BAB I - DoCuRi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk
seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan
suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien
dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan
suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata,
ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan
yang sempurna sangat dibutuhkan.
Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan
saja, tapi yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan
juga pendidikan bagi klien dan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian Diabetes Mellitus
a.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak
dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik
hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang
tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
c.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
d.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi
dari 1 – 6 % (John MF Adam).
2.
Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram.
Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan
ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen
ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a.
Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di
sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.
Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya
sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel
alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan
sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a.
Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim
dari pancreas adalah :
1.)
Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau
maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida
kemudian dijadikan monosakarida.
2.)
Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian
menjadi asam amino.
3.)
Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b.
Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk
hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang
tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai
saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans
langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang
membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh
pancreas adalah insulin dan glukagon
1).
Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa
darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang
sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 –
90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)
Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah
yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin
juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus
dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b.)
Sebagai
sistem
umpan
balik
maka
mempertahankan glukosa darah normal.
c.)
Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah
yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis.
Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin
masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati.
Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
2).
a.)
Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)
Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel
alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan
dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil
mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.)
Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b.)
Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa
darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah
dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70
mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang
sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi
glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3.
Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu :
a.
Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka
kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 %
dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.
Faktor non genetik
1.)
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.)
Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma
karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma
karena kadar katekolamin meningkat
4.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.
Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset
Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya
pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.
Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset
Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.) Non obesitas
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c.
Diabetes Mellitus type lain
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
5.
Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu
dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein
dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada
Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine
penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal
dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila
kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
6.
Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih
banyak minum.
c.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein.
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan
kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi
kondisi ini.
8.
Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.)
Ketoasidosis
3.)
Diabetik
b.
Kronik
1.)
Makroangiopati, mengenai pembuluh
darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak.
2.)
Mikroangiopati mengenai pembuluh
darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)
Neuropati diabetic.
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik
maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes
Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya
kesalahan interpretasi informasi.
pemajanan/mengingat,
3.
Rencana Keperawatan
a.
Kekurangan
volume
cairan
tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional
: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi
dan takikardia.
2.)
Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional
: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau
volume sirkulasi yang adekuat.
3.)
Pantau
masukan
dan
keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional
: Memberikan
perkiraan
kebutuhan
akan
cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi
yang diberikan.
4.)
Timbang berat badan setiap
hari.
Rasional
: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
5.)
Berikan terapi cairan sesuai
indikasi.
Rasional
: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.
Perubahan
status
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
Tujuan :
-
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang
tepat
-
Menunjukkan
tingkat
energi
biasanya
-
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh pasien.
Rasional
: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
2.)
Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi.
Rasional
: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi dan utilisasinya).
3.)
Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional
: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
4.)
Libatkan keluarga pasien
pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional
: Meningkatkan
rasa
keterlibatannya;
memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
5.)
Berikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai indikasi.
Rasional
: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.
c.
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
hyperglikemia.
Tujuan :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-
Mendemonstrasikan
teknik,
perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).
Observasi
tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional
: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nosokomial.
2).
Tingkatkan
upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional
: Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).
Pertahankan
teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional
: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).
Berikan
perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional
: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan
pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).
Lakukan
perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional
: Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
d.
Resiko tingi terhadap perubahan persepsi
sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit.
Tujuan :
-
Mempertahankan
tingkat
kesadaran/orientasi.
-
Mengenali
dan
mengkompensasi
adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)
Pantau
dan status mental.
tanda-tanda
vital
Rasional
: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)
Panggil
pasien
dengan
nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional
: Menurunkan
kebingungan
dan
membantu
untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)
Pelihara
aktivitas
rutin
pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan seharihari sesuai kemampuannya.
Rasional
: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan
dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
lingkungannya.
4.)
Selidiki
adanya
keluhan
parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional
: Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak
nyaman
yang
sentuhan/distorsi
berat,
yang
kehilangan
mempunyai
resiko
sensasi
tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik.
Tujuan :
-
Mengungkapkan peningkatan tingkat
energi.
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)
Diskusikan dengan pasien
kebutuhan akan aktivitas.
Rasional
: Pendidikan
dapat
meningkatkan
memberikan
tingkat
aktivitas
motivasi
untuk
meskipun
pasien
mungkin sangat lemah.
2.)
Berikan aktivitas alternatif
dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional
: Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)
Pantau
nadi,
frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional
: Mengindikasikan
tingkat
aktivitas
yang
dapat
ditoleransi secara fisiologis.
4.)
Tingkatkan
partisipasi
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional
: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.
Ketidakberdayaan
penyakit
jangka
panjang/progresif
yang
berhubungan
tidak
dapat
dengan
diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Mengidentifikasi
cara-cara
sehat
untuk menghadapi perasaan.
-
Membantu
dalam
merencanakan
perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab
untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)
Anjurkan
pasien/keluarga
untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit
dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional
: Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan
cara pemecahan masalah.
2.)
Tentukan
tujuan/harapan
dari pasien atau keluarga.
Rasional
: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari
orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
3.)
Berikan
dukungan
pada
pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan
berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional
: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)
Berikan
dukungan
pada
pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional
: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.
Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
-
Mengungkapkan
pemahaman
Mengidentifikasi
hubungan
tentang penyakit.
-
tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala
dengan faktor penyebab.
-
Dengan benar melakukan prosedur
yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)
Ciptakan lingkungan saling
percaya
Rasional
: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
2.)
Diskusikan dengan klien
tentang penyakitnya.
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)
Diskusikan tentang rencana
diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional
: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati
program.
4.)
Diskusikan
pentingnya
untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan
pasien/orang terdekat.
Rasional
: Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan
lebih ketat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus Asuhan keperawatan pada klien
Ny .A dengan gangguan sistem endokrin pada kasus Diabetes Mellitus tipe II di RS
Stella maris Makassar. Klien masuk rumah sakit tanggal 9 – juni – 2013 dirawat oleh
perawat ruangan dan penulis melakukan pengkajian pada tanggal 11 -juni 2013.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan intervensi
Adapun uraian lebih lanjut dari pelaksanaan sebagai berikut :
Tgl Masuk RS
: 9-6-2013
Tgl Pengkajian : 11-6-2013
Ruang/RS
: st.yosept /stella
maris
Diagnosa Medis : DM Type II,
Hipyrglikimia,
CKD
A.
Pengkajian
1.
Biodata
a. Identitas Klien
Nama
: Ny. A
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Kawin/Belum
: kawin
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Penginapan pondok losari
NO. RM
: 426676
Identitas Penanggung
Biaya perawatan klien ditanggung oleh PT. Askes Indonesia
2.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : Lemah dan pusing
2.) Faktor pencetus : klien menyatakan mungkin karena sudah tua.
3.) Sifat keluhan : menetap.
4.) Faktor yang memberatkan bila klien beraktifitas.
5.) Hal yang meringankan pada saat istirahat.
6.) Keluhan yang menyertai : batuk
7.) Pertolongan obat – obatan yang pernah diperoleh tidak diketahui
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Ganguan ginjal 1 bulan dan cuci darah
2.) DM (+) 6 bulan berobat tidak teratur
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien.
3.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit sedang
b. Kesadaran composmentis
c. BB :
Kg, TB :
cm
d. Tanda-tanda vital
TD : 150/90 mmHg
N : 84 x/menit
SB : 36 0 C
4.
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium Tgl 11-JUNI- 2013
GDS
75mg/dl
Normal : 140 mg/dl
Laboratorium Tgl 12 -JUNI -2013
GDS
85mg/dl
5.
Normal : 140 mg/dl
Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
1.)
Kebiasaan
a.)
Sebelum sakit
-
Pola makan
:
Nasi,
sayur-sayuran
-
Frekuensi makan
: 3 x sehari
-
Nafsu makan
: Baik
lauk,
-
Makanan
kesukaan
: Manis-manisan
-
Makanan pantang
: Tidak ada
-
Minuman
sehari
dalam
: 8 gelas/hari ( 1500
– 2000 ml)
b.)
Setelah sakit
-
Pola makan
:
Nasi, lauk, sayur-sayuran
-
Frekuensi
: 5 - 6
x/hari
-
Klien
menyatakan nafsu makan meningkat.
-
Makanan
pantang
:
Makanan
yang mengandung gula
-
Minuman
dalam sehari
:
15
gelas/hari (3000 ml)
c.)
Setelah masuk rumah sakit
-
Pola makan
:
Nasi,
lauk,
sayur-
sayuran
-
Frekuensi
-
Nafsu makan
makan kurang
: 2 x/hari
: Klien menyatakan nafsu
-
Makanan pantang : Makanan yang mengandung
gula
-
Minuman dalam sehari : 10 gelas/hari ( 2000 ml)
-
Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)
-
Keluarga klien (istri) menyatakan porsi makan yang
dihabiskan hanya ¼ porsi.
-
Klien menyatakan porsi yang disediakan tidak
sesuai dengan selera/keinginan.
-
Diet 1900 kkal
-
Klien menyatakan kadang mual apabila melihat
makanan yang disajikan.
6.
Perawatan dan Pengobatan
Perawatan
-
Istirahat
Pengobatan
- Dextrazone 40%
B.
KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif
-
Klien menyatakan kadang merasa pusing
-
Klien menyatakan nafsu makan kurang
-
Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya
-
Klien menyatakan kadang mual apabila melihat makanan yang
disajikan
-
Klien menyatakan susah untuk tidur
-
Klien menyatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan susah
tidur.
-
Keluarga mengata-kan porsi makan yang di-habiskan hanya ¼
porsi.
Data Obyektif
-
Klien nampak lemah
-
Tanda-tanda vital :
TD : 150/90 mmHg
SB : 360 C
N : 84x/menit
-
Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)
-
Ekspresi wajah murung
-
Bibir nampak pucat dan kering
-
ADL dibantu di tempat tidur
-
Aktifitas selama dirumah sakit adalah duduk di tempat tidur dan
berjalan kekamar mandi.
-
Konjungtiva nampak pucat
C.
NO
1.
ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
Data Subyektif :
-
Klien
menyatakan nafsu makan
kurang
Klien
Gangguan

pola nutrisi
Glukosa darah tidak dapat

menyatakan kadang mual
hyperglikemia
bila melihat makanan yang

disajikan.
-
Pembatasan intake
Klien
menyatakan
disediakan
porsi
tidak
dengan
yang
se-suai
selera/
keinginannya
-
yang di-habiskan hanya ¼
porsi.
Data Obyektif :
-
Tanda
tanda vital :
T : 150/90 mmHg
N : 84x/menit
S : 36 0 C
P : 16 x/menit
Porsi

Penurunan selera/minat
terhadap makanan yang
disajikan

Keluarga
mengata-kan porsi makan
-
Penurunan produksi insulin
ditransfer kejaringan
-
–
MASALAH
Gangguan pola nutrisi
NO
DATA
2.
makan
ETIOLOGI
tidak
MASALAH
dihabiskan
(3/4 porsi)
-
Bibir
nampak pucat dan kering.
-
Konjungtiv
a nampak pucat
Penurunan insulin dalam
tubuh

Glukosa darah tidak dapat
ditransfer ke jaringan
Data subyektif :
-
Klien
menyatakan lemah seluruh
badan.
-
Klien
menyatakan kadang merasa
pusing.
-
Klien
menyatakan mudah lelah
jika beraktifitas
-
Keluarga
klien
(istri) menyatakan
klien dibantu turun dari
tempat tidur dan berjalan
Data obyektif :
-
Klien
nampak lemah
-
ADL
dibantu di tempat tidur
3.
-
Aktifitas

metabolisme karbohidrat
menurun

kelemahan/kelelahan

aktifitas terganggu
Gangguan
aktifitas
fisik
(kelelahan)
NO
DATA
selama
ETIOLOGI
dirumah
sakit
Perubahan status kesehatan
adalah duduk di tempat

tidur dan berjalan ke kamar
Stressor (ancaman kesehatan)
mandi

-
Tanda
–
tanda vital :
Cemas
N : 84 x/menit
S : 36 0 C
Data subyektif :
-
Klien
menyatakan
tidak
tahu
tentang penyakitnya
-
Klien
menyatakan susah untuk
tidur
-
Klien
menyatakan
berha-rap
cepat sembuh.
-
Klien
menyatakan
mengetahui
tidak
apa
yang
menyebabkan susah tidur
Data obyektif :
koping tidak efektif

T : 150/90 mmHg
MASALAH
Kecemasan
NO
DATA
-
ETIOLOGI
MASALAH
Ekspresi
wajah murung
D. PRIORITAS MASALAH
1.
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pembatasan
intake :
Data Subyektif :
-
Klien menyatakan nafsu makan kurang
-
Klien menyatakan kadang mual bila melihat makanan yang
disajikan.
-
Klien menyatakan porsi yang disediakan tidak sesuai dengan selera
dan keinginannya.
-
Keluarga menyatakan porsi makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi
Data Obyektif :
-
Tanda – tanda vital :
T : 150/90 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36 0 C
-
Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi)
-
Lidah kotor dan berwarna putih pada pangkal
-
Bibir nampak pucat dan kering.
-
Konjungtiva nampak pucat
2.
Gangguan aktifitas fisik (kelelahan) berhubungan dengan
penurunan metabolisme karbohidrat ditandai dengan :
Data subyektif :
-
Klien menyatakan lemah seluruh badan.
-
Klien menyatakan kadang merasa pusing.
-
Klien menyatakan mudah lelah jika beraktifitas
-
Keluarga menyatakan klien dibantu turun dari tempat tidur dan
berjalan.
Data obyektif :
-
Klien nampak lemah
-
ADL dibantu di tempat tidur
-
Aktifitas selama di rumah sakit adalah duduk ditempat tidur dan
berjalan ke kamar mandi.
-
Tanda – tanda vital :
T : 150/90 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36 0 C
3.
Kecemasan
berhubungan
dengan
perubahan
status
kesehatan ditandai dengan :
Data subyektif :
-
Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya
-
Klien mengatakan berharap cepat sembuh.
-
Klien menyatakan susah untuk tidur
-
Klien menyatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan susah
tidur.
-
Keluarga klien (istri) mengatakan apabila klien tertidur cukup lelap
dan nyenyak.
Data obyektif :
-
Ekspresi wajah murung
E. RENCANA KEPERAWATAN
Nama
: Ny.A
Tgl. Masuk RS
: 9 – 06 - 2013
Umur
: 52 Tahun
Tgl. Pengkajian
: 11 – 06 - 2013
J. Kelamin
: Perempuan
No. Register
: 426676
Alamat
: penginapan pondok losari
Dx. Medis
: DM Type II
TGL/
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
NO.
KEPERAWATAN
11/6/13 Gangguan pola nutrisi berhu- Gangguan pola nutrisi 1.
Kaji
intake Untuk mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat
1.
DIAGNOSA
bungan dengan pembatasan teratasi dengan krite-ria :
makanan
intake :
perhari
-
Data Subyektif :
-
makan baik
Klien
-
menyatakan nafsu makan
kurang
-
disajikan.
Klien
porsi
tidak
yang
se-suai -
dengan selera/keingi-nan.
2.
Timbang
berat memoni-tor respon terhadap perawatan.
badan klien perhari
TTV
dalam batas normal :
bila melihat makanan yang
disediakan
Porsi
-
menyatakan kadang mual
menyatakan
Untuk mengetahui status nutrisi klien secara kasar dan
makan diha-biskan
Klien
-
Nafsu
klien diperhi-tungkan rasio intake output.
Dengan mengetahui dan mengerti pola diet, klien dan
3.
T : 100-120/80-90
Berikan
penjelasan
mmHG
pola
keluarga dapat kooperatif dalam aturan dietnya.
tentang
pemenuhan
N : 64 – 80 x/m
nutrisi klien dalam
S : 36 – 37,20 C
diet
P : 16 – 24x/m
Mellitus
Diabetes
Klien
tidak nam-pak lemah
Nafsu makan klien dapat me-ningkat jika penyusunan
diet disesuaikan dengan makanan kesukaan klien.
4.
Identifikasi
TGL/
NO.
DIAGNOSA
-
TUJUAN
KEPERAWATAN
Keluarga
(istri) mengata-kan porsi
makan
yang
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
makanan yang
5.
dihabiskan
hanya ¼ porsi.
Data Obyektif :
-
disukai
atau
dike-hendaki
klien
untuk
dapat Memudahkan dalam mengatur penentuan diet klien
dimasukkan
Tanda
–
RASIONAL
dan sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
disesuaikan dengan dengan cepat.
tanda vital :
program
T : 90/60 mmHg
pembatasan
N : 76 x/menit
klien.
diet Perhitungan dan penyusunan diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
S : 36,5 0 C
P : 16 x/menit
-
6.
Porsi
program diet, pola meningkatkan nafsu makan.
makan
(3/4 porsi)
bandingkan dengan Mengetahui
Lidah
pada pangkal.
nampak pucat dan kering.
-
Konjungtiv
dan
tingkat
kebutuhan
klien
sehingga
di-habiskan klien
7.
Bibir
klien
makanan yang dapat memudahkan dalam perencanaan aktifitas klien
kotor dan berwarna putih
2.
Membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan
makan tidak dihabis-kan
-
-
Tentukan
Konsultasi
dengan
ahli
untuk
pengaturan
diet.
gizi
Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat aktifitas
TGL/
DIAGNOSA
NO.
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Klien mampu melaku- 8.
Penatalaksanaa jika curah jantung berkurang
KEPERAWATAN
a nampak pucat
-
Diet 1900 kan
kkal
aktifitas
mandiri
secara bertahap dengan
n
pem-berian
vitamin.
Mengurangi kelelahan dan mengatur aktifitas secara
kriteria :
-
teratur sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan.
Klien
menunjuk-kan
kemampuan
Gangguan
aktifitas
fisik
(kelelahan) berhubungan de-
partisipasi
tuhan
dan
dalam
aktifitas sehari – hari
ngan penurunan metabolisme -
Bantu
karbohidrat ditandai dengan :
an dalam pemenuhan
Data subyektif :
ADL minimal
-
Klien
klien
dan Mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot akibat
identifikasi aktifitas penggunaan yang kurang serta melancarkan sirkulasi ke
yang dapat/ tidak daerah ekstrimitas
dapat dilakukan klien secara mandiri
2. Ukur tanda – tanda Menambah keyakinan klien dan harga diri secara baik
vital sebelum dan dengan aktifitas yang ditoleransi.
menyatakan lemah seluruh
sesudah melakukan
badan.
aktifitas
-
Klien
menyatakan kadang merasa
pusing.
-
1. Kaji tingkat kebu-
3. Anjurkan
untuk
Klien
menyatakan mudah lelah
pasien
mengatur
waktu istira-hat dan
aktifitas.
Mengetahui tingkat kecemasan yang dirasakan klien
TGL/
DIAGNOSA
NO.
3.
TUJUAN
KEPERAWATAN
jika beraktifitas
Data obyektif :
-
Kecemasan
Klien
ADL
Tanda
–
Klien
dapat
tanda vital :
-
1. Kaji tingkat
Pengetahuan
kecemasan klien
yang
benar
tentang
penyakit
dan
pengobatannya akan mengurangi kecemasan klien dan
meluruskan keselahan persepsi.
Klien
menyatakan
S : 36,5 0 C
mengerti
P : 16 x/menit
penyakitnya.
2. Dengarkan
tentang
dengan empati
ngan perubahan status kese- -
Tanda
hatan ditandai dengan :
– tanda vital
Data subyektif :
T : 100-120/80-90
Klien
tidak
3. Beri
mmHG
tahu
S : 36 – 37,20 C
-
penyuluhan
kepada klien dan
keluarga
N : 64 – 80 x/m
tentang penyakitnya
Klien
ungkapan perasaan Meyakinkan klien bahwa penya-kitnya dapat sembuh
klien dan keluarga bukan hanya dari perawatan tetapi juga berkat TYME.
Kecemasan berhubungan de-
-
sehingga dapat mengurangi kecemasannya
mene-rima
N : 76 x/menit
menyatakan
.
keadaannya
T : 90/60 mmHg
-
Mengurangi beban yang dirasa-kan klien dan keluarga
Ekspr
esi wajah tenang
dibantu di tempat tidur
-
berkurang/
teratasi dengan krite-ria :
nampak lemah
-
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
dapat digunakan untuk menyusun intervensi yang tepat
P : 16
tentang
penyakitnya.
4. Beri dorongan
spiritual
TGL/
DIAGNOSA
NO.
KEPERAWATAN
menyatakan susah untuk
tidur
-
Klien
menyatakan
berha-rap
cepat sembuh.
-
Keluarga
(istri) klien me-nyatakan
klien tertidur cukup lelap
dan nyenyak.
Data obyektif :
-
Ekspresi
wajah murung
TUJUAN
– 24x/m
RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Ny. Y dengan gangguan sistem
endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang ST.yosept RS. Stella maris Makassar, dengan
bertitik tolak pada pembahasan bab sebelumnya maka penulis dapat menarik
kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1.
Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat.
2.
Pengkajian data penyakit Diabetes
Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara pasien satu dengan yang
lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat
terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel.
3.
Perawatan
dan
pengobatan
Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan,
latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai
penyakit tersebut.
B.
Saran-saran
1. Untuk klien dan keluarga
Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang
ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan
kontrol yang efektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula
darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
2. Untuk petugas di ruangan
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan
perawat, perawat dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan
sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dengan
memandang individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual.
3. Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan
bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis
ini perlu diberi waktu agak lama agar memudahkan dalam melakukan
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran Bandung.
Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT
DIABETES MELLITUS TYPE II
NAMA : ADITYA DIRGA
NIM
: 11.01.104
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANAKKUKANG MAKASSAR
2013
Download