PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIF DAN PERDAGANGAN 1994 1. Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994 ("PUTP 1994") terdiri atas : (a) ketentuan-ketentuan di dalam Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan, tanggal 30 Oktober 1947, yang dilampirkan pada Persetujuan Akhir yang diterima pada Penutupan Sidang Kedua dari Komite Persiapan di Konferensi Perserikatan BangsaBangsa tentang Perdagangan dan Pekerjaan (kecuali Protokol Penerapan Sementara), sebagaimana dibetulkan, diubah atau diganti dengan persyaratan peranti-peranti hukum yang mulai berlaku sebelum tanggal mulai berlakunya Persetujuan OPD; (b) ketentuan di dalam peranti-peranti hukum tertera di bawah yang telah mulai berlaku menurut PUTP 1947 sebelum tanggal mulai berlakunya persetujuan OPD : (c) (i) protokol dan sertifikasi berhubungan dengan konsesi tarip; (ii) protokol aksesi (kecuali ketentuan (a) mengenai penerapan sementara dan penarikan penerapan sementara dan (b) asalkan Bagian II PUTP 1947 diterapkan sementara sepenuh-penuhnya tanpa bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku pada tanggal Protokol); (iii) keputusan mengenai pelepasan kewajiban yang diberikan menurut Pasal XXV, PUTP 1947 dan masih berlaku pada tanggal mulai berlakunya Persetujuan OPD1; (iv) keputusan lain PIHAK PENANDA TANGAN PUTP 1947; Kesepakatan-kesepakatan yang berlaku : (i) Kesepakatan tentang Penafsiran Pasal II:1(b), persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994; (ii) Kesepakatan tentang Penafsiran Pasal XVII, persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994; (iii) Kesepakatan tentang Ketentuan Neraca Pembayaran di dalam Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994; (iv) Kesepakatan tentang Penafsiran Pasal XXIV, Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994; (v) Kesepakatan Berhubungan dengan Pelepasan Kewajiban menurut 1 Pelepasan kewajiban yang dicakup oleh ketentuan ini tercantum di dalam catatan kaki nomor 7 pada halaman 11 dan 12 di Bagian II dokumen MTN/FA tanggal 15 Desember 1993 dan di dalam MTN/FA/Corr.6 tanggal 21 Maret 1994. Konferensi Menteri pada Sidangnya yang pertama akan menentukan akan menentukan Daftar Pelepasan Kewajiban yang diperbaharui yang dicakup oleh ketnetuan ini yang menambahkan setiap pelepasan kewajiban yang diberikan menurut PUPT 1947 setelah tanggal 15 Desember 1993 dan sebelum tanggal mulai beralakunya Persetujuan OPD dan menggantikan pelepasan kewajiban yang pada saat itu telah habis waktunya. 1 Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan 1994; (vi) (d) 2. Kesepakatan tentang Penafsiran Pasal XXVIII, Persetujuan Umum tentang Tarip dan Perdagangan; Protokol Marrakesh PUTP 1994 Catatan Penjelasan (a) Rujukan kepada "pihak-pihak dalam persetujuan" di dalam ketentuan PUTP 1994 danggap bermaksud "Anggota". Rujukan kepada "pihak-pihak dalam persetujuan yang kurang berkembang" dan "pihak-pihak dalam persetujuan yang telah maju" dianggap bermaksud "Anggota berkembang" dan "Anggota maju". Rujukan kepada "Sekretaris Eksekutif" dianggap bermaksud "Direktur Jenderal OPD". (b) Rujukan kepada PIHAK-PIHAK DALAM persetujuan yang bertindak bersama, yang tertera di dalam Pasal XV:1, XV:2, XV:8, XXXVIII, dan Catatan Ad Pasal XII dan XVIII; dan di dalam ketentuan tentang persetujuan penukaran khusus di Pasal XV:2, XV:2, XV:3, XV:6, XV:7, dan XV:9 di dalam PUTP 1994, dianggap bermaksud OPD. Fungsi-fungsi lain yang ditugaskan oleh ketentuan PUTP 1994 kepada PIHAK-PIHAK DALAM persetujuan yang bertindak bersama akan diputuskan oleh Konferensi Menteri. (c) (i) Naskah PUTP 1994 di dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol adalah naskah yang otentik. (ii) Naskah PUTP 1994 di dalam bahasa Perancis harus diperbaiki terminologinya sebagaimana tercantum di dalam Lampiran A pada dokumen MTN.TNC/41 (iii) Naskah otentik PUTP 1994 di dalam bahasa Spanyol adalah naskah pada Volume IV dari Peranti Dasar dan Dokumen Terpilih, dengan tunduk kepada pembetulan peristilahan yang ditunjuk di dalam Lampiran B pada dokumen MTN.TNC/41 3. (a) Ketentuan Bagian II PUTP 1994 tidak berlaku untuk tindakan yang diambil oleh suatu Anggota menurut perundang-undangan wajib tertentu, yang diundangkan oleh Anggota tersebut sebelum menjadi pihak-pihak dalam PUTP 1947, yang melarang penggunaan, penjualan atau penyewaan kapal laut yang dibuat atau dibangun kembali di luar negeri dalam penerapan niaga antar tempat di perairan nasional atau perairan kawasan ekonomi eksklusif. Pengecualian ini dibatasi pada tindakan yang diambil menurut perundang-undangan yang diuraikan di atas, yang diberitahukan dan ditetapkan sebelum tanggal mulai berlakunya persetujuan OPD. Perundang-undangan tersebut bila kemudian diubah agar dapat mengurangi ke-sesuaiannya dengan Bagian II PUTP 1994, tidak lagi memenuhi syarat untuk tercakup oleh ayat ini. (b) Konferensi Menteri akan meninjau kembali pengecualian ini selambatlambatnya lima tahun setelah tanggal mulai berlakunya Persetujuan OPD dan selanjutnya dua tahun sekali selama pengecualian masih berlaku dengan tujuan memeriksa apakah keadaan yang menimbulkan keperluan untuk pengecualian itu masih berlaku. 2 (c) Anggota yang tindakannya tercakup dengan pengecualian ini harus tiap tahun menyerahkan pemberitahuan statistik terinci yang terdiri atas angka rata-rata bergerak limatahunan dari pengiriman kapal laut yang bersangkutan, baik yang nyata maupun yang diperkirakan, serta informasi tambahan mengenai penggunaan, penjualan, penyewaan atau perbaikan kapal yang bersangkutan yang tercakup dengan pengecualian ini. (d) Anggota yang menganggap bahwa pengecualia ini beroperasi sedemikian rupa agar membenarkan pembatasan timbul-balik dan sebanding atas penggunaan, penjualan, penyewaan atau perbaikan kapal yang dibangun di dalam wilayah Anggota yang meminta hak pengecualian, diperbolehkan mengadakan pembatasan itu dengan tunduk kepada pemberitahuan terlebih dahulu kepada Konferensi Menteri. (e) Pengecualian ini tidak mengurangi penyelesaian berkaitan dengan aspek tertentu di dalam perundang-undangan yang tercakup dengan pengecualian ini yang berupa hasil perundingan di dalam persetujuan sektoral atau forum-forum lain. KESEPAKATAN ATAS PENAFSIRAN PASAL II:1 (b) DARI PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIF DAN PERDAGANGAN 1994 Para Anggota dengan ini menyetujui sebagai berikut: 1. Untuk memastikan transparansi hak dan kewajiban negara-negara anggota seperti tertuang dalam Pasal II: alinea 1(b), maka jenis dan besar "bea atau pungutan lainnya" yang dikenakan pada tarip yang diikat harus dicatat di dalam Daftar Konsesi. Dengan demikian maka pencatatan "bea dan pungutan lainnya" tidak akan merubah posisinya sebagai "bea dan pungutan lainnya". 2. Tanggal pada saat "bea dan pungutan lainnya" diikat untuk tujuan dari Pasal II harus pada tanggal 15 April 1994. Oleh karena itu "bea dan pungutan lainnya" harus dicatat dalam Daftar Konsesi sesuai dengan besarnya yang berlaku pada saat tersebut. Dalam tiap-tiap negosiasi-ulang suatu konsesi atau negosiasi konsesi baru, berikutnya tanggal berlakunya tarip yang dirundingkan akan menjadi tanggal digabungkannya konsesi baru ke dalam Daftar Konsesi. Namun demikian, tanggal dimana "instrumen" yang digunakan suatu konsesi tarip pada saat pertama kali digabungkan ke PUTP 1947 atau PUTP 1994, akan terus dicatat dalam kolom 6 pada Daftar. 3. "Bea dan pungutan lainnya" harus dicatat untuk semua tarip yang mengikat. 4. Apabila sebuah tarip sebelumnya sudah diberikan konsesi, maka besarnya "bea dan pungutan lainnya" yang dicatat dalam Daftar Konsesi tidak boleh melebihi besarnya "bea atau pungutan lainnya" tersebut pada saat pertama kali digabungkannya konsesi tersebut ke dalam Daftar.Setiap negara anggota OPD boleh melakukan tuntutan terhadap keberadaan "bea atau pungutan lainnya", dengan dasar bahwa pada saat pengikatan aslinya dari tarip tersebut tidak ada "bea atau pungutan lainnya". Demikian juga terhadap besar "bea atau pungutan lainnya" yang tidak konsisten dengan besarnya ikatan sebelumnya, tuntutan dilakukan setelah tiga tahun sesudah berlakunya OPD, atau bila tanggalnya menyusul, dapat dilakukan tuntutan 3 setelah 3 tahun setelah tanggal diserahkannya Daftar yang dirundingkan tersebut dengan Dirjen OPD. 5. Disepakati bahwa pencatatan "bea dan pungutan lainnya" dalam Daftar Konsesi adalah tidak bertentangan dengan konsistensinya dalam hak dan kewajiban berdasarkan PUTP 1994, selain dari pada yang dipengaruhi paragraf 4 diatas. Melalui kewajiban ini, semua negara anggota OPD tetap mempunyai hak untuk melakukan penuntutan setiap saat, terhadap konsistensi "bea atau pungutan lainnya" dengan kewajibannya. 6. Untuk tujuan Kesepakatan ini, akan diterapkan ketentuan-ketentuan Pasal XXII dan XXIII PUTP 1994 yang dipaparkan dan diberlakukan dalam kesepakatan "Penyelesaian Sengketa". 7. Disepakati bahwa "bea atau pungutan lainnya" yang dihilangkan dari Daftar pada saat penyampaian kepada Dirjen PUTP'47 atau Dirjen OPD, tidak boleh dinaikkan sampai dengan saat berlakunya perjanjian pendirian OPD, dan bahwa "bea atau pungutan lainnya" yang dicatat lebih rendah dari pada yang berlaku pada saat itu, tidak boleh diubah kecuali apabila penambahan atau perubahan tersebut dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah penyampaian Daftar. 8. Keputusan pada alinea 2 sehubungan dengan tanggal berlakunya setiap konsesi sesuai Pasal II:1(b), menggantikan keputusan mengenai tanggal berlakunya konsesi seperti yang ditetapkan pada tanggal 26 Maret 1980 (BISD 27S/22). KESEPAKATAN TENTANG TAFSIR DARI PASAL XVII DARI PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIP DAN PERDAGANGAN 1994 Para Anggota, Memperhatikan bahwa pasal XVII menetapkan tentang kewajiban negara anggota dalam kaitannya dengan kegiatan Badan Usaha Milik Negara ( State Trading Enterprises ) sebagaimana tercantum pada alinea 1 pasal XVII, dimana negara anggota diwajibkan konsisten dengan prinsip dasar PUTP 1994 untuk tidak melakukan diskriminasi, utamanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi impor atau ekspor yang dilakukan oleh pedagang swasta; Memperhatikan lebih lanjut bahwa negara anggota harus tunduk kepada kewajiban-kewajiban dalam PUTP 1994, sehubungan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat membawa dampak kepada BUMN; Menyadari bahwa kesepakatan ini tidak akan bertentangan dengan disiplin-disiplin pokok seperti yang ditetapkan pada pasal XVII; Dengan ini disetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk memastikan transparansi kegiatan BUMN, negara anggota akan memberikan pemberitahuan tentang keberadaan BUMN tersebut kepada Dewan Perdagangan Barang2 Barang), untuk ditinjau (dievaluasi) oleh Kelompok Kerja (Working Party) yang akan dibentuk sesuai ketentuan alinea 5, dengan definisi BUMN sebagai berikut: "Perusahaan Milik Pemerintah atau Bukan Milik Pemerintah termasuk Badan Pemasaran (Marketing Boards), yang telah diberi hak-hak istimewa dan khusus atau diistimewakan, berdasarkan kekuatan peraturan perundang-undangan atau konstitusi, dimana dalam praktek kegiatannya melalui pembeliannya atau penjualannya dapat mempengaruhi tingkat atau arah impor atau ekspor." Keharusan pemberitahuan tidak berlaku terhadap impor produk yang perlu segera digunakan baik oleh pemerintah maupun perusahaan sebagaimana spesifikasi di atas dan tidak untuk dijual kembali atau dipergunakan untuk memproduksi barang untuk dijual. 2. Setiap negara anggota akan meninjau kebijaksanaannya, sehubungan dengan kepatuhan pemberitahuan BUMN kepada Dewan Perdagangan Barang-Barang. Dalam tinjauannya setiap negara anggota sejauh mungkin harus memperhatikan kepastian transparansi sehingga memungkinkan untuk dipahaminya operasi BUMN yang diberitahukan dengan pengaruhnya terhadap perdagangan internasional. 3. Pemberitahuan akan dibuat sesuai dengan daftar pertanyaan tentang BUMN yang diterapkan 24 Mei 1960 (BISD 9S/184-185), dengan pengertian bahwa negara anggota akan memberitahukan perusahaan tersebut dalam alinea 1 walaupun pada kenyataannya perusahaan tersebut melaksanakan atau tidak melaksanakan impor atau ekspor. 4. Suatu Negara anggota yang merasa bahwa pemberitahuan yang dibuat negara lainnya tidak memuaskan dan menimbulkan persoalan dengan kepentingannya. Apabila masalahnya tidak dapat dipecahkan, negara yang dirugikan dapat membuat pemberitahuan tandingan kepada Dewan Perdagangan Barang-Barang, untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh Kelompok Kerja (Working Party) sesuai alinea 5, dan seterusnya diinformasikan kepada anggota yang berkepentingan. 5. Kelompok Kerja yang akan dibentuk, menilai pemberitahuan dan pemberitahuan tandingan atas nama Dewan Perdagangan Barang-Barang. Berdasarkan kepada hasil tinjauannya tanpa bertentangan dengan alinea 4(c) dari pasal XVII, Dewan Perdagangan Barang-Barang dapat membuat rekomendasi sehubungan dengan pemberitahuan yang memadai serta perlunya informasi tambahan. Kelompok Kerja juga akan meninjau pemberitahuan yang telah diterima, kebenaran daftar pertanyaan tentang BUMN sebagaimana tersebut di atas serta cakupan dari BUMN yang diuraikan pada alinea 1. Kelompok Kerja juga akan mengembangkan suatu daftar untuk membantu menjelaskan tentang bentuk hubungan antara pemerintah dengan perusahaan serta berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, sesuai dengan tujuan pasal XVII. Sekretariat OPD akan menyediakan suatu pedoman umum untuk Kelompok Kerja tentang operasi BUMN dan kaitannya dengan perdagangan internasional. Keanggotaan dari Kelompok Kerja akan terbuka bagi semua negara anggota yang ingin bekerja sebagai Kelompok Kerja. Kelompok Kerja akan melaksanakan pertemuan dalam setahun setelah diberlakukannya persetujuan OPD dan setelah itu paling sedikit setahun sekali. Kelompok Kerja akan menyusun laporan tahunan kepada Dewan Perdagangan Barang-Barang.1 1 Aktivitas Kelompok Kerja ini akan dikoordinasikan dengan Grup Kerja sebagaimana Bab III dari Ministerial Decision on Notification Procedures yang diterima 15 April 1994. 2 KESEPAKATAN TENTANG KETENTUAN NERACA PEMBAYARAN DARI PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIP DAN PERDAGANGAN 1994 Para Anggota, Menunjuk pada persyaratan dalam Pasal XII, XVIII:B PUTP 1994 dan persyaratan dalam Deklarasi 1979 mengenai Kebijaksanaan Perdagangan Untuk Tujuan Neraca Pembayaran (selanjutnya disebut Deklarasi 1979) serta tujuan untuk memperjelas ketentuanketentuan1; Bersama ini bersepakat mengenai hal-hal berikut ini : Pelaksanaan Tindakan 1. Para Anggota menyatakan kepastian komitmennya untuk memberitahukan secepatnya jadwal penghapusan kebijaksanaan impor yang ditujukan untuk perbaikan neraca pembayaran. Disepakati bahwa jadwal tersebut dapat diubah sebagaimana semestinya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam neraca pembayaran. Apabila terdapat keberatan untuk memberitahukan jadwal penghapusan tersebut maka perlu adanya justifikasi serta keterangan yang jelas. 2. Para anggota menyatakan kepastian komitmennya untuk mengutamakan kebijaksanaan pembatasan impor yang dampak hambatan perdagangannya paling minim. Kebijaksanaan tersebut (untuk selanjutnya disebut "kebijaksanaan harga") disepakati mencakup bea masuk tambahan, ketentuan deposit impor, atau kebijaksanaan serupa lainnya yang mempunyai dampak terhadap harga barang impor. Disepakati bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal II PUTP 1994, kebijaksanaan harga untuk tujuan neraca pembayaran dilaksanakan dalam bentuk tambahan terhadap bea masuk yang tertera dalam tiap Para anggota. Lebih lanjut, jumlah tambahan bea masuk tersebut dicantumkan secara jelas memenuhi ketentuan prosedur notifikasi dalam Kesepakatan ini. 3. Para anggota harus mengupayakan dihindarkannya penggunaan pembatasan kwantitatif untuk tujuan perbaikan neraca pembayaran. Pengecualian hanya dibolehkan bila neraca pembayaran dalam keadaan yang kritis dimana kebijaksanaan harga tidak cukup untuk mengatasi kesulitan meraca pembayaran. Dalam hal seperti itu, Para anggota harus memberikan justifikasi yang jelas mengapa kebijaksanaan harga tidak cukup untuk mengatasi kesulitan negara pembayaran yang dihadapi. Para anggota yang melaksanakan pembatasan kwantitatif tersebut dalam konsultasi berikutnya harus menjelaskannya perkembangnnya dalam upaya mengurangi dampak kebijaksanaan tersebut terhadap pembatasan perdagangan. Disepakati bahwa terhadap satu jenis produk hanya boleh dikenakan satu jenis pembatasan impor. 4. Para anggota menyatakan kepastiannya bahwa pembatasan impor untuk tujuan perbaikan neraca pembayaran hanya boleh dilaksanakan untuk mengatur impor secara umum 1 Tidak ada sesuatupun dalam Kesepkatan ini dimaksudkan untuk mengubah hak dan kewajiban para Anggota menurut Pasal XII atau XVIII:B GATT. Ketentuan Pasal XII dan XXVIII GATT 1994 seperti diuraikan dan diterapkan oleh Kesepakatan Penyelesaian Sengketa dapat diterapkan sehubungan dengan setiap persoalan yang timbul dari penerapan tindakan pembatasan impor yang diambil untuk menjaga neraca pembayaran 1 dan tidak lebih dari keperluan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran. Untuk tujuan mengatasi dampak proteksi yang berlebihan, kebijaksanaan pembatasan impor harus dilakukan secara transparan. Lembaga yang berwenang di negara pengimpor harus memberikan justifikasi serta kriteria yang jelas bagi ketentuan pembatasan. Sebagaimana diuraikan dalam Pasal XII:3 dan XVIII:B:10, khusus terhadap produk yang esensial, Para anggota dibolehkan memberikan pengecualian atau mengenakan pembatasan terhadap pelaksanaan ketentuan bea masuk tambahan menyeluruh atau terhadap kebijaksanaan lain yang ditujuan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran. Yang dimaksud dengan produk esensial adalah produk kebutuhan pokok atau produk yang pengaruhnya besar terhadap usaha untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran seperti barang modal atau bahan input produksi. Dalam pelaksanaan pembatasan kwantitatif, bentuk perijinan impor yang sifatnya diskresioner dapat dilaksanakan hanya apabila tidak ada jalan lain dan disertai ketentuan bahwa kebijaksanaan tersebut akan dihapuskan secara progersif. Dalam menentukan besarnya nilai dan jumlah impor yang dibatasi, perlu disertai dengan justifikasi yang tepat. Prosedur Konsultasi dalam rangka Neraca Pembayaran 5. Komite Pembatasan-Pembatasan dalam rangka kesulitan Neraca Pembayaran (disebut dalam Kesepakatan ini sebagai "Komite") akan melaksanakan serangkaian konsultasi untuk menilai semua kebijaksanaan pembatasan impor yang dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran. Tiap Para anggota bebas untuk menjadi anggota Komite tersebut. Komite dalam kerjanya akan selalu mematuhi ketentuan prosedur konsultasi yang telah ditetapkan oleh Dewan PUTP 1947 pada tanggal 28 April 1970 serta yang dicantumkan dalam BISD, terbitan nomor delapanbelas, halaman 48-53 (selanjutnya disebut Prosedur Lengkap Bagi Pelaksanaan Konsultasi), sesuai dengan ketetapan yang dicantumkan di bawah ini. 6. Para anggota yang memberlakukan pembatasan baru atau yang menambahi pembatasan yang ada harus melakukan konsultasi dengan Komite dalam waktu empat bulan sesudah berlakunya ketentuan tersebut. Para anggota dapat mengajukan permintaan konsultasi tersebut berdasar Pasal XII:4(a) atau Pasal XVIII:12(a) PUTP 1994. Apabila Para anggota tidak mengajukan permintaan konsultasi, maka Ketua Komite akan meminta Para anggota untuk mengadakan konsultasi. Berbagai faktor yang akan dibahas dalam konsultasi meliputi dikenakannya ketentuan pembatasan bentuk baru dalam rangka mengatasi kesulitan neraca pembayaran, atau penambahan cakupan produk yang dikenakan pembatasan. 7. Terhadap semua bentuk pembatasan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran, oleh Komite akan dilakukan evaluasi secara berkala berdasar ketentuan para 4(b) dalam Pasal XII atau para 12(b) dalam Pasal XVIII. Namun demikian, kala waktu konsultasi dapat diubah sesuai dengan kesepakatan dengan Para anggota yang sedang berkonsultasi atau sesuai dengan usulan Dewan Umum untuk menggunakan prosedur penilaian khusus. 8. Terhadap para anggota negara berkembang yang terkebelakang dapat diberlakukan prosedur konsultasi yang lebih sederhana asalkan negara berkembang tersebut sedang dalam tahap pelaksanaan liberalisasi perdagangan yang mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan Komite dalam konsultasi sebelumnya. Konsultasi Sederhana bagi negara berkembang dapat diberlakukan terhadap negara tersebut apabila pada tahun kalender yang sama telah ditetapkan jadwal pelaksanaan Evaluasi Kebijaksanaan Perdagangan (Trade Policy Review). 2 Dalam hal ini, pertimbangan untuk mengadakan atau tidak mengadakan Konsultasi Penuh dapat dilakukan berdasar para 8 dalam Deklarasi 1979. Semua Para anggota dilarang menggunakan Konsultasi Sederhana lebih dari dua kali berturut-turut. Ketentuan ini tidak berlaku bagi negara berkembang yang paling terkebelakang. Pemberitahuan Tertulis dan Pencatatan 9. Sebagaimana dicantumkan pada para 1, Para anggota diharuskan melakukan notifikasi semua bentuk baru, perubahan maupun perluasan kebijaksanaan pembatasan impor yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran. Perubahan kebijaksanaan harus dinotifikasi paling lambat 30 hari sesudah pengumuman kebijaksanaan. Sekretariat Organisasi Perdagangan Multilateral harus menerima notifikasi tahunan yang lengkap yaitu mencakup semua ketentuan perubahan dalam perundang-undangan, peraturan, kebijaksanaan serta pengumuman bagi publik. Notifikasi Lengkap tersebut harus merupakan informasi yang selengkap mungkin yang dirinci per pos tarif, per jenis kebijaksanaan, kriteria yang digunakan dalam pelaksanaannya, cakupan produk serta pengaruhnya terhadap arus barang. 10. Setiap Para anggota dapat mengajukan permintaan kepada Komite untuk mengadakan evaluasi terhadap suatu notifikasi. Evaluasi tersebut dilakukan secara terbatas, yaitu hanya untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai masalah khusus yang telah disampaikan dalam notifikasi tersebut atau untuk mempertimbangkan dapat tidaknya evaluasi dilakukan berdasar ketentuan dalam Pasal XII:4(a) atau Pasal XVIII:12(a) PUTP 1994. Para anggota yang mengetahui bahwa suatu negara telah memberlakukan kebijaksanaan pembatasan impor untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran, dapat meminta perhatian Komite terhadap kebijaksanaan tersebut. Ketua Komite akan meminta informasi kebijaksanan tersebut kepada negara yang bersangkutan agar untuk selanjutnya dapat diketahui oleh negara-negara lain. Tanpa terpengaruh oleh hak tiap negara anggota Komite untuk memperoleh penjelasan yang pantas selama berlangsungnya konsultasi, pertanyaan dapat disampaikan lebih dahulu agar dapat dipertimbangkan oleh negara yang dikenakan konsultasi. 11. Anggota yang sedang melakukan konsultasi diwajibkan mempersiapkan Dokumen Inti untuk bahan konsultasi yang isinya meliputi : (a) gambaran umum mengenai keadaan neraca pembayaran serta prospeknya, termasuk berbagai faktor ekstern maupun intern yang mempengaruhi neraca pembayaran; (b) keterangan yang lengkap mengenai berbagai pembatasan yang dikenakan untuk mengamankan neraca pembayaran, dasar hukumnya serta langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak insidental daripada proteksi; (c) keterangan mengenai berbagai kebijaksanaan liberalisasi impor yang telah dilakukan sejak konsultasi terakhir yang mengacu pada keputusan Komite; (d) keterangan mengenai rencana penghapusan atau pengurangan berbagai pembatasan impor yang ada. Apabila dianggap relevant, notifikasi lain maupun laporan lain yang disampaikan kepada Organisasi Perdagangan Multilateral dapat dijadikan bahan referensi. Dalam Konsultasi Sederhana, Para anggota yang sedang menjalani konsultasi harus menyerahkan pernyataan tertulis yang berisi berbagai informasi pokok tercakup dalam Dokumen Inti. 12. Untuk tujuan membantu pelaksanaan konsultasi dalam Komite, Sekretariat akan mempersiapkan makalah penunjang yang memuat berbagai aspek yang berkaitan dengan rencana konsultasi yang bersangkutan. Bagi negara berkembang, Sekretariat akan membuat makalah khusus yang memuat berbagai bahan pendukung serta bahan analisis yang berkaitan dengan perkembangan keadaan serta prospek neraca pembayaran negara tersebut. Apabila 3 dikehendaki, Sekretariat juga dapat menyediakan bantuan teknis kepada negara berkembang tersebut, yaitu dalam mempersiapkan dokumentasi untuk konsultasi. Hasil konsultasi Neraca Pembayaran. 13. Komite melaporkan hasil konsultasi kepada Dewan Umum. Dalam hal Konsultasi Lengkap, laporan konsultasi harus mencantumkan kesimpulan Komite yang juga mencakup berbagai elemen rencana konsultasi dan fakta serta dasar pertimbangannya. Hasil konsultasi harus mencakup saran yang mengacu pada pelaksanaan Pasal XII, XVIII:B, Deklarasi 1979 serta Tafsir ini. Dalam hal dimana terdapat jadwal penghapusan atau pengurangan pembatasan impor, Dewan Umum dapat mengusulkan agar Para anggota memenuhi jadwal tersebut dalam kaitannya dengan kewajibannya dalam PUTP 1994. Penilaian terhadap hak serta kewajiban Para anggota akan dilakukan, utamanya dalam kaitan dengan usulan khusus dari Komite. Apabila Komite tidak memberikan usulan khusus maka laporan Komite harus mencantumkan perbedaan pandangan yang terjadi dalam Komite. Dalam hal Konsultasi Sederhana, laporan Komite harus mencantumkan pokok-pokok yang dibahas dalam konsultasi serta keputusan mengenai apakah diperlukan prosedur konsultasi yang selengkapnya. 4 KESEPAKATAN TENTANG PENAFSIRAN PASAL XXIV DARI PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIP DAN PERDAGANGAN 1994 Para Anggota, Menimbang Pasal XXIV PUTP 1994; Memperhatikan bahwa sejak didirikannya PUTP tahun 1947 Kesatuan Pabean dan Wilayah Perdagangan Bebass telah meningkat pesat baik dalam jumlah maupun kepentingannya dan saat ini telah mencakup porsi perdagangan dunia yang cukup berarti. Memperhatikan pula kontribusinya dalam perluasan, perdagangan yang terjadi karena integrasi yang semakin kuat diantara negara-negara anggota perjanjian semacam itu; Memperhatikan juga bahwa kontribusi tersebut meningkat bila hambatan tarip dan hambatan perdagangan lain atas wilayah tersebut dikurangi secara luas untuk seluruh perdagangan, dan kontribusi tersebut berkurang bila sektor perdagangan utama dikecualikan. Menegaskan bahwa tujuan dari agreement tadi harus mempermudah perdagangan dari aggota lain dengan wilayah tersebut dan tidak menambah hambatan perdagangan Negara-negara Anggota OPD lainnya dengan wilayah tersebut ; dan oleh karenanya dalam pembentukan atau perluasan keanggotaannya sedapat mungkin menghindari terjadinya dampak ikatan dalam perdagangan negara anggota OPD lainnya; Meyakini pula perlunya peranan Dewan Perdagangan untuk Barang-barang secara efektif dalam meninjau kembali persetujuan-persetujuan yang telah dipemberitahuan berdasarkan Pasal XXIV, dengan menjelaskan kriteria dan prosedur untuk persetujuan baru atau perluasan persetujuan lama, dan meningkatkan transparansi seluruh Pasal XXIV; Memperhatikan perlunya tafsir yang sama mengenai kewajiban-kewajiban para anggota OPD, berdasarkan Pasal XXIV:12; Bersama ini bersepakat dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Kesatuan Pabean, Wilayah Perdagangan Bebas dan persetujuan sementara dalam pembentukan Kesatuan Pabean dan FTA, harus konsisten dengan Pasal XXIV, dan harus sesuai dengan paragraph 5,6,7 dan 8. Pasal XXIV : 5. 2. Evaluasi yang dilakukan terhadap tarip dan peraturan-peraturan perdagangan lainnya yang berlaku sebelum dan sesudah pembentukan Kesatuan Pabean harus sejalan dengan tarip yang didasarkan pada evaluasi secara keseluruhan dari tingkat tarip dan bea masuk secara tertimbang(weighted average). Penilaian ini harus didasarkan pada statistik impor selama suatu periode sebelumnya terhadap setiap pos tarip dan dirinci dalam nilai dan jumlah, menggunakan Ketentuan Asal Barang OPD. Sekretariat akan menghitung tingkat tarip secara 1 berat rata-rata tertimbang sesuai dengan metodologi yang digunakan dalam penilaian terhadap offer tarip dalam Putaran Uruguay. Untuk itu, bea dan pungutan lainnya yang dipakai harus yang berlaku pada saat tersebut. Untuk keperluan penilaian secara keseluruhan terhadap aturan-aturan perdagangan yang sulit dihitung dalam kuantitas atau secara bersama-sama (aggregate), dapat digunakan penilaian terhadap peraturan, cakupan produk dan arus perdagangan. 3. Jangka waktu dalam Pasal XXIV : 5 (c) dapat melebihi 10 tahun, hanya dalam hal-hal tertentu. Dalam hal suatu negara anggota menyatakan bahwa 10 tahun tidak cukup, negara tersebut harus menyampaikan kepada Dewan Perdagangan untuk Barang-barang bahwa mereka memerlukan waktu yang lebih lama. Pasal XXIV : 6 4. Paragraph 6 dari Pasal XXIV menetapkan prosedur yang harus diikuti apabila anggota yang membentuk Kesatuan Pabean mengusulkan kenaikan tingkatikatan bea masuk. Dalam hal ini ditegaskan bahwa prosedur yang telah ditetapkan dalam Pasal XXIV, yang telah diuraikan lebih lanjut dalam petunjuk Anggota PUTP 1947 tanggal 10 Nopember 1980 (27 s/d 26), dan yang ada dalam tafsir Pasal XXVIII dari PUTP 1947, harus diberlakukan sebelum dilakukan perubahan atau pembatalan konsesi tarip karena pembentukan Kesatuan Pabean, atau karena persetujuan Sementara sebelum pembentukan Kesatuan Pabean. 5. Disepakati bahwa negosiasi ini dilakukan dengan keyakinan penuh untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan. Dalam perundingan seperti itu sesuai dengan yang ditetapkan dalam Pasal XXIV : 6, penurunan tarip harus dilakukan terhadap HS yang sama pada saat pembentukan Kesatuan Pabean tersebut. Bila penurunan tarip tersebut belum dapat dilakukan, Kesatuan Pabean akan menawarkan kompensasinya yang mungkin dapat berbentuk penurunan tarip dari HS lainnya. Offer ini akan dipertimbangkan oleh anggota-anggota yang mempunyai Hak Negosiasi dalam modifikasi atau penarikan kembali ikatan tarip. Bila penyesuaian tersebut tetap tidak dapat diterima, negosiasi harus dilanjutkan. Meskipun usaha-usaha untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi kompensasi tersebut, berdasarkan Pasal XXVIII yang dijelaskan dalam tafsir Pasal XXVIII PUTP 1994, tidak dapat dicapai dalam periode tertentu sejak negosiasi awal, Kesatuan Pabean bebas memodifikasi atau menarik kembali konsesi tersebut. Anggota-anggota yang terkena dampaknya juga bebas menarik kembali konsesinya secara seimbang, sesuai dengan Pasal XXVIII. 6. PUTP 1994 tidak keberatan terhadap keuntungan yang diperoleh anggota dari penurunan tarip karena hasil pembentukan Kesatuan Pabean, atau persetujuan sementara sebelum pembentukan Kesatuan Pabean, untuk memberikan penyesuaian kompensasi kepada anggotanya. Peninjauan Kesatuan Pabean dan Wilayah Perdagangan Bebas. 7. Semua pemberitahuan yang disampaikan sesuai dengan Pasal XXIV : 7 (a) akan diteliti oleh panitia kerja sehubungan dengan kesesuaian terhadap aturan-aturan PUTP 1994 dan paragraph 1 dari tafsir ini. Panitia kerja ini menyampaikan laporannya kepada Dewan Perdagangan untuk Barang-barang mengenai hasil penemuannya. Dewan Perdagangan untuk 2 Barang-barang membuat rekomendasi kepada negara anggota apabila dipertimbangkan bahwa hal tersebut diperlukan. 8. Sehubungan dengan persetujuan sementara, panitia kerja dapat memberikan rekomendasi dalam laporannya, terhadap waktu yang diusulkan dan terhadap cara-cara yang diperlukan untuk menyelesaikan pembentukan Kesatuan Pabean atau Wilayah Perdagangan Bebas. Bila diperlukan, dapat dilengkapi dengan peninjauan persetujuan lebih lanjut. 9. Perubahan rencana dan jadwal termasuk yang ada dalam persetujuan sementara perlu diberitahukan dan perlu diteliti oleh Dewan Perdagangan untuk Barang-barang bila diminta. 10. Bila persetujuan sementara yang diberitahukan berdasarkan Pasal XXIV : 7 (a) tidak meliputi rencana dan jadwal, sebaliknya dari Pasal XXIV : 5 (c), panitia kerja harus memberi rekomendasi mengenai rencana dan jadwal dalam laporannya. Pihak-pihak yang terkait hendaknya tidak memberlakukan persetujuan bila mereka tidak siap untuk memodifikasi sesuai dengan rekomendasi ini. Perlu dibuatkan aturan untuk peninjauan kembali implementasi dari rekomendasi tersebut. 11. Kesatuan Pabean dan anggota Wilayah Perdagangan Bebas harus lapor secara periodik kepada Dewan Perdagangan untuk Barang-barang, seperti disebutkan dalam PUTP 1947 Contracting Parties dalam instruksinya kepada "Council PUTP 1947" sehubungan dengan laporannya mengenai perjanjian regional (BIS 18 S/ 38), dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Apabila terjadi perubahan-perubahan dan atau perkembangan dalam perjanjian, hal ini harus dilaporkan. Penyelesaian Sengketa 12. Pasal XXII dan XXIII dari PUTP 1994 seperti dijelaskan dan dijelaskan dan diuraikan dalam Kesepakatan Tentang Ketentuan-Ketentuan dan Prosedur Yang Mengatur Penyelesaian Sengketa, dapat diterapkan sesuai dengan Pasal XXIV mengenai Kesatuan Pabean atau Wilayah Perdagangan Bebas atau persetujuan sementara dalam rangka pembentukan Kesatuan Pabean atau Wilayah Perdagangan Bebas. Pasal XXIV : 12 13. Setiap anggota PUTP bertanggung jawab penuh terhadap PUTP 1994 untuk pelaksanan semua aturan PUTP 94, dan hendaknya menggunakan kebijaksanaan yang ada untuk memastikan bahwa pelaksanaan oleh pemerintah setempat maupun regional dilakukan dengan baik. 14. Pasal XXII dan XXIII PUTP 1994 seperti yang dijelaskan dan diuraikan dalam Kesepakatan Tentang Penyelesaian Sengketa dapat dilaksanakan apabila terdapat kebijaksanaan yang memberikan dampak dalam pelaksanaannya oleh pemerintah setempat dan regional atau pihak yang berwenang negara tersebut. Bila Badan Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwa aturan-aturan PUTP 94 belum dilaksanakan, negara anggota yang bertanggung jawab hendaknya menetapkan kebijaksanaan yang sesuai untuk memastikan pelaksanaannya. Aturan-aturan yang berhubungan dengan kompensasi dan penundaan konsesi 3 atau kewajiban lainnya, dapat diterapkan untuk hal-hal yang belum dapat dipastikan pelaksanannya. 15. Setiap anggota hendaknya mempunyai pertimbangan untuk dapat memperoleh kesempatan konsultasi dengan perwakilan negara anggota lain berkenaan dengan kebijaksanaan yang dapat mempengaruhi terlaksananya PUTP 1994 dalam wilayah teritorial negara pembentuk Kesatuan Pabean atau Wilayah Perdagangan Bebas. KESEPAKATAN DALAM HUBUNGAN PENUNDAAN KEWAJIBAN MENURUT PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIF DAN PERDAGANGAN 1994 Para Anggota dengan ini sepakat bahwa : 1. Permohonan untuk penundaan syarat yang telah ada harus menguraikan tindakantindakan yang akan diambil oleh Anggota, tujuan kebijaksanaan khusus yang diupayakan oleh Anggota dan sebab-sebab yang menghalangi Anggota mencapai tujuan kebijaksanaannya dengan tindakan-tindakan yang konsisten dengan kewajiban menurut PUTP 1994. 2. Penundaan syarat apapun yang berlaku pada tanggal diberlakukannya Persetujuan OPD akan terhenti, kecuali diperpanjang sesuai dengan prosedur-prosedur di atas dan prosedur Pasal IXC dan prosedur OPD pada tanggal selesainya atau dua tahun dari tanggal dimulainya Persetujuan OPD yang mana lebih awal. 3. Setiap Anggota yang menganggap bahwa manfaat yang diperoleh bagi Anggota tersebut menurut PUTP 1994 biasanya dibatalkan atau dihalangi sebagai akibat : (a) kegagalan Anggota yang telah diberikan penundaan kewajiban untuk memenuhi syarat-syarat penundaan kewajiban tersebut, atau (b) penerapan tindakan konsisten sesuai dengan syarat-syarat penundaan kewajiban tersebut dapat melaksanakan Pasal XXIII PUTP 1994 seperti dijabarkan dan diterapkan oleh Kesepakatan Penyelesaian Perselisihan. KESEPAKATAN TENTANG PENAFSIRAN PASAL XXVIII PERSETUJUAN UMUM TENTANG TARIP DAN PERDAGANGAN Para Anggota dengan ini menyepakati ; 1. Untuk maksud perubahan atau penarikan kembali suatu konsesi, Anggota yang mempunyai resio ekspor tertinggi dipengaruhi oleh konsesi tersebut (yaitu, ekspor produk ke 4 pasar Anggota yang merubah atau menarik kembali konsesi tersebut) terhadap ekspor totalnya akan dianggap mempunyai kepentingan pemasokan utama jika sebelumnya sudah tidak mempunyai hak negosiasi awal atau kepentingan pemasokan utama seperti disediakan dalam ayat 1 Pasal XXVIII. Akan tetapi disetujui bahwa ayat ini akan ditinjau ulang oleh Dewan untuk Perdagangan Barang lima tahun dari tanggal berlakunya Perjanjian OPD dengan pandangan untuk memutuskan apakah kriterion ini telah bekerja secara memuaskan dalam memastikan redistribusi hak-hak negosiasi untuk kepentingan para Anggota ekspor berskala kecil dan menengah. Jika demikian halnya, akan dipertimbangkan untuk peningkatan yang dimngkinkan termasuk dalam rangka tersedianya data yang cukup, pemakaian dasar kriteria atas perbandingan ekspor yang dipengaruhi oleh konsesi untuk ekspor ke semua pasar produk yang bersangkutan. 2. Jika suatu Anggota menganggap mempunyai kepentingan pemasokan pertama sesuai maksus ayat 1, perlu dikomunikaskan klaimnya secara tertulis, dengan bukti yang mendukung ke Anggota yang mengajukan akan merubah atau menarik kembali konsesi dan pada saat yang bersamaan memberitahukan Sekretariat. Ayat 4 dari "Prosedur Negosiasi menurut Pasal XXVIII" yang diterima pada tanggal 10 Nopember 1980 (BISD 27S/26-28) akan berlaku dalam kasus-kasus demikian. 3. Dalam penentuan dimana Anggota hanya mempunyai (atau dalam ayat 1 Pasal XXVIII diatas) atau kepentingan substansial, hanya perdagangtan dalam produk yang terpengaruhi yang terjadi atas dasar MFN akan dipertimbangkan. Akan tetapi, perdagangan dalam produk yang terpengaruh yang tidak terjadi menurut prefernesi non kontraktual juga harus diperhitungkan jika perdagangan yang dipersoalkan telah menimbulkan untuk telah berhenti menguntungkan dari perlakuan preferensial demikian, jadi menjadi perdaangan MFN pada tahun-tahun berikutnya ntuk perombakan atau penarikan mundur konsesi atau akan melakukannya selambatlambatnya pada penyelesaian negosiasi itu. 4. Jika konsesi tarip diubah atau dikurangi atau produk yang baru (yaitu produk untuk mana statistik perdagangan tiga tahun tidak tersedia), maka Anggota yang memiliki hak negosiasi awa akan mata tarip mana yang pernah atau sedang menampung produk tersebut, akan dianggap memiliki hak negosiasi awal terhadap konsesi yang bersangkutan. Penentuan tentang kepentingan pemasok dan kepentingan substansial serta perhitungan kompensasi harus turut diperhitungkan, antara lain kapasitas produksi dan investasi pada produk yang trepengaruhi, yang dilakukan oleh Anggota pengekspor, dan perkiraan pertumbuhan ekspor, disamping juga perkiraan permintaan akan produk tersebut di dalam Anggota pengimpor yang bersangkuta. Untuk maksud ayat ini, pengertian "produk baru" termasuk mata tarip yang diciptakan melalui pemecahan terhadap mata tarip yang telah ada. 5. Jika Anggota menganggap bahwa ia mempunyai kepentingan pemasokan utama atau kepentingan substansial menurut syarat-syarat ayat 4, Anggota itu harus mengkomunikasikan klaimnya dengan tertulis atau dengan pendukung kepada Anggota yang mengusulkan perubahan atau penarikan kembali suatu konsesi dan pada waktu yang bersamaan memberitahukan Sekretariat. Ayat 4 dari "Prosedur untuk Negosiasi menurut Pasal XXVIII" yang disebutkan diatas, harus berlaku untuk kasus-kasus demikian. 6. Jika suatu konsesi tarip tida terbatas digantikan tarip kuota rata-rata, jumlah kompensasi disediakan harus melebihi jumlah perdagangan sebenarnya yang dipengaruhi oleh perubayhan konsesi. Dasar untuk kalkulasi kompensasi harus berupa jumlah yang merupakan kelebihan dari 2 prospek perdagangan masa mendatang atas tingkat kuota tersebut. Disepakati bahwa perhitungan prospek perdagangan masa mendatang harus didasari pada hal-hal yang berikut, yang mana lebih besar : (a) perdagangan tahunan selama masa tiga tahun terkahir yang representatif, yang ditambah dengan tingkat pertumbuhan impor rata-rata selama masa tersebut, atau 10 persen, yang mana adalah pertumbuhan yang lebih besar; atau (b) perdagangan selama tahun terakhir ditambah dengan 10 persen. Begaimanapun juga, kewajiban suatu Anggota ntuk memberikan kompensasi tidak akan melebihi kompensasi yang ditimbulkan dari penarikan konsesi seluruhnya. 7. Setiap Anggota yang mempunyai kepentingan pemasokan utama, baik seperti diatus dalam ayat 1 diatas maupun dalam Pasal XXVIII ayat 1, terhadap konsesi yang dirubah atau ditarik kembali, harus diberi hak negosiasi awal dalam konsesi yang kompensatoris, kecuali di antara para Anggota yang bersangkutan, disepakati bentuk kompensasi yang lain. 3