SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI INSTALASI RADIOMETALURGI Endang Sukesi I, Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN Gedung 20 - Kawasan Puspiptek - Serpong 15310 ABSTRAK ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI INSTALASI RADIOMETALURGI. Analisis timbulnya alarm palsu pada sistem deteksi kebakaran di Instalasi Radiometalurgi (IRM), telah dilakukan. Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 102 zona, masing-masing terdapat satu atau lebih detektor, yang dioperasikan pada tegangan yang ditetapkan antara 20,4 V - 26,4 V. Sistem deteksi kebakaran IRM tersebut sering timbul bunyi alarm palsu seperti yang terjadi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing-masing terdiri dari rangkaian detektor asap ionisasi yang dipasang di beberapa ruangan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis, dengan tujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya alarm palsu. Metoda yang digunakan adalah melakukan pengukuran tegangan operasi pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Selanjutnya, diukur jumlah partikulat udara diameter 1 mikron. Disamping itu, diukur juga jumlah partikulat asap diameter 1 mikron, sebagai pembanding tingkat kebersihan udara di dalam ruangan. Pada zona 1; 13; 41 dan 101 dimana sering timbul alarm palsu yang dipasang detektor asap. Sebagai pembanding, dilakukan juga analisis pada zona normal (15 dan 61) yang dipasang detektor asap. Hasil pengukuran tegangan operasi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing masing (22,76 ± 0,05) V; (23,12 ± 0,03) V; (22,92 ± 0,06) V; dan (22,86 ± 0,04) V. Tegangan operasi pada zona normal (15 dan 61), masing-masing (23,95 ± 0,04) V dan (23,93 ± 0,03) V. Tegangan operasi pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101, yaitu ISO Class 8 dan 9. Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61), yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Debu di dalam ruangan, dapat mengurangi aliran listrik didalam daerah ionisasi, sehingga tegangan operasi dari detektor ionisasi menjadi berkurang. Apabila tegangan operasi detektor ionisasi kurang dari 20,4 V akan menimbulkan bunyi alarm tanda terjadi kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa, debu yang masuk ke daerah ionisasi di dalam detektor, dapat menimbulkan alarm palsu. Kata kunci : alarm palsu, detektor asap, tegangan operasi, tingkat kebersihan udara ABSTRACT ANALYSIS OF FALSE ALARM INCIDENCE ON RADIOMETALURGY INSTALLATION FIRE DETECTION SYSTEM. Analysis of false alarm incidence on Radiometalurgy Installation (IRM) fire detection system, has been done. IRM fire detection system consists of 102 zones, each with one or more detectors, which operated at the specified voltage between 20.4 V - 26.4 V. IRM fire detection systems are often arises as a false alarm occurred in zone 1; 13; 41 and 101, each consisting of a series of ionization smoke detectors are installed in several rooms. Therefore, the analysis needs to be done, in order to determine the causes of false alarms. The method used is to measure the operating voltage on the zone where there is a false alarm, and the normal zone for comparison. Furthermore, the measured amount of airborne particulates diameter of 1 micron. In addition, also measured the amount of smoke particulates diameter of 1 micron, as a comparison of the level of cleanliness of the air in the room. In zone 1; 13; 41 and 101 which often arise false alarm installed smoke detectors. For comparison, the analysis was also performed on the normal zone (15 and 61) are mounted smoke detectors. The measurement results of smoke detectors operating voltage in zone 1; 13; 41 and 101, respectively (22.76 ± 0.05); (23.12 ± 0.03) V; (22.92 ± 0.06) V and (22.86 ± 0.04) V. Smoke detectors operating voltage in the normal zone (15 and 61), respectively (23.95 ± 0.04) V and (23.93 ± 0.03) V. Operating voltage in zone 15 and zone 61 is better than 1; 13; 41 and 101. The level of cleanliness of air in zone 1; 13; 41 and 101, the ISO Class 8 and 9. The level of clean air in the normal zone (15 and 61), which is an ISO Class 7. The level of cleanliness of air in zone 15 and zone 61 is better than 1; 13; 41 and 101. Dust in the room, can reduce the flow of electricity within the region STTN-BATAN & PTAPB BATAN 114 Endang Sukesih, dkk SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 ionization, so that the operating voltage of the ionization detector is reduced. If the operating voltage ionization detector less than 20.4 V will cause the alarm to alert the fire. It is concluded that, dust entering the ionization region in the detector, can cause false alarm. Keywords: false alarm, smoke detectors, operating voltage, The level of cleanliness of air PENDAHULUAN Instalasi Radiometalurgi (IRM) merupakan fasilitatas nuklir yang berfungsi untuk kegiatan uji pasca irradiasi dan komponen reaktor lainnya. Dalam kegiatan tersebut digunakan bahan yang dapat menimbulkan potensi bahaya, berupa: radiasi /kontaminasi; bahan beracun maupun kebakaran. Bahaya kebakaran di IRM potensi terjadinya dapat dimana saja bila ada pemicunya seperti bahan yang mudah/dapat terbakar, adanya oksigen dan panas/api yang berlebihan. IRM dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran yang dipasang di dalam laboratorium dan ruangan perkantoran. Perawatan sistem deteksi kebakaran IRM diperlukan, agar sistem beroperasi secara normal. Perawatan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pemeliharaan reguler terhadap sistem deteksi kebakaran tersebut. Detektor yang digunakan di IRM adalah Detektor asap dan Detektor panas dengan tipe sebagai berikut [1]: 1. Nohmi FDS240 (Smoke Detector) 2. Nohmi FDK246 (Smoke Detector) 3. Nohmi FDP219 (Heat Detector) Detektor tersebut dipasang pada setiap ruangan, yang dikoneksikan sesuai dengan zona yang ditentukan. Pada sebagian besar ruangan ditambahkan lampu indikator ruangan di luar ruangan, yang akan menyala jika detektor di dalam ruangan mendeteksi adanya kebakaran. Resistor 10 kΩ harus terhubung pada akhir dari rangkaian, agar Panel Deteksi Kebakaran (PDK) tidak akan memberikan sinyal gangguan. Detektor kebakaran IRM adalah detektor asap dan detektor panas yang terpasang pada setiap ruang di lantai basement, 1, 2, 3 dan gedung Media Energy Supply (MES). Detektor asap yang terpasang di ruangan laboratorium adalah tipe sensor ionisasi, sedangkan detektor panas terpasang di ruangan perkantoran. Sistem alarm kebakaran IRM terdiri dari 2 PDK, masing-masing terdiri dari 2 controller. Masukan Tegangan dari zona 1-30 diterima oleh controller 1, sedangkan controller 2 dari zona 31-60, controller 3 dari zona 61-90 dan Controller 4 dari zona 91102. Indikasi adanya kebakaran dengan mengirim Tegangan tersebut ke PDK untuk diolah, hasilnya dilaporkan ke Panel Annunciator berupa tampilan (display) yang menunjukan dimana zona terjadinya kebakaran (Gambar 1). Gambar 1. Sistem Deteksi Kebakaran Gedung IRM[1]. Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 102 zona, masing-masing terdapat satu atau lebih detektor, yang dioperasikan pada tegangan yang ditetapkan antara 20,4 V - 26,4 V [1]. Sistem deteksi kebakaran IRM tersebut sering timbul bunyi alarm palsu seperti yang terjadi pada zona 1; 13; 41 dan 101, masing-masing terdiri dari rangkaian detektor asap ionisasi yang dipasang di beberapa ruangan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis, dengan tujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya alarm palsu. Endang Sukesih, dkk TEORI Sistem deteksi kebakaran bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kebakaran melalui alat pendeteksi, baik secara manual maupun otomatis, pada umumnya terdiri dari: Panel Deteksi Kebakaran dan Detektor kebakaran. PDK berfungsi untuk mengirim Tegangan ke detektor dan memantau Tegangan yang keluar dari detektor. Ada dua macam PDK, yaitu: sistem konvensional dan 115 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 addressable (alamat) [2]. Pada sistem konvensional terdapat 1 atau lebih rangkaian detektor (network) di dalam bangunan atau ruang yang dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau lebih alat deteksi. Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan bahwa network telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci menyatakan di mana masalah sedang terjadi. Sedangkan pada sistem alamat (addressable), alat pemicu Alarm seperti detektor atau Manual Call Point diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat". Alamat ini selalu diprogram berhubungan dengan memori pada PDK dengan informasi antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm diharapkan aktif. Detektor yang paling umum digunakan adalah: detektor panas dan asap. Detektor panas merupakan jenis alat pendeteksian api yang mempunyai tingkat alarm palsu yang paling rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi paling lambat di dalam merespon adanya kebakaran. Detektor panas dirancang untuk merasakan suatu perubahan suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika timbul panas. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif Americium (Am-241) yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. Americium (Am-241) pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda, memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik [3]. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon untuk mengaktifkan bunyi alarm (Gambar 2)[3]. Gambar 2. Prinsip Operasi Detektor Asap Tipe Ionisasi[3] Di dalam detektor asap tipe fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian rupa, sehingga sumber cahaya tidak akan menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, yang menyebabkan detektor mengaktifkan alarm (Gambar 3)[3]. Gambar 3. Prinsip Operasi Detektor Asap Tipe Fotoelektrik [3] STTN-BATAN & PTAPB BATAN 116 Endang Sukesih, dkk SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Konstanta yang merupakan perbandingan antara tegangan dan kuat arus, oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan yang dimiliki oleh penghantar dan diberi simbol R, sebagai berikut [4] : Ruang bersih adalah ruang yang dipertahankan hampir bebas dari kontaminan seperti: debu atau bakteri, digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dan produksi komponen presisi untuk peralatan elektronik. Kelas untuk ruang bersih menurut standar ISO 14644-1 tentang "Klasifikasi kebersihan udara" didasarkan pada rumus [5,6] : V R atau V = I . R I dengan : V : beda potensial/tegangan penghantar, V I : kuat arur listrik, A R : hambatan penghantar, Ω ujung-ujung Cn = 10N (0.1 / D)2.08 ....................... (1) dengan : Cn = jumlah partikulat per meter kubik maksimum yang diizinkan sama dengan atau lebih besar dari ukuran partikulat yang ditentukan, dibulatkan ke seluruh jumlah. N = adalah kelas ISO, yang harus merupakan kelipatan dari 0,1 dan 9 atau kurang. D = adalah ukuran partikulat dalam micrometer/mikron. Hubungan antara tegangan (V) dengan kuat arus listrik (I), sesuai hukum Ohm dapat dinyatakan dengan diagram V–I. Oleh karena hubungan antara V dengan I linier, maka diagram V–I cendrung berupa garis lurus. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu jaringan. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Kalau kita coba lihat suatu modul peralatan elektronik, di situ hampir pasti ada Resistornya. Biasanya Resistor dipakai dalam: 1. Jaringan pembagi tegangan 2. Jaringan pengurang arus (sesuai fungsi dasarnya) 3. Jaringan filter (sebagai penentu frekuensi cut off) 4. Jaringan penguat dengan op-amp (penentu nilai penguatan) 5. Jaringan pembangkit frekuensi (penentu frekuensi resonansi) Ukuran partikulat kontaminan dan biasanya dijelaskan dalam mikron, unit metrik ukuran di mana satu mikron adalah satu per sejuta meter. Ada 25.400 mikron dalam satu inchi. Mata masih dapat melihat partikulat yang berukuran sekitar 40 mikron. Tingkat kebersihan di laboratorium didefinisikan oleh jumlah partikulat maksimum yang diizinkan dengan ukuran tertentu, per unit volume udara. Tabel 1 menunjukkan kelas kebersihan partikulat udara dan jumlah maksimum yang diizinkan untuk ukuran partikulat partikulat didefinisikan menurut ISO 14644-1[6]. Tabel 1. Kelas Kebersihan Partikulat Di Udara[6] Batas konsentrasi maksimum (partikulat/m3 udara) untuk partikulat sama dengan dan lebih besar dari diameter klasifikasi (N) 0.3 mikron 0.5 mikron 24 10 4 1000 237 102 35 8 ISO class 4 10000 2370 1020 352 83 ISO class 5 100000 23700 10200 3520 832 29 ISO class 6 1000000 237000 102000 35200 8320 293 ISO class 7 352000 83200 2930 ISO class 8 3520000 832000 29300 ISO class 9 35200000 8320000 293000 0.1 mikron 0.2 mikron ISO class 1 10 2 ISO class 2 100 ISO class 3 Debu merupakan salah satu polutan sebagai partikulat di udara (Particulate Matter) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 100 mikron. Partikulat debu akan berada di udara dalam waktu Endang Sukesih, dkk 1 mikron 5 mikron yang relatif lama dalam keadaan melayang di udara, kemudian dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Partikulat ini bervariasi dalam bentuk, ukuran dan komposisi kimia, dan dapat 117 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 terdiri dari berbagai bahan seperti logam, jelaga, tanah, dan debu. Coarse particle merupakan debu dari udara ambient yang berukuran lebih besar dari 2,5 mikron dan biasanya terbentuk dari proses mekanik dan permukaan debu yang tersuspensi. Partikulat berdiameter 10 mikron atau kurang dari 10 mikron didefinisikan sebagai PM10. Partikulat halus yang berdiameter 2,5 mikron atau kurang didefinisikan sebagai PM2,5 (partikulat debu respirable). Berdasarkan proses terbentuk dan ukurannya, partikulat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain[7] : 1. uap: merupakan hasil kondensasi, merupakan partikulat yang berbentuk bola. 2. asap: merupakan partikulat karbon yang sangat halus. 3. debu: merupakan bagian dari aerosol, biasanya berwujud padat dan berbentuk irregular berasal dari udara ambient, biasanya terbentuk dari proses mekanik dan permukaan debu yang tersuspensi. TATA KERJA Metoda yang digunakan adalah melakukan pengukuran tegangan operasi pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Selanjutnya, diukur jumlah partikulat udara diameter 1 mikron pada zona dimana terjadi alarm palsu, dan zona normal sebagai pembanding. Disamping itu, diukur juga jumlah partikulat asap diameter 1 mikron, sebagai pembanding tingkat kebersihan udara di dalam ruangan. Alat yang digunakan adalah Multimeter merek Fluke 179, Alat counter partikulat merek Particle Monitor Instruments model GT – 521 (Gambar 4). Gambar 4. Particle Monitor Instruments Model GT – 521 Cara kerja Pengukuran tegangan operasi dilakukan pada kotak hubung dimana terdapat zona yang akan dianalisis penyebab terjadinya alarm palsu. Langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut: a. tegangan yang keluar dari jaringan (zona) detektor asap diukur pada panel distribusi (FMDF) untuk zona 1, serta kotak hubung 1.L (zona 41 dan 61); 2.L (zona 13 dan 15) dan MES (zona 101). b. setiap pengukuran tegangan dilakukan sebanyak 3 kali, setelah itu hitung reratanya. Pegambilan data untuk pengukuran jumlah partikulat debu di udara dengan diameter 1 mikron. STTN-BATAN & PTAPB BATAN Langkah kerja pemantauan jumlah partikulat dengan GT-521 sebagai berikut : a. batere alat GT-521 diisi (charge) sekitar 15 jam. b. alat GT-521 dihidupkan dengan memasang terlebih dahulu filter HEPA yang tersedia diperangkat alat. Filter HEPA tersebut berfungsi untuk membersihkan udara / partikulat yang berada didalam alat. c. alat GT-521 diatur untuk diameter partikulat 1 mikron dan lama pencuplikan 1 menit, serta besaran satuan partikulat / liter. d. alat GT-521 diatur untuk pengambilan berbatas bawah dan berbatas atas (mode: Difference), kemudian dipasang perangkat ujung pengambilan partikulat. 118 Endang Sukesih, dkk SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 e. pencuplikan udara di titik-titik pengambilan masing-masing sebanyak 3 kali setinggi ± 150 cm. f. data pantauan jumlah partikulat langsung terekam di alat GT-521, kemudian dicatat untuk perhitungan rata-rata dan deviasinya. Disamping itu dilakukan juga pengukuran jumlah partikulat asap dengan diameter 1 mikron dengan cara seperti diatas sebanyak 3 kali, kemudian dihitung juga rata-rata dan deviasinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem deteksi kebakaran IRM terdiri dari 2 PDK, di mana setiap PDK terdiri dari 2 controller. Masukan Tegangan dari zona 1-30 diterima oleh controller 1, sedangkan controller 2 dari zona 3160, controller 3 dari zona 61-90 dan controller 4 dari zona 91-102. Pada zona 1; 13; 41 dan 101 dimana sering timbul alarm palsu, dipasang detektor asap. Sebagai pembanding dilakukan analisis pada zona normal (15 dan 61), yang terpasang detektor asap juga. Detektor asap mendeteksi indikasi adanya kebakaran dengan mengirim Tegangan tersebut ke PDK untuk diolah, hasilnya dilaporkan ke Panel Annunciator berupa tampilan (display) yang menunjukan dimana zona terjadinya kebakaran. Pada akhir setiap jaringan detektor asap (zona) dipasang resistor 10 kΩ, agar tidak ada keluaran Tegangan yang dikirim ke PDK yang dapat mengakibatkan bunyi alarm. Pada jaringan detektor terbuka, dengan adanya resistor maka arus listrik akan bekerja bolak-balik (memutar). Ketika suatu kontak menutup, maka hambatannya akan berkurang dan alarm berbunyi sebagai isyarat adanya gangguan (trouble). Bahan radioaktif Americium (Am-241) pada detektor asap ionisasi memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik, ketika partikel asap masuk ke daerah ionisasi akan menyebabkan pengurangan arus listrik dari tingkat yang ditetapkan. Akibat adanya pengurangan arus listrik, maka detektor merespon dan mengeluarkan sinyal (keluaran tegangan) kepada PDK untuk membunyikan alarm. Hasil pengukuran Tegangan operasi detektor pada zona 1; 13; 41 dan 101 masing-masing (22,76 ± 0,05) V; (23,12 ± 0,03) V; (22,92 ± 0,06) V dan (22,86 ± 0,04) V. Hasil pengukuran Tegangan operasi detektor pada zona 15 dan 61 masingmasing (23,95 ± 0,04) V dan (23,93 ± 0,03) V. Jumlah partikulat per-m3 udara berdiameter 1 Endang Sukesih, dkk mikron pada zona timbulnya alarm palsu, sebagai berikut: a. zona 1 (ruang 312; 315; 316 dan 321), yang tertinggi adalah (8948 ± 26).103 terdapat di ruang 312, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 8 dan 9. b. zona 13 (ruang 202 dan 302), yang tertinggi adalah (1394 ± 16).103 terdapat di ruang 202, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 8 dan 9. c. zona 41 (ruang 121; 137 dan 144), yang tertinggi adalah (4485 ± 25).103 terdapat di ruang 144, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 9. d. zona 101 (ruang M02; M06; M09; M10 dan M12), yang tertinggi adalah (6335 ± 24).103 terdapat di ruang M12, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 9. Jumlah partikulat per-m3 udara berdiameter 1 mikron pada zona normal, sebagai berikut: a. zona 15 (ruang 215 dan 216), yang tertinggi adalah (60 ± 12).103 terdapat di ruang 216, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 7. b. zona 61 (ruang 122; 126 dan 128), yang tertinggi adalah (63 ± 12).103 terdapat di ruang 128, dengan tingkat kebersihan udara ISO Class 7. Sebagai pembanding, jumlah partikulat perm3 asap berdiameter 1 µ adalah (15721 ± 98).103, dengan tingkat kebersihan udaranya termasuk ISO Class 9. Hasil pengukuran tegangan operasi dan tingkat kebersihan udara pada zona timbulnya alarm palsu, dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengukuran tegangan operasi dan tingkat kebersihan udara pada zona normal, dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101 sangat buruk yaitu ISO Class 8 dan 9. Sedangkan Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61) lebih baik, yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara di dalam ruangan berhubungan dengan Detektor asap yang dipasang. Detektor asap, rentan terhadap adanya debu atau kotoran yang masuk ke dalam daerah ionisasi. Adanya debu di dalam daerah ionisasi dapat mengurangi aliran listrik menyebabkan turunnya tegangan operasi detektor, sehingga dapat menimbulkan alarm palsu. 119 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Tabel 2. Tegangan Operasi Dan Tingkat Kebersihan Udara Zona Timbulnya Alarm Palsu Kode kotak hubung/ zona Ruang 312 315 316 321 202 302 121 137 144 M02 M06 M09 M10 M12 FMDF /1 2.L / 13 1.L/ 41 MES / 101 Diameter debu 1 µ di udara Jumlah partikulat Tingkat kebersihan per-m3 3 (8948 ± 26).10 ISO Class 9 (829 ± 28) ).103 ISO Class 8 (716 ± 17).103 ISO Class 8 (598 ± 13) ).103 ISO Class 8 (1394 ± 16).103 ISO Class 9 (423 ± 11).103 ISO Class 8 (1554 ± 17).103 ISO Class 9 (2102 ± 27).103 ISO Class 9 (4485 ± 25).103 ISO Class 9 (4399 ± 25).103 ISO Class 9 (5904 ± 26).103 ISO Class 9 (5534 ± 20).103 ISO Class 9 (5039 ± 23).103 ISO Class 9 (6335 ± 24).103 ISO Class 9 Tegangan operasi detektor, (volt) v 22,76 ± 0,05 23,12 ± 0,03 22,92 ± 0,06 22,86 ± 0,04 Tabel 3. Tegangan Operasi Dan Tingkat Kebersihan Udara Pada Zona Normal Kode kotak hubung/ zona 2.L / 15 1.L / 61 Ruang 215 216 122 126 128 Diameter debu 1 µ di udara Jumlah partikulat Tingkat kebersihan per-m3 3 (58 ± 13).10 ISO Class 7 (60 ± 12).103 ISO Class 7 (53 ± 10).103 ISO Class 7 (61 ± 11).103 ISO Class 7 (63 ± 12).103 ISO Class 7 KESIMPULAN Tegangan operasi pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Tingkat kebersihan udara pada zona 1; 13; 41 dan 101, yaitu ISO Class 8 dan 9. Tingkat kebersihan udara pada zona normal (15 dan 61), yaitu ISO Class 7. Tingkat kebersihan udara pada zona 15 dan 61 lebih baik daripada zona 1; 13; 41 dan 101. Debu di dalam ruangan, dapat mengurangi aliran listrik didalam daerah ionisasi, sehingga tegangan operasi dari detektor ionisasi menjadi berkurang. Apabila tegangan operasi detektor ionisasi kurang dari 20,4 V akan menimbulkan bunyi alarm tanda terjadi kebakaran. Dapat disimpulkan bahwa, debu yang masuk ke daerah ionisasi di dalam detektor, dapat menimbulkan alarm palsu. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, yang telah membantu mulai dari persiapan, pelaksanaan kegiatan serta penyusunan makalah ini. STTN-BATAN & PTAPB BATAN Tegangan operasi detektor, (volt) v 23,95 ± 0,04 23,93 ± 0,03 DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, “Dokumen perbaikan sistem alarm kebakaran IRM (gedung 20)”, Budimas Pundinusa PT., Jakarta, 2005. 2. ANONIM, NATIONAL FIRE PROTECTION ASSOCIATION,”Fire Protection handbook” fifteenth edition, Quincy, Massachusetts, third printing, 1985. 3. ANONIM, U.S. DEPARTEMENT OF LABOR, “Evaluating the workplaceautomatic fire detection systems”, http://www.osha.gov, 2007. 4. ASWAN H., “Resistor”, http:// www.electroniclab.com/i ndex.php, Professional in practical electronics, 2007. 5. ANONIM, IAEA-TECDOC-1339H, “Clean laboratories and clean rooms for analysis of radionuclides and trace elements”, IAEA, Vienna, 2003. 6. ASWAN H., “Resistor”, http:// www.electroniclab.com/i ndex.php, Professional in practical electronics, 2007. 7. ANONIM, IAEA-TECDOC-1339H, “Clean laboratories and clean rooms for analysis of radionuclides and trace elements”, IAEA, Vienna, 2003. 120 Endang Sukesih, dkk SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 8. ANONIM, “Clean room class limits according ISO Standard 14644”, International Organization for Standardization, ISO, Geneva, 2005. 9. RUZER, HARLEY (ed), “Aerosols handbook: measurement, dosimetry and health effects”, CRC press, 2003. TANYA JAWAB Pertanyaan : 1. 2. 3. Apa yang dimaksud alarm palsu? Apakah penelitian sudah dilakukan sampai tahap solusi masalah? Bagaimana sistem kerja alat pengukur partikulat ruangan?(Aditya Rahmandari) Jawaban 1. 2. 3. Bunyi alarm yang terjadi bukan karena terjadi kebakaran. Setelah penelitian disarankan untuk melakukan perawatan alat secara kontinyu. Alat particle monitor Instrument GT. 521 mengukur jumlah partikulat debu diameter 1 mikron. Endang Sukesih, dkk 121 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN