BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus. Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf dan lain-lain. Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang sempurna sangat dibutuhkan. Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan bagi klien dan keluarga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medik 1. Pengertian Diabetes Mellitus a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995). b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999). c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO). d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam). 2. Anatomi Fisiologi Pankreas Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah. Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu : a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum. b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu : a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum. b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin. Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu : a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah : 1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida. 2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino. 3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin. b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran. Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon 1). Insulin Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml. Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu : a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen. b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal. c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat. Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu : 2). a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa b.) Mengurangi konsentrasi gula darah c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan. Glukagon Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino. Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah : a.) Pemecahan glikogen (glikogenolisis) b.) Peningkatan glukosa (glukogenesis) Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia. 3. Etiologi Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya. Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu : a. Faktor genetik Riwayat keluarga dengan diabetes : Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %. b. Faktor non genetik 1.) Infeksi Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus. 2.) Nutrisi a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin. b.) Malnutrisi protein c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis. 3.) Stres Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara. 4.) Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat 4. Klasifikasi Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu : a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan. b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu : 1.) Non obesitas 2.) Obesitas Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas. c. Diabetes Mellitus type lain 1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain. 2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik 3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus. 5. Patofisiologi Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter. 6. Gambaran Klinik Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut : Pada tahap awal sering ditemukan : a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing. b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum. c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein. e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. 7. Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini. 8. Komplikasi a. Akut 1.) Hypoglikemia 2.) Ketoasidosis 3.) Diabetik b. Kronik 1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. 2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic. 3.) Neuropati diabetic. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin. 1. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus : a. Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. b. Sirkulasi Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung. c. Eliminasi Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat. d. Nutrisi Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah. e. Neurosensori Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung. f. Nyeri Pembengkakan perut, meringis. g. Respirasi Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas. h. Keamanan Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum. i. Seksualitas Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu : a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik. f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain. g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya kesalahan interpretasi informasi. pemajanan/mengingat, 3. Rencana Keperawatan a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : 1.) Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. 2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. 3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine. Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. 4.) Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual. b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. Tujuan : - Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat - Menunjukkan tingkat energi biasanya - Berat badan stabil atau bertambah. Intervensi : 1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. 2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya). 3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural. Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang. 4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien. 5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi. Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. Tujuan : - Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. - Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi. Intervensi : 1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang. 3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif. Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. 4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. 5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam. Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret. d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. Tujuan : - Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi. - Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori. Intervensi : 1.) Pantau dan status mental. tanda-tanda vital Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal 2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas. 3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan seharihari sesuai kemampuannya. Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya. 4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki. Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang sentuhan/distorsi berat, yang kehilangan mempunyai resiko sensasi tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan. e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik. Tujuan : - Mengungkapkan peningkatan tingkat energi. - Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan. Intervensi : 1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Rasional : Pendidikan dapat meningkatkan memberikan tingkat aktivitas motivasi untuk meskipun pasien mungkin sangat lemah. 2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan. 3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. 4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi. Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi. f. Ketidakberdayaan penyakit jangka panjang/progresif yang berhubungan tidak dapat dengan diobati, ketergantungan pada orang lain. Tujuan : - Mengakui perasaan putus asa - Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan. - Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri. Intervensi : 1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan. Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah. 2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga. Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping. 3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi. 4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri. Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi. g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi. Tujuan : - Mengungkapkan pemahaman Mengidentifikasi hubungan tentang penyakit. - tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. - Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Intervensi : 1.) Ciptakan lingkungan saling percaya Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. 3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat. Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. 4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat. Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat. BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus Asuhan keperawatan pada klien Ny .A dengan gangguan sistem endokrin pada kasus Diabetes Mellitus tipe II di RS Stella maris Makassar. Klien masuk rumah sakit tanggal 9 – juni – 2013 dirawat oleh perawat ruangan dan penulis melakukan pengkajian pada tanggal 11 -juni 2013. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan intervensi Adapun uraian lebih lanjut dari pelaksanaan sebagai berikut : Tgl Masuk RS : 9-6-2013 Tgl Pengkajian : 11-6-2013 Ruang/RS : st.yosept /stella maris Diagnosa Medis : DM Type II, Hipyrglikimia, CKD A. Pengkajian 1. Biodata a. Identitas Klien Nama : Ny. A Umur : 52 tahun Jenis kelamin : Perempuan Bangsa : Indonesia Kawin/Belum : kawin Pekerjaan : PNS Alamat : Penginapan pondok losari NO. RM : 426676 Identitas Penanggung Biaya perawatan klien ditanggung oleh PT. Askes Indonesia 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang 1.) Keluhan utama : Lemah dan pusing 2.) Faktor pencetus : klien menyatakan mungkin karena sudah tua. 3.) Sifat keluhan : menetap. 4.) Faktor yang memberatkan bila klien beraktifitas. 5.) Hal yang meringankan pada saat istirahat. 6.) Keluhan yang menyertai : batuk 7.) Pertolongan obat – obatan yang pernah diperoleh tidak diketahui b. Riwayat kesehatan masa lalu 1.) Ganguan ginjal 1 bulan dan cuci darah 2.) DM (+) 6 bulan berobat tidak teratur c. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien. 3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit sedang b. Kesadaran composmentis c. BB : Kg, TB : cm d. Tanda-tanda vital TD : 150/90 mmHg N : 84 x/menit SB : 36 0 C 4. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium Tgl 11-JUNI- 2013 GDS 75mg/dl Normal : 140 mg/dl Laboratorium Tgl 12 -JUNI -2013 GDS 85mg/dl 5. Normal : 140 mg/dl Pola Kegiatan Sehari-hari a. Nutrisi 1.) Kebiasaan a.) Sebelum sakit - Pola makan : Nasi, sayur-sayuran - Frekuensi makan : 3 x sehari - Nafsu makan : Baik lauk, - Makanan kesukaan : Manis-manisan - Makanan pantang : Tidak ada - Minuman sehari dalam : 8 gelas/hari ( 1500 – 2000 ml) b.) Setelah sakit - Pola makan : Nasi, lauk, sayur-sayuran - Frekuensi : 5 - 6 x/hari - Klien menyatakan nafsu makan meningkat. - Makanan pantang : Makanan yang mengandung gula - Minuman dalam sehari : 15 gelas/hari (3000 ml) c.) Setelah masuk rumah sakit - Pola makan : Nasi, lauk, sayur- sayuran - Frekuensi - Nafsu makan makan kurang : 2 x/hari : Klien menyatakan nafsu - Makanan pantang : Makanan yang mengandung gula - Minuman dalam sehari : 10 gelas/hari ( 2000 ml) - Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi) - Keluarga klien (istri) menyatakan porsi makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi. - Klien menyatakan porsi yang disediakan tidak sesuai dengan selera/keinginan. - Diet 1900 kkal - Klien menyatakan kadang mual apabila melihat makanan yang disajikan. 6. Perawatan dan Pengobatan Perawatan - Istirahat Pengobatan - Dextrazone 40% B. KLASIFIKASI DATA Data Subyektif - Klien menyatakan kadang merasa pusing - Klien menyatakan nafsu makan kurang - Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya - Klien menyatakan kadang mual apabila melihat makanan yang disajikan - Klien menyatakan susah untuk tidur - Klien menyatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan susah tidur. - Keluarga mengata-kan porsi makan yang di-habiskan hanya ¼ porsi. Data Obyektif - Klien nampak lemah - Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg SB : 360 C N : 84x/menit - Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi) - Ekspresi wajah murung - Bibir nampak pucat dan kering - ADL dibantu di tempat tidur - Aktifitas selama dirumah sakit adalah duduk di tempat tidur dan berjalan kekamar mandi. - Konjungtiva nampak pucat C. NO 1. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI Data Subyektif : - Klien menyatakan nafsu makan kurang Klien Gangguan pola nutrisi Glukosa darah tidak dapat menyatakan kadang mual hyperglikemia bila melihat makanan yang disajikan. - Pembatasan intake Klien menyatakan disediakan porsi tidak dengan yang se-suai selera/ keinginannya - yang di-habiskan hanya ¼ porsi. Data Obyektif : - Tanda tanda vital : T : 150/90 mmHg N : 84x/menit S : 36 0 C P : 16 x/menit Porsi Penurunan selera/minat terhadap makanan yang disajikan Keluarga mengata-kan porsi makan - Penurunan produksi insulin ditransfer kejaringan - – MASALAH Gangguan pola nutrisi NO DATA 2. makan ETIOLOGI tidak MASALAH dihabiskan (3/4 porsi) - Bibir nampak pucat dan kering. - Konjungtiv a nampak pucat Penurunan insulin dalam tubuh Glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan Data subyektif : - Klien menyatakan lemah seluruh badan. - Klien menyatakan kadang merasa pusing. - Klien menyatakan mudah lelah jika beraktifitas - Keluarga klien (istri) menyatakan klien dibantu turun dari tempat tidur dan berjalan Data obyektif : - Klien nampak lemah - ADL dibantu di tempat tidur 3. - Aktifitas metabolisme karbohidrat menurun kelemahan/kelelahan aktifitas terganggu Gangguan aktifitas fisik (kelelahan) NO DATA selama ETIOLOGI dirumah sakit Perubahan status kesehatan adalah duduk di tempat tidur dan berjalan ke kamar Stressor (ancaman kesehatan) mandi - Tanda – tanda vital : Cemas N : 84 x/menit S : 36 0 C Data subyektif : - Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya - Klien menyatakan susah untuk tidur - Klien menyatakan berha-rap cepat sembuh. - Klien menyatakan mengetahui tidak apa yang menyebabkan susah tidur Data obyektif : koping tidak efektif T : 150/90 mmHg MASALAH Kecemasan NO DATA - ETIOLOGI MASALAH Ekspresi wajah murung D. PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan pembatasan intake : Data Subyektif : - Klien menyatakan nafsu makan kurang - Klien menyatakan kadang mual bila melihat makanan yang disajikan. - Klien menyatakan porsi yang disediakan tidak sesuai dengan selera dan keinginannya. - Keluarga menyatakan porsi makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi Data Obyektif : - Tanda – tanda vital : T : 150/90 mmHg N : 84 x/menit S : 36 0 C - Porsi makan tidak dihabiskan (3/4 porsi) - Lidah kotor dan berwarna putih pada pangkal - Bibir nampak pucat dan kering. - Konjungtiva nampak pucat 2. Gangguan aktifitas fisik (kelelahan) berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat ditandai dengan : Data subyektif : - Klien menyatakan lemah seluruh badan. - Klien menyatakan kadang merasa pusing. - Klien menyatakan mudah lelah jika beraktifitas - Keluarga menyatakan klien dibantu turun dari tempat tidur dan berjalan. Data obyektif : - Klien nampak lemah - ADL dibantu di tempat tidur - Aktifitas selama di rumah sakit adalah duduk ditempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. - Tanda – tanda vital : T : 150/90 mmHg N : 84 x/menit S : 36 0 C 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan : Data subyektif : - Klien menyatakan tidak tahu tentang penyakitnya - Klien mengatakan berharap cepat sembuh. - Klien menyatakan susah untuk tidur - Klien menyatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan susah tidur. - Keluarga klien (istri) mengatakan apabila klien tertidur cukup lelap dan nyenyak. Data obyektif : - Ekspresi wajah murung E. RENCANA KEPERAWATAN Nama : Ny.A Tgl. Masuk RS : 9 – 06 - 2013 Umur : 52 Tahun Tgl. Pengkajian : 11 – 06 - 2013 J. Kelamin : Perempuan No. Register : 426676 Alamat : penginapan pondok losari Dx. Medis : DM Type II TGL/ RENCANA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL NO. KEPERAWATAN 11/6/13 Gangguan pola nutrisi berhu- Gangguan pola nutrisi 1. Kaji intake Untuk mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat 1. DIAGNOSA bungan dengan pembatasan teratasi dengan krite-ria : makanan intake : perhari - Data Subyektif : - makan baik Klien - menyatakan nafsu makan kurang - disajikan. Klien porsi tidak yang se-suai - dengan selera/keingi-nan. 2. Timbang berat memoni-tor respon terhadap perawatan. badan klien perhari TTV dalam batas normal : bila melihat makanan yang disediakan Porsi - menyatakan kadang mual menyatakan Untuk mengetahui status nutrisi klien secara kasar dan makan diha-biskan Klien - Nafsu klien diperhi-tungkan rasio intake output. Dengan mengetahui dan mengerti pola diet, klien dan 3. T : 100-120/80-90 Berikan penjelasan mmHG pola keluarga dapat kooperatif dalam aturan dietnya. tentang pemenuhan N : 64 – 80 x/m nutrisi klien dalam S : 36 – 37,20 C diet P : 16 – 24x/m Mellitus Diabetes Klien tidak nam-pak lemah Nafsu makan klien dapat me-ningkat jika penyusunan diet disesuaikan dengan makanan kesukaan klien. 4. Identifikasi TGL/ NO. DIAGNOSA - TUJUAN KEPERAWATAN Keluarga (istri) mengata-kan porsi makan yang RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI makanan yang 5. dihabiskan hanya ¼ porsi. Data Obyektif : - disukai atau dike-hendaki klien untuk dapat Memudahkan dalam mengatur penentuan diet klien dimasukkan Tanda – RASIONAL dan sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat teratasi disesuaikan dengan dengan cepat. tanda vital : program T : 90/60 mmHg pembatasan N : 76 x/menit klien. diet Perhitungan dan penyusunan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. S : 36,5 0 C P : 16 x/menit - 6. Porsi program diet, pola meningkatkan nafsu makan. makan (3/4 porsi) bandingkan dengan Mengetahui Lidah pada pangkal. nampak pucat dan kering. - Konjungtiv dan tingkat kebutuhan klien sehingga di-habiskan klien 7. Bibir klien makanan yang dapat memudahkan dalam perencanaan aktifitas klien kotor dan berwarna putih 2. Membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan makan tidak dihabis-kan - - Tentukan Konsultasi dengan ahli untuk pengaturan diet. gizi Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat aktifitas TGL/ DIAGNOSA NO. RENCANA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Klien mampu melaku- 8. Penatalaksanaa jika curah jantung berkurang KEPERAWATAN a nampak pucat - Diet 1900 kan kkal aktifitas mandiri secara bertahap dengan n pem-berian vitamin. Mengurangi kelelahan dan mengatur aktifitas secara kriteria : - teratur sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan. Klien menunjuk-kan kemampuan Gangguan aktifitas fisik (kelelahan) berhubungan de- partisipasi tuhan dan dalam aktifitas sehari – hari ngan penurunan metabolisme - Bantu karbohidrat ditandai dengan : an dalam pemenuhan Data subyektif : ADL minimal - Klien klien dan Mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot akibat identifikasi aktifitas penggunaan yang kurang serta melancarkan sirkulasi ke yang dapat/ tidak daerah ekstrimitas dapat dilakukan klien secara mandiri 2. Ukur tanda – tanda Menambah keyakinan klien dan harga diri secara baik vital sebelum dan dengan aktifitas yang ditoleransi. menyatakan lemah seluruh sesudah melakukan badan. aktifitas - Klien menyatakan kadang merasa pusing. - 1. Kaji tingkat kebu- 3. Anjurkan untuk Klien menyatakan mudah lelah pasien mengatur waktu istira-hat dan aktifitas. Mengetahui tingkat kecemasan yang dirasakan klien TGL/ DIAGNOSA NO. 3. TUJUAN KEPERAWATAN jika beraktifitas Data obyektif : - Kecemasan Klien ADL Tanda – Klien dapat tanda vital : - 1. Kaji tingkat Pengetahuan kecemasan klien yang benar tentang penyakit dan pengobatannya akan mengurangi kecemasan klien dan meluruskan keselahan persepsi. Klien menyatakan S : 36,5 0 C mengerti P : 16 x/menit penyakitnya. 2. Dengarkan tentang dengan empati ngan perubahan status kese- - Tanda hatan ditandai dengan : – tanda vital Data subyektif : T : 100-120/80-90 Klien tidak 3. Beri mmHG tahu S : 36 – 37,20 C - penyuluhan kepada klien dan keluarga N : 64 – 80 x/m tentang penyakitnya Klien ungkapan perasaan Meyakinkan klien bahwa penya-kitnya dapat sembuh klien dan keluarga bukan hanya dari perawatan tetapi juga berkat TYME. Kecemasan berhubungan de- - sehingga dapat mengurangi kecemasannya mene-rima N : 76 x/menit menyatakan . keadaannya T : 90/60 mmHg - Mengurangi beban yang dirasa-kan klien dan keluarga Ekspr esi wajah tenang dibantu di tempat tidur - berkurang/ teratasi dengan krite-ria : nampak lemah - RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL dapat digunakan untuk menyusun intervensi yang tepat P : 16 tentang penyakitnya. 4. Beri dorongan spiritual TGL/ DIAGNOSA NO. KEPERAWATAN menyatakan susah untuk tidur - Klien menyatakan berha-rap cepat sembuh. - Keluarga (istri) klien me-nyatakan klien tertidur cukup lelap dan nyenyak. Data obyektif : - Ekspresi wajah murung TUJUAN – 24x/m RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Ny. Y dengan gangguan sistem endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang ST.yosept RS. Stella maris Makassar, dengan bertitik tolak pada pembahasan bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. 2. Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel. 3. Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut. B. Saran-saran 1. Untuk klien dan keluarga Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol yang efektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini. 2. Untuk petugas di ruangan Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dengan memandang individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual. 3. Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi waktu agak lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta. Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta. Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC, Jakarta. Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta. Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran Bandung. Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC, Jakarta. Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC. Jakarta. Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta. LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TYPE II NAMA : ADITYA DIRGA NIM : 11.01.104 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR 2013