Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

advertisement
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDAMPINGAN IBU HAMIL RESIKO
TINGGI OLEH BIDAN FASILITATOR KESEHATAN MASYARAKAT
(FASKESMAS) DI KOTA PEKALONGAN
Analysis Of Assistance Service Quality Of High Risk Pregnant Women By
Midwives Facilitator Public Health In Pekalongan
Maslikhah, Ida Baroroh
Akademi Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan
ABSTRACT
The maternal mortality rate (MMR) is one of indicators of the mothers’ health
today. The maternal mortality rate in Pekalongan in 2010 is as many as five people,
and in 2011 as many as 9 people. We can see that from 2 period of time, it has a
rising trend and the death was mostly caused by pre-eclampsia. Prevention and
treatment of pre-eclampsia can be detected by health workers. The number of
midwives who are working in public health centers in Pekalongan are still less so the
visits and counseling of pregnant women, especially pregnant women at high risk are
still less too. It leads the government of Pekalongan initiated a program to distribute
some midwives as facilitator of public health (Faskesmas) in Pekalongan. The
purpose of this study is to analyze the quality of service mentoring high-risk pregnant
women by community health facilitators midwife (Faskesmas) in Pekalongan.
This research method is Qualitative, key informant is 4 midwife (faskesmas)
and informant triangulation is 1 head of the Department of Health, 1 the head of the
family health, 2 heads of Public Health Center, 2 Midwives of KIA, 4 pregnant
women who have ever been accompanied by a midwife (faskesmas). The collecting
data are through in-depth interviews and analysis with content-analysis.
The results showed that the advisory services of high risk pregnant women by
midwives faskesmas in terms of tangible, reliability, responsiveness, assurance and
empathy are already good. It is suggested to distribute the midwife faskesmas for
assisting pregnant women at high risk especially for the areas with no village
midwife.
Key Words: Quality, Advisory services of high risk pregnant women, The facilitator
of public health midwife
ibu
PENDAHULUAN
dewasa
ini
masih
tinggi
(AKI)
dibandingkan dengan AKI di Negara
sebagai salah satu indikator kesehatan
ASEAN lainnya. Angka kematian Ibu di
Angka
kematian
Ibu
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
64
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
Kota Pekalongan pada tahun 2010
ISSN : 2407 - 2656
Kehamilan resiko tinggi adalah
sebanyak 5 orang, pada tahun 2011
keadaan
sebanyak 9 orang. Dari 2 periode
optimalisasi ibu maupun janin pada
tersebut mengalami trend naik dan
kehamilan
dilihat
(Manuaba,2010). Menurut Nurcahyo,
dari
penyebab
disebabkan
yang
kematiannya
paling
yang
dapat
mempengaruhi
yang
dihadapi
banyak
bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
disebabkan oleh pre eklamsi (Dinas
ibu hamil dengan risiko tinggi adalah
Kesehatan Kota Pekalongan, 2012).
Bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir
Pencegahan dan penanganan pre
dengan
berat
badan
lahir
eklamsi dapat dideteksi oleh tenaga
(BBLR),
kesehatan maupun masyarakat. Deteksi
Persalinan
risiko pada ibu hamil yang dilakukan
Perdarahan
oleh
biasanya
persalinan, Janin mati dalam kandungan,
dilaksanakan oleh bidan dan dokter di
ibu hamil/ bersalin meninggal dunia,
Puskesmas
Keracunan kehamilan / kejang-kejang).
tenaga
kunjungan.
kesehatan
pada
saat
Ibu hamil
melakukan
Keguguran
rendah
tidak
(abortus),
lancar
sebelum
/
dan
macet,
sesudah
tidak selalu
Jumlah bidan di Kota Pekalongan
memeriksakan kehamilan di Puskesmas
sejumlah 157 orang, dimana tidak semua
dan terkadang ada beberapa ibu hamil
bidan bekerja di Puskesmas, serta di
yang belum memeriksakan kehamilan ke
Kota Pekalongan tidak memiliki bidan
tenaga kesehatan.
wilayah atau bidan desa sehingga untuk
Kehamilan
suatu
proses
berkesinambungan
adalah
merupakan
merantai
dan
yang
terdiri
dari
ovulasi pelepasaan sel telur, migrasi
melakukan
kunjungan
rumah
dan
pendampingan ibu hamil resiko tinggi
kurang optimal.
Dengan
adanya
kekurangan
spermatozoa dan ovum konsepsi dan
jumlah tenaga bidan yang bekerja di
pertumbuhan sigot, nidasi (implantasi)
Puskesmas Kota Pekalongan yang bisa
pada uterus, pembbentukan plasenta,
melakukan
dan tumbuh kembang hasil
pendampingan ibu hamil terutama ibu
sampai aterm (Manuaba, 2010).
konsepsi
kunjungan
dan
hamil resiko tinggi, maka pemerintah
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
65
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
Kota
Pekalongan
berinisiatif
mengadakan program penempatan bidan
ISSN : 2407 - 2656
Tanggap), Assurance (jaminan) dan
Emphaty (empati).
sebagai fasilitator kesehatan masyarakat
(Faskesmas)
di
Kota
Pekalongan.
METODE PENELITIAN
Program ini dimulai pada bulan Maret
Jenis penelitian adalah penelitian
2012 sampai Desember 2013 dan telah
kualitatif. Informan utama adalah bidan
merekrut bidan sebanyak 30 orang yang
fasilitator
ditempatkan di 12 Puskesmas Kota
(Faskesmas) di Kota Pekalongan yang
Pekalongan (Dinkes Kota Pekalongan,
berjumlah 4 orang, yang diambil dari
2014).
puskesmas
Bidan
fasilitator
kesehatan
resiko
kesehatan
dengan
resiko
masyarakat
cakupan
tinggi
oleh
deteksi
tenaga
masyarakat (Faskesmas) memiliki tugas
kesehatan
pokok yaitu melaksanakan sebagian
dengan cakupan deteksi resiko tinggi
tugas
oleh tenaga kesehatan yang terendah,
pokok
pelayanan
puskesmas
promotif dan
dalam
preventif di
tertinggi
masing-masing
dan
puskesmas
berjumlah
2
orang.
bidang kesehatan ibu dan anak. Serta
Informan triangulasi terdiri dari 1 orang
memiliki fungis melaksanakan upaya
kepala dinas kesehatan kota Pekalongan,
peningkatan kesehatan ibu maternal
1
meliputi : ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
keluarga, 2 orang kepala Puskesmas di
nifas ( Dinkes Kota Pekalongan, 2012).
Kota Pekalongan, 4 bidan Puskesmas, 4
Penelitian ini bertujuan
orang
kepala
bidang
kesehatan
untuk
orang ibu hamil resiko tinggi yang
menganalisis mutu pelayanan pelayanan
didampingi oleh bidan faskesmas. Data
pendampingan ibu hamil resiko tinggi
dikumpulkan
oleh
mendalam
Bidan
Faskesmas
di
Kota
dengan
wawancara
(indepth
interview),
Pekalongan ditinjau dari aspek Tangible
selanjutnya dilakukan pengolahan data
(bukti
menggunakan
langsung),
(Kehandalan),
Reliability
Responsiveness
(Daya
metode
analisis
isi
(content analysis).
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
66
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Aspek Tangible
Mutu
Pelayanan
dari
dalam pelayanan pendampingan ibu
hamil resiko tinggi oleh bidan faskesmas
sudah mencukupi. Hal ini dapat dilihat
dari segi jumlah tenaga bidan faskesmas,
fasilitas tempat pelayanan dan alat yang
digunakan oleh bidan faskesmas sudah
walaupun
alat
yang
digunakan oleh bidan faskesmas adalah
milik pribadi.
bidan
Dalam kaitannya fasilitas tempat
pelayanan pelayanan yang menunjang
bidan faskesmas
sudah cukup bagus,
tetapi ada 1 puskesmas belum memiliki
ruangan khusus untuk pelayanan KIA,
ruang KIA masih menyatu dengan ruang
pelayanan KB, Tetapi hal tersebut dapat
diatasi
dengan
adanya
penjadwalan
pelayanan pemeriksaan tiap hari Berikut
petikan wawacaranya :
Dalam kaitannya dengan jumlah
tenaga
“…Dulu faskes ada 3 bidan, PNSnya 2.
Yaa cukup untuk mengikuti kegiatan
puskesmas, kegiatan luar lapangan..
(IU. B3)
Aspek
Tangible (Bukti langsung) oleh bidan
mencukupi
ISSN : 2407 - 2656
di
puskesmas
dalam
memberikan pelayanan pendampingan
ibu hamil resiko tinggi oleh bidan
faskesmas, menyatakan bahwa sebagian
bidan faskesmas jumlah tenaga bidan
faskesmas di Kota Pekalongan sudah
Kotak 2
“Kalo
standar
fasilitas
tempat
pelayanannya itu sudah bagus mbak,
sudah baik..”
(IU. B1)
“….Ruangannya memang kan antar
ruang pelayanan KIA KB dengan ruang
administrasi tanpa sekat…”
(IT. KP2)
cukup dalam pendampingan ibu hamil
resiko
tinggi.
Berikut
petikan
wawancaranya :
Kotak 1
‘…..Setelah ada bidan faskesmas
mendapatkan tambahan 2 bidan jadi
sudah mencukupi 1 wilayah 1”
(IU. B2)
Terkait dengan standar alat dalam
pelayanan pendampingan ibu hamil
resiko tinggi oleh bidan faskesmas, Dari
segi ketersediaan dan kelengkapan alat,
sudah mencukupi walaupun alat yang
digunakan pada saat kunjungan adalah
milik pribadi bidan faskesmas. tetapi
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
67
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
untuk
penggunaan
Doppler
dan
timbangan berat badan terkadang tidak
dibawa pada saat kunjungan karena
jumlahnya terbatas dan digunakan pada
saat yang bersamaan. Namun demikian
hal tersebut tidak menjadikan kendala
yang sangat berarti karena salah satu
tugas dari bidan faskesmas adalah
memotivasi ibu hamil terutama ibu
ISSN : 2407 - 2656
punya sendiri kok bu” begitu katanya.
“…Kalo untuk kunjungan, mereka
begitu jadi bidan faskes sudah bawa
sendiri-sendiri alat-alat keperluannya..”
(IT. KP1)
“…Tidak ada alat bantu dari dinas
kesehatan..”
(IT. KS)
“…peralatan,
lengkap..”
sudah
bagus……co’e
(IT. HR2)
hamil resiko tinggi untuk melakukan
pemeriksaan di Puskesmas karena ibu
hamil juga membutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti cek HB, Golongan
darah, protein urin dan reduksi urin
selama kehamilan yang hanya bisa
dilakukan
Puskesmas.
pemeriksaannya
Berikut
“…Sebaiknya yaa bidan faskesmas itu
yaa dimodalin, kalo misal ada dua
posyandu bidan faskesmas bawa alat
sendiri yang satunya pake alat
puskesmas..”
(IT. B2)
di
petikan
Aspek Reliability
Alur pelayanan pendampingan ibu
wawancaranya :
Kotak 3
“…Kita kalo waktu pelayanan di rumah
itu Cuma hanya sekedar tensi, terus yaa
ada pita Lila itu kita manfaatkan semua,
terus linex..”
(IU. B1)
hamil risiko tinggi yang dilakukan oleh
bidan faskesmas menyatakan bahwa
semua informan utama mengatakan
bahwa alur pelayanan bidan faskesmas
terhadap
“…utk
kunjungan
rumah
kami
menggunakan misal butuh eee tensi
meter gitu kan di puskesmas juga
terbatas
jumlahnya
jadi
kami
menggunakan tensimeter kami sendiri
gituuh…”
(IU. B2)
“….Enggaak.. mereka udah bawa
sendiri-sendiri. Katanya ginih “kan saya
pasien
didalam
gedung
(puskesmas) maupun di luar gedung
(kunjungan rumah) sudah sesuai dengan
alur atau protap, ibu hamil yang bersedia
ke Puskesmas oleh bidan faskesmas
pada saat itu juga langsung masuk ke
ruang
KIA
pendaftaran.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
tanpa
harus
melawati
Namun jika ibu hamil
68
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
datang untuk periksa tanpa didampingi
oleh bidan Faskesmas mendapatkan
pelayanan KIA tetap sesuai dengan alur
pelayanan KIA di puskesmas dimulai
dari pendaftaran, menunggu antrian
ketika
sudah
dipanggil
baru
mendapatkan pelayanan di ruang KIA,
Seperti yang tertuang dalam kotak 4,
ISSN : 2407 - 2656
“…menginduk ke istilah kalau untuk
pelayanan yang resti itu untuk dengan
pelayanan
bidan yang ada cuma
memang kas ini memang jadi lebih
kalau kita untuk bidan kita di puskesmas
di dalam gedung maupun di luar gedung
kalau untuk puskesmas memng lebih ke
luar gedungnya untuk kunjungan atau
sebgainya tp menurut SOPnya untuk yg
restinya mereka menginduk dari
pelayanan bidannya. …”
(IT. KP1)
sebagai berikut :
Kotak 4
“..Alurnya iya ada dua kalo semisal
saya kunjungan membawa ibu hamil
langsung
dilakukan
pemeriksaan
langsung ke ruangan tapi klo ibu hamil,
missal saya kunjungan hari ini ibu
hamilnya mau ke puskesmasnya besok
itu melakukan prosedur. Prosedur di
puskesmas ya…mulai dari pendaftaran
dulu kemudian menunggu antrian,
menunggu pelayanan KIA..” kalo
membawa ibu hamil langsung kan
langsung masuk ni langsung masuk
pelayanan KIA ya tanpa harus lewat
pendaftaran
(IU. B4)
“…Alur pelayanan KIA karena kita
sudah melalui ISO, jadi sudah
standarisasi tentunya sudah ada instruksi
kerja sehingga alurnya sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapakan
oleh Puskesmas dari pasien datang
menyambiut , anamnesa, pemeriksaan
fisik, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sudah ada IKA, IKA kan
banyak sekali, untuk pemeriksaan ANC
sudah ada IKA…untuk kunjungan
neonates dan ibu hamil juga sudah
ada…”
(IT. B1)
Alur pelayanan KIA di Puskesmas
dimulai dari pendaftaran, menunggu
antrian, kemudian masuk ke pelayanan
KIA dan jika dibutuhkan akan dilakukan
pemeriksaan
laboratorium
penunjang
seperti
cek
atau
Hb
(Haemoglobin), golongan darah, protein
urine dan reduksi urin, serta tidak
menutup kemungkinan pasien dapat
dilakukan rujukan ke
ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi yaitu rumah
sakit. Adapun alur pelayanan di Luar
gedung,
protapnya
menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi tempat
sekitar, bidan faskesmas melakukan
pendataan kepada seluruh ibu hamil dan
ibu reproduksi di wilayah kerjanya,
pendataan
dilakukan
dengan
berkoordinasi dengan petugas lapangan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
69
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
keluarga berencana (PLKB) maupun
kader kesehatan, jika ditemukan ibu
hamil dengan risiko tinggi dilakukan
pendampingan
dan
ISSN : 2407 - 2656
Posyandu.dulu diperkenankan untuk
membantu pelayanana imunisasi di
Posyandu…”
(IU. B2)
apabila
memungkinkan pasien atau ibu hamil
akan
dibawa
ke
Puskesmas
untuk
bidan
faskesmas
dalam memberikan pelayanan
KIA,
didapatkan hasil bahwa separuh dari
informan
utama
mengatakan
kewenangan bidan faskesmas adalah
kunjungan
ibu hamil risiko tinggi,
kunjungan
ibu
nifas
kunjungan
anak
imunisasi.
Seperti
risiko
BGT,
tinggi,
BGM
tercantum
disimpulkan bahwa kewenangan bidan
faskesmas adalah pendampingan ibu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kewenangan
Berdasarkan hasil diatas dapat
dan
dalam
hamil terutama ibu hamil risiko tinggi,
mulai dari kehamilan sampai dengan
persalinan
perlu
dilakukan
kunjungan rumah. Dengan adanya bidan
faskesmas cakupan deteksi dini resiko
tinggi
pada
ibu
hamil
meningkat
dibandingkan sebelum adanya bidan
faskesmas. Untuk kunjungan neonatus
berisiko, bayi dan balita BGM di
posyandu hal tersebut dijadikan salah
kutipan berikut ini :
satu
kotak 5
“….kewenangan itu untuk pemeriksaan
ibu hamil yang pertama untuk ibu hamil
yang berisiko, terus klo untuk anak itu
biasanya kunjungan anak yang BGT,
BGM terus biasanya suntik inumisasi
juga……”
(IU.B1)
mendapatkan
cara
bidan
faskesmas
informasi
untuk
tentang
keberadaan ibu hamil yang berisiko
selain informasi dari Bidan Praktik
Mandiri (BPM).
Persiapan
bidan
faskesmas
sebelum memberikan pelayanan KIA
bidan
“kewenangannya memang terbatas
..yah..dulu dilepaskan istilahnya..karena
kami hanya bertugas dilapanagan..jadi
klo misalnya untuk pelayanan ya kami
hanya dilapangan saja, misalnya
kunjungan ibu hamil rsiti, ibu nifas risti,
kemudian neonates kemudian di
jika
faskesmas
datang
dulu
ke
Puskesmas untuk melakukan koordinasi
dengan bidan KIA, dan mempersiapan
alat- alat untuk pemeriksaan, buku
laporan kunjungan rumah yang akan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
70
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
dibawa dalam kunjungan rumah. .
yang
Seperti yang tertuang dalam kotak 6 :
Kesehatan
Kotak 6
“….persiapan biasanya alat- alatya
dipersiapkan dulu, kalo sudah klo
kunjungan rumah berarti dipersiapakan
semua…itu baru ke rumahnya psien
gitu…”
(IU. B1)
kewenangan bidan faskesmas terutama
“ Buku laporan kunjungan rumah,
tambah laporan rujukan eksternal atau
ke puskesmas oper dar bidan
faskesmasnya nanti tanda tangan ke
bidan coordinator terus yang gak lupa
tensi terus buku KIA sama stiker P4K”
(IU. B3)
kesehatan
telah
ditetapkan
Kota
oleh
Dinas
Pekalongan,
adalah kunjugan rumah pada ibu hamil
berisiko tinggi, dari hamil sampai masa
nifas, hasil cakupan deteksi dini ibu
hamil
resiko
tinggi
oleh
mengalami
tenaga
peningkatan
dibandingkan sebelum adanya bidan
faskesmas
Aspek Responsiveness
Berdasarkan
hasil
wawancara
mendalam pada informan menyatakan
Hasil
disimpulkan
penelitian
diatas
bahwa
dapat
dalam
mempersiapkan pelayanan KIA terutama
kunjungan ibu hamil risiko tinggi, alat
dan buku laporan dipersiapakan sendiri
oleh bidan faskesmas, kemudian bidan
faskesmas meminta arahan dari bidan
koordinator untuk mencari ibu hamil
yang berisiko tinggi melalui PLKB,
kader kesehatan maupun masyarakat .
Mutu
pelayanan
dari
aspek
Reliability (Kehandalan) oleh bidan
faskesmas dalam memberikan pelayanan
pendampingan ibu hamil risiko tinggi
sudah sesuai dengan alur atau protap
banyak kendala yang dihadapi bidan
faskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan KIA di masyarakat, seperti
susahnya merujuk ke pelayanan yang
lebih
tinggi
seperti
RSUD
karena
kurangnya kepercayaan kepada bidan
faskesmas karena masih muda (fresh
graduated), waktu dari bidan faskesmas
karena susahnya membagi waktu antara
tugas di puskesmas dan kunjungan
rumah risiko tinggi ibu hamil dan tidak
validnya data pasien yaitu alamat pasien
yang kadang pindah-pindah domisili.
Kendala yang dihadapi di wilayah
binaan Puskesmas Tirto dan Bendan.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
71
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
berasal dari ibu hamil sendiri dan
kurangnya kepercayaan terhadap bidan
faskesmas. Seperti yang diungkap dalam
kotak 7, sebagai berikut :
Kotak 7
“....Ehm... banyak banget ya kendalanya
e.. misalnya ibunya ga mau, ndak percaya
juga e..terus kendalanya dari ibunya, dari
orang tuanya kadangkan banyak ya orang
tuanya yang ga boleh atau gimana.
Suami, keluarga itu juga.. ”
(IU.B1)
“...Untuk Kendalanya ada beberapa
yah..ee.. kalau pas kunjungan rumah
mungkin ee pasien tersebut menolak, yah
atau mgkn pasien tersebut waktu butuh
rujukan menolak gitu atau mgkn waktu
butuh tindakan kmudian pasien tersebut
menolak.. kmgkinan yg lain ada kadang
ketidak kepercayaan yah terhadap ee
bidan faskesmas ada tp itu sangat jarang
yah,,,
kmudian
yg
selanjutnya
ee..terkadang kepercayaan2 pasien itu
..eee...tidak sesuai dengan alur yg harus
dilakukan..kemudian juga ee kendala yg
lain..misalnya..
misalnya
pasien
tersebut..eee..merasa tidak butuh dengan
eee intervensi yg akan dilakukan.. ”
(IU.B2)
“...kendalanya waktu. Kita kan dulu
tergantung kepala puskesmasnya kalau
setiap hari harus diluar terus capek ya
terus dulu kan di target juga sehari harus
kunjungan resti lima lah disitu kan
kadang ada yg rumahnya sempit sempit
juga seringnya kendalanya alamatnya
palsu, alamatnya disitu tapi dicari gak
ada atau misalnya pas lahiran disitu
begitu sudah pulang, pulangya ke rumah
ISSN : 2407 - 2656
orang tuanya atau kemana akhirnya
datanya ilang nanti laporannya jadi
kurang. Tenaganya juga capek, kadang
juga gak boleh keseringan dan terlalu
lama di luar setelah jam 10 harus ada di
puskesmas kadang ada bidan yang
numpuk semua pekerjan ke bidan
faskesnya misal suruh buat laporan
harian, buat kohort, laporan persalinan,
SPJ..”
(IU.B3)
“..Kalo
dimasyarakat
kendalanya
banyak, yang pertama kesadaran
pemeriksaan
masih
kurang,
dimasyarakat
klo
hamil
belum
Trimester II mendekati III mereka tidak
mau periksa, Terus yang kedua sudah
tau hamil sudah periksa itupun disuruh
periksa kembali 1 bln lagi atau habis
mereka tidak mau periksa nunggu ada
keluhan nunggu pekerjaanya selesai
dalam
arti
jahit,
jadi
masih
memberatkan
pekerjaan
daripada
periksa,Orang tua atau suami kurang
mendukung dalam kehamilan istrinya
dalam arti ANC tidak dipenuhi, periksa
hamil pun sendiri, terus untuk kelas ibu
hamilpun tidak ada kurang mendukung
dalam arti yo mbok yang bekerja di
ijinkan atau suaminya mengantarkan
dulu jadi kita tidak jemput bola ...”
(IU.B4)
Berdasarkan
hasil
wawancara
mendalam pada informan utama tentang
tindakan/sikap jika Bidan Faskesmas
menemui kendala dalam pelayanan KIA
baik di Puskesmas maupun Kunjungan
rumah khususnya deteksi dini risiko
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
72
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
tinggi ibu hamil bahwa tiga orang
Namun satu orang informan utama
informan utama mengatakan tindakan
mengatakan dalam menyikapi kendala
yang dilakukan jika menemui kendala
waktu yang ditemui bidan faskesmas
adalah melakukan kerjasama dengan
adalah dengan berbagi tugas dengan
bidan KIA, kader, kelurahan setempat.
bidan
Seperti tertuang dalam wawancara pada
Puskesmas. Kendala yang ditemui oleh
kotak 8 :
bidan
Kotak 8
“....Kita bisa kadang meyakinkannya,
terus kalo misalnya tetep kaya gitu kita
minta bantuan kader, kadang minta
bantuan ke kelurahan bisa, malah e..
bisa pak lurahnya bisa turun tangan juga
gitu...”
(IU.B1)
dipengaruhi
“...Ya kalau itu kami eee apapun ya
bukan hanya kendala tp apa saja yg
ditemukan kami laporan terhadap ee
puskesmas jd kalau misalnya ada
kendala ee dari puskesmas merespon
yah
misal
kalau
dibutuhkan
pendampingan kunjungan rumah atau
misal
pendampingan
rujukan
puskesmas akan datang apabila
dibutuhkan tindakan yg lain misalnya
utuk penyuluhan... atau mungkin untuk
eeehhh pemberi misal apa namanya
ssshh..konseling seperti itu kita butuh
bimbingan puskesmas akan dampingi..”
(IU.B2)
‘....udah susah ya, udah medono
dulunya sih, jadikita diposyandu
kunjungan rumah itu kita penyuluhan
satu persatu ada kendala adat, jadi kita
langsung menjerumus yang susah siapa
misal ibunya dan suami harus rundingan
dulu bareng-bareng, sama ibu hamil itu
kita bareng-bareng beri penyuluhan...”
(IU.B4)
faskesmas
lain
Faskesmas
oleh
dalam
di
beberapa
satu
lapangan
faktor,
diantaranya yaitu sumberdaya manusia
masyarakat yang beragam mulai dari
pendidikan
kurangnya
kesehatan
yang
relatif
pengetahuan
terutama
risiko
rendah,
tentang
tinggi
kehamilan dan berbagai faktor yang lain.
Dari hasil penelitian tentang aspek
responsiveness (Daya Tanggap) yang
ditujukan untuk menilai sejauhmana
petugas mampu memberikan pelayanan
deteksi ibu hamil risiko tinggi dari aspek
kemampuan bidan dalam menyelesaikan
kendala yang ditemui dilapangan, bidan
faskesmas
kendala
dalam
yang
ada
menanggulangi
di
lapangan
berkonsulutasi dengan bidan koordinator
KIA dan Kepala Puskesmas untuk
memecahkan masalah yang ada di
lapangan, terkait dengan kurangnya
kepercayaan bidan faskesmas karena
masih muda, disiasati dengan kunjungan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
73
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
pendampingan bumil risti didampingi
Dalam hal kendala waktu yang
dengan bidan senior (Koordinator KIA)
ditemui oleh bidan faskesmas, informan
pada saat pertama kali kunjungan atau
utama
bekerjasama dengan petugas kelurahan
kendala waktu tersebut dengan cara
setempat, sehingga pasien mantap dalam
berbagi tugas dengan bidan faskesmas
menerima pelayanan KIA dari bidan
lain yang satu wilayah
faskesmas.
Banyaknya kendala yang dihadapi bidan
Dalam hal
data pasien
yang
bidan
faskesmas
faskesmas
dilapangan
mensiasati
Puskesmas.
maupun
di
kurang valid, bidan faskesmas bekerja
puskesmas sendiri selama ini masih bisa
sama dengan kader kesehatan, dan
diselesaikan dengan cara bekerjasama
melakukan kunjungan rumah pada saat
dengan
posyandu sehingga setalah pelayanan
koordinator KIA, Kepala Puskesmas dan
dari posyandu bersama dengan kader
Kasi
kesehatan setempat bidan melakukan
Pekalongan.
berkonsultasi
KIA
Dinas
dengan
kesehatan
bidan
Kota
kunjungan bumil risti kerumah-rumah
Aspek Assurance
pasien.
Berkaitan dengan tentang cara
Meskipun banyak kendala yang
ditemui bidan faskesmas, namun semua
informan
triangulasi
pasien
yang
diberikan pelayanan deteksi dini bumil
risti oleh bidan faskesmas menyatakan
bidan dalam melakukan pengembangan
pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
dimiliki saat ini agar dapat memberikan
pelayanan KIA terutama deteksi dini
risiko tinggi yang dapat dipercaya, dua
faham dan percaya akan pelayanan KIA
orang
yang diberikan bidan faskesmas, merasa
bahwa cara pengembangan pengetahuan
diperhatikan walaupun kadang merasa
dan ketrampilan masih sebatas melatih
takut sehingga pasien berhati-hati dan
ketrampilan dan pengetahuan dengan
menjaga
bidan
kehamilan
persalinannya.
sampai
dengan
informan
senior
utama
KIA
di
mengatakan
Puskesmas.
Pernyataan ini dapat dilihat pada kotak
9.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
74
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
Kotak 9
“....Ya saya biasanya minta pendapat e..
tentang senior misalnya bidan yang
senior terus ke kepala puskesmas juga,
ya
biar
kita
bisa
tambah
wawasannya.......”
(IU.B1)
bersama-sama
melakukan
kunjungan
“...Untuk pengembangan pengetahuan
dan ketrampilan yah ee ini kaitannya
kan dengan kepercayaan yah ibu hamil
yah kn di sini titik kuatnya pada ibu
hamil yah.. ibu hamil kan banyak
periksa di puskesmas, jd kalau misal
setelah kami udah selesai jadwal
kunjungan yang di ruang KIA sekaligus
belajar mendalami bagaimana cara eee
memberikan pelayanan KIA yg baik
terus juga brarti kalau misalnya kita di
puskesmas bertemu ibu hamil itu juga
termasuk kontak agar ibu hamil bisa
lebih mengenal kalau misalnya sudah
mengenal lebih mudah dipercaya seperti
itu....”
(IU.B2)
Didapatkan informasi bahwa semua
rumah.
Cara bidan dalam memberikan
privasi kepada pasien dalam pelayanan
KIA dan deteksi risiko tinggi ibu hamil.
informan menjaga privasi pasien yaitu
dengan merahasiakan penyakit pasien
(risiko tinggi) pasien dengan tidak
membicarakan penyakit kepada pasien
maupun orang lain sehingga pasien
merasa nyaman dikunjungi dan mau
berobat
ke
Puskesmas
untuk
pemeriksaan yang lebih lengkap
Aspek Emphaty
Aspek
Empathy
(Empati)
ditujukan untuk menilai pelayanan KIA
Cara bidan meyakinkan pasien dan
anggota keluarga dalam pelayanan KIA
maupun konseling deteksi dini risiko
tinggi ibu hamil yaitu semua informan
mengatakan cara meyakinkan pasien
yaitu dengan kunjungan ulang secara
kontinu, jika belum percaya biasanya
melibatkan tokoh masyarakat dan bidan
senior
KIA
di
Puskesmas
untuk
termasuk
kunjungan
rumah
deteksi
risiko tinggi ibu hamil yang dilakukan
bidan faskesmas dalam menempatkan
dirinya
pada
berkomunikasi
memperhatikan
pasien,
mudah
dengan
baik,
dan
memahami
kebutuhan pasien dalam pelayanan KIA.
Mutu
pelayanan
dari
aspek
Emphaty (empati) oleh bidan dalam
memberikan pelayanan pendampingan
deteksi dini risiko tinggi di puskesmas
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
75
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
kota pekalongan dapat disimpulkan
dengan memberikan contoh-contohnya
sudah sesuai, baik tindakan dan sikap
atau dijelaskan menggunakan buku KIA.
bidan
dalam
berkaitan
Hal ini dibuktikan dengan kasus-
dengan keadaan pasien risiko tinggi
kasus risiko tinggi ibu hamil yang
KIA, tindakan/sikap bidan faskesmas
ditemukan
sejak
jika
faskesmas,
semakin
pasien
penjelasan
meminta
berkomunikasi
waktu
suami
oleh
dini
bidan
penemuan
atau
risiko tinggi ibu hamil semakin rendah
anggota keluarga sebelum pelayanan
jumlah ibu hamil yang berisiko dengan
KIA
kehamilannya. Dari hasil wawancara
maupun
dengan
untuk
dini
sikap
bidan
dalam
memberikan pelayanan pendampingan
dengan
risiko tinggi ibu hamil pada semua
koordinator KIA didapatkan bahwa
pasien tanpa membeda-bedakan.
semua
Dalam
memberikan
pelayanan
informan
bidan
triangulasi
bidan
koordinator
KIA
mengatakan bahwa penemuan masalah
KIA baik di Puskesmas maupun saat
kesehatan
kunjungan rumah untuk deteksi dini
faskesmas diwilayah kerja puskesmas
risiko
bidan
cukup tanggap dalam menemukan dan
menggunakan dua metode yaitu dengan
mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil
memberikan pelayanan secara langsung
baik
(skill yang diberikan) maupun dengan
Puskesmas maupun dilapangan dengan
memberikan edukasi atau pendidikan
bantuan dari kader dan data dari Bidan
kesehatan
Praktik Mandiri setempat (BPM).
tinggi
ibu
kepada
hamil,
pasien
sesuai
kebutuhan dengan menggunakan alat
yang
yang
dilakukan
mereka
Dalam
bidan
temukan
kaitannya
di
dengan
bantu konseling, seperti leaflet, lembar
sikap/tindakan pasien meminta waktu
balik maupun buku KIA.
untuk berkomunikasi dengan suami atau
Semua
informan
mengatakan
anggota keluarga sebelum pelayanan
dalam memberikan penjelasan berkaitan
KIA
termasuk
kunjungan
rumah
dengan keadaan pasien risiko tinggi KIA
didapatkan data bahwa semua informan
mengatakan ketika ada pasien ingin
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
76
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
berkomunikasi
dengan
suami
atau
anggota keluarga lain maka bidan
faskesmas mempersilahkan pasien untuk
berkomunikasi dengan suami ataupun
anggota keluarga sebelum pelayanan
KIA termasuk pada kunjungan rumah
Hasil
dengan
wawancara
semua
mendalam
informan
ISSN : 2407 - 2656
“...Ya untuk pelayanan KIA kepada
pasien kurang mampu mengikuti
peraturan yang berlaku semisal pasien
belum punya kartu jaminan kesehatan
disuruh mengurus ke kelurahan, kalo
sudah punya disuruh periksa ke
puskesmas kalo tidak mau kita tetap
jemput bola ke rumah atau kunjungan
rumah.....”
(IU.B3. IU.B4)
utama
mengatakan bahwa dalam memberikan
pelayanan KIA kepada pasien yang
SIMPULAN DAN SARAN
kurang mampu tidak membeda-bedakan,
Simpulan
sesuai
1. Aspek Tangible
prosedur
dengan
mengikuti
dalam
Pelayanan pendampingan ibu hamil
pembuatan Jamkesmas yang sekarang
resiko tinggi oleh bidan faskesmas
diganti dengan BPJS. Seperti yang
dari aspek tangiabel ( bukti langsung)
terungkap pada hasil wawancara dalam
sudah mencukupi. Hal ini
kotak 10, sebagai berikut :
dilihat dari segi jumlah tenaga bidan
peraturan
pemerintah
baik
Kotak 10
“....E... kita layani dengan biasa, ndak
kita tidak membeda-bedakan antara
pasien yang mampu atau tidak
mampu.....”
(IU.B1)
“...Iya untuk pelayanan KIA kepada
pasien yang kurang mampu kami masih
eee...mengikuti peraturan yang berlaku
yah jadi kalau misalnya memang
membuka.. eee memiliki kartu jaminan
kesehatannn
mereka
bisa
memanfaatkannya namun jika tidak dan
membutuhkan perawatan lanjutan kami
anjurka
pasien
tersebut
untuk
..eee...meminta bantuan pembuatan
kartu jaminan kesehatan di dinas
kesehatan..,...”
(IU.B2)
dapat
faskesmas, fasilitas tempat pelayanan
dan alat yang digunakan oleh bidan
faskesmas
sudah
mencukupi
walaupun alat yang digunakan oleh
bidan faskesmas adalah milik pribadi
2. Aspek Reliability
Pelayanan pendampingan ibu hamil
resiko tinggi di Kota Pekalongan dr
aspek Reliability sudah memenuhi
standar dilihat dari adanya alur.protap
pelayanan,
kewenangan
bidan
terutama kunjungan ibu hamil resiko
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
77
Volume 3 / Nomor 3 / November 2016
ISSN : 2407 - 2656
tinggi dari hamil sampai nifas serta
cakupan deteksi dini ibu hamil resiko
tinggi meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Kesehatan Kota Pekalongan.
Profil Kesehatan. Dinas Kesehatan
Kota Pekalongan. 2013.
3. Aspek Responsiveness
Ada kendala yang berasal dari bu
hamil sendiri & kepercayaan yang
kurang terhadap faskesmas
Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan
Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga
Berencana
untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
2010
4. Aspek Assurance
Pengembangan
ketrampilan
bidan
faskesmas masih terbatas dengan
bidan senior KIA, pelatihan yang
membutuhkan
waktu
agak
lama
masih harus mengantri.
Surat Keputusan Dinas Kesehatan Kota
Pekalongan Nomor : 440 / 1683
Tahun 2012 Tentang Tugas pokok,
Fungsi dan Uraian Tugas Bidan
Fasilitator Kesehatan Masyarakat
Pada Dinas Kesehatan Kota
Pekalongan
5. Aspek Emphaty.
Semua
bidan
telah
memberikan
pelayanan ssi dg aspek emphaty,
seperti telah mberikan pelayanan
KIA, edukasi, mempersilakan waktu
untuk
memberikan
berkomunikasi
dan
pelayanan
tanpa
membeda- bedakankan pasien.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
78
Download