e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT PENDEKATAN SAINTIFIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Km. Ardianti1, I Kt. Gading2, Kd. Suartama3 1 Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected],[email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui penerapan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 3 Banjar Jawa, (2) mengetahui perbedaan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik rendah. Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan inferensial. Populasi penelitian ini adalah proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 3 Banjar Jawa tahun pelajaran 2014/2015 dan siswa SDN 3 Banjar Jawa. Sampel penelitian diambil dengan teknik insidental yaitu proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 3 Banjar Jawa yang berlangsung selama seminggu saat penelitian dilakukan dan Siswa Kelas V SDN 3 Banjar Jawa. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar, kuesioner, dan pedoman observasi, kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) penerapan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelompok kelas VA tergolong sedang, sedangkan penerapan Pendekatan saintifik siswa kelas VB tergolong tinggi , (2) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik rendah. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar kesaintifikan tinggi lebih tinggi prestasi belajarnya daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar kesaintifikan rendah. Kata kunci: Kadar kesaintifikan pembelajaran, Hasil Belajar Abstract This study aims at 1) investigating the implementation of scientific approch in the process of learnig indonesian subject matter in SDN 3 Banjar Jawa, 2) investigating the difference of students’ learning result who are treated by using good quality of the implementation of scientific approach rather than those who are treated by using poor quality of the implementation of scientific approach in indonesion subject matter. Regarding to these purposes, this study is categorized as descriptive qualitative and inferential. The population of this study was the learning process of Indonesian subject matter conducted by the students grade V SD Negeri 3 Banjar Jawa in the academic year of 2014/2015. Meanwhile, the sample of this study was taken by using incidental technique toward the learning process of indonesian subject matter done by the students grade V SD Negeri 3 Banjar Jawa in a week. The data was collected by using test, questionaire, and observation guide. And then, it was analyzed by using descriptive statistics and inferential statistics (T-test). The result of the study showed that 1) the implementation of scientific approach toward the learning process of indonesian subject in group VA could be categorized as quite high while in group B, the implementation of scientific approach could be categorized as high. There was 2) there was a significant difference toward the students learning result who are treated by using good quality of the implementation of scientific approach and those who are treated by using poor quality of the implementation e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 of scientific approach in indonesion subject matter. The students who are treated by using good quality of the implementation of scientific approach had better learning result rather than those who are treated by using poor quality of scientif approach. Key terms: scientific approach, Indonesian subject matter, learning result. PENDAHULUAN Pendidikan adalah wahana yang dilalui oleh peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Pada dasarnya pendidikan dapat didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No. 20 tahun 2003). Bagi suatu bangsa pendidikan memiliki posisi dan peranan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan potensi sumber daya manusia bangsa itu sehingga bangsa itu memiliki sumber daya manusia yang berkualitasm tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi hasil survey yang dilakukan oleh TheProgramme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 melaporkan bahwa dalam bidang matematika siswa Indonesia hanya berada pada urutan ke-64 dari 65 negara yang disurvei dengan skor rata-rata 375 di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dengan skor rata-rata 421, Thailand dengan skor rata-rata 427, dan Singapura dengan skor rata-rata 573. Sementara urutan pertama diperoleh siswasiswa Shanghai China dengan skor rata-rata 613. Dalam bidang membaca (reading), siswa-siswa Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 65 negara dengan skor-rata-rata 396 di bawah Malaysia dengan skor ratarata 398, Thailand dengan skor rata-rata 441, dan Singapura dengan skor rata-rata 542. Urutan pertama diperoleh siswa-siswa Shanghai China dengan skor rata-rata 570. Kemudian dalam bidang sain (science) siswa-siswa Indonesia berada pada urutan ke-64 dari 65 negara dengan skor rata-rata 382 juga di bawah Malaysia dengan skor rata-rata 420, Thailand dengan skor ratarata 444, dan Singapura dengan skor ratarata 551. Urutan pertama juga ditempati siswa-siswa dari Shanghai China dengan skor rata-rata580 (Gading, 2014). Laporan survei tersebut selain menunjukkan kualitas hasil pendidikan di Indonesia masih rendah, juga mengindikasikan proses pendidikan belum berlangsung sebagaimana seharusnya. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain, disebabkan oleh lemahnya peran guru dalam pembelajaran, kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan pebelajaran sehingga berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa.Oleh karena itu, lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya penyempurnaan-penyempurnaan kurikulum yang merupakan patokan atau acuan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Inti dari pendidikan, khususnya pendidikan formal, adalah proses belajar mengajar di sekolah yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Rancangan proses pendidikan memiliki posisi yang strategis karena seluruh kegiatan dalam proses belajar mengajar yang harus dilakukan terkandung di dalamnya. Keseluruhan rancangan yang digunakan sebagai panduan dalam kegiatan pembelajaran diintegrasikan dalam sebuah kurikulum, yaitu seperangkat rancangan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Oleh karena itu, kurikulum memiliki peran sentral dalam proses pendidikan (UU No 20 Tahun 2013) Kurikulum hanyalah berupa acuan atau pedoman, agar perbaikan kurikulum membawa peningkatan kualitas pendidikan, kurikulum tersebut harus dimplementasikan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang dirancang sedemikian rupa untuk mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal (Zainal Arifin, 2012: 10). Dalam proses pembelajaran guru sangat berperan penting untuk mewujudkan rencana dari kurikulum tersebut. Menurut kurikulum 2013 pembelajaran di sekolah dasar (SD) diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Dalam pengajaran bahasa indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, keterampilan tersebut meliputi: a) mendengarkan; b) berbicara; c) membaca; dan d) menulis. Keempat aspek berbahasa ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya. (Daryanto, Kurinasih dan Sani, 2014). Kenyataannya dilapangan menunjukkan, hasil belajar bahasa Indonesiasiswa SD masih rendah, hal ini dibuktikan oleh hasil ujian nasional dan hasil ulangan umum yang masih rendah, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia dan berkomunikasi yang baik dan benar di kalangan siswa SD juga menunjukkan rendahnya kualitas dan hasil belajar bahasa Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, tak terkecuali dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 2013-2014 menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum tersebut mengamanatkan diselenggarakannya proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, yaitu suatu proses pembelajaran yang terdiri atas 5 pengalaman belajar pokok, meliputi: (a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan data/eksperimen; (d)mengasosiasi/mengolah informasi; (e) mengkomunikasikan. (Kurinasih dan Sani, 2014). Melalui pendekatan saintifik peserta didik belajar dengan mengamati sesuatu menggunakan panca indranya untuk dapat memperoleh informasi, merumuskan masalah dari informasi yang diperoleh, memberikan jawaban teoretik atas masalah yang dirumuskan, dan melakukan eksperimen untuk menguji jawaban teoretik itu. Dalam pendekatan saintifik siswa juga belajar menalar atau mengolah informasi melalui penalaran yang rasional, informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan ataupun percobaan diproses untuk menemukan adanya keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya. Dengan pendekatan ini juga diharapkan siswa mampu membangun jaringan dan berkomunikasi untuk membangun pengetahun, keterampilan serta pengalaman pada diri siswa. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, tak terkecuali dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, diharapkan mampu meningkatan kualitas proses pembelajaran, dan pada akhirnya dapat meningkatkan secara signifikan hasil belajar siswa, yang menurut Sudjana (Marjan, 2014) diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui proses evaluasi di akhir proses pembelajaran. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang penerpapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau pendekatan lain yang tidak jauh berbeda dengan pendekatan saintifik serta kaitannya dengan hasil belajar, antara lain dilakukan oleh Marjan (2014) dengan penelitainnya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014” e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains. Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Sarini (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Virtual Experiment terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Singaraja” hasil penelitian ini menyatakan bahwa model pembelajaran virtual experiment dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Selanjutnya hal senadana juga dinyatakan oleh Diadnyana (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 4 Mendoyo, baik dengan pengendalian kemampuan berpikir divergen siswa maupun tanpa pengendalian kemampuan berpikir divergen siswa. Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Mudalara (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gianyar Ditinjau dari Sikap Ilmiah”. Penelitian ini menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa ditinjai dari sikap ilmiah siswa. Selanjutnya penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Suarsani (2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3 Ubud”menyebutkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3 Ubud tahun pelajaran 2010/2011. Memperhatikan teori dan temuantemuan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa secara konseptual penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, karena dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik peserta didik mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan, sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan secara umum juga meningkat. Namun kesimpulan tersebut masih bersifat teoritik atau konseptual, untuk membuktikan kesimpulan yang masih bersifat teoretik atau konseptual itu diperlukan bukti-bukti emperik. Bukti-bukti emperik bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pemebelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, sampai saat ini belum banyak ditemukan. Untuk menemukan kadar saintifik pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil belajar, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, maka penelitian ini dilakukan. Secara lengkap judul penelitian ini adalah, “Analisis Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Pendekatan SaintifikdanDampaknyaTerhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 di SDNegeri 3 Banjar Jawa. METODE Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriftif dan inferensial. Rancangan penelitian deskriptif digunakan dengan tujuan untuk menjelaskan, merinci atau membuat deskripsi terhadap proses pembelajaran menurut pendekatan saintifik di kelas V SDN 3 Banjar Jawa. Selanjutnya rancangan penelitian inferensial digunakan dengan tujuan untuk mengambil keputusan atau menguji hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa besar dampak dari penerapan pendekatan saintifik pada proses e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Banjar Jawa. Untuk menjawab masalah pertama pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif dan untuk menjawab masalah kedua pada penelitiana ini digunakan rancangan penelitian inferensial. Rancangan yang bersifat deskriptif Menurut Hidayat (2010) adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Setyosari (2010) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal senada juga dikemukakan Sukmadinata (dalam Fatimah, 2013) menjelaskan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Rancangan penelitian inferensial menurut Gading (2014) yaitu penelitian yang melakukan uji hipotesis dan analisis hubungan antar variabel dalam penelitian. Dalam penelitian inferensial, penarikan kesimpulan didasarkan pada pengolahan data dengan metode statistik yang mendalam. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi, tes dan kuesioner. selanjutnya data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan satatistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Analisis statistik deskriftif digunakan untuk menentukan kadar kesaintifikan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk menentukan kadar kesaintifikan pembelajaran tersebut digunakan kreteria kurve normal dengan rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) sebagai parameter. Adapun kriteria dimaksud seperti disajikan pada tabel 1. Sedangkan analisis statistik infrensial dengan teknik uji-t (Gruilford, Frunchter, 1973) digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi: (1) uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian (Koyan, 2012). Tabel 1. Kriteria Rentang Skor dan Kategori Kadar Kesaintifikan Pembelajaran Kriteria Kurve Normal >Mi+ 1SDi Mi - 1SDi s.d. Mi + 1SDi Rentang Skor > 60 30 – 60 Katagori Tinggi Sedang < Mi - 1SDi <30 Rendah (Dimodifikasi dari Gading, 2014) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk uji normalitas sebaran data dengan menggunakan teknik KolmogrorovSmirnov ditemukan koiefisien KolmogrorovSmirnov 0,110 (P = 0,200) untuk kelas A dan koefisien Kolmogrorov-Smirnov 0,145 (P = 0,092) untuk kelas B. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelas A dan kelas B yang menjadi subjek dalam penelitian ini berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas varians, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Levene’s test diperoleh koefisien Leven’s test sebesar 0,050 (P = 0,823) ini berarti kelompok-kelompok yang menjadi unit analisis dalam uji-t pada penelitian ini, homogen. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Analisis deskriftif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan kadar kesaintifikan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Mengacu pada kriteria penentuan kadar kesaintifikan proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana disajikan pada tabel 1, hasil analisis deskriftif tentang kadar kesaintifikan proses pembelajaran bahasa Indonesia pada penelitian ini seperti disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif tentang Kadar Kesaintifikan Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia No 1 2 Kelas A B Rata-rata (Mean) 35 74 Analisis infrensial dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang berbunyi ada perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa ditinjau dari kadar kesaintifikan pembelajaran. Pengujian Kategori Sedang Tinggi hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis dengan bantuan program spss 16 seperti disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji-t untuk Menguji Hipotesis Independent Samples Test Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances Sig. (2F Sig. t df tailed) Hasil Belajar Bahasa Indonesia Equal variances assumed Equal variances not assumed ,050 Tabel 3, menunjukkan ada perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa ditinjau dari kadar kesaintifikan proses pembelajaran, dengan nilai t = 16,419 (P= 0,000). Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, ditemukan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VB termasuk kategori tinggi, sedangkan penerapan pendekatan saintifik di kelas VA termasuk kategori sedang. Hal tersebut didasarkan pada rata-rata skor yang diperoleh dari hasil pedoan observasi selama 6 hari. Kelas VB adalah 74 yang berada pada kategori tinggi sedangkan skor rata-rata yang diperoleh kelas VA adalah 35 yang berada pada kategori sedang. Selanjutnya berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan ,823 -16,419 60 ,000 -16,419 59,999 ,000 pendekatan saintifik tinggi memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik sedang. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik tinggi adalah adalah 137,16 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik rendah adalah 103,41. Berdasarkan pengujian hipotesis, dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows diperoleh nilai t= 16,419 dan Sig. 2-tailed (p = 0,000). Karena p-value lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 penerapan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik sedang. Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik rendah disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada langkahlangkah penerapan pendekatan saintifik pada proses pembelajarannya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang mengandung pendekatan ilmiah seperti mengamati, menyana, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Abidin, 2014). Pada tahap mengamati (observasi), kelompok siswa pada kelas VB dengan sungguh-sungguh memperhatikan dan mengamati apa yang sedang dijelaskan oleh gurunya tanpa ada siswa yang bermain-main pada saat proses pelajaran sedang berlangsung, sehingga siswa kelas VB paham akan materi yang disampaikan oleh gurunya. Selanjutnya pada kelompok kelas VA dalam aspek mengamati terlihat masih banyak siswa yang tidak fokus dalam mendengarkan penyampaian materi oleh guru. Banyak siswa yang terlihat ngobrol dan mengganggu temannya pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Daryanto (2014) bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Tahap mengamati ini memiliki keunggulan tertentu, seperti sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan pengamatan yang baik, maka siswa akan mampu menerima apa yang hendak ditransfer oleh gurunya. Pada tahap menanya, siswa pada kelompok kelas VB juga terlihat aktif dalam bertanya apabila menemukan hal yang masih kurang dimengerti kepada guru yang mengajar guna memperoleh informasi tambahan tentang apa yang telah diamati. Kreteria pertanyaan yang diajaukan juga tergolong singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing dan validatif. Sedangkan pada siswa kelompok kelas VA, pada aspek menanya juga terlihat hanya beberapa siswa yang aktif dalam bertanya. Hal ini dikarenakan oleh ketidak pahaman siswa pada materi yang dipelajari, sehingga kebingungan dalam mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan juga masih kurang logis dan menyimpang dari materi pelajaran. Temuan ini sejalan dengan Kurinasih (2014) yang menyatakan bahwa, pada tahap menanya, guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswa belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Pada tahap mengumpulkan informasi siswa kelas VB mampu melakukan eksperimen atas apa yang telah dipelajari. Tingkat pemahaman siswa ini dikarenakan siswa pada kelas VB sungguh-sungguh dalam mengamati dan aktif dalam bertanya tentang apa yang belum dipahaminya. Sedangkan pada kelompok siswa kelas VA, terlihat belum mampu mengumpulkan informasi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan ketidak mampuan sebagian besar siswa dalam mengerjakan tugas. Temuan ini sejalan dengan pendapat Abidin (2014) yang menyatakan bahwa, tahap mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau obyek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Pada tahap menalar atau mengasosiasi siswa pada kelompok kelas VB sudah terlihat sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan siswa terlihat mampu mengaitkan antara informasi yang didapatkan sebelumnya dengan informasi yang didapatkan saat ini. Selanjutnya pada kelompok kelas VA tahap mengasosiasi masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 ketidak mampuan siswa dalam mengaitkan informasi yang didapat dengan informasi yang didapatkan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2014) yang menyatakan bahwa, tahap mengasosiasikan atau menalar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Pengalaman – pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Selanjutnya pada tahap mengkomunikasikan, siswa pada kelompok kelas VB terlihat mampu menyampaikan informasi yang telah dipelajari di depan kelas dengan jelas dan bisa dimengerti. Berbeda dengan siswa kelompok kelas VA. Kelompok kelas VA masih terlihat kurang mampu menyampaikan informasi yang didapatkan di depan kelas dengan baik. Masih banyak siswa yang terlihat malumalu dalam menyampaikan kesimpulan, dan kesimpulan materi yang disampaikan masih kurang jelas dan sedikit menyimpang dari materi yang telah dipelajari. Temuan ini didukung oeleh pendapat Abidin (2014) bahwa tahap mengkomunikasikan guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 “adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya”. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil-hasil penelitian terdahulu. Penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang pernah dilakukan oleh Marjan (2014) dengan penelitainnya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014” menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains. Selanjutnya hal senadana juga dinyatakan oleh Martini (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SMP Negeri 1 Seririt Tahun Pejalaran 2013/2014” hasil penelitian ini menyatakan bahwa pendekatan saintifik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penelitian ini menemukan bahwa penerapan pendekatan saintifik pada kelompok kelas VA masih tergolong kategori sedang, sedangkan penerapan pendekatan saintifik pada kelompok siswa kelas VB tergolong kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata yang diporoleh kelompok kelas VA adalah 35 yang tergolong kategori sedang, selanjutnya skor rata-rata yang diperoleh kelompok kelas VB adalah 74 yang tergolong kategori tinggi. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik rendah. Kualifikasi hasil belajar siswa yang mengikuti e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik tinggi berada pada kategori sangat tinggi sedangkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik rendah berada pada kategori cukup. Perbandingan hasil perhitungan rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia dengan kadar pendekatan saintifik tinggi adalah 137,16 lebih besar dari rata-rata hasi belajar bahasa Indonesia kadar pendekatan saintifik rendah sebesar 103,41. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan adalah: pertama, guru disarankan agar meningkatkan pendekatan saintifik dalam melakukan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena pada pendekatan ini lebih banyak menuntut keaktifan siswa (student centered) dan siswa lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran tanpa di demontrasi oleh guru. Kedua, mahasiswa calon guru dapat menambah serta menggali peahaman yang lebih dalam lagi tentang pendekatan saintifik untuk dapat diterapkan nantinya apabila sudah menjadi guru. Ketiga, peneliti yang berminat agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Pendekatan Saintifik dalam bidang ilmu Bahasa Indonesia maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publising. Arifin, Zainal. 2012.Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya Daryanto, 2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yogyakarta: Gava Media Dantes, Nyoman. 2012. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Diadnya, I W. 2012.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.Tesis.Singaraja : Program Pasca Sarjana Undiksa. Gading, I Kt. 2014.Pengaruh Pelatihan Kendali diri dan Jenis Kelamin terhadap Prilaku Prokrastinasi Akademik Siswa SMP.Disertansi.Malang : Sarjana Universitas Negeri Malang. Guilford, J.P., Fruchter, B. 1973. FundamentalStatistics in Psychology and Education, Fifth Edition.Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Hidayat, Syah. 2014. Pengantar Umum Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Verisikatif. Pekan Baru : Suskafres Koyan, I Wayan.2012.Statistik Pendidikan Teknik Analisis data Kuantitatif.Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Press. Kurniasih, Imas, Dan Sani, Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 : Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Kurinasih, Imas dan berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena. Marjan, Johari. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014.Tesis.Singaraja : Pasca Sarjana Undiksha. Mudalara, Putu. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gianyar Ditinjau dari Sikap Ilmiah. Tesis.Singaraja : Program Pasca Sarjana Undiksa. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 [Permendikbud] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Suarsani, G. A. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3 Ubud.Tesis.Singaraja : Program Pasca Sarjana Undiksa. Sarini, Putri. 2012. Pengaruh Virtual Experiment terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Singaraja. Tesis.Singaraja : Program Pasca Sarjana Undiksa. Setyosari, Funaji. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.