ANALISA KESETIMBANGAN ENERGI PENAMBANGAN BATUBARA DENGAN ENERGI YANG DIBANGKITKAN OLEH BATUBARA Abdul Khohar (0906630960)1 Ir. Bambang Prianto, MI.Komp2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia ABSTRAK Seluruh negara di dunia, pasti membutuhkan energi, khususnya energi listrik. Listrik ini salah satu sumber utama bahan bakarnya adalah batubara. Namun untuk mendapatkan batubara ini memerlukan energi yang cukup besar, yakni minyak diesel sebagai bahan utama untuk kegiatan eksplorasi. Tidak hanya itu, emisi karbon yang dikeluarkan sangat banyak yang berdampak bagi lingkungan sekitar. Oleh sebab itu perlu dilakukan adanya kesetimbangan energi agar tidak terjadi kerugian energi antara energi dari batubara yang dihasilkan dengan energi yang dibutuhkan dari pengeksplorasian. Sehingga ini dapat diimplementasikan oleh pemerintah untuk dilakukan kebijakkan bagi penambang batubara jika energi yang dihasilkan batubara lebih besar dari energi pengeksplorasian. Hasil dari penelitian ini dari 4 lokasi berbeda didapatkan bahwa rasio energi yang dikonversi ke listrik yang paling kecil, yakni site Tanjung sekitar 1:18,8, sedangkan total emisi karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan sebesar 5.583.909.149 kg dengan total pengeluaran dari sumber bahan bakar batubara 2.257.946 ton dan minyak diesel 13.692.897 liter yang dilakukan dalam 1 bulan. Kata Kunci : batubara, penambangan, energi, kesetimbangan energi, diesel, pembangkit daya I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Saat ini dunia sedang menghadapi sebuah permasalahan yang cukup besar terkait dengan persedian energi dunia yang semakin menipis. Termasuk juga negara Indonesia. Indonesia yang memiliki cadangan batubara 4% di dunia dan diprediksi 80 tahun ke depan akan habis cadangan sumber energi ini. Jika kita mengamati industri batubara di Indonesia, industri ini memainkan dua peran sekaligus. Di satu sisi, industri batu bara menjadi konsumen listrik atau penggunaan bahan bakar diesel yang cukup besar, namun di sisi lain industri batu bara juga merupakan pemasok bahan bakar sumber energi pembangkit listrik. Dalam menjalankan dua peran tersebut, tentunya mempertimbangkan kesetimbangan penggunaan energi pengeksplorasian. 1.3. PEMBATASAN MASALAH 1. Perhitungan jejak karbon pada area penambangan batubara sampai pelabuhan hauling. 2. Perhitungan energi yang dihasilkan pada pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara dengan Heat Rate 2.500 kcal/kWh. 3. Penggunaan jumlah bahan bakar diesel pada proses penambangan batu bara menggunakan alat berat utama, yaitu excavator, loader, dumptruck, dan trailer. 4. Perhitungan energi yang dihasilkan pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar solar dengan konversi 2.000 kW. II. DASAR TEORI 1.2. TUJUAN 2.1. BATUBARA 1. Mendapatkan informasi dalam penambangan batubara baik yang positif maupun negatif terkait dengan energi. 2. Mengefektifkan penghematan energi sehingga tidak terbuang dengan sia-sia. 3. Mendapatkan rasio penambangan batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Batu bara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon. Batu bara disebut pula bahan bakar reaktif yang dapat terbakar sewaktu-waktu tanpa dilalui proses pembakaran disengaja karena 1) Mahasiswa Teknik Mesin UI 2) Dosen Teknik Mesin UI Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 terjadi pemanasan dari dalam zat batu bara tersebut. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya batubara dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umunya dibagi dalam lima kelas, yaitu: • Antarasit : kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilau (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. • Bitumius : mengandung 68% – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara ini yang paling banyak ditambang di Australia. • Sub bituminus : mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh karenanya sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Kadar airnya antara 10 – 25% dari beratnya. • • Lignit : disebut juga dengan batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak mengandung air 30 – 45% dari beratnya. Gambut : disebut peat berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. Tabel 2.1. Kualitas dan Cadangan Barubara di Indonesia tahun 2007 Kelas Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Nilai Kalori (Kal/gr) < 5100 5100 – 6100 6100 – 7100 > 7100 Cadangan Juta ton % 5397,55 28,90 11184,88 59,80 1946,65 10,40 182,47 0,97 2.2. PENAMBANGAN Dalam industri pertambangan pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi endapan batubara. Adapun dua metode yang dipakai dalam penambangan batubara adalah sebagai berikut: (1) Penambangan permukaan (terbuka) Kegiatan utama dalam penambangan terbuka adalah penggalian, pemisahan, pemuatan, pengangkutan dan pemupukan atau pembuangan. (2) Penambangan bawah tanah (dalam) Penambangan bawah tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: (a) Room and pillar merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah untuk endapan batubara, dengan bentuk blok-blok persegi. (b) Longwall caving, suatu sistem penambangan bawah tanah untuk endapan batubara dengan membuat lorong-lorong panjang, secara mekanis dan bagian dari front penambangan yang sudah selesai ditambang dibiarkan runtuh dengan sendirinya ( caving ). (c) Cut and fill, penambangan dengan cara ini prosesnya cukup rumit dan membutuhkan banyak air untuk menyalurkan pasir atau tanah guna mengisi rongga-rongga bekas penggalian, tetapi batubara yang dihasilkan melalui cara ini memiliki rendemen yang tinggi. Alat-alat berat tambang utama batubara yang biasa digunakan di Indonesia yaitu : • Excavator Alat ini digunakan pada pengupasan tanah penutup (over burden), batu, dan penggalian endapan (sedimen). Perhitungan kapasitas produksi Excavator menggunakan rumus sebagai berikut : KP = B x 3600 x FK 3 (m / jam) CT (2.1) CT = Wg + Wp1 +Wb + Wp2 (2.2) FK = fB x fT x fK x fO x fD (2.3) Dimana : B = Kapasitas Bucket (m3) CT = Waktu siklus Wg = Waktu gali (detik) Wp1 = Waktu putar (bucket terisi) (detik) Wp2 = Waktu putar (bucket kosong) (detik) Wb = Waktu buang (detik) FK = Faktor Koreksi fB = Faktor Bucket = Faktor koreksi akibat efisiensi waktu fT fK = Faktor koreksi efisiensi kerja fO = Faktor akibat kecakapan operator fD = Faktor koreksi akibat kedalaman Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 • Loader 2.3. DIESEL Alat ini digunakan saat memuat material ore atau waste ke dalam haul truck. Rumus umum perhitungan kapasitas produksi Loader adalah sebagai berikut : Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM). KP = B x 3600 x FK 3 (m / jam) CT (2.4) CT = 2J/F + 2J/R + Z (2.5) Secara umum pertamax, bensin dan solar merupakan senyawa hirokarbon. Rentang rantai karbon pada solar yaitu C21 sampai C30 dengan trayek didih 105 sampai 1350C. aCxHySz + bO2 + cN2 --> dCOx + eH20 + fSOx + gNOx + hN2 FK = fB x fT x fK x fO (2.6) Dimana : B = Kapasitas Bucket J = Jarak gusur (meter) F = Kecepatan maju (m/s) R = Kecepatan mundur (m/s) • CaHb + (a+b/4)(O2+3.76 N2) --> aCO2 + b/2 H2O + (a+b/4)3.76N2 Dump truck/ haul truck Alat ini digunakan sebagai alat angkut material hasil penggalian. Kapasitas produksi Dump Truck dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KP = C x FK 3 (m / jam) N x CT CT = J / V1 + J / V2 + t1 + t2 FK = fT x fK x fO x fD Dimana : C = Kapasitas muat CT = Waktu siklus alat pemuat J = Jarak angkut (km) V1 = Kecepatan angkut (km/jam) V2 = Kecepatan balik (km/jam) = Waktu bongkar muatan t1 = Waktu mengatur posisi t2 N = Jumlah pengisian alat pemuat • Umumnya Sulfur hanya muncul pada solar. Jika sulfur dianggap tidak ada dan reaksi pembakaran dengan udara merupakan pembakaran sempurna, serta temperatur produk tidak lebih dari 500oC (tanpa ada reaksi dengan N2), maka reaksi menjadi : (2.7) (2.8) (2.9) Kemampuan bahan bakar bisa dinyatakan oleh angka setana dan angka heksan. Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan campurannya. Semakin besar angka setana, semakin mudah bahan bakar tersebut untuk terbakar, semakin singkat waktu keterlambatan untuk terbakar sehingga semakin kecil kemungkinan terjadi knocking diesel. Angka oktan menunjukkan kualitas dari bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor bensin. Makin tinggi angka oktan maka makin rendah kecenderungan bensin untuk terjadi knocking, makin sulit terbakar karena membutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk terjadi pembakaran. Trailer Truck Tractor Alat ini digunakan sebagai alat angkut material hasil penggalian. Perbedaan dengan Dump truck ini yaitu alat ini digunakan biasanya untuk mengangkut hasil batubara dari coal room ke pelabuhan karena memiliki kapasitas yang lebih besar dan desain roda yang digunakan pada jalan pada umunya. dan kemampuan produksi yang dapat dihitung menggunakan rumus 2.7. Gambar 2.1. Siklus Mesin Diesel Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Berikut ini adalah proses terjadinya kerja pada mesin diesel : Proses 0 – 1 Udara masuk ke dalam ruang bakar (suction). Proses 1 – 2 Udara tersebut kemudian dikompresi hingga tekanan tinggi tertentu. Kenaikan tekanan menyebabkan kenaikan temperatur hingga mencapai temperatur bakar bahan bakar. Proses 2 – 3 Bahan bakar diinjeksikan dalam bentuk kabut agar mudah terbakar. Pada saat bahan bakar diinjeksikan, volume akan meningkat untuk mempertahankan kekonstanan tekanan. Setelah diinjeksikan, bahan bakar akan bercampur dengan udara. Setelah mencapai temperatur bakar bahan bakar, terjadi pembakaran. Proses 3 – 4 Bahan bakar yang terbakar menimbulkan ledakan. Gas mengalami ekspansi sehingga piston bergerak turun dan menghasilkan kerja. Proses 4 – 1 Pada saat volume maksimum, exhaust valve terbuka sehingga tekanan di dalam ruang bakar turun. Proses C – 2 Sisa pembakaran bahan bakar dibuang lingkungan (exhaust). Proses terulang kembali. 2.4. PEMBANGKIT DAYA Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah salah satu jenis instalasi pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara. Bagian Utama sebuah PLTU yaitu : 1. Boiler adalah alat untuk merubah fasa cair menjadi uap melalui proses transfer energi kimia (pembakaran) menjadi energi uap. 2. Turbin suatu alat yang mengubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi energi kecepatan. Sistem kerja turbin uap ini yaitu uap yang masuk ke dalam turbin akan menabrak sudu-sudu turbin sehingga menggerakkan rotor atau shaft dari turbin. Turbin bisa berputar akibat adanya perbedaan tekanan. 3. Kondensor adalah alat yang digunakan untuk mengubah fase gas menjadi fase cair. Dari sistem PLTU, uap yang dihasilkan dari boiler digunakan untuk menggerakkan turbin, setelah melewati turbin uap ini dikembalikan menjadi cair menggunakan kondenser. 4. Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan ke suatu tempat yang diinginkan dari tekanan rendah ke tekanan yang lebih tinggi. Dalam sistem PLTU ini air ini disalurkan ke bagian tube boiler yang nantinya dipanaskan menjadi uap. Siklus yang diterapkan pada PLTU adalah Rankine yakni siklus pengubahan panas menjadi kerja. Panas disuplai dari luar menuju siklus aliran tertutup dan biasanya menggunakan air sebagai fluida kerja (fluida yang dipanaskan/didinginkan). Untuk Output listrik yang dihasilkan dari PLTU, kita dapat menggunakan persamaan : Output listrik = Untuk mendapatkan rasio, tentunya kita harus mengetahui Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). PLTD ini menggunakan bahan bakar diesel. PLTD disebut sebagai pusat listrik beban runcing karena memiliki beberapa kelebihankelebihan sebagai berikut : • • • Gambar 2.2. Siklus Sederhana PLTU nilai kalori x Berat efisiensi (2.10) Heat Rate Dapat mengambil beban dengan cepat, sehingga dapat meratakan diagram beban dengan cepat Pada saat start putaran mesin dari 0 rpm sampai sinkron dengan jaringan membutuhkan waktu yang relatif cepat. Biaya pembangunannya lebih rendah jika dibandingkan dengan pembangkit listrik yang lain. Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Bagan ini mendekati konsumsi bahan bakar generator diesel berdasarkan pada ukuran generator dan beban di mana generator beroperasi. Tabel ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai perkiraan berapa banyak bahan bakar generator menggunakan selama operasi. 3.2. PENAMBANGAN BATUBARA Tabel 2.2. Perkiraan Fuel Consumption Diesel Generator III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.2. Skema Penambangan Pada dasarnya pemindahan tanah adalah sama yaitu memindahkan tanah (material) dari suatu tempat ke tempat lainnya, akan tetapi proses pemindahan dalam pelaksanaannya dapat berbeda-beda, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor yaitu sifat-sifat fisik material / tanah, jarak angkut, tujuan pekerjaan, kondisi lapangan (topografi), tuntutan kualitas, dan skala proyek. Dalam pekerjaan pemindahan tanah, sebelumnya perlu dilakukan landclearing. Setelah pekerjaan landclearing tersebut selesai, maka proses selanjutnya adalah pengupasan top soil (lapisan atas) atau stripping, penggalian (excavating), hauling dan dumping. Dalam menentukan jumlah energi yang dibutuhkan pada proses eksplorasi tambang, sebelumnya kita harus mengetahui spesifikasi alat-alat tambang yang digunakan karena hal ini akan mempengaruhi kinerja dan jumlah fuel yang dipakai sesuai dengan fungsinya masing-masing yang telah dijelaskan sebelumnya. Spesifikasi ini hanya beberapa dapat penting saja yang di input. Berikut ini adalah spesifikasi alat tersebut yang di ambil dari data perusahaan alat berat tersebut : Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Crawler Excavator Tabel 3.1. Data Spesifikasi dari Excavator Parameter Model Engine Power Operating Weight Bucket Capacity Fuel Consumption Specifications PC600/LC-8 Komatsu 323 kW / 433 HP 57,6 - 60,4 tonnes 5,25 m3 Low : 24.9 ~ 33.2 ltr/h Medium : 33.2 ~ 41.5 ltr/h High : 41.5 ~ 66.5 ltr/h batubara tersebut masing-masing lokasi yaitu Site Tanjung (5000 kcal/kg), Site Tambang Damai (6000 kcal/kg), Site Singlurus (6700 kcal/kg), dan Site Sekayan (4500 kcal/kg). Wheel Loader Tabel 3.2. Data Spesifikasi dari Wheel Loader Parameter Model Engine Power Operating Weight Tipping Load Bucket Capacity Fuel Consumption (ltr/h) Specifications WA800-3 Komatsu 636 kW / 853 HP 105 tonnes 61,1 tones 10 - 14 m3 Low : 44.6 ~ 62.5 Medium : 62.5 ~ 78.9 High : 78.9 ~ 104.2 Rigid Dump Truck Specifications HD605-7 Komatsu 552 kW / 740 HP 63 ton 40 m3 70 km/h Low : 27.8 ~ 41.6 Medium : 41.6 ~ 55.5 High : 55.5 ~ 76.4 HASIL PENELITIAN 4.1. KAPASITAS PRODUKSI DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Tabel 4.1. Pameter Analisa yang di input dari Excavator PC 600 LC-8 Parameter Bucket Capacity Fuel Consumption Nilai 5,25 m3 35 ltr/h Kondisi waktu asumsi yang diperkirakan pada saat penggalian excavator : Tabel 4.2. Parameter Waktu Siklus Excavator Trailer Tabel 3.4. Data Spesifikasi dari Trailer Parameter Model Engine Power Operating Weight Fuel Consumption IV. Crawler Excavator Tabel 3.3. Data Spesifikasi dari Rigid DT Parameter Model Engine Power Max. Payload Body Capacity Max. travel Fuel Consumption Gambar 3.3. Grafik Perbandingan Overburden and Coal Production di Beberapa Lokasi Tambang Batubara Specifications FH440 Volvo 324 kW / 440hp 32.1 kg 38 – 68,1 ltr/jam Untuk dapat mendapatkan jumlah fuel yang diperlukan, sebelumnya kita harus mengetahui jumlah tanah (overburden) dan batubara yang akan ditambang. Data ini biasanya sudah dapat diketahui oleh para ahli geologi. Berikut ini adalah studi kasus pada beberapa lokasi penambangan batu bara dengan nilai kalori Parameter Waktu Gali Wg Waktu Putar Bucket terisi Wp1 Waktu Putar Bucket kosong Wp2 Waktu Buang Wb Nilai 7s 7s 6s 3s Semua data di atas dimasukkan ke dalam rumus 2.1 dan menggunakan faktor koreksi pada tabel 4.6, maka akan didapatkan kemampuan produksi (KP) alat excavator tersebut yaitu 552, 45 m3/jam. Jika di konversi dengan konsumsi bahan bakar yang di desain sejumlah 35 liter/jam, maka dapat ditentukan bahwa konsumsi 1 liter bahan bakar dapat menghasilkan 15,78 m3. Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Wheel Loader Tabel 4.3. Pameter Analisa yang di input dari dariWheel Loader WA800-3 Parameter Tipping Load Bucket Capacity Kecepatan Maju Kecepatan Mundur Jarak gusur Pemindahan gigi Fuel Consumption Nilai 50 tonnes 12 m3 12,3 km/h = 3,42 m/s 12,4 km/h = 3,44 m/s 10 m 2 detik 70,7 ltr/h Semua data di atas dimasukkan ke dalam rumus 2.4 dan menggunakan faktor koreksi pada tabel 4.8, maka akan didapatkan kemampuan produksi (KP) loader tersebut yaitu 2362 m3/jam. Jika di konversi dengan konsumsi bahan bakar yang di desain sejumlah 70,7 liter/jam, maka dapat ditentukan bahwa konsumsi 1 liter bahan bakar dapat menghasilkan 33,4 m3. Rigid Dump Truck Tabel 4.4. Pameter Analisa yang di input dari Dump Truck HD 605-7 Parameter Nilai Max. Pay Load 63 tonnes Body Capacity 40 m3 Max. travel 70 km/h Kec. Angkut 40 km/h Kec. Balik 50 km/h Waktu Bongkar Muatan 0,1 jam Waktu Mengatur Posisi 0,1 jam Fuel Consumption 45 ltr/h Data tersebut dimasukkan ke dalam rumus 2.7 dan menggunakan faktor koreksi pada tabel 4.6, maka akan didapatkan kemampuan produksi (KP) dan konsumsi bahan bakar dump truck bervariasi, tergantung jarak yang ditempuh dump truck tersebut. Untuk hasil nilainya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.. Trailer Tabel 4.5. Pameter Analisa yang di input dari Trailer Volvo FH440 Parameter Nilai Max. Pay Load 95 m3 Kec. Rata-rata 66 km/h Waktu Bongkar Muatan 0,1 jam Waktu Mengatur Posisi 0,1 jam Fuel Consumption 47 liter/jam Data tersebut dimasukkan ke dalam rumus 2.11 dan menggunakan faktor koreksi pada tabel 4.6, maka akan didapatkan kemampuan produksi (KP) trailer bervariasi, tergantung variabel jaraknya yang ditempuh dari trailer ini. Untuk hasil nilainya dapat dilihat pada tabel 4.8. Trailer ini umumnya hanya digunakan pada pengangkutan batubara saja, tidak untuk overburden Sedangkan faktor-faktor pada saat kondisi alat berat, efisiensi waktu, efisiensi kerja, kecakapan operator, dan faktor kedalaman pada saat penambangan. Nilai-nilai ini berdasarkan lampiran yang telah ditetapkan : Tabel 4.6. Faktor Koreksi Kinerja Alat Berat Parameter fB fT fK fO fD FB Kondisi Sedang Ideal Memuaskan Baik Sekali 2,5 - 3,8 m Tanah Cadas dan keras Nilai 0,9 1,00 0,83 1,00 0,96 0,9 Hubungan Overburden dengan Bahan Bakar Semakin banyaknya Overburden maka akan semakin banyak pula yang bahan bakar yang digunakan. Disisi inilah faktor terpenting untuk melakukan pengkajian mengenai proses penambangan karena jika salah perkiraan maka akan timbul kerugian yang cukup besar, baik dari segi energi ataupun ekonomi. Jika metode dan data-data di atas digunakan pada beberapa lokasi penambangan batubara, maka dapat diketahui jumlah fuel yang digunakan mulai untuk masing-masing lokasi pertambangan pada pembuangan overburden tersebut ke bagian disposal dengan asumsi penggunaan alat berat yaitu excavator, wheel loader, dan dump truck. Ketiga alat ini umumnya yang digunakan untuk melakukan proses pemindahan overburden. Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Tabel 4.8. Penggunaan Jumlah Fuel Berdasarkan Jumlah Coal yang Dihasilkan Tabel 4.7. Penggunaan Jumlah Fuel Berdasarkan Jumlah Overburden Lokasi Tambang ALAT BERAT Excavator Wheel Loade r KP BB OB KP BB OB Jarak Dump truck KP OB BB OB ESTIMATE BAHAN BAKAR (LITER) Overburden (m3) Lokasi Tambang Site Tanjun g Tamba ng Damai Site Singlur us Site Sakaya n 9975333 900007 758333 562537 15,78 15,78 15,78 15,78 631972 57018 48043 35638 33,4 33,4 33,4 33,4 298575 26938 22697 0 2,851 2 1,5 0,57 2 4932005 , 2 2,482 2,94 393075 305503 191169 5862553 477032 376244 226808 ALAT BERAT Pada hubungan batubara dengan bahan bakar yang digunakan masing-masing alat dibedakan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan perusahaan tersebut. Pada perusahaan yang berlokasi di site Sekayan proses pengerjaannya pada getting coal dan membawa hasil tambangnya ke coal room, tidak memerlukan wheel loader dan trailer untuk mengangkut hasil batubara ini. Sedangkan yang terletak pada site tanjung dilakukan proses keseluruhan mlai dari getting coal sampai hauling ke pelabuhan. Untuk site Tambang Damai proses pengerjaannya hanya pada getting coal saja tanpa proses pengangkutan ke coal room dan pelabuhan. Sedangkan pada site Singlurus proses pengerjaannya pada coal getting, namun langsung ke angkut ke palabuhan menggunakan trailer tanpa melalui ke bagian coal room. Tamba ng Damai Site Singlur us Site Sakaya n 1.411.154 61.142 76.923 187.662 KP 15,78 15,78 15,78 15,78 BB Coal 89401 3873 4873 11889 Wheel Loade r KP 33,4 33,4 33,4 33,4 BB Coal 42237 1830 2302 0,000 Jarak 2,874 0 22 16,000 KP Coal 2,016 3,32 0,558 0,722 BB Coal 699902 0 0 260014 Jarak 81,210 0 22 0 0,528 3,77 1,416 3,775 2673819 0 54342 0 ESTIMATE BAHAN 3505361 BAKAR (LITER) 5703 61518 271903 Dump Truck KP BB Coal Semakin banyaknya batubara yang dihasilkan tentunya akan semakin banyak pula yang bahan bakar yang digunakan. Berikut ini adalah data jumlah bahan bakar yang digunakan untuk proses mining coal dengan asumsi pengerjaan menggunakan alat berat excavator, wheel loader, dumptruk, dan trailer. Site Tanjun g Exca-­‐ vator Trailer Hubungan Batubara (Coal) dengan Bahan Bakar Coal (m3) Perbandingan Hitungan Teoritis dan Aktual Hasil data ini tentu bisa berubah tergantung dari faktor-faktor yang ada. Jumlah bahan bakar secara teoritis ini dijumlahkan pada tabel 4.7 dan 4.8. Berikut ini adalah tabel untuk mengetahui perbandingan antara perhitungan teoritis dan actual. Tabel 4.9. Rasio Hitungan Teoritis dengan Aktual Fuel Site Tanjung Actual 11.970.400 Site Tambang Damai 580.000 Teoritis 9.367.915 22% Rasio Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Site Singlurus Site Sakayan 650.000 492.498 482.736 437.763 498.712 17% 33% -1% Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Fuel pada Site Tambang Output Listrik PLTU Dari data jumlah batubara yang dihasilkan dari sebuah penambangan, maka didadapatkan output listrik dari pembangkit listrik tenaga uap yang memiliki heat rate 2500 dari masing-masing efisiensi, seperti subcritical (39%), super critical (41%), dan super ultra critical (45%). Output listrik ini dapat kita tentukan dengan menggunakan persaamaan rumus 2.16. Gambar 4.2. Grafik Rasio Output Listrik PLTD Teoritis-Aktual Perbandingan Output Listrik PLTU dan PLTD Jika kita melihat nilai dan grafik di atas, terlihat cukup jauh antara output listrik dari PLTU dengan PLTD fuel actual. Jika dihitung maka didapatkan rasio terkecil yaitu pada lokasi penambangan site Tanjung sebesar 1 : 18,8 dengan perbandingan super ultra critical dengan 100% load pada diesel power plant. Tabel 4.10. Output Listrik pada PLTU Electric Output (MWh) LOKASI Sub Critical 38 - 40 % 39% Tanjung Super Critical 40 - 42 % 41% Super Ultra Critical 43 - 46 % 45% 1.430.910 1.504.290 1.651.050 Tambang Damai Singlurus 74.397 78.213 85.843 104.520 109.880 120.600 Sakayan 171.260 180.043 197.608 Output Listrik PLTD Dari total jumlah konsumsi bahan bakar penambangan batubara pada beberapa site penambangan, didapatkan output listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel yang menggunakan mesin diesel 2000 kW dengan masing-masing beban sebesar 100%, 75%, dan 25%. Output listrik ini dapat kita tentukan dengan mengkonversi jumlah bahan bakar dan menggunakan perkiraan konsumsi bahan bakar pada table 2.4. Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Electric Output PLTU dengan PLTD Perbandingan Produksi di Lokasi Tambang Tanpa Tranportasi ke Pelabuhan Jika diasumsikan bahwa setiap pembangkit di pasang pada lokasi area tambang dengan jarak 2 km dari penambangan coal, maka kita dapat menentukan perbandingan lokasi tambang mana yang lebih baik. Berikut ini adalah perbandingan electric output PLTU dan PLTD Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 $1,06/liter. Harga ini berdasarkan waktu Maret 2013. Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Electric Output PLTU dengan PLTD tanpa kegiatan Transportasi ke Pelabuhan Perbandingan Rasio Output Listrik Antara Hauling dengan Tanpa Hauling Sebelumnya kita telah menghitung rasio output litrik antara PLTU-PLTD yang menggunakan perhitungan hauling, maka kita dapat membandingkannya dengan rasio output listrik tanpa proses hauling, yaitu menempatkan pembangkit dengan asumsi jarak 1 km dari lokasi penambangan. Gambar 4.4. GrafikPerbandingan biaya produksi berdasarkan batubara dengan bahan bakar Emisi Karbon PLTU dan PLTD Selain energi listrik yang dihasilkan, kita perlu melihat emisi karbon yang dikeluarkan dari masing-masing pembangkit listrik. Konversi CO2 untuk coal dan diesel berdasarkan data tabel yaitu 2457 kg/ton untuk batubara dan2,639 kg/liter untuk diesel. Tabel 4.11. Emisi Karbon yang dihasilkan dari PLTU dengan PLTD Conversion CO2 (kg) Lokasi Tambang Tanjung Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Electric Output PLTU dengan PLTD yang menggunakan proses hauling dengan tanpa kegiatan Transportasi ke Pelabuhan Perbandingan Ekonomi Batu Bara dengan Bahan Bakar Untuk dapat menentukan hasil perbandingan harga acuan batubara dengan harga bahan bakar diesel dari total batubara dan diesel. Harga acuan batubara yang memiliki nilai kalori 5000 kcal/kg ($65,63/ton), 6000 kcal/kg ($82,87/ton), 6700 kcal/kg ($96,13/ton), dan 4500 kcal/kg ($52,11/ton). Sedangkan harga bahan bakar solar untuk kegiatan mining wilayah Kalimantan Coal (2383/ton) Diesel (2,6676/litre) TOTAL (kg) 4.507.366.500 31.589.885 4.538.956.385 Tambang Damai 195.294.645 1.530.620 196.825.265 Singlurus 245.700.000 1.715.350 247.415.350 Sakayan 599.412.447 1.299.702 600.712.149 V. PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Dari hasil data yang telah diperhitungkan dengan batasan-batasan tertentu, maka didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Pada kegiatan penambangan dari empat lokasi tersebut, daerah yang paling tinggi penggunaan bahan bakar minyak adalah site Singlurus dan daerah yang paling hemat pengggunaan bahan bakar minyak adalah site Sakayan. Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013 Rasio perbandingan energi yang dihasilkan terbesar yaitu pada site sekayan dan rasio perbandingan energi terkecil yaitu terdapat pada site Tanjung. 3. Jumlah emisi karbon yang dihasilkan pada PLTU dan bahan bakar yang dikonversi ke CO2 sangat tinggi khususnya daerah penambang site Tanjung, namun wilayah tersebut juga menghasilkan energi listrik terbesar pula. 2. 5.2. SARAN Untuk saran-saran dari hasil penelitian ini adalah : 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimasi penggunaan alat berat penambangan batubara dan pembangkit energi, baik PLTU maupun PLTD. 2. Perlu adanya penghematan energi, khususnya pada hauling overburden dan batubara yang menggunakan dumptruck karena mengkonsumsi bahan bakar terbesar dalam penambangan. Hal ini dapat menggunakan sistem kerja konveyer. 3. Jika dilihat rasio perbandingan output listrik yang semakin kecil, maka perlu ketetapan kebijakkan dari pemerintah bahwa rasio minimal hasil output listrik sehingga tidak terjadi kerugian energi. HS. Salim. (2007). Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafinda Persada. International Energy Agency. (2004). Energy Statistics Manual. France : IEA Publications. International Energy Agency. (2012). Key World Energy Statistics. France : IEA Publications. Kadir, Abdul. (1996). Pembangkit Tenaga Listrik. Jakarta : UI Press, Universitas Indonesia. Keswani, H.B. (1979). Power Plant Engineering : Standard Book House. Delhi : Rajinder Kumar Jain. Komatsu, Specification & Application Handbook Edition 27 (2006), Japan : Komatsu. Mitsubishi Research Institute Inc (2012), Introduction of an ultra-supercritical coal-fired power plant, Vietnam. Rostiyanti , Susy Fatena. (2002). Alat Berat untuk Proyek Konstruksi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Saleng, Abrar. Resiko-Resiko dalam Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan serta Perlindungan Hukum terhadap Para Pihak. Artikel Utama Jurnal Hukum Bisnis. Sahoo , Lalit Kumar, Performance of Dump India : Department Engineering, Indian Bombay. dkk. (Juni 2010). Energy Trucks in Opencast Mine. of Energy science and Institute of Technology DAFTAR PUSTAKA Sugiarto, Prof. Bambang, M.Eng, (2012). Motor Pembakaran Dalam. Depok : Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Anonim : Tim Penyusun (1998). Pemindahan Tanah Mekanik. Malang : Institut Teknologi Nasional Malang. USAID. (2008). Indonesia Energy Assessment. Washington : USAID From the America People. ASME PTC PM. (2010). Performance Monitoring Guidelines for Power Plants, America. Tim Kajian Batubara Nasional. (2006). Statistik Batubara Indonesia. Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara. BPPT. (2012). Outlook Energy Indonesia 2012. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Defra (2011). Guidelines to Defra's GHG conversion factors for company reporting, United Kingdom. Fritz Hellberg. (2010, Oktober). Transport Solutions. FOKUS. TransSolve Analisa Ksetimbangan..., Abdul Khohar, FT UI, 2013