PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA HUBUNGAN PENERAPAN INSENTIF/BONUS DALAM SISTEM PENGGAJIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN (Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung Oleh : DEWI YULIANTI 10090101005 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2006 ABSTRAK PT. Pos Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kegiatan pokoknya melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, pada khususnya di bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Penelitian ini dilakukan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung, yaitu : (1) sistem pemberian insentif/bonus, (2) prinsip-prinsip pemberian insentif/bonus, (3) sistem perhitungan insentif/bonus untuk mengetahui hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. Terdapat dua variabel, penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian sebagai variabel dependen dan produktivitas karyawan sebagai variabel independen. Untuk membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini, penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut: bagaimanakah penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian di unit-unit bisnis pada PT. Pos Indonesia, bagaimanakah produktivitas karyawan di unit bisnis pada PT. Pos Indonesia dan bagaimana hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian jenis studi kasus dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu analisis korelasi rank spearman. Analisis korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian) dengan variabel independen (produktivitas karyawan). Dari hasil pengujian analisis korelasi rank spearman diketahui bahwa peranan insentif/bonus dalam sistem penggajian memiliki korelasi yang cukup berarti, artinya setiap peningkatan jumlah bonus diiringi dengan kenaikan produktivitas yaitu sebesar 0,55. Dari perhitungan analisis korelasi rank spearman tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan ridho dan rahmat-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian Dengan Produktivitas Karyawan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang sarjana di Program Studi Akuntnasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik dari pemahaman materi, pemakaian bahasa, maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak merupakan suatu motivasi bagi penulis agar dapat melangkah lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada: 1. Nenek, yang telah memberikan kasih sayang, cinta dan perhatian yang tidak ternilai harganya semenjak penulis kecil, serta yang selalu mengiringi penulis dengan do’a-do’anya, yang selalu memberikan dorongan semangat, dorongan moril maupun materil kepada penulis. 2. (Alm) Papah, Papah dan Mamah yang telah memberikan kasih sayang, cinta dan perhatian yang tidak ternilai harganya semenjak penulis kecil, serta yang ii selalu mengiringi penulis dengan do’a-do’anya, yang selalu memberikan dorongan semangat, dorongan moril maupun materil kepada penulis dan selalu mendukung penulis dalam berbagai hal. 3. Untuk adik-adikku tersayang Nia dan Dendy yang telah memberikan semangat, kasih sayang dan dorongan dan semangatnya jangan pada berantem ya!!. Teima kasih juga pengertiannya. 4. Bapak Prof. DR. H. E Saefullah W., SH., LLM., selaku Rektor Universitas Isalam Bandung. 5. Bapak Firman Alamsyah, SE., MSc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. 6. Ibu Lilis Yulifah, SE., Msi., AK., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. 7. Bapak H. Ahmad Dimyati, SE., AK, sebagai pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis serta telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Epi Fitriah, SE., Msi, sebagai pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis serta telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak harlianto UP, SE.,AK, selaku dosen wali penulis. Terima kasih atas bimbingannya selama ini. iii 10. Papah Ageung yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, kenangan indah dan selalu memberikan dorongan semangat dan makasih juga kesabarannya atas sikap penulis yang manja banget. 11. Sahabatku yang telah banyak memberikan perhatian, kasih sayang, kenangan indah. Endahku makasih buat nasehat, pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Ienaku yang banyak memberikan nasihat, masukan, perhatian dan dukungannya. Imasku makasih atas perhatiannya. Mataw makasih banyak atas nasihat, masukan dan perhatiannya. 12. My Friend : Tia, Dina, Ella yang banyak memberikan saran dan semangat. Anak-anak angkatan 2001. Hadi teman seperjuangku akhirnya kita berhasil!! Anak AKA’01 kelas A. 13. Anak Kost : Sesi yang sudah memberikan perhatian dan bantuannya, Mima makasih atas pengalamannya yang selalu heboh. 14. Semua teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan kenangan baik dan buruk selama ini. Jazakumullah Khairan Katsiran(n) Bandung, Januari 2008 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK............................................................................................................. i KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................... 4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................... 5 1.5 Kerangka Pemikiran................................................................................... 5 1.6 Metode Penelitian...................................................................................... 9 1.6.1 Metode Penelitian yang Digunakan............................................... 9 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 9 1.7 Lokasi Penelitian........................................................................................ 4 10 BAB II LANDARAN TEORI 2.1 Konsep Tentang Insentif/Bonus................................................................. 2.1.1 11 Pengertian dan Jenis Insentif/Bonus............................................... 11 v 2.1.2 Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian....................................... 17 2.1.2.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus...................................... 17 2.1.2.2 Prinsip-prinsip Pemberian Insentif................................... 18 2.1.2.3 Sistem Perhitungan Insentif/Bonus................................... 20 Skema Kompensasi Insentif.......................................................... 21 Sistem Penggajian.................................................................................... 24 2.2.1 Organisasi Fungsi Penggajian...................................................... 27 Produktivitas............................................................................................. 28 2.3.1 Pengertian Produktivitas............................................................... 28 2.3.2 Pengertian Produktivitas Karyawan.............................................. 30 2.3.3 Unsur-unsur penilaian Produktivitas karyawan............................. 31 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan....... 32 2.1.3 2.2 2.3 2.4 Hubungan Insentif/Bonus dengan Produktivitas Karyawan...................... 36 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian......................................................................................... 38 3.2 Metode Penelitian...................................................................................... 38 3.2.1 Metode Yang Digunakan............................................................... 38 3.2.2 Operasionalisasi Variabel............................................................... 39 3.2.3 Rancangan Pengujian Hipotesis...................................................... 41 3.2.3.1 Penetapan Hipotesis Penelitian........................................... 41 3.2.3.2 Pemilihan tes Statistik dan Pengujian Hasil Tes Statistik... 41 3.2.3.3 Penetapan Tingkat Signifikansi.......................................... 44 3.2.4 Teknik Analisis Data...................................................................... vi 44 3.2.5 Teknik Pengumpulan Data dan sumber Data................................. 49 3.2.5.1 Teknik pengumpulan Data................................................... 49 3.2.5.2 Sumber Data....................................................................... 50 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.2 Gambaran Peusahaan.................................................................................. 51 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan............................................................ 51 4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas........................................... 55 4.1.3 Aktivitas Usaha Perusahaan........................................................... 64 4.1.4 Layanan Keagenan......................................................................... 68 Hasil Penelitian.......................................................................................... 69 4.2.1 4.2.2 4.3 Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung..................... 69 4.2.1.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus..................................... 69 4.2.1.2 Prinsip-prinsip Pemberian Insentif/Bonus........................ 72 4.2.1.3 Sistem perhitungan Insentif/Bonus................................... 74 Produktivitas Karyawan Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung................................................................... 75 4.2.2.1 Unsur-unsur Penilaian Produktivitas Karyawan................ 75 Pembahasan................................................................................................ 74 4.3.1 77 Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggjian...................... 4.3.2.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus....................................... 78 4.3.2.2 Prinsip-prinsip Pemberian Insentif/Bonus........................ 79 4.3.2.3 Sistem Perhitungan Insentif/Bonus..................................... 80 vii 4.3.3 Produktivitas karyawan Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung.................................................................... 80 4.3.4.1 Tanggung Jawab................................................................. 82 4.3.4.2 Disiplin Kerja..................................................................... 82 4.3.4.3 Motivasi.............................................................................. 83 4.3.5 4.3.4.4 Efisiensi dan Efektivitas.................................................... 83 4.3.4.5 Kerja Sama........................................................................ 84 4.3.4.6 Prestasi Kerja..................................................................... 84 Hubungan Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Pemggajian Dengan Produktivitas Karyawan................................................... 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan................................................................................................. 90 5.2 Saran........................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. LAMPIRAN viii 92 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 ditandai dengan perdagangan bebas akan menjadi abad penyatuan dunia dalam hal budaya, industri bahkan tenaga kerja. Batas-batas negara akan menjadi tidak jelas, dimana beberapa kawasan kegiatan ekonomi akan bersatu. Dalam masyarakat modern sekarang ini, kita akan dituntut menghadapi persaingan yang lebih kompetitif baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri atau pasar internasional. Pada era globalisasi sekarang ini tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin tinggi dan hanya perusahaan yang memiliki kinerja dan performa yang baik yang akan mampu bertahan. Terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian, dimana krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sangat berat dan menggoyahkan sendi-sendi fundamental perekonomian sehingga perlu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Suatu perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan menuntut kemampuan dan kecakapan para pengelola dalam menjalankan perusahaannya, termasuk di dalamnya pengambilan keputusan untuk menghadapi setiap masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin berkembangnya perusahaan menyebabkan kebutuhan terhadap sumber daya manusia menjadi meningkat, maka perusahaan perlu memperhatikan 1 2 imbalan yang diperoleh oleh karyawannya agar karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Merupakan hal yang wajar apabila perusahaan menuntut prestasi yang tinggi dari para karyawan dan hal yang wajar pula apabila karyawan ingin mandapatkan imbalan yang sesuai atas prestasi yang telah dicapainya. Untuk itu, perusahaan perlu menerapakan sistem penggajian dengan baik sesuai dengan kondisi dan struktur organisasi yang ada di perusahaannya. Pembayaran gaji oleh perusahaan dapat dilakukan setiap akhir bulan atau sehari sebelum akhir bulan. Uang yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan berasal dari gaji, ditambah pula dengan tambahan-tambahan lain yang salah satunya berupa insentif/bonus. Insentif/bonus ini biasanya diberikan apabila perusahaan mencapai target yang sudah ditetapkan atau prestasi yang dicapai di atas prestasi standar. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman melaksanakan pemberian insentif/bonus pada karyawannya yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Bonus ini diberikan setiap dua tahun sekali, insentif/bonus ini terdiri atas dua macam, yaitu insentif jangka panjang dan insentif jangka pendek. Insentif jangka panjang yaitu yang didasarkan pada kinerja yang diukur selama jangka waktu lebih dari satu tahun, sedangkan insentif jangka pendek biasanya berupa pembayaran tunai yang didasarkan atas kinerja yang diukur untuk periode satu tahun atau kurang. Dalam hal ini penulis hanya akan membahas mengenai insentif jangka pendek yaitu berupa bonus. 3 Pemberian insentif/bonus pada PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan usaha untuk memotivasi para karyawan agar meningkatkan produktivitas kerjanya. Produktivitas tidak hanya bergantung pada insentif/bonus sebagai pemotivasi tetapi dipengaruhi pula oleh sikap karyawan seperti tanggung jawab, disiplin kerja, efisiensi dan efektivitas, hasil kerja dan suasana kerja. Karyawan yang berkualitas adalah karyawan yang produktif, artinya bahwa dia dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan yang lebih besar dari apa yang dia terima. Usaha untuk memotivasi para karyawan dalam peningkatan produktivitas kini mulai menjadi perhatian pokok bagi perusahaan. Sebelumnya orang berpikir bahwa cara untuk meningkatkan laba usaha hanyalah melalui peningkatan penjualan. Namun dengan adanya perubahan-perubahan yang begitu cepat, seperti mengendurnya pasar, meningkatnya sebagian besar komponen biaya membuat pandangan di atas berubah. Usaha peningkatan produktivitas kerja para karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) kini dianggap menjadi alternatif yang tepat untuk mempertahankan kemampuan bersaing perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang berhasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “HUBUNGAN PENERAPAN INSENTIF/BONUS DALAM SISTEM KARYAWAN” PENGGAJIAN DENGAN PRODUKTIVITAS 4 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian yang ditetapkan pada unit-unit bisnis di PT. Pos Indonesia (Persero)? 2. Bagaimana produktivitas karyawan di unit bisnis pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung? 3. Bagaimana hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan pada unit-unit bisnis di PT. Pos Indonesia (Persero)? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini meliputi: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian yang ditetapkan pada unit-unit bisnis di PT. Pos Indonesia (Persero). 2. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas karyawan pada unit-unit bisnis di PT. Pos Indonesia (Persero). 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan pada unit-unit bisnis di PT. Pos Indonesia (Persero). 5 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil ini diharapkan akan memperoleh informasi yang relevan dan akurat yang dapat digunakan oleh: a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta gambaran yang jelas mengenai penerapan bonus dalam sistem penggajian terhadap produktivitas karyawan. b. Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan (feed back) untuk mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil perusahaan dalam usaha peningkatan produktivitas karyawan. c. Bagi Peneliti Lain, sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian, sehingga diharapkan pihak lain dapat memperluas wawasan, dan sebagai suatu sumbangan dalam memperkaya pembendaharaan pustaka serta dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi peneliti lain.. 1.5 Kerangka Pemikiran Sebagaimana telah diuraikan di dalam latar belakang masalah, bahwa salah satu alat yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas karyawan adalah dengan cara mendorong motivasi karyawan melalui pemberian insentif/bonus. Menurut Malayu Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (1990 : 200) menyatakan bahwa: “Insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan prestasi kerjanya, agar karyawan terdorong meningkatkan produktivitas kerjanya.” 6 Insentif/bonus yang diberikan kepada para karyawan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) berdasarkan prestasi kerja para karyawan yang tinggi, sehingga mendorong motivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Jadi bahwa insentif/bonus ini dilakukan atau ditujukan untuk: 1.Memberikan motivasi karyawan agar lebih giatlagi bekerja 2.Meningkatkan prestasi kerja karyawan itu sendiri 3.Agar karyawan terdorong meningkatkan produktivitas kerjanya (Mulia Nasution, 1994: 168) Beberapa jenis/indikator-indikator insentif yang dapat diberikan kepada karyawan menurut Agus Tulus dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen, (1996 : 152) diantaranya: Jaminan rasa aman karyawan (Employee security), Gaji dan Upah, Bonus dan Penghargaan (Bonusess and reward) dan Program pelayanaan (Service Programs) Pada perusahaan yang menyediakan jasa atau produk tidak terwujud, insentif/bonus diperhitungkan berdasarkan jumlah kelebihan waktu kerja dari waktu kerja normal dikalikan dengan tarif/jam. Selain itu, insentif/bonus diberikan juga berdasarkan persentase laba yang dapat dicapai dari yang telah dianggarkan. Jumlah insentif/bonus ini biasanya berfluktuasi tergantung dari berapa besarnya laba yang diperoleh atau berapa besar volume penjualan yang telah dicapainya. Oleh karena itu beberapa perusahaan di dalam menentukan insentifnya menggunakan formula insentif/bonus yang memperhitungkan besarnya laba atau volume penjualan. Anthony Dearden dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen yang diterjemahkan oleh agus Maulana yang mengemukakan bahwa: 7 Ada beberapa metode dalam pendistribusian insentif/bonus, yaitu: 1. Menetapkan persentase tertentu dari gaji dasar, yaitu membagi bonus total terhadap total gaji eksekutif yang berhak. 2. Menetapkan persentase yang berbeda, makin tinggi gaji, makin besar persentase bonus terhadap gaji. Kelebihan metode ini memberikan kompensasi insentif yang reltif lebih besar bagi para eksekutif yang mempunyai pengaruh lebih besar atas kemampulabaan. 3. Penetapan sistem ‘poin bonus’. Sistem insentif ini memiliki beberapa variasi, tetapi aspek utamanya adalah penetapan sejumlah poin (nilai) bonus atas setaip posisi (pekerjaan atau tugas). (Dearden, 1992: 101) Insentif/bonus ini merupakan salah satu unsur dari biaya tenaga kerja. Insentif/bonus merupakan pendapatan karyawan di luar gaji yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Ukuran produktivitas yang dipakai dalam sektor jasa adalah sama dengan ukuran yang dipakai dalam sektor manufaktur. Rasio keluaran yang dihasilkan terhadap biaya masukan yang dipakai untuk memproduksi keluaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hongren, dalam bukunya Akuntansi Biaya yang dialih bahasakan oleh Endah Susilaningtyas yang menyatakan bahwa: Produktivitas (Productivity) mengukur hubungan antara masukan yang secara aktual dipakai dan keluaran aktual yang dicapai. Makin rendah masukan untuk keluaran tertentu atau makin tinggi keluaran untuk masukan tertentu makin tinggi tingkat produktivitas (Hongren, 1999 : 946) Ukuran produktivitas kerja karyawan dapat dilakukan baik secara parsial maupun total. Produktivitas parsial yaitu membandingkan kuantitas dari keluaran yang dihasilkan dengan kuantitas dari masukan yang dipakai. Makin tinggi rasio, makin besar produktivitasnya. Sedangkan produktivitas total adalah mengukur gabungan produktivitas dari seluruh masukan untuk mnghasilkan keluaran dengan memperhitungkan harga relatif dari masukan. Produktivitas total adalah rasio 8 kuantitas keluaran yang dihasilkan terhadap kuantitas seluruh masukan yang dipakai, dimana masukan adalah gabungan berdasarkan harga periode berjalan. Menurut Helmi Roni dalam bukunya Akuntansi Biaya (1990 : 192) ”Produktivitas adalah jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja”. Hasil kerja yang dihasilkan oleh para pekerja merupakan produktivitas para karyawan dalam menghasilkan barang-barang maupun jasa untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya yang berjudul Manajemen Biaya(2001 : 953) ”Pengukuran operasional terhadap produktivitas adalah bahan baku, jam tenaga kerja dan orang yang diperkerjakan”. Perusahaan menetapkan pemberian insentif/bonus dengan pertimbangan bahwa motivasi seseorang yang paling utama adalah bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Produktivitas tidak hanya bergantung pada insentif/bonus sebagai pemotivasi tetapi dipengaruhi pula oleh sikap karyawan seperti tanggung jawab, disiplin kerja, efisiensi dan efektivitas, hasil kerja dan suasana kerja. Karyawan yang berkualitas adalah karyawan yang produktif, artinya bahwa dia dapat memberikan kontribusi laba yang lebih besar dari apa yang dia terima. Menurut Bambang Kussriyanto dalam bukunya Meningkatkan Produktivitas Karyawan mengemukakan bahwa: Tenaga kerja lazim dijadikan pengukur produktivitas, hal ini disebabkan: 1. Besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untukl pengadaan produk dan jasa. 2. Masukan pada sumber daya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan pada faktor-faktor lain seperti modal. 9 Menghitung berapa jumlah karyawan (lepas dari masalah perbedaan keterampilan dan intensitas kerja) dan jumlah jam kerja mereka jauh lebih mudah ketimbang mencari informasimengenai faktor-faktor produksi lainnya. Disamping itu, kemajuan teknologi yang mempermudah cara pembuatan barang berasal dan berkembang dari faktor tenaga kerja. (Kussriyanto,1993: 1) Berdasarkan uraian diatas maka Insentif/bonus mempunyai hubungan yang erat terhadap produktivitas tenaga kerja. Hal ini karena dengan pemberian insentif/bonus yang tepat para pegawai akan memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan. 1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini berupaya mengetahui dan menginterprestasikan hubungan antar variabel berdasarkan data dan informasi yang mendukung, sesuai dengan sifat permasalahan dan tujuan dilakukannya penelitian. Berdasarkan data dan informasi tersebut, penulis dapat melakukan analisis untuk mencapai kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Nazir (2003 : 57) studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dan keseluruhan persinalitas 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian sebagaimana yang diharapkan, dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Dalam usaha memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode 10 pengumpulan data secara langsung terhadap dokumen perusahaan untuk mendapatkan data yang lengkap, kuesioner atau angket-angket kepada pihakpihak yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, melalui interaksi dalam bentuk tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan objek penelitian kemudian dikumpulkan dengan cara mempelajari, meneliti dan mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian dan pengumpulan data pada PT. Pos Indonesia (Persero) Wahana Bakti di jalan Banda No. 30 Bandung. Penelitian ini dijadwalkan pada bulan Mei tahun 2006 sampai dengan bulan juni 2006. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Tentang Insentif/Bonus 2.1.1 Pengertian dan Jenis Insentif/Bonus Pengertian insentif/bonus menurut Andrew F. Sikula yang dialih bahasakan oleh Malayu Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, menyatakan bahwa: Incentives are motives and inducements design to enhance or improve or production (dorongan atau motif atau ajakan dalam bentuk tambahan pemberian untuk meningkatkan produksi). Insentif : tambahan pemberian atau balas jasa diluar gaji/upah yang diberikan kepada pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja. (Hasibuan,1990: 6) Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa insentif/bonus cenderung dimaksudkan untuk memberikan motivasi bagi karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. Sedangkan menurut Sarwoto dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, mengemukakan bahwa: Insentif sebagai suatu sarana motivasi yang dapat diberi batasan sebagai perangsang ataupun pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi. (Sarwoto,1991: 144) Berdasarkan pendapat di atas maka jelaslah bahwa insentif diberikan sebagai pemotivasi agar mereka dapat berpestesi dalam bekerja untuk perusahaan. 11 12 Adapun dasar pemberian insentif menurut Malayu Hasibuan adalah: Kuantitas dan kualitas kerja, profit yang ducapai perusahaan dan cost saving. 1. Kuantitas dan kualitas kerja Insentif/bonus diberikan bila seorang pekerja mampu mencapai atau melampaui kuantitas atau kualitas tertentu. 2. Profit yang dicapai perusahaan Insentif/bonus diberikan bila perusahaan mencapai jumlah keuntungan tertentu. 3. Cost saving Insentif diberikan bila seorang pekerja mampu melakukan penghematan untuk pekerjaan tertentu. Insentif dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penghematan yang dihasilkan. Agar pemberian insentif/bonus tersebut efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Insentif/bonus hendaknya mendorong standar prestasi yang disusun atas dasar penelitian gerak dan waktu, evaluasi jabatan, dan tingkatan jasa. 2. Penetapan insentif/bonus hendaknya mendorong pekerja untuk menaikkan produktivitas. 3. Hanya produk yang memenuhi standar kualitas yang akan memeperoleh insentif/bonus. 4. Program insentif/bonus memerlukan dukungan kemampuan administratif yang lebih tinggi, karena perhitungannya lebih rumit. 13 Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (1997 : 35), ada dua jenis insentif yaitu: “Insentif jangka pendek dan insentif jangka panjang”. Penjelasan dari kedua jenis insentif menurut Mulyadi adalah sebagai beikut : 1. Insentif Jangka Pendek Insentif jangka pendek pada umumnya berupa bonus, komisi, pembayaran per potong. Insentif jangka pendek biasanya berupa pembayaran tunai yang didasarkan atas kinerja yang diukur untuk periode satu tahun atau kurang. Penghargaan dapat didasarkan pada kinerja individu atau kelompok seperti tim kerja, pusat laba, atau perusahaan secara keseluruhan. Beberapa insentif jangka pendek dihitung secara langsung dengan suatu formula, seperti 2% dari pendapatan penjualan atau 10% dari laba. Beberapa insentif lain dihitung melalui dua langkah. Langkah pertama, dihitung bonus secara keseluruhan berdasarkan kinerja perusahaan atau kelompok dan kemudian ditransfer uang ke dalam bonus pool sebesar bonus yang dihitung tersebut. Bonus pool kemudian dibagikan kepada personel secara individual berdasar proses pemeringkatan (ranking) personel, personel yang memiliki kinerja lebih baik akan mendapatkan bonus lebih banyak. 2. Insentif Jangka Panjang Insentif jangka panjang didasarkan pada kinerja yang diukur selama jangka waktu lebih dari satu tahun. Penghargaan ini biasanya diberikan terbatas untuk tingkat manajemen puncak. 14 Kinerja yang umumya dipakai sebagai dasar penentuan insentif jangka panjang adalah variabel akuntansi seperti pertumbuhan laba per saham, return on equity, aset atau investment, yang diukur jangka waktu tiga sampai enam tahun. Ada dua macam penghargaan insentif jangka panjang yaitu performance plan dan stock option plan. Andrew F. Sikula yang dialihbahasakan oleh Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (1990 : 35) mengklasifikasikan insentif/bonus sebagai berikut: “Berdasarkan perorangan/kelompok dan Individual incentive” Pemberian insentif/bonus secara individual menurut Andrew F. Sikula dalam bukunya Manajemen sumber daya manusia (1990 : 36) yang telah dialihbahasakan oleh Hasibuan, dengan beberapa metode yaitu: general merit/seniority progression, sistem Insentif/bonus untuk tenaga operasional, sistem Insentif untuk tenaga manajer, group Incentives, plant-wide Incentive. Beberapa metode pemberian insentif/bonus tersebut penjelasannya sebagai beikut : 1. General merit/seniority progression Pemberian besarnya insentif dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara sistem prestasi dengan sistem senioritas. 2. Sistem Insentif/bonus untuk tenaga operasional Berdasarkan besarnya produksi atau waktu: a. Insentif/bonus menurut potongan (hasil) b. Insentif/bonus menurut waktu 15 1. Time worked 2. Time saved 3. Standard time 3. Sistem Insentif untuk tenaga manajer a. Bonus tunai, insentif dihitung atas laba/evaluasi individu b. Stock option, berupa tawaran untuk keikutsertaan untuk memiliki perusahaan c. Manajer diberi kesempatan untuk memiliki perusahaan baik diberi atau membeli d. Stock option, bonus diberikan berbentuk uang tunai seharga saham perusahaan e. Performance Objectives, insentif diberikan dalam bentuk saham atau uang tunai didasarkan atas peningkatan pendapatan yang dicapai perusahaan dibandingkan dengan target yang ditetapkan f. Sistem saran, insentif/bonus diberikan berdasarkan persentase tetap dari penghematan yang terjadi atau keuntungan yang dicapai pada tahun pertama setelah saran itu dilaksanakan 4. Group Incentives 1) Group Piece Rate Upah insentif diberikan berdasarkan satuan yang dihasilkan. 16 2) Production Sharing Insentif/bonus didasarkan pada persentase tetap dari penjualan yang terjadi setelah ada peningkatan produktivitas atau penghematan labor cost untuk suatu periode tertentu. 3) Profit Sharing Didasarkan pada persentase tetap dari laba atau deviden yang dibagikan. 4) Employee Stock Ownership Menberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut memilki perusahaan. 5. Plant-Wide Incentive Berdasarkan jenis atau bonus yang diberikan a. Direct incentive (money) b. Indirect incentive (goods) Menurut Sondang Siagian, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia insentif/bonus dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bonus individual terdiri dari: a) Piecework, yaitu insentif/bonus yang diberikan berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam unit produksi. Dasar perhitungannya adalah semakin banyak unit produksi yang mereka hasilkan, makin tinggi pula insentif/bonus yang diberikan. Bonus, insentif/bonus yang diberikan karena hal-hal berikut: 1. Karyawan dapat melebihi target produksi yang telah ditetapkan. 2. Terjadinya penghematan waktu. Komisi, yang diberikan sebagai penambah gaji pokok ataupun semata-mata hanya sebagai komisi saja. 17 1.Kurva kematangan, yaitu insentif/bonus yang diberikan dengan melihat prestasi kerja seorang karyawan yang lebih besar dari prestasi kerja normal. 2.Insentif bagi eksekutif, yaitu insentif diberikan bagi para eksekutif yang berkaitan dengan prestasi organisasi, bukan atas prestasi karyawan atau satuan kerja tertentu saja. 2. Insentif/bonus kelompok dapat berupa: a) Rencana Insentif Kelompok, diberikan jika perusahaan menghadapi persaingan, di mana kenaikkan produktivitas sangat tergantung dari kerja tim semua karyawan. Dengan adanya sebagian karyawan yang tidak prouktif akan berpengaruh keluar tidaknya insentif/bonus. b) Rencana bagi keuntungan, dalam hal ini organisasi perusahaan akan membagikan keuntungan yang diperolehnya kepada pekerja. c) Rencana pengurangan biaya, insentif/bonus diberikan jika terjadi penghematan biaya, sehingga kelebihan dari penghematan biaya tersebut akan dibagikan pada karyawan. (Siagian,1997: 68) 2.1.2 Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian Penerapan Insentif/bonus dalam sistem Penggajian terdari dari 3 indikator yaitu : sistem pemberian insentif/bonus, prinsip-prinsip pemberian insentif/bonus dan perhitungan pemberian insentif/bonus yang penjelasannya sebagai berikut : 2.1.2.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus Untuk lebih mendorong produktivitas kerja yang lebih tinggi, banyak organisasi yang menganut sistem insentif/bonus sebagai bagian dari sistem penggajian yang berlaku bagi karyawan organisasi. Berbagai sistem pemberian insentif/bonus yang dikenal dewasa ini dapat digolongkan dalam dua kelompok utama menurut Hasibuan dalam bukunya manajemen Sumber Daya Manusia (1990 : 6), yaitu individu dan kelompok yang penjelasannya sebagai beikut : 18 1. Individu yaitu sistem insentif/bonus pada tingkat individual atau perorangan dan pada tingkat kelompok yang berdasarkan prestasi kerja karyawan. Yang termasuk pada sistem individual adalah “piecework”, bonus produksi, komisi, dan insentif bagi para eksekutif 2. Kelompok Yaitu sistem insentif/bonus pada tingkat kelompok mencakup antara lain, insentif produksi, bagi keuntungan dan pengurangan biaya. Pemberian insentif/bonus dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada para karyawan untuk mendorong prestasi kerjanya untuk lebih giat lagi. Pemberian insentif/bonus dalam perusahaan diberikan kepada karyawan yang berprestasi pada pekerjaannya, arena motivasi kerja akan mendorong karyawan untuk meningkatkan prestasi kerjanya untuk mendapatkan upah dan insentif/bonus dari perusahaan yang memperkerjakannya. 2.1.2.2 Prinsip-prinsip pemberian Insentif/Bonus Dalam pelaksanaan program insentif/bonus haruslah berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh organisasi atau perusahaan yang tentunya sesuai dengan peraturan yang telah berlaku menurut tingkat atau jabatan sehingga insentif/bonus dapat diberikan sesuai dengan keinginan para karyawan tersebut merasa betah atau kerasan didalam melakukan pekerjaannya pada akhirnya dapat mencapai tujuan perusahaan semula. 19 Agar program insentif/bonus tersebut dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan, minimalnya sama dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk program insentif/bonus tesebut, maka terlebih dahulu harus menetapkan beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Henry Simamora dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, dimana prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Tunjangan karyawan haruslah memenuhi kebutuhan nyata 2. Tunjangan-tunjangan dibatasi kepada aktivitas-aktivitas dimana kelompok lebih efisien dari pada individu 3. Program tunjangan haruslah bercirikan fleksibilitas yang memadai untuk memungkinkan adaptasi terhadap berbagai kebutuhan karyawan 4. Jika perusahaan ingin meraih apresiasi dari penyediaan jasa-jasa karyawan, perusahaan haruslah melakukan program komunikasi yang ektensif dan terencana dengan baik 5. Biaya tunjangan haruslah bisa dikalkulasi dan ketentuannya haruslah dibuat atas pendanaan yang sehat (Henry Simamora, 1995: 479) Prinsip pertama, mengatakan perlunya pemuasan kebutuhan nyata. Walaupun begitu, seringkali tunjangan-tunjangan telah dijalankan hanya untuk mendapat sikap apatis ataupun penolakan karyawan. Ego para manajer telah menyebabkan mereka percaya telah mengetahui apa yang terbaik bagi karyawannya. Sikap apatis karyawan kadang-kadang berubah menjadi tuntutan agar kas yang dikeluarkan untuk tunjangan karyawan diberikan kepada mereka dalam cek gaji mereka. Prinsip kedua, manajer mengambil langkah kedepan pada saat menyadari bahwa seseorang mestilah menemui karyawan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan nyata karyawan yang paling akhir. Tunjangan-tunjangan yang diseleksi haruslah yang dapat ditangani sangat baik oleh pendekatan kelompok. 20 Prinsip ketiga, mengesankan bahwa tidak semua karyawan sama dalam hal persyaratan usia, status keluarga dan finansial. Perubahan yang terus berlangsung ditengah masyarakat menyebabkan beberapa persyaratan tunjangan menjadi usang. Prinsip keempat, perusahaan harus melakukan program komunikasi baik itu komunikasi langsung ataupun tidak langsung, yang tujuannya agar apresiasi perusahaan tercapai dengan cara adanya komunikasi baik itu antara para manajer atau atasan dengan para karyawan, maupun para karyawan dengan karyawankaryawan lainnya. Prinsip terakhir, adalah biaya-biaya tunjangan karyawan mestilah dapat dikalkulasikan dan pendanaannya mestilah disusun atas dasar yang sehat hal ini khususnya penting dalam masalah karyawan. Perkiraan penafsiran tunjangan asuransi haruslah dilakukan dan ketentuan-ketentuan yang mencukupi untuk pendanaannya haruslah disusun sebelum menawarkan jasa tersebut kepada karyawan. Dari uraian di atas pengelolaanya insentif/bonus memiliki kompleksitas yang tinggi, kegagalan dalam pengelolaannya akan berakibat tidak termutilasinya karyawan dalam bekerja. 2.1.2.3 Sistem Perhitungan Insentif/Bonus Masing-masing perusahaan mempunyai cara tersendiri dalam menetapkan sistem insentif/bonus bagi karyawannya. Tentunya hal ini disesuaikan dengan kondisi dari perusahaan itu sendiri. Menurut Supriyono dalam bukunya Akuntansi 21 Biaya (1994 : 152) sistem perhitungan insentf/bonus yang diberikan berdasarkan anggaran realisasi pendapatan dan biaya perusahaan per unit bisnis dua tahun terakhir dengan tujuan untuk membandingkan apakah ada hubungan antara penerapan insentif/bonus yang diberikan oleh perusahaan dengan jumlah produktivitas karyawan. Perhitungan insentif/bonus yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan golongan, tingkat dan jabatan karyawan yang bekerja pada perusahaan, pembagian insentif/bonus berdasarkan atas jumlah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan atas persentase insentif/bonus yang dibagikan oleh perusahaan kepada para karyawan. 2.1.3 Skema Kompensasi Insentif/Bonus Menurut Anthony Dearden dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen yang diterjemahkan oleh Agus Maulana, menyatakan bahwa: Dalam sistem pengendalian manajemen dikenal dengan apa yang dinamakan skema kompensasi. Skema kompensasi ini perlu dibentuk untuk mendorong prestasi yang tinggi dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam hasil keuangan dari prestasi mereka. (Maulana,1992: 286) Skema insentif secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu skema yang mengaitkan kompensasi dengan laba yang saat ini diperoleh perusahaan atau suatu unit dari perusahaan dan skema yang mengaitkan kompensasi dengan pencapaian jangka waktu yang lebih panjang, yang disebut skema insentif. 22 1. Skema bonus (skema kemampulabaan) Skema bagi laba yang dinamai skema bonus mempunyai dua karakteristik: a. Partisipasi dibatasi hanya pada manajer-manajer yang jenjangnya cukup tinggi dalam organisasi untuk dapat ikut mempengaruhi kebijakan. b. Besar bonus dihitung dengan suatu formula yang mengaitkan bonus tersebut dengan jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu. Semua skema bonus sampai batas tertentu harus didasarkan pada kemampulabaan total perusahaan. Skema bonus ini harus disetujui oleh pemegang saham, baik mengenai jumlah da yang akan dibagikan sebagi bonus, penentuan formula bonus, yaitu perhitungan mengenai bonus itu sendiri. Metode perhitungan bonus yang paling sederhana adalah dengan menetapkan persentase bonus dari target penjualan dan laba bersih. Meskipun cara ini dianggap kurang tepat, namun dapat diterapkan jika perusahaan menetapkan bonus apabila tingkat laba tertentu diperoleh atas modal. Metode lain dalam perhitungan bonus adalah dengan mendasarkan bonus atas kenaikkan kemampulabaan dibandingkan tahun sebelumnya. Bonus dihitung atas kemampulabaan perusahaan relatif terhadap kemampuan laba industri, dan kemampulabaan yang diperoleh divisi. Formula bonus juga harus memperhitungkan beberapa atau semua faktor di bawah ini: 23 1. Apa saja komponen, jika ada, yang harus dikeluarkan dari angka laba. 2. Besar maksimum dana untuk bonus. 3. Apakah perlu menggunakan skala geser, misalnya menggunakan persentase yang berbeda untuk tingkat laba yang berbeda. Setelah formula bonus diperoleh, maka untuk pendistribusian bonus secara individual dapat dilakukan dengan cara: 1. Menetapkan persentase tertentu dari gaji dasar, yaitu membagi bonus total terhadap total gaji eksekutif yang berhak. 2. Menetapkan persentase yang berbeda, makin tinggi gaji, makin besar persentase bonus terhadap gaji. Kelebihan dari metode ini memberikan kompensasi insentif yang relatif lebih besar bagi para eksekutif yang mempunyai pengaruh lebih besar atas kemampulabaan. 3. Penetapan sistem poin bonus. Sistem ini memiliki beberapa variasi, tapi aspek utamanya adalah penetapan sejumlah poin (nilai) bonus atas setiap posisi (pekerjaan atau tugas). Satu poin bonus menggambarkan satu bagian tertentu dari total dan bonus. Sistem poin bonus cenderung lebih fleksibel daripada metode berdasarkan gaji karena sistem ini diterapkan sesuai dengan dampak langsung dari suatu posisi atas kemampulabaan perusahaan. Pada perusahaan-perusahaan dengan pusat laba, manajemen harus memusatkan apakah bonus manajer-manajer divisi harus didasarkan atas laba keseluruhan perusahaan, laba divisi, atau kombinasi dari keduanya. 24 Pada umumnya skema bonus divisi tergantung pada macam bisnis. Pada jenis-jenis kapitalis-ventura akan lebih praktis untuk memberlakukan skema yang berbeda-beda bagi masing-masing divisi atau anak usaha mendasarkan pada kemampulabaan absolut, memutuskan bonus untukmenurut formula, dan mendasarkan bonus sepenuhnya pada laba divisi. Perusahaan yang didominasi oleh produk sebaliknya akan cenderung memberlakukan skema tunggal untuk semua divisi, mendasarkan formula bonus pada laba akrual dibandingkan dengan anggaran, menggunakan beberapa pertimbangan manajemen dalam menetapkan imbalan bonus, dan memberikan bonus sebagian atau dasar laba perusahaan. Seperti halnya sistem-sistem perusahaan, tujuan yang akan dicapai hendaklah penyusunan sistem yang paling cocok dengan karakteristik industri, perusahaan, dan kelompok eksekutif. 2. Skema Insentif Jangka Panjang Jika skema bagi laba memberikan imbalan bagi karyawan karena pencapaian sasaran kemampulabaan berjalan, sebaliknya skema insentif jangka panjang dirancang untuk menghargai prestasi selama kurun waktu yang lebih panjang. Skema didasarkan atas pertumbuhan nilai saham biasa perusahaan. 2.2 Sistem Penggajian Dalam menjalankan sistem penggajian terdapat prosedur-prosedur yang harus dijalankan oleh perusahaan diantaranya: 25 1. Prosedur Pencatatan Waktu Prosedur pencatatan waktu meliputi aktivitas pencatatan waktu hadir diperusahaan yang terdiri dari: a. Pencatatan waktu hadir (Attendance Time Keeping), yaitu pencatatan kehadiran pegawai selama satu periode dengan menggunakan kartu hadir (Clock Card). b. Pencatatan waktu kerja (Shop Time Keeping), yaitu pencatatan jumlah jam kerja yang dilakukan karyawan Laporan waktu kerja diperoleh dari: 1. Daftar Waktu (Time Sheet) 2. Kartu atau Tiket Kerja (Job Card) yang diisi oleh petugas pencatat waktu 3. Atau kombinasi catatan waktu kehadiran dan waktu kerja 2. Prosedur Pembuatan Daftar Gaji Merupakan fungsi bagi pembuat daftar gaji karyawan untuk menghitung gaji yang harus dibayarkan kepada masing-masing pegawai, adapun perincian kegiatan penetapan gaji sebagai berikut: a. Mengumpulkan catatan waktu kehadiran dari masing-masing pegawai dari kartu jam kehadiran waktu yang diperoleh itu terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Waktu Kerja Biasa (Straight Time) 2. Waktu Kerja Lembur (Overtime) b. Selanjutnya membuat daftar gaji dengan mencantumkan nama karyawan, pangkat, gaji pokok dan bagian susunan keluarga. 26 c. Mengumpulkan data untuk pembayaran berdasarkan insentif. Umumnya didasarkan pada data antara lain: 1. Tunjangan Perusahaan 2. Tunjangan Kesehatan 3. Tunjangan Istri dan Anak 4. Tunjangan Transport 5. Tunjangan Pensiun 6. Tunjangan Lain-lain d. Menghitung semua pajak penghasilan, pengurangan-pengurangan untuk With Holding Tax, pinjaman pegawai, asuransi, dan lain-lain, kemudian dicatat dalam daftar gaji. 3. Prosedur Pembayaran Gaji Prodesur pembayaran gaji dilakukan setelah proses pembuatan daftar gaji dijalankan sesuai dengan proses diatas, kemudian dilanjutkan dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pembayaran gaji, membuat formulir dan laporan yang telah ditetapkan dalam peraturan perusahaan, membuat catatan (Jurnal Entry), dan berbagai formulir, dilakukan dengan tahap sebagai berikut: a. Membuat daftar gaji. b. Membuat daftar cek pembayaran atau amplop gaji pembayaran atau cek gaji. Jika pembayaran gaji dilakukan secara tunai, maka disusun kebutuhan bermacam-macam uang logam dan pecahan uang kertas yang akan dimasukan kedalam amplop gaji. 27 c. Membuat daftar Earning Statment, yaitu suatu penjelasan tentang perhitungan gaji yang diberikan kepada masing-masing pegawai, yaitu setelah dihitung gaji kotor, Allowance dan potongan-potongan. d. Membuat daftar Employee Earning Record, yaitu daftar gaji pada suatu masa yang dibayarkan pada pegawai tersebut. e. Membuat formulir-formulir yang diperlukan untuk berbagai kepentingan sesuai dengan ketentuan. f. Membuat statistik tentang gaji. Dapat ditarik suatu pandangan dari uraian diatas bahwa prosedur-prosedur ini tidak terlepas dari penyelenggaraan arsip yang memadai tentang gaji, dimana arsip yang berhubungan dengan pegawai yaitu aspek-aspek hukum pembuatan daftar gaji karena pembayaran gaji berhubungan dengan UU Sosial dan UU Perpajakan. Sedangkan pembayaran pajak ini ada yang dibebankan kepada pemberi kerja dan ada yang dibebankan kepada pekerja. 2.2.1 Organisasi Fungsi Penggajian Organisasi disini dimaksudkan dengan pembagian fungsi yang berkaitan dengan siklus penggajian, dan bagaimana secara organisasi pembagian fungsi untuk diamati dan diikuti jalur pelaksanaan fungsinya demi kelancaran maupun mempermudah pengawasannya. Sehubungan dengan ini La Midjan menguraikan organisasi fungsi penggajian sebagai berikut: Adapun bagian-bagian yang tercatat dalam kegiatan fungsi penggajian khususnya perusahaan menengah dan besar adalah: 28 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagian Personalia (Employment Departement) Bagian Pencatataan Waktu (Time Keeping Departement) Bagian Akuntansi Umum (General Accounting Departement) Bagian Akuntansi Upah (Payroll Accounting Departement) Bagian Kasir (Traesurer Departement) Bagian Akuntansi Biaya (Cost Accounting Departement) (La Midjan, 1994:262) 2.3 Produktivitas Karyawan 2.3.1 Pengertian produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). John R Schermerhorn Jr dalam bukunya Management Accounting memberikan difinisi produktivitas sebagi berikut: Productivity is a summary measure of the quantity and quality of work performance with resource utilization considered. It can be measured at the level of the individual, group or organization from manager perspective, productivity in all cases or failure in producing goods and service in quantity, of qulity, and with a good use of resources. (Schermerhorn Jr,1986: 16) Definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa produktivitas merupakan ukuran dari kuantitas dan kualitas pelaksanaan suatu kegiatan dengan memperhatikan sumber daya yang dimanfaatkan. Definisi tersebut mengandung makna bahwa produktivitas merupakan suatu ukuran kinerja yang luas. Produktivitas mengidentifikasikan keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa yang dimanfaatkan. Pencapaian produktivitas perlu didasarkan atas kesadaran untuk melaksanakan kegiatan dengan efektifitas dan efisiensi yang tinggi, dengan tetap 29 memperhatikan tingkat kepuasan tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan. Tanpa memperhatikan efektifitas dan efisiensi maka dalam pelaksanaan kegiatan cenderung terjadi pemborosan dalam pemakaian sumber dayas perusahaan. Efisiensi menggambarkan tingkat kepuasan pencapaian output dari ukuran sumber daya yang dimanfaatkan. Demikian pula halnya dengan kepuasan tenaga kerja, bahwa kepuasan tenaga kerja akan menjadi motivasi untuk menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi. Hongren dalam bukunya Akuntansi Biaya yang diterjemahkan oleh Endah Susilaningtyas mengemukakan sebagai berikut: Prodektivitas (productivity) mengukur hubungan antara masukan yang secara aktual dipakai dan keluaran aktual yang dicapai. Makin rendah masukan untuk keluaran tertentu atau makin tinggi keluaran untuk masukan tertentu maka makin tinggi tingkat prodtivitas. (Hongren,1999: 946) Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pada prinsipnya produktivitas merupakan suatu perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan jumlah sumber daya atau masukan yang digunakan. Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya Akuntansi Biaya mengemukakan produktivitas sebagai berikut: Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. 1. Secara filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental dalam berusaha agar selalu meningkatkan mutu kehidupan sehingga akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan kemampuan kerja ditingkatkan. 2. Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu. 3. Tehnik operasional, mengandung makna peningkatan produktivitas yang tepat berwujud dalam empat bentuk, yaitu: 30 c. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dan/atau d. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang dan/atau. e. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama dan/atau. f. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. (Simanjuntak,1985: 30) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan suatu perbaikan sikap mental manusia untuk meningkatkan kehidupannya dan dapat diartikan juga sebagai perbandingan antara output dan input 2.3.2 Pengertian produktivitas Karyawan Tenaga kerja merupakan salah satu masukan (input) terpenting dalam menghasilkan barang atau jasa. Produktivitas tenaga kerja akan sangat menentukan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan, dan terjadinya efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya lainnya. Menurut Usry dan Hammer dalam bukunya Akuntansi Biaya (1996 : 288) yang diterjemhkan oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibiwa mengatakan bahwa: “Produktivitas pekerja adalah ukuran prestasi produksi dengan menggunakan usaha manusia sebagi tolok ukur. Produktivitas adalah sejumlah barang dan jasa yang dihasilkan seorang pekerja”. Sedangkan Bambang Kussriyanto dalam bukunya Meningkatkan Produktivitas Karyawan (1993 : 2) mengatakan bahwa: “Produktivitas tenaga 31 kerja adalah prbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu”. Dari kedua pendapat tersebut di atas dijelaskan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh prestasi kerja yang bersangkutan dan banyaknya barang dan jasa yang duhasilkan seorang tenaga kerja akan menjadi indikator tyingkat produktivitas tenaga kerja. Sumber daya tenaga kerja merupakansalah satu sumber daya yang dimanfaatkan untuk menghasilkan barang dan jasa, oleh karena itu efisiensi dalam mengubah sumber daya tenaga kerja akan menghasilkan produktivitas tenaga kerja yang lebih baik. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi, oleh karena itu produktivitas tenaga kerja merupakan kontribusi yang diberikan oleh tenaga kerja terhadap produktivitas perusahaan. 2.3.3 Unsur-unsur Penilaian Produktivitas Karyawan Unsur-unsur di nilai dalam produktivitas kerja karyawan menurut Henry Simamora dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2004 : 124) antara lain sebagai berikut : 1. Tanggung Jawab Penilaian menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijakssanaanny, pekerjaan, dan hasil kerjanya. 2. Disiplin Kerja Penilaian melilai disiplin kerja karyawan dalam memenuhi peraturanperaturan yang ada dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang di berikan kepadanya. 32 3. Motivasi Penilaian menilai motivasi untuk mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik lagi dalam pekerjaan 4. Efisiensi dan Efektivitas Penilaian menilai efisiensi dan efektivitas kerja karyawan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. 5. Kerja Sama Penilaian menilai kesediaan karyawan itu perpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya. 6. Prestasi kerja Penilaian menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan tersebut dari uraian pekerjaanya. 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan Banyak faktor yang mempengaruh produktivitass kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip oleh Sedarmayanti, dalam bukunya Sumber Daya dan Produktivitas (2001 : 71) terdapat enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu: Sikap kerja, tingkat keterampilan, hubungan antara tenaga kerja dengan pimpinan perusahaan, manajemen produktivitas, efisiensi tenaga kerja dan kewirausahaan. 33 1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran, dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim. 2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi dan keterampilan dalam tehnik industri. 3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan perusahaan, yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan perusahaan dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkungan pengawaan mutu dan panitia-panitia mengenai kerja unggul. 4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber-sumber dan sistem-sistem kerja untuk mencapai tujuan. 5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha. (Sedarmayanti,2001 : 71) Disamping hal di atas, terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Sedarmayanti dalam bukunya Sumber Daya dan Produktivitas (2001 : 73) , diantaranya adalah: 1. Sikap mental, berupa motivasi, disiplin kerja, etika kerja 2. Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. 3. keterampilan Apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja yang baik. Pegawai akan manjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan (ability) dan pengalaman (experience). 34 4. Manajemen Manajemen yang tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif. 5. Hubungan Industri Pancasila Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila, maka akan: a. Menciptakan ketenagakerjaan dan memberikan motivasi kerja secara produktif. b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas. c. Meningkatkan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas. 6. Tingkat Penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 7. Gizi dan Kesehatan Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka mereka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. 35 8. Jaminan Sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya, dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial pagawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangnan bekerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. 9. Lingkungan dan iklim kerja lungkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik menuju ke arah peningkatan produktivitas. 10. Sarana Produksi Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai. 11. Teknologi Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka akan memungkinkan: a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi. b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu. c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat mendukung peningkatan produktivitas. 36 12. Kesempatan Berprestasi Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. 2.4 Hubungan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian dengan Produktivitas Karyawan Dengan adanya sistem insentif/bonus yang baik dalam suatu perusahaan, maka diharapkan karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Apabila karyawan merasa puas dengan imbalan yang diperolehnya, maka diharapkan karyawan akan meningkatkan produktivitas kerjanya, sehingga akan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan yang mengarah atau menyalurkan perilaku ke aras mencapai kebutuhan yang memberikan kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Motivasi karyawan tergantung pada kuat lemahnya motif. Motif di sini ada kalanya diartikan sebagi kebutuhan, keinginaan, dorongan, gerak hati dalam diri seseorang. Motivasi kerja sangat diperlukan karena karyawan didalam perusahaan adalah manusia (individu) sudah pasti memiliki identifikasi tersendiri menurut Sarwoto dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen (1991 : 145) anatra lain sebagai berikut: 37 1. Sikap laku/penampilan 2. Kebutuhan 3. Keinginan 4. Cita-cita 5. Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk untuk keadaan aslinya 6. Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam, maka ini akan membawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut dalam melaksanankan pekerjaannya. Begitu pula pengusaha mempunyai latar belakang yang berlainan. Pada hakekatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena perbedaan kepentingan. Maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencapai tujuan yang sama dalam rangka kelangsungan usaha yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada PT. Pos Indonesia (Persero). Adapun yang menjadi objek penelitian penulis adalah penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dan produktivitas karyawan di PT. Pos Indonesia (Persero). Lokasi perusahaan terletak di Jalan Banda No. 30 Bandung. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif dan metode studi kasus. Menurut Nazir (2003: 57), studi kasus adalah suatu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atas khas dari keseluruhan personalitas. Suatu penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Menurut Nazir dalam bukunya Metodologi Penelitian (2003: 54), mengatakan bahwa “Metode deskriptif merupakan suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan penelitian dengan metode deskriptif ialah membuat deskriptif gambaran/lukisan secara sistematis, faktual 38 39 dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data penelitian yang diperoleh penulis akan dianalisis untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari. Sedangkan analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode statistik yang relevan untuk menguji hipotesis. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih, yaitu “Hubungan Penerapan Insentif/Bonus dalam sistem Penggajian dengan Produktivitas Karyawan”, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel Independen Variabel independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, bahkan variabel independen merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel lainnya, dimana dalam hal ini variabel independen (X) adalah penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian, dengan indikator adanya sistem pemberian insentif/bonus, prinsip-prinsip pemberian insentif/bonus dan perhitungan pembagian insentif/bonus. 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel tidak bebas yang artinya, variabel tersebut merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang dihasilkan oleh variabel 40 independen, dimana dalam hal ini variabel dependen (Y) adalah produktivitas karyawan dengan indikator tanggung jawab, disiplin kerja, motivasi, efisiensi dan efektivitas, hasil kerja, prestasi kerja. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Independen (X) dan Variabel Dependen (Y) Variabel Indikator Skala Pengukuran Variabel Independen (X) Penerapan Insentif/Bonus dalam sistem Penggajian 1. Sistem pemberian Ordinal insentif/bonus 2. Prinsip-prinsip pemberian insentif/bonus 3. Sistem perhitungan insentif/bonus Variabel Dependen (Y) Produktivitas Karyawan 1. Tanggung jawab 2. Disiplin kerja 3. Motivasi 4. Efisiensi dan efektivitas 5. Hasil kerja 6. prestasi kerja Sumber : Hasibuan, (1990 : 6 – 36 ) Usry dan Hammer, (1996 : 288) Ordinal 41 3.2.3 Rancangan Pengujian Hipotesis Sesuai dengan hipotesis kerja yang penulis gunakan, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan hubungan suatu variabel terhadap variabel lainnya. Rancangan pengujian hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan hipotesis 2. Pemilihan tes statistik dan pengujian hasil tes statistik 3. Penetapan tingkat signifikansi 3.2.3.1 Penetapan Hipotesis Penelitian Rancangan hipotesis ini berkaitan dengan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel X terhadap variabel Y. hipotesis nol (Ho) yaitu suatu hipotesis yang diformulasikan untuk ditolak dan hanya menunjukkan sesuatu yang sama. Hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis penelitian dari penulis. Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) dinyatakan sebagai berikut: Ho : Penerapan Insentif/Bonus dalam Sistem penggajian tidak mempunyai hubungan dengan Produktivitas Karyawan Ha :Penerapan Insentif/Bonus dalam Sistem penggajian mempunyai hubungan dengan Produktivitas karyawan 3.2.3.2 Pemilihan Tes Statistik dan Pengujian Hasil Tes Statistik Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistika non parametrik, karena teknik ini sesuai dengan data-data ilmu sosial dan dapat digunakan bukan untuk 42 skor eksak dalam pengertian keangkaan melainkan semata-mata merupakan tingkatan/rank serta sesuai untuk pengujian dengan sampel kecil. Dari beberapa teknik pengujian non parametrik yang ada, penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengujian korelasi Rank Spearman, yang merupakan salah satu pengujian non parametrik yang ada dengan alasan penggunaan teknik pengujian ini merupakan asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurangkurangnya dalam skala ordinal, sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat dirangking dalam rangkaian berturut-turut (Siegel, 1997: 250) Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: N rs = 1 − 6∑ d 12 i =1 N3 − N Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman, yang menunjukkan keeratan hubungan antara unsur-unsur (variabel X dan variabel Y) d 1 = Selisih rank data variabel X dan variabel Y N = Banyaknya subjek yang diteliti (Siegel, 1997: 253) Dari koefisien yang dihasilkan, dapat diinterpretasikan derajat hubungan antara kedua variabel yang disajikan dalam tabel berikut ini: 43 Tabel 3.2 Derajat Hubungan Antara Variabel Koefisien Korelasi Kekuatan Hubungan Kurang dari 0,20 Hubungan rendah; lemah sekali 0,20 – 0.40 Hubungan rendah tapi pasti 0,40 – 0.70 Hubungan cukup berarti 0,70 – 0,90 Hubungan tinggi; kuat Lebih dari 0,90 Hubungan sangat tinggi; kuat sekali Sumber: Jalaludin Rahmat, 1995: 23 Menurut Siegel (1997: 256), apabila dalam penelitian terdapat dua faktor atau lebih skor yang sama untuk masing-masing variabel, maka perlu ada faktor koreksi dalam perhitungan rs yaitu: T = t3 − t 12 Di mana t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu ranking tertentu. Dalam kondisi tersebut, untuk menghitung Rank Spearman digunakan rumus sebagai berikut: ∑ x + ∑ y − ∑d = 2 ∑x ∑y 2 rs 2 2 2 2 Dengan ketentuan: N3 − N ∑ x = 12 − ∑ Tx 2 ∑ y2 = N3 − N − ∑ Ty 12 (Siegel, 1997: 256-257) 44 3.2.3.3 Penetapan Tingkat Signifikansi Untuk dapat mengetahui tingkat signifikasi Hubungan Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian dengan Produktivitas Karyawan dan menarik kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan, maka dilakukan uji t dua pihak dengan α = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji t dengan rumus : t= r n−2 1− r2 Dimana : t = nilai uji t r = nilai koefisien korelasi n = banyaknya sample 3.2.4 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Pemberian skor (nilai) setiap pernyataan pada tiap kuesioner. Kuesioner ditetapkan berdasarkan lima penilaian yaitu : 1. Jawaban A dirancang dengan kriteria Sangat Memadai Sekali, memiliki bobot nilai 5. 2. Jawaban B dirancang dengan kriteria Sangat Memadai, memiliki bobot nilai 4. 3. Jawaban C dirancang dengan kriteria Memadai, memiliki bobot nilai 3. 45 4. Jawaban D dirancang dengan kriteria Tidak Memadai, memiliki bobot nilai 2. 5. Jawaban E dirancang dengan kriteria Sangat Tidak Memadai, memiliki bobot nilai 1. Pembobotan ini dilakukan dengan skala likert karena data yang diperoleh dalam penelitian berskala ordinal sehingga dapat membuat rangking b. Kemudian pada setiap kuesioner, skor yang diperoleh dari pernyataan yang merupakan indikator variabel-variabel dijumlahkan, hal yang sama dilakukan untuk variabel Y. c. Dari hal tersebut akan diperoleh pasangan data yang diteliti. Jika pendapat N responden maka di dapat (X1, Y1), (X2, Y2).......(XN, YN). Kemudian dari perhitungan skor kuesioner tersebut dapat ditentukan masing-masing nilai variabel apakah sudah memenuhi kriteria yang ada atau belum. Hal tersebut dapat diketahui dengan cara menentukan kelas interval, yaitu skor jawaban tertinggi dikurangi skor jawaban terendah dibagi banyaknya kelas pengelompokkan. Pengelompokkan dibagi 5 kelompok, dengan maksud mempermudah pengklasifikasian. Hal tersebut secara rumus dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai insentif/bonus Total skor tertinggi-total skor terendah Banyaknya kelas penerapan 46 Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari: Kuesioner x sampel (n) x skor tertinggi Skor tertinggi = 12 x 10 x 5 Total skor tertinggi = 600 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari: Kuesioner x Sampel (n) x skor terendah Skor terendah = 12 x 10 x 1 Total skor terendah = 120 Sehingga diperoleh kelas interval untuk variabel X adalah: = 600-120 5 = 96 Dengan demikian dapat diperoleh klasifikasi yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.3 Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai penerapan insentif/bonus Nilai Kriteria 120 – 215 Tidak baik 216 - 311 Kurang baik 312 - 407 Cukup baik 408 - 503 Baik 504 – 600 Sangat baik Sumber: Hasil perhitungan 47 2. Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai produktivitas karyawan Total skor tertinggi-total skor terendah Banyaknya Kelas Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari: Kuesioner x Sampel (n) x Skor tertinggi Skor tertinggi = 12 x 10 x 5 Total skor tertinggi = 600 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari: Kuesioner x Sampel (n) x Skor terendah Skor terendah = 12 x 10 x 1 Total skor terendah = 120 Sehingga, diperoleh kelas interval untuk variabel Y adalah: = 600-120 5 = 96 Dengan demikian dapat diperoleh klasifikasi yang disajikan dalam tabel berikut: 48 Tabel 3.4 Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai produktivitas karyawan Nilai Kriteria 120 – 215 Tidak baik 216 - 311 Kurang baik 312 - 407 Cukup baik 408 - 503 Baik 504 – 600 Sangat baik Sumber: Hasil perhitungan 3. Deskripsi Tanggapan Responden Pada bagian ini akan dibahas mengenai tanggapan responden untuk masing-masing indikator. Hasil jawaban responden kemudian diolah untuk memperoleh skor tiap pertanyaan dengan menggunakan weighted mean score. Skor dan persentase yang diperoleh kemudian dianalisa dengan kriteria dimana kategori diperoleh dengan membagi interval 0 – 100% berdasarkan skala yang telah ditetapkan, yaitu 1 – 5. kategori pertama diperoleh dengan membagi 100% dengan 5, sehingga diperoleh batas terendah 20%, selanjutnya membagi 80% dengan 5 dan diperoleh 16%. Tiap batas kemudian ditambahkan dengan batas tersebut (16%). Berdasarkan perhitungan tersebut, maka kriteria yang ditetapkan adalah: 49 Tabel 3.5 Kriteria Skor Jawaban Kriteria Skor Jawaban (%) Kriteria 20 - 35 Tidak Baik 36 - 51 Kurang Baik 52 - 67 Cukup Baik 68 - 83 Baik 84 - 100 Sangat Baik Sumber: Hasil Perhitungan 3.2.5 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data 3.2.5.1 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data tersebut di atas, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Kuesioner, yaitu pengambilan data dengan cara membuat daftar pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang terlibat secara tertulis, untuk memperoleh keterangan mengenai masalah yang diteliti secara tertulis dengan alternatif jawaban yang tersedia. 2. Dokumentasi, yaitu data yang tercantum pada perusahaan, berupa laporan dari kejadian-kejadian yang telah ada di perusahaan, serta buku-buku penunjang lainnya. 50 3.2.5.2 Sumber Data Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data yang digunakan, yaitu: 1. Data primer Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi (2003: 156), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. 2. Data sekunder Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi (2003: 156), data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Perusahaan PT Pos Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa Pos dan Giro bagi masyarakat di dalam maupun di luar wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas (PT). 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perkembangan di masa pemerintahan Republik Indonesia, PT. Pos Indonesia (Persero) mengalami beberapa kali perubahan bentuk usaha yang meliputi: 1. Dinas Pos sebagai Jawatan (1864) Pada tahun 1864 Dinas Pos sebagai Jawatan berada di bawah pengawasan Directur Producten en civiele Magaezijnen. Pengawasan ini beralih pada tahun 1967, yaitu kepada Departemen Pangreh Praja. Berdasarkan Stbl. 1867 Nomor 4, Dinas Pos disatukan dengan Dinas Telegraf yang tetap berstatus Jawatan dengan nama Post en Telegraafdiens in Ned Indie, sementara penggabungannya sendiri baru terlaksana pada tahun 1884 berdasarkan Stbl. 1884 Nomor 52 Jawatan Pos dan Telergaf disatukan dengan Jawatan Telepon. Pada tahun 1906 dengan berdasarkan ketetapan Stbl. Nomor 395, disebut Pos Telegraaf en Telefoondenst (PTT) 51 52 2. Dinas Pos sebagai Perusahaan ICW (1906) PTT termasuk perusahaan ICW (Indische Coptabilities Wet) karena cara kepengurusan dan pertanggungjawaban keuangannya berada di bawah ICW. Selain itu juga merupakan kesatuan organisasi produksi yang diselenggarakan pemerintah, tidak bersifat komersial, berfungsi sebagai lembaga pemerintah yang anggaran belanjanya menjadi satu dengan anggaran belanja departemen yang membawahinya. 3. Dinas Pos sebagai Perusahaan IBW (1913-1961) Pada tahun 1913, berdasarkan Stbl. 1913 Nomor 524 PTT diubah statusnya menjadi perusahaan IBW (Indische Bedrijen Wet) karena sebagai perusahaan ICW dianggap kurang lincah dan kurang cepat. Perusahaan IBW diatur dengan Stbl. 1938 Nomor 445, lalu diubah dengan undang-undang Nomor 12 tahun 1995. Pengawasan barang dan uang perusahaan IBW dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan, sementara anggaran belanja perusahaan masuk ke dalam anggaran belanja Negara yang disahkan oleh DPR. 4. Dinas Pos sebagai Perusahaan Negara (1961-1965) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) Nomor 19 tahun 1960 semua perusahaan yang modalnya merupakan kekayaan negara, menjadi perusahaan negara, termasuk jawatan PTT yang disebut dalam perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN. POSTEL) tercantum dalam lembaran Negara tahun 1961 Nomor 306. Hak dan kewajiban, perlengkapan serta usaha dari 53 jawatan PTT beralih kepada PN. POSTEL berkedudukan dan berkantor pusat di Bandung dan mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Segala hukum Indonesia yang berlaku pada perusahaan ini, sementara lapangan usahanya di bidang penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi. 5. Dinas Pos sebagai Perusahaan Negara Pos dan Giro (1965-1978) Pada tahun 1965 agar PN. POSTEL mencapai daya guna dan daya gerak setinggi-tingginya, maka didirikan PN. POS yang terpisah dari PN. Telekomunikasi, masing-masing dengan PP yang berlainan PN. POS dan Giro adalah badan hukum yang bergerak melakukan usaha-usaha dalam lapangan penyelenggaraan Pos dan Giro. Kantor pusatnya berkedudukan di Bandung dengan pertimbangan telah ada kantor dan perlengkapan lainnya. Tujuan pendiriannya untuk turut membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kepentingan masyarakat dan ketentraman serta ketenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. 6. Dinas Pos sebagai Perum Pos dan Giro (1978-20 juni 1995) Selanjutnya sesuai dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 yang menetapkan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi Perjan, Perum dan Persero maka status PN. Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro, berdasarkan PP Nomor 9 tahun 1978, dengan PP Nomor 3 tahun 1983 ditetapkan cara pengawasan dan pembinaan Perjan, Perum dan Persero. Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan baru ini PP Nomor 9 tahun 1978 yang mengatur tentang 54 Perusahaan Umum Pos dan Giro telah diganti dengan PP Nomor 24 tahun 1984. 7. Dinas Pos sebagai PT. Pos Indonesia (sejak 20 juni 1995-sekarang) Berdasarkan PP Nomor 5 tahun 1995 tanggal 27 Februari 1995, Perum Pos dan Giro berubah status menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) sejak tanggal 20 Juni 1995 dengan Akta Notaris Sutjipto, SH. Nomor 89 tanggal 21 September 1998 dan Nomor 111 tanggal 28 Oktober 1998. perusahaan Perseroan (Persero) PT. Pos Indonesia berkedudukan dan berkantor pusat di Bandung. Pada pasal Akta Notaris tersebut diterangkan: 1) Tujuan perseroan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia, dalam rangka turut melaskanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah. 2) Lapangan usahanya adalah penyelenggaraan dan pelayanan pos dan giro, serta usaha-usaha lainnya yang menunjang pengelenggaraan usaha jasa pos dan giro sesuai dengan peraturan perundang-undangaan yang berlaku. 3) Perencanaan pembangunaan dan pengembangan pelayanan, sarana dan fasilitas pelayanan pos dan giro. 4) Melakukan kerjasama dengan badan lain atau pihak lain dalam maupun luar negeri di bidang pembangunaan, pengembangan operasional, keuangan, sumber daya manusia, perencanaan dan penelitian atau di bidang lain yang dianggap perlu untuk menunjang 55 usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Perseroan dapat mendirikan atau menjalankan anak perusahaan dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha. 6) Modal perusahaan perseroan yang ditempatkan dan disetor pada saat pendiriannya berasal dari kekayaan negara yang tertanam, dalam Perusahaan Umum Pos dan Giro. 7) Modal dasar perusahaan perseroan terdiri atas saham-saham sesuai dengan PP Nomor 12 tahun 1969 sebagaimana telah diubah PP Nomor 24 tahun 1972. 8) Neraca pembukuan perusahaan perseroan ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT Pos Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lingkungan departemen perhubungan yang dipimpin oleh satu Direksi yang bertanggungjawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Struktur organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) didasarkan pada Surat Keputusan Direksi PT. Pos Indonesia (Persero) Nomor 28 A/DIRUT/1999 tentang organisasi dan tata kerja PT. Pos Indonesia (Persero) disusun dalam tiga tingkat, yaitu: 1. Struktur Organisasi Tingkat Pusat 2. Struktur Organisasi Tingkat Wilayah 56 3. Struktur Organisasi Tingkat Unit Pelaksanaan Tehnis (UPT) Di bawah akan diuraikan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan uraian tugas dari masing-masing tingkat. A. Struktur Organisasi Tingkat Pusat PT. Pos Indonesia (Persero) Struktur Organisasi Tingkat Pusat PT. Pos Indonesia (Persero) terdiri dari: 1. Direktorat Operasi Direktorat Operasi dipimpin oleh seorag Direktur Operasi. Direktur Operasi mempunyai tugas membina dan mengendalikan pelayanan jasa komunikasi, logistik serta jasa keuangan/keagenan dan filateli, baik untuk hubungan di dalam negeri maupun di luar negeri. 1. Sub Direktorat Bina Operasi (1) Bagian Jaringan Lalulintas (2) Bagian Jaringan Layanan 2. Sub Direktorat Bina Mutu Layanan (1) Bagian Standar Layanan (2) Bagian Kendali Mutu (3) Bagian Pengembangan Mutu 3. Unit Bisnis Komunikasi (1) Bagian Target dan Kenrja Bisnis Komunikasi (2) Bagian Pemasaran Bisnis komunikasi 4. Unit Bisnis Logistik (1) Bagian Target Bisnis Kinerja Bisnis Logistik (2) Bagian Pemasaran Bisnis Logistik 57 5. Unit Bisnis Keuangan dan Keagenan (1) Bagian Target dan Kenerja Bisnis Keuangan dan Keagenan (2) Bagian Pemasaran Bisnis Keuangan dan Keagenan (3)Bagian Pengelola Utang-Piutang Usaha Keuangan dan Keagenan 6. Unit Bisnis Filateli 7. Bagian Promosi 8. Bagian sekretariat Direktorat Operasi 2. Direktorat Perncanaan, Teknik dan Sarana Direktorat Perencanaan, teknik dan sarana dipimpin oleh Direktur Perencanaan, teknik dan sarana, yang mempunyai tuigas pokok untuk menyusun rencana strategis, rencana bisnis dan rencana jangka pendek yang relevan sebagai tahapan pencapaian tujuan perusahaan dan melakukan aktivitas rekayasa proses bisnis serta mengelola sarana dan properti. 1. Sub Direktorat Perencanaan (1) Bagian Perencanaan Strategis (2) Bagian Perencanaan Usaha (3) Bagian Pengelola Data 2. Sub Direktorat teknik dan Sarana (1) Bagian Teknik dan Sistem Informasi (2) Bagian Perangko dan Materai (3) Bagian Peralatan 58 3. Bagian sekretarias Direktorat Perencanaan, Teknik dan Sarana 3. Direktorat Keuangan Direktorat Keuangan dipimpin oleh Direktur Keuangan, yang mempunyai tugas pokok membina dan mengelola keuangan perusahaan dan penyertaan modal perusahaan serta menetapkan kebijakan harga pokok produksi. 1. Bagian Sekretaris Bagian Sekretaris Direktorat Keuangan mempunyai tugas pokok mengkoordinasi penyusunan laporan Direktorat Keuangan, menyiapkan naskah instruksi, membuat surat edaran Direktur Keuangan dan menyelenggarakan kesekretarisan Direktorat Keuangan. 2. Sub Direktorat Pengendalian Keuangan Sub Direktorat Pengendalian Keuangan mempunyai tugas menetapkan dan mengembangkan kebijakan, sistem dan prosedur akuntansi serta struktur permodalan perusahaan serta kebijakan investasi, sehingga tercapainya performance keuangan yang kuat dan sehat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengawasi penyusunan anggaran pendapatan dan biaya perusahaan. (1) Bagian Akuntansi Bagian Akuntansi mempunyai tugas untuk mengelola, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem dan 59 prosedur akuntansi serta mengawasi pertanggungjawaban keuangan perusahaan, sehingga menjamin tercapainya kinerja keuangan perusahaan yang sehat. (2) Bagian Anggaran dan Investasi Bagian Anggaran dan Investasi mempunyai tugas untuk mengelola dan menyusun alokasi anggaran dalam rangka menyusun rencana kerja anggaran perusahaan. Selain itu, bagian anggaran dan investasi juga mempunyai tugas mengkonsolidasikan dan menjamin ketersediaan sumber pendanaan dan mengalokasikannya keseluruh unit organisasi serta mengawasi pelaksanaannya. (3) Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Biaya mempunyai tugas untuk mengembangkan dan menyusun formulasi struktur biaya dan harga pokok serta mekanisme perhitungan harga transfer sebagai dasar penetapan kebijakan harga dan penilaian setiap kinerja unit organisasi. 3. Bagian Direktorat Perbendaharaan Sub Direktorat Perbendaharaan mempunyai tugas mengelola keuangan, menetapkan strategi dan kebijakan pengelolaan kas serta mengendalikan penyertaan modal perusahaan, sihingga mampu memberikan kontribusi seoptimal mungkin. Sub Direktorat Perbendaharaan terbagi menjadi: 60 (1) Bagian Pengelola Kas Tugas pokoknya adalah mengelola, mengendalikan dan menganalisis likuditas perusahaan serta portofolio investasi keuangan, seihingga mampu memberikan nilai tambah yang optimal bagi perusahaan. (2) Bagian Pengendalian dan Penyertaan Modal Perusahaan Tugas pokoknya adalah menganalisa dan mengevaluasi serta melaporkan kinerja fiansial dan operasi anak perusahaan (joint venture), sehingga mampu memberikan informasi yang komprehensif tentang perkembangan satu anak perusahaan (joint venture). 4. Direktorat Sumber daya Manusia Direktorat Sumber Daya Manusia dipimpin oleh Direktur Sumber Daya Manusia, yang mempunyai tugas pokok membina, mengelola dan memelihara kesejahteraan sumber daya manusia menembangkan organisasi dan sisitem manajemen. 1) Sub Direktorat Pelatihan (1) Bagian Penyelenggaraan Pelatihan (2) Bagian Pembinaan Program (3) Bagian Umum Pelatih 2) Sub Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia (1) Bagian Perencanaan (2) Bagian Pembinaan Sumber Daya Manusia serta 61 (3) Bagian Informasi dan SIM (Sistem Informasi Manajemen) Sumber Daya Manusia (4) Bagian Organisasi 3) Bagian Pemeliharaan Sumber Daya Manusia 4) Bagian Sekretariat Sumber Daya Manusia 5. Satuan Pengawas Intern Satuan Pengawas Intern (SPI) berada dibawah pimpinan kepala Satuan Pengawasan Intern. 1). Bidang Pengawasan Keuangan Tugas pokoknya adalah memeriksa dan mengevaluasi sistem pelaporan dan pelaksanaan pembukuan keuangan yang dilakukan setiap usaha/unit/bagian sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan. 2). Bidang Pengawasan Operasional Tugas pokoknya adalah memeriksa dan mengevaluasi pelaksanaan operasi bisnis perusahaan sesuai dengan Standar Operasional Produk (SOP) dan kualitas layananyang telah ditetapkan dan atau dijanjikan. 3). Bagian Pengawasan Intern (SPI) Wilayah Tugas pokoknya adalah melaksanakan pemeriksaan bidang keuangan dan bidang operasional Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di wilayah yang bertalian serta memberikan saran-saran perbaikan. Satuan pengawasan Intern (SPI). 62 Wilayah ini terdiri dari: (1) Bagian Pengawasan Keuangan (2) Bagian Pengawasan Operasional 6. Sekretariat Perusahaan Sekretariat perusahaan dipimpin oleh Sekretarias peruashaan yang bertanggung jawab Kepala Direksi. Sekretaris perusahaan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan seluruh kegiatan anggota direksi dengan seluruh unit perusahaan yang terkait dan membina serta mengelola kegiatan kesekretariatan Direktur Utama, kegiatan bidang hukum, hukum masyarakat, hubungan internasional, serta dokumentasi dan rumah tangga kantor pusat dan mengkoordinasikan pelaksaaan kegiatan pengawasan melekat. Sekretariat perusahaan ini terdiri dari: 1). Bagian Sekretariat Direktur 2). Bagian Hukum 3). Bagian Hubungan Masyarakat (HUMAS) 4). Bagian Hubungan Internasional 5). Bagaian Dokumen dan Museum 6). Bagian Rumah Tangga dan Pusat 7. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pusat penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh Kepala Pusat penelitian dan pengembangan yang bertanggung jawab kepada Direksi. Tugas pokoknya adalah melakukan penelitian-peneltian dan 63 pengembangn sisitem manajemen, fungsi-fungsi maupun produk layanan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 1). Bagian Umum Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) 2). Bagian Organisasi dan Sumber Daya Manusia 3). Bidang Operasi dan Pemasaran 4). Bidang Teknologi dan Sistem Informasi PT. Pos Indonesia (Persero) menggunakan sistem desentralisasi dalam hal struktur organisasi dan pendelegasian secara wewenang dalam perusahaannya. Hal ini terlihat dari adanya direktorat-direktorat yang memegang kekuasaan dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Sehingga para karyawan yang di bawah kepemimpinan direktorat-direktorat tidak bertanggung jawab dan melaksanakan perintah dari direktur masing-masing bidangnya. B. Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) Tingkat Wilayah Usaha Pos Tingkat willayah usaha Pos dibedakan dalam tiga tipe, yaitu: Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Wilayah Usaha Pos dipimpin oleh Kepala Wilayah Pos (Kawilpos) yang bertanggung jawab kepada Direksi PT. Pos Indonesia (Persero). Wilayah Usaha Pos ini terbagi menjadi: 1. Sekretariat Wilayah 2. Bagian Mutu Layanan (1) Sub Bagian 3. Bagian Pengembangan Usaha 64 (1) Sub Bagian 4. Bagian Teknik dan Sarana (1 ) Sub Bagian 5. Bagian Keuangan (1) Sub Bagian 6. Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) (1) Sub Bagian Perbedaan Wilpos tipe A, B dab C yaitu: 1. Wilpos tipe A memiliki jumlah sub bagian sebanyak-banyaknya 16 2. Wilpos tipe B memiliki jumlah sub bagian sebanyak-banyaknya 15 3. Wilpos tipe C memiliki jumlah sub bagian sebanyak-banyaknya 14 C. Struktur Organisasi Tingkat Unit Pelaksanaan Tehnis (UPT) Unit pelaksanaan teknis (UPT) dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada kawilpos Oeganisasi dan tata kerja, kategori dan tempat kedudukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) ditetapkan oleh Direksi. 4.1.3 Aktivitas Usaha Perusahaan PT. Pos Indonesia (Persero) mempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, pada khususnya di bidang pelayanan jasa Pos dan Giro bagi masyarakat naik di dalam mapun di luar wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas (PT). 65 Pada pokoknya usaha-usaha yang dijalankan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) adalah memberikan berbagai macam layanan dan pelayanan kepada masyarakat. Adapun layanan dan pelayanan Pos tersebut, yaitu: 1. Surat Pos Pelayanan standar pengiriman berita yang tersedia di semua kantor pos dengan tarif seragam, baik untuk perhubungan dalam maupun luar wilayah Indonesia. Jenis surat pos meliputi: Surat, Kartu Pos, Warkat Pos, Barang Cetakan, Majalah, Sekogram (Braille) dan Bungkusan. 2. Surat Kilat Layanan untuk kiriman pos cepat di dalam negeri (Express Mail) yang menjangkau seruruh Indonesia dengan prioritas kecepatan dalam penyaluran dan pengantarannya. 3. Surat Kilat Khusus (SKH) Layanan yang terdokumentasi sebagai solusi tepat kiriman pos internasional dengan fasilitas jejak lacak guna mengetahui status kiriman. Waktu tempuh antara 24 jam sampai dengan 28 jam. 4. Express Mail Layanan cepat pengiriman berita atau barang sebagai solusi tepat pengiriman pos internasional dengan fasilitas jejak lacak guna mengetahui status kiriman. Waktu tempuh antara satu samapi tiga hari. 5. Ratron Layanan surat elektronik yang merupakan hibrida antara surat secara fisik dengan kombinasi transmisi data melalui jaringan telekomunikasi. Hasil 66 transfer data berupa kopi naskah asli akan diantarkan kepada alamat penerima dalam sampul tertutup dengan jaminan waktu tempuh maksimum 6 jam. 6. Ratron Simpati Layanan surat elektronika untuk berbagai ucapan simpati. 7. Surat Bisnis Eletronika Layanan hibrida antara transmisi data elektronik dengan fisik surat pos. 8. Wesel Pos Layanan trnsfer uang sebagai solusi kiriman uang ke seluruh Indonesia. Tersedia beberapa jenis pelayanaan tambahan untuk wesel pos, yaitu: wesel pos kilat, wesel pos kilat khusus, wesel pos elektronika (Westron), wesel pos berlangganan, wesel pos tebusan dan wesel pos luar negeri ke atau dari beberapa Negara. 9. Giro Pos Layanan keuangan untuk menampung penyimpanan dan pembayaran berbagai transaksi, baik untk pemegang rekening perorangan ataupun perusahaan atau keperluan bisnis di seluruh Indonesia. 10. Cek Pos Wisata Layanan keuangan sebagai solusi dana perjalanan karena dapat diuangkan di semua kantor pos. Tersedia harga nominal CPW dari Rp. 10.000,- samapi dengan Rp. 250.000,- beberapa hotel, restaurant travel biro dan tempat-tempat lainnya telah menerima CPW sebagai alat pembayaran. 67 11. Paket Pos Layanan untuk pengiriman barang yang dapat dilakukan di semua kantor pos untuk perhubungan domestik maupun internasional. 12. Belanja Lewat Pos (BLP) PT. Pos Indonesia (Persero) bekerja sama dengan mitra kerja menyediakan layanan BLP (Mail Order) sebagai solusi belanja jarak jauh berbagai produk. Manfaat bagi konsumen adalah mendapatkan produk-produk pilihan dengan harga yang sama di seluruh Indonesia. Deskripsi dan ilustrasi produk digelar dalam katalog atau brosur yang diterbitkan secara berkala. BLP juga memberikan manfaat yang positif bagi produsen. Melalui BLP dapat langsung mengakses pasar nasional tanpa harus membangun jaringan distribusi sendiri. 13. Pos Plus Berbagai layanan dengan nilai tambah yang dikemas dalam sarana pelayanan pos plus, sehingga dapat memberikan solusi untuk semua jenis kiriman pos. 14. Filateli Dalam upaya meningkatkan kualitas dan memperkaya khazanah hobi mengumpulkan perangko atau filateli, telah dikembangkan pula produk filateli yang lebih atraktif dengan tema penerbitan yang bervariasi. Menyadari bahwa filateli telah ditangani oleh suatu divisi agar lebih fleksibel dan akrab dalam melangkah bersama filatelis dan masyarakat. 15. Wasantara Net Layanan pertukaran informasi melaui internet sebagai solusi komunikasi baik untuk dalam maupun luar negeri. 68 16. Pos Serba Ada (Poerba) Poserba menyediakan semua kebutuhan yang berhubungan dengan pos dan berbagai alat tulis menulis termasuk kartu ucapan dan benda filtaeli dalam kemasan khusus. Poserba berada di kantor pos di tempat-tempat lain yang tetaknya strategis. 17. Pos Pemasaran Keliling Pos pemasaran keliling memiliki kapasitas pelayanan pengantar pos sealin mengantarkan kiriman pos juga ditambah dengan pelayanan kebutuhan pos lainnya, seperti: Penjualan benda pos dan materai, penerimaan kiriman pos dan lain-lain, sehingga lebih mendekatkan layanan pos kepada masyarakat setaip hari dengan sepeda motor dengan seragam kas serta dilengkapi dengan melodi yang memadai kehadiran posarling yang siap untuk memberikan berbagai pelayanan pos. 18. Hallo Pos 161 Hallo pos 161 digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi layanan kepada seluruh pengguna jasa pos. Fasilitas itu ditujukan agar pelanggan dapat menghemat waktu, biaya dan upaya untuk memperoleh informasi seluasluasnya tentang pelayanan jasa pos. Penggunaan fasilitas Hallo 161 ini hanya cukup memutar nomor telepon 161. 4.1.4 Layanan Keagenan Pelayanan jasa keagenan dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) untuk kepentingan pihak ketiga, yang meluputi: 69 1). Penabungan dan Pembayaran untuk Bank Tabungan Negara (BTN) 2). Takesra/Kukesra 3). Pembayaran telepon 4). Pembayaran Pajak-pajak 5). Pemotongan pensiun eks Bank Kreditur 6). Pembayaran pensiunan TASPEN dan ASABRI 7). Penjualan benda untuk Direktorat Pajak 4.2 Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan mengemukakan hasil dari penelitian yang dilakukan di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung mengenai penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. 4.2.1 Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian 4.2.1.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus Setelah RUPS menetapkan keputusan persentase pembagian bonus, maka baik kantor pusat maupun cabang akan mendapatkan SE (Surat Edaran) yang berisi tentang penetapan persentase jumlah bonus yang akan diperoleh oleh perusahaan. Persentase pembagian insentif/bonus ini berfluktuasi, tergantung pada jumlah laba yang diperoleh di kantor pusat maupun kantor cabang. Semakin besar 70 jumlah laba yang diperoleh, maka semakin besar pula persentase pembagian bonus yang di dapatkan. Pembagian insentif/bonus kepada karyawan untuk memotivasi agar karyawan dapat berprestasi untuk perusahaan. Adapun dasar pemberian insentif/bonus adalah : kuantitas dan kualitas kerja, Profit yang dicapai perusahaan dan cost saving. Sehingga dapat mendorong standar prestasi para karyawan, mendorong karyawan untuk menaikkan produktivitas, memenuhi standar kualitas yang akan memperoleh insentif/bonus. Pemberian insentif/bonus dihitung berdasarkan atas golongan, tingkat dan jabatan karyawan di dalam perusahaan. Insentif/bonus jangka pendek pada umumnya berupa bonus, komisi, pembayaran per potong. Insentif jangka pendek biasanya berupa pembayaran tunai yang didasarkan atas kinerja yang diukur untuk periode satu tahun atau kurang. Penghargaan dapat didasarkan pada kinerja individu atau kelompok seperti tim kerja, pusat laba, atau perusahaan secara keseluruhan. Beberapa insentif jangka pendek dihitung secara langsung dengan suatu formula, seperti 2% dari pendapatan penjualan atau 10% dari laba. Beberapa insentif lain dihitung melalui dua langkah. Langkah pertama, dihitung bonus secara keseluruhan berdasarkan kinerja perusahaan atau kelompok dan kemudian ditransfer uang ke dalam bonus pool sebesar bonus yang dihitung tersebut. Bonus pool kemudian dibagikan kepada personel secara individual berdasar proses pemeringkatan (ranking) personel, personel yang memiliki kinerja lebih baik akan mendapatkan bonus lebih banyak. 71 Insentif jangka panjang didasarkan pada kinerja yang diukur selama jangka waktu lebih dari satu tahun. Penghargaan ini biasanya diberikan terbatas untuk tingkat manajemen puncak. Kinerja yang umumya dipakai sebagai dasar penentuan insentif jangka panjang adalah variabel akuntansi seperti pertumbuhan laba per saham, return on equity, aset atau investment, yang diukur jangka waktu tiga sampai enam tahun. Ada dua macam penghargaan insentif jangka panjang yaitu performance plan dan stock option plan. Dalam pelaksanaan program insentif/bonus haruslah berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh organisasi atau perusahaan yang tentunya sesuai dengan peraturan yang telah berlaku menurut tingkat atau jabatan sehingga insentif/bonus dapat diberikan sesuai dengan keinginan para karyawan tersebut merasa betah atau kerasan didalam melakukan pekerjaannya pada akhirnya dapat mencapai tujuan perusahaan semula. Program insentif/bonus tersebut dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan, minimalnya sama dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk program insentif/bonus. Selain itu ada beberapa prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu : 1. Tunjangan karyawan haruslah memenuhi kebutuhan nyata 2. Tunjangan-tunjangan dibatasi kepada aktivitas-aktivitas dimana kelompok lebih efisien dari pada individu 3. Program tunjangan haruslah bercirikan fleksibilitas yang memadai untuk memungkinkan adaptasi terhadap berbagai kebutuhan karyawan 72 4. Jika perusahaan ingin meraih apresiasi dari penyediaan jasa-jasa karyawan, perusahaan haruslah melakukan program komunikasi yang ektensif dan terencana dengan baik 5. Biaya tunjangan haruslah bisa dikalkulasi dan ketentuannya haruslah dibuat atas pendanaan yang sehat. 4.2.1.2 Prinsip-prinsip Pemberian Insentif/Bonus Dalam pelaksanaan program insentif/bonus haruslah berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh organisasi atau perusahaan yang tentunya sesuai dengan peraturan yang telah berlaku menurut tingkat atau jabatan sehingga insentif/bonus dapat diberikan sesuai dengan keinginan para karyawan tersebut merasa betah atau kerasan didalam melakukan pekerjaannya pada akhirnya dapat mencapai tujuan perusahaan semula. Agar program insentif/bonus tersebut dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan, minimalnya sama dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk program insentif/bonus tesebut, maka terlebih dahulu harus menetapkan beberapa prinsip yaitu : 1. Prinsip pertama Prinsip pertama mengatakan perlunya pemuasan kebutuhan nyata. Walaupun begitu, seringkali tunjangan-tunjangan telah dijalankan hanya untuk mendapat sikap apatis ataupun penolakan karyawan. Ego para manajer telah menyebabkan mereka percaya telah mengetahui apa yang terbaik bagi karyawannya. Sikap apatis karyawan kadang-kadang berubah menjadi 73 tuntutan agar kas yang dikeluarkan untuk tunjangan karyawan diberikan kepada mereka dalam cek gaji mereka. 2. Prinsip kedua Prinsip kedua manajer mengambil langkah kedepan pada saat menyadari bahwa seseorang mestilah menemui karyawan untuk menentukan kebutuhankebutuhan nyata karyawan yang paling akhir. Tunjangan-tunjangan yang diseleksi haruslah yang dapat ditangani sangat baik oleh pendekatan kelompok. 3. Prinsip ketiga Prinsip ketiga mengesankan bahwa tidak semua karyawan sama dalam hal persyaratan usia, status keluarga dan finansial. Perubahan yang terus berlangsung ditengah masyarakat menyebabkan beberapa persyaratan tunjangan menjadi usang. 4. Prinsip keempat Prinsip keempat perusahaan harus melakukan program komunikasi baik itu komunikasi langsung ataupun tidak langsung, yang tujuannya agar apresiasi perusahaan tercapai dengan cara adanya komunikasi baik itu antara para manajer atau atasan dengan para karyawan, maupun para karyawan dengan karyawan-karyawan lainnya. 5. Prinsip kelima Prinsip kelima adalah biaya-biaya tunjangan karyawan mestilah dapat dikalkulasikan dan pendanaannya mestilah disusun atas dasar yang sehat hal ini khususnya penting dalam masalah karyawan. Perkiraan penafsiran 74 tunjangan asuransi haruslah dilakukan dan ketentuan-ketentuan yang mencukupi untuk pendanaannya haruslah disusun sebelum menawarkan jasa tersebut kepada karyawan. 4.2.1.3 Sistem Perhitungan Insentif/Bonus Bonus pada PT. Pos Indonesia (Persero), diberikan setiap satu tahun sekali kepada seluruh karyawannya, namun dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada empat jenis unit bisnis yang terdapat pada PT. Pos Indonesia (Persero) yaitu unit bisnis logistik, unit bisnis komunikasi, keuangan dan keagenan dan unit bisnis filateli Dalam hal penentuan jumlah persentase bonus yang dibagikan, terdapat beberapa kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu: 1. Apabila laba bersih mencapai 50% - 60% dari targetnya akan mendapat bonus 2% dari laba bersih. 2. Apabila laba bersih mencapai 61% - 71% dari targetnya akan mendapat bonus 3% dari laba bersih. 3. Apabila laba bersih mencapai 72% - 82% dari targetnya akan mendapat bonus 4% dari laba bersih. 4. Apabila laba bersih mencapai 83% - 93% tdari targetnya akan mendapat bonus 6% dari laba bersuh. 5. Apabila laba bersih mencapai 94% - 104% dari targetnya akan mendapat bonus 8% dari laba bersih. 75 6. Apabila laba bersih > 104% atau melebihi targetnya akan mendapat bonus 10% dari laba bersih. Pada laporan laba/rugi jumlah insentif/bonus ini digabungakan sebagai bagain dari beban gaji karyawan. Selain itu termasuk di dalamnya bonus yang diberikan perusahaan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penjelasan di atas. Dalam hal ini perhitungan insentif/bonus, PT. Pos Indonesia (Persero) menetapkan insentif jangka pendek (skema bonus) yaitu berdasarkan penetapan jumlah bonus yang dihitung dengan suatu formula yang mengaitkan bonus dengan jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu. Sedangkan dalam mendistribusikan insentif/bonus kepada masing-masing karyawan, ditentukan berdasakan jabatan yang disandang. Semakin tinggi jabatan yang disandang semakin besar bonus yang diterima. 4.2.2 Produktivitas Karyawan Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung 4.2.2.1 Unsur-unsur Penilaian Produktivitas karyawan Dalam menilai produktivitas kerja karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung ada beberapa unsur yang akan dinilai oleh perusahaan dimana perusahaan sudah mempunyai dasar dari penilaian itu sendiri. Selain dari dasar penilaian dalam menilai produktivitas kerja karyawan harus adanya standar untuk menilai yang antara lain berupa : 1. Prestasi Kerja 76 2. Disiplin Kerja 3. Semangat Kerja 4. Produktivitas Kerja Unsur-unsur penilaian prestasi kerja yang dilakukan PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung memiliki tujuan antara lain : 1. Untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan penilaian produktivitas karyawannya. 2. Untuk memberikan batasan yang jelas tentang unsur-unsur yang akan dinilai. 3. Untuk meneliti hal-hal penting yang seharusnya dilaksanakan dan dipatuhi oleh karyawan, dimana hal-hal tersebut mempengaruhi kinerja karyawan. Unsur-unsur penilaian produktivitas kerja karyawan dalam PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat bandung yang dinilai ada banyak hal dan itu merupakan sudah menjadi kebijaksanaan dan peraturan perusahaan dimana seluruh unsur telah ditetapkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan unsur-unsur tersebut akan bertambah atau berkurang atau bahkan akan berubah sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh perusahaan. Unsur-unsur itu antara lain : Tanggung jawab, disiplin kerja, motivasi, efisiensi dan efektivitas, kerja sama, prestasi kerja. Semua itu merupakan unsur operasional dalam bekerja di perusahaan. Dengan adanya penetapan unsur-unsur penilaian produktivitas kerja karyawan memudahkan untuk menilai karyawannya demi kepentingan perusahaan dan ditujukan untuk memotivasi karyawan mengejar prestasi lebih baik sehingga karyawan bekerja lebih baik dan mendapatkan insentif/bonus dari pekerjaan yang dihasilkan. Perusahaan memiliki imbalan bagi karyawan yang mempunyai niali 77 prestasi yang baik, dimana imbalan itu menjadi cambuk bagi para karyawan agar apa yang mereka lakukan selama ini tidaklah sia-sia, setidaknya hasil jerih payah mereka menghasilakn bonus yang memuaskan bagi karyawan yang bersangkutan. 4.3 Pembahasan Pada bagian ini penulis akan mengemukakan hasil dari penelitian yang dilakukan di PT. Pos Indonesia (Persero) mengenai hubungan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas karyawan. 4.3.1 Penerapan Insentif/bonus Dalam Sistem Penggajian Berdasarkan hasil pengumpulan data, perhitungan skor atas kuesioner penelitian untuk variabel X adalah sebagai berikut : No. Pertanyaan Tabel 4.1 Perhitungan Skor Hasil Kuesioner Penerapan Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian Responden 1 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 58 59 58 57 ∑ Sumber : Hasil pengolahan data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 57 6 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 55 7 5 5 4 4 3 3 5 3 4 4 4 4 48 8 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 53 9 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 55 Total Skor 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 48 47 45 46 41 44 48 46 44 45 47 47 548 78 Tabel 4.2 Tanggapan Responden Terhadap Penerapan Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian Indikator No. Kuesioner Skor yang Skor Persentase Dicapai Maksimum Sistem 1 48 50 Pemberian 2 47 50 Insentif/Bonus 3 45 50 Jumlah 140 150 93.3% Prinsip4 46 50 prinsip 5 41 50 Pemberian 6 44 50 Insentif/Bonus 7 48 50 8 46 50 9 44 50 Jumlah 269 300 89.7% Sistem 10 45 50 Perhitungan 11 47 50 insentif/Bonus 12 47 50 Jumlah 139 150 92,7% Total 12 548 600 91,3% Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel 4.2, total skor yang dicapai dari Penerapan Insentif/Bonus (Variabel X) adalah sebesar 548 dengan skor maksimal 600, sehingga variable Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian masuk pada criteria sangat baik adalah sebesar 91,3%. Untuk mengetahui secara lebih rinci bagaimana pelaksanaan penerapan insentif/bonus, di bawah ini akan diuraikan penjelasan dari masing-masing indikator sebagai berikut: 4.3.1.1 Sistem Pemberian Insentif/Bonus Pada indikator ini dihasilakn skor rata-rata sebesar 93.3%.,gan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa sistem pemberian insentif/bonus sangat baik, dimana sistem pemberian insentif/bonus merupakan suatu keharusan 79 bagi seseorang karyawan yang melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Dengan kata lain perusahaan harus memberi upah dan bonus atas hasil pekerjaan para karyawan menurut ketentuan perusahaan. Pembagian insentif/bonus kepada karyawan untuk memotivasi agar karyawan dapat berprestasi bagi perusahaan. Adapun dasar pemberian insentif/bonus yaitu : kuantitas dan kualitas kerja karyawan, profit yang dicapai perusahaan dan cost saving. Sehingga dapat mendorong standard prestasi para karyawan, mendorong karyawan untuk menaikkan produktivitas, memenuhi standar kualitas yang akan memperoleh insentif/bonus. Pemberian insentif/bonus dihitung atas golongan, tingkat dan jabatan karyawan di dalam perusahaan 4.3.1.2 Prinsip-prinsip Pemberian Insentif/Bonus Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 89.7%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa sistem pemberian insentif/bonus sangat baik, dimana dalam melaksanakan prinsip-prinsip pemberian insentif/bonus perusahaan ada beberapa prinsip yaitu : prinsip pertama mengatakan perlunya pemuas kebutuhan nyata, prinsip kedua manager mengambil langkah kedepan pada saat menyadari bahwa seseorang mestilah menenui karyawan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan nyata karyawan yang paling akhir, prinsip ketiga mengesankan bahwa tidak semua karyawan sama dalam hal persyaratan usia, status keluarga dan finansial, prinsip keempat perusahaan harus melakukan program komunikasi baik itu komunikasi langsung maupun tidak 80 langsung, prinsip kelima biaya tunjangan karyawan mestilah dapat dikalkulasikan dan pendanaannya mestilah disusun atas dasar yang sehat. 4.3.1.3 Sistem Perhitungan insentif/Bonus Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 92.7%. Dengan kata lain sebagian besar responden menyatakan bahwa sistem perhitungan insentif/bonus para karyawan sangat baik, dimana perhitungan insentif/bonus berdasarkan dari anggaran dan realisasi pendapatan dan biaya perusahaan. Perhitungan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan golongan, tingkat dan jabatan karyawan yang bekerja pada perusahaan, pembagian insentif/bonus berdasarkan atas laba jumlah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan atas persentase insentif/bonus yang dibagikan oleh perusahaan kepada para karyawan. Dari uraian di atas, 91,2% menyatakan bahwa penerapan insentif/bonus pada PT. Pos Indonesia (Persero) sudah sangat baik, sedangkan sisanya sebesar 8,8% menyatakan bahwa pelaksanaan penerapan insentif/bonus harus lebih ditingkatkan lagi terutama dalam hal perhitungan insentif/bonus yang diberikan kepada para karyawan. 4.3.2 Produktivitas Karyawan Pada PT. Pos Indonesia (Persero)kantor Pusat Bandung Berdasarkan hasil pengumpulan data, distribusi jawaban responden atas kuesioner penelitian untuk variabel X adalah sebagai berikut : 81 No. Pertanyaan Tabel 4.3 Perhitungan Skor Hasil Kuesioner Produktivitas Karyawan Responden 1 2 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 6 5 4 3 3 7 4 3 4 4 8 4 4 3 3 9 5 4 3 3 10 4 3 3 3 11 3 4 3 4 12 45 43 40 41 ∑ Sumber : Hasil pengolahan data 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 43 6 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 44 7 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 40 8 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 41 Total Skor 9 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 41 10 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 38 39 39 32 33 32 37 33 38 33 36 32 36 416 Tabel 4.4 Tanggapan Responden Terhadap produktivitas Karyawan Indikator No. Kuesioner Skor yang Skor Persentase Dicapai Maksimum Tanggung 1 39 50 Jawab 2 39 50 Jumlah 78 100 78% Disiplin Kerja 3 32 50 4 33 50 Jumlah 65 100 65% Motivasi 5 32 50 6 37 50 Jumlah 69 100 69% Efisiensi dan 7 33 50 Efektivitas 8 38 50 Jumlah 71 100 71% Kerja Sama 9 33 50 10 36 50 Jumlah 69 100 69% Prestasi Kerja 11 32 50 12 36 50 Jumlah 68 100 68% Total 12 416 600 69.3% Sumber : Hasil Perhitungan 82 Dari tabel di atas, total skor yang dicapai dari Produktivitas Karyawan (Variabel Y) adalah sebesar 416 dengan skor maksimal 600, sehingga variabel produktivitas karyawan masuk pada kriteria sangat baik adalah sebesar 69.3%. Untuk mengetahui secara lebih rinci bagaimana produktivitas karyawan itu, di bawah ini akan diuraikan penjelasan masing-masing indikator sebagai berikut: 4.3.2.1 Tanggung Jawab Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 78%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa tanggung jawab para karyawan sangat baik, dimana tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawannya dapat dilihat dari kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaanya, pekerjaan dan hasil kerjanya. Serta dapat mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan oleh karyawan sehingga perusahaan dapat melihat seberapa tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) mempunyai tanggung jawab yang cukup baik, karena masih ada karyawan yang melalaikan tanggung jawabnya sebagai karyawan. 4.3.2.2 Disiplin Kerja Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 65%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa disiplin kerja para karyawan sudah sangat baik, dimana kedisiplinan karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) dinilai dengan cara bagaimana ia dalam memenuhi peraturan-peraturan yang ada, dalam 83 mengerjakan pekerjan sesuai dengan instruksi yang di berikan kepadanya atau tidak. Bagi perusahaan kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh karyawannya karena dengan kedisiplinan semua pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat menjadi lebih baik. Dan kedisiplinan karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) sudah cukup baik walaupun masih ada beberapa karyawan yang tidak mematuhi peraturan yang ada. 4.3.2.3 Motivasi Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 69%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa motivasi para karyawan sudah sangat baik, dimana motivasi kerja yang dimiliki oleh karyawan PT. Pos Indonesia (Persero). Dilihat dari bekerja keras karyawan dalam memotivasi dirinya untuk bekerja lebih baik lagi dan hasilnya para karyawan mendapatkan insentif/bonus dari PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai upah meraka telah bekerja dengan baik. 4.3.2.4 Efisiensi dan Efektivitas Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 71%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa efisiensi dan efektivitas para karyawan sudah baik, dimana efisiensi dan efektivitas kerja karyawan PT. Pos Indonesia (Persero). Dilihat dari Karyawan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menyelesaikan pekerjaannya untuk kemajuan perusahaan. 84 4.3.2.5 Kerja Sama Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 69%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa kerja sama para karyawan sudah sangat baik, dimana kerja sama karyawan di PT. Pos Indonesia (Persero) dinilai dari kesediaan karyawan itu berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya, selain dari itu karyawan harus dapat berinteraksi antar sesama karyawan atau dengan orang lain. Di dalam PT. Pos Indonesia (Persero) kerja sama antara karyawan satu dengan karyawan lainnya sudah sangat baik ini terbukti dari cara kerja mereka yang saling membantu antar unit kerjanya. Dengan adanya kerja sama yang baik di dalam perusahaan maka pekerjaan atupun suatu maslah akan terasa ringan dan dapat dipecahkan secara bersama-sama, maka di dalam perusahaan akan tercipta suasana kerja yang damai dan tenang. 4.3.2.6 Prestasi Kerja Pada indikator ini dihasilkan skor rata-rata sebesar 68%. Dengan kata lain, sebagian besar responden menyatakan bahwa prestasi kerja para karyawan sudah sangat baik, dimana prestasi kerja di PT. Pos Indonesia (Persero) dilihat dan dinilai oleh perusahaan dengan melihat keberhasilan apa yang telah dicapai olehkaryawanny. Prestasi kerja yang telah didapatkan seorang karyawan adalah suatu nilai lebih untuk karyawan itu sendiri maupun untuk perusahaan. Maka dari itu prestasi kerja merupakan salah satu unsur penilaian prestasi kerja karyawan. Dengan adanya prestasi kerja sebelumnya, setidaknya karyawan itu dapat 85 meningkatkan prestasinya itu, dan perusahaan dapat melihat perkembangan dari prestasi kerja yang pernah didapatkan. Dari uraian di atas, 69.3% menyatakan bahwa produktivitas karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) sudah cukup baik, sedangkan sisanya sebesar 30.7% menyatakan bahwa produktivitas karyawan masih harus ditingkatkan terutama dalam hal kerja sama sesama karyawan harus diutamakan untuk meningkatkan kekompakkan diantara para karyawan. 4.3.3 Hubungan Penerapan Insentif/Bonus Dalam Sistem Penggajian dengan Produktivitas Karyawan Untuk mendukung pembahasan teoritis yang telah diuraikan di atas mengenai Penerapan insentif/bonus dengan Produktivitas Karyawan dan untuk membuktikan hipotesis yang dikemukakan pada bab III, penerapan insentif/bonus mempunyai hubungan dengan produktivitas karyawan, maka digunakan korelasi Rank Spearman dimana r s akan dihitung secara deskriptif kuantitatif dan apabila variabel X dan variabel Y terdapat angka yang sama, maka akan digunakan faktor korelasi. Untuk menguji tingkat signifikasi r s ,maka akan dilakukan dengan membandingkan t hitung digunakan uji t. dengan t tabel . Untuk menghitung besarnya t hitung , 86 Setelah mendapatkan nilai t, kriteria yang digunakan untuk penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut : Ho diterima : Jika t hitung ≤ t tabel (dƒ = n – 2) Ha diterima : Jika t hitung > t tabel (dƒ = n – 2) Untuk melakukan pengujian dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman, jawaban kuesioner yang penulis peroleh tersebut dilakukan menurut penyusunan peringkat. Hasil peringkat tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Penyusunan Peringkat Hasil Penilaian Kuesioner Responden X Y Rank X 1 58 45 8,5 2 59 43 10 3 58 40 8,5 4 57 41 6,5 5 57 43 6,5 6 55 44 4,5 7 48 40 1,5 8 53 41 3 9 55 41 4,5 10 48 38 1,5 Sumber : Hasil Pengolahan Data Rank Y 10 7,5 2,5 5 7,5 9 2,5 5 5 1 Selanjutnya berdasarkan hasil penyusunan ranking, maka dilakukan perhitungan selisih antara rank X dan rank Y, yang hasilnya kemudian dikuadratkan (di 2 ). Hasil perhitungan tersebut tersaji dalam tabel beikut ini : 87 Tabel 4.6 Selisih Kuadrat Rank X dan Rank Y Rank X Rank Y di 8,5 10 -1,5 10 7,5 2,5 8,5 2,5 6,5 6,5 5 1,5 6,5 7,5 -1,5 4,5 9 -4,5 1,5 2,5 -1 3 5 -2 4,5 5 -0,5 1,5 1 0,5 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 di 2 2,25 6,25 42,24 2,25 2,25 2,25 1 4 0,25 0,25 ∑ di 2 = 81 Sumber : Hasil Pengolahan Data Karena dari perhitungan terdapat rank yang kembar pada variabel X maupun Y, maka r s , perlu memperhatikan faktor korelasi sebagai baerikut : T= t3 − t 12 Maka : Tx= 22 − 2 22 − 2 22 − 2 22 − 2 + + + 12 12 12 12 =2 Ty= 23 − 2 23 − 2 23 − 2 23 − 2 + + + 12 12 12 12 =3 Sehingga besarnya r s , dihitung sebagai berikut : ∑ x + ∑ y − ∑d 2 ∑x ∑y 2 rs= 2 2 Dengan ketentuan : 2 2 88 ∑ x2 = N3 − N − ∑ Tx 12 = 10 3 − 10 −2 12 = 80,5 ∑ y2 = N3 − N − ∑ Ty 12 = 10 3 − 10 −3 12 = 79,5 Maka besarnya r s , dihitung adalah sebagai berikut : ∑ x + ∑ y − ∑d 2 ∑x ∑y 2 rs = = 2 2 2 2 80,5 + 79,5 − 81 2 80,5 x79,5 = 0,55 Berdasarkan tabel ,mengenai hubungan antar variabel pada bab III, maka nilai r s hitung sebesar 0,55 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antar variabel X yaitu Penerapan Insentif/Bonus dalam Sistem Penggajian dengan variabel Y yaitu Produktivitas Karyawan. Untuk menguji tingkat signifikan rs, maka dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel . untuk menghitung besarnya t hitung , digunakan uji t dengan rumus : 89 t= = rs n − 2 1 − 0,55 2 0,55 10 − 2 1 − 0,55 2 = 2,2303 Setelah mendapatkan nilai t, kriteria yang digunakan untuk penerimaan atau penolakan hipotesis adlah sebagai berikut : Ho diterima : Jika t hitung ≤ t tabel (dƒ = n - 2) Ha diterima : Jika t hitung > t tabel (dƒ = n - 2) Sedangkan untuk memperoleh nilai t tabel dalam analisis ini adalah sebagai berikut : Jumlah sampel = 10 Taraf signifikan = 0,05 Derajat keabsahan : dƒ= n – 2 = 10 – 2 =8 Maka, nilai t tabel adalah sebesar 1,860 Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh bahwa 2,2303 > 1,860 atau dengan kata lain t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat hubungan antara Penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan Produktivitas karyawan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari survei dan pembahasan yang dilakukan berkaitan dengan Hubungan Insentif/bonus dalam sistem Penggajian dengan Produktivitas Karyawan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan pemberian insentif/bonus pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat bandung sudah berjalan dengan sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil jawaban responden terhadap setiap pertanyaan yang diajukan secara keseluruhan menghasilkan kriteria yang sangat baik dengan rata-rata sebesar 548 atau sekitar 91,3% dari nilai maksimum sebesar 600 atau sekitar 100%. Jadi menurut responden, pelaksanaan penerapan insentif/bonus dalam sistem penggajian pada PT. Pos Indonesia (Persero) kantor Pusat Bandung sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Pendistribusiannya ditetapkan berdasarkan jabatan, semakin tinggi jabatan yang disandang, 2. Produktivitas Karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung adalah tanggung jawab, disiplin kerja, motivasi, efisiensi dan efektivitas, kerja sama, prestasi kerja, kepribadian kejujuran dan kreativitas. Secara keseluruhan tanggapan responden mengenai produktivitas karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung berada pada kriteria baik. Ini terbukti dari jawaban responden secara keseluruhan dengan rata-rata sebesar 90 91 416 atau sekitar 69.3% dari nilai maksimum sebesar 600 yang berada pada kriteria cukup baik. 5.2 Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang di dapat, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Perhitungan insentif/bonus hendaknya disesuaikan dengan prestasi kerja karyawan, sehingga tidak menimbulkan ketidakadilan dalam pembagian insentif/bonus tersebut. 2. Disiplin kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung masih kurang baik, maka harus ditingkatkan disiplin kerjanya dimana para karyawan dalam mengerjakan pekerjan sesuai dengan instruksi yang di berikan kepadanya atau tidak untuk kemajuan perusahaan. 3. Tingkat hubungan insentif/bonus dalam sistem penggajian dengan produktivitas kerja karyawan masih dinilai baik. Untuk itu perusahaan disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain dalam meningkatkan produktivitas karyawan, seperti motivasi kerja, budaya kerja dan kebijakan perusahaan. 4. Diharapkan pada peneliti-peneliti selanjutnya, mengkaji faktor-faktor di luar insentif/bonus yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan seperti motivasi kerja, budaya kerja dan kebijakan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Charles, T Hongren.1999. Akuntansi Biaya.Dengan Penekanaan Manajerial,Buku Satu, Edisi Indonesia ke-8, Jakarta : PT. Dharma Karsa Utama Dearden, Anthony, and Bedford,1989, Mcs, dialihbahasakan oleh Agus Maulana, 1992.Sistem Pengendalian Manajemen,Jilid ke-2, Edisi 6, Jakarta : Binarupa Aksara Gasperz, Vincent. 1998. Manajemen Produktivitas Total : Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global, Jakarta: PT. Gramedia Hasibuan, Malayu SP. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Henry Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE YKPN Kusriyanto, Bambang. 1993. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Yogyakarta : BPFE La Midjan, Mauled, Mulyono. 1993. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta : STIE YKPN Mulyadi, 2001. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi 2, Jakarta : Salemba Mowen, Hanson. 1997. Management Accounting,4th ed, dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan, M.B.A, 2000, Akuntansi Manajemen, edisi keempat, jilid ke-2, Jakarta : Erlangga Nazir, Moh, Ph,D. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Sugiyono, DR. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Supriyono, RA. 1994. Akuntansi Biaya. Jilid 1, Yogyakarta : BPFE