PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) MATERI KEPUTUSAN BERSAMA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Candra Dewi IKIP PGRI Madiun [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan pada pelajaran PKn kelas V Sekolah Dasar mengenai materi keputusan bersama. Berdasarkan observasi awal pada pembelajaran PKn belum menggunakan media pembelajaran yang memadai sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada pembelajaran PKn materi keputusan bersama memerlukan media yang bisa membangkitkan motivasi siswa sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan pemahaman konsep materi keputusan bersama mata pelajaran PKn Sekolah Dasar. Media yang cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi keputusan bersama adalah media video. Video mampu menjadi media untuk memberikan pesan atau informasi yang dapat diterima secara lebih merata kepada siswa, karena sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan waktu, dan dapat diulang-ulang. Penelitian ini merupakan penilitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pemahaman konsep materi keputusan bersama mata pelajaran PKn mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada prosentase ketuntasan maupun rata-rata kelas. 108 PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai kedudukan yang penting dalam usaha mempersiapkan siswa untuk hidup bermasyarakat. PKn mengajarkan komitmen dan kosistensi yang kuat untuk membentuk warga negara yang dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan NKRI, sehingga ketika anak dewasa mereka siap bersaing dalam dunia internasional tanpa meninggalkan jati diri dan identitas bangsa. Maka dari itu PKn perlu diajarkan semenjak anak duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Menurut Samsuri (2011: 28) pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya. Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung efektif apabila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut (Candra Dewi, 2015:156) Berdasarkan temuan penulis pada pembelajaran PKn siswa masih banyak yang merasa kesulitan untuk memahami materi. Sehingga ini mempengaruhi hasil belajar mereka menjadi kurang maksimal. Selain cakupan materi yang luas factor lain yang mempengaruhi adalah media pembelajaran. Guru belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran sehingga proses transfer ilmu pengetahuan juga belum bisa maksimal. Media pembelajaran saat ini merupakan salah satu komponen pokok dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap pembelajaran yang diberikan hendaknya menggunakan media pembelajaran sebagai saran dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Media pembelajaran yang digunakan harus relevan dengan materi atau kompetensi yang akan diberikan kepada siswa. Penggunaan media pembeelajaran diharapkan membantu siswa memahami materi yang sedang dipelajari. Media pembelajaran menurut Sadiman (2008: 7) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Berdasarkan pendapat Sadiman tersebut jelas bahwa media merupakan alat bantu pembelajaran yang digunakan guru supaya siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Selanjutnya`ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001:4) yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar. Jadi, media merupakan alat perantara yang diciptakan untuk menyalurkan pesan berupa materi pembelajaran dengan tujuan agar tercapai tujuan pembelajaran. Mengingat pentingnya media dalam proses pembelajaran, media pembelajaran mempunyai fungsi pokok dalam tercapainya proses pembelajaran yang maksimal. Menurut Hamalik seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2003:15) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Sekarang ini banyak jenis-jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Rudi Brets dalam buku Media Pembelajaran (2008 : 52) membagi media berdasarkan indera yang terlibat antara lain : (a) Media audio yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata; (b) Media visual yaitu media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak; (c) Media audio visual yaitu media yang melibatkan 109 indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Berdasarkan pada jenis-jenis media tersebut guru tinggal memilih media yang cocok untuk siswanya sesuai dengan materi yang akan di berikan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Pada Pendidikan Sekolah Dasar guru sebaiknya memakai media pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, namun masih terdapat guru yang belum menggunakan media dalam proses pembelajaran. Guru hanya memakai gambar yang sudah ada pada buku tanpa ada media tambahan. Padahal pada anak usia Sekolah Dasar seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Menurut Hamalik (2002 : 104) pada usia Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri perkembangan kognitis sebagai berikut; (1) konkrit, mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar; (2) Integratif, pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilahmilah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian; (3) masa tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Melihat pada ciri-ciri anak Sekolah dasar tersebut sebaiknya guru membuat media pembelajaran dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, media pembelajaran yang masih tradisional sedikit demi sedikit tergeser dengan media pembelajaran yang sudah modern. Salah satu media pembelajaran modern yang dapat digunakan guru adalah video. Video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media audio visual adalah media yang menggunakan indera pendengaran dan indera penglihatan untuk dapat menerima informasi dari media tersebut. Media video cocok digunakan dalam pembelajaran PKn materi keputusan bersama karena sebelum siswa melaksanakan cara membuat keputusan bersama mereka terlebih dahulu harus memahami tentang materi keputusan bersama dan bagaimana melaksanakan pengambilan keputusan secara bersamasama. Media ini dapat menambah motivasi siswa dalam belajar karena siswa dapat melihat gambar dan mendengarkan suara yang keluar dari media tersebut, sehingga siswa akan lebih paham terhadap materi. Azhar Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan gambar-gambar dalam frame, dan diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Gambargambar yang hidup tersebut diharapkan dapat menggugah minat siswa untuk belajar PKn. Video mampu menjadi media untuk memberikan pesan atau informasi yang dapat diterima secara lebih merata kepada siswa, karena sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan waktu, dan dapat diulangulang (Dina Indriana, 2001: 92). Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media video menurut Daryanto (2010:90) antara lain: ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, dan video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. ISI Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terfokus pada situasi kelas, atau disebut dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara kolaboratif partisipatif, yaitu penelitian 110 dengan melakukan kolaborasi kerjasama antara guru dengan peneliti. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan media video untuk meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi keputusan bersama. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah; (1) Metode observasi, merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas peserta didik dalam proses pelaksanaan PKn materi Keputuan bersama menggunakan media video; (2) metode tes, seperangkat rangsangan (stimuli) yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Metode tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran; (3) metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai seluk beluk pembelajaran baik sebelum maupun selama penelitian dilakukan seperti silabus, RPP, dan daftar nama siswa. Data-data yang diperoleh dari penelitian melalui metode pengumpulan data kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran mata pelajaran PKn materi keputusan bersama. Adapun data yang berupa angka diolah secara kuantitatif dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan metode pengumpulan data, untuk metode observasi peneliti menggunakan lembar observasi, dan untuk metode tes peneliti menggunakan soal. Hasil Pra Siklus Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui hasil belajar PKn materi keputusan bersama. Peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dari hasil observasi dapat di ketahui bahwa pada kegiatan pembelajaran guru belum menggunakan media, pembelajaran menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dari 20 siswa terdapat 11 siswa yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 75, sehingga dari data awal tersebut dapat di katakan bahwa pemahaman konsep PKn materi pengeambilan keputusan belum berhasil. Berdasarkan data di atas, maka perlu dilakukan tindakan dengan menggunakan media video. Tabel 1 Hasil Tes Evaluasi Pemahaman Konsep PKn materi Pengambilan Keputusan pada Pra Siklus Jumlah Ket siswa Nilai 79 3 Tuntas 65 1 Tidak 60 3 Tidak 76 1 Tuntas 56 1 Tidak 80 2 Tuntas 68 1 Tidak 83 1 Tuntas 75 1 Tuntas 71 2 Tidak 64 1 Tidak 78 1 Tuntas 111 69 1 Tidak 70 1 Tidak Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 6 anak dari 20 anak (30%). Penetapan ketuntasan belajar berdasarkan indikator keberhasilan, yaitu mencapai nilai 75,0 sebagai batas ketuntasan belajar minimum dan rata-rata kelas sebesal 71,15. Hasil Siklus I Siklus I dilaksanakan selama 2 x 35 menit atau 1 kali pertemuan. Perencanaan pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan oleh guru dan peneliti dengan berdiskusi untuk membuat rancangan tindakan dan skenario pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksaan tindakan siklus I. setelah itu dilakukan pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan di dalam kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dalam RPP. Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil belajar sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Tes Evaluasi Pemahaman Konsep PKn materi Pengambilan Keputusan pada Siklus I Jumlah Ket siswa Nilai 2 Tuntas 80 4 Tuntas 76 2 Tidak 70 1 Tidak 65 1 Tuntas 90 1 Tidak 60 3 Tuntas 75 4 Tuntas 82 1 Tidak 71 1 Tidak 64 Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 14 anak dari 20 anak (70%) dengan rata-rata kelas 75,4. Pada siklus I sudah terlihat siswa mulai antusias mengikuti pembelajaran karena dalam kegiatan pembelajaran siswa memperhatikan video pengambilan keputusan, namun masih terdapat beberapa siswa yang masih belum tertarik mengikuti pelajaran. Berdarkan hasil tersebut baru 55% siswa tuntas belajar, sehingga perlu dilakukan Siklus ke II. Hasil Siklus II Hasil pada siklus I belum memnuhi indikator ketercapaian sehingga dilanjutkan pada siklus II. Siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus I, yaitu dilakukan perbaikan pada video pembelajaran menjadi lebih baik. Hasil belajar yang di peroleh pada siklus II yaitu Tabel 3 Hasil Tes Evaluasi Pemahaman Konsep PKn materi Pengambilan Keputusan pada Siklus II Jumlah Ket siswa Nilai 95 4 Tuntas 90 3 Tuntas 80 4 Tuntas 83 2 Tuntas 78 3 Tuntas 77 1 Tuntas 70 2 Tidak 65 1 Tidak Berdasarkan table tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai ketuntasan sejumlah 17 siswa dengan prosentase 85% dan rata-rata kelas yaitu 82,6. Dari hasil siklus II indicator ketercapaian sudah tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus III. Setelah Siklus I dan Siklus II terlaksana diperoleh perbandingan prosentase ketuntasan hasil belajar pada tiap-tiap siklus sebagai beriku: Tabel 4 Perbandingan Ketuntasan Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Pra Siklus Siklus Siklus I II Prosentase 30% 70% 85% Ketuntasan Rata-rata 71,2 75,4 82,6 kelas Table 4 menujukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya prosentase ketuntasan belajar. 112 SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa penerapan media video dalam pembelajaran PKN kelas V SD mengalami peningkatan dalam hasil belajar pemahaman konsep materi keputusan bersama. Aktivitas belajar menjadi menyenangkan dan bermakna, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa ataupun siswa dengan siswa menjadi lebih aktif. Siswa sangat senang dengan media yang digunakan, dan pengembangan pembelajaran terus dilakukan oleh siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketuntasan maupun rata-rata kelas. Prosentase ketuntasan pada pra siklus adalah 30% dan pada siklus I mengalami kenaikan sebesar 40% menjadi 70%. Prosentase ketuntasan dari siklus I ke siklus II juga mengalami kenaikan sebesar 15% menjadi 85%. Selain prosentase ketuntasan yang mengalami peningkatan, rata-rata kelas juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Rata-rata kelas pada pra siklus sebesar 71,2 mengalami peningkatan sebesar 4,2 menjadi 75,4. Sedangkan pada siklus II rata-rata kelas sebesar 82,6. Ratarata kelas dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,2. Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Al gensindo Purnamawati dan Eldarni. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali. Rudi Brets. (2008). Media Pembelajaran dan Aplikasinya. Jakarta:Gramedia Pustaka utama Samsuri. (2011). Pendidikan Karakter Warga Negara. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia DAFTAR PUSTAKA Arief S Sadiman, dkk. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Azhar Arsyad (2003). Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers Candra Dewi. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pairshare untuk Meningkatkan pemahaman Konsep Masalah Sosial IPS Pada Siswa Sekolah Dasar. Premiere Educandum, 5(2) pp 155-167 113