PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON. Boby Fansha Graha (07k40015), Fani Miftah Rizkiyah (10020054), Jakariya Nugraha (10020067), Noerma Rachmaniar (10020050) Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang penyempurnaan pelemasan kain kapas, t/c, t/c dan polyester menggunakan silicon n-150 & silicon amz-9 variasi konsentrasi silicon. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis silicon yang tepat dalam proses penyempurnaan pelemasan untuk masing-masing kain. Parameter uji yang diamati adalah uji kekakuan kain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan silicon N-150 cocok digunakan untuk kapas dan silicon AMZ-9 untuk polyester. Ini disimpulkan dari nilai kekakuan kain yang kecil dibandingkan dengan yang lainnya Keywords: Pelemasan, Kekakuan, Silicon PENDAHULUAN Kain kapas, t/c, t/r dan polyester memegang peranan penting bagi industry tekstil pada umumnya. Karena jenis kain-kain ini mempunya sifat yang baik dan bisa saling melengkapi pada serat campurannya, juga bisa sebagai bahan alternative. Kain j 1enis ini umum dipakai untuk kain sandang, terutama untuk kain kemeja (shirting), kain celana, seragam, dan setelan(suiting). Namun ada beberapa kekurangan dari jenis kain-kain ini, terutama pada serat campuran yaitu bahan cenderung kaku. Oleh karena itu perlu ditambahkan suatu zat pelemas sehingga memperoleh hasil yang baik. Zat pelemas yang umum digunakan dalam proses penyempumaan resin terdiri at as 3 golongan, yaitu golongan anionik, kationik, dan nonionik. Pelemasan pada kain diperoleh dengan memperkecil koefisien gesekan di antara serat-serat clan benang. Senyawa silikon biasanya digunakan sebagai zat tolak air, tetapi dalam jumlah kecil dapat digunakan sebagai pelemas. Senyawa ini merupakan senyawa polisiloksana yang cocok digunakan untuk serat sintetik atau serat campuran bersifat netral, stabil dalam penyimpanan, dan tidak bereaksi dengan klor, sehingga tidak memberikan efek kekuningan (yellowing) pada kain. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pelemas silikon pada proses penyempumaan pelemasan pada kain kapas, t/c, t/r dan poliester. Maka dilakukan penelitian penggunaan pelemas silikon pada penyempumaan pelemasan kain kapas, t/c, t/r dan polyester menggunakan dua jenis silicon yang berbeda. Pertama dengan silicon N-150 dan Silicon AMZ-9. Untuk mengetahui konsentrasi penggunaan pelemas silikon, dilakukan variasi konsentrasi pelemas silicon dari 5 sampai dengan 15 gram/I dengan selang 5 gram/I. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui konsentrasi optimum pelemas silicon untuk setiap jenis kain. TATA KERJA Bahan Bahan yang digunakan adalah kain-kain dari kapas, T/C, T/R dan polyester. Selanjutnya zat pelemas silicon dengan nama dagang silicon N-150 dan silicon AMZ-9. Peralatan Alat yang dipakai antara lain messin padder, mesin stenter (untuk drying dan curing), timbangan serta alat gelas lainnya. Metoda Kerja a. Pembuatan larutan dengan zat pelemas sebanyak 5g/l, 10g/l dan 15g/l dengan kebutuhan air sebanyak 200 ml untuk 4 kain yang akan dilakukan penyempurnaan pelemasan. b. Proses penyempurnaannya dilakukan dengan merendam-peraskan (padding) kain pada larutan dengan zat pelemas (2dip-2nip) pada WPU 160%. Kemudian di drying dengan mesin stenter pada suhu 100°C dan di curring untuk memfiksasikan zat pelemas pada kain. Proses curring ini dilakukan dengan mesin yang sama (mesin curing) namun pada suhu yang berbeda. Suhu untuk proses curing lebih tinggi dari pada suhu drying, yaotu pada suhu 160°C. Setelahnya dilakukan pencuciaan. c. Pengujian dilakukan dengan uji kekakuan. Uji kekakuan ini merunut pada SNI 080314-89. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan prosedur kerja dari persiapan hingga pengujian, didapat beberapa data yang selanjutnya menjadi bahan untuk dibahas. Yang pertama adalah pengaruh konsentrasi terhadap hasil yang didapat. Namun karena inti dari penelitian ini pada pencarian hasil optimum untuk jenis-jenis kain yang diuji, maka penyajian data dan pembahasannya dikelompokan berdasarkan jenis kain. Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Kapas 2 Nilai Kekakuan Kain (mg.cm) 1,8 1,6 1,4 1,2 1 Kapas 0,8 0,6 0,4 0,2 0 N-150 5 g/l N-150 10 N-150 15 AMZ-9 5 AMZ-9 10 AMZ-9 15 Blangko g/l g/l g/l g/l g/l Data yang tersaji diatas adalah data hasil pengujian kekakuan kain setelah dilakukan perhitungan pada data mentah. Perhitungannya dengan rumus : G = 0,10 x W x C3 mg/cm Dimana G adalah Fleural rigidity yaitu ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan atau dengan kata lain nilai kekakuan dari suatu jenis kain. Sedang W adalah berat kain tersebut pada ukuran 10 x 10 cm. dan C sendiri adalah bending length, yaitu panjang kain yang melengkung karena beranya sendiri pada suatu pemanjangan tertentu. Atau C ini adalah data mentah hasil pengujiannya. Data tersebut juga menunjukan hasil optimum dari penggunaan zat pelemas silicon. Dan zat pelemas yang tepat digunakan untuk serat kapas adalah zat pelemas jenis Sillicon N-150. Karena dari hasil yang didapatkan dan dibandingkan dengan Sillicon AMZ-9, N-150 lebih baik hasilnya. Pada grafik diatas terlihat juga bahwa semakin tinggi konsentrasi zat pelemas akan berbanding lurus dengan penurunan nilai kekakuan kain. Dalam pengujian kekakuan kain, semakin kecil nilai yang didapat berarti semakin bagus hasil. Nilai kekakuan menurun bisa diartikan bahwa kain tersebut semakin lembut. Sehingga dari grafik diatas, penggunaan zat pelemas dengan konsentrasi tinggi pada kain kapas akan menghasilkan kain kapas semakin lembut. Zat pelemas bisa teradsopsi sempurna dengan serat kapas. Sehingga penambahan konsentrasi sebanding dengan penurunan nilai kekakuannya. Hal ini disebabkan karena serat kapas (selulosa) mempunyai gugus hidroksil yang memungkinkan ia bisa berikatan secara hydrogen dengan zat pelemas tersebut. Apalagi dengan adanya gugus hidroksil tersebut kapas termasuk serat yang bersifat hidrofil atau menyerap air. Dari struktur yang dimilikinya sehingga kapas kecil kemungkinan terjadi kejenuhan pada saat penambahan konsetrasi zat pelemas ditambahkan. Hal ini berbeda dengan serat polyester dan serat campurannya Dimana hasil optimumnya bukan pada konsentrasi paling tinggi. Seperti yang ditunjukan pada grafik berikut. Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Poliester 1,6 NIlai Kekakuan Kain (mg.cm) 1,4 1,2 1 0,8 Series 1 0,6 0,4 0,2 0 N-150 10 g/l N-150 15 g/l AMZ-9 10 g/l AMZ-9 15 g/l Blangko Dari grafik yang tersaji diatas, terlihat perbedaan dengan grafik sebelumnya. Dimana hasil optimum tidak didapat dari konsentrasi yang paling tinggi. Malah sebaliknya. Untuk proses penyempurnaan pelemasan pada kain polyester ini hanya menggunakan variasi 10 g/l dan 15 g/l tidak dengan 5 g/l. ini dikarenakan terbatasnya waktu pengerjaan dan praktikan yang mengerjakannya. Sehingga pembandingnnya hanya dua konsentrasi saja. Namun dari dua variasi ini juga cukup terlihat hasil yang didapatkan. Pada polyester, hasil yang kontra dengan hasil pada kapas ini disebabkan dengan sifat dari polyester itu sendiri. Dimana polyester adalah serat sintetis, yang terbuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Sehingga gugus hidroksil yang dipunyai oleh polyester lebih sedikit daripada kapas. Dan factor ini yang menyebabkan hasil dari penyempurnaan pelemasan pada polyester berbeda dengan kapas. Dimana kemampuan serat polyester untuk berikatan dan mengabsorpsi zat pelemas terbatas. Jika terjadi penambahan konsentrasi zat pelemas dalam takaran tertentu akan terjadi kejenuhan pada polyester. Sehingga mengakibatkan hasil tidak sempurna, karena zat pelemas hanya menempel saja pada permukaan. Dan inipun bisa menjadi asumsi ketika nilai kekakuan blangko malah lebih rendah dari pada nilai kekakuan dari hasil penyempurnaan dengan konsentrasi tinggi tadi. Selain daripada nilai kekakuan, hasil lain yang didapat adalah peminihan zat pelemas yang coco dan tepat digunakan untuk jenis kain. Dan untuk polyester, jika dilihat dari grafik diatas maka yang cocok adalah jenis sillocon AMZ-9. AMZ-9 hasilnya lebih baik daripada N-150. Selanjutnya pembahasan ini juga didukung dengan data yang didapat pada pelemasan kain-kain campuran. Dimana kain campuran ini terdiri dari kapas dan polyester disamping campuran lainnya, yaitu rayon. Setelah membandingkan serat kapas dan polyester, ada satu lagi proses penyempurnaan pelemasan yang dilakukan. Yaitu pelemasan pada kain campuran T/C dan T/R. Berikut data yang didapat setelah pengerjaannya NIlai Kekakuan Kain (mg.cm) Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Campuran 2,5 2 1,5 T/C 1 T/R 0,5 0 N-150 5 g/l N-150 10 N-150 15 g/l g/l AMZ-9 5 AMZ-9 10 AMZ-9 15 g/l g/l g/l Blangko analisa yang diambil dari grafik ini adalah bahwa kain campuran T/C dan T/R yang memiliki kandungan polyester lebih banyak dari pada kapas, ini bisa mendukung pembahasan sebelumnya. Yaitu polyester memiliki lebih sedikit gugus hidroksil daripada kapas yang bisa berikat dengan zat pelemas. Sehingga mengakibatkan hasil optimum pelemasannya pada konsentrasi zat pelemas yang tidak terlalu tinggi. Jika dilakukan penambahan konsentrasi zat pelemas, maka akan terjadi kejenuhan pada polyester. Ini juga bisa menyebabkan zat pelemas yang tidak berikatan dan berabsorpsi pada serat akan menempel pada permukaan serat. Maka akan terjadi sebaliknya, dimana kain hasil penyempurnaan pelemasan nilai kekakuannya lebih besar daripada kain yang tidak dilakukan proses penyempurnaan (blanko). KESIMPULAN Untuk pelemasan kain Polyester jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan adalah dengan silicone AMZ-9 Untuk pelemasan kain Kapas jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan adalah dengan silicone N-150 Untuk pelemasan kain campuran jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan tergantung dari komposisi kain yang paling banyak dari campuran tersebut Pada penyempurnaan pelemasan kapas, semakin tinggi konsentrasi zat pelemas berbanding lurus dengan hasil nilai kekakuan yang kecil Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan kapas adalah 15 g/l silicone N-150 Pada penyempurnaan pelemasan poliester, semakin tinggi konsentrasi zat pelemas berbanding terbalik dengan hasil nilai kekakuan yang kecil Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan poliester adalah 10 g/l silicone AMZ-9 Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan T/C adalah 10 g/l silicone AMZ-9 Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan T/R adalah 5 g/l silicone AMZ-9 SARAN Karena terbatas nya waktu pengujian yang disebabkan harus menyesuaikan dengan kalender akademik dari perguruan tinggi, maka penilitian ini dilakukan hanya satu kali. Alangkah lebih baik untuk kemudian hari penelitian tidak hanya dilakukan satu kali. Supaya lebih banyak data yang didapat sehingga pembahasan dan asumsi akan semakin terkesimpulakan. Selanjutnya pengujian penyempurnaan pelemasan ini tidak hanya uji kekakuan saja. Seharusnya dengan pengujian kelangsaian dan kekuatan tarik. Namun karena keterbatasan bahan, kurang memungkinkan untuk dilakukan pengujian yang lainnya. Dengan bahan yang berukuran sekitar 20x20 cm kurang untuk pengujian kelangsaian dan kekuatan tarik. Sehingga alangkah lebih baik jika dikemudian hari, untuk penyempurnaan ini bahan yang sediakan lebih besar lagi. Daftar Pustaka RUKAESIH, OKEY : Pengaruh Senyawa Silikon Sebagai Pelemas Dalam Proses Penyempurnaan Anti Kusut Kain Poliesterkapas, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000 Nugraha, jakariya dkk : Jenis-Jenis Nama Dagang Resin Karakteristiknya. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 2013 Beserta