakukan. 4. Komplikasi Kolostomi Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma (biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomosis usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda syok (Brunner & Suddart, 2002) B. Konsep Diri 1. Definisi Konsep Diri Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2007). Sedangkan menurut (Suliswati dkk, 2002) konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenalidan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi 16 individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. 2. Teori Perkembangan Konsep Diri Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan dorongan yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaan sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif: 1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat. 2. Mampu berfikir dan membuat keputusan. 3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan. 17 Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat merusak (destruktif). Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif. Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Konsep diri yang positif adalah individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya sevara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistik. Apabila individu menggunakan koping destruktif ia akan mengalami kecemasan, sehingga menimbulkan rasa yang bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya rendah, tidak berguna, tidak berdaya, tidak berarti, takut dan mengakibatkan perasaan bersalah. Rasa bersalah ini akan mengakibatkan kecemasan yang meningkat, proses ini berlangsung terus yang dapat menimbulkan respon yang maladaptif berupa kekacauan identitas, harga diri yang rendah dan depersonalisasi (Suliswati dkk, 2002). 18 3. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Faktor Predisposisi Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut: 1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. 2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. 3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur social. b. Stresor Pencetus Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu : 1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan. 2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran : a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap 19 perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri. b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh: 1) Kehilangan bagian tubuh 2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh 3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal 4) Prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2007). 4. Komponen Konsep Diri Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran (self role), dan identitas diri (self identity). a. Citra tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan 20 lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan (suliswati dkk, 2005) Banyak Faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa : 1. Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –lain. 2. Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. 3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. 4. Tergantung pada mesin. 21 Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan. 5. Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. 6. Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. 7. Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti : a) Syok Psikologis. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh 22 membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. b) Menarik diri. Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya. c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap. Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu : 1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah. 2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. 3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri. 4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh. 23 5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang. 6) Mengungkapkan keputusasaan. 7) Mengungkapkan ketakutan ditolak. 8) Depersonalisasi. 9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. (Salbiah, 2003) b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua akan dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran dan tanggung jawab. Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. 24 Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri 1. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan 2. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain 3. Hasrat melebihi orang lain 4. Hasrat untuk berhasil 5. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistikhasrat menghindari kegagalan 6. Adanya perasaan cemas dan rendah diri (suliswati dkk, 2005) c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. 25 Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, beri penguatan atau pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-cita dan bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menggangu persepsinya. Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial. Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah arga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan pasangan. ( suliswati dkk, 2005) 26 d. Peran Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.( suliswati dkk, 2005) Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran: 1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran. 2. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya. 3. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya. 4. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku. 5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai. e. Identitas diri Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu 27 kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri individu dengan identitas diri yang positif: 1. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain 2. Mengakui jenis kelamin sendiri 3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan 4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat 5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang 6. Mempunyai tujuan dicapai/direalisasikan. (Suliswati dkk, 2005) yang bernilai yang dapat 28 5. Ciri-ciri individu yang memiliki keperibadian sehat a. Citra diri positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh b. Ideal diri realistis Individu yang memiliki idial diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai. c. Harga diri tinggi Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. d. Penampilan peran memuaskan Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan memdapat kepuasan. Ia dapat memercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. e. Identitas jelas Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. 6. Pengaruh perawat pada konsep diri klien Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus 29 beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respon dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat mempunyai mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam hal ini. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka: a. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit. b. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress c. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut ditunjukan d. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukan dan mempengaruhi klien e. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien. Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata atau tindakan. Perawat juga mempunyai dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus berpartisipasi terhadap perubahan citra tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan memerlukan dukungan, demikian juga halnya keluarga klien. Misalnya, jika perawat merasa bahwa ostomi sangat mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh 30 mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal maupun nonverbal. C. Dewasa Muda 1. Perkembangan Dewasa Muda Papalia,olds dan Feldman (2001) mengungkapkan bahwa kelompok dewasa muda (young adulthood) berkisar antara usia 20-40 tahun. Kelompok ini merupakan kelompok yang biasanya telah mencapai kematangan secara fisik sehingga terkesan sangat berbeda dengan tahap remaja sebelumnya (Dariyo Agoes, 2004) 2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok social yang cocok (Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007). Hurlock (1993) menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Penguasaan ini juga dapat menentukan kebahagian yang akan didapatkan sampai dengan tahun-tahun akhir kehidupan seseorang. 31 Keberhasilan dalam menguasai tugas-tugas tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor tersebut yaitu: a. Kemampuan fisik Puncak kemampuan fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan dan terjadi penurunan pada awal empat puluhan. Karena itu pada periode ini, seseorang secara fisik dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang sulit. b. Kemampuan motorik Dikarenakan puncak kemampuan fisik yang terjadi pada usia dewasa muda, maka seseorang yang berada pada usia ini, dapat mempelajari keterampilan-keterampilan motorik yang baru dan juga seseorang yang berada pada usia ini dapat mengandalkan kemampuan motorik mereka pada situasi tertentu. c. Kemampuan Mental Kemampuan mental pada masa dewasa muda diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif d. Motivasi Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda akan memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai tugas- 32 tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai orang yang mandiri. e. Role model Pada usia dewasa muda, seseorang mendapatkan motivasi untuk dapat berprilaku sesuai yang dianut oleh masyarakat. Oleh sebab itu, seseorang yang berada pada usia ini, mencontoh perilaku yang dilakukan oleh orang dewasa, dimana mereka berperilaku sesuai yang dianut oleh masyarakat 3. Perkembangan konsep diri dewasa muda Meski pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kognitif, social, dan prilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih ; adalah periode untuk menetapkan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan, dan mulai melakukan hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relative stabil dalam masa ini. Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi social, dan penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar social. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri. (Potter & Perry, 2005) 33 D. Kerangka Teori 2.1 Kerangka Teori FACTOR PREDISPOSISI Mempengaruhi harga diri mempengaruhi performa peran mempengaruhi identitas diri STRESSOR PENCETUS ( Kolostomi) Trauma biologis ketegangan peran 1. Transisi peran situasi 2. Transisi peran perkembangan: Tugas perkembangan dewasa muda: 1) Mendapatkan suatu pekerjaan 2) Memilih seorang teman hidup 3) belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga 4) Membesarkan anak-anak 5) Mengelola sebuah rumah tangga 6) Menerima tanggung jawab dalam suatu sebagai warga Negara 7) Bergabung kelompok social yang cocok 3. Transisi peran sehat sakit: 1. Kehilangan bagian tubuh 2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh 3. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal 4. Prosedur medis dan keperawatan 34 PENILAIAN TERHADAP STRESSOR SUMBER KOPING Kekuatan Ego MEKANISME KOPING Jangka Pendek Jangka Panjang Konstruktif Orientasi Ego Destruktif Respon Adaptif Respon Maladaptif Konsep diri: 1. 2. 3. 4. 5. Citra diri Harga diri Peran Ideal diri Identitas diri 2.1 Stuart stress adaptation model as related to self-concept respons BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka konsep Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu : citra diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Stuart, 2007). Bagan 3.1 kerangka konsep Konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi : - Citra diri - Harga diri - Peran - Ideal diri - Identitas diri 35 36 B. Bagan 3.2 Definisi Istilah No Nama Variabel Definisi Istilah Metode Alat Ukur Sumber Hasil ukur Validasi Partisipan 1. Citra Tubuh Persepsi klien dengan - kolostomi tentang keadaan Wawancara mendalam - Pedoman wawancara - Partisipan utama fisiknya baik bantuk tubuh, fungsi penampilan 2. Ideal Diri tubuh dan - Observasi sehari-hari - Catatan lapangan - Partisipan pendukung - Persepsi klien sumber tentang Triangulasi keadaan teknik tubuhnya serta gambaran tubuh yang setelah disukai dan tidak disukai adanya setelah memiliki kolostomi kolostomi Persepsi memiliki klien yang kolostomi terhadap diri sendiri secara - Wawancara mendalam - Pedoman wawancar - Partisipan utama Triangulasi - Harapan Triangulasi klien sumber terhadap Triangulasi 37 keseluruhan yang - Observasi berhubungan dengan cita- - Catatan lapangan - Partisipan pendukung dirinya setelah cita, tujuan hidup, nilai- adanya nilai kolostomi sesuai harapan teknik hidupnya di masyarakat. 3. Harga Diri Tanggapan dan penilaian klien yang memiliki kolostomi terhadap perilaku dirinya apakah sudah sesuai dengan apa yang yaitu diharapkan oleh diri sendiri dan orang lain. - Wawancara mendalam - - Pedoman wawancar - Partisipan utama Observasi - Catatan lapangan - Partisipan pendukung - Penilaian Triangulasi klien sumber terhadap Triangulasi keberha- teknik silan hidupnya 38 4. Peran Persepsi klien memiliki yang - kolostomi Wawancara mendalam - Pedoman wawancar - Partisipan utama tentang posisi dan peran dikeluarga dan - Observasi dimasyarakat. - Catatan lapangan - Partisipan pendukung -Persepsi Triangulasi klien tentang sumber posisi dan Triangulasi tugasnya d teknik keluarga dan masyarakat 5. Identitas Diri Kesadaran klien yang - memiliki kolostomi akan Wawancara mendalam - Pedoman wawancar - Partisipan utama sifat dan keunikan dirinya sendiri yang dengan orang lain. berbeda - Observasi - Catatan lapangan - Partisipan pendukung -Penilaian Triangulasi klien sumber terhadap Triangulasi keberhasilan teknik yang diharapkan dengan yang didapatnya 39 BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu penelitian yang dapat bersifat deskriptif yang mempelajari fenomena tentang respons keberadaan manusia bertujuan untuk menjelaskan pengalaman seseorang dalam kehidupannya termasuk didalamnya interaksi sosial yang dilakukannya. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh dan membuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis,menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekannkan generalisasi, tetapi lebih menekannkan pada makna (Sugiyono, 2010). Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri. 39 40 B. Populasi Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti ( Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien dewasa muda dengan kolostomi yang berada di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat yang berjumlah 29 orang. C. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang dipilih dengan menggunakan teknik jenis Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti (Tashakkari and Teddlie, 2002 dalam Swarjana, 2012) penelitian ini menggunakan pendekatan sampling Homogen, teknik ini dilakukan dengan cara peneliti memilih orang atau klien karena memiliki sifat atau karakteristik yang serupa. Dalam pengambilan sampel homogen peneliti sengaja mengambil sampel individu atau situs berdasarkan keanggotaan dalam sebuah sub-kelompok yang memiliki karakteristik tertentu. Pemilihan sempel dalam penelitian ini diambil berdasarkan atas prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Penentuan unit partisipan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada redundancy (data telah jenuh jika ditambah partisipan lagi tidak memberikan informasi yang baru ) artinya bahwa dengan menggunakan partisipan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, (1988) dalam 41 Sugiyono, 2010). Mengacu pada perinsip tersebut, maka sumber partisipan atau partisipan dalam penelitian ini adalah: 1. Partisipan kunci Partisipan kunci ini terdiri dari klien dengan kolostomi yang berada di Yayasan kanker Indonesia, klien berjumlah dua orang dengan criteria: a. Klien dengan kolostomi yang berada di Yayasan Kanker Indonesia. b. Klien dewasa muda berusia 20-40 tahun. c. Klien yang telah memiliki kolostomi lebih dari enam bulan d. Klien dengan kolostomi permanen e. Klien yang data-datanya lengkap berada di yayasan f. Dapat berkomunikasi dengan baik g. Klien berada di daerah yang memungkinkan ditempuh oleh peneliti 2. Partisipan pendukung Informan ini terdiri dari dua orang yang diambil satu orang dari tiap-tiap partisipan kunci. Partisipan merupakan anggota keluarga atau orang terdekat dari klien yang mengetahui perkembangan klien sebelum dan sesudah memiliki kolostomi. D. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Kanker Indonesia yang memiliki perkumpulan klien dengan kolostomi, klien dengan kolostomi di 42 yayasan ini berjumlah 413 orang dengan klien dewasa muda berjumlah 29 orang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012. E. Instrument Penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik tergantung peneliti dalam mengelola atau memperdalam suatu data. Instrumen tambahan dari penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan alat untuk mencatat dan alat perekam (tape recorder/handphone) F. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu alat perekam. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah open-ended interview. Cara ini dipilih karena open ended interview memberikan kesempatan pada partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya pengalaman mereka tentang fenomena yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan dengan tatap muka. 2. Tahap pengumpulan data a. Tahap persiapan pengumpulan data Setelah memperoleh izin dari Yayasan Kanker Indonesia(YKI) untuk melakukan penelitian disana, peneliti mulai melakukan kegiatan persiapan pengumpulan data. Peneliti mendapatkan 43 informasi dari YKI berupa catatan berbentuk buku yang berisikan tentang data-data anggota yang memiliki kolostomi, lalu peneliti memulai untuk memilih dan menentukan partisipan yang memungkin untuk dijadikan sampel. Selanjutnya, peneliti menghubungi partisipan melalui telepon untuk melakukan pendekatan dan informed consent secara lisan pada partisipan untuk dapat berpatisipasi dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Setelah partisipan memberikan persetujuannya secara lisan, kemudian peneliti dengan partisipan menentukan waktu dan tempat yang disepakati untuk melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan ujicoba pedoman wawancara pada partisipan yang berbeda dengan calon partisipan pada penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah pedoman wawancara yang telah dibuat sesuai atau tidak dengan kemampuan menjawab dari partisipan yang berhubungan dengan tujuan informasi yang ingin digali oleh peneliti. Pada uji coba peneliti membiasakan diri untuk menulis catatan lapangan dan mengajukan pertanyaan yang telah disusun dalam pedoman wawancara. b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data Pertama peneliti mempersiapkan tempat akan dilakukan wawancara sesuai dengan kontrak sebelumnya dengan partisipan/keluarga informan, semua proses wawancara dilakukan di rumah partisipan dengan waktu yang telah disepakati. 44 Selanjutnya mempersiapkan alat perekam dengan cara meletakkan diantara peneliti dan informan. Selain itu peneliti mempersiapkan buku catatan lapangan dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada partisipan. Proses wawancara berlangsung selama 30-45 menit dimulai dengan mengajukan pertanyaan ringan seputar partisipan dan kehidupan sehari-harinya untuk membangun rasa saling percaya dan menyediakan waktu untuk informan dan peneliti untuk bersikap santai dan tidak tegang selama proses wawancara berlangsung. Pada tahap ini tombol perekam dinyalakan. Setelah itu pertanyan dikembangkan ke pedoman wawancara yang telah disiapakan. Urutan pertanyaan diajukan sesuai dengan jawaban partisipan dan masih berkaitan dengan tujuan penelitian. Setiap ada informasi yang kurang jelas pada saat proses wawancara berlangsung, peneliti melakukan klarifikasi. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang berupa hal-hal penting atau kata-kata kunci dan gambaran ekspresi non-verbal partisipan serta hal-hal lain yang dianggap penting untuk memperkaya data penelitian. 3. Tahap penutupan Diakhir proses wawancara, peneliti membuat kesepakatan dengan partisipan untuk datang kembali jika ada data yang belum didapat atau mngulang data jika ada yang hilang. Selain itu, peneliti melakukan terminasi dengan mengucapkan terima kasih 45 kepada partisipan atas partisipasi dan kesediaannya. Peneliti juga menjelaskan jika informan ingin mengetahui hasil penelitian, maka peneliti akan datang kembali dan menginformasikan hasil akhir penelitian. G. Validasi Data Untuk menjaga validasi data, maka peneliti menggunakan metode validitas internal dengan melakukan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi meliputi (Sugiyono, 2011): 1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data dari sumber yang berupa informan berbeda-beda. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akurat. 2. Triagulasi Teknik Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila dengan menggunakan teknik tersebut mendapatkan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk 46 memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semua benar karena sudut pandangnya berbeda-beda. 3. Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, sehingga informan belum mempunyai banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kreadibel. Pengujian kreadibilitas data dlakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulangulang hingga mendapatkan kepastian data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi data berupa triangulasi sumber dan teknik. H. Teknik Analisa Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam saryono dan mekar 2010, meliputi: 1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena yang telah dikumpulkan. 47 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan mengenai data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean data. 3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulangulang. 4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci. 5. Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori. 6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema. 7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif 8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap. 48 Memiliki gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti Menggabungkan data yang baru diperoleh saat dilakukan validasi Mencatat data yang diperoleh (hasil wawancara) Kembali ke responden untuk klarifikasi data hasil penelitian Membaca transkrip secara berulang-ulang Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif Mengelompokkan kata kunci Membuat kategori-kategori Merumuskan tema Tabel 4.1 Teknik analisa data Sumber: Colaizzi ,1978 dalam Saryono & Mekar, 2010 I. Etika penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. 49 Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus menandatangani lembar persetujuan ketika bersedia menjadi responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang membserikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 2 partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut. A. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. YKI memiliki cabang di seluruh Indonesia., penelitian ini dilakukan di cabang Jakarta pusat. YKI menjalankan berbagai program penanggulangan kanker dengan memprioritaskan pelaksanaan program pada 10 kanker utama berikut: Kanker Leher Rahim Kanker Payudara Kanker Hati Kanker Paru Kanker Kulit Kanker Nasofaring Kanker Kolorektal 50 51 Leukemia Trofoblas Ganas Limfoma Malignum. Salah satu pelayanan suportif yang berada di YKI adalah Indonesian Ostomy Association (InOA) adalah suatu wadah bagi para penyandang stoma (ostomate). Kegiatan InOA antara lain mendistribusikan kantong stoma bantuan dari luar negeri dan memberi pelayanan luka dan stoma. Penelitian dilakukan kepada anggota InOA yang memenuhi karakteristik yang diinginkan peneliti. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Partisipan Dalam penelitian ini partisipan dibagi menjadi dua yaitu partisipan kunci dan partisipan pendukung. Partisipan utama adalah klien dewasa muda dengan kolostomi permanen yang terdaftar sebagai anggota InOA di YKI cabang Jakarta Pusat. Karakteristik dari partisipan utama yang diperoleh antara lain klien berusia 20-40 tahun dan memiliki kolostomi permanen. sedangkan partisipan pendukung adalah salah satu anggota keluarga dari partisipan kunci. a. Partisipan kunci Partisipan kunci dalam penelitian ini adalah anggota InOA yang berusia antara 20-40 tahun dan memiliki kolostomi permanen yang berada YKI Jakarta Pusat. 52 Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan Utama No Variabel Partisipan 1 2 Tn. S Tn. E 39 34 Laki-laki Laki-laki 1. Nama 2. Umur (thn) 3. Jenis kelamin 4. Agama Islam Islam 5. Status perkawinan Kawin Belum kawin 6. Pendidikan terakhir S1 D3 7. Pekerjaan Karyawan Karyawan 8. Pendapatan Rp 4.000.000 Rp 2.000.000 9. Status dalam keluarga Kepala rumah Anak tangga 10. Jumlah anggota keluarga 11. Tahun pembuatan kolostomi 7 orang 4 orang 2004 2005 b. Partisipan pendukung Partisipan pendukung adalah salah satu anggota keluarga dari partisipan kunci yang mengetahui perkembangan keadaan klien sejak sebelum adanya kolostomi hingga setelah ada kolostomi. 53 Tabel 5.2 Partisipan Pendukung No Variabel 1. Nama 2. Umur (thn) 3. Jenis kelamin 4. Agama 5. Pekerjaan 6. Hubungan dengan informan Partisipan 1 2 Ny. I Ny. M 34 59 Perempuan Perempuan Islam Islam IRT IRT Istri Tn. S Ibu Tn. E 2. Analisa Tema Berdasarkan hasil analisa tema yang telah dilakukan dalam penelitian teridentikfikasi Sembilan belas tema. Proses pemunculan tematema tersebut dapat dilihat pada lampiran. Tema-tema tersebut akan diuraikan berdasarkan tujuan penelitian. a. Gambaran Citra tubuh (Body Image) Gambaran citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam enam tema, yaitu stresor, adaptasi transisi sehat-sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh dan alasan penilaian bentuk tubuh. Masing-masing tema tersebut akan diuraikan di bawah ini. 54 Tema I: Stresor Stresor yang dialami oleh partisipan dalam penelitian ini berupa adanya perubahan bentuk tubuh dan penggunaan alat bantu. Partisipan merasakan adanya perubahan bentuk tubuh yang menonjol dibagian perut, merasa tidak normal dan tidak sebagus dahulu seperti ungkapan berikut : “…jadi ya saya harus pakai kolostomi sekarang ada kantongnya agak nonjol dibagian perut..” (P1) “Bentuk tubuh saya ya gak normal lagi… yang tadinya bagus sekarang ada tonjolan diperut, otomatis tubuh kita berubahlah gak sebagus tubuh kita yang normal…” (P2) Penggunaan alat bantu berupa kantong juga merukakan stresor yang dirasakan oleh partisipan seperti ungkapan berikut : “…ada kantong supaya gak bocor jadi harus hati-hati…” (P1) “…ya pakai kantong kemana-mana harus pakai kantong kalo gak ada kantong gak bisa…” (P2) Tema II : Adaptasi Transisi Sehat-Sakit Adaptasi transisi sehat-sakit yang dialami oleh partisipan berupa reaksi syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan dan penerimaan secara bertahap. Seperti ungkapan partisipan yang menyatakan bahwa adnya perasaan syok psikologis saat awal pertama memiliki kolostomi. “…mau gak mau saat pertama kali pasang kolostomi saja merasa terbebani….Pada saat kita pakai kolostomi nih awal-awalnya pertama sekali saya risih” (P1) 55 Kecemasan juga dirasakan oleh partisipan karena partisipan merasa resah dan takut terjadi sesuatu pada kantong kolostominya. Seperti ungkapan berikut: “… misalnya lagi diperjalanan nh perjalanan jauh udah gak tahan nah disitu kita udah gak tahan kita resah banget takut bocor, takut tumpah karena pada saat itu lagi sama temen- temen nah itu udah kacau pikiran sampe sekarang kalo itu, saat kita berpergian aja yang buat saya khawatir banget…” (P1) “jadi takut kantongnya penuh mungkin karena banyak gerak jadi takut bocor.” (P2) Ketidaknyamanan juga dirasakan partisipan karena merasa terganggu karena adanya kolostomi, seperti ungkapan berikut: “ … terus gimana ya kayaknya ganggu deh orang buat gerak saki ... Cuma agak risih aja kalo udah penuh merasa terganggu…” (P1) Penerimaan yang dirasakan oleh partisipan terjadi secara bertahap, partisipan menerina adanya perubahan terhadap dirinya, seperti ungkapan berikut : “…sampe kurang lebih 3 bulan baru merasa rileks , udah merasa gak ada deh kolostomi dibadan udah terbiasa…” (P1) “…Tapi saya terima aja kalo memang harus berubah kayak begini” (P2) 56 Tema III : Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh Perubahan fungsi eliminasi tubuh pada partisipan terdiri dari perubahan fisiologis dan perubahan anatomis. Perubahan fisiologis yang dirasakan adanya hilang control reflek buang air besar dan buang air kecil seperti ungkapan berikut : “…Cuma buang air besarnya aja jadi berubah, biasanya bisa ditahan kalo ini kan gak bisa ya udah langsung keluar aja ke kantong kolostomi…” (P1) “…Hhmm,, ada, biasanya kalo kita ingin buang air kecil gak bisa ditahan lama gak tau kenapa, harus cepet-cepet ketoilet. Biasanya kalo pingin buang air besar sekarang gak perlu ngeden-ngeden karena langsung masuk ke kantong kolostomi..” (P2) Perubahan bentuk anatomis tubuh juga dirasakan oleh partisipan seperti ungkapan berikut : “…menurut saya biasanya normal masih punya anus sedangkan sekarang anusnya dipindahkan ke samping jadi kita pakai kolostomi…”(P2) Tema IV : Keterbatasan Aktivitas Keterbatasan aktivitas yang dirasakan partisipan berupa adanya perubahan dalam melakukan kebiasaan sehari-hari seperti merasa terbebani ketika melakukan perjalanan jauh dan tidak bisa menjalnakan hobi seperti naik gunung dan bermain futsal, seperti ungkapan berikut: 57 “…saya merasa teganggu jika saat perjalanan yang sangat jauh apa lagi kalo waktu pemberhentian untuk ke kamar mandi jarang ada…” (P1) “…tapi ada aja kendalanya, kalo dulu tuh ya suka naik gunung , kadang kalo mu naik gunung tuh ya agak ribet jugakarena di gunungkan tidak ada air jadi udah jarang naik gunung lagi. Saya juga suka main futsal, jadi takut kantongnya penuh mungkin karena banyak gerak jadi takut bocor” (P2) Tema V : Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh Penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh meliputi bagian tubuh yang disukai, bagian tubuh yang tidak disukai, Seperti ungkapan partisipan berikut : “Ya saya suka semua sih,…. ya kurang suka dibagian perut , kalo bagian yang lumayan saya suka mungkin hidung saya…” (P1) “Semua suka…. tapi kalo ada kurangnya sh ada misalnya kurang mancung atau apa…” (P2) Tema VI : Alasan Penilaian Bentuk Tubuh Alasan penilaian bentuk tubuh meliputi penilaian positif dan negative terhadap bagian tubuh, seperti ungkapan partisipan berikut : “…tapi sekarang kan saya pakai kantong di perut saya …..hidung saya ya lumayan mancung” (P1) 58 “Semua suka, karena tuhan sudah memberikan seperti itu ya kita sukuri aja, tapi kalo ada kurangnya sh ada misalnya kurang mancung atau apa , tapi disukuri aja” (P2) b. Gambaran Ideal Diri Gambaran ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam dua tema, yaitu factor-faktor yang mempengaruhi ideal diri dan factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian ideal diri. Tema VII : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ideal Diri faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri meliputi adanya harapan positif yang dijadikan sebagai tujuan dalam hidupnya. Seperti keinginan keluarganya untuk memberikan yang terbaik bagi dan membuat keluarga merasa senang, seperti ungkapan partisipan berikut : “…. Saya sebagai seorang bapak berharap saya bisa memberikan yang terbaik untuk mereka, saya ingin menjadi orang tua yang bisa membuat anak-anak saya bangga dengan saya, sebagai seorang suami saya berharap istri sya tetap menerima keadaan saya seperti ini… ” (P1) “…Saya juga ingin jadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua saya, maunya buat mereka senang insyaallah ya. Saya berharap bisa seperti anak-2nak yang lainnya bisa membahagiakan orang tua bukan membebani mereka dengan keadaan saya yang sekarang” (P2) 59 Tema VIII : Pencapaian Ideal Diri Pencapaian ideal diri pada partisipan meliputi adanya motivasi. Hasrat untuk berhasil( material) dan adanya pencapaian tugas perkembangan, hal ini seperti ungkapan partisipan berikut : “Kedepannya saya ingi sembuh, saya ingin memiliki kecukupan yang lebih, punya usaha sendiri mungkin …” (P1) “Saya maunya sembuh/sehat …Selain itu ya harapan saya sh ingin menjadi orang yang sukses, jadi pengusahalah kedepannya......Harapan saya yang lainnya juga mudahmudahan ditemukan jodohnya yang mau terima saya apa adanya, saya juga lagi bertahap mengumpulkan modal untuk usaha sendiri karena gak mungkin dengan kondisi saya seperti ini terus bekerja berat” (P2) c. Gambaran Harga Diri Gambaran harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam empat tema, yaitu indicator keberhasilan, respon emosional, respon kehilangan dan sumber pembentukan harga diri. Tema IX : Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang tergambar pada partisipan meliputi adanya pencapaian tugas perkembangan partisipan merasa keberhasilan yang didapatkan sekarang sebagai indicator pencapaian keberhasilannya. Seperti ungkapan partisipan berikut : “Belum merasa berhasil, karena dengan kondisi saya yang seperti ini saya harus bekerja dan orang lain pun tidak ada 60 yang tahu dengan kondisi saya sekarang.....maunya saya punya usaha sendiri biar enak gak ada yang mempermasalahkan kondisi saya.....saya punya anak 5, …tetap harus saya nafkahi, saya punya semangat ya buat mereka..” (P1) “Kalo keberhasilan menurut saya belom, karena ada beberapa yang belum tercapai. Saya orangnya bosenan kerja, jadi saya ingin menjadi wira usaha ya itu belum tercapai, lagi kumpulin modalnya dulu, untuk urusan keluarga saya masih single, lagi cari-cari pasangan hidup, insyaallah tercapai ketemu jodohnya” (P2) Tema X : Respon Emosional Respon emosional yang tergambar pada partisipan meliputi adanya rasa percaya diri dan rasa harga diri rendah, pada P1 tergambar adanya rasa percaya diri sedangkan pada P2 tergambar adanya rasa harga diri rendah, seperti ungkapan partisipan berikut: “ya saya sih biasa aja toh banyak orang yang gak tau kondisi sayakan, kan kantongnya ada didalam jadi gak kelihatan” (P1) “Ya rasa-rasa malu pasti ada juga sih, ya kita takutnya kantong kita bocor atau gak kuat perekatnya, saat interaksi dengan orang ya agak risih juga karena kalau penuh agak menonjol” (P2) Tema XI : Respon Kehilangan Respon kehilangan yang tergambar pada partisipan meliputi adanya reaksi syok psikologi dan penerimaan secara bertahap. Syok 61 psikologi terjadi saat partisipan pertama kali memiliki kolostomi, setelah itu timbul rasa penerimaan secara bertahap, seperti ungkapan partisipan berikut : “Pada saat kita pakai kolostomi nih awal-awalnya pertama sekali saya risih terus gimana ya kayaknya ganggu deh orang buat gerak saki sampe kurang lebih 3 bulan baru merasa rileks , udah merasa gak ada deh kolostomi dibadan udah terbiasa”(P1) “Dari awal sampai sekarang proses menerima adanya kolostomi ya awal-awal saya masih belum menerima karena bentuknyakan berubah yang tadinya tidak pake kolostomi sekarang pake kolostomi ya lama-lama sejalannya waktu kira-kira 2-3 bulanlah ya jadi terbiasa juga…”(P2) Tama XII : Sumber Pembentukan Harga Diri Sumber pembentukan harga diri yang tergambar pada partisipan meliputi adnya respon klien terhadap penilaian orang lain dan adanya dukungan dari keluarga, seperti ungkapan partisipan berikut : “Kalo saya sih gak perduli sama omongan orang lain selama saya gak minta makan dan minta kerjaan sama dy sih saya biarin aja kecuali saya merepotkan dia… Kalo keluarga ...mereka juga ngerti dan gak pernah mempermasalahkan hal itu, mereka baik-baik saja ya gak suka dibeda-bedain”(P1) “Ada beberapa teman sama tetangga yang tahu saya memiliki kolostomi, tapi mereka tidak pernah memberikan penilaian yang berbeda ke saya, ya bersikap biasa saja….. keluarga, orang tua yang tahu ya selalu kasih semangat buat saya ya saya senang karena keluarga saya masih 62 memperhatikan saya apalagi dengan kondisi saya yang seperti ini, mereka juga menghargai saya ko saya gak pernah dilakukan beda.”(P2) d. Gambaran Peran Gambaran peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam tiga tema, yaitu peran di keluarga, tugas perkembangan dan stresor. Tema XIII : Peran Dikeluarga Peran partisipan dalam keluarga tergambar dalam posisi partisipan dalam keluarga sebagai ayah pada P1 dan sebagai anak pada P2, seperti ungkapan berikut : “Saya bapak dari 5 orang anak…”(P1) “Perannya biasa saja, saya sebagai anak…”(P2) Tema XIV : Tugas Perkembangan Tugas perkembangan yang tergambar pada partisipan meliputi adanya pelaksanaan tugas peran dalam keluarga seperti mencari nafkah pada P1 dan membantu orang tua pada P2, seperti ungkapan partisipan sebagai berikut : “ya saya sebagai kepala rumah tangga, saya jalankan seperti biasanya mencari nafkah dan membiayai mereka…”(P1) “ya kalau bisa saya bantu orang tua, kalau saya ada rezeki ya saya suka bantu dan sisanya saya tabung untuk kedepannya.”(P2) 63 Tema XV : Stresor Stresor yang tergambar pada partisipan meliputi adanya keterbatasan pencapaian materi dan stresor tugas perkembangan. Adanya keterbatasan materi seperti ungkapan partisipan berikut: “Hambatan sih ada, saat saya sedang mencari nafkah saya berfikiran ingin melangkah mencari nafkah lebih, namun karena kebutuhan kantong semakin langka saya sulit, saya terhambat dengan jumlah kantong… ya itu dia hambatanya susah cari kantong, kantong harganya mahal”(P1) “…saya juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang mungkin lebih baik ya penghasilannya, saya kalo mu cari lagi takutnya disana ada cek up nanti kalo saya ketahuan punya kangtong dipersulitnantinya…”(P2) Salah satu stresor lain yang terdapat pada P2 adanya stressor dalam tugas perkembangan, seperti ungkapan berikut : “Ada tapi gak terlalu yak arena saya pakai kolostomi mungkin saya sulit untuk mendapatkan pasangan hidup,yang mau terima saya apa adanya kayak gini, kan gak smua orng mau kali ya…” e. Gambaran Identitas Diri Gambaran identitas diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen tergambar dalam empat tema, yaitu sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis kelamin, penilaian diri terhadap tujuan hidup dan penilaian koping. 64 Tema XVI : Sikap Terhadap Penerimaan Sikap terhadap penerimaan tergambar dari adanya penerimaan adaptif dan penerimaan maladaptive. Penerimaan adaptif meliputi adanya perasaan sama dengan yang lain dan merasaa sama dengan orang kebanyakan dan mensyukuri apa yang terjadi pada diri dan menerima adanya perubahan fisik saat ini. Seperti ungkapan partisipan berikut : “Apa ya,, ya stiap orang memang berbeda tapi ya kayaknya saya biasa aja sama seperti yang lainnya ya, mungkin saya beda fisiknya dengan yang lain karena saya punya kolostomi tapi ya bagi saya sih syukuri aja” (P1) “ …ya sama seperti orang Indonesia kebanyakan, ya saya sih bedanya karena punya kantong saja, tapi ya udah terima aja”(P2) Tema XVII : Pengakuan Jenis Kelamin Pengakuan jenis kelamin pada partisipan tergambar dengan adanya penerimaan jenis kelamin yang ada pada dirinya, seperti ungkapan berikut : “Dilahirkan sebagai laki-laki gitu? Ya saya terimalah buktinya saya sekarang sudah punya keluarga…”(P1) “Kalo dilahirkan sebagai laki-laki ya terima kan takdir kita jadi laki-laki…”(P2) 65 Tema XVIII : Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup Penilaian diri terhadap tujuan hidup pada partisipan tergambar dalam pencapaian tugas perkembangan, partisipan merasa sebagai seseorang yang dewasa belum tercapai keinginannya untuk menikah dan membina keluarga yang bahagia. Seperti ungkapan partisipan berikut : “…karena saya masih memiliki beberapa keinginan saya yang belum tercapai. Saya ingin sukses, menikah dan memiliki keluarga yang bahagia.”(P2) Tema XIX : Penilaian Koping Penilaian koping pada partisipan tergambar dalam respon negative terhadap kepuasan dan pengontrolan diri secara spiritual, dalam respon terhadap kepuasan semua partisipan merasa kurang puas dengan adanya kolostomi. Namun semua partisipan memiliki kemampuan secara spiritual untuk mengontrol respon negatifnya. Partisipan satu mengatakan mensyukuri apa yang ada pada dirinya sekarang, sedangkan partisipan lain mengatakan menerimannya sebagai takdir. Seperti ungkapan partisipan berikut : “…dengan memakai kolostomi saya tidak puas tapi kalo udah seperti ini ya saya berusaha menerima saja….. Kalo ditanya puas ya dengan kondisi saya seperti ini, tapi ya syukuri saja.” (P1) 66 “ya sebagai seorang laki-laki dewasa sih saya belum merasa puas, karena saya masih memiliki beberapa keinginan saya yang belum tercapai. Saya ingin sukses, menikah dan memiliki keluarga yang bahagia. Ya semua dalam proseslah kalo takdir saya memang begini ya dijalanin saja.”(P2) BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Peneliti telah mengidentifikasi sembilan belas tema yang merupakan hasil dari penelitian ini. Beberapa diantaranya memiliki subtema dengan kategori-kategori makna tertentu. Tema-tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Gambaran citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen dapat diidentifikasikan dalam enam tema, yaitu : 1) stresor 2) adaptasi transisi sehat sakit 3) perubahan fungsi eliminasi tubuh 4) keterbatasan aktivitas 5) penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh 6) alasan penilaian bentuk tubuh. Gambaran ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen dapat diidentifikasikan pada tema ke-tujuh, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri; dan pada tema ke-delapan pencapaian ideal diri. Sedangkan gambaran harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen teridentifikasi pada tema ke-sembilan, yaitu indikator keberhasilan; tema ke-sepuluh, yaitu respon emosional; tema ke-sebelas respon kehilangan; dan pada tema ke-dua belas, yaitu sumber pembentukan harga diri . 67 68 Tema ke-tiga belas, yaitu peran dikeluarga; tema ke-empat belas, yaitu tugas perkembangan; dan tema ke-lima belas, yaitu stresor menggambarkan gambaran peran klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. Penelitian ini juga telah mengidentifikasi gambaran identitas diri klien dewasa muda dengan kolostomi permanen melalui tema ke-enam belas, yaitu sikap terhadap penerimaan; tema ke-tujuh belas, yaitu pengakuan jenis kelamin; tema ke-delapan belas, yaitu penilaian diri terhadap tujuan hidup; dan tema ke-sembilan belas, yaitu penilaian koping. Selanjutnya peneliti akan membahas masing-masing tema yang teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. 1. Citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen Tema I : Stresor Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya stresor yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri (salbiah, 2003). Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial dan lingkungan luar lainnya (Patel,1996 dalam Nasir & Muhith,2011). Dalam penelitian ini partisipan memiliki stresor berupa perubahan bentuk tubuh dan penggunaan alat bantu. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stresor yang mempengaruhi konsep diri. perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan perubahan citra tubuh, di mana identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi. Semua partisipan merasakan adanya perubahan bentuk yang menonjol dibagian perutnya 69 dikarenakan adanya kolostomi dan adanya penggunaan alat bantu berupa kantong kolostomi yang harus selalu mereka gunakan, hal ini merupakan stresor yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap bentuk tubuh setelah adanya kolostomi. Salah satu partisipan mengatakan bahwa dengan adanya kolostomi membuat tubuhnya tidak sebagus dahulu dan merasa tidak normal karena saat ini memiliki kolostomi. Banyak faktor dapat yang mempengaruhi citra tubuh seseorang, seperti operasi (misalnya mastektomi, amputasi, ileostomi), Kegagalan fungsi tubuh (seperti hemiplegi, buta, tuli), seseorang yang tergantung pada mesin, perubahan tubuh seiring dengan bertambahnya usia, umpan balik interpersonal yang negatif, Umpan balik ini berupa tanggapan yang tidak baik misalnya celaan atau makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri, dan lain-lain (Perry & Potter, 2005) Tema II : Adaptasi transisi sehat sakit Tema ini terdiri dari syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan dan penerimaan secara bertahap. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.( salbiah, 2003) Dalam penelitian ini partisipan merasakan adanya rasa terbebani saat pertama kali memiliki kolostomi, rasa risih dan tidak terbiasa dengan keadaan barunya merupakan 70 respon awal terhadap proses penerimaan terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Kecemasan timbul saat partisipan merasakan adanya rasa khawatiran saat berpergian, rasa resah timbul karena adanya ketakutan akan kondisi kantong kolostomi, partisipan takut jika kantongnya akan tumpah dan bocor jika penuh. Kecemasan dan merasa malu memiliki kolostomi dapat menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari pekerjaan, keinginan untuk melakukan perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya (Nugent et al, 1999) Hal seperti ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada partisipan karena merasa terganggu saat kantong penuh, partisipan juga mengungkapkan awal memiliki kolostomi tidak merasa nyaman dikarenakan adanya rasa sakit setelah pembuatan stoma sehingga mengganggu saat bergerak. Setelah tiga bulan memiliki kolostomi partisipan sudah mulai merasa rileks dan merasa terbiasa dengan kondisi barunya. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap akan timbul setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru (salbiah, 2003), dalam penelitian ini semua partisipan mengatakan bahwa adanya proses penerimaan kolostomi terjadi setelah tiga bulan memilikinya, partisipan merasa sudah terbiasa dengan adanya kolostomi partisipan mengatakan sudah bisa menerima perubahan yang terjadi pada bentuk tubuhnya. Jacob, Knick & sally (2003) dalam rahayu (2008) 71 menyatakan bahwa fase acceptance/menerima dicapai oleh masingmasing individu dalam rentang waktu yang bervariasi tergantung dari kemampuan individu untuk membentuk koping dalam menjalani proses berduka. Ada individu yang mampu adaptif dalam waktu 1-3 bulan setelah peristiwa kehilangan, namun beberapa individu lain mencapainya dalam 6 bulan hingga 1 tahun. Tema III : Perubahan fungsi eliminasi tubuh Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal adalah fungsi dasar dari kebanyakan manusia. Bila system ini berubah dan eliminasi normal tidak dapat terjadi, system tubuh lain berisiko mengalami perubahan juga. Selain itu, perubahan eliminasi dapat berdampak emosional dan sosial (nurachmah dan sudarsono, 2000). Pada penelitian ini partisipan mengalami perubahan fungsi eliminasi tubuh yang mencakup adanya perubahan fisiologis dan anatomis. Pada klien yang memiliki kolostomi otomatis akan terjadi perubahan fungsi fisiologis berupa hilangnya kontrol pengeluaran feses melalui anus hal ini menyebabkan sisa pembuangan feses keluar melalui kolostomi yang berada di bagian perut. Semua partisipan mengatakan adanya perubahan fungsi tubuh sejak adanya kolostomi mereka tidak bisa menahan buang air besar dan tidak perlu mengedan ketika buang air besar karena kotoran akan langsung keluar melalui kolostomi. Perubahan anatomis letak pembuangan feses berubah dari pengeluaran yang biasanya dikeluarkan oleh anus sekarang melalui kantong kolostomi yang ada dibagian perut. Adanya perubahan eliminasi pada 72 seseorang beresiko terhadap penilaina konsep diri, klien yang mengalami perubahan eliminasi, konsep dirinya dapat terancam misalnya inkontinesia yang sering, feses yang berbau busuk, dan peralatan ostomi yang merupakan beberapa factor yang dapat menyebabkan klien merasa bahwa ada suatu perubahan pada citra tubuhnya. Akibatnya, klien mungkin menghindari sosialisasi dengan orang lain atau tidak berkeinginan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam merawat dirinya ( Perry & Potter, 2005) Tema IV : Keterbatasan aktifitas Fungsi fisik yang terganggu sangat beragam antara lain menurunya kemandirian untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, membersihkan diri, berdandan, toileting, perubahan dalam berkemih, kerusakan integritas kulit, gangguan buang air besar. Keterbatasan fisik yang dialami memungkinkan penderita menggunakan berbagai macam alat bantu (suryadinata, 2008). Dalam penelitian ini semua partisipan merasakan adanya perubahan aktivitas yang biasa dilakukan saat sebelum memiliki kolostomi dengan sesudahnya, partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi merasa khawatir jika harus berpergian dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama hal ini dikarenakan partisipan sering merasa tidak enak jika kantung penuh dan sulit untuk menemukan kamar mandi selama dalam perjalanan, partisipan juga mengatakan sulit untuk berpergian kemana-mana jika persediaan kantong tidak ada. Namun untuk mengatasinya partisipan sebisa mungkin mengatur jadwal 73 berpergian dengan ketersediaan kantong. Sedangkan partisipan lainnya merasakan adanya perubahan aktivitas dalam menjalankan hobinya yaitu naik gunung dan bermain futsal, ia mengatakan jika naik gunung disana sulit untuk menemukan air dan akan menjadi kesulitan jika harus membersihkan kantong kolostomi, dan ia juga merasa terganggu jika harus bermain futsal karena ditakutkan kantongnya akan bocor jika terlalu banyak gerak dan berkeringat. Tema V : Penilaian Kepuasan terhadap bagian tubuh Menurut Cash, 2000 dalam sari, (2008) mengemukakan salah satu komponen citra tubuh yaitu body areas satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh. Pada penelitian ini partisipan mengemukakan bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai, partisipan satu mengungkapkan bagian yang disukai yaitu hidung sedangkan partisipan yang lain mengatakan semua bagian tubuh suka. Pada bagian tubuh yang tidak disukai partisipan satu mengatakan bagian tubuh yang tidak disukai yaitu perut, sedangkan partisipan yang lain mengatakan hidung. Dalam penelitian ini partisipan mampu menilai sendiri terhadap kepuasan bagian tubuh yang ada pada dirinya melalui cara pandang terhadap dirinya sendiri. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap 74 citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan (suliswati dkk, 2005) Tema VI : Alasan penilaian bentuk tubuh Papilla, Olds, dan Feldman (2004) dalam rizkiana dan retnaningsih (2009) menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistic tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya. Dalam penelitian ini partisipan mengungkapkan penilaian positif dan negatif mengenai bentuk tubuh yang disukai dan tidak disukai. Pada penilain positif terhadap bentuk tubuh partisipan satu mengatakan menyukai hidungnya karena mancung sedangkan partisipan lainnya mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena semua yang ada pada dirinya merupakan pemberian tuhan yang harus disyukuri. Pada penilaian negative terhadap bentuk tubuh, partisipan satu mengatakan bagian tubuh yang tidak disukai yaitu perut karena selalu ada kantong yang menempel di perutnya. Dalam hal ini pertisipan dapat mengungkapkan kesukaan dan ketidaksukaan beserta alasan terhadap bagian bentuk tubuhnya, penilaina ini baik untuk klien dalam mengungkapkan apa yang ada pada dirinya. . Citra tubuh harus harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan 75 merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya (suliswati dkk, 2005) 2. Ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen Tema VII : Faktor- faktor yang mempengaruhi ideal diri Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistic, hasrat menghindari kegagalan, adanya perasaan cemas dan rendah diri (suliswati dkk, 2005). Dalam penelitian ini semua partisipan menetapkan harapa-harapan positif yang ingin dicapainya seperti partisipan satu mengatakan ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, membuat bangga keluarga, dan berharap istri dan keluarganya dapat menerima keadaannya yang sekarang sedangkan partisipan lainnya mengatakan ingin menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan kedua orang tuanya serta tidak menjadi beban bagi orang tuannya dengan kondisi saat ini. 76 Tema VIII : Pencapaina Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (suliswati dkk, 2005). Dalam peneliian ini semua partisipan memiliki penilaian positif terhadap kondisinya saat ini, partisipan berharap walaupun sekarang memiliki kolostomi bukan menjadi hambatan bagi kehidupan masa depannya. Keinginan untuk memperoleh keberhasilan dimasa depan juga masih menjadi harapan yang terus diusahakan sampai saat ini dengan bekerja dan berusaha mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik dilakukan semua partispan karena semua partisipan berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri kedepannya. Semua partisipan mengungkapkan keinginannya untuk sembuh dan sehat dari penyakit yang pernah ada pada diri mereka agar apa yang menjadi pengharapan partisipan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki tubuh yang sehat. Salah satu partisipan berharap agar mendapatkan pasangan hidup hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang apabila telah dicapai oleh dewasa muda akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya (Hurlock, 1993 dalam mesra 77 melisa, 2007), Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda akan memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai tugastugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai orang yang mandiri( mesra melisa, 2007). 3. Harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen Tema IX : indikator keberhasilan Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Dalam penelitian ini semua partisipan merasa belum puas terhadap keberhasilan yang diperolehnya saat ini, partisipan satu mengatakan meskipun sekarang ia sudah memiliki pekerjaan namun penghasilan yang diperolehnya masih kurang jika harus digunakan untuk keperluan keluarga hanya sekedar cukup dan belum bisa memiliki pendapatan yang lebih, karena ia merasa ruang lingkupnya merasa berkurang dengan kondisi adanyanya kolostomi, sehingga klien mengingikan memiliki usaha sendiri dan dapat dengan bebas mengelolanya tanpa harus mempermasalahkan kondisi saat ini. Partisipan yang lain juga mengungkapkan keinginannya untuk 78 memiliki usaha sendiri dikarenakan dengan kondisi yang seperti ini ia merasa lebih sulit untuk memdapatkan pekerjaan yang lumayan baik. Menurut Coopersmith (1967) dalam Oktario (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, antara lain yaitu kelas sosial dan kesuksesan. Kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. Dalam penelitian ini semua partisipan menganggap dirinya belum mencapai keberhasilan di bidang pekerjaan mereka berpendapat bahwa mereka belum bisa memiliki usaha sendiri karena dengan memiliki usaha sendiri mereka merasa bisa memiliki penghasilan yang lebih dan tidak ada orang lain yang akan mempermasalahkan kondisinya saat bekerja. Tema X : respon emosional Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negative self evaluasi yang telah berlangsung lama) 79 menurut beberapa ahli salah satu factor yang mempengaruhi gangguan harga diri adalah adanya gangguan fisik dan mental, gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri (salbiah, 2003). Dalam penelitian ini semua parisipan memiliki perubahan bentuk tubuh karena adanya kolostomi semua partisipan juga menggunakan alat bantu berupa kantong kolostomi, hal ini merupakan salah satu stressor bagi partisipan sehingga adanya stressor dapat mempengaruhi respon emosi. Pada partisipan satu mengatakan bahwa adanya kolostomi tidak menjadikannya merasa malu tetika berinteraksi dengan orang lain karena menurutnya orang lain tidak akan mengetahui kondisinya karena kolostomi tertutup berada didalam dan tertutup baju, sedangkan pertisipan lainnya mengatakan bahwa dalam hati merasa malu dan risih ketika berinteraksi denga orang lain yang karena apabila penuh kantongnya akan tampak ada sesuatu yang menonjol dari bagian perutnya. Namun, hal ini terjadi saat kantong terasa penuh dan ada rasa kekhwatiran bocor dan tumpah. Menurut Taylor (1991 dalam Nasir & Muhith,2011) adanya stressor dapat menimbulkan Respon stress salah satunya dapat terlihat dalam respon emosi, Respon emosi akan dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya. Tema XI : respon kehilangan Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup 80 anggota gerak, mata rambut, gigi atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, respek, atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkan kesejahterahan individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri (Perry & Potter, 2005). Dalam penelitian ini semua partisipan mengalami kehilangan aspek diri mencakup bagian tubuh adanya kolostomi di bagian perut, fungsi fisiologis hilangnya kontrol terhadap pembuangan melalui anus. Semua partisipan mengatakan sulit menerima saat pertama merasakan adanya kehilangan aspek diri pada dirinya, namun sejalan dengan waktu semua partisipan secara bertahap melakukan proses penerimaan terhadap apa yang terjadi pada dirinya karena mereka meyakini semua yang terjadi pada mereka merupakan takdir yang harus mereka terima. Dalam hal ini semua partisipan berusahan untuk menerima dan menyesuaikan dengan keadaannya yang sekarang, mereka meyakinkan apa yang terjadi pada kondisi dirinya saat ini tidak menjadi penghalang untuk mencapai harapan dan tujuan hidup yang lebih baik kedepannya. Pada penelitian ini, semua partisipan dewasa muda terlihat lebih realistis dalam menerima kondisinya saat ini. Usia memainkan peran dalam 81 pengenalan dan reaksi terhadap kehilangan Dewasa muda menghubungkan kehilangan dengan signifikansinya terhadap status, peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan atau kesejahterahan ekonomi, perceraian atau kerusakan fisik menyebabkan duka cita lebih mendalam dan mengancam keberhasilan ( Perry & Potter, 2005) Tema XII : sumber pembentukan harga diri Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Dalam penelitian ini sumber harga diri pada klien diidentifikasi terhadap respon klien terhadap penilaian orang lain pada dirinya dan adaya dukungan keluarga. Dalam hal ini semua partisipan menganggap bahwa penilaian orang lain yang tidak bermanfaat tidak perlu untuk difikirkan dan menganggap biasa saja. Semua partisipan tidak memperdulikan penilaian negative orang lain terhadap dirinya selama mereka tidak merugikan orang tersebut mereka akan bersikap biasa saja dalam menanggapi penilaian dari luar. Berbeda dengan dukungan yang selalu diberikan oleh keluarga kepada partisipan, semua partisipan merasakan kasih sayang yang diberikan oleh keluarganya dan merasa bahwa mereka masih memiliki keluarga yang dapat menerima mereka apa adanya keluarga bisa mengerti keadaan partisipan dan tidak memperlakukan beda terhadap dirinya, hal ini dukungan yang besar dan berarti dari keluarga dapat berdampak baik terhadap pembentukan harga diri seseorang.. Harga diri mencakup penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah dan terbatas. 82 Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya mempunyai harga diri yang rendah ( Perry & Potter, 2005) 4. Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen Tema XIII : peran di keluarga Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial.( Stuart & sundeen, 1991 dalam Perry & Potter, 2005). Dalam penelitian ini partisipan satu memiliki posisi peran dalam keluarganya sebagai seorang ayah dari lima orang anak dan seorang suami dari istrinya, sedangkan partisipan yang lain berperan sebagai seorang anak. Tema XIV : tugas perkembanngan Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok social yang cocok (Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007). Dalam penelitian ini partisipan satu telah menjalankan tugas perkembangan sebagai seorang laki-laki dewasa muda pada umumnya, sedangkan 83 partisipan yang lain belum sepenuhnya mengalami harapannya sesuai tugas perkembangan seperti belum menemukan pasangan hidup dan membina keluarga sendiri, namun berusaha menjalankan perannya sebagai seorang anak yang membantu orang tua. Pencapaian tugas perkembangan seseorang dapat meningkatkan penilaian terhadap diri individu, semakin banyak kesesuaian yang dialami pada tugas perkembangan semakin tinggi pula rasa keberhasilan yang ada pada dirinya. Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007 menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Penguasaan ini juga dapat menentukan kebahagian yang akan didapatkan sampai dengan tahun-tahun akhir kehidupan seseorang. Tema XV : Stresor Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.(Salbiah, 2003). Dalam penelitian ini partisipan merasakana adanya hambatan yang dialaminya sejak adanya kolostomi dalam menjalankan perannya sehari-hari. Partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi pada 84 dirinya ia merasakan kesulitan untuk mencari nafkah lebih untuk keluarganya, ia merasa sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan lebih dengan kondisinya saat ini, ia merasa ruang lingkup untuk mencari tambahan materi berkurang dengan kondisi saat ini, hal ini dikarenakan juga karena keterbatasan kantong sehingga ia sulit untuk berpergian jauh tanpa persediaan kantong yang cukup, sedangkan harga kantong mahal dan sekarang sulit mendapatkan bantuan kantong dari YKI, partisipan yang lain juga mengatakan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan materi yang lebih dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan kondisi seperti ini, ia juga mengatakan merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat menerima keadaannya dengan kolostomi. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (keliat, 1992 dalam salbiah 2003 ) 5. Identitas diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen Tema XVI : sikap terhadap penerimaan Coleridge (1997) dalam satyaningtias dan sri 2010 mengatakan penerimaan diri bukanlah sikap pasrah, tetapi menerima identitas diri secara positif, pandangan tentang diri sendiri dan harga diri tidak menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat. Hurlock (2006) dalam 85 satyaningtias dan sri 2010 mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Dalam penelitian ini semua partisipan mengatakan merasa memiliki kesama dengan yang lain dalam hal keunikan yang ada pada dirinya, partisipan memnggangap bahwa apa yang ada pada dirinya sama saja dengan orang lain miliki, namun semua partisipan mengatakan hal yang mungkin membedakan mereka dengan yang lainnya yaitu adanya perbedaan fisik, partisipan merasa berbeda karena adanya kolostomi pada dirinya, meskipun adanya kesamaan atau perbedaan yang ada pada dirinya dengan orang lain semua partisipan dapat menerima dan mensyukuri apa yang ada pada dirinya saat ini. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif ( handayani, ratnawati dan helmi, 1998), Sari (2002) dalam satyaningtias dan sri 2010 menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangannya, dan mampu mengelolanya. 86 Tema XVII : pengakuan jenis kelamin Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Dalam penelitian ini semua partisipan mengakui dan menerima jenis kelamin yang telah ada pada dirinya, mereka mengakui dirinya sebagai laki-laki. Ciri individu dengan identitas diri yang positif yaitu ; Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain, Mengakui jenis kelamin sendiri, memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan, menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat, menyadari hubungan masa lalu sekarang dan yang akan datang, mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan (Suliswati dkk, 2005) Tema XVIII : Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup Individu dalam rentang kehidupannya akan selalu berhadapan dnegan masalah. Hanya saja masalah yang dihadapi individu satu akan mempunyai bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan yang lainnya. Masalah-masalah yang dihadapi individu begitu kompleks sehingga membutuhkan keterampilan pemecahan masalah yang strategis, yang dilandasi oleh tujuan hidup seseorang. Tanpa tujuan hidup yang jelas, individu akan mengalami kesulitan dalam mengarungi hidup ini. salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup adalah dengan cara lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah kekuatan- 87 kekuatan diri dan apakah kelemahan-kelemahan diri.(handayani dkk, 1998). Dalam penelitian ini salah satu partisipan mengatakan bahwa sebagai seorang laki-laki dewasa ia merasa belum berhasil dalam salah satu pencapaian tugas perkembangan yaitu memiliki pasangan hidup dan membina keluarga, hal tersebut merupakan salah satu penilaian diri terhadap tujuan dalam hidupnya. Pencapaian tujuan dalam hidup seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Hurlock, (1993) dalam mesra melisa 2007 menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas mempengaruhi tingkat ini pada keberhasilan awal masa ketika dewasa mencapai akan puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Tema XIX : penilaian koping Koping merupakan suatu tindakan yang mengubah kongnitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Koping yang efektif adalah koping yang membantu seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainnya ( Lazarus dan Folkman,1984 dalam Nasir & Muhith, 2011). Dalam penelitian ini semua partisipan merasakan kurang puas dengan adanya kolostomi pada dirinya, namun semua partisipan memiliki pengontrolan diri secara spiritual terhadap penerimaannya dengan meyakini banwa semua ini adalah takdir yang harus dialami dan berusaha unuk selalu 88 mensyukurinya. Menurut Lazarus (2000) dalam Rahayu 2008 menjelaskan bahwa koping yang berfokus pada emosi dilakukan untuk membuat nyaman dengan memperkecil gangguan emosi yang dirasakan. Jenis koping ini bertujuan untuk meredakan atau mengatur ekanan emosional atau mengurangi emosi negative dan memahami kejadian yang penuh dengan stressor. Koping ini lebih bersifat pasif, perilaku yang terlihat berupa upaya mengatasi emosi yang timbul pada tingkat kognitif seperti menghindar, menyalahkan diri sendiri, mengatur atau mengusir emosi yang disebabkan oleh stressor (Scott, (2000) dalam rahayu 2008). Hasil Catatan Lapangan Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pencatatan lapangan terhadap informan baik sikap, penerimaan dan tingkah laku serta keadaan fisik dan lingkungan sekitar informan untuk mendapatkan hasil yang relevan. Tidak semua hasil observasi dapat peneliti tulis, berikut sebagian hasil catatan lapangan yang dapat mendukung penelitian : Catatan lapangan Tn. S Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Desember 2012 pukul 13.25 s/d 14.15 WIB. Tn. S mengenakan kaos dan celana panjang, klien tampak rapih dan bersih. Saat peneliti datang kerumah Tn. S, sedang menonton TV bersama anak dan istrinya diruang tamu. Ketika peneliti datang Tn. S terlihat kooperatif dengan wajah 89 tersenyum, kontak mata baik, jarak peneliti dan informan juga berdekatan. Wawancara dilakukan di ruang tamu peneliti duduk berhadapan dengan klien, klien kooperatif selama wawancara , klien menjawab seluruh pertanyaan peneliti, apabila ada yang kurang jelas klien menanyakan kembali dan peneliti menjelaskan dan mengulang kembali pernyataan klien. Selama proses wawancara klien tampak rileks dan tenang dalam menceritakan pengalaman yang ada pada dirinya yang berhubungan dengan kolostomi. Klien tidak menunjukan ekspresi yang berlebihan. Suasana lingkungan sekitar tempat wawancara tidak terlalu ramai dan rapih sehingga dapat mendukung proses wawancara. Catatan lapangan Tn. E Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 13.00 s/d 13.45 WIB. Klien menggunakan kaos dan celana panjang, klien tampak rapih dan bersih. Wajah klien tampak bersahabat dan tersenyum saat bertemu dengan peneliti. Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah Tn. E suasana lingkungan tempat wawancara tenang dan sepi, peneliti dan klien duduk saling berhadapan. Selama wawancara berlangsung informan tidak tertutup atau menarik diri. klien tampak kooperatif selama wawancara. Klien menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan peneliti. Klien tampak rileks dan tenang saat memberikan jawaban. Tidak ada ekspresi klien yang berlebihan selama proses wawancara. Selama proses wawancara berlangsung apabila ada 90 pertanyaan yang klien belum mengerti peneliti menjelaskan kembali dengan bahasa yang lebih di mengerti klien, setelah itu peneliti mengulang kembali pernyataan klien. Wawancara berjalan baik. B. Keterbatasan penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 1. Dalam penelitian ini, sampel informan yang digunakan hanya informan yang mau diwawancara sedangkan informan yang tidak terjalin komunikasi (menolak) tidak digunakan. Sampel yang telah dipilih oleh peneliti sebanyak 10 0rang, dua informan telah dilakukan wawancara untuk menguji pedoman wawancara, dan sisanya sebanyak delapan orang yang bisa dilakukan wawancara namun ada beberapa hal yang menyebabkan tidak berlangsungnya wawancara yaitu adanya klien yang meninggal sebanyak dua orang, dua orang tidak bersedia dilakukan wawancara dan dua orang tidak dapat dikonfirmasi ulang kesediaannya, jadi klien yang memungkinkan dilakukannya wawancara hanya sebanyak dua orang. 2. Pengumpulan data dilakukan hanya beberapa kali pertemuan. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang jauh dari tempat peneliti dan informan punya kegiatan seperti sebagai pencari nafkah keluarga. 3. Daerah penelitian tidak mewakili seluruh keanggotaan Yayasan Kanker Indonesia, anggota yang dipilih berdasarkan data yang tertera di YKI jakarta Pusat yang memenuhi keriteria menjadi informan, 91 penelitian dilakukan pada klien yang daerahnya mudah diakses dan telah diketahui keberadaannya dan mencukupi kebutuhan informan. 4. Dalam penelitian ini kurang tergali bagaimana proses pembentukan konsep diri informan sejak awal memiliki kolostomi hingga saat ini, dimana informan dalam penelitian ini telah memiliki kolostomi >7 tahun. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian ini mendapatkan sembilan belas tema yang masing-masing tema merupakan hasil identifikasi dari lima komponen konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi di yayasan kanker Indonesia Jakarta pusat. Berikut ini adalah hasil identifikasi dari masingmasing komponen konsep diri : 1. Gambaran karakteristik citra diri (Body Image) klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam enam tema, yaitu stresor, adaptasi transisi sehat-sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh dan alasan penilaian bentuk tubuh. 2. Gambaran karakteristik ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam dua tema, yaitu factorfaktor yang mempengaruhi ideal diri dan factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian ideal diri. 3. Gambaran karakteristik harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam empat tema, yaitu 92 93 indikator keberhasilan, respon emosional, respon kehilangan dan sumber pembentukan harga diri. 4. Gambaran karakteristik peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam tiga tema, yaitu peran di keluarga, tugas perkembangan dan stresor. 5. Gambaran karakteristik identitas personal pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam empat tema, yaitu sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis kelamin, penilaian diri terhadap tujuan hidup dan penilaian koping. B. Saran 1. Bagi institusi Yayasan Kanker Indonesia Dapat mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan penderita kanker khususnya dalam peningkatan hubungan konseling tentang pembentukan konsep diri. dapat memjadi fasilitaror bagi sesama penderita kanker untuk bertukar pikiran untuk meningkatkan rasa penerimaan dan pembentukan konsep diri yang positif. 2. Bagi Profesi Keperawatan Dapat meningkatkan dan mengembangkan suatu program keperawatan tentang pembentukan konsep diri adaptif khususnya program konselor bagi klien dengan kolostomi. 3. Bagi penelitian akan datang 94 Bagi peneliti yang tertarik terhadap penelitian tentang konsep diri pada klien dengan kolostomi dapat melakukan penelitian lanjutan mencakup karakteristik usia yang berbeda, atau gambaran konsep diri pada klien yang baru memiliki kolostomi. DAFTAR PUSTAKA (http://ilmubedah.info/colostomy-kolostomi-definisi-teknik-operasi20110209.html) diakses pada 23 maret 2012 jam 11:14 Ayaz, sultan. Body Image And Self-Esteem In Patients With Stoma. Turkiye. 2008 ( Diakses pada 13 maret 2012 pulul 15:36 WIB) tersedia di http://www.turkiyeklinikleri.com/abstract.php?id=5037 Britto, J.A dan Dalrymple, M.J.R. Kisi-Kisi Menembus Masalah Bedah. Jakarta : EGC. 2005 Brunner & suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8. Jakarta: EGC. 2002 Dariyo, Agoes. Jurnal Provitae volume 1. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta. 2004 Handayani et al. Efektivitas Peletihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Universitas Gajah Mada: 1998 Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2007 Johnson et al. Prosedur Perawatan Dirumah: Pedoman Untuk Perawat. Jakarta:EGC. 2005 Kozier dan Erb. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC.2009 Maryunani dan Murhayati. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit TIM: Jakarta.2009 xviii Mesra, Melisa. Disonansi Kognitif. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2007 Muttaqin & Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi dan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.2011 Nasir dan Munhith. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar Teori: Salemba medika. 2011 Nugent et al. Quality of life in stoma patients. From the university surgical unit and stoma care department, southamptom general hospital, united kingdom. 1999 Nurachmah dan sudarsono. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. 2000 Oktario. HARGA DIRI REMAJA YATIM PIATU : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2009 Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Gramedia pustaka utama. 2009 Paramedis. Jakarta: PT Potter & Parry. Buku AjarFundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Ed 4. Jakarta: EGC. 2005 Rahayu, Esti. RESPON DAN KOPING IBU DENGAN KEMATIAN JANIN: STUDI GROUNDED THEORY : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2008 Retnaningsih dan Rizkiana. PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA PENDERITA LEUKIMIA: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 2009 Salbiah. Konsep Diri. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan : Tidak diterbitkan. 2003 xix Sari tasya. PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTERI : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2008 Saryono dan Mekar, Dwi anggraeni. Metodologi Peneliian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan.yogyakarta: Nuha Medika. 2010 Simanjuntak, Panusur dan Nurhidayah, Rika Endah. KEMAMPUAN SELF CARE DAN GAMBARAN DIRI PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Universitas sumatera utara 2007. Sri dan Satyaningtyas. PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PENYANDANG CACAT FISIK : Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. 2010 Stuart, Gail W . Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 5. EGC: Jakarta. 2007 Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). Bandung : Alfabeta. 2011 Suliswati , et al . Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit EGC: Jakarta. 2005 Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 2004 Suryadinata, Neneng. ASPEK PSIKOLOGIS PENDERITA PENYAKIT KRONIS : Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2008 Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : CV ANDI offset. 2012 xx Wim de Jong dan R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2005 xxi Pedoman wawancara mendalam (Indepth Interview) Partisipan klien dengan kolostomi I. Petunjuk umum a. Tahap persiapan b. Tahap perkenalan c. Jelaskan tujuan dan manfaat wawancara mendalam d. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesedian dan waktu yang telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara. II. Petunjuk wawancara mendalam a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara b. Informan bebas menyampaikan pengalaman dan perasaan yang dirasakannya. c. Semua pengalaman dan perasaan yang disampaikan oleh informan akan dijamin kerahasiaanya d. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam penulisan. III. Pelaksanaan wawancara A. Identitas pewawancara 1. Nama pewawancara : 2. Tanggal pewawancara : 3. Waktu wawancara : 4. Tempat wawancara : B. Identitas klien 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Status perkawinan : 7. Status dalam keluarga : 8. Jumlah anggota keluarga : 9. Pendapatan : C. Citra diri 1. Bagaimanakah penilaian bapak/ibu tentanng bentuk tubuh bapak/ibu setelah adanya kolostomi? 2. Apakah ada perubahan dari fungsi tubuh bapak/ibu setelah adanya kolostomi? 3. Apakah selama ini bapak/ibu merasa ada keterbatasan aktivitas? (probing: terganggu dengan adanya kantung.takut kantong bocor, takut tercium bau) 4. menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai dan tidak disukai ?apa alasannya? D. Harga diri 1. Bagaimana bapak/ibu menilai keberhasilan yang di dapat saat ini dengan harapan yang di inginkan ? 2. Bagaimanakah perasaan bapak/ibu setelah memiliki kolostomi, apakah merasa malu dengan adanya kolostomi pada bapak/ibu ketika berinteraksi dengan orang lain? 3. Apakah penilaian orang lain mempengaruhi harga diri bapak/ibu? E. Ideal Diri 1. Dengan kondisi saat ini, bagaimana harapan bapak/ibu terhadap peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat? 2. Apa harapan bapak/ibu terhadap kondisi saat ini? F. Peran 1. Apakah peran bapak/ibu dalam keluarga? 2. Apakah ada hambatan dalam menjalani peran tersebut setelah adanya kolostomi pada bapak/ibu? Coba jelaskan? G. Identitas Diri 1. Bisakah bapak/ibu ceritakan keunikan yang ada pada diri bapak/ibu yang membuat anda berbeda dengan orang lain? 2. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap status bapak/ibu sebagai seorang laki-laki atau perempuan? PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Partisipan Pendukung (Anggota Keluarga) Persepsi konsep diri a. Gambaran diri 1. Bagaimana reaksi anggota keluarga yang sakit ketika mengetahui salah satu anggota keluarganya harus dilakukan kolostomi? 2. Bagaimana orang lain (keluarga, masyarakat) memandang salah satu anggota keluarga yang menderita sakit ini? 3. Apakah selama ini bapak/ibu melihat ada keterbatasan aktivitas? (probing: terganggu karena adanya kantung, takut kantung bocor, takut tercium bau) b. Harga diri 1. Bagaimana bapak/ibu melihat perasaan salah satu anggota keluarga ketika pertama kali melihat bagian tubuhnya terdapat kolostomi? (probing: malu, cemas, takut, depresi/stress, atau yang lainnya), apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasinya? 2. Serta apa yang dilakukan salah satu anggota keluarga ketika mengetahui menderita penyakit ini ? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri, mengasingkan diri) c. Peran 1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang sakit? (probing: diasingkan, tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah) 2. Bagaimana perlakuan teman/tetangga atau mayarakat terhadap salah satu anggota keluarga yang sakit sehari-hari? (probing: kegiatan sosial, keagamaan) d. Ideal diri 1. Pekerjaan apa yang dilakukan salah satu anggota keluarga yang sakit sehari-hari dan pekerjaan yang diharapkan? (probe : jenis pekerjaan (ringan/sedang/berat) 2. Bagaimana menurut keluarga harapan informan terhadap sakitnya? e. Identitas diri 1. Bagaimana salah satu anggota keluarga yang sakit mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari? 2. Sebagai pemimpin/ibu rumah tangga dalam keluarga, bagaiman peran salah satu anggota keluarga yang sakit dalam keluarga dan dimasyarakat? (probing: apakah masih dilibatkan atau tidak dilibatkan dan diganti anggota keluarga yang lain) ANALISA TEMATIK A. Citra diri 1. Bagaimana penilaian bapak/ibu tentang bentuk tubuh bapak/ibu setelah adanya kolostomi? Katagori Terdapat P1 benjolan V P2 V diperut Subtema Perubahan Tema bentuk Stressor tubuh Agak nonjol V Tidak normal V Tidak V sebagus dahulu Pakai kantong V V Penggunaan alat bantu Pertama ada V kolostomi terbebani Syok psikologis Pertama kali risih V Adaptasi Resah takut bocor V sehat sakit Takut tumpah V Takut kantong Kecemasan V penuh Takut bocor Khawatir berpergian V saat V transisi Terganggu saat V saat V merasa V Ketidaknyamanan kantong penuh mengganggu bergerak sakit 3 bulan Penerimaan rileks secara bertahap Sudah terbiasa merasa gak V ada dibadan Terima perubahan V bentuk tubuh 2. Apakah ada perubahan dari fungsi tubuh bapak/ibu setelah adanya kolostomi? Katagori P1 Tidak bisa menahan V P2 Subtema Perubahan fisiologis BAB Perubahan fungsi eliminasi tubuh Tidak perlu ngejan V saat BAB BAK Tema tidak bisa V dipindah V tahan lama Anus kesamping Perubahan anatomis 3. Apakah selama ini bapak/ibu merasa ada keterbatasan aktivitas? (probing: terganggu dengan adanya kantung.takut kantong bocor, takut tercium bau) Katagori P1 Terbebani saat diperjalanan jauh P2 V Subtema Perubahan dalam Keterbatasan melakukan aktivitas ada kamar kebiasaan sehari- mandi(saat penuh hari tidak takut bocor) Tidak bisa naik V gunung lagi(digunung tidak ada air untuk membersikhan) Terganggu saat main futsal( takut bocor karena banyak gerak) V Tema 4. Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai dan tidak disukai ?apa alasannya? Katagori P1 Hidung V Semua suka perut V V pemberian disukai kurang mancung kepuasan terhadap bagian tubuh tidak disukai Penilaian positif V Penilaian negatif V Alasan bentuk tubuh V tuhan karena ada kantong Tema Bagian tubuh yang V karena mancung Subtema Bagian tubuh yang Penilaian V hidung karena P2 penilaian Analisa tematik C. Ideal Diri 1. Dengan kondisi saat ini, bagaimana harapan bapak/ibu terhadap peran baik dikeluarga ? Katagori P1 Memberikan yang V P2 Sub tema Tema Factor-faktor terbaik untuk keluarga yang mempengaruhi Menjadi anak yang Harapan positif berbakti Membuat bangga ideal diri V V keluarga Membuat keluarga V senang Bisa membahagiakan V orang tua Istri dapat menerima V Penerimaan dari keadaan sekarang Tidak membebani orang tua keluarga V Adanya perasaan cemas 2. Apa harapan bapak/ibu terhadap kondisi saat ini? Katagori P1 P2 Subtema Tema adanya kolostomi V V Penilaian positif Pencapaian bukan suatu hambatan ideal diri melakukan aktivitas Ingin sembuh/sehat V Ingin memiliki V V Hasrat untuk penghasilan lebih berhasil(material) Ingin menjadi sukses V Memiliki usaha V Mendapatkan pasangan hidup Motivasi V V Pencapaian tugas perkembangan Analisa tematik B. Harga diri 1. Bagaimana bapak/ibu menilai keberhasilan yang di dapat saat ini dengan harapan yang di inginkan ? Katagori P1 Belum memiliki usaha V P2 Sub tema Pencapaian sendiri kemampuan Belum memiliki V material Indicator wirausaha Memiliki pekerjaan V keberhasilan V lebih baik Belum mendapatkan V jodoh Menjadi kepala rumah Pencapaian Tugas V tangga Memiliki anak Tema V perkembangan 2. Bagaimanakah perasaan bapak/ibu setelah memiliki kolostomi, apakah merasa malu dengan adanya kolostomi pada bapak/ibu ketika berinteraksi dengan orang lain? Katagori P1 P2 Subtema Tema Dalam hati malu V Harga diri rendah Respon Risih saat interaksi V (HDR) emosional dengan orng lain Tidak malu V Biasa saja karena V Percaya diri tidak terlihat Awal adanya V V Syok psikologis kolostomi sulit kehilangan menerima Sejalannya waktu 2-3 V bulan menerima V takdir 3 bulan Penerimaan secara bertahap Menerina karena Merasa rileks setelah Respon V 3. Apakah penilaian orang lain mempengaruhi harga diri bapak/ibu? Katagori P1 Tidak memperdulikan, V P2 Keluarga tidak V V V memperlakukan beda Keluarga mengerti terhadap Sumber Penilaian orang pembentukan lain harga diri Dukungan keluarga V Tema Respon klien Cuek Biasa saja Subtema V Analisa tematik D. Peran 1. Apakah peran bapak/ibu dalam keluarga? Katagori P1 Kepala rumah tangga Bapak Sub tema Tema V Posisi dalam Peran di V keluarga keluarga Tugas dalam Tugas keluarga perkembangan Anak Mencari nafkah P2 V V Membantu orang tua V 2. Apakah ada hambatan dalam menjalani peran tersebut setelah adanya kolostomi pada bapak/ibu? Coba jelaskan? Katagori P1 Sulit mencari nafkah V P2 Subtema tema Keterbatasan Stressor lebih karena keterbatasan pencapaian kantong materi Harga kantong mahal Sulit mendapat pekerjaan V V karena cek kesehatan Sulit mencari pasangan hidup yang menerima keadaan dengan kolostomi V Stressor tugas perkembangan Analisa tematik E. Identitas Diri 1. Bisakah bapak/ibu ceritakan keunikan yang ada pada diri bapak/ibu yang membuat anda berbeda dengan orang lain? Katagori P1 Merasa biasa saja V P2 sama dengan yang Subtema Tema Penerimaan Sikap terhadap adaptif penerimaan lain Merasa sama dengan V orang kebanyakan Mensyukuri apa V yang ada sekarang Menerima adanya V perubaha fisik Merasa fisik beda karena memiliki kolostomi V V Penerimaan maladaptif 2. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap status bapak/ibu sebagai seorang lakilaki atau perempuan? Katagori P1 P2 Subtema tema Menerima dilahirkan V V Penerimaan jenis Pengakuan jenis kelamin kelamin Pencapaian tugas Penilaian diri perkembangan terhadap tujuan sebagai laki-laki Sebagai laki-laki V dewasa belum menikah hidup Tidak puas V Puas tidak puas dengan Respon negative Penilaian V terhadap kepuasan koping V Pengontrolan diri kondisi saat ini Semua dalam proses menerima takdir Syukuri saja secara spiritual V