PEMBELAJARAN TEMATIK KOMPETENSI IPA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DI SEKOLAH DASAR1 Oleh Nur Wakhidah, M.Si Jurusan PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak Pembelajaran IPA di sekolah dasar tetap menunjukkan kekhasannya meskipun tersaji dalam pembelajaran tematik dimana IPA harus dipandang sebagai suatu produk dan proses yang bermuara pada pembentukan sikap sesuai dengan harapan kurikulum. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan terbaik dalam pembelajaran IPA karena siswa diajak belajar sebagaimana IPA ditemukan dengan cara mengamati kemudian mempertanyakan berdasarkan fenomena yang diamati selanjutnya mengumpulkan informasi dalam rangka menjawab pertanyaan siswa dan selanjtnya siswa mengkomunikasikan sebagai hasil dari pemahaman yang terjadi dalam diri siswa. Hal ini berarti bahwa siswa diajarkan untuk menemukan konsep bukan diajarkan konsep. Key word: pendekatan saintifik, pembelajaran IPA A. Pendahuluan Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran melalui sistem pendidikan nasional. Fungsi dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Sriyono, 2010). Selain untuk mencerdaskan pendidikan juga bertujuan untuk mengajarkan karakter yang terpuji kepada siswa (Astuti, 2010). Menurut Depdiknas (2013) pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (UU Sisdiknas, 2003). Negara Indonesia terdiri dari banyak suku, ras, agama dan banyak pulau dengan cirikhas masing-masing. Pelaksanaan pendidikan seygyanya memperhatikan karakteristik budaya yang melatarbelakanginya namun pendidikan nasional tetap perlu distandarisasi sehingga menjadi acuan dalam 1 Disampaikan dalam seminar nasional Pendidikan Dasar Pascasarjana UNESA tahun 2014 1 kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dirancang sebuah kurikulum yang merupakan pijakan minimal dalam melakukan proses pendidikan secara nasional. Penyusunan kurikulum yang berlaku secara nasional merupakan sarana untuk pengembangan potensi siswa Indonesia sehingga diharapkan dapat tercapainya dimensi kecakapan yang meliputi kecakapan spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan (Depdiknas, 2013). Pencapaian dimensi kecakapan tersebut dalam rangka mengantisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan ekonomi dan politik global. Pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan mewujudkan ketercapaian empat dimensi tersebut dengan mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam proses pembelajaran. Perlu adalanya suatu pendekatan, model, dan strategi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi dimasksud. Pendekatan saintifik (Scientific approach) dalam pembelajaran IPA adalah cara pandang yang mengilhami seorang pengajar seolah-olah siswa menjadi seorang ilmuwan dalam menemukan ilmu. Pembelajaran dengan pendekatan ini memberi kesempatan pada siswa untuk belajar pengetahuan, keterampilan untuk mendapatkan pengetahuan dan melakukan perilaku dan karakter yang baik seperti jujur, bertanggungjawab, dan bekerjasama. Menurut Wieman (2007) menemukan ilmu pengetahuan, yang diawali dengan adanya rasa ingin. Bagi siswa menemukan ilmu pengetahuan berbeda dengan ilmuwan yang menghasilkan ilmu. Dalam proses pembelajaran di kelas hal itu bertujuan menemukan konsep yang sedang dipelajari. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik juga bersifat kontekstual sehingga langsung bersentuhan dengan kehidupan siswa. Smith (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan konsep yang akan dipelajari dan menerapkan dalam kehidupannya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimulai dari mengamati fenomena, mempertanyakan, mengumpulkan 2 informasi, menalar dan mengkomunikasikan sehingga siswa dengan mengamati akan memperoleh pemahaman dan menemukan konsep yang sedang dipelajari. Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat mempunyai keterampilan dan dapat menumbuhkan sikap yang positif baik kepada Tuhan, manusia lainnya dan makhluk hidup lain. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik terutama di sekolah dasar mengalami banyak kesulitan berdasarkan hasil wawancara dengan guru, orang tua dan siswa. Kendalanya antara lain pelatihan tentang pelaksanaan kurikulum masih terbatas terutama di SD swasta, buku babon baik untuk guru maupun siswa yang rencananya dibagikan secara gratis secara nasional ternyata belum sampai di sekolah sehingga guru menjadi bingung. Guru dalam mengajar jarang membuat RPP yang baru padahal kurikulum memberi peluang guru untuk berkreasi membuat RPP yang kontekstual sesuai dengan realitas masing-masing. Guru cenderung mengikuti buku babon saat mengajar. Tulisan ini mencoba mengulas mengenai perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik di sekolah dasar. B. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik Ilmu pengetahuan di dunia ini diperoleh dengan suatu metode yang terkenal dengan metode ilmiah. Metode ini menyelidiki kejadian alam sehingga tercipta suatu pengetahuan baru, atau memperbaiki pengetahuan sebelumnya (Carey, 2001). Metode ilmiah juga dapat digunakan siswa dalam proses pembelajaran. Ryan (2001) menyebut metode ilmiah yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran dinamakan pendekatan saintifik. Rudolph (2005) menyatakan bahwa pendekatan saintifik bukanlah hal baru karena pendekatan ini telah digunakan di Amerika akhir abad ke-19 yang mengarahkan proses pembelajaran pada fakta-fakta ilmiah. Sejarah kurikulum di Indonesia telah menggunakan juga yang dikenal dengan learning by doing dalam kegiatan pembelajaran (Varelas and Ford, 2009). Kurikulum 2013 menekankan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, hal di atas sebenarnya juga menjadi menjadi dasar dari pengembangan 3 kurikulum di Indonesia yang menyarankan pendekatan saintifik dalam pembelajaran (Atsnan dan Rahmanita, 2013). Langkah-langkah pendekatan saintifik yang disarankan dalam Kurikulum 2013 yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) mengolah, menyajikan, (5) mengomunikasikan. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari keterampilan proses sains (Rahmani, 2013). Proses pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik termasuk di sekolah dasar seyogyanya meniru ilmuwan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan mengamati menurut Moreno (2010) dapat diterapkan pada obyek langsung maupun gambar untuk memunculkan rasa ingin tahu terhadap fenomena alam yang diamatinya sehingga mampu mengajukan pertanyaan. Pemaknaan terhadap fenomena tersebut tergantung dari sifat serta jenis fenomena yang terjadi (Alake, 2013). Benda tidak hidup yang dapat dipakai agar siswa mengajukan pertanyaan antara lain dalam bentuk gambar, video, dan slide. Menurut teori Stimulus-Respon, stimulus yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran akan ditanggapi oleh siswa apabila stimulus tersebut menarik bagi siswa dan cocok dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa (Slavin, 2006). Pada fase pengamatan siswa akan didorong untuk menggunakan semua inderanya dalam mengamati sebuah fenomena. Guru harus teliti dan berhati-hati dalam fase ini. Bila pengamatan yang diperoleh dapat dilakukan secara optimal dan terarah maka siswa akan memperoleh sikap yang diamatkan pada KI 1. Keberhasilan dalam pengamatan akan mempengaruhi fase berikutnya yaitu menanyakan. Sumber pertanyaan adalah kesenjangan atau perbedaan dalam pengetahuan siswa atau rasa ingin tahu (Chin, C. 2002). Piaget yang merupakan tokoh konstruktivisme menyatakan bahwa proses pembelajaran bermakna manakala siswa mampu menemukan konsepnya melalui pengalaman. Dengan demikian siswa dapat memahami proses biologi dengan baik manakala melakukan penginderaan dalam rangka proses mengamati, melakukan percobaan, terlibat dalam proses diskusi 4 sehingga siswa dapat menemukan konsep sendiri dan dapat melatihkan kemampuan berpikir sebagaimana Gagne dalam Dahar (1996) menyatakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan proses IPA maka siswa akan lebih kreatif. C. Pendekatan Saintifik dan Pemahaman Konsep Maine (2013) menyatakan bahwa retensi pemahaman siswa yang mendapat penjelasan dari guru adalah 5 %, pembelajaran dengan audiovisual (penampilan video) 20 %, diskusi 50 %, belajar melalui latihan 75 %. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mendapat penjelasan dan arahan dari guru, guru menampilkan suatu fenomena dengan menggunakan audiovisual, siswa memperoleh kesempatan untuk diskusi dan merancang serta melakukan percobaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah mulai dari proses mengamati sampai tahap mengkomunikasikan. Guru perlu mengajarkan keterampilan mengamati dan seterusnya kepada siswa dengan berprinsip pada model pembelajaran langsung di mana siswa dimotivasi untuk mengamati fenomena yang ditampilkan, guru kemudian mencontohkan atau memodelkan bagaimana mengadakan proses pengamatan dengan baik. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan yang diajarkan dan menyampaikan hasil pengamatan sampai pada fase mengkomunikasikan disertai umpan balik dari guru. Setiap langkah dalam pendekatan saintifik memerlukan proses yang sama di mana modelling guru sangat diperlukan dalam membantu siswa untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut kepada siswa dalam rangka mempelajari suatu konsep. Pemodelan guru pada setiap langkah yang kemudian ditiru oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep diharapkan dapat meningkatkan pemahaman. Bantuan atau scaffolding sangat diperlukan dalam menerapkan pendekatan saintifik untuk meningkatkan penguasaan konsep. Aknipar (2009) menyatakan bahwa guru harus memberikan bimbingan, memberikan siswa kesempatan untuk menjelaskan konsep, dan membantu siswa berpikir dalam 5 rangka membangun hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep sebelumnya, dan menguji ide-ide siswa mengenai suatu konsep. Selain itu guru harus mempersiapkan kegiatan konflik kognitif dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman siswa sendiri. Pembelajaran IPA yang bermakna manakala guru dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan proses pembelajaran kontekstual yang konstruktivis (Cennamo, 1995) sehingga siswa benar-benar memahami apa yang dipelajarinya karena bersentuhan langsung dengan kehidupan siswa dan melibatkan pengalaman sebelumnya untuk menghasilkan konsep atau aplikasi pada situasi baru. Menurut teori konstruktivis prior knowledge sangat penting dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan bermakna manakala siswa dapat menggunakan ide, konsep, dan pengetahuan yang telah dipunyai yang selanjutnya digabungkan dengan konsep yang akan dipelajarinya sehingga siswa lebih memahami yang selanjutnya dari pemahaman tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan (Slavin, 2006). Scaffolding dalam proses pembelajaran selama ini sudah dilakukan guru akan tetapi tidak tercermin dalam rencana pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini terjadi adalah guru menampilkan gambar atau video, memberikan lembar kerja siswa dan memberikan petunjuk praktikum dan siswa melaporkan hasil percobaan. Pemberian scaffolding selayaknya direncanakan dalam rencana pembelajaran sehingga guru mempunyai bentuk bantuan yang telah tersedia sebelumnya dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi siswa. Bantuan yang dilakukan guru di dalam kelas hendaknya jangan sampai menghilangkan peran aktif siswa meskipun sudah direncanakan sebelumnya (Polman & Pea, 1997). D. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pada Sub Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup Pembelajaran IPA di sekolah dasar menjadi lebih sederhana pada pembeIajaran termatik jika dibandingkan dengan pembelajaran IPA saat menjadi bidang studi meskipun demikian pembelajaran IPA menampakkan 6 karakteristik yang khas. Pembelajaran IPA tidak pernah bisa sama dengan pembelajaran bahasa karena mengandung konsep-konsep IPA yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Tulisan ini menyajikan perangkat pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kelas IV tema 3 sub tema 1peduli makhluk hidup pertemuan 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Kelas/Semester Tema Alokasi Waktu : SD/MI : IV/I : Peduli Pada Makhluk Hidup : 3 x 35 menit Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya 4.1 Menuliskan hasil pengamatan tentang bentuk luar (morfologi) tubuh hewan dan tumbuhan serta fungsinya Indikator 1. 2. 3. 4. Menyebutkan ciri-ciri serangga Memberikan contoh serangga Menyebutkan ciri-ciri laba-laba Membedakan ciri laba-laba dan serangga Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mengadakan pengamatan siswa mampu menyebutkan 3 ciri dari serangga 2. Setelah berdiskusi siswa mampu memberikan contoh dari serangga dan laba-laba dengan benar 3. Setelah mengadakan pengamatan siswa mampu menyebutkan 3 ciri dari laba-laba 4. Setelah mendapatkan mengadakan pengamatan dan berdiskusi siswa mampu membedakan serangga dan laba-laba 7 Pendekatan Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik 2. Metode Pembelajaran : Diskusi, penugasan, tanya jawab Materi: A. Hewan berbuku-buku B. Ciri serangga C. Ciri laba-laba 8 : Langkah-langkah Pembelajaran Proses Pendekatan Saintifik Pembelajaran Pendahuluan Model Scaffolding Inti inspiring Strategy scaffolding (show and tell) modelling prosedural Mengamati Jenis Scaffolding Aktivitas Guru waktu - Mengucapkan salam - Menanyakan kehadiran - Guru menanyakan kembali pelajaran kemarin tentang bagian makhluk hidup dan fungsinya (apa fungsi kaki bagi ayam?) - Guru menanyakan apakah tugas untuk membawa lalat dan laba-laba sudah dilaksanakan? - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagi kelompok - Guru menampilkan gambar-gambar serangga dan laba-laba secara acak - Setelah melihat gambar/tayangan tadi apa yang kalian lihat dan pikirkan? - Guru menanyakan apakah lalat mempunyai kaki? Kalau mempunyai kaki apa kaki lalat mempunyai fungsi yang sama dengan ayam? - Guru menunjukkan gambar/video tentang hewan berbuku (semut,laba-laba, kalajengking, kupu-kupu, belalang, kepik, jangkrik, lalat, nyamuk, lebah madu) - Guru menjelaskan ciri-ciri hewan berbuku-buku dan memberikan contohnya - Guru menanyakan apakah bentuk kaki dan tubuh dari tersebut sama? - Guru memodelkan bagaimana mengamati bagian tubuh lalat dan laba-laba dengan menggunakan bagan - Guru memperlihatkan bagian tubuh yang terdiri dari kepala, dada dan perut dengan menggunakan gambar - Guru menghitung jumlah kaki 5’ 9 15’ Proses Pendekatan Saintifik Pembelajaran Model Scaffolding writing Jenis Scaffolding sharing Menanya inspiring modelling writing Mencoba/mengumpulkan informasi sharing inspiring modelling writing Menalar sharing inspiring modelling writing mengkomunikasikan sharing inspiring modelling writing Scaffolding prosedur Aktivitas Guru - Siswa diminta untuk menuliskan hasil pengamatan dari hewanhewan yang ditampilkan - Guru meminta kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan di depan kelas - Guru bertanya kepada siswa, apakah ada perbedaan bentuk tubuh antara hewan-hewan tersebut? - Guru bertanya kepada siswa, apakah ada perbedaan jumlah kaki? - Guru meminta siswa untuk menuliskan perbedaan dan persamaan - Siswa mempresentasikan pertanyaan masing-masing kelompok - Guru mengajak siswa untuk mengadakan pengamatan dari hewan yang telah dibawa siswa dari rumah - Guru memodelkan bagaimana cara mengamati hewan dengan menggunakan lup - Siswa menggambar bagian tubuh lalat dan laba-laba dan menuliskan ciri-cirinya - Guru memodelkan bagaimana cara menganalisis data percobaan dari hewan-hewan yang diamati berdasarkan ciri yang terkait dengan persamaan dan perbedaan - Guru membimbing siswa untuk menuliskan persamaan dan perbedaan hewan lalat dan laba-laba dalam diagram Venn 10 waktu 15’ 25’ 30’ 10’ Proses Pendekatan Saintifik Pembelajaran Model Scaffolding sharing penutup Jenis Scaffolding Aktivitas Guru waktu - Siswa mempresentasikan hasil pengamatan dan melaporkannya - Guru memberikan umpan balik dari semua kegiatan - Guru bersama siswa menyimpulkan dari materi yang sedang dipelajari Sumber Pembelajaran : Buku Babon kelas IV kurikulum 2013 Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. ISBN : 979-688-469-0. Jakarta: Erlangga. Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika: Thomson Brook/ Cole. 11 5’ LKS 1 HEWAN BERBUKU (BERUAS) Amatilah hewan-hewan di bawah ini! a. laba-laba hitam b. Kutu tinggi c. laba-laba pohon d. semut e. lebah madu f. tomcat g. lalat h. belalang 1. Adakah hewan yang tidak kalian kenal? 2. Perhatikan gambar di atas dan tulis ciri-cirinya dala! 12 No Nama hewan antena Jumlah bagian tubuh Jumlah Jumlah Jumlah Ciri sayap kaki mata lain 3. Kelompokkan hewan berdasarkan kesamaan cirinya ke dalam kelompok yang sama (misalnya berdasarkan jumlah kaki dan ada atau tidaknya antena) No 1 2 3 4 5 Ciri-ciri Berkaki 6 berantena Jumlah bagian tubuh 2 Jumlah mata Tidak berantena Nama hewan 4. Apakah ada kelompok hewan yang mempunyai ciri-ciri sama? Hewan apa saja? Apa saja ciri yang sama dari hewan-hewan tersebut? 5. Adakah perbedaan ciri dari kelompok hewan tersebut? Gambarkan perbedaan tersebut! 6. Tuliskan persamaan dan perbedaan dalam diagram Venn berikut! Butuh makan bernapas 13 KUNCI LKS 1 HEWAN BERBUKU (BERUAS) Amatilah hewan-hewan di bawah ini! a. laba-laba hitam b. Kutu tinggi c. laba-laba pohon d. semut e. lebah madu g. lalat f. tomcat h. belalang 14 1. Adakah hewan yang tidak kalian kenal? Kutu tinggi dan Tomcat Kutu tinggi adalah serangga yang hidupnya pada tempat lembab khususnya pada kasur, kursi, atau bantal yang lembab dan kotor. Hewan ini pemakan darah manusia dengan jalan menggigit. Darah disimpan di dalam perut, setelah menggigit warna tubuhnya merah karena penuh dengan darah. Tomcat adalah sejenis serangga yang hidup di daratan bila terkena kulit akan menimbulkan rasa gatal. 2. Perhatikan gambar di atas dan tulis ciri-cirinya! No Nama hewan antena Jumlah Jumlah bagian sayap tubuh a Laba-laba Tidak 2 Tidak hitam ada bagian bersayap (kepala, perut) b Kutu tinggi ada 3 Tidak bagian bersayap (kepala, dada, perut) c Laba-laba Tidak 2 Tidak pohon ada bagian bersayap (kepala, perut) d semut ada 3 Tidak bagian bersayap (kepala, dada, perut) e Lebah madu ada 3 bersayap bagian (kepala, dada, perut) f Tomcat ada 3 Tidak bagian bersayap (kepala, dada, perut) g Lalat ada 3 ada bagian (kepala, dada, perut) h Belalang ada 3 ada bagian (kepala, dada, perut) 15 Jumlah kaki Jumlah mata 8 (4 1pasang pasang) 6 (3 1 pasang) pasang 8 (4 1 pasang) pasang 6 (3 1 pasang) pasang 6 (3 1 pasang) pasang 6 (3 1 pasang) pasang 6 (3 1 pasang) pasang 6 (3 1 pasang) pasang Ciri lain 3. Kelompokkan hewan berdasarkan kesamaan cirinya ke dalam kelompok yang sama (misalnya berdasarkan jumlah kaki dan ada atau tidaknya antena) No Ciri-ciri 1Berkaki 6 berantena Jumlah bagian tubuh 3 Jumlah mata Tidak berantena 6Tidak bersayap 7Berkaki 8 8Jumlah bagian tubuh 2 bagian Nama hewan Kutu tinggi, lebah madu, tomcat, lalat, belalang, semut Kutu tinggi, lebah madu, tomcat, lalat, belalang, semut Kutu tinggi, lebah madu, tomcat, lalat, belalang, semut laba-laba hitam, laba-laba pohon laba-laba hitam, laba-laba pohon, semut. Tomcat, kutu tinggi laba-laba hitam, laba-laba pohon laba-laba hitam, laba-laba pohon 4. Apakah ada kelompok hewan yang mempunyai ciri-ciri sama? Ada Hewan apa saja? Kutu tinggi, lebah madu, tomcat, lalat, belalang, semut; Apa saja ciri yang sama dari hewan-hewan tersebut? berkaki 6, berantena, 5. Adakah perbedaan ciri dari kelompok hewan tersebut? ada Gambarkan perbedaan tersebut! Laba-laba serangga 6. Tuliskan persamaan dan perbedaan dalam diagram Venn berikut! Serangga Laba-laba Berkaki 6 Berantena - Berkaki Tubuh 28 bagian - bernapas butuh makan Tubuh beruas berkaki 8 Tidak berantena Tubuh 3 bagian 16 KISI – KISI Penilaian NO JENJANG KEMAMPUAN TINGKAT KESUKARAN INDIKATOR C1 1 Siswa mampu menyebutkan 3 ciri serangga 2 Siswa mampu mencontohkan serangga 3 Siswa mampu menyebutkan 3 ciri laba-laba 4 Siswa mampu mencontohkan labalaba 5 Siswa mampu membedakan antara laba-laba dan serangga C2 C3 C4 V v v 𝐇𝐀𝐒𝐈𝐋 𝐏𝐄𝐍𝐈𝐋𝐀𝐈𝐀𝐍 ∶ v v C5 C6 NOMOR BOBOT SOAL 1, 2,3 1 4 2 5,6,7 1 8 2 9,10 4 𝐉𝐔𝐌𝐋𝐀𝐇 𝐏𝐄𝐑𝐎𝐋𝐄𝐇𝐀𝐍 𝐒𝐊𝐎𝐑 𝐗 𝟏𝟎𝟎 % 𝐒𝐊𝐎𝐑 𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐌𝐔𝐌 17 TABEL SPESIFIKASI PENILAIAN No Indikator No Soal Siswa mampu 1 menyebutkan 3 ciri serangga Soal Kunci 1 Ciri utama dari hewan serangga adalah.. a. berkaki 10 b. berkaki 8 c. berkaki 6 d. berkaki 4 Bagian tubuh serangga terbagi menjadi a. 2 bagian b. 3 bagian c. 4 bagian d. 5 bagian Bagian tubuh serangga yang digunakan sebagai indera adalah... a. bagian abdomen b. bagian kepala c. bagian mata d. bagian antena Di bawah ini adalah contoh dari serangga... a. tonggeng b. belalang c. laba-laba d. kalajengking Tubuh laba-laba terbagi menjadi.. a. 2 bagian b. 3 bagian c. 4 bagian d. 5 bagian Di bawah ini bukan merupakan ciri dari labalaba adalah .... a. berkaki 8 b. berantena c. tubuh terbagi menjadi 2 bagian d. dapat membuat jaring Di bawah ini yang merupakan ciri dari labalaba adalah .... a. tubuh terbagi menjadi 2 b. berantena c. bersayap d. berkaki 8 Contoh dari laba-laba adalah.. a. tonggeng b. tomcat b. semut c. kutu tinggi Persamaan ciri laba-laba dan serangga adalah C 2 3 2 Siswa mampu mencontohkan serangga 4 3 Siswa mampu menyebutkan 3 ciri laba-laba 5 6 7 4 Siswa mampu mencontohkan laba-laba 8 4 Siswa mampu 9 18 B D B A B D A B No Indikator No Soal membedakan antara laba-laba dan serangga 10 Soal Kunci ... a. berkaki 8 b tubuh beruas-ruas c. mempunyai antena d. bersayap Perbedaan ciri antara laba-laba dan serangga D adalah... a. serangga berkaki 8, laba-laba berkaki 6 b. sama-sama membutuhkan makanan c. serangga tidak bersayap, laba-laba bersayap d. serangga berantena, laba-laba tidak berantena 19 SOAL ULANGAN HARIAN Pilihkan satu jawaban di bawah ini yang paling tepat dengan cara menyilang hurufnya! 1. Ciri utama dari hewan serangga adalah.. a. berkaki 10 b. berkaki 8 c. berkaki 6 d. berkaki 4 2. Bagian tubuh serangga terbagi menjadi a. 2 bagian b. 3 bagian c. 4 bagian d. 5 bagian 3. Bagian tubuh serangga yang digunakan sebagai indera adalah... a. bagian abdomen b. bagian kepala c. bagian mata d. bagian antena 4. Di bawah ini adalah contoh dari serangga... a. tonggeng b. belalang c. laba-laba d. kalajengking 5. Tubuh laba-laba terbagi menjadi.. a. 2 bagian b. 3 bagian c. 4 bagian d. 5 bagian 6. Di bawah ini bukan merupakan ciri dari laba-laba adalah .... a. berkaki 8 b. berantena c. tubuh terbagi menjadi 2 bagian d. dapat membuat jaring 7. Di bawah ini yang merupakan ciri dari laba-laba adalah .... a. tubuh terbagi menjadi 2 b. berantena c. bersayap d. berkaki 8 20 8. Contoh dari laba-laba adalah.. a. tonggeng b. tomcat b. semut c. kutu tinggi 9. Persamaan ciri laba-laba dan serangga adalah ... a. berkaki 8 b tubuh beruas-ruas c. mempunyai antena d. bersayap 10. Perbedaan ciri antara laba-laba dan serangga adalah... a. serangga berkaki 8, laba-laba berkaki 6 b. sama-sama membutuhkan makanan c. serangga tidak bersayap, laba-laba bersayap d. serangga berantena, laba-laba tidak berantena 21 KISI-KISI PENILAIAN AFEKTIF No Ranah 1 A1 (recieving) 2 3 A2 (Responding) A3 (valuing) Aspek Penilaian mendengar penjelasan gurudengan indikator: 1. mendengarkan dengan baik 2. mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari guru 3. tidak ngomong sendiri dengan teman Menanggapi pertanyaan atau bertanya dengan baik menghargai pendapat dan hasil karya orang lain dengan indikator: 1. Tidak memotong pembicaraan teman ketika sedang mengajukan endapat 2. menanggapi pebahasa yang sopan dan santun 3. Tidak menonjolkan bahwa pendapatnya adalah satu- satunya pendapat yang yang paling benar 22 Rubrik Apabila 3 indikator terpenuhi Jika hanya 2 indikator terpenuhi Jika hanya 1 indikator terpenuhi Tidak ada indikator yang terpenuh Skor 4 3 2 1 Mempertanyakan masalah secara jelas dan sesuai materi yang dibahas Mempertanyakan masalah secara tidak jelas tetap sesuai materi yang dibahas Mempertanyakan masalah secara jelas tetapi keluar dari materi yang dibahas Mempertanyakan masalah secara tidak jelas dan lari dari materi yang dibahas 4 Jika 3 indikator terpenuhi Jika 2 indikator terpenuhi Jika 1 indikator terpenuhi Jika tidak ada indikator terpenuhi 4 3 2 1 3 2 1 No Ranah Aspek Penilaian 4 A4 (organization) Mampu bekerjasama dengan teman sebaya dalam penyelesaian studi kasus 5 A5 Berperilaku jujur yang ditunjukkan dengan (characterization) melaporkan hasil pengamatan berdasarkan data yang diperoleh Rubrik Aktif berdiskusi dan dapat melengkapi bahasan hasil diskusi Tidak aktif berdiskusi tetapi dapat melengkapi bahasan hasil diskusi Aktif berdiskusi tetapi tidak dapat melengkapi bahasan hasil diskusi Tidak aktif berdiskusi dan tidak dapat melengkapi bahasan hasil diskusi Melaporkan hasil pengamatan sesuai dengan data yang diperoleh dengan lengkap dan benar Melaporkan hasil pengukuran sesuai dengan data yang diperoleh dalam pengamatan kurang lengkap dan benar Skor 4 3 2 1 4 3 Melaporkan hasil pengukuran tidak 2 sesuai dengan data yang diperoleh dalam pengamatan Hanya melihat laporan hasil pekerjaan teman 𝐇𝐀𝐒𝐈𝐋 𝐏𝐄𝐍𝐈𝐋𝐀𝐈𝐀𝐍 ∶ 𝐉𝐔𝐌𝐋𝐀𝐇 𝐏𝐄𝐑𝐎𝐋𝐄𝐇𝐀𝐍 𝐒𝐊𝐎𝐑 𝐗 𝟏𝟎𝟎 % 𝐒𝐊𝐎𝐑 𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐌𝐔𝐌 23 1 LP : Afektif Petunjuk: Untuk setiap perilaku berkarakter siswa diberi nilai dengan skala berikut ini: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 14 Nama N I S Menerima dan mendengar penjelasan guru Perilaku Berkarakter menghargai Mampu Bertanya/ pendapat bekerja menjawab dan hasil sama pertanyaan karya orang dengan lain teman Jujur Dst Surabaya,…………………2013 guru ( ) Sumber: Johnson, D.W. dan Johnson, R. T. 2002. Meaningful Assessment. A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon. 24 skor L P Psikomotor: Menggunakan Lup Petunjuk: 1. Siapkan sebuah lup, cawan petri dan tumbuhan atau hewan yang akan diamati 2. Penentuan skor kinerja mengacu pada Format Asesmen Kinerja di bawah ini. Format Asesmen Kinerja Psikomotor Skor Maksimum No Rincian Tugas Kinerja 1 Menyiapkan bahan yang akan diamati 20 2 Memegang lup 20 3 Memfokuskan cembungnya lensa 20 4 Ketepatan mengamati dengan menggerakkan posisi lup dan benda 20 Skor Total 100 lup pada Skor Asesmen Oleh siswa sendiri DAFTAR PUSTAKA 25 Oleh guru Akpinar E, Erol D, Aydodu B. 2009. The Role Of Cognitive Conflict In Constructivist Theory: An Implementation Aimed At Science Teachers. Procedia Social and Behavioral Sciences 1 (2009) 2402–2407 Alake, E.M (2007a) Effect of concept mapping on students’ performance in the teaching of controlling the environment. Science Teachers Association of Nigeria, Integrated Science Education Series (5) 10-14. Atsnan, MFdan Rahmita TG. 2013. Penerapan pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Yogyakarta: UNY. Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika: Thomson Brook/ Cole. Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. ISBN : 979-688-469-0. Jakarta: Erlangga. Carey, S. 2000. Science Education as Conceptual Change. Journal of Applied Developmental Psy cology, 21 (1): 13-19. Chin, C., Brown, D.E., and Bruce, B.C. (2002). Student-generated questions: Ameaningful aspect of learning in science. Int. J. Sci. Educ. 24(5), 521–549. Johnson, D.W. dan Johnson, R. T. 2002. Meaningful Assessment. A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn & Bacon. Maine, B. 2013. The Learning Pyramid. Stevenson: National Training Lab Stevenson University Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar proses pendidikan dasar dan Menengah pada kurikulum 2013. Jakarta:Depdikbud Polman J & Pea RD. 1997. Scaffolding Science Inquiry through Transformative Communication. Northwestern University SRI International Rudolph, J.L. 2005. Epistemology for the masses: The origins of the scientific method in American schools. History of Education Quarterly, 45, 341-376. Ryan, M. 2001. Scientific Method. USA: Nevada University Slavin, Robert. E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice (6th ed.). Johns Hopkins University: Allyn & Bacon. Smith, BP. 2010. Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1). Sriyono. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Melalui Integrasi Mata Pelajaran, Pengembangan Dan Budaya Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. Suryanti. 2012. Model Pembelajaran Untuk Mengajarkan Keterampilan Pengambilan Keputusan Dan Penguasaan Konsep IPA Bagi Siswa Sekolah Dasar. Surabaya: Disertasi Varelas, M and Ford M. 2009. The scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and learning. USA: Wiley InterScience. Wieman, C. 2007. Why Not Try A Scientific Approach To Science Education? http://www.science20.com/carl_wieman/why_not_try_scientific_approach _science_education 26