PENGUJIAN RELE FREKUENSI Irpan Logitra Purba1, Ir.Bambang Winardi 2 Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang Abstrak Jaringan tenaga listrik secara umum terdiri dari pembangkit, jaringan transmisi berupa gardu induk da saluran transmisi, dan jaringan distribusi. Dalam hal keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan. proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Rele proteksi sebagai salah satu peralatan dalam sistem proteksi merupakan suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur / memasukan suatu rangkat listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain yang selanjutnya memberikan perintah kepada pemutus tenaga (PMT). Maksud dan tujuan pemasangan rele proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar Kata Kunci : Rele Proteksi, Rele Frekuensi. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu kebutuhan primer bagi kehidupan manusia, ketersediaan energi listrik harus terpenuhi dengan baik karena hampir semua kegiatan manusia saat ini menggunakannya. Pada sistem tenaga listrik, energi ini dihasilkan oleh sebuah generator yang digerakkan oleh penggerak mula sehingga bisa menghasilkan energi listrik. Penggerak tersebut bisa berasal dari air, uap, panas bumi dan lainnya. Sehingga dari penggerak mula itu kita dapat menyebutnya PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), dan yang lain. Dari generator, energi listrik tersebut dikirim melalui jaringan transmisi dan setelah di jaringan distribusi energi tersebut disalurkan ke konsumen. Jaringan tenaga listrik secara umum terdiri dari pembangkit, jaringan transmisi berupa gardu induk da saluran transmisi, dan jaringan distribusi. Dalam hal keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi harus memenuhi syarat sebagai berikut: - Sensitif - Andal - Selektif - Cepat yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan (security). yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja. yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya. Rele proteksi sebagai salah satu peralatan dalam sistem proteksi merupakan suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur / memasukan suatu rangkat listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain yang selanjutnya memberikan perintah kepada pemutus tenaga (PMT). Maksud dan tujuan pemasangan rele proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, dengan cara : 1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem. 2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu 3. 4. 5. atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada konsumen. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. 1.2. Tujuan Tujuan Kerja Praktek ini adalah : 1. Mahasiswa melalui kerja praktek ini dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah. 2. Mahasiswa dapat mengetahui operasi, pemeliharaan dan sistem proteksi jaringan sistem tenaga listrik terutama Rele Frekuensi 1.3. Pembatasan Masalah Dalam Laporan Kerja membatasi masalah hanya frekuensi pasa gardu induk. Praktek ini, penulis pada pengujian rele II. SISTEM PROTEKSI 2.1. Pengertian Umum Gambar 2.1 Jaringan sistem tenaga listrik Dalam usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan. Sistem proteksi terdiri dari peralatan CT, PT, PMT, Catu daya DC/AC, rele proteksi, teleproteksi yang diintegrasikan dalam suatu rangkaian wiring. Disamping itu diperlukan juga peralatan pendukung untuk kemudahan operasi dan evaluasi seperti sistem recorder, sistem scada dan indikasi rele (announciator). Secara sederhana salah satu contoh sistem proteksi untuk jaringan seperti ditunjukan pada Gambar 3.2 Gambar 2.2 Sistem Proteksi Fungsi peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Sistem Proteksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : Sensitif Yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun. Suatu rele proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari suatu sistem tenaga listrik, alat, atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan pengamanannya. Rele proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka. Andal Yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan (security). Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi tidak bekerja selama berbulanbulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya rele lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka rele proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik. Selektif Yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja. Selektivitas dari rele proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Rele proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi di luar daerah pengamanannya. Cepat Yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya. Makin cepat rele proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan. Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat terjadi di sisi pembangkit, jaringan dan distribusi. 2.2. Proteksi Penghantar Jaringan tenaga listirk secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu induk dan saluran transmisi) dan jaringan distribusi. Dalam usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan. Sistem proteksi jaringan (SUTT dan SUTET) terdiri proteksi utam dan proteksi cadangan. Rele untuk proteksi utama yang dikenal saat ini: a) Distance Relay b) Differential Relay c) Directional Comparison Relay Proteksi Cadangan adalah sebagai berikut : Sistem proteksi cadangan lokal : OCR & GFR Sistem proteksi cadangan jauh : Zone 2 GI remote. 2.2.1. Sistem Proteksi SUTET Pada dasarnya, hanya ada satu pola pengaman SUTET yang dipakai pada sistem transmisi 500 kV di pulau Jawa, yaitu suatu pola yang menggunakan dua Line Protection (LP) berupa Distance Relay (Z) + Tele Proteksi (TP) yang identik, disebut LP(a) dan LP(b). Pada setiap LP terdapat Directional Earth Fault Relay (DEF) sebagai komplemennya. Pola ini selanjutnya dilengkapi dengan Reclosing Relay untuk melakukan SPAR. 2.2.2 Media telekomunikasi Media PLC dapat digunakan untuk Distance Relay, Comparison Directional Relay, dan Comparison Phase Relay. Media Fibre Optic dapat digunakan untuk Distance Relay, rele directional comparison, rele phase comparison, dan rele current differential. Media Micro Wave dapat digunakan untuk distance relay, rele directional comparison, rele phase comparison, dan rele current differential. Kabel Pilot dapat digunakan untuk rele pilot differential. 2.2.3. Rele Cadangan (back up protection) Diperlukan apabila proteksi utama tidak dapat bekerja atau terjadi gangguan pada sistem proteksi utama itu sendiri. Pada dasarnya sistem proteksi cadangan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu, a. Sistem proteksi cadangan lokal (local back up protection system) Proteksi cadangan lokal adalah proteksi yang dicadangkan bekerja bilamana proteksi utama yang sama gagal bekerja. Contohnya : penggunaan OCR atau GFR. b. Sistem proteksi cadangan jauh (remote back up protection system) Proteksi cadangan jauh adalah proteksi yang dicadangkan bekerja bilamana proteksi utama di tempat lain gagal bekerja. Proteksi cadangan lokal dan jauh diusahakan koordinasi waktunya dengan proteksi utama di tempat berikutnya. Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga proteksi cadangan dari jauh bekerja lebih dahulu dari proteksi cadangan lokal. Hal ini berarti bahwa kemungkinan sekali bahwa proteksi cadangan dari jauh akan bekerja lebih efektif dari proteksi cadangan lokal. 2.2.4. Operating Time dan Fault Clearing Time Kecepatan pemutusan gangguan (fault clearing time) terdiri dari kecepatan kerja (operating time) rele, kecepatan buka pemutus tenaga (circuit breaker) dan waktu kirim sinyal teleproteksi. Fault clearing time menurut SPLN 52-1 1984 untuk sistem 150 kV sebesar 120 ms dan untuk sistem 70 kV sebesar 150 ms. Besaran fault clearing time berhubungan dengan mutu tenaga listrik di sisi konsumen, batasan Kedip menurut SE Direksi PT PLN (PERSERO) No. 12.E / 012 / DIR / 2000 adalah 140 ms untuk bekerjanya proteksi utama sistem 150 kV dan 170 ms untuk bekerjanya proteksi utama di sistem 70 kV, sedangkan untuk proteksi cadangan maksimum sebesar 500 ms. Fault clearing time proteksi cadangan sebesar 500 ms dapat dicapai dengan memanfaatkan proteksi cadangan zone 2 distance relay dari GI remote. 2.3. Proteksi Trafo Tenaga Proteksi transrmator daya terutama bertugas untuk mencegah kerusakan transformator sebagai akibat adanya gangguan yang terjadi dalam petak/bay transformator. 2.3.1. Tujuan Pemasangan Rele Proteksi Trafo Tenaga Maksud dan tujuan pemasangan rele proteksi pada transformator daya adalah untuk mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara : 1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan yang terjadi pada transformator. 2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem. 3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari . 4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya. 5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen. 6. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. 2.3.2. Gangguan Pada Trafo Tenaga Gangguan pada transformator daya tidak dapat kita hindari, namun akibat dari gangguan tersebut harus diupayakan seminimal mungkin dampaknya. Ada dua jenis penyebab gangguan transformator, yaitu gangguan eksternal dan gangguan internal. 2.3.3. Gangguan Eksternal Gangguan eksternal sumber gangguannya berasal dari luar pengaman transformator, tetapi dampaknya dirasakan oleh transformator tersebut, diantaranya: - Gangguan hubung singkat pada jaringan Beban lebih Surja petir. 2.3.4 Gangguan Internal Gangguan internal adalah gangguan yang bersumber dari daerah pengaman/ petak bay transformator, diantaranya: - Gangguan antar fasa pada belitan - Fasa terhadap ground antar belitan transformator - Gangguan pada inti transformator - Gangguan tap changer - Kerusakan bushing - Kebocoran minyak atau minyak terkontaminasi - Suhu lebih. 2.4. Klasifikasi Relai Berdasarkan Prinsip kerja / konstruksinya relai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Relai elektromekanis 2. Relai Thermis 3. Relai Bucholz 4. Relai Tekanan lebih/mendadak 5. Relai Statik (Elektronik) 6. Relai Digital (Mikroprosessor) Berdasarkan fungsi / besaran inputnya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Relai arus lebih 2. Relai tegangan lebih / kurang 3. Relai frekwensi lebih / kurang 4. Relai daya (Relai daya balik) 5. Relai jarak (Relai impedansi) 6. Relai arah 7. Relai differensial 8. Relai penutup balik (Recloser) 9. Relai Synchron Check Berdasarkan Karakteristiknya Relai dapat dibedakan menjadi 1. Relai instantaneous / Momen 2. Relai inverse -Extreem inverse -Long time inverse 3. Definite Berdasarkan peranannya dapat dibedakan menjadi: 1. Pengaman Utama (main protection) Pengaman Cadangan (Back-up Protection) 3. Klasifikasi relai berdasarkan pemasangannya : Relai primer Relai secundair III. Relai Frekuensi 3.1. Pengenalan Gambar 3.1 Relai Frekuensi MFVU Besaran input dari relai frekuensi adalah tegangan yang diambil dari trafo tegangan (PT), dan relai ini memonitor besarnya frekuensi sistem. Ada dua jenis relai frekuensi, yaitu relai frekuensi kurang (UFR) dan relai frekuensi lebih (OFR). Relai frekuensi kurang (UFR), membandingkan frekuensi sistem dengan frekuensi settingnya, bila frekuensi sistem lebih kecil, atau sama dengan frekuensi settingnya, maka relai akan bekerja. Relai frekuensi lebih (OFR) akan bekerja bila frekuensi sistem lebih besar atau sama dengan nilai settingnya 3.2. Aplikasi Relai frekuensi kurang (UFR) dipasang pada penyulang tegangan menengah (JTM), untuk pengurangan beban (load shedding) secara otomatis, bila terjadi penurunan frekuensi sistem akibat adanya kehilangan daya pembangkit. UFR di penyulang 20 KV (PLN) bisa diset dalam 6 tahap, yaitu antara 48,8 HZ s/d 48,1 HZ, dan relai ini akan bekerja membuka PMT secara bertahap sesuai setingnya. Relai UFR juga dipasang pada sisi pembangkit untuk memisahkan pembangkit dengan sistem interkoneksi bila terjadi gangguan pada sistem (island operation) pada setting minimum 48 Hz. Relai UFR ini dilengkapi dengan relai tegangan kurang (UVR). Relai frekuensi lebih (OFR) dipasang sebagai pengaman generator terhadap kecepatan lebih (over speed). 3.3 Prinsip kerja Rele Elektro Mekanik Pada dasarnya Rele frekuensi bekerja berdasarkan asas induksi, yaitu sistem piringan atau mangkok (Feraris). Dalam sistem feraris (mangkok) terdiri dari 2 kumparan yaitu W1 dan W2 yang dihubungkan paralel, dan disambung pada tegangan sistem. Gambar 3.2 prinsip kerja elektro mekanik Torsi yang ditimbulkan pada mangkok akan menggerakkan kontak searah atau berlawanan arah jarum jam, tergantung pada apakah frekuensi sesaat lebih besar atau kurang dari nilai settinggnya. Frekuensi yang diinginkan dapat disetel dengan mengatur nilai tahanan geser R1 Sensitivitas dari pick-up dinyatakan sebagai persentase dari frekuensi yang diinginkan dapat disetel pada 2 skala yang dikalibrasi oleh perubahan kekuatan pegas yang mengerjakan kontak Rele. karakteristik Rele jenis ini dipengaruhi oleh besarnya tegangan sistem. Rele Elektronik / Statik Prinsip kerja dari Rele elektronik/statik adalah dengan menerapkan teknik digital untuk membandingkan periode (frekuensi) yang belum diketahui, dengan periode (frekuensi) referensi. Frekuensi referensi Diperoleh dari oscillator kristal (quartz). Jumlah isolasi dari quartz (referensi) selama satu periode dari frekuensi sistem dicacah. Akhir dari masingmasing periode, Rele akan menentukan apakah frekuensi sistem lebih besar atau kurang dari frekuensi setting. Penentuan ini ditahan sekitar 150 m detik, dan tripping hanya dimulai bila selama waktu tersebut, pengukuran dari semua periode berikutnya menunjukkan hasil yang sama. IV. HASIL DAN ANALISA 4.1. Pengujian Rele Frekuensi Pengujian Rele frekuensi dengan peralatan sebagai berikut: Generator signal Amplifier Atau sumber tegangan 110 V dengan frekuensi variable (40-70 HZ) Frekuensi meter Timer (Time counter) 4.4 Tipe karakteristik rele Tipe karakeristik yang dimiliki rele yang adalah pick up/drop off dan Time Delay. Gambar 4.1 Prinsip pengujian Rele Frekuensi Pengujian Rele frekuensi dengan test set. Type MFVU 21P GEC ALSTHOM. 4.2. Tujuan Setelah melaksanakan pengujian ini,diharapkan dapat mengukur pick-up frequency (frekuensi kerja) dan drop-off serta waktu kerja dari Rele frekuensi kurang/lebih. Untuk melaksanakan pengujian dengan baik, 4.5Macam Pengujian Rele Arus Lebih Pengujian yang dapat dilakukan pada rele yang dimaksud adalah Pengujian arus kerja (I pick up) dan arus kembali (I reset) Pengujian karakteristik. 4.6 Alat Yang Diperlukan 1. Frequency test set model FTS 300 (EL) 2. Rele frekuensi MFVU 21P GEC ALSTHOM 4.7 Rangkaian Pengujian perlu mengikuti langkah kerja sebagai berikut: 4.3. Mengenal Rele yang diuji o Data rele o Type karakteristik rele o Indikator dan arti kerjanya Mempelajari cara menggunakan peralatan uji Rele Macam pengujian Rele frekuensi lebih Merangkai pengawatan alat uji dengan Rele yang akan diuji Memposisikan tap setting yang akan diuji Melakukan pengujian Data Rele Nama : Rele Frekuensi Merk/Type MFVU 21P GEC ALSTHOM No. Seri : 004634J In : 5 A Gambar 4.2 Rangkaian Pengujian Frekuensi Kontrol Main Power switch . . . . . . . .. . . . . Function Switch . . . . . . . . . . . . Output Voltage adjust control . . . . . . . penuh kekiri Frequency range switch . . . . . . . . . . Hz Frequency adjust control . . . . . . . . . range Contact mode select switch . . . . . . . . (open) Target current range switch . . . . . . . . yang diinginkan Target current control . . . . . . . . . . . penuh kekiri DC power supply . . . . . . . . . . . . . . yang diinginkan Posisi Off Normal Putar 40 – 70 Mid NO Sesuai Putar Sesuai 4.8 Langkah Percobaan Pengujian Pick Up / Drop off 1. Menghidupkan alat uji ( Main power switch pada posisi on ) 2. Memutar Output Voltage control ke kanan sampai Voltmeter menunjuk tegangan input nominal relai (100V) 3. Mengatur normal frequency control sampai frekuensi meter menunjuk harga rated dari normal frekuensi 4. Mengatur normal frequency control sampai relai mulai pick up ( indikator kontak menyala ) dan naikan frekuensi sampai indikator kontak padam ( reset ) 5. Mencatat kedua besaran ini , dan ulangi percobaan ini untuk output tegangan yang lain . 4.9 Data Percobaan Tabel.4.1 Data Percobaan Karakteristik Frekuensi Tegangan Tegang an 100 90 80 70 60 46.9 46,91 46,92 46,9 46,98 47,03 47.01 47,02 47,02 47,02 (Volt) Setting Frekuensi 47 Hz Frek. Pick Up Frek. Drop off Tabel 4.2 Data Percobaan Karakteristik Waktu 1. 2. 3. 4. 5. Pengujian Waktu Kerja Rele Mengatur nominal frequency control sehingga frekuensi meter menunjuk harga rated dari normal frekuensi (50Hz) Memutar Function swicth ke posisi set fault Mengatur Fault frequency control sehingga frekuensi meter menunjuk frekuensi yang diinginkan Menekan tombol read voltage control dan atur tegangan gangguan dengan mengatur output voltage control Memutar Function switch pada posisi Test maka frekuensi meter akan berubah menjadi Timer (akan mencatat waktu kerja relai ) Mengulangi pengujian diatas untuk setting waktu yang lain atau frekuensi gangguan yang lain.Mematikan alat uji dan lepas kabel kontrol . Tegangan (Volt) Setting Frekuensi 47 Hz Frek.(Hz) T.Set (s) T.kerja(s) 100 90 80 70 60 46,7 46,7 46,7 46,7 46,7 3 3 3 3 3 3, 3, 3, 3, 3, 075 075 061 072 060 Berdasarkan data yang didapatkan maka dapat dianalisa sebagai berikut: Percobaan Karakteristik Frekuensi Tegangan Dari hasil uji karakteristik frekuensi tegangan kita mendapatkan hasil rata-rata kesalahan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut Keterangan : n = banyaknya jumlah data yang diambil Maka bedasarkan rumus tersebut kita dapat menghitung rata rata kesalahan dari rele frekuensi sebagai berikut: Hz Gambar 4.7 wiring UFR Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kesalahan sebesar 0.0196 Hz. Syarat yang di ijinkan untuk kesalahan suatu rele frekuensi yaitu 0.025 Hz. Dengan kesalahan 0.0196Hz maka dapat dikatakan rele frekuensi tersebut dalam kategori baik. Percobaan Karakteristik Waktu Dari hasil uji karakteristik frekuensi waktu kita mendapatkan hasil rata-rata kesalahan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: x 100% Berdasarkan hasil uji karakteristik waktu ratarata maka didapatkan tegangan kerja rata-rata yaitu 3.068 sehingga dapat dihitung berdasarkan rumus diatas sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan didapatkan kesalahan 2.24%. berdasarkan ketentuan maka rele yang dianggap masih dalam kondisi baik harus memiliki syarat kesalahan . Dengan kesalahan hanya 2.24% maka rele dikatakan dalam kategori baik. V.PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Ada dua jenis Rele frekuensi, yaitu Rele frekuensi kurang (UFR) dan Rele frekuensi lebih (OFR). Rele frekuensi kurang (UFR), membandingkan frekuensi sistem dengan frekuensi settingnya, bila frekuensi sistem lebih kecil, atau sama dengan frekuensi settingnya, maka Rele akan bekerja. Rele frekuensi lebih (OFR) akan bekerja bila frekuensi sistem lebih besar atau sama dengan nilai settingnya. 2. Aplikasi UFR dipasang pada penyulang untuk Load Shedding secara otomatis bila terjadi penurunan frekuensi system, akibat kehilangan daya pembangkit dan aplikasi OFR diasang pada penyulang untuk Load Shedding bila terjadi penurunan Frekuensi system. 3. Besaran input dari rele frekuensi adalah tegangan yag diambil dari trafo tegangan (PT) dan rele ini memonitor besarnya frekuensi system. 4. Rele frekuensi dikatakan dalam kondisi baik jika dapat memenunuhi persyaratn berdasarkan karakteristik rele frekuensi yaitu : Syarat yang di ijinkan untuk kesalahan suatu rele frekuensi yaitu 0.025 Hz pada karaktersitik pengujian tegangan. Syarat yang di ijinkan untuk kesalahan suatu rele frekuensi yaitu pada karakteristik Waktu. 5.2 Saran 1. Sebaiknya sebelum melakukan pengujian diberi pengenalan alat alat yang akan digunakan lebih detail sehingga mempermudah dalam pemahaman dalam pengujian rele frekuensi. 2. Sebaiknya pengujian tiak hanya dilakukan dalam ruang kelas tetapi dapat melakukan simulasi langsung ke lapangan atau Gardu induk sehingga lebih dapat memahami lebih jelas tentang rele frekuensi. DAFTAR PUSTAKA Diktat Kuliah Perencanaan Sistem Tenaga. Jurusan Teknik Elektro, UNDIP, Semarang. Juningtyastuty Astika, Ir. Diktat Kuliah Proteksi. Jurusan Teknik Elektro, UNDIP, Semarang. Lokakarya Bidang Proteksi UDIKLAT, Semarang. PT. PLN Kantor Pusat Direktorat Pengusahaan Kerjasama dengan PT. PLN (Persero) PUSDIKLAT, 1995. Mochammad Facta, ST. MT. Simpatetik Tripping. Seminar Proteksi Teknik Elektro, UNDIP, Semarang. . Perhitungan Arus gangguan Hubung Singkat dan Penyetelan Relai. Standar Perhitungan PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Jakarta Raya dan Tangerang.. Soekarto, J. Proteksi Sistem Distribusi Tegangan Menengah. LMK PT. PLN (Persero). Soekarto, J. Relai Proteksi Periode 2. LMK PT. PLN Persero), Jakarta. 1996. Transparansi Diklat Relai. PT. PLN (Persero) UDIKLAT, Semarang. Irpan Logitra Purba lahir 12 Desember 1991di Kabanjahe kab.Karo Sumatera Utara dan sudah menempuh pendidikan SD Inpres Simp.4Kab. Karo, SMAN3 Simp.4 Kab.karo dan SMAN4 Padangsidimpuan Sumatera Utara, dan sekarang sedang menempuh pendidikan di Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasiKetenagaan. Mengetahui Pembimbing Penulis Ir.Bambang Winardi Irpan Logitra Purba