1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang dari penelitian yang
menjelaskan tentang harapan dan kenyataan yang ada sesuai dengan kodisi
sebenarnya, jika terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan maka akan
timbul kesenjangan, kesenjangan itulah yang menjadi dasar untuk melakukan
penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium
sebagai sumber belajar pada pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06
Dau Malang. Permasalahan-permasalahan yang ada akan mengiringi sehubungan
dengan penelitian ini, selain itu maka akan dirumuskan permasalahn yang akan
diteliti, menjelaskan tentang batasan yang digunakan untuk penelitian, tujuan dari
penelitian, manfaat penelitian serta penegaan istilah dari kata-kata kunci pada
penelitian tersebut.
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku, ketrampilan, prestasi yang diinginkan. Pendidikan merupakan sektor
yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Saat ini, kualitas pendidikan di
Indonesia menurut indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development
index (HDI) yaitu 0,584 yang menduduki peringkat ke 124 dari 187 negara di
dunia, dan peringkat ke 5 dari 10 negara ASEAN (UNDP, 2011). Kegagalan
pendidikan ini dapat berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa. Keberhasilan
1
pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Oleh
sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa harus dimulai dari
perubahan segalah aspek dari pendidikan, mulai dari aspek tujuan, sarana,
pembelajaran, manajerial dan aspek lain yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap kualitas mutu pendidikan.
Masalah kualitas mutu pendidikan pada pembelajaran yang dihadapi saat
ini, tidak bisa lepas dari peran kurikulum dan guru. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nasution (2009), yang menyatakan bahwa “guru akan berperan sebagai
pengarah pada minat siswa agar berkembang secara optimal”. Namun pada
kenyataannya yang menjadi permasalahan saat ini terletak pada kurangnya
pemerataan guru yang tidak menyeimbangi dengan jumlah siswa yang ada. Rasio
siswa guru di Indonesia paling rendah di antara Negara EAP (East Asia Pasific).
Rata-rata rasio siswa dan guru di Negara EAP adalah sekitar 31:1 untuk Sekolah
Dasar dan 25:1 untuk Sekolah Menengah Pertama , namun untuk Indonesia, rasio
siswa dan guru sekitar 20: 1 Sekolah Dasar dan 14:1 Sekolah Menengah Pertama
(Depdiknas, Bappenas, dan Bank Dunia, 2009).
Tidak hanya guru, kurikulum juga sangat berperan dalam menentukan
kualitas pendidikan. Kurikulum sebagai acuan untuk menentukan peran guru
dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri atau dengan kata lain mutu
pendidikan bergantung pada mutu guru, dan mutu guru ditentukan oleh
pemahamannya tentang seluk beluk kurikulum. Oleh karena itu pada dasarnya
sebuah pendidikan yang dilaksanakan dimanapun tidak akan pernah mencapai
suatu hasil yang optimal tanpa adanya guru dan kurikulum yang baik.
2
KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan masing-masing, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau
daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan suatu kebijakan yang telah ada
sejak tahun 2006 yang dilandasi oleh Undang-Undang dan peraturan pemerintah
yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), PP
No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan (SNP), Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan permendiknas No.22 dan 23 (Susanto, 2007). Oleh karena itu, dengan
adanya kebijakan dan otonomi tersebut maka sekolah dituntut untuk melakukan
pengembangan kurikulum sesuai dengan kondisi daerah masing-masing
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
menegaskan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah harus mulai
menerapkan dan mengembangkan KTSP paling lambat pada tahun ajaran 20092010 (BSNP, 2006). Pengembangan model kurikulum salah satunya yaitu
pengembangan pendidikan kecakapan hidup (life skill), karena KTSP tidak hanya
berbasis kompetensi tetapi juga berbasis life skill (Muhaimin, dkk, 2009). Salah
satu poin penting dalam pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah
internalisasi pendidikan kecakapan hidup (life skill) dalam semua mata pelajaran
yaitu penggunaan laboratorium, perpustakaan dan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar pada semua mata pelajaran, karena pembelajaran tidak hanya
dilakukan di dalam kelas, tetapi bisa memanfaatkan semua lingkungan sebagai
sumber belajar.
3
Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran sangat penting
dalam mewujudkan kualitas, baik proses maupun out put atau hasil pendidikan
tetapi, pembelajaran juga mempunyai pengaruh yang dapat menyebabkan
menurunnya kualitas pendidikan. Badan Standar Nasional Pendidikan yang
disingkat dengan BSNP (2006), menyatakan bahwa dalam KTSP, mata pelajaran
biologi berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran dalam Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang menyediakan berbagai pengalaman belajar secara langsung
untuk memahami konsep dan ketrampilan proses sains (mengamati, mengajukan
hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keselamatan kerja serta praktek) yang semuanya itu
menekankan pada pengembangan pendidikan kecakapan hidup (life Skill). Untuk
itu guru mata pelajaran IPA khususnya biologi dituntut agar dapat membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan intelektual, psikomotor, maupun
sosial dalam menguasai sains dan teknologi untuk meningkatkan mutu kehidupan
dan melanjutkan pendidikan pada pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
tuntutan KTSP.
Sekolah yang mengajarkan IPA hendaknya mempunyai laboratorium yang
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) (Depdiknas, 2007). Dalam menunjang
pembelajaran Biologi di sekolah, maka pengadaan sumber belajar biologi berupa
pengadaan laboratorium, melengkapi media pengajaran dan menatar guru-guru
biologi mutlak harus dilakukan karena, dalam pelajaran IPA peserta didik tidak
4
hanya sekedar mendengarkan keterangan dari guru, tetapi harus melakukan
kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang
dipelajarinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KTSP yang baru saja bergulir
pada tahun 2006 ini juga mementingkan keterampilan proses/psikomotor yang
merupakan kegiatan laboratorium.
Belum semua sekolah telah memanfaatkan sumber belajar baik meliputi
laboratorium, lingkungan dan sumber belajar lainnya, hal ini dikarenakan banyak
sekolah yang belum memiliki fasilitas sarana prasarana yang baik. Berdasarkan
data (Kemendiknas, 2009) pada jenjang pendidikan SMP, fasilitas yang tersedia
masih kurang memenuhi syarat yaitu laboratorium IPA (31.82%), biologi
(3.07%), kimia (4.57%), fisika (1.96%), bahasa (8.38%) dan IPS (2.22%).
Hal ini tentu saja merupakan salah satu kendala bagi dunia pendidikan saat
ini. Untuk bisa maju, sekolah harus bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten
bukan hanya secara teori, tetapi juga praktek. Salah satu unsur pendukung penting
dalam praktek ialah tersedianya laboratorium. Guru harus dapat memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai alat pelajaran, namun dalam kenyataannya belum
semua guru yang memanfaatkan laboratorium dan lingkungan sekitar.
Implementasi kebijakan KTSP pada pembelajaran biologi khususnya, guru
dituntut untuk mampu menyusun dan mengembangkan serta menerapkan KTSP
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sekaligus menyempurnakan KTSP dengan
kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah. Begitu pula peserta didik,
diharapkan tidak hanya memiliki kompetensi kognitif, tetapi juga harus memiliki
kompetensi afektif maupun psikomotor. Namun dalam kenyataannya belum
semua guru melaksanakan dengan baik, sebagai contoh masih banyak guru yang
5
masih menggunakan metode pengajaran lama yakni menggunakan metode
ceramah. Hal ini yang menyebabkan banyak peserta didik yang tidak dapat
memahami betul konsep biologi yang sebenarnya. Menurut teori Edward
(Nawawi, 2008) menyatakan bahwa dalam implementasi kebijakan ada empat
faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi tersebut yaitu komunikasi
antara pembuat kebijakan dn pelaksana kebijakan (guru), sumber daya, disposisi
atau sikap dari pelaksana kebijakan, serta struktur birokrasi. Begitu juga
implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium sebagai sumber belajar
pada pembelajaran biologi. Namun dalam kenyataannya keempat faktor tersebut
tidak mendapat perhatian yang cukup dari sekolah sebagai pelaksana
implementasi tersebut.
SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang merupakan salah satu sekolah
swasta yang telah menerapkan KTSP sejak tahun 2007 sampai sekarang. Fasilitas
sekolah seperti saat ini yang sudah dilengkapi oleh laboratorium IPA, komputer,
bahasa, dan perpustakaan, serta dalam bidang Agama tersedia mushola, serta
peningkatan
profesionalisme
pengembangannya,
di
sekolah
pengajar
ini
dan
belum
pendidik.
Namun
memaksimalkan
dalam
penggunaan
laboraturium sebagai sumber belajar dikarenakan terbatasnya sarana prasarana
serta lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Masih banyak guru yang hanya
monoton mengajar di kelas belum mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan
inovatif serta keempat faktor di atas yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi atau
sikap serta struktur birokrasi kurang diperhatikan, sehingga menyebabkan
implementasi KTSP belum begitu optimal sehingga menyebabkan prestasi dan
kemampuan life skill dan kualitas lulusan SMP Muhammadiyah Dau yang rendah.
6
Penelitian terdahulu yang dilakukan Sugiarti (2010), membuktikan bahwa
pemanfaatan laboratorium telah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran biologi materi Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tubuh Tumbuhan
di Kelas VIII SMP Negeri 2 Godong”. Namun pada penelitian ini merupakan
perkembangan dari penelitian sebelumnya yaitu lebih menekankan kepada
implementasi KTSP pada pengembangan pendidikan kecakapan hidup (life skill)
yaitu pemanfaatan laboratorium sebagai sumber belajar untuk semua materi
khususnya pada pembelajaran biologi yang dipengaruhi oleh komunikasi yang
baik antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan, sumber daya menyangkut
sumber daya manusia meliputi guru, kepala sekolah dan pihak-pihak yang terlibat,
disposisi atau sikap dari guru sebagai pelaksana kebijakan serta struktur birokrasi
di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan
penelitian
dengan
judul”
Implementasi
KTSP
dalam
Pemanfaatan Laboratorium sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran
Biologi Di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratoium sebagai
sumber belajar pada pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06 Dau
Malang ?
7
2.
Kendala apa yang dihadapi sekolah dalam implementasi KTSP terhadap
pemanfaatan laboratorium sebagai sumber belajar pada pembelajaran biologi
di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang ?
3.
Solusi apa yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala implementasi
KTSP dalam pemanfaatan laboratorium sebagai sumber belajar pada
pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang ?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini agar dapat lebih terarah, maka implementasi KTSP dalam
pemanfaatan laboraturium sebagai sumber belajar untuk semua materi biologi
(sains/IPA Terpadu) yang dibatasi pada variable implementasi yaitu komunikasi,
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di SMP Muhammadiyah 06 Dau
Malang pada pemanfaatan laboratorium baik yang ada di dalam ruangan tertutup
maupun laboratorium ruang terbuka atau lingkungan sekolah yang dapat dijadikan
tempat pembelajaran biologi.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
1.
Menganalisis implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium sebagai
sumber belajar pada pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06 Dau
Malang
2.
Menganalisis kendala yang dihadapi sekolah dalam implementasi KTSP
terhadap
pemanfaatan
laboratorium
sebagai
sumber
belajar
pada
pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang
8
3.
Menjelaskan solusi yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala
implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium sebagai sumber belajar
pada pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang
E. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi
untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan KTSP serta dapat
menambah pemahaman dan wawasan mengenai pemanfaatan laboratorium
sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kecakapan hidup.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Sekolah : i) dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas guru guna
menunjang profesinya dalam melaksanakan dan mengembangkan proses
belajar mengajar pada mata pelajaran biologi; ii) dapat digunakan untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik serta kompetensi kognitif, afektif
maupun psikomotor khususnya pada mata pelajaran biologi serta terhadap
perkembangan IPTEK.
b.
Bagi Peneliti yaitu untuk pemahaman dan pengembangan pada penelitian
selanjutnya, dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar untuk pengembangan
penelitian berikutnya.
c.
Bagi Instansi Terkait yaitu memberi masukan kepada Dewan Yayasan, Dinas
Pemerintah Kota dan daerah agar selalu melakukan pembinaan dan
pengawasan atau supervsi secara berkala dalam rangka peningkatan
implementasi KTSP yang dilakukan sekolah untuk kualitas pendidikan
9
F. Penegasan Istilah
1.
Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap (Susilo,
2007). Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier (Nawawi, 2009)
implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undangundang juga berbentuk perintah atau keputusan yang penting atau seperti
keputusan badan peradilan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat di
atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi yang dimaksud
pada penelitian ini adalah penerapan serta pengembangan kebijakan KTSP
dalam pemanfaatan laboratorium yang digunakan sebagai sumber belajar
untuk materi pembelajaran biologi yang harus dilakukan oleh sekolah yang
dipengaruhi oleh komunikasi, sumber daya, sikap serta struktur birokrasi.
2.
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan pada masing-masing sekolah
sesuai dengan karakteristik sekolah (Mulyasa, 2006). Susanto (2007),
menyatakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang lebih menekankan
pada otonomi sekolah masing-masing yang mengacu pada standar nasional
pendidikan yang disusun oleh BSNP terutama yang berkaitan dengan SI dan
SKL. Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa KTSP yang
dimaksud pada penelitian ini adalah KTSP sebagai kebijakan baru yang lebih
menekankan kepada pengembangan materi pembelajaran yang harus
dilakukan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakter sekolahnya.
10
3.
Laboratorium adalah suatu tempat bekerja atau lembaga tempat peserta didik
belajar untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan dalam bidang ilmu
tertentu seperti kimia, fisika, biologi dan sebagainya (Emma, 2006).
Sedangkan menurut Cahyono (2007), laboratorium adalah tempat atau ruang
tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan.
Menurut pendapat di atas maka laboratorium yang dimaksud pada penelitian
ini adalah laboratorium sekolah (laboratorium IPA) yaitu dapat berupa suatu
ruangan tertutup atau alam terbuka yang dijadikan sebagai sumber belajar
untuk semua materi pada mata pelajaran biologi.
4.
Sumber belajar (learning resources) menurut Sudrajat (2008), adalah semua
sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan
oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Ikhsanudin (2009), menyatakan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu dari yang dapat dijadikan sebagai
tempat memperoleh ilmu baik yang berbentuk bahan cetak maupun bahan
non cetak oleh pelajar baik secara individual maupun dalam kelompok kecil,
baik berupa tempat, alat, benda atau sebagainya. Uraian pendapat di atas
disimpulkan bahwa sumber belajar yang dimaksud pada penelitian ini segala
sesuatu
yang dapat
menghasilkan ilmu dalam
pembelajaran yaitu
laboratorium IPA dan laboratorium alam.
5.
Pembelajaran biologi adalah kegiatan guru untuk mengubah tingkah laku
siswa pada mata pelajaran biologi, hal ini disebabkan karena pembelajaran
adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar (Darsono, 2002).
11
Pembelajaran biologi menurut Sulistiyawati (2006) adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam melaksanakan proses
belajar mengajar biologi. Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian ini
yang dimaksud pembelajaran biologi adalah kegiatan guru yang dilakukan
guru untuk semua materi pada mata pelajaran biologi untuk meningkatkan
prestasi belajar serta ketrampilan siswa yang menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung serta keterampilan proses.
12
Download