ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI DARI SERANGGA PERMUKAAN TANAH PADA BEBERAPA ZONASI DI HUTAN GUNUNG GEULIS SUMEDANG Ida Kinasih*, Tri Cahyanto, dan Zhia Rizki Ardian Abstrak Keanekaragaman merupakan salah satu indikator kestabilan suatu komunitas. Salah satu sumber daya yang berperan dalam komunitas adalah serangga permukaan tanah. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu, sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor. Hutan Gunung Geulis yang sebagian dikelola masyarakat berpengaruh pada kelimpahan, distribusi dan keanekaragaman jenis biota penghuni Hutan termasuk serangga permukaan tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan dan distribusi serangga permukaan tanah pada dua zonasi di Hutan Gunung Geulis yang berbatasan dengan desa Jatiroke. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Februari 2014 dengan menggunakan metode survei yaitu pengambilan sampel serangga secara langsung dengan menggunakan pitfall trap. Setiap zonasi dipasang 30 pitfall trap. Jebakan dipasang selama 24 jam dan dilakukan sampling setiap satu minggu sekali selama 5 minggu. Selain itu juga mencatat faktor lingkungan seperti kelembaban tanah, pH tanah, dan ketebalan seresah. Hasil penelitian didapat pada zona 2 (600 mdpl) terdapat jumlah individu serangga yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan zona 1 (400 mdpl), dengan komposisi serangga 7 ordo dengan 14 famili dari (1001 individu) pada zona 1, sedangkan pada zona 2 didapatkan 6 ordo dengan 13 famili dari (1077 individu). Adanya perbedaan pH tanah, ketebalan serasah, serta vegetasi pada kedua zona tersebut memungkinkan adanya perbedaan keanekaragaman dan komposisi serangga tanah. Kata-kata kunci: serangga permukaan tanah, Gunung Geulis, keanekaragaman, komposisi dengan organisme tanah lainnya serta Pendahuluan paling sering diteliti tentang biologi Serangga permukaan tanah dan dampak serangga tersebut merupakan salah satu sumberdaya terhadap kesuburan tanah. Habitat yang ada di alam Indonesia. Serangga yang didekomposisi terdiri dari kayu tanah, dalam yang telah lapuk, seresah, sampah makrofauna, merupakan fauna yang kotoran dan kotoran dari hewan paling merupakan pelengkap dari sistem yang termasuk menyolok ke dibandingkan 19 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 tanah. Proses vegetasi dekomposisi dari dari sebagian atau seluruh hidup hewan serta mereka di atas permukaan tanah. dan pengembalian nutrisi ke dalam tanah Kelimpahan, melibatkan banyak organisme, antara keanekaragaman lain cacing tanah, dan serangga serta permukaan tanah semakin banyak heksapoda lainnya, dimana proses jenis dan individu dalam luas areal dekomposisi tanah mencerminkan semakin stabil ini nantinya akan distribusi jenis suatu dalam tanah, serangga membentuk dalam suatu ekosistem merupakan komunitas yang beranekaragam baik suatu kelompok biota yang memiliki secara struktural maupun fungsional. peranan penting untuk memelihara Komunitas ini sangat dipengaruhi oleh keseimbangan perubahan lingkungan tanah yang ekosistem karena memiliki sebaran disebabkan oleh alam antara lain suhu, yang merata dalam tingkatan trofik. kelembaban, curah hujan serta faktor Hutan gunung Geulis adalah salah lingkungan Adanya satu kawasan hutan hujan tropis yang aktivitas manusia dalam mengolah menyediakan sumber kehidupan bagi tanah mempengaruhi satwa yang terdapat di dalamnya, komunitas biota tanah [2][3]. Adanya termasuk serangga permukaan tanah. faktor-faktor tersebut, maka fauna Kondisi tanah kelembaban tinggi merupakan salah juga akan dapat [1]. dijadikan sebagai hutan. serangga dilanjutkan oleh mikroorganisme. Di lainnya ekosistem dan atau hutannya kestabilan yang satu ataupun serangga permukaan tanah. Hutan yang terjadi sebelumnya [3][4]. disukai oleh Gunung Bukit jarian atau Gunung Geulis Keanekaragaman tanah di beberapa dilaporkan yang memiliki indikator lingkungan akibat perubahan gangguan-gangguan habitat Serangga kawasan hutan cukup tinggi, sehingga menjadi sangat menarik dan bermanfaat untuk dikaji lebih lanjut dengan mengaitkan peran serangga permukaan tanah itu sendiri di kawasan hutan Gunung Geulis. Banyak serangga permukaan tanah terletak di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang memiliki ketinggian 1.281 m dpl. Gunung Geulis merupakan kawasan yang memiliki Sumber Daya Alam yang beraneka ragam. Selain itu, Gunung Geulis merupakan hutan alami yang telah banyak mengalami deforestasi atau pembukaan lahan. 20 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Hutan ini memiliki vegetasi yang Geulis menjadi ekosistem perladangan heterogen. Sampai saat ini data dan belum tersedia data dan informasi. potensi hutan ini belum banyak Penelitian diketahui dan belum dianggap sebagai memberikan salah satu sumber daya yang mampu tentang kelimpahan, distribusi dan mengatasi masalah yang timbul akibat keanekaragaman serangga permukaan adanya dan tanah serta dapat dijadikan salah satu pembukaan hutan [5]. Vegetasi yang acuan dalam mengelolah kawasan terdapat di hutan gunung geulis Hutan diantaranya pinus (Pinis merkusii), mendukung keanekaragaman hayati karena tumbuhan ini yang paling dan keseimbangan ekosistem berbasis mendominasi. Karena pada zonasi lestari berkelanjutan. Dari penelitian satu hanya sedikit vegetasi yang ini diharapkan dengan mengetahui terdapat, tetapi pada zonasi dua keanekaragaman serangga permukaan sampai zonasi ketiga vegetasi yang tanah terdapat bermacam-macam. Potensi penelitian yang dimiliki hutan ini, sebagian diketahui faktor yang membedakan lahannya sudah dimanfaatkan oleh jenis serangga permukaan tanah di penduduk sebagai lahan pertanian. Hutan Gunung Geulis dan untuk Beberapa spesies jenis hewan tanah inventarisasi juga serangga pemanasan banyak global ditemukan. Hutan ini diharapkan data dan Gunung yang informasi Geulis terdapat di maka dapat ini, dapat yang lokasi juga keanekaragaman permukaan tanah yang Gunung Geulis yang berada di tiga selama ini belum diteliti di kawasan wilayah tersebut. kecamatan Jatinangor, yaitu Kec. Tanjungsari, dan Cimanggung. Sumedang itu luasnya mencapai 338,5 ha. Berdasarkan latar Metode Gambaran Lokasi Penelitian belakang tersebut maka dilakukan sebuah penelitian tentang Gunung Geulis terletak pada keanekaragaman serangga permukaan 107°46’45”BT tanah pada beberapa zonasi di Hutan dan 6°55’16,22”LS - 6°57’25,95”LS. Gunung Sedangkan letak geografisnya adalah: distribusi Geulis. Kelimpahan serangga tanah dan - 107°49’31,67”BT pasca pengalihan ekosistem Hutan Gunung 21 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Cijati dan (Gamelina arborea) dan Mara desa Rancabawang (Macaranga tanarius). Bahan dan Alat b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Lebakkaso Bahan yang digunakan selama penelitian yaitu alkohol 70%, larutan gula, detergen. Sedangkan alat yang c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Cisempur dan desa Sawahdadap digunakan adalah gelas plastik untuk digunakan sebagai pitfall trap, penutup dari plastik, meteran, soil d. Sebelah barat berbatasan dengan tester, stereomikroskop, plastik, botol desa Jatiroke, desa Kiarapendek, sampel. dan desa Sekepandan. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebelah Penelitian ini menggunakan barat yang berbatasan dengan desa metode survei Jatiroke. Lokasi pengambilan sampel sampel serangga secara langsung pada dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat bulan Januari – Februari 2014 dengan yang berbeda yaitu pada beberapa menggunakan perangkap yaitu pitfall zonasi di Hutan Gunung Geulis, trap (Gambar 1). Pengambilan sampel dengan membagi dua zonasi lokasi dilakukan dengan cara memasang 30 yaitu: perangkap yang dibagi menjadi 3 plot yaitu pengambilan dengan ukuran 100x100 m. Pada a. Zonasi 1 dengan ketinggian setiap plot diletakkan 10 pitfall trap di (400 mdpl) dengan didominasi setiap zonasi 1 dan oleh vegetasi P. merkusii dan Perangkap diisi dengan larutan gula Caliandra. dengan ukuran satu sendok makan b. Zonasi 2 dengan ketinggian (600 mdpl) dengan didominasi oleh vegetasi (Swietinia merkusii, Mahoni mahagoni), P. Gamelina yang dicampur secukupnya dengan pada zonasi 2. detergen masing-masing perangkap. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik atau pitfall trap tersebut (kira-kira ¼ bagian terisi larutan). 22 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 sorting). Kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi alkohol 70% untuk proses identifikasi. Identifikasi sampel serangga mengacu pada buku identifikasi serangga [1][6]. Identifikasi ini dilakukan sampai pada Gambar 1. Pitfall trap yang digunakan level famili. pada saat penelitian Analisis Data Perangkap dipasang dengan cara dibenamkan ke dalam tanah dimana bagian terbuka dari pitfall trap diletakkan sejajar dengan permukaan tanah. Pitfall trap kemudian dibiarkan selama 24 jam setiap satu minggu sekali selama 5 minggu. Kemudian Analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan indeks keanekaragaman (indeks Shanon- Wiener), korelasi (correlation Rank Kendall), dan multivariate analysis. Untuk mengetahui indeks sampel yang tertangkap dikumpulkan. keanekaragaman serangga permukaan Sampel yang tanah dibawa ke Fakultas selanjutnya Laboratorium Sains Universitas Gunung didapat dan Islam Djati Biologi Teknologi, Negeri Bandung. Sampel alkohol 70% dan segera dibawa ke Laboratorium. lingkungan digunakan rumus Shannon-Wienner [7]: H’ = -ΣPi ln Pi Sunan dikumpulkan di dalam plastik berisi Pengambilan maka Pi = ni/N Keterangan : H = indeks keanekaragaman ni = jumlah suku yang didapat data dilakukan faktor pada saat N = jumlah total suku yang didapat peletakan dan pengambilan sampel. Data yang diambil meliputi ketebalan serasah, kelembaban tanah, dan pH tanah pada masing-masing lokasi penelitian. Sampel yang telah diambil dilakukan sorting terlebih dahulu dengan menggunakan tangan (hand Untuk mengetahui korelasi komposisi serangga permukaan tanah dengan faktor lingkungan meliputi ketebalan serasah, suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, dan pH tanah maka data yang 23 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 diperoleh selama pengamatan diolah Sedangkan pada zonasi 2 didapatkan 6 menggunakan analisis statistik SPSS ordo yang tersebar ke dalam 13 famili 16 dengan jumlah individu sebanyak Corelation Multivariate Rank Kendall. analysis dengan 1077 individu (Tabel 1). Hasil menggunakan Principal Components tersebut diduga karena karakteristik Analysis (PCA) untuk dari kedua zonasi tersebut tidak telalu melihat komposisi dari famili berbeda. serangga permukaan tanah dilakukan yang Tabel 1. Jumlah famili, individu dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan indeks keanekaragaman (H’) serangga berdasarkan zonasi. Analisis tersebut permukaan tanah pada kedua zonasi. menggunakan software Canoco versi Jumlah 4.5 [9]. No Famili Hasil dan diskusi Hasil penelitian jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah yang dikoleksi pada zonasi 1 dan zonasi 2 menunjukkan hasil yang tidak terlalu bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 menunjukkan Zona Zona 1 2 1 Blattelidae 95 76 2 Carabidae 76 71 3 Scarabeidae 59 73 4 Staphylinidae 38 31 5 Tenebrionidae 28 6 6 Carcinophorid 108 116 jumlah individu serangga permukaan tanah yang terkoleksi tidak terlalu Individu ae 7 Tephritidae 39 33 berbeda. Berdasarkan Tabel 1 juga 8 Calliphoridae 9 2 dapat dilihat ternyata keanekaragaman 9 Miridae 3 0 antara zonasi 1 dan 2 tidak terlalu 10 Formicidae 293 398 berbeda, walaupun jumlah familinya 11 Trygonalydae 72 59 berbeda. 12 Gryllidae 106 137 13 Tettigonidae 31 13 14 Rhaphidophori 70 62 14 13 Jumlah Individu 1001 1077 H’ 0,193 0,192 Serangga permukaan tanah yang dikoleksi keseluruhan pada zonasi pengambilan 1 dari didapatkan 7 ordo yang tersebar ke dalam 14 famili dengan dae sampel jumlah individu sebanyak 1001 individu. Jumlah famili 24 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Walaupun pada dasarnya kawasan hutan Gunung Geulis Hasil pengamatan faktor merupakan lingkungan beserta korelasinya juga hutan heterogen, akan tetapi kedua dapat dilihat pada Tabel 2. Dari ketiga zonasi tersebut utamanya didominasi faktor lingkungan ternyata pH tanah oleh P. merkusii. Selain itu juga faktor sangat fisik yang diamati juga menunjukkan keanekaragaman serangga tanah. Nilai hasil yang tidak terlalu berbeda (Tabel korelasi antara pH tanah dengan 2). keanekaragaman Beberapa permukaan famili serangga mempengaruhi terdapat korelasi sangat tinggi, yaitu -1,00. tanah yang berhasil Tabel 2. Hasil pengamatan faktor ternyata tidak terdapat lingkungan dan korelasinya terhadap disetiap pengambilan sampel baik di keanekaragaman serangga permukaan zonasi 1 maupun pada zonasi 2. tanah. diperoleh Misalnya famiili Miridae yang hanya ditemukan pada zona 1. Hal ini diduga karena vegetasi di zona 1 terdapat Nilai Faktor Korelasi Zona Zona 1 2 50,5 53,5 0,498 Kelembaban 28,4 28,2 -0,192 5,8 -1,00 lingkungan vegetasi rumput yang lebih banyak dibandingkan dengan zona 2. Miridae ini merupakan serangga yang sebagian Ketebalan besar adalah herbivora yang beberapa serasah spesiesnya merupakan hama penting (cm) pada tanaman pangan yang menghisap cairan tanaman [14], ataupun sebagai tanah (%) predator [15]. Selain itu juga diduga karena keberadaan serangga disuatu pH tanah 6,1 habitat dipengaruhi oleh sejumlah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi, suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, ketebalan serasah dan pH tanah. Adapun untuk faktor biotik meliputi kemampuan menyebar, seleksi habitat, dan pemangsaan [8]. Hal ini berarti dengan nilai pH tanah yang menurun maka akan sangat berpengaruh keanekaragaman dimana terhadap serangga keanekaragaman tanah serangga tanah cenderung juga akan menurun. pH tanah sangatlah penting terhadap 25 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 ekologi tanah karena pH tanah dapat bergerak. mengendalikan ketersediaan nutrisi berlangsung lama maka serangga dan tanah bisa mengalami kematian atau secara langsung dapat Apabila berpengaruh terhadap biota tanah. pH melakukan tanah berpengaruh dan suhu menentukan tanah, tanah tingkat sangat dekomposisi nitrifikasi, kelimpahan organisme di dalam tanah [11]. kelembaban tanah ini sehingga terhadap keanekaragaman serangga tanah di daerah tersebut. serasah korelasi yang ketebalan terjadi dengan memiliki keanekaragaman serangga permukaan dengan tanah adalah korelasi positif dengan keanekaragaman serangga permukaan nilai korelasi sebesar 0,498. Hal ini tanah yaitu sebesar berarti korelasi juga migrasi, Sedangkan Hasil pengamatan menunjukkan keadaan negatif -0.192. Dalam ketebalan seresah cukup hal ini berati bahwa kelembaban tanah mempengaruhi tidak serangga permukaan tanah. Ketebalan terlalu mempengaruhi keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan serasah tanah, keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan serangga permukaan tanah menjadi tanah dimana semakin tinggi nilai menurun seiring dengan menurunnya ketebalan kelembaban tanah. tinggi pula keanekaragaman serangga dimana Kelembaban tanah berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan akan seresah semakin Seresah tanah merupakan sumber permukaan tanah [12]. nutrisi Dimana kelembaban tanah akan Perubahan mempengaruhi ketersediaan bahan- organisme bahan bagi organisme komposisi akan tanah. spesies mempengaruhi [13] yang senyawa-senyawa kimia dari seresah nutrisi bagi baru dan dekomposisi dari bahan- serangga permukaan tanah. Dari hasil bahan organik [13]. Seresah juga penelitian kelembaban yang tinggi memnetukan kualitas bahan organik pada zona 1 yang merupakan tanah maka permukaan tanah. serangga organik mempengaruhi sumber yaitu 28,4%, dan akan berpengaruh terhadap serangga masih dapat bertahan, akan proses dekomposisi dan peningkatan tetapi akumulasi dari bahan organik pada membatasi aktifitas dan 26 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 permukaan tanah. Kualitas dari bahan Hubungan spesies- 33,9 organik lingkungan ditentukan oleh spesies 72,1 vegetasi pada daerah tersebut [11]. Komposisi dari keanekaragaman serangga permukaan tanah di hutan Gunung Geulis berdasarkan zona dan Korelasi spesies- 0,59 0,66 lingkungan Ordinasi PCA menunjukkan faktor lingkungannya dapat dilihat komposisi serangga permukaan tanah pada Gambar 2 dan Tabel 3. Hasil berdasarkan PCA faktor Berdasarkan Gambar 2 dapat terlihat lingkungan (ketebalan seresah, pH yaitu baik di zona 1 dan zona 2 tidak tanah tanah) terdapat perbedaan karakteristik pada menjelaskan 31,9% dari variasi total hampir seluruh plot, dimana setiap pada sumbu x1 dan 28,4% dari variasi pencuplikan total pada sumbu x2 (Tabel 3). mengelompok menunjukkan dan ketiga kelembaban Hubungan spesies-faktor faktor lingkungan. terlihat cenderung (ditandai dengan lingkaran berwarna merah). Hal ini lingkungan pada sumbu x1 dan x2 juga terlihat bahwa nilai indeks terhadap variabel lingkungan terhitung Shanon-Wiener kedua sebanyak 72,1% dari variasi total, hal tersebut ini menunjukkan bahwa sumbu aksis (Tabel tersebut menggambarkan variasi data tersebut dapat dikatakan kedua zonasi dari dapat tersebut memiliki karakteristik pH faktor tanah, kelompok dihubungkan serangga dengan dari tidak 1). terlalu Berdasarkan ketebalan zona berbeda gambar seresah, dan kelembaban tanah dengan perbedaan lingkungan. yang tidak signifikan. Distribusi dari Tabel 3. Hasil dari ordinasi PCA Axis 1 2 0,31 0,284 serangga permukaan tanah dipengaruhi pula faktor oleh lingkungan juga terlihat dari hasil Eigenvalues PCA (Gambar 2). 9 Variasi persentae kumulatif dari: Data spesies 31,9 60,3 27 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Calliphoridae juga jarang ditemukan di kedua zona tersebut. Calliphoridae merupakan kelompok serangga yang memiliki habitat di sisa-sia bahan organik seperti bangkai dan feses [15]. Famili Carcinophoridae cukup banyak ditemukan pada kedua zona. Carcinophoridae (earwigs) memiliki karakteristik seperti penjepit pada abdomen bagian belakang. Habitatnya umumnya di daerah kering [16], Gambar 2. menunjukkan Ordinasi komposisi PCA serangga permukaan tanah berdasarkan zona dan faktor lingkungannya. Lingkaran merah menunjukkan zona, dimana 1-5 merupakan merupakan zona 1 zona dan 2. 6-10 Huruf menunjukkan faktor lingkungan (A: ketebalan seresah; B: kelembaban pemakan berbagai tumbuhan dan zat organik pembusuk [22]. Hal ini sesuai dengan kondisi tempat penelitian, dimana tanahnya kering yang ditunjukkan dengan nilai kelembaban tanahnya rendah (Tabel 2). Umumnya Carcinophoridae berada di dalam tanah, dan betinanya meletakkan telur di dalam tanah. tanah; C: pH tanah). Famili Misalnya saja serangga dari famili Scarabeidae, Carabidae, Staphylinidae, Carcinophoridae cenderung dipengaruhi oleh ketebalan serasah. Gryllidae dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Sedangkan pH tanah mempengaruhi Miridae, Formicidae ditemukan paling banyak ditemukan diantara famili lainnya, baik di zona 1 dan 2. Hal ini dapat disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah suku yang beraktivitas di permukaan tanah [6]. Formicidae, Blattelidae. Tettigonidae, Calliphoridae, nampaknya Tenebrionididae cenderung tidak dipengaruhi dengan kondisi ketiga faktor lingkungan tersebut.Famili Famili Formicidae memiliki cara hidup (semut) yang sama dengan jenis Termitidae (rayap), yaitu hidup berkoloni dan tersusun atas 28 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 kasta-kasta. Famili Formicidae dapat kedalaman sekitar 10 cm di dalam mencapai 70 % dari populasi serangga tanah hingga dewasa. Dewasa dari permukaan tanah, sehingga famili ini lalat ini akan muncul ke permukaan dapat dijumpai dalam jumlah yang tanah [21]. banyak [10]. Formicidae akan mencari makanan utamanya yang terdapat di Kesimpulan bawah semak-semak dan tumbuhan Serangga permukaan tanah yang perdu lainnya [17], serta predominan ditemui di Hutan Gunung Geulis pada pada tumbuhan yang umurnya sudah kedua zona tidak terlalu berbeda, tua seperti tumbuhan berumur 24 dan dimana zonasi 1 didapatkan 8 ordo 36 tahun [18][19]. dengan 15 famili (1001 individu), Tenebrionidae memiliki peran yang penting dalam siklus hara pada ekosistem [20]. Tenebrionidae merupakan famili yang umum terdapat di tanah (ground-dwelling sedangkan pada zonasi 2 didapatkan 7 ordo dengan 14 famili (1077 individu) dimana kedua zonasi tersebut didominasi oleh Formicidae. Faktor lingkungan dapat insect), yang ditemukan di sela-sela mempengaruhi batu atau batang kayu, kayu-kayu serangga permukaan tanah pada kedua yang sudah lapuk [14]. zona Sedangkan untuk Blattidae membutuhkan serasah yang cukup banyak untuk tempat tinggalnya. Blattidae merupakan serangga yang suka hidup dan bersembunyi pada serasah [6]. di perbedaan Hutan Beberpa Gunung faktor mempengaruhinya jenis Geulis. yang adalah karakteristik vegetasi hutan, pH tanah, kelembaban tanah dan ketebalan seresah. Referensi Tephritidae merupakan salah satu [1] D. L. Dindal, “Soil Biology”, famili dari lalat buah, yang beberapa John Wiley & Sons, Inc, 1999, pp genusnya 97-136 berperan sebagai hama tanaman pangan. Siklus hidup dari [2] P. Eggleton, A. J. Vanbergen. D. serangga ini salah satunya bertempat T. Jones, M.C. Lambert, C. di dalam tanah dimana pupa akan Rockett, tinggal di permukaan tanah atau pada Beccaloni, D. Marriot, E. Ross, P.M. Hammond, J. 29 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 [3] A. Giusti, “Assemblages of soil pada macrofauna across a Scottish Tambang Batubara PT. Mahakam land-use intensification gradient: Sumber Jaya Desa Separi Kutai influences of habitat quality, Kartannegara-Kalimantan heterogeneity and area”, 2005, J. Timur”, 2010, Bioprospek. Vol App. Ecol., 42, 1153 (7) (1). Hal: 80-89 Paoletti, M.G. and Bressan, M, “Soil [4] of Human and CanoDraw for Windows User's Plant Sci., 15, 21 Canonical Frouz, J, “Use of soil dwelling Ordination (version 4.5)”, Micro Diptera (Insecta) as bioindicators Computer Power, Ithaca, New a York, 2002 review of ecological 1999, [10] Agric. Andari, Ken. “Gunung Geulis Software for Community N. M. Suin, “Ekologi Hewan PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006 [11] R. Bardgett, “The Biology of Soil Sumedang”, A Community and Ecosystem http://kenandari.blogspot.com/20 Approach”, Oxford University 08/10/gunung-geulis- Press, 2005 sumedang.html [diakses 10 [12] Rahmawaty, “Keanekaragaman Oktober 2013) Serangga Tanah dan Perannya Borror, D, J., C, A, Triplehorn., pada Komunitas Rhizopora sp. N, F, Johnson, “Introduction to dan Komunitas Ceriops tagal di The Study of Insects”, Seventh Taman Nasional Rawa Aopa Edition, Thomson Learning, 2005 Watumohai, Sulawesi Tenggara”, A. E. Magurran, “Ecological Tesis, Diversity and Its Measurement”, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Spriger Netherlands, 1988, pp. 2000 81-99 [8] Guide: Tanah”, Ecosys. Environ., 74, 167-186 [7] ter Braak, C.J.F. & Smilauer, P., Disturbance”, 1996, Crit. Rev. disturbance”, [6] Bekas “CANOCO Reference Manual requirements and response to [5] Hutan as Invertebrates bioindicators [9] Areal F. Patang, [13] “Keanekaragaman Takson Serangga dalam Tanah Program Pascasarjana Sina M. Adl, “The Ecology of Soil Decomposition”, CABI Publishing, UK, 2003 30 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 [14] [15] C. Gillot, “Entomology” 3rd ed., 10.1371/journal.pone.0077962, Springer, Netherland, 2005 2013 R.G. Beutel, F. Friedrich, Si-Qin Ge, Yang, Xing-Ke Morphology and [20] “Insect Cavity of Desert Tenebrionids, Phylogeny, Florida Entomologist, 76(4): 1- Walter de Gruyter GmbH, Berlin, 2014 [16] [17] 11, 1993 [21] N.M. da Silva, Sampling, B.M. Shepard, A.T. Barrion, J.A. Conserving and Identifying Fruit Litsinger, “Friends of the Rice Flies, in F.M.S. Moreira, E.J. Farmer: Helpful Insects, Spiders, Huising, D.E. Bignell (eds.), “ A and Pathogens”, Handbook Rice Research International Institute, Los Biology: of Tropical Soil Sampling Characterization Lindsey PA, Skinner JD, “Ant ground Biodiversity, Earthscan, composition and activity patterns UK, 2008 [22] of and Banos, Philippines, 1987 as determined by pitfall trapping [18] M.L. Draney, “The Subelytral Below- Tambunan, Gevit, R., Mena, Uly, “Indeks and other methods in three Tarigan., habitats in the semi-arid Karoo”. Keanekaragaman Jenis Serangga J Arid Environ 48: 551-568. pada Pertanaman Kelapa Sawit doi:10.1006/jare.2000.0764, 2001 (Elaeis Punttila P, “Succession, forest Kebun Helvetia Pt. Perkebunan fragmentation, Nusantara and the Lisnawita, guineensis II”, Jacq.) Jurnal di Online distribution of wood ants”, Oikos Agroekoteknologi, Vol (1) (4). 75: Hal: 1081-1091, 2013 281-298. doi: 10.2307/3546252, 1996 [19] R. Liu, F. Zhu, N. Song, Z. Yang, Y. Chai, “ Seasonal Distribution and Diversity Arthropods in of Ground Microhabitats Following a Shrub Plantation Ida Kinasih* Biology Department, UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] Tri Cahyanto Steppe”, Biology e77962. ONE 8(10): doi: of Science and Technology Age Sequence in Desertified PloS Faculty Department, Faculty of Science and Technology 31 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] *Corresponding author Zhia Rizki Ardian Biology Department, Faculty of Science and Technology 32