9 BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN MERAWAT DIRI 1

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KESIAPAN MERAWAT DIRI
1. Pengertian Kesiapan
Menurut Yusnawati (2007), kesiapan merupakan suatu kondisi
dimana
seseorang telah
mencapai pada
tahapan
tertentu atau
dikonotasikan dengan kematangan fisik, psikologis, spiritual dan skill.
Menurut Slameto (2010), kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang
membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara
tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan
berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon.
Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup,
baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan
kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan
motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan. Hamalik (2008)
juga berpendapat bahwa kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang
harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan
pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan
adalah suatu kondisi yang dimiliki oleh seseorang dalam mempersiapkan
diri baik secara mental, fisik maupun emosional, sebagai prasyarat untuk
menghadapi keadaan yang akan datang.
9
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
10
2. Faktor-faktor Kesiapan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan, menurut
Darsono (2000) faktor kesiapan meliputi:
a. Kondisi fisik yang tidak kondusif
Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain
yang dibutuhkan untuk melakukan proses merawat diri.
b. Kondisi psikologis yang kurang baik
Misalnya gelisah, tertekan, dan lain sebagainya. Merupakan
kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran suatu tugas
tertentu.
Menurut Djamarah (2002) faktor- faktor kesiapan meliputi:
a. Kesiapan fisik, misalnya tubuh tidak sakit.
b. Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk merawat diri, memiliki
pandangan positif, dan ada motivasi intrinsik.
c. Kesiapan Materiil, misalnya memiliki alat bantu yang dapat
menunjang proses pelaksanaan tugas.
Menurut Soemanto (1998) faktor yang membentuk kesiapan,
meliputi:
a. Perlengkapan
dan
pertumbuhan
fisiologi;
ini
menyangkut
pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada
umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan
individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
11
3. Prinsip-prinsip Kesiapan
Slameto (2010) juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip
readiness atau kesiapan yaitu:
a. semua
aspek
perkembangan
berinteraksi
(saling
pengaruh
mempengaruhi).
b. kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh
manfaat dari pengalaman.
c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan.
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode
tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.
Menurut Soemanto (1998) prinsip bagi perkembangan readiness
meliputi:
a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk
readiness.
b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis
individu.
c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan
fungsi- fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun
yang rohaniah.
d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk
pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan
seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
12
4. Aspek-aspek Kesiapan
Menurut Slameto (dalam Iin dan Wijayanti, 2014) kesiapan
adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk
memberi respon/ jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau
kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidaktidaknya 3 aspek, yaitu :
a. Kondisi fisik, mental dan emosional
b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah
dipelajari.
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai dasar kesiapan
adalah kondisi fisik, mental, emosional, motivasi dan pengetahuan.
Kondisi fisik yang dimaksud disini misalnya kondisi fisik yang temporer
dan permanen (keadaan, cacat tubuh, alat indra). Kondisi mental disini
menyangkut kepercayaan diri sendiri dalam melaksanakan tugas-tugas,
pandangan tehadap tugas-tugas dan penyesuaian diri. Kondisi emosional
disini menyangkut perasaan senang dalam menjalankan tugas, tidak takut
menjalankan tugas sendiri dan semangat dalam melaksanakan tugas.
Motivasi yang dimaksud disini adalah keinginan dan motif- motif yang
mendorong seseorang melakukan tugas. Pengetahuan yang dimaksud
disini adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai tugas-tugas
yang diberikan.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
13
5. Merawat Diri
Merawat diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis
(Hidayat, 2009). Menurut Orem dalam penelitian Ramawati (2011),
perawatan diri adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan
dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraanya sesuai
keadaan, baik sehat maupun sakit.
Merawat diri mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan
kehidupan
sehari-hari,
biasanya
dinamakan
aktivitas
kehidupan sehari-hari, namun merawat diri lebih luas dari pada aktivitas
kehidupan sehari- hari. Merawat diri dipelajari sepanjang waktu dan
menjadi kebiasaan sepanjang kehidupan. (Carpenito, 2000).
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa merawat
diri adalah kegiatan yang dilakukan individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya guna mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis yang mencakup aktivitas kehidupan sehari- hari.
6. Area perawatan diri
Menurut Carpenito (2000), area-area perawatan diri terdiri dari:
a. Perawatan diri makan
Perawatan diri makan adalah perawatan yang berkaitan dengan
aktivitas makan seperti memegang sendok, mengambil makan dan
lain- lain.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
14
b. Perawatan diri mandi/higiene
Perawatan diri mandi/hygiene merupakan perawatan diri yang
berkaitan dengan mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri
seperti membersihkan organ-organ seks pada saat mandi, gosok gigi
dan lain- lain.
c. Perawatan diri berpakaian/berdandan
Perawatan diri berpakaian merupakan perawatan diri yang
berkaitan dengan aktivitas berpakaian, seperti: memakai dan
membedakan baju, mana untuk laki- laki dan mana untuk perempuan,
memakai dan membedakan aksesoris, mana untuk laki- laki dan mana
untuk perempuan.
d. Perawatan diri toileting
Perawatan diri toileting merupakan perawatan diri yang
berkaitan dengan aktivitas BAB/BAK, seperti: membersihkan alat
kelamin/organ-organ seks sesudah BAB/BAK.
e. Perawatan diri instrumental
Perawatan diri instrumental merupakan perawatan diri yang
berkaitan dengan penggunaan alat-alat.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada 3 area perawatan
diri yaitu perawatan diri toileting, perawatan diri mandi dan perawatan
diri berpakaian. Peneliti hanya mengambil 3 area dikarenakan ketiga area
perawatan diri ini berkaitan dengan hal- hal seksual remaja.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
15
7. Dampak kurang pe rawatan diri
Menurut Wartonah (2006) dampak yang bisa timbul adalah:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya perawatan diri perorangan dengan baik.
b. Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan perawatan diri
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
8. Faktor-faktor yang me mpengaruhi perawatan diri
Menurut Hidayat (2008), pemenuhan perawatan diri di pengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya budaya, nilai sosial pada individu atau
keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap
perawatan diri.
Sedangkan Perry dan Potter (2005) menjelaskan faktor- faktor
yang mempengaruhi seseorang melakukan perawatan diri, yaitu :
a. Citra tubuh
Penampilan
umum
seseorang
dapat
menggambarkan
pentingnya perawatan diri pada orang tersebut. Citra tubuh
merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan perawatan diri. Citra tubuh dapat berubah akibat
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
16
adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu
usaha ekstra untuk meningkatkan perawatan diri.
b. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan
dapat mempengaruhi praktik perawatan diri. Selama masa kremajakremaja, kremaja-kremaja mendapatkan praktik perawatan diri dari
orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan
ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan diri.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan
tingkat
praktik
kebersihan
yang
dilakukan.
Apakah
dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting (alat-alat yang membantu
dalam memelihara perawatan diri dalam lingkungan rumah).
d. Pengetahuan
Pengetahuan
tentang
pentingnya
perawatan
diri
dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan diri.
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus
termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
e. Kebudayaan
Kepercayaan
kebudayaan
pasien
dan
nilai
pribadi
mempengaruhi perawatan diri. Orang dari latar kebudayaan yang
berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
17
f.
Pilihan pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan
diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana
cara melakukan perawatan diri.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.
9. Seksual
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan lakilaki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangk ut berbagai
dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis dan
kultural. Seksual dari dimensi biologis berkaitan dengan organ
reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Sedangkan seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan
bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran
atau jenis (dalam penelitian Ari Lestari).
Seksualitas menurut Pangkahila dalam Soetjiningsih (2004)
adalah suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan
psikoseksual. Sedangkan menurut Amsiamsidar dalam Sahara (2004)
mengemukakan bahwa seksualitas adalah suatu istilah yang mencakup
segala sesuatu yang berkaitan dengan seks. Dari pengertian tersebut ada
dua aspek dari seksualitas, yaitu:
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
18
a. Seks dalam arti sempit yang berarti kelamin, adapun yang termasuk
kelamin yaitu:
1) Alat kelamin
2) Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan
laki- laki dan perempuan. Misalnya pertumbuhan payudara pada
perempuan dan pertumbuhan kumis pada laki- laki.
3) Kelenjar-kelenjar dan hormon- hormon dalam tubuh yang
mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin.
4) Hubungan kelamin
5) Proses pembuahan, kehamilan dan melahirkan.
b. Seks dalam arti luas berarti hal yang terjadi sebagai akibat dari
adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:
1) Perbedaan tingkah laku
2) Perbedaan atribut
3) Perbedaan peran dan pekerjaan
4) Hubungan pria dan wanita: tata krama, pegaulan, perkawinan,
percintaan dan lain- lain.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud seksual disini yaitu organorgan seks dan atribut-atribut seks.
10. Kesiapan Merawat Diri
Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena
perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga pengetahuan
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
19
tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Proverawati,
dalam Afifah dan Hastuti, 2016).
Berdasarkan kajian teori diatas, kesiapan merawat diri yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang dimiliki oleh
seseorang dalam mempersiapkan diri baik secara fisik, mental dan
emosional untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
dirinya sendiri guna mempertahankan kesehatan yang mencakup aktivitas
kehidupan sehari- hari berkaitan dengan hal- hal mengenai seksual.
B. REMAJA TUNA GANDA
1. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa
masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi a tau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak.
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
20
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. (Rumini dan Sundari, 2004).
Sedangkan menurut Darajat (1990) remaja adalah masa peralihan
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa
yang telah matang.
Hal
senada
diungkapkan
oleh
Santrock
bahwa
remaja
(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional (Santrock, 2003)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, remaja adalah masa
peralihan antara anak dan dewasa, yang masa ini terjadi antara rentang
usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional.
2. Pengertian Tunaganda
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki lebih dari satu
kelainan atau masalah jasmani, mental atau emosional yang sangat berat
atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut (www.ditplb.or.id).
Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
21
mencakup
kelompok
yang
mempunyai
hambatan-hambatan
perkembangan neologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi
kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak, bahasa, atau
hubungan-pribadi masyarakat (Delphie, 2006).
Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998)
tunaganda merupakan anak yang menderita dua atau lebih kelainan
dalam segi jasmani, keindraan, sosial dan emosi sehingga untuk
mencapai perkembangan kemampuan yang optimal diperlukan pelayanan
khusus dalalm pendidikan, medis dan sebagainya. Anak tuna ganda
membutuhkan dukungan besar pada lebih dari satu aktivitas hidup yang
utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal mandiri,
bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan dan Kaufmann, 2006).
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan
diatas, dapat
disimpulkan bahwa anak tunaganda merupakan bagian dari anak
berkebutuhan khusus yang menderita lebih dari satu ketunaan dalam segi
jasmani,
keindraan,
mengkhususkan
mental,
ketunaan
sosial,
utamanya
dan
emosi.
adalah
Penelitian
tunagrahita
ini
dan
kombinasinya adalah tunadaksa.
3. Klasifikasi Tunaganda
Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998), anak
tunaganda dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Anak tunaganda ringan
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
22
Misalnya tunagrahita ringan kombinasinya dengan tunadaksa
ringan.
b. Anak tunaganda sedang
Misalnya tunagrahita sedang kombinasinya dengan tunadaksa
sedang.
c. Anak tunaganda berat
Misalnya tunagrahita berat kombinasinya dengan tunadaksa
berat.
4. Ciri-ciri Anak Tunaganda
Anak tunaganda seringkali disertai dengan keterbatasan yang
sangat berat ataupun memiliki kombinasi yang sangat kompleks dari
berbagai keterbatasan tersebut. Mereka memiliki beberapa kelemahan
yang sangat berat diantaranya dalam hal fungsi otak, perkembangan
motorik, bicara dan bahasa, tingkah laku penyesuaian diri, funsi
penglihatan dan juga pendengaran (Heward & Orlansky, 1988).
Menurut Mangunsong dkk (1998), anak tunaganda mempunyai
kelainan lebih dari satu macam dengan ciri-ciri fisik seperti gangguan
refleks, gangguan perasaan kulit, gangguan fungsi sensoris, gangguan
fungsi motorik, gangguan fungsi metabolisme, dan sistem endokrin,
gangguan sistem gastrointestial, gangguan fungsi sirkulasi udara,
gangguan fungsi pernapasan, dan gangguan pembentukan ekskresi urine.
Heward dan Orlansky (1988) menambahkan bahwa anak tunaganda
memiliki perkembangan motorik dan fisik yang terbelakang. Sebagian
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
23
besar mereka mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisik. Mereka
tidak mampu berjalan ataupun duduk sendiri dan mereka bergerak
lamban.
Secara mental, anak tunaganda sering sekali mengalami gangguan
dalam kemampuan intelektual, kehidupan emosi dan sosialnya, antara
lain adalah gangguan emosional, hiperaktif, gangguan pemusatan
perhatian, toleransi yang rendah terhadap kekecewaan, berpusat pada diri
sendiri, depresi dan cemas (Mangunsong dkk, 1998). Anak tunaganda
juga memiliki beberapa masalah tingkah laku seperti amarah yang
meledak- ledak dan agresivitas terhadap orang lain (Hallahan dan
Kuffman, 2006). Menurut Heward dan Orlansky (1988), seringkali anak
tunaganda memiliki tingkah laku yang aneh dan tidak bertujuan seperti
menstimulasi atau melukai diri. Mereka juga memiliki keterampilan yang
kurang dalam menolong diri sendiri dan mengurus kebutuhan dasar
seperti makan, berpakaian, mengontrol buang air besar dan buang air
kecil, dan kebersihan diri.
Dalam aspek sosial, anak tunaganda juga memiliki hambatan fisik
dalam melaksanakan kegiatan sehari- hari, rasa rendah diri, isolatif,
kurang percaya diri, hambatan dalam keterampilan kerja dan hambatan
dalam melaksanakan kegiatan sosial (Mangunsong dkk, 1998). Heward
dan Orlansky (1988) menambahkan bahwa anak tunaganda kurang atau
tidak dapat berkomunikasi. Kemampuan mereka sangat terbatas dalam
mengekspresikan atau mengerti orang lain. Banyak yang tidak dapat
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
24
bicara, bila ada komunikasi beberapa anak tunaganda mungkin tidak
dapat memberikan respon. Selain itu, anak tunaganda juga jarang
menampilkan perilaku dan interaksi yang sifatnya konstruktif. Sangat
sulit untuk menimbulkan perhatian pada anak tunaga nda atau untuk
menimbulkan respon-respon yang dapat di observasi.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Remaja Tunaganda
Ringan
Mengalami
Keterbatasan
Intelektual
Kesiapan
Merawat Diri
Gambar 1.
Kerangka berpikir
Remaja tunaganda sama seperti remaja normal lainnya yang
mengalami siklus perkembangan dalam hidupnya. Pada perkembangan
tertentu seperti kognitif, emosi, sosial dan kepribadian remaja tunagrahita
memang terdapat perbedaan dengan remaja normal karena keterbatasannya,
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
25
namun perkembangan seksual mereka sama dengan remaja normal yang
memiliki dorongan kebutuhan seksual. Remaja tunaganda ringan juga
mengalami perkembangan organ-organ seksual.
Karena keterbatasan intelektual dan keterbatasan fisik, munculah
permasalahan-permasalahan tentang perawatan diri. Perawatan diri sangat
penting bagi remaja tunaganda, karena perawatan diri sebagai cara guna
mempertahankan kebersihan dan kesehatan baik secara fisik maupun
psikologis.
Dalam melakukan perawatan diri, remaja tunaganda ringan harus
memiliki kesiapan yang baik. Seperti yang di kemukakan Proverawati (dalam
Afifah dan Hastuti, 2016) kesiapan mental sangat diperlukan sebelum
menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga
pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi.
Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup,
baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan
yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang
cukup untuk melakukan suatu kegiatan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan pertanyaan, bagaimana
kesiapan remaja tunaganda ringan dalam melakukan perawatan diri. Maka
dari itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan secara kualitatif
tentang kesiapan remaja tunaganda ringan dalam merawat diri.
Studi Deskripsi Kualitatif…, Ziyadi Ali Ikromi, Fakultas Psikologi UMP, 2017
Download