PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS SEJARAH ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LKS DAN YANG BELAJAR DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE BERBASIS MICROSOFT POWERPOINT DI SMP NEGERI 8 MALANG Rhomawati Aditama Budi Setyaningsih Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, SMP Negeri 8 Malang memiliki problematika yaitu hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari hasil ulangan siswa yang masih belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah yakni 75. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa nilainya rata-rata hanya mencapai 68. Pembelajaran sejarah di SMP Negeri 8 Malang masih menggunakan acuan LKS sehingga membuat siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint sebagai model pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran berupa gambar yang dapat menegaskan poin-poin dari materi pelajaran. Siswa diberikan gambar-gambar untuk diurutkan menjadi urutan yang logis dalam bentuk narasi yang dipresentasikan di depan kelas. Melalui model ini diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan LKS pada mata pelajaran IPS Sejarah? (2) Bagaimana hasil belajar siswa yang belajar dengan model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint pada mata pelajaran IPS Sejarah? (3) Apakah perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah yang belajar dengan menggunakan LKS dan yang belajar dengan model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint signifikan? Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian eksperimen ini adalah Quasi Experiment atau eksperimen semu. Rancangan penelitian yang dipilih adalah Nonequvalent Control Group Design. Pengambilan sampel digunakan dengan teknik purposive sampling. Kelas VII C adalah kelas eksperimen yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Picture and Picture berbasis Microsoft Power Point, sedangkan kelas VII E adalah kelas kontrol yang dalam proses pembelajarannya menggunakan LKS. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa terdapat peningkatan sebesar 37.00 dari perolehan pre-test 51.60 menjadi 88.60 setelah post-test. Sedangkan untuk kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa juga terdapat peningkatan sebesar 21.00 dari 1 perolehan pre-test 47.70 menjadi 68.70 setelah post-test. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dapat dikatakan lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar kelas kontrol. Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung (9,444) > ttabel (1,990) dengan nilai Sig. (0,000) < 0,05 berarti Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga hasil belajar IPS Sejarah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelas eksperimen dengan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint dan kelas kontrol dengan menggunakan LKS. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint dengan LKS pada mata pelajaran IPS Sejarah. Dengan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint siswa menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga hasil belajarnya meningkat. Diharapkan penelitian ini dapat menambah inspirasi bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai model Picture and picture berbasis Microsoft Power Point yang lebih menarik lagi dengan melakukan pengembangan dalam keseluruhan apsek (instrumen, sampel, tempat), objek diperluas, media lebih bervariasi lagi serta mempertimbangkan variabel-variabel lain atau pada bidang mata pelajaran lain. Kata Kunci: LKS, Model Picture and Picture berbasis Microsoft PowerPoint, Hasil belajar. Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan guru yang mendorong terjadinya aktivitas belajar. Menurut Gagne 1974 dalam Suprihadi (2000:1) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar siswa. Pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan profesional yang dijabarkan dalam tindakantindakan yang menunjukkan belajar siswa lebih mungkin, lebih efisien, dapat diramalkan dan lebih ekonomis. Pendidikan merupakan kegiatan yang utama sekolah. Pada pelaksanaannya, guru diberikan kebebasan memilih model pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Pemilihan model pembelajaran hakikatnya berpusat pada peserta didik, agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. 2 Setiap model memiliki aspek teknik dalam penggunaannya. Aspek teknik yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan model pembelajaran. Gaya dan variasi dalam penggunaan model pembelajaran sering kali bersifat individual, sesuai dengan kemampuannya dan kemauan masingmasing guru. Disamping alasan utama pemilihan suatu model pembelajaran adalah dengan menyesuaikan dengan materi. Dengan adanya pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, diharapkan akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru dan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran seorang guru adalah memperbaiki pola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif dan efisien untuk diterapkan di kelas. Guru memiliki peran penting dalam pengorganisasian kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran dan siswa sebagai subjek yang sedang belajar. Guru sebagai fasilitator yang dapat menumbuhkan sikap aktif, kreatif , dan inovatif yang ada dalam diri siswa. Model pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat berperan dalam keberhasilan belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan memperbesar peluang pencapaian keberhasilan belajar. Pemilihan model pembelajaran harus memperhatikan karakteristik siswa secara umum tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lain. Terdapat berbagai cara untuk menerapkan pembelajaran yang menarik, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa untuk belajar bersama dalam kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Slavin (2008:4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan utama dalam suatu proses belajar mengajar adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi. Guru berperan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk membuat siswa mampu menguasai materi. Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar yakni dengan 3 memilih model pembelajaran yang tidak terpusat pada guru. Dengan demikian siswa akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Persoalan pokok dalam proses pembelajaran IPS bidang sejarah yaitu siswa beranggapan bahwa sejarah merupakan hafalan sehingga membuat siswa cenderung pasif. Siswa hanya mengandalkan catatan yang diberikan oleh guru dan LKS. Hal ini tentunya akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa untuk belajar, sehingga diperlukan adanya sumber belajar yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. SMP Negeri 8 Malang merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional di kota Malang. Di sekolah ini, dalam proses belajar mengajar telah menerapkan moving class. Moving class merupakan sebuah sistem pembelajaran dimana siswa harus berpindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain pada setiap kali pergantian pelajaran sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang harus ditempuh pada hari itu. Moving class merupakan salah satu usaha sekolah untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan. Alasan dipilihnya sekolah ini karena memiliki input dan sarana prasarana yang baik. Namun kualitas input yang cukup bagus dan sarana dan prasarana belum cukup untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil observasi awal (Rabu, 13 September 2011) terhadap pembelajaran yang dilakukan di SMP Negeri 8 Malang diperoleh informasi bahwa kendala utama bagi guru dalam pembelajaran IPS khususnya sejarah adalah membuat siswa menjadi aktif. Dalam kegiatan pembelajaran siswa masih bergantung pada guru yaitu pembelajaran konvensional yang mencakup metode pembelajaran ceramah, mengerjakan LKS dan penugasan. Pada setiap pertemuan siswa diberikan tugas untuk mengerjakan LKS sehingga cenderung bosan sehingga pembelajaran dirasa kurang efektif karena siswa banyak yang melakukan aktivitas sendiri seperti mencorat-coret buku, mengobrol dengan temannya bahkan tak jarang siswa sambil mengerjakan PR mata pelajaran lain. Dengan demikian hasil belajar siswa masih belum memenuhi SKM yang ditentukan sekolah. Hal ini nampak pada nilai ulangan harian pertama siswa yang rata-rata 4 hanya mencapai 68. Sedangkan SKM yang ditetapkan SMP Negeri 8 Malang adalah 75 (Rekap nilai ulangan harian: Kamis, 8 September 2011). Dari hal inilah, diperlukan salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Menurut Suprijono (2009:58) pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Dari dua ciri tersebut, maka pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membantu siswa untuk berfikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien pada belajar bersama dalam menemukan dan memahami konsep yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS bidang sejarah. Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif (Hanafiah, 2009:42). Menurut Kuala (2010:1) model pembelajaran picture and picture menekankan pada proses dan cara berpikir dalam mengurutkan gambar yang tersedia. Gambar merupakan faktor penting dalam model pembelajaran picture and picture. Guru sebelum melakukan pembelajaran, menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu ataupun dalam bentuk gambar presentasi dengan menggunakan LCD. Model ini untuk menghantarkan siswa dalam pembelajaran yang dirasakan dapat mendorong siswa dalam mengkonstruksikan pemikirannya. Secara tidak sadar, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan menggeneralisasikan, menganalisis, merumuskan latarbelakang, menyusun rumusan masalah dan memberikan hipotesis atas permasalahan yang telah dirumuskan. Model pembelajaran picture and picture juga dianggap dapat meningkatkan kreativitas guru, sejauh mana seorang guru menguasai materi, mampu mengembangkan materi, mewujudkannya menjadi suatu kesatuan hubungan sehingga siswa juga dapat mengerti jalan cerita atau menganalisnya. Kelebihan dalam model pembelajaran picture and picture menurut Sadiman (2007:1) sebagai berikut: 5 Pembelajaran model pembelajaran picture and picture memiliki kelebihan sebagai berikut: aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran picture and picture yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif, setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda, dan selalu menarik siswa. Dan kreatif, setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau metode, teknik, atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran picture and picture yakni mudah diterapkan berbagai kondisi kelas, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusus, hanya membutuhkan media gambar yang sesuai dengan materi. Selain mudah diterapkan, model pembelajaran picture and picture juga melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, meningkatkan konsep, dan mengingat lebih lama, karena siswa memahami melalui suatu penerapan. Dengan bertambahnya tingkat pemahaman siswa, maka akan membantu siswa meningkatkan hasil belajar. Aktivitas siswa perlu dirangsang sehingga perlu misalnya alat atau media untuk belajar. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Dengan kemajuan teknologi, guru dapat memanfaatkan alat-alat canggih seperti komputer, LCD. Penggunaan teknologi sebagai media dalam pendidikan dapat memberikan stimulus untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan membuat variasi berbeda dari model pembelajaran model picture and picture yang berbasis Microsoft PowerPoint merupakan suatu variasi model yang dirasa lebih efisien dalam proses belajar mengajar. Dipilihnya model pembelajaran picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint dalam kelas tersebut karena sebelumnya belum pernah diterapkan oleh guru. Dalam model ini siswa diajak mengamati gambar-gambar mengenai kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia yang ditampilkan menggunakan media LCD. Gambar mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran yaitu dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar. 6 Membangkitkan motivasi dalam belajar dan membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga hasil belajar dapat meningkat dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. METODE Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan kausal antara dua variabel yang sengaja ditimbulkan. Jenis penelitian eksperimen ini adalah Quasi Experiment atau eksperimen semu karena penelitian ini menggunakan dua kelompok, satu kelompok sebagai kelas eksperimen dan satu kelompok menjadi kelas kontrol. Rancangan penelitian yang dipilih adalah Nonequvalent Control Group Design, karena pada penelitian ini kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random yakni dengan menggunakan kelas-kelas yang sudah ada dengan keadaan yang sama. Desain ini sama dengan Pretest-Posttest control group design, dimana penelitian tidak melakukan randomisasi untuk membentuk kelas eksperiment dan kelas kontrol (Sugiyono, 2010:79). Desain ini terdapat dua kelas yang dipilih secara Purposive Sampling. Kelas dalam eksperimen penelitian ini adalah kelas yang dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif model Picture and Picture berbasis Microsoft PowerPoint, sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang dalam proses pembelajarannya menggunakan LKS. Kedua kelas kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan atau kemampuan awal siswa, yaitu adakah perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006:130). Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya. Sedangkan menurut Sudjana & Ibrahim (2007:84) populasi, maknanya berkaitan erat dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang digunakan 7 untuk mendapatkan informasi. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 8 Malang semester gasal 2011/2012 yang terdiri dari 8 kelas. Dengan jumlah keseluruhan 315 siswa. Menurut Sugiyono (2009:118) sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dapat dikatakan sebagai wakil dari sebuah populasi dan memiliki sifat yang sama. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah kedua kelas memiliki jumlah siswa dan kedua kelas diajar oleh guru yang sama, sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan materi pembelajaran yang selanjutnya diajarkan. Menurut Sugiyono (2009:118) sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dapat dikatakan sebagai wakil dari sebuah populasi dan memiliki sifat yang sama. Dari delapan kelas akan ditentukan dua kelas sebagai sampel. Peneliti mengambil kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII E sebagai kelas kontrol dimana kelas VII C berjumlah 40 siswa dan VII E berjumlah 40 siswa. Pengelompokkan siswa diatas tidak berdasarkan latar karakteristik siswa. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif atau angka-angka yang dapat dihitung. Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah: Observasi, tes, dan dokumentasi.Sukmadinata (2007:220) mengatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, kegiatan itu berkenaan dengan aktivitas belajar mengajar di kelas. Observasi berperan serta ini, peneliti berperan serta dalam kegiatan yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Tes hasil belajar atau tes pencapaian (Achievement Test). Arikunto (2005:32) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk menguji kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan dan untuk mengetahui ada dan 8 tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan yaitu adanya pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran kegiatan pembelajaran di kelas VII C dan kelas VII E . dimana kelas VII C diajar dengan model pembelajaran Picture and Picture Berbasis Microsoft PowerPoint sedangkan kelas VII E menggunakan LKS. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dengan menggunakan teknik statistik t-test untuk dua sampel related, yang diuji adalah perbedaan hasil antara O2 dengan O4. Jika diperoleh perbedaan, dimana O2 lebih besar O4 maka pembelajaran dengan menggunakan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa, namun bila O2 lebih kecil dari O4 maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh negatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. HASIL: Uji coba instrumen dilakukan untuk menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal yang digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba instrumen menyatakan bahwa dari 25 soal dinyatakan valid, sedangkan reliabilitas instrumen menyatakan bahwa soal termasuk dalam kriteria reliabilitas sangat tinggi karena r11 = 0,940. Sedangkan untuk instrumen afektif yang dinilai ada empat butir yakni (1) perhatian dalam kelas (2) tanggung jawab dalam mengerjakan tugas (3) ketertiban selama pembelajaran (4) keaktifan dan proses. Dimana penilaiannya adalah sangat baik, baik, cukup dan kurang baik. 1. Hasil Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Tabel 4.1 Deskripsi data kemampuan awal (pre-test) Standar Minimum Kelas Rata-rata Deviasi Eksperimen 51.60 14.05630 20 kontrol 47.70 15.80360 20 9 Maksimum 76 76 Dari kedua kelas tersebut hanya terdapat satu siswa yang nilainya diatas SKM, pada kelas eksperimen nilai terendah adalah 20 dengan nilai tertingginya 76, sedangkan kelas kontrol nilai terendah adalah 20 dan nilai tertingginya adalah 76. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 51.60, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 47.70 2. Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Tabel 4.2 Deskripsi data kemampuan akhir (post-test) Kelas Eksperimen kontrol Rata-rata 88.60 68.70 Standar Deviasi 8.85438 9.95940 Minimum Maksimum 72 52 100 88 Nilai siswa dikelas eksperimen yang memenuhi SKM sebanyak 37 dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendahnya 72. Pada kelas kontrol siswa yang nilainya memenuhi SKM sebanyak 10 siswa dengan nilai tertinggi 88 dan terendah 52. Nilai rata-rata postest pada kelas eksperimen sebesar 88.60 sedangkan pada kontrol sebesar 68.70. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata kelas kontrol masih berada dibawah rata-rata kelas eksperimen. 3. Deskripsi Nilai Afektif Hasil belajar Sejarah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Tabel 4.3 Deskripsi nilai afektif kelas eksperimen Frekuensi pertemuan (%) I ≥ 95 0 0 75-94 34 85 61-74 5 12.5 ≤ 60 1 2.5 Jumlah 40 100 Nilai Frekuensi pertemuan II 4 35 1 0 40 (%) 10 87.5 2.5 0 100 Frekuensi pertemuan III 7 33 0 0 40 (%) Kriteria 17.5 82.5 0 0 100 Sangat baik Baik Cukup kurang Dalam proses pembelajaran, guru juga memperhatikan tingkat keaktifan siswa, baik di dalam kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Penilaian aspek afektif siswa digunakan untuk memantau kegiatan siswa selama proses kegiatan 10 belajar mengajar berlangsung. Penilaian afektif yang didasarkan pada empat indikator yakni (1) perhatian dalam kelas (2) tanggung jawab dalam menjawab soal/ mengerjakan tugas (3) keterlibatan selama proses belajar mengajar dan (4) keaktifan dalam proses pembelajaran. Dari tabel 4.3 Dapat diketahui bahwa nilai siswa kelas eksperimen dilihat dari aspek afektif siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga mengalami peningkatan. 4. Perbedaan Hasil belajar IPS Sejarah Antara Model Picture And Picture berbasis Microsoft Power Point dan Menggunakan LKS. Tabel 4.4 Deskripsi hasil belajar siswa berdasarkan pre-test dan post-test Kelas Eksperimen Kontrol Pre-test 51.60 47.70 Post-test 88.60 68.70 Peningkatan 37.00 21.00 Kesimpulan Terjadi peningkatan Tabel 4.4 Menunjukkan deskripsi hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilihat dari nilai pre-test dan post-test, dimana kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdapat peningkatan. Pada kelas eksperimen terdapat peningkatan sebesar 37.00 dari perolehan pre-test 51.60 menjadi 88.60 setelah post-test. Sedangkan untuk kelas kontrol juga terdapat peningkatan sebesar 21.00 dari perolehan pre-test 47.70 menjadi 68.70 setelah post-test. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dapat dikatakan lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar kelas kontrol. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pada kedua kelas menggunakan gain score. Gain score dianggap sebagai ukuran perubahan hasil belajar siswa setelah kedua kelas mendapat perlakuan berbeda. Deskripsi gain score disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Deskripsi statistik gain score Kelas Mean Eksperimen Kontrol 37.00 21.00 Skor Minimum 12 0 11 Skor Maksimum 68 60 Standar Deviasi 12.85 13.40 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai gain score tertinggi pada kelas eksperimen adalah 68, nilai terendahnya adalah 12 dan rata-rata kelasnya 37. Sedangkan gain score tertinggi pada kelas kontrol adalah 60, nilai terendahnya adalah 0 dan rata-rata kelasnya 21. Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung (9,444) > ttabel (1,990) dengan nilai Sig. (0,000) < 0,05 berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa antara pembelajaran menggunakan LKS dan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar mata pelajaran IPS sejarah materi kehidupan pada masa pra-aksara di Indonesia. PEMBAHASAN Hasil Belajar IPS Sejarah Siswa yang Belajar dengan LKS Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan LKS diukur menggunakan pre-test dan post-test. Hasil pre-test pada kelas kontrol memiliki rata-rata kelas sebesar 47.70 dengan jumlah siswa kelas VII E sebanyak 40 siswa, dimana sebagian besar siswa kelas eksperimen memiliki nilai dibawah SKM yang ditentukan sekolah yakni 75, namun hanya satu siswa yang dapat mencapai nilai SKM yang telah ditentukan yakni 76. Pada kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran menggunakan LKS mempunyai nilai rata-rata pre-test sebesar 47.70 dan nilai rata-rata post-test sebesar 68.70, terdapat peningkatan sebesar 21.00. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS Sejarah masing berada jauh dibawah SKM yang ditentukan yakni 75. Pembelajaran ini kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa cenderung menunggu perintah dari guru untuk belajar dan mengerjakan LKS yang kurang membangkitkan motivasi dan keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Hal ini sesuai pendapat yang diungkapkan oleh Setyosari (2001:1) “proses pembelajaran yang melibatkan guru (instruktur), sibelajar, buku teks ini di definisikan sebagai pembelajaran tradisional”. 12 Hasil Belajar IPS Sejarah Siswa yang Belajar dengan Model Picture and picture berbasis Microsoft Power Point Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur melalui pemberian tes. Terdapat dua macam tes yang diberikan kepada siswa yaitu pre-test dan post-test. Dimana pre-test ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Post-test diberikan dengan tujuan mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Soal untuk pre-test dan post-test adalah sama, yakni sebanyak 25 butir soal pilihan ganda. Di dalam menunjang proses pembelajaran guru menggunakan lembar penilaian aspek afektif siswa. Instrumen aspek afektif digunakan untuk memantau aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga diharapkan pembelajaran akan berlangsung maksimal. Indikator dalam aspek afektif antara lain, (1) perhatian siswa dalam kelas (2) tanggung jawab dalam mengerjakan tugas (3) keterlibatan selama pembelajaran (4) keaktifan selama proses pembelajaran. Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa kegiatan siswa selama pembelajaran cukup baik, hal ini terbukti dari nilai afektif yang mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada setiap indikator nilai afektif. Pada pertemuan pertama aspek afektif siswa masing kurang maksimal jika dibandingkan pada pertemuan selanjutnya, hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama siswa masih dapalam tahapan penyesuaian terhadap materi pelajaran, namun pada pertemuan selanjutnya siswa menjadi lebih perhatian dan lebih aktif. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint setelah dianalisis pada Bab IV menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kelas VII C dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint memiliki rata-rata kelas sebesar 51.60, dimana sebagian besar siswa kelas eksperimen memiliki nilai dibawah SKM yang ditentukan sekolah yakni 75, namun hanya satu siswa yang dapat mencapai nilai SKM yang telah ditentukan yakni 76. 13 Dalam kelas eksperimen ini, setelah pemberian pre-test kemudian siswa diberikan suatu perlakuan yaitu berupa pembelajaran kooperatif model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint dengan materi kehidupan pada masa pra aksara. Pada pembelajaran ini mengarahkan siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pada proses pembelajaran ini peneliti melibatkan siswa untuk aktif, berfikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien pada belajar bersama dalam menemukan dan memahami konsep yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS bidang sejarah, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Siswa juga disuruh mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelompok lain. Dari diskusi ini tersusun sebuah konsep yang dapat dipahami oleh masing-masing siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan kegiatan pembelajaran IPS sejarah dengan menggunakan model picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa kelas VII C dengan jumlah 40 siswa, terdapat peningkatan sebesar 37.00 dari perolehan pre-test 51.60 menjadi 88.60 setelah post-test. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sadiman (2007:1) sebagai berikut: Pembelajaran model pembelajaran picture and picture memiliki kelebihan sebagai berikut: aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran picture and picture yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif, setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda, dan selalu menarik siswa. Dan kreatif, setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau metode, teknik, atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran picture and picture yakni mudah diterapkan berbagai kondisi kelas, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusus, hanya membutuhkan media gambar yang sesuai dengan materi. Selain mudah diterapkan, model pembelajaran picture and picture juga melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, meningkatkan konsep, dan mengingat lebih lama, karena siswa memahami melalui suatu penerapan. Dengan bertambahnya tingkat 14 pengusaan materi oleh siswa, maka akan membantu siswa meningkatkan hasil belajar. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Belajar dengan LKS dan yang Belajar dengan Model Picture and Picture Berbasis Microsoft PowerPoint Hasil belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari tes kemampuan awal (pre-test) yang diberikan sebelum kedua kelompok yakni kelas kontrol dengan menggunakan LKS dan kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan Model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint, diperoleh hasil kemampuan awal yang sama, yaitu untuk rata-rata pre-test pada kelas kontrol sebesar 47.70 dan kelas eksperimen sebesar 51.60. Berawal dari kemampuan yang sama tersebut kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, sehingga dapat diketahui hasil belajar kelompok mana yang lebih baik. Berdasarkan hasil tes kemampuan akhir (post-test) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa juga terdapat peningkatan sebesar 21.00 dari perolehan pre-test 47.70 menjadi 68.70 setelah post-test. Sedangkan untuk kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa terdapat peningkatan sebesar 37.00 dari perolehan pre-test 51.60 menjadi 88.60 setelah post-test. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dapat dikatakan lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar kelas kontrol. Dalam penerapan pembelajaran model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint di SMP Negeri 8 Malang terdapat kelebihan yang dapat ditunjukkan antara lain: (1) dalam diskusi kelompok terlihat adanya kerja sama dalam kelompok untuk mempelajari dan memahami suatu konsep materi. (2) setiap kelompok diberikan tanggung jawab dan kesempatan untuk aktif dalam diskusi di kelas. (3) kerjasama dalam kelompok yang heterogen, hal ini membantu siswa yang belum paham untuk saling tukar pikiran. Menurut Kahfi (2003:4) bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan tujuan bersama. Dengan demikian pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk berusaha menemukan informasi dalam belajar mereka sendiri dan belajar bekerja 15 sama dalam satu tim (team work) sehingga keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Penggunaan teknologi sebagai media dalam pendidikan dapat memberikan stimulus untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran mampun membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widja (1989:1) bahwa kurangnya variasi dalam penggunaan media pembelajaran menyebabkan minat peserta didik terhadap pelajaran sejarah berkurang. Pada penelitian ini telah menggunakan media slide Microsoft PowerPoint. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap perbedaan hasil belajar IPS Sejarah yang belajar dengan menggunakan LKS dan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint pada pokok bahasan kehidupan pada masa pra aksara di SMP Negeri 8 Malang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil belajar IPS Sejarah kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan LKS mempunyai nilai rata-rata pre-test sebesar 47.70. Sedangkan hasil belajar IPS Sejarah kelas eksperimen yang belajar dengan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint mempunyai nilai rata-rata pre-test sebesar 51.60. Hal ini menunjukkan bahwa antara kelas kontrol dan kelas ekperimen memiliki rata-rata kemampuan awal yang sama. 2. Hasil belajar IPS Sejarah setelah diberikan perlakuan kemampuan akhir (posttest) dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa juga terdapat peningkatan sebesar 21.00 dari perolehan pre-test 47.70 menjadi 68.70 setelah post-test. Sedangkan untuk kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa terdapat peningkatan sebesar 37.00 dari perolehan pre-test 51.60 menjadi 88.60 setelah post-test. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dapat dikatakan lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar kelas kontrol. 16 3. Perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu, penggunaan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint yang lebih unggul dibandingkan dengan penggunaan LKS.Terdapat peningkatan hasil belajar baik berdasarkan perolehan pre-test dan post-test. Pada kelas eksperimen terdapat peningkatan yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung (9,444) > ttabel (1,990) dengan nilai Sig. (0,000) < 0,05 berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa antara pembelajaran menggunakan LKS dan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar mata pelajaran IPS sejarah materi kehidupan pada masa praaksara di Indonesia. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru mata pelajaran IPS sejarah disarankan untuk menerapkan model Picture and picture berbasis Microsoft PowerPoint untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Pada penelitian ini dalam mengukur hasil belajar, peneliti hanya mengukur ranah kognitif dan afektif saja. Oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengukur ketiga ranah yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian: Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Aswar, S. 2001. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta:Pustaka Belajar. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Bumi Aksara. Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Isjoni. 2007. Cooperative Learning.Bandung: Alfabeta. 17 Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran. Malang: Elang Emas. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya. Sudjana, N & Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Balai Pustaka Widja, I. G. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta metode-metode pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Wiyono, B.B. 1990. Evaluasi Pendidikan.Malang: IKIP Malang. 18