76 III. KERANGKA TEORI 3.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran kemampuan / kapasitas suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan unsur penting dan menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi. Berbagai teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Secara umum, faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat dibedakan menjadi (1) faktor-faktor penentu dan sisi penawaran (supply side) dan (2) faktor-faktor penentu dari sisi permintaan (demand side). Dan sisi penawaran, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi mencakup: jumlah penduduk (sumberdaya manusia), stok kapital, sumberdaya alam, dan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditentukan atau dipengaruhi antara lain oleh pengeluaran pemerintah (government expenditure), investasi swasta (private investment) dan jumlah uang beredar (money supply). Berikut ini akan dibahas beberapa teori pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah Teori pertumbuhan Harrod-Domar, Teori pertumbuhan Solow dan Teori Pertumbuhan Baru dan Model Human Capital. 3.1.1. Model Harrod-Domar Teori Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk memadukan pandangan kaum Klasik yang dinilai terlalu menekankan sisi penawaran (ingat Say's law of market) dan pandangan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (demand side). Dalam kaitan ini, Harrod-Domar mengatakan bahwa 77 investasi memainkan peran ganda (dual role) yaitu di satu sisi, investasi akan meningkatkan kemampuan produktif (productive capacity) dari perekonomian (Klasik) dan di sisi lain, investasi akan menciptakan atau meningkatkan permintaan (demand creating) di dalam perekonomian (Keynes). Dalam teori H-D, investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dan pertumbuhan ekonomi. Bahkan mereka mengatakan bahwa “tabungan dan investasi merupakan kekuatan sentral dibalik pertumbuhan ekonomi” (saving and investment is central forces behind economic growth). Secara sederhana, kaitan pertumbuhan ekonomi, tabungan dan investasi dalam versi model H-D dapat dinyatakan sebagai berikut: Misalkan tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau, s, dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu, kita pun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana : S = sY ……………………………………………………… (3.1) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili oleh ∆K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut : I = ∆K ………………………………………………………….. (3.2) Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output, k, maka: K/Y = k atau ∆K/∆Y = k Akhirnya ∆K = k∆Y ……………………………………………………. (3.3) 78 Yang terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut : S=I ………………………………………………………….. (3.4) Dari persamaan (3.1) telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (3.2) dan (3.3), juga telah diketahui bahwa: I = ∆K = k∆Y. Dengan demikian, ‘identitas’ tabungan yang merupakan persamaan modal dalam persamaan (3.4) adalah sebagai berikut : S = sY = k∆Y = ∆k = I …………………………………………. (3.5) ………………………………………………………. (3.6) Atau bisa diringkas menjadi sY = k∆Y Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (3.6) dibagi mula-mula dengan Y dan kemudian dengan k, maka akan didapat : ∆Y/Y = s/k ................................................................................ (3.7) Dimana : (∆Y/Y) s k Y = pertumbuhan ekonomi = tingkat tabungan nasional = ICOR (incremental capital output rasio, ∆K/∆Y atau I/∆Y) = Output nasional atan GNP, K = stok kapital, I=investasi Persamaan tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (∆Y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), dan rasio modal output nasional (k). Dengan kata lain, makna secara ekonomi dapat diartikan bahwa agar suatu perekonomian dapat bertumbuh, maka perekonomian yang bersangkutan haruslah menabung dan menginvestasikan sebesar proporsi tertentu dari GNP-nya. 79 Dalam arti bahwa semakin besar suatu perekonomian menabung dan menginvestasikan GNP-nya, maka semakin pesat pertumbuhan ekonominya (Todaro, 2000; Perkins, et. al, 2001). 3.1.2. Model Pertumbuhan Solow Teori lain yang juga banyak membahas tentang pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi neoklasik (neoclasical growth thoery) atau sering disebut Teori Pertumbuhan Solow (Solow growth theory). Dalam model Harrod-Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi, maka dalam model pertumbuhan Solow, selain faktor kapital, juga menekankan pentingnya faktor tenaga kerja dan teknologi. Model Solow umumnya digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengkaji issue-issue mengenai pertumbuhan. Model pertumbuhan Solow adalah titik awal bagi sebagian besar analisis ekonomi, bahkan untuk model-model yang secara mendasar berbeda dari model Solow. Solow neoclassical growth model merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik sehingga penggagasnya, Robert Solow, dianugerahi Hadiah Nobel bidang ekonomi. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaannya HarrodDomar mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. 80 Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi-rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoritisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y(t) = F(K(t)α ,[ A(t)L(t)]1-α ...................................................... (3.8) dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen, maka model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan “eksogen”, yang berlawanan dengan pendekatan pertumbuhan endogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau persentase kenaikan GDP yang bersumber dari satu persen penambahan modal fisik dan modal manusia). Hal itu biasanya dihitung secara statistik sebagai pangsa modal dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara. Karena diasumsikan kurang dari satu dan modal swasta diasumsikan dibayar berdasarkan produk marjinalnya sehingga tidak ada ekonomi eksternal, maka formulasi teori pertumbuhan neoklasik ini memunculkan skala hasil modal dan tenaga kerja yang semakin menurun (diminishing returns). Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (traditional neoclassical growth theory), pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga 81 faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (closed economy), yakni tidak menjalin hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi cateris paribus) dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita (semua perekonomian tertutup akan sama-sama mengalami penurunan pendapatan per kapita). Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-pihak luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dan negara-negara kaya ke negara-negara miskin di mana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjanjikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi (returns on investments) yang lebih tinggi. Model pertumbuhan neoklasik Solow, yang membuat Robert Solow dari Massachusetts Institute of Technology menerima Hadiah Nobel, mungkin merupakan model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal, meskipun dalam hal tertentu model Solow menggambarkan perekonomian negara maju secara lebih baik daripada kemampuannya dalam menjelaskan perekonomian negara berkembang, model ini tetap menjadi titik acuan dasar dalam kepustakaan mengenai pertumbuhan dan pembangunan. Model ini menyatakan bahwa secara 82 kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Modifikasi penting dari model pertumbuhan HarrodDomar (atau model pertumbuhan AK), adalah bahwa model Solow membolehkan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Karena adanya skala hasil yang konstan, jika semua input dinaikkan dengan jumlah yang sama, maka output akan naik dengan jumlah yang sama. Notasinya adalah: γY = F ( γK, γL) ............................................................................ (3.9) Dimana γ > 0. Karena γ dapat berupa angka riil positif berapa pun, secara matematis agar bermanfaat dalam menganalisis implikasi model tersebut adalah dengan menetapkan nilai γ = 1/ L, sehingga: Y/L = F(K/L, 1) .......................................................................... (3.10) atau y = f(k) ...................................................................................... (3.11) Penyederhanaan ini membuat kita hanya berurusan dengan satu variabel dalam fungsi produksi. Misalnya, dalam kasus fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = Akα ......................................................................................... (3.12) Hal ini mencerminkan sebuah cara alternatif mengenai fungsi produksi, di mana segala sesuatu dihitung dalam kuantitas per tenaga kerja. Persamaan di atas menyatakan bahwa output per pekerja adalah fungsi yang tergantung pada jumlah modal per tenaga kerja. Semakin banyak jumlah modal yang harus ditangani masing-masing pekerja, maka semakin banyak pula output yang dapat dihasilkan per pekerja. 83 3.1.3. Model Pertumbuhan Baru Kinerja teori neoklasik yang tidak memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang telah menyebabkan kekecewaan yang meluas terhadap teori pertumbuhan tradisional. Bahkan, menurut teori tradisional, tidak terdapat karakteristik intrinsik dari perekonomian yang dapat menyebabkannya tumbuh dalam jangka panjang. Sebaliknya, literatur tersebut malah membahas proses dinamis yang membuat rasio modal-tenaga kerja mendekati tingkat keseimbangan jangka panjang. Jika tidak ada “guncangan” eksternal atau perubahan teknologi, yang tidak dijelaskan dalam model neoklasik, semua perekonomian akan menuju kepada pertumbuhan nol. Oleh karena itu, peningkatan GNP per kapita dianggap merupakan fenomena sementara saja, yang bersumber dari perubahan teknologi atau proses penyeimbangan jangka pendek selama perekonomian mendekati keseimbangan jangka panjangnya. Tidak mengherankan, teori ini gagal memberikan penjelasan yang memuaskan atas terjadinya pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dengan kecepatan yang luar biasa konsisten di seluruh dunia. Setiap peningkatan GNP yang bukan berasal dari penyesuaian jangka pendek dalam cadangan tenaga kerja maupun modal, dianggap bersumber dari kategori ketiga, yaitu yang biasa disebut sebagai residu Solow (Solow residual). Residu ini, tidak seperti namanya, bertanggung jawab atas sekitar 50 persen pertumbuhan yang terjadi di banyak negara industri. Dengan kata lain, teori neoklasik menyebutkan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi (Todaro dan Smith, 2004). 84 Meskipun hal ini mungkin terjadi, pendekatan ini paling tidak mempunyai dua kelemahan. Pertama, dengan menggunakan kerangka neoklasik, adalah tidak mungkin untuk menganalisis penentu kemajuan teknologi karena kemajuan tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan keputusan yang dibuat oleh berbagai lembaga ekonomi. Dan kedua, teori tersebut gagal menjelaskan besarnya perbedaan residu yang terdapat di antara negara yang mempunyai teknologi yang serupa. Dengan kata lain, keyakinan yang besar ditempatkan pada proses eksternal yang kurang dipahami, dan kurang didukung oleh teori maupun bukti empiris. Menurut teori neoklasik, rasio modal-tenaga kerja yang rendah pada negara-negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang luar biasa tinggi, bahkan setelah menerapkan liberalisasi dalam perdagangan dan pasar domestik, banyak negara berkembang yang tidak tumbuh atau hanya tumbuh sedikit dan gagal menarik investasi asing, atau gagal mencegah larinya modal domestik ke luar negeri. Perilaku aliran modal negara-negara berkembang yang aneh (dari negara miskin ke negara kaya) turut memicu munculnya konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) yang lebih sederhana kita kenal dengan teori pertumbuhan baru (new growth theory). Teori pertumbuhan baru tersebut memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persisten, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Berlawanan dengan teori neoklasik tradisional, model-model ini menganggap bahwa pertumbuhan GNP merupakan konsekuensi alamiah dari keseimbangan jangka panjang. 85 Motivasi utama dari teori pertumbuhan baru ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antarnegara maupun faktor-faktor yang memberi proporsi lebih besar dalam pertumbuhan yang diobservasi. Teori pertumbuhan endogen berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan GDP yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam perhitungan teori pertumbuhan neoklasik Solow (residual Solow). Model pertumbuhan endogen mempunyai kemiripan struktural dengan model neoklasik, namun sangat berbeda dalam hal asumsi yang mendasarinya dan kesimpulan yang ditarik darinya. Perbedaan teoritis yang paling signifikan berasal dari dikeluarkannya asumsi neoklasik tentang hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal, memberikan peluang terjadinya skala hasil yang semakin meningkat (increasing returns to scale) dalam produksi agregat, dan sering kali berfokus pada peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal. Dengan mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumberdaya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasil yang semakin menurun yang alamiah, teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan keberadaan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antarnegara. Dan karena teknologi masih memainkan peran penting dalam model-model ini, tidak ada perlunya lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang. Dalam membandingkan teori pertumbuhan (endogen) yang baru dengan teori neoklasik tradisional, sangat bermanfaat jika kita mengetahui bahwa banyak teori pertumbuhan endogen yang dapat dinyatakan oleh persamaan sederhana, 86 yaitu Y = AK, seperti yang terdapat dalam model Harrod-Domar. Dalam formulasi ini, A dianggap mewakili semua faktor yang mempengaruhi teknologi, dan K mencerminkan modal fisik dan sumberdaya manusia. Namun perhatikan bahwa dalam rumus ini tidak terdapat hasil yang semakin menurun atas modal; sehingga terdapat kemungkinan bahwa investasi dalam modal fisik dan sumberdaya manusia dapat menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang melebihi keuntungan pribadi dalam jumlah yang cukup untuk membalikkan efek hasil yang semakin berkurang. Hasil akhirnya adalah pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan, sebuah hasil yang ditabukan oleh teori pertumbuhan neoklasik tradisional. Sehingga meskipun teori pertumbuhan baru tersebut menekankan kembali pentingnya tabungan dan investasi modal manusia untuk mempercepat pertumbuhan, teori ini juga membawa beberapa implikasi pertumbuhan yang sama sekali berlawanan dengan teori tradisional. Pertama, tidak terdapat kekuatan yang mengarahkan terciptanya persamaan tingkat pertumbuhan antarnegara yang perekonomiannya tertutup; tingkat pertumbuhan nasional tetap konstan dan berbeda antarnegara tergantung pada tingkat tabungan nasional dan tingkat teknologinya. Selanjutnya, tidak terdapat kecenderungan bahwa tingkat pendapatan per kapita di negaranegara yang miskin modal akan menyamai tingkat pendapatan per kapita di negara-negara kaya meskipun tingkat pertumbuhan tabungan dan tingkat pertumbuhan populasinya serupa. Konsekuensi serius dari fakta ini adalah bahwa resesi yang berlangsung sementara atau lama di sebuah negara dapat menyebabkan semakin melebarnya jurang pendapatan yang permanen di dalam negara tersebut dan dengan negara- 87 negara lain yang lebih kaya. Namun mungkin aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang dengan cepat dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer (complementary investments) dalam sumberdaya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan (R&D). Pada gilirannya, negaranegara miskin kurang mendapat manfaat dari luasnya keuntungan sosial yang terkait dengan setiap alternatif bentuk pengeluaran modal ini. Karena para individu tidak menerima keuntungan pribadi dari eksternalitas positif yang tercipta dari investasi mereka sendiri, pasar bebas menyebabkan akumulasi modal komplementer menjadi lebih sedikit daripada tingkat optimalnya (Todaro and Smith, 2004). Karena investasi komplementer menghasilkan manfaat sosial maupun pribadi, pemerintah dapat memperbaiki efisiensi alokasi sumberdayanya. Pemerintah dapat melakukannya dengan menyediakan barang-barang publik atau mendorong investasi swasta dalam industri-industri yang padat pengetahuan (knowledge-intensive industries) di mana sumberdaya manusia dapat diakumulasikan dan akhirnya diperoleh skala hasil yang semakin meningkat. Tidak seperti model Solow, model teori pertumbuhan baru menganggap perubahan teknologi sebagai sebuah hasil endogen dari investasi publik dan swasta dalam sumberdaya manusia dan industri padat pengetahuan. Sehingga, 88 berlawanan dengan contoh teori kontra revolusi neoklasik, model pertumbuhan endogen mendorong peran aktif kebijakan publik dalam merangsang pembangunan ekonomi melalui investasi langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sumberdaya manusia dan mendorong investasi swasta asing dalam berbagai industri padat pengetahuan seperti industri perangkat lunak komputer dan telekomunikasi. 3.1.4. Model Human Capital dan Pertumbuhan Model ini merupakan pegembangan dari model Solow. Dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa output merupakan fungsi dari kapital (K), stok human capital (H), dan jumlah tenaga kerja (L). Fungsi produksi tersebut adalah (Romer, 1996): Y(t) = K(t)α H (t)β [A(t)L(t)]1 - α - β, ............................................... (3.13) Dimana α > 0, β > 0 dan α + β < 1. H adalah stok human capital, L merupakan jumlah pekerja, sehingga keahlian tenaga kerja disediakan dari 1 unit L dan beberapa jumlah H. Persamaan di atas mengimplikasikan bahwa constant return to scale terhadap K, H dan L secara bersama-sama. Dengan membuat asumsi tentang dinamika K dan L, maka : K& (t ) = s K Y (t ) ............................................................................. (3.14) dan L& (t ) = nL(t ) .................................................................................. (3.15) Dimana sK adalah fraksi dari output dari physical capital accumulation, untuk penyederhaan diasumsikan tidak ada depresiasi. Selanjutnya model Solow diasumsikan constant dan kemajuan teknologi eksogen, maka : 89 A& (t ) = gA(t ) .................................................................................... (3.16) Dan persamaan yang terakhir untuk penyederhaan, human capital accumulation di modelkan dengan cara yang sama dengan physical capital accumulation, sebagai berikut : H& (t ) = s H Y (t ) ................................................................................. (3.17) Dimana sH adalah fraksi sumberdaya dari human capital accumulation. Model ini dapat digeneralisasi dalam beberapa cara tanpa mempengaruhi maknanya. Fungsi Cobb-Douglas dapat digantikan dengan fungsi produksi umum sebagai berikut : Y = F (K, H, AL) ............................................................................ (3.18) Persamaan diatas menyatakan bahwa output suatu perekonomian merupakan fungsi dari kapital, human capital, produktivitas tenaga kerja. Menurut Park (1995), human capital dapat diartikan sebagai spesialisasi keahlian yang disediakan oleh tenaga kerja yang dapat diperoleh dengan mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan dan kesehatan. Alokasi pendapatan dalam hal ini adalah pengeluaran pemerintah untuk investasi pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan dapat digunakan sebagai instrumen dalam meningkatkan human capital. 3.2. Konsep Keseimbangan Umum Dalam suatu perekonomian terdapat berbagai macam pasar saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga perubahan pada satu pasar akan mempengaruhi pasar lainnya. Keseimbangan umum akan tercapai bila permintaan dan penawaran masing-masing pasar berada dalam keseimbangan. 90 Pembentukan model ekonomi yang menggambarkan suatu perekonomian dimana semua pasarnya berada dalam keseimbangan disebut dengan pendekatan Computable General Equilibrium (CGE). Dalam model CGE terdapat sekumpulan fungsi permintaan dan penawaran, yang mencakup pasar komoditi maupun faktor produksi (Horrison, 1997). Disamping itu model CGE juga terdapat himpunan persamaan yang menentukan arus pendapatan dari setip pelaku di dalam perekonomian. Model keseimbangan umum dipelopori dan dikembangkan oleh sejumlah tokoh ahli ekonomi antara lain Leontif, Manne, Johansen, Adelman, Shoven dan Whalley (Dixon, et el., 1992). Mereka menyebutkan bahwa model ekonomi keseimbangan umum dapat digunakan untuk menganalisis dampak dari suatu kebijakan secara kuantitatif. Kebijakan yang dianalisis dapat berupa kebijakan pajak, hambatan perdagangan, perubahan pengeluaran pemerintah, harga komoditi, teknologi dan kebijakan di bidang lingkungan. Efek dari kebijakan tersebut dapat dianalisis pada tingkat industri, jenis pekerjaan, rumah tangga, pemerintah dan wilayah dan berbagai variabel makroekonomi lainnya seperti tingkat pertumbuhan tingkat inflasi, neraca perdagangan, investasi dan sebagainya. Dixon, et al (1992) menyatakan bahwa model keseimbangan ekonomi umum memandang perekonomian sebagai suatu sistem yang lengkap. Model ini tidak hanya dapat dibangun pada tingkat agregat, tetapi dapat pula dibangun dengan mempertimbangkan level mikro secara lebih detail, dimana terdapat ketergantungan yang eksplisit diantara komponen-komponen ekonomi: antar industri, rumah tangga, investor, pemerintah, importir, dan eksportir dan antara 91 pasar yang berbeda. Keseimbangan umum akan tercapai apabila perekonomian diasumsikan berada pada kondisi pasar persaingan sempurna (PPS), dimana tidak ada skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale). Lebih lanjut Gilig dan Carl (2002) menyatakan bahwa disamping asumsi tersebut, terdapat beberapa asumsi lain dari suatu model CGE, yaitu: (1) pada pasar komoditi dan pasar input, total permintaan sama dengan total penawaran, (2) pada tingkat harga keseimbangan keuntungan perusahaan sama dengan nol, (3) pendapatan rumah tangga sama dengan pengeluaran rumah tangga, dan (4) penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah. Pada model keseimbangan umum berlaku hukum Walras (Henderson dan Quant, 1980). Walras menyatakan bahwa semua harga dan kuantitas barang di semua pasar ditentukan secara simultan melalui proses interaksi satu dengan yang lainnya. Keseimbangan umum tercapai bila nilai dari excess demand selalu sama dengan nol pada semua vektor harga. Keseimbangan umum dalam struktur pasar persaingan sempurna menjamin tercapainya kondisi efisiensi pareto. Kondisi efisiensi pareto yang tercapai dalam pasar persaingan sempurna juga diperkuat oleh hasil penelitian Ono dan Maeda (2002), menyatakan bahwa kondisi pereto optimal hanya akan tercapai jika pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna. Efisiensi Pareto adalah kondisi dimana satu pihak tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan pihak-pihak lainnya. Dengan kata lain pareto optimum dapat didefinsiskan sebagai suatu kondisi dimana tidak mungkin membuat salah seorang menjadi lebih baik (better-off) tanpa membuat orang lain menjadi lebih buruk (wose-off) (Just, et al, 1982). 92 Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi optimal pareto dalam keseimbagan umum, yaitu: 1. Keseimbangan dalam konsumsi (pertukaran), tercapai jika tingkat substitusi marginal (MRS) untuk kedua barang adalah sama untuk dua individu yang mengkonsumsi barang tersebut. Contoh kasus, dua barang (q1 dan q2) dua individu A dan B, dapat dituliskan sebagai berikut: MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 artinya bahwa tingkat subsitusi marginal individu A dalam mengkonsumsi barang q1 dan q2 harus dengan tingkat substitusi individu B dalam mengkonsumsi barang q1 dan q2. 2. Keseimbangan produksi, tercapai jika tingkat subsitusi teknik marginal (MRTS) untuk pasangan input adalah sama bagi produksi dua barang yang menggunakan kedua input tersebut. Contoh kasus, dua input (L dan K) dan dua individu A dan dua barang Q1 dan Q2, dapat dituliskan sebagai berikut: q1 q2 MRTS LK = MRTS LK artinya bahwa tingkat subsitusi teknis marginal input L dan K dalam memproduksi barang Q1 harus sama dengan tingkat substitusi teknis marginal input L dan K dalam memproduksi barang Q2. 3. Kesimbangan secara serentak atau keseimbangan secara simultan di sektor konsumsi dan produksi, terjadi apabila: MRPTq1q 2 = MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 dimana, MRPT adalah marginal rate of product transformation (tingkat transformasi marginal) antara komodit Q1 dan Q2. 93 Berikut ini akan dijelaskan masing-masing efisiensi khusus untuk contoh kasus dimana dua konsumen, dua faktor dan dua komoditi dengan menggunakan diagram kotak Edgeworth Bowley Box. 3.2.1. Keseimbangan Konsumsi Keseimbangan pasar di sektor konsumsi adalah kondisi di mana konsumen mencapai kepuasan maksimum dengan kendala pendapatan. Secara grafis keseimbangan sektor konsumsi dapat dilihat pada Gambar 1. q2 OB b U 2A a A U 2B U1 U 1B OA q1 Gambar 1. Edgeworth Bowley Box pada Kasus Keseimbangan Konsumsi UA menggambarkan kurva indeferen individu A dan UB menggambarkan kurva indeferen individu B. Secara grafis terlihat bahwa semakin jauh dari titik origin individu maka tingkat kepuasan yang diperoleh semakin tinggi. Disepanjang garis OA sampai dengan OB yang dihubungkan oleh titik a dan b disebut contract curve yang dibangun dengan menghubungkan seluruh titik 94 tangen antara kurva indifferent individu A dan B. Semua titik pada garis ini, kedua konsumen memiliki kurva indiferen dengan slope yang sama atau dengan kata lain kedua konsumen memiliki marginal rate of substitutional (MRS) untuk barang q1 dan q2 adalah sama. Dalam kasus pertukaran murni (pure exchange) titik pada contract curve disebut pareto optimum. Pareto optimal mengimplikasikan bahwa marginal rate of substitusional (MRS) antar dua barang adalah sama untuk seluruh konsumen. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 Secara teoritis kepuasan maksimum konsumen A atau B tercapai pada saat MRS antar dua komoditi sama dengan harga relatifnya. Asumsikan bahwa p1 adalah harga komoditi q1 dan p2 adalah harga q2, secara matematis kepuasan konsumen dapat dibuktikan sebagai berikut : Fungsi kepuasan U = f (q1, q2,) dan I Maksimumkan = Pendapatan U = f (q1, q2) dengan kendala I = p1q1 + p2q2 γ = f (q1, q2) + λ ( I – p1q1 – p2q2) MU 1 ∂γ = MU 1 − λ p1 = 0 atau λ = ∂q1 p1 …………………………. (3.19) MU 2 ∂γ = MU 2 − λ p 2 = 0 atau λ = ∂q 2 p2 ………………………… (3.20) ∂γ = I − p1 q1 − p 2 q 2 = 0 ∂λ ………………………………………… (3.21) Dari persamaan (3.19) dan (3.20) kita akan menghasilkan: MU 1 p = 1 MU 2 p 2 ……………………………………………………… (3.22) 95 Dengan melakukan diferensiasi total disepanjang kurva indiferen, dimana kita ketahui bahwa konsumen memaksimum U=f (q1, q2) maka kita akan memperoleh persamaan (3.23) berikut: dU = ∂U ∂U dq1 + dq 2 = 0 ∂q1 ∂q 2 MU 1 dq1 + MU 2 dq 2 = 0 MU 1 dq = − 2 = MRS q1q 2 MU 2 dq1 …………………………………………. (3.23) Dari persamaan (3.22) dan (3.23) terbukti bahwa MRS q1q 2 = p1 p2 3.2.2. Keseimbangan Produksi Secara teoritis dalam teori produksi dinyatakan bahwa produsen berada dalam keseimbangan jika MRTS LK = w1 , dimana w1 adalah harga faktor L dan w2 w2 adalah harga faktor K. Asumsi pada kasus dua perusahaan yang menghasilkan produk yang berbeda yaitu q1 dan q2, untuk melihat keseimbangan yang terjadi dapat dijelaskan melalui Edgeworth Bowley Box seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 keseimbangan simultan antara dua produk q1 dan q2 tercapai pada suatu isoquant q1 bersinggungan dengan isoquant q2 pada berbagai tingkat output. Titik-titik singgung tersebut membentuk kurva yang disebut contract curve (CC). Tingkat output yang diproduksi ditentukan oleh rasio harga faktor. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: q1 q2 MRTS LK = MRTS LK = w1 w2 ……………………………………………… (3.24) 96 Formula di atas merupakan keseimbangan umum sektor produksi, yang dicapai pada saat marginal rate of technical substitution (MRTS) untuk semua jenis output adalah sama. Jika harga faktor diketahui maka jumlah output q1 dan q2 yang harus diproduksi agar keuntungan maksimum dapat ditentukan. Oq2 K q12 q 12 q11 q 22 Oq1 L Gambar 2. Edgeworth Bowley Box pada Kasus Keseimbangan Produksi Pada Gambar 2, tingkat output q1 dan q2 yang diproduksi perusahaan harus sama sesuai dengan permintaan konsumen terhadap barang q1 dan q2. Permintaan konsumen ditentukan oleh harga relatif p1 dan p2. Untuk menyesuaikan penawaran dan permintaan diperlukan konsep kurva kemungkinan produksi (Production Possibility Curve, PPC). PPC diderivasi dari contract curve yang terbentuk di dalam kotak Edgewotrh. PPC adalah kumpulan titik-titik yang menggambarkan transformasi dari suatu produk menjadi produk lain melalui alokasi faktor produksi. Slope kurva PPC disebut sebagai Maginal Rate of Product Transformation, MRPT. Daerah 97 batas PPC memperlihatkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L yang efisien untuk menghasilkan output q1 dan q2. Slope PPC memperlihatkan bagaimana output q1 dapat tukarkan terhadap output q2 dengan tetap menggunakan sejumlah sumberdaya (input) yang sama. 3.2.3. Keseimbangan Konsumsi dan Produksi Pareto optimal pada produksi dan sektor konsumsi (mix product) mengimplikasikan bahwa marginal rate of transformation product harus sama dengan marginal rate of substitution untuk semua konsumen, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MRPTq1q 2 = MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 ……………………………….. (3.25) MRPT menunjukkan bagaimana suatu produk ditransformasikan menjadi produk lain, dan MRS menunjukkan sejauhmana konsumen bersedia mempertukarkan suatu komoditi dengan komoditi lainnya. Keseimbangan terjadi jika rencana produksi sesuai dengan rencana konsumsi. Keseimbangan ditunjukkan pada Gambar 3. Pengertian ekonomi dari keseimbangan total ini adalah bahwa kombinasi output q1 dan q2 harus optimal baik dari sudut produsen maupun dari sudut konsumen. Sedemikian rupa sehingga keseimbangan secara keseluruhan harus terpenuhi dengan adanya keseimbangan alokasi pada sektor produksi dan konsumsi, yang dilakukan melalui mekanisme harga pasar persaingan sempurna, sehingga akan tercapai efisiensi dalam perekonomian. Keseimbangan ini akan tercapai jika tiga kondisi ini terpenuhi, yaitu: (1) MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 , (2) q1 q2 MRTS LK = MRTS LK dan (3) MRTq1q 2 = MRS qA1q 2 = MRS qB1q 2 . 98 0Q2 ∆q *2 slope P ∆q1* E1 q 12 q 2* E* C P q11 q1* p p q1* q *2 E2 q 22 0 =− C* q12 U U* 0Q1 Gambar 3. Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa rasio harga awal perusahaan akan memproduksi q11 dan q 12 . Kendala anggaran masyarakat ditunjukkan oleh garis C. Dengan kendala anggara tersebut, maka individu meminta q1 sebesar q12 dan q2 sebesar q 22 . Pada titik E2 rasio harga Pq1/Pq2 sama besarnya dengan rasio MUq1/MUq2 sehingga konsumen mencapai utilitas maksimum. Pada titik E2 belum tercapai keseimbangan umum karena terdapat kelebihan permintaan barang q1 sebesar q12 − q11 dan kelebihan penawaran barang q2 sebesar q 12 − q 22 . Kelebihan permintaan pada q1 mengakibatkan harga naik, P1 naik, sedangkan kelebihan penawaran q2 menyebabkan harganya turun, P2 turun. Bekerjanya mekanisme pasar tersebut akan menggerakkan rasio harga Pq1/Pq2 naik sehingga kurva C bergeser ke C*. Pada tingkat harga ini, kendala anggaran masyarakat menjadi C*. Dengan kendala anggara seperti tersebut, maka jumlah barang q1 yang diminta adalah q1* dan jumlah barang q2 adalah q 2* . Dalam kondisi tersebut, tidak terjadi kelebihan permintaan maupun kelebihan penawaran, sehingga titik keseimbangan berada titik E*. 99 3.3. Kerangka Pemikiran Dalam model Solow (1956) dinyatakan bahwa setiap peningkatan GNP yang bukan berasal dari penyesuaian jangka pendek dalam tenaga kerja maupun modal, dianggap bersumber dari kategori ketiga, yaitu yang disebut Solow residual. Teknologi dianggap sebagai sesuatu yang eksogen, sedangkan dalam model pertumbuhan baru, faktor teknologi bersifat endogen. Model pertumbuhan baru yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) pada dasarnya merupakan pengembangan dari model Solow (1956), yang mengungkapkan bahwa peranan kapital, termasuk modal manusia (human capital) lebih besar daripada apa yang diukur oleh pertumbuhan Solow. Ide dasar dari model pertumbuhan baru tersebut adalah bahwa investasi kapital, baik itu dalam mesin maupun dalam manusia, akan menciptakan eksternalitas positif (positive externalities) yang membantu perekonomian menghindar dari diminishing return to capital. Singkatnya, dalam model pertumbuhan baru, inovasi teknologi dan pembentukan modal manusia dilihat sebagai sumber utama dari pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan produktivitas itu sendiri pada gilirannya merupakan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Salah satu hal yang ditekankan dalam model pertumbuhan baru adalah pentingnya peranan pemerintah, hal mana tidak ditekankan dalam model Solow. Menurut model pertumbuhan baru, kebijakan pemerintah terutama dalam meningkatkan infrastruktur, membangun modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan. Barro (1997) konsep modal di dalam model yang baku dapat diperluas meliputi human capital dalam wujud pendidikan, pengalaman, dan kesehatan. 100 Persoalannya adalah bagaimana masyarakat miskin akan memperoleh pendidikan dan kesehatan yang baik, tentu saja hal ini diperlukan kebijakan pemerintah seperti yang ditekankan dalam model pertumbuhan baru. Pada dasarnya pemerintah dapat mempengaruhi distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui instrumen kebijakan fiskal. Berikut akan diuraikan bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia. 3.3.1. Peranan Pemerintah dalam Menurunkan Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan persoalan yang krusial bagi setiap negara, sehingga pemerintah di masing-masing negara berusaha untuk mengurangi persoalan tersebut melalui intrumen fiskal pemerintah. Skema instrumen fiskal yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah Indonesia ditampilkan pada Gambar 4. Dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat dihasilkan dari dua sumber, yaitu domestik dan pinjaman luar negeri. Penerimaan dari dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk, tetapi dalam hal ini hanya dibatasi pada pinjaman luar negeri untuk publik. Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan kemiskinan dan redistribusi pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrumen alokasi anggaran pemerintah, yaitu (1) subsidi langsung atau subsidi individu yang ditargetkan pada rumahtangga berpendapatan rendah, (2) subsidi harga, subsidi yang dialokasikan untuk komoditi yang digunakan oleh rumahtangga menjadi lebih murah terutama untuk kebutuhan pokok, dan (3) pengeluaran langsung pemerintah terhadap 101 pelayanan publik dan infrastruktur, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga yang berpendapatan rendah. Growth lambat: penyesuaian Pajak Produksi Pajak Pendapatan Work-leisure Preferences switch Pajak Penjualan Pinjaman Luar Anggaran Pemerintah Transfer Penyesuaian Pendapatan Susbsidi Tekanan pada Inflasi Penyesuaian Harga Penyesuaian di dalam Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran Pembangunan Terutama untuk Kesehatan dan pendidikan Gambar 4. Æ Distribusi Pendapatan Æ Kemiskinan Mekanisme Transmisi Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Dengan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Romer dan Lucas, maka fokus kajian ini lebih ditekankan pada pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Dalam penelitian ini, instrumen pengeluaran pemerintah untuk investasi pendidikan dan kesehatan yang akan mewakili investasi di dalam modal manusia. Untuk mengetahui apakah investasi sumberdaya manusia efektif dalam mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan, instrumen transfer pendapatan ke rumahtangga oleh pemerintah juga akan dianalisis sebagai pembanding. 102 3.3.2. Kerangka Operasional Untuk menjawab tujuan penelitian ini, digunakan sebuah model CGE yang diadopsi dari model INDOF (Oktaviani, (2000), selanjutnya model INDOF dimodifikasi dengan menambah persamaan fiskal yang diadopsi dari model CGE WAYANG (Wittwer, 1999). Model CGE dikombinasikan dengan metode pengukuran Beta Distribution Function (Decaluwe, 1999); Agenor, et.al (2003) dan metode Foster-Greer-Thorbecke seperti yang dilakukan Cockburn (2001). Karena di dalam model INDOF dan WAYANG, investasi sumberdaya manusia tidak dinyatakan secara eksplisit dan pengeluaran pemerintah tidak didisagregasi berdasarkan sektor, maka digunakan pendekatan ekonometrik dengan tujuan untuk menduga pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja diproxy oleh output per effective labor. Secara ringkas, kerangka operasional penelitian disajikan pada pada Gambar 5. Perubahan produktivitas Tenaga kerja sektoral Model Ekonometrika Investasi Sumberdaya Manusia Perubahan Pendapatan RT Model INDOF dan WAYANG Foster-GreerThorbecke (FGT) Beta Distributin Function Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Distribusi Pendapatan Rumahtangga Gambar 5. Kerangkan Operasional Penelitian 103 Hasil simulasi perubahan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan dari model ekonometrik, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam model CGE. Salah satu yang dihasilkan dari model CGE adalah perubahan tingkat pendapatan rumahtangga. Perubahan tingkat pendapatan rumahtangga tersebut selanjutnya dijadikan sebagai input untuk mengevaluasi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan menggunakan metode Beta Distribution Function Foster- Greer-Thorbecke. Acuan dasar dalam memilih metode dan ukuran dari penelitian tersebut lebih berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan penelitian ini. Contoh seperti Decaluwe (1999) dan Agenor, (2003) telah memasukkan unsur beta distribution atau beta density distribution function sebagai suatu proxy ketimpangan pendapatan, Cockburn, (2001) memasukkan metode pengukuran FGT sebagai ukuran kemiskinan, model WAYANG telah memasukkan unsur persamaan fiskal, sedangkan model INDOF telah mengembangkan model CGE menjadi yang bersifat semi dinamis.