BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran

advertisement
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antar dua orang
yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Ditengah perbedaan budaya itulah
kadang muncul gangguan yang disebabkan oleh adanya perbedaan dari masingmasing budaya tersebut, salah satu contoh perbedaannya adalah bahasa yang
mereka gunakan. Namun ketikan masing-masing budaya tersebut menggunakan
satu bahasa yang sama yaitu indonesia, maka muncul sebuah gangguan yang
mungkin saja dapat terjadi. Gangguan tersebut yaitu adanya perbedaan nada
bicara diantara komunikasi yang sedang terjalin diantara budaya tersebut.
Berdasarkan hal tersebut kali ini pusat objek penelitian adalah pelaku
komunikasi dari dua budaya yang akan diteliti, yaitu budaya Batak dan JawaSolo.
TABEL PROFILE WAWANCARA
TINGKAT
NAMA
USIA
PENDIDIKAN
Jimmy Sinarmata
66th
SMP
Endang Purwaningsih
55th
SD
PEKERJAAN
Pedagang
Pedagang
Tabel diatas merupakan perwakilan narasumber dari masing-masing budaya yang
akan dijadikan objek penelitian. Hal itu dipilih karena masing-masing budaya
memiliki nada bicara yang sangat berbeda dan dapat dijadikan objek penelitian.
Budaya batak berada pada kepuluan sumatera dimana mayoritas masyarakat
hidup ditengah pengunungan. Dalam segi suara budaya batak memiliki suara yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
kencang dan lantang, terkadang suara lantang tersebut didukung dengan bahasa
nonverbal ( bahasa tubuh ) yang terkesan arogan. Sedangkan budaya jawa-solo itu
sendiri terletak dibagian tengah kepulauan jawa. Dalam segi suara, mayoritas
budaya jawa memiliki suara yang bernada rendah dan lembut, hal itu didukung
dengan bahasa tubuh yang terkesan sopan.
Dari kedua budaya tersebut jelas terdapat adanya perbedaan sederhana berupa
nada bicara yang mungkin terkesan sering diabaikan oleh pelaku komunikasi.
Namun penulis menganggap perbedaan tersebut merupakan gangguan yang dapat
timbul apabila adanya komunikasi yang dilakukan oleh dua budaya tersebut,
walaupun dalam komunikasinya masing-masing budaya menggunakan bahasa
indonesia sebagai pengantar. Akan tetapi ciri khas suara dari dalam diri, yang
penulis sebut nada bicara yang dihasilkan oleh pelaku komunikasi antar budaya
tersebut jelas akan berbeda. Hal yang mungkin awalnya hanya berupa ganguan
kecil ketika dilakukan oleh pelaku yang memiliki dua budaya tersebut, yang
belum saling mengenal satu sama lain, akan menimbulkan salah pengertian. Beda
halnya ketika pelaku komunikasi sudah saling mengenal cukup lama dan saling
berusaha mengerti akan perbedaan yang ada.
4.2 Hasil Penelitian
Seperti yang telah disebutkan pada tujuan penelitian bahwa dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan nada bicara, serta mengetahui
noise/gangguan yang terbentuk akibat adanya perbedaan nada bicara antar suku
batak dan jawa-solo. Penelitian ini dilakukan karna penulis beberapa kali melihat
adanya komunikasi yang tidak efektif disekitarnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Beberapa kejadian yang penulis anggap sebagai sebuah gangguan adalah
adanya tanggapan miring suatu wilayah permukiman ketika mendengar
tentangganya yang bersuku batak sedang ikut dalam kegiatan gotong royong,
disana orang batak tersebut entah tanpa sadar atau memang seperti itu berbicara
cukup kencang, lantang dan tegas ketika berbicara dengan tetangganya yang lain
untuk membantunya. Namun tetangga tersebut menganggap bahwa beliau marah
dan membentaknya. Kejadian kedua penulis pernah berada di kota batam dalam
rangka survei lokasi pekerjaan dengan atasan, namun ketika bertemu dengan
partner bisnis yang tanpa sengaja merupakan orang bersuku batak disitu penulis
merasakan adanya ketidaknyamanan dalam komunikasi yang dilakukan oleh
atasan dengan partner bisnisnya. Hal itu sangat penulis rasakan ketika melihat
respon yang timbul dalam komunikasi tersebut. Masih banyak beberapa contoh
kejadian akibat komunikasi yang tidak efektif yang tidak dapat penulis gambarkan
dalam penelitian ini.
Penulis beranggapan bahwa gangguan komunikasi terkadang sering diabaikan
oleh banyak pelaku komunikasi itu sendiri, apalagi gangguan itu hanya berupa
nada bicara antar budaya/suku yang berbeda. Hal itu penulis anggap sebagai daya
tarik dimana gangguan komunikasi sering diabaikan dalam beberapa kejadian.
Dikarenakan beberapa contoh kejadian tersebut tidak dapat diualang untuk
dijadikan sebagai penelitian. Maka dari itu penulis sengaja membuat suatu set
dimana masing-masing orang dari kedua budaya tersebut belum mengenal satu
sama lain dan dipertemukan dalam suatu tempat untuk berkenalan dan memulai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
percakapan. Maka demikian penulis mengoptimalkannya dan berusaha membuat
seperti apa yang selama ini penulis rasakan disekitarnya.
Pengambilan sampling budaya yang dijadikan sebagai penelitian bertujuan
untuk membatasi cangkupan wilayah gangguan itu sendiri. penelitian tentang
komunikasi antarbudaya pada kedua orang yang memiliki budaya yang berbeda
yaitu batak dan jawa-solo ini didukung dengan hasil rekaman percakapan yang
diimplementasikan kedalam bentuk narasi / teks tanpa mengubah dari aslinya.
Hasil percakapan yang ada difungsikan untuk mendapatkan informasi tentang
pola / cara komunikasi yang dapat menimbulkan hambatan – hambatan /
gangguan dari komunikasi yang dilakukan antar kedua budaya tersebut. Dalam
melakukan penelitiannya penulis mengelompokannya dengan beberapa tahap,
seperti,
4.2.1 Tahap Perkenalan Informan
Perkenalan penulis terhadap informan berawal dari pencarian yang
dilakukan untuk mencari jawaban atas penelitian yang sedang dilakukan.
Sesuai dengan tema penelitian yaitu gangguan komunikasi antar budaya
dimana membandingkan nada bicara suku batak dan jawa-solo. Sebagai
perwakilan dari masing-masing suku tersebut penulis menjadikan om jimmy
sinarmata sebagai informan dari suku batak dan ibu endang purwaningsih
sebagai informan dari suku jawa-solo.
Penulis memulai penelitiannya dengan melakukan pendekatan terhadap
masing-masing perwakilan dari budaya tersebut, mulai dari melihat
kesehariannya. Dimana om jimmy merupakan seorang pedagang lele dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
pisang di pasar, serta ibu endang merupakan pedangang nasi/warteg.
Kemudian penulis melakukan pendekatan lebih dalam dan menyisipkan
sedikit pertanyaan penunjang penelitian. Hal itu dimulai dari menannyakan
hal tentang keluarga serta budayanya. Seperti yang penulis kutip dari jawaban
om jimmy yang memiliki budaya atau bersuku batak, adapun beliau berkata,
“Banyak ciri khas dari budaya yang saya miliki.
Mulai dari ritual adat istiadat, suara, dsb” 1
Jawaban yang hampir sama juga penulis dapatkan ketika menanyakan kepada
ibu endang purwaningsih informan dari suku jawa-solo, beliau mengatakan,
“Budaya saya memiliki banyak ciri khas, mulai dari makanan,
tata krama, adat, kesopanan / nada santun serta kepercayaan
dan keyakinan budaya. Dari kecil saya berada dilingkungan
yang menghargai budaya”. 2
Hasil/jawaban dari pertanyaan pertama yang penulis lontarkan, bahwa mereka
memiliki budayanya masing-masing. Dimana masing-masing budaya tersebut
memikiki banyak ciri khas didalamnya, keanekaragaman / ciri khas tersebut
yang penulis anggap sebagai sebuah perbedaan yang mereka miliki. Berlanjut
kedalam pertanyaan kedua dari beberapa pertanyaan yang telah penulis
siapkan untuk masing-masing budaya tersebut yaitu dengan menanyakan
tanggapan kepada om Jimmy ketika melihat orang jawa ? adapun tanggapan
yang diberikan,
“Mereka orang jawa itu ramah, sopan, mungkin jarang terlihat marah.
Karna menurut saya mereka sabar dan sangat menghormati
orang lain. mereka terlalu mudah terbawa perasaan.” 3
1
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 18 November 2015
Wawancara dengan Ibu Endang pada tanggal 15 November 2015
3
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 18 November 2015
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Pertanyaan yang samapun penulis lontarkan sebaliknya kepada bu endang
purwaningsih yang memiliki suku jawa-solo, berikut merupakan perkataan
beliau tentang orang yang memiliki suku batak,
“Badanya besar, mukanya seram atau galak, berbicaranya kencang
seperti orang membentak.” 4
Masing-masing dari mereka memiliki tanggapannya sendiri. tanggapan itu
berupa presepsi atau pengelihatan atas apa yang mereka lihat dari budaya.
Hampir dari mereka menilai dari kepribadian dari cara bicara serta fisik orang
yang mewakili budaya tersebut. Dari tanggapan mengenai gambaran yang
dilihat orang tentang sosok budayanya, penelitipun menanyakan lebih lanjut
tentang tanggapan orang luar tentang budaya mereka. satu contoh utama
berupa pertanyaan yang penulis lontarkan kepada informan suku batak yaitu
bapak jimmy sinarmata. Berikut merupakan kutipan pertanyaan dan
tanggapan beliau,
“ Menurut anda apakah pendapat orang tentang nada bicara dan
gestur orang batak yang terkesan kencang dan kasar itu benar ?,
“Ya .... memang itulah keluarga besar batak. Banyak orang yang
bilang kalo batak itu seram, tapi kami sebenarnya biasa saja.
Suara kami memang kencang, wajah kami memang seram.
Tapi itu sudah dari sanannya.” 5
Beliau membenarkan adanya presepsi atau tanggapan orang mengenai budaya
batak. Dengan kata lain mereka atau informan mengetahui adanya perbedaan
diantara mereka. Dengan demikian untuk membahas lebih dalam mengenai
4
5
Wawancara dengan Ibu Endang pada tanggal 15 November 2015
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 18 November 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
penelitian yang sedang dilakukan penulispun mengadakan percakapan dengan
mempertemukan dari kedua budaya tersebut.
4.2.2 Tahap Perekaman Percakapan
Tahap lanjutan dari tahap awal yaitu perkenalan terhadap informan
adalah merekam percakapan yang terjadi antara keduanya pada hari Minggu,
24 November 2015, disebuah bilangan jakarta utara. Pelaku percakapan Om
Jimmy Simarmata dan Ibu Endang Purwaningsih. Kedua pelaku komunikasi
itu belum saling mengenal satu sama lain, mereka berada disatu lingkup yang
sama dikarenakan penulis ingin menjadikan mereka sebagai informan dari
penelitian yang sedang dilakukan.
Penulis memulai penelitiannya dengan merekam awal perkenalan
mereka hingga terjadinya sebuah percakapan, dengan gestur tubuh dan wajah
yang terkesan arogan om Jimmy memulai perkenalan dengan berkata,
“: hey bu, kenalkan aku jimmy. Silahkan lah duduk. 6
Sapaan awal yang kalimatnya jika kita baca atau diimplementasikan dalam
bentuk teks terkesan biasa saja dan tidak terdapat masalah atau gangguan
dalam komunikasi. namun ketika kita dengar dan melihat langsung, maka kita
dapat melihat bahwa sapaan itu memiliki nada bicara yang tinggi dan terkesan
lantang. Hal itu dapat dilihat dari respon singkat yang diberikan oleh ibu
endang purwaningsih,
“iya om, saya bu endang.” 7
6
7
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 24 November 2015
Wawancara dengan Bu Endang pada tanggal 24 November 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Jawaban yang sangat singkat dan memberikan keterangan berupa namanya,
menurut penulis itu merupakan awal dari komunikasi yang tidak berjalan
dengan baik. Hal itu penulis lihat dari respon awal percakapan tersebut.
Perbincangan itupun berlanjut untuk menawarkan sang ibu untuk memasan
makan. Adapun kata yang dikatakan om Jimmy yaitu,
“hey bang, aku mau pesan lah ini.
coba lah bu, sekalian kau mau pesan apa ??
pesan lah cepat, biyar kita bisa bicarakan usaha kita”. 8
Entah karna satu dan lain hal, untuk kedua kalinya ibu tersebut merespon
dengan kurang baik hal itu terlihat dari pengamatan penulis ketika ibu
tersontak kaget dan tidak ingin memesan makanan yang ditawarkan. Ia
merespon dengan nada rendah dan berkata,
“oh iya om, gampang. Nanti saya pesan.”. 9
Dari efek komunikasi yang dilakukan oleh kedua pelaku komunikasi tersebut
terdapat gangguan komunikasi yang menimbulkan respon yang kurang baik,
sehingga tidak terjadinya komunikasi yang efektif diantara mereka. Respon
yang timbul secara tidak baik, menandakan adanya masalah dalam
komunikasi yang dilakukan. Masalah tersebut kita dapat katakan adalah
gangguan dalam komunikasi.
4.2.3 Tahap Tanggapan Informan
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, baik dari hasil
percakapan yang dilihat secara langsung dan direkam untuk dilakukan
penelitian lebih cermat lagi. Gangguan yang muncul diantara komunikasi
8
9
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 24 November 2015
Wawancara dengan Bu Endang pada tanggal 24 November 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
antarbudaya tersebut adalah adanya perbedaan penafsiran yang diterima oleh
komunikan terhadap kata dan nada bicara atau intonasi yang dilontarkan oleh
komunikator yang dimana dalam hal ini komunikator adalah Om Jimmy
Sinarmata ( berkebudayaan batak ), komunikan adalah Ibu Endang
Purwaningsih ( bekebudayaan jawa-solo ). Ibu Endang merasa tersinggung
karna merasa digentak / sang komunikator berbicara keras dan terkesan
membentak sehingga sang ibu merasa tidak dihargai, hal itu terjadi ketika
komunikator hendak menawarkan sang ibu untuk memesan makanan. Hal
tersebut merupakan hasil dari gambaran atau penilaian yang penulis lakukan
dari komunikasi tersebut,namun penilaian atau tanggapan penulis didukung
oleh respon akhir dari masing-masing informan dimana diakhir percakapan
tersebut penulis membuat pertanyaan berupa tanggapan dari percakapan yang
telah mereka lakukan. Adapun tanggapan tersebut,
Om jimmy “ tadi saya merasa ibu endang orangnya diam,
sombong .
saya tawarkan dia untuk makan, dia bilang nanti saja.
Dia terkesana menunduk dan tak ingin lihat saya”. 10
Ibu endang pun memberikan tanggapan
“tidak enak berbicara dengan dia, saya merasa tidak nyaman.
Dia berkatanya kencang, membentak dan tidak sopan,
malah terlihat kasar”. 11
Walaupun dalam wawancara penulis sebelumnya dengan Om Jimmy bersuku
batak, beliau memberikan penjelasan akan nada bicara dan gestur tubuh yang
iya punya. Beliau menjelaskan bahwa itu merupakan ciri khas budaya
mereka, tanpa memiliki arti lebih atau terkesan membentak. Apa yang dia
10
11
Wawancara dengan Om Jimmy pada tanggal 24 November 2015
Wawancara dengan Bu Endang pada tanggal 24 November 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
ucapkan hanya sekedar berbicara. Beliau juga mengakui bahwa kadang ketika
berbicara dengan orang yang berbeda budaya, banyak yang terkesan kaget
mendengarnya. Namun hal itu hanya dialami di beberapa awal pertemuan
saja, jika sudah terlalu lama, hal itu jaang terjadi.
Dari hasil akhir wawancara yang penulis lakukan berupa tanggapan dari
percakapan yang ada, penulis menemukan sebuah gangguan komunikasi
seperti apa yang selama ini penulis sering temukan dibeberapa kasus yang ada
disekitarnya. Penulis menyimpulakan bahwa hal yang terkada dianggap
sepele atau terkadang diabaikan, itu telah menjadi penyebab sebuah
komunkasi yang tidak efektif dimana ketidak efektifan muncul ketika
perbedaan nada bicara suku batak yang terkesan kencang, lantang, tegas dan
didukung oleh gestur/ bahasa tubuh. Disandingkan oleh orang yang bersuku
jawa-solo yang memiliki nada bicara lembut, santun, dan terkesan ramah.
Nada bicara yang berbeda membuat adanya gangguan berupa perasaan
sensitif akibat hal yang tidak biasa dilihat dan didengar dan perasaan tidak
dihargai ketika melakukan komunikasi.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antara orangorang dengan budaya yang berbeda. Termasuk juga bahasa yang berbeda.
Namun ketika kedua orang berbudaya tersebut berada dalam ruang lingkup /
tinggal tidak di daerahnya masing-masing maka berbeda halnya. Bahasa
bukanlah sesuatu hal yang dipermasalahkan, karna mereka sudah beradaptasi
dan menggunakan satu bahasa yang sama. Ketika satu bahasa yang sama
sudah digunakan, bukan berarti gangguan komunikasipun tidak akan terjadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Hal itu disebabkan nada bicara / logat dari masing-masing budaya akan tetap
melekat.
Seperti halnya gangguan komunikasi yang ada dalam komunikasi
antarbudaya tersebut terjadi bukan karena mereka tidak memahami bahasa
yang dilakukan dari masing-masing pelaku komunikasi, namun gangguan itu
mencul akibat nada bicara yang dianggap kasar. Pemaknaan nada bicara yang
dianggap kasar / tidak terjadi akibat adanya perbedaan budaya diantara
mereka. Tradisi, kebiasaan, dan tata cara bicara yang berbeda menimbulkan
makna/respon yang timbul secara tidak baik maka terdapatlah gangguan
komunikasi.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dalam
lingkup komunikasi antarbudaya diindonesia yang memiliki keanekaragaman
suku dan budaya. Dalam komunikasi tersebut mulai dari aktivitas komunikasi,
hambatan komunikasi akibat perbedaan budaya dan nada bicara serta langkah
yang akan dilakukan sebagai jalan keluar untuk mengatasi hambatan atau
gangguan dalam komunikasi tersebut.
Bagi sebagian besar orang, percakapan merupakan interaksi sehari-hari yang
informal, tetapi dalam teori komunikasi, kata tersebut memiliki makna khusus.
Percakapan dalam komunikasi merupakan sebuah rangkaian interaksi dengan
awal dan akhir, pergantian giliran yang jelas, dan beberapa maksud dan tujuan.
Percakapan sering diartikan sebagai pertukaran informasi antara satu pihak
dengan pihak lain. Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
dengan pengertiab bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi
verbal. Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen
bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.
Dalam komunikasi antarbudaya bahasa serta nada bicara juga dapat
menyebabkan hambatan atau gangguan dalam komunikasi. Bahasa menyediakan
pembendaharaan kata atau tanda (vocabulary) serta perangkat aturan bahasa
(grammar dan sintaks) yang harus dipatuhi jika hendak mengasilkan sebuah
ekspresi yang bermakna, dimana tata bahasa (grammar) memiliki struktur bahasa
yang terdiri dari morfologi, sintaksis dan pragmatik.
Morfologi adalah bagian terkecil dari bahasa yang memiliki arti seperti
morfem. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menggambarkan
bagaimana mengkombinasikan kata-kata menjadi frase, klausa (anak kalimat) dan
kalimat. Sedangkan Pragmatik yaitu aturan dari bahasa yang digunakan dalam
kontek sosial, pengetahuan yang individu miliki tentang peraturan-peraturan yang
mendasari bahasa. Pragmatik tidak hanya mencangkup tentang bicara dan menulis
tetapi juga berhubungan dengan bagaimana sumber komunikasi mengemukakan
bahasanya sehingga dapat dimengerti orang lain.
Jadi gangguan atau hambatan dalam komunikasi dalam bahasa pada
penelitian ini masuk terhadap tata bahasa (grammar) dimana spesifikasi lebih
tetap kepada Pragmatik yaitu kemampuan individu untuk membuat kata-kata atau
suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan atau suatu kalimat yang
utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan orang lain. dimana individu
dapat mengerti ucapan atau bahasa yang disampaikan orang lain dan mampu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
menunjukkan atau mengucapkan bahasa pada orang lain, sehingga komunikasi
berjalan dengan efektif dan tidak terjadi gangguan dalam komunikasi.
Pada penelitian ini variasi situasional timbul karna pemakai bahasa memiliki
ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan
membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dimana dialek terdapat didalamnya,
dialek itu sendiri merupakan sebuah variasi bahasa yang ada ditentukam oleh
sebuah latar belakang asal si penutur, dijelaskan bahwa dialek memiliki
persamaan dengan idiolek-idolek yang lain atau gambungan dari idiolek sehingga
menjadi dialek. Besarnya persamaan ini disebabkan oleh letak geografisnya yang
berdekatan dan memungkingkan komunikasi antara penutur-penutur idiolek.
Dalam dialek dibedakan menjadi tiga macam, dialek geografis yaitu tempat asal
daerah si penutur dalam bahasa jawa misalnya solo, dialek sosial adalah latar
belakang tingkat sosial dari mana penutur berasal dimana dibedakan menjadi
dialek tingkat sosial tinggi-menengah-merendah, dialek usia adalah varian bahasa
yang ditandai oleh latar belakang umur penuturnya. Dari berbagai variasi dalam
bahasa pada penelitian ini penulis melihat bahwa dialek geografis dapat menjadi
salah satu faktor timbulnya gangguan dalam komunikasi, dimama letak geografis
budaya batak dan jawa-solo menimbulkan perbedaan cara bicara atau nada yang
dilontarkan oleh mereka yang dapat menimbulkan sebuah gangguan komunikasi.
Gangguan adalah faktor yang mempengaruhi informasi yang disampaikan
kepada penerima atau mengalihkan dari penerima tersebut, secara umum ada dua
jenis gangguan dalam komunikasi, yaitu
gangguan teknis dan gangguan
semantik. Gangguan teknis menyangkut hambatan yang ada pada saluran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
komunikasi yang menjadi media antara komunikator dan komunikan. Sedangkan
gangguan sematik yaitu gangguan yang berkaitan dengan masalah pemahaman
yang berbeda tentang makna dari simbol atau isi pesan yang disampaikan,
misalkan masalah bahasa yang berbeda. Namun beda halnya dalam penelitian ini,
gangguan semantik yang timbul diakibatkan adanya pemaknaan mengenai image
budaya yang tidak baik, disertakan dengan komunikasi yang berjalan tidak efektif
sehingga muncul sebuah gangguan semantik dalam komunikasi.
Penelitian yang dilakukan penulis mengenai komuikasi antar budaya yang
berbeda ini memiliki hasil penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam
sebuah komunikasi, dimana motivasi itu berupa keinginan untk mendapatkan hasil
berupa komunikasi efektif. Dalam komunikasi antarbudaya banyak para ahli yang
beranggapan, salah satunya antara lain.,
Definisi komunikasi antarbudaya menurut Andrea L. Rich dan Dennis M.
Ogawa adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,
misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial. Sedangkan menurut
Samovar dan Porter, komunikator antarbudaya terjadi diantara produsen dan
penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. 12 Penelitian ini
mengambil contoh Budaya Batak dan Jawa-Solo, dimana masing-masing budaya
tersebut memiliki bahasa dan nada bicara yang berbeda. Definisi yang
disampaikan oleh para ahli sangat sesuai dengan penelitian yang dilakukan yakni,
komunikasi yang dilakukan oleh suku bangsa, etnik, ras atau memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
12
Larry A. Samovar dan Rich E. Porter, Intercultural Communication: A Reader. 1976, Hal 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Dikemukakan bahwa prinsip komunikasi antarbudaya, terbagi menjadi tiga
prinsip. Yakni, prinsip pertama adalah suatu sistem sandi bersama yang tentu saja
terdiri dari dua aspek verbal dan nonverbal. Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa
tanpa suatu sistem bersama, komunikasi akan menjadi tidak mungkin. 13 Akan
terdapat berbagai tingkat perbedaan, namun semakin sedikit persamaan sandi itu
semakin sedikit komunikasi yang mungkin terjadi.
Prinsip kedua, kepercayaan dan perilaku yang berlainan dianatara pihakpihak yang berkomunikasi merupakan landasan bagi asumsi-asumsi berbeda
untuk memberikan respon. Kepercayaan-kepercayaan dan perilaku-perilaku kita
mempengaruhi presepsi kita tentang apa yang dilakukan orang lain.
Prinsip ketiga adalah hal yang punya impilaksi penting bagi komunikasi
antarbudaya adalah tingkat mengetahui dan menerima kepercayaan dan prilaku
orang lain.
Steriotip adalah dalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan
persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Dalam
penelitian ini masing-masing orang atau kelompok dari budaya memiliki steriotip
atau penilaian kepada budaya lain. Dimana jika dilihat dari prinsip-prinsip
tersebut yang diungkapkan oleh Sarbaugh, bahwa kepercayaan seseorang terhadap
individu yang lain sangat mempengaruhi presepsi seseorang terhadap prilaku
orang lain. Ini sangat jelas terlihat, karena informan yaitu Ibu Endang (
berkebudayaan jawa-solo) memiliki presepsi yang negatif terhadap uncapan dan
nada bicara yang dilontarkan oleh komunikator yaitu Om Jimmy (berkebudayaan
13
Mulyana, D dan Rahmat, J. 2000. Komunikasi Antar Budaya. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung, Hal 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
batak). Hambatan komunikasi mengacu pada hasil wawancara dengan para
informan tersebut jelas terlihat bahwa mereka memiliki banyak hambatan dalam
melakukan komunikasi. hambatan-hambatan tersebut dapat muncul dari dalam
dan luar orang tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download