ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : DIMAS HERMAWAN NIM. F0206006 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skipsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009) Surakarta, Februari 2010 Disetujui dan diterima oleh Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP 195905081986011001 ii HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Tim Penguji, 1. Prof. Dr. Hartono, MS NIP 195312211980031004 Sebagai Ketua 2. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP 195905081986011001 Sebagai Pembimbing (..........................) 3. Dra. Hj. Mahastuti Agoeng, M.Si NIP 1948062219730220011 Sebagai Anggota iii (..........................) (..........................) HALAMAN MOTTO ................Kegagalan dalam hidup hanya disebabkan oleh dua masalah, pertama, terus berfikir namun tak pernah sedikitpun bertidak, dan kedua, bertindak namun tak pernah sedikitpun berfikir, jadi matang dalam berfikir dan cerdas dalam bertindak adalah kuncinya.......(anonim) ................Jangan sia-siakan kesempatan. Janganlah terus berusaha membuka pintu yang jelas-jelas tertutup, hingga akhirnya tak sadar ada ratusan pintu lain yang terbuka..........(penulis) .................Pemimpin boleh mengatakan apapun kepada bawahannya, namun satu kata yang harus dihindari seorang pemimpin, janganlah berkata “tidak tahu”...........(naskah aktor Dayan pada sinema “merah putih”) ................Mimpi adalah kunci..........(inspired by Nidji) iv HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Kupersembahkan karya kecil nan sederhana ini pada orang yang kusayangi : Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi serta pengorbanan baik secara moral maupun materiil. Kakak-kakakku, Mas Indra dan Mas Aryo serta Mbak Anggra dan Mbak Ira, atas support dan dorongan yang turut memacu penulis untuk terus berkarya dan berprestasi dalam hal apapun. Seorang yang tak mungkin terlewatkan, My dear, Lyna Amalia Asterlita yang selalu memberikan motivasi dan segala hal yang tak tergantikan. Teman-teman terbaikku, Fajar, Wawan, Dedy, Panji, Mario, Galih, Nanda, Bambang, Yach, Kepy, Rahadian, Raka, Ary, Addy, Wisnu, dan keluarga besar browse company, teman magangku Ery dan Desy. Teman-teman seperjuanganku sewaktu ospek, student day, kuliah perdana kelas D angkatan 2006, teman kuliah kelas keuangan, hingga pelatihan pasar modal, PJT dan BMT, kalian adalah orang terpilih. Almamaterku, untuk ilmu yang begitu bermanfaat. v KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya serta terima kasih kepada banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Biaya Modal Investasi (Capital Expenditure) terhadap Pendapatan Perusahaan dimasa mendatang (Corporate Earning)” yang merupakan studi historis pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009, sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mencurahkan segala kemampuan yang semaksimal mungkin dimana telah berpedoman pada teori yang telah didapat, buku-buku literatur dan penelitian data sekunder. Namun penulis menyadari akan kekurangan serta kelemahan-kelemahan yang ada. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis semata. Tanpa bantuan dari semua pihak, penulis merasa bahwa penulisan skripsi ini tidak akan seoptimal dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, penulis menerima bantuan berupa bimbingan dan dorongan serta sumbangan pikiran yang cukup besar, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada : 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Comm, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. vi 2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.si selaku Ketua Jurusan Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Bambang Hadinugroho, SE, M.si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Mahastuti Agoeng, M.si selaku pembimbing akademis sekaligus pembimbing magang (KKM) atas kesediaannya untuk meluangkan waktu dalam setiap kegiatas akademis yang dijalani penulis. 5. Bapak Dr. Mugi Harsono, M.si, sebagai dosen metode penelitian yang telah mengenalkan jurnal ilmiah pada penulis untuk pertama kalinya. 6. Segenap Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu serta pembelajaran yang mendalam. 7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tak langsung atas kelancaran penulisan skripsi ini yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan pengorbanan semua pihak mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Surakarta, vii Februari 2010 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................................viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii ABSTRAKSI .................................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7 C. Batasan Masalah ................................................................................. 8 D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9 E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10 BAB II. TELAAH PUSTAKA........................................................................ 11 A. Laporan Keuangan ........................................................................ 11-20 B. Laporan Arus Kas ......................................................................... 20-34 C. Pengertian Biaya Modal Investasi (Capital Expenditure) ................... 34 viii D. Pengertian Corporate Future Earning................................................ 36 E. Kategorisasi Winner dan Loser ........................................................... 38 F. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 39 G. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41 H. Pengembangan Hipotesis ................................................................... 43 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 47 A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 47 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 47 C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 49 D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ................... 49 E. Metode Analisis Data ....................................................................... 53 F. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 66 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN....................................... 69 A. Analisis Data .................................................................................... 69 B. Deskripsi Data .................................................................................. 74 C. Pengujian Data dan Uji Asumsi Klasik ............................................. 82 D. Pengujian Hipotesis Penelitian .......................................................... 86 E. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 100 BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI ................ 110 A. Kesimpulan .................................................................................... 110 B. Keterbatasan Penelitian................................................................... 112 C. Implikasi ........................................................................................ 114 DAFTAR PUSTAKA ix DAFTAR TABEL TABEL Halaman II.1 Contoh Penyajian Arus Kas Metode Langsung ....................................... 29 II.2 Contoh Penyajian Arus Kas Metode Tidak Langsung ............................. 30 III.1 Pilihan Transformasi Data ...................................................................... 57 III.2 Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 61 IV.1 Jumlah Sampel Penelitian ....................................................................... 70 IV.2 Sampel dan Kategorisasi ......................................................................... 72 IV.3 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Kategori Winner dan Loser yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua ........................ 72 IV.4 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Berdasar Portofolio 1-5 yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua ........................ 73 IV.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 .......................................................... 74 IV.6 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 .......................................................... 75 IV.7 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a ........................................................ 77 IV.8 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b ........................................................ 79 IV.9 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P1) .................................................. 80 IV.10 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P2) .................................................. 81 IV.11 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P3) .................................................. 81 IV.12 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P4) .................................................. 82 IV.13 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P5) .................................................. 82 IV.14 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel x Future (tanpa variabel kontrol) .............................................................. 86 IV.15 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (dengan variabel kontrol) ... ........................................................ 88 IV.16 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (kategori winner) ............... ........................................................ 90 IV.17 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (kategori loser) .................. ........................................................ 93 IV.18 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 1) ..................... ........................................................ 95 IV.19 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 2) ..................... ........................................................ 96 IV.20 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 3) ..................... ........................................................ 97 IV.21 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 4) ..................... ........................................................ 98 IV.22 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 5) ..................... ........................................................ 99 xi DAFTAR GAMBAR GAMBAR Halaman II.1 Operasi dan Siklus Bisnis ......................................................................... 27 II.2 Diagram Arus Kas Perusahaan yang Terintegrasi dengan Siklus Produksi Perusahaan ............................................................................................... 34 II.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 42 III.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan D-W test ..................................... 62 III.2 Ilustrasi Heteroskedastisitas....................................................................... 64 xii DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN Halaman 1. Daftar Sampel Perusahaan Penelitian .......................................................... 120 2. Data Penelitian ............................................................................................ 133 3. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik............................................................. 148 4. Hasil Olah Data Statistik ............................................................................. 154 xiii ABSTRACT ANALYSIS OF CAPITAL EXPENDITURE EFFECT ON CORPORATE FUTURE EARNING : WINNER AND LOSER FIRMS PERSPECTIVES (Study on the Manufacturing Companies Registered in IDX in the year 2004-2009) By: DIMAS HERMAWAN F0206006 The purpose of this research is to analyze the effect of capital expenditure to future corporate earning of manufacture firms in Indonesia for the period 2004-2009. The research population covered all manufacture’s go-public companies that listed in Indonesian Stock Exchage. Sample was choosen by purposive sampling technique. With this technique, total samples counted 141 firms, winners 62 firms and losers 79 firms that comes from various submanufacture categorizes. This research brings four hypothesises, first, whether to know the effect of capex to future earning without controlling for past earnings, second, to know the effect of capex to future earning that controlling for past earnings, third, to examine the effect of capex to future earning for winner-loser firms and, the last, to examine the effect of capex to future earning for portfolio sorting by capex ratio(P1-P5). The result show, first, for all samples, capital expenditure is positively associated to future earning and, second, R2 will increase after controlling the model with past earning, it also indicate the evidence of “traditional view theorems”. Third, capital expenditure is positively effect future earning for firms categorize as winner, and there is no association between capital expenditure and future earning for loser firms, this result indicate the evidence of “life cycle hypothesis” that place winner in grow stage and loser in mature or decline stage. Fourth, there is no association between capital expenditure and future earning for P1, P2, P3 and P5 (P1=portfolio with highest capex ratio) the reasons are indiscipliner allocating by the manager, uncapitalized employee and poor in managerial skill. Keywords : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser, portfolio ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER xiv (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009) Oleh : DIMAS HERMAWAN F0206006 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dari perusahaan manufaktur Indonesia periode 2004-2009. Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur ynag telah go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling. Dengan teknik ini, total sampel berjumlah 141 perusahaan, dengan winner 62 dan loser 79 perusahaan. Penelitian ini terdiri dari empat hipotesis, pertama, untuk mengetahui pengaruh capex terhadap pendapatan perusahaan sebelum dikontrol past earning, kedua, untuk mengetahui efek capek terhadap pendapatan perusahaan setelah dikontrol variabel past earning, ketiga efek capex pada pendapatan perusahaan di masa datang dengan kategori winner-loser dan terakhir, untuk meneliti pengaruh pada portofolio berdasar besarnya capex (P1-P5). Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, untuk semua sampel, capex berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa datang, R2 akan meningkat setelah dikontrol variabel past earning, hasil ini mengindikasikan berlakunya “traditional view theorems”, ketiga, capex berpengaruh positif terhadap pendapatan pendapatan perusahaan dimasa datang untuk kategori winner, dan tak ada pengaruh signifikan untuk perusahaan loser, hasil ini mengindikasikan berlakunya “life cycle hyphothesis” yang menjelaskan winner adalah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, dan loser adalah perusahaan yang berada pada tahap “decline”. Keempat, tidak terdapat pengaruh capex terhadap portofolio yang terbentuk (P1, P2, P3 dan P5) dengan P1 sebagai portofolio dengan rasio capex tertinggi. Hasil ini karena manajer yang indisipliner dalam alokasi capex, kinerja karyawan yang belum dioptimalkan dan keahlian manajerial yang buruk. Kata Kunci : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser, portofolio xv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis laporan keuangan merupakan suatu rangkaian penting dari analisis bisnis perusahaan. Pada analisis ini, prospek serta risiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan putusan bisnis akan dapat dievaluasi, yang pada akhirnya keputusan bisnis ini membantu perusahaan dalam menstrukturkan tugas analisis melalui evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strategi perusahaan serta posisi dan kinerja keuangannya (Wild et. al, 2005). Terlebih dari itu kegunaan analisis laporan bukan hanya untuk pihak intern perusahaan semata namun juga untuk pihak ekstern perusahaan, yang dalam penelitian ini dispesifikasikan untuk kegunaan bagi investor. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai salah satu cara bagi seorang investor, baik investor individual maupun investor non-individual (lembaga) kaitannya dalam mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan mana saja yang dapat dimasukkan kedalam pertimbangan portofolio calon investor, sehingga investor memiliki cara pandang baru akan sebuah pemilihan saham tertentu. Adapun penelitian ini adalah penelitian replikasi dari Jiang et. al. (2006) yang fokus utamanya adalah melihat seberapa terkaitkah variabel biaya modal investasi perusahaan (capital expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam mencetak laba atau pendapatan dimasa mendatang (future earning). Terkait dengan keberadaan investor, Titman (2003) mengungkapkan xvi perlunya seorang investor perlu memperhatikan keberadaan biaya modal investasi perusahaan sasaran dalam setiap pengambilan putusan, lebih lanjut dalam papernya dinyatakan, setidaknya bagi seorang investor biaya modal investasi yang dicantumkan perusahaan dalam laporan keuangan bermanfaat sebagai : 1) indikator kesempatan investasi, karena dengan makin tinggi nilai biaya modal investasi maka semakin tinggi pula kesempatan investasi, dan 2) indikator konfidensialitas manajemen, karena dengan semakin tinggi tingkat biaya modal investasi perusahaan, dapat diindikasikan bahwa pasar modal saat ini sedang dalam keadaan tingkat konfidensial yang tinggi di jajaran manajemennya. Hal senada diungkapkan Wild et. al (2005) yaitu dengan mengevaluasi capital expenditure saat ini investor dapat memperoleh informasi tentang 1) efektifitas manajerial, 2) profitabilitas, 3) ramalan laba, dan 4) perencanaan dan pengendalian. Sehingga dengan penelitian ini akan menambah pandangan baru tentang kaitan biaya modal investasi dengan pendapatan perusahaan dimasa datang bagi calon investor, sebab dengan memprediksi pendapatan dimasa datang akan memudahkan kalkulasi earning per share yang kemungkinan akan diterima investor dimasa datang. Biaya modal investasi atau capital expenditure adalah suatu kegiatan pengeluaran modal investasi yang penting dalam suatu perusahaan Jiang et. al (2006). Didalam kegiatan penganggaran modal investasi ini, biasanya perusahaan mengalokasikannya dalam bentuk pengadaan sumber daya seperti aktiva tetap dan mesin, perluasan area perusahaan serta pabrik, atau mungkin juga diadakannya penggantian peralatan operasional (equipment replacement). xvii Berdasar data yang terkumpul, banyak perusahaan-perusahaan di indonesia yang melakukan pengalokasian capital expenditure tiap tahunnya. Perusahaan yang melakukan penambahan capital expenditure tersebut berasal dari kategori perusahaan yang beraneka ragam dan juga untuk kepentingan yang beragam pula. Pada Harian Bisnis Indonesia, tertanggal 2 Desember 2009, terlihat, salah satu perusahaan dari kategori mining, yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam tbk mengalokasikan capital expenditure sebesar Rp 4 Triliun yang dilakukan untuk perencanaan akuisisi perusahaan BHP Billinton, ekspansi dan juga pengembangan pelabuhan batu bara di tarahan Lampung sehingga kapasitas perusahaan mampu menampung 25 juta ton batu bara tiap tahunnya. Berbeda dengan perusahaan diatas, berdasar harian Bisnis Indonesia, tertanggal 3 Desember 2009 pada artikel yang bertajuk ”Jasa Marga alokasikan capex Rp 3,1 triliun”, menyatakan perseroan melakukan penganggaran capital expenditure untuk kepentingan pendanaan rutin periodik, biaya operasional dan peningkatan kapasitas jalan serta jalan tol. Dan pada artikel yang sama PT Kalbe Farma tbk, perusahaan dari kategori pharmaceutical menganggarkan belanja modal sebesar Rp 450 hingga Rp 500 miliar untuk rencana penambahan kapasitas pabrik, riset dan pengembangan produk, perawatan mesin serta kontrol kualitas. Masih pada harian yang sama tertanggal 30 November 2009 PT Bakrieland Development Tbk menganggarkan belanja modal Rp 3 Triliun untuk keperluan membiayai sejumlah proyek properti yang dikembangkan perseroan. Mewakili dari kategori perusahaan manufaktur, pada harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4 xviii Desember 2009 dalam tajuk ”Capex Astra Internasional Rp 5 Triliun”, dapat diperoleh fakta bahwa PT Astra International tbk mengalokasikan capital expenditure senilai Rp 4 hingga Rp 5 Triliun digunakan untuk diserap oleh anak usahanya yang bergerak disektor batu bara yaitu PT United Tractors tbk. Masih pada harian yang sama, perusahaan manufaktur lainnya yaitu PT Unilever Indonesia tbk menganggarkan capex Rp 400 hingga Rp 600 miliar tahun depan untuk memenuhi kebutuhan rutin perseroan, peningkatan kapasitas produksi dan perawatan (maintenance) mesin pabrik. Harian Kontan tertanggal 28 Agustus 2008 juga turut mencatat corporate action dari perusahaan kategori telekomunikasi yaitu PT Indosat tbk (ISAT) mendongkrak capital expenditure menjadi 16,6% lebih tinggi dari tahun sebelumnya, ekspansi tersebut bertujuan untuk kepentingan penguatan sistem jaringan dan untuk mendongkrak target pelanggan Indosat. Berdasar beberapa fakta dari beberapa terbitan surat kabar diatas, dapat ditarik beberapa pernyataan, yaitu perusahaan di Indonesia kerap melakukan alokasi capital expenditure dengan alokasi yang tidak sedikit, dan untuk berbagai kepentingan yang dirumuskan perusahaan, hal inilah yang turut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut fenomena bisnis terkait corporate actions di Indonesia. Pada umumnya kegiatan pengadaan berbagai hal itu dikategorikan sebagai kategori biaya dalam strategi pemutusan oleh perusahaan. Dalam membentuk suatu anggaran biaya modal investasi, perusahaan harus melakukannya hingga investasi itu termasuk dalam kategori layak, xix dalam artian bila dikalkulasi hasilnya akan menunjukkan Net present value atau nilai sekarang bersih yang positif (atau lebih besar dari 0). Jika demikian maka biaya modal investasi yang akan dianggarkan oleh perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa mendatang (Jiang et. al, 2006). Perlu diketahui sumber pembentukan capital expenditure ini juga cukup beragam, mulai dari sumber dana internal, pendanaan eksternal seperti penerbitan obligasi, dana carry over tahun lalu, plafon pinjaman bank, sisa dana IPO, bridging loan pemegang saham, dan lain sebagainya. Penelitian ini disusun atas dasar belum banyaknya penelitian serupa yang menghasilkan kesimpulan secara konklusif tentang hubungan antara biaya modal investasi dan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba dimasa mendatang. Penelitian terdahulu hanya melihat keterkaitan biaya modal investasi dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada saat itu juga. Seperti paper Callen et. al (1996) yang mendokumentasikan bahwa dengan jangka waktu 5 tahun masa investasi, modal berpengaruh positif pada kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan pada periode yang sama. Peneliti lain yaitu Lev dan Thiagaranjan (1993) melihat hubungan yang positif antara biaya modal investasi dengan pendapatan perusahaan pada waktu yang sama dengan dikontrol oleh variabel industri. Berbeda dengan kedua studi diatas, beberapa peneliti juga melihat hubungan antara biaya modal investasi dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, penelitian Echevarria (1997 : 3) dengan menggunakan data dari xx Fortune 500 dalam konteks Negara Amerika mengindikasikan bahwa perusahaan dengan jutaan dolar yang dikeluarkan untuk aktifitas investasi untuk memperbarui fasilitas pabrik dan operasi ternyata hanya sekitar 25% saja yang mampu penghasilkan laba dimasa mendatang. Beranjak dari fenomena bisnis inilah penerapan konsep Jiang et. al (2006) pada konteks perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dianggap relevan, khususnya di perusahaan manufaktur pada periode 2004-2009, penelitian ini ingin mengungkap seberapa baikkah perusahaan manufaktur dalam hal menggunakan modal investasinya guna memprediksi kemampuan menghasilkan pendapatan dimasa mendatang pada kondisi pasar modal di negara yang sering disebut dengan istilah emerging market. Paper lain yang turut mendorong penelitian tentang keterkaitan antara biaya modal investasi saat ini dengan kemampuan menghasilkan pendapatan dimasa mendatang ini adalah adanya penelitian terdahulu yang tidak selalu searah dalam mendokumentasikan kedua variabel yang digunakan tersebut. Kim (2001) yang meneliti perusahaan manufaktur periode 1976-1989 pada konteks negara Amerika, mendapati bahwa tidak terdapat hubungan yang linear pada kedua variabel ini, meskipun ketika akhirnya dengan memecah sampel menjadi 2 yaitu kategori winner dan loser, Kim (2001) mendapati bahwa capital expenditure berhubungan positif dengan future earning untuk kategori winner dan sebaliknya berhubungan negatif untuk kategori loser. Selain itu, secara kuantitas penelitian untuk memprediksi keterkaitan capital expenditure sebagai variabel prediktor variabel pendapatan perusahaan dimasa xxi mendatangpun masih terbatas, dan cenderung melihat hubungannya pada saat itu juga, seperti penelitian Sunder (1980) yang menyimpulkan bahwa biaya modal investasi suatu perusahaan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh perusahaan pada kurun waktu yang sama, dan analoginya dengan keberadaan jumlah tertentu dari biaya modal investasi perusahaan mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan pada suatu tahun berjalan (Sunder, 1980). Dengan beberapa kepentingan yang telah diungkapkan diatas, identifikasi ulang untuk meneliti keterkaitan antara biaya modal investasi dengan kemampuan perusahaan mendapatkan pendapatan dimasa mendatang masih perlu dilakukan. Adapun skripsi ini disusun dengan judul “ Analisis Pengaruh Biaya Modal Investasi (capital Expenditure) Terhadap Pendapatan Perusahaan dimasa datang (future earning) : Perspektif Winner dan Loser”, dengan sampel perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2009. B. PERUMUSAN MASALAH Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang mengemuka, yaitu : 1. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (corporate future earning) ? xxii 2. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (corporate future earning), setelah dikontrol variabel pendapatan perusahaan dimasa lampau ? 3. Apakah variabel biaya modal investasi berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa datang, untuk kategori perusahaan winner dan untuk kategori loser ? 4. Setelah dikategorikan menjadi 5 portofolio berdasar besarnya rasio biaya modal investasi, apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (corporate future earning) masing-masing portofolio ? C. BATASAN MASALAH Batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Pengidentifikasian bentuk pengaruh antara variabel biaya modal investasi terhadap future earning dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2004 hingga 2009. 2. Horizon atau rentang waktu yang dimaksud dengan future earning adalah t+1, t+2, t+3, t+4 dan rata-rata t+1 hingga t+4, setelah periode investasi xxiii D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian terkait identifikasi hubungan antara capital expenditure dan corporate future earning, adalah : 1. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa datang (future earning). 2. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa datang (future earning) setelah dikontrol variabel pendapatan perusahaan diwaktu lampau. 3. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future earning untuk kategori portofolio winner dan loser, sehingga pada intinya memperjelas ada tidaknya pengaruh track record laba-rugi perusahaan pada kinerja perusahaan dimasa datang. 4. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future earning untuk data yang sudah dibentuk menjadi lima portofolio berdasar pengurutan rasio biaya modal investasi dari yang terkecil hingga yang terbesar. Sehingga pada intinya melihat ada tidaknya pengaruh ukuran capital expenditure pada future earning. xxiv E. MANFAAT PENELITIAN Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan praktis dan empiris dalam menerapkan teori-teori yang didapatkan semasa perkuliahan, dan juga penerapan penggunaan metode berbasis jurnal internasional dalam penelitian replikasi. 2. Praktisi Bagi praktisi, khususnya calon investor diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi guna mempertimbangkan pemilihan saham untuk investasi di pasar modal Indonesia berdasar kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan emiten yang hendak dipilih, dan tentunya dengan tidak mengabaikan analisis lain seperti analisis teknikal dan fundamental dalam pembentukan portofolio. 3. Akademisi Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah referensi bagi Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diharapkan untuk tambahan bacaan dan referensi pihak-pihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf lebih lanjut. xxv BAB II TELAAH PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan tujuan laporan keuangan Laporan keuangan disusun dan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk menentukan kebutuhan sejumlah besar pengguna. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 1) dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban atas tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Selain itu, pada intinya laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Dengan adanya laporan keuangan ini, maka dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi pada aktiva, laba dan lainnya selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan difinisi laporan keuangan menurut Myer sebagaimana dikutip Munawir (2004) adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhrir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga, yaitu daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan). xxvi Laporan keuangan terdiri dari beberapa laporan seperti neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas serta laporan lainnya yang sesuai dengan SAK yang berlaku. Laporan-laporan tersebut menyajikan angka-angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan perusahaan. Berikut adalah kriteria suatu laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007 : 1.2) : a. Neraca yang menyediakan informasi posisi keuangan yang dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. b. Laporan laba rugi yang menyediakan informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas. c. Laporan perubahan ekuitas yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan pengukuran tertentu yang dianut dan diungkapkan dalam laporan keuangan. d. Laporan arus kas yang melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktiva operasi, investasi, dan pendanaan serta berguna untuk menilai kemajuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. e. Catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang xxvii dipilih dan ditetapkan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang dibutuhkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang wajar. Laporan keuangan menurut Munawir dalam Djati (2003) pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang bekepentingan, baik pihak intern maupun pihak ekstern, untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. Sedangkan menurut Kurniawati (2001) laporan keuangan perusahaan menyajikan salah satu sumber informasi penting disamping informasi lainnya seperti informasi industri, pangsa pasar perusahaan, kondisi perekonomian, kualitas manajemen dan lain sebagainya. Laporan keuangan tersebut menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha pada saat tertentu dan jangka waktu tertentu. Jenis laporan keuangan tersebut adalah laporan neraca, laporan laba rugi, arus kas dan laporan perubahan modal. 2. Karakteristik dan unsur laporan keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakainya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 5), terdapat empat karakteristik pokok sebagai berikut : a. Dapat dipahami, kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipakai oleh pemakai, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai xxviii tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar. b. Relevan, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan putusan. Informasi yang relevan dapat membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan. c. Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tertentu dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar laporan keuangan. d. Keandalan, Informasi yang disajikan bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (Faithfull representative) dari yang seharusnya disajikan e. Penyajian jujur f. Substansi Mengungguli bentuk g. Netralitas, yaitu laporan harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna. h. Pertimbangan sehat dan kelengkapan. i. Dapat dibandingkan, informasi yang disajikan dapat diperbandingkan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta dapat diperbandingkan antar perusahaan untuk xxix mengevaluasi posisi keuanan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 3. Tujuan dan sifat laporan keuangan Tujuan pelaporan juga dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan, secara garis besar tujuan dan keterbatasan laporan keuangan seperti yang dijelaskan dalam “Objectives of financial reporting by business enterprise” dalam Djati (2003) diantara yaitu : a. Pelaporan keuangan bukan tujuan akhir, akan tetapi bermaksud memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis. b. Tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat pasti atau tetap, namun dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial tempat laporan keuangan tersebut dibuat. c. Macam-macam jenis informasi yang dapat disediakan : a. Informasi keuangan berkaitan dengan bisnis perusahaan, serta industri atau ekonomi secara keseluruhan. b. Informasi keuangan seringkali merupakan suatu perkiraan dan bukan merupakan sesuatu yang pasti dan terukur. c. Sebagian besar informasi merupakan refleksi pengaruh yang bersifat keuangan dari transaksi dan kejadian yang telah terjadi (recorded fact). xxx d. Informasi keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh mereka yang membuat keputusan tentang bisnis perusahaan. APB statement no. 4 yang berjudul “ Basic Concept and Accounting Principle Underlying Financial Business Enterprises” menyebutkan bahwa laporan keuangan bersifat deskriptif. Pernyataan ini juga banyak dipengaruhi oleh studi berikutnya mengenai tujuan laporan keuangan. Dalam statement ini tujuan laporan keuangan digolongkan menjadi sebagai berikut : a. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sehingga dalam hal ini laporan keuangan. Bersifat historis, menyeluruh dan merupakan progress report yang merupakan hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip dan anggapan sera konversi atau kebiasaan dalam akuntansi dan pendapat pribadi (personal judgement). b. Tujuan Umum a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomis dan kewajiban perusahaan. b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih dan kegiatan usaha dalam mencari laba. xxxi c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mendapat menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban. e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. c. Tujuan Kualitatif 1) Relevance, artinya memiliki informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan putusan. 2) Understandability, artinya informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja penting tetapi harus informasi yang dimengerti para pemakai laporan keuangan. 3) Verifiability, artinya hasil akuntasi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. 4) Neutrality, laporan akuntasi itu harus benar-benar netral dari pihakpihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihakpihak umum dan bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 5) Timeliness, artinya laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan putusan apabila disediakan pada saat yang tepat. 6) Comparability, artinya informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, dengan artian, akuntansi harus mempunyai prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan atau perusahaan lainnya. xxxii 7) Completeness, artinya informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai (Harahap, 2008 : 128 dalam Djati). 4. Analisis Laporan keuangan Analisis laporan keuangan adalah proses pertimbangan yang bertujuan untuk mengevaluasi proses keuangan masa lalu dan masa datang dari hasil operasi suatu perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk menetapkan kemungkinan estimasi yang terbaik dan prediksi mengenai kondisi dan kinerja di masa yang akan datang Selain itu analisis laporan keuangan juga merupakan alternatif untuk menguji kegunaan informasi keuangan untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap arus kas dan laba dimasa yang akan datang, yang bermanfaat untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan dimasa mendatang. Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja perusahan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan juga evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Analisis ini membantu manajemen mengidentifikasi kekurangan dan kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat untuk melihat kondisi dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan. SFAC No. 2 yang dikeluarkan oleh FASB (1978) yang menjelaskan bahwa laporan keuangan harus dapat membantu xxxiii investor dan kreditor untuk menginterpretasikan keadaan perusahaan. Analisis mengenai keadaan perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, 1) analisis horisontal, 2) analisis vertikal, 3) common size analysis, 4) industry conjunction, 5) statement of cash flow dan 6) financial ratio. Analisis keuangan memiliki makna yang berbeda bagi orang yang berlainan, pemberi kredit dagang akan mencurahkan perhatiannya terutama pada likuiditas perusahaan yang dinanalisis. Klaim mereka adalah jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim ini dapat diukur dari analisis likuiditasnya. Klaim dari pemilik obligasi adalah jangka panjang, karena itu mereka melihat pada kemampuan cash flow perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam waktu yang sama. Teknik analisis laporan keuangan menurut Munawir (2004) sebagai berikut : a. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. b. Trend atas tendensi posisi dan kemajuan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase, adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi atau keadaan keuangan menunjukkan tendensi yang tetap, naik atau menurun. xxxiv c. Analisis laporan sumber atau penggunaan kas, adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. d. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. e. Analisis perubahan laba kotor, adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. f. Analisis break even adalah analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai untuk suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. B. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Laporan Arus kas Laporan arus kas merupakan salah satu dari tiga laporan keuangan perusahaan selain laporan laba rugi dan laporan neraca. Laporan arus kas ini merupakan pernyataan setiap perubahan posisi finansial perusahaan yang biasanya sering disebut pula dengan istilah “a random collection of pluses and minuses”. xxxv Laporan arus kas terdiri dari dua format utama yang dapat digunakan oleh perusahaan profesional, kedua format itu adalah format langsung (direct method) dan format tidak langsung (indirect method). Laporan arus kas dengan format langsung merupakan tipe pelaporan yang langsung menjelaskan sejumlah kas yang diterima perusahaan dan juga sejumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan pelaporan arus kas tidak langsung adalah pelaporan yang hasil akhirnya menunjukkan hasil yang sama dengan pelaporan langsung, namun setelah melalui tahapan yang meliputi konversi dari laporan laba-rugi dalam basis kas. Untuk sebagian besar perusahaan biasanya menggunakan pelaporan jenis langsung (Higgins, 1992). Menurut Harahap (2005 : 243) tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informsi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu para investor, kreditur dan pihak lainnya untuk : a. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas dimasa yang akan datang b. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstrem. c. Menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. xxxvi d. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya selama satu periode tertentu. Adapun pos-pos penting yang terdapat pada laporan arus kas, yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan di penelitian ini meliputi : a. Aktivitas operasi Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Setidaknya aktivitas operasi terdiri dari 5 komponen (Wild et. al, 2005), yaitu penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi, pemasaran, dan administrasi. Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI, 2007 : 2.3) menyatakan jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi penjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayarkan dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi di masa mendatang. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang memengaruhi pendapatan laba atau rugi bersih. Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas operasi adalah : xxxvii a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas operasional - Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa. - Penerimaan dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain. - Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya. - Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas operasional - Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. - Pembayaran kas kepada karyawan. - Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. b. Aktivitas investasi Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas (IAI, 2007: 2.2). Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan (IAI, 2007 : 2.3). xxxviii Aktivitas investasi mengungkapkan semua pemerolehan investasi jangka panjang, meliputi tanah, bangunan, mesin, peralatan, hak legal (paten, lisensi, hak cipta), modal manusia, sistem informasi, investasi pada perusahaan anak dan beban-beban ditangguhkan dan berbagai jenisnya, tanpa memperdulikan apakah investasi tersebut dilakukan dengan cara tunai, utang atau membeli saham atau menukarkannya dengan harta non-kas lainnya. Semua penjualan, peningkatan dan penurunan lain investasi jangka panjang, bangunan, mesin juga nampak dalam seksi investasi. Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas Investasi dalah : a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas investasi - Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya. - Perolehan saham atau intrumen keuangan perusahaan lain. - Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas investasi - Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri. xxxix - Pembayaran kas sehubungan dengan future contract, forward contract, option contract dan swap contract kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. c. Aktivitas pendanaan Aktifitas pendanaan adalah aktifitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal pinjaman perusahaan (IAI, 2007 : 2.2) pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (IAI, 2007 : 2.2). Pengungkapan secara terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 2.4) Sedangkan menurut Wild et. al (2005) aktivitas pendanaan adalah metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang untuk membayar kebutuhan-kebutuhan seperti pembelian bahan baku, pembayaran pegawai, pengakuisisian perusahaan lain serta untuk penelitian dan pengembangan perusahaan. Sumber utama pendanaan adalah pendanaan eksternal yaitu berupa 1) Investor ekuitas atau sering disebut dengan pemegang saham, dan 2) kreditor atau pemberi pinjaman. xl Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas pendanaan dalah : a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas pendanaan - Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya. - Penerimnaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman lainnya. b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas pendanaan - Pembayaran kas kepada para pemegang saham atau instrumen modal lainnya. - Pelunasan pinjaman. - Pembayaran kas oleh penyewa (Lesee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease). Diantara aktivitas-aktivitas bisnis (operasional, investasi dan pendanaan) yang menghasilkan transaksi arus kas itu sendiri terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : xli Aset jangka panjang Yang digunakan dalam operasi Aktivitas Operasi kas untuk Investasi Aktivitas Investasi kas untuk pemilik dan kredit Aktivitas Pendanaan kas dari pemilik dan kreditur untuk membeli Asset Jangka panjang Gambar II.1 Operasi dan Siklus Bisnis Dari gambar diatas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Aktivitas pendanaan menyediakan kas untuk investasi, investasi ini berupa aset berjangka panjang untuk kegiatan operasi. Kemudian aktivitas operasi menghasilkan kas untuk aktivitas investasi dan pendanaan. Implikasi dari hubungan dinamis ini adalah cara dimana sebuah bisnis memilih investasi yang mempengaruhi keputusan pendanaan dan operasinya. 2. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas Menurut PSAK No. 2 per. 17 (IAI, 2007 : 2.12-2.13) ada dua metode dalam menyusun laporan arus kas, yaitu sebagai berikut : a. Metode langsung Laporan arus kas dengan metode langsung memuat penerimaan kas berdasar kelompok utama. Metode langsung lebih mudah dipahami dan menyediakan lebih banyak informasi dalam membuat keputusan. xlii b. Metode tidak langsung Laporan arus kas dengan metode tidak langsung menyajikan arus kas dengan jalan menyesuaikan laba dan rugi bersih, dengan pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan dan pembayaran kas untuk operasi dimana laba dari masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. xliii xliv xlv 3. Jenis Peramalan Finansial Beberapa teknik dalam peramalan keadaan finansial dimasa mendatang telah banyak dikembangkan, prinsip dari teknik-teknik tersebut dapat diterapkan pada suatu konteks perusahaan besar dan juga unit usaha yang modern. Dengan menggunakan teknik-teknik ini akan membawa andil dalam menentukan arah perusahaan terutama untuk peramalan dan perencanaan untuk keadaan Finansial yang akan datang, berdasar (Higgins, 1992) adapapun teknik peramalan yang dimaksud antara lain : a. Laporan Pro Forma (Pro Forma Statement) Pelaporan finansial merupakan hal yang sentral bagi kegiatan perencanaan perusahaan, setidaknya karena, pertama, sangat banyak informasi keuangan yang dibutuhkan untuk perencanaan dan peramalan dimasa mendatang, kedua karena para manajer keuangan sangatlah responsif untuk hal-hal kritis yaitu keberadaan dana. Pelaporan jenis pro forma memiliki lingkup yang cukup luas dibandingkan tipe pelaporan berdasar aspek-aspek atau kategoris pada suatu perusahaan. Pada pelaporan pro forma ini strategi utamanya adalah menggunakan teknik dengan lingkup yang luas lalu membentuk prosedur spesifikasi dan akhirnya melakukan perencanaan pada perusahaan yang besar. Pelaporan Pro Forma ini tidak lebih hanya merupakan prediksi perkiraan laporan keuangan perusahaan pada akhir periode nantinya, prediksi ini dapat berupa kulminasi yang intensif, perencanaan xlvi operasional yang mendetail dan juga penganggaran perusahaan. Penggunaan pelaporan pro forma ini pada intinya bertujuan untuk mengestimasi kebutuhan perusahaan dimasa mendatang untuk pembiayaan eksternal. a. Peramalan persentase dari penjualan Peramalan persentase dari penjualan ini merupakan salah satu jenis dari peramalan pro forma yang pada intinya menfokuskan pada laporan rugi laba perusahaan dan juga laporan neraca perusahaan yang telah disusun. Rasionalitas dari peramalan ini adalah, bahwa aktiva lancar dan kewajiban lancar akan berhubungan dengan penjualan. Metode ini menghasilkan cara yang simpel, estimasi yang logis dari beberapa variabel yang disertakan (Higgins, 1992) b. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas juga merupakan suplemen dari pelaporan pro forma, analisis ini secara formal dapat dinyatakan dengan beberapa pertanyaan, seperti bagaimana jika pos tertentu meningkat dan pos lainnya menurun ?, pengaruhnya pada pos lain ? Pada analisis sensitivitas ini melibatkan suatu perubahan yang sistematis berdasar asumsi yang disertakan oleh pembuat laporan. Pada intinya analisis sensitivitas ini adalah melakukan observasi dan pengamatan tombulnya respon dari dilakukannya peramalan atas perubahan yang disertakan dalam pos dilaporan performa (Higgins. 1992). xlvii b. Peramalan laporan arus kas Peramalan laporan arus kas merupakan kegiatan antisipasi dari setiap pos dari kas pada suatu perusahaan dan juga penggunaan kas oleh suatu perusahaan dalam suatu periode peramalan. Peramalan laporan arus kas ini adalah tipe peramalan yang mudah dimengerti dan juga terstruktur, kelemahan dari peramalan pelaporan tipe ini adalah informasi yang kurang luas bila dibandingkan dengan pelaporan peramalan tipe pro forma yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. c. Analisis Prospektif Analisis prospektif merupakan peramalan hasil dimasa depan, seperti, laba, arus kas atau keduanya. Analisis ini ditarik dari analisis akuntansi, analisis keuangan, serta analisis lingkungan bisnis dan strategi. Output analisis prospektif adalah hasil yang diharapkan (expected payoffs) di masa depan digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan (Wild et. al, 2005) 4. Siklus Arus Kas Pada keuangan perusahaan terdapat beberapa prinsip yang terus menerus berkaitan, kedua unsur itu adalah bagian keuangan perusahaan dan bagian operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan, metode operasional dan strategi kompetitif perusahaan merupakan unsur xlviii fundamental yang akan membentuk pola pelaporan keuangan yang digunakan oleh perusahan. Berdasar Higgins (1992) berikut adalah siklus Arus kas perusahaan yang telah terintegrasi dengan kegiatan lainnya dalam perusahaan : Cash Sales Cash Collection of receivable Account Receivable Credit Sales Production Inventory Depreciation Investment Fixed Asset Gambar.2 (Sumber : Higgins (1992)) Gambar II.2 Diagram Arus Kas Perusahaan yang Terintegrasi dengan Siklus Produksi Perusahaan C. Pengertian biaya modal investasi (capital expenditure) Berdasar Sunder (1980), biaya modal investasi dapat dinyatakan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan konstruksi atau xlix akuisisi baik untuk fasilitas perusahaan ataupun untuk peralatan perusahaan. Biaya modal investasi ini bukan hanya sekedar faktur sementara saat merger terjadi, kecuali pada saat tahun terjadinya merger, dengan tujuan mengasumsikan perbandingan yang optimal dengan indikasi laporan neraca atau bagian dari laporan laba rugi. Li (2004) menyatakan bahwa capital expenditure atau capital Investment merupakan suatu sinyal yang digunakan para analisator dalam memperdiksi kinerja dimasa mendatang, terlebih dari itu variabel ini memiliki peranan yang sentral dalam penelitian seputar corporate finance (Li, 2004). Dalam pelaksanaanya biaya modal investasi ini meliputi beberapa kegiatan utama seperti pengembangan perusahaan, eksplorasi perusahaan dan dimungkinkan pula biaya produksi prabayar yang direncanakan perusahaan. Sartono (2001) menambahkan contoh lain seperti, perlengkapan sistem distribusi, bangunan, sarana produksi yang baik, serta penelitian dan pengembangan produk baru. Dalam konsep penilaian investasi oleh Sartono (2001) berdasar jangka waktunya capital expenditure biasanya dibagi menjadi investasi jangka menengah, investasi jangka panjang dan jangka pendek, yang lamanya masing-masing tipe itu adalah 1-5 tahun, > 5 tahun dan < 1 tahun. Sartono (2001) menambahkan, secara umum investasi jangka panjang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu : 1. Investasi penggantian aset karena sudah usang atau karena adanya teknologi baru. l 2. Investasi ekspansi berupa penambahan kapasitas produksi karena adanya kesempatan yang lebih baik. 3. Investasi penambahan produk baru atau diversifikasi produk, dan 4. Investasi lain yang tidak termasuk kedalam hal diatas. Senada dengan pengelompokkan tipe investasi diatas, Echevarria (1997 : 5) menyatakan capital expenditure yang dilakukan perusahaan biasanya dapat berupa penggantian aset yang usang, modernisasi atau pembaruan aset, dan adopsi teknologi baru. Berdasar hubungan antar investasi dikenal juga investasi mutually exclusive dan investasi independen, yang membedakan antar keduanya adalah berpengaruhnya satu sama lain bila salah satu dipilih untuk dilakukan. Perlu diingat bahwa keputusan investasi ini mencakup tidak hanya investasi pada aset riil seperti tanah, bangunan, alat kantor, kendaraan dan aset lainya, namun juga aset finansiil seperti investasi pada saham dan obligasi. D. Pengertian Corporate Future Earning Berdasar Sunder (1980) earning dapat dinyatakan sebagai pendapatan setelah keseluruhan pemasukkan operasi atau non-operasi, beban-beban dan juga bunga minoritas, namun diperhitungkan sebelum dividen dari saham biasa dan juga dividen dari saham preferens. Perhitungannya dinyatakan setelah item-item yang tidak aplikabel dengan pajak. Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberi informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. li Tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami pelaporan laba. Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting bagi acuan pemakai laporan keuangan meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi dividen dimasa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan putusan manajerial dimasa yang akan datang. Menurut Kieso (2001), laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan untuk memprediksi arus kas masa depan. Kegunaan informasi dalam laporan laba rugi bagi investor dan kreditor dijelaskan sebagai berikut : 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu 2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan. Meskipun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa depan, namun prediksi pendapatan laba dari arus kas masa depan dapat dilakukan dengan keyakinan memadai jika terapat korelasi cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan masa depan. 3. Membantu menilai risiko dan ketidakpastian penerapan arus kas masa depan. 4. Untuk Menunjukkan hubungan laba bersih terhadap arus kas bisnis. 5. Arus kas sendiri pengertiannya adalah kas bersih aktual “keluarmasuk” dari dan ke dalam perusahaan. Arus kas dapat digunakan dalam berbagai cara, misalnya untuk membayar dividen, meningkatkan persediaan, membiayai piutang, menginvestasikan lii dalam aktiva tetap, mengurangi utang atau membeli kembali saham biasa. E. Kategorisasi Winner dan Loser Kategorisasi winner dan loser merupakan suatu bentuk pemikiran yang berdasar pada kemungkinan adanya perbedaan kinerja dimasa datang terkait dengan track record perusahaan yang telah dijalani. Tipe kategorisasi ini merupakan replikasi dari (Kim, 2001) yang memisahkan data berdasar tipe karakteristik tertentu, dalam penelitiannya kategori winner dapat dijelaskan sebagai tipe perusahaan dengan keadaan berhasil (succesfull) sedangkan kategori loser adalah tipe perusahaan dengan kategori kurang berhasil (unsuccesfull), adapun kriteria kategorisasinya adalah sebagai berikut (Kim, 2001) : 1. Kriteria winner, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek yang berhasil, dapat dicirikan dengan : Tidak mengalami kerugian untuk periode lampau yang dijadikan sampel keadaan dimasa lalu. Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang lebih tinggi dibanding median periode awal. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada periode mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan datang. 2. Kriteria loser, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek yang tidak berhasil, dapat dicirikan dengan : liii a) Setidaknya pernah mengalami satu kali kerugian untuk periode lampau yang dijadikan sampel keadaan dimasa lalu. b) Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang lebih rendah dibanding median periode awal. c) Perusahaan yang setidaknya mengalami satu kali kerugian pada periode mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan datang. F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu antara biaya modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, keseluruhan dilakukan pada area di luar Indonesia, bahkan untuk asia tenggara masih sedikit yang mengarah pada studi ini. Penelitian (Li, 2004) menyatakan hubungan kedua variabel, yaitu biaya modal investasi dan future earning memiliki hibungan yang negatif, hasil ini dengan menyertakan variabel overinvestment sebagai variabel kontrol, dan dengan catatan hubungan tersebut dibuktikan dalam jangka waktu yang lama (Jangka panjang). Penelitian lain (Jiang, 2006) menemukan hasil yang berbeda antara hubungan variabel biaya modal investasi dan future earning, dengan studi yang dilakukan pada 357 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Taiwan periode 1992-2002, didapatkan hubungan yang positif antara kedua variabel yang diujikan, dengan kata lain terdapat hubungan yang searah dalam periode 11 tahun tersebut. liv Berbeda dengan kedua literatur diatas, studi dari Inci et. al (2003) melihatnya dalam konteks yang lebih luas yaitu dengan lingkup negara, pada penelitiannya ia membandingkan negara G-7 vs non G-7, negara maju vs negara berkembang, dan didapati terdapat hubungan yang searah antara capital expenditure dengan future earning pada sampel yang diujikan. Penelitian Mufidati (2007) menyimpulkan bahwa dengan analisis arus kas saat ini maka akan mempengaruhi arus kas dimasa mendatang secara signifikan, namun demikian penelitian yang bersampelkan pada perusahaan go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia ini, hanya menggunakan rentang waktu yang amat singkat yaitu mulai tahun 2001-2002, sedang berdasar Jiang et. al (2006) eksekusi optimal dari capital expenditure memerlukan periode waktu yang panjang. Serupa dengan penelitian Mufidati (2007), penelitian Danira (2008) dan Setyawan (2008) juga hanya menggunakan perspektif waktu yang singkat, yaitu masing-masing tahun 2005-2006 dan tahun 2004-2005 untuk perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan hasil penelitiannya mengunkapkan arus kas saat ini secara bersamaan berpengaruh pada arus kas dimasa mendatang, namun secara parsial hanya arus kas dari kegiatan operasional saja yang berpengaruh pada arus kas dimasa mendatang, sedangkan untuk kegiatan investasi dan pendanaan tidak ditemukan pengaruh yang signifikan. lv G. Kerangka Pemikiran Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Ferdinand (2006) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran pada penelitian ini akan berfokus pada ketiga variabel penting yang digunakan, yaitu pertama, variabel Biaya modal Investasi, kedua, variabel Pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dan ketiga, pendapatan perusahaan dimasa lampau. Selanjutnya, ketiga variabel tersebut diujikan untuk melihat pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa depan, dengan variabel pendapatan masa lampau sebagai variabel kontrol persamaan utama. Dengan menggunakan periode waktu selama 6 tahun, yaitu tahun pertama (2005) sebagai periode investasi dan 4 tahun selanjutnya (2006-2009) sebagai periode pelaksanaan (executing). Selanjutnya dilakukan empat pengujian pengaruh biaya modal investasi, yaitu : 1) tanpa variabel kontrol, 2) dengan variabel kontrol, 3a) Untuk kategori winner, b) Untuk kategori loser dan 4) setelah melakukan sorting data dan pembentukan portofolio. Berikut adalah kerangka berfikir pada penelitian ini : lvi Biaya modal Investasi (Capital Expenditure) Periode 2005 Pendapatan Perusahaan Dimasa Mendatang (Future earning) Periode 2006-2009 (1,2) CAPEX (3a) CAPEX (winner) (3b) CAPEX (Loser) Pendapatan Perusahaan diwaktu lampau (Past Earning) Periode 2004 FUTURE Variabel kontrol PAST Gambar II.3 Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Jiang et al. (2006). Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel independen : Biaya modal Investasi Variabel dependen : Pendapatan perusahaan dimasa mendatang Variabel kontrol : Pendapatan perusahaan dimasa lampau Masih terkait dengan model diatas, Selanjutnya untuk melihat pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang secara per tahun, maka pada dijelaskan bahwa periode investasi adalah tahun 2005, sedangkan periode pelaksanaan atau executing dipisahkan lvii berdasar deret waktu, yaitu t+1, t+2, t+3 dan t+4 yang mewakili tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009. H. Pengembangan Hipotesis Hipotesis menurut Djarwanto PS (2000 : 183) adalah pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Sedangkan Wahyuni (1993 : 20) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan atau dugaan sementara yang diungkapkan secara deklaratif. Pernyataan atau dugaan ini diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris. 1. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning. Callen et al (1996) dalam studinya menghasilkan kesimpulan bahwa perusahaan dengan rasio capital expenditure pada total aset yang besar akan dapat menikmati keuntungan atau pendapatan dimasa mendatang yang positif dengan perhitungan empat tahun pendapatan yang dirata-rata (four year average). Dan pernyataan serupa diungkapkan dalam penelitian Jiang et al. (2006) yang menyatakan bahwa capital expenditure yang ditanamkan perusahaan selama 5 tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang, yaitu dari ratarata pendapatan 5 tahun setelah dilakukannya penambahan beanja modal perusahaan. Dari pernyataan diatas disusun hipotesis pertama, yaitu : Hipotesis 1 : Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang. lviii 2. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning dengan past corporate earning sebagai variabel kontrol. Penambahahan variabel pendapatan perusahaan (past earning) sebagai variabel pengontrol mengikuti model Jiang et. al (2006), hal ini disebabkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang juga disebakan oleh faktor lain, yaitu pendapatan dimasa lalu. Dalam penelitiannya Jiang et. al (2006) menyimpulkan dengan penambahan variabel kontrol, capital expenditure tetap berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang namun dengan tingkat kesesuaian model yang meningkat. Dari perynataan tersebut disusun hipotesis kedua, yaitu : Hipotesis 2 : Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang setelah dikontrol variabel pendapatan perusahaan dimasa lampau. 3. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning untuk kategori winner dan loser. Kim (2001) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan yang terkategori sebagai perusahaan kategori winner mampu mengasosiasikan capital expenditure yang ditanamkan perusahaan dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, atau dengan kata lain capital expenditure berpengaruh positif terhadap future earning untuk perusahaan kategori winner. Hal ini dikaitkan dengan level atau tahapan yang tengah dijalani oleh perusahaan terkategori winner, yang sesuai penelitian Ramesh dalam Kim (2001) dinyatakan perusahaan winner dalam “lifecycle hyphothesis” lix sebagian besar berada dalam tahap grow, yaitu tahapan pertumbuhan yang berkelanjutan. Berdasar hal tersebut disusunlah hipotesis ketiga (a), yaitu : Hipotesis 3a : Untuk kategori winner, biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Sebaliknya untuk kategori loser, Kim (2001) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan yang terkategori sebagai loser tidak mampu mengasosiasikan pengaruh positif capital expenditure yang ditanamkan perusahaan dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, atau dengan kata lain capital expenditure berpengaruh negatif terhadap future earning untuk perusahaan kategori loser. Hal ini dikaitkan dengan level atau tahapan yang tengah dijalani oleh perusahaan terkategori loser, yang sesuai penelitian Ramesh dalam Kim (2001) dinyatakan perusahaan winner dalam “lifecycle hyphothesis” sebagian besar berada dalam tahap stagnan dan mature, yaitu kedewasaan perusahaan dalam beroperasi. Berdasar hal tersebut disusunlah hipotesis ketiga (b), yaitu : Hipotesis 3b: Untuk kategori loser, biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh negatif pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang. 4. Pengaruh capital expenditure terhadap future corporate earning setelah sorting berdasar besarnya rasio capital expenditure. Jiang et. al (2006) melakukan pengembangan penelitian dengan membentuk sampel perusahaan yang ada menjadi 8 portofolio dan 64 lx portofolio perusahaan berdasar besarnya rasio capital expenditure terhadap total aset. Dari portofolio yang terbentuk kemudian dilakukan uji penguruh untuk melihat bentuk pengaruh capital expenditure terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Dengan beranjak penelitian tersebut, pada penelitian ini dibentuk 5 portofolio perusahaan berdasar besarnya rasio investasi, pembentukkan ini ditujukan untuk melihat bentuk pengaruh perusahaan kategori capital expenditure yang terbesar, capital expenditure middle dan capital expenditure terkecil. Berdasar hal tersebut berikut adalah hipotesis keempat : Hipotesis 4 : Biaya modal Investasi (capital expenditure) berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang. lxi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini didesain sebagai suatu studi empiris dibidang keuangan. Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan pada bab terdahulu. Menurut dimensi waktunya penelitian ini menggunakan data panel (pooled data) yaitu data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik kedua jenis data tersebut, berdasar Winarno (2009), karakteristiknya adalah sebagai berikut : 1. Data terdiri atas beberapa objek, dan 2. Meliputi beberapa periode waktu. B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu populasi dapat dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi pada penelitian keuangan ini adalah, perusahaan-perusahaan yang telah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009. lxii Sampel adalah subset dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota populasi. Dengan meneliti sampel, seorang peneliti dapat menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasi untuk seluruh populasinya (Ferdinand, 2006), sedangkan Sampel menurut Djarwanto Ps (2000 : 108) adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi, jumlah sampel akan lebih sedikit daripada jumlah populasinya. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang tergolong sebagai perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk priode 2004-2009. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, judgement sampling yang merupakan bagian dari teknik sampling non-probability. Berdasar Ferdinand (2006) metode judgement sampling yang merupakan bagian dari purposive sampling dipilih atas dasar penggunaan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Perusahaan Manufaktur yang secara kontinyu terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 triwulan kedua. 2. Perusahaan yang menyertakan laporan keuangan per 31 Desember dan juga per triwulan mulai tahun 2004 hingga triwulan kedua tahun 2009. lxiii 3. Perusahaan dengan penyajian laporan keuangan setidaknya laporan arus kas (cash flow) dan Laporan Laba rugi tahun 2004-2009. C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang meliputi daftar perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 20042009 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pojok BEJ Fakultas Ekonomi UNS, dan pelaporan keuangan tahunan serta triwulanan perusahaan periode 2004-2009, yang berfokus pada laporan arus kas serta laporan laba rugi yang diunduh dari website www.idx.co.id. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh landasan teori sebagai landasan pengembangan hipotesis, yang diperoleh dari literatur, jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian ini. 2. Mengunjungi website pasar modal Indonesia dan dokumentasi data yang dibutuhkan dari pojok BEI terutama ICMD. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen Variabel yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE). Variabel ini dikalkulasi dengan menggunakan rasio corporate earning dari masingmasing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. lxiv Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini pada intinya hanya variabel FUTURE yang telah diungkapkan diatas, namun dengan pemecahan data berdasar kategori winner dan loser dan pembentukan lima portofolio berdasar besarnya rasio capital expenditure, maka pada perhitungan selanjutnya akan didapati variabel FUTURE dari kategori winner, dan FUTURE dari kategori loser, serta FUTURE dari kelima portofolio yang terbentuk (P1 hingga P5), selanjutnya untuk periode waktu t+1, t+2, t+3 dan t+4, maka akan didapat variabel FUTURE menjadi FUTUREt+1, FUTUREt+2, dan FUTUREt+3, FUTUREt+4, yang nantinya diujikan pada pengembangan uji 2, 3a, 3b dan uji ke 4. Untuk perhitungan corporate earning menggunakan rumus rasio yang diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai berikut : Rasio Corporate Earning Arus kas aktifitas operasi anual Total aset perusahaan (TA) Keterangan : arus kas dari aktifitas operasi : Net arus kas tiap periode TA : Total aset perusahaan Pengukuran rasio corporate earning ini adalah dengan melakukan pembagian nilai arus kas bersih dari aktifitas operasi dengan nilai total aset perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio lxv tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya. 2. Variabel Independen Variabel yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel Biaya Modal Investasi (CAPEX). Variabel ini dikalkulasi dengan menggunakan rasio corporate investment dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini pada intinya hanya variabel CAPEX yang telah diungkapkan diatas, namun dengan pengklasifikasian data berdasar kategori winner dan loser, maka pada perhitungan selanjutnya akan didapati variabel CAPEX dari kategori loser, dan CAPEX dari kategori winner, serta CAPEX dari kelima portofolio yang terbentuk (P1 hingga P5). Untuk perhitungan capital expenditure menggunakan rumus rasio yang diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai berikut : Rasio Capital Investment Capital Expenditure anual Total aset perusahaan (TA) Keterangan : Capital Expenditure anual : Net arus kas aktivitas investasi tiap periode TA : Total aset perusahaan lxvi Pengukuran rasio capital investment ini adalah dengan melakukan pembagian nilai arus kas bersih dari aktivitas investasi dengan nilai total aset perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya. 3. Variabel Kontrol Variabel yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini adalah variabel Pendapatan perusahaan dimasa lampau (PAST). Variabel ini dikalkulasi dengan menggunakan rasio corporate earning data lampau (2004) dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini pada intinya hanya variabel PAST yang telah diungkapkan diatas, namun dengan pengklasifikasian data berdasar kategori winner dan loser, maka pada perhitungan selanjutnya akan didapati variabel PAST dari kategori loser, dan PAST dari kategori winner serta PAST dari kelima portofolio yang terbentuk (P1- hingga P5). Untuk perhitungan earning menggunakan rumus rasio yang diterangkan oleh Jiang et. al (2006), dengan perhitungan sebagai berikut : Rasio Corporate Earning lxvii Arus kas aktifitas operasi anual Total aset perusahaan (TA) Keterangan : arus kas dari aktifitas operasi : Net arus kas tiap periode TA : Total aset perusahaan Pengukuran rasio corporate earning ini adalah dengan melakukan pembagian nilai arus kas bersih dari aktifitas operasi dengan nilai total aset perusahaan pada suatu periode yang sama. Kedua elemen dalam rasio tersebut diperoleh masing-masing dari laporan keuangan dan laporan neraca yang diterbitkan perusahaan tiap tahunnya E. Metode Analisis Data Pada penelitian ini, berbagai model yang telah dibentuk selanjutnya di analisis dengan menggunakan teknik analisis linier sederhana dan juga analisis regresi linier berganda. Adapun alat bantu yang digunakan pada metode analisis data ini adalah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for Windows versi 17.0, berikut adalah penjelasan lebih lanjut : 1. Model Regresi sederhana dan Regresi linier Berganda Untuk melihat pengaruh antara biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang, baik dengan seluruh sampel, sampel kategori winner, kategori loser, sampel berdasar pengurutan besarnya capital expenditure (P1-P5) dan untuk melihat pengaruh lxviii pertahun (t+1, t+2, t+3 dan t+4), maka rumus regresi linear yang dapat diformulasikan sebagai berikut : Berdasar kerangka teoritis Jiang et. al (2006) & Kim et. al (2001), disusun ulang menjadi : 1. Persamaan Regresi sederhana tanpa variabel kontrol FUTURE = α + β1CAPEX +e ................................................................................... (1) 2. Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol FUTURE = α + β1 CAPEX + β2 PAST + e ..................................................................... (2) Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1, t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi. 3. a) Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol kategori Winner FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ............................................................ (3a) Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1, t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi. b) Persamaan Regresi Berganda dengan variabel kontrol kategori Loser FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e ............................................................ (3b) Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1, t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi. 4. Persamaan Regresi Berganda setelah sorting (P1-P5) berdasar besarnya CAPEX, Persamaan kelima ini sama dengan persamaan sebelumnya yaitu FUTURE = α + β1 CAPEX + β2 PAST + e ..................................................................... (4) lxix Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1, t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi, pada 5 portofolio yng terbentuk (P1 hingga P5) Keterangan : α = Konstanta β1 dan β2 = Koefisien regresi FUTURE = Pendapatan perusahaaan dimasa datang CAPEX = Biaya modal investasi PAST = Pendapatan perusahaan dimasa lampau e = Faktor kesalahan atau faktor pengganggu 2. Uji Normalitas Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah adanya asumsi normalitas data (Ghozali, 2006 : 27), dalam artian uji normalitas ini bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan berdistribusi normal. Dengan demikian salah satu pengamatan untuk mendeteksi normalitas data adalah dengan mengamati nilai residual dari regresi yang dilakukan (Ghozali, 2006 : 28), cara lainnya adalah dengan melihat lxx distribusi masing-masing variabel yang diujikan. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik ketika semua variabel dalam keadaan berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 28). Beberapa metode pengujian normalitas data yang berkembang cukup beragam, antara lain dapat dengan menghitung nilai skewness dan kurtosis, menggunakan uji kolmogrov-smirnov, uji normalitas dengan menggunakan grafik ataupun uji normalitas dengan menggunakan uji Jaque-Bera (J-B test). Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis, sesuai dengan alat bantu SPSS for Windows versi 17.0, maka digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui residual regresi terdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi antar variabel kemudian mendapati residual dari regresi tersebut dan baru diuji dengan Uji kolmogorov smirnov, sedangkan kriteria pengujiannya adalah bila nilai signifikansi residual lebih besar dari alfa (0,05) maka data berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi residual lebih kecil dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal. Hal yang perlu ditekankan disini yaitu, seringkali uji normalitas disalah artikan dengan penafsiran bahwa semua variabel harus memiliki distribusi normal. Sebenarnya hal tersebut tidak keliru, namun lebih tepatnya Uji asumi klasik normalitas yang dimaksud adalah nilai residual dari regresi haruslah berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 134) hal ini lxxi sesuai pula dengan asumsi regresi linier berganda dari Gujarati (1999 : 201) yang menyatakan untuk pengujian hipotesis, faktor eror haruslah mengikuti distribusi normal dengan rata-ratanya adalah 0 (u i ~ N(0,σ2)). Apabila pada akhirnya hasil uji tidak menunjukkan hasil normal maka tindakan yang dilakukan dapat berupa, 1) melakukan persamaan regresi semilog (sisi kiri diubah dalam bentuk logaritma atau sebaliknya), dan 2) bila masih tidak normal dapat dengan regresi double log (kedua sisi diubah dalam bentuk logaritma), beberapa langkah tersebut perlu dilakukan agar regresi terbebas dari ketidak normalan data. Bila pada akhirnya masih juga belum menunjukkan hasil normal pada residual regresi tersebut, langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transformasi dalam bentu pilihan sebagai berikut : Tabel III.1 Pilihan Transformasi Data Bentuk Grafik Histogram Moderate Positive Skewness Substansial Positive Skewness Severe Positive Skewness dengan bentuk L Moderate Negative Skewness Substansial Negative Skewness Severe Negative Skewness dengan bentuk J Bentuk Transformasi SQRT (x) atau akar kuadrat LG10(x) atau logaritma atau LN 1/x Atau inverse SQRT(k-x) LG10(k-x) 1/(k-x) K = Konstanta yang berasal dari tiap skor dikurangkan sehingga skor terkecil adalah 1 Sumber : Ghozali (2006 : 32) Beberapa tambahan lain untuk uji normalitas adalah kemungkinan untuk menghilangkan data outlier, yaitu kasus data yang memiliki karakteristik unik yang biasanya muncul dalam nilai ekstrim akibat lxxii beberapa kejadian seperti 1) salah entry data, 2) program komputer gagal menspesifikasi missing value, 3) outlier bukan populasi yang kita ambil, 4) outlier sudah benar terambil namun memang menyatakan angka yang ekstrim, penghitungannya dapat menggunakan 2,5 satandar deviasi dari Zskor untuk sampel kecil (<80) atau 3-4 standar deviasi untuk sampel besar (>80). Namun demikian secara filosofi keberadaan outlier haruslah tetap dipertahankan bila memang hasilnya representatif dari populasi yang diteliti (Ghozali, 2006 : 38) 3. Uji Asumsi klasik Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen) pada suatu model regresi tertentu. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak ditemui korelasi antara variabel independen yang diujikan, dengan demikian regresi sederhana tidak perlu dilakukan pengujian asumsi klasik ini, hal ini sesuai dengan Gujarati (1999 : 201), yang menyatakan asumsi regresi linier berganda adalah tidak terjadinya kolinieritas antara variabel independen. Pengaruh yang ditimbulkan akibat multikolinieritas menurut Winarno (2009 : 5.6) yaitu 1) estimator masih tetap bersifat BLUE, lxxiii namun memiliki varian dan kovarian yang besar sehingga sulit dipakai untuk alat estimasi, 2) Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga akibatnya variabel independen tidak signifikan secara statistik. Beberapa metode atau cara untuk mengidentifikasi ada tidaknya permasalahan multikolinieritas pada suatu model adalah dengan menggunakan cara sebagai berikut (Ghozali, 2006 : 91) : 1. Melihat nilai R2, ketika nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi regresi sangat tinggi, namun secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan maka dapat diindentifikasi terjadinya multikolinieritas. 2. Dengan melakukan analisis korelasi matriks dari variabel- variabel independen yang akan diujikan. Ketika hasil korelasi antar variabel meunjukkan hasil yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi terjadinya masalah multikolinieritas. 3. Cara ketiga adalah dengan melihat nilai tolerance dari regresi yang dijalankan atau juga dapat melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang merupakan kebalikan dari perhitungan nilai tolerance. Nilai Tolerance disini mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya, suatu model yang terbebas dari multikolinieritas adalah dengan nilai tolerance lebih besar dari lxxiv 0,10 atau dengan VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2006 : 92). Sebagai tambahan, beberapa peneliti lain juga ada yang menggunakan VIF dengan batas 5 dalam pengujiannya (Santoso dalam Priyatno, 2009 : 39). Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan mengidentifikasi pada nilai VIF-nya saja guna menilai ada tidaknya multikolinieritas dengan kriterianya seperti telah dijelaskan pada poin ketiga diatas. Adapun cara penanganan multikolinieritas menurut Winarno (2009 : 5.7) dapat dilakukan dengan 1) tetap membiarkan model mengandung Multikolinieritas karena estimator masih tetap BLUE, 2) Penambahan data, 3) Eliminasi variabe independen, 4) transformasi beberapa satu atau lebih variabel. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu (faktor eror) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Jika autokorelasi ini terjadi, maka hal ini telah melanggar asumsi model regresi linier berganda, menurut Gujarati (1999 : 201) regresi linier berganda haruslah terbebas dari madalah autokorelasi antara faktor pengganggu ui dan uj atau singkatnya cov(ui, uj) lxxv i ≠ j. Permasalahan autokorelasi itu sendiri biasanya terjadi pada data runtut waktu (time series). Dengan demikian Winarno (2006 : 5.27) menyatakan bila suatu model mangandung masalah autokorelasi maka estimator tidak lagi bersifat BLUE, namun hanya LUE karena estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum (no longer best). Beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi sangatlah beragam, Ghozali (2006 : 96) menyatakan setidaknya terdapat 5 cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada suatu model persamaan regresi tertentu, yang diantaranya 1) Menggunakan Uji Durbin-Watson (D-W test), 2) Uji Lagrange Multiplier (LM test), 3) Uji Statistic Q : Box-Pierce dan Ljung Box dan 4) dengan Run test, 5) Uji Breusch-Godfrey. Dari beberapa cara pendeteksian tersebut, penulis menggunakan cara pertama yaitu dengan melakukan Uji Durbin-Watson dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.0, dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Tabel III.2 Kriterian Pengujian Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan negatif Sumber : Ghozali (2006 : 96) lxxvi Keputusan Tolak No Decision Tolak No decision Tidak ditolak Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4-dl < d < 4 4-du ≤ d ≤ 4-dl Du < d < 4-du Dengan cara D-W test ini maka penulis membandingkan hasil output dari SPSS dengan DW tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi yang terjadi pada suatu model regresi yang diujikan. Bila dinyatakan dalam bentuk grafik, berikut adalah kriteria pengujian dengan D-W test : Tolak H0, terdapat autokorelasi positif Tak dapat diputuskan Tak dapat diputuskan Tolak H0, terdapat autokorelasi negatif Tidak menolak H0, tidak terdapat autokorelasi 0 DL 2 D 4-DU 4-DL 4 Sumber : Gujarati (1999 : 389) Gambar III.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan D-W test Beberapa kelemahan pada penggunaan metode D-W test ini adalah bila hasil yang diperoleh terletak pada grey area atau daerah tanpa keputusan, namun berdasar (Gujarati, 1999 : 391) cara untuk mengatasi hal seperti ini peneliti dituntut untuk lebih bijaksana dan mencari titik terang dari keadaan indecision tersebut, dengan kata lain perlu dilakukan remidial measure seperti layaknya kasus terjadinya autokorelasi pada suatu persamaan regresi. Berdasar Gujarati (1999 : 32) untuk mengatasi masalah autokorelasi pada suatu model, maka perlu dilakukan transformasi model yang yang sering disebut dengan generalized least square lxxvii D (GLS) atau generalized difference equation. Transformasi itu ditujukan agar pads akhirnya estimasi akan bersifat BLUE. Berikut adalah ilustrasi transformasinya : Misalkan model awal dari regresi : Yt = B1 + B2Xt + u t Maka model tranformasi berdasar Gujarati (1999 : 392) menjadi : (Yt – ρYt-1) = B1(1 – ρ) + B2(Xt – ρXt-1) + υt Dengan cara transformasinya yaitu pertama-tama membentuk variabel lag pertama dari variabel semula, kemudian mengisi nilai variabel yang kosong akibat lag dengan menggunakan rumus PraisWinstern Transformation (Gujarati, 1999 : 393) yaitu misal Y1* = 1 2 Y1 , selanjutnya mengitung nilai dari ρ, dengan berbagai pilihan cara, seperti yang diungkapkan Gujarati (1999 : 393) yang meliputi : 1) First difference Method, 2) dengan hasil dari D-W test, 3) The Cochrane-Orcutt iteractive procedure, 4) The Cochrane-Orcutt two step method, 5) D-W two step metod, 6) The Hildreth-Lu search Procedure, 7) Maximum Likelihood method. Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan estimasi melalui hasil D-W test yang telah dilakukan, menurut gujarati (1999 : 394) metode ini cukup mudah namun memberikan estimasi yang baik. Berikut adalah rumusnya : ˆ 1 d 2 lxxviii c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji ada tidaknya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas namun bila berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas ini menjadi penting karena menurut Gujarati (1999 : 201), salah satu asumsi regresi linier berganda yang baik adalah model haruslah Homoskedastik atau dengan kata lain varians dari u bersifat konstan (var (ui) = σ2). dan karenanya pengaruh terjadinya heteroskedastisitas pada suatu model akan menyebabkan 1) Estimator kuadrat terkecil tidak lagi mempunyai varian minimum (tidak lagi best), 2) perhitungan standar eror tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya, 3) Uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan F tidak lagi dapat dipercaya (Winarno, 2009 : 5.24). berikut adalah ilustrasi heteroskedastisitas. Sumber : Gujarati (2004 : 388) Gambar III.2 Ilustrasi Heteroskedastisitas lxxix Terdapat bermacam-macam cara untuk mengidentifikasi masalah heteroskedastisitas pada suatu model, Winarno (2009 : 5.8) mengungkapkan setidaknya ada 7 cara mengidentifikasi maslah ini, yang meliputi : 1) Metode grafik dengan scatter plot, 2) Uji Park, 3) Uji Glejser, 4) Uji Korelasi Spearman, 5) Uji Goldfeld-Quandt, 6 Uji Bruesch-Pagan-Godfrey dan 7) Uji white. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Ui glejser sebagai cara untuk mengidentifikasi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan langkahnya yaitu melakukan regresi utama untuk mendapat residualnya, kemudian melakukan regresi kembali dengan absolut dari residual sebagai variabel dependen pada variabel independen lain yang diujikan. u t X t vt Kriteria pengujiannya yaitu jika variabel independen signifikan secara statistik (tingkat sig < 0,05) maka dapat dinyatakan terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika variabel independen tidak ada yang signifikan (sig > 0,05) maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah heteroskedasitisitas menurut Gujarati (1999 : 360) adalah dengan 1) Bila varians diketahui maka dapat menggunakan metode WLS dengan varians sebagai pembobot, 2) dengan metode square root transformation yang pada intinya menggunakan WLS juga namun lxxx dengan akar salah satu variabel independen sebagai pembobot, 3) menggunakan WLS dengan salah satu variabel independen sebagai pembobot, 4) respesifikasi model dengan tranformasi pada bentuk ln. Berbagai pilihan itu disesuaikan dengan bagaimana keadaan heteroskedastisitas pada suatu model, Winarno (1999 : 5.24) menambahkan bahwa metode white juga dapat dilakukan untuk menanggunalangi masalah heteroskedastisitas dengan mengaktifkan heteroskedasticity-corrected variance. Pada penelitian ini untuk mengatasi maslah heteroskedastisitas yang terjadi penulis memilih metode square root transformation dengan ilustrasi sebagai berikut : Model awal : Yi B1 B 2 X 1 u , kemudian ditransformasi menjadi Y1 X1 B1 B1 1 X1 1 X1 B2 X1 X1 ui X1 B 2 X i vi Berdasar transformasi dengan bantuan WLS diatas menurut Gujarati (1999 : 362) selama vi ui X i maka dapat disimpulkan model setelah transformasi ini bersifat homoskedastisitas, dan layak digunakan sebagai estimator. Sebagai tambahan bila heteroskedastisitas terjadi bersamaan dengan autokorelasi maka menurut Gujarati (1999 : 488) cara terbaik adalah dengan menyelesaikan heteroskedastisitas terlebih dahulu. lxxxi F. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui hipotesis penelitian didukung oleh hasil analisis data atau tidak, maka akan dilakukan dua uji utama yaitu uji t dan uji F. Selain itu untuk mengetahui keeratan atau ketepatan perkiraan, digunakan juga pegujian ketepatan perkiraan (Uji R2). 1. Untuk uji t dapat dilihat besarnya nilai t-test dan juga besarnya sig t pada setiap persamaan regresi yang dilakukan, apabila besarnya sig t lebih besar dari tingkat alpha yang digunakan (α = 5%) maka variabel independen tersebut tidak berpengaruh pada variabel dependen atau hipotesis ditolak. Namun sebaliknya bila sig t lebih kecil dari tingkat alpha yang digunakan maka hipotesis yang diajukan diterima. 2. Uji kedua adalah dengan uji F, uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara bersamasama (simultan) terhadap variabel dependennya. Apabila signifikansi F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis diterima, dan sebaliknya bila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis ditolak. Selain itu, pengujian F ini juga cukup dilihat nilai signifikansi layaknya pada uji t. 3. Pengujian Ketepatan Perkiraan (uji R2) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan indeks keeratan, yang menyatakan proporsi dari variabel total Y (variabel dependen) yang dapat diterangkan oleh variabel total X (variabel Independen). Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol da satu. Nilai R2 yang kecil lxxxii berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Pada penelitian ini tidak dilihat nilai adjusted R square, melainkan langsung melihat nilai R2, karena menurut Santoso dalam Priyatno (2009) Adjusted R2 lebih tepat digunakan untuk bentuk regresi yang lebih dari dua variabel bebas. lxxxiii BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan analisis data penelitian dan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital expenditure) pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk data keseluruhan tanpa variabel kontrol, dengan variabel kontrol, untuk kategori winner-loser, dan kategori portofolio berdasar besarnya rasio capital expenditure. Metode analisis utama yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk model regresi dengan variabel kontrol, dan regresi sederhana untuk model regresi tanpa variabel kontrol. Analisis data pada bab ini juga dilengkapi dengan statistik deskriptif sampel serta uji asumsi klasik untuk membuktikan regresi terbebas dari masalah-masalah seperti normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. A. Analisis Data Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan manufaktur yang telah go Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2004 hingga tahun 2009 triwulan kedua. Dari database Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode tahun yang sama, terdapat 152 perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan lxxxiv industri manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, perusahaan yang tidak menyertakan data yang dibutuhkan dari periode yang telah disebutkan diatas tidak diikutkan dalam sampel penelitian, adapun kriteria perusahaan yang diikutsertakan pada penelitian ini adalah : 1. Perusahaan Manufaktur yang secara kontinyu terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 triwulan kedua. 2. Perusahaan yang menyertakan laporan keuangan per 31 Desember dan juga per triwulan mulai tahun 2004 hingga triwulan kedua tahun 2009. 3. Perusahaan dengan penyajian laporan keuangan setidaknya laporan arus kas (cash flow) dan laporan laba rugi tahun 2004-2009. Dengan kriteria pemilihan sampel seperti seperti diatas, jumlah sampel final yang disertakan pada penelitian ini adalah 141 perusahaan manufaktur, dengan perincian pada tabel IV.1 sebagai berikut : Tabel IV.1 Jumlah Sampel Penelitian No. Keterangan 1. Total perusahaan manufaktur per Desember 2008 2. Perusahaan yang tidak kontinyu listing antara periode 2004-2009 Sub total 3 Perusahaan yang tidak menyertakan laporan keuangan Sub total 4 Perusahaan yang tidak menyertakan laporan arus kas dan laba rugi Total Sampel Sumber : lampiran data yang dikumpulkan lxxxv Jumlah Perusahaan 152 11 141 0 141 0 141 Sampel sebesar 141 perusahaan tersebut berasal dari 19 sub kategori perusahaan manufaktur yang berbeda-beda, yang meliputi sub kategori food and beverages, tobacco manufacturer, textile mill products, apparel and other textile products, lumber and wood product, paper and allied products, chemical and allied products, adhesive, plastic and glass products, cement, metal and allied products, fabricated metal products, stone clay glass and concrete products, cables, electronic and office equipment, automotive and allied product, photographic equipment, pharmaceutical, dan consumer goods. Sesuai dengan pengelompokan berdasar winner dan loser (Kim, 2001), dari 141 sampel perusahaan manufaktur yang disertakan, diperoleh hasil, jumlah perusahaan berkategori winner sebanyak 62 perusahaan, dan perusahaan dengan kategori loser sebanyak 79 perusahaan. Selanjutnya, berdasar pengelompokan Jiang et. al. (2006) terbentuk 5 portofolio perusahaan, dengan penjelasannya, portofolio 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebanyak 28 perusahaan dan portofolio 5 sebanyak 29 perusahaan. Berikut adalah ringkasan data dalam bentuk tabel, yang meliputi tabel IV.2 untuk sampel berdasar kategorisasi Kim (2001) dan Jiang et. al. (2006), selanjutnya tabel IV.3 untuk perusahaan berdasar sub kategori industri manufaktur winner-loser dan tabel IV.4 untuk perusahaan berdasar subkategori dan juga portofolio 1-5. : lxxxvi Tabel IV.2 Sampel dan Kategorisasi Tipe Kategori Perusahaan Kategori Winner dan Loser (Kim, 2001) 1. Perusahaan Winner 2. Perusahaan Loser Total Perusahaan Kategori berdasar besarnya rasio capital expenditure (Jiang et. al., 2006) dari yang terbesar sampai terkecil. 1. Portofolio 1 (P1) 2. Portofolio 2 (P2) 3. Portofolio 3 (P3) 4. Portofolio 4 (P4) 5. Portofolio 5 (P5) Total Perusahaan Sumber : lampiran data yang dikumpulkan Jumlah Perusahaan 62 Perusahaan 79 Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur 28 Perusahaan 28 Perusahaan 28 Perusahaan 28 Perusahaan 29 Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur Tabel IV.3 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Kategori Winner dan Loser yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua No a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Sub Kategori Industri a Food and beverages Tobbaco manufacturer Textile Mill Products Apparel and other textile products Lumber and wood products Paper and allied products Chemical and allied products Adhesive Plastic and glass products Cements Metal and allied products Fabricated metal products Stone, clay, glass and cocrete products Cables Electronic and office equipment Automotive and Allied product Photographic Equipment Pharmaceutical Consumer Goods total lxxxvii Jumlah perusahaan 18 4 9 13 4 5 8 4 12 3 11 2 4 6 3 19 3 9 4 141 Jumlah Winnersb 10 3 1 4 0 1 6 2 3 2 6 0 2 1 2 9 0 7 3 62 Jumlah Losersb 8 1 8 9 4 4 2 2 9 1 5 2 2 5 1 10 3 2 1 79 a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008. b Kategori perusahaan winner dan loser mengikuti kriteria yang digunakan Kim (2001 : 49) sebagai mana telah diungkapkan pada bab-bab di skripsi ini. Sumber : lampiran data yang dikumpulkan Tabel IV.4 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Berdasar Portofolio 1-5 yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua No a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Sub Kategori Industri a Food and beverages Tobbaco manufacturer Textile Mill Products Apparel and other textile products Lumber and wood products Paper and allied products Chemical and allied products Adhesive Plastic and glass products Cements Metal and allied products Fabricated metal products Stone, clay, glass and cocrete products Cables Electronic and office equipment Automotive and Allied product Photographic Equipment Pharmaceutical Consumer Goods Jumlah perusahaan P1b P2 b P3 b P4 b P5 b 18 6 6 2 2 2 4 1 1 1 1 0 9 2 2 0 2 3 13 0 4 5 2 2 4 0 0 2 1 1 5 1 1 1 1 1 8 4 1 0 1 2 4 0 0 0 3 1 12 2 4 2 1 3 3 0 0 2 0 1 11 0 1 2 5 3 2 0 0 1 0 1 4 2 0 1 1 0 6 0 0 3 1 2 3 1 1 0 1 0 19 4 3 3 3 6 3 0 1 1 1 0 9 3 3 1 2 0 4 2 0 1 0 1 total 141 28 28 28 28 29 a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008. b Kategori perusahaan dari portofolio1 hingga 5 merupakan hasil sorting perusahaan berdasar besarnya rasio capital expenditure, P1 adalah kelompok perusahaan dengan capital expenditure terbesar. Kategorisasi ini mengikuti Jiang et. al. (2006). Sumber : lampiran data yang dikumpulkan lxxxviii B. Deskripsi Data 1. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 Gambaran secara deskriptif mengenai data capital expenditure dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk uji 1 yaitu regresi tanpa variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.5. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 : Tabel IV.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1 Descriptive Statistics N Capex future Valid N (listwise) Minimum 141 141 141 .0000 -.2683 Maximum .6281 .3558 Mean .089994 .063099 Std. Deviation .1034958 .0849184 Sumber : lampiran output Pada tabel IV.5 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel capital expenditure sebagai variabel independen dan variabel future earning sebagai variabel independen, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 141 perusahaan. Perusahaan dengan rasio capital expenditure terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT Goodyear Indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio capital expenditure tertinggi yaitu 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya tbk (UNIC). Rata-rata capital expenditure dari 141 perusahaan adalah sebesar 0.089 dan standar deviasinya 0,1034. Untuk variabel future earning atau pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 adalah PT Hanson lxxxix Internasional tbk (MYRX), sedangkan perusahaan dengan rasio pendapatan dimasa mendatang tertinggi yaitu sebesar 0,3558 adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata pendapatan perusahaan dimasa mendatang dari 141 perusahaan adalah 0,063 dengan standar deviasinya 0,084. 2. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX), pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 2 yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.6. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 : Tabel IV.6 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2 Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 141 141 141 141 141 141 141 141 -.2802 .0000 -.4777 -.2511 -.9624 -.3417 -.2683 Maximum .3766 .6281 .7093 .4139 .8915 .4538 .3558 Mean .064797 .089994 .063313 .064212 .068705 .056398 .063099 Std. Deviation .1018571 .1034958 .1308603 .1004143 .1724289 .1069288 .0849184 Sumber : lampiran output Pada tabel IV.6 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 7 variabel, dengan total sampel 141 perusahaan. Yang membedakan dari Uji hipotesis 1 yaitu pada uji ini menyertakan variabel kontrol PAST. Uji ini menggunakan 5 regresi, variabel dependen dibedakan berdasar deret waktunya yaitu xc capital expenditure t+1, t+2, t+3, t+4 dan pooled sebagai variabel dependen di masing-masing model regresi. Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan dengan pendapatan masa lalu yang terendah yaitu -0,2801 adalah PT Allbond Makmur Usaha tbk (SQMI), sedangkan yang tertinggi adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR) dengan nilai 0,3766. Rata-rata untuk pendapatan dimasa lalu dari 141 perusahaan adalah 0,06 dengan standar deviasi 0,101. Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT Goodyear Indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio capital expenditure yang tertinggi sebesar 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya tbk (UNIC). Rata-rata capital expenditure dari 141 perusahaan adalah sebesar 0,089 dan standar deviasinya 0.1034. Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan perusahaan dimasa mendatang menyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 adalah PT Hanson Internasional tbk (MYRX), sedangkan perusahaan dengan rasio pendapatan dimasa mendatang yang tertinggi adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR) yaitu sebesar 0,3558. Rata-rata pendapatan dimasa mendatang dari 141 perusahaan adalah 0,063, sedangkan standar deviasinya 0,084. Keterangan untuk future t+1 hingga t+4 dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel FUTURE sebelumnya. xci 3. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a (Winner) Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX), pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 3a, yaitu regresi untuk perusahaan kategori winner dapat dilihat pada tabel IV.7. Berikut adalah tabel statistik deskriptif kategori winner : Tabel IV.7 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3a (Winner) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 62 62 62 62 62 62 62 62 -.2353 .005239 -.2447 -.1310 -.3949 -.0873 -.0946 Maximum .3766 .628134 .7093 .4139 .4333 .3855 .3558 Mean .099850 .13596382 .123491 .096834 .118291 .079188 .104836 Std. Deviation .1095083 .116548295 .1419223 .1009655 .1410357 .0919009 .0871141 Sumber : lampiran output Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan dengan rasio pendapatan masa lalu yang terendah yaitu -0,2353 adalah PT Colar Pak Indonesia tbk (CLPI), sedangkan yang tertinggi dengan nilai rasio sebesar 0,3766 adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata pendapatan dimasa lalu dari 62 perusahaan adalah 0,099 dengan standar deviasi 0,1095. Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,0052 adalah PT Lion Mesh Prima tbk (LMSH), sedangkan perusahaan dengan rasio capital expenditure yang tertinggi yaitu 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya xcii tbk (UNIC). Rata-rata untuk capital expenditure dari 62 perusahaan adalah sebesar 0,1359 dan standar deviasinya 0,1165. Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan perusahaan dimasa mendatang menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,0946 adalah PT Eka Dharma Internasional tbk (EKAD), sedangkan perusahaan dengan rasio pendapatan dimasa mendatang tertinggi yaitu sebesar 0,3558 adalah PT Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata rasio pendapatan dimasa mendatang dari 62 perusahaan kategori winner adalah 0,1048 sedangkan standar deviasinya 0,0871. Keterangan untuk future t+1 hingga t+4 dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel FUTURE sebelumnya. 4. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b (Loser) Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX), pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 3b, yaitu regresi untuk perusahaan kategori loser dapat dilihat pada tabel IV.8. Berikut adalah tabel statistik deskriptif kategori loser : (dihalaman selanjutnya) xciii Tabel IV.8 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3b (loser) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 Future Valid N (listwise) Minimum 79 79 79 79 79 79 79 79 -.2802 .0000 -.4777 -.2511 -.9624 -.3417 -.2683 Maximum Mean .3579 .4671 .2123 .3059 .8915 .4538 .2029 .034473 .053916 .018663 .038823 .038482 .035784 .032938 Std. Deviation .0866762 .0748634 .1050233 .0908669 .1880219 .1106600 .0703112 Sumber : lampiran output Untuk pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), perusahaan dengan rasio pendapatan masa lalu yang terendah yaitu sebesar -0,2802 adalah PT Allbond Makmur Usaha tbk (SQMI) sedangkan yang tertinggi dengan nilai 0,3579 adalah PT Indofarma (persero) tbk (INAF). Rata-rata untuk pendapatan dimasa lalu dari 79 perusahaan adalah 0,034 dengan standar deviasi 0,086. Untuk variabel capital expenditure (CAPEX), perusahaan dengan rasio capital expenditure yang terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT Good Year indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio capital expenditure yang tertinggi yaitu 0,4671 adalah PT Ades Waters Indonesia tbk (ADES). Rata-rata capital expenditure dari 79 perusahaan adalah sebesar 0,053 dan standar deviasinya 0,074. Untuk variabel future earning (FUTURE) atau pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan rasio pendapatan dimasa mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 xciv adalah PT Hanson Internasional tbk (MYRX), sedangkan yang tertinggi dengan rasio pendapatan dimasa mendatang sebesar 0,2029 adalah PT Pioneerindo Gourmet Internasional tbk (PTSP). Rata-rata future earning dari 79 perusahaan kategori loser adalah 0,0329 dengan standar deviasinya 0,073. Keterangan untuk future t+1 hingga t+4 dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel FUTURE sebelumnya. 5. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (Portofolio 1-5) Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX), pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 4, yang terdiri dari pembentukkan 5 portofolio (1 hingga 5) dapat dilihat pada tabel IV.9 hingga tabel IV.13. Berikut adalah tabel statistik deskriptif portofolio 1 hingga 5 : a. Statistik Deskriptif Portofolio 1 Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P1) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 28 28 28 28 28 28 28 28 -.1383 .1402 -.4777 -.2511 -.2186 -.0702 -.2295 Sumber : lampiran output xcv Maximum .3766 .6281 .7093 .4139 .4333 .3855 .3558 Mean .130156 .259391 .142212 .128138 .153531 .093884 .130294 Std. Deviation .1255385 .1080723 .2015867 .1309776 .1504026 .1151312 .1169309 b. Statistik Deskriptif Portofolio 2 Tabel IV.10 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P2) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 28 28 28 28 28 28 28 28 -.0394 .0808 -.1374 -.1442 -.9624 -.3417 -.2683 Maximum .2518 .1384 .3186 .2283 .2930 .3855 .1924 Mean .095258 .106904 .094707 .061238 .045927 .041925 .060949 Std. Deviation .0701845 .0194151 .0996299 .0783151 .2221307 .1146469 .0838532 Sumber : lampiran output c. Statistik Deskriptif Portofolio 3 Tabel IV.11 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P3) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 28 28 28 28 28 28 28 28 -.0738 .0361 -.1481 -.0824 -.1621 -.2134 -.0692 Sumber : lampiran output xcvi Maximum .2311 .0763 .2263 .3059 .8915 .2277 .2029 Mean .065240 .055739 .034312 .067205 .102561 .030667 .058686 Std. Deviation .0681350 .0122989 .0890776 .0870034 .1937575 .0817362 .0715514 d. Statistik Deskriptif Portofolio 4 Tabel IV.12 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P4) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 28 28 28 28 28 28 28 28 -.2353 .0135 -.2866 -.1608 -.3949 -.2003 -.0946 Maximum .3579 .0361 .2123 .1764 .2922 .3958 .1316 Mean .014904 .025356 .028015 .008409 .012479 .066701 .028901 Std. Deviation .0989423 .0077581 .1211200 .0841236 .1387801 .1199056 .0507020 Sumber : lampiran output e. Statistik Deskriptif Portofolio 5 Tabel IV.13 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 4 (P5) Descriptive Statistics N Past Capex future1 future2 future3 future4 future Valid N (listwise) Minimum 29 29 29 29 29 29 29 29 -.2802 .0000 -.1418 -.1294 -.1578 -.0378 -.0384 Maximum .1787 .0125 .1435 .2373 .3278 .4538 .1208 Mean .020027 .005594 .018903 .056353 .030396 .044660 .037578 Std. Deviation .0908055 .0040278 .0610467 .0809500 .1046455 .0938689 .0478739 Sumber : lampiran output C. Pegujian Data dan Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas Data Uji yang digunakan untuk melihat normalitas data yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian xcvii normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 di bagian lampiran 3 skripsi ini. Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap residual dari 41 regresi yang dilakukan, diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data sebanyak 3 persamaan. Yaitu pada residual t+3 dari uji kedua, residual t+3 uji 3b dan pada residual t+4 uji 4 (portofolio 5). Selanjutnya dilakukan penanganan permasalahan normalitas seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu dengan transformasi data, sehingga nilai signifikansi dari residual yang semula < 0,05 (menyatakan ketidak normalan data), setelah ditransformasi menunjukkan nilai signifikansi menjadi > 0,05, yang menunjukkan semua data terdistribusi secara normal. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji asumsi klasik pertama yang dilakukan adalah uji multikolinieritas, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinieritas pada suatu model persamaan. Cara yang dilakukan dapat dengan melihat pada nilai tolerance atau nilai VIF. Apabila nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, dapat dinyatakan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Sebaliknya bila nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinieritas. Untuk uji pertama (Uji Hipotesis 1) tidak dilakukan uji ini karena uji hipotesis 1 adalah uji regresi sederhana yang hanya melibatkan 1 variabel dependen dan xcviii 1 variabel independen. Hasil uji multikolinieritas dari persamaan regresi yang dijalankan pada penelitian ini dapat dilihat di tabel 2 pada lampiran 3 skripsi ini. Pada tabel 1 yang terdapat dilampiran 3 terlihat nilai VIF untuk 40 model persamaan regresi (Minus uji 1) menyatakan nilai VIF yang kurang dari angka 10, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keseluruh model regresi yang diujikan ini tidak ditemui gejala multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi Uji asumsi klasik selanjutnya adalah uji autokorelasi pada tiap model regresi yang dijalankan. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson di tiap persamaan regresi tersebut. Selanjutnya berdasar Ghozali (2006 : 97) nilai dari Durbin-Watson test tersebut dibandingkan dengan nilai pada tabel Durbin-Watson test, dengan jumlah variabel k = 2 dan uji hipotesis 1 dan 2 dengan 141 data, uji hipotesis 3a dengan 62 data, uji hipotesis 3b sebanyak 79 data, uji hipotesis 4 untuk portofolio 1 sampai 4 masing-masing 28 data dan untuk portofolio 5 sebanyak 29 data. Hasil uji autokorelasi untuk setiap regresi yang dilakukan dapat disimak pada tabel 3 dibagian lampiran 3 skripsi ini. Dari 41 model regresi diujikan ditemui 9 (tanda *) gejala autokorelasi yang terdeteksi yaitu keadaan no decision atau lebih xcix spesifiknya berada hanya pada keadaan tidak terdapat autokorelasi positif, sedangkan keadaan negatifnya tidak dapat dijelaskan (Ghozali, 2006 : 96), sebanyak sembilan masalah tersebut cukup beragam, mulai dari keadaan terjadi autokorelasi sampai nilai D-W test terletak di area keragu-raguan (grey area). Penanganan dari tiap autokorelasi ini dengan menggunakan metode GLS yang dikemukakan oleh Gujarati (1999 : 392) sehingga setelah transformasi data dengan lag dan menghitung rho kesembilan model yang bermasalah tadi dapat terbebas dari masalah autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi klasik yang terakhir dilakukan adalah pendeteksian heteroskedastisitas dengan menggunakan pendekatan uji Glejser. Apabila nilai sign > 0,05 maka disebut homoskedastisitas namun kebalikannya bila nilai sign < 0,05 maka suatu model regresi dinyatakan terjadi masalah heteroskedastisitas. Nilai signifikansi disini adalah nilai hasil regresi antara absolut residual dengan variabel independen dari masing-masing model. Sumari dari uji Glejser dalam bentuk tabel dapat disimak di tabel 4 pada bagian lampiran 3 penelitian ini. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser yang melibatkan 41 model regresi pada tabel 4 dibagian lampiran 3 menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 10 persamaan yang terkena masalah heteroskedastisitas, yaitu dengan nilai signifikansinya < c 0,05. Selanjutnya untuk menangani hal ini dijalankan metode Weighted Least Square (WLS) dengan square root transformation yang mengikuti cara dari Gujarati (1999 : 361), dengan demikian suatu model otomatis terhindar dari masalah heteroskedastisitas dan kesepuluh model tadi kini telah bersifat homoskedastisitas. D. Pengujian Hipotesis Penelitian 1. Uji Hipotesis Pertama Uji hipotesis pertama, berdasar pengembangan hipotesis pada bab sebelumnya, bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh biaya modal investasi (capital expenditure) terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning), berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresi tanpa variabel kontrol, dengan melibatkan 141 sampel perusahaan periode 2004-2009 : Tabel IV.14 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (tanpa variabel kontrol)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + e α β1 Koef F statistik R2 Model 1 0.036 0.298 Sign 0.000 0.117 (5.055)* (4.297)* (18.467)* a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 141 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output Pada tabel IV.14 diatas, regresi sederhana antara capital expenditure pada future earning menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 4,297 signifikan pada ci tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel capital expenditure atau biaya modal investasi yang dikeluarkan perusahaan dari data keseluruhan berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu : FUTURE = 0,036 + 0,298 CAPEX Konstanta sebesar 0,036 berarti bila perusahaan tidak melakukan penambahan capital expenditure-pun, rasio pendapatan pada total aset perusahaan adalah 0,036. dan setiap penambahan rasio capital expenditure sebanyak 1 satuan akan meningkatkan future earning perusahaan sebesar 0,298 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. F statistik pada tabel IV.14 ini bukan suatu yang berarti karena merupakan regresi sederhana. R2 dari uji hipotesis pertama menunjukkan nilai 0,117, yang berarti variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 11,7% oleh variabel independen yaitu biaya modal investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model tersebut. 2. Uji Hipotesis Kedua Uji hipotesis kedua, yaitu uji regresi antara variabel biaya modal investasi (capital expenditure) pada future earning dengan menggunakan variabel kontrol pendapatan dimasa lalu (past), bertujuan untuk menguji secara ekslusif pengaruh capital expenditure perusahaan pada future earning dengan penambahan variabel kontrol, berikut adalah ringkasan hasil cii pengujian regresi dengan pengembangan menjadi 5 model berdasar periode saat dan 4 tahun setelah dilakukannya penambahan capital expenditure : Tabel IV.15 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (dengan variabel kontrol)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.023 0.140 0.417 Sign 0.000 (2.908)* (2.314)* (6.800)* (34.986)* Model 2 0.017 0.216 0.415 Sign 0.000 (1.599) (1.984)* (4.629)* (17.991)* Model 3 0.016 0.137 0.513 Sign 0.000 (1.698) (1.843) (7.007)* (33.751)* Model 4 0.010 0.116 0.451 Sign 0.000 (0.367) (1.207) (3.003)* (8.083)* Model 5 0.038 0.138 0.097 Sign 0.086 (3.067)* (1.509) (1.045) (2.493) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.336 0.207 0.328 0.105 0.035 sampel 141 Pada tabel IV.15 diatas, terlihat bahwa setelah penambahan variabel kontrol yaitu pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), koefisien determinasi regresi meningkat menjadi 0,336. Dengan demikian variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 33,6% oleh variabel independen yaitu biaya modal investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan faktor lain diluar model diatas. Dengan melihat hasil regresi data pooled dengan variabel kontrol (Model 1) diperoleh hasil bahwa variabel capital expenditure dan variabel ciii pendapatan dimasa lampau secara parsial maupun secara bersamaan berpengaruh positif (+) pada future earning yang juga berarti hipotesis 2 tidak ditolak,, dengan persamaan yang terbentuk : FUTURE = 0,023 + 0,140 CAPEX + 0,417 PAST Dengan tingkat signifikansi t dan F yang bernilai < 0,05 menunjukkan kedua variabel itu signifikan pada level 5%, yang penjelasannya, rasio pendapatan perusahaan dimasa mendatang perusahaan akan tetap meningkat 0,023 walau perusahaan tidak melakukan penambahan biaya modal investasi, dan setiap penambahan capital expenditure sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan rasio pendapatan dimasa mendatang perusahaan sebesar 0,140. Berdasar pengembangan regresi pada t+1, t+2, t+3 dan t+4, diperoleh hasil bahwa hanya pada t+1 capital expenditure berpengaruh (+) signifikan terhadap future earning perusahaan, sedangkan secara bersama-sama capital expenditure berpengaruh signifikan pada future earning perusahaan hingga t+3. 3. Uji Hipotesis Ketiga a. Winner Uji hipotesis ketiga (a) adalah regresi variabel biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori Winner. Sesuai dengan penyusunan hipotesis 3a, uji ini bertujuan untuk melihat bentuk pengaruh capital expenditure pada pendapatan perusahaan dimasa civ mendatang untuk perusahaan kategori winner, berikut adalah ringkasan hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2, t+3 dan t+4 : Tabel IV.16 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (kategori winner)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.024 0.294 0.399 Sign 0.000 (2.385)* (3.933)* (5.599)* (43.509)* Model 2 0.015 0.412 0.511 Sign 0.000 (0.858) (2.714)* (4.031)* (20.919)* Model 3 0.013 0.271 0.473 Sign 0.000 (0.387) (3.045)* (4.993)* (30.310)* Model 4 0.038 0.149 0.598 Sign 0.000 (1.511) (0.991) (3.752)* (11.637)* Model 5 0.031 0.262 0.128 Sign 0.003 (1.786) (2.510)* (1.153) (6.475)* a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur kategori Winner. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.596 0.415 0.507 0.283 0.180 sampel 62 Seperti pada pengujian sebelumnya, uji 3a ini dikembangkan menjadi 5 model berdasar future pooled, t+1 hingga t+4. Pada tabel IV.16 diatas dapat diketahui untuk data future pooled (Model 1), biaya modal investasi yang dikeluarkan perusahaan secara signifikan berpengaruh positif (+) pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dengan nilai t = 3,933 yang menunjukkan keadaan signifikan pada tingkat 5%. Begitu pula dengan variabel pendapatan dimasa lalu (PAST) cv yang berpengaruh positif (+) signifikan pada future earning di level 5% dengan t hitung 5,599. berikut adalah hasil persamaan yang terbentuk : FUTURE = 0,024 + 0,294 CAPEX + 0,399 PAST Penjelasan dari persamaan tersebut adalah, rasio pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk kategori winner bilamana tidak dilakukan penambahan capital expenditure adalah 0,024, dan setiap peningkatan biaya modal investasi oleh perusahaan winner sebanyak 1 satuan akan meningkatkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang sebesar 0,294. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 3a tidak ditolak.. Pada persamaan model 1 terlihat secara bersama-sama model regresi tersebut berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dan dari sisi ketepatan model didapat R2 sebesar 0,596, angka ini menunjukkan variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 59,6% oleh variabel independen dan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas. Dari model 2 hingga model 5 dapat diidentifikasi bahwa capital expenditure yang dikeluarkan perusahaan ditahun permulaan secara signifikan berpengaruh positif pada future earning hampir disemua model kecuali di model 3, dan untuk pendapatan dimasa lalu juga hampir semua berpengaruh positif signifikan pada level 5% kecuali model 5. Dan dari uji F dapat disimpulkan secara bersama-sama biaya modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa lalu berpengaruh cvi signifikan pada level 5% terhadap future earning, baik untuk t+1, t+2, t+3 maupun t+4. b. Loser Uji hipotesis ketiga (b) ini adalah regresi variabel biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori loser yang mengikuti Kim (2001). Sesuai dengan penyusunan hipotesis 3b, uji ini bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk pengaruh capital expenditure pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori loser, berikut adalah ringkasan hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2, t+3 dan t+4 : (dihalaman selanjutnya) cvii Tabel IV.17 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (kategori loser)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.039 - 0.212 0.140 Sign 0.046 (4.945)* (- 1.772) (1.933) (3.217)* Model 2 0.029 -0.373 0.225 Sign 0.022 (2.449)* (- 2.072)* (2.067)* (4.005)* Model 3 0.040 - 0.275 0.392 Sign 0.000 (3.314)* (- 2.203)* (3.633)* (9.237)* Model 4 0.034 - 0.072 0.239 Sign 0.605 (1.229) (- 0.252) (0.968) (0.507) Model 5 0.049 - 0.134 - 0.188 Sign 0.325 (3.053)* (0.802) (- 1.300) (1.142) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur kategori loser. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.095 0.072 0.196 0.013 0.029 sampel 79 Berdasar tabel IV.17 diatas khususnya model 1, terlihat secara parsial variabel biaya modal investasi (CAPEX) maupun variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap future earning perusahaan, dengan demikian hipotesis 3b ditolak dan menyatakan tidak ada pengaruh biaya modal investasi terhadap future earning untuk kategori loser. Namun dari Uji F atau uji serempak menyatakan kedua variabel itu signifikan pada level 5% dengan R2 sebesar 0,095 yang berarti variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 9,5% cviii oleh variabel independen, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktorfaktor diluar model tersebut. Terkait pengembangan model regresi yaitu dengan future earning t+1, t+2, t+3 dan t+4 dari dilakukannya capital expenditure oleh perusahaan, diperoleh hasil bahwa untuk model 2 dan 3 menyatakan adanya pengaruh negatif antara biaya modal investasi pada future earning sedang untuk model 4 dan 5 tidak ditemui adanya pengaruh biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. 4. Uji Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis keempat ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh penambahan capital expenditure (CAPEX) terhadap future earning berdasar kategorisasi yang mengikuti kriteria Jiang et. al. (2006) yaitu dengan melakukan sorting perusahaan berdasar besarnya biaya modal investasi (dari yang terbesar ke yang terkecil), kemudian melakukan pembentukan portofolio dari data yang ada. Selanjutnya berdasar pembentukan portofolio, terbentuklah 5 portofolio perusahaan, P1 adalah portofolio perusahaan dengan rasio capital expenditure terbesar dan P5 adalah portofolio perusahaan dengan rasio capital expenditure yang terkecil, sumari yang menunjukkan pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa datang untuk masingmasing portofolio dapat disimak di tabel IV.18 hingga tabel IV.22, berikut penjelasannya : cix a. Portofolio 1 (P1) Tabel IV.18 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 1)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.036 - 0.013 0.750 0.000 (0.901) (- 0.103) (6.765)* (23.222)* Model 2 0.054 - 0.190 1.060 Sign 0.000 (0.625) (- 0.691) (4.468)* (10.669)* Model 3 - 0.022 0.158 0.837 Sign 0.000 (-0.476) (1.078) (6.624)* (22.007)* Model 4 0.086 - 0.312 0.839 Sign 0.000 (1.262) (- 0.899) (5.523)* (17.481)* Model 5 0.038 - 0.081 0.374 Sign 0.040 (0.566) (- 0.227) (2.599)* (3.684)* a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.650 0.460 0.638 0.583 0.228 sampel 28 Untuk portofolio 1, secara parsial variabel biaya modal investasi tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled, t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan variabel pendapatan dimasa lalu (PAST) berpengaruh positif signifikan disetiap model. Untuk uji F kesemua model menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan signifikan berpengaruh pada level 5%, dengan R2 masing-masing model adalah 65%, 46%, 63,8%, 58,3% dan 22,8% cx b. Portofolio 2 (P2) Tabel IV.19 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 2)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 - 0.034 0.710 0.281 Sign 0.033 (- 0.916) (1.319) (1.338) (3.931)* Model 2 0.025 0.360 0.331 Sign 0.425 (0.229) (0.355) (1.182) (0.886) Model 3 0.013 0.211 0.268 Sign 0.370 (0.164) (0.274) (1.334) (1.034) Model 4 - 0.052 0.898 0.121 Sign 0.403 ( -0.841) (0.863) (0.222) (0.942) Model 5 -0.096 1.010 0.311 Sign 0.287 (- 0.848) (0.979) (1.047) (1.312) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.239 0.066 0.076 0.070 0.095 sampel 28 Untuk portofolio 2, secara parsial variabel biaya modal investasi tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled, t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, begitu pula untuk variabel PAST. Untuk uji F model 1 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan signifikan berpengaruh pada level 5% sedang dimodel lain uji F tidak menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah 23,9%, 6,6%, 7,6%, 7,0% dan 9,5%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen. cxi c. Portofolio 3 (P3) Tabel IV.20 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 3)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.108 - 1.614 0.620 Sign 0.000 (2.110)* (- 1.910) (4.063)* (12.493)* Model 2 0.066 - 1.080 0.435 Sign 0.121 (0.797) (- 0.790) (0.090) (2.301) Model 3 0.084 - 1.177 0.752 Sign 0.001 (1.246) (0.298) (3.763)* (9.021)* Model 4 0.230 - 3.546 1.080 Sign 0.036 (1.337) (-1.252) (2.112)* (3.812)* Model 5 0.053 - 0.655 0.212 Sign 0.534 (0.660) (- 0.492) (0.884) (0.644) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.500 0.155 0.419 0.234 0.049 sampel 28 Untuk portofolio 3, secara parsial variabel biaya modal investasi tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled, t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan untuk variabel PAST hasil pengaruh positif signifikan ditunjukkan pada model 1, 3 dan 4. Untuk uji F model 1, 3 dan 4 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan signifikan berpengaruh pada level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah cxii 50%, 15,5%, 41,9%, 23,4% dan 4,9%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen. d. Portofolio 4 (P4) Tabel IV.21 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 4)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.002 1.091 - 0.050 Sign 0.000 (0.230) (6.168)* (- 0.515) (21.747)* Model 2 0.012 0.055 0.259 Sign 0.488 (0.535) (0.096) (1.137) (0.738) Model 3 0.120 - 4.448 0.069 Sign 0.114 (2.244)* (- 2.174)* (0.430) (2.367) Model 4 0.076 - 2.380 - 0.201 Sign 0.546 (0.806) (- 0.663) (- 0.714) (0.620) Model 5 - 0.056 4.989 - 0.256 Sign 0.212 (- 0.716) (1.669) (- 1.093) (1.653) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.635 0.056 0.159 0.047 0.117 sampel 28 Untuk portofolio 4, pada model 1 dan (3) secara parsial variabel biaya modal investasi berpengaruh positif (negatif) terhadap future earning perusahaan, dan untuk variabel PAST menujukkan tidak terdapat pengaruh signifikan disetiap model. Untuk uji F model 1 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan berpengaruh signifikan pada level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak menunjukkan pengaruh yang cxiii berarti, R2 masing-masing model adalah 63,5%, 5,6%, 15,9%, 4,7% dan 11,7%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen. e. Portofolio 5 (P5) Tabel IV.22 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel Future (Portofolio 5)a Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e α β1 β2 Koef F statistik Model 1 0.028 1.314 0.096 Sign 0.496 (1.821) (0.569) (0.934) (0.720) Model 2 0.010 1.279 0.078 Sign 0.728 (0.506) (0.426) (0.588) (0.322) Model 3 0.033 2.457 0.289 Sign 0.137 (1.248) (0.701) (1.778) (2.148) Model 4 0.008 4.750 - 0.143 Sign 0.387 (0.419) (1.111) ( - 0.957) (0.984) Model 5 - 3.532 0.036 ( -0.120) Sign 0.978 (- 2.849)* (0.199) (- 0.070) (0.022) a Model regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output R2 0.052 0.024 0.142 0.070 0.002 sampel 29 Untuk portofolio 5, secara parsial variabel biaya modal investasi tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled, t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, demikian halnya untuk variabel PAST. Untuk uji F kesemua model (1-5) menunjukkan secara bersamasama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu tidak berpengaruh signifikan pada level 5%, R2 masing-masing model cxiv adalah 5,2%, 2,4%, 14,2%, 7,0% dan 0,2%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen. E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasar 41 analisis regresi yang terbagi dalam 4 hipotesis diatas, penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut : 1. Temuan Pertama Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future earning pada uji hipotesis 1 (regresi tanpa variabel kontrol) menunjukkan bahwa capital expenditure berpengaruh positif terhadap future earning, yang dibuktikan dengan pembuktian secara statistik yang menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, yaitu terdapat pengaruh biaya modal investasi terhadap future earning tanpa menggunakan variabel kontrol. Hasil temuan pertama yang berasal dari hipotesis 1 ini konsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 858) yang pada penelitiannya menyatakan bahwa biaya modal investasi yang dikeluarkan perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. 2. Temuan Kedua Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future earning pada uji hipotesis 2 (dengan menggunakan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu sebagai kontrol) menunjukkan terdapat pengaruh positif capital expenditure terhadap future earning, baik secara parsial cxv maupun secara simultan, yang dibuktikan dengan bukti statistik yaitu nilai signifikansi < 0,05 yang berarti signifikan pada level 95% derajat kepercayaan. Hal ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh antara biaya modal investasi terhadap future earning untuk pengujian dengan variabel kontrol. Hasil uji pengaruh pada hipotesis 2 ini tidak mendukung hasil penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan tidak adanya asosiasi yang linear antara biaya modal investasi (capital expenditure) dan pendapatan dimasa mendatang untuk sampel secara keseluruhan. Namun hasil pada uji hipotesis kedua ini mendukung penelitian Jiang et. al. (2006 : 858), Callen et. al. (1996), Lev dan Thiagaranjan (1993), yang menyatakan biaya modal investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan berpengaruh pada performa perusahaan dalam hal menghasilkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang setelah dikontrol oleh pendapatan dimasa lalu. Dengan hasil tersebut berarti teorema yang berlaku untuk menjelaskan pengaruh biaya modal investasi terhadap biaya modal investasi pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah teorema tradisional (traditional view theorems) yang dikemukakan oleh Jiang et. al. (2006 : 854), yang menyatakan bahwa secara padangan tradisional, manajer akan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk para pemegang saham dan tujuannya adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dengan merancang proyek penambahan capital expenditure yang memiliki net present value yang positif, sehingga cxvi pandangan tradisional ini menyatakan adanya pengaruh positif antara biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Dan sebaliknya hasil penelitian pada pengujian hipotesis kedua ini tidak konsisten dengan teorema agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976 : 10) serta Shin dan Kim (2001 : 2) yang menyatakan agency cost bisa terjadi ketika manajer dan pemegang saham mengalami konflik kepentingan (conflict of interest), sehingga dalam prakteknya manajer melakukan keputusan penambahan capital expenditure justru tidak memperhatikan nilai positif dari net present value, yang pada akhirnya teorema agency cost ini menyatakan asosiasi yang tidak positif antara biaya modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Temuan lain dari uji kedua ini menyatakan tingkat kesesuaian model yang digunakan pada uji dengan variabel kontrol lebih baik bila dibandingkan dengan regresi tanpa variabel kontrol, hal ini ditunjukkan dengan nilai R2 yang lebih besar dibanding R2 pada uji hipotesis 1. Investigasi selanjutnya menunjukkan pengaruh positif biaya modal investasi pada future earning secara parsial dapat bertahan berpengaruh positif hanya pada tahun pertama (t+1) setelah dilakukannya capital expenditure. Sedangkan untuk pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh positif biaya modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga batas periode ketiga (t+1, t+2 dan t+3) setelah dilakukannya capital expenditure. cxvii 3. Temuan Ketiga a. Winner Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada future earning untuk perusahaan terkategori winner menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara biaya modal investasi terhadap future earning, hal ini ditunjukkan dengan pembuktian statistik yang menunjukkan baik secara parsial maupun secara simultan hasilnya signifikan pada tingkat kepecayaan 95%. Dengan mengacu pada hasil tersebut maka hipotesis 3a tidak ditolak, yang berarti terdapat pengaruh capital expenditure pada future earning untuk perusahaan kategori winner. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori winner ini konsisten dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal investasi berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori winner. Beberapa hal penting yang perlu dicatat disini adalah keterkaitan hasil pengaruh positif antara biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang dengan life cycle hypothesis yang dikemukakan Anthony dan Ramesh dalam Kim (2000 : 50), berdasar life cycle hypothesis, alasan perusahaan kategori winner mampu mengasosiasikan biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang karena karakteristik perusahaan winner yang cenderung berada pada tahapan pertumbuhan (growth), sehingga dengan adanya inisiatif penambahan cxviii capital expenditure mampu diasosiasikan sebagai pendapatan dimasa mendatang yang terus meningkat. Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut Kim (2001 : 53), perusahaan kategori winner mampu menjaga asosiasi positif antara capital expenditure dan future earning, karena dari sisi pemilihan proyek, perusahaan winner memilih proyek yang jelas profitable dibanding perusahaan loser. Investigasi selanjutnya menunjukkan, pengaruh positif biaya modal investasi pada future earning secara parsial dapat bertahan berpengaruh positif hampir disetiap tahun kecuali pada tahun ketiga (t+3) setelah dilakukannya capital expenditure. Sedangkan untuk pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh positif biaya modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga periode keempat (t+1, t+2, t+3 dan t+4) setelah dilakukannya penambahan biaya modal investasi oleh perusahaan winner. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kemampuan perusahaan kategori winner dalam mendayagunakan capital expenditure yang diinvestasikan pada periode t amatlah baik sehingga adanya penambahan capital expenditure mampu menghasilkan future earning yang positif dan lebih besar dibandingkan bila perusahaan tidak melakukan penambahan capital expenditure. b. Loser Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan terkategori loser tidak cxix menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara biaya modal investasi terhadap future earning, hal ini ditunjukkan dengan pembuktian statistik yang menyatakan baik secara parsial maupun secara simultan hasilnya tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan mengacu pada hasil tersebut maka hipotesis 3b ditolak, yang berarti tidak terdapat pengaruh biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori loser. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori loser ini inkonsisten dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal investasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori loser. Berdasar Anthony dan Ramesh dalam Kim (2001 : 50) dijelaskan fenomena yang menunjukkan tidak adanya pengaruh antara biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk kategori loser disebabkan karena keterkaitan dengan antara tahapan perusahaan loser dalam siklus hidup dari perusahaan tersebut. Dalam papernya Anthony dan Ramesh (1992) melakukan pengujian mengenai life cycle hypothesis dengan cara melihat hubungan antara kinerja akunting dari perusahaan pada harga saham, yang hasilnya menunjukkan bahwa salah satu penyebab kemungkinan tidak adanya pengaruh signifikan antara biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan loser dimasa mendatang karena berdasar siklus hidupnya, perusahaan loser cenderung berada dalam tahap kedewasaan (mature) atau pada posisi stagnan (stagnant). cxx Beberapa alternatif lain didalam papernya disebutkan kemungkinan perusahaan loser justru berada pada tahap pertumbuhan (grow), sehingga perusahaan pada tahap pertumbuhan ini seringkali mengalami kerugian pada masa-masa awal pertumbuhannya. Investigasi selanjutnya menunjukkan, pada model 2 dan model 3 untuk kategori loser menunjukkan secara parsial maupun secara simultan biaya modal investasi justru akan berpengaruh negatif pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk periode waktu t+1 dan t+2 setelah dilakukannya capital expenditure. Dan untuk t+3 dan t+4 tidak terlihat adanya pengaruh signifikan antara keduanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kemampuan perusahaan kategori loser dalam mendayagunakan capital expenditure yang diinvestasikan pada periode t amatlah buruk sehingga adanya penambahan capital expenditure justru menjadi beban dan tidak mampu menghasilkan future earning yang positif namun terlebih dapat memperburuk future earning akibat investasi capital expenditure yang dilakukan. Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut Kim (2001 : 53), perusahaan kategori loser tidak mampu mengasosiasikan pengaruh positif antara capital expenditure dan future earning atau justru mampu mengasosiasikan namun dalam bentuk negatif (pada t+1 dan t+2), karena dari sisi pemilihan proyek, perusahaan loser memilih proyek yang kurang profitable dibanding perusahaan winner. cxxi 4. Temuan Keempat Hasil uji pengaruh capital expenditure terhadap future earning untuk uji keempat ini secara parsial menunjukkan untuk P1 yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure terbesar, tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning, selanjutnya untuk P2 yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure terbesar kedua, tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning dan untuk P3 yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure kategori menengah, tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning. Berbeda dengan portofolio sebelumnya untuk P4 yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure terkecil kedua, ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning, dengan bentuk pengaruhnya adalah positif yang signifikan pada level 5%, dan terakhir secara parsial yaitu portofolio terkecil P5 tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning, sedangkan uji simultan (Uji F) menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan variabel pendapatan perusahaan dimasa lampau signifikan pada level 5% hanya pada P1, P2, P3 dan P4. Dengan melihat hasil uji statistika diatas dapat disimpulkan hipotesis 4 untuk P1, P2, P3 dan P5 ditolak, hal ini berarti biaya modal investasi tidak berpengaruh pada future earning untuk portofolio 1, 2, 3 dan 5. Berbeda dengan hal tersebut hipotesis 4 untuk P4 tidak ditolak, hal ini berarti biaya modal investasi berpengaruh pada future earning untuk cxxii portofolio 4. Hasil temuan keempat yang mengelompokkan perusahaan berdasar sorting capital expenditure (khususnya portofolio 4) ini konsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 859), yang pada penelitiannya menyatakan setelah sorting menjadi 8 dan 64 portofolio perusahaan, didapat adanya pengaruh positif antara biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Namun untuk temuan keempat (khususnya portofolio 1, 2, 3, dan 5) ini inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 859) yang hasilnya tidak ditemui pengaruh biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa lampau. Keadaan yang inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk portofolio 1, 2, 3 dan 5 ini dimungkinkan akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti dijelaskan Jensen (1986 : 6) beberapa faktor yang turut menyebabkannya antara lain karena manajer bertindak indisiplin dalam melakukan penambahan investasi pada proyek tertentu, namun justru manajer mengalihkannya untuk menumbuhkan size dari perusahaan, beberapa hal lain yang diungkapkan Kim (2001 : 52) menyatakan faktor yang juga turut mengakibatkan adalah pendayagunaan pekerja yang kurang maksimal (uncapitalized employee), kemampuan manajemen (management skill), dan yang terpenting bukan besarnya nilai dari biaya modal investasi (amount of capital expenditure) namun seberapa efektif investasi tersebut dimanfaatkan. cxxiii Investigasi selanjutnya yaitu membandingkan pengkategorisasian antara Kim (2001) dengan perspektif winner - loser dan Jiang et. al. (2006) dengan cara sorting. Hasil yang diperoleh menyatakan dalam melakukan pemilihan perusahaan untuk investasi khususnya dari segi capital expenditure yang dilakukan perusahaan, sebaiknya calon investor melakukan pemilihan perusahaan dengan kategorisasi winner-loser, dan perusahaan winner-lah yang sebaiknya dipilih oleh calon investor, perlu diketahui bahwa pemilihan berdasar track record winner-loser ini akan lebih bermanfaat ketimbang melihat dari sisi besarnya rasio capital expenditure yang dikeluarkan perusahaan (Jiang et. al., 2006), karena dengan dengan track record perusahaan sesuai kategori Kim (2001) perusahaan winner secara positif dan signifikan mampu mengelola capital expenditure-nya dengan baik, namun dengan kategori Jiang et. al. (2006) menghasilkan kesimpulan bahwa perusahaan dengan rasio capital expenditure terbesarpun belum tentu bisa mengasosiasikan capital expenditure yang ditanamkan dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Hal ini dijelaskan dengan bukti statistik yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara biaya modal investasi pada future earning untuk P1 (portofolio dengan rasio capital expenditure terbesar). cxxiv BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada, kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan. A. Kesimpulan Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Biaya modal Investasi (capital expenditure) yang dikeluarkan atau ditanamkan perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk model regresi tanpa variabel kontrol, yaitu model regresi dengan menggunakan data perusahaan manufaktur secara keseluruhan. 2. Biaya modal investasi (capital expenditure) yang ditanamkan oleh perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk model regresi setelah dikontrol oleh pendapatan perusahaan dimasa lalu (past earning). Sebagai tambahan, dapat disimpulkan juga kemampuan capital expenditure dalam cxxv mengasosiasikan dengan future earning untuk data keseluruhan hanya bertahan hingga t+1 secara parsial dan secara simultan t+1, t+2 dan t+3. 3. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk perusahaan kategori winner. Temuan selanjutnya menunjukkan pengaruh positif dapat bertahan hampir disetiap tahun yaitu t+1, t+2 dan t+4 setelah dilakukannya capital expenditure, dan hanya t+3 saja menunjukkan tidak adanya asosiasi antar 2 variabel yang diujikan. 4. Biaya modal investasi (capital expenditure) tidak berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk perusahaan dengan kategori loser. Temuan tambahan yang lain menunjukkan biaya modal investasi justru berpengaruh negatif terhadap future earning pada t+1 dan t+2 setelah dilakukanya capital expenditure, yang berarti dengan penambahan capital expenditure justru menjadi beban bagi perusahaan kategori loser. 5. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap future earning untuk perusahaan kategori portofolio 4 dan tidak berpengaruh untuk perusahaan portofolio 1, 2, 3 dan 5. Dengan demikian pada portofolio 1 yaitu portofolio perusahaan dengan rasio capital expenditure yang terbesar sekalipun tak menunjukkan kemampuan mengasosiasikan belanja modal yang dilakukan dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dan dari kelima portofolio yang dibentuk hanya portofolio 4 yang menunjukkan pengaruh tersebut. cxxvi B. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian baik terkait keterbatasan teknis maupun keterbatasan dalam pengembangan alur penelitian, dari keterbatasan yang ada selanjutnya disertakan pula masukan untuk penelitian mendatang, berikut adalah penjelasannya : 1. Pada penelitian ini periode investasi yang digunakan adalah 1 tahun (yaitu tahun 2005) dan periode pelaksanaan 4 tahun (2006-2009), namun pada penelitian lain periode yang digunakan cukup variatif, misalnya, menggunakan periode 10 tahun, yaitu 5 tahun awal sebagai periode investasi dan 5 pelaksanaan, tahun berikutnya sebagai periode ketimpangan lamanya obervasi ini dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya. Terkait periode investasi dan periode pelaksanaan yang digunakan sebagai skema penelitian, untuk selanjutnya dapat dilakukan variasi yang berbeda dari penelitian ini, variasi yang dimaksud dapat dilakukan dengan memperpanjang periode investasi dan juga memperpanjang periode pelaksanaan yang digunakan (lebih dari 1 tahun periode investasi). 2. Pada penelitian ini dipilih kategori industri manufaktur karena kecenderungan perusahaan manufaktur untuk lebih melakukan proyek-proyek capital expenditure. Namun penulis mendapati perkembangan pada kategori perusahaan lain yang juga sering cxxvii diekspos oleh media seperti contohnya sektor telekomunikasi dan sektor pertambangan. Terkait pemilihan sampel perusahaan, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih perusahaan-perusahaan dari kategori yang berbeda (perusahaan non-manufaktur), karena selain untuk pengembangan penelitian, banyak dijumpai perusahaan kategori nonmanufaktur yang melakukan proyek-proyek capital expenditure. 3. Proksi pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) pada penelitian ini hanya dijelaskan oleh dua variabel, yaitu capital expenditure dan past earning, karena memang tujuan utamanya adalah melihat pengaruh ekslusif antara capital expenditure dan future earning, namun demikian masih dimungkinkan penambahan variabel lain untuk menjelaskan future earning. Pada penelitian selanjutnya dimungkinkan penambahan proksi yang dapat memperkaya penelitian ini. Proksi yang dimaksud dapat berupa proksi non-kuantitatif maupun kuantitatif, sebagai contoh penambahan proksi non-kuantitatif seperti capitalized employee, managerial skill, dan kedisiplinan manajer dalam pengalokasian dana, sebagai variabel untuk menjelaskan future earning. cxxviii C. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait serta untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Bagi investor Sebagai seorang calon investor ataupun investor yang akan memilih perusahaan emiten dalam menanamkan modalnya, sebaiknya memperhatikan corporate action perusahaan seperti adanya pelaksanaan penambahan capital expenditure untuk proyek tertentu, dan selanjutnya investor perlu berhati-hati untuk menanggapi adanya isu atau pemberitaan capital expenditure yang tinggi oleh satu perusahaan tertentu, karena hasil penelitian membuktikan yang terpenting adalah kualitas pengelolaan capital expenditure dan bukan sekedar proporsi capital expenditure yang tinggi. Terkait dengan perusahaan tujuan investasi, perusahaan dengan track record yang baik (winner) menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan dalam mengelola capital expenditure dibanding perusahaan kategori loser. 2. Bagi emiten Sesuai dengan kesimpulan yang telah disampaikan, saran untuk emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebaiknya perusahaan secara keseluruhan perlu mengintensifkan pengelolaan capital expenditure yang ditanamkan dengan lebih cermat sehingga dalam mengasosiasikan capital expenditure dengan future earning cxxix mampu bertahan hingga periode yang cukup lama (t+4) layaknya perusahaan kategori winner. Terlebih lagi, untuk perusahaan kategori loser disarankan lebih ekstra dalam mengoptimalkan corporate action berupa penanaman capital expenditure, karena hingga t+2 penanaman capital expenditure menunjukkan kecenderungan pengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan loser dimasa mendatang. cxxx DAFTAR PUSTAKA Abdel-Kader, Magdy G. dan David Dugdale. 1998. Investment in Advance Manufacturing Technology : A Study of practice in large UK Companies. Management Accounting Research, Vol 9, pp. 261-284. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management. Singapore : Thompson south western publishing company. Daniria E. Risa. 2008. Pengaruh Laba, Arus Kas dan Persistensi Laba Terhadap Laba Masa Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS. Djarwanto, PS. 1996. Statistik Induktif, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Djati, Cygit Permono. 2003. Penggunaan Komponen Laba dalam Memprediksi laba dimasa yang akan datang. Surakarta : Koleksi Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Callen, J. Livnat dan Ryan. S. 1996. Capital expenditure: value relevance and fourth-quarter effect. The journal of Financial Statement Analysis, Vol. 1, pp. 13-24. Echevarria, D P. 1997. Capital Investment and the profitability of fortune 500 industrials : 1971-1990. Studies in Economics and Finance, Vol. 18 No. 1, Fall, pp. 3-35. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen : pedoman penelitian untuk Penulisan Skripsi, tesis dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS : Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1999. Essentials of Econometrics : second editions. Singapore : McGraw-Hill International editions. _______________. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika : (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga. cxxxi Edisi ketiga Gunawan S. Arif. Capex Astra International Rp 5 triliun. Harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4 Desember 2009 Hartono, Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM (BPFE UGM). Higgins C. Robert. 1992. Analysis For Financial Management : Third Edition. United States of America : Richard D. Irwin, INC. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan : per 1 September 2007. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Inci, Ahmet Can et. al. 2003. Capital Investment and Earnings : International Evidence. Sabanci University, Faculty of Management. Institute for Economic and Financial Research. 2007. Indonesian Capital Market Directory 2007 Jatmiko, B. P. dan M. Munir Haikal. Bakrieland siapkan belanja modal Rp 3 triliun.. Harian Bisnis Indonesia, edisi Senin, 30 November 2009, halaman f2 kolom Bursa Jatmiko, B. P. dan Nurbaiti. Capex Bukit Asam capai Rp 4 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu, 2 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa. Jatmiko, B. P. Jasa Marga Alokasikan Capex Rp 3,1 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Kamis, 3 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa. Jensen, C. M dan William H, Meckling. 1976. Theory of the Form : Mangerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol 3, No. 4, pp. 305-360. Jensen, C. Michael. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329. Jiang, Ching-Hai, Hsiang-lan Chen dan Yen-sheng Huang. 2006. Capital Expenditures and Corporate earning : evidence from taiwan stock exchange. Managerial Finance Vol 32 No. 11 pp 853-861, Emerald publishing limited 0307-4358. cxxxii Kantudu. S, Aliyu. 2004. Capital Investment Appraisal Practices of QuotedFirms in Nigeria. Accounting Department, Bayero University, Kano. Kim, S. 2001. The near term Financial performance of captal expenditure : A managerial perspective. Managerial finance, Vol. 27 No. 8, pp. 4862. Li, Donglin. 2004. The Implications of Capital Investments for Future Profitability and Stock Returns – an Overinvestment Perspective. Haas School of Business, University of California, Berkeley, CA94720. Mufidati, Yeni. 2007. Kemampuan Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Perusahaan yang Akan Datang. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Liberty. Priyanto, Dwi. 2008. Statistical Product and Service Solution : Untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta : PT. BUKU KITA Rahmawati T. Wahyu et. al. Indosat Dongkrak Capex 16,6% jadi US$ 1,4 Miliar. Harian Kontan edisi Kamis, 28 Agustus 2008 kolom investasi. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta : Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Setyawan, Andika. 2008. Pengaruh Komponen Arus Kas Terhadap Laba Satu Tahun ke Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS. Shin, Hyun-Han dan Yong H. Kim. 2001. Agency Cost and Efficiency of business Capital Investment : Evidence from Quarterly Capital Expenditures. Quarterly Journal of Economics 113, 531-552. Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Ketujuh. Bandung : Badan Penerbit CV. Alfabeta. Sunder, Shyam. 1980. Corporate Capital Investment, Accounting Methods and Earnings : A Test of the control Hypothesis. The Jounal Of Finance. pp 553-565. cxxxiii Titman, Sheridan et. al. 2003. Capital Investments and stock return. National Bureau of Economic Research (NBER) working Paper Series 9951. Wahyuni, Salamah. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Surakarta: UNS Pers. Wild et. al. 2005. Finacial Statement Analysis : Analisis Laporan Keuangan. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Winarno W, Wing. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YPN. cxxxiv