analisis proses pembelajaran bahasa indonesia

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
MENURUT PENDEKATAN SAINTIFIK DAN DAMPAKNYA
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Km. Ardianti1, I Kt. Gading2, Kd. Suartama3
1
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected],[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui penerapan pendekatan saintifik pada
proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 3 Banjar Jawa, (2) mengetahui
perbedaan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
penerapan pendekatan saintifik rendah. Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dan inferensial. Populasi penelitian ini adalah proses pembelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 3 Banjar Jawa tahun pelajaran 2014/2015
dan siswa SDN 3 Banjar Jawa. Sampel penelitian diambil dengan teknik insidental yaitu
proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 3 Banjar Jawa yang
berlangsung selama seminggu saat penelitian dilakukan dan Siswa Kelas V SDN 3
Banjar Jawa. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar, kuesioner, dan
pedoman observasi, kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) penerapan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelompok kelas VA
tergolong sedang, sedangkan penerapan Pendekatan saintifik siswa kelas VB tergolong
tinggi , (2) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik rendah. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar
kesaintifikan tinggi lebih tinggi prestasi belajarnya daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan kadar kesaintifikan rendah.
Kata kunci: Kadar kesaintifikan pembelajaran, Hasil Belajar
Abstract
This study aims at 1) investigating the implementation of scientific approch in the process
of learnig indonesian subject matter in SDN 3 Banjar Jawa, 2) investigating the difference
of students’ learning result who are treated by using good quality of the implementation of
scientific approach rather than those who are treated by using poor quality of the
implementation of scientific approach in indonesion subject matter. Regarding to these
purposes, this study is categorized as descriptive qualitative and inferential. The
population of this study was the learning process of Indonesian subject matter conducted
by the students grade V SD Negeri 3 Banjar Jawa in the academic year of 2014/2015.
Meanwhile, the sample of this study was taken by using incidental technique toward the
learning process of indonesian subject matter done by the students grade V SD Negeri 3
Banjar Jawa in a week. The data was collected by using test, questionaire, and
observation guide. And then, it was analyzed by using descriptive statistics and inferential
statistics (T-test). The result of the study showed that 1) the implementation of scientific
approach toward the learning process of indonesian subject in group VA could be
categorized as quite high while in group B, the implementation of scientific approach
could be categorized as high. There was 2) there was a significant difference toward the
students learning result who are treated by using good quality of the implementation of
scientific approach and those who are treated by using poor quality of the implementation
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
of scientific approach in indonesion subject matter. The students who are treated by
using good quality of the implementation of scientific approach had better learning result
rather than those who are treated by using poor quality of scientif approach.
Key terms: scientific approach, Indonesian subject matter, learning result.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah wahana yang
dilalui
oleh
peserta
didik
untuk
mengembangkan potensi dirinya. Pada
dasarnya pendidikan dapat didefinisikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.
20 tahun 2003).
Bagi
suatu
bangsa
pendidikan
memiliki posisi dan peranan yang sangat
strategis dalam upaya mengembangkan
potensi sumber daya manusia bangsa itu
sehingga bangsa itu memiliki sumber daya
manusia yang berkualitasm tidak terkecuali
bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi hasil
survey yang dilakukan oleh TheProgramme
for International Student Assessment (PISA)
tahun 2012 melaporkan bahwa dalam
bidang matematika siswa Indonesia hanya
berada pada urutan ke-64 dari 65 negara
yang disurvei dengan skor rata-rata 375 di
bawah negara-negara tetangga seperti
Malaysia dengan skor rata-rata 421,
Thailand dengan skor rata-rata 427, dan
Singapura dengan skor rata-rata 573.
Sementara urutan pertama diperoleh siswasiswa Shanghai China dengan skor rata-rata
613. Dalam bidang membaca (reading),
siswa-siswa Indonesia berada pada urutan
ke-60 dari 65 negara dengan skor-rata-rata
396 di bawah Malaysia dengan skor ratarata 398, Thailand dengan skor rata-rata
441, dan Singapura dengan skor rata-rata
542. Urutan pertama diperoleh siswa-siswa
Shanghai China dengan skor rata-rata 570.
Kemudian dalam bidang sain (science)
siswa-siswa Indonesia berada pada urutan
ke-64 dari 65 negara dengan skor rata-rata
382 juga di bawah Malaysia dengan skor
rata-rata 420, Thailand dengan skor ratarata 444, dan Singapura dengan skor ratarata 551. Urutan pertama juga ditempati
siswa-siswa dari Shanghai China dengan
skor rata-rata580 (Gading, 2014). Laporan
survei tersebut selain menunjukkan kualitas
hasil pendidikan di Indonesia masih rendah,
juga mengindikasikan proses pendidikan
belum
berlangsung
sebagaimana
seharusnya.
Rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia, antara lain, disebabkan oleh
lemahnya peran guru dalam pembelajaran,
kurangnya
kemampuan
guru
dalam
menerapkan
pendekatan
pebelajaran
sehingga
berpengaruh
pada
tingkat
pemahaman
siswa.Oleh
karena
itu,
lembaga
pendidikan
dituntut
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sebagai
upaya
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar
siswa.
Upaya
peningkatan
kualitas
pendidikan di Indonesia ditandai dengan
adanya
penyempurnaan-penyempurnaan
kurikulum yang merupakan patokan atau
acuan bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Inti dari pendidikan,
khususnya pendidikan formal,
adalah
proses belajar mengajar di sekolah yang
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Rancangan proses pendidikan memiliki
posisi yang strategis karena seluruh
kegiatan dalam proses belajar mengajar
yang harus dilakukan terkandung di
dalamnya. Keseluruhan rancangan yang
digunakan sebagai panduan dalam kegiatan
pembelajaran diintegrasikan dalam sebuah
kurikulum, yaitu seperangkat rancangan dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan
pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”. Oleh karena itu,
kurikulum memiliki peran sentral dalam
proses pendidikan (UU No 20 Tahun 2013)
Kurikulum hanyalah berupa acuan
atau pedoman, agar perbaikan kurikulum
membawa peningkatan kualitas pendidikan,
kurikulum tersebut harus dimplementasikan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dalam
proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran merupakan suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar
anak didik, yang dirancang sedemikian rupa
untuk mendukung terjadinya proses belajar
anak didik yang bersifat internal (Zainal
Arifin,
2012:
10).
Dalam
proses
pembelajaran guru sangat berperan penting
untuk mewujudkan rencana dari kurikulum
tersebut.
Menurut kurikulum 2013 pembelajaran
di sekolah dasar (SD) diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan sikap
dan
kemampuan
serta
memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan
untuk
hidup
dalam
masyarakat.Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pendidikan dan pengajaran dari
berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah
Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia
merupakan pembelajaran yang bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia
sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa
serta tingkat pengalaman siswa sekolah
dasar. Dalam pengajaran bahasa indonesia,
ada empat keterampilan berbahasa yang
harus dimiliki oleh siswa, keterampilan
tersebut meliputi: a) mendengarkan; b)
berbicara; c) membaca; dan d) menulis.
Keempat aspek berbahasa ini saling terkait
antara
satu
dengan
yang
lainnya.
(Daryanto, Kurinasih dan Sani, 2014).
Kenyataannya
dilapangan
menunjukkan,
hasil
belajar
bahasa
Indonesiasiswa SD masih rendah, hal ini
dibuktikan oleh hasil ujian nasional dan hasil
ulangan umum
yang masih rendah,
kurangnya
kemampuan
berbahasa
Indonesia dan berkomunikasi yang baik
dan benar di kalangan siswa SD juga
menunjukkan rendahnya kualitas dan hasil
belajar bahasa Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa, tak terkecuali dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia di SD,
pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
pada
tahun
2013-2014
menerapkan
kurikulum
2013.
Kurikulum
tersebut
mengamanatkan
diselenggarakannya
proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik, yaitu suatu proses
pembelajaran
yang
terdiri
atas
5
pengalaman belajar pokok, meliputi: (a)
mengamati,
(b)
menanya,
(c)
mengumpulkan
data/eksperimen;
(d)mengasosiasi/mengolah informasi; (e)
mengkomunikasikan. (Kurinasih dan Sani,
2014).
Melalui pendekatan saintifik peserta
didik belajar dengan mengamati sesuatu
menggunakan panca indranya untuk dapat
memperoleh
informasi,
merumuskan
masalah dari informasi yang diperoleh,
memberikan jawaban teoretik atas masalah
yang
dirumuskan,
dan
melakukan
eksperimen untuk menguji jawaban teoretik
itu. Dalam pendekatan saintifik siswa juga
belajar menalar atau mengolah informasi
melalui penalaran yang rasional, informasi
yang diperoleh dari hasil pengamatan
ataupun
percobaan
diproses
untuk
menemukan
adanya keterkaitan suatu
informasi dengan informasi lainnya. Dengan
pendekatan ini juga diharapkan siswa
mampu
membangun
jaringan
dan
berkomunikasi
untuk
membangun
pengetahun,
keterampilan
serta
pengalaman pada diri siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran,
tak
terkecuali
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SD,
diharapkan mampu meningkatan kualitas
proses pembelajaran, dan pada akhirnya
dapat meningkatkan secara signifikan hasil
belajar siswa, yang menurut Sudjana
(Marjan,
2014)
diartikan
sebagai
kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman
belajar. Untuk mengetahui apakah hasil
belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dapat diketahui
melalui proses evaluasi di akhir proses
pembelajaran.
Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang
penerpapan
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik atau pendekatan lain
yang
tidak
jauh
berbeda
dengan
pendekatan saintifik
serta kaitannya
dengan hasil belajar, antara lain dilakukan
oleh Marjan (2014) dengan penelitainnya
yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran
Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar
Biologi dan Keterampilan Proses Sains
Siswa Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan
Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014”
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik lebih baik dari pada
model pembelajaran langsung dalam
meningkatkan
hasil
belajar
dan
keterampilan proses sains. Penelitian yang
serupa juga pernah dilakukan oleh Sarini
(2012) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Virtual Experiment terhadap
Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi
Belajar Siswa SMA Negeri 1 Singaraja”
hasil penelitian ini menyatakan bahwa
model pembelajaran virtual experiment dan
motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil
belajar fisika siswa. Selanjutnya hal
senadana juga dinyatakan oleh Diadnyana
(2012) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau
dari Kemampuan Berpikir Divergen Siswa
Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo Semester
I Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan
bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP
Negeri
4
Mendoyo,
baik
dengan
pengendalian kemampuan berpikir divergen
siswa
maupun
tanpa
pengendalian
kemampuan berpikir divergen siswa.
Penelitian sejenis juga pernah dilakukan
oleh Mudalara (2012) dengan penelitiannya
yang
berjudul
“Pengaruh
Model
Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap hasil
Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Gianyar Ditinjau dari Sikap Ilmiah”.
Penelitian ini menemukan bahwa model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
hasil belajar kimia siswa ditinjai dari sikap
ilmiah siswa. Selanjutnya penelitian sejenis
juga pernah dilakukan oleh Suarsani (2011)
dengan
penelitiannya
yang
berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3
Ubud”menyebutkan
bahwa
model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa
kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3 Ubud
tahun pelajaran 2010/2011.
Memperhatikan teori dan temuantemuan
penelitian
terdahulu,
dapat
disimpulkan bahwa secara konseptual
penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kualitas
proses
pembelajaran,
karena
dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
peserta didik mengkonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati,
merumuskan
masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai
teknik,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan,
sehingga pada akhirnya akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan
kualitas pendidikan secara umum juga
meningkat.
Namun kesimpulan tersebut masih
bersifat teoritik atau konseptual, untuk
membuktikan kesimpulan yang masih
bersifat teoretik atau konseptual itu
diperlukan bukti-bukti emperik. Bukti-bukti
emperik bahwa penerapan pendekatan
saintifik dalam pemebelajaran, khususnya
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD,
sampai saat ini belum banyak ditemukan.
Untuk
menemukan
kadar
saintifik
pembelajaran dan dampaknya terhadap
hasil belajar, khususnya dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia di SD, maka
penelitian ini dilakukan. Secara lengkap
judul penelitian ini adalah, “Analisis Proses
Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut
Pendekatan
SaintifikdanDampaknyaTerhadap
Hasil
Belajar Siswa Kelas V Semester Genap
Tahun Ajaran 2014/2015 di SDNegeri 3
Banjar Jawa.
METODE
Berdasarkan tujuan penelitian
yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
rancangan penelitian yang digunakan
adalah rancangan penelitian deskriftif dan
inferensial. Rancangan penelitian deskriptif
digunakan
dengan
tujuan
untuk
menjelaskan, merinci atau membuat
deskripsi terhadap proses pembelajaran
menurut pendekatan saintifik di kelas V
SDN 3 Banjar Jawa. Selanjutnya rancangan
penelitian inferensial digunakan dengan
tujuan untuk mengambil keputusan atau
menguji hipotesis. Pengujian hipotesis ini
dilakukan
untuk
dapat
mengetahui
seberapa besar dampak dari penerapan
pendekatan
saintifik
pada
proses
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa
kelas V SDN 3 Banjar Jawa. Untuk
menjawab
masalah
pertama
pada
penelitian
ini
digunakan
rancangan
penelitian deskriptif dan untuk menjawab
masalah kedua pada penelitiana ini
digunakan rancangan penelitian inferensial.
Rancangan yang bersifat deskriptif Menurut
Hidayat (2010) adalah rancangan penelitian
yang
digunakan
untuk
menemukan
pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap
objek penelitian pada suatu masa tertentu.
Sedangkan menurut Setyosari (2010)
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan suatu
keadaan, peristiwa, objek apakah orang,
atau segala sesuatu yang terkait dengan
variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik
dengan angka-angka maupun kata-kata.
Hal senada juga dikemukakan Sukmadinata
(dalam Fatimah, 2013) menjelaskan
penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian
yang
ditujukan
untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu
bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu
dengan fenomena lainnya. Rancangan
penelitian inferensial menurut Gading
(2014) yaitu penelitian yang melakukan uji
hipotesis dan analisis hubungan antar
variabel dalam penelitian. Dalam penelitian
inferensial,
penarikan
kesimpulan
didasarkan pada pengolahan data dengan
metode statistik yang mendalam.
Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan pedoman observasi, tes dan
kuesioner.
selanjutnya data hasil
penelitian
yang
telah
dikumpulkan
dianalisis dengan menggunakan satatistik
deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).
Analisis statistik deskriftif digunakan
untuk menentukan kadar kesaintifikan
proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Untuk menentukan kadar kesaintifikan
pembelajaran tersebut digunakan kreteria
kurve normal dengan rata-rata ideal (Mi)
dan standar deviasi ideal (SDi) sebagai
parameter. Adapun kriteria dimaksud
seperti disajikan pada tabel 1. Sedangkan
analisis statistik infrensial dengan teknik
uji-t (Gruilford, Frunchter, 1973) digunakan
untuk
menguji
hipotesis.
Sebelum
melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan
uji prasyarat analisis yang
meliputi: (1) uji normalitas sebaran data
dan uji homogenitas varian (Koyan, 2012).
Tabel 1. Kriteria Rentang Skor dan Kategori Kadar Kesaintifikan Pembelajaran
Kriteria Kurve Normal
>Mi+ 1SDi
Mi - 1SDi s.d. Mi + 1SDi
Rentang Skor
> 60
30 – 60
Katagori
Tinggi
Sedang
< Mi - 1SDi
<30
Rendah
(Dimodifikasi dari Gading, 2014)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk uji normalitas sebaran data
dengan menggunakan teknik KolmogrorovSmirnov ditemukan koiefisien KolmogrorovSmirnov 0,110 (P = 0,200) untuk kelas A
dan koefisien Kolmogrorov-Smirnov 0,145
(P = 0,092) untuk kelas B. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data
hasil belajar kelas A dan kelas B yang
menjadi subjek dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
Untuk uji homogenitas varians,
berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan Levene’s test diperoleh
koefisien Leven’s test sebesar 0,050 (P =
0,823) ini berarti kelompok-kelompok yang
menjadi unit analisis dalam uji-t pada
penelitian ini, homogen.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Analisis deskriftif dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menemukan kadar
kesaintifikan proses pembelajaran bahasa
Indonesia.
Mengacu
pada
kriteria
penentuan kadar kesaintifikan proses
pembelajaran
bahasa
Indonesia
sebagaimana disajikan pada tabel 1, hasil
analisis deskriftif tentang kadar kesaintifikan
proses pembelajaran bahasa Indonesia
pada penelitian ini seperti disajikan pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif tentang Kadar Kesaintifikan Proses Pembelajaran Bahasa
Indonesia
No
1
2
Kelas
A
B
Rata-rata (Mean)
35
74
Analisis infrensial dalam penelitian ini
dilakukan untuk menguji hipotesis yang
berbunyi ada perbedaan hasil belajar
bahasa Indonesia siswa ditinjau dari kadar
kesaintifikan
pembelajaran.
Pengujian
Kategori
Sedang
Tinggi
hipotesis tersebut dilakukan dengan
menggunakan uji-t. Hasil analisis dengan
bantuan program spss 16 seperti disajikan
pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji-t untuk Menguji Hipotesis
Independent Samples Test
Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of Variances
Sig. (2F
Sig.
t
df
tailed)
Hasil
Belajar
Bahasa
Indonesia
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
,050
Tabel 3, menunjukkan ada perbedaan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa ditinjau dari
kadar kesaintifikan proses pembelajaran,
dengan nilai t = 16,419 (P= 0,000).
Berdasarkan deskripsi data hasil
penelitian, ditemukan bahwa penerapan
pendekatan
saintifik
pada
proses
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
VB termasuk kategori tinggi, sedangkan
penerapan pendekatan saintifik di kelas VA
termasuk kategori sedang. Hal tersebut
didasarkan pada rata-rata skor yang
diperoleh dari hasil pedoan observasi
selama 6 hari. Kelas VB adalah 74 yang
berada pada kategori tinggi sedangkan
skor rata-rata yang diperoleh kelas VA
adalah 35 yang berada pada kategori
sedang.
Selanjutnya berdasarkan deskripsi
data hasil penelitian, kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan penerapan
,823
-16,419
60
,000
-16,419
59,999
,000
pendekatan saintifik tinggi memiliki hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
sedang. Tinjauan ini didasarkan pada ratarata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor
hasil belajar yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan saintifik tinggi adalah
adalah 137,16 dan rata-rata skor hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan penerapan pendekatan saintifik
rendah adalah 103,41.
Berdasarkan pengujian hipotesis,
dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows
diperoleh nilai t= 16,419 dan Sig. 2-tailed (p
= 0,000). Karena p-value lebih kecil dari α =
0,05 yang berarti H0 ditolak dengan
demikian dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar Bahasa Indonesia antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
penerapan pendekatan saintifik tinggi dan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
penerapan pendekatan saintifik sedang.
Perbedaan yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik rendah disebabkan
oleh perbedaan perlakuan pada langkahlangkah penerapan pendekatan saintifik
pada
proses
pembelajarannya.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan proses pembelajaran yang
mengandung pendekatan ilmiah seperti
mengamati,
menyana,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi
dan
mengkomunikasikan (Abidin, 2014).
Pada tahap mengamati (observasi),
kelompok siswa pada kelas VB dengan
sungguh-sungguh memperhatikan dan
mengamati apa yang sedang dijelaskan
oleh gurunya tanpa ada siswa yang
bermain-main pada saat proses pelajaran
sedang berlangsung, sehingga siswa kelas
VB paham akan materi yang disampaikan
oleh gurunya. Selanjutnya pada kelompok
kelas VA dalam aspek mengamati terlihat
masih banyak siswa yang tidak fokus dalam
mendengarkan penyampaian materi oleh
guru. Banyak siswa yang terlihat ngobrol
dan mengganggu temannya pada saat
pembelajaran
berlangsung,
sehingga
mempengaruhi tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan. Hal ini
sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh
Daryanto (2014) bahwa pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
mengutamakan kebermaknaan
proses
pembelajaran (meaningfull learning). Tahap
mengamati ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu siswa. Sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan pengamatan yang baik,
maka siswa akan mampu menerima apa
yang hendak ditransfer oleh gurunya.
Pada tahap menanya, siswa pada
kelompok kelas VB juga terlihat aktif dalam
bertanya apabila menemukan hal yang
masih kurang dimengerti kepada guru yang
mengajar guna memperoleh informasi
tambahan tentang apa yang telah diamati.
Kreteria pertanyaan yang diajaukan juga
tergolong singkat dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probing
dan validatif. Sedangkan pada siswa
kelompok kelas VA, pada aspek menanya
juga terlihat hanya beberapa siswa yang
aktif dalam bertanya. Hal ini dikarenakan
oleh ketidak pahaman siswa pada materi
yang dipelajari, sehingga kebingungan
dalam mengajukan pertanyaan. Pertanyaan
yang diajukan juga masih kurang logis dan
menyimpang dari materi pelajaran. Temuan
ini sejalan dengan Kurinasih (2014) yang
menyatakan bahwa, pada tahap menanya,
guru yang efektif mampu menginspirasi
siswa
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan
ranah
sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada
saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu siswa belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan siswanya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Pada tahap mengumpulkan informasi
siswa kelas VB mampu melakukan
eksperimen atas apa yang telah dipelajari.
Tingkat pemahaman siswa ini dikarenakan
siswa pada kelas VB sungguh-sungguh
dalam mengamati dan aktif dalam bertanya
tentang apa yang belum dipahaminya.
Sedangkan pada kelompok siswa kelas VA,
terlihat belum mampu mengumpulkan
informasi dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan ketidak mampuan sebagian besar
siswa dalam mengerjakan tugas. Temuan
ini sejalan dengan pendapat Abidin (2014)
yang
menyatakan
bahwa,
tahap
mengumpulkan informasi merupakan tindak
lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara. Untuk itu siswa dapat
membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau obyek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen.
Pada
tahap
menalar
atau
mengasosiasi siswa pada kelompok kelas
VB sudah terlihat sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan siswa terlihat mampu
mengaitkan
antara
informasi
yang
didapatkan sebelumnya dengan informasi
yang didapatkan saat ini. Selanjutnya pada
kelompok kelas VA tahap mengasosiasi
masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ketidak mampuan siswa dalam mengaitkan
informasi yang didapat dengan informasi
yang didapatkan sebelumnya.
Hal ini
sejalan dengan pendapat Daryanto (2014)
yang
menyatakan
bahwa,
tahap
mengasosiasikan atau menalar merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Aktivitas ini juga
diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu
proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta yang dapat diobservasi untuk
memperoleh
simpulan
berupa
pengetahuan. Aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk
pada
teori
belajar
asosiasi
atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam
pembelajaran
merujuk
pada
kemampuan mengelompokkan berbagai ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukkannya menjadi
penggalan
memori.
Pengalaman
–
pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia.
Selanjutnya
pada
tahap
mengkomunikasikan, siswa pada kelompok
kelas VB terlihat mampu menyampaikan
informasi yang telah dipelajari di depan
kelas dengan jelas dan bisa dimengerti.
Berbeda dengan siswa kelompok kelas VA.
Kelompok kelas VA masih terlihat kurang
mampu menyampaikan informasi yang
didapatkan di depan kelas dengan baik.
Masih banyak siswa yang terlihat malumalu dalam menyampaikan kesimpulan,
dan kesimpulan materi yang disampaikan
masih kurang jelas dan sedikit menyimpang
dari materi yang telah dipelajari. Temuan ini
didukung oeleh pendapat Abidin (2014)
bahwa tahap mengkomunikasikan guru
diharapkan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengkomunikasikan apa yang
telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan
melalui
menuliskan
atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan
mencari
informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampaikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa
atau kelompok siswa tersebut. Kegiatan
mengkomunikasikan
dalam
kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013
“adalah
menyampaikan
hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya”.
Hasil penelitian ini juga mendukung
hasil-hasil penelitian terdahulu. Penelitian
yang pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya penelitian yang pernah
dilakukan oleh Marjan (2014) dengan
penelitainnya yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran
Pendekatan
Saintifik
terhadap Hasil Belajar Biologi dan
Keterampilan Proses Sains Siswa Ma.
Mu’llimat Nahdlatul Wathan Pancor Tahun
Pelajaran 2013/2014” menyatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
lebih baik dari pada model pembelajaran
langsung dalam meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan proses sains. Selanjutnya
hal senadana juga dinyatakan oleh Martini
(2014) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Pendekatan Saintifik
terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SMP
Negeri
1
Seririt
Tahun
Pejalaran
2013/2014” hasil penelitian ini menyatakan
bahwa
pendekatan
saintifik
dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
pada siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka penelitian ini menemukan
bahwa penerapan pendekatan saintifik
pada kelompok kelas VA masih tergolong
kategori sedang, sedangkan penerapan
pendekatan saintifik pada kelompok siswa
kelas VB tergolong kategori tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan skor rata-rata yang
diporoleh kelompok kelas VA adalah 35
yang
tergolong
kategori
sedang,
selanjutnya skor rata-rata yang diperoleh
kelompok kelas VB adalah 74 yang
tergolong kategori tinggi.
Hasil penelitian ini juga menemukan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan penerapan
pendekatan saintifik rendah. Kualifikasi
hasil belajar siswa yang mengikuti
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pembelajaran
dengan
penerapan
pendekatan saintifik tinggi berada pada
kategori sangat tinggi sedangkan hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan penerapan pendekatan saintifik
rendah berada pada kategori cukup.
Perbandingan hasil perhitungan rata-rata
hasil belajar Bahasa Indonesia dengan
kadar pendekatan saintifik tinggi adalah
137,16 lebih besar dari rata-rata hasi
belajar bahasa Indonesia kadar pendekatan
saintifik rendah sebesar 103,41.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat
disampaikan
adalah:
pertama,
guru
disarankan agar meningkatkan pendekatan
saintifik dalam melakukan pembelajaran di
kelas untuk meningkatkan hasil belajar
siswa karena pada pendekatan ini lebih
banyak menuntut keaktifan siswa (student
centered) dan siswa lebih banyak dilibatkan
dalam proses pembelajaran tanpa di
demontrasi oleh guru. Kedua, mahasiswa
calon guru dapat menambah serta
menggali peahaman yang lebih dalam lagi
tentang pendekatan saintifik untuk dapat
diterapkan nantinya apabila sudah menjadi
guru. Ketiga, peneliti yang berminat agar
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
Pendekatan Saintifik dalam bidang ilmu
Bahasa Indonesia maupun bidang ilmu
lainnya yang sesuai agar memperhatikan
kendala-kendala yang dialami dalam
penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan dan penyempurnaan
penelitian yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Malang: Aditya Media Publising.
Arifin, Zainal. 2012.Evaluasi Pembelajaran,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Daryanto, 2014.Pendekatan Pembelajaran
Saintifik. Yogyakarta: Gava Media
Dantes,
Nyoman.
2012.
Metodelogi
Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.
Diadnya, I W. 2012.Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Hasil Belajar IPA Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Divergen Siswa
Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo
Semester
I
Tahun
Pelajaran
2011/2012.Tesis.Singaraja : Program
Pasca Sarjana Undiksa.
Gading, I Kt. 2014.Pengaruh Pelatihan
Kendali diri dan Jenis Kelamin
terhadap
Prilaku
Prokrastinasi
Akademik
Siswa
SMP.Disertansi.Malang : Sarjana
Universitas Negeri Malang.
Guilford,
J.P.,
Fruchter,
B.
1973.
FundamentalStatistics in Psychology
and Education, Fifth Edition.Tokyo :
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
Hidayat, Syah. 2014. Pengantar Umum
Metodelogi Penelitian Pendidikan
Pendekatan Verisikatif. Pekan Baru
: Suskafres
Koyan, I Wayan.2012.Statistik Pendidikan
Teknik
Analisis
data
Kuantitatif.Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha Press.
Kurniasih, Imas, Dan Sani, Berlin. (2014).
Implementasi Kurikulum 2013 :
Konsep dan Penerapan. Surabaya:
Kata Pena.
Kurinasih, Imas dan berlin Sani. 2014.
Sukses
Mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena.
Marjan,
Johari.
2014.
Pengaruh
Pembelajaran Pendekatan Saintifik
terhadap Hasil Belajar Biologi dan
Keterampilan Proses Sains Siswa
Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan
Pancor
Tahun
Pelajaran
2013/2014.Tesis.Singaraja : Pasca
Sarjana Undiksha.
Mudalara, Putu. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap
hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Gianyar Ditinjau dari
Sikap Ilmiah. Tesis.Singaraja :
Program Pasca Sarjana Undiksa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
[Permendikbud]
Peraturan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
81 A. 2013. Implementasi Kurikulum
2013.
Jakarta:
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suarsani, G. A. 2011. Pengaruh Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3
Ubud.Tesis.Singaraja
:
Program
Pasca Sarjana Undiksa.
Sarini, Putri. 2012. Pengaruh Virtual
Experiment terhadap Hasil Belajar
Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar
Siswa SMA Negeri 1 Singaraja.
Tesis.Singaraja : Program Pasca
Sarjana Undiksa.
Setyosari,
Funaji.
2010.
Metodelogi
Penelitian
Pendidikan
dan
Pengembangan.
Jakarta
:
Kencana
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Download